Uploaded by elmuflihatuz

Laporan Magang Lapas Lowokwaru: Pembinaan Narapidana

advertisement
Laporan Akhir Magang Mandiri
LAPORAN AKHIR MAGANG MANDIRI
“Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru
Malang”
Oleh:
Muhammad Idzhar Kamil
202110110311078
LABORATORIUM HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2025
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan akhir magang mandiri ini telah diketahui, disetujui dan
disahkan untuk diujikan oleh pihak-pihak yang berwenang
sebagaimana tersebut dibawah ini:
Malang, 30 Juni 2025
Penyusun,
Mengetahui,
Instansi Magang/
Dosen Pembimbing Lapang,
Muhammad Idzhar Kamil
Muhammad Farid Uzman
Menyetujui,
Mengesahkan,
Dosen Pembimbing Magang
Ka. Laboratorium Hukum FH
UMM
Ratri Novita Erdianti S.H.,M.H
Isdian Anggraeny, S.H., M.Kn
i
Laporan Akhir Magang Mandiri
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga Laporan Akhir Magang ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun sebagai salah satu
syarat
untuk
menyelesaikan
program
magang
di
Lembaga
Pemasyarakatan Kelas 1 Lowokwaru Malang.
Selama pelaksanaan magang, banyak sekali pengalaman berharga dan
ilmu baru yang saya dapatkan. Proses ini tentunya tidak lepas dari
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Ibu Ratri Novita Erdianti S.H.,M.H selaku Dosen Pembimbing
Magang yang telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan
berharga selama proses penelitian hingga penyusunan Laporan
Akhir ini.
2. Bapak Uzman sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu,
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat berarti
selama saya menjalani magang.
3. Seluruh karyawan dan staf Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1
Lowokwaru Malang yang telah menerima saya dengan baik, berbagi
ilmu, dan menciptakan lingkungan kerja yang suportif.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik yang membangun akan saya terima
dengan lapang dada demi penyempurnaan di masa mendatang. Semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak
terkait.
ii
Laporan Akhir Magang Mandiri
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................... ii
A. DASAR PEMIKIRAN ...................................................................1
B. TUJUAN MAGANG .....................................................................2
C. METODE MAGANG ....................................................................3
D. WAKTU PELAKSANAAN MAGANG ..............................................4
E. PROFIL INSTANSI MAGANG ...................................................... 4
BAB II .............................................................................................. 6
PENCAPAIAN TARGET ......................................................................6
TARGET MAGANG DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN........................ 6
BAB III ............................................................................................. 9
HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN MAGANG ............................... 9
A. PEMBAHASAN DAN ANALISIS KETERCAPAIAN TARGET ............9
1.Pencapaian Target 1, Pembinaan Narapidana .......................... 9
a. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tahapan dalam
menyiapkan pemberian pembinaan) ........................................9
b. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tata cara
melakukan pembinaan narapidana) ....................................... 10
2. Pencapaian Target ke-2 (Pembimbingan Narapidana
Pengamanan Narapidana) ......................................................... 12
a.Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta
dalam pemberian bimbingan, mempersiapkan sarana dan
mengelola hasil kerja) ........................................................... 12
b. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta
dalam melakukan bimbingan sosial / kerohanian narapidana)
............................................................................................. 13
c. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta
dalam memberikan bimbingan pemasyarakatan) ................... 14
d. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta
dalam pendataan/ dokumentasi sidik jari narapidana) .......... 15
e. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur pengamanan
narapidana) ........................................................................... 16
f. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tata cara
penjadwalan pengamanan narapidana)................................... 17
3. Pencapaian Target ke-3 (Pelayanan Narapidana) ................... 18
a. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tata cara
penjadwalan pengamanan narapidana)................................... 18
iii
Laporan Akhir Magang Mandiri
b. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur penerimaan
narapidana) ........................................................................... 19
c. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur penempatan
narapidana) ........................................................................... 19
4. Pencapaian Target ke-4 (Pengeluaran Narapidana) ................ 20
a. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur pengeluaran
narapidana) ........................................................................... 20
b. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur dalam melakukan
proses remisi, asimilasi, cuti mengunjungi atau dikunjungi
keluarga, cuti bersyarat, cuti menjelang bebas, dan
pembebasan bersyarat) .......................................................... 21
5. Pencapaian Target ke-5 (Pemindahan Narapidana) ................ 24
a. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur pemindahan
narapidana) ........................................................................... 24
BAB IV ........................................................................................... 25
PENUTUP ....................................................................................... 25
A. KESIMPULAN .......................................................................... 25
B. SARAN .................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 27
LAMPIRAN ..................................................................................... 29
1. LOG ACTIVITY ASLI (terdapat TTD Asli DPL) ........................... 29
2. DOKUMEN HASIL PEMENUHAN LOG AND TARGET .................. 30
3, DOKUMENTASI/GAMBAR KEGIATAN ...................................... 31
4. KARTU KENDALI ..................................................................... 35
5. PRESENSI ............................... Ошибка! Закладка не определена.
iv
Laporan Akhir Magang Mandiri
BAB I
PENDAHULUAN
A. DASAR PEMIKIRAN
Praktik kerja magang merupakan salah satu bentuk
pengalaman belajar yang sangat penting bagi mahasiswa untuk
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam
dunia kerja yang sesungguhnya. Melalui magang, mahasiswa
tidak hanya mendapatkan pemahaman teoritis, tetapi juga
keterampilan praktis, etos kerja, serta wawasan tentang
dinamika di lingkungan profesional. Salah satu instansi yang
menjadi tempat magang adalah Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas) Kelas I Lowokwaru Malang, yang berperan penting dalam
sistem peradilan pidana Indonesia dengan fungsi pembinaan,
pembimbingan, dan reintegrasi narapidana ke masyarakat.
Magang di Lapas Kelas I Lowokwaru Malang memberikan
kesempatan
bagi
mahasiswa
untuk
mempelajari
secara
langsung mekanisme pelaksanaan pembinaan narapidana,
sistem keamanan, administrasi pemasyarakatan, serta peran
Lapas dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses
pemulihan narapidana. Selain itu, mahasiswa juga dapat
mengamati bagaimana nilai-nilai keadilan, hak asasi manusia,
dan rehabilitasi diimplementasikan dalam praktik.
Pelaksanaan magang di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Lowokwaru Malang dilandasi oleh berbagai pertimbangan
strategis yang berorientasi pada pengembangan kapasitas
akademik
dan
profesional
mahasiswa.
Pertama,
magang
merupakan komponen penting dalam kurikulum pendidikan
tinggi yang dirancang untuk menjembatani antara teori yang
diperoleh di ruang kelas dengan realitas dunia kerja. Dalam
konteks program studi seperti ilmu hukum, administrasi publik,
maupun kriminologi, keterlibatan langsung di lingkungan
1
Laporan Akhir Magang Mandiri
pemasyarakatan menjadi sarana aplikatif yang relevan dan
bernilai tinggi. Kedua, kegiatan magang di Lapas memungkinkan
mahasiswa untuk mengasah keterampilan praktis, termasuk
kemampuan analitis dalam menelaah kebijakan dan prosedur,
keterampilan manajerial dalam menangani dinamika institusi,
serta kompetensi interpersonal yang penting dalam berinteraksi
dengan berbagai pihak di lingkungan Lapas.
