Link - Universitas Kristen Duta Wacana

advertisement
.''ETITIAR HA'II PEIIEL|IIAII DAII DEHGABDIAX
ri|A'YARAKAT UTTUK PETIT{GI(ATAil TUTU PEIIDIDIKAII
DAT PELAVATAX KEDADA TA'YANAKAT'
Topik Makalah
.
.
.
Bidang Sosial, Ekonomidan Humaniora/Agama
Bidang Teknologi dan Rekayasa/Produk
Bidang BiologidanKesehatan
Telah Diseminarkan pada : Tanggal 23 Oktober 2015
Tim Reviewer:
1
. Prof .lr. Titien Saraswati, M.Arch., Ph.D
2. Dr.dr. Nining SriWuryaningsih, Sp.PK
3. Dr. Charis Amarantini, M.Si
4. Dr. lr. Sri Suwarno, M.Eng
5. Dr. Singgih Santoso,MM
6. Pdt. RobertSetio, Ph.D
Editor
Desain Sampul
Penata Letak
The Maria MeiwatiWidagdo, Ph.D
: T. Pramujito, S.Sos
: SerliStiawaty, S.Si
: dr.
@November 2015
Diterbitkan oleh:
Duta Wacana University Press
Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta
Tetp.(027 4) 563929 F ax.(027 4)51 3235
.SEMINAR
HASIL PENELITI.AN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
UNTUK PENINGKATAN MUTU PEND ID I KAN DAN PELAYANAN
KEPADAMASYARAKAT"
. Bidang
Sosial, Ekonomi dan Humaniora/Agama
. Bidang Teknologi dan Rekayasa/Produk
.
Bidang Biologi dan Kesehatan
Dipublikasikan oleh:
Duta Wacana University Press
Universitas lbisten Duta Wacan:, Yoryakarta
Telp.(0274) 563929 exr-l26 Fax.(027 4) 513235
ISBN : 978-602-6806-02-4
@November 2015
Tim Reviewer
1. Prof.
:
h Titien Saraswati, M.Arch., Ph.D
2. Dr. dr. Nining Sri Wuryaningsih, Sp.PK
3. Dn Charis Amarantini, M.Si
4. Dr.
k
Sri Suwarno, M.Eng
5. Dr. Singgih Santoso, MM
6. Pdt. Robert Setio, Ph.D
KATA PENGANTAR
Dalam rangka mencapai visi dan misi Universitas, Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Kristen Duta Wacana telah menyelenggarakan kegiatan ilmiah berupa diseminasi hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan seminar ini merupakan salah satu bentuk kegiatan ilmiah yang dilakukan guna mendorong dan meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian
dosen. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mencapai tutuan universitas khususnya dalam mengemban
dharma penelitian dan dharma pengabdian kepada masyarakat seperti tersebut dalam dokumen Rencana
Induk Penelltian Universitas
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UKDW berpendapat bahwa pendidikan
tinggi yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional adalah suatu keharusan sehingga eksistensi perguruan tinggi tersebut diharapkan dapat berkontribusi nyata kepada peningkatan
daya saing bangsa. Perbaikan kualitas penelitian akan dapat mewuiudkan negara yang bermutu dan berwibawa, yang salah satu indikator utamanya adalah publikasi para peneliti dan akademisi.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UKDW terus berupaya untuk mengemas
program penelitian dan pengabdian masyarakat secara simultan dan berkesinambungan sesuai dengan
perkembangan ipteks-sosbud dan kebutuhan pembangunan. Reformulasi berbagai program penelitian
terus dilakukan dalam upaya merespon atas keinginan para peneliti dan stake-holders serta sekaligus
merespon atas kemaiuan Ipteks itu sendiri.
Semua artikel yang termuat dalam prosiding ini diperoleh melalui suatu proses seleksi yang panjang yang dilakukan oleh tim reviewer dan telah dipresentasikan pada hari fumat 23 Oktober 2015. Prosiding ini mencakup tiga kelompok bidang yaitu bidang Sosial, Ekonomi dan Humaniora/Agama, bidang
Teknologi dan Rekayasa/Produk serta bidang Biologi dan Kesehatan. LPPM berharap dengan diselenggarakan acara seminar ini dapat meningkatkan produktivitas karya ilmiah serta meniadi sarana bagi dosen
dalam upaya mendiseminasikan dan mempublikasikan hasil penelitian yang selaniutnya dapat bermanfaat bagi keseiahteraan masyarakat dan kelestarian alam.
Yogyakarta, November 2015
Ketua LPPM UKDW
dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D
KATA PENGANTAR
Dalam rangka mencapai visi dan misi Universitas, Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Mayarakat Universitas Kristen Duta Wacana telah menyelenggarakan kegiatan ilmiah berupa diseminasi hail-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan seminar ini merupakan salah satu benuk kegiatan ilmiah yang dilakukan guna mendorong dan meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian
losen. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mencapai tujuan universitas khususnya dalam mengemban
lharma penelitian dan dharma pengabdian kepada masyarakat seperti tersebut dalam dokumen Rencana
nduk Penelitian Universitas
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UKDW berpendapat bahwa pendidikan
inggi yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional adalah suatu keharusan selingga eksistensi perguruan tinggi tersebut diharapkan dapat berkontribusi nyata kepada peningkatan
laya saing bangsa. Perbaikan kualitas penelitian akan dapat mewuludkan negara yang bermutu dan bervibaw4 yang salah satu indikator utamanya adalah publikasi para peneliti dan akademisi.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UKDW terus berupaya untuk mengemas
rrogram penelitian dan pengabdian masyarakat secara simultan dan berkesinambungan sesuai dengan
rerkembangan ipteks-sosbud dan kebutuhan pembangunan. Reformulasi berbagai program penelitian
:erus dilakukan dalam upaya merespon atas keinginan para peneliti dan stake-holders serta sekaligus
nerespon atas kemaiuan Ipteks itu sendiri.
