Slide Materi 3. Pendahuluan Menurut buku "Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman" oleh Prof. Dr. Ir. H. M. Syakir, pengendalian kimia adalah metode pengendalian yang menggunakan bahan kimia untuk mengendalikan atau menghilangkan hama, penyakit, atau gulma yang dapat merusak tanaman. 4. Pengertian pengendalian kimiawi Pengendalian hama secara kimia mengacu pada penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama di lingkungan pertanian. Pengendalian hama secara kimia melibatkan penggunaan zat kimia untuk mengendalikan atau membasmi serangga, gulma, dan organisme lain yang tidak diinginkan yang dapat membahayakan tanaman. Metode ini sering digunakan sebagai cara terakhir dalam pengendalian hama karena dapat efektif tetapi juga memiliki potensi risiko terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Ada berbagai jenis pestisida, seperti insektisida (untuk serangga), herbisida (untuk gulma), fungisida (untuk jamur), dan rodentisida (untuk pengerat). 5. Jenis" pestisida berdasarkan target organisme A. Pestisida untuk serangga atau hama 1. Insektisida Insektisida adalah zat kimia atau biologi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan populasi serangga yang dianggap merugikan, terutama pada tanaman pertanian. Insektisida berfungsi mengendalikan serangga pengganggu tanaman. Kandungan (Bahan Aktif) Umum: Karbamat (misalnya: carbaryl, carbofuran) → bekerja menghambat enzim saraf serangga. 2. Organofosfat (misalnya: chlorpyrifos, diazinon) → sangat efektif, tapi bersifat toksik bagi manusia dan lingkungan jika tidak digunakan dengan benar. 3. Neonikotinoid (misalnya: imidacloprid, acetamiprid) → sistemik, diserap oleh tanaman dan bekerja dari dalam. 4. Pyrethroid (misalnya: cypermethrin, deltamethrin) → tiruan sintetik dari piretrin alami, bekerja cepat dan kontak langsung. 5. Biologis (misalnya: Bacillus thuringiensis atau Bt) → menyerang usus serangga, ramah lingkungan. Contoh hama sasaran: Ulat, kutu daun, wereng, belalang, penggerek batang, dll. 1. 2. Akarisida (Mitikida) Akarisida adalah pestisida yang secara spesifik ditujukan untuk mengendalikan dan menghambat perkembangan tungau dan kadang-kadang kutu kecil (acarina) yang menyerang daun atau batang tanaman. Kandungan (Bahan Aktif) Umum: Abamectin → bersifat sistemik, diambil oleh jaringan tanaman dan membunuh tungau dari dalam. 2. Fenpyroximate → bekerja sebagai racun kontak dan lambung, efektif terhadap berbagai jenis tungau. 3. Spiromesifen → menghambat perkembangan dan pertumbuhan tungau, cocok untuk pengendalian jangka panjang. 4. Propargite → kontak langsung, sering digunakan pada tanaman jeruk dan teh. Contoh hama sasaran: Tungau merah (Tetranychus spp.), tungau kuning. 1. 3. Nematisida nematisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau menekan aktivitas nematoda parasit, yaitu cacing mikroskopis yang hidup di dalam tanah dan menyerang sistem akar tanaman. Kandungan (Bahan Aktif) Umum: Fosthiazate → nematisida sistemik, diserap oleh akar dan membunuh nematoda di sekitarnya. 2. Oxamyl → racun sistemik, bekerja cepat dan efektif. 3. Carbofuran (juga tergolong karbamat) → sering digunakan sebagai insektisida sekaligus nematisida. 4. Fluopyram → termasuk kelompok fungisida, tapi efektif juga untuk nematoda. Contoh hama sasaran: Nematoda akar (Meloidogyne spp.). 1. 