Go Private

advertisement
Kelompok 18
Men Wih Widiatno
-
1206332563
Purnomo Santoso
-
1206332696
Ardi Jaya Pradipta
-
1206332020
Tugas Mata Kuliah Pasar Modal
Go Private
Abstrak
Fenomena Go Private menarik terjadi di pasar modal dewasa ini. Di satu sisi banyak
perusahaan dari kelas kakap sampai kelas menengah, ramai-ramai masuk bursa tetapi
sebaliknya beberapa perusahaan kelas kakap justru berniat hengkang dari bursa dengan
alasan saham mereka tidak aktif diperdagangkan. Sebagai salah satu Corporate Action, Go
Private merupakan suatu tindakan yang dapat dilatarbelakangi oleh 2 sebab baik sebab yang
bernuansa positif maupun bernuansa negatif terhadap keuangan suatu perseroan. Alasan yang
dikategorikan sebagai alasan positif perseroan melakukan Go Privatedapat dilihat apabila
dilatarbelakangi dengan membaiknya kondisi perseroan karena permodalan yang sudah
mumpuni sehingga dirasa melakukan listing pada bursa merupakan suatu usaha yang tidak
produktif atau tidak menguntungkan lagi bagi perseroan. Sedangkan latar belakang yang
bernuansa negatif dapat dilihat apabila alasan yang melatarbelakangi tindakan perseroan
untuk Go Private adalah dikarenakan tidak menguntungkannya saham yang diperjualbelikan
di bursa maupun karena kondisi perseroan yang tidak lagi memenuhi kualifikasi sebagai
perseroanGo Public. Cara yang paling banyak digunakan dalam Go Private di Indonesia
dewasa ini adalah dengan melakukan Tender Offer dimana tujuan dilakukannya cara ini
umumnya adalah mengalihkan efek maupun mengurangi pemegang saham dari syarat yang
ditentukan dalam Bursa Efek sehingga menyebabkan suatu proses kebalikan dari tindakan
perseroan yang Go Public.
Abstract
There is interesting phenomenon occurs in the stock market today which called by Go
Private. On the other hand there is a lot of high-profile companies to the middle class, busy to
go public listed in Stock Exchange but instead some high profile companies actually intend to
pull out their share out of the stock market by saying their shares are not actively traded on
market.As one of Corporate Action, Go Private is an action that can be motivated by two
reasons either because positively influence or negatively influanceregarding a company's
finances. Reasons which are categorized as positive reasons by doing Go Private in a public
company can be measured bythe improving conditions for company’s capitalization
nevertheless listing on the stock market is no longer productive or no longer profitable for the
company. While negative reason why Go Private is not in company favor because the shares
on the exchange are not liquid or because of the condition of the company that no longer
qualify as the company went public. The most commonly used way to Go Private in
Indonesia nowdays is by doing Tender Offer which isin general to shift or reduce the shares
or the shareholders in any terms that resulting to be unqualified to be listed in the Stock
Exchange, causing a reverse process of the actions of the company which public listed.
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
PENDAHULUAN
Tindakan Go Private merupakan aksi korporasi yang merupakan kebalikan dari
tindakan Go Public. Pada tindakan Go Public, suatu perseroan menjual sahamnya kepada
publik sehingga menjadi perseroan terbuka. Sebaliknya, pada tindakan Go Privateperseroan
terbuka berubah statusnya menjadi perseroan tertutup. Alasan suatu perseroan terbuka
melakukan Go Private adalah karena merasa terbebani oleh biaya-biaya yang harus
dikeluarkan dan kewajiban-kewajiban sebagai perseroan terbuka.Adapun biaya dan
kewajiban tersebut antara lain adalah tingginya biaya konsultan hukum dan akuntansi, biaya
penyelenggaraan RUPS, kewajiban memenuhi peraturan pasar modal, kesibukan melayani
analis surat berharga, dan keterbatasan untuk melakukan transaksi dengan pihak afiliasi.