Semua artikel yang termuat dalam prosiding ini diperoleh melalui suatu proses seleksi yang panang yang dilakukan oleh tim reviewer dan telah dipresentasikan pada hari Jumat 23 Oktober 2015. Pro;iding ini mencakup tiga kelompok bidang faitu bidang Sosial, Ekonomi dan Humaniora/Agama, bidang
feknologi dan Rekayasa/Produk serta bidang Biologi dan Kesehatan. LPPM berharap dengan diselengga:akan acara seminar ini dapat meningkatkan produktivitas karya ilmiah serta meniadi sarana bagi dosen
lalam upaya mendiseminasikan dan mempublikasikan hasil penelitian yang selanjutnya dapat bermanhat bagi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam.
Yogyakarta, November 2015
Ketua LPPM UKDW,
dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D
CONTENTS
.
KII,I-FRY&{STAND ITS FUTURE APPLICATION
Dhira" Satwika
.
ROLE OF ORGANIZATIONAL LEARNING IN THE RELATIONSHIP BETWEEN TQM
PRACffCES AND ORGANIZATIOAI, PERFORMANCE
Sisnuhadi
.
"
.
.
.
.
MODEL KLASIFIKASI SIDIK JARI DENGAN TEORI HIMPUNAN GANDA
Sri Suwanro
L9
RINGKASANPENELITIANUNTUKPENGEMBANGANMODULMODELPENDIDIKAN
PEIIDAMAIAN BERBASIS BUDAYA DI KOTA YOGYAKARTA
Dra Alviani Permata, M.Hum., Dra.Endah Setyowati, M.Si., MA,
Dra.Krisni Noor Patrianti,M.Hum., Marsius Tinambunan, S.Th., B.Ch.M,
Pratomo Nugroho Soetrana, MA.,
24
DAMPAKPEMBAXUANPEMN GENDERTERHADAP KELAS SOSIAL DI YOGYAKARTA
Asnath NJ,{atar; Edy Nugroho
34
ARSITEKTUR GEREIA BERPERSFEKTIF FEMINIS
Asnath Niwa Nafar
46
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PENGGUNABPJS KESEHATAN DIYOGYAKARTA
Petra Surya Meg'a Wijaya, SE, MSi dan Dra Ety Istriani, MM
59
PEMODELAN DATA BERBASIS SEMANTIC WEB UNTUK KATALOG BUKU
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
Budi Susantol), Umi Proboyekti'z)
.
MAKNA SIMBOL RELASI PEREMPUAN DAN LAKI.LAKI DALAM.ARSITEKTUR
TRADISIONAL
SUMBA
SEBAGAI ACUAN PERWUJUDAN KESETAMAN JENDER
Wiyatiningsih, Asnath Niwa Natan Endah Setyowati, Alviani Permata
.
.
.
81
KONTRIBUSI DAN PENERIMMN PENGGUNA DAI.AM KESUKSESAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI ANGGAMN DAN REALISASI
Lussy Ernawatl, Halim Budi Santoso
.
7t
95
PENINGKATAN PEI,IASARAN SEKOLAH MELALUI DESAIN WEBSITE
Parmonangan Manurungl), Ferdy Sabono2)
101
KEANEKAMGAMAN DAN POTENSI MAKROFUNGI TAMAN NASIONAL GUNUNG
MERAPI LER-ENG UTARA KABUPATEN BOYOLALI
Aniek Prasetyaningsih dan Djoko Rahardjo
706
PqMBERDAYMN EKONOMI IEMAAT MELALUI BUDIDAYA JAMUR DI MAGELANG
DAN GUNUNG KIDUL
Aniek Praseryaningsih dan Kisworo .....
115
PROFIL CEMAMN KROM DI LINGKUNGAN DAN AKUMULASINYA PADA
DAN KUKU WARGA DESA BANYAKAN, PIYI.JNGAN BANTUL
MMBUT
Djoko Rahardio
123
DETECTION OF ENTEROBACTERIACEAE FROM PROCESSED.WELL WATER
Eunike Ilona Hilson, Dhira Satwika
131
DETEKSI MOLEKVLf,RSATMONELLA SP PADA SUSU KAMBING PEMNAKAN EQtWA DI KABUPATEN SIEMAN, YOGYAKARTd
Gncia Imelda Ubasl), Charis
135
POTENSI DAN ADAPTASI JENISJENIS IKAN PAYAU (MANGROVE) SEBAGAI IKAN
HIAS AIR TAWAR
Guruh Prihatmo; Haryati Bawole Sutanto
144
MOLECULAR DETECTION OF ESCHERICHIA COI,I FROM WATER WELLS IN KLI.
TREN,YOGYAKARTA
RA Mertha Prana, Dhira Satwika
150
GAMBAMN PENGETAHUAN, SIKAB DAN PERILAKU TERHADAP DBD DI DUSUN
TRISIGAN, DESA MURTIGADING, KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL
Amaze Grace Siral), Yoseph Leonardo Samodrar)
153
STUDI KASUS PENYELEKSIAN MODEL DALAM SISTEM BIOLOGI SANGAT BERGANTUNG PADA RANCANGAN PERCOBAAN YANG DIPILIH
Suhardi Djojoatmodlo
158
fi
tuocccfrnq
DETEKSI MOLEKUTER SALMONELLA SP PADA
SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA
DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA
Gracia Imelda Ubasl), Charis Amarantinil)
r)
Faculty of Biotechnology, Duta Wacana Christian University
ABSTRACT
Crossbred Goats milk is nutritious with low lactose and easJt to digest because it doesn't contoin aglutinin. The
nutritional content of these milk is similar with dairy cattle. Yognkarta is the center largest farm Crossbred Goat in
java. The farmers ofien distribute the milk to vorious regions in java and other city, as a frozen milk. This study concern
for quality offresh and frozengoatmilk, because some ofthe pathogenic bactcria can survive in a frozen condition Salmonella sp is a bacterial pathogen that frequently contaminate milk, and even the We of bacteria is able to survive in
freezing canditiong and will be inactive. The risk of contamination may occur in fiesh and ftozen milk, so it is necessary
to attempt the detection of Salmonella sp in goat breeding center Yogyakarta. Identifcation of Salmonella sp was done
using the multiplex PCR technique with the Wecifc primer for Salmonella. The oligonucleotitle pairs used in this shtdy
were invA gene (F: |':fcc TCA AC CGT AGG CAA AAC C-3 ' and R: S'-GTG AAA CCA TTA TCG TCG GGC CGT AA-3 ) and spvC
gene (F: 5'- CCT ACT AA ACC TGC TGC AAA GGA-3' and R: 5'- CTC TGT TGC ATT TCG TA CCA CA-3J. The amplicons was
detected in all samples, This suggests that the samples has contamined with Salmonella,
Kqnvords :Salmonella sp, Crossbred Goat (PE),
inv{
spvc, PcR-multiplex
PENDAHULUAN
Susu kambing merupakan salah satu asupan
minuman bergizi yang kini sangat diminati oleh
masyarakat. Tidak seperti susu sapi, susu kambing tidak mengandung aglutinin akibatnya globula
lemak susu kambing tidak mengalami klusterisasi,
sehingga lebih mudah dicerna. Susu kambing juga
mengandung kadar laktosa yang sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan susu sapi. Kondisi
ini sangat baik bagi orang yang mengalami ldctose-inblerant sehingga omng tua yang memiliki
bayi yang alergi terhadap susu sapi dan susu formula, seringkali dianiurkan untuk menggunakan
susu kambing sebagai salah satu alternatif (Maree,
1e78).
