AIDS - Blog UMY Community

advertisement
AIDS
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Acquired
immunodeficiency
syndrome (AIDS)
Klasifikasi & sumber
eksternal
Pita Merah terlipat
adalah simbol
solidaritas orang-orang
yang positif terinfeksi
virus HIV dan AIDS.
ICD-10 B24.
ICD-9 042
DiseasesDB 5938
MedlinePlus 000594
eMedicine emerg/253
MeSH D000163
Daftar singkatan
dalam artikel ini :
AIDS: Acquired
immune deficiency
syndrome
HIV: Human
immunodeficiency
virus
CD4+: Sel T
pembantu
CCR5: Chemokine
(C-C motif) receptor
5
CDC: Centers for
Disease Control and
Prevention
WHO: World
Health Organization
PCP: Pneumocystis
pneumonia
TB: Tuberkulosa
MTCT: Mother-tochild transmission
HAART: Highly
active antiretroviral
therapy
STI/STD: Sexually
transmitted
infection/disease
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired
Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS)
adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virusvirus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya
(SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency
Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang
menurunkan kekebalan pada tubuh manusia. Orang
yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun
penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan
melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani,
cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.[2][3]
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum
suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS
berasal dari Afrika Sub-Sahara.[4] Kini AIDS telah
menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah
menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia.[5] Pada
Januari 2006, UNAIDS bekerjasama dengan WHO
memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan
kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali
diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian,
penyakit ini merupakan salah satu wabah paling
mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah
menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta
jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa
di antaranya adalah anak-anak.[5] Sepertiga dari jumlah
kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga
memperlambat pertumbuhan ekonomi dan
menghancurkan kekuatan sumber daya manusia
mereka. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat
mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi
HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak
tersedia di semua negara.[6]
Hukuman sosial bagi penderita yang terkena
HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan
dengan penderita penyakit mematikan lainnya.
Terkadang hukuman sosial tersebut juga turut mengenai
petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat
dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS
(ODHA).
Daftar isi
[sembunyikan]











1 Gejala dan komplikasi
o 1.1 Penyakit paru-paru utama
o 1.2 Penyakit saluran pencernaan utama
o 1.3 Penyakit saraf dan kejiwaan utama
o 1.4 Kanker dan tumor ganas (malignan)
o 1.5 Infeksi oportunistik lainnya
2 Penyebab
o 2.1 Penularan seksual
o 2.2 Kontaminasi patogen melalui darah
o 2.3 Penularan masa perinatal
3 Diagnosis
o 3.1 Sistem tahapan infeksi WHO
o 3.2 Sistem klasifikasi CDC
o 3.3 Tes HIV
4 Pencegahan
o 4.1 Hubungan seksual
o 4.2 Kontaminasi cairan tubuh terinfeksi
o 4.3 Penularan dari ibu ke anak
5 Penanganan
o 5.1 Terapi antivirus
o 5.2 Penanganan eksperimental dan saran
o 5.3 Pengobatan alternatif
6 Epidemiologi
7 Dampak ekonomi
8 Stigma
9 Asal mula HIV
10 Hipotesis alternatif
11 Kesalahpahaman HIV dan AIDS


12 Referensi
13 Pranala luar
[sunting] Gejala dan komplikasi
Gejala-gejala utama AIDS.
Berbagai gejala AIDS umumnya merupakan hasil dari
kondisi yang tidak akan terjadi pada orang-orang yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik.
Kebanyakan kondisi tersebut adalah akibat infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang
biasanya dikendalikan oleh elemen-elemen sistem
kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik
umum didapati pada penderita AIDS.[7] HIV
mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita
AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti
sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem
kekebalan yang disebut limfoma.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi
sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada
malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan,
merasa lemah, serta penurunan berat badan.[8][9] Infeksi
oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga
tergantung pada tingkat keseringan terjadinya infeksi
tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
[sunting] Penyakit paru-paru utama
Foto sinar-X pneumonia pada paru-paru, disebabkan
oleh Pneumocystis jirovecii.
Pneumonia pneumocystis (PCP)[10] jarang dijumpai
pada orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang
baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang
terinfeksi HIV.
Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis
jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan
tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara
Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan
kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini
masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-
orang yang belum dites, walaupun umumnya indikasi
tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang
dari 200 per µL.[11]
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara
infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat
ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten)
melalui rute pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan
mudah ditangani bila telah diidentifikasi, dapat muncul
pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui
terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC
terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial
pada penyakit ini. Meskipun munculnya penyakit ini di
negara-negara Barat telah berkurang karena
digunakannya terapi dengan pengamatan langsung dan
metode terbaru lainnya, namun tidaklah demikian yang
terjadi di negara-negara berkembang tempat HIV paling
banyak ditemukan. Pada stadium awal infeksi HIV
(jumlah CD4 >300 sel per µL), TBC muncul sebagai
penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HIV, ia
sering muncul sebagai penyakit sistemik yang
menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis
ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya biasanya bersifat
tidak spesifik (konstitusional) dan tidak terbatasi pada
satu tempat; maka sering menyerang sumsum tulang,
tulang, saluran kemih dan saluran pencernaan, hati,
kelenjar getah bening (nodus limfa regional), dan sistem
syaraf pusat.[12] Dengan demikian, gejala yang muncul
mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya
penyakit ekstrapulmoner.
[sunting] Penyakit saluran pencernaan utama
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan
(esofagus), yaitu jalur makanan dari mulut ke lambung.
Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini terjadi
karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus
(herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat
disebabkan oleh mikobakteria, meskipun kasusnya
langka.[13]
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi
HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab; antara lain
infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti
Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan
Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak
umum dan virus (seperti kriptosporidiosis,
mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex, dan
virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab
kolitis). Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek
samping dari obat-obatan yang digunakan untuk
menangani HIV, atau efek samping dari infeksi utama
(primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat
juga merupakan efek samping dari antibiotik yang
digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnya
pada Clostridium difficile). Pada stadium akhir infeksi
HIV, diare diperkirakan merupakan petunjuk terjadinya
perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi,
serta mungkin merupakan komponen penting dalam
sistem pembuangan yang berhubungan dengan HIV.[14]
[sunting] Penyakit saraf dan kejiwaan utama
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan
tingkah laku karena gangguan pada syaraf
(neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh
infeksi organisma atas sistem saraf yang telah menjadi
rentan, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu
sendiri.
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
parasit bersel-satu, yang disebut Toxoplasma gondii.
Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan
radang otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia
juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit
pada mata dan paru-paru.[15] Meningitis kriptokokal
adalah infeksi meninges (membran yang menutupi otak
dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus
neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit
kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin
mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak
ditangani dapat mematikan.
Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit
demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan
selubung saraf (mielin) yang menutupi serabut sel saraf
(akson), sehingga merusak penghantaran impuls saraf.
Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya
terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten, dan
menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan
sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien
AIDS. Penyakit ini berkembang cepat (progresif) dan
menyebar (multilokal), sehingga biasanya
menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah
diagnosis.[16]
Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan
kemampuan mental (demensia) yang terjadi karena
menurunnya metabolisme sel otak (ensefalopati
metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV; dan
didorong pula oleh terjadinya pengaktifan imun oleh
makrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami
infeksi HIV, sehingga mengeluarkan neurotoksin.[17]
Kerusakan saraf yang spesifik, tampak dalam bentuk
ketidaknormalan kognitif, perilaku, dan motorik, yang
muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV terjadi. Hal
ini berhubungan dengan keadaan rendahnya jumlah sel
T CD4+ dan tingginya muatan virus pada plasma darah.
Angka kemunculannya (prevalensi) di negara-negara
Barat adalah sekitar 10-20%,[18] namun di India hanya
terjadi pada 1-2% pengidap infeksi HIV.[19][20]
Perbedaan ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan
subtipe HIV di India.
[sunting] Kanker dan tumor ganas (malignan)
Sarkoma Kaposi
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki
resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa
kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA
penyebab mutasi genetik; yaitu terutama virus EpsteinBarr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan
virus papiloma manusia (HPV).[21][22]
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum
menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan
tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun
1981 adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili
gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang
juga disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV).
Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik
keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain,
terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.
Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B)
adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan
terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya
seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau
sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma), diffuse large Bcell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem saraf
pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang
terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali merupakan
perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada
beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS.
Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus
Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi.
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV
dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan
oleh virus papiloma manusia.
Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor
lainnya, seperti limfoma Hodgkin, dan kanker-kanker
usus besar bawah (rectum) dan anus. Namun demikian,
banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker
payudara dan kanker usus besar (colon), yang tidak
meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di
tempat-tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang
sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS,
kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan
AIDS menurun, namun pada saat yang sama kanker
kemudian menjadi penyebab kematian yang paling
umum pada pasien yang terinfeksi HIV.[23]
[sunting] Infeksi oportunistik lainnya
Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik
dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan
dan kehilangan berat badan. Infeksi oportunistik ini
termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare
dan sitomegalovirus. Sitomegalovirus dapat
menyebabkan kolitis, seperti yang dijelaskan di atas,
dan retinitis sitomegalovirus dapat menyebabkan
kebutaan. Penisiliosis yang disebabkan oleh Penicillium
marneffei kini adalah infeksi oportunistik ketiga paling
umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada
orang yang positif HIV di daerah endemik Asia
Tenggara.[24]
[sunting] Penyebab
Untuk detail lebih lanjut tentang topik ini, lihat
HIV.
HIV yang baru memperbanyak diri tampak
bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai
hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel
tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron.
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi
HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang
organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel
T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik.
HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak
langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem
kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah
membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut
hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka
kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya
ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan
berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul
gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang
diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di
dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya
perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah
sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu
hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2
bulan.[25] Namun demikian, laju perkembangan penyakit
ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua
minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh
untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan
tubuh) dari orang yang terinfeksi.[26][27] Orang tua
umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah
daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih
beresiko mengalami perkembangan penyakit yang
pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan
dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga
dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.[25][28][29]
Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan
peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami
terhadap beberapa varian HIV. [30] HIV memiliki
beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang
berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan
penyakit klinis yang berbeda-beda pula.[31][32][33] Terapi
antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat
memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya
AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita
bertahan hidup.