Beberapa dari alasan tersebut tentunya mengundang perdebatan karena justru hal-hal itulah
yang merupakan penunjang pelaksanaan prinsip good corporate governance.Latar belakang
perseroan melakukan go private bias juga disebabkan karena tidak terpenuhinya maksud dan
tujuan utama perusahaan pada saat menjadi perusahaan Go Public. Dimana seharusnya
dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan mendapatkan kemudahan untuk akses di
dalam pasar modal daripada perusahaan tertutup. Kelebihan ini menjadi dapat tidak berarti
apabila perusahaan tersebut tidak dapat masuk ke dalam pasar tersebut dengan harga yang
diterima. Image perusahaan sebagai perusahaan terbuka yang dikatakan cenderung lebih
stabil daripada perusahaan tertutup sering kali dipertanyakan dalam berbagai kondisi
ekonomi, khususnya pada saat depresi. Perusahaan dihadapkan pada pilihan, dan karenanya
harus menentukan, apakah gengsi yang didapat dari perusahaan publik adalah sepadan
dengan biaya dan resiko serta kondisi yang semakin memburuk apabila tetap dipertahankan
sebagai perusahaan publik.
Di Indonesia, tindakan Go Private pertama kali dilakukan pada tahun 1996, yaitu
pada tindakan Go Private PT Praxair Indonesia Tbk. Setelah PT Praxair Indonesia Tbk,
beberapa perseroan terbuka lain yang melakukan Go Private antara lain adalah PT Pfizer
Indonesia Tbk. (2002), PT Miwon Indonesia Tbk. (2002), PT Indocopper Investama Tbk.
(2002), PT Bayer Indonesia Tbk. (2003), PT Singer Industries Indonesia Tbk. (2003), PT
Central Proteinaprima Tbk. (2004), PT Surya Hidup Satwa Tbk. (2004), PT Indosiar Visual
Mandiri Tbk. (2004), PT Multi Agro Persada Tbk. (2005), dan PT Komatsu Indonesia Tbk.
(2005)1
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
Dalam proses Go Private terletak pada perlindungan kepentingan pemegang saham
publik. Pada proses Go Private, disamping berusaha memastikan bahwa tidak terdapat
informasi yang disembunyikan perseroan, Bapepam juga mempersyaratkan adanya
persetujuan pemegang saham independen dan dilakukannya penawaran tender atas saham
yang dimiliki pemegang saham publik.
Peraturan yang selama ini dijadikan acuan dalam melaksanakan Go Private adalah
1. Peraturan tentang Benturan Kepentingan
2. Peraturan tentang Penawaran Tender (Tender Offer)
Kedua aturan ini meliputi peraturan Bapepam dan juga peraturan yang dikeluarkan oleh BEJ.
Disamping itu, proses GoPrivate juga harus mengacu pada Undang-Undang Perseroan
Terbatas, dan Undang-Undang Pasar Modal.
POKOK PERMASALAHAN
Dalam rangka untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai tindakan
perseroan yang Go Public menjadi perseroanGo Private , maka kami akan mencoba melalui
kajian secara normatif mengenai :
1. Bagaimana peraturan yang mengatur pelaksanakan aksi koorperasi suatu perseroan
terbuka (Go Public) menjadi perseroan tertutup (Go Private)?
2. Bagaimana prosedur yang harus dilakukan dalam rangka perseroan tersebut untuk
menjadi perseroan tertutup (Go Private)?
PEMBAHASAN
Go Privateadalah perubahan status dari perseroan yang terbuka menjadi perseroan
tertutup. Go Private artinya perseroan yang sahamnya semula dimiliki oleh Public (perseroan
terbuka), berubah kembali menjadi pemegang saham saja.
Subjek yang berhak untuk
melakukan Go Privateadalah :
1. Pemegang saham baik mayoritas maupun minoritas
2. Perseroan itu sendiri
3. Pihak ketiga yang berminat agar perseroaan tersebut melakukan Go Private
1
Boby W. Hernawan &I Made B. Tirthayatra. Go Private. hal. 1
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
Dengan berubahnya status emiten menjadi perseroan tertutup tentu akan menimbulkan
konsekuensi tertentu baik itu bagi emiten, terhadap investor maupun terhadap efek itu sendiri.
