GAMBARAN DARAH MERAH DAN PERTUMBUHAN MANDALUNG (Mule duck) YANG DISUPLEMENTASI VITAMIN C SISWANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK SISWANI. Gambaran Darah Merah dan Pertumbuhan Mandalung yang Disuplementasi Vitamin C. Dibimbing oleh DAMIANA RITA EKASTUTI. Mule duck atau mandalung merupakan hasil persilangan antara entok (Cairina moschata) dengan itik alabio (Anas platyrynchos). Mandalung dapat dijadikan sebagai daging alternatif karena kandungan gizi yang cukup tinggi, kadar lemak daging rendah, presentasi karkas yang tinggi dibanding tetuanya dan lebih murah. Kelemahan mandalung adalah memiliki sifat agresif dan mudah stress (nervous). Upaya yang akan dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan suplementasi vitamin C sebagai anti stress. Dengan demikian diharapkan pertumbuhan mandalung dapat lebih baik. Darah memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah sebagai (1) penyerap dan pembawa nutrien dari saluran pencernaan menuju jaringan, (2) pembawa oksigen (O2) dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru, (3) pembawa produk buangan metabolisme, (4) pembawa hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dan (5) pengatur kandungan cairan jaringan tubuh (Sturkie dan Grimingger 1976). Penelitian ini diadakan untuk mengamati gambaran darah merah mandalung dan pertumbuhannya setelah disuplementasi vitamin C selama 10 minggu, yang meliputi jumlah butir darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH dan MCHC. Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Unggas, Fakultas Peternakan, IPB dan Laboratorium Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB dimulai dari bulan Juni 2004 sampai Oktober 2004. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga dosis vitamin C sebagai perlakuan (0 ppm, 500 ppm dan 1000 ppm) dan diulang empat kali. Untuk mengetahui pengaruh suplementasi vitamin C terhadap gambaran darah dan pertumbuhan mandalung data dianalisa dengan analisis ragam (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan suplementasi vitamin C tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah butir darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Bobot badan mandalung tidak dipengaruhi secara nyata (P>0,05) oleh suplementasi vitamin C. GAMBARAN DARAH MERAH DAN PERTUMBUHAN MANDALUNG (Mule duck) YANG DISUPLEMENTASI VITAMIN C SISWANI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 LEMBAR PENGESAHAN Judul skripsi : Gambaran Darah Merah dan Pertumbuhan Mandalung yang Disuplementasi Vitamin C Nama : Siswani NRP : B04101087 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr.drh. Damiana Rita Ekastuti, MS Mengetahui, Pembantu Dekan I Dr.drh. I Wayan T Wibawan, MS Tanggal Lulus: RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Makassar pada tanggal 12 September 1982 dari pasangan Ayahanda Drs. H. M. Aris Tahir dan Ibunda Hj. Andi Rohani S.Sos. Penulis merupakan anak ke 2 dari empat bersaudara. Penulis mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di SDN III Maros tahun 1989-1995. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN I Maros dan tamat tahun 1998, selanjutnya menyelesaikan pendidikan sekolah Menengah Atas di SMU I Maros pada tahun 2001. Penulis diterima menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2001. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan IPB, penulis mengikuti kegiatan intra dan ekstrakurikuler, diantaranya penulis aktif dalam kegiatan HIMPRO ORNITHOLOGI, Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa/Pelajar Indonesia (IKAMI) Sul-Sel. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini merupakan penyajian dari hasil penelitian mengenai gambaran darah merah dan pertumbuhan mandalung yang di suplementasi vitamin C. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, saran, bantuan, dukungan, dan dorongan moril maupun materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. drh. Damiana Rita Ekastuti, MS selaku pembimbing skripsi atas kesediaan dan kesabarannya memberikan saran, waktu, dan bantuan kepada penulis baik pada saat penelitian, penyusunan dan penyelesaian skripsi ini; kepada Bapak Dr. drh. Denny W Lukman selaku pembimbing akademik atas kesabaran, nasehat dan bimbingan kepada penulis selama ini; kepada seluruh staf bagian Fisiologi terutama Ibu Ida dan Ibu Sri atas bantuannya selama penelitian di Laboratorium Fisiologi. Terima kasih kepada Bapak, mama, kakak dan adek-adekku, Ka Leha, Ka Ira, Ta Nur, Etta atas doa dan semangatnya selama ini. Love you all. Kepada Mbak Aci, Wini, Bang Iben dan Cahyo atas kebersamaan dan bantuan selama penelitian di kandang. Sahabatku Hj. Mardi, Fia, Nini, Fadje, Upet, Justho, Om Ifink, Yusri dan seluruh teman-temanku di Maros, terima kasih atas persahabatannya yang indah. PCH crew terutama Qnoey, Bunda, Delon, Rienul, Mama Sinbi, Mbak Saidah, Ka Dina atas perhatian, cinta dan kasih sayangnya, kepada Pak Ama, Sandy, Kentung, Angga, Om Iin atas bantuan dan kebersamaan di PCH. Terima kasih juga saya ucapkan kepada dr. Sahar atas bantuan dan persahabatannya selama ini, Puang Anto (Andi Alfian Mallarangeng) atas masukannya dan sumber inspirasiku. Keluarga besar Asrama Latimojong, teman-teman di IKAMI Sul-Sel, Ka Arfan, Ka Rusdyn makasih ya semangatnya. Terima kasih tak terhingga untuk ”My Big Family” (Ory, Wini, Achiet, Fina, Ndah) dan Mpus atas cinta dan persahabatannya, Ka Budi atas kasih sayang, waktu, dan bimbingannya selama ini, my best friend Gvenk, Skopang, Jempang, Kadri, Ka Uccha, Amanah crew, Gastro 38, FKH 39, Mas Aruma dan semua pihak yang telah memberi bantuan kepada penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, maka sudah selayaknya penulis mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata dengan mengharapkan Ridho Allah SWT, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bogor, Februari 2006 Penulis DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 TINJAUAN PUSTAKA Mandalung .......................................................................................... Vitamin C ............................................................................................ Vitamin C Sebagai Anti Stress ................................................ Gambaran Darah Mandalung .............................................................. Sel Darah Merah ..................................................................... Kaitan Nilai-Nilai Hematologi dengan Pertumbuhan ......................... 3 5 6 7 7 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. Bahan dan Peralatan Penelitian ........................................................... Rancangan Percobaan ......................................................................... Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ Cara Pengukuran Parameter ................................................................ Analisis Data ....................................................................................... 11 11 12 12 14 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suplementasi Vitamin C terhadap Gambaran Darah Merah Mandalung ............................................................................... 16 Pengaruh Suplementasi Vitamin C terhadap Pertumbuhan Mandalung .......................................................................................... 18 Korelasi antara Nilai Darah Merah dengan Pertumbuhan .................. 20 KESIMPULAN ............................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24 LAMPIRAN .................................................................................................... 29 DAFTAR TABEL Halaman 1. Komposisi pakan starter dan finisher ......................................................... 11 2. Dosis vitamin C yang diberikan .................................................................. 13 3. Gambaran darah merah mandalung yang disuplementasi vitamin C pada umur 10 minggu .......................................................................................... 16 4. Rataan bobot badan mandalung yang disuplementasi vitamin C dari umur 1 minggu sampai 10 minggu (g/ekor) .......................................................... 18 5. Korelasi gambaran darah dengan pertumbuhan mandalung (n=22) ........... 20 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Pengaruh vitamin C terhadap bobot badan ................................................. 19 2. Korelasi jumlah butir darah merah terhadap bobot badan ......................... 21 3. Korelasi kadar hemoglobin terhadap bobot badan ...................................... 21 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap jumlah butir darah merah mandalung umur 10 minggu ............................ 30 2. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap kadar hemoglobin mandalung umur 10 minggu ....................................... 30 3. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap nilai hematokrit mandalung umur 10 minggu ........................................... 31 4. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap nilai MCV mandalung umur 10 minggu ................................................... 31 5. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap nilai MCH mandalung umur 10 minggu ................................................... 32 6. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap nilai MCHC mandalung umur 10 minggu ................................................ 32 7. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap bobot badan mandalung umur 10 minggu ................................................. 33 PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bahwa seiring dengan pertambahan penduduk maka kebutuhan akan protein hewani terus meningkat sehingga terkadang pasar tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan adalah mengembangkan ternak lokal terutama unggas air seperti itik dan entok untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk memenuhi konsumsi protein hewani, maka daging itik dan entok merupakan salah satu alternatif yang dapat diandalkan. Saat ini itik dan entok mendapat perhatian karena dapat menciptakan usaha baru. Itik dan entok merupakan sumber produksi yang tepat dengan memanfaatkan persilangannya. Persilangan antara itik alabio (Anas platyrinchos) dan entok (Cairina moschata) menghasilkan ternak mandalung atau mule duck atau dikenal juga dengan nama lokal seperti serati, togri, ritog, tongki, beranti, mandalung atau pandalungan. Mandalung atau Mule duck merupakan unggas pedaging yang sangat potensial untuk dibudidayakan. Kelebihannya adalah pertumbuhannya cepat, kadar lemaknya rendah dan persentase karkas yang cukup tinggi dibandingkan dengan unggas yang lain, dalam 10 minggu bobot karkas mencapai 2,60 Kg (Simanjuntak 2002) Namun kekurangannya adalah itik mandalung mempunyai sifat mudah stres (nervous) dan agresif. Sifat agresif ini sangat merugikan apabila tidak diatasi karena mandalung memiliki kait runcing yang tajam di ujung paruhnya. Patukan paruhnya menyebabkan kualitas karkas menurun. Selain sifat agresif, itik mandalung juga mudah nervus terutama dari umur tiga minggu. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan obat anti stres, salah satu anti stres yang baik dan banyak digunakan pada unggas adalah vitamin C (Rasyaf 1993). Vitamin C merupakan anti oksidan dan anti stres pada Mule duck (Herlyn dan Laser 1977). Darah merupakan cairan tubuh utama yang terdiri dari sel-sel yang terendam dalam cairan yang disebut plasma. Darah memiliki banyak fungsi diantaranya adalah penyerap dan pembawa nutrien dari saluran pencernaan menuju jaringan (Sturkie dan Grimingger 1976). Eritrosit yang diproduksi setiap hari sangat banyak sehingga sumsum tulang memerlukan banyak precursor untuk mensintesis eritrosit baru. Zat yang dibutuhkan untuk pembentukan eritrosit antara lain besi, mangan, kobalt, vitamin, asam amino dan hormon (Hoffbrand dan Petit 1996). Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, hormon, keadaan hipoksia dan berbagai faktor lainnya (Sturkie dan Grimingger 1976). Faktor status nutrisi, volume darah, spesies dan ketinggian juga mempengaruhi jumlah eritrosit (Swenson 1977). Fungsi vitamin C antara lain adalah bersamasama asam folat berperan dalam proses pematangan eritrosit (Widodo 2002). Oleh karena itu suplementasi vitamin C diduga mempengaruhi jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit. Hal ini diduga juga mempengaruhi pertumbuhan mandalung. Dari uraian tersebut di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk mengatasi sifat mudah stress (nervous) pada Mule duck atau mandalung agar dapat meningkatkan pertumbuhannya. Tujuan Penelitian ini diadakan untuk: 1. Mengamati gambaran darah merah mandalung setelah mendapat suplementasi vitamin C selama 10 minggu, yang meliputi jumlah butir darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, nilai MCH, MCV, MCHC dan pertumbuhan mandalung, 2. Melihat hubungan gambaran darah merah dengan pertumbuhan. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah : H0 : Suplementasi vitamin C tidak berpengaruh terhadap jumlah butir darah merah, hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, MCHC dan pertumbuhan mandalung. H1 : Suplementasi vitamin C berpengaruh terhadap jumlah butir darah merah, hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, MCHC dan pertumbuhan mandalung. TINJAUAN PUSTAKA Mandalung Mule duck atau mandalung merupakan hasil persilangan antara entok (Cairina moschata) dengan itik alabio (Anas platyrynchos). Hasil perkawinan ini adalah mandul (steril). Itik merupakan unggas air yang tergolong dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, subordo Anseres, famili Anatidae, subfamili Anatinae, tribus anatine, genus Anas dan spesies Anas platyrynchos. Entok tergolong dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, subordo Anseres, famili Anatidae, subfamili Anatinae, tribus Cairinini, genus Cairina dan spesies Cairina moschata (Crawford 1990). Hoffman dan Canning (1993) menyatakan bahwa mandalung adalah keturunan steril dari Anas platyrynchos yang diinseminasi dengan semen dari Cairina moschata. Di Indonesia Mule duck dikenal dengan berbagai nama lokal seperti, togri, serati, tongki, ritog, beranti, mandalung atau pandalungan (Simanjuntak 2002). Menurut Hoffman dan Canning (1993) salah satu keunggulan Mule duck adalah ukuran tubuh jantan dan betina relatif sama. Keunggulan Mule duck selain presentasi karkas yang tinggi adalah kadar lemak yang rendah dibanding itik dan entok. Putro (2003) melaporkan persentase karkas itik, entok dan mandalung umur delapan minggu yang mendapat perlakuan pakan (PK 22,56% dan EM 2946 kkal/kg) yaitu 60,23% ; 58,81% dan 63,86%. Pitrie (2002) mengemukakan hasil pengamatannya terhadap mandalung yang dipotong pada umur 10 minggu memiliki persentase karkas sebesar 62,43%. Mandalung mandul (steril) oleh karena itu pertumbuhan lebih ditujukan untuk pembentukan daging (Simanjuntak 2002). Selain pertumbuhan yang cepat dagingnya juga cukup enak, tidak amis, dan empuk (Simanjuntak 2002). Mandalung memiliki bobot akhir yang besar dibandingkan dengan tetuanya karena energi dan protein yang ada dalam pakan yang seharusnya dipergunakan untuk perkembangan alat reproduksi, karena alat reproduksi mandalung tidak berkembang, digunakan untuk pertumbuhan (Hoffman dan Canning 1993). Hal ini juga sesuai yang dilaporkan oleh Sunaryo (2004) bahwa mandalung yang disuplementasi vitamin C 500 ppm dan 1000 ppm memiliki persentase karkas pada umur 10 minggu masing-masing 60,50% dan 63,36%. Selain dari sifat unggul yang dimiliki, mandalung juga mempunyai sifat negatif, yaitu sifat agresif dan mudah stress (nervous). Hal ini terjadi apabila ternak dihadapkan pada suatu perubahan lingkungan dan dihadapkan pada faktor pemicu timbulnya stres (stressor). Perubahan lingkungan akan menyebabkan cekaman yang akan berakibat pada pelepasan adrenal corticoid dan perubahan leukosit pada mamalia dan unggas (Sturkie 1976). Beberapa indikator terjadinya stres atau cekaman ringan secara fisiologis dapat diamati terjadinya perubahan pada unsur hematologis, endokrinologis, metabolisme maupun tingkah laku dari mandalung itu sendiri. Secara fisiologis perubahan akibat stres pada unggas dapat dilihat pada gambaran darahnya, yaitu terjadi kholesterolemia, NPN meningkat, Ca++ meningkat, rasio Na++ : K+ berubah, kortikosteroid berubah, glukosa meningkat, heterofilia, dan limfopenia. Selain itu cekaman berat secara tidak langsung dapat menyebabkan penurunan konsumsi pakan, produksi rendah, rentan terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan kinerja produksi dan kematian (Kilgour dan Dalton 1984). Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi cekaman adalah suplementasi vitamin C dan suplementasi kangkung dalam pakan. Suplementasi kangkung 10% memiliki pertumbuhan yang lebih baik (Nurhayati 2004). Karmila (2005) menyatakan suplementasi vitamin C dapat menurunkan cekaman dan dapat meningkatkan pertumbuhan. Hal ini dilihat dari nilainya menunjukkan bahwa PBB dengan suplementasi vitamin C 1000 ppm lebih tinggi dibanding PBB dengan suplementasi vitamin C 500 ppm apalagi dengan kelompok tanpa suplementasi vitamin C, hal ini terutama terjadi pada masa pertumbuhan dini (sebelum dewasa kelamin) yaitu pada umur satu hari sampai enam minggu. Hal ini sesuai dengan Combs (1992), Guyton dan Hall (1997) yang menyatakan vitamin C berfungsi dalam sintesis kolagen untuk pembentukan jaringan ikat, kartilago, tulang, dan pertumbuhan. Vitamin C Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan hanya dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan normal dan pemeliharaan kehidupan (Tilman et al. 1984). Vitamin C lebih dikenal sebagai asam askorbat karena sifatnya yang asam dan efektivitasnya terhadap pengobatan skurvi. Fungsi vitamin C antara lain sebagai transpor elektron, sintesis kolagen, metabolisme obat, dan steroid, metabolisme tirosin, metabolisme ion logam, meningkatkan ketersediaan besi, reaksi antihistamin, dan fungsi kekebalan (Combs 1992). Fungsi vitamin C yang lain adalah bersama-sama asam folat berperan dalam proses pematangan eritrosit (Widodo 2002). Sebagaimana telah disebutkan bahwa salah satu fungsi vitamin C adalah untuk sintesis kolagen yang normal dengan cara katalisis hidroksi-prolin, reaksi ini digunakan untuk membentuk jaringan adiposa, tulang, dan gigi, berfungsi sebagai anti oksidan, dan oksidasi - reduksi berbagai enzim. Umumnya hewan mensintesa vitamin C dari D-glukosa melalui jalur Dasam glukoronat (Horio 1993). Berdasarkan kemampuan sintesis vitamin C hewan dibagi tiga kelompok yaitu (1) kelompok yang tidak mampu mensintesis vitamin C karena tidak ditemuinya enzim gulonolakton oksidase (enzim yang mampu merubah gulonolakton menjadi asam askorbat) termasuk manusia dan hewan primata lainnya, (2) kelompok yang mampu mensintesis vitamin C dalam hati seperti sapi dan babi, dan (3) kelompok yang mampu mensintesis vitamin C dalam ginjal (termasuk ayam) (Scott 1985). Unggas memiliki kemampuan mensintesis vitamin C. Penambahan vitamin dalam ransum 180 mg/Kg terbukti mempengaruhi pengurangan kematian anak itik dan menambah daya tahan itik yang sedang bertelur (Rasyaf 1993). Pemberian vitamin C sebanyak 1000 ppm pada broiler yang dipelihara pada temperature lingkungan 33˚C menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan tanpa diberi vitamin C. Pemberian vitamin C pada kondisi normal secara berlebihan akan meningkatkan sekresi vitamin C melalui urine, tetapi jika kondisi tubuh buruk sebagian besar vitamin C akan ditahan oleh jaringan tubuh (Winarno 1997). Vitamin C Sebagai Anti Stress Pardue dan Thaxton (1985) menyatakan bahwa vitamin C (asam askorbat) dikenal sebagai antistres yang baik dan banyak dimanfaatkan pada unggas. Vitamin C dibutuhkan dalam reaksi hidroksilasi pada sistem syaraf dan medula adrenal. Vitamin C sebagai kosubstrat dalam hidroksilasi tirosin pada pelepasan norepinefrin dan dalam medula adrenal untuk melepas katekolamin lain yaitu epinefrin. Peranan