Teori humanisme

advertisement
TEORI HUMANISME
Untuk memenuhi tugas matakuliah Psikologi Umum
yang dibimbing oleh Ibu Diyah Sulistiyorini
Disusun oleh:
R. Agung Suryo Prakoso
406112402729
Latifatul Choir
406112402731
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Oktober 2009
http://psikologi.or.id Page 1 TEORI HUMANISTIK
Beberapa psikolog pada waktu yang sama tidak menyukai uraian aliran
psikodinamika dan behaviouristik tentang kepribadian. Mereka merasa bahwa
teori-teori ini mengabaikan kualitas yang menjadikan manusia itu berbeda dari
binatang, seperti misalnya mengupayakan dengan keras untuk menguasai diri dan
merealisasi diri. Di tahun 1950-an, beberapa psikolog aliran ini mendirikan
sekolah psikologi yang disebut dengan humanisme.
Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia
sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk
berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka
berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk
dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal
mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap
hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk
mengubah sikap dan perilaku mereka.
A. Pengertian Humanistik
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya
untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang
disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme
biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif
yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat
yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme.
Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic
Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan
behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah
potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit”
seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian
http://psikologi.or.id Page 2 setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya
untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang
disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik
biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif
ini.
Berbeda dengan behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai
suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manuisa atau dengan freudian
yang melihat motivasi sebagai berbagai macam kebutuhan seksual, humanistik
melihat perilaku manusia sebagai campuran antara motivasi yang lebih rendah
atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah satu ciri utama pendekatan
humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia, bukan spesies lain.
Akan sangat jelas perbedaan antara motivasi manusia dan motivasi yang dimiliki
binatang. Hirarki kebutuhan motivasi maslow menggambarkan motivasi manusia
yang berkeinginan untuk bersama manusia lain, berkompetensi, dikenali,
aktualisasi diri sekaligus juga menggambarkan motovasi dalam level yang lebih
rendah seperti kebutuhan fisiologis dan keamanan.
Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan
dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme ini cocok untuk
diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator
B. Tokoh-Tokoh Teori Humanistik
1. Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak
perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar
yang sering digunakan.
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku
batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat
memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut,
bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk
mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya.
http://psikologi.or.id Page 3 Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak
adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai
akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau memuaskan.
Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak berminat belajar, sebenarnya hal
itu karena murid-murid itu tidak berminat melakukan apa yang dikehendaki oleh
guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan aktivitas-aktivitas yang lain,
barangkali murid-murid akan berubah sikap dan reaksinya (Rumini, dkk. 1993).
Sesungguhnya para ahli psikologi humanistik melihat dua bagian belajar,
yaitu diperolehnya informasi baru dan personalisasi informasi baru tersebut.
Adalah keliru jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar kalau
bahan pelajaran disusun dengan rapi dan disampaikan dengan baik, sebab arti dan
maknanya tidak melekat pada bahan pelajaran itu; murid sendirilah yang
mencerna dan menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam
dirinya. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan
pelajaran itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu murid memetik arti dan
makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut, yakni apabila murid
dapat mengaitkan bahan pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka,
guru boleh bersenang hati bahwa missinya telah berhasil.
Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari pusat
lingkaran lingkaran (persepsi diri), semakin kurang pengaruhnya terhadap
seseorang. Sebaliknya, semakin dekat hal-hal tersebut dengan pusat lingkaran,
maka semakin besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi
jelaslah mengapa banyak hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena
sedikit sekali kaitannya dengan dirinya.
2. Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada
dua hal :
a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang
http://psikologi.or.id Page 4 mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang
sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki
dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya
semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat
itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh
hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti
kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di
atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki
kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang
harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan
bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan
dasar si siswa belum terpenuhi.
3. Carl Ransom Rogers
Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal
8 Januari 1902 di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Kepindahan dari
kota ke daerah pertanian diusianya yang ke-12, membuat ia senang akan ilmu
pertanian. Ia pun belajar pertanian di Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada
tahun 1924, ia masuk ke Union Theology Seminary di Big Apple dan selama
masa studinya ia juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil. Meskipun
belajar di seminari, ia malah ikut kuliah di Teacher College yang bertetangga
dengan seminarinya.
Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan
mengunakan psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak
menyetujui teori Freud. Pada masa ini, Rogers juga banyak dipengaruhi oleh Otto
Rank dan John Dewey yang memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori yang
didapatkannya justru membuatnya menemukang benang merah yang kemudian
dipakai untuk mengembangkan teorinya kelak.
Tahun
1957,
Rogers
pindah
ke
Universitas
Wisconsin
untuk
mengembangkan idenya tentang psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers
http://psikologi.or.id Page 5 menjadi profesor psikologi di Universitas Universitas Negeri Ohio. Kepindahan
dari lingkungan klinis ke lingkungan akademik membuat Rogers mengembangkan
metode client-centered psychotherapy. Disini dia lebih senang menggunakan
istilah klien terhadap orang yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah
pasien. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori
holistik, namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya.
Teori humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang
berpusat pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered),
teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada
kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person centered
yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Asumsi dasar teori Rogers adalah:
-
Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal
yang lebih kecil.
-
Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan
setiap
makhluk
hidup
untuk
bergerak
menuju
ke
kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai
kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
Struktur Kepribadian
Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan
berkembang, dan ada tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya:
Organisme, Medan fenomena, dan self.
1. Organisme
Pengertian organisme mencakup tiga hal:
•
Mahkluk hidup
Organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya
dan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam
http://psikologi.or.id Page 6 kesadaran setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang
terjadi dalam diri dan dunia eksternal
•
Realitas Subyektif
Organisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya.
Realita adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk
tingkah laku.
•
Holisme
Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu
bagian akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki
makna pribadi dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi,
mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2. Medan Fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun
eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini
merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di
dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
3. Diri
Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan
pengalaman membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri
akan identitas dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau
buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah terbentuk,
maka aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan
untuk mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang dirasakan dalam
kesadaran. Sehingga kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada
pengalaman organik individual, sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh,
akan kesadaran dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.
Menurut Carl Rogers ada beberapa hal yang mempengaruhi Self, yaitu:
1. Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada.
Ada 3 tingkat kesadaran.
-
Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau
disangkal.
http://psikologi.or.id Page 7 -
Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara langsung
diakui oleh struktur diri.
-
Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang
dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan
didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri.
2. Kebutuhan
-
Pemeliharaan
Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air,
udara, dan keamanan , sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan
menolak untuk berkembang.
-
Peningkatan diri
Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai
kemampuan untuk belajar dan berubah.
-
Penghargaan positif (positive regard)
Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima
oleh orang lain.
-
Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai
hasil dari pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan
menghindari frustasi dengan mencari kepuasan akan positive self-regard.
3. Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis terjadi bila :
-
ada ketidak seimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang
dirasakan oleh diri organis.
-
Ketimpangan yang semakin besar antara konsep diri dengan
pengalaman organis membuat seseorang menjadi mudah terkena serangan.
Kurang akan kesadaran diri akan membuat seseorang berperilaku tidak
logis, bukan hanya untuk orang lain namun juga untuk dirinya.
-
Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa
sebab dan akan memuncak menjadi ancaman.
Untuk mencegah tidak konsistennya pengalaman organik dengan konsep
diri, maka perlu diadakan pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman
http://psikologi.or.id Page 8 adalah penyangkalan dan distorsi terhadap pengalaman yang tidak konsisten.
Distorsi adalah salah interpretasi pengalaman dengan konsep diri, sedangkan
penyangkalan adalah penolakan terhadap pengalaman. Keduanya menjaga
konsistensi antara pengalaman dan konsep diri supaya berimbang.
Cara pertahanan adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik.
Jika seseorang gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut, maka individu
akan menjadi tidak terkendali atau psikotik. Individu dipaksakan untuk
menerima keadaan yang tidak sesuai dengan konsep dirinya terus menerus dan
akhirnya konsep dirinya menjadi hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat
muncul mendadak atau dapat pula muncul bertahap.
Dinamika Kepribadian
1. Penerimaan Positif (Positive Regard) → Orang merasa puas menerima regard
positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada
orang lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence) →
organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan
tanpa konflik ) dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara persepsi
self dengan pengalaman.
3. Aktualisasi Diri (Self Actualization) → Freud memandang organisme
sebagai sistem energi, dan mengembangkan teori bagaimana energi psikik
ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Rogers memandang organisme terus
menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan
enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme
untuk aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan
peningkatan diri (enhancement).
4. Aldous Huxley
Manusia memiliki banyak potensi yang selama ini banyak terpendam dan
disia-siakan.