Berikut adalah penjelasan mengenai konsekuensi dari pelaksanaan go private:2
1. Terhadap Emiten
Tujuan utama dari perseroan yang ingin masuk ke bursa, senantiasa dilandasi oleh
pertimbangan ekonomi di mana perseroan tersebut bertujuan agar dapat
memperoleh dana untuk keperluan pengembangan usahanya. Masuknya perseroan
ke dalam bursa merupakan promosi tersendiri bagi perseroan dibandingkan
dengan perseroan lain yang tidak listing di bursa. Ekspektasi dari manfaat-manfaat
ekonomi tidak akan tercapai bila tidak disertai dengan kerja emiten yang baik.
Dengan dilakukannya go private, emiten tidak lagi memperoleh manfaat-manfaat
ekonomi yang didapat di Bursa namun di sisi lain, emiten tidak perlu
melaksanakan prinsip keterbukaan kepada masyarakat. Perseroan yang melakukan
go private tentu harus mengubah anggaran dasarnya kembali mengingat anggaran
dsar yang ada tidak lagi sesuai dengan kenyataan yang ada. Anggaran dasar
perseroan dirubah menjadi anggaran dasar perseroan biasa.3
2. Terhadap Investor
Dengan adanya pelaksanaan go private oleh emiten, investor tentu tidak dapat lagi
memiliki saham dari perseroan yang bersangkutan dan mendapatkan keuntungan
atas kepemilikan saham tesebut. Namun, tidak selamanya pelaksanaan go private
merugikan pihak investor asalkan diikuti dengan penawaran tender. Dalam
kondisi tertentu, saham milik investor dapat dibeli dengan harga lebih tinggi
sehingga investor tidak menderita kerugian bila melepaskan sahamnya.
3. Terhadap Efek
Terhadap efek dari perseroan yang melakukan go private, efek tersebut tentu tidak
dapat lagi diperdagangkan di bursa maupun diluar bursa karena status perseroan
yang sudah menjadi perseroan tertutup. Berbeda halnya dengan emiten yang
mengalami sanksi Delisting, walaupun sudah tidak tercatat di bursa, masih
merupakan perseroan terbuka dan sahamnya masih dapat diperdagangkan di pasar
negosiasi maupun di luar bursa.
2
Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis. Seri Pengetahuan Pasar Modal: Go Public Dan Go
Private Di Indonesia. (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2009) hal. 42
3
Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum). (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,
2001)hlm.75.
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
Ditinjau dari segi prosesnya, Go Private dapat terjadi apabila jumlah pemegang saham
berkurang secara wajar sehingga jumlahnya tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai suatu
perseroan publik. Selain itu, Go Private dapat pula terjadi apabila terjadi pembelian kembali
saham-saham (repurchase its own shares) dari pasar sehingga jumlah pemegan sahamnya
berkurang dari persyaratan yang ditentukan oleh peraturan yang berlaku sebagai suatu
perseroan publik. Secara umum ada 4 cara yang dilakukan dalam melakukan go private di
berbagai negara di dunia yaitu4:
1. Cash Out Merger
Bentuk yang umum merger yang dilakukan di sini adalah kebalikan dari suatu
triangular merger di mana perseroan yang dibentuk oleh perseroan yang
melakukan akuisisi merger dengan atau dikonsolidasikan ke dalam suatu
perseroan publik, yang tetap eksis setelah merger selesai. Sebagai akibat dari
merger tersebut, saham-saham yang dikeluarkan oleh perseroan, selain yang
ditempatkan dan dimiliki oleh perseroan yamg mengambil alih, diubah menjadi
hak untuk menerima “merger consideration” atau nilai tunai yang dibayarkan
kepada para pemegang saham yang ada.
