bab3. ainformasi akuntansi penuh.riswan

advertisement
BAB III
FULL ACOUNTING INFORMATION
(INFORMASI AKUNTANSI PENUH)
3.1 Definisi full Acounting Information
Full Acounting Information adalah seluruh aktiva, seluruh pendapatan yang diperoleh dan
seluruh sumber yang dikorbankan suatu objek informasi. Unsur yang membentuk informasi
akuntansi penuh adalah total aktiva, total pendapatan dan total biaya. Jika informasi akuntansi
penuh berupa aktiva disebut dengan aktiva penuh (full assets).
3.2 Manfaat Full Acounting Information
Informasi akuntansi penuh bermanfaat bagi manajemen untuk:
1. Pelaporan keuangan
Pelaporan keuangan terbagi menjadi dua yaitu pelaporan keuangan kepada phak luar
dan pelaporan keuangan pada manajemen puncak. Pelaporan keuangan memerlukan
informasi akuntansi penuh yang berupa informasi masa lalu. Informasi akuntansi
penuh masa lalu yang bermanfaat adalah aktiva penuh, pendapatan penuh dan biaya
penuh.
2. Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis)
Analisis kemampuan menghasilkan laba dapat diterapkan dalam berbagai objek
informasi, diantaranya produk, keluarga produk (product line), aktivitas (activities),
atau unit organisasi.
3. Mengetahui biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu
Untuk mengetahui berapa biaya sesuatu, informasi akuntansi penuh yang bermanfaat
adalah biaya penuh masa lalu yang berkaitan dengan objek biaya. Biaya penuh yang
telah dikeluarkan untuk sesuatu berperan bagi manajemen dalam:
1. Evaluasi konsumsi sumber daya yang dikorbankan untuk sesuatu
2. Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melongok struktur biaya
perusahaan pesaing yang digunakan untuk menghasilkan produk berupa barang
atau jasa
3. Pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri
4. Penentuan harga jual produk (barang atau jasa)
5. Penyediaan kemudahan dalam penghilangan pemborosan dengan menyediakan
informasi biaya untuk aktivitas bukan penambah nilai
6. Penyediaan informasi untuk improvement terhadap tingkat kemampuan barang
atau jasa dalam menghasilkan laba dengan memantau total biaya daur hidup
barang atau jasa
7. Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan,
pengendalian dan pengambilan keputusan tentang biaya mutu (quality costs)
8. Cost reimbursement
9. Inventory costing
4. Penentuan harga jual dalam cost type contact
Penentuan harga jual dalam cost type contact memerlukan informasi akuntansi penuh
berupa biaya penuh masa lalu.
5. Penentuan harga jual normal
Informasi akuntansi penuh masa yang akan datang yang bermanfaat dalam penentuan
harga jual normal adalah aktiva penuh dan biaya penuh. Biaya penuh yang dipakai
sebagai dasar penentuan harga jual normal dapat dihitung dengan salah satu dari tiga
pendekatan, yaitu full costing, variable costing atau activity-based costing.
6. Penentuan harga transfer
Ada dua macam pendekatan yang digunakan untuk menentukan harga transfer, yaitu
penetuan harga transfer atas dasar biaya (cost-based transfer price) dan penetuan
harga transfer atas dasar harga pasar (market-based transfer price).
7. Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah
Informasi akuntansi penuh masa yang akan datang yang bermanfaat dalam penentuan
harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah adalah aktiva penuh dan biaya
penuh. Biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual yang diatur
dengan peraturan pemerintah dihitung dengan menggunakan pendekatan full costing.
8. Penyusunan program
Dalam penyusunan program, manajemen memerlukan informasi akuntansi penuh
masa yang akan datang berupa aktiva penuh, pendapatan penuh dan biaya penuh.
3.3 Klasifikasi Akuntansi Biaya Penuh )Full Acounting Information)
Akutansi biaya penuh dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu
-. biaya penuh historis (historical cost) dan
-. biaya penuh masa yang akan datang (future estimate).
