Uploaded by common.user151538

Efektivitas Komunikasi Dakwah: Strategi Tradisional & Digital di Desa Maramba

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Efektivitas komunikasi dakwah dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menyampaikan pesan-pesan keagamaan yang benar-benar dipahami dan
diimplementasikan oleh masyarakat lokal. Pentingnya efektivitas ini terletak pada
jaminan bahwa tujuan dakwah tercapai, yakni peningkatan pemahaman dan praktik
keagamaan di tengah masyarakat. Dalam hal ini, efektivitas komunikasi tidak sematamata diukur dari volume pesan dakwah yang disampaikan, melainkan dari kedalaman
pemahaman dan adopsi pesan tersebut oleh masyarakat. Sebagaimana dikemukakan
oleh Muhammad Choirin dan Indriyani Idris dalam karya "Pengantar Komunikasi
Dakwah", keberhasilan komunikasi dakwah sangat bergantung pada metode
penyampaian serta pengaruh kontekstual lokal yang mampu menarik perhatian audiens.
1Konteks kultural dan sosial yang khas di Desa Maramba turut menjadi faktor krusial
yang memengaruhi efektivitas dakwah, dengan kebudayaan setempat yang harus
diperhatikan agar informasi keagamaan dapat diterima secara optimal. Secara
keseluruhan, efektivitas komunikasi dakwah di Desa Maramba merupakan hasil
interaksi berbagai elemen, meliputi metode penyampaian, pemahaman konteks lokal,
serta strategi adaptasi yang diterapkan oleh para pendakwah.
Pada bagian selanjutnya, aspek yang sama pentingnya adalah penerapan strategi
komunikasi yang tepat guna meningkatkan efektivitas dakwah tersebut. Strategi ini
harus mempertimbangkan saluran komunikasi yang relevan dan mudah diakses oleh
masyarakat Desa Maramba, baik melalui pendekatan tradisional maupun digital. Choirin
dan Idris (2023) menekankan bahwa pemanfaatan media yang sesuai dengan
karakteristik masyarakat target dapat memperkuat daya serap pesan. Lebih lanjut,
eksplorasi peran teknologi dan media sosial dalam mendukung kegiatan dakwah
menjadi esensial, mengingat peningkatan penggunaan teknologi informasi di masyarakat
kontemporer. Kesesuaian antara pesan dakwah dan metode penyampaian juga
merupakan komponen utama yang mendukung efektivitas komunikasi. Dengan
demikian, pendekatan holistik dan adaptif sangat diperlukan untuk mempertahankan
efektivitas dakwah di Desa Maramba, sehingga pesan-pesan keagamaan dapat
ditransmisikan secara optimal dan diterima dengan baik oleh masyarakat.
Keberhasilan suatu strategi komunikasi dakwah tidak dapat dipisahkan dari
efektivitas komunikasi itu sendiri dalam mentransmisikan pesan-pesan keagamaan
secara optimal dan diterima dengan baik oleh masyarakat, sesuai dengan konteks Desa
Maramba. Untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi dalam dakwah tersebut, peneliti
Muhammad Choirin dan Indriyani Idris, Pengantar Komunikasi Dakwah (Jakarta Timur:
Pustaka Ikadi, 2023), hlm. 1-7.
1
telah melakukan eksplorasi terhadap berbagai kajian sebelumnya yang berkaitan dengan
strategi komunikasi dakwah, baik yang bersifat tradisional maupun kontemporer. Salah
satu penelitian terdahulu oleh Arifin (2017) dalam "Strategi Komunikasi Dakwah
Tradisional dalam Membangun Masyarakat Religius" menguraikan bagaimana
pendekatan dakwah tradisional dapat membentuk kesadaran dan praktik keagamaan di
tengah masyarakat. 2Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa pemilihan saluran
komunikasi yang sesuai memegang peran krusial dalam efektivitas penyampaian pesan
dakwah. Lebih lanjut, kajian tersebut menggambarkan bagaimana strategi tersebut,
apabila dikombinasikan dengan kearifan lokal, mampu meningkatkan daya serap pesan
pada masyarakat target. Dalam konteks ini, penyesuaian pesan sesuai dengan konteks
lokal menjadi faktor utama keberhasilan komunikasi tradisional. Meskipun demikian,
kajian ini tidak secara eksplisit menyoroti dampak pemanfaatan teknologi digital sebagai
komponen strategi komunikasi dakwah.
