Laporan Akhir Magang Mandiri LAPORAN AKHIR MAGANG MANDIRI “Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang” Oleh: Muhammad Idzhar Kamil 202110110311078 LABORATORIUM HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN 2025 i LEMBAR PENGESAHAN Laporan akhir magang mandiri ini telah diketahui, disetujui dan disahkan untuk diujikan oleh pihak-pihak yang berwenang sebagaimana tersebut dibawah ini: Malang, 30 Juni 2025 Penyusun, Mengetahui, Instansi Magang/ Dosen Pembimbing Lapang, Muhammad Idzhar Kamil Muhammad Farid Uzman Menyetujui, Mengesahkan, Dosen Pembimbing Magang Ka. Laboratorium Hukum FH UMM Ratri Novita Erdianti S.H.,M.H Isdian Anggraeny, S.H., M.Kn i Laporan Akhir Magang Mandiri KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga Laporan Akhir Magang ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program magang di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Lowokwaru Malang. Selama pelaksanaan magang, banyak sekali pengalaman berharga dan ilmu baru yang saya dapatkan. Proses ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada: 1. Ibu Ratri Novita Erdianti S.H.,M.H selaku Dosen Pembimbing Magang yang telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan berharga selama proses penelitian hingga penyusunan Laporan Akhir ini. 2. Bapak Uzman sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat berarti selama saya menjalani magang. 3. Seluruh karyawan dan staf Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Lowokwaru Malang yang telah menerima saya dengan baik, berbagi ilmu, dan menciptakan lingkungan kerja yang suportif. Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun akan saya terima dengan lapang dada demi penyempurnaan di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak terkait. ii Laporan Akhir Magang Mandiri DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................i KATA PENGANTAR .......................................................................... ii A. DASAR PEMIKIRAN ...................................................................1 B. TUJUAN MAGANG .....................................................................2 C. METODE MAGANG ....................................................................3 D. WAKTU PELAKSANAAN MAGANG ..............................................4 E. PROFIL INSTANSI MAGANG ...................................................... 4 BAB II .............................................................................................. 6 PENCAPAIAN TARGET ......................................................................6 TARGET MAGANG DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN........................ 6 BAB III ............................................................................................. 9 HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN MAGANG ............................... 9 A. PEMBAHASAN DAN ANALISIS KETERCAPAIAN TARGET ............9 1.Pencapaian Target 1, Pembinaan Narapidana .......................... 9 a. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tahapan dalam menyiapkan pemberian pembinaan) ........................................9 b. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tata cara melakukan pembinaan narapidana) ....................................... 10 2. Pencapaian Target ke-2 (Pembimbingan Narapidana Pengamanan Narapidana) ......................................................... 12 a.Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta dalam pemberian bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja) ........................................................... 12 b. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta dalam melakukan bimbingan sosial / kerohanian narapidana) ............................................................................................. 13 c. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta dalam memberikan bimbingan pemasyarakatan) ................... 14 d. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta dalam pendataan/ dokumentasi sidik jari narapidana) .......... 15 e. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur pengamanan narapidana) ........................................................................... 16 f. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tata cara penjadwalan pengamanan narapidana)................................... 17 3. Pencapaian Target ke-3 (Pelayanan Narapidana) ................... 18 a. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tata cara penjadwalan pengamanan narapidana)................................... 18 iii Laporan Akhir Magang Mandiri b. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur penerimaan narapidana) ........................................................................... 19 c. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur penempatan narapidana) ........................................................................... 19 4. Pencapaian Target ke-4 (Pengeluaran Narapidana) ................ 20 a. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur pengeluaran narapidana) ........................................................................... 20 b. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur dalam melakukan proses remisi, asimilasi, cuti mengunjungi atau dikunjungi keluarga, cuti bersyarat, cuti menjelang bebas, dan pembebasan bersyarat) .......................................................... 21 5. Pencapaian Target ke-5 (Pemindahan Narapidana) ................ 24 a. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur pemindahan narapidana) ........................................................................... 24 BAB IV ........................................................................................... 25 PENUTUP ....................................................................................... 25 A. KESIMPULAN .......................................................................... 25 B. SARAN .................................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 27 LAMPIRAN ..................................................................................... 29 1. LOG ACTIVITY ASLI (terdapat TTD Asli DPL) ........................... 29 2. DOKUMEN HASIL PEMENUHAN LOG AND TARGET .................. 30 3, DOKUMENTASI/GAMBAR KEGIATAN ...................................... 31 4. KARTU KENDALI ..................................................................... 35 5. PRESENSI ............................... Ошибка! Закладка не определена. iv Laporan Akhir Magang Mandiri BAB I PENDAHULUAN A. DASAR PEMIKIRAN Praktik kerja magang merupakan salah satu bentuk pengalaman belajar yang sangat penting bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Melalui magang, mahasiswa tidak hanya mendapatkan pemahaman teoritis, tetapi juga keterampilan praktis, etos kerja, serta wawasan tentang dinamika di lingkungan profesional. Salah satu instansi yang menjadi tempat magang adalah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Lowokwaru Malang, yang berperan penting dalam sistem peradilan pidana Indonesia dengan fungsi pembinaan, pembimbingan, dan reintegrasi narapidana ke masyarakat. Magang di Lapas Kelas I Lowokwaru Malang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mempelajari secara langsung mekanisme pelaksanaan pembinaan narapidana, sistem keamanan, administrasi pemasyarakatan, serta peran Lapas dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses pemulihan narapidana. Selain itu, mahasiswa juga dapat mengamati bagaimana nilai-nilai keadilan, hak asasi manusia, dan rehabilitasi diimplementasikan dalam praktik. Pelaksanaan magang di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang dilandasi oleh berbagai pertimbangan strategis yang berorientasi pada pengembangan kapasitas akademik dan profesional mahasiswa. Pertama, magang merupakan komponen penting dalam kurikulum pendidikan tinggi yang dirancang untuk menjembatani antara teori yang diperoleh di ruang kelas dengan realitas dunia kerja. Dalam konteks program studi seperti ilmu hukum, administrasi publik, maupun kriminologi, keterlibatan langsung di lingkungan 1 Laporan Akhir Magang Mandiri pemasyarakatan menjadi sarana aplikatif yang relevan dan bernilai tinggi. Kedua, kegiatan magang di Lapas memungkinkan mahasiswa untuk mengasah keterampilan praktis, termasuk kemampuan analitis dalam menelaah kebijakan dan prosedur, keterampilan manajerial dalam menangani dinamika institusi, serta kompetensi interpersonal yang penting dalam berinteraksi dengan berbagai pihak di lingkungan Lapas. Selain itu, magang juga memberikan peluang untuk memahami sistem pemasyarakatan secara komprehensif. Lapas bukan hanya berfungsi sebagai tempat menjalani hukuman, tetapi juga sebagai institusi yang mengemban tugas rehabilitatif, pembinaan moral, dan reintegrasi sosial bagi narapidana. Mahasiswa mendapatkan wawasan konkret mengenai pelaksanaan pembinaan tersebut, yang secara normatif diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Di sisi lain, melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan harian Lapas, mahasiswa juga berpotensi memberikan kontribusi positif berupa pemikiran kritis dan gagasan inovatif untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas program pembinaan. Dengan demikian, pelaksanaan magang ini tidak hanya memberikan manfaat bagi pengembangan diri mahasiswa, tetapi juga bagi penguatan peran Lapas sebagai lembaga yang humanis dan transformatif dalam sistem peradilan pidana di Indonesia. B. TUJUAN MAGANG Tujuan Umum 1. Melaksanakan proses pendidikan melalui pengalaman langsung, sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. 2 Laporan Akhir Magang Mandiri 2. Memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam menerapkan ilmu hukum dan pemasyarakatan secara praktis di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan. Tujuan Khusus 1. Mengamati implementasi sistem pemasyarakatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Mempelajari struktur organisasi, tugas, dan mekanisme kerja Lapas Kelas I Lowokwaru Malang. 3. Mengembangkan keterampilan analisis, komunikasi, dan manajemen di lingkungan institusi pemasyarakatan. 4. Mengidentifikasi permasalahan nyata di Lapas dan memberikan saran solutif berdasarkan hasil observasi. 