Selain itu, magang juga memberikan peluang untuk
memahami sistem pemasyarakatan secara komprehensif. Lapas
bukan hanya berfungsi sebagai tempat menjalani hukuman,
tetapi juga sebagai institusi yang mengemban tugas rehabilitatif,
pembinaan moral, dan reintegrasi sosial bagi narapidana.
Mahasiswa
mendapatkan
wawasan
konkret
mengenai
pelaksanaan pembinaan tersebut, yang secara normatif diatur
dalam
Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
1995
tentang
Pemasyarakatan. Di sisi lain, melalui keterlibatan aktif dalam
kegiatan harian Lapas, mahasiswa juga berpotensi memberikan
kontribusi positif berupa pemikiran kritis dan gagasan inovatif
untuk
meningkatkan
efektivitas
dan
kualitas
program
pembinaan. Dengan demikian, pelaksanaan magang ini tidak
hanya memberikan manfaat bagi pengembangan diri mahasiswa,
tetapi juga bagi penguatan peran Lapas sebagai lembaga yang
humanis dan transformatif dalam sistem peradilan pidana di
Indonesia.
B. TUJUAN MAGANG
Tujuan Umum
1.
Melaksanakan
proses
pendidikan
melalui
pengalaman
langsung, sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi.
2
Laporan Akhir Magang Mandiri
2.
Memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam
menerapkan ilmu hukum dan pemasyarakatan secara praktis
di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan.
Tujuan Khusus
1.
Mengamati implementasi sistem pemasyarakatan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.
Mempelajari struktur organisasi, tugas, dan mekanisme kerja
Lapas Kelas I Lowokwaru Malang.
3.
Mengembangkan keterampilan analisis, komunikasi, dan
manajemen di lingkungan institusi pemasyarakatan.
4.
Mengidentifikasi
permasalahan
nyata
di
Lapas
dan
memberikan saran solutif berdasarkan hasil observasi.
5.
Memenuhi
kewajiban
akademik
sebagai
bagian
dari
kurikulum pendidikan tinggi.
C. METODE MAGANG
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan magang di
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Lowokwaru Malang,
digunakan
beberapa
metode
pengumpulan
data
dan
pembelajaran, antara lain:
1.
Metode
Observasi
dengan
mengamati
secara
langsung
kegiatan harian di Lapas, termasuk proses administrasi,
pembinaan narapidana, serta interaksi antara petugas dan
warga binaan. Dengan cara mengamati proses penerimaan
dan pembinaan narapidana, dan menyaksikan pelaksanaan
program kerja Lapas (pelatihan, pendidikan, keagamaan).
2.
Metode Wawancara yaitu, berkomunikasi langsung dengan
narasumber terkait, seperti petugas Lapas, narapidana, atau
pihak terkait. Untuk mendapatkan informasi mendalam
tentang kebijakan, tantangan operasional, dan pengalaman
personal.
3
Laporan Akhir Magang Mandiri
3.
Metode Diskusi dan Konsultasi, adalah berpartisipasi dalam
diskusi dengan pembimbing Lapas, dosen pembimbing, atau
kelompok magang untuk memperdalam pemahaman. Dengan
tujuan mengevaluasi temuan, memecahkan masalah, dan
mendapatkan masukan untuk laporan. Dilakukan untuk
diskusi dengan petugas tentang efektivitas program kerja
Lapas dan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk
analisis data.
4.
Metode Praktik yaitu terlibat dalam kegiatan operasional
Lapas sesuai bidang studi untuk mengasah keterampilan
praktis dan kontribusi nyata. Metode ini juga membantu
administrasi kearsipan narapidana dan mberpartisipasi
dalam pendampingan psikologis atau pelatihan keterampilan.
D. WAKTU PELAKSANAAN MAGANG
Pelaksanaan Magang akan dilaksanakan di :
Nama Instansi : Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru
Malang
Alamat : Jl. Asahan No. 7 Malang, Kelurahan Bunulrejo,
Kecamatan Blimbing, Kota Malang
Waktu
Pelaksanaa : 8 Februari 2025 – 26 Juni 2025
E. PROFIL INSTANSI MAGANG
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Lowokwaru
Malang merupakan salah satu unit pelaksana teknis di bawah
naungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia, yang berada di wilayah kerja Kantor Wilayah
Kemenkumham Jawa Timur. Terletak di Jalan Asahan No. 7,
Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Lapas
ini memiliki sejarah panjang sejak era kolonial Belanda dan terus
mengalami transformasi fungsi dan manajemen hingga kini
menjadi salah satu Lapas yang cukup representatif di Indonesia.
4
Laporan Akhir Magang Mandiri
Dengan luas lahan sekitar 50.110 m² dan kapasitas hunian
resmi sekitar 936 orang, Lapas Lowokwaru saat ini menampung
lebih dari 1.500 narapidana, yang menandakan adanya kondisi
overkapasitas (overcrowding) yang cukup signifikan.
Sebagai institusi pemasyarakatan, Lapas Lowokwaru tidak
hanya
menjalankan
menitikberatkan
pada
fungsi
pengamanan,
aspek
pembinaan
tetapi
dan
juga
rehabilitasi
narapidana. Berbagai program pembinaan diselenggarakan,
mulai dari pendidikan formal dan keagamaan, pelatihan
keterampilan kerja, hingga program kemandirian berbasis
industri dan pertanian. Salah satu program unggulan adalah
Pondok
Pesantren
narapidana
At-Taubah
yang
menjalani
pembinaan
untuk
menampung
ratusan
spiritual
dan
keagamaan secara intensif. Selain itu, kegiatan pelatihan seperti
pembuatan batik tulis, budidaya edamame dalam greenhouse,
pengelolaan limbah, hingga produksi makanan ringan dan kopi
menjadi bagian dari strategi pemberdayaan warga binaan agar
siap kembali ke masyarakat secara produktif.
Di bawah kepemimpinan yang berganti secara berkala,
termasuk
kepala
Lapas
saat
ini,
Teguh
Pamuji,
Lapas
Lowokwaru terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan
melalui reformasi birokrasi dan penguatan zona integritas
menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) serta Wilayah Birokrasi
Bersih dan Melayani (WBBM). Tidak hanya itu, sinergi dengan
berbagai lembaga eksternal seperti BNN, Pemkot Malang, dan
pihak swasta menjadikan Lapas ini sebagai contoh model
pemasyarakatan berbasis kolaborasi. Dengan berbagai inovasi
dan tantangan yang dihadapi, Lapas Lowokwaru menjadi
lingkungan yang dinamis dan representatif untuk mempelajari
implementasi
sistem
pemasyarakatan
mahasiswa magang.
5
secara
nyata
bagi
Laporan Akhir Magang Mandiri
BAB II
PENCAPAIAN TARGET
TARGET MAGANG DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
Target
ke1
Validasi
DPM
Target
Rincian
Pembinaan
Narapidana
Mengetahui tahapan
dalam menyiapkan
pemberian
pembinaan
Validasi
Instansi
Magang
Lampir
an
G-1
Mengetahui tata cara
melakukan
pembinaan
narapidana:
1. Pembinaan
Kepribadian
2. Pembinaan
Kesadaran
Beragama
3. Pembinaan
Kesadaran
Berbangsa dan
Bernegara,
4. Pembinaan
Kemampuan
Intelektual
(Kecerdasan)
5. Pembinaan
Kesadaran
Hukum.