6. Cara kerja pestisida kimia RACUN KONTAK Cara kerja insektisida jenis racun kontak adalah kontak atau bersentuhan langsung, insektisida racun kontak dapat bekerja apabilapengaplikasiannya terkena langsung dengan jasad sasarannya. Insektisida jenis ini sebaiknya diaplikasikan untuk hama yang berada di permukaan tanaman dan tidak efektif untuk hama yang berpindah-pindah dan terbang. RACUN LAMBUNG Racun yang terdapat dalam insektisida racun lambung hanya akan bekerja kalau bagian tanaman yang telah disemprot insektisida termakan oleh hama, dan hama tersebut akan mengalami keracunan. RACUN PERNAFASAN Cara kerja insektisida jenis racun pernafasan ini dapat membunuh serangga jika terhisap melalui organ pernafasannya. Jenis insektisida ini efektif untuk mengendalikan hama yang mobilitas atau perpindahannya tinggi, karena meskipun tidak terkena secara langsung, hama akan tetap mati jika menghirup partikel mikro insektisida yang terbang di udara. RACUN SISTEMIK Cara kerja insektisida dengan mekanisme racun sistemik setelah disemprotkan pada tanaman atau ditaburkan pada tanah maka akan terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun sehingga dapat membunuh hama yang memakan atau menghisap cairan atau bagian tanaman. Bagian tanaman atau cairan itu berubah menjadi racun lambung bagi serangga, sehingga sangat tepat untuk mengendalikan hama jenis penghisap, ulat dan hama penggerek yang bersembunyi atau berada di dalam batang tanaman. 7. Kelebihan dan kelemahan pestisida kimiawi Kelebihan Pengendalian Secara Kimia Terhadap Hama 1. Efektif dan Cepat: Pengendalian hama secara kimia dapat efektif dan cepat dalam mengendalikan populasi hama. 2. Mudah Digunakan: Pestisida dapat dengan mudah diaplikasikan pada tanaman atau area yang terinfeksi hama. 3. Hasil yang Konsisten: Pengendalian hama secara kimia dapat memberikan hasil yang konsisten dalam mengendalikan populasi hama. Kekurangan Pengendalian Secara Kimia Terhadap Hama 1. Dampak pada Lingkungan: Penggunaan pestisida dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan, seperti pencemaran air dan tanah. 2. Dampak pada Kesehatan Manusia: Paparan pestisida dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan manusia, seperti keracunan dan gangguan kesehatan lainnya. 3. Resistensi Hama: Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan hama menjadi resisten terhadap pestisida. 4. Dampak pada Hewan Lain: Penggunaan pestisida dapat memiliki dampak negatif pada hewan lain, seperti burung dan lebah. 5. Biaya yang Tinggi: Penggunaan pestisida dapat memerlukan biaya yang tinggi, terutama jika digunakan secara terus-menerus. 8. Pestisida nabati sebagai alternatif Pestisida nabati adalah pestisida yang dibuat dari bahan alami, terutama bagian tanaman seperti daun, biji, batang, atau akar. Contoh Tanaman Pestisida Nabati & Fungsinya Daun Mimba (Azadirachta indica) Mengandung senyawa azadirachtin yang bersifat racun bagi serangga, menghambat pertumbuhan dan reproduksi hama seperti ulat dan wereng. Bisa digunakan untuk mengendalikan hama pada padi, sayuran, dan tanaman hortikultura. Daun Sirsak (Annona muricata) Mengandung senyawa acetogenin yang bersifat insektisida alami. Efektif mengganggu sistem saraf serangga dan mengusir ulat serta kutu daun. Tembakau (Nicotiana tabacum) Mengandung nikotin yang bersifat racun kontak dan lambung bagi serangga. Efektif untuk mengendalikan hama seperti kutu-kutuan dan ulat grayak. Namun, karena cukup kuat, penggunaannya tetap perlu hati-hati. Bawang Putih (Allium sativum) Mengandung senyawa allicin yang berfungsi sebagai antibakteri, antijamur, dan repelan hama. Umumnya digunakan untuk mencegah serangan ulat dan serangga penghisap, serta bisa dicampur dalam larutan semprot. Cara kerja pestisida nabati: 1. Mengusir hama karena aroma atau rasa yang tidak disukai. 2. Menghambat makan dan pertumbuhan hama. 3. Mengganggu sistem saraf atau reproduksi hama. Kelebihan: 1. Ramah lingkungan dan tidak mencemari tanah atau air. 2. Aman bagi manusia, hewan ternak, dan musuh alami hama. 3. Bahan mudah ditemukan di sekitar dan bisa dibuat sendiri. Kekurangan: 1. Efeknya lebih lambat dibanding pestisida kimia. 2. Perlu aplikasi berulang. Tidak tahan lama, harus segera digunakan setelah dibuat. 