Atmosfer

advertisement
ATMOSFER
A. Sifat Fisik Atmosfer
Atmosfer berasal dari kata atmos yang berarti uap dan sphaira yang berarti lapisan.
Jadi, atmosfer adalah lapisan udara yang mengelilingi Bumi. Ketebalan atmosfer yang
mengelilingi Bumi diperkirakan lebih dari 1.000 km. Beberapa gas utama yang terdapat
pada lapisan atmosfer adalah nitrogen/N2 (78,088%), oksigen/O2 (20,049%), argon/Ar
(0,930%), dan karbon dioksida/CO2 (0,030%).
1. Lapisan-Lapisan Atmosfer
a. Lapisan Troposfer
Lapisan troposfer di daerah kutub memiliki ketebalan 0–8 km, di daerah khatulistiwa
memiliki ketebalan 0–16 km, dan di daerah lintang tinggi memiliki ketebalan kurang dari
12 km. Pada lapisan ini terjadi proses-proses cuaca dan iklim yang dapat diamati, seperti
hujan, angin, dan awan. Setiap kenaikan ketinggian 100 m, kondisi suhu mengalami
penurunan sekitar 0,6°C. Penurunan suhu ini sering disebut dengan gradien geothermis.
Antara lapisan troposfer dan stratosfer dibatasi oleh lapisan tropopause.
b. Lapisan Stratosfer
Lapisan stratosfer memiliki ketebalan antara 15–55 km. Pada lapisan ini terdapat lapisan
ozon yang terbentuk pada ketinggian 20 km. Ozon diproduksi saat radiasi sinar
ultraviolet gelombang pendek memanaskan molekul oksigen. Akibatnya, molekul oksigen
(O2) terpecah menjadi dua atom oksigen. Selanjutnya, satu atom oksigen bergabung
dengan molekul oksigen lain membentuk ozon (O3). Lapisan ozon berfungsi menyerap
radiasi sinar ultraviolet sehingga melindungi Bumi dari bahaya radiasi sinar ultraviolet
(UV) matahari. Antara lapisan stratosfer dan mesosfer terdapat lapisan stratopause.
c. Lapisan Mesosfer
Lapisan mesosfer terletak pada ketinggian 55–80 km di atas permukaan laut. Batu-batu
meteorit yang bergerak menembus atmosfer saat melewati lapisan mesosfer diimpit
oleh massa udara dingin sehingga terbakar hancur sebelum menyentuh permukaan Bumi.
Lapisan ini dapat disebut sebagai lapisan pelindung Bumi terhadap benturan benda atau
batu meteor. Pada lapisan mesosfer terdapat lapisan D
yang bermuatan listrik pada ketinggian 70 km. Hal ini menyebabkan sering terjadinya
fenomena awan pijar yang berasal dari uap air atau debu meteor. Antara lapisan
mesosfer dengan termosfer terdapat lapisan mesopause.
d. Lapisan Termosfer
Lapisan termosfer disebut juga lapisan ionosfer karena terjadi proses ionisasi gas-gas
oleh radiasi matahari. Lapisan ini terletak pada ketinggian 85–500 km. Pada lapisan
termosfer, gelombang radio dipantulkan sehingga gelombang radio pendek yang
dipancarkan dari suatu tempat dapat diterima di belahan Bumi yang lain. Lapisan
peralihan antara termosfer dan eksosfer disebut lapisan termopause.
e. Lapisan Eksosfer
Lapisan eksosfer merupakan lapisan terluar. Gas utama yang ada, yaitu hidrogen yang
kerapatannya makin tipis sampai hampir habis di luar angkasa. Pada lapisan ini terdapat
fenomena zodiakal dan gegenschein yang merupakan pantulan sinar matahari oleh debu
meteorit yang terdapat di angkasa.
2. Manfaat Lapisan Atmosfer
Lapisan atmosfer memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan.
a. Melindungi Bumi dari radiasi sinar matahari yang sangat berbahaya bagi kehidupan.
b. Melindungi Bumi dari jatuhnya benda-benda angkasa yang akan memasuki Bumi.
c. Untuk kepentingan penelitian di bidang meteorologi dan klimatologi, khususnya
prakiraan cuaca, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
d. Cuaca sangat penting di bidang pertanian, perhubungan, pelayaran, penerbangan, dan
lain sebagainya.
e. Lapisan ionosfer memiliki peranan yang penting dalam proses komunikasi karena dapat
memantulkan gelombang radio.
Gambar Lapisan Atmosfer
B. Cuaca dan Iklim
Cuaca dan iklim merupakan istilah yang sangat sering kita dengar. Banyak aktivitas
manusia yang terkait dengan iklim dan cuaca. Dalam bidang pertanian, pemilihan jenis
tanaman sangat terkait dengan cuaca dan iklim.
1. Pengertian Cuaca dan Iklim
Cuaca dan iklim merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling terkait.
Hal yang menjadi parameter pada cuaca akan menjadi parameter juga pada iklim.
a. Cuaca
Cuaca adalah kondisi udara pada saat tertentu, di wilayah yang relatif sempit serta pada
jangka waktu yang relatif singkat. Dari pengertian ini menunjukkan bahwa cuaca
terbentuk dari gabungan unsure cuaca dengan jangka waktu bisa hanya beberapa jam.
Contohnya cuaca pada pukul 06.00 di Jakarta berbeda dengan cuaca pada pukul 13.00 di
daerah puncak. Suhu udara pada pukul 13.00 di Jakarta lebih
tinggi daripada pukul 13.00 di daerah puncak, dan sebagainya.
b. Iklim
Iklim adalah cuaca rata-rata tahunan pada wilayah yang lebih luas. Untuk menentukan
keadaan iklim suatu wilayah, biasanya dengan menghitung rata-rata cuaca selama 30–100
tahun.
Perbedaan antara cuaca dan iklim dapat kamu lihat pada tabel berikut.
Cuaca
• Rentang waktunya
pendek (hari/jam).
• Cakupan daerahnya sempit.
• Sangat cepat berubah.
Iklim
• Rentang waktunya
panjang (30–100 tahun).
• Cakupan daerahnya luas.
• Jarang sekali berubah.
2. Unsur-Unsur Cuaca
Penyinaran matahari mempunyai peranan dalam pembentukan cuaca karena merupakan
energi panas yang menimbulkan perubahan suhu, tekanan, dan kelembapan udara di muka
Bumi.
Ada beberapa unsur laiyang ikut berperan dalam unsur cuaca. Antara unsur yang satu
dengan yang lain saling berkait, saling memengaruhi, saling ketergantungan, dan
membentuk kerja gabungan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut.
a. Suhu Udara
Suhu udara merupakan ukuran untuk menyatakan keadaan panas atau dinginnya udara.
Suhu udara diukur dengan alat termometer. Hasil pengukuran dapat dinyatakan dalam 3
skala, yaitu Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Persebaran suhu udara di
permukaan Bumi berbeda-beda. Karakteristik
persebaran suhu udara sebagai berikut.
1) Persebaran Secara Horizontal
Suhu udara tertinggi terdapat di daerah tropis atau sekitar ekuator, semakin ke kutub
semakin dingin.
2) Persebaran Secara Vertikal
Semakin tinggi suatu tempat, suhu udara semakin dingin atau semakin rendah. Hal ini
sesuai dengan hukum gradien geothermis, yaitu setiap kenaikan 100 meter suhu
berkurang rata-rata 0,6°C.
Pada udara kering besar gradien geothermis sebesar 1°C. Pada lapisan atmosfer
tertentu hukum ini tidak berlaku.
Persebaran suhu baik vertikal maupun horizontal tidak terjadi dengan sendirinya
Persebaran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.
1) Lama Penyinaran Matahari
Wilayah Indonesia terletak pada lintang 23°LU – 23°LS. Letak ini menyebabkan lama
penyinaran matahari di wilayah ini lebih kurang 12 jam. Penyinaran matahari yang
panjang akan memengaruhi peningkatan suhu di permukaan Bumi.
2) Sudut Datang Sinar Matahari
Bentuk muka Bumi yang melengkung atau membulat menyebabkan sudut datang
penyinaran matahari tidak sama. Apabila arah sinar matahari semakin tegak dengan
bidang horizontal permukaan
Bumi atau semakin kecil sudut datangnya, intensitas penyinaran matahari semakin tinggi.
Besarnya sudut ini berkaitan dengan letak lintang. Amatilah gambar berikut agar kamu
dapat mengetahui persebaran panas berdasarkan sudut datang penyinaran.
3) Relief Permukaan Bumi
Berdasarkan relief, persebaran suhu mempunyai dua tipe, yaitu berdasarkan ketinggian
dan arah hadap lereng. Semakin tinggi relief akan semakin rendah suhunya. Selain itu,
relief yang menghadap ke arah datangnya sinar matahari akan mempunyai suhu yang
lebih tinggi daripada lereng yang tidak berhadapan langsung dengan sinar matahari.
4) Banyak Sedikitnya Awan
Awan pada lapisan udara dapat menahan sinar matahari sebelum sampai di permukaan
Bumi. Pada pagi hari awan dapat menyebabkan temperatur rendah. Akan tetapi, pada
siang hari menyebabkan temperatur tinggi karena awan dapat memantulkan kembali
panas yang dipancarkan oleh permukaan Bumi. Semakin banyak uap air, semakin besar
panas yang diserap, akibatnya temperature menjadi tinggi.
5) Macam Bentang Alam
Daratan akan lebih cepat panas atau dingin dibandingkan dengan lautan yang lebih
lambat menjadi panas atau dingin.
Energi sinar Matahari sebagian digunakan untuk memanaskan atmosfer. Pemanasan
atmosfer dapat secara langsung atau tidak langsung.
1) Pemanasan Langsung
Di dalam atmosfer terkandung uap air, debu, asam arang, dan zat asam. Zat-zat
tersebut berfungsi menyerap panas sinar matahari. Jadi, sebelum sampai di permukaan
Bumi, panas sinar matahari sebagian sudah diserap atau diabsorpsi zat-zat tersebut.
2) Pemanasan Tidak Langsung
Sinar Matahari setelah melewati atmosfer, panasnya sebagian diserap oleh Bumi.
Akibatnya, permukaan Bumi juga menjadi panas. Permukaan Bumi memengaruhi panas
atmosfer bagian bawah. Pemanasan udara di dekat permukaan Bumi melalui beberapa
cara sebagai berikut.
1. Konveksi adalah proses pemanasan udara secara vertikal karena adanya gerakan
udara secara vertikal, sehingga udara di atas yang belum panas akan menjadi panas
karena pengaruh udara di bawahnya yang
sudah panas.
2. Adveksi adalah proses pemanasan udara secara horizontal karena adanya gerakan
udara secara horizontal, sehingga daerah lain menjadi panas.
3. Turbulensi adalah aliran udara yang arahnya tidak beraturan. Gerakan udara panas
berputar-putar, simpang siur, dan tidak beraturan, sehingga daerah lain ikut menjadi
panas.
4. Konduksi adalah pemanasan udara secara bersinggungan. Udara dingin yang
bersinggungan dengan udara panas di bawahnya akan ikut menjadi panas. Demikian
seterusnya terjadi hambatan panas sampai udara teratas, sehingga udara menjadi panas
semua.
Suhu udara dapat diukur secara harian, bulanan, dan tahunan.
1) Suhu Harian
Suhu udara harian dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Rentang Suhu Harian (Diurnal)
Ini menunjukkan selisih suhu maksimum dan suhu minimum pada hari tertentu. Contoh,
pada termometer six menunjukkan suhu maksimum 36° C dan suhu minimum 20° C.
Berarti, rentang suhu harian (diurnal) = (36 – 20)° C = 16° C.
b) Suhu Harian Rata-rata (SHR)
Suhu harian rata-rata dapat dihitung dengan dua cara.
(1) Suhu maksimum dan minimum rata-rata selama 24 jam:
SHR = (Suhu maksimum + Suhu minimum) / 2
Contoh:
Suhu maksimum = 36° C dan suhu minimum = 20° C
SHR = (20 C + 36 C ) / 2
= 28° C
Suhu per jam rata-rata selama 24 jam:
2) Suhu Bulanan Rata-Rata (SBR)
Menunjukkan suhu udara harian rata-rata selama sebulan dapat dihitung dengan formula
berikut.