Biaya penuh historis terutama digunakan untuk menyajikan laporan keuangan
perusahaan baik itu neraca maupun perubahan posisi keuangan. Di samping itu biaya penuh
juga digunakan untuk menilai prestasi manajer yang memimpin perusahaan, sedangkan biaya
penuh masa yang akan datang terutama digunakan untuk semua tipe perencanaan baik itu
perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek atau sering juga disebut
pembuatan program yaitu keputusan tentang langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Biaya penuh masa yang akan datang juga digunakan untuk menetapkan berapa
harga penjualan normal yang dikehendaki perusahaan supaya perusahaan tidak mengalami
kerugian.
Sebagai contoh, PT. ANDO membeli komponen kipas angin sebesar Rp. 15.000,- dan untuk
merakit kipas angin tersebut diperlukan biaya-biaya sebagai berikut : Upah tenaga kerja Rp.
2.000,- biaya material (suku cadang) sebesar Rp. 3.000,- serta biaya operasi sebesar Rp.
5.000,- (termasuk biaya tetap), maka biaya penuh dari kipas angin tersebut adalah Rp.
25.000,-.
3.4 Perbedaan Full Costing, Variabel Costing dan Activity Based Costing
1. Full Costing
Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan
seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead
pabrik tetap.
Biaya penuh (full cost) adalah jumlah seluruh biaya langsung yang berkenaan dengan
item tersebut ditambah bagian-bagian yang layak dibebankan pada item tersebut dari
biaya tidak langsung.
Contoh. FCA
Apabila perusahaan membeli komponen kipas angin Rp.15 000 dan menggunakan tenaga
kerja langsung untuk merakit dengan upah Rp.2 000 material (suku cadang dan lain-lain)
Rp.3000 serta bagian yang layak dibebankan pada kipas angin dari biaya operasi Rp.5 000
(termasuk biaya tetap) maka biaya penuh (full cost) dari kipas angin adalah Rp. 25 000
Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun
tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan dimuka
pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena
itu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai
yang belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan)
apabila produk selesai tersebut tidak dijual.
Akutansi biaya penuh dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu
-. biaya penuh historis (historical cost) dan
-. biaya penuh masa yang akan datang (future estimate).
Biaya penuh historis terutama digunakan untuk menyajikan laporan keuangan
perusahaan baik itu neraca maupun perubahan posisi keuangan. Di samping itu biaya
penuh juga digunakan untuk menilai prestasi manajer yang memimpin perusahaan,
sedangkan biaya penult masa yang akan datang terutama digunakan untuk semua tipe
perencanaan baik itu perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek
atau sering juga disebut pembuatan program yaitu keputusan tentang langkah-langkah apa
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Biaya penuh masa yang akan datang juga digunakan untuk menetapkan berapa
harga penjualan normal yang dikehendaki perusahaan supaya perusahaan tidak
mengalami kerugian.
Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan
mempunyai akibat pada :
1.Perhitungan harga pokok produksi dan
2.Penyajian laporan laba-rugi.
Perhitungan Metode Full Costing
Harga Pokok Produksi :
Rp. xxx.xxx
Biaya bahan baku
Rp. xxx.xxx
Biaya tenaga kerja langsung
Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik tetap
Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel
Rp. xxx.xxx
Harga Pokok Produk
Rp. xxx.xxx
Dengan menggunakan Metode Full Costing,
1. Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk
atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya
overhead yang sesungguhnya.
2. Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang
sesungguh- nya terjadi.
Catatan :
Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
3. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka
pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk
mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk
dalam proses maupun produk jadi)
4. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya
samapi saat produk yang bersangkutan dijual.
2. Variabel Costing
Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan
komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
variabel.
-. Kegunaan Variable Costing
a. Penentuan Harga Jual
Teori ekonomi mikro menyebutkan bahwa proses terjadinya harga adalah karena
adanya dua kekuatan yang saling dominan yaitu kekuatan permintaan dan
penawaran. Dengan demikian perusahaan tidak mampu mengendalikan harga
produk yang dilempar ke pasar, karena keadaan pasar itu sendiri. Walaupun
sampai pada batas-batas tertentu perusahaan dapat mengontrol harga jualnya,
tetapi kontrol itu tidak menjadi sedemikian kuatnya sehingga harga pokok masih
merupakan satu - satunya faktor penentu penetapan harga jual. Dalam keadaan
seperti ini variable costing memberikan pedoman bagi menajemen sampai
seberapa harga jual dapat berkurang sehingga biaya produksi dapat ditutupi.
b. Perencanaan Laba
Metode variable costing menitik-beratkan pada informasi mengenai contribution
margin, yang merupakan kelebihan hasil penjualan terhadap biaya variable.