5. Memenuhi kewajiban akademik sebagai bagian dari kurikulum pendidikan tinggi. C. METODE MAGANG Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan magang di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Lowokwaru Malang, digunakan beberapa metode pengumpulan data dan pembelajaran, antara lain: 1. Metode Observasi dengan mengamati secara langsung kegiatan harian di Lapas, termasuk proses administrasi, pembinaan narapidana, serta interaksi antara petugas dan warga binaan. Dengan cara mengamati proses penerimaan dan pembinaan narapidana, dan menyaksikan pelaksanaan program kerja Lapas (pelatihan, pendidikan, keagamaan). 2. Metode Wawancara yaitu, berkomunikasi langsung dengan narasumber terkait, seperti petugas Lapas, narapidana, atau pihak terkait. Untuk mendapatkan informasi mendalam tentang kebijakan, tantangan operasional, dan pengalaman personal. 3 Laporan Akhir Magang Mandiri 3. Metode Diskusi dan Konsultasi, adalah berpartisipasi dalam diskusi dengan pembimbing Lapas, dosen pembimbing, atau kelompok magang untuk memperdalam pemahaman. Dengan tujuan mengevaluasi temuan, memecahkan masalah, dan mendapatkan masukan untuk laporan. Dilakukan untuk diskusi dengan petugas tentang efektivitas program kerja Lapas dan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk analisis data. 4. Metode Praktik yaitu terlibat dalam kegiatan operasional Lapas sesuai bidang studi untuk mengasah keterampilan praktis dan kontribusi nyata. Metode ini juga membantu administrasi kearsipan narapidana dan mberpartisipasi dalam pendampingan psikologis atau pelatihan keterampilan. D. WAKTU PELAKSANAAN MAGANG Pelaksanaan Magang akan dilaksanakan di : Nama Instansi : Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang Alamat : Jl. Asahan No. 7 Malang, Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang Waktu Pelaksanaa : 8 Februari 2025 – 26 Juni 2025 E. PROFIL INSTANSI MAGANG Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Lowokwaru Malang merupakan salah satu unit pelaksana teknis di bawah naungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, yang berada di wilayah kerja Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Timur. Terletak di Jalan Asahan No. 7, Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Lapas ini memiliki sejarah panjang sejak era kolonial Belanda dan terus mengalami transformasi fungsi dan manajemen hingga kini menjadi salah satu Lapas yang cukup representatif di Indonesia. 4 Laporan Akhir Magang Mandiri Dengan luas lahan sekitar 50.110 m² dan kapasitas hunian resmi sekitar 936 orang, Lapas Lowokwaru saat ini menampung lebih dari 1.500 narapidana, yang menandakan adanya kondisi overkapasitas (overcrowding) yang cukup signifikan. Sebagai institusi pemasyarakatan, Lapas Lowokwaru tidak hanya menjalankan menitikberatkan pada fungsi pengamanan, aspek pembinaan tetapi dan juga rehabilitasi narapidana. Berbagai program pembinaan diselenggarakan, mulai dari pendidikan formal dan keagamaan, pelatihan keterampilan kerja, hingga program kemandirian berbasis industri dan pertanian. Salah satu program unggulan adalah Pondok Pesantren narapidana At-Taubah yang menjalani pembinaan untuk menampung ratusan spiritual dan keagamaan secara intensif. Selain itu, kegiatan pelatihan seperti pembuatan batik tulis, budidaya edamame dalam greenhouse, pengelolaan limbah, hingga produksi makanan ringan dan kopi menjadi bagian dari strategi pemberdayaan warga binaan agar siap kembali ke masyarakat secara produktif. Di bawah kepemimpinan yang berganti secara berkala, termasuk kepala Lapas saat ini, Teguh Pamuji, Lapas Lowokwaru terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan melalui reformasi birokrasi dan penguatan zona integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) serta Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Tidak hanya itu, sinergi dengan berbagai lembaga eksternal seperti BNN, Pemkot Malang, dan pihak swasta menjadikan Lapas ini sebagai contoh model pemasyarakatan berbasis kolaborasi. Dengan berbagai inovasi dan tantangan yang dihadapi, Lapas Lowokwaru menjadi lingkungan yang dinamis dan representatif untuk mempelajari implementasi sistem pemasyarakatan mahasiswa magang. 5 secara nyata bagi Laporan Akhir Magang Mandiri BAB II PENCAPAIAN TARGET TARGET MAGANG DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN Target ke1 Validasi DPM Target Rincian Pembinaan Narapidana Mengetahui tahapan dalam menyiapkan pemberian pembinaan Validasi Instansi Magang Lampir an G-1 Mengetahui tata cara melakukan pembinaan narapidana: 1. Pembinaan Kepribadian 2. Pembinaan Kesadaran Beragama 3. Pembinaan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara, 4. Pembinaan Kemampuan Intelektual (Kecerdasan) 5. Pembinaan Kesadaran Hukum. 2 Pembimbin gan Narapidana Pengamana n Narapidana Mengetahui dan ikut serta dalam pemberian bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja Mengetahui dan ikut serta dalam 6 G-2 Laporan Akhir Magang Mandiri melakukan bimbingan sosial / kerohanian narapidana Mengetahui dan ikut serta dalam memberikan bimbingan pemasyarakatan, Mengetahui dan ikut serta dalam pendataan/ dokumentasi sidik jari narapidana Prosedur pengamanan narapidana Mengetahui tata cara penjadwalan pengamanan narapidana 3 Pelayanan Narapidana Prosedur penyelenggaraan pelayanan pada narapidana G-3 Prosedur penerimaan narapidana Prosedur penempatan narapidana 4 Pengeluara n Narapidana Prosedur pengeluaran narapidana Prosedur dalam melakukan proses remisi, asimilasi, cuti mengunjungi atau dikunjungi keluarga, cuti bersyarat, cuti menjelang bebas, dan 7 G-4 Laporan Akhir Magang Mandiri pembebasan bersyarat. 