[sunting] Penularan seksual
Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak
antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal
seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran
mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif
tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan
seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan
seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seksual
dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena
HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun
insertif.[34] Kekerasan seksual secara umum
meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung
umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma
fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan
transmisi HIV.[35]
Penyakit menular seksual meningkatkan risiko
penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan
pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok
alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel
yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofag) pada
semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis
dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara
menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih
besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat
kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau
chancroid. Risiko tersebut juga meningkat secara nyata,
walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular
seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan
trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal
limfosit dan makrofag.[36]
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan
penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan
seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan
bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak
konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak
dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus
kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10
kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah
sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi
HIV.[36][37] Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1
karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi
mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar
terhadap penyakit seksual.[38][39] Orang yang terinfeksi
dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang
lebih mematikan.
[sunting] Kontaminasi patogen melalui darah
Poster CDC tahun 1989, yang mengetengahkan bahaya
AIDS sehubungan dengan pemakaian narkoba.
Rute transmisi ini terutama berhubungan dengan
pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien
transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan
menggunakan kembali syringe yang mengandung darah
yang terkontaminasi dengan HIV tidak hanya
merupakan risiko utama infeksi HIV, tetapi juga
hepatitis B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum
suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua
infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di
Amerika Utara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa
Timur. Risiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan
dengan jarum yang digunakan orang yang terinfeksi
HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure
prophylaxis dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh
mengurangi risiko itu.[40] Pekerja fasilitas kesehatan
(perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain)
juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur
penularan ini dapat juga terjadi pada orang yang
memberi dan menerima rajah dan tindik tubuh.
Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik
di Afrika Sub Sahara maupun Asia karena sedikitnya
sumber daya dan pelatihan yang tidak mencukupi.
WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di
Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada
fasilitas kesehatan yang tidak aman.[41] Oleh sebab itu,
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung
oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong
negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan
universal untuk mencegah transmisi HIV melalui
fasilitas kesehatan.[42]
Risiko transmisi HIV pada resipien transfusi darah
sangat kecil di negara maju. Di negara maju, pemilihan
donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan.
Namun demikian, menurut WHO, mayoritas populasi
dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang aman
dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi
melalui transfusi darah yang terinfeksi".[43]
[sunting] Penularan masa perinatal
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi in utero
selama minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat
persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat transmisi antara
ibu dan anak selama kehamilan dan persalinan sebesar
25%. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses
terhadap terapi antiretroviral dan melahirkan dengan
cara bedah caesar, tingkat transmisi hanya sebesar
1%.[44] Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko
infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan
(semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya).
Menyusui meningkatkan risiko transmisi sebesar 4%.[45]
[sunting] Diagnosis
Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul
untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi
Bangui dan definisi World Health Organization tentang
AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem
tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan
epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis
pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif
ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang, sistem
World Health Organization untuk infeksi HIV
digunakan dengan memakai data klinis dan
laboratorium; sementara di negara-negara maju
digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease
Control (CDC) Amerika Serikat.
[sunting] Sistem tahapan infeksi WHO
Grafik hubungan antara jumlah HIV dan jumlah CD4+
pada rata-rata infeksi HIV yang tidak ditangani.
Keadaan penyakit dapat bervariasi tiap orang.
jumlah limfosit T CD4+ (sel/mm³)
jumlah RNA HIV per mL plasma
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO)
mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS
dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien
yang terinfeksi dengan HIV-1.[46] Sistem ini diperbarui
pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi
ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah
ditangani pada orang sehat.




Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak
dikategorikan sebagai AIDS
Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa
kecil dan radang saluran pernafasan atas yang
berulang
Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat
dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri
parah, dan tuberkulosis.
Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak,
kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paruparu, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini
adalah indikator AIDS.
[sunting] Sistem klasifikasi CDC
Terdapat dua definisi tentang AIDS, yang keduanya
dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC). Awalnya CDC tidak memiliki nama
resmi untuk penyakit ini; sehingga AIDS dirujuk
dengan nama penyakit yang berhubungan dengannya,
contohnya ialah limfadenopati. Para penemu HIV
bahkan pada mulanya menamai AIDS dengan nama
virus tersebut.[47][48] CDC mulai menggunakan kata
AIDS pada bulan September tahun 1982, dan
mendefinisikan penyakit ini.[49] Tahun 1993, CDC
memperluas definisi AIDS mereka dengan
memasukkan semua orang yang jumlah sel T CD4+ di
bawah 200 per µL darah atau 14% dari seluruh
limfositnya sebagai pengidap positif HIV.[50] Mayoritas
kasus AIDS di negara maju menggunakan kedua
definisi tersebut, baik definisi CDC terakhir maupun
pra-1993. Diagnosis terhadap AIDS tetap
dipertahankan, walaupun jumlah sel T CD4+ meningkat
di atas 200 per µL darah setelah perawatan ataupun
penyakit-penyakit tanda AIDS yang ada telah sembuh.
[sunting] Tes HIV
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi
virus HIV.[51] Kurang dari 1% penduduk perkotaan di
Afrika yang aktif secara seksual telah menjalani tes
HIV, dan persentasenya bahkan lebih sedikit lagi di
pedesaan. Selain itu, hanya 0,5% wanita mengandung di
perkotaan yang mendatangi fasilitas kesehatan umum
memperoleh bimbingan tentang AIDS, menjalani
pemeriksaan, atau menerima hasil tes mereka. Angka
ini bahkan lebih kecil lagi di fasilitas kesehatan umum
pedesaan.[51] Dengan demikian, darah dari para
pendonor dan produk darah yang digunakan untuk
pengobatan dan penelitian medis, harus selalu diperiksa
kontaminasi HIV-nya.
Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan
pengujian Western blot, dilakukan untuk mendeteksi
antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah
kering, atau urin pasien. Namun demikian, periode
antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan
infeksi yang dapat dideteksi (window period) bagi
setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa
dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui
serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes
komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIVRNA, dan HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk
mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan
antibodinya belum dapat terdeteksi. Meskipun metodemetode tersebut tidak disetujui secara khusus untuk
diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan secara
rutin di negara-negara maju.
[sunting] Pencegahan
Perkiraan risiko masuknya HIV per aksi,
menurut rute paparan[52]
Perkiraan
infeksi
per 10.000
paparan
Rute paparan
dengan
sumber
yang
terinfeksi
9.000[53]
Transfusi darah
2.500[44]
Persalinan
Penggunaan jarum suntik bersama67[54]
sama
50[55][56]
Hubungan seks anal reseptif*
30[57]
Jarum pada kulit
Hubungan seksual reseptif*
10[55][56][58]
6,5[55][56]
5[55][56]
1[56]§
0,5[56]§
Hubungan seks anal insertif*
Hubungan seksual insertif*
Seks oral reseptif*
Seks oral insertif*
*
§
tanpa penggunaan kondom
sumber merujuk kepada seks oral
yang dilakukan kepada laki-laki
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual,
persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke
janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat
ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan
kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara
umum dapat diabaikan.[59]
[sunting] Hubungan seksual
Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung antarindividu yang
salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual adalah modus utama infeksi HIV di
dunia.[60] Selama hubungan seksual, hanya kondom pria atau kondom wanita yang dapat
mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV dan penyakit seksual lainnya serta kemungkinan
hamil. Bukti terbaik saat ini menunjukan bahwa penggunaan kondom yang lazim mengurangi
risiko transmisi HIV sampai kira-kira 80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat ini lebih
besar jika kondom digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan.[61] Kondom laki-laki
berbahan lateks, jika digunakan dengan benar tanpa pelumas berbahan dasar minyak, adalah
satu-satunya teknologi yang paling efektif saat ini untuk mengurangi transmisi HIV secara
seksual dan penyakit menular seksual lainnya. Pihak produsen kondom menganjurkan bahwa
pelumas berbahan minyak seperti vaselin, mentega, dan lemak babi tidak digunakan dengan
kondom lateks karena bahan-bahan tersebut dapat melarutkan lateks dan membuat kondom
berlubang. Jika diperlukan, pihak produsen menyarankan menggunakan pelumas berbahan
dasar air. Pelumas berbahan dasar minyak digunakan dengan kondom poliuretan.[62]
Kondom wanita adalah alternatif selain kondom laki-laki dan terbuat dari poliuretan, yang
memungkinkannya untuk digunakan dengan pelumas berbahan dasar minyak. Kondom
wanita lebih besar daripada kondom laki-laki dan memiliki sebuah ujung terbuka keras
berbentuk cincin, dan didesain untuk dimasukkan ke dalam vagina. Kondom wanita memiliki
cincin bagian dalam yang membuat kondom tetap di dalam vagina — untuk memasukkan
kondom wanita, cincin ini harus ditekan. Kendalanya ialah bahwa kini kondom wanita masih
jarang tersedia dan harganya tidak terjangkau untuk sejumlah besar wanita. Penelitian awal
menunjukkan bahwa dengan tersedianya kondom wanita, hubungan seksual dengan
pelindung secara keseluruhan meningkat relatif terhadap hubungan seksual tanpa pelindung
sehingga kondom wanita merupakan strategi pencegahan HIV yang penting.[63]
Penelitian terhadap pasangan yang salah satunya terinfeksi menunjukkan bahwa dengan
penggunaan kondom yang konsisten, laju infeksi HIV terhadap pasangan yang belum
terinfeksi di bawah 1% per tahun.[64] Pemerintah Amerika Serikat dan berbagai organisasi
kesehatan menganjurkan Pendekatan ABC untuk menurunkan risiko terkena HIV melalui
hubungan seksual:
Abstinence or delay of sexual activity, especially for youth (berpantang atau menunda
kegiatan seksual, terutama bagi remaja),
Being faithful, especially for those in committed relationships (setia pada pasangan,
terutama bagi orang yang sudah memiliki pasangan),
Condom use, for those who engage in risky behavior (penggunaan kondom, bagi
orang yang melakukan perilaku berisiko).