3) Suhu Tahunan Rata-Rata (STR)
Menunjukkan jumah suhu bulanan rata-rata selama 12 bulan dibagi jumlah
bulan. Dihitung dengan formula berikut.
c. Suhu Udara pada Ketinggian Tempat Tertentu
Bagaimana menentukan suhu udara suatu tempat berdasarkan ketinggiannya? Penentuan
suhu udara suatu tempat dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut.
1) Jika hanya diketahui ketinggian suatu tempat.
T = Suhu udara yang dicari (°C).
26,3 = (suhu udara rata-rata di daerah pantai tropis).
0,6 = Konstanta.
h = Tinggi tempat dalam ratusan meter.
Contoh soal:
Berapa suhu udara di daerah A, jika mempunyai ketinggian 1.500 m dari permukaan laut?
Jawab:
T = 26,3 – 0,6 (15)
= 26,3 – 9
= 17,3°C
Jadi, suhu udara di daerah A adalah 17,3°C.
2) Jika diketahui ketinggian dua tempat, yang satu diketahui suhu udaranya dan
yang satu tidak.
∆T = 0,006 (X1 – X2) × 1°C
∆T = Selisih suhu udara antara tempat 1 dengan tempat 2 (°C).
X1 = Ketinggian tempat yang diketahui suhu udaranya (m).
X2 = Ketinggian tempat yang dicari suhu udaranya (m).
Contoh soal:
Kota A memiliki ketinggian 50 m di atas permukaan laut. Rata-rata suhu udara di kota A
adalah 28°C. Berapakah rata-rata suhu udara kota B yang memiliki ketinggian 260 m di
atas permukaan laut?
Jawab:
∆T = 0,006 (5 – 215) × 1°C
= –1,26°C
Jadi, suhu udara kota B = 28°C – 1,26°C
= 26,74°C
b. Tekanan Udara
Seperti halnya tanah dan air, udara juga mempunyai berat dan tekanan. Tekanan udara
merupakan tenaga yang digunakan untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan
luas tetentu. Daerah yang menerima panas matahari, udaranya akan mengembang dan
naik dengan tekanan udara rendah. Daerah yang mempunyai suhu udara rendah maka
tekanan udaranya tinggi. Gerakan udara akan terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi
ke daerah yang bertekanan rendah kemudian terjadilah angin. Alat untuk mengukur
tekanan udara disebut barometer
.
c.Angin
Angin dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti berlayar, menggerakkan
kincir, dan mengeringkan jemuran. Tetapi, jika angin memiliki kecepatan tinggi, maka
tiupan bisa memorakporandakan daerah yang dilaluinya. Angin bertiup dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Hal-hal yang berkaitan dengan
angin antara lain kecepatan, arah, dan system angin.
a. Kecepatan Angin
Kecepatan angin yang bertiup dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Gradien Barometris
Perbedaan tekanan udara antara dua tempat akan menghasilkan angin. Semakin besar
perbedaan tekanan udara, maka angin yang bertiup pun akan semakin kencang atau kuat.
Sebagaimana yang dirumuskan dalam hukum Stevenson.
Menurut Stevenson kekuatan angin yang bertiup berbanding lurus dengan gradien
barometernya. Semakin besar gradient barometernya, semakin kuat angin yang bertiup.
Gradien barometer adalah perbedaan tekanan udara antara dua isobar pada tiap jarak
lurus 15 meridian atau 111 km.
Contoh soal:
Diketahui dua isobar X dan Y. Isobar X mempunyai tekanan udara 1.450 mb (milibar) dan
isobar Y mempunyai tekanan udara 1.150 mb. Jika jarak X dan Y adalah 600 km,
berapakah
gradien barometernya?
Jawab:
Perbedaan tekanan X dan Y = 1.450 – 1.150 = 300 mb.
Jadi, gradien barometernya =( 300 : 111 ) / 600 = 55,5 mb.
2) Relief Permukaan Bumi
Relief yang tidak rata menjadi penghambat bagi aliran atau tiupan angin. Gambar 7.10
menunjukkan aliran angin di daerah dataran dan perbukitan. Di daerah perbukitan aliran
angin terhambat bukit-bukit, sehingga bertiup dengan kecepatan lebih lambat dibanding
di
daerah dataran.
3) Ketinggian Tempat
Gambar 7.11 memperlihatkan A berdiri di tengah rumah-rumah yang padat, sedangkan B
berdiri di atas puncak gedung bertingkat. Tiupan angin yang dirasakan oleh A lebih
lambat
daripada yang dirasakan oleh B? Mengapa?
4) Letak Lintang
Letak lintang berkaitan dengan posisi Matahari. Di daerah lintang rendah banyak
mendapatkan sinar Matahari, sehingga lebih panas dibandingkan di daerah lintang tinggi.
Dan sebaliknya, di daerah lintang tinggi lebih sedikit mendapatkan sinar Matahari
sehingga suhu udaranya pun lebih dingin dibanding daerah lintang rendah. Perbedaan
panas ini menimbulkan sistem angin utama di Bumi. Selain itu, atmosfer juga ikut
berotasi dengan Bumi. Molekul-molekul udara bergerak ke arah timur sesuai arah rotasi
Bumi. Gerakan ini disebut gerakan linier. Bentuk Bumi yang bulat menyebabkan
kecepatan linier tertinggi di daerah ekuator (letak lintang rendah) dan makin kecil ke
arah kutub (letak lintang tinggi).
5) Panjang Siang dan Malam
Bila dirasakan, kecepatan angin pada waktu siang dan malam berbeda. Angin bertiup
lebih cepat siang hari dibanding malam hari. Panjang siang dan malam pada beberapa
daerah tidak sama sehingga menyebabkan tekanan udara maksimum dan minimum
berubah-ubah. Akibatnya, arah aliran udara tidak tetap atau tidak menentu.
b. Arah Angin
Angin bertiup dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Hanya saja
angin yang bertiup tidak mengalir lurus, tetapi mengalami pembelokan arah akibat
pengaruh rotasi Bumi. Pembelokan juga dialami angin yang bertiup menuju khatulistiwa.
Seperti yang diungkapkan dalam Hukum Buys Ballot, angin bertiup dari daerah
bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum. Di daerah selatan khatulistiwa
angin berbelok ke arah kiri dan di utara khatulistiwa berbelok ke arah kanan.
c. Sistem Angin
Berdasarkan gerakan dan sifatnya, angin dapat dibedakan menjadi:
1) Angin Pasat dan Angin Antipasat
Angin pasat terdiri atas angin pasat tenggara yang bertiup di belahan Bumi selatan dan
angin pasat timur laut yang bertiup di belahan Bumi utara. Angin pasat bertiup tetap
sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju daerah ekuator (khatulistiwa). Angin
antipasat adalah nama lain dari angin barat, yang merupakan kebalikan dari angin pasat.
Angin di atas khatulistiwa yang mengalir ke daerah kutub dan turun di daerah maksimum
subtropik. Angin ini disebut angin antipasat. Di belahan Bumi utara disebut angin
antipasat barat daya dan di belahan Bumi selatan disebut angina antipasat barat laut.
Pada daerah sekitar lintang 20°– 30°LU dan LS, angin antipasat kembali turun secara
vertikal sebagai angin kering. Angin kering ini menyerap uap air di udara dan permukaan
daratan. Akibatnya, terbentuk gurun di muka Bumi. Misalnya gurun di Arab Saudi, gurun
Afrika, atau gurun di Australia.
2) Angin Muson
Proses terjadinya:
1. Angin Muson Barat
Pada bulan Oktober–April, posisi Matahari berada di sebelah selatan khatulistiwa
(Australia) sehingga suhunya lebih panas, yang mengakibatkan tekanan udaranya lebih
rendah, dibanding wilayah utara khatulistiwa (Asia). Angin bertiup dari wilayah Asia yang
bertekanan maksimum, ke wilayah Australia yang bertekanan minimum. Angin ini bersifat
lembap dan basah sehingga menyebabkan terjadinya musim hujan di wilayah Indonesia.
2. Angin Muson Timur
Proses terjadinya angin muson timur berkebalikan dengan angin muson barat. Pada bulan
April–Oktober, posisi Matahari berada di sebelah utara khatulistiwa (Asia). Suhu udara
di wilayah ini lebih panas dan tekanan udara lebih rendah dibanding wilayah Australia.
Akibat perbedaan tekanan udara, angin bertiup dari wilayah Australia yang bertekanan
udara tinggi ke wilayah Asia yang bertekanan udara rendah. Angin ini melewati wilayah
Australia yang bergurun dan bersifat kering. Angin ini menyebabkan musim
kemarau/panas di wilayah Indonesia. Angin muson timur bertiup pada bulan April–
Oktober, saat itu kedudukan Matahari berada di belahan Bumi utara atau Benua Asia.
Angin Lokal
Berembusnya angin lokal dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
(1) sifat daratan dan perairan,
(2) jumlah pemanasan sinar matahari pada suatu wilayah, dan
(3) ketinggian suatu tempat.
Berdasarkan perbedaan karakteristik faktor-faktor yang memengaruhi inilah, angin
local dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut.
(1) Angin Darat dan Angin Laut
(a) Pada malam hari suhu air laut terasa panas, sementara darat sudah mendingin.
Akibatnya, tekanan udara di darat tinggi dan tekanan udara di laut rendah. Oleh karena
itu, bertiuplah angin darat yang bertiup dari darat menuju laut. Angin darat digunakan
para nelayan untuk berangkat berlayar mencari ikan laut.
(b) Pada siang hari daratan lebih cepat menjadi panas daripada lautan. Akibatnya, pada
siang hari daratan bertekanan minimum dan laut bertekanan maksimum. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya angin laut yang berembus dari laut ke daratan. Angin ini
digunakan nelayan untuk pulang dari melaut.
(2) Angin Lembah dan Angin Gunung
(a) Pada siang hari puncak gunung menjadi lebih cepat panas dibandingkan dengan
lembah. Hal itu menyebabkan tekanan udara di gunung minimum dan tekanan udara di
lembah maksimum. Akibatnya, angin bertiup dari lembah menuju gunung. Angin ini
disebut angin lembah.
(b) Pada malam hari puncak gunung lebih dingin daripada wilayah lembah. Hal itu
menyebabkantekanan udara di gunung maksimum dan tekanan udara di lembah minimum.
Akibatnya, angin bertiup dari gunung ke lembah. Angin ini disebut angin gunung.
(3) Angin Fohn (Angin yang Bersifat Panas)
Terjadinya angin ini merupakan kelanjutan dari terjadinya hujan orografis. Hujan
orografis hanya terjadi pada salah satu sisi lereng, angin yang sudah tidak membawa uap
lagi terus berembus menuruni lereng daerah bayangan hujan. Oleh karena tidak
membawa uap air, angin ini bersifat panas dan berakibat buruk bagi usaha pertanian.
(4) Angin yang Bersifat Dingin
Jenis-jenis angin yang bersifat dingin sebagai berikut.
(a) Angin Mistral
Angin mistral merupakan angin yang turun dari pegunungan ke dataran rendah pantai.
Suhu angin ini lebih rendah dibandingkan dengan suhu daerah tujuannya sehingga
dikategorikan angin dingin. Contohnya angin yang bertiup di pantai Laut Tengah,
tepatnya di pantai selatan Prancis.
(b) Angin Bora
Angin ini bersifat dingin dan bertiup dari arah timur atau timur laut ke barat atau ke
barat daya di daerah Balkan
.
5) Angin Siklon dan Angin Antisiklon
Angin siklon merupakan angin yang arah geraknya berputar. Di wilayah tropis angin siklon
sering terjadi di laut dan hampir tidak pernah terjadi di daerah khatulistiwa. Angin
siklon dan antisiklon antara belahan Bumi utara dan belahan Bumi selatan berbeda. Angin
siklon merupakan udara yang bergerak dari beberapa daerah bertekanan udara rendah
tinggi menuju titik pusat daerah tekanan udara rendah di bagian dalam. Angin antisiklon
bergerak dari dalam sebagai pusat tekanan tinggi menuju ke tekanan udara rendah yang
mengelilinginya di bagian luarnya.
d. Kelembapan Udara
Udara mengandung uap air yang berasal dari berbagai tubuh air, baik air permukaan
maupun air tanah. Makin tinggi suhu udara, kandungan uap air semakin tinggi. Hal ini juga
berarti bahwa kelembapan udara juga semakin tinggi. Alat untuk mengukur kelembapan
udara disebut higrometer. Kelembapan udara ada dua macam
.