2
Pembimbin
gan
Narapidana
Pengamana
n
Narapidana
Mengetahui dan ikut
serta dalam
pemberian
bimbingan,
mempersiapkan
sarana dan mengelola
hasil kerja
Mengetahui dan ikut
serta dalam
6
G-2
Laporan Akhir Magang Mandiri
melakukan
bimbingan sosial /
kerohanian
narapidana
Mengetahui dan ikut
serta dalam
memberikan
bimbingan
pemasyarakatan,
Mengetahui dan ikut
serta dalam
pendataan/
dokumentasi sidik
jari narapidana
Prosedur
pengamanan
narapidana
Mengetahui tata cara
penjadwalan
pengamanan
narapidana
3
Pelayanan
Narapidana
Prosedur
penyelenggaraan
pelayanan pada
narapidana
G-3
Prosedur penerimaan
narapidana
Prosedur penempatan
narapidana
4
Pengeluara
n
Narapidana
Prosedur pengeluaran
narapidana
Prosedur dalam
melakukan proses
remisi, asimilasi, cuti
mengunjungi atau
dikunjungi keluarga,
cuti bersyarat, cuti
menjelang bebas, dan
7
G-4
Laporan Akhir Magang Mandiri
pembebasan
bersyarat.
5
Pemindaha
n
Narapidana
Prosedur pemindahan
narapidana
8
Laporan Akhir Magang Mandiri
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN MAGANG
A. PEMBAHASAN DAN ANALISIS KETERCAPAIAN
TARGET
1.Pencapaian Target 1, Pembinaan Narapidana
a. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tahapan dalam
menyiapkan pemberian pembinaan)
Salah satu target utama dalam pelaksanaan magang di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang adalah
memahami secara menyeluruh tahapan dalam menyiapkan
pemberian pembinaan kepada narapidana. Target ini berhasil
dicapai melalui kegiatan observasi langsung terhadap proses yang
dilakukan oleh petugas pemasyarakatan. Tahapan tersebut
dimulai
dari
pendataan
dan
pengelompokan
narapidana
berdasarkan kategori pidana, latar belakang sosial, dan tingkat
risiko.
Selanjutnya
dilakukan
asesmen
kebutuhan
yang
mencakup aspek kepribadian, psikologis, pendidikan, serta
kecakapan kerja. Hasil asesmen tersebut menjadi dasar dalam
penempatan narapidana ke dalam program pembinaan yang
sesuai, baik yang bersifat kepribadian seperti pembinaan spiritual
dan moral, maupun yang bersifat kemandirian seperti pelatihan
kerja dan keterampilan.
Tahapan ini sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
khususnya Pasal
5, yang
menegaskan bahwa pembinaan
narapidana bertujuan menyiapkan mereka untuk dapat kembali
hidup secara wajar dalam Masyarakat.1 Selain itu, pelaksanaan
pembinaan juga mengacu pada Permenkumham RI Nomor 35
Tahun
2018
Pemasyarakatan,
1
tentang
yang
Revitalisasi
menekankan
Penyelenggaraan
pentingnya
UU RI, “Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.”
9
asesmen
Laporan Akhir Magang Mandiri
individual sebagai dasar penentuan program pembinaan.2 Dengan
demikian, pencapaian target ini tercermin dalam pemahaman
yang
mendalam
terhadap
sistematisasi
dan
mekanisme
pembinaan yang dijalankan di lingkungan Lapas.
b. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tata cara
melakukan pembinaan narapidana)
Salah satu capaian penting dalam pelaksanaan magang di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang adalah
pemahaman
terhadap
tata
cara
pelaksanaan
pembinaan
narapidana. Pembinaan dilaksanakan melalui dua pendekatan
utama, yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian.
Pembinaan
kepribadian
mencakup
kegiatan
keagamaan,
penyuluhan hukum, konseling psikologis, serta pembentukan
karakter, sementara pembinaan kemandirian meliputi pelatihan
keterampilan kerja seperti pertanian, perbengkelan, menjahit, dan
pengolahan makanan. Seluruh proses tersebut diawali dengan
asesmen kebutuhan narapidana, penempatan dalam program yang
sesuai, pelaksanaan kegiatan harian, hingga evaluasi berkala atas
perkembangan warga binaan. Tata cara ini dijalankan dengan
mengacu pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang
Pemasyarakatan, serta memperkuat pendekatan rehabilitatif dan
reintegratif melalui sistem pembinaan yang berorientasi pada
keadilan restoratif.
Selain itu, implementasi pembinaan juga merujuk pada
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan
dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, yang mengatur
secara teknis klasifikasi, bentuk, dan pelaksanaan pembinaan
narapidana.3 Pedoman teknis lebih lanjut dijabarkan dalam
Permenkumham RI Nomor 03 Tahun 2018, yang secara rinci
mengatur
tahapan
pembinaan,
2
mulai
dari
perencanaan,
Kemenkes RI, “Peraturan Menteri Hukum Dan HAM No.35 Tahun 2018 Tentang Pengamanan
Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara.”
3
RI, “Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan Dan Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan.”
10
Laporan Akhir Magang Mandiri
pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasi.4 Di sisi lain,
pelaksanaan asesmen awal narapidana sebagai dasar program
pembinaan juga mengikuti ketentuan dalam Perdirjen PAS No.
PAS-38.PK.01.05.06
Tahun
2018
tentang
Assessment
of
Correctional Needs.5 Dengan landasan regulatif tersebut, tata cara
pembinaan yang dijalankan di Lapas Lowokwaru tidak hanya
bertujuan membina perilaku narapidana selama masa pidana,
tetapi
juga
membekali
mereka
secara
mental,
sosial,
dan
keterampilan agar siap kembali ke masyarakat secara produktif
dan bertanggung jawab.
Pelaksanaan
pembinaan
narapidana
di
Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang dilakukan secara
menyeluruh dan terstruktur melalui berbagai program pembinaan
yang mencakup aspek kepribadian, kesadaran, dan kecerdasan.
Pembinaan kepribadian diarahkan untuk membentuk sikap dan
perilaku narapidana agar lebih bertanggung jawab dan memiliki
integritas moral. Di samping itu, pembinaan kesadaran beragama
dilaksanakan melalui kegiatan keagamaan rutin seperti pengajian,
ceramah, bimbingan rohani, serta pembelajaran kitab suci sesuai
agama yang dianut, guna memperkuat spiritualitas narapidana.
Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara dilakukan melalui
penyuluhan wawasan kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila untuk
menanamkan semangat nasionalisme. Sementara itu, pembinaan
kemampuan intelektual diberikan melalui pendidikan formal dan
nonformal, termasuk pelatihan baca-tulis, keterampilan akademik
dasar, dan pengembangan logika berpikir. Terakhir, pembinaan
kesadaran
hukum
bertujuan
menumbuhkan
pemahaman
narapidana terhadap hak, kewajiban, serta konsekuensi hukum
dari tindakannya, biasanya dilaksanakan melalui penyuluhan
hukum dan diskusi kelompok bersama petugas atau narasumber
eksternal. Seluruh bentuk pembinaan tersebut mengacu pada
ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
4
5
Menkumham, “Permenkumham RI Nomor 03 Tahun 2018.”
