.''ETITIAR HA'II PEIIEL|IIAII DAII DEHGABDIAX ri|A'YARAKAT UTTUK PETIT{GI(ATAil TUTU PEIIDIDIKAII DAT PELAVATAX KEDADA TA'YANAKAT' Topik Makalah . . . Bidang Sosial, Ekonomidan Humaniora/Agama Bidang Teknologi dan Rekayasa/Produk Bidang BiologidanKesehatan Telah Diseminarkan pada : Tanggal 23 Oktober 2015 Tim Reviewer: 1 . Prof .lr. Titien Saraswati, M.Arch., Ph.D 2. Dr.dr. Nining SriWuryaningsih, Sp.PK 3. Dr. Charis Amarantini, M.Si 4. Dr. lr. Sri Suwarno, M.Eng 5. Dr. Singgih Santoso,MM 6. Pdt. RobertSetio, Ph.D Editor Desain Sampul Penata Letak The Maria MeiwatiWidagdo, Ph.D : T. Pramujito, S.Sos : SerliStiawaty, S.Si : dr. @November 2015 Diterbitkan oleh: Duta Wacana University Press Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta Tetp.(027 4) 563929 F ax.(027 4)51 3235 .SEMINAR HASIL PENELITI.AN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK PENINGKATAN MUTU PEND ID I KAN DAN PELAYANAN KEPADAMASYARAKAT" . Bidang Sosial, Ekonomi dan Humaniora/Agama . Bidang Teknologi dan Rekayasa/Produk . Bidang Biologi dan Kesehatan Dipublikasikan oleh: Duta Wacana University Press Universitas lbisten Duta Wacan:, Yoryakarta Telp.(0274) 563929 exr-l26 Fax.(027 4) 513235 ISBN : 978-602-6806-02-4 @November 2015 Tim Reviewer 1. Prof. : h Titien Saraswati, M.Arch., Ph.D 2. Dr. dr. Nining Sri Wuryaningsih, Sp.PK 3. Dn Charis Amarantini, M.Si 4. Dr. k Sri Suwarno, M.Eng 5. Dr. Singgih Santoso, MM 6. Pdt. Robert Setio, Ph.D KATA PENGANTAR Dalam rangka mencapai visi dan misi Universitas, Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Kristen Duta Wacana telah menyelenggarakan kegiatan ilmiah berupa diseminasi hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan seminar ini merupakan salah satu bentuk kegiatan ilmiah yang dilakukan guna mendorong dan meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian dosen. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mencapai tutuan universitas khususnya dalam mengemban dharma penelitian dan dharma pengabdian kepada masyarakat seperti tersebut dalam dokumen Rencana Induk Penelltian Universitas Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UKDW berpendapat bahwa pendidikan tinggi yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional adalah suatu keharusan sehingga eksistensi perguruan tinggi tersebut diharapkan dapat berkontribusi nyata kepada peningkatan daya saing bangsa. Perbaikan kualitas penelitian akan dapat mewuiudkan negara yang bermutu dan berwibawa, yang salah satu indikator utamanya adalah publikasi para peneliti dan akademisi. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UKDW terus berupaya untuk mengemas program penelitian dan pengabdian masyarakat secara simultan dan berkesinambungan sesuai dengan perkembangan ipteks-sosbud dan kebutuhan pembangunan. Reformulasi berbagai program penelitian terus dilakukan dalam upaya merespon atas keinginan para peneliti dan stake-holders serta sekaligus merespon atas kemaiuan Ipteks itu sendiri. Semua artikel yang termuat dalam prosiding ini diperoleh melalui suatu proses seleksi yang panjang yang dilakukan oleh tim reviewer dan telah dipresentasikan pada hari fumat 23 Oktober 2015. Prosiding ini mencakup tiga kelompok bidang yaitu bidang Sosial, Ekonomi dan Humaniora/Agama, bidang Teknologi dan Rekayasa/Produk serta bidang Biologi dan Kesehatan. LPPM berharap dengan diselenggarakan acara seminar ini dapat meningkatkan produktivitas karya ilmiah serta meniadi sarana bagi dosen dalam upaya mendiseminasikan dan mempublikasikan hasil penelitian yang selaniutnya dapat bermanfaat bagi keseiahteraan masyarakat dan kelestarian alam. Yogyakarta, November 2015 Ketua LPPM UKDW dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D KATA PENGANTAR Dalam rangka mencapai visi dan misi Universitas, Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Mayarakat Universitas Kristen Duta Wacana telah menyelenggarakan kegiatan ilmiah berupa diseminasi hail-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan seminar ini merupakan salah satu benuk kegiatan ilmiah yang dilakukan guna mendorong dan meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian losen. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mencapai tujuan universitas khususnya dalam mengemban lharma penelitian dan dharma pengabdian kepada masyarakat seperti tersebut dalam dokumen Rencana nduk Penelitian Universitas Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UKDW berpendapat bahwa pendidikan inggi yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional adalah suatu keharusan selingga eksistensi perguruan tinggi tersebut diharapkan dapat berkontribusi nyata kepada peningkatan laya saing bangsa. Perbaikan kualitas penelitian akan dapat mewuludkan negara yang bermutu dan bervibaw4 yang salah satu indikator utamanya adalah publikasi para peneliti dan akademisi. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UKDW terus berupaya untuk mengemas rrogram penelitian dan pengabdian masyarakat secara simultan dan berkesinambungan sesuai dengan rerkembangan ipteks-sosbud dan kebutuhan pembangunan. Reformulasi berbagai program penelitian :erus dilakukan dalam upaya merespon atas keinginan para peneliti dan stake-holders serta sekaligus nerespon atas kemaiuan Ipteks itu sendiri. Semua artikel yang termuat dalam prosiding ini diperoleh melalui suatu proses seleksi yang panang yang dilakukan oleh tim reviewer dan telah dipresentasikan pada hari Jumat 23 Oktober 2015. Pro;iding ini mencakup tiga kelompok bidang faitu bidang Sosial, Ekonomi dan Humaniora/Agama, bidang feknologi dan Rekayasa/Produk serta bidang Biologi dan Kesehatan. LPPM berharap dengan diselengga:akan acara seminar ini dapat meningkatkan produktivitas karya ilmiah serta meniadi sarana bagi dosen lalam upaya mendiseminasikan dan mempublikasikan hasil penelitian yang selanjutnya dapat bermanhat bagi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam. Yogyakarta, November 2015 Ketua LPPM UKDW, dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D CONTENTS . KII,I-FRY&{STAND ITS FUTURE APPLICATION Dhira" Satwika . ROLE OF ORGANIZATIONAL LEARNING IN THE RELATIONSHIP BETWEEN TQM PRACffCES AND ORGANIZATIOAI, PERFORMANCE Sisnuhadi . " . . . . MODEL KLASIFIKASI SIDIK JARI DENGAN TEORI HIMPUNAN GANDA Sri Suwanro L9 RINGKASANPENELITIANUNTUKPENGEMBANGANMODULMODELPENDIDIKAN PEIIDAMAIAN BERBASIS BUDAYA DI KOTA YOGYAKARTA Dra Alviani Permata, M.Hum., Dra.Endah Setyowati, M.Si., MA, Dra.Krisni Noor Patrianti,M.Hum., Marsius Tinambunan, S.Th., B.Ch.M, Pratomo Nugroho Soetrana, MA., 24 DAMPAKPEMBAXUANPEMN GENDERTERHADAP KELAS SOSIAL DI YOGYAKARTA Asnath NJ,{atar; Edy Nugroho 34 ARSITEKTUR GEREIA BERPERSFEKTIF FEMINIS Asnath Niwa Nafar 46 ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PENGGUNABPJS KESEHATAN DIYOGYAKARTA Petra Surya Meg'a Wijaya, SE, MSi dan Dra Ety Istriani, MM 59 PEMODELAN DATA BERBASIS SEMANTIC WEB UNTUK KATALOG BUKU PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS Budi Susantol), Umi Proboyekti'z) . MAKNA SIMBOL RELASI PEREMPUAN DAN LAKI.LAKI DALAM.ARSITEKTUR TRADISIONAL SUMBA SEBAGAI ACUAN PERWUJUDAN KESETAMAN JENDER Wiyatiningsih, Asnath Niwa Natan Endah Setyowati, Alviani Permata . . . 81 KONTRIBUSI DAN PENERIMMN PENGGUNA DAI.AM KESUKSESAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI ANGGAMN DAN REALISASI Lussy Ernawatl, Halim Budi Santoso . 7t 95 PENINGKATAN PEI,IASARAN SEKOLAH MELALUI DESAIN WEBSITE Parmonangan Manurungl), Ferdy Sabono2) 101 KEANEKAMGAMAN DAN POTENSI MAKROFUNGI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI LER-ENG UTARA KABUPATEN BOYOLALI Aniek Prasetyaningsih dan Djoko Rahardjo 706 PqMBERDAYMN EKONOMI IEMAAT MELALUI BUDIDAYA JAMUR DI MAGELANG DAN GUNUNG KIDUL Aniek Praseryaningsih dan Kisworo ..... 115 PROFIL CEMAMN KROM DI LINGKUNGAN DAN AKUMULASINYA PADA DAN KUKU WARGA DESA BANYAKAN, PIYI.JNGAN BANTUL MMBUT Djoko Rahardio 123 DETECTION OF ENTEROBACTERIACEAE FROM PROCESSED.WELL WATER Eunike Ilona Hilson, Dhira Satwika 131 DETEKSI MOLEKVLf,RSATMONELLA SP PADA SUSU KAMBING PEMNAKAN EQtWA DI KABUPATEN SIEMAN, YOGYAKARTd Gncia Imelda Ubasl), Charis 135 POTENSI DAN ADAPTASI JENISJENIS IKAN PAYAU (MANGROVE) SEBAGAI IKAN HIAS AIR TAWAR Guruh Prihatmo; Haryati Bawole Sutanto 144 MOLECULAR DETECTION OF ESCHERICHIA COI,I FROM WATER WELLS IN KLI. TREN,YOGYAKARTA RA Mertha Prana, Dhira Satwika 150 GAMBAMN PENGETAHUAN, SIKAB DAN PERILAKU TERHADAP DBD DI DUSUN TRISIGAN, DESA MURTIGADING, KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL Amaze Grace Siral), Yoseph Leonardo Samodrar) 153 STUDI KASUS PENYELEKSIAN MODEL DALAM SISTEM BIOLOGI SANGAT BERGANTUNG PADA RANCANGAN PERCOBAAN YANG DIPILIH Suhardi Djojoatmodlo 158 fi tuocccfrnq DETEKSI MOLEKUTER SALMONELLA SP PADA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA Gracia Imelda Ubasl), Charis Amarantinil) r) Faculty of Biotechnology, Duta Wacana Christian University ABSTRACT Crossbred Goats milk is nutritious with low lactose and easJt to digest because it doesn't contoin aglutinin. The nutritional content of these milk is similar with dairy cattle. Yognkarta is the center largest farm Crossbred Goat in java. The farmers ofien distribute the milk to vorious regions in java and other city, as a frozen milk. This study concern for quality offresh and frozengoatmilk, because some ofthe pathogenic bactcria can survive in a frozen condition Salmonella sp is a bacterial pathogen that frequently contaminate milk, and even the We of bacteria is able to survive in freezing canditiong and will be inactive. The risk of contamination may occur in fiesh and ftozen milk, so it is necessary to attempt the detection of Salmonella sp in goat breeding center Yogyakarta. Identifcation