1) Kelembapan Udara Relatif atau Nisbi
Merupakan perbandingan jumlah uap air dalam udara (kelembapan absolut) dengan
jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara tersebut dalam suhu yang
sama dan dinyatakan dalam persen (%). Untuk menghitung kelembapan nisbi dapat
digunakan rumus berikut :
RH = e/E x 100%
Contoh :
Daya tampung maksimum udara untuk menyimpan uap air pada suhu 20°C adalah 30
gr/m3. Uap air yang terkandung dalam udara saat pengukuran adalah 15 gr/m3.
Berapakah kelembapan relatifnya?
LR =15/30 x 100%
= 50 %
Kelembapan relatif = 50%
2) Kelembapan Udara Absolut atau Mutlak
Merupakan banyaknya uap air yang terdapat di udara pada suatu tempat. Dinyatakan
dengan banyaknya gram uap air dalam 1 m3 udara.
e. Awan
Awan merupakan massa dari butir-butir kecil air yang larut di lapisan atmosfer bagian
bawah. Awan dapat menunjukkan kondisi cuaca. Awan gelap menandakan kemungkinan
hujan. Sedang langit tanpa awan menunjukkan cuaca cerah. Awah gelap yang
membumbung menandakan hujan badai akan terjadi. Nah, adanya berbagai jenis awan ini
membuat adanya klasifikasi awan, antara lain berdasarkan ketinggian.
Berdasarkan ketinggiannya, awan dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Awan rendah (ketinggian kurang dari 2 km).
Contoh: nimbostratus, stratus, dan stratocumulus.
b. Awan menengah, mempunyai ketinggian dasar awan antara 2–6 km.
Contoh: altostratus dan altocumulus.
c. Awan tinggi (ketinggian di atas 6 km).
Contoh: cirrostratus, cirrocumulus, dan cirrus.
d. Awan menjulang vertikal (ketinggian 0,5–18 km).
Contoh: cumulonimbus dan cumulus.
Bentuk awan bermacam-macam. Ada yang bertumpuk-tumpuk, halus memanjang, dan
berlapis lapis.
Berdasarkan bentuknya, awan dibedakan sebagai berikut.
a. Awan Cumulus atau Awan Bertumpuk
Awan ini bertumpuk-tumpuk dengan puncak yang membulat dan alas horizontal. Warna
awan putih berkilauan, gerakannya selalu vertikal membentuk gumpalan yang semakin
gelap dan meluas. Awan ini terbentuk ketika udara sangat panas dan bertambah dengan
cepat sebelum terjadi hujan.
b. Awan Cirrus atau Awan Bulu
Awan ini berbentuk seperti serabut atau bulu ayam yang halus memanjang di langit.
Awan Cirrus mempunyai ketinggian antara 7–13 km. Suhu awan Cirrus sangat rendah,
bisa beberapa derajat di bawah 0°C. Awan Cirrus terdiri atas kristal-kristal es yang
sangat kecil dan berwarna putih bersih.
c. Awan Stratus atau Awan Merata
Awan Stratus berlapis-lapis, meluas, dan tampak seperti kabut. Ketinggian awan ini
rendah tetapi tidak sampai di permukaan Bumi. Munculnya awan ini
pertanda cuaca akan baik jika terlihat saat Matahari terbit atau saat Matahari
terbenam.
d. Awan Nimbus atau Awan Hujan
Awan ini menyebabkan terjadinya hujan. Awan ini tebal dan bentuknya tidak menentu.
Warnanya hitam, kadang-kadang kelihatan merata seperti Stratus. Jika
awan Cumulus bersatu dengan awan Nimbus maka disebut Cumulonimbus. Awan
Cumulonimbus adalah awan yang sangat tebal, sering mendatangkan badai
topan, petir, angin ribut, dan hujan deras.
f. Curah Hujan
Hujan adalah jatuhnya air dalam bentuk cair maupun padat dari atmosfer ke permukaan
Bumi. Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu
tertentu. Curah hujan bias diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Alat untuk
mengukur besarnya curah hujan disebut rain gauge (penakar hujan). Berdasarkan proses
terjadinya, hujan dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Hujan Orografis
Hujan ini terjadi apabila udara yang mengandung uap air didorong oleh angin naik ke
lereng pegunungan, yang makin ke atas suhu semakin dingin. Kondisi ini membuat uap air
membentuk awan dan terjadilah kondensasi. Hujan yang jatuh pada lereng yang
dilalui oleh awan ini disebut hujan orografis. Pada lereng sebelahnya (lereng yang tidak
dilalui awan) bertiup angin yang kering dan disebut sebagai daerah bayangan hujan
.
Hujan Orografis
2) Hujan Frontal
Hujan frontal merupakan hujan yang terjadi di daerah front atau daerah yang
terbentuk oleh pertemuan dua massa udara yang berbeda temperatur (suhu). Massa
udara panas bertemu dengan massa udara dingin sehingga massa udara terkondensasi
dan terjadilah hujan.
3) Hujan Zenithal
Tipe hujan ini terjadi karena udara naik disebabkan oleh pemanasan pada suhu yang
tinggi. Udara panas ini naik terus-menerus dan akhirnya terjadilah kondensasi yang
mengakibatkan hujan. Hujan tipe ini sering terjadi di daerah tropis sehingga juga sering
disebut sebagai hujan naik tropis.
Selain itu, hujan tipe ini sering disebut hujan konveksi atau ekuatorial karena adanya
arus konveksi menyebabkan uap air di ekuatorial naik secara vertikal sebagai akibat
pemanasan air laut secara terus-menerus. Masih ada sebutan lain bagi hujan tipe ini,
yaitu hujan zenithal. Disebut hujan zenithal karena biasanya hujan ini terjadi ketika
matahari melalui zenith daerah ini. Hampir semua wilayah di daerah tropis mendapat dua
kali hujan zenithal dalam satu tahun.
Hujan Zenithal
Hujan Frontal
3. Iklim
Iklim di suatu daerah dipengaruhi oleh posisi garis lintang, angin, massa daratan dan
benua, arus samudra, dan topografi.
1. Klasifikasi Iklim
Berikut ini pembagian iklim yang ada di Bumi.
a. Iklim Matahari
Klasifikasi iklim matahari berdasarkan pada garis lintang. Hal itu berpengaruh pada
jumlah energi matahari yang tersedia. Keadaan tersebut menyebabkan
wilayah lintang rendah (khatulistiwa) memiliki jumlah penyinaran matahari lebih banyak
sehingga suhunya lebih tinggi dibanding daerah lintang tinggi. 66°30'LU
Iklim Kutub Utara
66°30'LU
Iklim subtropika selatan
Iklim subtropika utara
Iklim tropika
23°30'LU
0°
40° LS
40° LU
Iklim Kutub Selatan
Iklim Matahari
b. Iklim Koppen
Iklim Koppen diklasifikasikan berdasarkan pada curah hujan dan suhu udara. Klasifikasi
ini dikemukakan oleh Wladimir Koppen, seorang ahli klimatologi
dari Jerman. Berikut ini pembagiannya.
1) Iklim Tipe A (Iklim Hujan Tropis)
Wilayah ini memiliki curah hujan tinggi, penguapan tinggi, dan suhu rata-rata bulanan di
atas 18°C. Wilayah beriklim tipe A dibagi menjadi tiga sebagai berikut.
a) Iklim tipe Af memiliki curah hujan tinggi dan suhu udara panas sepanjang tahun
sehingga terdapat banyak hutan hujan tropik. Contohnya di wilayah Sumatra,
Kalimantan, dan Papua.
b) Iklim tipe Am memiliki ciri-ciri antara lain curah hujan tergantung musim, jenis
tanaman pendek dan homogen, dan hutan homogen yang menggugurkan daunnya ketika
kemarau. Wilayah yang beriklim Am antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi
Selatan, dan Papua bagian selatan.
c) Iklim tipe Aw memiliki ciri-ciri antara lain terdapat hutan yang berbentuk sabana,
jenis tumbuhan padang rumput dan belukar, serta pohonnya berjenis rendah. Wilayah ini
memiliki musim kemarau lebih panjang dibandingkan musim hujan. Contohnya terdapat di
wilayah Jawa Timur, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, Kepulauan Aru, dan Papua bagian
selatan.
2) Iklim Tipe B (Iklim Kering)
Iklim tipe B memiliki curah hujan rendah dan penguapan yang tinggi. Di wilayah ini tidak
memiliki surplus air dan tidak dijumpai sungai yang permanen. Wilayah beriklim tipe B
dibedakan menjadi tipe Bs (iklim stepa) dan tipe Bw (iklim gurun).
3) Iklim Tipe C (Iklim Sedang Hangat)
Di wilayah yang memiliki tipe C terdapat empat musim, yaitu musim dingin, semi, gugur,
dan panas. Iklim tipe C dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.
a) Iklim tipe Cw, yaitu iklim sedang basah dengan musim dingin yang kering.
b) Iklim tipe Cs, yaitu iklim sedang basah dengan musim panas yang kering.
c) Iklim tipe Cf, yaitu iklim sedang basah dengan hujan dalam semua bulan.
4) Iklim Tipe D (Iklim Salju Dingin)
Iklim tipe D memiliki suhu udara rata-rata bulan terdingin < –3° C dan suhu udara ratarata bulan terpanas > 10° C. Iklim tipe D dibedakan menjadi dua.
a) Iklim tipe Df, yaitu iklim dingin dengan semua bulan lembap.
b) Iklim tipe Dw, yaitu iklim hutan salju dingin dengan musim dingin yang kering.
5) Iklim Tipe E (Iklim Kutub)
Wilayah beriklim tipe E memiliki ciri tidak mengenal musim panas, terdapat salju abadi
dan padang lumut.
c. Iklim Menurut Schmidt-Ferguson
Schmidt-Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering
dan jumlah rata-rata bulan basah. Dikatakan bulan kering jika dalam satu bulan terjadi
curah hujan kurang dari 60 mm. Dikatakan bulan basah jika dalam satu bulan curah
hujannya lebih dari 100 mm. Iklim Schmidt dan Ferguson didasarkan pada nilai Q. Nilai
Q dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Q = Jumlah Rata-Rata Bulan Kering
Jumlah Rata-Rata Bulan Basah
Nilai Q yang ditentukan untuk menentukan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson
didasarkan pada tabel berikut.
Klasifikasi Nilai Q Menurut Schmidt dan Ferguson
Tipe Iklim
Nilai Q
A
0 < Q < 0, 143
B
0,143 < Q < 0,333
C
0,333 < Q < 0,600
D
0,600 < Q < 1,000
E
1,000 < Q < 1,670
F
1,670 < Q < 3,000
G
3,000 < Q < 7,000
Keterangan
Sangat basah
Basah
Agak basah
Sedang
Agak kering
Kering
Sangat Kering
H
7,000 < Q
Luar Biasa Kering
e. Iklim Menurut Junghuhn
Klasifikasi iklim Junghuhn didasarkan pada ketinggian tempat yang dikaitkan dengan
jenis tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal di
suatu daerah.
Gambar Iklim Junghuhn
2. Penyimpangan Iklim
Kondisi iklim yang menyimpang antara lain terlihat dari peristiwa El Nino dan La Nina.