2. Tender Offer
Adalah melakukan penawaran secara terbuka untuk membeli atau melakukan
pertukaran efek dengan efek lainnya terhadap efek bersifat ekuitas yang dilakukan
melalui pengumuman dalam media massa. Penawaran tender (tender offer)ini
merupakan penawaran untuk membeli efek dari pemegang saham publik yang
dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah pemegang saham secara signifikan.
Sehingga dapat juga memungkinkan perseroan tidak lagi memenuhi persyaratan
sebagai perseroan publik. Hal ini dapat menyebabkan perseroan terbuka menjadi
perseroan tertutup ( go private ).
3. Reverse Stock Split
Adalah penggabungan nominal saham sehingga menjadi lebih besar. Akibat
reverse stock split adalah jumlah lembar saham setelah di reverseakan menjadi
sekian kali lebih sedikit dari sebelumnya, akibatnya harga per lembarnya menjadi
lebih tinggi. Hanya emiten tertentu saja yang melakukan hal ini karena harga
sahamnya sudah terlalu murah di pasar. Hal ini untuk mengurangi jumlah
pemegang saham dimana perseroanakan menawarkan saham untuk membeli
4
Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Op.Cit.hal. 76
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
kembali saham-sahamnya yang ada di pemegang saham publik.5 Ini merupakan
caraperseroan untuk melakukan go private agar perseroan dapat membeli kembali
saham-saham miliknya yang dimiliki oleh publik.
4. Sale of All
Merupakan suatu tindakan di mana asset perseroan publik atau semua saham
perseroan publik dijual kepada perseroantertutup yang baru dibentuk yang
dimiliki oleh manajemen perseroan publik tersebut, diikuti dengan pengakhiran
perseroan publik tersebut dan distribusi penjualan bersih kepada para pemegang
sahamnya. Perseroan publik yang memutuskan untuk menjadi perseroan tertutup
dapat melakukan langkah dengan menjual semua saham ataupun asset perseroan
publik tersebut, sehingga semua saham perseroan publik itu dimiliki oleh
perseroan tertutup yang baru dibentuk oleh manajemen perseroan yang sama pada
perseroan publik tersebut.
Dari keempat macam cara tersebut pelaksanaanya Go Private, Tender Offer merupakan
salah satu cara yang banyak digunakan oleh perusahan-perseroan publik di Indonesia dewasa
ini dalam melakukan Go Private.6
PERATURAN MENGENAI GO PRIVATE
Peraturan yang selama ini dijadikan acuan dalam melaksanakan Go Private adalah peraturan
mengenai benturan kepentingan dan peraturan mengenai penawaran tender.
1. Peraturan tentang Benturan Kepentingan
Peraturan Bapepam mengenai benturan kepentingan mewajibkan suatu transaksi yang
mengandung benturan kepentingan mendapat persetujuan pemegang saham independen.
Meskipun tindakan Go Private tidak mengandung benturan kepentingan, kebijakan
Bapepam mewajibkan perseroan untuk mengacu kepada peraturan tersebut. Dengan
kebijakan ini, meskipun tidak memiliki suara majoritas, pemegang saham independen
yang tidak setuju dengan proses Go Private dapat menghalangi proses Go Private.
Sampai dengan bulan Agustus 2005, persetujuan pemegang saham independen dilakukan
dengan mengacu pada Peraturan Bapepam No. IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan
5
Saleh Basir dan Hendy. M. Fakhrudin, Aksi Korporasi (Strategi untuk Meningkatkan Nilai Saham
Melalui Aksi Korporasi), (Jakarta: Salemba Empat,2005), hlm. 119.