of Salmonella sp was done using the multiplex PCR technique with the Wecifc primer for Salmonella. The oligonucleotitle pairs used in this shtdy were invA gene (F: |':fcc TCA AC CGT AGG CAA AAC C-3 ' and R: S'-GTG AAA CCA TTA TCG TCG GGC CGT AA-3 ) and spvC gene (F: 5'- CCT ACT AA ACC TGC TGC AAA GGA-3' and R: 5'- CTC TGT TGC ATT TCG TA CCA CA-3J. The amplicons was detected in all samples, This suggests that the samples has contamined with Salmonella, Kqnvords :Salmonella sp, Crossbred Goat (PE), inv{ spvc, PcR-multiplex PENDAHULUAN Susu kambing merupakan salah satu asupan minuman bergizi yang kini sangat diminati oleh masyarakat. Tidak seperti susu sapi, susu kambing tidak mengandung aglutinin akibatnya globula lemak susu kambing tidak mengalami klusterisasi, sehingga lebih mudah dicerna. Susu kambing juga mengandung kadar laktosa yang sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan susu sapi. Kondisi ini sangat baik bagi orang yang mengalami ldctose-inblerant sehingga omng tua yang memiliki bayi yang alergi terhadap susu sapi dan susu formula, seringkali dianiurkan untuk menggunakan susu kambing sebagai salah satu alternatif (Maree, 1e78). Di Indonesia kambingyang digunakan sebagai kambing perah adalah kambing jenis Peranakan Etawa (PE). Salah satu penghasil susu dan peternakan kambing PE terbesar di pulau jarva adalah Daerah Istimewa Yoryakarta. Saat ini pun banyak peternakan susu kambing PE yang mengembangkan usahanya menjadi home industry yang mengolah susu meniadi berbagai produk yang diminati masJrarakat. Selain diolah sendiri, para peternak juga mendistribusikan susu kambing ke berbagai daerah di dalam maupun luar pulau Jawa namun dalam keadaan bek'r f,lozen). Hal tersebut tentu menyita perhatian akan kualitas susu dari kambing PE, mengingat beberapa jenis bakteri patogen dapat | 136 | S.r,r;,,a, t lrr:rt Pctrctiiatr lnr bertahan hidup dalam kondisi beku [Hiramatsu et a1.,2005). Kondisi sanitasi kandang yang burukdan penggunaan air yang tidak bersih iuga dapat menjadi sumber kontaminasi pada susu kambing segar (Suwito et al., 2014). Salah satu bakteri patogen yang dapat mengkontaminasi susu kambing adalah Salmonello sp. Ienis bakteri ini sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan penyebab sakit perut yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis dan beberapa kasus penyebab demam Typhoid dan Paratyphoid fCliver dan Doyle, 1990). Di Inggris dan Wales pada kurun waktu 1992-2000, terdapat beberapa kasus yang disebabkan oleh Salmonella dan Campylobacter. Bakteri ini berasal dari jalur intestin pada binatang ternak yang kemudian mengkontaminasi daging seperti sapi, domba, dan babi. Diawal tahun 19901998 terlebih dahulu di Irlandia dilaporkan lebih dari 1,4 juta orang atau sebanyak 9,770 sakit yang diderita karena adanya kontaminasi mikrobia pada makanan,25,6o/o dirawat di rumah sakit dan 3 0,60lo meninggal dunia, dan di dominasi oleh kasus salmonellosis yang disebabkan oleh Salmonella enErtca serotip Typhimurium (Burgess er ol., 2005). Di Indonesia bahaya kontaminasi Salmonella pada susu kambing masih jarang diteliti dan kasuskasus yang terkait dengan kontaminasi bakteri tersebut sangat jarang dilaporkan. Untuk standar khusus susu kambing di Indonesia saat ini pun beIum tersedia, tetapi untuk persyaratan susu segar PctnFb4ittt,t,aa'r i\ln:yarnkat ptocccditg nengacu SNI No 01-6366-2000, yang memiliki persyaratan bahwa susu segar mempunyai TPC lxL05, Coliform 2x10 cfu/ml, sedangkan Salmonello sp dan E coli adalah negatif [BSN, 2000). Standar tersebut tidak iauh berbeda dengan standar susu kambing segar di benua Eropa yang telah mempunyai standar dan diatur dalam EU Council Directive 92/46/EEC (EC,1992) yang juga menyatakan bahwa E coli dan .lalmonella sp keberadaannya harus negatif. Mengingat risiko kontaminasi Salmonella sp Tthap enrichment Sampel dari tahap pre-enrichment disentifuse kembali untuk memisahkan pellet dan supernatan, pellet yang sudah didapat kemudian ditambahkan 10 ml medium RZS (R appaport-Vassiliadrs Soya) dan divortex agar homogen lalu diinkubasi pada suhu 42'C selama 24 - 48 jam. Selanjutnya dilalarkan seri pengenceran l0t - 10{ dengan medium a} pepton l%, ditumbuhkan pada medium CCA secara sprmd plate dan diinkubasi selama24 jam pada suhu 37"C. pada susu kambing baik segar maupun beku sangat mungkin terjadi, maka perlu diadakan deteksi dini sebagai langkah untuk mengambil tindakan awal dalam mencegah kontaminasi pada susu kambing yang akan diolah meniadi berbagai produk dan dipasarkan di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk deteksi dini bakteri patogen Salmonella sp di dalam susu kambing PE segar fpre-processing) dan pada susu kambing PE beku di peternakan kambing PE kabupaten Sleman, Yoryakarta. Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi dalam mengembangkan strategi pencegahan penularan penyakit yang disebabkan oleh Salmonellasp dari bahan pangan yang diminati oleh masyarakat, sehingga proses pengolahan dan pendistribusian dapat lebih <iiperhatikan lagi keamanannya. METODE DETEKSI Salmonella sp Pengambilan sampel Sampel diambil dari 3 pusat peternakan kambing PE di kota Yogyakarta dengan waktu pengambi- lan antara pukul 08.00 - 09.00 WIB. Setiap lokasi diambil sebanyak 3 kali pada waktu yang berbeda. Sampel yang telah diambil disimpan dalam ice bo.x, selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian. Preparasi sampel Sampel susu cair yang sudah diperoleh dari penjual, diletakkan pada erlenmeyer steril dan ditutup rapat supaya tidak terjadi kontaminasi dari lingkungan. Sedangkan sampel susu beku dibiarkan selama beberapa iam pada suhu kamar sampai keseluruhan sampel men jadi cair. Tahap pre-enrichment Sarnpel susit segar dan susu yang sudah cair divortex agar tetap homogen, kemudian diambil 25 nl dan diinasukkan ke dalant 225 rnl medium BPH' (Buffer Peptone Water) setclatt, itu dishakel sclztn]a salu jam dalarn rotary, shaker dan selanjutnya diinkubasi pada suhu 37"C sclama l8 jarn. Uii konfirmasi Urea dan Triple Sugar Iron Agar ITSIA) Uji urea ini dimaksudkan untuk mendeteksi kemamprurn mikroorganisme mendegradasi urea rnenggunakan enzim urease. Dgteksi urease terlihat dari perubghan wafira orange menjadi merah muda jika kelompok bekteri tersebut mampu mendegradasi urea sedangkan kelompok Salmonella sp yang negatif terhadap uji urease, tidak menyebabkan perubahan warna pada medium.Uji ini dilakukan dengan menginokulasi isolat pada medium cair urea secara aseptis, kemudian diinkubasi pada suhu 37"C selana24- 48jam dan diamati perubahan wama pada medium. Pada uji TSIA, kandidat koloni terduga Sa/rzonella sp hasil seleksi dari medium CCA, diinokulasikan pada medium TSIA dan diinkubasikan pada suhu 37"C selama 24 sampai 48 jam. Hasil positif pada medium TSIA ditandai dengan tertentuknya wama hitam dan gas. Isolat yang berhasil teridentifikasi disimpan kedalam medium Brain Hea lnrttsion Agar (BHIA) untuk selanjutnya dilakukan identifikasi secara molekuler. Identifikasi molekuler Sampel dari BHIA kemudian diinokulasikan ke dalam BHIB 3ml dan diinkubasi selama 12 jam, kemudian sampel disentrifuse 6.500 rpm selama 3 menit untuk memisahkan antara supernatan dan pellet. Pellet yang didapatkan kemudian ditambahkan 500p1 lysis buffer. Sel dalam larutan diendapkan dengan disentrifuse 6500 rpm selama 1 menit. Endapan yang didapat ditambahkan rinse bufferdan digestion buffer masing-masing 500p1, kemudian diinkubasi d alam waterbath suhu 55oC selama 2 iam dan divortex setiap 5 menit. Setelah itu ditambahkan larutan fenol 500pI dan dihomogenkan perlahan selama 20 menit dan sentrifuse 13000 rpm, 3 menit. Fase yang terlihat seperti lendir dipindahkan ke tabung baru dan kemudian ditambahkan 500pI CIM dan dihomogenkan kembali selama 20 tnenit, disentrifuse 13000 rpm,3 menit. Cairan lendir kedua dipindahkan kembali ke tabung baru dan ditambah etanoi absolut 2x vol- 5.,rurrl llrlJi/ |'tuLlitirrtr {tn l,ctrq tdiott y,t,{n llasrlanirl | 137 PrccceAng ume cairan (300-600F1). Gumpalan DNA diendapkan dengan sentrifuse 13000 rpm selama 7 menit dan kemudian etanol dibuang perlahan, ditambah 500p1 alkohol 70% ke dalam tabung sentrifuse 13000 rpm, 5 menit. Sisa alcohol dibuang dan gumpalan DNA dikeringkan. DNA yang dikeringkan kemudian ditambahkan DNAse RNAse free distilled water dan disimpan di suhu -20"C. Kualitas DNA dilihat dengan rnenggunakan UV transmisilluminator gel dan menggunakan komposisi gel agarose 0,87o dalam TBE 1x dan sybr@ safe DNA gel srain dengan kecepatan 80 V selama 45 menit Identifikasi Salmonella sp dilakukan dengan menggunakan primer spesifik chromosomal, gen invA (F: 5'-TCG TCA CAC CGT AGG CAA AAC C-3 ' dan R:S'-GTGAAACCATTATCG TCG GGC CGT AA-3 ') dan gen sprC(F: 5'- CCT ACT ACA ACC TGC TCCAAA GGA-3'dan R: 5'- CTC TGT TGC AIT TCG TCA CCA CCA-3). Kedua primer tersebut mengamplifikasi DNA target sepanjang 278bp untuk rzvA dan 571bp untuk gen spvC (Chiu dan Ou, 1996). Deteksi molekuler menggunakan tekhnik smgleplex dan multiplex PCR dengan modifikasi pada beberapa suhu annealing dengan menggunakan gradient yalini pada kisaran suuhu 56"C-68"C. Hal ini agar mampu mendeteksi tingkat sensitifitas primer dalam menyandi gen targct. Pada tahap ini akan dideteksi keberadaan gen virulensi invA dan ^rprC pada isolat S4lmonella. Gen virulensi lrvl mewakili faktor virulensi yang disandi oleh kromosom sedangkan gen spvC mewakili faktor virulensi yang berasal dari plasmid. dapat beberapa koloni yang menunjukan kenampakan wama binr terang yang diduga merupakan kelompok Salmonella sp. Selainjenis Salmonella sp, koloni biru terang tersebut dapat ditemukan juga pada kelompok strain Yersinia dan Shigella. Sedangkan beberapa