Ada pula rumusan pendekatan ABC ini dalam bahasa Indonesia:[65]
Anda jauhi seks,
Bersikap saling setia dengan pasangan,
Cegah dengan kondom.
Program lainnya lebih mempromosikan penggunaan kondom. Misalnya, kondom merupakan
bagian utama pada Pendekatan CNN:
Condom use, for those who engage in risky behavior (penggunaan kondom, bagi
orang yang melakukan perilaku berisiko),
Needles, use clean ones (jarum, gunakan jarum yang bersih),
Negotiating skills; negotiating safer sex with a partner and empowering women to
make smart choices (kemampuan negosiasi; menegosiasikan seks yang lebih aman
dengan pasangan dan memberdayakan perempuan agar dapat memilih dengan bijak).
Pada bulan Desember tahun 2006, penelitian yang menggunakan uji acak terkendali
mengkonfirmasi bahwa sunat laki-laki menurunkan risiko infeksi HIV pada pria
heteroseksual Afrika sampai sekitar 50%. Diharapkan bahwa pendekatan ini akan digalakkan
di banyak negara yang terinfeksi HIV paling parah, walaupun penerapan pendekatan itu akan
harus berhadapan dengan sejumlah isu terkait kepraktisan, kebudayaan, dan perilaku.
Beberapa ahli khawatir bahwa kurangnya persepsi akan kerentanan HIV pada laki-laki
bersunat dapat meningkatkan perilaku seksual berisiko sehingga malah mengurangi dampak
usaha pencegahan ini.[66]
[sunting] Kontaminasi cairan tubuh terinfeksi
Wabah AIDS di Afrika Sub-Sahara tahun 1985-2003.
Pekerja kedokteran yang mengikuti kewaspadaan universal, seperti mengenakan sarung
tangan lateks ketika menyuntik dan selalu mencuci tangan, dapat membantu mencegah
infeksi HIV.
Semua organisasi pencegahan AIDS menyarankan pengguna narkoba untuk tidak berbagi
jarum dan bahan lainnya yang diperlukan untuk mempersiapkan dan mengambil narkoba
(termasuk syringe, bola kapas, sendok, air untuk mengencerkan obat, sedotan, dan lain-lain).
Orang perlu menggunakan jarum yang baru dan disterilisasi untuk tiap suntikan. Informasi
tentang membersihkan jarum menggunakan pemutih disediakan oleh fasilitas kesehatan dan
program penukaran jarum. Di sejumlah negara maju, jarum bersih terdapat gratis di sejumlah
kota, di penukaran jarum atau tempat penyuntikan yang aman. Banyak negara telah
melegalkan kepemilikan jarum dan mengijinkan pembelian perlengkapan penyuntikan dari
apotek tanpa perlu resep dokter.
[sunting] Penularan dari ibu ke anak
Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretroviral, bedah caesar, dan pemberian makanan
formula mengurangi peluang transmisi HIV dari ibu ke anak.[67] Jika pemberian makanan
pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan mudah, terjangkau, berkelanjutan, dan
aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui anak mereka. Namun demikian,
jika hal-hal tersebut tidak dapat terpenuhi, pemberian ASI eksklusif disarankan dilakukan
selama bulan-bulan pertama dan selanjutnya dihentikan sesegera mungkin.[5] Pada tahun
2005, sekitar 700.000 anak di bawah umur 15 tahun terkena HIV, terutama melalui transmisi
ibu ke anak; 630.000 infeksi di antaranya terjadi di Afrika.[68] Dari semua anak yang diduga
kini hidup dengan HIV, 2 juta anak (hampir 90%) tinggal di Afrika Sub Sahara.[5]
Strategi pencegahan dikenal dengan baik di negara maju. Namun demikian, penelitian
perilaku dan epidemiologis di Eropa dan Amerika Utara belakangan ini menunjukkan bahwa
minoritas banyak anak muda terus melakukan kegiatan berisiko tinggi dan meskipun
mengetahui tentang HIV/AIDS, anak muda meremehkan risiko terinfeksi HIV.[69] Namun
demikian, transmisi HIV antarpengguna narkoba telah menurun, dan transmisi HIV oleh
transfusi darah menjadi cukup langka di negara-negara maju.
[sunting] Penanganan
Lihat pula HIV dan Obat antiretrovirus.
Abacavir – Nucleoside analog reverse transcriptase inhibitor (NARTI atau NRTI)
Struktur kimia Abacavir
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang
diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jika
gagal, perawatan antiretroviral secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan,
disebut post-exposure prophylaxis (PEP).[40] PEP memiliki jadwal empat minggu takaran
yang menuntut banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan
seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.[70]
[sunting] Terapi antivirus
Penanganan untuk infeksi HIV terdiri dari terapi antiretroviral yang sangat aktif (highly
active antiretroviral therapy), HAART.[71] Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orangorang yang terinfeksi HIV sejak diperkenalkan pada tahun 1996 setelah ditemukannya
HAART yang menggunakan inhibitor protease.[6] Pilihan terbaik HAART saat ini mencakup
kombinasi dari paling sedikit tiga obat yang berasal dari paling sedikit dua jenis, atau "kelas"
agen anti-retroviral. Kombinasi yang umum digunakan terdiri dari dua nucleoside analogue
reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) ditambah dengan protease inhibitor atau nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV pada anak-anak
lebih deras daripada pada orang dewasa, parameter laboratorium sedikit prediktif tentang
jalannya penyakit, terutama untuk anak muda, rekomendasi perawatan lebih agresif untuk
anak-anak daripada untuk orang dewasa.[72] Di negara-negara berkembang tempat HAART
ada, dokter mengakses beban virus, kecepatan pada berkurangnya CD4 dan kesiapan pasien
sementara memilih ketika untuk merekomendasikan perawatan segera.[73]
HAART membuat adanya stabilisasi gejala dan viremia pasien, tetapi tidak menyembuhkan
pasien dari HIV atau meredakan gejala, dan HIV-1 kelas tinggi dapat melawan HAART,
kembali setelah perawatan berhenti.[74][75] Lebih lagi, akan mengambil lebih banyak waktu
kehidupan individual untuk membersihkan infeksi HIV menggunakan HAART.[76] Banyak
individu terinfeksi HIV yang mendapatkan pengalaman perbaikan hebatt pada kesehatan dan
kualitas hidup mereka, yang menyebabkan adanya morbiditas dan mortalitas yang
berhubungan dengan HIV.[77][78][79] Tanpa adanya HAART, infeksi HIV ke AIDS muncul
dengan rata-rata sekitar sembilan sampai sepuluh tahun dan waktu bertahan setelah memiliki
AIDS hanya 9.2 bulan.[25] HAART meningkatkan waktu bertahan antara 4 dan 12
tahun.[80][81] Hal ini berasal dari fakta beberapa pasien dan di banyak kelompok klonikal,
mungkin lebih dari lima puluh persen pasien. HAART menerika jauh sedikit daripada hasil
yang optimal. Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan seperti efek samping/pengobatan tidak
ditolerir, teori antiretroviral lebih dahulu tidak efektif dan infeksi dengan HIV yang melawan
obat, namun, tidak-taat dan tidak-sakit terus menerus dengan terapi antiretroviral adalah
alasan utama kebanyakan individual gagal untuk mendapat keuntungan dari perkembangan
perlawanan terhadap HAART.[82] Alasan tidak-taat dan tidak-sakit terus menerus dengan
HAART bervariasi dan saling melengkapi. Isu utama psikososial, seperti akses yang kurang
terhadap fasilitas kesehatan, dukungan sosial yang tidak mencukupi, penyakit jiwa dan
penyalahgunaan obat mengkontribusi pada tidak-taat. Kerumitan aturan HAART, apakah
karena jumlah pil, frekuensi dosis, pembatasan makan atau isu lainnya bersama dengan efek
sampil yang membuat tidak-taat sengaja juga memiliki dampak berat.[83][84][85] Efek samping
termasuk lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, meningkatkan risiko sistem
kardiovaskular dan kelainan bawaan.[86][87]
Multivitamin harian dan suplemen mineral ditemukan dapat mengurangi alur penyakit HIV
pada laki-laki dan wanita. Hal ini dapat menjadi intervensi "berharga-rendah" yang tersedia
selama awal penyakit HIV untuk memperpanjang waktu sebelum terapi antiretroviral
didapat.[88] Beberapa bahab gizi individual juga telah dicoba.[89][90] Obat anti-retroviral mahal,
dan mayoritas individual yang terinfeksi tidak memiliki akses terhadap pengobatan dan
perawatan untuk HIV dan AIDS.[91]
[sunting] Penanganan eksperimental dan saran
Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin yang dapat menahan pandemik karena vaksin
akan berharga lebih sedikit, demikian negara-negara berkembang mampu dan tidak
membutuhkan perawatan harian,[91] namun, setelah lebih dari 20 tahun penelitian, HIV-1
tetap menjadi target vaksin yang sulit.[91]
Penelitian untuk membuktikan perawatan termasuk pengurangan efek samping obat, jauh
menyerderhanakan aturan obat untuk membuktikan kesetiaan, dan membuktikan rentetan
terbaik aturan untuk mengatur perlawanan obat. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
ukuran untuk mencegah infeksi oportunistik dapat menjadi bermanfaat ketika menangani
pasien dengan infeksi HIV. Vaksinasi atas hepatitis A dan B disarankan untuk pasien yang
belum terinfeksi dengan virus ini dan dalam risiko terinfeksi.[92] Pasien dengan penindasan
daya tahan tubuh yang besar juga disarankan menerima terapi propilaktik untuk Pneumonia
pneumosistis, dan banyak pasien mendapat manfaat dari terapi propilaktik untuk
toksoplasmosis dan kriptokokus meningitis.[70]
[sunting] Pengobatan alternatif
Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untuk menangani gejala atau mengubah
aliran penyakit.[93] Pada dekade awal epidemik ketika tidak ada penanganan berguna yang
ada, jumlah besar orang dengan AIDS dicoba dengan terapi alternatif. Definisi "terapi
alternatif" pada AIDS telah berubah sejak waktu itu, lalu, frase itu sering merujuk pada
penanganan komunitas, belum dicoba oleh pemerintah atau penelitian perusahaan farmasi,
dan beberapa berharap akan secara langsung menekan virus atau menstimulir sistem imun
melawannya. Contoh obat alternatif yang diharapkan dapat mengurangi gejala atau
menambah kualitas hidup termasuk urut, manajemen stres, obat jamu dan bunga seperti
boxwood,[94][95] dan akupunktur.[93] Ketika menggunakan penanganan biasa, banyak yang
merujuk kepadanya sebagai penanganan "saling melengkapi". Meskipun penyebaran
penggunaan obat saling melengkapi dan alternatif oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS,
belum ada hasil efektif dari terapi-terapi ini.[96]
[sunting] Epidemiologi
Meratanya HIV diantara orang dewasa per negara pada akhir tahun 2005.
