BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efektivitas komunikasi dakwah dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan yang benar-benar dipahami dan diimplementasikan oleh masyarakat lokal. Pentingnya efektivitas ini terletak pada jaminan bahwa tujuan dakwah tercapai, yakni peningkatan pemahaman dan praktik keagamaan di tengah masyarakat. Dalam hal ini, efektivitas komunikasi tidak sematamata diukur dari volume pesan dakwah yang disampaikan, melainkan dari kedalaman pemahaman dan adopsi pesan tersebut oleh masyarakat. Sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Choirin dan Indriyani Idris dalam karya "Pengantar Komunikasi Dakwah", keberhasilan komunikasi dakwah sangat bergantung pada metode penyampaian serta pengaruh kontekstual lokal yang mampu menarik perhatian audiens. 1Konteks kultural dan sosial yang khas di Desa Maramba turut menjadi faktor krusial yang memengaruhi efektivitas dakwah, dengan kebudayaan setempat yang harus diperhatikan agar informasi keagamaan dapat diterima secara optimal. Secara keseluruhan, efektivitas komunikasi dakwah di Desa Maramba merupakan hasil interaksi berbagai elemen, meliputi metode penyampaian, pemahaman konteks lokal, serta strategi adaptasi yang diterapkan oleh para pendakwah. Pada bagian selanjutnya, aspek yang sama pentingnya adalah penerapan strategi komunikasi yang tepat guna meningkatkan efektivitas dakwah tersebut. Strategi ini harus mempertimbangkan saluran komunikasi yang relevan dan mudah diakses oleh masyarakat Desa Maramba, baik melalui pendekatan tradisional maupun digital. Choirin dan Idris (2023) menekankan bahwa pemanfaatan media yang sesuai dengan karakteristik masyarakat target dapat memperkuat daya serap pesan. Lebih lanjut, eksplorasi peran teknologi dan media sosial dalam mendukung kegiatan dakwah menjadi esensial, mengingat peningkatan penggunaan teknologi informasi di masyarakat kontemporer. Kesesuaian antara pesan dakwah dan metode penyampaian juga merupakan komponen utama yang mendukung efektivitas komunikasi. Dengan demikian, pendekatan holistik dan adaptif sangat diperlukan untuk mempertahankan efektivitas dakwah di Desa Maramba, sehingga pesan-pesan keagamaan dapat ditransmisikan secara optimal dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Keberhasilan suatu strategi komunikasi dakwah tidak dapat dipisahkan dari efektivitas komunikasi itu sendiri dalam mentransmisikan pesan-pesan keagamaan secara optimal dan diterima dengan baik oleh masyarakat, sesuai dengan konteks Desa Maramba. Untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi dalam dakwah tersebut, peneliti Muhammad Choirin dan Indriyani Idris, Pengantar Komunikasi Dakwah (Jakarta Timur: Pustaka Ikadi, 2023), hlm. 1-7. 1 telah melakukan eksplorasi terhadap berbagai kajian sebelumnya yang berkaitan dengan strategi komunikasi dakwah, baik yang bersifat tradisional maupun kontemporer. Salah satu penelitian terdahulu oleh Arifin (2017) dalam "Strategi Komunikasi Dakwah Tradisional dalam Membangun Masyarakat Religius" menguraikan bagaimana pendekatan dakwah tradisional dapat membentuk kesadaran dan praktik keagamaan di tengah masyarakat. 2Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa pemilihan saluran komunikasi yang sesuai memegang peran krusial dalam efektivitas penyampaian pesan dakwah. Lebih lanjut, kajian tersebut menggambarkan bagaimana strategi tersebut, apabila dikombinasikan dengan kearifan lokal, mampu meningkatkan daya serap pesan pada masyarakat target. Dalam konteks ini, penyesuaian pesan sesuai dengan konteks lokal menjadi faktor utama keberhasilan komunikasi tradisional. Meskipun demikian, kajian ini tidak secara eksplisit menyoroti dampak pemanfaatan teknologi digital sebagai komponen strategi komunikasi dakwah. Melanjutkan pemahaman tentang efektivitas komunikasi dalam dakwah, terdapat berbagai kajian yang menghubungkan pendekatan tradisional dan digital. Munculnya teknologi informasi dan media sosial yang semakin berkembang di masyarakat modern membuka peluang baru untuk pengembangan strategi komunikasi dakwah. Penelitian lain yang relevan dengan tema ini menekankan bagaimana media digital dapat memberikan jangkauan yang lebih luas dan interaktif, yang