ini penting untuk fungsi sistem syaraf secara normal dan untuk ketersediaan epinefrin dalam hubungannya dengan stres (Linder 1992). Suplementasi vitamin C dalam jumlah banyak diperlukan jika tubuh dalam kondisi stres emosional atau cekaman lingkungan, untuk mempertahankan konsentrasi asam askorbat yang normal dalam plasma darah (Pilliang 2001). Habibie (1993) dalam kesimpulan laporannya menyatakan bahwa suplementasi vitamin C pada ayam petelur tipe medium fase produksi I dan fase III secara nyata meningkatkan produksi telur (hen day), menurunkan konversi ransom, dan tidak berpengaruh pada konsumsi pakan, berat, dan kerabang telur. Kadar vitamin C plasma pada ayam sangat dipengaruhi oleh pemberian vitamin C dari luar. Satterfield et al (1945) melaporkan bahwa petelur yang disuntik dengan 50 mg asam askorbat setelah 25 menit, vitamin C plasma meningkat 3,5 kali lipat yaitu dari 16 μg/ml menjadi 57 μg/ml, tetapi dua jam setelah injeksi vitamin C turun menjadi 18 μg/ml. Perubahan asam askorbat plasma pada ayam yang mendapat vitamin C melalui suntikan lebih cepat dibandingkan dengan ayam yang menerima vitamin C lewat air minum atau makanan (Pardue dan Thaxton 1985). Karmila (2005) menyatakan bahwa suplementasi vitamin C pada mandalung dapat menurunkan tingkat cekaman (stres) dan meningkatkan pertumbuhan (Pertambahan Bobot Badan, Laju Pertumbuhan Spesifik). Gambaran Darah Mandalung Darah memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah sebagai 1) penyerap dan pembawa nutrien dari saluran pencernaan menuju ke jaringan, 2) pembawa oksigen ( O2) dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru, 3) pembawa produk buangan metabolisme, 4) pembawa hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dan 5) pengatur kandungan cairan jaringan tubuh ( Sturkie dan Grimingger 1976). Darah unggas memiliki persamaan dengan mamalia tetapi terdapat beberapa sifat yang berbeda dengan darah mamalia. Perbedaan penting tersebut antara lain ; (1) eritrosit unggas berinti, (2) dalam pembekuan darah sel disatukan oleh keping-keping trombosit tetapi inti trombosit yang tertutup tampak seperti eritrosit, (3) awal terjadinya pembekuan darah sangat berbeda, (4) secara umum banyak kesamaan dengan terjadinya polimorfonuclear granulosit dari neutrofil mamalia, pada unggas memiliki granula sitoplasma berwarna tajam dengan pewarnaan yang disebut heterofil (Hodges 1978). Jika tubuh hewan mengalami perubahan fisiologis maka gambaran darah juga akan mengalami perubahan. Secara internal seperti pertambahan umur, status gizi, latihan, kesehatan, stress, siklus estrus, dan suhu tubuh, sedangkan secara eksternal akibat infeksi kuman, fraktura, dan perubahan suhu lingkungan ( Guyton dan Hall 1997). Hal ini sesuai dengan pernyataan Sturkie (1976) yang menyatakan bahwa jumlah leukosit pada unggas dipengaruhi oleh spesies, jenis kelamin, kondisi stres, sakit, diberi estrogen, dan diberi obat. Sel Darah Merah Pada hewan dewasa sel darah merah (eritrosit) mengandung 62-72% air dan kurang lebih 35% adalah benda padat. Dalam benda padat tersebut terdiri dari 95% hemoglobin dan 5% adalah protein dalam stroma dan membran sel, lemak, kolesterol bebas, lemak netral, vitamin, dan mineral. Sel darah merah membawa hemoglobin ke dalam sirkulasi. dibentuk di sumsum tulang. Sel ini berbentuk bikonkaf dan Pembentukan eritrosit berlangsung secara terus menerus seimbang dengan proses penghancuran eritrosit. Eritrosit baru yang diproduksi setiap hari sangat banyak sehingga membutuhkan precursor mensintesis sel tersebut. Precursor yang dibutuhkan antara lain logam (besi, mangan, kobalt), vitamin (vitamin B12, folat, vitamin C, vitamin E, vitamin B6, tiamin, riboflavin, asam pentotenat), asam amino, dan hormon (eritropoietin, androgen, tiroksin) (Hoffbrand dan Pettit 1996). Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, hormon, keadaan hipoksia, dan berbagai faktor yang lain (Sturkie dan Grimingger 1976). Status nutrisi, volume darah, spesies, dan ketinggian juga mempengaruhi jumlah eritrosit (Swenson 1977). Selain mempengaruhi jumlah eritrosit juga mempengaruhi kadar hemoglobin, nilai hematokrit, dan konsentrasi kandungan darah lainnya. Jumlah eritrosit itik lokal India 2,92 x 106 per mm3, itik Peking 2,71 x 106 per mm3 dan ternak itik betina 2,0 x 106 per mm 3, sedang pada ayam dewasa bervariasi antara 2,7 sampai 3,8 x 106 per mm3( Sturkie 1976). Hemoglobin merupakan pigmen merah yang membawa oksigen dalam darah, yaitu suatu protein yang mempunyai berat molekul 64,450 (Ganong 1998). Jumlah hemoglobin dalam beberapa literatur sangat bervariasi, variasi ini timbul karena perbedaan dalam metode pengamatannya. Schalm et al. (1975) melaporkan bahwa tiap eritrosit mengandung 400 juta hemoglobin. Faktor yang mempengaruhi eritropoiesis dan jumlah sel darah merah juga berpengaruh pada kadar hemoglobin. Level hemoglobin pada itik Peking jantan dewasa adalah 14,2 g/100 ml dan 12,7 g/100 ml pada yang betina (metode sahli), pada itik lokal india dewasa pada jantan 13,3 g/100 ml dan 12,7 g/100 ml (metode Wong atau iron) pada yang betina. Level hemoglobin pada ayam cenderung lebih rendah dari itik (Sturkie 1976). Biosintesis hemoglobin dimulai sejak eritroblast dan berlangsung terus pada tahap-tahap selanjutnya dalam perkembangan eritrosit. Pembentukan hemoglobin berlangsung terus selama inti masih dalam sel baik sel yang berada dalam sumsum tulang maupun dalam sirkulasi (Swenson 1977). Volume sel dalam sirkulasi darah biasanya lebih sedikit daripada volume plasma. Hubungan volume sel dengan plasma dapat diketahui dengan menggunakan hematokrit atau Packed Cell Volume (PCV). Pada hewan normal, nilai hematokrit berhubungan dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin (Swenson 1977). Nilai hematokrit untuk itik lokal India dewasa jantan 40,7%, betina tidak bertelur 38,1%, sedang itik Peking dewasa jantan 46,7% dan betina 44,2%. Nilai hematokrit dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah dan ukuran sel darah merah (Sturkie 1976). Mean Corpuscular Values (MCV) atau nilai eritrosit rata-rata memberi keterangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin per eritrosit. Nilai yang banyak dipakai adalah Mean Corpuscular volume (MCV) yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit diukur dengan femtoliter, Mean Corpuscular hemoglobin (MCH) yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit diukur dengan pikogram dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC), yaitu konsentrasi hemoglobin yang dipakai per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%). Kaitan Nilai-Nilai Hematologi dengan Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan salah satu