Melanjutkan pemahaman tentang efektivitas komunikasi dalam dakwah, terdapat
berbagai kajian yang menghubungkan pendekatan tradisional dan digital. Munculnya
teknologi informasi dan media sosial yang semakin berkembang di masyarakat modern
membuka peluang baru untuk pengembangan strategi komunikasi dakwah. Penelitian
lain yang relevan dengan tema ini menekankan bagaimana media digital dapat
memberikan jangkauan yang lebih luas dan interaktif, yang tidak dimiliki oleh metode
tradisional. Kajian-kajian ini mengindikasikan adanya potensi sinergi antara strategi
tradisional dan digital untuk mencapai peningkatan efektivitas dakwah yang lebih
signifikan. Beberapa di antaranya juga mencatat bahwa interaktivitas yang ditawarkan
oleh media sosial meningkatkan keterlibatan dan partisipasi aktif dari audiens. Namun,
perbedaan yang mencolok di antara berbagai kajian sebelumnya terletak pada fokus dan
pendekatannya; penelitian saat ini tidak hanya bertujuan memahami mekanismenya,
tetapi juga membandingkan kapabilitas dan efisiensi kedua pendekatan tersebut dalam
konteks spesifik Desa Maramba. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan wawasan yang lebih komprehensif untuk memperkuat efektivitas strategi
komunikasi dakwah di era digital.
Strategi komunikasi dakwah dalam konteks penelitian ini mengacu pada pendekatan
yang diterapkan untuk menyebarkan pesan dakwah secara efektif di lingkungan
masyarakat, khususnya Desa Maramba. Di era digital saat ini, pemanfaatan teknologi
informasi dan media sosial merupakan elemen krusial untuk menjangkau audiens yang
lebih luas, sekaligus meningkatkan interaktivitas dan partisipasi aktif dari masyarakat
lokal. Strategi ini melibatkan integrasi metode tradisional dan digital, di mana
pendekatan tradisional seperti ceramah dan pengajian tatap muka memberikan nuansa
personal dan kedekatan emosional, sementara platform digital menyediakan kemudahan
akses dan distribusi informasi yang lebih cepat. Dengan demikian, strategi komunikasi
2 Arifin, B. (2017). Strategi komunikasi dakwah tradisional dalam membangun masyarakat
religius. Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 1(2), 201–215
dakwah yang efektif harus mempertimbangkan keunggulan khas dari kedua pendekatan
tersebut, sehingga mampu menghasilkan sinergi optimal dalam implementasi praktis.
Fokus penelitian ini adalah melakukan perbandingan terhadap kapabilitas dan efisiensi
kedua strategi tersebut, dengan tujuan meningkatkan efektivitas komunikasi dakwah
secara menyeluruh. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan pemahaman mendalam
tentang konteks masyarakat Desa Maramba, agar strategi yang dirancang dapat
diimplementasikan dan diterima secara positif oleh audiens. Melalui pendekatan ini,
diharapkan dapat diperoleh wawasan baru yang relevan dalam pengembangan strategi
komunikasi dakwah, yang tidak hanya responsif terhadap kemajuan teknologi, tetapi
juga memperhatikan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya setempat.
Efektivitas komunikasi dalam dakwah di Desa Maramba kemungkinan besar
dipengaruhi oleh strategi komunikasi dakwah yang diterapkan, baik yang bersifat
tradisional maupun digital. Dampak yang dihasilkan oleh strategi ini tentunya tidak
dapat diabaikan, mengingat bahwa integrasi antara metode tradisional dan digital tidak
hanya menawarkan efisiensi, tetapi juga potensi peningkatan partisipasi masyarakat
lokal. Pendekatan tradisional, dengan keunggulan nuansa personal dan kedekatan
emosional, memiliki potensi kuat dalam membangun fondasi interpersonal yang solid di
antara para peserta dakwah. Sebaliknya, strategi komunikasi digital memungkinkan
penyebaran informasi yang lebih cepat dan menjangkau audiens yang lebih luas,
sekaligus menyediakan platform interaktif yang merangsang diskusi dan interaksi
langsung masyarakat. Kombinasi sinergis dari kedua pendekatan ini dapat secara
signifikan meningkatkan efektivitas dakwah, terutama jika dilakukan secara adaptif
dengan mempertimbangkan konteks dan kebutuhan spesifik masyarakat Desa Maramba.
Meskipun demikian, tantangan khusus muncul dalam memastikan bahwa pemanfaatan
teknologi digital dapat diterima secara positif tanpa mengabaikan kearifan lokal dan
nilai-nilai tradisi yang telah lama berlaku. Dengan eksplorasi dan pemahaman mendalam
terhadap berbagai faktor ini, sangat mungkin bagi strategi komunikasi dakwah yang
diterapkan untuk menghasilkan dampak yang lebih besar dalam tujuan penyebaran
nilai-nilai keagamaan dan sosial di masyarakat tersebut. Hal ini hanya dapat tercapai
melalui keseimbangan yang bijaksana antara keunggulan unik dari metode tradisional
dan digital, yang dapat membuka jalur komunikasi yang lebih efektif dan inklusif di Desa
Maramba.