Dampak dari proses terjadinya El Nino dan La Nina dapat dipelajari dari penjelasan
berikut ini.
a. El Nino
Pada cuaca yang normal, angin timur di Samudra Pasifik bertiup ke arah barat dan
mendorong air laut hangat ke permukaan. Akibatnya, air laut di bagian barat samudra
lebih hangat 2° C dan lebih tinggi 40 cm. Di bagian timur samudra air laut dingin
menggantikan air laut hangat. Hal ini menyebabkan udara lembap hangat naik di bagian
barat dengan membawa uap air dan menimbulkan hujan. Udara di bagian
timur yang kering dan dingin, bertiup di pantai Amerika Selatan.
b. La Nina
La Nina memiliki sifat yang berlawanan dengan El Nino. Arus udara dan arus laut yang
saling memperkuat menyebabkan angin pasat bertiup sangat kencang sehingga air laut
hangat mengalir ke arah barat. Hal ini menyebabkan wilayah Asia, Australia, dan Afrika
mengalami musim hujan yang sangat lebat. Sebaliknya, wilayah Amerika Selatan
mengalami kekeringan yang hebat.
Materi atmosfer kelas X
Materi : Atmosfer
Di tulis oleh : Dwi lestari S.Pd
Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan
planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di bumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km
di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan bumi. Atmosfer
tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut fenomena yang terjadi di lapisan
tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap. Studi
tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena
pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang. Dengan
peralatan yang sensitif yang dipasang di wahana luar angkasa, kita dapat memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang atmosfer berikut fenomena-fenomena yang terjadi di
dalamnya.
Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%), dengan sedikit argon
(0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357%), uap air, dan gas lainnya. Atmosfer
melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari matahari dan
mengurangi suhu ekstrem di antara siang dan malam. 75% dari atmosfer ada dalam 11 km
dari permukaan planet.
Atmosfer tidak mempunyai batas mendadak, tetapi agak menipis lambat laun dengan
menambah ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer dan angkasa luar.
Daftar isi
[sembunyikan]






1 Troposfer
2 Stratosfer
3 Mesosfer
4 Termosfer
5 Eksosfer
6 Komposisi dari atmosfer bumi

7 Lihat pula
[sunting] Troposfer
Lapisan ini berada pada level yang terendah, campuran gasnya paling ideal untuk menopang
kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini kehidupan terlindung dari sengatan radiasi yang
dipancarkan oleh benda-benda langit lain. Dibandingkan dengan lapisan atmosfer yang lain,
lapisan ini adalah yang paling tipis (kurang lebih 15 kilometer dari permukaan tanah). Dalam
lapisan ini, hampir semua jenis cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin tekanan dan
kelembaban yang kita rasakan sehari-hari berlangsung. Suhu udara pada permukaan air laut
sekitar 27 derajat Celsius, dan semakin naik ke atas, suhu semakin turun. Dan setiap kenaikan
100m suhu berkurang 0,61 derajat Celsius (sesuai dengan Teori Braak). Pada lapisan ini
terjadi peristiwa cuaca seperti hujan, angin, musim salju, kemarau, dsb.
Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena
permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke udara.
Biasanya, jika ketinggian bertambah, suhu udara akan berkurang secara tunak (steady), dari
sekitar 17℃ sampai -52℃. Pada permukaan bumi yang tertentu, seperti daerah pegunungan
dan dataran tinggi dapat menyebabkan anomali terhadap gradien suhu tersebut.
Di antara stratosfer dan troposfer terdapat lapisan yang disebut lapisan Tropopause, yang
membatasi lapisan troposfer dengan stratosfer.
[sunting] Stratosfer
Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari ketinggian sekitar 11 km.
Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah relatif stabil dan sangat dingin yaitu - 70oF atau
sekitar - 57oC. Pada lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi dengan pola aliran yang
tertentu.Disini juga tempat terbangnya pesawat. Awan tinggi jenis cirrus kadang-kadang
terjadi di lapisan paling bawah, namun tidak ada pola cuaca yang signifikan yang terjadi pada
lapisan ini.
Dari bagian tengah stratosfer keatas, pola suhunya berubah menjadi semakin bertambah
semakin naik, karena bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon yang bertambah.
Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra ungu. Suhu pada lapisan ini bisa mencapai
sekitar 18oC pada ketinggian sekitar 40 km. Lapisan stratopause memisahkan stratosfer
dengan lapisan berikutnya.
[sunting] Mesosfer
Kurang lebih 25 mil atau 40km diatas permukaan bumi terdapat lapisan transisi menuju
lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun ketika ketinggian bertambah, sampai
menjadi sekitar - 143oC di dekat bagian atas dari lapisan ini, yaitu kurang lebih 81 km diatas
permukaan bumi. Suhu serendah ini memungkinkan terjadi awan noctilucent, yang terbentuk
dari kristal es.
[sunting] Termosfer
Transisi dari mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81 km. Dinamai
termosfer karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi pada lapisan ini yaitu sekitar
1982oC. Perubahan ini terjadi karena serapan radiasi sinar ultra ungu. Radiasi ini
menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal
dengan nama ionosfer, yang dapat memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era
satelit, lapisan ini berguna untuk membantu memancarkan gelombang radio jarak jauh.
Fenomena aurora yang dikenal juga dengan cahaya utara atau cahaya selatan terjadi disini.
Pengertian Lapisan Termosfer sebagai Lapisan Atmosfir
Pengertian Lapisan Termosfer sebagai Lapisan Atmosfir) – Lapisan Termosfer Berada di atas
mesopouse dengan ketinggian sekitar 75 km sampai pada ketinggian sekitar 650 km. Pada
lapisan ini, gas-gas akan terionisasi, oleh karenanya lapisan ini sering juda disebut lapisan
ionosfer. Molekul oksigen akan terpecah menjadi oksegen atomik di sini. Proses pemecahan
molekul oksigen dan gas-gas atmosfer lainnya akan menghasilkan panas, yang akan
menyebabkan meningkatnya suhu pada lapisan ini. Suhu pada lapisan ini akan meningkat
dengan meningkaknya ketinggian. Ionosfer dibagi menjadi tiga lapisan lagi, yaitu :
1. Lapisan Udara Terletak antara 80 – 150 km dengan rata-rata 100 km dpl. Lapisan ini
tempat terjadinya proses ionisasi tertinggi. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara
KENNELY dan HEAVISIDE dan mempunyai sifat memantulkan gelombang radio. Suu
udara di sini berkisar – 70° C sampai +50° C .
2. Lapisan udara F Terletak antara 150 – 400 km. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara
APPLETON.
3. Lapisan udara atom Pada lapisan ini, benda-benda berada dalam lbentuk atom. Letaknya
lapisan ini antara 400 – 800 km. Lapisan ini menerima panas langsung dari matahari, dan
diduga suhunya mencapai 1200° C .
[sunting] Eksosfer
Adanya refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh partikel debu meteoritik. Cahaya
matahari yang dipantulkan tersebut juga disebut sebagai cahaya Zodiakal
[sunting] Komposisi dari atmosfer bumi
Gas-gas penyusun atmosfer
Atmosfer tersusun oleh:

Nitrogen (

Oksigen (

Argon (

Air (
)
)
)
)

Ozon (

Karbondioksida (
)
)
[sunting] Lihat pula
ATMOSFER
Setelah
membaca
materi
ini,
siswa
diharapkan
dapat
:
·
Mendeskripsikan
sifat-sifat
fisik
lapisan
atmosfer
·
Mengidentifikasi
ciri-ciri
lapisan
atmosfer
dan
pemanfaatannya
·
Mendeskripsikan
cuaca
dan
iklim
·
Mengidentifikasi factor yang mempengaruhi terjadinya cuaca dan iklim
· Menghitung suhu suatu daerah berdasarkan ketinggian di atas permukaan air laut
·
Menganalisis proses terjadinya angin dan memberikan contoh-contohnya
·
Mengidentifikasi
tipe
hujan
(orografis,
zenithal,
frontal)
·
Mengklasifikasi
berbagai
tipe
iklim
·
Menyajikan
informasi
tentang
persebaran
iklim
di
Indonesia
· Mendeskripsikan pengaruh atmosfer bagi kehidupan
Pengertian Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi,
dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di Bumi, atmosfer terdapat dari
ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan
Bumi.
A. Sifat Fisik Atmosfer
Salah satu objek geografi adalah atmosfer. Atmosfer merupakan lapisan udara yang
menyelubungi bumi. Lapisan ini berfungsi sebagai payung atau pelindung kehidupan di bumi
dari radiasi matahari yang kuat pada siang hari dan mencegah hilangnya panas ke ruang
angkasa pada malam hari.
Manusia dapat bertahan sampai satu hari tanpa air di daerah gurun yang paling panas, tetapi
tanpa udara manusia hanya bertahan beberapa menit saja. Jadi Anda tentu bisa
menyimpulkan sendiri betapa pentingnya udara bagi kehidupan di bumi. Karena tanpa udara,
maka manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak dapat hidup. Udara untuk kehidupan
sehari-hari terdapat di atmosfer.
Atmosfer juga merupakan penghambat bagi benda-benda angkasa yang bergerak melaluinya
sehingga sebagian meteor yang melalui atmosfer akan menjadi panas dan hancur sebelum
mencapai permukaan bumi. Lapisan atmosfer merupakan campuran dari gas yang tidak
tampak dan tidak berwarna.
Kondisi
dan
manfaat
gas
dalam
atmosfer
antara
lain:
1) Nitrogen (N2) jumlahnya paling banyak, meliputi 78 bagian. Nitrogen tidak langsung
bergabung dengan unsur lain, tapi merupakan bagian dari senyawa organik.
2) Oksigen (O2) sangat penting bagi kehidupan, yaitu untuk mengubah zat makanan menjadi
energi
hidup.
3) Karbon dioksida (CO2) menyebabkan efek rumah kaca (greenhouse) transparan terhadap
radiasi gelombang pendek dan menyerap radiasi gelombang panjang. Dengan demikian
kenaikan kosentrasi CO2 di dalam atmosfer akan menyebabkan kenaikan suhu di bumi.
4) Ozon (O3) adalah gas yang sangat aktif dan merupakan bentuk lain dari oksigen. Gas ini
terdapat pada ketinggian antara 20 hingga 30 km. Ozon dapat menyerap radiasi ultra violet
yang mempunyai energi besar dan berbahaya bagi tubuh manusia.
Salah satu unsur yang penting dalam atmosfer adalah uap air. Uap air (H2O) sangat penting
dalam proses cuaca atau iklim, karena dapat merubah fase (wujud) menjadi fase cair, atau
fase padat melalui kondensasi dan deposisi.
Uap air merupakan senyawa kimia udara dalam jumlah besar yang tersusun dari dua bagian
hidrogen dan satu bagian oksigen. Uap air yang terdapat diatmosfer merupakan hasil
penguapan dari laut, danau, kolam, sungai dan transpirasi tanaman. Atmosfer selalu dikotori
oleh debu. Debu adalah istilah yang dipakai untuk benda yang sangat kecil sehingga tidak
tampak kecuali dengan mikroskop. Jumlah debu berubah-ubah tergantung pada tempat.
Sumber debu beraneka ragam, yaitu asap, abu vulkanik, pembakaran bahan bakar, kebakaran
hutan, smog dan lainnya. Smog singkatan dari smoke and fog adalah kabut tebal yang sering
dijumpai di daerah industri yang lembab. Debu dapat menyerap, memantulkan, dan
menghamburkan radiasi matahari. Debu atmosferik dapat disapu turun ke permukaan bumi
oleh curah hujan, tetapi kemudian atmosfer dapat terisi partikel debu kembali. Debu atmosfer
adalah kotoran yang terdapat di atmosfer.
B. Struktur Vertikal Atmosfer
Atmosfer mempunyai beberapa lapisan udara yang ketebalan dan karakteristiknya berbedabeda. Secara vertikal pembagian lapisan atmosfer berdasarkan suhu. Pembagian lapisan
atmosfer berdasarkan suhu:
1)
Troposfer
Lapisan troposfer merupakan lapisan udara yang paling rendah. Lapisan ini di khatulistiwa
mempunyai ketebalan berkisar 16 km, di daerah sedang ketebalannya berkisar 11 km, dan di
daerah kutub berkisar 8 km. Rata-rata kedalaman lapisan troposfer adalah 12 km. Pada
lapisan ini, peristiwa-peristiwa cuaca, seperti angin, awan, dan hujan terjadi. Pada lapisan ini
terdapat penurunan suhu yang terjadi karena sangat sedikitnya troposfer menyerap radiasi
gelombang pendek dari matahari, sebaliknya permukaan tanah memberikan panas pada
lapisan troposfer yang terletak di atasnya; melalui konduksi, konveksi, kondensasi dan
sublimasi yang dilepaskan oleh uap air atmosfer. Konduksi adalah proses pemanasan secara
merambat. Konveksi adalah proses pemanasan secara mengalir. Kondensasi adalah proses
pendinginan yang mengubah wujud uap air menjadi air. Sublimasi adalah proses perubahan
wujud es menjadi uap air. Suhu udara di daerah tropis pada ketinggian 0 m di atas permukaan
laut berkisar 27ºC, sedangkan di bagian atas yang berbatasan dengan tropopause suhunya
berkisar 62ºC. Dengan demikian, setiap ada kenaikan tinggi tempat maka suhunya semakin
turun. Menurut Teori Braak, setiap naik 100 m maka suhu akan turun 0,61ºC.