██ 15–50% ██ 5–15%
██ 1–5%
██ 0.5–1.0% ██ 0.1–0.5%
██ <0.1% ██ tidak ada data
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling
menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretroviral bertambah
baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara
2,4 dan 3,3 juta) hidup di tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anakanak.[5]
Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.[5] Pada tahun 2005,
antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS
meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.[5]
Afrika Sub-Sahara tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi, dengan perkiraan 21,6
sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV. Dua juta [1,5&-3,0 juta] dari mereka adalah
anak-anak yang usianya lebih rendah dari 15 tahun. Lebih dari 64% dari semua orang yang
hidup dengan HIV ada di Afrika Sub Sahara, lebih dari tiga per empat (76%) dari semua
wanita hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, terdapat 12.0 juta [10.6-13.6 juta] anak
yatim/piatu AIDS hidup di Afrika Sub Sahara.[5] Asia Selatan dan Asia Tenggara adalah
terburuk kedua yang terinfeksi dengan besar 15%. 500.000 anak-anak mati di region ini
karena AIDS. Dua-tiga infeksi HIV/AIDS di Asia muncul di India, dengawn perkiraan 5.7
juta infeksi (perkiraan 3.4 - 9.4 juta) (0.9% dari populasi), melewati perkiraan di Afrika
Selatan yang sebesar 5.5 juta (4.9-6.1 juta) (11.9% dari populasi) infeksi, membuat negara ini
dengan jumlah terbesar infeksi HIV di dunia.[97] Di 35 negara di Afrika dengan perataan
terbesar, harapan hidup normal sebesar 48.3 tahun - 6.5 tahun sedikit daripada akan menjadi
tanpa penyakit.[98]
Evaluasi terbaru dari Departemen Evaluasi Operasi Bank Dunia menetapkan keefektifan
bantuan bank Dunia pada tingkat-negara HIV/AIDS, didefinisikan sebagai dialog kebijakan,
hasil analitik, dan peminjaman, dengan obyektif eksplisit mengurangi dampak epidemik
AIDS.[99] Ini adalah evaluasi luas pertama dukungan Bank Dunia kepada negara-negara untuk
melawan HIV/AIDS, dari awal epidemik melalui pertengahan-2004. Dengan bantuan Bank
Dunia untuk implementasi program pemerintah oleh pemerintah, bantuan Bank Dunia
menyediakan pengertian penting pada bagaimana program nasional AIDS dapat dibuat lebih
efektif.
Perkembangan HAART sebagai terapi efektif untuk infeksi HIV dan AIDS pada pokoknya
mengurangi kematian dari penyakit ini di daerah yang secara luas ada. HAART telah
membuat kesalahan tanggapan bahwa penyakit AIDS telah pergi jauh, faktanya, harapan
hidup orang dengan AIDS meningkat di negara-negara tempat HAART secara luas
digunakan, jumlah orang yang hidup dengan AIDS telah meningkat. Di Amerika Serikat,
jumlah orang dengan AIDS meningkat dari sekitar 35.000 tahun 1988 menjadi lebih dari
220.000 pada tahun 1996.
Di Afrika, jumlah transmisi ibu ke anak dan meratanya AIDS adalah awal untuk membalikan
dekade pergerakan kuat dalam keselamatan anak. Negara seperti Uganda berusaha untuk
menurunkan epidemik transmisi ibu ke anak dengan menawarkan VCT (tes dan anjuran
sukarela), PMTCT (pencegahan transmisi ibu ke anak) dan fasilitas ANC (fasilitas antenatal), yang termasuk distribusi terapi antiretroviral.
[sunting] Dampak ekonomi
Perubahan angka harapan hidup di beberapa negara di Afrika.
Zimbabwe
Kenya
Afrika Selatan
Botswana
Uganda
HIV dan AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan menghancurkan jumlah
manusia dengan kemampuan produksi. UNAIDS memprediksi akibat untuk Afrika Sub
Sahara tahun 2025. Jarak tersebut dari masa stabil dan pada akhirnya berkurang dalam
kematian dimulai sekitar tahun 2012 merupakan bencana besar perkembangan pada jumlah
kematian dengan potensi 90 juta kasus infeksi.[5]
Tanpa nutrisi yang baik, fasilitas kesehatan dan obat yang ada di negara-negara berkembang,
orang di negara-negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak hanya tidak dapat
bekerja, tetapi juga akan membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai. Ramalan bahwa
hal ini akan menyebabkan runtuhnya ekonomi dan hubungan di daerah. Di daerah yang
terinfeksi berat, epidemik telah meninggalkan banyak anak yatim piatu yang dirawat oleh
kakek dan neneknya yang tua.
Mortalitas yang meningkat di daerah ini akan menyebabkan populasi kecil yang tidak
memiliki keterampilan dan pekerja.[100] Pekerja yang lebih sedikit akan didominasi anak
muda, yang mengurangi pengetahuan dan pengalaman kerja yang menyebabkan
berkurangnya produktivitas . Meningkatnya cuti pekerja untuk melihat anggota keluarga yang
sakit atau cuti karena sakit juga akan mengurangi produktivitas. Mortalitas yang meningkat
juga akan melemahkan mekanisme yang menggenerasikan kapital manusia dan investasi,
dengan kehilangan pendapatan dan meninggalnya orang tua.[100] Dengan membunuh banyak
dewasa muda, AIDS melemahkan populasi yang dapat membayar pajak, mengurangi dana
untuk publik seperti pendidikan dan fasilitas kesehatan untuk yang tidak berhubungan dengan
AIDS menyebabkan tekanan untuk keuangan negara dan memperlambat pertumbuhan
ekonomi. Hasil dari pertumbuhan yang lambat menyebabkan menguatkan pengeluaran yang
berkembang untuk menangani orang yang sakit, pelatihan (untuk menggantikan pekerja yang
sakit), pembayaran sakit dan merawat anak yatim piatu AIDS. Hal ini terutama benar jika
peningkatan tajam mortalitas orang dewasa, tanggung jawab dan penyalahan dari keluarga
terhadap pemerintah untuk menangani anak yatim piatu.
Pada rumah tangga, AIDS menyebabkan hilangnya pendapatan dan meningkatkan
pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga. Pengaruh pendapatan menyebabkan
pengurangan pengeluaran dan juga efek penggantian dari pendidikan dan menuju kesehatan
dan pengeluaran penguburan. Penelitian di Pantai Gading menunjukan bahwa rumah tanggal
dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan dua kali lebih banyak pada perawatan medis
daripada rumah tangga lainnya.
UNAIDS, WHO dan United Nations Development Programme mendokumentasikan sebuah
hubungan antara menurunnya harapan hidup dan menurunnya produk domestik bruto di
banyak negara-negara Afrika dengan rata-rata 10% atau lebih. Sunguh-sunguh, sejak tahun
1992, prediksi bahwa AIDS akan memperlambat pertumbuhan ekonomi di negara-negara ini
telah dipublikasikan. Dampak tergantung dari asumsi tentang luasnya untuk didanai oleh
tabungan dan orang yang akan terinfeksi.[101] Kesimpulan dicapai dari model pertumbuhan 30
ekonomi Sub Sahara selama periode 1990-2025, rata pertumbuhan ekonomi negara tersebut
akan menurun antara 0.56 dan 1.47%. Dampak pada produk domestik bruto per kapita sedikit
meyakinkan, namun, pada tahun 2000, rata-rata pertumbuhan produk domestik bruto per
kapiat Afrika menurun 0.7% tiap tahun dari tahun 1990-1997 dengan 0.3% lebih jauh
menurun per tahun di negara yang juga terkena malaria.[102] Ramalan kini adalah
pertumbuhan produk domestik bruto untuk negara tersebut akan mengalami penurunan lebih
jauh diantara 0.5 dan 2.6% per tahun,[100] namun, perkiraan ini dapat diremehkan karena tidak
terlihat pada pengaruh hasil produksi per kapita.[103]
Banyak pemerintah di Afrika Sub Sahara menolak bahwa terdapat masalah untuk setahun,
dan mulai bekerja menuju solusi. Pendanaan adalah masalah di daerah pencegahan HIV
ketika dibandingkan pada perkiraan konservatif masalah .
Perlengkapan HIV/AIDS resmi pertama di dunia diluncurkan di Zimbabwe pada tanggal 3
Oktober 2006 adalah produk hasil kolaboratif antara Gerakan Internasional Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah, World Health Organization dan Layanan Penebaran Informasi HIV/AIDS
Afrika Selatan. Hal ini untuk memperkuat orang hidup dengan HIV/AIDS dan dukungan luar
minimal suster. Paket yang berisi bentuk delapan modul memfokuskan fakta tentang HIV dan
AIDS, sebelumnya dites di Zimbabwe pada bulan Maret tahun 2006 untuk menentukan
penyesuaian. Peralatan ini mengatur beberapa hal lain, panduan yang dikategorikan pada
manajemen klinik, pendidikan dan anjuran untuk korban AIDS.[104]
Konsensus Kopenhagen adalah proyek yang mencoba untuk mendirikan prioritas untuk
perkembangan kesejahteraan global menggunakan metodologi berdasarkan teori ekonomi
kesejahteraan. Seluruh pesertanya adalah ahli ekonomi, dengan fokus pada proyek menjadi
prioritisasi rasional berdasarkan analisis ekonomi. Proyek ini berdasarkan anggapan bahwa
dalam dendam milyaran dolar yang dihabiskan untuk tantangan global oleh Perserikatan
Bangsa Bangsa, pemerintah negara kaya, lembaga, amal, dan organisasi-organisasi bukan
milik pemerintah, uang dihabiskan pada masalah seperti kekurangan gizi dan perubahan iklim
tidak cukup untuk mencapai banyak target yang disetujui secara internasional. Prioritas
tertinggi menentukan untuk mengimplementasikan ukuran baru untuk mencegah penyebaran
HIV dan AIDS. The Economist memperkirakan bahwa investasi $27 milyar dapat mencegah
hampir 30 juta infeksi baru pada tahun 2010.
