JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemodelan Molekuler Inklusi Kompleks Betakaroten dan Betasiklodekstrin Achmad Yanuar Setiawan, Andar Diayu Handayani, dan Siti Machmudah, Sugeng Winardi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected] ABSTRAK Betakarotren merupakan senyawa yang diperlukan sebagai antioksidan dan antikanker, namun dalam kenyataanya betakaroten tidak dapat larut dalam darah manusia yang mengandung 90% air. Untuk itu diperlukan suatu rekayasa untuk membuatnya karut dalam air yaitu dengan membuat betakroten menjadi inklusi kompleks. Metode simulasi berbasis HyperChem digunakan karena metode eksperimental sangat sulit dilakukan dan tidak fleksibel karena proses pembentukan dan pemodelan inklusi kompleks betakarotene dan betasiklodekstrin yang sangat rumit. Kerumitan tersebut meliputi prediksi properti-properti molekuler inklusi kompleks yang dilihat dengan menggunakan teori pemodelan molekuler dengan semi-empiris. Kata Kunci— inklusi kompleks, betasiklodekstrin, beta karoten, HyperChem, Semi-empiris B I. PENDAHULUAN etakaroten (betacarotene) adalah zat kimia alami yang menjadi sumber warna merah-oranye pada buah dan sayuran, seperti wortel, ubi jalar, mangga, pepaya, brokoli, bayam, dan lain-lain. Fungsi senyawa organik ini bagi tubuh manusia adalah sebagai sumber vitamin A yang merupakan nutrisi retina (mata), karena betakaroten dapat disimpan dalam hati untuk kemudian diubah menjadi vitamin A bila tubuh memerlukan. Oleh karena itu, betakaroten dikenal sebagai pro vitamin A (Azahari, 2011). Ketidakcukupan pemenuhan kebutuhan ini karena sebagian betakaroten rusak saat proses pengolahan/metabolisme tubuh (sama halnya kerusakan vitamin saat pengolahan), sehingga masih diperlukan tambahan nutrisi yang disuplai dari luar tubuh. Hal ini terkait dengan salah satu sifat betakaroten yang sukar larut dalam air, sehingga betakaroten dalam metabolisme tubuh lebih banyak terlarut oleh lemak daripada terserap oleh air. Akibat kekurangan betakaroten tidak segera dapat dirasakan, maka kebutuhan unsur ini pun jarang menjadi perhatian. Obat yang diberikan secara oral, akan dilarutkan dalam media berair di dalam saluran pencernaan agar mudah diabsorpsi. Sebagian besar obat-obatan mudah mengalami degradasi kimia terutama bila diformulasi sebagai suatu sediaan cair. Degradasi kimia pada obat-obatan kebanyakan disebabkan karena terjadinya reaksi hidrolisis dan oksidasi. Suatu sediaan yang tidak stabil dapat dilindungi dengan beberapa cara, salah satunya melalui kompleks inklusi (Novita et al., 2007) Pada penelitian ini dikembangkan kompleks inklusi betakaroten dengan suatu senyawa yang akan lebih cepat larut dari obat itu sendiri yaitu siklodekstrin (cyclodexstrine). Teknologi inklusi ini dapat memperbaiki kecepatan disolusi, absorpsi, ketersediaan hayati, dan stabilitas kimia obat itu (Asyarie et al., 2007). Siklodekstrin merupakan salah satu senyawa yang dapat membentuk kompleks inklusi dengan berbagai senyawa. Senyawa ini mempunyai gugus hidrofobik pada bagian dalam rongga dan gugus hidrofilik pada permukaan luarnya. Struktur inilah yang memungkinkan siklodekstrin dapat berinteraksi dengan berbagai molekul dan membentuk