ANALISIS PENGARUH RISIKO KEBANGKRUTAN TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM PADA PERUSAHAAN PUBLIK YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2010-2014: PROPOSAL TESIS WARSONO NIM: MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS 1. Latar Belakang Penelitian Saat sebuah perusahaan menyatakan kebankrutan, maka pihak pertama yang hak-nya akan dipenuhi adalah para kreditur perusahaan. Hasil dari likuidasi perusahaan tersebut akan diutamakan untuk pemenuhan hak para kreditur, barulah hak pihak lain dipenuhi. Jika kewajiban perusahaan yang harus dibayarkan tidak dapat dipenuhi dari penjualan seluruh asetnya, sangat mungkin para pemegang saham tidak mendapat apa-apa dari peristiwa kebankrutan saham perusahaan yang dimilikinya. Yang lebih populer dibahas dari sebuah kemungkinan terjadinya kebankrutan sebuah perusahaan adalah risiko yang dihadapi para kreditur perusahaan – karena, sesuai yang diterangkan Vassalou dan Xing (2004), kebankrutan terjadi saat suatu perusahaan gagal membayar hutangnya. Tapi, jika kita kembali ke penjelasan di paragraf pertama, para pemegang saham juga menanggung risiko yang inheren dari peristiwa kebankrutan. Lebih lanjut, tentu para pemegang saham ini memiliki kemampuan ‘menggerakkan’ harga saham, sehingga mereka pada akhirnya bisa mengendalikan imbal hasil saham pula. Penelitian tentang hubungan resiko kebankrutan dengan imbal hasil saham sudah mulai banyak dilakukan di Dunia, diantaranya oleh Avramov et al. (2009), Vassalou dan Xing (2004), Garlappi dan Yan (2011), dan Dichev (1998). Hasil penelitian mereka menunjukkan hubungan antara kedua faktor, tapi terdapat perbedaan antara simpulan mengenai hubungan risiko kebankrutan dengan imbal hasil saham yang dihasilkan. Sesuai pendapat Chen dan Hill (2013), hal yang mungkin menyebabkan hal ini adalah perbedaan metode pengukuran resiko kebankrutan yang dipakai tiap penelitian tersebut. Terinspirasi dari penelitian Chen dan Hill (2013), Hasan (2014) telah melakukan penelitian ini pada perusahaan Indonesia. Sampai pada saat suatu perusahaan menyatakan dirinya bankrut, tentu telah terjadi pelemahanpelemahan di beberapa aspek perusahaan, dan biasanya seluruh aspek tersebut akan bermuara pada aspek finansial perusahaan. Memang, dengan kita melihat, misal, rasio-rasio finansial atau pergerakan statistik finansial perusahaan mungkin kita bisa melihat pelemahan finansial perusahaan dari waktu ke waktu, namun perbedaan nature tiap perusahaan mungkin menghasilkan bias terhadap penilaian risiko kebankrutan perusahaan yang berbeda. Namun, sampai saat ini sudah banyak metode-metode pengukuran risiko kebankrutan perusahaan yang dikembangkan para peneliti yang sudah terbukti dari waktu ke waktu dapat memprediksi potensi kebankrutan perusahaan dengan cukup akurat. Salah satu yang paling populer adalah z-Score yang dikembangkan Edward Altman sejak tahun 1968. Z-Score terbukti masih dapat memberikan prediksi kebankrutan dalam kurun waktu 2 tahun yang cukup akurat sampai saat ini. Penelitian yang dilakukan Jie Chen dan Paula Hill pada tahun 2013 menggabungkan berbagai metode pengukuran dan penilaian risiko kebankrutan. Beberapa metode yang digunakannya adalah z-Score (Altman, 1968), z-Score (Taffler, 1977), Discrete Time Hazard (Campbell et. al., 2008), Discrete Time Hazard (Chava & Jarrow, 2004), Cox Proportional Hazards (ph) (Bharath & Shumway, 2008), dan BSM (Hillegeist et. al., 2004 dan Bharath & Shumway, 2008). Hasil penelitian Chen dan Hill pada tahun 2013 ini menunjukkam bahwa tingkat risiko kebankrutan perusahaan yang diukur dengan kombinasi berbagai metode memiliki