9. Strategi penggunaan pestisida yang bijak Kementerian Pertanian RI menekankan bahwa pengendalian hama harus dilakukan secara terpadu (PHT) dan berorientasi pada keberlanjutan, dengan pestisida kimia sebagai alternatif terakhir yang digunakan secara bijaksana. Dalam pengelolaan hama terpadu (IPM/PHT) sebagaimana diamanatkan UU No. 22/2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan, pertimbangan sosial, ekologi, dan ekonomi menjadi dasar tindakan, sehingga taktik pengendalian kimia diletakkan hanya sebagai opsi terakhir. Oleh karena itu, penggunaan pestisida harus dirancang untuk meminimalkan dampak negatif terhadap manusia, hewan, dan lingkungan. Terapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT): Gabungkan berbagai metode pengendalian (fisik, mekanik, biologis, kultur teknis) sebelum menggunakan pestisida. Menurut peraturan Kementan, perlindungan tanaman melibatkan sistem PHT yang mengombinasikan teknik non-kimiawi dan kimiawi untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Pestisida sebagai Pilihan Terakhir: Sesuai arahan Ditjen Perkebunan Kementan, pestisida kimiawi hanya digunakan bila semua metode lain (misalnya rotasi tanaman, musuh alami, sanitasi) tidak cukup efektif. Penggunaan sebagai opsi terakhir ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar dampak negatif seminimal mungkin. Prinsip “4 Tepat”: Lakukan penyemprotan pestisida dengan tepat dosis, tepat sasaran (OPT target), tepat waktu, dan tepat cara. Contohnya, semprot hanya pada saat serangan hama melewati ambang ekonomi dan ikuti petunjuk dosis pada label. Pendekatan 4 tepat ini meningkatkan efektivitas pengendalian sekaligus mengurangi limbah kimia. Gunakan Pestisida Berizin Resmi: Pastikan pestisida yang digunakan telah terdaftar dan memiliki izin edar dari pemerintah (sesuai Permentan No. 43/2019). Produk berizin menjamin keamanan (standar kualitas) dan sesuai OPT sasaran. Petani dapat memeriksa portal resmi (misalnya pestisida.id) untuk memastikan pestisida yang digunakan legal dan direkomendasikan. Hindari Penggunaan Berlebihan: Kementan (Dirjen Hortikultura) memperingatkan bahwa penggunaan pestisida secara berlebihan justru memicu ledakan hama dan munculnya hama baru. Karena itu, penyemprotan sebaiknya dilakukan hanya bila diperlukan, tidak rutin tanpa alasan. Selalu lakukan pemantauan intensif: kalau populasi hama rendah, utamakan pengendalian alami atau mekanis. 10. Pengendalian kimia dalam PHT 1. Penggunaan Pestisida yang Bijak: Pestisida digunakan sebagai bagian dari strategi PHT untuk mengendalikan hama yang tidak dapat dikendalikan oleh metode lain. Pemilihan pestisida yang tepat dan penggunaannya sesuai dengan dosis yang dianjurkan sangat penting untuk menghindari dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia. 2. Pengurangan Ketergantungan pada Pestisida: Dalam PHT, penggunaan pestisida diupayakan seminimal mungkin. Strategi ini bertujuan untuk mengurangi risiko resistensi hama terhadap pestisida, dampak lingkungan, dan residu pestisida pada produk pertanian. 3. Rotasi Pestisida: Untuk mengurangi risiko resistensi hama terhadap pestisida, dilakukan rotasi pestisida dengan bahan aktif yang berbeda. Hal ini membantu menjaga efektivitas pestisida dalam jangka panjang. 4. Penggunaan Pestisida yang Ramah Lingkungan: Pestisida yang digunakan sebaiknya memiliki dampak minimal terhadap lingkungan dan organisme non-target. Pestisida nabati atau biologis sering kali menjadi pilihan karena lebih ramah lingkungan dibandingkan pestisida kimia sintetis. 5. Pemantauan dan Evaluasi: Pengendalian kimia dalam PHT harus selalu dipantau dan dievaluasi untuk memastikan efektivitasnya dan meminimalkan dampak negatif. Pemantauan populasi hama sebelum dan setelah aplikasi pestisida sangat penting. 6. Integrasi dengan Metode Lain: Pengendalian kimia sebaiknya diintegrasikan dengan metode pengendalian lain dalam PHT, seperti pengendalian hayati, pengendalian fisik, dan pengendalian budidaya. Integrasi ini membantu menciptakan strategi pengendalian hama yang lebih holistik dan berkelanjutan.