kompleks inklusi secara non-kovalen. Di antara golongan siklodekstrin tersebut, betasiklodekstrin adalah yang paling banyak digunakan pada pengembangan formula dan sistem penghantaran obat (Rachmawati et al., 2011). Penelitian tentang geometri kompleks inklusi sangat diperlukan untuk mendapatkan wawasan terhadap mekanisme reaksi secara detail, driving force kompleksasi dan kondisi geometri yang terkait. Dan perhitungan molekuler merupakan metode yang memberikan kontribusi dalam menjawab permasalahan tersebut. Tersedia berbagai metode mekanika molekuler maupun mekanika kuantum. Metode semi-empiris, ab initio, dan Density Functional Theory (DFT) dapat digunakan untuk menghitung energi minimum struktur. Simulasi Molecular Dynamic (MD) dan Monte-Carlo (MC) memungkinkan untuk mengeksplor hypersurface energi dan menemukan jarak minimal konformasi lokal dan global dari suatu geometri. Simulasi MD telah digunakan secara luas, terutama untuk mengeksplor fitur struktur dari siklodekstrin dan kompleks siklodekstrin (Weinzinger et al., 2007). Perhitungan metode semi-empiris hanya dapat digunakan untuk elemen yang telah memiliki parameter-parameter tertentu, tetapi karena elemen tersebut merupakan elemen umum dalam senyawa organik, maka perhitungan semi-empiris akan sangat berguna. II. BAHAN DAN METODE A. Bahan Molekul betasiklodekstrin berbentuk silinder dengan diameter luar sebesar 15,3 Amstrong, diameter dalam sebesar 7,8 Amstrong, dan tinggi sebesar 5,7 Amstrong. Jumlah bahan betasiklodekstrin yang digunakan adalah 22.77 mg. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Betakaroten yang digunakan dalam difungsikan sebagai guest molecule fungsi alkil (CH 3 – R) berantai hidrofobik. Juml ah bahan betakaroten 10.77 mg. 2 penelitian ini adalah yang memiliki gugus panjang dan bersifat yang digunakan adalah B. Model Molekuler Semiempirical (PM3) Perhitungan semiempirical ditetapkan dengan struktur umum yang sama sebagai perhitungan persamaan HartreeFock (HF). Persamaan ini untuk mendefinisikan energi dalam sebuah fungsi gelombang adalah : E ( H ) = Ψ H Ψo (1) Dengan menggunakan prinsip variasi, dapat menentukan persamaan untuk menentukan xi yang memberikan energi terendah . Bentuk lain persamaan HF yaitu : (2) fˆxi = ε i xi dengan fˆ merupakan parameter Fock, didefinisikan dengan: i Z 1 2 fˆi = − ∇ i −∑ A A + VHF (i ) ri A 2 1 2 Dimana ∇ i merupakan bagian kinetik, dan 2 (3) ∑ A ZA riA merupakan bagian penjumlahan dari potensial Z A , dengan r iA adalah jarak dari i ke A , dan V HF merupakan fungsi potensial atom. C. Prosedur Simulasi Untuk mempelajari optimalisasi energi, semiempirical dan pemodelan kompleks inklusi betakaroten dan betasiklodekstrin tiga dimensi dilakukan penelitian secara simulasi menggunakan software Hyperchem. Langkah yang digunakan meliputi : a. Membuat model struktur dan grid dari molekul betakaroten dan betasiklodekstrin b. Memutar tiap molekul betakaroten dan betasiklodekstrin sebagai bentuk tautomerik untuk mendapatkan energi pembentukan yang paling rendah dari molekul tersebut c. Menentukan pemilihan pemodelan dan medan gaya geometri kompleks inklusi d. Penyelesaian optimalisasi energi dengan Setup “semiempirical” dan