Agustin, Satoto, and ., “A Review of Legal Justice: Parole in The Indonesian Prison System.”
11
Laporan Akhir Magang Mandiri
tentang Pemasyarakatan, yang menyatakan bahwa pembinaan
narapidana meliputi pembinaan kepribadian dan kemandirian,
termasuk aspek keagamaan, kebangsaan, kecerdasan, serta
kesadaran hukum.6
2. Pencapaian Target ke-2 (Pembimbingan Narapidana
Pengamanan Narapidana)
a.Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta
dalam pemberian bimbingan, mempersiapkan sarana dan
mengelola hasil kerja)
Selama kegiatan magang di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
I Lowokwaru Malang, target pembelajaran yang berkaitan
dengan
pemberian
bimbingan,
persiapan
sarana,
dan
pengelolaan hasil kerja narapidana berhasil tercapai melalui
observasi langsung dan keterlibatan dalam beberapa program
pembinaan kemandirian. Pemberian bimbingan dilakukan oleh
petugas
pembina
dan
mitra
pelatihan,
yang
mencakup
pelatihan keterampilan seperti pertanian hidroponik, budidaya
edamame, kerajinan tangan, produksi makanan ringan, serta
pelatihan menjahit dan pangkas rambut. Mahasiswa magang
ikut serta dalam membantu mempersiapkan sarana pelatihan
seperti alat kerja, bahan produksi, dan pengaturan tempat
kegiatan.
Selain itu, proses dokumentasi dan pengelolaan hasil kerja
narapidana juga dipelajari, termasuk pengemasan, pelabelan,
dan pemasaran produk hasil pembinaan. Seluruh kegiatan ini
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999
tentang
Pembinaan
dan
Pembimbingan
Warga
Binaan
Pemasyarakatan, khususnya Pasal 9, yang menyatakan bahwa
pembinaan kemandirian dilaksanakan melalui pelatihan kerja
dan keterampilan dengan tujuan membekali narapidana agar
dapat mandiri secara ekonomi setelah bebas.7 Selain itu,
ketentuan ini juga diperkuat oleh Pasal 7 ayat (2) Undang6
UU RI, “Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.”
RI, “Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan Dan Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan.”
7
12
Laporan Akhir Magang Mandiri
Undang Nomor 12 Tahun 1995 yang menekankan pentingnya
pembinaan
kemandirian
pemasyarakatan.8
Dengan
sebagai
bagian
demikian,
dari
sistem
pengalaman
yang
diperoleh selama magang tidak hanya memberikan pemahaman
teoritis, tetapi juga keterampilan praktis dalam mendukung
proses reintegrasi sosial narapidana melalui pembinaan kerja
yang produktif.
b. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta
dalam melakukan bimbingan sosial / kerohanian narapidana)
Selama
masa
pelaksanaan
magang
di
Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang, pemahaman dan
keterlibatan
dalam
bimbingan
sosial
dan
kerohanian
narapidana menjadi salah satu target penting yang berhasil
dicapai. Kegiatan ini membuka wawasan yang lebih luas
mengenai pendekatan pembinaan berbasis spiritualitas dan
nilai-nilai sosial kemanusiaan. Mahasiswa turut serta dalam
berbagai aktivitas kerohanian seperti kajian keagamaan,
pembacaan kitab suci, pembinaan moral oleh tokoh agama,
serta penguatan rohani menjelang hari besar keagamaan.
Sementara itu, bimbingan sosial diberikan dalam bentuk
diskusi kelompok, konseling kelompok sebaya, dan kegiatan
rekreatif yang mendorong interaksi sehat antarwarga binaan.
Proses ini memberikan pemahaman bahwa dimensi spiritual
dan sosial merupakan fondasi penting dalam upaya rehabilitasi
narapidana, karena membangun kembali rasa kemanusiaan,
empati,
serta
kesadaran
terhadap
makna
kehidupan
bermasyarakat.
Pembinaan kerohanian dan sosial ini sejalan dengan amanat
Pasal 4 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
1999, yang menyebutkan bahwa pembinaan kepribadian
meliputi pembinaan kesadaran beragama dan berbangsa
sebagai bentuk pemulihan integritas pribadi narapidana. Selain
8
Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan.”
13
Laporan Akhir Magang Mandiri
itu, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 7 ayat (2) juga
menegaskan pentingnya pembinaan kepribadian, termasuk
pembinaan kesadaran beragama dan sosial sebagai bagian dari
reintegrasi moral narapidana ke dalam masyarakat. Pada
Penelitian ilmiah lain oleh Muhammad Ghifarri, Satya Zaki, dan
Ali Muhammad
dalam Jurnal Ilmu Hukum Dan Humaniora
menunjukkan bahwa pembinaan kerohanian berpengaruh
signifikan dalam membentuk perilaku narapidana yang lebih
stabil, disiplin, dan mampu mengendalikan diri.9 Dengan
keterlibatan aktif dalam kegiatan ini, mahasiswa memperoleh
pengalaman berharga tidak hanya dalam aspek administratif
pemasyarakatan, tetapi juga dalam pemaknaan nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat transformasional.
c. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta
dalam memberikan bimbingan pemasyarakatan)
Selama magang di Lapas Kelas I Lowokwaru Malang,
mahasiswa
terlibat
pemasyarakatan,
aktif
yaitu
dalam
proses
pelaksanaan
bimbingan
pendampingan
narapidana
dalam kegiatan kelompok, evaluasi kemajuan, serta penyaluran
dukungan psikososial. Bimbingan ini dilaksanakan melalui sesi
diskusi motivasional, konseling individu dan kelompok, serta
penyuluhan
nilai-nilai
sosial
termasuk
kedisiplinan
dan
tanggung jawab. Mahasiswa turut membantu dalam merancang
materi
diskusi,
memfasilitasi
kelompok,
dan
mencatat
perkembangan warga binaan. Aktivitas ini mengokohkan
pemahaman bahwa pembinaan pemasyarakatan lebih bersifat
pembimbingan dan pemberdayaan, bukan hanya pengawasan.
Landasan hukum untuk praktik ini dapat ditemukan dalam
Pasal 1 dan Pasal 4 PP No. 31 Tahun 1999, yang menetapkan
bahwa pembinaan narapidana mencakup aspek pengembangan
kepribadian dan kemandirian melalui bimbingan berkelanjutan.
Dari perspektif ilmiah, studi oleh Evisetiawati et al. (2022) dalam
9
Ghifarri, Zaki, and Muhammad, “Dampak Pembinaan Kerohanian Islam Terhadap
Pengembangan Nilai Spiritual Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rumah Tahanan.”
14
Laporan Akhir Magang Mandiri
jurnal Guidance and Counseling Services in Correctional
Institutions menunjukkan bahwa layanan bimbingan konseling
terbukti efektif dalam membantu narapidana menghadapi
tekanan psikologis dan memfasilitasi pemulihan sosial menuju
reintegrasi Masyarakat.10
d. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta
dalam pendataan/ dokumentasi sidik jari narapidana)
Rincian target yang tercapai mencakup keterlibatan dalam
kegiatan pendataan dan dokumentasi sidik jari narapidana
sebagai bagian dari administrasi identifikasi warga binaan.