tidak dimiliki oleh metode tradisional. Kajian-kajian ini mengindikasikan adanya potensi sinergi antara strategi tradisional dan digital untuk mencapai peningkatan efektivitas dakwah yang lebih signifikan. Beberapa di antaranya juga mencatat bahwa interaktivitas yang ditawarkan oleh media sosial meningkatkan keterlibatan dan partisipasi aktif dari audiens. Namun, perbedaan yang mencolok di antara berbagai kajian sebelumnya terletak pada fokus dan pendekatannya; penelitian saat ini tidak hanya bertujuan memahami mekanismenya, tetapi juga membandingkan kapabilitas dan efisiensi kedua pendekatan tersebut dalam konteks spesifik Desa Maramba. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih komprehensif untuk memperkuat efektivitas strategi komunikasi dakwah di era digital. Strategi komunikasi dakwah dalam konteks penelitian ini mengacu pada pendekatan yang diterapkan untuk menyebarkan pesan dakwah secara efektif di lingkungan masyarakat, khususnya Desa Maramba. Di era digital saat ini, pemanfaatan teknologi informasi dan media sosial merupakan elemen krusial untuk menjangkau audiens yang lebih luas, sekaligus meningkatkan interaktivitas dan partisipasi aktif dari masyarakat lokal. Strategi ini melibatkan integrasi metode tradisional dan digital, di mana pendekatan tradisional seperti ceramah dan pengajian tatap muka memberikan nuansa personal dan kedekatan emosional, sementara platform digital menyediakan kemudahan akses dan distribusi informasi yang lebih cepat. Dengan demikian, strategi komunikasi 2 Arifin, B. (2017). Strategi komunikasi dakwah tradisional dalam membangun masyarakat religius. Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 1(2), 201–215 dakwah yang efektif harus mempertimbangkan keunggulan khas dari kedua pendekatan tersebut, sehingga mampu menghasilkan sinergi optimal dalam implementasi praktis. Fokus penelitian ini adalah melakukan perbandingan terhadap kapabilitas dan efisiensi kedua strategi tersebut, dengan tujuan meningkatkan efektivitas komunikasi dakwah secara menyeluruh. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan pemahaman mendalam tentang konteks masyarakat Desa Maramba, agar strategi yang dirancang dapat diimplementasikan dan diterima secara positif oleh audiens. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat diperoleh wawasan baru yang relevan dalam pengembangan strategi komunikasi dakwah, yang tidak hanya responsif terhadap kemajuan teknologi, tetapi juga memperhatikan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya setempat. Efektivitas komunikasi dalam dakwah di Desa Maramba kemungkinan besar dipengaruhi oleh strategi komunikasi dakwah yang diterapkan, baik yang bersifat tradisional maupun digital. Dampak yang dihasilkan oleh strategi ini tentunya tidak dapat diabaikan, mengingat bahwa integrasi antara metode tradisional dan digital tidak hanya menawarkan efisiensi, tetapi juga potensi peningkatan partisipasi masyarakat lokal. Pendekatan tradisional, dengan keunggulan nuansa personal dan kedekatan emosional, memiliki potensi kuat dalam membangun fondasi interpersonal yang solid di antara para peserta dakwah. Sebaliknya, strategi komunikasi digital memungkinkan penyebaran informasi yang lebih cepat dan menjangkau audiens yang lebih luas, sekaligus menyediakan platform interaktif yang merangsang diskusi dan interaksi langsung masyarakat. Kombinasi sinergis dari kedua pendekatan ini dapat secara signifikan meningkatkan efektivitas dakwah, terutama jika dilakukan secara adaptif dengan mempertimbangkan konteks dan kebutuhan spesifik masyarakat Desa Maramba. Meskipun demikian, tantangan khusus muncul dalam memastikan bahwa pemanfaatan teknologi digital dapat diterima secara positif tanpa mengabaikan kearifan lokal dan nilai-nilai tradisi yang telah lama berlaku. Dengan eksplorasi dan pemahaman mendalam terhadap berbagai faktor ini, sangat mungkin bagi strategi komunikasi dakwah yang diterapkan untuk menghasilkan dampak yang lebih besar dalam tujuan penyebaran nilai-nilai keagamaan dan sosial di masyarakat tersebut. Hal ini hanya dapat tercapai melalui keseimbangan yang bijaksana antara keunggulan unik dari metode tradisional dan digital, yang dapat membuka jalur komunikasi