perhitungan single-point kompleks inklusi betakaroten dan betasiklodekstrin. D. Prosedur Eksperimen Metode Paste Complexation Metode Paste Complexation merupakan salah satu metode eksperimen untuk pembentukan kompleks inklusi. Pertama, mencampur betakaroten dan betasiklodekstrin dengan ratio mol 1:1 di dalam cawan mortar. Kemudian ditambahkan pelarut air sesuai variabel yang telah ditentukan, yaitu 0 mL; 0,1 mL; 0,2 mL; 0,3 mL; 0,4 mL. Campuran selanjutnya diaduk menggunakan mortar yang diatur kecepatan pengadukannya dengan motor. Set peralatan eksperimen dapat dilihat pada gambar 3.4. Gambar 2.3 Setup Alat Metode Paste Complexation Keterangan: 1. Penambahan Air 2. 1 mol betakaroten 3. 1 mol betasiklodekstrin 4. Cawan Mortar 5. Mortar Impeler 6. Oven 7. Produk hasil inklusi E. Analisa Hasil Inklusi Kompleks Anlisa hasil inklusi dilakukan dengan TG/DTA, FTIR, SEM dan Uji disolusi. Analisa-analisa tersebut digunakan untuk mengkarakterisasi hasil inklusi yang terjadi. III. HASIL DAN DISKUSI A. Optimasi Bentuk Tautomerik Betakaroten Untuk mengetahui bentuk optimasi betakaroten dibuat bentuk tautomerik betakaroten dengan memprediksi kemungkinan yang terjadi secara stochastics process. Berdasarkan hasil simulasi, didapatkan hasil energi minimum ke delapan bentuk tautomerik betakaroten dengan menggunakan Setup “Semiempirical (PM3)” dan Compute “Geometry Optimization (GO)” seperti terlihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Hasil Simulasi Energi Tautomerik Betakaroten Binding Dipole ΔHo f Energy Moment E total (Kcal/mol) (kcal/mol) (kcal/mol) (debyes) Bentuk tautomerik BC 1 -128574,627 664,368 -9088,944 3,643 BC 2 -128625,723 613,271 -9140,041 2,462 BC 3 -128971,319 267,676 -9485,636 3,232 BC 4 -128971,136 704,715 -9048,597 2,913 BC 5 -128534,280 267,938 -9485,374 3,892 BC 6 -128971,056 585,410 -9167,902 2,356 BC 7 -128653,585 612,198 -9141,114 2,841 BC 8 -128626,797 612,198 -9141,114 2,841 B. Optimasi Bentuk Tautomerik Betasiklodekstrin Hasil simulasi energi masing-masing tautomerik betasiklodekstrin menggunakan Setup “Semiempirical (PM3)” JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) dan Compute “Geometry Optimization” ditunjukkan pada Tabel 3.2 Tabel 3.2 Hasil Simulasi Energi Tautomerik Betasiklodekstrin Binding ΔHo f Bentuk E total Energy (Kcal/mol) (kcal/mol) tautomerik (kcal/mol) Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Waktu Pengadukan Waktu Penambahan Data energi hasil simulasi pengadukan jumlah air (mL) (kcal/mol) (menit) 0 0,004821614 15 0,1 0,005964917 15 0,2 0,007729474 38 0,3 0,008790171 79 0,4 0,010017384 138 Dipole Moment (debyes) BCD 1 -369928,338 -13776,77 -14226,296 9,445 BCD 2 -369928,338 -13776,77 -14226,296 9,445 BCD 3 -369928,338 -13776,77 -14226,296 9,445 BCD 4 -369928,338 -13776,77 -14226,296 9,445 C. Hasil Simulasi Model Inklusi Inklusi Hasil simulasi pembentukan inklusi kompleks betakarotenbetasiklodekstrin ditunjukkan pada Gambar 3.1 . Dari gambar tersebut tampak bahwa betakaroten sebagai guest molecule terikat pada bagian rongga betasiklodektrin. 