Biaya contribution margin dihitung dalam bentuk presentase dari hasil
penjualan, maka diperoleh contribution margin ratio atau marginal income ratio.
Contribution margin merupakan data penting untuk membentuk menajemen di
dalam mengambil keputusan apabila suatu produk lain harus dihentikan
produksinya. Contribution margin ratio dapat membantu manajemen di dalam
mengambil keputusan produk mana yang perlu didorong dan produk mana yang
dikurangi produksinya..
c . Pembuatan Keputusan
Manajemen sering dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif, dimana
alternatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya laba
perusahaan. Bantuan VC sangat tepat dalam hal usaha untuk memasuki pasarpasar baru, perluasan usaha, membuat sendiri atau memesan bahan pembantu
atau suku cadang tertentu, keputusan memproses lebih lanjut produk sebelum
dijual atau menjualnya setelah proses terdahulu, keputusan menghentikan suatu
produk atau meneruskannya.
-. Keunggulan Variable Costing
a. Persediaan ( Cost )
IAI ( 1984 : 24 ) menyebutkan “ … harga pokok barang yang diproduksi
meliputi semua biaya bahan langsung yang dipakai, upah langsung, serta biaya
produksi tidak langsung, dengan memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir
barang dalam pengolahan “. selanjutnya IAI ( 1984 : 13 ) juga menyebutkan
pengakuan yang sedikit fleksibel hanya terdapat pada industri ekstraktif bahwa,
“ laporan keuangan harus dinyatakan kembali secara retroaktif ( berlaku surut )
untuk perubahan berikut ini …, perubahan ke atau dari metode biaya penuh (full
cost) dalam industri ekstraktif. “ Jadi pengakuan adanya laporan keuangan
dalam bentuk selain full cost hanya ungkapan tersirat ( implisit ), dan itupun
hanya kekecualian ( pada perusahaan ekstraktif ). Alasan lain adanya
fleksibelitas
karena
industri
ekstraktif
dalam
kegiatannya
cenderung
menggunakan biaya merginal (variable).
b. Kapasitas Menganggur ( Idle Capacity )
Dalam majalah akuntansi ( 1989 : 5 ) edisi bulan September disebutkan bahwa “
kelemahan konsepsual lainnya dari metode full costing ini adalah masalah
prosedur alokasi BOPT dan jika terjadi biaya yang keluar karena tidak efesien
atau adanya kapasitas yang menganggur ( idle capacity ) “. Selanjutnya Hongren
( 1988 : 79 ) menyebutkan bahwa : … varian tidak dapat dimasukkan ke dalam
persediaan (uninventoriable) dan harus dianggap sebagai penyesuaian laba
periode bersangkutan, bukan diproratakan pada persediaan dan HPP. Dengan
cara ini pernilaian persediaan akan lebih representatif terhadap biaya yang
diinginkan dan yang dapat dicapai. Tetapi jika terjadi varians yang cukup
material maka harus dialokasikan secara proporsional ke finished good, WIP,
dan harga pokok. Memasukkannya ke dalam WIP dan ke finished good mau
tidak mau akan menaikkan nilai persediaan, karena tidak efisien. Lain halnya
kalau tidak material, akan dikeluarkan seluruhnya menjadi beban tahun berjalan.
Lebih jelas, menahan kapasitas menganggur (ketidak – efisienan ) tidak
mempunyai manfaat ekonomis dan jasa potensial di masa yang akan datang.
c . Pelaporan Laba
Keunggulan variable costing yang lainnya akan disajikan melalui suatu contoh
kasus yang dapat dilihat pada gambar 6.1, 6.2, dan 6.3. Laba yang telah
diperoleh dalam tahun ke-2 dan ke-3, sejalan dengan meningkatnya tingkat
penjualan. Sementara itu tingkat produksi dalam tahun ke- 2 juga naik, akan
tetapi periode tahun ke- 3 justru turun ( manajer mengatur tingkat produksi ).