2)
Stratosfer
Lapisan stratosfer berada di atas tropopause sampai ketinggian berkisar 49 km dari
permukaan laut. Pada stratosfer terdapat lapisan isothermal, yaitu pada ketinggian antara 1120 km dengan suhu udara beragam ± -60ºC dan lapisan inverse pada ketinggian antara 20-49
km. Pada lapisan inverse suhu udara semakin ke atas semakin meningkat dan sampai
ketinggian 49 km suhu udara mencapai -5ºC. Meningkatnya suhu udara ini disebabkan oleh
adanya kandungan gas ozon (Oɜ). Di atas stratosfer terdapat lapisan stratopause yang
merupakan pembatas antara stratosfer dengan mesosfer. Lapisan isothermal atau lapisan
inverse artinya suhu udara bertambah tinggi (panas) seiring dengan naiknya ketinggian.
3)
Mesosfer
Lapisan mesosfer terdapat pada ketinggian antara 49-85 km di atas permukaan bumi. Pada
lapisan ini setiap naik 1.000 m, suhu udara akan turun 2,5º-3ºC, sehingga suhu pada lapisan
paling atas mencapai -90ºC. Lapisan mesosfer dengan lapisan di atasnya dibatasi oleh lapisan
mesopause.
4)
Termosfer
Lapisan ini terletak pada ketinggian antara 85-500 km di atas permukaan bumi yang lebih
sering disebut dengan lapisan panas (hot layer). Suhu udara di bagian bawah berkisar -90ºC,
sedangkan di bagian atas mencapai kurang lebih 1010ºC. Pada lapisan ini terdapat lapisan
ionosfer yang terletak antara 85-375 km di atas permukaan bumi. Partikel-partikel ion yang
dihasilkan pada lapisan ini berfungsi untuk memantulkan gelombang radio, baik gelombang
panjang
maupun
gelombang
pendek.
5)
Eksosfer
Lapisan eksosfer berada di atas 500 km di atas permukaan bumi. Molekul-molekul pada
lapisan ini selalu bergerak dengan kecepatan yang tinggi. Pengaruh gravitasi bumi terhadap
molekul-molekul di sini sangat kecil, sedangkan pengaruh angkasa luar lebih besar sehingga
molekul-molekul yang ada sering meninggalkan atmosfer.
Fungsi Atmosfer
Atmosfer mempunyai peranan besar dalam kehidupan yang ada di permukaan bumi. Peranan
atmosfer
tersebut
sebagai
berikut:
• Melindungi bumi dari jatuhnya meteor atau benda angkasa yang lain.
• Menjaga temperatur udara di permukaan bumi agar tetap bermanfaat untuk kehidupan.
•
Memantulkan
gelombang
radio.
Selain itu, gas-gas yang ada di atmosfer mempunyai peran masing-masing, sebagai berikut:
•
Nitrogen
untuk
pertumbuhan
tanaman.
•
Oksigen
untuk
pernapasan.
•
Karbondioksida
untuk
fotosintesis.
•
Neon
untuk
lampu
listrik.
• Ozon untuk menyerap sebagian radiasi matahari.
C. Cuaca dan Iklim
1. Pengertian Cuaca dan Iklim
Apakah Anda bisa membedakan antara cuaca dengan iklim? Untuk mengetahuinya cobalah
Anda simak pernyataan ini “Hari ini sangat cerah”, dan “Bulan bulan belakangan ini tidak
tampak turun hujan, sehingga dimana-mana terjadi kekeringan”. Nah bisakah Anda
membedakan pernyataan tersebut? Pernyataan yang pertama menunjukkan saat itu juga,
waktunya sangat singkat. Dan saya percaya Anda pasti bisa menjawab bahwa pernyataan
pertama adalah menunjukkan “cuaca” dan pernyataan yang kedua, karena waktunya sangat
lama/panjang, hal itu menunjukkan “iklim”. Benarkah demikian?
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan
pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka
waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya: pagi hari, siang hari atau sore hari, dan
keadaannya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat serta setiap jamnya. Di Indonesia keadaan
cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan cuaca hasil
analisis Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Departemen Perhubungan. Untuk negara
negara yang sudah maju perubahan cuaca sudah diumumkan setiap jam dan sangat akurat
(tepat).
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya
dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas.
Matahari adalah kendali iklim yang sangat penting dan sumber energi di bumi yang
menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali iklim yang lain, misalnya distribusi darat
dan air, tekanan tinggi dan rendah, massa udara, pegunungan, arus laut dan badai. Ilmu untuk
mengkaji tentang cuaca disebut meteorologi, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang iklim
disebut klimatologi.
2. Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi cuaca dan iklim, yaitu suhu udara, tekanan udara,
kelembaban udara, angin,curah hujan, dan awan.
a)
Suhu
Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara
atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukuran dinyatakan dalam skala
Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Termometer yang dapat mencatat sendiri adalah
termograph, sedangkan hasil catatannya disebut termogram.
Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke
kutub, makin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa
dingin jika ketinggian bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah
100 meter, suhu udara berkurang (turun) rata-rata 0,6º C. Penurunan suhu semacam ini
disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah
1º C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah adalah:
•
Lama
penyinaran
matahari.
•
Sudut
datang
sinar
matahari.
•
Relief
permukaan
bumi.
•
Banyak
sedikitnya
awan.
•
Perbedaan
letak
lintang.
Di Indonesia, keadaan suhu udara relatif bervariasi. Rata-rata suhu tahunan, di Indonesia
sekitar 26,8º C. Dalam peta, daerah-daerah yang suhu udaranya sama dihubungkan dengan
garis
isotherm.
Tx
=
To
–
0,6
x
h
100
Untuk mengetahui temperatur rata-rata suatu tempat digunakan rumus:
Keterangan:
Tx
=
temperatur
rata
rata
To
=
temperatur
suatu
h = tinggi tempat (x)
suatu
tempat
tempat
yang
(x)
yang
dicari
sudah
diketahui
Contoh:
Temperatur permukaan laut = 27ºC. Kota X tingginya 1500 m (di Indonesia).
Tanya:
Berapa
temperatur
rata
rata
kota
X?
Jawab:
Tx
=
To
–
0,6
x
h
100
=
27º
–
0,6
x
1500
100
=
27º
–
0,6
x
15
=
27º
–
9º
= 18º C
b)
Tekanan
Udara
Kepadatan udara tidak sepadat tanah dan air. Namun udarapun mempunyai berat dan tekanan.
Besar atau kecilnya tekanan udara, dapat diukur dengan menggunakan barometer. Orang
pertama yang mengukur tekanan udara adalah Torri Celli (1643). Alat yang digunakannya
adalah barometer raksa. Tekanan udara menunjukkan tenaga yang bekerja untuk
menggerakkan masa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Tekanan udara semakin rendah
apabila semakin tinggi dari permukaan laut. Satuan ukuran tekanan udara adalah milibar
(mb).
Tekanan udara 76 cm Hg sama dengan 1,013 mb. Angka tersebut didasarkan pada kerapatan
air raksa pada suhu 0ºC, yaitu 13,951 dan percepatan gravitasi, yaitu 0,980335.
Perhitungannya
1
atm
Tekanan
udara
:
1,01325
:
:
(atau
sebagai
76
76
x
dibulatkan
berikut.
Hg
cm
13,591
menjadi
x
1,013
0,980335
mb)
Sebaran tekanan udara di suatu daerah dapat digambarkan dalam peta yang ditunjukkan oleh
isobar. Isobar merupakan garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai
tekanan udara sama. Bidang isobar ialah bidang yang tiap-tiap titiknya mempunyai tekanan
udara sama. Jadi perbedaan suhu akan menyebabkan perbedaan tekanan udara. Daerah yang
banyak menerima panas matahari, udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu,
daerah tersebut bertekanan udara rendah. Ditempat lain terdapat tekanan udara tinggi
sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan udara
rendah. Gerakan udara tersebut dinamakan angin.
c) Kelembaban Udara
Kelembaban udara menunjukkan banyaknya kandungan uap air di dalam udara. Kandungan
uap air yang ada di udara dapat diukur dengan menggunakan alat, yaitu higrometer atau
psychrometer. Kelembaban udara dapat dinyatakan dalam bentuk kelembaban relatif dan
kelembaban
mutlak.
Ada
dua
macam
kelembaban
udara:
1) Kelembaban udara absolut, ialah banyaknya uap air yang terdapat di udara pada suatu
tempat. Dinyatakan dengan banyaknya gram uap air dalam 1 m³ udara.
2) Kelembaban udara relatif, ialah perbandingan jumlah uap air dalam udara (kelembaban
absolut) dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara tersebut dalam
suhu
yang
sama
dan
dinyatakan
dalam
persen
(%).
Contoh:
Dalam 1 m³ udara yang suhunya 20º C terdapat 14 gram uap air (basah absolut = 14 gram),
sedangkan uap air maksimum yang dapat dikandungnya pada suhu 20º C = 20 gram.
Jadi
kelembaban
relatif
udara
itu
=
14
x
100%
=
70%.
100
d) Angin
Angin adalah udara yang bergerak. Angin terjadi sebagai akibat adanya perbedaan tekanan
udara. Udara bergerak dari daerah yang bertekanan maksimum ke daerah yang bertekanan
minimum. Gerakan udara secara vertikal dinamakan konveksi. Gerakan udara secara
horizontal dinamakan adveksi, sedangkan gerakan udara yang tidak teratur disebut dengan
turbulensi. Alat untuk mengukur kecepatan angin adalah anemometer.
Ada tiga hal penting yang menyangkut sifat angin yaitu:
•
Kekuatan
angin
Menurut hukum Stevenson, kekuatan angin berbanding lurus dengan gradient barometriknya.
Gradient baromatrik ialah angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar
pada tiap jarak 15 meridian (111 km).
•
Arah
Satuan yang digunakan untuk besaran arah
1
derajat
untuk
angin
90
derajat
untuk
angin
180
derajat
untuk
angin
270 derajat untuk angin arah dari Barat.
angin
angin biasanya adalah derajat.
arah
dari
Utara.
arah
dari
Timur.
arah
dari
Selatan.
Angin menunjukkan dari mana datangnya angin dan bukan ke mana angin itu bergerak.
Menurut hukum Buys Ballot, udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi (maksimum)
ke daerah bertekanan rendah (minimum), di belahan bumi utara berbelok ke kanan sedangkan
di belahan bumi selatan berbelok ke kiri.
Arah
angin
dipengaruhi
oleh
•
Gradient
•
Rotasi
•
Kekuatan
yang
menahan
Makin besar gradient barometrik, makin besar pula kekuatannya.
tiga
faktor:
barometrik
bumi
(rintangan)
Angin yang besar kekuatannya makin sulit berbelok arah. Rotasi bumi, dengan bentuk bumi
yang bulat, menyebabkan pembelokan arah angin. Pembelokan angin di ekuator sama dengan
0 (nol). Makin ke arah kutub pembelokannya makin besar. Pembelokan angin yang mencapai
90º sehingga sejajar dengan garis isobar disebut angin geotropik. Hal ini banyak terjadi di
daerah beriklim sedang di atas samudra. Kekuatan yang menahan dapat membelokan arah
angin. Sebagai contoh, pada saat melalui gunung, angin akan berbelok ke arah kiri, ke kanan
atau ke atas.