6
Munir Fuady, Op.Cit.hal. 190
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
Transaksi Tertentu. Peraturan tersebut mensyaratkan bahwa Go Private hanya dapat
dilakukan dengan persetujuan RUPS Pemegang Saham Independen yang dihadiri oleh
lebih dari 75% saham yang dimiliki Pemegang Saham Independen, dan disetujui oleh
lebih dari 50% saham yang dimiliki oleh Pemegang Saham Independen. Melalui Surat
Bapepam tersebut, Bapepam mensyaratkan bahwa Go Private hanya dapat dilakukan
dengan persetujuan RUPS Pemegang Saham Independen yang dihadiri oleh sekurangkurangnya 75% saham yang dimiliki Pemegang Saham Independen, dan disetujui oleh
Pemegang Saham Independen yang mewakili lebih dari 50% saham yang dimiliki oleh
total Pemegang Saham Independen. Disamping mengatur mengenai korum, Surat
Bapepam tersebut juga mengatur mengenai harga penawaran tender yang harus
dilakukan.
2. Peraturan tentang penawaran tender
Apabila rencana Go Private telah disetujui oleh para Pemegang Saham Independen, maka
harus dilakukan penawaran tender oleh pemegang saham perseroan untuk membeli saham
yang dimiliki pemegang saham publik. Tata cara dan prosedur penawaran tender diatur
dalam Peraturan Bapepam No. IX.F.1 tentang Penawaran Tender. Adapun harga
Penawaran, disamping diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX.F.1 tentang Penawaran
Tender juga diatur dalam Peraturan BEJ No. I-1. Disamping itu, dengan dikeluarkannya
Surat Bapepam No. 2432/PM/2005 perihal Rencana Go Private PT Komatsu Indonesia
Tbk., maka harga penawaran tender juga harus mengacu pada surat tersebut.
a. Surat Bapepam No. 2432/PM/ 2005 perihal Rencana Go Private PT Komatsu
Indonesia Tbk. Surat ini merupakan acuan yang dipakai dalam proses Go Private
yang terkini, yaitu proses Go Private PT Komatsu Indonesia Tbk. Sebagaimana
disebutkan dalam Surat Edaran Go Private yang dikeluarkan PT Komatsu Indonesia
Tbk., Bapepam mensyaratkan agar harga penawaran pembelian harus menarik atau
lebih tinggi dari ketiga harga berikut:

Harga pasar tertinggi atas saham Perseroan di bursa dalam jangka waktu 90
hari terakhir sebelum pengumuman rencana Go Private.

Hasil penilaian harga wajar saham Perseroan oleh penilai independen. Penilai
Independen tersebut ditunjuk oleh pemegang saham independen dalam RUPS
Independen

Nilai nominal saham.
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
b. Peraturan Bapepam No. IX.F.1 tentang Penawaran Tender. Peraturan ini
mensyaratkan harga penawaran tender harus lebih tinggi dari dua harga berikut:

Harga penawaran tender tertinggi yang diajukan sebelumnya oleh pihak yang
sama dalam jangka waktu 180 hari sebelum pengumuman.

Harga pasar tertinggi atas Efek dalam jangka waktu 90 hari terakhir sebelum
pengumuman.
c. Peraturan BEJ No. I-1 Peraturan ini mensyaratkan harga penawaran tender sekurangkurangnnya harus sama dengan harga tertinggi dari tiga harga berikut:

Harga nominal,

Harga perdagangan tertinggi di pasar reguler selama 2 tahun terakhir sebelum
pemberitahuan RUPS setelah memperhitungkan faktor penyesuaian akibat
perubahan nilai nominal sejak 2 tahun terakhir hingga RUPS yang menyetujui
Delisting, ditambah premi berupa tingkat pengembalian investasi selama 2
tahun yang diperhitungkan sebesar harga perdana saham dikali rata-rata
tingkat bunga SBI 1 bulan dalam periode 3 bulan atau tingkat bunga obligasi
pemerintah lain yang setara yang berlaku saat ditetapkannya putusan RUPS
mengenai Delisting,

Nilai wajar berdasarkan penilaian Penilai Independen. Masing-masing
peraturan di atas memberikan batasan mengenai harga minimal bagi
penawaran tender, karenanya ketiga peraturan tersebut tidak saling
bertentangan namun bersifat saling melengkapi.