parameter penting untuk menentukan keberhasilan produksi. Kemampuan untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam ransum menjadi daging ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan. Pertumbuhan merupakan pembentukan jaringan-jaringan baru yang menyebabkan terjadinya perubahan bobot, bentuk, dan komposisi tubuh hewan (Hammond 1965). Pertumbuhan adalah proses peningkatan ukuran tulang, otot, organ dalam, dan bagian tubuh lainnya yang terjadi sebelum lahir (prenatal) dan setelah lahir (postnatal) sampai mencapai dewasa (Ensminger 1992). Pertumbuhan dipengaruhi oleh umur, ras, jenis kelamin, bangsa, pakan, musim, dan hormon (Hammond 1965). Menurut North (1984) pada awal pertumbuhan laju pertumbuhan cepat, kemudian lambat, sehingga memberikan kurva berbentuk S. Anggorodi (1985) juga menambahkan bahwa pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali terhenti. Ensminger (1992) menyatakan pertumbuhan unggas tergolong cepat. Pertumbuhan paling cepat terjadi pada umur satu hari sampai enam atau tujuh minggu (Bundy dan Diggin 1975). Setelah melalui masa dewasa, pertambahan bobot badan akan berkurang. Pertambahan bobot badan dapat digunakan sebagai ukuran kecepatan pertumbuhan serta respon dari kemampuan hewan untuk mencerna makanan. Kondisi stres akan mengganggu proses pertumbuhan, produksi, dan metabolisme. Fungsi sel darah merah sebagai media transport sangat penting peranannya dalam pertumbuhan. Darah mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorpsi oleh gasterointestinal menuju jaringan. Sel darah merah juga membawa hemoglobin. Jumlah eritrosit dan hemoglobin menentukan kemampuannya dalam mentransport oksigen dan nutrien ke jaringan. Tanpa ada eritrosit atau hemoglobin tidak ada mobilisasi oksigen dan nutrien ke jaringan; artinya tidak ada pertambahan massa atau dengan kata lain tidak ada pertumbuhan. Pembentukan dan pematangan eritrosit untuk mendukung kelancaran dalam transport zat-zat dalam tubuh. Pertumbuhan yang baik merupakan fenomena dari sistem transport yang baik (Peaker 1975). BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai Juni 2004 sampai Oktober 2004. Penelitian ini dilakukan di Kandang Ternak Unggas Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan pengamatan gambaran darah yang meliputi jumlah butir darah merah, kadar hemoglobin dan hematokrit dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Peralatan Penelitian 1. DOD mandalung yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 ekor 2. Pakan yang digunakan adalah pakan komersial broiler (starter dan finisher), dengan komposisi seperti pada Tabel 1. produksi PT. Charoend Pokhpand Tabel 1. Komposisi pakan starter dan finisher Komposisi Starter (0-4 minggu) Finisher (4-10 minggu) Kadar air (max) 13,0% 13,0% Protein kasar (min) 22,0% 20,0% Serat kasar (max) 4,0% 4,5% Lemak (min) 5,0% 5,0% Abu (max) 5,0% 6,0% Calcium (min) 0,9% 0,9% Phospor (min) 0,6% 0,6% 3. Vitamin C farmakologis dalam bentuk bubuk dengan tingkat kemurnian minimum 98% dibeli dari PT. Indovetraco Makmur Abadi. 4. Kandang kotak (boks) percobaan. Masing-masing dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Pada penelitian ini digunakan 24 unit percobaan. 5. Timbangan digital dan timbangan skala 5 Kg 6. Peralatan untuk pengambilan darah antara lain alat suntik (syringe) 1 ml, tissue, kapas, dan alkohol. 7. Peralatan untuk analisa darah meliputi mikroskop, pipet eritrosit, tabung sahli, larutan HCl 0,1 N, hemoglobinometer, aquadest, crestaseal, pipa kapiler, mikrosentrifuse. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (Steel dan Torrie, 1995). Sebagai perlakuan adalah dosis pemberian vitamin C (0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm). Penelitian ini diulang sebanyak empat kali ulangan, satu satuan percobaan terdiri dari dua ekor mandalung. Pelaksanaan Penelitian Persiapan kandang 1. Kandang percobaan menggunakan enam boks dengan ukuran 1mx1mx0,6m yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Dalam masing-masing boks ditempatkan empat ekor mandalung. 2. Penyiapan mandalung Sebelum ditempatkan di boks-boks percobaan, mandalung diberi nomor pada sayapnya, ditimbang, kemudian dimasukkan secara acak. 3. Penyiapan vitamin C Vitamin C diberikan mulai umur sehari sampai 10 minggu dengan mencampurkannya dalam air minum. Dosis vitamin C yang diberikan dinyatakan dalam mg/ekor/hari yang diperoleh dengan mengubah ppm ke dalam mg berdasarkan jumlah pakan/ekor/hari. Dosis vitamin C dicantumkan pada Tabel 2. Pelaksanaan Pertama adalah mandalung diberi nomor sayap, kemudian ditimbang dan dikelompokan secara acak, kemudian mandalung ditempatkan dalam kandang percobaan lalu diberi pakan starter (umur 0-4 minggu) dan pakan finisher (umur 4-10 minggu) dan dilanjutkan dengan suplementasi vitamin C dari umur satu hari sampai dengan 10 minggu. Suplementasi diberi dengan cara melarutkan sejumlah vitamin C sesuai jumlah pakan harian (Tabel 2) ke dalam air dan diberi sekaligus pada pagi hari. Untuk memastikan bahwa vitamin C masuk ke dalam badan mandalung, sore hari mandalung dipuasakan minum dan saat pemberian pagi hari dipastikan semua vitamin C masuk ke dalam tubuh mandalung. Tabel 2. Dosis vitamin C yang diberikan Umur (minggu) I Konsumsi Ransum per minggu* per hari g 127 18 Dosis Vitamin C (ppm) 0 500 1000 mg 9 18 II 303 43 - 21.5 43 III 519 74 - 37 74 IV 783 112 - 56 112 V 834 119 - 59.5 119 VI 913 130 - 65 130 VII 1015 145 - 72.5 145 VIII 1056 151 - 75.5 151 IX 1084 155 - 77.5 155 X 1024 146 - 73 146 *Matitaputty (2002) dan Sari (2002) Selama percobaan mandalung ditempatkan di boks dengan diberi pakan dan minum ad libitum. Pemanas buatan diberikan pada awal pemeliharaan selama satu minggu. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap awal minggu dan akhir minggu. Pengambilan sampel darah dilakukan pada minggu ke-10. Darah diambil dari vena jugularis sebanyak 0,5 ml. Kemudian darah dimasukkan dalam tabung yang telah diberi EDTA. Parameter yang diukur meliputi jumlah butir darah merah (BDM), kadar hemoglobin (Hb), dan hematokrit (PCV), dari data tersebut dihitung nilai MCV, MCH, dan nilai MCHC. Cara pengukuran parameter 1. Menghitung Jumlah Butir Darah Merah (BDM) Menyiapkan kamar hitung dan mikroskop. Memasang aspirator pada ujung pipet eritrosit, darah dihisap sampai batas 1,0 kemudian ujung pipet dibersihkan dengan tissue. Dengan cepat pengencer BCB 0,3% dihisap sampai batas 101. Aspiratornya dilepas lalu kedua ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan jari telunjuk. Cairan di ujung pipet dibuang lalu tempelkan ujung pipet ke antara gelas penutup dengan kamar hitung, darah yang telah diencerkan akan mengalir ke dalam kamar hitung, didiamkan sampai butir darah mengendap lalu dihitung pada daerah penghitungan BDM (Butir Darah Merah). Jumlah eritrosit = jumlah eritrosit dari lima kotak x 104 (faktor koreksi volume dan pengenceran). 