ATMOSFER
Setelah membaca materi ini, siswa diharapkan dapat :
· Mendeskripsikan sifat-sifat fisik lapisan atmosfer
· Mengidentifikasi ciri-ciri lapisan atmosfer dan pemanfaatannya
· Mendeskripsikan cuaca dan iklim
· Mengidentifikasi factor yang mempengaruhi terjadinya cuaca dan iklim
· Menghitung suhu suatu daerah berdasarkan ketinggian di atas permukaan air laut
· Menganalisis proses terjadinya angin dan memberikan contoh-contohnya
· Mengidentifikasi tipe hujan (orografis, zenithal, frontal)
· Mengklasifikasi berbagai tipe iklim
· Menyajikan informasi tentang persebaran iklim di Indonesia
· Mendeskripsikan pengaruh atmosfer bagi kehidupan
materi IPS : Atmosfer meloputi Pengertian Atmosfer, Sifat fisik Atmosfer, Lapisan-lapisan
Atmosfer, Struktur Atmosfer, Cuaca dan Iklim serta pengaruh atmosfer, cuaca, dan iklim
terhadap kehidupan..
Pengertian Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari
permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di Bumi, atmosfer terdapat dari
ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan
Bumi.
A. Sifat Fisik Atmosfer
Salah satu objek geografi adalah atmosfer. Atmosfer merupakan lapisan udara yang
menyelubungi bumi. Lapisan ini berfungsi sebagai payung atau pelindung kehidupan di bumi
dari radiasi matahari yang kuat pada siang hari dan mencegah hilangnya panas ke ruang
angkasa pada malam hari.
Manusia dapat bertahan sampai satu hari tanpa air di daerah gurun yang paling panas, tetapi
tanpa udara manusia hanya bertahan beberapa menit saja. Jadi Anda tentu bisa
menyimpulkan sendiri betapa pentingnya udara bagi kehidupan di bumi. Karena tanpa udara,
maka manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak dapat hidup. Udara untuk kehidupan
sehari-hari terdapat di atmosfer.
Atmosfer juga merupakan penghambat bagi benda-benda angkasa yang bergerak melaluinya
sehingga sebagian meteor yang melalui atmosfer akan menjadi panas dan hancur sebelum
mencapai permukaan bumi. Lapisan atmosfer merupakan campuran dari gas yang tidak
tampak dan tidak berwarna.
Kondisi dan manfaat gas dalam atmosfer antara lain:
1) Nitrogen (N2) jumlahnya paling banyak, meliputi 78 bagian. Nitrogen tidak langsung
bergabung dengan unsur lain, tapi merupakan bagian dari senyawa organik.
2) Oksigen (O2) sangat penting bagi kehidupan, yaitu untuk mengubah zat makanan menjadi
energi hidup.
3) Karbon dioksida (CO2) menyebabkan efek rumah kaca (greenhouse) transparan terhadap
radiasi gelombang pendek dan menyerap radiasi gelombang panjang. Dengan demikian
kenaikan kosentrasi CO2 di dalam atmosfer akan menyebabkan kenaikan suhu di bumi.
4) Ozon (O3) adalah gas yang sangat aktif dan merupakan bentuk lain dari oksigen. Gas ini
terdapat pada ketinggian antara 20 hingga 30 km. Ozon dapat menyerap radiasi ultra violet
yang mempunyai energi besar dan berbahaya bagi tubuh manusia.
Salah satu unsur yang penting dalam atmosfer adalah uap air. Uap air (H2O) sangat penting
dalam proses cuaca atau iklim, karena dapat merubah fase (wujud) menjadi fase cair, atau
fase padat melalui kondensasi dan deposisi.
Uap air merupakan senyawa kimia udara dalam jumlah besar yang tersusun dari dua bagian
hidrogen dan satu bagian oksigen. Uap air yang terdapat diatmosfer merupakan hasil
penguapan dari laut, danau, kolam, sungai dan transpirasi tanaman. Atmosfer selalu dikotori
oleh debu. Debu adalah istilah yang dipakai untuk benda yang sangat kecil sehingga tidak
tampak kecuali dengan mikroskop. Jumlah debu berubah-ubah tergantung pada tempat.
Sumber debu beraneka ragam, yaitu asap, abu vulkanik, pembakaran bahan bakar, kebakaran
hutan, smog dan lainnya. Smog singkatan dari smoke and fog adalah kabut tebal yang sering
dijumpai di daerah industri yang lembab. Debu dapat menyerap, memantulkan, dan
menghamburkan radiasi matahari. Debu atmosferik dapat disapu turun ke permukaan bumi
oleh curah hujan, tetapi kemudian atmosfer dapat terisi partikel debu kembali. Debu atmosfer
adalah kotoran yang terdapat di atmosfer.
B. Struktur Vertikal Atmosfer
Atmosfer mempunyai beberapa lapisan udara yang ketebalan dan karakteristiknya berbedabeda. Secara vertikal pembagian lapisan atmosfer berdasarkan suhu. Pembagian lapisan
atmosfer berdasarkan suhu:
1) Troposfer
Lapisan troposfer merupakan lapisan udara yang paling rendah. Lapisan ini di khatulistiwa
mempunyai ketebalan berkisar 16 km, di daerah sedang ketebalannya berkisar 11 km, dan di
daerah kutub berkisar 8 km. Rata-rata kedalaman lapisan troposfer adalah 12 km. Pada
lapisan ini, peristiwa-peristiwa cuaca, seperti angin, awan, dan hujan terjadi. Pada lapisan ini
terdapat penurunan suhu yang terjadi karena sangat sedikitnya troposfer menyerap radiasi
gelombang pendek dari matahari, sebaliknya permukaan tanah memberikan panas pada
lapisan troposfer yang terletak di atasnya; melalui konduksi, konveksi, kondensasi dan
sublimasi yang dilepaskan oleh uap air atmosfer. Konduksi adalah proses pemanasan secara
merambat. Konveksi adalah proses pemanasan secara mengalir. Kondensasi adalah proses
pendinginan yang mengubah wujud uap air menjadi air. Sublimasi adalah proses perubahan
wujud es menjadi uap air. Suhu udara di daerah tropis pada ketinggian 0 m di atas permukaan
laut berkisar 27ºC, sedangkan di bagian atas yang berbatasan dengan tropopause suhunya
berkisar 62ºC. Dengan demikian, setiap ada kenaikan tinggi tempat maka suhunya semakin
turun. Menurut Teori Braak, setiap naik 100 m maka suhu akan turun 0,61ºC.
2) Stratosfer
Lapisan stratosfer berada di atas tropopause sampai ketinggian berkisar 49 km dari
permukaan laut. Pada stratosfer terdapat lapisan isothermal, yaitu pada ketinggian antara 1120 km dengan suhu udara beragam ± -60ºC dan lapisan inverse pada ketinggian antara 20-49
km. Pada lapisan inverse suhu udara semakin ke atas semakin meningkat dan sampai
ketinggian 49 km suhu udara mencapai -5ºC. Meningkatnya suhu udara ini disebabkan oleh
adanya kandungan gas ozon (Oɜ). Di atas stratosfer terdapat lapisan stratopause yang
merupakan pembatas antara stratosfer dengan mesosfer. Lapisan isothermal atau lapisan
inverse artinya suhu udara bertambah tinggi (panas) seiring dengan naiknya ketinggian.
3) Mesosfer
Lapisan mesosfer terdapat pada ketinggian antara 49-85 km di atas permukaan bumi. Pada
lapisan ini setiap naik 1.000 m, suhu udara akan turun 2,5º-3ºC, sehingga suhu pada lapisan
paling atas mencapai -90ºC. Lapisan mesosfer dengan lapisan di atasnya dibatasi oleh lapisan
mesopause.
4) Termosfer
Lapisan ini terletak pada ketinggian antara 85-500 km di atas permukaan bumi yang lebih
sering disebut dengan lapisan panas (hot layer). Suhu udara di bagian bawah berkisar -90ºC,
sedangkan di bagian atas mencapai kurang lebih 1010ºC. Pada lapisan ini terdapat lapisan
ionosfer yang terletak antara 85-375 km di atas permukaan bumi. Partikel-partikel ion yang
dihasilkan pada lapisan ini berfungsi untuk memantulkan gelombang radio, baik gelombang
panjang maupun gelombang
pendek.
5) Eksosfer
Lapisan eksosfer berada di atas 500 km di atas permukaan bumi. Molekul-molekul pada
lapisan ini selalu bergerak dengan kecepatan yang tinggi. Pengaruh gravitasi bumi terhadap
molekul-molekul di sini sangat kecil, sedangkan pengaruh angkasa luar lebih besar sehingga
molekul-molekul yang ada sering meninggalkan atmosfer.
Fungsi Atmosfer
Atmosfer mempunyai peranan besar dalam kehidupan yang ada di permukaan bumi. Peranan
atmosfer tersebut sebagai berikut:
• Melindungi bumi dari jatuhnya meteor atau benda angkasa yang lain.
• Menjaga temperatur udara di permukaan bumi agar tetap bermanfaat untuk kehidupan.
• Memantulkan gelombang radio.
Selain itu, gas-gas yang ada di atmosfer mempunyai peran masing-masing, sebagai berikut:
• Nitrogen untuk pertumbuhan tanaman.
• Oksigen untuk pernapasan.
• Karbondioksida untuk fotosintesis.
• Neon untuk lampu listrik.
• Ozon untuk menyerap sebagian radiasi matahari.
C. Cuaca dan Iklim
1. Pengertian Cuaca dan Iklim
Apakah Anda bisa membedakan antara cuaca dengan iklim? Untuk mengetahuinya cobalah
Anda simak pernyataan ini “Hari ini sangat cerah”, dan “Bulan bulan belakangan ini tidak
tampak turun hujan, sehingga dimana-mana terjadi kekeringan”. Nah bisakah Anda
membedakan pernyataan tersebut? Pernyataan yang pertama menunjukkan saat itu juga,
waktunya sangat singkat. Dan saya percaya Anda pasti bisa menjawab bahwa pernyataan
pertama adalah menunjukkan “cuaca” dan pernyataan yang kedua, karena waktunya sangat
lama/panjang, hal itu menunjukkan “iklim”. Benarkah demikian?
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan
pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka
waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya: pagi hari, siang hari atau sore hari, dan
keadaannya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat serta setiap jamnya. Di Indonesia keadaan
cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan cuaca hasil
analisis Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Departemen Perhubungan. Untuk negara
negara yang sudah maju perubahan cuaca sudah diumumkan setiap jam dan sangat akurat
(tepat).
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya
dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas.
Matahari adalah kendali iklim yang sangat penting dan sumber energi di bumi yang
menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali iklim yang lain, misalnya distribusi darat
dan air, tekanan tinggi dan rendah, massa udara, pegunungan, arus laut dan badai. Ilmu untuk
mengkaji tentang cuaca disebut meteorologi, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang iklim
disebut klimatologi.
2. Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi cuaca dan iklim, yaitu suhu udara, tekanan udara,
kelembaban udara, angin,curah hujan, dan awan.
a) Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara
atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukuran dinyatakan dalam skala
Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Termometer yang dapat mencatat sendiri adalah
termograph, sedangkan hasil catatannya disebut termogram.
Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke
kutub, makin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa
dingin jika ketinggian bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah
100 meter, suhu udara berkurang (turun) rata-rata 0,6º C. Penurunan suhu semacam ini
disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah
1º C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah adalah:
• Lama penyinaran matahari.
• Sudut datang sinar matahari.
• Relief permukaan bumi.
• Banyak sedikitnya awan.
• Perbedaan letak lintang.
Di Indonesia, keadaan suhu udara relatif bervariasi. Rata-rata suhu tahunan, di Indonesia
sekitar 26,8º C. Dalam peta, daerah-daerah yang suhu udaranya sama dihubungkan dengan
garis isotherm.
Tx = To – 0,6 x h
100
Untuk mengetahui temperatur rata-rata suatu tempat digunakan rumus:
Keterangan:
Tx = temperatur rata rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat (x)
Contoh:
Temperatur permukaan laut = 27ºC. Kota X tingginya 1500 m (di Indonesia).
Tanya: Berapa temperatur rata rata kota X?