kelompok dari Salmonella sp yang menunjukan kenampakan wama putih transparan pada medium CCA disebabkan tidak adanya aktifitas dari kedua enzim yaitu p-galaktosidase dan p-glukoronidase. Gambanl Kenampakan koloni Dalam penelitian kali ini jumlah bakteri yang diisolasi dari medium CCA sebanyak 157 isolat, dan setelah dilakukan uji konfirmasi pada medium urea diperoleh total bakteri yang teruji negatif urease adalah 67 isolat (Tabel 1). Sisanya diduga merupakan kelompok dari Proteus sp, Yersinia sp maupun Shigella sp. HASILDAN PEMBAHASAN Seleksi kandidat Salmonella sp dilakukan dalam beberapa tahap utama yakni tahap pre-enrichment, tahap enrichment dan isolasi yang dilakukan dengan mengggunakan rnedium selektif CCA. Hasil isolasi dituniukkan pada Gambar 1. Medium CCA merupakan salah satu medium selektif dalam mengidentifikasi jenis bakteri patogen seperti Salmonella sp. Pada medium CCASalmonella ditunjukan dengan koloni berwama putih transparan (colourlas) atzubiru terang. Hal ini dikarenakan bakteri tersebut memiliki enzim p-glukoronidase namun tidak memiliki B-galaktosidase. Namun beberapa strain akan berwarna putih transparan (coloarless) jika tidak memiliki kedua alrivitas enzim tersebut. Aktifitas enzim yang menandakan positif terhadap B-galaktosidase dan p-glukoronidase akan ditandai dengan kenampakan koloni biru gelap pada medium CCA. Hal ini terindetifikasi sebagai kelompok d.col/, sedangkan koloni yang menunjukan kenampakan merah dipastikan merupakan kelompok coliform, karena mereka hanya menunjukan aktifitas enzim B-galaktosidase dan negatif terhadap p-glukoronidase (Tumev et al., 2000). Namun seperti yang terlihat pada Gambar [, bahwa ter- | 13g j 5,:rrirrnr tl n:il Ptntliinr t{art Prtqab,llatr ltdir pada medium CCA Tabel 1. Sampel Isolat Negatif Urea Kode sampel ASKS 1 fumlah isolat yangdiambil fumlah isoiat ureanegatif 10 ASKS 2 ASKS 3 ASKF 1 ASKF 2 10 10 ASKF 3 BSKS 1 BSKS 2 BSKS 3 t4 BSKF 1 10 10 BSKF 2 BSKF 19 csKs csKs 19 0 10 3 1 2 csKs3 6 6 0 ? s csKF 1- CI{F ? q$rt TOTAL ,\lt;tlaraiar 6 152 isolat 0 67 isolat pto cecding bakteri kandidat (Tabel 2) yang mengarah pada tipikal Salmonella typhimurium, Salmonella enteritidis dan Salmonella typhi (Gambar 3). Untuk lebih memastikan hasil tersebut maka dilakukan uji molekuler terhadap 1 3 sampel positif Sa lmonella pada medium TSIA Keterangan : ASKS = A peternakan Susu Kambing Segar ASKF = A peternakan Susu Kambing Frozen BSKS = B peternakan Susu Kambing Segar BSKF = B peternakan Susu Kambing Frozen CSKS = C peternakan Susu Kambing Segar CSKF = C peternakan Susu Kambing Frozen Tabel 2, Hasil uii koloni Tipikal Salmonella sp Uji seleksi terhadap sp Salmonella Kode u'o butt ,Iop" menjadi merah muda dan hasil negatif urease ditandai dengan perubahan warna medium menjadi kuning terang (Gambar 2). Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa kualitas mikrobiologis susu kambing PE dalam kondisi segar dan beku memilki perbedaan yang cukup signifikan. Susu kambing yang dibekukan dapat meminimalisir kontaminasi dari kelompok Salmonella sp, namun tidak menutup kemungkinan kelompok tersebut hanya bersifat inaktif saja dalam keadaan beku. Berbeda dengan sampel dari susu segar yang isolatnya kebanyakan tidak dapat mendegradasi urea, yang menunjukan salah satu sifat biokimia dari kelompok Salmonella sp. IIS Salmonella ASKS 3.1 enteitidis Salmonella ASKS 3.2 enteritidis Salmonella ASKS 3.3 enteritidis ASKS 3.4 - ASKS 3.5 - Salmonella wDhi Salmonella enhritidis Salmonella ASKS.3.6 enteritidis ALK BSKS 2.1 +gas +gas BSKS 2.2 Salmonellq NDhimurium Salmonella Sqlmonella BSKS 2.3 tyDhimurium tBas BSKS 2.4 BSKF 1.8 ^ BSKF 1.10 tr drv , tiSt-ANc*Salmonella Setelah terlihat adanya kenampakan kandidat Salmonella sp pada medium urea, dilakukan konfirmasi kembali dengan menggunakan medium TSIA. Pertumbuhan Salmonella sp pada medium TSIA dideteksi dengan produksi HrS yang menghasilkan warna hitam karena penggunaan glukosa, laktosa Solmonella sp Isolat Kelompok bakteri positifurease ditandai dengan berubahnya warna medium utea dari orange Gambar 2. Hasil uii pertumbuhan isolat pada medium urea. (al Urease positif; [b] Urease negatif DuganTipikal NL + Salmonella wnhimurium sqlmonella typhi Salmonella ryphimurium Keterangan Butt : AG= Asam Gas; A Slope : A=Asam; ALK=Alkali; Hrs =Asam NC= Not change Ada produksi HrS (Hitam); +(w)= sedikit produksi HrS; - = Tidak ada :+= dan sukrosa sehingga menghasilkan gas. Warna hitam yang dihasilkan merupakan pemanfaatan sodium thiosulphate oleh Salmonella sp sebagai sumber sufir untuk memproduki HrS, selanjutnya H,S tersebut akan berikatan denran ferric citrate ;ehingga menghasilkan ferrous sulfida yang menyebabkan warna hitam pada medium. Sedangkan pembentukan gas teriadi karena adanya fermentasi glukosa oleh Salmonella sp (Swanenburg et al., 2O0l). Hasil seleksi pada medium