[sunting] Stigma
Tanda peringatan AIDS di Kota Ho Chi Minh, Vietnam (Agustus 2005).
Stigma AIDS ada di dunia dalam berbagai cara, termasuk pengasingan, penolakan,
diskriminasi dan penghindaran orang yang terinfeksi HIV. Diwajibkan uji coba HIV tanpa
lebih dahulu persetujuan atau perlindungan kekerasan atas individual atau orang yang
terinfeksi HIV yang diketahui terinfeksi dengan HIV, dan mengkarantinakan orang yang
terinfeksi HIV.[105] Kekerasan atau ketakutan atas kekerasan mencegah banyak orang
melakukan tes HIV, kembali untuk hasil mereka, atau menjaga perawatan, kemungkinan
berbalik apa dapat mengendalikan sakit kronik menjadi kalimat kematian dan mengabadikan
penyebaran HIV.[106]
Stigma AIDS lebih jauh terbagi menjadi tiga kategori:
1. Stigma instrumental AIDS - refleksi ketakutan dan keprihatinan yang berhubungan
dengan penyakit mematikan dan dapat ditransmisikan.[107]
2. Stigma simbolis AIDS - penggunaan HIV/AIDS untuk mengekspresikan sikap
melalui grup sosial atau gaya hidup diketahui berhubungan dengan penyakit.[107]
3. Stigma kesopanan AIDS - stigmatisasi orang yang berhubungan dengan isu
HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.[108]
Sering, stigma AIDS diekspresikan dengan satu atau lebih stigma, terutama yang
berhubungan dengan homoseksualitas, biseksualitas, persetubuhan dengan siapa saja dan
penggunaan narkoba.
Di banyak negara berkembang, terdapat hubungan antara AIDS dan homoseksualitas atau
biseksualitas, dan hubungan ini berhubungan dengan tingkat prasangka seksual yang lebih
tinggi seperti sifat anti homoseksual.[109] Terdapat hubungan yang diketahui antara AIDS
dengan semua sifat seksual laki-laki, termasuk seks antara laki-laki yang belum terinfeksi.[107]
Mereka kebanyakan memiliki pengertian yang salah tentang transmisi HIV dan untuk
mempunyai stigma HIV/AIDS adalah orang yang sedikit pendidikannya dan orang dengan
tingkat religius atau ideologi politik yang tinggi.[107][109][110]
Lihat Stigma dan HIV-AIDS, penilaian literatur untuk penjelasan lebih lengkap
tentang topik ini[111]
[sunting] Asal mula HIV
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease Control
and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih
diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada
lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.[112]
Tiga dari infeksi HIV awal yang diketahui adalah:
1. Sampel plasma diambil tahun 1959 dari laki-laki dewasa yang tinggal di Kinshasa,
kini merupakan bagian dari Republik Demokratik Kongo.[113]
2. HIV ditemukan pada sampel jaringan dari "Robert R.", remaja Afrika-Amerika
berusia 15 tahun yang meninggal di St. Louis tahun 1969.[114]
3. HIV ditemukan pada sampel jaringan dari Arvid Noe, pelaut Norwegia yang
meninggal sekitar tahun 1976.[115]
Dua spesies HIV menginfeksi manusia: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih
mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia,
sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat.[116] Baik HIV-1
dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes
troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan.[117] HIV-2 berasal dari Sooty Mangabey
(Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun.
Banyak ahli percaya bahwa HIV masuk kedalam tubuh manusia akibat kontak dengan
primata lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging.[118] Teori yang lebih
kontroversial yang diketahui dengan nama hipotesis OPV AIDS mengusulkan bahwa
epidemik AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo Belgia oleh penelitian Hilary
Koprowski terhadap vaksin polio.[119][120] Menurut komunitas ilmu pengetahuan, skenario ini
tidak didukung oleh bukti yang ada.[121][122][123]
[sunting] Hipotesis alternatif
Beberapa ilmuwan dan aktivis mempertanyakan hubungan antara HIV dan AIDS,[124] adanya
HIV,[125] atau kebenaran percobaan dan metode perawatan. Klaim ini diperiksa dan secara
luas ditolak oleh komunitas ilmu pengetahuan,[126] walaupun memiliki pengaruh politik,
terutama di Afrika Selatan, dan penerimaan pemerintah tentang AIDS disalahkan untuk
respon yang tidak efektif bahwa negara itu epidemik terhadap AIDS.[127][128][129]
[sunting] Kesalahpahaman HIV dan AIDS
Beberapa kesalahpahaman telah terjadi tentang HIV/AIDS. Terdapat tiga kesalahpahaman
yang paling umum terjadi, yaitu AIDS dapat menyebar melalui kontak sehari-hari, hubungan
seksual dengan perawan akan menyembuhkan AIDS, dan HIV hanya dapat menginfeksi lakilaki homoseksual dan pemakai narkoba. Kesalahpahaman lainnya adalah bahwa seks anal
antara laki-laki homoseksual dapat menyebabkan infeksi AIDS, dan membuka diskusi
homoseksualitas dan HIV di sekolah menyebabkan meningkatnya homoseksual dan
AIDS.[130]
[sunting] Referensi
1. ^ Marx, J. L. (1982). "New disease baffles medical community". Science 217 (4560):
618–621. PubMed.
2. ^ Divisions of HIV/AIDS Prevention. (2003). HIV and Its Transmission. Centers for
Disease Control & Prevention. URL diakses pada 23 Mei 2006
3. ^ San Francisco AIDS Foundation. (2006-04-14). How HIV is spread. URL diakses
pada 23 Mei 2006
4. ^ Gao, F., Bailes, E., Robertson, D. L., Chen, Y., Rodenburg, C. M., Michael, S. F.,
Cummins, L. B., Arthur, L. O., Peeters, M., Shaw, G. M., Sharp, P. M. and Hahn, B.
H. (1999). "Origin of HIV-1 in the Chimpanzee Pan troglodytes troglodytes". Nature
397 (6718): 436–441. PubMed DOI:10.1038/17130.
5. ^ a b c d e f g h i UNAIDS (2006). "Overview of the global AIDS epidemic", 2006
Report on the global AIDS epidemic (PDF). Diakses pada 8 Juni 2006.
6. ^ a b Palella, F. J. Jr, Delaney, K. M., Moorman, A. C., Loveless, M. O., Fuhrer, J.,
Satten, G. A., Aschman and D. J., Holmberg, S. D. (1998). "Declining morbidity and
mortality among patients with advanced human immunodeficiency virus infection.
HIV Outpatient Study Investigators". N. Engl. J. Med 338 (13): 853–860. PubMed.
7. ^ Holmes, C. B., Losina, E., Walensky, R. P., Yazdanpanah, Y., Freedberg, K. A.
(2003). "Review of human immunodeficiency virus type 1-related opportunistic
infections in sub-Saharan Africa". Clin. Infect. Dis. 36 (5): 656–662. PubMed.
8. ^ Guss, D. A. (1994). "The acquired immune deficiency syndrome: an overview for
the emergency physician, Part 1". J. Emerg. Med. 12 (3): 375–384. PubMed.
9. ^ Guss, D. A. (1994). "The acquired immune deficiency syndrome: an overview for
the emergency physician, Part 2". J. Emerg. Med. 12 (4): 491–497. PubMed.
10. ^ Dahulu pernah dinamakan Pneumocystis carinii pneumonia (PCP), dan sekarang
singkatannya masih digunakan tetapi merupakan kependekan dari Pneumocystis
pneumonia.
11. ^ Feldman, C. (2005). "Pneumonia associated with HIV infection". Curr. Opin.
Infect. Dis. 18 (2): 165–170. PubMed.
12. ^ Decker, C. F. and Lazarus, A. (2000). "Tuberculosis and HIV infection. How to
safely treat both disorders concurrently". Postgrad Med. 108 (2): 57–60, 65–68.
PubMed.
13. ^ Zaidi, S. A. & Cervia, J. S. (2002). "Diagnosis and management of infectious
esophagitis associated with human immunodeficiency virus infection". J. Int. Assoc.
Physicians AIDS Care (Chic Ill) 1 (2): 53–62. PubMed.
14. ^ Guerrant, R. L., Hughes, J. M., Lima, N. L., Crane, J. (1990). "Diarrhea in
developed and developing countries: magnitude, special settings, and etiologies". Rev.
Infect. Dis. 12 (Suppl 1): S41–S50. PubMed.
15. ^ Luft, B. J. and Chua, A. (2000). "Central Nervous System Toxoplasmosis in HIV
Pathogenesis, Diagnosis, and Therapy". Curr. Infect. Dis. Rep. 2 (4): 358–362.
PubMed.
16. ^ Sadler, M. and Nelson, M. R. (1997). "Progressive multifocal leukoencephalopathy
in HIV". Int. J. STD AIDS 8 (6): 351–357. PubMed.
17. ^ Gray, F., Adle-Biassette, H., Chrétien, F., Lorin de la Grandmaison, G., Force, G.,
Keohane, C. (2001). "Neuropathology and neurodegeneration in human
immunodeficiency virus infection. Pathogenesis of HIV-induced lesions of the brain,
correlations with HIV-associated disorders and modifications according to
treatments". Clin. Neuropathol. 20 (4): 146–155. PubMed.
18. ^ Grant, I., Sacktor, H., and McArthur, J. (2005). "HIV neurocognitive disorders", in
H. E. Gendelman, I. Grant, I. Everall, S. A. Lipton, and S. Swindells. (ed.): The
Neurology of AIDS (PDF), 2nd, London, UK: Oxford University Press, 357–373.