yang lebih efektif dan inklusif di Desa Maramba. Strategi komunikasi dakwah, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tidak hanya memerlukan keseimbangan antara metode tradisional dan digital, tetapi juga pemahaman yang mendalam dan komprehensif mengenai efektivitas masing-masing pendekatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan perbandingan efektivitas strategi komunikasi dakwah tradisional dan digital di lingkungan Desa Maramba, Kecamatan Wotu, sehingga dapat menentukan pendekatan mana yang lebih efisien dalam membangun partisipasi dan penyebaran nilai-nilai keagamaan yang lebih optimal. Signifikansi penelitian ini terletak pada kemampuannya untuk memberikan wawasan mendalam mengenai keunggulan dan kekurangan dari setiap pendekatan, yang diharapkan dapat mendukung para praktisi dakwah dalam merancang strategi yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal. Pada era digital yang semakin dominan, urgensitas penelitian ini juga tidak dapat diabaikan, mengingat pentingnya memanfaatkan teknologi informasi secara efektif untuk menjangkau audiens yang lebih luas, sekaligus mempertahankan kedekatan emosional yang menjadi ciri khas metode tradisional. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada pengembangan strategi komunikasi dakwah yang lebih inklusif dan sinergis, tetapi juga mempromosikan adaptasi yang bijaksana terhadap perubahan sosial dan teknologi yang terjadi di masyarakat Desa Maramba. Penelitian ini juga berfungsi sebagai fondasi bagi kajian lanjutan yang mungkin diperlukan untuk memperkaya khazanah ilmu komunikasi dakwah, sehingga tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Dalam konteks ini, pemahaman terhadap kebutuhan dan nilai-nilai lokal menjadi aspek krusial yang harus dipertimbangkan, demi menjamin keberhasilan strategi dakwah yang diimplementasikan serta penerimaan positif oleh masyarakat setempat. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Maramba, Kecamatan Wotu, yang dipilih secara strategis karena kekayaan tradisi dan kearifan lokalnya yang masih kuat terjaga. Desa ini menjadi tempat yang tepat untuk menguji efektivitas strategi komunikasi dakwah tradisional dan digital dalam komunitas dengan ciri khas sosial budaya yang unik. Lokasi ini memungkinkan eksplorasi sejauh mana teknologi dapat menyatu dalam kehidupan masyarakat desa yang sangat menghormati nilai-nilai komunitas tradisional. Populasi penelitian terdiri dari warga desa berusia di atas 15 tahun yang aktif mengikuti kegiatan dakwah, sebagai kelompok representatif yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kesekharian. Sampel diambil secara acak dari daftar warga yang menerima dakwah dengan kedua strategi tersebut guna memperoleh variasi dalam penerimaan dan pemahaman terhadap pendekatan yang berbeda. Metode pengambilan sampel ini bertujuan untuk menghasilkan temuan yang dapat digeneralisasikan ke populasi lebih luas sekaligus meminimalkan bias dalam pengumpulan data. Dengan metode ini, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pandangan objektif dan ilmiah mengenai efektivitas masing-masing strategi komunikasi dakwah serta memberikan kontribusi penting dalam menjembatani kesenjangan antara tradisi dan modernitas dalam praktik keagamaan masyarakat Desa Maramba. Konteks sosial budaya Desa Maramba tercermin dari nilai-nilai sosial yang kuat seperti musyawarah, gotong royong, dan kerjasama, yang terlihat dalam berbagai tradisi masyarakat Wotu. Interaksi sosial yang erat dan kerjasama dalam kegiatan adat menjadi ciri khas komunitas ini yang memperkuat rasa kebersamaan dan identitas budaya lokal. Tradisi dan nilai-nilai ini menjadi dasar penting yang mempengaruhi bagaimana pesan dakwah diterima dan dipahami di desa tersebut, serta bagaimana teknologi digital dapat bergerak tanpa menggeser atau mengabaikan akar budaya yang sudah ada. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka pokok masalah dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut : 1. Bagaimana efektivitas strategi komunikasi dakwah tradisional di Desa Maramba Kecamatan Wotu ? 2. Bagaimana efektivitas strategi komunikasi dakwah digital di Desa Maramba Kecamatan Wotu ? 