5 Pemindaha n Narapidana Prosedur pemindahan narapidana 8 Laporan Akhir Magang Mandiri BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN MAGANG A. PEMBAHASAN DAN ANALISIS KETERCAPAIAN TARGET 1.Pencapaian Target 1, Pembinaan Narapidana a. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tahapan dalam menyiapkan pemberian pembinaan) Salah satu target utama dalam pelaksanaan magang di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang adalah memahami secara menyeluruh tahapan dalam menyiapkan pemberian pembinaan kepada narapidana. Target ini berhasil dicapai melalui kegiatan observasi langsung terhadap proses yang dilakukan oleh petugas pemasyarakatan. Tahapan tersebut dimulai dari pendataan dan pengelompokan narapidana berdasarkan kategori pidana, latar belakang sosial, dan tingkat risiko. Selanjutnya dilakukan asesmen kebutuhan yang mencakup aspek kepribadian, psikologis, pendidikan, serta kecakapan kerja. Hasil asesmen tersebut menjadi dasar dalam penempatan narapidana ke dalam program pembinaan yang sesuai, baik yang bersifat kepribadian seperti pembinaan spiritual dan moral, maupun yang bersifat kemandirian seperti pelatihan kerja dan keterampilan. Tahapan ini sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, khususnya Pasal 5, yang menegaskan bahwa pembinaan narapidana bertujuan menyiapkan mereka untuk dapat kembali hidup secara wajar dalam Masyarakat.1 Selain itu, pelaksanaan pembinaan juga mengacu pada Permenkumham RI Nomor 35 Tahun 2018 Pemasyarakatan, 1 tentang yang Revitalisasi menekankan Penyelenggaraan pentingnya UU RI, “Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.” 9 asesmen Laporan Akhir Magang Mandiri individual sebagai dasar penentuan program pembinaan.2 Dengan demikian, pencapaian target ini tercermin dalam pemahaman yang mendalam terhadap sistematisasi dan mekanisme pembinaan yang dijalankan di lingkungan Lapas. b. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tata cara melakukan pembinaan narapidana) Salah satu capaian penting dalam pelaksanaan magang di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang adalah pemahaman terhadap tata cara pelaksanaan pembinaan narapidana. Pembinaan dilaksanakan melalui dua pendekatan utama, yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian mencakup kegiatan keagamaan, penyuluhan hukum, konseling psikologis, serta pembentukan karakter, sementara pembinaan kemandirian meliputi pelatihan keterampilan kerja seperti pertanian, perbengkelan, menjahit, dan pengolahan makanan. Seluruh proses tersebut diawali dengan asesmen kebutuhan narapidana, penempatan dalam program yang sesuai, pelaksanaan kegiatan harian, hingga evaluasi berkala atas perkembangan warga binaan. Tata cara ini dijalankan dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan, serta memperkuat pendekatan rehabilitatif dan reintegratif melalui sistem pembinaan yang berorientasi pada keadilan restoratif. Selain itu, implementasi pembinaan juga merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, yang mengatur secara teknis klasifikasi, bentuk, dan pelaksanaan pembinaan narapidana.3 Pedoman teknis lebih lanjut dijabarkan dalam Permenkumham RI Nomor 03 Tahun 2018, yang secara rinci mengatur tahapan pembinaan, 2 mulai dari perencanaan, Kemenkes RI, “Peraturan Menteri Hukum Dan HAM No.35 Tahun 2018 Tentang Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara.” 3 RI, “Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.” 10 Laporan Akhir Magang Mandiri pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasi.4 Di sisi lain, pelaksanaan asesmen awal narapidana sebagai dasar program pembinaan juga mengikuti ketentuan dalam Perdirjen PAS No. PAS-38.PK.01.05.06 Tahun 2018 tentang Assessment of Correctional Needs.5 Dengan landasan regulatif tersebut, tata cara pembinaan yang dijalankan di Lapas Lowokwaru tidak hanya bertujuan membina perilaku narapidana selama masa pidana, tetapi juga membekali mereka secara mental, sosial, dan keterampilan agar siap kembali ke masyarakat secara produktif dan bertanggung jawab. Pelaksanaan pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang dilakukan secara menyeluruh dan terstruktur melalui berbagai program pembinaan yang mencakup aspek kepribadian, kesadaran, dan kecerdasan. Pembinaan kepribadian diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku narapidana agar lebih bertanggung jawab dan memiliki integritas moral. Di samping itu, pembinaan kesadaran beragama dilaksanakan melalui kegiatan keagamaan rutin seperti pengajian, ceramah, bimbingan rohani, serta pembelajaran kitab suci sesuai agama yang dianut, guna memperkuat spiritualitas narapidana. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara dilakukan melalui penyuluhan wawasan kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila untuk menanamkan semangat nasionalisme. Sementara itu, pembinaan kemampuan intelektual diberikan melalui pendidikan formal dan nonformal, termasuk pelatihan baca-tulis, keterampilan akademik dasar, dan pengembangan logika berpikir. Terakhir, pembinaan kesadaran hukum bertujuan menumbuhkan pemahaman narapidana terhadap hak, kewajiban, serta konsekuensi hukum dari tindakannya, biasanya dilaksanakan melalui penyuluhan hukum dan diskusi kelompok bersama petugas atau narasumber eksternal. Seluruh bentuk pembinaan tersebut mengacu pada ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 4 5 Menkumham, “Permenkumham RI Nomor 03 Tahun 2018.” Agustin, Satoto, and ., “A Review of Legal Justice: Parole in The Indonesian Prison System.” 11 Laporan Akhir Magang Mandiri tentang Pemasyarakatan, yang menyatakan bahwa pembinaan narapidana meliputi pembinaan kepribadian dan kemandirian, termasuk aspek keagamaan, kebangsaan, kecerdasan, serta kesadaran hukum.6 2. Pencapaian Target ke-2 (Pembimbingan Narapidana Pengamanan Narapidana) a.Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta dalam pemberian bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja) Selama kegiatan magang di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang, target pembelajaran yang berkaitan dengan pemberian bimbingan, persiapan sarana, dan pengelolaan hasil kerja narapidana berhasil tercapai melalui observasi langsung dan keterlibatan dalam beberapa program pembinaan kemandirian. Pemberian bimbingan dilakukan oleh petugas pembina dan mitra pelatihan, yang mencakup pelatihan keterampilan seperti pertanian hidroponik, budidaya edamame, kerajinan tangan, produksi makanan ringan, serta pelatihan menjahit dan pangkas rambut. Mahasiswa magang ikut serta dalam membantu mempersiapkan sarana pelatihan seperti alat kerja, bahan produksi, dan pengaturan tempat kegiatan. Selain itu, proses dokumentasi dan pengelolaan hasil kerja narapidana juga dipelajari, termasuk pengemasan, pelabelan, dan pemasaran produk hasil pembinaan. Seluruh kegiatan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, khususnya Pasal 9, yang menyatakan bahwa pembinaan kemandirian dilaksanakan melalui pelatihan kerja dan keterampilan dengan tujuan membekali narapidana agar dapat mandiri secara ekonomi setelah bebas.7 Selain itu, ketentuan ini juga diperkuat oleh Pasal 7 ayat (2) Undang6 UU RI, “Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.” RI, “Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.” 7 12 Laporan Akhir Magang Mandiri Undang Nomor 12 Tahun 1995 yang menekankan pentingnya pembinaan kemandirian pemasyarakatan.8 Dengan sebagai bagian demikian, dari sistem pengalaman yang diperoleh selama magang tidak hanya memberikan pemahaman teoritis, tetapi juga keterampilan praktis dalam mendukung proses reintegrasi sosial narapidana melalui pembinaan kerja yang produktif. b. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta dalam melakukan bimbingan sosial / kerohanian narapidana) Selama masa pelaksanaan magang di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang, pemahaman dan keterlibatan dalam bimbingan sosial dan kerohanian narapidana menjadi salah satu target penting yang berhasil dicapai. Kegiatan ini membuka wawasan yang lebih luas mengenai pendekatan pembinaan berbasis spiritualitas dan nilai-nilai sosial kemanusiaan. Mahasiswa turut serta dalam berbagai aktivitas kerohanian seperti kajian keagamaan, pembacaan kitab suci, pembinaan moral oleh tokoh agama, serta penguatan rohani menjelang hari besar keagamaan. Sementara itu, bimbingan sosial diberikan dalam bentuk diskusi kelompok, konseling kelompok sebaya, dan kegiatan rekreatif yang mendorong interaksi sehat antarwarga binaan. Proses ini memberikan pemahaman bahwa dimensi spiritual dan sosial merupakan fondasi penting dalam upaya rehabilitasi narapidana, karena membangun kembali rasa kemanusiaan, empati, serta kesadaran terhadap makna kehidupan bermasyarakat. Pembinaan kerohanian dan sosial ini sejalan dengan amanat Pasal 4 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999, yang menyebutkan bahwa pembinaan kepribadian meliputi pembinaan kesadaran beragama dan berbangsa sebagai bentuk pemulihan integritas pribadi narapidana. Selain 8 Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.” 13 Laporan Akhir Magang Mandiri itu, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Pasal 7 ayat (2) juga menegaskan pentingnya pembinaan kepribadian, termasuk pembinaan kesadaran beragama dan sosial sebagai bagian dari reintegrasi moral narapidana ke dalam masyarakat. Pada Penelitian ilmiah lain oleh Muhammad Ghifarri, Satya Zaki, dan Ali Muhammad dalam Jurnal Ilmu Hukum Dan Humaniora menunjukkan bahwa pembinaan kerohanian berpengaruh signifikan dalam membentuk perilaku narapidana yang lebih stabil, disiplin, dan mampu mengendalikan diri.9 Dengan keterlibatan aktif dalam kegiatan ini, mahasiswa memperoleh pengalaman berharga tidak hanya dalam aspek administratif pemasyarakatan, tetapi juga dalam pemaknaan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat transformasional. c. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta dalam memberikan bimbingan pemasyarakatan) Selama magang di Lapas Kelas I Lowokwaru Malang, mahasiswa terlibat pemasyarakatan, aktif yaitu dalam proses pelaksanaan bimbingan pendampingan narapidana dalam kegiatan kelompok, evaluasi kemajuan, serta penyaluran dukungan psikososial. Bimbingan ini dilaksanakan melalui sesi diskusi motivasional, konseling individu dan kelompok, serta penyuluhan nilai-nilai sosial termasuk kedisiplinan dan tanggung jawab. Mahasiswa turut membantu dalam merancang materi diskusi, memfasilitasi kelompok, dan mencatat perkembangan warga binaan. Aktivitas ini mengokohkan pemahaman bahwa pembinaan pemasyarakatan lebih bersifat pembimbingan dan pemberdayaan, bukan hanya pengawasan. Landasan hukum untuk praktik ini dapat ditemukan dalam Pasal 1 dan Pasal 4 PP No. 31 Tahun 1999, yang menetapkan bahwa pembinaan narapidana mencakup aspek pengembangan kepribadian dan kemandirian melalui bimbingan berkelanjutan. Dari perspektif ilmiah, studi oleh Evisetiawati et al. (2022) dalam 9 Ghifarri, Zaki, and Muhammad, “Dampak Pembinaan Kerohanian Islam Terhadap Pengembangan Nilai Spiritual Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rumah Tahanan.” 14 Laporan Akhir Magang Mandiri jurnal Guidance and Counseling Services in Correctional Institutions menunjukkan bahwa layanan bimbingan konseling terbukti efektif dalam membantu narapidana menghadapi tekanan psikologis dan memfasilitasi pemulihan sosial menuju reintegrasi Masyarakat.10 d. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui dan ikut serta dalam pendataan/ dokumentasi sidik jari narapidana) Rincian target yang tercapai mencakup keterlibatan dalam kegiatan pendataan dan dokumentasi sidik jari narapidana sebagai bagian dari administrasi identifikasi warga binaan. Kegiatan ini merupakan prosedur standar dalam sistem pemasyarakatan untuk mendukung keamanan, ketertiban, dan validitas data narapidana. Proses pendataan dilakukan sejak tahap awal narapidana masuk ke lembaga pemasyarakatan, dan melibatkan beberapa tahapan, antara lain pengambilan sidik jari sepuluh jari (tenprint), verifikasi identitas berdasarkan dokumen hukum, serta penginputan data biometrik ke dalam Sistem Database Pemasyarakatan (SDP). Dokumentasi ini terintegrasi secara nasional untuk mendukung sistem peradilan pidana terpadu, termasuk dalam hal pelacakan residivisme, pembinaan individual, dan pengambilan keputusan hukum lanjutan seperti remisi, asimilasi, atau pembebasan bersyarat. Prosedur ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, yang menyatakan bahwa setiap warga binaan wajib didata secara administratif dan identitasnya diverifikasi.11 Selain itu, Permenkumham RI Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan juga menekankan pentingnya pendokumentasian data biometrik 10 Tista et al., “L Layanan Bimbingan Konseling Dalam Lembaga Permasyarakatan.” Presiden Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.” 11 15 Laporan Akhir Magang Mandiri sebagai bagian dari modernisasi pelayanan pemasyarakatan.12 Pada penelitian lain oleh Raynaldi Cesar Akbar & Syahrial Yuska (2025) dalam Journal of Management, Correctional Management menguatkan bahwa implementasi sistem sidik jari efektif meningkatkan keamanan blok hunian dan mempercepat proses roll-call harian narapidana di Lapas Sidoarjo Kelas IIA.13 e. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur pengamanan narapidana) Prosedur pengamanan narapidana dijalankan secara sistematis di Lapas Kelas I Lowokwaru Malang, meliputi pengawasan di dalam lembaga hingga pengawalan saat pemindahan. Pengamanan blok hunian dan area publik dilakukan oleh satuan penjaga yang terlatih, sesuai dengan klasifikasi keamanan (tinggi, menengah, rendah) berdasarkan Pasal 4 ayat (1–2) dan Pasal 6 Permenkumham No. 33 Tahun 2015 tentang Pengamanan di Lapas dan Rutan, yang diadopsi dalam petunjuk operasional lokal.14 Pada saat pemindahan narapidana, pengawalan dilakukan minimal oleh dua petugas, sesuai dengan Pasal 51–52 Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1999, yang juga mengatur sarana transportasi berpengamanan dan dokumentasi perjalanan.15 Seluruh kegiatan tersebut dilengkapi dengan dokumen keamanan, seperti berita acara, daftar hadir, dan laporan kondisi narapidana. Efektivitas penerapan SOP ini didukung oleh temuan dari jurnal MALA IN SE: Jurnal Hukum Pidana, Kriminologi, dan Viktimologi, yang menjelaskan bahwa satuan pengamanan efektif mencegah keributan antar narapidana melalui pengawasan rutin dan respon cepat. Hal yang sama juga diperkuat dalam Penelitian 12 Kemenkes RI, “Peraturan Menteri Hukum Dan HAM No.35 Tahun 2018 Tentang Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara.” 13 Pemasyarakatan, “EVALUATION OF THE USAGE OF FINGERPRINT SYSTEM USAGE ON INMATES RESIDENTIAL ROOM’S INSPECTION OF SIDOARJO CLASS IIA PRISON INSTITUTION 1* Raynaldi 1,2.” 14 Peraturan Menteri Hukum dan HAM, “Permenkumham Nomor 33 Tahun 2015 Tentang Pengamanan Pada Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara.” 15 Presiden Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.” 16 Laporan Akhir Magang Mandiri “Pelaksanaan Tugas Pengamanan” pada Jurnal Bevinding (2023), yang menunjukkan penerapan sistem pengamanan terpadu berkontribusi signifikan terhadap stabilitas keamanan lapas.16 f. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tata cara penjadwalan pengamanan narapidana) Penjadwalan pengamanan narapidana di Lapas Kelas I Lowokwaru Malang dilaksanakan berdasarkan prosedur operasional standar yang mengatur waktu dan intensitas penjagaan di berbagai lokasi, seperti blok hunian, ruang kunjungan, dan area publik. Jadwal ini mencakup alokasi petugas piket harian, inspeksi berkala, pengawasan selama aktivitas narapidana, hingga pengaturan pengawalan saat proses pemindahan. Penjadwalan dibuat secara sistemik oleh unit keamanan berdasarkan konsep yang dirumuskan dalam Rencana Kerja yang termuat dalam SOP pengamanan seperti tertulis dalam catatan kerja Rutan Wates 2024, yakni menyusun konsep jadwal tugas pengamanan dan usulan pemakaian sarana keamanan.17 Protokol penjadwalan ini diperkaya oleh standar operasional nasional, misalnya pengaturan apel, patroli, dan investigasi dini (preemptive investigation), sebagaimana diuraikan oleh Ditjen PAS dalam dokumen tugas pengamanan lapas dan rutan. Selain itu, sistem ini terintegrasi dengan modul keamanan berbasis teknologi informasi yang mencantumkan jadwal, penempatan petugas, pemeliharaan sarana, dan pelaporan seperti dijelaskan dalam Panduan Modul Keamanan Ditjen PAS. Praktik penjadwalan yang konsisten dan terdokumentasi ini telah terbukti meningkatkan efisiensi pengamanan dan respons 16 Aji, Junaidi, and Rudatyo, “Pelaksanaan Tugas Pengamanan Dalam Upaya Menciptakan Keamanan Dan Ketertiban Di Lembaga Pemasyaratan Kelas IIB Wonogiri.” 17 Tahanan, Kelas, and Wates, “Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Kantor Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Rumah Tahanan Negara Kelas Iib Wates.” 17 Laporan Akhir Magang Mandiri terhadap gangguan, sesuai best practice manajemen keamanan lembaga pemasyarakatan. 3. Pencapaian Target ke-3 (Pelayanan Narapidana) a. Rincian Target yang Tercapai (Mengetahui tata cara penjadwalan pengamanan narapidana) Penjadwalan pengamanan narapidana di Lapas Kelas I Lowokwaru Malang dilakukan melalui mekanisme formal yang mengintegrasikan pembagian tugas harian, pengawasan strategis seperti blok area patroli, hunian, dan ruang kunjungan, dan koridor. Setiap hari, petugas piket ditetapkan berdasarkan rangkaian mengakomodasi jaga inspeksi bergilir; berkala jadwal dengan ini juga intensitas penyesuaian guna menekan potensi gangguan keamanan. Pengaturan waktu pengawalan saat kunjungan keluarga juga telah diintegrasikan dalam jadwal rutin, mencakup alokasi petugas dan prosedur pemeriksaan serta penggeledahan barang bawaan, sebagaimana dijabarkan dalam standar layanan kunjungan oleh Kanwil Kemenkumham, yang mencakup penggunaan loket pendaftaran, antrian kunjungan, penggeledahan, dan waktunya dibatasi paling lama 30 menit sejak registrasi.18 Sebagai tambahan, penelitian oleh tim dari Jurnal Unifikasi (2017) tentang implementasi pengamanan di Lapas Kelas IIA Kuningan menunjukkan bahwa penggunaan jadwal rolling dan patroli terstruktur (six patrol posts, night shift, dan supervisi siang) mampu secara signifikan meningkatkan efektivitas pengamanan dan menjaga ketertiban narapidana.19 Dengan demikian, penjadwalan yang konsisten dan terdokumentasi tidak hanya menjamin kestabilan keamanan, tetapi juga 18 https://jatim.kemenkum.go.id/pemasyarakatan/layanan-keamanan-dan-ketertiban/layanankunjungan-wbp?utm_source=chatgpt.com 19 Budiman, “RUMAH TAHANAN NEGARA ( Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kuningan ).” 18 Laporan Akhir Magang Mandiri menciptakan dukungan sistemik bagi keberhasilan program pembinaan dan pelayanan narapidana. b. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur penerimaan narapidana) Prosedur penerimaan narapidana di Lapas Kelas I Lowokwaru Malang diimplementasikan secara komprehensif sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) Ditjen PAS. Tahapan meliputi verifikasi dokumen surat perintah penahanan dan identitas pelaku pemeriksaan kesehatan awal, pengambilan foto dan sidik jari, pencatatan barang bawaan, serta pembuatan berita acara serah terima. Seluruh data dibukukan di register resmi dan diunggah ke Sistem Database Pemasyarakatan (SDP), guna memastikan keabsahan identifikasi narapidana dan mendukung program pembinaan serta hak pemasyarakatan seperti remisi dan asimilasi. Proses ini didasarkan pada Pasal 10–11 Undang-Undang Pemasyarakatan, yang Nomor 12 Tahun menetapkan 1995 kewajiban tentang registrasi narapidana, serta diatur lebih teknis melalui Keputusan Dirjen PAS No. PAS-170.PK.01.01.02 Tahun 2015. Secara ilmiah, penelitian oleh Regina Ibrahim & Ali Muhammad (2023) dalam CAUSA: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan mengemukakan bahwa alur penerimaan narapidana yang sistematis terbukti efektif meningkatkan keamanan dan ketertiban, mengurangi risiko konflik saat narapidana baru memasuki lingkungan Lapas.20 c. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur penempatan narapidana) Prosedur penempatan narapidana di Lapas Kelas I Lowokwaru Malang dilaksanakan melalui proses klasifikasi awal yang sistematik, memastikan setiap narapidana ditempatkan sesuai dengan tingkat risiko dan kebutuhan pembinaannya. Langkah dimulai dengan skrining individu 20 Ibrahim and Muhammad, “Efektifitas Alur Penerimaan Narapidana Dalam Meningkatkan Keamanan Dan Ketertiban Di Lapas Kelas Iib Blitar.” 