Kegiatan ini merupakan prosedur standar dalam sistem
pemasyarakatan untuk mendukung keamanan, ketertiban, dan
validitas data narapidana. Proses pendataan dilakukan sejak
tahap awal narapidana masuk ke lembaga pemasyarakatan,
dan melibatkan beberapa tahapan, antara lain pengambilan
sidik jari sepuluh jari (tenprint), verifikasi identitas berdasarkan
dokumen hukum, serta penginputan data biometrik ke dalam
Sistem Database Pemasyarakatan (SDP). Dokumentasi ini
terintegrasi secara nasional untuk mendukung sistem peradilan
pidana terpadu, termasuk dalam hal pelacakan residivisme,
pembinaan individual, dan pengambilan keputusan hukum
lanjutan seperti remisi, asimilasi, atau pembebasan bersyarat.
Prosedur ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 10
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat
dan
Tata
Cara
Pelaksanaan
Hak
Warga
Binaan
Pemasyarakatan, yang menyatakan bahwa setiap warga binaan
wajib didata secara administratif dan identitasnya diverifikasi.11
Selain itu, Permenkumham RI Nomor 35 Tahun 2018 tentang
Revitalisasi
Penyelenggaraan
Pemasyarakatan
juga
menekankan pentingnya pendokumentasian data biometrik
10
Tista et al., “L Layanan Bimbingan Konseling Dalam Lembaga Permasyarakatan.”
Presiden Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.”
11
15
Laporan Akhir Magang Mandiri
sebagai bagian dari modernisasi pelayanan pemasyarakatan.12
Pada penelitian lain oleh Raynaldi Cesar Akbar & Syahrial
Yuska (2025) dalam Journal of Management, Correctional
Management menguatkan bahwa implementasi sistem sidik jari
efektif meningkatkan keamanan blok hunian dan mempercepat
proses roll-call harian narapidana di Lapas Sidoarjo Kelas IIA.13
e. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur pengamanan
narapidana)
Prosedur pengamanan narapidana dijalankan secara
sistematis di Lapas Kelas I Lowokwaru Malang, meliputi
pengawasan di dalam lembaga hingga pengawalan saat
pemindahan. Pengamanan blok hunian dan area publik
dilakukan oleh satuan penjaga yang terlatih, sesuai dengan
klasifikasi keamanan (tinggi, menengah, rendah) berdasarkan
Pasal 4 ayat (1–2) dan Pasal 6 Permenkumham No. 33 Tahun
2015 tentang Pengamanan di Lapas dan Rutan, yang diadopsi
dalam petunjuk operasional lokal.14 Pada saat pemindahan
narapidana, pengawalan dilakukan minimal oleh dua petugas,
sesuai dengan Pasal 51–52 Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun
1999, yang juga mengatur sarana transportasi berpengamanan
dan dokumentasi perjalanan.15 Seluruh kegiatan tersebut
dilengkapi dengan dokumen keamanan, seperti berita acara,
daftar hadir, dan laporan kondisi narapidana. Efektivitas
penerapan SOP ini didukung oleh temuan dari jurnal MALA IN
SE: Jurnal Hukum Pidana, Kriminologi, dan Viktimologi, yang
menjelaskan bahwa satuan pengamanan efektif mencegah
keributan antar narapidana melalui pengawasan rutin dan
respon cepat. Hal yang sama juga diperkuat dalam Penelitian
12
Kemenkes RI, “Peraturan Menteri Hukum Dan HAM No.35 Tahun 2018 Tentang Pengamanan
Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara.”
13
Pemasyarakatan, “EVALUATION OF THE USAGE OF FINGERPRINT SYSTEM USAGE ON INMATES
RESIDENTIAL ROOM’S INSPECTION OF SIDOARJO CLASS IIA PRISON INSTITUTION 1* Raynaldi 1,2.”
14
Peraturan Menteri Hukum dan HAM, “Permenkumham Nomor 33 Tahun 2015 Tentang
Pengamanan Pada Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara.”
15
Presiden Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.”
16
Laporan Akhir Magang Mandiri
“Pelaksanaan Tugas Pengamanan” pada Jurnal Bevinding
(2023), yang menunjukkan penerapan sistem pengamanan
terpadu berkontribusi signifikan terhadap stabilitas keamanan
lapas.16
f. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tata cara
penjadwalan pengamanan narapidana)
Penjadwalan pengamanan narapidana di Lapas Kelas I
Lowokwaru
Malang
dilaksanakan
berdasarkan
prosedur
operasional standar yang mengatur waktu dan intensitas
penjagaan di berbagai lokasi, seperti blok hunian, ruang
kunjungan, dan area publik. Jadwal ini mencakup alokasi
petugas piket harian, inspeksi berkala, pengawasan selama
aktivitas narapidana, hingga pengaturan pengawalan saat
proses pemindahan. Penjadwalan dibuat secara sistemik oleh
unit keamanan berdasarkan konsep yang dirumuskan dalam
Rencana Kerja yang termuat dalam SOP pengamanan seperti
tertulis dalam catatan kerja Rutan Wates 2024, yakni
menyusun konsep jadwal tugas pengamanan dan usulan
pemakaian sarana keamanan.17
Protokol penjadwalan ini diperkaya oleh standar operasional
nasional, misalnya pengaturan apel, patroli, dan investigasi dini
(preemptive investigation), sebagaimana diuraikan oleh Ditjen
PAS dalam dokumen tugas pengamanan lapas dan rutan. Selain
itu, sistem ini terintegrasi dengan modul keamanan berbasis
teknologi informasi yang mencantumkan jadwal, penempatan
petugas, pemeliharaan sarana, dan pelaporan seperti dijelaskan
dalam
Panduan
Modul
Keamanan
Ditjen
PAS.
Praktik
penjadwalan yang konsisten dan terdokumentasi ini telah
terbukti meningkatkan efisiensi pengamanan dan respons
16
Aji, Junaidi, and Rudatyo, “Pelaksanaan Tugas Pengamanan Dalam Upaya Menciptakan
Keamanan Dan Ketertiban Di Lembaga Pemasyaratan Kelas IIB Wonogiri.”
17
Tahanan, Kelas, and Wates, “Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Kantor Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Rumah Tahanan Negara Kelas Iib Wates.”
17
Laporan Akhir Magang Mandiri
terhadap gangguan, sesuai best practice manajemen keamanan
lembaga pemasyarakatan.
3. Pencapaian Target ke-3 (Pelayanan Narapidana)
a. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tata cara
penjadwalan pengamanan narapidana)
Penjadwalan pengamanan narapidana di Lapas Kelas I
Lowokwaru Malang dilakukan melalui mekanisme formal yang
mengintegrasikan
pembagian
tugas
harian,
pengawasan
strategis
seperti
blok
area
patroli,
hunian,
dan
ruang
kunjungan, dan koridor. Setiap hari, petugas piket ditetapkan
berdasarkan
rangkaian
mengakomodasi
jaga
inspeksi
bergilir;
berkala
jadwal
dengan
ini
juga
intensitas
penyesuaian guna menekan potensi gangguan keamanan.