Strategi komunikasi dakwah, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tidak hanya
memerlukan keseimbangan antara metode tradisional dan digital, tetapi juga
pemahaman yang mendalam dan komprehensif mengenai efektivitas masing-masing
pendekatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan perbandingan efektivitas
strategi komunikasi dakwah tradisional dan digital di lingkungan Desa Maramba,
Kecamatan Wotu, sehingga dapat menentukan pendekatan mana yang lebih efisien
dalam membangun partisipasi dan penyebaran nilai-nilai keagamaan yang lebih optimal.
Signifikansi penelitian ini terletak pada kemampuannya untuk memberikan wawasan
mendalam mengenai keunggulan dan kekurangan dari setiap pendekatan, yang
diharapkan dapat mendukung para praktisi dakwah dalam merancang strategi yang
lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal. Pada era digital yang
semakin dominan, urgensitas penelitian ini juga tidak dapat diabaikan, mengingat
pentingnya memanfaatkan teknologi informasi secara efektif untuk menjangkau audiens
yang lebih luas, sekaligus mempertahankan kedekatan emosional yang menjadi ciri khas
metode tradisional. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada
pengembangan strategi komunikasi dakwah yang lebih inklusif dan sinergis, tetapi juga
mempromosikan adaptasi yang bijaksana terhadap perubahan sosial dan teknologi yang
terjadi di masyarakat Desa Maramba. Penelitian ini juga berfungsi sebagai fondasi bagi
kajian lanjutan yang mungkin diperlukan untuk memperkaya khazanah ilmu komunikasi
dakwah, sehingga tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin
kompleks. Dalam konteks ini, pemahaman terhadap kebutuhan dan nilai-nilai lokal
menjadi aspek krusial yang harus dipertimbangkan, demi menjamin keberhasilan
strategi dakwah yang diimplementasikan serta penerimaan positif oleh masyarakat
setempat.
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Maramba, Kecamatan Wotu, yang dipilih
secara strategis karena kekayaan tradisi dan kearifan lokalnya yang masih kuat terjaga.
Desa ini menjadi tempat yang tepat untuk menguji efektivitas strategi komunikasi
dakwah tradisional dan digital dalam komunitas dengan ciri khas sosial budaya yang
unik. Lokasi ini memungkinkan eksplorasi sejauh mana teknologi dapat menyatu dalam
kehidupan masyarakat desa yang sangat menghormati nilai-nilai komunitas tradisional.
Populasi penelitian terdiri dari warga desa berusia di atas 15 tahun yang aktif mengikuti
kegiatan dakwah, sebagai kelompok representatif yang memahami dan mengamalkan
nilai-nilai agama dalam kesekharian. Sampel diambil secara acak dari daftar warga yang
menerima dakwah dengan kedua strategi tersebut guna memperoleh variasi dalam
penerimaan dan pemahaman terhadap pendekatan yang berbeda. Metode pengambilan
sampel ini bertujuan untuk menghasilkan temuan yang dapat digeneralisasikan ke
populasi lebih luas sekaligus meminimalkan bias dalam pengumpulan data. Dengan
metode ini, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pandangan objektif dan
ilmiah mengenai efektivitas masing-masing strategi komunikasi dakwah serta
memberikan kontribusi penting dalam menjembatani kesenjangan antara tradisi dan
modernitas dalam praktik keagamaan masyarakat Desa Maramba. Konteks sosial
budaya Desa Maramba tercermin dari nilai-nilai sosial yang kuat seperti musyawarah,
gotong royong, dan kerjasama, yang terlihat dalam berbagai tradisi masyarakat Wotu.
Interaksi sosial yang erat dan kerjasama dalam kegiatan adat menjadi ciri khas
komunitas ini yang memperkuat rasa kebersamaan dan identitas budaya lokal. Tradisi
dan nilai-nilai ini menjadi dasar penting yang mempengaruhi bagaimana pesan dakwah
diterima dan dipahami di desa tersebut, serta bagaimana teknologi digital dapat
bergerak tanpa menggeser atau mengabaikan akar budaya yang sudah ada.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka pokok masalah dalam
penelitian ini adalah, sebagai berikut :
1. Bagaimana efektivitas strategi komunikasi dakwah tradisional di Desa Maramba
Kecamatan Wotu ?
2. Bagaimana efektivitas strategi komunikasi dakwah digital di Desa Maramba
Kecamatan Wotu ?
3. Apa perbandingan efektivitas antara strategi komunikasi dakwah tradisional dan
digital di Desa Maramba Kecamatan Wotu ?
C. Definisi Operasional Variabel dan Ruang Lingkup Penelitian
Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi atau
petunjuk kepada kita tentang bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi
operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan
perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel.3 Defenisi operasional
variabel adalah batasan yang bertujuan untuk memudahkan pengumpulan data.
Membatasi ruang lingkup merupakan bentuk operasional dari variabel yang digunakan.