urea diperoleh 67 bakteri yang diujikan pada TSIA dan diperoleh I3 isolat .Sr'rrrirrrr Gamtrar 3. Uji konfirmasi pada medium TSIA. (1) S.qtphimurium; (2) S. typhi, (3) S.enteritidis I l,iii/' l,r'r rrli rintr t{at ptnqa(tr{inn_yar{r\,tnstlaraf.nt I i39 ptocce[ing Pada uii molekule[ diambil beberapa perwakilan jenis bakteri untuk diisolasi dan dimurnift2n DNAnya. Isolasi dan pemurnian DNA harus dilakukan dengan baik dan teliti karena kualitas .yang akan akhir DNA akan mempengaruhi hasil diamplifikasi. Diharapkan pada tahap isolasi DNA tidak terjadi smear yang diakibatkan oleh ketidakmurnian DNA (Gambar 4J. Kontrol positif menggunakan Salm onella typhi 786 dan Salmonella paratyphi A ATCC 9150, pada kedua kontrol positil suhu annealing yang mencapai 60-68oC tidak berhasil teramplifikasi, namun pada suhu 56'C sampel berhasil diamplifikasi (Gambar 5, no.4) fArif Ridwan et a1,. 2015J. Penempelan primer dapat teriadi dikarenakan adanya kecocokan pasangan basa. Temperatur yang digunakan untuk proses annealing sangat bergantung pada temperatur yang dibutuhkan oleh utas ganda DNA kontrol yang akan menempel pada primernya yaitu gen invA dan spuC. Hal yang harus diketahui bahwa kebe radaan plasmid virulence pad,a bahan pangan dapat menyebabkan NCTC persistensi dan penyebaran spesies Salmonella dengan sangat cepat. Akan tetapi, peran dari plasmid terhadap virulensi bervariasi tergantung pada inangnya. Gen virulensi rnvl telah mewakili faktor virulensi yang disandi oleh krornosom sedangkan gen spvC mewakili faktor virulensi yang berasal dari plasmid (Jenikova, et a1.,2000; dan Mercanollu dan Griffiths, 2005). Gambar 4. Hasil isolasi dan pemurnian DNA sampel yang akan di PCR Keterangan 53.2 = : S 1. 1 = S. Whi; 51.2 = S. enteritidis; S3.1= S.Uphi S.Whtmurium; SS = S.typhimurium Identifikasi Salmonella sp dilakukan dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan teknik singleplex-PCR dan multiplex-PCR. Primer yang digunakan adalah inuosrf A (F: S'-TCG TCA CAC CGT AGG CAAAAC C-3 'dan R: S'-GTG AAA I CCA TTA TCG TCG GGC CGT AA-3 dan gen spvC (F: 5'- CCT ACT ACA ACC TGC TGC AAA GGA-3' dan R: 5'- CTC TGT TGC ATT TCG TCA CCA CCA-3'l.Kedua primer ini mengamplifikasi DNA target sepaniang 278bp untuk gen rnuA dan 571bp untuk gen spvC Dari data molekuler yang diperoleh, maka dipastikan bahwa kelompok Salmonella yang memilikigen invasif dari plasmid dan vinulence plasmid dari kromosom adalah sampel dengan kode ASKS 3.2 (Sl); S.Enteritidls, kode sampel BSKS 2.2 (52); S.Typhi dan sampel susu beku dengan kode BSKF 1.10 (S3) yang merupakan S.Typhimurium. Melihat pada berbagai uji yang sudah dilakukan, baik secara mikobiologis pada medium CCA dengan kenampakan koloni berwama putih transparan, dan uji konfirmasi tipikal Salmonella pada medium TSIA sampai pada deteksi molekuler menggunakan primer gen invA dan sptC, maka dapat disimpulkan bahwa sampel susu kambing Peranakan Etawa (PE) kabupaten Sleman, Yogyakarta baik yang dalam kondisi segar maupun kondisi beku mengandung kelompok Salmonella typhimurium, Salmonella enteritidis dan Salmonella tpIr. Namun untuk memastikan secara akurat maka harus dilakukan uji yang lebih spesifik lagi karena penelitian ini hanya mendeteksi secara dini keberadaan ,Sa Imonella sp pada susu kambing. (Chiu dan 0u, 1996). Tipikal yang diduga kelompok Salmonella sp dapat teramplifikasi secara sempurna oleh kedua primer baik yang dilakukan secara singleplex-PcR maupun multiplex-PcR. Hal ini bahkan ditandai dengan adanya fragmen tunggal yang seiaiar dari primer invA dan spvC terhadap kontrol positif. Berdasarkan acuan dari iurnal penelitian sebelumnya suhu optimum annealing pada Solmonella sp dengan primer spvC dan invA adalah 156'C , 30 detik [Chiu dan Ou, 1996J. Namun, pada isolat yang diisolasi dari susu kambing segar dan beku diketahui suhu a nnealing mencapai 60-68" C [Gambar 5). Pada kisaran tersebut kedua primer masih dapat rnengamplifikasi DNA denghn baik, namun tidak terhadap kontrol. | 140 | S,',,'i,'nr t Lr:iI Prntfiiau iat P,trqa6,linrr lnrlit '\Ia:gtrraliar procccding positif Salmonella typhi,Lane C+SP menunjukan control positif Salmonella paratyphi, Lane S1-S3 merupakan sampel .t enferitidrs (S1), S.q/phi (SZJ, typhimurium (S3J.Lane M merupakan marker Vc 100bp. [aJ hasil amplifikasi DNAC+ Salmonella typhi NCTC 786 menggunakan primerspvC suhu 56"C [Arif Ridwan ec aI., 2015). Kontaminasi susu oleh bakteri patogen dapat teriadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi sanitasi kandang yang buruk dan penggunaan air yang tidak bersih itulah yang dapat meniadi sumber kontaminasi pada susu kambing segar (Suwito et a1.,2014). Saat pemerahan berlangsung sangat dimungkinkan ada bagian-bagian tubuh kambing yang luput dari kebersihan, karena sisa kotoran kambing dipastikan melekatpada lipatan tubuh yang sukar dibersihkan sehingga dengan sangat