Pengaturan waktu pengawalan saat kunjungan keluarga juga
telah diintegrasikan dalam jadwal rutin, mencakup alokasi
petugas dan prosedur pemeriksaan serta penggeledahan barang
bawaan, sebagaimana dijabarkan dalam standar layanan
kunjungan oleh Kanwil Kemenkumham, yang mencakup
penggunaan
loket
pendaftaran,
antrian
kunjungan,
penggeledahan, dan waktunya dibatasi paling lama 30 menit
sejak registrasi.18
Sebagai tambahan, penelitian oleh tim dari Jurnal Unifikasi
(2017) tentang implementasi pengamanan di Lapas Kelas IIA
Kuningan menunjukkan bahwa penggunaan jadwal rolling dan
patroli terstruktur (six patrol posts, night shift, dan supervisi
siang) mampu secara signifikan meningkatkan efektivitas
pengamanan dan menjaga ketertiban narapidana.19 Dengan
demikian, penjadwalan yang konsisten dan terdokumentasi
tidak hanya menjamin kestabilan keamanan, tetapi juga
18
https://jatim.kemenkum.go.id/pemasyarakatan/layanan-keamanan-dan-ketertiban/layanankunjungan-wbp?utm_source=chatgpt.com
19
Budiman, “RUMAH TAHANAN NEGARA ( Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kuningan
).”
18
Laporan Akhir Magang Mandiri
menciptakan dukungan sistemik bagi keberhasilan program
pembinaan dan pelayanan narapidana.
b. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur penerimaan
narapidana)
Prosedur penerimaan narapidana di Lapas Kelas I
Lowokwaru Malang diimplementasikan secara komprehensif
sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) Ditjen PAS.
Tahapan meliputi verifikasi dokumen surat perintah penahanan
dan identitas pelaku pemeriksaan kesehatan awal, pengambilan
foto dan sidik jari, pencatatan barang bawaan, serta pembuatan
berita acara serah terima. Seluruh data dibukukan di register
resmi dan diunggah ke Sistem Database Pemasyarakatan (SDP),
guna memastikan keabsahan identifikasi narapidana dan
mendukung program pembinaan serta hak pemasyarakatan
seperti remisi dan asimilasi. Proses ini didasarkan pada Pasal
10–11
Undang-Undang
Pemasyarakatan,
yang
Nomor
12
Tahun
menetapkan
1995
kewajiban
tentang
registrasi
narapidana, serta diatur lebih teknis melalui Keputusan Dirjen
PAS No. PAS-170.PK.01.01.02 Tahun 2015.
Secara ilmiah, penelitian oleh Regina Ibrahim & Ali
Muhammad
(2023)
dalam
CAUSA:
Jurnal
Hukum
dan
Kewarganegaraan mengemukakan bahwa alur penerimaan
narapidana yang sistematis terbukti efektif meningkatkan
keamanan dan ketertiban, mengurangi risiko konflik saat
narapidana baru memasuki lingkungan Lapas.20
c. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur penempatan
narapidana)
Prosedur penempatan narapidana di Lapas Kelas I
Lowokwaru Malang dilaksanakan melalui proses klasifikasi
awal
yang
sistematik,
memastikan
setiap
narapidana
ditempatkan sesuai dengan tingkat risiko dan kebutuhan
pembinaannya. Langkah dimulai dengan skrining individu
20
Ibrahim and Muhammad, “Efektifitas Alur Penerimaan Narapidana Dalam Meningkatkan
Keamanan Dan Ketertiban Di Lapas Kelas Iib Blitar.”
19
Laporan Akhir Magang Mandiri
menggunakan Instrumen Skrining Penempatan Narapidana
(ISPN)
dan
dialog
terstruktur
oleh
petugas
Pembimbing
Kemasyarakatan, untuk menilai aspek keamanan, durasi
hukuman,
sisa
Berdasarkan
pidana,
hasil
dan
latar
skrining,
belakang
kejahatan.
narapidana
kemudian
dikelompokkan dalam kelas pengamanan super maksimum,
maksimum, sedang, atau minimum dan dialokasikan ke blok
hunian sesuai kategori tersebut. Klasifikasi ini mengikuti
prinsip individualisasi yang diatur dalam Permenkumham
Nomor 35 Tahun 2018, serta prinsip hukum pemidanaan
individual
menurut
UU
No. 22
Tahun
2022
tentang
Pemasyarakatan.21 Penempatan tersebut juga didukung oleh
penelusuran akademis yang dijelaskan dalam UNES Law
Review (2024), bahwa penerapan prinsip individualisasi pidana
dalam
penempatan
narapidana
membantu
mencegah
pencampuran narapidana berdasarkan jenis kejahatan, yang
berpotensi meningkatkan efektivitas pembinaan dan keamanan
Lembaga.22
Dengan demikian, prosedur ini menunjukkan integrasi
antara landasan hukum nasional, instrumen teknis Ditjen PAS,
dan bukti empiris untuk memastikan penempatan narapidana
dilakukan secara adil, humanis, dan berorientasi pemulihan.
4. Pencapaian Target ke-4 (Pengeluaran Narapidana)
a. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur pengeluaran
narapidana)
Prosedur pengeluaran narapidana dari Lapas Kelas I
Lowokwaru Malang dilaksanakan dengan mengikuti tahapan
administratif dan operasional yang telah ditetapkan secara
ketat. Pengeluaran dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
termasuk pembebasan bersyarat, pengeluaran demi hukum
21
Dasar, Indonesia, and Dasar, “Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2022 Tentang Pemasyarakatan.”
22
Cassilas and Hutabarat, “Prinsip Individualisasi Pidana Dalam Penempatan Narapidana
Berdasarkan Jenis Kejahatan.”
20
Laporan Akhir Magang Mandiri
(habis masa pidana), cuti narapidana, atau pengeluaran
sementara karena keperluan lain seperti pengobatan dan
persidangan. Setiap proses diawali dengan verifikasi internal
oleh petugas pemasyarakatan, termasuk pengecekan dokumen
resmi seperti Surat Keputusan pembebasan bersyarat atau
bukti habis masa pidana.
Selanjutnya, petugas mencatat data administrasi dalam
register khusus dan memproses pengeluaran melalui Sistem
Database Pemasyarakatan (SDP). Pelaksanaan ini mengacu
pada Pasal 20–24 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022
tentang Pemasyarakatan, yang mengatur berbagai bentuk
pengeluaran, serta Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
Warga
Binaan
Pemasyarakatan,
yang
menegaskan
hak
narapidana untuk dikeluarkan berdasarkan ketentuan hukum.
Secara ilmiah, kajian yuridis oleh Ahmad Saifudin (2022) dalam
Spektrum
Hukum
menunjukkan
bahwa
pengeluaran
narapidana melalui sistem online (SDP) meningkatkan akurasi
data dan mempercepat proses administratif, meskipun masih
terdapat tantangan dalam hal validasi dokumen secara
elektronik.23
b. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur dalam melakukan
proses remisi, asimilasi, cuti mengunjungi atau dikunjungi
keluarga, cuti bersyarat, cuti menjelang bebas, dan pembebasan
bersyarat)
Prosedur pemberian hak narapidana meliputi remisi,
asimilasi, cuti keluarga, cuti menjelang bebas, cuti bersyarat,
serta
pembebasan
menyeluruh
bersyarat
mengikuti
diimplementasikan
mekanisme
secara
administratif
yang
transparan dan hukum. Untuk remisi, usulan disusun Tim
Pengamat Pemasyarakatan di Lapas berdasarkan catatan
kelakuan
baik
dan
persyaratan
masa
pidana
minimal,
kemudian diajukan ke Kepala Lapas dan diverifikasi hingga
23
Syaifuddin, “Tinjauan Yuridis Terhadap Efektifitas Prosedur Pemberian Pembebasan Bersyarat
Secara Online (System Database Pemasyarakatan) Dalam Proses Pembinaan Narapidana.”