2. Kadar Hemoglobin dengan Metode Sahli Tabung Sahli diisi dengan larutan HCl 0,1N sampai angka 10, kemudian dengan menggunakan pipet Sahli darah dihisap sampai batas angka 20. Ujung pipet dibersihkan dan darahnya dikeluarkan, lalu tabung Sahli diletakkan di dalam standar warna dalam alat hemoglobinometer. Dibiarkan selama 3 menit sampai terbentuk asam hematin berwarna coklat. Dengan pipet tetes ditambahkan setetes demi setetes aquadest ke dalam tabung sambil diaduk, kemudian dibaca tinggi permukaan cairan pada tabung sahli dengan melihat skala kolom gr%. 3. Menentukan Nilai Hematokrit (Hct = PCV) Ujung mikro kapiler ditempelkan pada tabung reaksi yang berisi darah, darah dibiarkan memasuki pipa kapiler sampai 4/5 bagian pipa kapiler, lalu ujung pipa disumbat dengan crestaseal. Pipa kapiler ditempatkan di dalam alat mikrosentrifuse, bagian yang disumbat tadi ditempatkan menjauhi pusat kemudian diputar dengan kecepatan 15.000 rpm selama 5 menit. Setelah selesai akan terbentuk lapisan yang terdiri dari plasma di bagian atas dan lapisan merah atau eritrosit di bawahnya. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur % volume eritrosit dengan alat baca mikrohematokrit. 4. Nilai MCV (Mean Corpuscular Volume) MCV, yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit, satuannya adalah femtoliter (fl). Cara memperolehnya, yaitu : MCV ( fl ) = Hct x10 RBC (10 6 / μl ) 5. Nilai MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) MCH, yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit, satuannya adalah piko gram. Cara memperolehnya, yaitu : MCH ( pg ) = Hb x 10 RBC (10 6 / μl ) 6. Nilai MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) MCHC, yaitu konsentrasi hemoglobin yang dipakai per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%). MCHC (%) = Hb x 100 Hct 7. Bobot badan Penimbangan dilakukan pada pagi hari sebelum pemberian pakan dengan menggunakan timbangan skala 5 Kg. Analisis Data Data dianalisis dengan sidik ragam dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Untuk analisis ini dapat dirumuskan model statistik sebagai berikut : Yij = μ + τi + εij Keterangan : Yij : pengamatan ke-I pada perlakuan ke-j μ : nilai rataan τi : pengaruh perlakuan yang ke-i εij : galat HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Suplementasi Vitamin C terhadap Gambaran Darah Merah Mandalung Rataan gambaran darah merah mandalung yang disuplementasi Vitamin C pada umur 10 minggu ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Gambaran darah merah mandalung yang disuplementasi vitamin C pada umur 10 minggu PARAMETER DOSIS HASIL UJI 0 ppm 500 ppm 1000 ppm STATISTIK BDM (juta/mm ) 2,80 ± 0,395 2,49 ± 0,602 3,07 ± 0,657 p>0.05 HEMOGLOBIN (g/dl) 13,91± 0,972 13,15 ± 0,715 13,97 ± 1,426 p>0.05 HEMATOKRIT (%) 33,61 ± 5,158 33,19 ± 5,033 35,39 ± 3,455 p>0.05 MCV (fl) 120,25 ± 10,305 139,29 ± 33,803 118,14 ± 20,340 p>0.05 MCH (pg) 50,53 ± 7,512 56,82 ± 19,014 46,97 ± 10,173 p>0.05 MCHC (%) 42,39 ± 8,073 40,50 ± 6,899 39,65 ± 4,395 p>0.05 3 Pada Tabel 3 tampak bahwa suplementasi vitamin C dalam penelitian ini tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah butir darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC. Jumlah butir darah merah mandalung pada penelitian ini lebih tinggi dari itik Peking dewasa maupun ternak itik pada umumnya. Jumlah butir darah merah itik peking dewasa adalah 2,46 x 106/mm3, sedang itik betina 2,00 x 106/mm3 (Sturkie 1976). Hasil penelitian ini sesuai dengan Nurhayati (2004) bahwa jumlah butir darah merah mandalung yang disuplementasi vitamin C rata-rata 2,66 x 106/mm3. Ini berarti suplementasi vitamin C cenderung meningkatkan jumlah eritrosit. Hal ini diduga kemungkinan karena fungsi vitamin C dalam pembentukan kolagen, bahan pembentuk sel darah merah atau mungkin karena peranan vitamin C dalam mempercepat pematangan eritrosit (Widodo 2002). Suplementasi vitamin C tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar hemoglobin mandalung pada umur 10 minggu. Pada penelitian ini diperoleh kadar hemoglobin rata-rata 13,97 g/dl. Pada penelitian Nurhayati (2004) dilaporkan kadar hemoglobin mandalung umur 10 minggu yang disuplementasi vitamin C berata-rata 14,03 g/dl. Kadar hemoglobin yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan kadar hemoglobin itik lokal India dewasa, yaitu 13,3 g/dl pada jantan dan 12,7 g/dl pada betina. Sturkie (1976) melaporkan bahwa pada umur 7 dan 10 minggu kadar hemoglobin mandalung berada antara kadar hemoglobin itik Peking jantan dewasa (14,2 g/dl) dan betina dewasa (12,2 g/dl) Nilai hematokrit mandalung pada umur 10 minggu tidak dipengaruhi secara nyata (P>0,05) oleh suplementsai vitamin C. Pada penelitian ini diperoleh nilai hematokrit rata-rata 35,39%. Hodges (1977) menyatakan bahwa nilai hematokrit pada unggas yang baru menetas rendah dan akan meningkat seiring dengan pertumbuhannya. Nilai hematokrit normal pada itik 38-43% (Smith dan Mangkoewidjojo 1988), hal ini menunjukkan bahwa nilai hematokrit mandalung yang ada pada Tabel 3 lebih rendah dari tetuanya (itik). Nilai hematokrit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur, jenis kelamin, status nutrisi, keadaan hipoksia dan ukuran eritrosit (Sturkie dan Grimingger 1976) oleh karena itu jumlah eritrosit yang sama dapat memberikan nilai hematokrit yang berbeda. Nilai MCV mandalung pada umur 10 minggu tidak dipengaruhi secara nyata (P>0.05) oleh suplementasi vitamin C. Nilai MCV menggambarkan volume atau ukuran rata-rata sebuah eritrosit. Nilai MCV mandalung ini masih dalam kisaran normal nilai MCV unggas, yaitu 115-125 fL (Sturkie 1976). Nilai MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) menggambarkan banyaknya hemoglobin per eritrosit. Suplementasi vitamin C tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai MCH mandalung umur 10 minggu. Nilai MCH yang diperoleh pada penelitian ini rata-rata 46,97 pg. Suplementasi vitamin C pada mandalung umur 10 minggu tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau konsentrasi hemoglobin eitrosit rata-rata yang menggambarkan kadar hemoglobin yang didapat per eritrosit yang dinyatakan dalam persen (%). Hal ini seakan-akan menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C kurang berperan, salah satu alasannya adalah proses pembentukan sel darah merah berlangsung secara terus menerus yang dialirkan ke dalam aliran darah dengan kecepatan yang seimbang dengan penghancurannya sehingga jumlah butir darah merah tidak banyak berubah (homeostasis) (Swenson 1977). Walaupun secara statistik suplementasi vitamin C tidak berpengaruh nyata, tetapi kalau diperhatikan pada Tabel 3 tampak bahwa jumlah butir darah merah, hemoglobin dan hematokrit mandalung yang disuplementasi vitamin C 1000 ppm lebih besar daripada tanpa suplementasi vitamin C. Hal ini diduga berkaitan dengan fungsi vitamin C dalam sintesis kolagen dan eritrosit (Widodo 2002), (Guyton dan Hall 1997), meskipun pada umumnya nilai darah merah diupayakan pada kisaran konstan (homeostasis). 