3. Apa perbandingan efektivitas antara strategi komunikasi dakwah tradisional dan digital di Desa Maramba Kecamatan Wotu ? C. Definisi Operasional Variabel dan Ruang Lingkup Penelitian Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi atau petunjuk kepada kita tentang bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel.3 Defenisi operasional variabel adalah batasan yang bertujuan untuk memudahkan pengumpulan data. Membatasi ruang lingkup merupakan bentuk operasional dari variabel yang digunakan. Operasional variabel digunakan untuk menghindari penafsiran yang keliru dan pembahasan yang meluas mengenai perbandingan efektivitas strategi komunikasi dakwah tradisional di Desa Maramba Kecamatan Wotu. Peneliti mendefinisikan operasional variabel sebagai berikut. 1. Strategi Komunikasi Dakwah Tradisional Strategi komunikasi dakwah tradisional merupakan pendekatan yang telah melekat dalam budaya keagamaan masyarakat desa, khususnya di wilayah seperti Desa Maramba di Kecamatan Wotu. Pendekatan ini mengandalkan interaksi langsung antara da’i dan masyarakat melalui ceramah rutin di masjid atau mushola dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya yang dilaksanakan secara tatap muka. Kehadiran da’i yang dikenal oleh warga juga menjadi faktor penunjang keberhasilan strategi ini, karena kepercayaan kepada tokoh agama lokal sangat tinggi. Dalam konteks penelitian tentang perbandingan efektivitas, strategi tradisional dilihat sebagai pilar utama yang menciptakan fondasi keimanan dan ketaatan beragama melalui konsistensi, kedekatan sosial, dan nilai-nilai lokal yang kuat. Meskipun tergolong lambat dalam penyebaran pesan dibandingkan digital, kekuatannya terletak pada kedalaman pengaruh dan keberlangsungan dalam jangka panjang. Dalam mengukur efektivitasnya, peneliti dapat melihat tingkat kehadiran peserta, durasi interaksi, serta kualitas diskusi di dalam majelis taklim, sekaligus menggali pemahaman yang muncul melalui narasi personal dari masyarakat setempat. 3 Halaman 67-68 metodologi penelitian 2. Strategi Komunikasi Dakwah Digital Strategi komunikasi dakwah digital menunjukkan transformasi signifikan dalam cara penyampaian pesan agama, khususnya di era digital. Di Desa Maramba, meskipun akses internet masih terbatas, penggunaan smartphone dan media sosial seperti WhatsApp, Instagram, dan YouTube semakin melebar, terutama di kalangan anak muda dan pemuda. Strategi ini memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan berbagai bentuk konten dakwah berbasis visual, audio, dan teks, seperti video ceramah pendek, infografis motivasi, podcast, serta postingan harian tentang nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cepat dan mudah, pesan dakwah bisa tersebar ke seluruh wilayah, bahkan sampai ke luar desa, tanpa terbatas oleh ruang dan waktu. Keunggulan utama dari strategi digital terletak pada interaktivitas tinggi dan jangkauan luas yang bisa dicapai dengan biaya relatif rendah. Warga desa tidak lagi harus datang ke masjid untuk mendengarkan ceramah; mereka bisa menonton video dari rumah, berkomentar, berbagi konten, atau bahkan mengirimkan pertanyaan kepada da’i secara daring. Namun, tantangan terbesarnya adalah digital divide — tidak semua lapisan masyarakat memiliki akses atau literasi digital yang memadai. Oleh karena itu, efektivitasnya harus diukur secara hati-hati, dengan pertimbangan inklusivitas dan kesetaraan akses 3. Efektivitas Strategi Komunikasi Dakwah Efektivitas strategi komunikasi dakwah merupakan ukuran utama untuk menilai sejauh mana pesan agama dapat dicerna, dipahami, dan diubah menjadi perilaku nyata di tengah masyarakat Desa Maramba. Dalam penelitian ini, efektivitas didefinisikan bukan hanya dari jumlah audiens atau jumlah konten yang dibagikan, tetapi lebih pada pemahaman mendalam, peningkatan ketaqwaan, dan adanya perubahan perilaku yang positif. Efektivitas harus dikaji secara komparatif antara kedua strategi tradisional dan digital untuk melihat mana yang lebih berdampak di setiap segmen masyarakat. Misalnya, strategi digital mungkin lebih efektif dalam menjangkau remaja, sementara strategi tradisional lebih kuat dalam membangun komunitas religious yang kuat di kalangan orang tua dan lansia. Dengan mengukur efektivitas menggunakan indikator yang jelas dan skala ukur yang valid (seperti skala Likert untuk pemahaman dan perilaku, atau skala ordinal untuk jangkauan), penelitian ini dapat memberikan rekomendasi konkret tentang bagaimana kedua pendekatan ini bisa digabungkan secara sinergis demi kemaslahatan umat. Tabel 1.