ISBN 0-19-852610-5.
19. ^ Satishchandra, P., Nalini, A., Gourie-Devi, M., Khanna, N., Santosh, V., Ravi, V.,
Desai, A., Chandramuki, A., Jayakumar, P. N., and Shankar, S. K. (2000). "Profile of
neurologic disorders associated with HIV/AIDS from Bangalore, South India (1989–
1996)". Indian J. Med. Res. 11: 14–23. PubMed.
20. ^ Wadia, R. S., Pujari, S. N., Kothari, S., Udhar, M., Kulkarni, S., Bhagat, S., and
Nanivadekar, A. (2001). "Neurological manifestations of HIV disease". J. Assoc.
Physicians India 49: 343–348. PubMed.
21. ^ Boshoff, C. and Weiss, R. (2002). "AIDS-related malignancies". Nat. Rev. Cancer 2
(5): 373–382. PubMed.
22. ^ Yarchoan, R., Tosatom G. and Littlem R. F. (2005). "Therapy insight: AIDS-related
malignancies — the influence of antiviral therapy on pathogenesis and management".
Nat. Clin. Pract. Oncol. 2 (8): 406–415. PubMed.
23. ^ Bonnet, F., Lewden, C., May, T., Heripret, L., Jougla, E., Bevilacqua, S.,
Costagliola, D., Salmon, D., Chene, G. and Morlat, P. (2004). "Malignancy-related
causes of death in human immunodeficiency virus-infected patients in the era of
highly active antiretroviral therapy". Cancer 101 (2): 317–324. PubMed.
24. ^ Skoulidis, F., Morgan, M. S., and MacLeod, K. M. (2004). "Penicillium marneffei:
a pathogen on our doorstep?". J. R. Soc. Med. 97 (2): 394–396. PubMed.
25. ^ a b c Morgan, D., Mahe, C., Mayanja, B., Okongo, J. M., Lubega, R. and Whitworth,
J. A. (2002). "HIV-1 infection in rural Africa: is there a difference in median time to
AIDS and survival compared with that in industrialized countries?". AIDS 16 (4):
597–632. PubMed.
26. ^ Clerici, M., Balotta, C., Meroni, L., Ferrario, E., Riva, C., Trabattoni, D., Ridolfo,
A., Villa, M., Shearer, G.M., Moroni, M. and Galli, M. (1996). "Type 1 cytokine
production and low prevalence of viral isolation correlate with long-term non
progression in HIV infection". AIDS Res. Hum. Retroviruses. 12 (11): 1053–1061.
PubMed.
27. ^ Morgan, D., Mahe, C., Mayanja, B. and Whitworth, J. A. (2002). "Progression to
symptomatic disease in people infected with HIV-1 in rural Uganda: prospective
cohort study". BMJ 324 (7331): 193–196. PubMed.
28. ^ Gendelman, H. E., Phelps, W., Feigenbaum, L., Ostrove, J. M., Adachi, A.,
Howley, P. M., Khoury, G., Ginsberg, H. S. and Martin, M. A. (1986).
"Transactivation of the human immunodeficiency virus long terminal repeat
sequences by DNA viruses". Proc. Natl. Acad. Sci. U. S. A. 83 (24): 9759–9763.
PubMed.
29. ^ Bentwich, Z., Kalinkovich., A. and Weisman, Z. (1995). "Immune activation is a
dominant factor in the pathogenesis of African AIDS.". Immunol. Today 16 (4): 187–
191. PubMed.
30. ^ Contohnya adalah orang dengan mutasi CCR5-Δ32 (delesi 32 nukleotida pada gen
penyandi reseptor chemokine CCR5 yang mempengaruhi fungsi sel T) yang kebal
terhadap beberapa galur HIV.Tang, J. and Kaslow, R. A. (2003). "The impact of host
genetics on HIV infection and disease progression in the era of highly active
antiretroviral therapy". AIDS 17 (Suppl 4): S51–S60. PubMed.
31. ^ Quiñones-Mateu, M. E., Mas, A., Lain de Lera, T., Soriano, V., Alcami, J.,
Lederman, M. M. and Domingo, E. (1998). "LTR and tat variability of HIV-1 isolates
from patients with divergent rates of disease progression". Virus Research 57 (1): 11–
20. PubMed.
32. ^ Campbell, G. R., Pasquier, E., Watkins, J., Bourgarel-Rey, V., Peyrot, V., Esquieu,
D., Barbier, P., de Mareuil, J., Braguer, D., Kaleebu, P., Yirrell, D. L. and Loret E. P.
(2004). "The glutamine-rich region of the HIV-1 Tat protein is involved in T-cell
apoptosis". J. Biol. Chem. 279 (46): 48197–48204. PubMed.
33. ^ Kaleebu P, French N, Mahe C, Yirrell D, Watera C, Lyagoba F, Nakiyingi J,
Rutebemberwa A, Morgan D, Weber J, Gilks C, Whitworth J. (2002). "Effect of
human immunodeficiency virus (HIV) type 1 envelope subtypes A and D on disease
progression in a large cohort of HIV-1-positive persons in Uganda". J. Infect. Dis. 185
(9): 1244–1250. PubMed.
34. ^ Rothenberg, R. B., Scarlett, M., del Rio, C., Reznik, D., O'Daniels, C. (1998). "Oral
transmission of HIV". AIDS 12 (16): 2095–2105. PubMed.
35. ^ Koenig, Michael et al (2004). "Coerced first intercourse and reproductive health
among adolescent women in Rakai, Uganda". International Family Planning
Perspectives 30 (4:156): 156.
36. ^ a b Laga, M., Nzila, N., Goeman, J. (1991). "The interrelationship of sexually
transmitted diseases and HIV infection: implications for the control of both epidemics
in Africa". AIDS 5 (Suppl 1): S55–S63. PubMed.
37. ^ Tovanabutra, S., Robison, V., Wongtrakul, J., Sennum, S., Suriyanon, V.,
Kingkeow, D., Kawichai, S., Tanan, P., Duerr, A., Nelson, K. E. (2002). "Male viral
load and heterosexual transmission of HIV-1 subtype E in northern Thailand". J.
Acquir. Immune. Defic. Syndr. 29 (3): 275–283. PubMed.
38. ^ Sagar, M., Lavreys, L., Baeten, J. M., Richardson, B. A., Mandaliya, K., NdinyaAchola, J. O., Kreiss, J. K., Overbaugh, J. (2004). "Identification of modifiable factors
that affect the genetic diversity of the transmitted HIV-1 population". AIDS 18 (4):
615–619. PubMed.
39. ^ Lavreys, L., Baeten, J. M., Martin, H. L. Jr., Overbaugh, J., Mandaliya, K., NdinyaAchola, J., and Kreiss, J. K. (2004). "Hormonal contraception and risk of HIV-1
acquisition: results of a 10-year prospective study". AIDS 18 (4): 695–697. PubMed.
40. ^ a b Fan, H. (2005). in Fan, H., Conner, R. F. and Villarreal, L. P. eds: AIDS: science
and society, 4th, Boston, MA: Jones and Bartlett Publishers. ISBN 0-7637-0086-X.
41. ^ WHO. (2003-03-17). WHO, UNAIDS Reaffirm HIV as a Sexually Transmitted
Disease. URL diakses pada 17 Januari 2006
42. ^ Physicians for Human Rights. (2003-03-13). HIV Transmission in the Medical
Setting: A White Paper by Physicians for Human Rights. Partners in Health. URL
diakses pada 1 Maret 2006
43. ^ WHO. (2001). Blood safety....for too few. URL diakses pada 17 Januari 2006
44. ^ a b Coovadia, H. (2004). "Antiretroviral agents—how best to protect infants from
HIV and save their mothers from AIDS". N. Engl. J. Med. 351 (3): 289–292. PubMed.
45. ^ Coovadia HM, Bland RM (2007). "Preserving breastfeeding practice through the
HIV pandemic". Trop. Med. Int. Health. 12 (9): 1116–1133.
46. ^ World Health Organization (1990). "Interim proposal for a WHO staging system for
HIV infection and disease". WHO Wkly Epidem. Rec. 65 (29): 221–228. PubMed.
47. ^ Centers for Disease Control (CDC) (1982). "Persistent, generalized
lymphadenopathy among homosexual males.". MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 31
(19): 249–251. PubMed.
48. ^ Barré-Sinoussi, F., Chermann, J. C., Rey, F., Nugeyre, M. T., Chamaret, S., Gruest,
J., Dauguet, C., Axler-Blin, C., Vezinet-Brun, F., Rouzioux, C., Rozenbaum, W. and
Montagnier, L. (1983). "Isolation of a T-lymphotropic retrovirus from a patient at risk
for acquired immune deficiency syndrome (AIDS)". Science 220 (4599): 868–871.
PubMed.
49. ^ Centers for Disease Control (CDC) (1982). "Update on acquired immune deficiency
syndrome (AIDS)—United States.". MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 31 (37): 507–
508; 513–514. PubMed.
50. ^ CDC. (1992). 1993 Revised Classification System for HIV Infection and Expanded
Surveillance Case Definition for AIDS Among Adolescents and Adults. CDC. URL
diakses pada 9 Februari 2006
51. ^ a b Kumaranayake, L. and Watts, C. (2001). "Resource allocation and priority
setting of HIV/AIDS interventions: addressing the generalized epidemic in subSaharan Africa". J. Int. Dev. 13 (4): 451–466. doi:10.1002/jid.798.
52. ^ Smith, D. K., Grohskopf, L. A., Black, R. J., Auerbach, J. D., Veronese, F., Struble,
K. A., Cheever, L., Johnson, M., Paxton, L. A., Onorato, I. A., Greenberg, A. E.
(2005). "Antiretroviral Postexposure Prophylaxis After Sexual, Injection-Drug Use, or
Other Nonoccupational Exposure to HIV in the United States". MMWR 54 (RR02): 1–
20.
53. ^ Donegan, E., Stuart, M., Niland, J. C., Sacks, H. S., Azen, S. P., Dietrich, S. L.,
Faucett, C., Fletcher, M. A., Kleinman, S. H., Operskalski, E. A., et al. (1990).