Operasional variabel digunakan untuk menghindari penafsiran yang keliru dan
pembahasan yang meluas mengenai perbandingan efektivitas strategi komunikasi
dakwah tradisional di Desa Maramba Kecamatan Wotu. Peneliti mendefinisikan
operasional variabel sebagai berikut.
1. Strategi Komunikasi Dakwah Tradisional
Strategi komunikasi dakwah tradisional merupakan pendekatan yang telah melekat
dalam budaya keagamaan masyarakat desa, khususnya di wilayah seperti Desa Maramba
di Kecamatan Wotu. Pendekatan ini mengandalkan interaksi langsung antara da’i dan
masyarakat melalui ceramah rutin di masjid atau mushola dan berbagai kegiatan
keagamaan lainnya yang dilaksanakan secara tatap muka. Kehadiran da’i yang dikenal
oleh warga juga menjadi faktor penunjang keberhasilan strategi ini, karena kepercayaan
kepada tokoh agama lokal sangat tinggi.
Dalam konteks penelitian tentang perbandingan efektivitas, strategi tradisional
dilihat sebagai pilar utama yang menciptakan fondasi keimanan dan ketaatan beragama
melalui konsistensi, kedekatan sosial, dan nilai-nilai lokal yang kuat. Meskipun tergolong
lambat dalam penyebaran pesan dibandingkan digital, kekuatannya terletak pada
kedalaman pengaruh dan keberlangsungan dalam jangka panjang. Dalam mengukur
efektivitasnya, peneliti dapat melihat tingkat kehadiran peserta, durasi interaksi, serta
kualitas diskusi di dalam majelis taklim, sekaligus menggali pemahaman yang muncul
melalui narasi personal dari masyarakat setempat.
3
Halaman 67-68 metodologi penelitian
2. Strategi Komunikasi Dakwah Digital
Strategi komunikasi dakwah digital menunjukkan transformasi signifikan dalam cara
penyampaian pesan agama, khususnya di era digital. Di Desa Maramba, meskipun akses
internet masih terbatas, penggunaan smartphone dan media sosial seperti WhatsApp,
Instagram, dan YouTube semakin melebar, terutama di kalangan anak muda dan
pemuda. Strategi ini memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan berbagai
bentuk konten dakwah berbasis visual, audio, dan teks, seperti video ceramah pendek,
infografis motivasi, podcast, serta postingan harian tentang nilai-nilai Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan cepat dan mudah, pesan dakwah bisa tersebar ke seluruh
wilayah, bahkan sampai ke luar desa, tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.
Keunggulan utama dari strategi digital terletak pada interaktivitas tinggi dan
jangkauan luas yang bisa dicapai dengan biaya relatif rendah. Warga desa tidak lagi harus
datang ke masjid untuk mendengarkan ceramah; mereka bisa menonton video dari
rumah, berkomentar, berbagi konten, atau bahkan mengirimkan pertanyaan kepada da’i
secara daring. Namun, tantangan terbesarnya adalah digital divide — tidak semua
lapisan masyarakat memiliki akses atau literasi digital yang memadai. Oleh karena itu,
efektivitasnya harus diukur secara hati-hati, dengan pertimbangan inklusivitas dan
kesetaraan akses
3. Efektivitas Strategi Komunikasi Dakwah
Efektivitas strategi komunikasi dakwah merupakan ukuran utama untuk menilai
sejauh mana pesan agama dapat dicerna, dipahami, dan diubah menjadi perilaku nyata
di tengah masyarakat Desa Maramba. Dalam penelitian ini, efektivitas didefinisikan
bukan hanya dari jumlah audiens atau jumlah konten yang dibagikan, tetapi lebih pada
pemahaman mendalam, peningkatan ketaqwaan, dan adanya perubahan perilaku yang
positif.
Efektivitas harus dikaji secara komparatif antara kedua strategi tradisional dan
digital untuk melihat mana yang lebih berdampak di setiap segmen masyarakat.
Misalnya, strategi digital mungkin lebih efektif dalam menjangkau remaja, sementara
strategi tradisional lebih kuat dalam membangun komunitas religious yang kuat di
kalangan orang tua dan lansia. Dengan mengukur efektivitas menggunakan indikator
yang jelas dan skala ukur yang valid (seperti skala Likert untuk pemahaman dan perilaku,
atau skala ordinal untuk jangkauan), penelitian ini dapat memberikan rekomendasi
konkret tentang bagaimana kedua pendekatan ini bisa digabungkan secara sinergis demi
kemaslahatan umat.
Tabel 1.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
No
Variabel
1. Strategi
Komunikasi
Dakwah
Tradisional
Indikator
1. Metode Dakwah
(ceramah, pengajian,
musyawarah)
2. Media Dakwah
(brosur, poster,
majalah dakwah)
3. Sasaran Dakwah
(warga desa, pemuda,
ibu-ibu)
2.
1.
Strategi
Komunikasi
Dakwah
Digital
2.