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian No Variabel 1. Strategi Komunikasi Dakwah Tradisional Indikator 1. Metode Dakwah (ceramah, pengajian, musyawarah) 2. Media Dakwah (brosur, poster, majalah dakwah) 3. Sasaran Dakwah (warga desa, pemuda, ibu-ibu) 2. 1. Strategi Komunikasi Dakwah Digital 2. 3. 3. Efektivitas Strategi Komunikasi Dakwah 1. 2. 3. Deskripsi Skala Ukur Strategi yang Ordinal/likert menggunakan cara-cara konvensional dan langsung, umumnya dilakukan secara tatap muka atau melalui media cetak yang tersedia di wilayah pedesaan. Platform Digital Strategi yang Ordinal/likert (WhatsApp, Facebook, memanfaatkan Instagram, Youtube) teknologi digital Konten Dakwah (video untuk singkat, podcast, menyampaikan tulisan online) pesan dakwah, Interaksi dengan berbasis media Sasaran (komentar, sosial dan share, respon platform daring langsung) yang tersedia di desa. Jangkauan Pesan Kemampuan Interval/likert (jumlah strategi pendengar/pembaca komunikasi dalam yang tercapai) mencapai tujuan Tingkat Pemahaman dakwah, diukur (dengan kuisioner atau melalui dampak diskusi kelompok) terhadap audiens Perubahan Perilaku dalam hal (peningkatan ibadah, pemahaman dan partisipasi kegiatan perubahan keagamaan, nilai-nilai perilaku. dakwah yang diterapkan) Sumber : Olahan Peneliti, 2025 D. Kajian Pustaka Berdasarkan hasil penelusuran peneliti pada literatur, peneliti menemukan beberapa penelitian yang memiliki kemiripin sebagai berikut. 1. Penelitian pertama, skripsi oleh Deni Irawan Strategi Komunikasi Dakwah (Studi Analisis Dakwah Tradisional dengan Inovasi Digital). Penelitian oleh Deni Irawan, mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) dari Universitas Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas. Pokok permasalahan penelitian ini adalah bagaimana strategi komunikasi dakwah tradisional dapat diintegrasikan dengan inovasi digital untuk memperluas jangkauan, meningkatkan interaksi, dan memperkaya cara penyampaian pesan dakwah ditengah transformasi teknologi informasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis studi analisis. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan tokoh dakwah, pengurus lembaga dakwah, serta penggiat dakwah digital, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi berupa rekaman ceramah, konten media sosial, dan literatur terkait. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan strategi dakwah yang lebih adaptif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat kontemporer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi dakwah tradisional yang dipadukan dengan inovasi digital mampu meningkatkan jangkauan audiens, memperkuat interaksi dakwah, serta memperkaya metode penyampaian pesan dakwah.4 2. Penelitian kedua, skripsi oleh Sri Atidah Strategi Komunikasi Dakwah Ustadz Faizin di Majelis Ta’lim Masjid Baitussalam Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung (Studi di Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung). Penelitian oleh Sri Atidah, mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dari Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Pokok permasalahan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi dakwah di majelis ta’lim Baitussalam yang dilakukan oleh Ustadz Faizin. Jenis penelitian yang digunakan yaitu field research penelitian lapangan yang dilakukan di Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung, Sifat penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif, teknik penelitian ini mengunakan random sampling. Hasil penelitian strategi komunikasi dakwah yang dilakukan oleh ustad Faizin di majelis ta’lim baitussalam yaitu menggunakan strategi komunikasi dakwah Bil-Hikmah, Metode komunikasi dakwah ustadz Faizin yaitu melakukan pertemuan bersama majelis ta’lim setiap satu minggu sekali, membuat bahan kajian, memberikan informasi kepada majelis ta’lim untuk hadir melalui pengurus masjid baitussalam berupa surat undangan melalui media cetak maupun digital.5 3. Penelitian ketiga, skripsi oleh Rahmi Wahyuni dan Siti Rahma Harahap Efektivitas Media Sosial Sebagai Media Dakwah Pada Era Digital : Study Literature Review. 