mudah ikut mengontaminasi susu segar. Sedangkan kontaminasi yang teriadi pada susu kambing beku dikarenakan tidak adanya perlakuan terlebih dahulu untuk mematikan bakteri patogen pada susu, padahal sangat banyak jenis bakteri yang dapatbertahan hidup pada suhu ekstrim, seperti kelompok.Salmonella typhtmurium yang masih dapat bertahan hidup pada suhu 6.2'C (jay,2O00J. Salmonella typhimurium iuga dapat bertahan selama 9 bulan pada suhu -25.5'C dan pada es krim dapat bertahan pada suhu -23oC selama 7 tahun (DAoust,1989). Jay (2OOO') menyatakan bahwa suhu sangat berpengaruh terhadap reaksi katalis enzim yang kemudian mengakibatkan rendahnya metabolisme mikroorganisme. Dari 2500 serovar Salmonella yang dikenal, sebagian besar memiliki kemampuan untuk tumbuh pada rentang suhu yang luas yakni pada suhu 5-4"C dengan suhu optimum mencapai 35-37"C [Gassem et a\.,2004). Dewanti efal (20061 melakukan evaluasi kemampuan bertahan Salmonella sp pada es batu didapatkan bahwa kelompok Salmonella sp mengalami peningkatan pertumbuhan saat es mulai mendekati titik caiq, yang memungkinkan terjadinya reaksi kimia dan pertumbuuhan mikroorganisme terutama jika proses pencairan berlangsung lambat. Kelompok Salmonella yang mampu beradaptasi dengan menuniukan peningkatan jumlah koloni yaitu S. infantis, S. lexiton, S. enteritidis, S. Hadar, S.Heidelberg dan S.typhimurium [Dewanti et al, 2006). DAoust (1989) menyatakan bahwa pada produk clrfcken chow mein, S. ryphimurium dapat bertahan selama 9 bulan pada suhu -25.5"C dan pada es krim bertahan hingga 7 tahun pada -23"C. Berbeda dengan Salmonella paratyphi B dan Salmonella Qtphi yang ternyata mampu bertahan selama 270 hari pada suhu -25.5"C (1ay,2000J. Oleh karena susu merupakan minuman yang memiliki kandungan nutrisi yang sangat kompleks maka sangat dirnungkinkan pula banyak bakteri patogen yang dapat beradaptasi dan berkembang selama proses S. Gambar 5. (1) Hasil PCR-Singleplex suhu 50'C-60"C r,4,7,10,13), S flphi (lane 2,5,8,71,1 4), S. gtphimurium (lane 3,6,9,72,15); [3J Hasil amplifikasi DNADengan metode multiplex PCR, primer inv,4 paniang 278bp Primer spvC isolat ASKS 3.5 (S.enteritidis); [2] Hasil amplifikasi DNA dengan metode PcR-Singleplex suhu 61'C-65"C , primer invA (Z7gbp)dan spvC (571bp) S.enteritidis (lane panjang 571bp. Lane C+ST menunjukan control ),1r,lrr,r' //,r.r/ l'ttttltrhttt tt,ttt l\'tr4 ,,lirttt 1,n,ta ttt,t,rlan[,t | 141 | Procae&ry penyimpanan baik saat masih segar maupun dalam keadaan beku. Hal ini pun mendorong perlunya tindakan sebelum mengkonsumsi bahan pangan lewat proses yang terstandarisasi sesuai dengan standar kearnanan pangan yang berlaku, agar dapat meminimalisir resiko yang mungkin saia terjadi akibat kontaminasi bakteri patogen penyebab sakit pada manusia dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Secara mikrobiologi dan molekuler susu kambing baik dalam kondisi segar maupun beku dari pusat peternakan PE belum sepenuhnya terbebas dari kontaminan bakteri .Salmonella sp oleh sebab itu diperlukan kewaspadaan dalam pengolahan selaniutnya ketika akan dikonsumsi, agar konsumen terhindar dari resiko yang diakibatkan dari kontaminasi bakteri tersebut. REFERENSI Aleandri MA" Fagiolo P, Calderini R, Colafrancesco G, Giangolini R, Rosati, De Michelis F, 1996. Studies Conducted on Somatic Cells Counts of Goats Milk. in: Somatic Cells and Milk of SmallRuminants [Rubino R, Ed). Wageningen Pers. EAAP 77: 65-70. Amarantini C, SembiringL, Kushadiwijaya H,Asmara W. 2011. Identification and Characterization of Salmonella typhi isolates from Southwest Distric! East Nusa Tenggara based on 16S rRNA gene sequences. . Arif Ridwan D, Amarantini C. 2015. Deteksi molekuler Salmonella sp pada minuman Es Teh yang Dijual di Kota Yogyakarta [skripsi]. Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta. Indonesia] Badan Standardisasi Nasional. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Pangan. SNI7388:2009. Brock, T.D. 2000. Biology of Microorganisms. Prentice-Hall, Inc, Englewood Cluffs, New ersey. Buchanan, RE, Gibbons NE. 1974. Bergey's Manual of Determinative Bacteriology. Btr' edition. Williams and Wilkins Company. Baltimore. Budiarsc TY, Rusilorvati B Esti S, Gultom Laura A. 2 012. Penentuan Titik Kendali Kritis Cemaran Cotiform, Escherichia coli d.an Eschericltia | 142 | S"rittn, SpecificDetection of Virulence Genes, inyA and sprrC, by an Enrichment Broth CultureMultiplexPcR Combination Assay. fournal of Clinical Microbiology. 