Jawab: Tx = To – 0,6 x h
100
= 27º – 0,6 x 1500
100
= 27º – 0,6 x 15
= 27º – 9º
= 18º C
b) Tekanan Udara
Kepadatan udara tidak sepadat tanah dan air. Namun udarapun mempunyai berat dan tekanan.
Besar atau kecilnya tekanan udara, dapat diukur dengan menggunakan barometer. Orang
pertama yang mengukur tekanan udara adalah Torri Celli (1643). Alat yang digunakannya
adalah barometer raksa. Tekanan udara menunjukkan tenaga yang bekerja untuk
menggerakkan masa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Tekanan udara semakin rendah
apabila semakin tinggi dari permukaan laut. Satuan ukuran tekanan udara adalah milibar
(mb).
Tekanan udara 76 cm Hg sama dengan 1,013 mb. Angka tersebut didasarkan pada kerapatan
air raksa pada suhu 0ºC, yaitu 13,951 dan percepatan gravitasi, yaitu 0,980335.
Perhitungannya sebagai berikut.
1 atm : 76 cm Hg
Tekanan udara : 76 x 13,591 x 0,980335
: 1,01325 (atau dibulatkan menjadi 1,013 mb)
Sebaran tekanan udara di suatu daerah dapat digambarkan dalam peta yang ditunjukkan oleh
isobar. Isobar merupakan garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai
tekanan udara sama. Bidang isobar ialah bidang yang tiap-tiap titiknya mempunyai tekanan
udara sama. Jadi perbedaan suhu akan menyebabkan perbedaan tekanan udara. Daerah yang
banyak menerima panas matahari, udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu,
daerah tersebut bertekanan udara rendah. Ditempat lain terdapat tekanan udara tinggi
sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan udara
rendah. Gerakan udara tersebut dinamakan angin.
c) Kelembaban Udara
Kelembaban udara menunjukkan banyaknya kandungan uap air di dalam udara. Kandungan
uap air yang ada di udara dapat diukur dengan menggunakan alat, yaitu higrometer atau
psychrometer. Kelembaban udara dapat dinyatakan dalam bentuk kelembaban relatif dan
kelembaban mutlak.
Ada dua macam kelembaban udara:
1) Kelembaban udara absolut, ialah banyaknya uap air yang terdapat di udara pada suatu
tempat. Dinyatakan dengan banyaknya gram uap air dalam 1 m³ udara.
2) Kelembaban udara relatif, ialah perbandingan jumlah uap air dalam udara (kelembaban
absolut) dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara tersebut dalam
suhu yang sama dan dinyatakan dalam persen (%).
Contoh:
Dalam 1 m³ udara yang suhunya 20º C terdapat 14 gram uap air (basah absolut = 14 gram),
sedangkan uap air maksimum yang dapat dikandungnya pada suhu 20º C = 20 gram.
Jadi kelembaban relatif udara itu = 14 x 100% = 70%.
100
d) Angin
Angin adalah udara yang bergerak. Angin terjadi sebagai akibat adanya perbedaan tekanan
udara. Udara bergerak dari daerah yang bertekanan maksimum ke daerah yang bertekanan
minimum. Gerakan udara secara vertikal dinamakan konveksi. Gerakan udara secara
horizontal dinamakan adveksi, sedangkan gerakan udara yang tidak teratur disebut dengan
turbulensi. Alat untuk mengukur kecepatan angin adalah anemometer.
Ada tiga hal penting yang menyangkut sifat angin yaitu:
• Kekuatan angin
Menurut hukum Stevenson, kekuatan angin berbanding lurus dengan gradient barometriknya.
Gradient baromatrik ialah angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar
pada tiap jarak 15 meridian (111 km).
• Arah angin
Satuan yang digunakan untuk besaran arah angin biasanya adalah derajat.
1 derajat untuk angin arah dari Utara.
90 derajat untuk angin arah dari Timur.
180 derajat untuk angin arah dari Selatan.
270 derajat untuk angin arah dari Barat.
Angin menunjukkan dari mana datangnya angin dan bukan ke mana angin itu bergerak.
Menurut hukum Buys Ballot, udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi (maksimum)
ke daerah bertekanan rendah (minimum), di belahan bumi utara berbelok ke kanan sedangkan
di belahan bumi selatan berbelok ke kiri.
Arah angin dipengaruhi oleh tiga faktor:
• Gradient barometrik
• Rotasi bumi
• Kekuatan yang menahan (rintangan)
Makin besar gradient barometrik, makin besar pula kekuatannya.
Angin yang besar kekuatannya makin sulit berbelok arah. Rotasi bumi, dengan bentuk bumi
yang bulat, menyebabkan pembelokan arah angin. Pembelokan angin di ekuator sama dengan
0 (nol). Makin ke arah kutub pembelokannya makin besar. Pembelokan angin yang mencapai
90º sehingga sejajar dengan garis isobar disebut angin geotropik. Hal ini banyak terjadi di
daerah beriklim sedang di atas samudra. Kekuatan yang menahan dapat membelokan arah
angin. Sebagai contoh, pada saat melalui gunung, angin akan berbelok ke arah kiri, ke kanan
atau ke atas.
• Kecepatan angin
Atmosfer ikut berotasi dengan bumi. Molekul-molekul udara mempunyai kecepatan gerak ke
arah timur, sesuai dengan arah rotasi bumi. Kecepatan gerak tersebut disebut kecepatan linier.
Bentuk bumi yng bulat ini menyebabkan kecepatan linier makin kecil jika makin dekat ke
arah kutub.
Pada dasarnya jenis angin dapat dibedakan menjadi angin tetap, angin periodik, dan angin
lokal.
1) Angin Tetap
1.1) Angin Barat
Sebagian udara yang berasal dari daerah maksimum subtropis Utara dan Selatan mengalir ke
daerah sedang Utara dan daerah sedang Selatan sebagai angin Barat. Pengaruh angin Barat di
belahan bumi Utara tidak begitu terasa karena hambatan dari benua. Di belahan bumi Selatan
pengaruh angin Barat ini sangat besar, tertama pada daerah lintang 60º LS. Di sini bertiup
angin Barat yang sangat kencang yang oleh pelaut-pelaut disebut roaring forties.
1.2) Angin Timur
Di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan bumi terdapat daerah dengan tekanan udara
maksimum. Dari daerah ini mengalirlah angin ke daerah minimum subpolar (60º LU/LS).
Angin ini disebut angin Timur. Angin timur ini bersifat dingin karena berasal dari daerah
kutub.
1.3) Angin Passat
Angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke
daerah ekuator (khatulistiwa).
• Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara.
• Angin Passat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.
Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena temperatur di daerah tropis
selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah
pertemuan kedua angin passat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik
(DKAT). DKAT ditandai dengan temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara
ini, wilayah DKAT terbebas dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah
doldrum (wilayah tenang).
1.4) Angin Anti Passat
Udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah kutub dan turun di daerah maksimum
subtropik merupakan angin Anti Passat. Di belahan bumi Utara disebut Angin Anti Passat
Barat Daya dan di belahan bumi Selatan disebut Angin Anti Passat Barat Laut. Pada daerah
sekitar lintang 20º-30º LU dan LS, angin anti passat kembali turun secara vertikal sebagai
angin yang kering. Angin kering ini menyerap uap air di udara dan permukaan daratan.
Akibatnya, terbentuk gurun di muka bumi, misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara
(Afrika), dan gurun di Australia. Di daerah Subtropik (30º – 40º LU/LS) terdapat daerah
“teduh subtropik” yang udaranya tenang, turun dari atas, dan tidak ada angin. Sedangkan di
daerah ekuator antara 10o LU – 10o LS terdapat juga daerah tenang yang disebut daerah
“teduh ekuator” atau “daerah doldrum”
2) Angin Periodik
2.1) Angin Muson (Monsun)
Angin muson ialah angin yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun.
Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun
berikutnya bertiup angin laut yang basah.
Angin muson laut adalah angin yang terjadi pada musim panas, di antara tekanan udara
minimum dan di laut maksimum.
Angin muson darat adalah angin yang terjadi pada musim dingin, tekanan udara di daratan
maksimum dan di laut minimum, bersifat kering.
Pada bulan Oktober – April, matahari berada pada belahan langit Selatan, sehingga benua
Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari dari benua Asia. Akibatnya di
Australia terdapat pusat tekanan udara rendah (depresi) sedangkan di Asia terdapat pusatpusat tekanan udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia
ke benua Australia. Di Indonesia angin ini merupakan angin musim Timur Laut di belahan
bumi Utara dan angin musim Barat di belahan bumi Selatan. Oleh karena angin ini melewati
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia maka banyak membawa uap air, sehingga pada
umumnya di Indonesia terjadi musim penghujan. Musim penghujan meliputi hampir seluruh
wilayah Indonesia, hanya saja persebarannya tidak merata. Makin ke Timur curah hujan
makin berkurang karena kandungan uap airnya makin sedikit. Pada bulan April – Oktober,
matahari berada di belahan langit Utara, sehingga benua Asia lebih panas daripada benua
Australia.
Akibatnya, di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah, sedangkan di Australia
terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi yang menyebabkan terjadinya angin dari Australia
menuju Asia. Di Indonesia, terjadi angin musim timur di belahan bumi Selatan dan angin
musim barat daya di belahan bumi Utara. Oleh karena tidak melewati lautan yang luas maka
angin tidak banyak mengandung uap air oleh karena itu pada umumnya di Indonesia terjadi
musim kemarau, kecuali pantai barat Sumatera, Sulawesi Tenggara, dan pantai Selatan Irian
Jaya. Antara kedua musim tersebut ada musim yang disebut Musim Pancaroba (Peralihan),
yaitu: Musim Kemareng yang merupakan peralihan dari musim penghujan ke musim
kemarau, dan Musim Labuh yang merupakan peralihan musim kemarau ke musim
penghujan. Adapun ciri-ciri musim pancaroba yaitu: Udara terasa panas, arah angin tidak
teratur dan terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu singkat dan lebat.
2.2) Angin Lokal
Di samping angin musim, di Indonesia juga terdapat angin lokal (setempat) yaitu sebagai
berikut:
a) Angin darat dan angin laut
Angin ini terjadi di daerah pantai. Pada siang hari daratan lebih cepat menerima panas
dibandingkan dengan lautan. Angin bertiup dari laut ke darat, disebut angin laut. Sebaliknya,
pada malam hari daratan lebih cepat melepaskan panas dibandingkan dengan lautan. Daratan
bertekanan maksimum dan lautan bertekanan minimum. Angin bertiup dari darat ke laut,
disebut angin darat.
b) Angin lembah dan angin gunung
Pada siang hari udara yang seolah-olah terkurung pada dasar lembah lebih cepat panas
dibandingkan dengan udara di puncak gunung yang lebih terbuka (bebas), maka udara
mengalir dari lembah ke puncak gunung menjadi angin lembah. Sebaliknya pada malam hari
udara mengalir dari gunung ke lembah menjadi angin gunung.
c) Angin Jatuh yang sifatnya kering dan panas
Angin jatuh atau Fohn ialah angin jatuh bersifatnya kering dan panas terdapat di lereng
pegunungan Alpine. Sejenis angin ini banyak terdapat di Indonesia dengan nama angin
Bahorok (Deli), angin Kumbang (Cirebon), angin Gending di Pasuruan (Jawa Timur), dan
Angin Brubu di Sulawesi Selatan).
d) Angin siklon dan angin antisiklon
• Angin siklon adalah angin di daerah depresi yang memiliki barometris minimum dan
dikelilingi barometris maksimum.
• Angin antisiklon adalah angin di daerah kompresi yang memiliki barometris maksimum dan
dikelilingi barometris minimum.
Macam-macam angin siklon, yaitu
• Taifun di Asia Timur
• Tornado di USA
e) Curah Hujan
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat
untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Raingauge. Curah hujan diukur dalam
harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
• bentuk medan/topografi
• arah lereng medan
• arah angin yang sejajar dengan garis pantai
• jarak perjalanan angin di atas medan datar
Hujan ialah peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari
atmosfer ke permukaan bumi. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai curah hujan yang sama disebut Isohyet.