Selain peraturan di atas, proses GoPrivate juga harus memperhatikan penyelesaian
terhadap pemegang saham yang tidak setuju terhadap Go Private. Hal ini diatur dalam
angka 1 pasal 55 Undang- undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang
menyatakan bahwa setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar
sahamnya dibeli dengan harga yang wajar, apabila yang bersangkutan tidak
menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan,
berupa:
a) perubahan Anggaran dasar,
b) penjualan, penjaminan, pertukaran sebagian besar atau seluruh kekayaan
perseroan, atau
c) penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan perseroan.
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
PROSEDUR GO PRIVATE
Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut diatas, maka secara umum prosedur yang harus
dilalui dalam proses Go Private adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh persetujuan RUPS pemegang saham independen.
Pertama- tama, perseroan yang hendak Go Private wajib menyampaikan agenda
RUPS Independen mengenai rencana Go Private beserta draft Surat Edaran bagi
Pemegang Saham kepada Bapepam, selambat-lambatnya 7 hari sebelum pemberitahuan.
Agenda RUPS biasanya mencakup rencana Delisting, perubahan status perseroan dari
terbuka menjadi tertutup serta perubahan anggaran dasar terkait, yang secara satu
kesatuan biasanya disebut sebagai rencana Go Private. Salah satu agenda penting yang
juga harus diperhatikan adalah agenda penunjukkan Penilai Independen oleh Pemegang
Saham Independen untuk melakukan penilaian atas Efek/ saham Perseroan.
Mengingat bahwa Go Private dilakukan melalui penawaran tender atas saham
perseroan, maka informasi mengenai rencana Go Private sangat mempengaruhi harga
saham Perseroan. Untuk menghindari fluktuasi harga, Perseroan dapat mengajukan
permohonan suspend perdagangan saham kepada bursa efek dimana perseroan dicatat.
Pemberitahuan akan adanya RUPS Independen dan Surat Edaran kepada para pemegang
saham (Pengumuman) harus diumumkan dalam surat kabar selambatlambatnya 28 hari
sebelum RUPS. Surat Edaran antara lain mencakup alasan dan latar belakang rencana Go
Private, penilaian pihak independen atas saham Perseroan, pihak yang akan melakukan
penawaran tender, harga penawaran yang direncanakan serta ketentuan-ketentuan RUPS
dalam rangka Go Private. Panggilan untuk menghadiri RUPS juga harus diumumkan
melalui surat kabar dan dilakukan selambat-lambatnya 14 hari sebelum RUPS.
2. Melakukan Penawaran Tender
Setelah memperoleh persetujuan dari pemegang saham independen, maka pelaksanaan
Go Private wajib dilakukan melalui penawaran tender. Prosedur dan tata cara penawaran
tender diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.F.1 tentang Penawaran Tender.
Adapun harga yang digunakan, disamping mengacu pada Peraturan Bapepam No. IX.F.1
juga harus mengacu pada Surat Bapepam No. S-2432/PM/2005 tanggal 5 September
2005, dan Peraturan BEJ No. I-1. Sebagaimana diungkapkan di atas, peraturan- peraturan
tersebut memberikan patokan mengenai harga-harga minimum yang harus dijadikan
acuan dalam menentukan harga realisasi penawaran tender. Karenanya, acuan-acuan
harga tersebut tidak bertentangan namun bersifat saling melengkapi.
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
Prosedur penawaran tender dibagi menjadi beberapa tahap , yaitu sebagai berikut :7
a. Tahapan Pengumuman Rencana Penawaran Tender.
1. Identitas dari pihak yang melakukan penawaran tender
2. Persyaratan dan kondisi khusus dari penawaran tender yang direncanakan
3. Jumlah efek bersifat ekuitas dari perseroan sasaran yang dimiliki oleh pihak yang
melakukan penawaran tender.
4. Pernyataan Akuntan , bank atau penjamin emisi efek menerangkan bahwa pihak
yang melakukan penawaran tender telah mempunyai dana yang cukupi untuk
membiayai penawaran tender dimaksud.