4 5 Penelitian oleh Rahmi Wahyuni dan Siti Rahma Harahap dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Mandailing Natal, Indonesia. Pokok permasalahan penelitian ini adalah bagaimana efektivitas penggunaan media sosial sebagai media dakwah. Pendekatan tinjauan literatur sistematis adalah strategi penelitian yang digunakan. Sumber data diperoleh dari Google Scholar dan Crossref dengan rentang waktu tahun 2013–2023. Kemdian VOSviewer dan aplikasi Publish or Perish (PoP) digunakan sebagai alat analisis data. Kemudian berdasarkan hasil analisis Vosviewer menunjukkan bahwa media sosial adalah media dakwah yang banyak digunakan da’i untuk menyampaikan pesan dakwah sejak tahun 2019 sampai sekarang. Diantara media sosial yang digunakan adalah Facebook, Instagram, Tiktok dan Youtube.6 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain : a. Menganalisis efektivitas strategi komunikasi dakwah tradisional dan digital di Desa Maramba Kecamatan Wotu. b. Menganalisis efektivitas strategi komunikasi dakwah tradisional dan digital di Desa Maramba Kecamatan Wotu. c. Membandingkan efektivitas antara strategi komunikasi dakwah tradisional dan digital di Desa Maramba Kecamatan Wotu. 2. Kegunaan Penelitian a. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi praktis bagi para da’i, pengurus lembaga dakwah, dan penggiat dakwah digital dalam merancang strategi komunikasi yang efektif dan sesuai dengan perubahan pola komunikasi masyarakat akibat perkembangan teknologi informasi. b. Bagi pembaca, peneilitian ini dapat menambah wawasan tentang bagaimana dakwah tradisional dan digital dapat saling melengkapi untuk memperluas jangkauan audiens, memperkuat interaksi, dan memperkaya metode penyampaian pesan dakwah. 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Komunikasi Dakwah 1. Definisi Komunikasi Komunikasi sebagai suatu konsep memiliki definisi yang beragam, namun secara umum dapat dipahami sebagai sebuah proses penyampaian informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan, dengan tujuan memfasilitasi interaksi antarindividu atau kelompok (Muhammad Choirin dan Indriyani Idris, 2023). Dalam konteks ini, komunikasi bukan hanya sekadar penyampaian pesan sederhana, melainkan suatu proses pertukaran yang melibatkan artikulasi ide dan gagasan secara terbuka. Istilah 'communicatio' yang berasal dari bahasa Latin mengisyaratkan makna kebersamaan dalam berbagi informasi, dan ini diwujudkan dalam praktik komunikasi yang diharapkan menghasilkan pemahaman bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Filosofi komunikasi ini diperkenalkan oleh Cicero sebagai proses retorika, yang kemudian berkembang menjadi dialogik, memungkinkan interaksi dua arah yang dinamis. Sehingga, komunikasi bukan hanya mekanisme pertukaran pesan, melainkan suatu bentuk interaksi sosial fundamental yang mendukung koeksistensi dan kolaborasi dalam masyarakat (Choirin dan Idris, 2023).7 Sebagaimana dinyatakan oleh Ivan Sunata, komunikasi dapat digambarkan sebagai aktivitas penyampaian pesan, ide, atau informasi dari komunikator kepada komunikan melalui suatu media dengan efek yang diantisipasi (Sunata, 2023). Dalam proses ini, komunikasi bisa berlangsung secara langsung, atau yang disebut komunikasi primer, maupun melalui media, atau komunikasi sekunder. Kedua bentuk ini merefleksikan kompleksitas dan fleksibilitas dari praktik komunikasi dalam konteks yang berbeda. Kegiatan komunikasi, pada esensinya, adalah upaya menyebarluaskan informasi yang bertujuan memperkuat pemahaman dan kesepahaman antara pengirim dan penerima pesan. Proses ini menuntut adanya keterbukaan dan tanggap antara pihak yang terlibat, yang mana setiap pesan yang disampaikan seharusnya mampu diinterpretasikan secara tepat oleh penerima. Sehingga, keberhasilan komunikasi dinilai dari seberapa efektif pesan tersebut dapat dipahami dan diterima (Sunata, 2023).8 Penting untuk mempertimbangkan komunikasi dalam konteks fungsionalnya, dimana ia memainkan peran krusial