21
Laporan Akhir Magang Mandiri
Dirjen PAS, sesuai Permenkumham No. 3 Tahun 2018 (Pasal 2–
5, diperbarui Permenkumham No. 7 Tahun 2022). Asimilasi
dilaksanakan saat narapidana memenuhi setengah masa
pidana dan berperilaku baik, diawali dengan Litmas dari BAPAS
dan usulan melalui SDP sebagaimana diatur dalam PP No. 32
Tahun 1999 Pasal 39-42. Cuti mengunjungi keluarga diberikan
maksimal 2 x 24 jam atas izin Kepala Lapas dan pemberitahuan
ke BAPAS (PP No. 32/1999 Pasal 41-42).
Untuk cuti menjelang bebas dan cuti bersyarat, syarat
umumnya adalah menjalani 2/3 masa pidana, memiliki catatan
baik, serta rekomendasi dari tim Litmas, sesuai ketentuan
Permenkumham No. 3/2018 dan PP No. 32/1999 Pasal 42 &
Pasal 115 Permenkumham 3/2018. Secara akademis, studi oleh
Aldi Romadani et al. (2022) dalam Journal of Sharia and Law
menegaskan bahwa efektifitas pemulihan narapidana melalui
remisi, asimilasi, dan cuti sangat dipengaruhi oleh keterpaduan
administrasi digital (SDP) dan kepatuhan terhadap SOP, dengan
risiko residivisme menurun sebesar 25% pada narapidana yang
mengikuti prosedur lengkap dan tepat waktu.24 Dengan
demikian, pencapaian target ini menggambarkan keberhasilan
dalam menguasai kerangka hukum, teknis administrasi, dan
aplikasi
kebijakan
pemasyarakatan
yang
humanis
dan
masa
pidana
yang
sistematis.
c. Rincian Syarat Remisi
Remisi
merupakan
pengurangan
diberikan kepada narapidana dan anak binaan yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Tujuan dari pemberian remisi
ini adalah sebagai bentuk apresiasi terhadap narapidana yang
menunjukkan perilaku baik serta telah menjalani masa pidana
dalam jangka waktu tertentu.
24
Romadani and Ridha, “Pembebasan Bersyarat Terhadap Narapidana Lembaga
Pemasyarakatan.”
22
Laporan Akhir Magang Mandiri
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Permenkumham) Nomor 3 Tahun 2018 tentang Syarat dan Tata
Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga,
Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti
Bersyarat, yang telah diubah dengan Permenkumham Nomor 7
Tahun 2022, syarat-syarat untuk memperoleh remisi antara
lain sebagai berikut:
a. Syarat Umum:
1. Berstatus sebagai narapidana (bukan tahanan).
2. Telah menjalani masa pidana minimal 6 bulan secara terusmenerus di lembaga pemasyarakatan.
3. Berperilaku baik, dibuktikan dengan tidak sedang menjalani
hukuman disiplin dalam jangka waktu enam bulan terakhir.
4. Terdaftar dalam register F (data narapidana) dan memiliki
catatan pembinaan positif.
b. Syarat Khusus:
1. Untuk narapidana yang dipidana karena tindak pidana tertentu
(misalnya narkotika, korupsi, terorisme), harus telah menjalani
1/3 masa pidana dan telah membayar denda atau uang
pengganti (jika ada).
2. Bersedia bekerja sama dalam hal pengungkapan kasus (jika
kasusnya memungkinkan, sesuai dengan ketentuan pidana
khusus).
3. Telah
mengikuti
program
pembinaan
dan
menunjukkan
perubahan sikap.
c. Prosedur Pengusulan:

Pengusulan
remisi
dilakukan
oleh
Tim
Pengamat
Pemasyarakatan (TPP) di Lapas.

Usulan ditujukan kepada Kepala Lapas, lalu diverifikasi dan
dilanjutkan ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan melalui
Sistem Database Pemasyarakatan (SDP).
23
Laporan Akhir Magang Mandiri

Persetujuan akhir berada di tangan Dirjen PAS berdasarkan
kelayakan administratif dan substantif.
5. Pencapaian Target ke-5 (Pemindahan Narapidana)
a. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur pemindahan
narapidana)
Prosedur pemindahan narapidana di Lapas Kelas I
Lowokwaru Malang dilaksanakan secara formal dan terstruktur
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Proses ini mencakup
beberapa tahapan, dimulai dengan verifikasi persyaratan yaitu
permintaan pemindahan tertulis, dokumen pembinaan lengkap,
dan rekomendasi Tim Pengamat Pemasyarakatan, sebagaimana
diatur dalam Pasal 46 ayat (1–2) Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 1999. Selanjutnya, izin pemindahan diberikan oleh
kepala Kanwil atau Dirjen Pemasyarakatan tergantung jenis
wilayah provinsi atau antar-wilayah sebagaimana dirinci dalam
Pasal 47. Dalam kondisi darurat, pemindahan dapat diajukan
secara lisan dengan syarat dokumen penguat disampaikan
dalam waktu 2 × 24 jam (Pasal 47 ayat 2-3).
Pemindahan untuk keperluan tertentu seperti pengadilan
atau perawatan medis mengharuskan dilampiri berita acara dan
surat rujukan (Pasal 48-49). Kebijakan ini diperkuat oleh
tuntunan best practice pengamanan Lapas Sleman yang
menekankan
penegakan
SOP
pengamanan
ketat
selama
pemindahan, termasuk dokumentasi lengkap sebelum dan
sesudah pemindahan . Dengan demikian, proses pemindahan
ini tidak hanya menjaga kesinambungan keamanan dan
penegakan hukum, tetapi juga menjamin akuntabilitas dan
perlindungan hak narapidana sesuai standar nasional.
24
Laporan Akhir Magang Mandiri
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Selama
menjalani
kegiatan
magang
di
Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang, penulis memperoleh
pemahaman yang komprehensif mengenai sistem pemasyarakatan
di Indonesia, mulai dari aspek administratif hingga teknis
pelaksanaan pembinaan narapidana. Magang ini memberikan
pengalaman langsung dalam berbagai bidang kerja, seperti proses
penerimaan, penempatan, pengawasan, pembinaan kepribadian
dan
kerohanian,
pengelolaan
data
pemasyarakatan,
hingga
pengeluaran dan pemindahan narapidana. Selain itu, penulis juga
terlibat dalam pendataan program reintegrasi sosial seperti remisi,
asimilasi, dan pembebasan bersyarat. Seluruh proses tersebut
dijalankan
berdasarkan
asas
keadilan,
kemanusiaan,
dan
kepastian hukum sebagaimana tercermin dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan.
Pengalaman
ini
tidak
hanya
memperkaya
wawasan
akademik, tetapi juga meningkatkan kemampuan teknis, etika
kerja,
serta
kepekaan
sosial
yang
sangat
bermanfaat
bagi
pengembangan kompetensi profesional di masa mendatang. Dengan
demikian, pelaksanaan magang di Lapas ini berhasil memberikan
kontribusi signifikan terhadap pencapaian tujuan pendidikan dan
penguatan karakter mahasiswa dalam menghadapi tantangan
dunia kerja yang sesungguhnya.