Pendidikan
diharapkan
mampu
membantu
manusia
dalam
mengembangkan potensi-potensi tersebut, oleh karena itu kurikulum dalam proses
pendidikan harus berorientasi pada pengembangan potensi, dan ini melibatkan
http://psikologi.or.id Page 9 semua pihak, seperti guru, murid maupun para pemerhati ataupun peneliti dan
perencana pendidikan.
Huxley (Roberts, 1975) menekankan adanya pendidikan non-verbal yang
juga harus diajarkan kepada siswa. Pendidikan non verbal bukan berwujud
pelajaran senam, sepak bola, bernyanyi ataupun menari, melainkan hal-hal yang
bersifat diluar materi pembelajaran, dengan tujuan menumbuhkan kesadaran
seseorang.
Proses pendidikan non verbal seyogyanya dimulai sejak usia dini sampai
tingkat tinggi. Betapapun, agar seseorang bisa mengetahui makna hidup dalam
kehidupan yang nyata, mereka harus membekali dirinya dengan suatu kebijakan
hidup, kreativitas dan mewujudkannya dengan langkah-langkah yang bijaksana.
Dengan cara ini seseorang akan mendapatkan kehidupan yang nikmat dan penuh
arti.
Berbekal pendidikan non verbal, seseorang akan memiliki banyak strategi
untuk lebih tenang dalam menapaki hidup karena memiliki kemampuan untuk
menghargai setiap pengalaman hidupnya dengan lebih menarik. Akhirnya apabila
setiap manusia memiliki kemampuan ini, akan menjadi sumbangan yang berarti
bagi kebudayaan dan moral kemanusiaan.
5. David Mills dan Stanley Scher
Ilmu Pengetahuan Alam selama bertahun-tahun hanya dibahas dan
dipelajari secara kognitif semata, yakni sebagai akumulasi dari fakta-fakta dan
teori-teori. Padahal, bagaimanapun, praktek dari ilmu pengetahuan selalu
melibatkan elemen-elemen afektif yang meliputi adanya kebutuhan akan
pengetahuan, penggunaan intuisi dan imajinasi dalam usaha-usaha kreatif,
pengalaman yang menantang, frustasi, dan lain-lain. Berdasarkan fenomena
tersebut, David Mills dan Stanley Scher (Roberts, 1975) mengajukan konsep
pendidikan terpadu, yakni proses pendidikan yang mengikutsertakan afeksi atau
perasaan murid dalam belajar.
Metode afektif yang melibatkan perasaan telah bisaa diterapkan pada
murid-murid untuk pelajaran IPS, Bahasa dan Seni. Sebetulnya ahli yang memulai
merintis usaha ini adalah George Brown, namun kedua ahli ini kemudia mencoba
http://psikologi.or.id Page 10 melakukan riset yang bertujuan menemukan aplikasi yang lebih real dalam usaha
tersebut. Penggunaan pendekatan terpadu ini dilakukan dalam pembelajaran IPA,
pendidikan bisnis dan bahkan otomotif.
Pendekatan terpadu atau confluent approach merupakan sintesa dari
Psikologi Humanistik –khususnya Terapi Gestalt- dan pendidikan, yang
melibatkan integrasi elemen-elemen afektif dan kognitif dalam proses belajar.
Elemen kognitif menunjuk pada berpikir, kemampuan verbal, logika, analisa,
rasio dan cara-cara intelektual, sedangkan elemen afektif menunjuk pada
perasaan, caracara memahami yang melibatkan gambaran visual-spasial, fantasi,
persepsi keseluruhan, metaphor, intuisi, dan lain-lain.
Tujuan umum dari pendekatan ini adalah mengembangkan kesadaran
murid-murid terhadap dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, serta meningkatkan
kemampuan untuk menggunakan kesadaran ini dalam menghadapi lingkungan
dengan berbagai cara, menerima petunjuk-petunjuk internal dan menerima
tanggung jawab bagi setiap pilihan mereka. Fungsi guru dalam pendekatan
terpadu kepada guru, dengan tujuan akhir mengembangkan responsibilitas murid
untuk belajar sendiri. Guru hanya membantu mereka dengan memberikan pilihanpilihan yang masuk akal bagi pikiran mereka, dan jika perlu guru bisa menolak
memberikan bantuan untuk hal-hal yang bisa ditangani oleh murid sendiri.