dalam pembangunan hubungan antarindividu maupun organisasi. Ketika melihat komunikasi dari sudut pandang fungsional, kita menyadari adanya unsur-unsur yang penting seperti pengkodean dan dekode pesan, pilihan media, serta umpan balik dari komunikan. Semua elemen ini menentukan 7 Muhammad Choirin dan Indriyani Idris, Pengantar Komunikasi Dakwah (Jakarta Timur: Pustaka Ikadi, 2023), h. 3 8 Ivan Sunata, M.A., Dakwah dan Komunikasi (Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN), h. 1 kualitas dan efektivitas dari komunikasi itu sendiri. Pengalaman komunikasi yang optimal akan tercapai apabila setiap komponen berfungsi secara harmonis, menjamin tersampaikannya makna asli dari pengirim pesan. Hal ini menekankan pada pentingnya memahami elemen dasar komunikasi secara mendalam agar interaksi sosial dapat berlangsung dengan maksimal dan mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam skenario kompleks ini, muncul kebutuhan untuk menata infrastruktur komunikasi yang memungkinkan pembagian pengetahuan dan kerjasama antar pelaku komunikasi. Ini menunjukkan bahwa komunikasi tidak hanya berfungsi sebagai media transfer informasi, tetapi juga sebagai alat untuk menjembatani perbedaan dan menciptakan hubungan yang kohesif. Pada akhirnya, kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif menuntut kepekaan terhadap konteks dan tujuan dari interaksi yang berlangsung. Dengan mengasimilasi pemikiran-pemikiran dari berbagai teori dasar komunikasi, dapat digarisbawahi bahwa komunikasi adalah inti dari eksistensi sosial dan budaya manusia. Ini adalah alat esensial yang menghubungkan individu, mengembangkan kolaborasi, dan memfasilitasi integrasi dalam masyarakat yang semakin kompleks dan terhubung. Kesadaran akan peran penting komunikasi akan menjadi panduan dalam memperlancar hubungan interpersonal dan mempromosikan pemahaman budaya yang lebih luas dan mendalam. 2. Definisi Dakwah Dakwah, dalam konteks komunikasi dan penyebaran nilai-nilai Islam, didefinisikan sebagai sebuah kegiatan yang mengkomunikasikan pesan-pesan ajaran Islam dari seorang da'i kepada mad'u, baik secara individu maupun kelompok (Sunata, M.A.). Aktivitas ini menempatkan dakwah dalam kerangka komunikasi di mana da'i berfungsi sebagai komunikator dan mad'u sebagai komunikan. Seperti halnya dalam ilmu komunikasi, dakwah juga melibatkan pengungkapan pesan-pesan yang tersembunyi di balik perilaku manusia. Dalam kegiatan dakwah, hukum dan prinsip komunikasi diterapkan untuk memastikan pesan disampaikan secara efektif, menambah dimensi teknis pada aktivitas dakwah itu sendiri.9 Lebih dalam lagi, istilah dakwah secara harfiah merujuk pada seruan kepada Allah, yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim (Fahrurrozi, M.A.). Seruan ini tertuang dalam QS. an-Nahl (16) ayat 125 dan QS. Ali Imran (3) ayat 104, menggarisbawahi pentingnya ajakan untuk memeluk dan menaati ajaran Islam. Dakwah bukan sekadar aktivitas religius; ia mencerminkan peran sentral dalam memperluas ajakan menganut Islam secara damai. Hakikat dakwah yang berbasis seruan mengisyaratkan pentingnya partisipasi aktif dari umat Islam untuk menyebarluaskan pesan damai ini.10 9 Ivan Sunata, M.A., Dakwah dan Komunikasi (Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN), h. 2-3 10 Dr. H. Fahrurrozi, MA., Model-Model Dakwah di Era Kontemporer (Strategi Merestorasi Umat Menuju Moderasi dan Deradikalisasi) (Mataram: LP2M UIN MATARAM, 2017), h. 7 Dakwah tidak hanya terbatas pada penyampaian ajaran-ajaran Islam, melainkan juga mencakup penerapan metode dan model komunikasi yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini, strategi komunikasi dakwah harus adaptif terhadap perubahan sosial serta kemajuan teknologis agar pesan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Dengan demikian, dakwah menjadi sarana efektif untuk memperkuat ikatan spiritual sekaligus memperluas wawasan keagamaan di tengah masyarakat yang beragam. Kesinambungan dakwah dalam konteks komunikasi modern mensyaratkan penggunaan pendekatan inovatif untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Perubahan sosial telah mengubah bagaimana informasi diakses dan disebarkan, menuntut dakwah untuk mengadopsi metode yang