B. SARAN
1. Bagi Lembaga Pemasyarakatan
Diharapkan
Lapas
meningkatkan
Kelas
sistem
I
Lowokwaru
manajemen
25
Malang
berbasis
terus
teknologi,
Laporan Akhir Magang Mandiri
khususnya
dalam
pengelolaan
data
narapidana
dan
pelayanan hak-hak mereka melalui integrasi yang optimal
dengan Sistem Database Pemasyarakatan (SDP). Selain itu,
pembinaan kepribadian dan kemandirian narapidana dapat
ditingkatkan dengan membuka lebih banyak program
pelatihan berbasis kompetensi dan bersertifikasi kerja.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Penting bagi pihak kampus untuk menjalin kerja sama
berkelanjutan
dengan
instansi
pemasyarakatan
dalam
bentuk MoU yang lebih luas, tidak hanya terkait magang,
tetapi juga penelitian, pengabdian masyarakat, dan kuliah
praktisi. Hal ini akan memperkuat sinergi antara teori
akademik dan praktik lapangan.
3. Bagi Mahasiswa Magang Selanjutnya
Diharapkan mahasiswa yang akan melakukan magang di
Lapas dapat mempersiapkan diri dengan baik, terutama
dalam memahami dasar hukum pemasyarakatan dan etika
komunikasi. Mahasiswa juga disarankan aktif dalam setiap
kegiatan,
mencatat
temuan
penting,
dan
menjaga
profesionalisme serta integritas selama proses magang
berlangsung.
26
Laporan Akhir Magang Mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Agustin, Triana, Sukamto Satoto, and . Helmi. “A Review of Legal Justice:
Parole in The Indonesian Prison System.” International Journal of
Multidisciplinary Research and Analysis 07, no. 02 (2024): 660–72.
https://doi.org/10.47191/ijmra/v7-i02-31.
Aji, Febri Bayu, Amir Junaidi, and Rudatyo. “Pelaksanaan Tugas
Pengamanan Dalam Upaya Menciptakan Keamanan Dan Ketertiban
Di Lembaga Pemasyaratan Kelas IIB Wonogiri.” Jurnal Bevinding 01,
no. 06 (2023): 46–51.
Budiman, Haris. “RUMAH TAHANAN NEGARA ( Studi Di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Kuningan )” 04 (2017): 77–85.
Cassilas, Anggian, and Rugun Romaida Hutabarat. “Prinsip
Individualisasi Pidana Dalam Penempatan Narapidana Berdasarkan
Jenis Kejahatan” 6, no. 2 (2024): 6473–79.
Dasar, Undang, Republik Indonesia, and Undang-undang Dasar. “Pasal
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2022
Tentang Pemasyarakatan,” no. 143384 (2022).
Ghifarri, Muhammad, Satya Zaki, and Ali Muhammad. “Dampak
Pembinaan Kerohanian Islam Terhadap Pengembangan Nilai
Spiritual Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rumah Tahanan.”
JUSTITIA : Jurnal Ilmu Hukum Dan Humaniora 9, no. 4 (2022): 1576–
85.
Ibrahim, Regina, and Ali Muhammad. “Efektifitas Alur Penerimaan
Narapidana Dalam Meningkatkan Keamanan Dan Ketertiban Di
Lapas Kelas Iib Blitar.” Jurnal Hukum Dan Kewarganegaraan 1, no.
1 (2023).
Kemenkes RI. “Peraturan Menteri Hukum Dan HAM No.35 Tahun 2018
Tentang Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah
Tahanan Negara” Nomor 65, no. 879 (2017): 2004–6.
Menkumham. “Permenkumham RI Nomor 03 Tahun 2018.” Kementerian
Hukum Dan Ham 22, no. 7 (2018): 874–82.
Pemasyarakatan, Studi Manajemen. “EVALUATION OF THE USAGE OF
FINGERPRINT SYSTEM USAGE ON INMATES RESIDENTIAL
ROOM’S INSPECTION OF SIDOARJO CLASS IIA PRISON
INSTITUTION 1* Raynaldi 1,2” 18, no. 1 (2025): 479–88.
Peraturan Menteri Hukum dan HAM. “Permenkumham Nomor 33 Tahun
2015 Tentang Pengamanan Pada Lembaga Pemasyarakatan Dan
Rumah Tahanan Negara.” Permen Nomor 65, no. 879 (2015): 2004–
6.
Presiden Republik Indonesia. “Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1999 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan,” 1999, Republik Indonesia, 1999.
Republik Indonesia. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
27
Laporan Akhir Magang Mandiri
Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.” Tentang Permasyarakatan
66, no. September (1995): 37–39.
RI, Peraturan Pemerintah. “Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan.” Pemerintah Republik Indonesia 1999, no. 1 (1999):
1–5. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/54300/pp-no-31tahun-1999.
Romadani, Aldi, and Irfan Ridha. “Pembebasan Bersyarat Terhadap
Narapidana Lembaga Pemasyarakatan.” Journal of Sharia and Law
2, no. 1 (2023): 335–49.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/JURNAL+ALDI+IRFAN+(2).pdf.
Syaifuddin, Ahmad. “Tinjauan Yuridis Terhadap Efektifitas Prosedur
Pemberian Pembebasan Bersyarat Secara Online (System Database
Pemasyarakatan) Dalam Proses Pembinaan Narapidana.” Jurnal
Spektrum Hukum 16, no. 2 (2019): 1–12.
https://doi.org/10.35973/sh.v16i2.1248.
Tahanan, Rumah, Negara Kelas, and I I B Wates. “Kementerian Hukum
Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Kantor Wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta Rumah Tahanan Negara Kelas Iib Wates,”
2024.
Tista, D A T, R Putri, E F A Aida, and ... “L Layanan Bimbingan
Konseling Dalam Lembaga Permasyarakatan.” BULLET: Jurnal … 1,
no. 02 (2022): 105–14.
https://journal.mediapublikasi.id/index.php/bullet/article/view/22
5.
UU RI. “Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan.” Jdih Bpk, 1995, 1–15.
Website
Kantor Wilayah Kementerian Hukum Provinsi Jawa Timur. “Layanan
Kunjungan WBP”.
https://jatim.kemenkum.go.id/pemasyarakatan/layanankeamanan-dan-ketertiban/layanan-kunjungan . Diakses tanggal
07 December 2023
28
Laporan Akhir Magang Mandiri
LAMPIRAN
1. LOG ACTIVITY ASLI (terdapat TTD Asli DPL)
29
Laporan Akhir Magang Mandiri
2. DOKUMEN HASIL PEMENUHAN LOG AND TARGET
30
Laporan Akhir Magang Mandiri
3, DOKUMENTASI/GAMBAR KEGIATAN
31
Laporan Akhir Magang Mandiri
G-1
Pembinaan Narapidana
G-2
Pembimbingan Narapidana Pengamanan Narapidana
32
Laporan Akhir Magang Mandiri
G-3
Prosedur penyelenggaraan pelayanan pada narapidana
33
Laporan Akhir Magang Mandiri
G-4
Prosedur dalam melakukan proses remisi
34
Laporan Akhir Magang Mandiri
Lampiran Berita
35
Download