34(10J: 2619-2622. Cliver DO, Doyle MP. 1990. Foodborne Diseases. Academic Press, Inc. San Diego. California DAmico Df, Groves E, Donnelly C. W. 2008. Low Incidence Of Foodborne Patogens of Concern in Raw Milk Utilized for Farmstead Cheese Production. J- Food Prot. 71:1580-15B9. DAoust,J-Y 1989. Foodborne Bacterial Patogen, 328-413.Marcell Decker; New York. Dewanti & PP. Hariyadi, Hartini SM. 2006. Keberadaan dan Perilaku Salmonella Dalam Es Batu, Prosiding PATPI Mikrobiologi dan Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor Bogor. Indonesia] Drastini Y, Budiharta S, Asmara W.2002. Isolaticn of \/TI and/or VTZ gene bearing Escherichia colifrom Cattle, Swine, Sheep and Goat. J. Sain Electrl ofBiological Diversity 12(1): 6p. j F, Little CL,Allen G,Williamson K, MitchellRT. 2004. Prevalence of Campylob acterSalmonell a, and, Echerichia colf on the External Packaging of Raw Meat. J Food Prot.68:469-475 Burgess Chiu CH, JT OU. 1996. Rapid ldentification of Salmonella Serovars in Feces by KESIMPULAN Sumba coli O1ST Pada Proses Pemerahan Susu Sapi. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi Jurdik Biologi FMIPA; Oktober 2012; UNI Yogyakarta. ISBN : 978602-95766-7-6 Vet XX(2J : 28-35. Foschino, R., Barucco R, Stradiotto K. 2002. microbial composition, including the incidence of patogens of goat milk from the bergamo region of italy during a lactation year. J. Dairy Res.69:2'13-225. Gassem, M.H, Dolmans W.M.V Keuter M.M, Djokomoelijanto R.R, 2001. Poor food hygiene and housing as risk factors for typhoid fever in Semarang, Indonesia. Tropical Medicine danlnternasional Health 6(6) 484-490. Hiramatsu R, Matsumoto M, Sakae K, Miyazaki Y2005. Ability of Shiga Toxin-Producing Escherichia coli and Salmonella spp. to Survive in A Desiccation Model System And in Dry Foods. Holt f.G. 1994. Bergey's lr4anual of Determinative Bacteriology, Ninth edition, Baltimore, Ilasi[ Pcnc[iriau r{an Pntg,:t{,:littr 1tntl',t ^lnult1i't1[it Ma r;'la nd, USA. procecding fandal JM. 1996. Comprative Aspect of Goat and Sheep Millc Small Ruminant ResearchZ? !77' 183 Jay ]M. 2000. Modern Food Microbiology sixth Edition. An Aspen Publication, Maryland. Jayarao, B. M, Pillai S. R Sawant A. A, Wolfgang D. R, and Hegde N. V. 2004. Guidelines for monitoring bulk tank milk somatic cell and bacterial counts. J. Dairy Sci. 87:35 67-3573' |enikova G, Pazlarova J, Demnerova. 2000. Detection of salmonella in food samples by the combination of Immunomagnetic Separation and PCR assay. In ternational Microbiol.3:225' 229. Lin CL, Chiu CH, Chu C,HuangYC, LinTY O.UJT.2007. A Multiplex Pol]'rnerase Chain Reaction Method For Rapid tdenti ficalon OfCitrobacter freundii and Salmonella Species, lncludin g$almonella ryphr. I Microbiol Immunol Infect. 40:222-226 Li Q Cheng W Zhang D, Yu T' Yin Ju H, Ding S' t 2012. Rapid and Sensitive Strategy for Salmonella Detection Using an invA Gene- based Electrochemical DNA Sensor' lnt' ,.Electrochem. Sci' 7 :844-856. Liu, Y. M. Leg E. Ooi, Y. Mavis, A. Tan, and H. Quek 2003. Molecular TYPing of Salmonellaentericaserovar typhi isolates from Various Countries in Asia by Multiplex PCR Assay on VariableNumber Tandem Repeats' fournal ofClinical Microbiology, Vol.41, No' 9' p:4388-4394. Maree PH. 1978. Goat Milk and Its Use as a HypoAllergenic InfanL First printed in Dairy GoatJournal. Monfort P Le Gal D, Le Saux JC. 1993. Improved Rapiri Method For Isolation and Enumeration of Salmonella Bivalves Using Rambach Agar' Morgan, F., Massouras X Barbosa M, Roseiro L, Ravasco E, Kandarakis I, Bonnin V Fistakoris M, Anifantakis E, laubert G, and RaynalL.iutovac K. 2003. Characteristics of Goat Milk CollectedFrom Small and Medium Enterprises ' in Greece, Portugal and France. Small Rumin' Res.47:3949. Park YW, 1991. Relative Buffering Capacity Of Goat MilkCow Milk Soy-Based lnfant Formula and Commercial Non-Prescription Antiacid Drugs. J.Dairy Sci,24: 3326-3333. Pinanditya FS, Wahyuni AETH. 2011. Isolation and ldentification of Bacteria From Etawah Cross Breed Goats Milk in Sleman Yogyakarta, in: Procceding International Seminar and 2"dCongress of SEAVSA. Surabaya,2l-22 lune 2011.pp.331-336 Ray B. 1996. Fundamental Food Microbiology. CRC Press. New York Suwito W.2009. Escherichia coJi Verotoksigenik (VTEC) Yang Diisolasi Dari Susu Sapi. flTV t4(3'):237'243 Suwito W, Nugroho S$ Wahyuni H. 2014. FaktorFaktor Resiko Masitis Subklinis PadaKambing Peranakan Etawah Di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Swanenburg, M., H.A.P. Urlings, D.A. Keuzenkamp, and J.M.A. Snijders, 2001. Salmonellaln The Lairage of Pig Slaughterhouses. Journal of Food Protection. Vol. 64, No' 1. p: 12-\6' Thomason B,M. 1977 . Increased Recovery of Salmonellae ftom Enrichment Samples enriched with Buffered Peptone Water. Appl Environ Microbiol 34 (3J :270-273 Turner KM, Restaino L, Frampton EW. 2000. Efficicacy Of Chromocult Coliform Agar For Coliform and Eschercihia coli Detection In Foods. J Food Prot.63(4J:539-541' WHO. 2003. Background Document: The Diagnosis, Treatment and Prevention of Typhoid Fever' Communicable Disease Surveillance and Response Vaccines And Biologicals' sctltitrar llasif Pt'tlitinn ,{atr Ptttga[diarr -1'n,{n Itasynifar | 143 |