3.
3.
Efektivitas
Strategi
Komunikasi
Dakwah
1.
2.
3.
Deskripsi
Skala Ukur
Strategi yang
Ordinal/likert
menggunakan
cara-cara
konvensional dan
langsung,
umumnya
dilakukan secara
tatap muka atau
melalui media
cetak yang
tersedia di
wilayah pedesaan.
Platform Digital
Strategi yang
Ordinal/likert
(WhatsApp, Facebook, memanfaatkan
Instagram, Youtube)
teknologi digital
Konten Dakwah (video untuk
singkat, podcast,
menyampaikan
tulisan online)
pesan dakwah,
Interaksi dengan
berbasis media
Sasaran (komentar,
sosial dan
share, respon
platform daring
langsung)
yang tersedia di
desa.
Jangkauan Pesan
Kemampuan
Interval/likert
(jumlah
strategi
pendengar/pembaca
komunikasi dalam
yang tercapai)
mencapai tujuan
Tingkat Pemahaman
dakwah, diukur
(dengan kuisioner atau melalui dampak
diskusi kelompok)
terhadap audiens
Perubahan Perilaku
dalam hal
(peningkatan ibadah,
pemahaman dan
partisipasi kegiatan
perubahan
keagamaan, nilai-nilai perilaku.
dakwah yang
diterapkan)
Sumber : Olahan Peneliti, 2025
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan hasil penelusuran peneliti pada literatur, peneliti menemukan
beberapa penelitian yang memiliki kemiripin sebagai berikut.
1. Penelitian pertama, skripsi oleh Deni Irawan Strategi Komunikasi Dakwah (Studi
Analisis Dakwah Tradisional dengan Inovasi Digital). Penelitian oleh Deni Irawan,
mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) dari Universitas
Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas. Pokok permasalahan penelitian ini adalah
bagaimana strategi komunikasi dakwah tradisional dapat diintegrasikan dengan
inovasi digital untuk memperluas jangkauan, meningkatkan interaksi, dan
memperkaya cara penyampaian pesan dakwah ditengah transformasi teknologi
informasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan
jenis studi analisis. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara mendalam
dengan tokoh dakwah, pengurus lembaga dakwah, serta penggiat dakwah digital,
sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi berupa rekaman ceramah,
konten media sosial, dan literatur terkait. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi pengembangan strategi dakwah yang lebih adaptif
dan relevan dengan kebutuhan masyarakat kontemporer. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa strategi komunikasi dakwah tradisional yang dipadukan
dengan inovasi digital mampu meningkatkan jangkauan audiens, memperkuat
interaksi dakwah, serta memperkaya metode penyampaian pesan dakwah.4
2. Penelitian kedua, skripsi oleh Sri Atidah Strategi Komunikasi Dakwah Ustadz
Faizin di Majelis Ta’lim Masjid Baitussalam Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan
Labuhan Ratu Bandar Lampung (Studi di Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan
Labuhan Ratu Bandar Lampung). Penelitian oleh Sri Atidah, mahasiswa jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dari Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung. Pokok permasalahan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi
dakwah di majelis ta’lim Baitussalam yang dilakukan oleh Ustadz Faizin. Jenis
penelitian yang digunakan yaitu field research penelitian lapangan yang
dilakukan di Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung,
Sifat penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif, teknik penelitian ini mengunakan
random sampling. Hasil penelitian strategi komunikasi dakwah yang dilakukan
oleh ustad Faizin di majelis ta’lim baitussalam yaitu menggunakan strategi
komunikasi dakwah Bil-Hikmah, Metode komunikasi dakwah ustadz Faizin yaitu
melakukan pertemuan bersama majelis ta’lim setiap satu minggu sekali, membuat
bahan kajian, memberikan informasi kepada majelis ta’lim untuk hadir melalui
pengurus masjid baitussalam berupa surat undangan melalui media cetak
maupun digital.5
3. Penelitian ketiga, skripsi oleh Rahmi Wahyuni dan Siti Rahma Harahap Efektivitas
Media Sosial Sebagai Media Dakwah Pada Era Digital : Study Literature Review.
4
5
Penelitian oleh Rahmi Wahyuni dan Siti Rahma Harahap dari Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Mandailing Natal, Indonesia. Pokok permasalahan penelitian
ini adalah bagaimana efektivitas penggunaan media sosial sebagai media dakwah.