Lalu hasil kerja manajer dalam gambar 6.1. (metode full costing) dibandingkan
dengan laporan rugi-laba dengan metode variabel costing ( gambar 6.2. ) Dalam
gambar 6.2.a. terlihat dengan jelas bahwa sebenarnya laba baru dapat dicapai
hanya dalam periode tahun ke-3 saja, dan seharusnya manajer baru dapat
menikmati bonusnya dalam periode akhir tahun ke- 3. Mengapa laba per tahun
yang dilaporkan menurut metode full costing berbeda dengan hasil metode
variable costing ? Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan BOP
Tetap ( gambar 6.2.b) Yang perlu digaris bawahi tentang kedua metode ini
dikaitkan dengan pelaporan laba ialah bahwa laba yang dilaporakan berdasarkan
metode full costing sangat dipengaruhi oleh perubahan tingkat produksi.
Berbeda dengan metode variable costing, laba yang dihitung sangat dipengaruhi
oleh tingkat penjualan (gambar 6.3. ). Besarnya tingkat penjualan adalah
indikator yang baik, untuk menilai kinerja manajer perusahaan, karena dunia
bisnis sekarang sudah benar- benar kompetitif. Dengan demikian wajarlah
apabila para pemegang saham dan kreditur menerima laporan laba yang
didasarkan atas kemampuan manajer menjual produk, bukannya didasarkan atas
kemampuan manajer “ mempermainkan “ tingkat produksi.
Gambar 6.1.
Contoh kasus = Pelaporan Laba
Tiga tahun yang lalu, PT. Ratna Juwita berada dalam kesulitan. Tingkat
produksinya di bawah kapasitas normal. Perusahaan ini telah menyewa seorang
manajer yang cukup terkenal dan bersedia mengambil alih kendali perusahaan.
Dia seorang cukup bermurah hati. Ia mau dibayar dengan gaji yang sangat relatif
rendah. Akan tetapi menuntut bonus 10 % per tahun dari laba bersih. Berikut
adalah laporan rugi laba perusahaan selama ia pimpin ( 3 tahun ).
Ratna Juwita – Laporan rugi laba untuk tahun ke – 1,2,3.
Dalam miliaran rupiah ( Metode full costing ).
Penjualan
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Ke- 1
ke- 2
ke- 3
1–3
* 34,0
50,0
60,0
144,0
-
6,4
1) Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal
-
-
Harga Pokok Produksi
25,4
38,4
33,4
97,2
Persediaan Akhir
-
(6,4)
-
-
Hpp
25,4
32,0
39,8
97,2
Laba Kotor
8,6
18,0
20,2
46,8
2) Biaya Pemasaran
9,1
16,4
19,1
44,8
Laba (Rugi) Bersih
(0,5)
1,4
1,1
2,0
* Harga Jual = Rp 2.000,00 per unit
Gambar 6.2
a. PT. Ratna Juwita- Laporan Rugi-Laba untuk tahun ke- 1,2,3
Dalam milyaran Rupiah, (Metode Variable Costing)
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Ke- 1
ke- 2
ke- 3
ke 1- 3
34,0
50,0
60,0
144,0
-
-
5,0
-
Harga Pokok Produksi Var 17,0
30,0
25,0
72,0
Persediaan Akhir
-
( 5,0)
-
-
Hpp Variabel
17,0
25,0
30,0
72,0
Adm Var
8,5
12,5
15,0
36,0
Marjin Kontribusi
8,5
12,5
15,0
36,0
(- ) BOP Tetap
8,4
8,4
8,4
25,2
Biaya Pem & Adm Tetap
0,6
4,1
4,1
8,8
9,0
12,5
12,5
34,0
(0,5)
NIHIL
2,5
2,0
Penjualan
(- ) Hpp Variabel
Persediaan Awal
Biaya Pemasaran dan
Laba bersih
b. Penjelasan perbedaan Laba Metode FC dengan Metode VC
Tahun
Tahun
Tahun
Ke- 1
ke- 2
ke- 3
(0,5)
1,4
1,1
Laba bersih (Metode VC) (0,5)
0
2,5
Perbedaan
4
1,4
Laba bersih (Metode FC)
0 1,
Perubahan jumlah Persediaan dalam
Unit (metode VC )
0
Dikalikan tarif BOP Tetap 0,28
5
5
0,28
0,28
Tarif ini dihitung dari total BOP Tetap ( = Rp 8,4 milyar ) dibagi dengan
kapsitas normal dalam unit ( 30 milyar unit )
-. Kelemahan Variable Costing
Setelah diuraikan kebaikan variable costing, berikut ini akan diuraikan
kelemahan- kelemahan Variable costing.