Di Indonesia kambingyang digunakan sebagai
kambing perah adalah kambing jenis Peranakan
Etawa (PE). Salah satu penghasil susu dan peternakan kambing PE terbesar di pulau jarva adalah
Daerah Istimewa Yoryakarta. Saat ini pun banyak
peternakan susu kambing PE yang mengembangkan usahanya menjadi home industry yang mengolah susu meniadi berbagai produk yang diminati
masJrarakat. Selain diolah sendiri, para peternak
juga mendistribusikan susu kambing ke berbagai
daerah di dalam maupun luar pulau Jawa namun
dalam keadaan bek'r f,lozen). Hal tersebut tentu
menyita perhatian akan kualitas susu dari kambing
PE, mengingat beberapa jenis bakteri patogen dapat
| 136 |
S.r,r;,,a, t lrr:rt Pctrctiiatr
lnr
bertahan hidup dalam kondisi beku [Hiramatsu et
a1.,2005). Kondisi sanitasi kandang yang burukdan
penggunaan air yang tidak bersih iuga dapat menjadi sumber kontaminasi pada susu kambing segar
(Suwito et al., 2014). Salah satu bakteri patogen
yang dapat mengkontaminasi susu kambing adalah
Salmonello sp. Ienis bakteri ini sangat berbahaya
bagi manusia karena merupakan penyebab sakit
perut yang dapat menyebabkan kematian, yang
disebut sebagai salmonellosis dan beberapa kasus
penyebab demam Typhoid dan Paratyphoid fCliver
dan Doyle, 1990). Di Inggris dan Wales pada kurun
waktu 1992-2000, terdapat beberapa kasus yang
disebabkan oleh Salmonella dan Campylobacter.
Bakteri ini berasal dari jalur intestin pada binatang
ternak yang kemudian mengkontaminasi daging
seperti sapi, domba, dan babi. Diawal tahun 19901998 terlebih dahulu di Irlandia dilaporkan lebih
dari 1,4 juta orang atau sebanyak 9,770 sakit yang
diderita karena adanya kontaminasi mikrobia pada
makanan,25,6o/o dirawat di rumah sakit dan 3 0,60lo
meninggal dunia, dan di dominasi oleh kasus salmonellosis yang disebabkan oleh Salmonella enErtca serotip Typhimurium (Burgess er ol., 2005).
Di Indonesia bahaya kontaminasi Salmonella
pada susu kambing masih jarang diteliti dan kasuskasus yang terkait dengan kontaminasi bakteri
tersebut sangat jarang dilaporkan. Untuk standar
khusus susu kambing di Indonesia saat ini pun beIum tersedia, tetapi untuk persyaratan susu segar
PctnFb4ittt,t,aa'r i\ln:yarnkat
ptocccditg
nengacu SNI No 01-6366-2000, yang memiliki
persyaratan bahwa susu segar mempunyai TPC
lxL05, Coliform 2x10 cfu/ml, sedangkan Salmonello sp dan E coli adalah negatif [BSN, 2000). Standar
tersebut tidak iauh berbeda dengan standar susu
kambing segar di benua Eropa yang telah mempunyai standar dan diatur dalam EU Council Directive
92/46/EEC (EC,1992) yang juga menyatakan bahwa E coli dan .lalmonella sp keberadaannya harus
negatif.
Mengingat risiko kontaminasi Salmonella sp
Tthap enrichment
Sampel dari tahap pre-enrichment disentifuse
kembali untuk memisahkan pellet dan supernatan,
pellet yang sudah didapat kemudian ditambahkan 10
ml medium RZS (R appaport-Vassiliadrs Soya) dan divortex agar homogen lalu diinkubasi pada suhu 42'C
selama 24 - 48 jam. Selanjutnya dilalarkan seri pengenceran l0t - 10{ dengan medium a} pepton l%,
ditumbuhkan pada medium CCA secara sprmd plate
dan diinkubasi selama24 jam pada suhu 37"C.
pada susu kambing baik segar maupun beku sangat
mungkin terjadi, maka perlu diadakan deteksi dini
sebagai langkah untuk mengambil tindakan awal
dalam mencegah kontaminasi pada susu kambing
yang akan diolah meniadi berbagai produk dan dipasarkan di masyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk deteksi dini bakteri patogen Salmonella sp di
dalam susu kambing PE segar fpre-processing) dan
pada susu kambing PE beku di peternakan kambing PE kabupaten Sleman, Yoryakarta.
Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi dalam mengembangkan strategi pencegahan penularan penyakit yang disebabkan oleh
Salmonellasp dari bahan pangan yang diminati
oleh masyarakat, sehingga proses pengolahan dan
pendistribusian dapat lebih <iiperhatikan lagi keamanannya.
METODE DETEKSI Salmonella sp
Pengambilan sampel
Sampel diambil dari 3 pusat peternakan kambing PE di kota Yogyakarta dengan waktu pengambi-
lan antara pukul 08.00 - 09.00 WIB. Setiap lokasi
diambil sebanyak 3 kali pada waktu yang berbeda.
Sampel yang telah diambil disimpan dalam ice bo.x,
selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian.