Pendekatan tinjauan literatur sistematis adalah strategi penelitian yang
digunakan. Sumber data diperoleh dari Google Scholar dan Crossref dengan
rentang waktu tahun 2013–2023. Kemdian VOSviewer dan aplikasi Publish or
Perish (PoP) digunakan sebagai alat analisis data. Kemudian berdasarkan hasil
analisis Vosviewer menunjukkan bahwa media sosial adalah media dakwah yang
banyak digunakan da’i untuk menyampaikan pesan dakwah sejak tahun 2019
sampai sekarang. Diantara media sosial yang digunakan adalah Facebook,
Instagram, Tiktok dan Youtube.6
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
a. Menganalisis efektivitas strategi komunikasi dakwah tradisional dan digital di Desa
Maramba Kecamatan Wotu.
b. Menganalisis efektivitas strategi komunikasi dakwah tradisional dan digital di Desa
Maramba Kecamatan Wotu.
c. Membandingkan efektivitas antara strategi komunikasi dakwah tradisional dan
digital di Desa Maramba Kecamatan Wotu.
2. Kegunaan Penelitian
a. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi praktis bagi para da’i,
pengurus lembaga dakwah, dan penggiat dakwah digital dalam merancang strategi
komunikasi yang efektif dan sesuai dengan perubahan pola komunikasi masyarakat
akibat perkembangan teknologi informasi.
b. Bagi pembaca, peneilitian ini dapat menambah wawasan tentang bagaimana dakwah
tradisional dan digital dapat saling melengkapi untuk memperluas jangkauan
audiens, memperkuat interaksi, dan memperkaya metode penyampaian pesan
dakwah.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Komunikasi Dakwah
1. Definisi Komunikasi
Komunikasi sebagai suatu konsep memiliki definisi yang beragam, namun secara
umum dapat dipahami sebagai sebuah proses penyampaian informasi dari pengirim
pesan kepada penerima pesan, dengan tujuan memfasilitasi interaksi antarindividu
atau kelompok (Muhammad Choirin dan Indriyani Idris, 2023). Dalam konteks ini,
komunikasi bukan hanya sekadar penyampaian pesan sederhana, melainkan suatu
proses pertukaran yang melibatkan artikulasi ide dan gagasan secara terbuka. Istilah
'communicatio' yang berasal dari bahasa Latin mengisyaratkan makna kebersamaan
dalam berbagi informasi, dan ini diwujudkan dalam praktik komunikasi yang
diharapkan menghasilkan pemahaman bersama antara pihak-pihak yang terlibat.
Filosofi komunikasi ini diperkenalkan oleh Cicero sebagai proses retorika, yang
kemudian berkembang menjadi dialogik, memungkinkan interaksi dua arah yang
dinamis. Sehingga, komunikasi bukan hanya mekanisme pertukaran pesan, melainkan
suatu bentuk interaksi sosial fundamental yang mendukung koeksistensi dan
kolaborasi dalam masyarakat (Choirin dan Idris, 2023).7
Sebagaimana dinyatakan oleh Ivan Sunata, komunikasi dapat digambarkan sebagai
aktivitas penyampaian pesan, ide, atau informasi dari komunikator kepada komunikan
melalui suatu media dengan efek yang diantisipasi (Sunata, 2023). Dalam proses ini,
komunikasi bisa berlangsung secara langsung, atau yang disebut komunikasi primer,
maupun melalui media, atau komunikasi sekunder. Kedua bentuk ini merefleksikan
kompleksitas dan fleksibilitas dari praktik komunikasi dalam konteks yang berbeda.
Kegiatan komunikasi, pada esensinya, adalah upaya menyebarluaskan informasi yang
bertujuan memperkuat pemahaman dan kesepahaman antara pengirim dan penerima
pesan. Proses ini menuntut adanya keterbukaan dan tanggap antara pihak yang terlibat,
yang mana setiap pesan yang disampaikan seharusnya mampu diinterpretasikan secara
tepat oleh penerima. Sehingga, keberhasilan komunikasi dinilai dari seberapa efektif
pesan tersebut dapat dipahami dan diterima (Sunata, 2023).8
Penting untuk mempertimbangkan komunikasi dalam konteks fungsionalnya,
dimana ia memainkan peran krusial dalam pembangunan hubungan antarindividu
maupun organisasi. Ketika melihat komunikasi dari sudut pandang fungsional, kita
menyadari adanya unsur-unsur yang penting seperti pengkodean dan dekode pesan,
pilihan media, serta umpan balik dari komunikan. Semua elemen ini menentukan
7
Muhammad Choirin dan Indriyani Idris, Pengantar Komunikasi Dakwah (Jakarta Timur: Pustaka Ikadi,
2023), h. 3
8
Ivan Sunata, M.A., Dakwah dan Komunikasi (Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Adab
dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN), h. 1
kualitas dan efektivitas dari komunikasi itu sendiri. Pengalaman komunikasi yang
optimal akan tercapai apabila setiap komponen berfungsi secara harmonis, menjamin
tersampaikannya makna asli dari pengirim pesan. Hal ini menekankan pada pentingnya
memahami elemen dasar komunikasi secara mendalam agar interaksi sosial dapat
berlangsung dengan maksimal dan mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam skenario
kompleks ini, muncul kebutuhan untuk menata infrastruktur komunikasi yang
memungkinkan pembagian pengetahuan dan kerjasama antar pelaku komunikasi.
