BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gamelan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gamelan merupakan produk budaya tradisional yang telah menjadi salah satu kearifan
lokal bangsa Indonesia. Gamelan memiliki karaketeristik yang unik dan menjadi daya tarik
tersendiri bagi setiap orang yang mendengar lantunannya, tidak hanya bagi orang pribumi
tetapi juga gamelan telah mampu menghipnotis banyak warga negara asing. Hal ini dibuktikan
dengan eksistensi gamelan yang sudah dikenal bahkan dipelajari di luar negeri. Sejak tahun
1958 ketika ahli musik asal Amerika, Mantle Hood, membuat program musik gamelan Jawa
dan Bali di University of California at Los Angeles (UCLA) setelah sebelumnya mempelajari
gamelan di Indonesia. Hingga kini berbagai universitas di Amerika seperti Wesleyan,
University of California, Berkeley, Cornell, Yale, dan Havard mulai mengikuti jejak UCLA
dengan mengadakan kelas gamelan di kampusnya. Kepemilikan instrument gamelan di kampus
juga dipandang sebagai suatu hal yang prestisius. Beberapa komunitas, pagelaran seni ataupun
festival musik banyak melibatkan gamelan sebagai salah satu kesenian yang ditampilkan,
hingga sutradara film Hollywood, Peter Jackson mengikutsertakan instrument gamelan dari
gamelan Padhang Moncar di Selandia Baru sebagai bagian dari ilustrasi musik film the Hobbit:
the Desolation of Smaug.
Karakteristik gamelan pada dasarnya bersumber dari alat musik ini yang termasuk
dalam jenis pentatonic (laras slendro), gamelan tidak memiliki standar nada dasar sebagaimana
pada alat musik diatonic yang memiliki standar frekuensi atau acuan tinggi-rendahnya nada.
Keunikan gamelan tersebut lebih terlihat dalam sistem nada yang dikenal dengan istilah laras.
Proses untuk mendapatkan tinggi rendahnya nada pada satu wilah gamelan dikenal sebagai pelaras-an. (Nugraha, dkk., 2006)
Pe-laras-an pada wilah-wilah satu instrumen gamelan merupakan proses yang sulit dan
sangat unik, karena tidak ada acuan baku mengenai tinggi rendahnya nada dan warna bunyi
yang berlaku pada semua gamelan. Karakteristik yang unik ini diakibatkan karena pada mula
proses pembuatannya hanya berdasarkan tingkat subjektivitas dari ahli (empu), 1sehingga pelaras-an yang dilakukan sangat terpengaruh oleh kondisi pengetahuan, pengalaman, fisik dan
psikologis yang berbeda. Kondisi ini pun menjadi keterbatasan dalam produksi gamelan,
karena para ahli/empu yang kini semakin sedikit. Wahjoedi (2009) menyatakan bahwa
ahli/empu gamelan kian hari semakin sedikit, sebagai contoh di Kabupaten Sukoharjo pada
tahun itu menyisakan 19 empu/pengrajin gamelan dan di kota lain diperkirakan tidak jauh
berbeda bahkan lebih sedikit.
Karakteristik akustik unik dari gamelan, membuat penelitian yang dilakukan harus
ditelusuri dengan pendekatan multidimensional, tidak hanya mempertimbangkan physics
aspect of sound atau frequency composition yang bergantung pada hasil sound pressure level,
tetapi juga psychoacoustic/parameter subjektif (loudness, sharpness, roughness, dan lainya)
yang mempertimbangkan attitude of listeners, karakteristik informasi yang diterima dari suara
gamelan, dan latarbelakang kultur (Genuit dan Fiebig, 2005). Hasil respon subjektif dan
objektif tersebut dapat digunakan untuk menentukan kondisi standar kualitas karakteristik
akustik pada gamelan.
Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini akan dilakukan tinjauan terhadap beberapa
parameter lain terutama parameter subjektif (psychoacoustic) dari gamelan. Kemudian,
ditentukan pula beberapa parameter yang berpengaruh secara signifikan untuk menentukan
kualitas akustik gamelan. Hal inilah yang akan menjadikan musik tradisional gamelan akan
terlestarikan dan dapat dinikmati oleh generasi-generasi yang akan datang. Kualitas akustik
gamelan yang memiliki parameter jelas dan terstandarisasi, akan memudahkan produsen alat
musik tradisional untuk memproduksi gamelan tanpa bergantung pada empu/ahli yang semakin
hari kian sedikit. Dan tidak menutup kemungkinan gamelan dapat diproduksi secara masal
sehingga musik gamelan akan bisa dikenalkan secara global dengan lebih mudah.
1.2 Rumusan Masalah
Hingga kini belum ada standarisasi dari kualitas suara gamelan, sehingga diperlukan
suatu penelitian yang mampu mengembangkan model matematis atau algoritma dari
parameter-parameter akustik yang dapat merepresentasikan karakter atau standar kualitas
instrument gamelan.
1.3 Asumsi dan Batasan Masalah
Dalam melakukan penelitian ini terdapat asumsi dan batasan masalah agar penelitian
dapat fokus pada satu topik yang mendalam. Asumsi dan batasan yang ada dalam penelitian
ini antara lain:
Asumsi:
1. Penentuan kulitas instrument yang diuji dalam penelitian ini berdasarkan expert
judgment pengrawit/empu Gamelan Jawa ataupun Abdi Dalem Kraton yang berada di
D.I Yogyakarta.
Batasan:
1. Objek penelitian ini terbatas pada Gamelan Jawa laras slendro milik Kraton Yogyakarta
sebagai sampel gamelan yang berkualitas baik.
2. Intrumen yang dipilih dalam penelitian ini adalah Bonang Barung Gamelan Jawa laras
Slendro.
3. Model regresi dibangun dengan mengaplikasikan metode Partial Least Square (PLS)
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dibedakan menjadi dua yaitu
tujuan umum dan spesifik.
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menentukan model regresi atau algoritma dari
parameter deskriptor yang dapat merepresentasikan kualitas instrument bonang barung
gamelan jawa laras slendro.
1.4.2 Tujuan Spesifik
Tujuan spesifik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat sebuah algoritma atau model regresi dari parameter kualitas akustik
instrument bonang barung gamelan jawa laras slendro.
2. Mengetahui karakterisasi dan standarisasi kualitas instrument bonang barung gamelan
jawa laras slendro dari model yang dibangun.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan setelah mendapatkan algoritma atau model regresi dari
parameter standar kualitas akustik instrument bonang barung gamelan jawa laras slendro,
adalah:
1. Dapat memberikan pengetahuan mengenai parameter deskriptor yang berpengaruh
signifikan terhadap akustik gamelan.
2. Pembuatan gamelan tidak hanya bergantung pada ahli/empu gamelan yang semakin
sedikit.
3. Dapat melestarikan gamelan sebagai local genius bangsa Indonesia yang diakui dunia.
Download