Preparasi sampel
Sampel susu cair yang sudah diperoleh dari
penjual, diletakkan pada erlenmeyer steril dan ditutup rapat supaya tidak terjadi kontaminasi dari
lingkungan. Sedangkan sampel susu beku dibiarkan selama beberapa iam pada suhu kamar sampai
keseluruhan sampel men jadi cair.
Tahap pre-enrichment
Sarnpel susit segar dan susu yang sudah cair divortex agar tetap homogen, kemudian diambil 25 nl
dan diinasukkan ke dalant 225 rnl medium BPH' (Buffer Peptone Water) setclatt, itu dishakel sclztn]a salu
jam dalarn rotary, shaker dan selanjutnya diinkubasi
pada suhu 37"C sclama l8 jarn.
Uii konfirmasi Urea dan Triple Sugar Iron
Agar ITSIA)
Uji urea ini dimaksudkan untuk mendeteksi kemamprurn mikroorganisme mendegradasi urea rnenggunakan enzim urease. Dgteksi urease terlihat dari
perubghan wafira orange menjadi merah muda jika
kelompok bekteri tersebut mampu mendegradasi urea
sedangkan kelompok Salmonella sp yang negatif terhadap uji urease, tidak menyebabkan perubahan warna
pada medium.Uji ini dilakukan dengan menginokulasi
isolat pada medium cair urea secara aseptis, kemudian
diinkubasi pada suhu 37"C selana24- 48jam dan diamati perubahan wama pada medium.
Pada uji TSIA, kandidat koloni terduga Sa/rzonella sp hasil seleksi dari medium CCA, diinokulasikan pada medium TSIA dan diinkubasikan pada suhu
37"C selama 24 sampai 48 jam. Hasil positif pada medium TSIA ditandai dengan tertentuknya wama hitam
dan gas. Isolat yang berhasil teridentifikasi disimpan
kedalam medium Brain Hea lnrttsion Agar (BHIA)
untuk selanjutnya dilakukan identifikasi secara molekuler.
Identifikasi molekuler
Sampel dari BHIA kemudian diinokulasikan
ke dalam BHIB 3ml dan diinkubasi selama 12 jam,
kemudian sampel disentrifuse 6.500 rpm selama 3
menit untuk memisahkan antara supernatan dan
pellet. Pellet yang didapatkan kemudian ditambahkan 500p1 lysis buffer. Sel dalam larutan diendapkan dengan disentrifuse 6500 rpm selama 1 menit.
Endapan yang didapat ditambahkan rinse bufferdan digestion buffer masing-masing 500p1, kemudian diinkubasi d alam waterbath suhu 55oC selama
2 iam dan divortex setiap 5 menit. Setelah itu ditambahkan larutan fenol 500pI dan dihomogenkan
perlahan selama 20 menit dan sentrifuse 13000
rpm, 3 menit. Fase yang terlihat seperti lendir dipindahkan ke tabung baru dan kemudian ditambahkan 500pI CIM dan dihomogenkan kembali selama
20 tnenit, disentrifuse 13000 rpm,3 menit.
Cairan lendir kedua dipindahkan kembali ke
tabung baru dan ditambah etanoi absolut 2x vol-
5.,rurrl llrlJi/
|'tuLlitirrtr
{tn l,ctrq
tdiott y,t,{n
llasrlanirl | 137
PrccceAng
ume cairan (300-600F1). Gumpalan DNA diendapkan dengan sentrifuse 13000 rpm selama 7 menit
dan kemudian etanol dibuang perlahan, ditambah
500p1 alkohol 70% ke dalam tabung sentrifuse
13000 rpm, 5 menit. Sisa alcohol dibuang dan
gumpalan DNA dikeringkan. DNA yang dikeringkan
kemudian ditambahkan DNAse RNAse free distilled
water dan disimpan di suhu -20"C. Kualitas DNA
dilihat dengan rnenggunakan UV transmisilluminator gel dan menggunakan komposisi gel agarose
0,87o dalam TBE 1x dan sybr@ safe DNA gel srain
dengan kecepatan 80 V selama 45 menit
Identifikasi Salmonella sp dilakukan dengan
menggunakan primer spesifik chromosomal, gen invA
(F: 5'-TCG TCA CAC CGT AGG CAA AAC C-3 '
dan R:S'-GTGAAACCATTATCG TCG GGC CGT
AA-3 ') dan gen sprC(F: 5'- CCT ACT ACA ACC
TGC TCCAAA GGA-3'dan R: 5'- CTC TGT TGC
AIT TCG TCA CCA CCA-3). Kedua primer tersebut
mengamplifikasi DNA target sepanjang 278bp untuk
rzvA dan 571bp untuk gen spvC (Chiu dan Ou, 1996).
Deteksi molekuler menggunakan tekhnik smgleplex dan multiplex PCR dengan modifikasi pada beberapa suhu annealing dengan menggunakan gradient yalini pada kisaran suuhu 56"C-68"C. Hal ini agar
mampu mendeteksi tingkat sensitifitas primer dalam
menyandi gen targct. Pada tahap ini akan dideteksi keberadaan gen virulensi invA dan ^rprC pada isolat S4lmonella. Gen virulensi lrvl mewakili faktor virulensi
yang disandi oleh kromosom sedangkan gen spvC mewakili faktor virulensi yang berasal dari plasmid.
dapat beberapa koloni yang menunjukan kenampakan
wama binr terang yang diduga merupakan kelompok
Salmonella sp. Selainjenis Salmonella sp, koloni biru
terang tersebut dapat ditemukan juga pada kelompok
strain Yersinia dan Shigella. Sedangkan beberapa kelompok dari Salmonella sp yang menunjukan kenampakan wama putih transparan pada medium CCA disebabkan tidak adanya aktifitas dari kedua enzim yaitu
p-galaktosidase dan p-glukoronidase.
Gambanl Kenampakan koloni
Dalam penelitian kali ini jumlah bakteri yang
diisolasi dari medium CCA sebanyak 157 isolat, dan
setelah dilakukan uji konfirmasi pada medium urea
diperoleh total bakteri yang teruji negatif urease
adalah 67 isolat (Tabel 1). Sisanya diduga merupakan kelompok dari Proteus sp, Yersinia sp maupun
Shigella sp.