"Infection with human immunodeficiency virus type 1 (HIV-1) among recipients of
antibody-positive blood donations". Ann. Intern. Med. 113 (10): 733–739. PubMed.
54. ^ Kaplan, E. H. and Heimer, R. (1995). "HIV incidence among New Haven needle
exchange participants: updated estimates from syringe tracking and testing data". J.
Acquir. Immune Defic. Syndr. Hum. Retrovirol. 10 (2): 175–176. PubMed.
55. ^ a b c d European Study Group on Heterosexual Transmission of HIV (1992).
"Comparison of female to male and male to female transmission of HIV in 563 stable
couples". BMJ. 304 (6830): 809–813. PubMed.
56. ^ a b c d e f Varghese, B., Maher, J. E., Peterman, T. A., Branson, B. M. and Steketee,
R. W. (2002). "Reducing the risk of sexual HIV transmission: quantifying the per-act
risk for HIV on the basis of choice of partner, sex act, and condom use". Sex. Transm.
Dis. 29 (1): 38–43. PubMed.
57. ^ Bell, D. M. (1997). "Occupational risk of human immunodeficiency virus infection
in healthcare workers: an overview.". Am. J. Med. 102 (5B): 9–15. PubMed.
58. ^ Leynaert, B., Downs, A. M. and de Vincenzi, I. (1998). "Heterosexual transmission
of human immunodeficiency virus: variability of infectivity throughout the course of
infection. European Study Group on Heterosexual Transmission of HIV". Am. J.
Epidemiol. 148 (1): 88–96. PubMed.
59. ^ Facts about AIDS & HIV. URL diakses pada 14 Desember 2006
60. ^ Johnson AM & Laga M, Heterosexual transmission of HIV, AIDS, 1988, 2(suppl.
1):S49-S56; N'Galy B & Ryder RW, Epidemiology of HIV infection in Africa,
Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes, 1988, 1(6):551-558; dan
Deschamps M et al., Heterosexual transmission of HIV in Haiti, Annals of Internal
Medicine, 1996, 125(4):324-330.
61. ^ Cayley, W. E. Jr. (2004). "Effectiveness of condoms in reducing heterosexual
transmission of HIV". Am. Fam. Physician 70 (7): 1268–1269. PubMed.
62. ^ Durex. Module 5/Guidelines for Educators. (Microsoft Word) URL diakses pada 17
April 2006
63. ^ PATH (2006). "The female condom: significant potential for STI and pregnancy
prevention". Outlook 22 (2).
64. ^ WHO. (August, 2003). Condom Facts and Figures. URL diakses pada 17 Januari
2006
65. ^ 2 Desember 2003, "Yayasan Bhakti Gelar Orasi Panggung", Bali Post
66. ^ NIAID. Adult Male Circumcision Significantly Reduces Risk of Acquiring HIV:
Trials Kenya and Uganda Stopped Early. URL diakses pada 15 Desember 2006
67. ^ Sperling, R. S., Shapirom D. E., Coombsm R. W., Todd, J. A., Herman, S. A.,
McSherry, G. D., O'Sullivan, M. J., Van Dyke, R. B., Jimenez, E., Rouzioux, C.,
Flynn, P. M., Sullivan, J. L. (1996). "Maternal viral load, zidovudine treatment, and
the risk of transmission of human immunodeficiency virus type 1 from mother to
infant". N. Engl. J. Med. 335 (22): 1621–1629. PubMed.
68. ^ Berry, S.. (2006-06-08). Children, HIV and AIDS. avert.org. URL diakses pada 15
Juni 2006
69. ^ Dias, S. F., Matos, M. G. and Goncalves, A. C. (2005). "Preventing HIV
transmission in adolescents: an analysis of the Portuguese data from the Health
Behaviour School-aged Children study and focus groups". Eur. J. Public Health 15
(3): 300–304. PubMed.
70. ^ a b Department of Health and Human Services. (February, 2006). A Pocket Guide to
Adult HIV/AIDS Treatment February 2006 edition. URL diakses pada 1 September
2006
71. ^ Department of Health and Human Services. (February, 2006). A Pocket Guide to
Adult HIV/AIDS Treatment February 2006 edition. URL diakses pada 1 September
2006
72. ^ Department of Health and Human Services Working Group on Antiretroviral
Therapy and Medical Management of HIV-Infected Children. (November 3, 2005).
Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in Pediatric HIV Infection. (PDF)
URL diakses pada 17 Januari 2006
73. ^ Department of Health and Human Services Panel on Clinical Practices for
Treatment of HIV Infection. (October 6, 2005). Guidelines for the Use of
Antiretroviral Agents in HIV-1-Infected Adults and Adolescents. (PDF) URL diakses
pada 17 Januari 2006
74. ^ Martinez-Picado, J., DePasquale, M. P., Kartsonis, N., Hanna, G. J., Wong, J.,
Finzi, D., Rosenberg, E., Gunthard, H. F., Sutton, L., Savara, A., Petropoulos, C. J.,
Hellmann, N., Walker, B. D., Richman, D. D., Siliciano, R. and D'Aquila, R. T.
(2000). "Antiretroviral resistance during successful therapy of human
immunodeficiency virus type 1 infection". Proc. Natl. Acad. Sci. U. S. A. 97 (20):
10948–10953. PubMed.
75. ^ Dybul, M., Fauci, A. S., Bartlett, J. G., Kaplan, J. E., Pau, A. K.; Panel on Clinical
Practices for Treatment of HIV. (2002). "Guidelines for using antiretroviral agents
among HIV-infected adults and adolescents". Ann. Intern. Med. 137 (5 Pt 2): 381–
433. PubMed.
76. ^ Blankson, J. N., Persaud, D., Siliciano, R. F. (2002). "The challenge of viral
reservoirs in HIV-1 infection". Annu. Rev. Med. 53: 557–593. PubMed.
77. ^ Palella, F. J., Delaney, K. M., Moorman, A. C., Loveless, M. O., Fuhrer, J., Satten,
G. A., Aschman, D. J. and Holmberg, S. D. (1998). "Declining morbidity and
mortality among patients with advanced human immunodeficiency virus infection".
N. Engl. J. Med. 338 (13): 853–860. PubMed.
78. ^ Wood, E., Hogg, R. S., Yip, B., Harrigan, P. R., O'Shaughnessy, M. V. and
Montaner, J. S. (2003). "Is there a baseline CD4 cell count that precludes a survival
response to modern antiretroviral therapy?". AIDS 17 (5): 711–720. PubMed.
79. ^ Chene, G., Sterne, J. A., May, M., Costagliola, D., Ledergerber, B., Phillips, A. N.,
Dabis, F., Lundgren, J., D'Arminio Monforte, A., de Wolf, F., Hogg, R., Reiss, P.,
Justice, A., Leport, C., Staszewski, S., Gill, J., Fatkenheuer, G., Egger, M. E. and the
Antiretroviral Therapy Cohort Collaboration. (2003). "Prognostic importance of
initial response in HIV-1 infected patients starting potent antiretroviral therapy:
analysis of prospective studies". Lancet 362 (9385): 679–686. PubMed.
80. ^ King, J. T., Justice, A. C., Roberts, M. S., Chang, C. H., Fusco, J. S. and the
CHORUS Program Team. (2003). "Long-Term HIV/AIDS Survival Estimation in the
Highly Active Antiretroviral Therapy Era". Medical Decision Making 23 (1): 9–20.
PubMed.
81. ^ Tassie, J.M., Grabar, S., Lancar, R., Deloumeaux, J., Bentata, M., Costagliola, D.
and the Clinical Epidemiology Group from the French Hospital Database on HIV.
(2002). "Time to AIDS from 1992 to 1999 in HIV-1-infected subjects with known
date of infection". Journal of acquired immune deficiency syndromes 30 (1): 81–7.
PubMed.
82. ^ Becker SL, Dezii CM, Burtcel B, Kawabata H, Hodder S. (2002). "Young HIVinfected adults are at greater risk for medication nonadherence". MedGenMed. 4 (3):
21. PubMed.
83. ^ Nieuwkerk, P., Sprangers, M., Burger, D., Hoetelmans, R. M., Hugen, P. W.,
Danner, S. A., van Der Ende, M. E., Schneider, M. M., Schrey, G., Meenhorst, P. L.,
Sprenger, H. G., Kauffmann, R. H., Jambroes, M., Chesney, M. A., de Wolf, F.,
Lange, J. M. and the ATHENA Project. (2001). "Limited Patient Adherence to Highly
Active Antiretroviral Therapy for HIV-1 Infection in an Observational Cohort Study".
Arch. Intern. Med. 161 (16): 1962–1968. PubMed.
84. ^ Kleeberger, C., Phair, J., Strathdee, S., Detels, R., Kingsley, L. and Jacobson, L. P.
(2001). "Determinants of Heterogeneous Adherence to HIV-Antiretroviral Therapies
in the Multicenter AIDS Cohort Study". J. Acquir. Immune Defic. Syndr. 26 (1): 82–
92. PubMed.
85. ^ Heath, K. V., Singer, J., O'Shaughnessy, M. V., Montaner, J. S. and Hogg, R. S.
(2002). "Intentional Nonadherence Due to Adverse Symptoms Associated With
Antiretroviral Therapy". J. Acquir. Immune Defic. Syndr. 31 (2): 211–217. PubMed.
86. ^ Montessori, V., Press, N., Harris, M., Akagi, L., Montaner, J. S. (2004). "Adverse
effects of antiretroviral therapy for HIV infection.". CMAJ 170 (2): 229–238.
PubMed.
87. ^ Saitoh, A., Hull, A. D., Franklin, P. and Spector, S. A. (2005). "Myelomeningocele
in an infant with intrauterine exposure to efavirenz". J. Perinatol. 25 (8): 555–556.
PubMed.
88. ^ Fawzi W, Msamanga G, Spiegelman D, Hunter DJ (2005). "Studies of vitamins and
minerals and HIV transmission and disease progression". J. Nutrition 135 (4): 938–
944. PubMed.
89. ^ (Selenium:) Hurwitz BE, Klaus JR, Llabre MM, Gonzalez A, Lawrence PJ, Maher
KJ, Greeson JM, Baum MK, Shor-Posner G, Skyler JS, Schneiderman N. (2007).