1. Pemisahan Biaya-biaya ke dalam variable dan biaya tetap sebenarnya sulit
dilaksanakan, karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variable atau
benar-benar tetap. Suatu biaya digolongkan sebagai biaya variable apabila
asumsi berikut ini dipenuhi :
a. Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah.
b. Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah.
c . Bahwa tingkat efesiensi tidak berfluktuasi.
Sedangkan biaya tetap dapat dibagi menjadi 2 kelompok :
a. Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah,misalnya gaji
manajer produksi, pemasaran, keuangan danpembukuan.
b. Biaya tetap yang dalam jangka panjang tetap konstan misalnya beban
depresiasi dan sewa kantor yang dikontrak untuk jangka panjang.
Tetapi dalam jangka panjang semua biaya bersifat variable.
1. Metode variable costing tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
yang lazim ( di Indonesia Prinsip Akuntansi Indonesia = PAI ), sehingga
laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus
dibuat atas dasar full costing. Menurut pendukung full costing adalah tidak
wajar apabila BOP Tetap tidak diperhitungkan dalam harga pokok
persediaan dan harga penjualan. BOP Tetap seperti halnya BOP Variable
diperlukan untuk menghasilkan produk oleh karena harus dibebankan
sebagai biaya produksi.
2. Tidak diperhitungkannya BOP Tetap dalam harga Pokok Persediaan akan
mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi
modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisa keuangan.
3.5 Penentuan Harga Jual
-. Hal – hal yang mempengaruhi harga jual
1. Biaya Penuh untuk memproduksi produk/jasa (dapat diramalkan)
Biaya penuh disini adalah informasi batas bawah penentuan harga jual artinya ” bila
biaya penuh tidak boleh lebih besar dari harga jual, supaya tidak menghasilkan
kerugian.
2. Aspek di luar biaya meliputi :
-. Selera konsumen
-. Demand and suplai
Sulit Diramal
-. Jumlah Pesaing yang memasuki pasar
-. Harga jula produk pesaing
-. Manfaat biaya penuh
1. Mengurangi ketidak pastian dalam mengambil keputusan
2. Mengambil keputusan untuk memasuki pasar
-. Jika biaya penuh > Harga Jual Dipasar
-. Jika biaya penuh < Harga Jual
Produk ngak bisa masuk pasar
Maka produk bisa masuk pasar
3. Memberi perlindungan dalam kerugian
4. Memberi informasi tindakan pesaing
-. Metode Penentuan Harga Jual
1. Harga Jual Normal
2. Harga Jual untuk pesanan Khusus
3. Harga jual dengan cost tipe contract
4. Harga jual yang dihasilkan oleh perusahaan yang di atur oleh pemerintah
Penjelasan
1. Harga Jual Normal
Secara normal : Harga jual harus dapat menutupi biaya penuh + Menghasilkan laba
Formula : Tafsiran biaya Penuh + laba yang di harapkan
Metode Full Costing
1. Cost of capital
Metode Variabel Costing
2. Resiko bisnis
3. Capital employed
-. Cost Capital : Biaya yang dikeluarkan untuk investasi
Misalkan : butuh dana untuk jalankan usaha dengan kredit bank yang bunganya 24
% dan tax dari kaba tersebut dihasilkan 25 % maka
Cos capitalnya = (100 % x 25 % ) x 0,24 =
= 18 %
3.6 Pelaporan Keuangan
-. Laporan keuangan disajikan untuk pihak insternal dan fihak eksternal
-. Untuk pihak eksternal terikat oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum sedangkan untuk
pihak internal tidak terikat oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum
-. Untuk kepentingan pelaporan keuangan dibutuhkan informasi akuntansi penuh berupa
informasi masa lalu
Contoh
Pendapatan dan biaya penuh yang disajikan dalam laporan laba rugi
Untuk pihak luar perusahaan
Pendapatan Penjualan pada pihak luar
Rp. 10.000.000
Accounting
Information
revenues,
dan atau full costs. Oleh
Harga Pokok
Penjualan Terdiri dari Full assets, full Rp.
5.500.000
Laba bruto
Rp. 4.500.000
Biaya Usaha
Rp. (2.000.000)
Laba bersih Usaha
Rp. 2.500.000
Pendapatan dan biaya di luar usaha
Rp.