1) Klasifikasi hujan
1.1) Berdasarkan ukuran butirannya ,hujan dibedakan menjadi:
a. hujan gerimis/drizzle, diameter butir-butirannya kurang dari 0,5 mm;
b. hujan salju/snow, terdiri dari kristal-kristal es yang temperatur udaranya berada di bawah
titik beku;
c. hujan batu es, merupakan curahan batu es yang turun di dalam cuaca panas dari awan yang
temperaturnya di bawah titik beku; dan
b. • hujan deras/rain, yaitu curahan air yang turun dari awan yang temperaturnya di atas titik
beku dan diameter butirannya kurang lebih 7 mm.
1.2 ) Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan atas:
a. Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang terjadi di daerah front, yang disebabkan oleh pertemuan dua
massa udara yang berbeda temperaturnya. Massa udara panas/lembab bertemu dengan massa
udara dingin/padat sehingga berkondensasi dan terjadilah hujan.
b. Hujan Zenithal/ Ekuatorial/ Konveksi/ Naik Tropis
Jenis hujan ini terjadi karena udara naik disebabkan adanya pemanasan tinggi. Terdapat di
daerah tropis antara 23,5º LU – 23,5º LS. Oleh karena itu disebut juga hujan naik tropis. Arus
konveksi menyebabkan uap air di ekuator naik secara vertikal sebagai akibat pemanasan air
laut terus menerus. Terjadilah kondensasi dan turun hujan. Itulah sebabnya jenis hujan ini
dinamakan juga hujan ekuatorial atau hujan konveksi. Disebut juga hujan zenithal karena
pada umumnya hujan terjadi pada waktu matahari melalui zenit daerah itu. Semua tempat di
daerah tropis itu mendapat dua kali hujan zenithal dalam satu tahun.
c. Hujan Orografis/Hujan Naik Pegunungan
Terjadi karena udara yang mengandung uap air dipaksa oleh angin mendaki lereng
pegunungan yang makin ke atas makin dingin sehingga terjadi kondensasi, terbentuklah awan
dan jatuh sebagai hujan. Hujan yang jatuh pada lereng yang dilaluinya disebut hujan
orografis, sedangkan di lereng sebelahnya bertiup angin jatuh yang kering dan disebut daerah
bayangan hujan.
f) Awan
Awan ialah kumpulan titik-titik air/kristal es di dalam udara yang terjadi karena adanya
kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara. Awan yang menempel di
permukaan bumi disebut kabut.
1) Menurut morfologinya (bentuknya)
Berdasatkan morfologinya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Awan Commulus yaitu awan yang bentuknya bergumpal-gumpal (bunar-bundar) dan
dasarnya horizontal.
b. Awan Stratus yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapat menutupi langit
secara merata. Dalam arti khusus awan stratus adalah awan yang rendah dan luas.
c. Awan Cirrus yaitu awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat, berbentuk seperti
bulu burung. Sering terdapat kristal es tapi tidak dapat menimbulkan hujan.
2) Berdasarkan ketinggiannya
Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Awan tinggi (lebih dari 6000 m – 9000 m), karena tingginya selalu terdiri dari kristalkristal es.
• Cirrus (Ci) : awan tipis seperti bulu burung.
• Cirro stratus (Ci-St) : awan putih merata seperti tabir.
• Cirro Cumulus (Ci-Cu) : seperti sisik ikan.
b. Awan sedang (2000 m – 6000 m)
• Alto Comulus (A-Cu) : awan bergumpal gumpal tebal.
• Alto Stratus (A- St) : awan berlapis-lapis tebal.
c. Awan rendah (di bawah 200 m)
• Strato Comulus (St-Cu) : awan yang tebal luas dan bergumpalgumpal.
• Stratus (St) : awan merata rendah dan berlapis-lapis.
• Nimbo Stratus (No-St) : lapisan awan yang luas, sebagian telah merupakan hujan.
d. Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada ketinggian 500–1500 m
• Cummulus (Cu) : awan bergumpal-gumpal, dasarnya rata.
• Comulo Nimbus (Cu-Ni): awan yang bergumpal gumpal luas dan sebagian telah merupakan
hujan, sering terjadi angin ribut.
3. Pembagian wilayah iklim
Terjadinya iklim yang bermacam-macam di muka bumi, disebabkan karena rotasi dan
revolusi bumi dan adanya perbedaan garis lintang. Pembagian wilayah iklim berdasar garis
lintang disebut iklim matahari. Hal ini terjadi akibat adanya revolusi bumi atau pergeseran
semu matahari dari 23½º LU – 23½º LS. Adanya pergeseran semu matahari menyebabkan
perbedaan suhu antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Klasifikasi iklim matahari,
didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi.
Pembagian daerah iklimnya adalah:
a) Daerah iklim tropis : 0º – 23,5 º LU/LS
b) Daerah iklim sub tropis : 23,5 º – 40 º LU/LS
c) Daerah iklim sedang : 40 º – 66,5 º LU/LS
d) Daerah iklim dingin : 66,5 º – 90 º LU/LS
4. Persebaran iklim di Indonesia
Indonesia terletak di antara 23½º LU – 23½º LS sehingga disebut dengan daerah tropis.
Menurut Koppen, yang mengklasifikasikan iklim berdasarkan curah hujan dan temperatur,
membagi iklim dalam 5 daerah iklim, dinyatakan dengan simbol huruf. Berdasarkan
klasifikasi Koppen, sebagian besar wilayah Indonesia beriklim A, di daerah pegunungan
beriklim C, dan di Puncak Jaya Wijaya beriklim E. Tipe iklim A dibagi menjadi 3 sub tipe
yang ditandai dengan huruf kecil yaitu f, w dan m sehingga terbentuk tipe iklim Af , Aw dan
Am.
1) Hutan hujan tropis (Af)
Daerah yang termasuk tipe iklim ini adalah daerah yang memiliki rata-rata curah hujan bulan
terkering lebih besar dari 60 mm. Oleh karena itu, hutan di daerah ini lebat. Wilayah
Indonesia yang memiliki tipe iklim Af antara lain Sumatera, sebagian kecil Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi Utara.
2) Monsun tropika (Am)
Daerah yang termasuk tipe iklim ini adalah daerah yang jumlah hujan pada bulan-bulan basah
dapat mengimbangi kekurangan air hujan pada bulan-bulan kering. Di daerah ini hutan masih
dapat lebat. Di Indonesia wilayah yang yang mempunyai tipe iklim Am adalah sebagian besar
Jawa, sebagian Sulawesi Selatan, dan pantai selatan Papua.
3) Savana (Aw)
Daerah yang termasuk tipe iklim ini adalah daerah dengan curah hujan bulan-bulan basah
tidak dapat mengimbangi kekurangan air pada bulan-bulan kering. Oleh karena itu, vegetasi
yang ada di daerah ini hanyalah padang rumput atau pohon-pohon yang mempunyai
kebutuhan air sedikit. Di Indonesia wilayah yang mempunyai tipe iklim Aw meliputi Madura,
Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Aru.
D. Pengaruh Atmosfer, cuaca dan Iklim terhadap Kehidupan
Tahukah kamu, mengapa kita yang hidup di kawasan Asia sebagian besar mempunyai
makanan pokok berupa nasi? Mengapa wilayah Negara kita tidak menghasilkan kurma
seperti yang dihasilkan oleh kawasan di Timur Tengah? Semua ini karena adanya pengaruh
atmosfer terutama unsur iklim. Iklim menjadi pembatas pertumbuhan dan persebaran jenis
tanaman di muka Bumi karena itu pula iklim membatasi hasil panen. Persebaran fauna juga
dipengaruhi oleh iklim, baik secara fisik maupun dari jenis makanannya. Namun, pola iklim
yang sekarang ada, bisa terjadi perubahan, baik secara lokal maupun global. Perubahan iklim
secara global disebabkan meningkatnya konsentrasi gas di dalam atmosfer. Hasil pembakaran
batu bara, minyak bumi, serta gas buangan seperti karbon dioksida, metana, dan nitrous
oksida akan menyelimuti Bumi sehingga radiasi yang berlebihan akan tertahan di Bumi.
Akibatnya, suhu Bumi naik dan semakin panas, akhirnya terjadi pemanasan global.
Perubahan iklim yang diperkirakan akan menyertai pemanasan global sebagai berikut:
Mencairnya bongkahan es di kutub sehingga permukaan laut naik.
Muka air laut akan naik dan menenggelamkan pulau serta menimbulkan banjir di wilayah
pesisir dan dataran rendah sekitarnya.
Berubahnya pola iklim, terutama yang mengandalkan musim hujan seperti pertanian padi.
Suhu Bumi yang panas menyebabkan mengeringnya air permukaan sehingga ketersediaan air
menjadi langka.
Meningkatnya risiko kebakaran hutan.
Perubahan iklim sangat dirasakan penduduk Indonesia akibat dampak dari La Nina dan El
Nino. Setiap 2–10 tahun, iklim di Samudra Pasifik bagian selatan mengalami perubahan yang
ekstrem. Wilayah Asia Timur yang biasanya menerima banyak hujan menjadi kering,
sedangkan pantai barat Amerika Selatan yang biasanya kering menerima hujan yang lebat.
Fenomena alam ini disebut dengan El Nino (bahasa Spanyol) dan biasanya terjadi pada bulan
Desember. Gejala El Nino menyebabkan pergeseran iklim. Wilayah Asia tidak mendapat
hujan karena hujan beralih ke bagian barat Amerika Selatan. Terjadinya hujan lebat di bagian
barat Amerika Selatan menimbulkan banjir dan tanah longsor. Sebaliknya, El Nino
menyebabkan musim kemarau yang berkepanjangan di daerah Asia, Australia, dan Afrika,
termasuk di Indonesia.
Di Indonesia, gejala El Nino menyebabkan keterlambatan musim tanam atau panen. Tanaman
padi menjadi kering dan mati. Petani banyak yang gagal panen karena sawahnya mengalami
puso. Gejala iklim ekstrem yang lain adalah La Nina. Sifat-sifat La Nina berkebalikan dengan
El Nino. La Nina terbentuk apabila arus udara dan air laut di Samudra Pasifik dekat pantai
barat Amerika Selatan saling memperkuat sehingga angin bertiup sangat kencang. Air laut
hangat banyak mengalir kearah barat sehingga wilayah Asia, termasuk Indonesia mengalami
hujan lebat, sedangkan wilayah Amerika Selatan mengalami kekeringan.
Perbedaan cuaca atau iklim dari satu tempat ke tempat lain berpengaruh terhadap kegiatan
masyarakat. Pengaruh tersebut antara lain pada jenis pakaian, bentuk rumah, dan mata
pencaharian. Perbedaan cuaca atau iklim dipengaruhi oleh perbedaan tempat. Semakin ke
arah gunung (tempat tinggi), udara akan semakin dingin dan curah hujan semakin besar.
Semakin ke arah dataran rendah maka suhu akan semakin panas demikian juga curah hujan
akan semakin kecil. Iklim juga merupakan faktor yang menentukan tinggi-rendahnya
kebudayaan, bahkan kunci peradaban/kebudayaan masyarakat, yaitu karena hal-hal berikut:
Iklim dapat membatasi atau mendukung kegiatan manusia. Misalnya, daerah yang sangat
dingin, daerah yang sangat panas atau kering merupakan daerahdaerah yang mempengaruhi
dan membatasi bidang- bidang pertanian. Dan daerah yang bersuhu panas dapat melemahkan
energi dan aktivitas kerja fisik.
Perubahan iklim berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Misalnya, pada saat musim
penghujan banyak kasus penyakit demam berdarah. Begitu juga banyak kasus penyakit
muntah berak pada musim panas yang banyak hujan.
Sumber : https://taufikibrahim.wordpress.com/download/materi-ajar-ips/materi-ips-kls-7smt-2-ktsp/
Demikian materi IPS : Atmosfer meloputi Pengertian Atmosfer, Sifat fisik Atmosfer,
Lapisan-lapisan Atmosfer, Struktur Atmosfer, Cuaca dan Iklim serta pengaruh atmosfer,
cuaca, dan iklim terhadap kehidupan.. Semoga bermanfaat...
Download