3 Pembuatan senyawa inklusi kompleks dengan metode paste complexation, yaitu pencampuran betakarotenbetasiklodekstrin-air secara bersama-sama hingga berbentuk pasta, satu-satunya cara untuk menghasilkan energi ikatan adalah dengan adanya pengadukan. Pengadukan akan menghasilkan sejumlah energi, yang dapat digunakan oleh betakaroten-betasiklodekstrin-air untuk berikatan dan membentuk senyawa inklusi kompleks. Oleh karena itu, pengadukan harus dilakukan selama waktu tertentu agar menghasilkan energi sesuai kebutuhan. Berdasarkan data energi hasil simulasi yang diperoleh, akan dihitung waktu pengadukan yang dibutuhkan untuk dapat menghasilkan kebutuhan energi tersebut agar mampu membentuk senyawa inklusi kompleks. IV. KESIMPULAN Gambar 3.1 Pemodelan Molekuler Inklusi Kompleks Betakaroten dan Betasiklodekstrin dalam Siistem Periodix Box Tabel 3.3 dan 3.4 berturut-turut menunjukkan hasil simulasi energi pembentukan dan parameter termodinamika untuk inklusi kompleks betakaroten-betasiklodekstrin dengan penambahan air pada temperatur 30 oC ΔV (mL) Tabel 3.3 Hasil Simulasi Energi Model Molekuler Inklusi Kompleks Energy Dipole RMS Energy ΔHo f binding Moment Gradient mechanics (kcal / mol) (kcal/mol) (Debyes) (kcal/A.mol) (Kcal/mol) 0 2422107,920 2399505,820 9011 4270 0,0048216 0,1 2995479,402 2969437,541 11870 4117 0,0059649 0,2 3880214,562 3849259,811 17490 3961 0,0077295 0,3 4411828,496 4378342,924 18870 3893 0,0087902 0,4 5026410,070 4990974,159 21690 3893 0,0100174 Tabel 3.4 Hasil Simulasi Parameter Termodinamika Model Molekuler Inklusi Kompleks Dari hasil simulasi didapatkan bahwa energi aktivasi pembentukan inklusi adalah -1,192 kcal/ mol dan konstanta Arrhenius laju pembentukan inklusi adalah 5,06 x 10-10 . D. Pengaruh Waktu Pengadukan pada Pembentukan Senyawa Inklusi Kompleks Tabel 3.5 berikut menunjukan pengaruh penambahan air dengan waktu pengadukan. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan antara lain : 1. Pembentukan inklusi kompleks pada betakaroten dan betasiklodekstrin dapat dimodelkan dengan menggunakan perhitungan “Semi-Empiris” dan medan gaya “PM3”. 2. Pembentukan inklusi kompleks pada betakaroten dan betasiklodekstrin dengan ratio mol 1:1 menggunakan metode paste complexation terjadi pada penambahan air 0,4 mL. 3. Semakin banyak jumlah air yang ditambahkan, maka senyawa inklusi kompleks akan semakin terbentuk sempurna. 4. Berdasarkan data hasil simulasi, penambahan air pada pembentukan inklusi kompleks menentukan lamanya waktu pengadukan. 5. Dari hasil TG-DTA, sudah tidak terlihat molekul air sehingga tidak dapat diketahui mekanisme disosiasi dari senyawa inklusi kompleks tersebut. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] Anonim. 2005. “Pharmaceutical Technial Bulletin : CAVAMAX Cyclodextrins Forming and analyzing Drug Inclusion Complexes”. Asyarie, Sukmadjaja. 2007. “Pengaruh Pembentukan Kompleks Inklusi Ketoprofen dalam Beta-siklodekstrin Terhadap Laju Disolusi Ketoprofen”. Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia. Isadiarti, Dewi. 2007. “Termodinamika Pembentukan Kompleks Inklusi Fenobarbital – Hidroksipropil - Beta-siklodekstrin”. Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Indonesia. Jursic, Branko S. 1996. “Molecular Modelling Metodology of BetaCyclodextrin Inclusion Complexes”. Department of Chemistry, New Orleans, USA.