Teks pengumuman rencana penawaran tender tersebut wajib disampaikan kepada
Bapepam dan perseroan sasaran dalam waktu selambat-lambatnya 2 hari kerja
sebelum dimuatnya teks dalam surat kabar.
b. Tahap Penyampaian pernyataan Penawaran Tender
Pernyataan penawaran tender selambat-lambatnya lima hari sejak pengumuman
rencana dan disampaikan kepada :
1. Bappepam
2. Bursa Efek dimana efek bersifat ekuitas itu dicatat.
3
Perseroan Sasaran
4
Pihak yang telah melakukan penawaran tender atau efek bersifat ekuitas tersebut
yang masa berlakunya berakhir.
c. Tahap Efektifnya masa penawaran Tender
Penawaran tender menjadi efektif pada hari ke 15 sejak diterimanya pernyataan
penawaran tender secara lengkap oleh Bapepam atau tanggal lebih awal jika
dinyatakan efektif oleh Bapepam.
d. Tahap pengumuman pernyataan Penawaran Tender
Selambat-lambatnya 2 hari kerja sejak pernyataan tender menjadi efektif dan wajib
diumumkan sekurang-kurangnya 2 surat kabar harian.
e. Tahap Bantahan dari Direksi atau Komisaris Perseroan Sasaran
f. Tahap Penyelesaian Transaksi
Dalam jangka waktu paling lama 12 hari setelah penawaran berakhir , maka
penawaran tender wajib diselesaikan.
g. Tahap Berakhirnya masa penawaran Tender
7
Ibid.hal. 198
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
Sekurang-kurangnya dalam waktu 30 hari dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu
paling lama 90 hari kecuali disetujui oleh Bapepam.
h. Tahap laporan Akhir.
3. Paska Penawaran Tender
Apabila setelah penawaran tender masih terdapat pemegang saham yang tidak setuju
dengan proses Go Private perseroan, maka sebagaimana disyaratkan dalam UndangUndang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas pasal 55 angka 1, Perseroan wajib
mengusahakan untuk membeli saham yang dimiliki pemegang saham tersebut. Pembelian
tersebut dapat dilakukan oleh pemegang saham utama dan dapat pula oleh perseroan
sendiri. Apabila perseroan memilih untuk membeli sendiri saham tersebut maka wajib
mengikuti peraturan yang terkait dengan pembelian kembali saham. Demikianlah
gambaran singkat mengenai peraturan yang terkait dengan proses Go Private.
4. Delisting
Berdasarkan Peraturan BEJ No. I-I tentang penghapusan pencatatan (Delisting) dan
Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa, maka pengertian Delisting adalah “
Penghapusan efek dari daftar efek yang tercatat di bursa, setelah efek tersebut dihapuskan
pencatatannya di Bursa “ 8
Pembatalan pencatatan (Delisting) diartikan sebagai suatu peristiwa dimana saham
yang tadinya diperdagangkan di pasar saham atau bursa efek tidak lagi dapat
diperdagangkan. Penyebab dari peristiwa ini , akan dikaitkan dengan dua hal yaitu :
1. Disebabkan oleh keinginan dari perseroanPublic untuk menjadi perseroan tertutup (
Go Private)
2. Yang disebabkan oleh adanya paksaan atas sanksi dari bursa efek tempat perseroan
efek tersebut menjual efeknya.
Delistingdi Bursa Efek , disebutkan dalam Peraturan BEJ nomor I-I bahwa terdapat dua
jenis Delisting yaitu :
1. Delisting Saham atas Permintaan Perseroaan ( VoluntaryDelisting )
Adapun syarat-syarat VoluntaryDelisting antara lain :
a. Telah tercatat sekurang-kurangnya lima tahun
b. Disetujui oleh RUPS
8
Pengertian delisting berdasarkan Peraturan BEJ Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan
(delisting) dan Pencatatan Kembali ( Relisting)
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
c. Buy-back atas saham pemegang saham yang tidak menyetujui, yaitu dengan harga
tertinggi antara : harga nominal , Harga pasar tertinggi selama 2 tahun ditambah
premi 2 tahun, dan Harga wajar berdasarkan appraisal.