C. Pandangan serta kritik humanisme
•
Behaviorisme : Bersifat mekanis , mementingkan masa lalu.Berbeda
dengan aliran humanistic. Menurut aliran humanistik : individu itu
cenderung mempunyai kemampuan / keinginan untuk berkembang dan
percaya pada kodrat biologis dan ciri- lingungan tidak menekankan pada
tingkah laku yang nampak dan menggunakan metode obyektif seperti
halnya aliran behaviorisme.
•
Psikoanalisa : Aliran humanistik tidak menyetujui sifat pesimisme, dalam
aliran humanistik individu itu memiliki sifat yang optimistik, dan apabila
pada psikoanalisa freud menekankan pada masa lalu,karena dalam
behaviorisme percaya pada kodrati individu. Manusia berkembang dengan
http://psikologi.or.id Page 11 potensi yang dimilikinya . tidak mengabaikan potensi seperti aliran
psikoanalisis.
Kritik pada Teori Humanistik
Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu
psikologi dan budaya populer. Sekarang ini banyak psikolog yang menerima
gagasan ini ketika teori tersebut membahas tentang kepribadian, pengalaman
subjektif manusi mempunyai bobot yang lebih tinggi daripada relitas objektif.
Psikolog humanistik yang terfokus pada manusia sehatm daripada manusia yang
bermasalah, juga telah menjadi suatu kontribusi yang bermanfaat.
Meskipun demikian, kritik dari teori humanistik tetap mempunyai
beberapa argumentasi:
•
Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan gagal untuk
memberikan pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia
•
Teori humanistik, seperti halnya teori psikodinamik, tidak bisa diuji
dengan mudah
•
Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang
yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan
subjektif. Beberapa kritisi menyangkal bahwa konsep ini bisa saja
mencerminkan nilai dan idealisme Maslow sendiri.
•
Psikologi
humanistik
mengalami
pembiasan
terhadap
nilai
individualistis
D. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat
eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan
guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan
siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi
siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
http://psikologi.or.id Page 12 Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri
yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil
belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas , jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar
atas inisiatif sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku
yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa,
tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan
pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati
nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari
keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam
belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau
etika yang berlaku.
http://psikologi.or.id Page 13 Beberapa perbandingan antara teori behaviorisme dengan teori humanistik
yaitu :
a. Teori behaviorisme
• Teori : Proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi
antara stimulis dan respon.
• Tujuan : adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik.
• Metode : dibagi dalam bagian-bagian kecil sampai kompleks.
Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan.berorientasi pada hasil yang dicapai, tidak
menggunakan hukuman.
• Kekurangan : Sentral,bersikap otoriter,komunikadi satu arah. Guru
melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari siswa.Pasif, perlu
motivasi dari luar, dan sangat dipengarihi oleh penguatan yang
diberikan oleh guru,mendengarkan dan menghafal.
• Penerapan : pada mata pelajaran yang membutuhkan praktek dan
pembicaraan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleks, daya tahan, dan sebagainya. Misal dalam:
percakapan bahasa asing, mengetik, menari, olagraga,dll.
• Guru : guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat
yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui
simulasi
• Murid : melakukan sendiri apa yang menjadi instruksi dan
melakukannya berulang-ulang sampai hasilnya baik.
• Evaluasi : Didasarkan pada perilaku yang dicapai sebagai hasil dari
latihan yang dilakukan.
b. Teori humanistic
• Teori : belajar untuk memenusiakan manusia.
• Tujuan : menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
• Metode : mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar
yang bersifat jelas ,jujur , dan positif.
• Kekurangan : terlalu memberi kebebasan pada siswa.
http://psikologi.or.id Page 14 • Penerapan : materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan.
• Guru : memberi motivasi,kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan siswa.
• Siswa : pelaku utama (student center) yang memaknai poses
pengalaman belajar sendiri
• Evaluasi : diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi
siswa.
Daftar Pustaka
Alwilsol (2004), Psikologi Kepribadian, UMM Press
Freist, J & Freist, Gregory (1998), Theories of Personality, Amerika : Mc Graw
Hill.
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner (2000), Teori-Teori Holistik (OrganismikFenomenologis), Dr. A. Supratiknya (ed.), Jogjakarta :Kanisius .
Robert, Thomas B., Four Psychologies Applied to Education, 1975, New York,
Hals Ted Press Dvision
Smith, Mark K. , (1997), Carl Rogers, Core Conditions and Education, www.
Infred.org/thinkers/et-rogers.htm#intro.
http://psikologi.or.id Page 15 
Download