Laba bersih sebelum pajak
Rp. 2.000.000
(500.000)
Pendapatan dan biaya penuh yang disajikan melalui
Laporan rugi laba untuk manajemen Puncak
Pendapatan Penjualan pada pihak luar
Pendapatan penjualan antar devisi
Rp. 10.000.000
2.500.000
Pendapatan penuh
Rp. 12.500.000
Biaya langsung devisi :
1. Devisi Produksi
Rp. 5.000.000
2. Biaya Umum dan Administrasi
Rp. 1.000.000
3. Biaya Pemasaran
Rp. 2.500.000
4. Biaya langsung devisi
Rp. 8.000.000
5. Alokasi Biaya Dari Pusat
Rp. 1.000.000
Biaya Penuh
Rp. 9.500.000
Laba bersih sebelum pajak
Rp. 3.000.000
Full costs Merupakan total biaya yang bersangkutan dengan objek informasi. Jika objek
informasi berupa produk, maka full costs merupakan total biaya yang bersangkutan dengan
produk tersebut. Full Costs dipengaruhi oleh metode penentuan Harga Pokok Produk yang
digunakan, berupa:
- Full Costing
- Variable Costing
- Activity Based Costing
Full Costing Merupakan salah satu metode penentuan harga pokok produksi, yang
membebankan seluruh biaya produksi sebagai harga pokok produksi, baik biaya variabel
maupun tetap
Penyajian Laporan Laba Rugi
Laporan Laba-Rugi
( Metode Full Costing )
Hasil penjualan
Rp.
500.000
Harga pokok penjualan
Rp.
250.000 -
Laba Bruto
Rp.
250.000
Biaya administrasi dan umum
Rp.
50.000 -
Biaya pemasaran
Rp.
75.000 -
Laba Bersih Usaha
Rp .
Ket :
125.000
Laporan Laba-rugi tsb menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi
pokok dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi
administrasi dan umum.
Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan
komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Menurut
metode full costing, karena produk yang dihasilkan ternyata menyerap jasa BOP Tetap
walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila biaya tadi dimasukkan sebagai
komponen pembentuk produk tersebut. Sementara dipihak lain, variable costing beranggapan
bahwa BOP Tetap tadi tidak secara langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau
dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya BOP Tetap dimasukkan dalam
kelompok
period
cost
(
biaya
periode
).
Penggunaan konsep yang berbeda akan menghasilkan konsekuensi yang berbeda pula.
Demikian halnya dengan kedua metode penentuan harga pokok ini. Laporan rugi – laba yang
disusun berdasarkan kedua metode akan menghasilkan laba yang berbeda. Jika pada periode
tersebut terdapat perbedaan persediaan awal dan akhir produk selesai. Hal ini disebabkan
karena metode full costing memasukkan BOP Tetap sebagai komponen harga pokok,
sehingga apabila diakhiri periode terdapat persediaan produk selesai maka akan terjadi
penundaan
pembebanan
BOP
Tetap
ke
Variable
periode
Costing
Direct costing/variabel costing adalah penentuan harga pokok produksi, di mana hanya biaya
variabel saja yang dibebankan sebagai elemen biaya produksi. Dengan penentuan seperti itu,
maka akan mempengaruhi cara penyajian laporan laba/rugi, di mana laporan laba/rugi akan
disajikan
sebagai
berikut:
Penjualan
Rpxxx
Biaya
variabel
Marjin
Rpxxx
_
kontribusi
Biaya
tetap
Laba
Rpxxx
Rpxxx
_
bersih
Rpxxx
Keuntungan dari pendekatan variable costing adalah tidak menunda pembebanan biaya tetap
produksi, karena biaya tetap dianggap biaya periode. Dengan pembebanan seluruh biaya tetap
ke periode dikeluarkannya, maka laba bersih akan menunjukkan jumlah yang berfluktuasi
secara proporsional dengan penjualan, sehingga bagi manajemen lebih informatif. Direct
costing
mempunyai
beberapa
manfaat
sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
untuk
perencanaan
untuk
untuk
laba
jangka
pengambilan
penentuan
pendek
keputusan
harga
dan
jual
lain-lain.
Kelemahan dari direct costing yang utama adalah tidak bisa disajikan kepada pihak ekstern
karena tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU).
Download