2. Pengaruh Suplementasi Vitamin C terhadap Pertumbuhan Mandalung Rataan bobot badan mandalung yang disuplementasi vitamin C dari umur 1 minggu sampai 10 minggu ditampilkan pada Tabel 4 dan Gambar 1. Tabel 4. Rataan bobot badan mandalung yang disuplementasi vitamin C dari umur 1 minggu sampai 10 minggu (g/ekor) UMUR (MINGGU) 0 ppm 1 156,7 ± 12,1 DOSIS 500 ppm 154,1 ± 9,5 1000 ppm 140,4±22,2 HASIL UJI STATISTIK P>0,05 2 351,7 ± 21,0 371,2±22,7 360,2±39,8 P>0,05 3 647,7 ± 45,8 662,8±45,6 691±65,6 P>0,05 4 1046,2±65,4 1046,2±89,5 1079,1±54,4 P>0,05 5 1507,5±84,0 1504,1±146 1585,4±101 P>0,05 6 1825,1±132,9 1940,6±204 1954,2±136,8 P>0,05 7 2152,1±165,1 2205,1±247,5 2204,2±304,6 P>0,05 8 2494,2±125,8 2560±236 2567,1±259,4 P>0,05 9 2642,8±100,2 2713,7±217,1 2734,2±287,6 P>0,05 10 2742,7±170,9 2654±181,9 2847,8±387,7 P>0,05 Pada penelitian ini suplementasi vitamin C tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot badan mandalung. Pada penelitian ini pertumbuhan mandalung cukup baik, pada umur 10 minggu rata-rata bobot mandalung mencapai 2847,8 gram. Bobot badan mandalung yang disuplementasi vitamin C cenderung lebih tinggi dari yang tidak mendapat suplementasi vitamin C seperti pada Gambar 1. BOBOT BADAN (Kg) 3.0 2.5 2.0 0 ppm 1.5 500 ppm 1000 ppm 1.0 0.5 0.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MINGGU KE- Gambar 1 Pengaruh vitamin C terhadap bobot badan Dari grafik tersebut tampak bahwa bobot badan dari mandalung yang disuplementasi vitamin C 1000 ppm lebih tinggi daripada mandalung yang disuplementasi vitamin C 500 ppm atau tanpa suplementasi vitamin C. Suplementasi vitamin C tidak memberikan pengaruh nyata pada bobot badan mutlak, namun memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik pada masa pertumbuhan dini (Karmila 2005). Hal ini sesuai dengan Combs (1992), Guyton dan Hall (1997) yang menyatakan bahwa vitamin C berfungsi dalam sintesis kolagen untuk pembentukan jaringan ikat, kartilago, tulang dan pertumbuhan. Asyriani (2005) juga menyatakan bahwa pertumbuhan tulang mandalung yang disuplementasi vitamin C pada umur 4 minggu mengalami peningkatan, hal tesebut membuktikan bahwa vitamin C memegang peranan penting dalam hidroksilasi kolagen yang merupakan komponen utama matrik tulang. Peranan asam askorbat dalam pembentukan matrik tulang telah banyak diteliti dalam berbagai cara (Chen dan Raisz 1975). Hal ini membuktikan bahwa vitamin C berperan dalam sintesis kolagen yang normal dengan katalisis hidroksiprolin, dimana reaksi ini diperlukan untuk pembentukan dan fungsi jaringan adiposa dan tulang. 3. Korelasi antara Nilai Darah Merah dengan Pertumbuhan Darah memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah sebagai penyerap dan pembawa nutrien dari saluran pencernaan menuju ke jaringan, pembawa oksigen (O2) dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida (CO2) dari jaringan ke paruparu pembawa produk buangan metabolisme, pembawa hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dan pengatur kandungan cairan jaringan tubuh (Sturkie dan Grimingger 1976). Berdasarkan dengan fungsi transportasi darah, diduga nilai sel darah merah erat kaitannya dengan pertumbuhan. Hubungan antara gambaran darah dengan pertumbuhn dapat dilihat pada Tabel 5. . Tabel 5. Korelasi gambaran darah dengan pertumbuhan mandalung (n=22) Parameter Rumus R2 BDM (juta/mm3) Y= 1,69x+2739,2 0.08 Hb (g/dl) Y= 15,37x+2534 0,004 PCV (%) Y= 2,39x2-148,4x+4987,6 0,04 MCV (fl) Y= 0,056x2-16,7x-1556,4 0,069 MCH (pg) MCHC (%) 2 0,096 2 0,028 Y= 0,24x -28,33x-1962,3 Y= 0,89x -66,15+1439,3 Dari Tabel 6 tampak bahwa hubungan antara jumlah butir darah merah dan hemoglobin terhadap pertumbuhan linier, seperti pada Gambar 2 dan 3. Ini berarti bahwa peningkatan jumlah butir darah merah dan hemoglobin dalam kisaran nilai normal akan diikuti dengan peningkatan pertumbuhan (bobot badan) atau sebaliknya, bila jumlah butir darah merah dan hemoglobin rendah akan berdampak pada rendahnya bobot badan. 4000 3500 3000 2500 2000 1500 y = 1,6898x + 2739,2 2 R = 1E-05 1000 500 0 1 2 3 4 5 3 BDM (juta/mm ) Gambar 2 Korelasi jumlah butir darah merah terhadap bobot badan 4000 3500 3000 2500 2000 1500 y = 15,369x + 2534,1 2 R = 0,004 1000 500 0 11 12 13 14 15 16 HB (g %) Gambar 3 Korelasi kadar hemoglobin terhadap bobot badan Hubungan hematokrit (PCV), MCV, MCH dan MCHC terhadap bobot badan berbentuk kuadratik. Ini berarti bahwa pengaruh berbagai nilai darah tersebut terhadap pertumbuhan maksimal pada nilai tertentu. Pada PCV rendah memberi dampak pertumbuhan rendah, tetapi sebaliknya pada PCV tinggi pertumbuhan juga rendah, karena tingginya PCV menyebabkan kekentalan darah meningkat, sehingga dinamikanya menjadi rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Suplementasi vitamin C tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah butir darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, nilai MCV, MCH, dan MCHC mandalung pada umur 10 minggu. 2. Suplementasi vitamin C tidak berpengaruh nyata terhadap bobot badan mandalung umur 1 sampai 10 minggu. 3. Hubungan antara BDM dengan hemoglobin terhadap pertumbuhan linier, sedangkan PCV, MCV, MCH, dan MCHC terhadap pertumbuhan kuadratik. Saran Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai dosis vitamin C yang tepat yang dapat meningkatkan pertumbuhan mandalung secara nyata. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi HR. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Asyriani. 2005. Pengausan Paruh Mandalung Umur Sehari dan Pemberian Vitamin C terhadap Performans dan Kualitas Karkasnya. Tesis [Tesis]. Bogor : Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bundy CE dan RV Diggins. 1960. Poultry Production. Prentice Hall, Inc. Englewood eliffs. New York. Combs GF JR. 1992. The Vitamins : Fundamental Aspects in Nutrition and Health. Toronto. Academic Press. Chen TF, Raize. 1996. Nutrition of Duck. Di dalam: The Training Course for Duck Production and Management. Taiwan Livestock Research Institute. Monograph No. 46: 9-15. Crawford RD. 1990. Poultry Breeding and Genetic. Amsterdam : Elsevier. Ensmingger, M.C. 1992. Poultry Science. Third Edition. Danville, Illinois : Interstate Publ. Ensminger MC. 1992. Poultry Science. Third Edition. Danville, Illinois : Interstate Publ. Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. B Srigandono, Koen P, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Anatomy and Physiology of Farm Animals. Hlm 395408. Freeman BM. 1967. Asorbic Acid and Adrenal Cortical Activity in The Immature Domestic Fowl. Comp. Biochem. And Physiol., 67A: 183. Ganong, W. F. 1963. The Central Nervous System and Synthetics and Release of Adrenocorticotopic Hormone in : Advaces in Neuroendocrinology, A. V. Nalbandov, Univ Illinois Press Urbana II. Guyton A.C, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Irawati, editor, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Terjemahan dari : Text book of Medical Physiology.Nalbandov, Unv Illinois Press Urbana II. Habibie A. 1993. Pengaruh Cekaman Panas terhadap Kebutuhan Vitamin C pada Ayam Petelur Komersial yang sedang Berproduksi [Disertasi]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Hammond JH. 1965. Farm Animal : Their Breeding, Growth and Inheritance 3nd Ed. Edward Arnold Ltd. London. Herlyn D, Laser H. 1977. Vitamin Supply and Immune Response. Roch Information Service. Hoffmann-LaRoche and Co. Ltd., Basle, Switzerland. Hodges RD. 1997. Normal Avian (Poultry) Haematology. Di dalam : RK Archer dan LB Jeffcott, editor. Comparative Clinical Haematology. Oxford: Blackwell Scientific Pbl. Hoffbrand A.V, JE Pettit. 1996. Kapita Selekta Hematologi. Ed ke-2. Iyan D, penerjemah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Terjemahan dari : Essential Hematology. Hoffman E dan Canning NS. 1993. Mule duck. http//cyborganic.com/people /feathersite/poultry/duck/musc/mule. Html (3 Agustus 2003). Hornig D, Frigg M. 1979. Effect of Age on Biosynthesis of Ascorbate in Chicks. Arch. Gefligelk. 43: 108-112. Horio F. 1993. UDP Glucoronosyltransferase Gene Expression is Involved in The Stimulation of Absorbic Acid Biosynthesis by Xenobiotics in Rat. J Nut 123: 2075-2084. Karmila W. 2005. Tingkat Cekaman dan Pertumbuhan Mule Duck (Mandalung) yang Diauskan Umur Sehari dan Disuplementasi Vitamin C [skripsi]. Bogor ; Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan. Kilgour R, Dalton C. 1984. Livestock Behaviour : A Practical Guide. New York. Granda. Linder MC 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. A. Parakkasi Penerjemah, Jakarta. UI Press. Nurhayati. 2004. Gambaran Sel Darah Merah Dan Bobot Badan Mandalung yang Disuplementasi Kangkung dan Vitamin C [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan. North MO. 1984. Comercial Chicken Production Manual. Third Ed. The Avi Publishing Company Inc. Westport Connecticut. Pardue SL, Thaxon JP. 1986. Ascorbic Acid in Poultry : A Review. World’s Poult Sci J. 42: 107-123. Peaker M. 1975. Avian Physiology. Cambridge, England: The Zoological Society of London. Acadmic Press. Pilliang WG. 2001. Nutrisi Vitamin. Vol II. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Pitrie DDL. 2002. Presentase Bagian-bagian Tubuh Mandalung pada Umur yang Berbeda [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Peternakan. Putro AHD. 2003. Penampilan Itik Entok dan Mandalung yang Dipelihara secara Intensif [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Peternakan. Rasyaf M. 1993. Beternak Itik Komersial. Ed ke-2. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Satterfield GH , Bell TA, Cook FW, Holmes AD 1945. Effect of assorbic acid infections on the amount in the blood plasma of laying hens. Poultry Sci. 24: 139. Schalm OW, NC Jain and Carrol. 1975. Veterinary Haematology. Ed ke-3 Philadelpia: Lea & Febiger. Scott M, 1985. Nutrition of Humans and Selected Animal Species. A Wiley Intersience Publication, John Wiley and Sons, New York. Simanjuntak L. 2002. Tiktok : Unggas Pedaging Hasil Persilangan Itik dan Entok. Jakarta: Agromedia Pustaka. Smith JB dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI-Press. Hlm 122-123. Steel RGD dan Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Principles and Procedures of Statistic. hlm 194-231. Sturkie, P.D dan Grimingger. 1967. Blood : Physical Charateristic, Formed Elements, Haemoglobin, and Coagulation. Di dalam : P.D Sturkie, Editor. Avian Physicology. New York : Springer-Verleg. Sunaryo. 2003. Respon Biologis dan hematologis Itik mandalung terhadap Suplementasi Kangkung dan Vitamin C dalam Pakan. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Swenson M.J. 1997. Duke,s Physicology of Domestic Animal. Ed ke-8. London : Cornell University Press. Tilman AD, Hari H, Soedomo R, Soeharto P, Soekamto. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar Yogyakarta: Gadjah Mada Univ Press. Widodo W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Peternakan-Perikanan. Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. LAMPIRAN LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap jumlah butir darah merah mandalung umur 10 minggu Sumber keragaman Vitamin C Jumlah kuadrat 1.287 Derajat bebas 2 Kuardat tengah 0.643 Galat 6.055 19 0.319 Total 7.342 21 F hit 2.019 F tab (0,05) 3.52 Lampiran 2. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap kadar hemoglobin mandalung umur 10 minggu Sumber keragaman Vitamin C Jumlah kuadrat 3.212 Derajat bebas 2 Kuardat tengah 1.606 Galat 21.443 19 1.129 Total 24.655 21 F hit 1.423 F tab (0,05) 3.52 Lampiran 3. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap nilai hematokrit mandalung umur 10 minggu Sumber keragaman Vitamin C Jumlah kuadrat 19.931 Derajat bebas 2 Kuardat tengah 9.965 Galat 408.558 19 21.503 Total 428.489 21 F hit 0.463 F tab (0,05) 3.52 Lampiran 4. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap nilai MCV mandalung umur 10 minggu Sumber keragaman Vitamin C Jumlah kuadrat 2071.217 Derajat bebas 2 Kuardat tengah 1035.608 Galat 11118.064 19 585.161 Total 13189.280 21 F hit 1.770 F tab (0,05) 3.52 Lampiran 5. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap nilai MCH mandalung umur 10 minggu Sumber keragaman Vitamin C Jumlah kuadrat 375.974 Derajat bebas 2 Kuardat tengah 187.987 Galat 3489.713 19 183.669 Total 3865.687 21 F hit 1.024 F tab (0,05) 3.52 Lampiran 6. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap nilai MCHC mandalung umur 10 minggu Sumber keragaman Vitamin C Jumlah kuadrat 27.679 Derajat bebas 2 Kuardat tengah 13.839 Galat 840.401 19 44.232 Total 868.080 21 F hit 0.313 F tab (0,05) 3.52 Lampiran 7. Analisis ragam (ANOVA) pengaruh suplementasi vitamin C terhadap bobot badan mandalung umur 10 minggu Sumber keragaman Vitamin C Jumlah kuadrat 55736.800 Derajat bebas 2 Kuardat tengah 27686.400 Galat 1393833.018 19 73359.633 Total 1449569.818 21 F hit 0.380 F tab (0,05) 3.52