HASILDAN PEMBAHASAN
Seleksi kandidat Salmonella sp dilakukan
dalam beberapa tahap utama yakni tahap pre-enrichment, tahap enrichment dan isolasi yang dilakukan dengan mengggunakan rnedium selektif CCA.
Hasil isolasi dituniukkan pada Gambar 1.
Medium CCA merupakan salah satu medium
selektif dalam mengidentifikasi jenis bakteri patogen
seperti Salmonella sp. Pada medium CCASalmonella
ditunjukan dengan koloni berwama putih transparan
(colourlas) atzubiru terang. Hal ini dikarenakan bakteri tersebut memiliki enzim p-glukoronidase namun tidak memiliki B-galaktosidase. Namun beberapa strain
akan berwarna putih transparan (coloarless) jika tidak
memiliki kedua alrivitas enzim tersebut. Aktifitas enzim yang menandakan positif terhadap B-galaktosidase
dan p-glukoronidase akan ditandai dengan kenampakan koloni biru gelap pada medium CCA. Hal ini terindetifikasi sebagai kelompok d.col/, sedangkan koloni
yang menunjukan kenampakan merah dipastikan
merupakan kelompok coliform, karena mereka hanya
menunjukan aktifitas enzim B-galaktosidase dan negatif terhadap p-glukoronidase (Tumev et al., 2000). Namun seperti yang terlihat pada Gambar [, bahwa ter-
| 13g j
5,:rrirrnr tl n:il Ptntliinr t{art Prtqab,llatr
ltdir
pada medium CCA
Tabel 1. Sampel Isolat Negatif Urea
Kode sampel
ASKS 1
fumlah
isolat
yangdiambil
fumlah isoiat
ureanegatif
10
ASKS 2
ASKS 3
ASKF 1
ASKF 2
10
10
ASKF 3
BSKS 1
BSKS 2
BSKS 3
t4
BSKF 1
10
10
BSKF 2
BSKF
19
csKs
csKs
19
0
10
3
1
2
csKs3
6
6
0
?
s
csKF 1-
CI{F
?
q$rt
TOTAL
,\lt;tlaraiar
6
152 isolat
0
67 isolat
pto cecding
bakteri kandidat (Tabel 2) yang mengarah pada tipikal
Salmonella typhimurium, Salmonella enteritidis dan
Salmonella typhi (Gambar 3). Untuk lebih memastikan
hasil tersebut maka dilakukan uji molekuler terhadap
1 3 sampel positif Sa lmonella pada medium TSIA
Keterangan :
ASKS = A peternakan Susu Kambing Segar
ASKF = A peternakan Susu Kambing Frozen
BSKS = B peternakan Susu Kambing Segar
BSKF = B peternakan Susu Kambing Frozen
CSKS = C peternakan Susu Kambing Segar
CSKF = C peternakan Susu Kambing Frozen
Tabel 2, Hasil uii koloni Tipikal Salmonella sp
Uji seleksi
terhadap
sp
Salmonella
Kode
u'o butt ,Iop"
menjadi merah muda dan hasil negatif urease ditandai dengan perubahan warna medium menjadi
kuning terang (Gambar 2). Berdasarkan Tabel 1
dapat disimpulkan bahwa kualitas mikrobiologis
susu kambing PE dalam kondisi segar dan beku
memilki perbedaan yang cukup signifikan. Susu
kambing yang dibekukan dapat meminimalisir
kontaminasi dari kelompok Salmonella sp, namun
tidak menutup kemungkinan kelompok tersebut
hanya bersifat inaktif saja dalam keadaan beku.
Berbeda dengan sampel dari susu segar yang isolatnya kebanyakan tidak dapat mendegradasi urea,
yang menunjukan salah satu sifat biokimia dari kelompok Salmonella sp.
IIS
Salmonella
ASKS 3.1
enteitidis
Salmonella
ASKS 3.2
enteritidis
Salmonella
ASKS 3.3
enteritidis
ASKS
3.4
-
ASKS
3.5
-
Salmonella
wDhi
Salmonella
enhritidis
Salmonella
ASKS.3.6
enteritidis
ALK
BSKS 2.1
+gas
+gas
BSKS 2.2
Salmonellq
NDhimurium
Salmonella
Sqlmonella
BSKS 2.3
tyDhimurium
tBas
BSKS 2.4
BSKF 1.8
^
BSKF 1.10
tr
drv
,
tiSt-ANc*Salmonella
Setelah terlihat adanya kenampakan kandidat
Salmonella sp pada medium urea, dilakukan konfirmasi kembali dengan menggunakan medium TSIA.
Pertumbuhan Salmonella sp pada medium TSIA
dideteksi dengan produksi HrS yang menghasilkan
warna hitam karena penggunaan glukosa, laktosa
Solmonella sp
Isolat
Kelompok bakteri positifurease ditandai dengan berubahnya warna medium utea dari orange
Gambar 2. Hasil uii pertumbuhan isolat pada
medium urea. (al Urease positif; [b] Urease negatif
DuganTipikal
NL
+
Salmonella
wnhimurium
sqlmonella
typhi
Salmonella
ryphimurium
Keterangan
Butt
:
AG= Asam Gas;
A
Slope : A=Asam; ALK=Alkali;
Hrs
=Asam
NC= Not change
Ada produksi HrS (Hitam);
+(w)= sedikit produksi HrS; - = Tidak ada
:+=
dan sukrosa sehingga menghasilkan gas. Warna
hitam yang dihasilkan merupakan pemanfaatan
sodium thiosulphate oleh Salmonella sp sebagai
sumber sufir untuk memproduki HrS, selanjutnya H,S tersebut akan berikatan denran ferric citrate ;ehingga menghasilkan ferrous sulfida yang
menyebabkan warna hitam pada medium. Sedangkan pembentukan gas teriadi karena adanya fermentasi glukosa oleh Salmonella sp (Swanenburg
et al., 2O0l).