pengaruh yang signifikan terhadap imbal hasil saham, dimana pengaruhnya bersifat tidak monoton – saat risiko kebankrutan meningkat, begitu pula imbal hasil saham, sampai pada suatu titik maksimum, imbal hasil saham akan kembali menurun, seperti yang sudah diprediksi Garlappi dan Yan (2011). Chen dan Hill menemukan simpulan ini setelah mereka mengontrol data perusahaan dengan risiko kebankrutan yang sangat tinggi. Sedangkan untuk perusahaan Indonesia, Hasan (2014) memfokuskan penelitian kepada pengukuran rasio kebangkrutan dengan metode z-Score (Altman, 1968), Discrete Time Hazard (Campbell et. al., 2008), dan Discrete Time Hazard (Chava & Jarrow, 2004). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ketiga ukuran ini berpengaruh terhadap imbal hasil saham. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tertera diatas, masalah yang muncul adalah menentukan apakah pada perusahaan Publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014, risiko kebangkrutan yang diukur dengan pendekatan model Altman, Z Score apakah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap imbal hasil saham? 3. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terbatas mengukur hubungan antara risiko kebankrutan terhadap imbal hasil saham perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-2014 dengan pengukuran risiko kebangkrutan berdasarkam model Z Score Altman 1968. 4. Metodologi Penelitian 6.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian Operasionalisasi variabel penelitian terdiri atas: 1. Operasionalisasi variabel pada model utama penelitian untuk melihat pengaruh risiko kebangkrutan terhadap imbal hasil saham Variabel Compound Return Deskripsi Waktu Observasi Data Perhitungan Bentuk kompon dari imbal asil saham perusahaan i dalam tahun t+1 Default Risk yang digunakan pada perhitungan Imbal Hasil Saham diperoleh dari ke-4 perhitungan Default Risk terlebih dahulu. Tahun Observasi + 1 logPricet+1/Pricet Akhir Tahun Z Score Model Size Perusahaan Market Capitalization yang sedang diukur Imbal Hasil Saham-nya. Akhir Tahun Reuters DATASTREAM Book to Market Value Perbandingan nilai ekuitas yang dinilai oleh pasar dengan nilai ekuitas yang dicatat oleh perusahaan. Menggunakan data lima tahun ke belakang. Akhir Tahun Reuters DATASTREAM Akhir Tahun, dari perhitungan 5 tahun sebelumnya Beta = Covar x,index/Var Index . Default Risk Beta Saham Variabel pada model utama penelitian ini terbagi atas tiga (3) kelompok variabel, yaitu: a. Variabel Dependen Dalam penelitian ini variabel dependen adalah imbal hasil saham, lebih tepatnya imbal hasil saham tahunan. Data yang digunakan untuk menghitung imbal hasil saham adalah data adjusted closing price. b. Variabel Independen Variabel independen yang terdapat pada penelitian ini adalah probabilitas kebangkrutan berdasarkan model Z Score Altman. c. Variabel Kontrol Terdapat tiga variabel kontrol dalam penelitian ini, Size, BM, dan Beta. Ketiga variabel kontrol tersebut diperhitungkan dengan pertimbangan pengaruh empirisnya terhadap imbal hasil saham, dengan tujuan mendapatkan hasil regresi yang valid. Variabel Size dan BM diperhitungkan untuk menjelaskan efek dari size dan BM Value effect (Vassalou & Xing, 2004). Size didapatkan dari nilai kapitalisasi pasar tiap tahun observasi, sedangkan BM didapatkan dari hasil perbandingan nilai ekuitas yang tercatat oleh perusahaan dengan yang dinilai oleh pasar. Variabel kontrol Beta merupakan koefisien yang menggambarkan risiko sistematis saham, dan pada penelitian ini, sesuai model yang digunakan Chen & Hill (2013), dihitung menggunakan data trailing 3 tahun ke belakang.