"Suppression of human immunodeficiency virus type 1 viral load with selenium
supplementation: a randomized controlled trial". Arch Intern Med. 167 (2): 148–155.
PubMed.
90. ^ (Vitamin C:) Cathcart, Robert F. (1984). "Vitamin C in the Treatment of Acquired
Immune Deficiency Syndrome". Medical Hypotheses 14 (4): 423-433.
91. ^ a b c Ferrantelli F, Cafaro A, Ensoli B. (2004). "Nonstructural HIV proteins as
targets for prophylactic or therapeutic vaccines". Curr Opin Biotechnol. 15 (6): 543–
556. PubMed.
92. ^ Laurence J. (2006). "Hepatitis A and B virus immunization in HIV-infected
persons". AIDS Reader 16 (1): 15–17. PubMed.
93. ^ a b Saltmarsh, S. (2005). "Voodoo or valid? Alternative therapies benefit those
living with HIV". Positively Aware 3 (16): 46. PubMed.
94. ^ Pharo, A. et al. (1996). "Evaluation of the safety and efficacy of SPV-30 (boxwood
extract) in patients with HIV disease.". Int Conf AIDS (Jul 7–12): 11:19. abstract no.
Mo. B.180.
95. ^ Durant, J. et al. (1998). "Efficacy and safety of Buxussempervirens L. preparations
(SPV-30) in HIV infected asymptomatic patients: a multi-centre, randomized, doubleblind, placebo-controlled trial.". Phytomedicine (5): 1–10.
96. ^ Mills, E., Wu, P. and Ernst, E. (2005). "Complementary therapies for the treatment
of HIV: in search of the evidence.". Int. J. STD AIDS. 16 (6): 395–403. PubMed.
97. ^ UNAIDS (2006). "Annex 2: HIV/AIDS estimates and data, 2005", 2006 Report on
the global AIDS epidemic (PDF). Diakses pada 8 Juni 2006.
98. ^ UNAIDS. (2001). Special Session of the General Assembly on HIV/AIDS Round
table 3 Socio-economic impact of the epidemic and the strengthening of national
capacities to combat HIV/AIDS. (PDF) URL diakses pada 15 Juni 2006
99. ^ World Bank. (2005). Evaluating the World Bank's Assistance for Fighting the
HIV/AIDS Epidemic. URL diakses pada 17 Januari 2006
100.
^ a b c Greener, R. (2002). "AIDS and macroeconomic impact", in S, Forsyth
(ed.): State of The Art: AIDS and Economics (PDF), IAEN, 49–55.
101.
^ Over, M. (1992). "The macroeconomic impact of AIDS in Sub-Saharan
Africa, Population and Human Resources Department". The World Bank.
102.
^ Bonnel, R. (2000). "HIV/AIDS and Economic Growth: A Global
Perspective". S. A. J. Economics 68 (5): 820–855.
103.
^ Bell, C., Gersbach, H. and Devarajan, S.. (2003). The long-run economic
costs of AIDS: theory and an application to South Africa. eldis. URL diakses pada 28
Maret 2006
104.
^ Mu Xuequan. (2006). Zimbabwe launches world's first AIDS training
package. xinhua. URL diakses pada 3 Oktober 2006
105.
^ UNAIDS (2006). "The impact of AIDS on people and societies", 2006
Report on the global AIDS epidemic (PDF). Diakses pada 14 Juni 2006.
106.
^ Ogden, J. and Nyblade, L.. (2005). Common at its core: HIV-related stigma
across contexts. (PDF) International Center for Research on Women. URL diakses
pada 15 Februari 2007
107.
^ a b c d Herek, G. M. and Capitanio, J. P.. (1999). AIDS Stigma and sexual
prejudice. (PDF) Am. Behav, Scientist. URL diakses pada 27 Maret 2006
108.
^ Snyder M, Omoto AM, Crain AL. (1999). "Punished for their good deeds:
stigmatization for AIDS volunteers". American Behavioral Scientist 42 (7): 1175–
1192.
109.
^ a b Herek GM, Capitanio JP, Widaman KF. (2002). "HIV-related stigma and
knowledge in the United States: prevalence and trends, 1991–1999" (PDF). Am. J.
Public Health. 92 (3): 371–377.
110.
^ Herek, GM, Widaman, KF, Capitanio, JP (2005). "When sex equals AIDS:
Symbolic stigma and heterosexual adults’ inaccurate beliefs about sexual transmission
of AIDS" (PDF). Social Problems. 52 (1): 15–37.
111.
^ United States Health Resources and Services Administration. Stigma and
HIV-AIDS, A review of the literature. HRSA. URL diakses pada 24 Maret 2006
112.
^ CDC. (1981). Pneumocystis Pneumonia — Los Angeles. CDC. URL
diakses pada 17 Januari 2006
113.
^ Zhu, T., Korber, B. T., Nahmias, A. J., Hooper, E., Sharp, P. M. and Ho, D.
D. (1998). "An African HIV-1 Sequence from 1959 and Implications for the Origin of
the Epidemic". Nature 391 (6667): 594–597. PubMed DOI:10.1038/35400.
114.
^ Kolata, G.. "Boy's 1969 death suggests AIDS invaded U.S. several times",
The New York Times, 1987-10-28. Diakses pada 2006-06-19.
115.
^ Hooper, E. (1997). "Sailors and star-bursts, and the arrival of HIV". BMJ
315 (7123): 1689–1691. PubMed.
116.
^ Reeves, J. D. and Doms, R. W (2002). "Human Immunodeficiency Virus
Type 2". J. Gen. Virol. 83 (Pt 6): 1253–1265. PubMed.
117.
^ Keele, B. F., van Heuverswyn, F., Li, Y. Y., Bailes, E., Takehisa, J.,
Santiago, M. L., Bibollet-Ruche, F., Chen, Y., Wain, L. V., Liegois, F., Loul, S.,
Mpoudi Ngole, E., Bienvenue, Y., Delaporte, E., Brookfield, J. F. Y., Sharp, P. M.,
Shaw, G. M., Peeters, M., Hahn, B. H. (2006). "Chimpanzee Reservoirs of Pandemic
and Nonpandemic HIV-1". Science Online 2006-05-25.
PubMeddoi:10.1126/science.1126531.
118.
^ Cohen, J. (2000). "Vaccine Theory of AIDS Origins Disputed at Royal
Society". Science 289 (5486): 1850–1851. PubMed.
119.
^ Curtis, T. (1992). "The origin of AIDS". Rolling Stone (626): 54–59, 61,
106, 108.
120.
^ Hooper, E. (1999). The River : A Journey to the Source of HIV and AIDS,
1st, Boston, MA: Little Brown & Co, 1–1070. ISBN 0-316-37261-7.
121.
^ Worobey M, Santiago ML, Keele BF, Ndjango JB, Joy JB, Labama BL,
Dhed'A BD, Rambaut A, Sharp PM, Shaw GM, Hahn BH (2004). "Origin of AIDS:
contaminated polio vaccine theory refuted". Nature 428 (6985): 820. PubMed.
122.
^ Berry N, Jenkins A, Martin J, Davis C, Wood D, Schild G, Bottiger M,
Holmes H, Minor P, Almond N (2005). "Mitochondrial DNA and retroviral RNA
analyses of archival oral polio vaccine (OPV CHAT) materials: evidence of macaque
nuclear sequences confirms substrate identity". Vaccine 23: 1639–1648. PubMed.
123.
^ Centers for Disease Control and Prevention. (2004-03-23). Oral Polio
Vaccine and HIV / AIDS: Questions and Answers. URL diakses pada 20 November
2006
124.
^ Duesberg, P. H. (1988). "HIV is not the cause of AIDS". Science 241
(4865): 514, 517. PubMed.
125.
^ Papadopulos-Eleopulos, E., Turner, V. F., Papadimitriou, J., Page, B.,
Causer, D., Alfonso, H., Mhlongo, S., Miller, T., Maniotis, A. and Fiala, C. (2004).
"A critique of the Montagnier evidence for the HIV/AIDS hypothesis". Med
Hypotheses 63 (4): 597–601. PubMed.
126.
^ Untuk bukti konsensis ilmu pengetahuan bahwa HIV menyebabkan AIDS,
lihat:
o (2000). "The Durban Declaration". Nature 406 (6791): 15-6.
DOI:10.1038/35017662. - full text here.
o Cohen, J. (1994). "The Controversy over HIV and AIDS". Science 266 (5191):
1642–1649.
o
Various. Focus on the HIV-AIDS Connection: Resource links. National
Institute of Allergy and Infectious Diseases. URL diakses pada 7 September
2006
o O'Brien SJ, Goedert JJ (1996). "HIV causes AIDS: Koch's postulates
fulfilled". Curr. Opin. Immunol. 8 (5): 613-8.
o Galéa P, Chermann JC (1998). "HIV as the cause of AIDS and associated
diseases". Genetica 104 (2): 133-42.
127.
^ Watson J (2006). "Scientists, activists sue South Africa's AIDS 'denialists'".
Nat. Med. 12 (1): 6. DOI:10.1038/nm0106-6a.
128.
^ Baleta A (2003). "S Africa's AIDS activists accuse government of murder".
Lancet 361 (9363): 1105.
129.
^ Cohen J (2000). "South Africa's new enemy". Science 288 (5474): 2168-70.
130.
^ Blechner, M. (1997) Hope and Mortality: Psychodynamic Approaches to
AIDS and HIV. Hillsdale, NJ: The Analytic Press.
[sunting] Pranala luar
Lihat informasi mengenai AIDS di KamusWiki.
Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai:
AIDS
Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan:
AIDS
Wikisumber memiliki naskah atau teks asli yang berkaitan dengan:
Muzakarah Nasional Ulama tentang Penanggulangan Penularan HIV/AIDS






(id)Situs web Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
(id)Yayasan AIDS Indonesia
(id)Yayasan Spiritia — kelompok dukungan sebaya oleh dan untuk orang yang
hidup dengan HIV
(id)Portal Komunitas AIDS Indonesia
(en)The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)
(en)International AIDS Society — asosiasi independen pakar HIV/AIDS
internasional
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS"
Kategori: Artikel kelas-A bertopik biologi | AIDS | Pandemik | Sindrom
Download