Hasil seleksi pada medium urea diperoleh 67 bakteri yang diujikan pada TSIA dan diperoleh I3 isolat
.Sr'rrrirrrr
Gamtrar 3. Uji konfirmasi pada medium TSIA. (1)
S.qtphimurium; (2) S. typhi, (3) S.enteritidis
I
l,iii/'
l,r'r
rrli rintr
t{at ptnqa(tr{inn_yar{r\,tnstlaraf.nt
I i39
ptocce[ing
Pada uii molekule[ diambil beberapa perwakilan jenis bakteri untuk diisolasi dan dimurnift2n DNAnya. Isolasi dan pemurnian DNA harus
dilakukan dengan baik dan teliti karena kualitas
.yang
akan
akhir DNA akan mempengaruhi hasil
diamplifikasi. Diharapkan pada tahap isolasi DNA
tidak terjadi smear yang diakibatkan oleh ketidakmurnian DNA (Gambar 4J.
Kontrol positif menggunakan Salm onella typhi
786 dan Salmonella paratyphi A ATCC 9150,
pada kedua kontrol positil suhu annealing yang
mencapai 60-68oC tidak berhasil teramplifikasi, namun pada suhu 56'C sampel berhasil diamplifikasi
(Gambar 5, no.4) fArif Ridwan et a1,. 2015J. Penempelan primer dapat teriadi dikarenakan adanya
kecocokan pasangan basa. Temperatur yang digunakan untuk proses annealing sangat bergantung
pada temperatur yang dibutuhkan oleh utas ganda
DNA kontrol yang akan menempel pada primernya
yaitu gen invA dan spuC.
Hal yang harus diketahui bahwa kebe radaan plasmid virulence pad,a bahan pangan dapat menyebabkan
NCTC
persistensi dan penyebaran spesies Salmonella dengan
sangat cepat. Akan tetapi, peran dari plasmid terhadap
virulensi bervariasi tergantung pada inangnya. Gen
virulensi rnvl telah mewakili faktor virulensi yang
disandi oleh krornosom sedangkan gen spvC mewakili
faktor virulensi yang berasal dari plasmid (Jenikova,
et a1.,2000; dan Mercanollu dan Griffiths, 2005).
Gambar 4. Hasil isolasi dan pemurnian DNA
sampel yang akan di PCR
Keterangan
53.2 =
:
S 1.
1 = S. Whi; 51.2 = S. enteritidis;
S3.1= S.Uphi
S.Whtmurium;
SS =
S.typhimurium
Identifikasi Salmonella sp dilakukan dengan
menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR)
dengan teknik singleplex-PCR dan multiplex-PCR.
Primer yang digunakan adalah inuosrf A (F: S'-TCG
TCA CAC CGT AGG CAAAAC C-3 'dan R: S'-GTG AAA
I
CCA TTA TCG TCG GGC CGT AA-3 dan gen spvC (F:
5'- CCT ACT ACA ACC TGC TGC AAA GGA-3' dan R:
5'- CTC TGT TGC ATT TCG TCA CCA CCA-3'l.Kedua
primer ini mengamplifikasi DNA target sepaniang
278bp untuk gen rnuA dan 571bp untuk gen spvC
Dari data molekuler yang diperoleh, maka dipastikan bahwa kelompok Salmonella yang memilikigen
invasif dari plasmid dan vinulence plasmid dari kromosom adalah sampel dengan kode ASKS 3.2 (Sl);
S.Enteritidls, kode sampel BSKS 2.2 (52); S.Typhi
dan sampel susu beku dengan kode BSKF 1.10 (S3)
yang merupakan S.Typhimurium. Melihat pada berbagai uji yang sudah dilakukan, baik secara mikobiologis pada medium CCA dengan kenampakan koloni
berwama putih transparan, dan uji konfirmasi tipikal
Salmonella pada medium TSIA sampai pada deteksi
molekuler menggunakan primer gen invA dan sptC,
maka dapat disimpulkan bahwa sampel susu kambing
Peranakan Etawa (PE) kabupaten Sleman, Yogyakarta
baik yang dalam kondisi segar maupun kondisi beku
mengandung kelompok Salmonella typhimurium, Salmonella enteritidis dan Salmonella tpIr. Namun untuk memastikan secara akurat maka harus dilakukan
uji yang lebih spesifik lagi karena penelitian ini hanya
mendeteksi secara dini keberadaan ,Sa Imonella sp pada
susu kambing.
(Chiu dan 0u, 1996).
Tipikal yang diduga kelompok Salmonella sp
dapat teramplifikasi secara sempurna oleh kedua
primer baik yang dilakukan secara singleplex-PcR
maupun multiplex-PcR. Hal ini bahkan ditandai
dengan adanya fragmen tunggal yang seiaiar dari
primer invA dan spvC terhadap kontrol positif.
Berdasarkan acuan dari iurnal penelitian sebelumnya suhu optimum annealing pada Solmonella sp dengan primer spvC dan invA adalah 156'C
, 30 detik [Chiu dan Ou, 1996J. Namun, pada isolat
yang diisolasi dari susu kambing segar dan beku
diketahui suhu a nnealing mencapai 60-68" C [Gambar 5). Pada kisaran tersebut kedua primer masih
dapat rnengamplifikasi DNA denghn baik, namun
tidak terhadap kontrol.
| 140 |
S,',,'i,'nr t Lr:iI Prntfiiau
iat
P,trqa6,linrr
lnrlit '\Ia:gtrraliar
procccding
positif Salmonella typhi,Lane C+SP menunjukan
control positif Salmonella paratyphi, Lane S1-S3
merupakan sampel .t enferitidrs (S1), S.q/phi (SZJ,
typhimurium (S3J.Lane M merupakan marker Vc
100bp. [aJ hasil amplifikasi DNAC+ Salmonella typhi NCTC 786 menggunakan primerspvC suhu 56"C
[Arif Ridwan ec aI., 2015).
Kontaminasi susu oleh bakteri patogen dapat
teriadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi sanitasi kandang yang buruk dan
penggunaan air yang tidak bersih itulah yang dapat
meniadi sumber kontaminasi pada susu kambing
segar (Suwito et a1.,2014). Saat pemerahan berlangsung sangat dimungkinkan ada bagian-bagian
tubuh kambing yang luput dari kebersihan, karena
sisa kotoran kambing dipastikan melekatpada lipatan tubuh yang sukar dibersihkan sehingga dengan
sangat mudah ikut mengontaminasi susu segar.