2. Delisting Saham oleh Bursa
Bursa menghapuskan pencatatan saham perseroan tercatat sesuai dengan ketentuan
peraturan bahwa perseroan tercata mengalami sekurang-kurangnya satu kondisi
dibawah ini :9
a. Mengalami kondisi atau peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negative
terhadap kelangsungan usaha perseroan tercatat, baik secara financial atau secara
hukum atau terhadap kelangsungan status perseroan tercatat sebagai perseroan
terbuka, dan perseroan tercatat tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang
memadai.
b. Saham perseroan tercatat suspense di pasar regular dan pasar tunai, hanya dapat
diperdagangkan di pasar negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 bulan terakhir.
Saham yang telah mengalami Delisting dapat tercatat kembali di bursa atau dikenal
dengan istilah Relisting setelah 6 bulan , dengan ketentuan :10
a. Pencatatan kembali diperlakukan sama dengan pencatatan saham baru
b. Telah memperbaiki kondisi yang menyebabkan dilakukannya Delisting oleh bursa.
5. Tahapan Akhir menjadi Perseroan tertutup (Go Private)
Satu hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses Go Private adalah bagaimana
menentukan batasan bahwa suatu perseroan sudah menjadi perseroan tertutup. UndangUndang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan definisi mengenai emiten
dan perseroan publik, namun Undang-Undang tersebut belum memberikan definisi yang
jelas mengenai perseroan tertutup ataupun perseroan terbuka. Batasan mengenai
perseroan tertutup atau perseroan terbuka sangat diperlukan untuk menentukan kapan
kewajiban dari suatu perseroan sebagai perseroan terbuka akan berakhir.
Sebagai contoh, Undang Undang Pasar Modal menyatakan bahwa salah satu pengertian
Penawaran Umum meliputi penjualan efek kepada lebih dari 50 (lima puluh) pihak dalam
batas nilai serta batas waktu tertentu. Dengan mempertimbangkan hal ini, maka ada
kemungkinan Perseroan masih dianggap memenuhi Kriteria sebagai pihak yang wajib
9
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin Pasar Modal di Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab.
(Jakarta : Salemba Empat, 2006), hal 108
10
Ibid.
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
tunduk kepada peraturan dan perundang-undangan di bidang pasar modal apabila setelah
penawaran tender jumlah pemegang saham Perseroan masih lebih dari 50 pihak.
KESIMPULAN
Setelah melakukan kajian normatif maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Peraturan yang selama ini dijadikan acuan dalam melaksanakan Go Private adalah
peraturan mengenai benturan kepentingan dan peraturan mengenai penawaran tender.
2. Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut diatas, maka secara garis besar prosedur
yang harus dilalui dalam proses Go Private adalah sebagai berikut :
a) Memperoleh persetujuan RUPS pemegang saham independen.
b) Melakukan Penawaran Tender
c) Paska Penawaran Tender
d) Tahapan Akhir menjadi Perseroan tertutup ( Go Private)
\
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
DAFTAR PUSTAKA
Saleh Basir dan Hendy. M. Fakhrudin. Aksi Korporasi Strategi untuk Meningkatkan Nilai
Saham Melalui Aksi Korporasi. Jakarta: Salemba Empat, 2005.
Darmadji, Tjiptono dan Hendi M. Fakhrudin. Pasar Modal di Indonesia : Pendekatan Tanya
Jawab. Jakarta : Salemba Empat, 2006.
Fuady, Munir. Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum). Bandung : PT Citra Aditya Bakti,
2001.
Hernawan,Boby W. danI Made B. Tirthayatra. Go Private
Widjaja Gunawan, Wulandari Risnamanitis. Seri Pengetahuan Pasar Modal: Go Public Dan
Go Private Di Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada Media, 2009.
www.bapepam.go.id
Magister Kenotariatan Salemba September 2013
Download