Ini menunjukkan bahwa komunikasi tidak hanya berfungsi sebagai media transfer
informasi, tetapi juga sebagai alat untuk menjembatani perbedaan dan menciptakan
hubungan yang kohesif. Pada akhirnya, kemampuan untuk melakukan komunikasi yang
efektif menuntut kepekaan terhadap konteks dan tujuan dari interaksi yang
berlangsung. Dengan mengasimilasi pemikiran-pemikiran dari berbagai teori dasar
komunikasi, dapat digarisbawahi bahwa komunikasi adalah inti dari eksistensi sosial
dan budaya manusia. Ini adalah alat esensial yang menghubungkan individu,
mengembangkan kolaborasi, dan memfasilitasi integrasi dalam masyarakat yang
semakin kompleks dan terhubung. Kesadaran akan peran penting komunikasi akan
menjadi panduan dalam memperlancar hubungan interpersonal dan mempromosikan
pemahaman budaya yang lebih luas dan mendalam.
2. Definisi Dakwah
Dakwah, dalam konteks komunikasi dan penyebaran nilai-nilai Islam, didefinisikan
sebagai sebuah kegiatan yang mengkomunikasikan pesan-pesan ajaran Islam dari
seorang da'i kepada mad'u, baik secara individu maupun kelompok (Sunata, M.A.).
Aktivitas ini menempatkan dakwah dalam kerangka komunikasi di mana da'i berfungsi
sebagai komunikator dan mad'u sebagai komunikan. Seperti halnya dalam ilmu
komunikasi, dakwah juga melibatkan pengungkapan pesan-pesan yang tersembunyi di
balik perilaku manusia. Dalam kegiatan dakwah, hukum dan prinsip komunikasi
diterapkan untuk memastikan pesan disampaikan secara efektif, menambah dimensi
teknis pada aktivitas dakwah itu sendiri.9
Lebih dalam lagi, istilah dakwah secara harfiah merujuk pada seruan kepada Allah,
yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim (Fahrurrozi, M.A.). Seruan ini tertuang
dalam QS. an-Nahl (16) ayat 125 dan QS. Ali Imran (3) ayat 104, menggarisbawahi
pentingnya ajakan untuk memeluk dan menaati ajaran Islam. Dakwah bukan sekadar
aktivitas religius; ia mencerminkan peran sentral dalam memperluas ajakan menganut
Islam secara damai. Hakikat dakwah yang berbasis seruan mengisyaratkan pentingnya
partisipasi aktif dari umat Islam untuk menyebarluaskan pesan damai ini.10
9
Ivan Sunata, M.A., Dakwah dan Komunikasi (Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Adab
dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN), h. 2-3
10
Dr. H. Fahrurrozi, MA., Model-Model Dakwah di Era Kontemporer (Strategi Merestorasi Umat Menuju Moderasi
dan Deradikalisasi) (Mataram: LP2M UIN MATARAM, 2017), h. 7
Dakwah tidak hanya terbatas pada penyampaian ajaran-ajaran Islam, melainkan
juga mencakup penerapan metode dan model komunikasi yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Dalam hal ini, strategi komunikasi dakwah harus adaptif
terhadap perubahan sosial serta kemajuan teknologis agar pesan dapat diterima
dengan baik oleh masyarakat. Dengan demikian, dakwah menjadi sarana efektif untuk
memperkuat ikatan spiritual sekaligus memperluas wawasan keagamaan di tengah
masyarakat yang beragam.
Kesinambungan dakwah dalam konteks komunikasi modern mensyaratkan
penggunaan pendekatan inovatif untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Perubahan
sosial telah mengubah bagaimana informasi diakses dan disebarkan, menuntut dakwah
untuk mengadopsi metode yang relevan dengan kultur komunikasi kontemporer.
Dalam lanskap ini, dakwah harus terus relevan, memanfaatkan media baru sebagai alat
untuk menyampaikan nilai-nilai Islami kepada generasi yang lebih muda yang hidup
dalam era digital.
Melalui pengertian dan prinsip-prinsip di atas, dakwah ditekankan sebagai aktivitas
yang holistik, mencakup dimensi spiritual dan sosial. Dalam ranah akademis,
pemahaman mendalam tentang definisi dakwah menjadi landasan untuk penelitian
lebih lanjut tentang efektivitas strategi komunikasi dakwah dalam berbagai konteks. Ini
bukan hanya tentang penyampaian pesan, tetapi juga tentang bagaimana pesan
tersebut dapat memengaruhi dan membentuk perilaku individu serta komunitas secara
keseluruhan.