relevan dengan kultur komunikasi kontemporer. Dalam lanskap ini, dakwah harus terus relevan, memanfaatkan media baru sebagai alat untuk menyampaikan nilai-nilai Islami kepada generasi yang lebih muda yang hidup dalam era digital. Melalui pengertian dan prinsip-prinsip di atas, dakwah ditekankan sebagai aktivitas yang holistik, mencakup dimensi spiritual dan sosial. Dalam ranah akademis, pemahaman mendalam tentang definisi dakwah menjadi landasan untuk penelitian lebih lanjut tentang efektivitas strategi komunikasi dakwah dalam berbagai konteks. Ini bukan hanya tentang penyampaian pesan, tetapi juga tentang bagaimana pesan tersebut dapat memengaruhi dan membentuk perilaku individu serta komunitas secara keseluruhan. 3. Tujuan Komunikasi Dakwah Komunikasi dakwah dalam Islam Merujuk pada upaya menyampaikan ajaran Islam secara efektif untuk mengajak manusia ke jalan Allah. Tujuan-tujuan komunikasi dakwah dirumuskan berdasarkan prinsip-prinsip Islam yang menjamin terciptanya kebenaran, perbaikan moral, dan pembangunan masyarakat. Berikut adalah tujuantujuan utama komunikasi dakwah. a. Menyampaikan Pesan Tauhid dan Ajaran Islam : Mengkomunikasikan keesaan Allah dan ajaran dasar Islam untuk membangun pemahaman yang benar tentang agama. Allah berfirman dalam Q.S Al-Imran/3:104 ل َْ ٌمنَا ََّنَو َْعدَو ٌ ْ َّْ ومُ مْ َُ ْت َوِّ َْ َنكَ ْت َلو ا َََْو َ ْْ ْْ َْدَو ٌَن ََْ مو ل َََْ َُ َه َعدَو ِم َفن َُ َْ ْْ َْ مو َْ َو مو ٌَن ُْ َُ مِ ْْ َعدَو ُْ ْوِّ ٌَْْْن ُواَو ٌَن ُْ َُت ملو١ "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar."11 Ini penekanan dakwah sebagai sarana menyampaikan kebaikan. 11 b. Mengajak Manusia ke Jalan Allah : Mengundang orang lain untuk menerima Islam atau memperbaiki perilaku mereka melalui persuasi dan dialog. Allah berfirman dalam Q.S An-Nahl/16:125 َ ََُ موم َْ ٌَن َُ َع مو دو ِ مل ََ مو ما مِفنَّ مك َو َ للْو ُ َو ل ٌ َ َوَِ ْوِّ ُ َوْع َََِّاَو ٌ َّو ب مِ َُ َو َّ َّو ِ مل ََ مِ َوب َو َو ٌ َ َوَِ ْوِّ ُ َْع َو ْ ب ٌمنا ٌ ْ َع َ ل َ ْ موم مِ َفن مْ َت َُ موم ََ مِاَو َ َْ ا َْ َمفع َمن ْه َوِّ ٌَن َ َ َ ٌ مد َ ْو مِ َفن ُْ َهكَ منََلَو١٢٥ "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk."12 Hadis Rasulullah SAW (HR. Bukhari): “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” c. Memperbaiki Masyarakat dan Moral : Mendorong perubahan sosial melalui komunikasi yang membangun etika, keadilan, dan solidaritas. d. Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan : Menyediakan pengetahuan Islam untuk membentuk individu yang beriman dan bertanggung jawab. Hadis Rasulullah SAW (HR. Muslim): “Barangsiapa yang menunjukkan kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti orang yang melakukannya.” e. Membangun Harmoni dan Toleransi : Mengkomunikasikan Islam sebagai agama rahmat untuk semua, mendorong dialog antaragama dan perdamaian. 4. Fungsi Komunikasi Dakwah a. Fungsi Komunikasi Fungsi dari komunikasi yang dapat diambil dari kehidupan sehari-hari adalah: 1. Sebagai Informasi: Komunikasi menyajikan suatu informasi yang diperlukan dari setiap individu maupun kelompok dalam mengambil suatu keputusan dengan meneruskan data untuk menilai beberapa pilihan yang akan diputuskan. 2. Sebagai Kendali: Fungsi komunikasi sebagai kendali memiliki arti bahwa komunikasi berperan untuk mengontrol perilaku orang lain maupun anggota dalam beberapa cara yang wajib dipatuhi oleh semua pihak. 3. Sebagai Motivasi: Komunikasi memberikan dalam hal memotivasi melalui penjelasan yang dilakukan oleh para motivator. b. Fungsi Dakwah Penyebaran dakwah sendiri setidaknya memiliki 3 fungsi sebagai berikut : 12 1. Dakwah berfungsi untuk menyebarkan islam kepada manusia sebagai individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. 2. Dakwah berfungsi melestarikan nilai-nilai islam dari generasi ke generasi kaum muslimin berikutnya sehingga kelangsungan ajaran islam beserta pemeluknya dari generasi ke generasi berikutnya tidak putus. 3. Dakwah berfungsi korektif, artinya meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah kemungkaran dan mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani. B. Strategi Komunikasi Dakwah 1. Strategi Komunikasi Tradisional 2. Strategi Komunikasi Digital C. Teori Komunikasi D.