Sedangkan kontaminasi yang teriadi pada susu
kambing beku dikarenakan tidak adanya perlakuan
terlebih dahulu untuk mematikan bakteri patogen
pada susu, padahal sangat banyak jenis bakteri
yang dapatbertahan hidup pada suhu ekstrim, seperti kelompok.Salmonella typhtmurium yang masih
dapat bertahan hidup pada suhu 6.2'C (jay,2O00J.
Salmonella typhimurium iuga dapat bertahan
selama 9 bulan pada suhu -25.5'C dan pada es krim
dapat bertahan pada suhu -23oC selama 7 tahun
(DAoust,1989). Jay (2OOO') menyatakan bahwa
suhu sangat berpengaruh terhadap reaksi katalis
enzim yang kemudian mengakibatkan rendahnya
metabolisme mikroorganisme. Dari 2500 serovar
Salmonella yang dikenal, sebagian besar memiliki
kemampuan untuk tumbuh pada rentang suhu
yang luas yakni pada suhu 5-4"C dengan suhu optimum mencapai 35-37"C [Gassem et a\.,2004).
Dewanti efal (20061 melakukan evaluasi kemampuan bertahan Salmonella sp pada es batu
didapatkan bahwa kelompok Salmonella sp mengalami peningkatan pertumbuhan saat es mulai
mendekati titik caiq, yang memungkinkan terjadinya reaksi kimia dan pertumbuuhan mikroorganisme terutama jika proses pencairan berlangsung
lambat. Kelompok Salmonella yang mampu beradaptasi dengan menuniukan peningkatan jumlah
koloni yaitu S. infantis, S. lexiton, S. enteritidis, S.
Hadar, S.Heidelberg dan S.typhimurium [Dewanti et
al, 2006). DAoust (1989) menyatakan bahwa pada
produk clrfcken chow mein, S. ryphimurium dapat
bertahan selama 9 bulan pada suhu -25.5"C dan
pada es krim bertahan hingga 7 tahun pada -23"C.
Berbeda dengan Salmonella paratyphi B dan Salmonella Qtphi yang ternyata mampu bertahan selama
270 hari pada suhu -25.5"C (1ay,2000J. Oleh karena
susu merupakan minuman yang memiliki kandungan nutrisi yang sangat kompleks maka sangat
dirnungkinkan pula banyak bakteri patogen yang
dapat beradaptasi dan berkembang selama proses
S.
Gambar 5. (1) Hasil PCR-Singleplex suhu
50'C-60"C r,4,7,10,13), S flphi (lane 2,5,8,71,1 4),
S. gtphimurium (lane 3,6,9,72,15); [3J Hasil amplifikasi DNADengan metode multiplex PCR, primer
inv,4 paniang 278bp Primer spvC isolat ASKS 3.5
(S.enteritidis); [2] Hasil amplifikasi DNA dengan
metode PcR-Singleplex suhu 61'C-65"C , primer
invA (Z7gbp)dan spvC (571bp) S.enteritidis (lane
panjang 571bp. Lane C+ST menunjukan control
),1r,lrr,r' //,r.r/ l'ttttltrhttt tt,ttt l\'tr4 ,,lirttt 1,n,ta ttt,t,rlan[,t
| 141
|
Procae&ry
penyimpanan baik saat masih segar maupun dalam
keadaan beku. Hal ini pun mendorong perlunya tindakan sebelum mengkonsumsi bahan pangan lewat
proses yang terstandarisasi sesuai dengan standar
kearnanan pangan yang berlaku, agar dapat meminimalisir resiko yang mungkin saia terjadi akibat
kontaminasi bakteri patogen penyebab sakit pada
manusia dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Secara mikrobiologi dan molekuler susu
kambing baik dalam kondisi segar maupun beku
dari pusat peternakan PE belum sepenuhnya terbebas dari kontaminan bakteri .Salmonella sp oleh
sebab itu diperlukan kewaspadaan dalam pengolahan selaniutnya ketika akan dikonsumsi, agar konsumen terhindar dari resiko yang diakibatkan dari
kontaminasi bakteri tersebut.
REFERENSI
Aleandri MA" Fagiolo P, Calderini R, Colafrancesco
G, Giangolini R, Rosati, De Michelis F, 1996.
Studies Conducted on Somatic Cells Counts of
Goats Milk. in: Somatic Cells and Milk of
SmallRuminants [Rubino R, Ed). Wageningen
Pers. EAAP 77: 65-70.
Amarantini C, SembiringL, Kushadiwijaya H,Asmara
W. 2011. Identification and Characterization
of Salmonella typhi isolates from Southwest
Distric!
East Nusa Tenggara based on
16S rRNA gene sequences.
.
Arif
Ridwan D, Amarantini C. 2015. Deteksi
molekuler Salmonella sp pada minuman Es
Teh yang Dijual di Kota Yogyakarta [skripsi].
Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta.
Indonesia]
Badan Standardisasi Nasional. 2009. Batas
Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Pangan.
SNI7388:2009.
Brock, T.D. 2000. Biology of Microorganisms.
Prentice-Hall, Inc, Englewood Cluffs, New
ersey.
Buchanan, RE, Gibbons NE. 1974. Bergey's Manual
of Determinative Bacteriology. Btr' edition.
Williams and Wilkins Company. Baltimore.
Budiarsc TY, Rusilorvati B Esti S, Gultom Laura A.
2 012. Penentuan Titik Kendali Kritis Cemaran
Cotiform, Escherichia coli d.an Eschericltia
| 142 | S"rittn,
SpecificDetection of Virulence Genes, inyA
and sprrC, by an Enrichment Broth CultureMultiplexPcR Combination Assay. fournal of
Clinical Microbiology. 34(10J: 2619-2622.
Cliver DO, Doyle MP. 1990. Foodborne Diseases.
Academic Press, Inc. San Diego. California
DAmico Df, Groves E, Donnelly C. W. 2008. Low
Incidence Of Foodborne Patogens of Concern
in Raw Milk Utilized for Farmstead Cheese
Production. J- Food Prot. 71:1580-15B9.
DAoust,J-Y 1989. Foodborne Bacterial Patogen,
328-413.Marcell Decker; New York.
Dewanti
&
PP.
Hariyadi, Hartini SM. 2006.
Keberadaan dan Perilaku Salmonella Dalam
Es Batu, Prosiding PATPI Mikrobiologi dan
Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor Bogor.