3. Tujuan Komunikasi Dakwah
Komunikasi dakwah dalam Islam Merujuk pada upaya menyampaikan ajaran Islam
secara efektif untuk mengajak manusia ke jalan Allah. Tujuan-tujuan komunikasi
dakwah dirumuskan berdasarkan prinsip-prinsip Islam yang menjamin terciptanya
kebenaran, perbaikan moral, dan pembangunan masyarakat. Berikut adalah tujuantujuan utama komunikasi dakwah.
a. Menyampaikan Pesan Tauhid dan Ajaran Islam : Mengkomunikasikan keesaan Allah
dan ajaran dasar Islam untuk membangun pemahaman yang benar tentang agama.
Allah berfirman dalam Q.S Al-Imran/3:104
‫ل‬
‫َْ ٌمنَا ََّنَو َْعدَو ٌ ْ َّْ ومُ مْ َُ ْت َوِّ َْ َنكَ ْت َلو‬
‫ا َََْو َ ْْ ْْ َْدَو ٌَن ََْ مو‬
‫ل َََْ َُ َه َعدَو ِم َفن َُ َْ ْْ َْ مو‬
‫َْ َو مو‬
‫۝ ٌَن ُْ َُ مِ ْْ َعدَو ُْ ْوِّ ٌَْْْن ُواَو ٌَن ُْ َُت ملو‬١
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar."11
Ini penekanan dakwah sebagai sarana menyampaikan kebaikan.
11
b. Mengajak Manusia ke Jalan Allah : Mengundang orang lain untuk menerima Islam
atau memperbaiki perilaku mereka melalui persuasi dan dialog. Allah berfirman
dalam Q.S An-Nahl/16:125
َ ‫ََُ موم َْ ٌَن َُ َع مو‬
‫دو‬
‫ِ مل ََ مو‬
‫ما مِفنَّ مك َو‬
‫َ للْو ُ َو‬
‫ل ٌ َ َوَِ ْوِّ ُ َوْع َََِّاَو ٌ َّو‬
‫ب مِ َُ َو‬
‫َّ َّو‬
‫ِ مل ََ مِ َوب َو َو‬
‫ٌ َ َوَِ ْوِّ ُ َْع َو‬
ْ ‫ب ٌمنا ٌ ْ َع‬
َ ‫ل‬
َ ‫ْ موم مِ َفن مْ َت َُ موم ََ مِاَو‬
َ َْ ‫ا َْ َمفع َمن ْه َوِّ ٌَن‬
َ َ َ ٌ ‫مد‬
َ ْ‫و‬
‫۝ مِ َفن ُْ َهكَ منََلَو‬١٢٥
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu
siapa yang mendapat petunjuk."12
Hadis Rasulullah SAW (HR. Bukhari): “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.”
c. Memperbaiki Masyarakat dan Moral : Mendorong perubahan sosial melalui
komunikasi yang membangun etika, keadilan, dan solidaritas.
d. Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan : Menyediakan pengetahuan Islam untuk
membentuk individu yang beriman dan bertanggung jawab. Hadis Rasulullah SAW
(HR. Muslim): “Barangsiapa yang menunjukkan kebaikan, maka ia mendapat pahala
seperti orang yang melakukannya.”
e. Membangun Harmoni dan Toleransi : Mengkomunikasikan Islam sebagai agama
rahmat untuk semua, mendorong dialog antaragama dan perdamaian.
4. Fungsi Komunikasi Dakwah
a. Fungsi Komunikasi
Fungsi dari komunikasi yang dapat diambil dari kehidupan sehari-hari adalah:
1. Sebagai Informasi: Komunikasi menyajikan suatu informasi yang diperlukan dari
setiap individu maupun kelompok dalam mengambil suatu keputusan dengan
meneruskan data untuk menilai beberapa pilihan yang akan diputuskan.
2. Sebagai Kendali: Fungsi komunikasi sebagai kendali memiliki arti bahwa
komunikasi berperan untuk mengontrol perilaku orang lain maupun anggota
dalam beberapa cara yang wajib dipatuhi oleh semua pihak.
3. Sebagai Motivasi: Komunikasi memberikan dalam hal memotivasi melalui
penjelasan yang dilakukan oleh para motivator.
b. Fungsi Dakwah
Penyebaran dakwah sendiri setidaknya memiliki 3 fungsi sebagai berikut :
12
1. Dakwah berfungsi untuk menyebarkan islam kepada manusia sebagai individu
dan masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat islam sebagai rahmat bagi
seluruh alam.
2. Dakwah berfungsi melestarikan nilai-nilai islam dari generasi ke generasi kaum
muslimin berikutnya sehingga kelangsungan ajaran islam beserta pemeluknya
dari generasi ke generasi berikutnya tidak putus.
3. Dakwah berfungsi korektif, artinya meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah
kemungkaran dan mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani.
B. Strategi Komunikasi Dakwah
1. Strategi Komunikasi Tradisional
2. Strategi Komunikasi Digital
C. Teori Komunikasi
D.
Download