Indonesia]
Drastini Y, Budiharta S, Asmara W.2002. Isolaticn
of \/TI and/or VTZ gene bearing Escherichia
colifrom Cattle, Swine, Sheep and Goat. J. Sain
Electrl ofBiological
Diversity 12(1): 6p.
j
F, Little CL,Allen G,Williamson K, MitchellRT.
2004. Prevalence of Campylob acterSalmonell a,
and, Echerichia colf on the External Packaging
of Raw Meat. J Food Prot.68:469-475
Burgess
Chiu CH, JT OU. 1996. Rapid ldentification
of Salmonella Serovars in Feces by
KESIMPULAN
Sumba
coli O1ST Pada Proses Pemerahan Susu Sapi.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Biologi dan Biologi Jurdik Biologi FMIPA;
Oktober 2012; UNI Yogyakarta. ISBN : 978602-95766-7-6
Vet XX(2J : 28-35.
Foschino, R., Barucco R, Stradiotto K. 2002.
microbial composition, including the incidence
of patogens of goat milk from the bergamo
region of italy during a lactation year. J. Dairy
Res.69:2'13-225.
Gassem, M.H, Dolmans W.M.V Keuter M.M,
Djokomoelijanto R.R, 2001. Poor food hygiene
and housing as risk factors for typhoid fever
in Semarang, Indonesia. Tropical Medicine
danlnternasional Health 6(6) 484-490.
Hiramatsu R, Matsumoto M, Sakae K, Miyazaki
Y2005. Ability of Shiga Toxin-Producing
Escherichia coli and Salmonella spp. to Survive
in A Desiccation Model System And in Dry
Foods.
Holt f.G. 1994. Bergey's lr4anual of Determinative
Bacteriology, Ninth edition, Baltimore,
Ilasi[ Pcnc[iriau r{an Pntg,:t{,:littr 1tntl',t
^lnult1i't1[it
Ma
r;'la nd, USA.
procecding
fandal JM. 1996. Comprative Aspect of Goat and
Sheep Millc Small Ruminant ResearchZ? !77'
183
Jay ]M. 2000. Modern Food Microbiology sixth
Edition. An Aspen Publication, Maryland.
Jayarao, B. M, Pillai S. R Sawant A. A, Wolfgang
D. R, and Hegde N. V. 2004. Guidelines for
monitoring bulk tank milk somatic cell and
bacterial counts. J. Dairy Sci. 87:35 67-3573'
|enikova G, Pazlarova J, Demnerova. 2000.
Detection of salmonella in food samples by the
combination of Immunomagnetic Separation
and PCR assay. In ternational Microbiol.3:225'
229.
Lin CL, Chiu CH, Chu C,HuangYC, LinTY O.UJT.2007.
A Multiplex Pol]'rnerase Chain Reaction Method
For Rapid tdenti ficalon OfCitrobacter freundii
and Salmonella Species, lncludin g$almonella
ryphr. I Microbiol Immunol Infect. 40:222-226
Li Q Cheng W Zhang D, Yu T' Yin Ju H, Ding S'
t
2012. Rapid and Sensitive Strategy for
Salmonella Detection Using an invA Gene-
based Electrochemical DNA Sensor' lnt'
,.Electrochem. Sci' 7 :844-856.
Liu, Y. M. Leg E. Ooi, Y. Mavis, A. Tan, and
H. Quek 2003. Molecular TYPing of
Salmonellaentericaserovar typhi isolates from
Various Countries in Asia by Multiplex PCR
Assay on VariableNumber Tandem Repeats'
fournal ofClinical Microbiology, Vol.41, No' 9'
p:4388-4394.
Maree PH. 1978. Goat Milk and Its Use as a HypoAllergenic InfanL First printed in Dairy
GoatJournal.
Monfort P Le Gal D, Le Saux JC. 1993. Improved
Rapiri Method For Isolation and Enumeration
of Salmonella Bivalves Using Rambach Agar'
Morgan, F., Massouras X Barbosa M, Roseiro L,
Ravasco E, Kandarakis I, Bonnin V Fistakoris
M, Anifantakis E, laubert G, and RaynalL.iutovac K. 2003. Characteristics of Goat Milk
CollectedFrom Small and Medium Enterprises
' in Greece, Portugal and France. Small Rumin'
Res.47:3949.
Park YW, 1991. Relative Buffering Capacity Of Goat
MilkCow Milk Soy-Based lnfant Formula and
Commercial Non-Prescription Antiacid Drugs.
J.Dairy Sci,24: 3326-3333.
Pinanditya FS, Wahyuni AETH. 2011. Isolation
and ldentification of Bacteria From Etawah
Cross Breed Goats Milk in Sleman Yogyakarta,
in: Procceding International Seminar and
2"dCongress of SEAVSA. Surabaya,2l-22 lune
2011.pp.331-336
Ray B. 1996. Fundamental Food Microbiology. CRC
Press. New York
Suwito W.2009. Escherichia coJi Verotoksigenik
(VTEC) Yang Diisolasi Dari Susu Sapi. flTV
t4(3'):237'243
Suwito W, Nugroho S$ Wahyuni H. 2014. FaktorFaktor Resiko Masitis Subklinis PadaKambing
Peranakan Etawah Di Kabupaten Sleman,
Yogyakarta.
Swanenburg, M., H.A.P. Urlings, D.A. Keuzenkamp,
and J.M.A. Snijders, 2001. Salmonellaln The
Lairage of Pig Slaughterhouses. Journal of
Food Protection. Vol. 64, No' 1. p: 12-\6'
Thomason B,M. 1977 . Increased Recovery of
Salmonellae ftom Enrichment Samples
enriched with Buffered Peptone Water. Appl
Environ Microbiol 34 (3J :270-273
Turner KM, Restaino L, Frampton EW. 2000.
Efficicacy Of Chromocult Coliform Agar For
Coliform and Eschercihia coli Detection In
Foods.
J
Food Prot.63(4J:539-541'
WHO. 2003. Background Document: The Diagnosis,
Treatment and Prevention of Typhoid Fever'
Communicable Disease Surveillance and
Response Vaccines And Biologicals'
sctltitrar llasif Pt'tlitinn ,{atr Ptttga[diarr -1'n,{n
Itasynifar | 143
|
Download