19 Laporan Akhir Magang Mandiri menggunakan Instrumen Skrining Penempatan Narapidana (ISPN) dan dialog terstruktur oleh petugas Pembimbing Kemasyarakatan, untuk menilai aspek keamanan, durasi hukuman, sisa Berdasarkan pidana, hasil dan latar skrining, belakang kejahatan. narapidana kemudian dikelompokkan dalam kelas pengamanan super maksimum, maksimum, sedang, atau minimum dan dialokasikan ke blok hunian sesuai kategori tersebut. Klasifikasi ini mengikuti prinsip individualisasi yang diatur dalam Permenkumham Nomor 35 Tahun 2018, serta prinsip hukum pemidanaan individual menurut UU No. 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan.21 Penempatan tersebut juga didukung oleh penelusuran akademis yang dijelaskan dalam UNES Law Review (2024), bahwa penerapan prinsip individualisasi pidana dalam penempatan narapidana membantu mencegah pencampuran narapidana berdasarkan jenis kejahatan, yang berpotensi meningkatkan efektivitas pembinaan dan keamanan Lembaga.22 Dengan demikian, prosedur ini menunjukkan integrasi antara landasan hukum nasional, instrumen teknis Ditjen PAS, dan bukti empiris untuk memastikan penempatan narapidana dilakukan secara adil, humanis, dan berorientasi pemulihan. 4. Pencapaian Target ke-4 (Pengeluaran Narapidana) a. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur pengeluaran narapidana) Prosedur pengeluaran narapidana dari Lapas Kelas I Lowokwaru Malang dilaksanakan dengan mengikuti tahapan administratif dan operasional yang telah ditetapkan secara ketat. Pengeluaran dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, termasuk pembebasan bersyarat, pengeluaran demi hukum 21 Dasar, Indonesia, and Dasar, “Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan.” 22 Cassilas and Hutabarat, “Prinsip Individualisasi Pidana Dalam Penempatan Narapidana Berdasarkan Jenis Kejahatan.” 20 Laporan Akhir Magang Mandiri (habis masa pidana), cuti narapidana, atau pengeluaran sementara karena keperluan lain seperti pengobatan dan persidangan. Setiap proses diawali dengan verifikasi internal oleh petugas pemasyarakatan, termasuk pengecekan dokumen resmi seperti Surat Keputusan pembebasan bersyarat atau bukti habis masa pidana. Selanjutnya, petugas mencatat data administrasi dalam register khusus dan memproses pengeluaran melalui Sistem Database Pemasyarakatan (SDP). Pelaksanaan ini mengacu pada Pasal 20–24 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan, yang mengatur berbagai bentuk pengeluaran, serta Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, yang menegaskan hak narapidana untuk dikeluarkan berdasarkan ketentuan hukum. Secara ilmiah, kajian yuridis oleh Ahmad Saifudin (2022) dalam Spektrum Hukum menunjukkan bahwa pengeluaran narapidana melalui sistem online (SDP) meningkatkan akurasi data dan mempercepat proses administratif, meskipun masih terdapat tantangan dalam hal validasi dokumen secara elektronik.23 b. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur dalam melakukan proses remisi, asimilasi, cuti mengunjungi atau dikunjungi keluarga, cuti bersyarat, cuti menjelang bebas, dan pembebasan bersyarat) Prosedur pemberian hak narapidana meliputi remisi, asimilasi, cuti keluarga, cuti menjelang bebas, cuti bersyarat, serta pembebasan menyeluruh bersyarat mengikuti diimplementasikan mekanisme secara administratif yang transparan dan hukum. Untuk remisi, usulan disusun Tim Pengamat Pemasyarakatan di Lapas berdasarkan catatan kelakuan baik dan persyaratan masa pidana minimal, kemudian diajukan ke Kepala Lapas dan diverifikasi hingga 23 Syaifuddin, “Tinjauan Yuridis Terhadap Efektifitas Prosedur Pemberian Pembebasan Bersyarat Secara Online (System Database Pemasyarakatan) Dalam Proses Pembinaan Narapidana.” 21 Laporan Akhir Magang Mandiri Dirjen PAS, sesuai Permenkumham No. 3 Tahun 2018 (Pasal 2– 5, diperbarui Permenkumham No. 7 Tahun 2022). Asimilasi dilaksanakan saat narapidana memenuhi setengah masa pidana dan berperilaku baik, diawali dengan Litmas dari BAPAS dan usulan melalui SDP sebagaimana diatur dalam PP No. 32 Tahun 1999 Pasal 39-42. Cuti mengunjungi keluarga diberikan maksimal 2 x 24 jam atas izin Kepala Lapas dan pemberitahuan ke BAPAS (PP No. 32/1999 Pasal 41-42). Untuk cuti menjelang bebas dan cuti bersyarat, syarat umumnya adalah menjalani 2/3 masa pidana, memiliki catatan baik, serta rekomendasi dari tim Litmas, sesuai ketentuan Permenkumham No. 3/2018 dan PP No. 32/1999 Pasal 42 & Pasal 115 Permenkumham 3/2018. Secara akademis, studi oleh Aldi Romadani et al. (2022) dalam Journal of Sharia and Law menegaskan bahwa efektifitas pemulihan narapidana melalui remisi, asimilasi, dan cuti sangat dipengaruhi oleh keterpaduan administrasi digital (SDP) dan kepatuhan terhadap SOP, dengan risiko residivisme menurun sebesar 25% pada narapidana yang mengikuti prosedur lengkap dan tepat waktu.24 Dengan demikian, pencapaian target ini menggambarkan keberhasilan dalam menguasai kerangka hukum, teknis administrasi, dan aplikasi kebijakan pemasyarakatan yang humanis dan masa pidana yang sistematis. c. Rincian Syarat Remisi Remisi merupakan pengurangan diberikan kepada narapidana dan anak binaan yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Tujuan dari pemberian remisi ini adalah sebagai bentuk apresiasi terhadap narapidana yang menunjukkan perilaku baik serta telah menjalani masa pidana dalam jangka waktu tertentu. 24 Romadani and Ridha, “Pembebasan Bersyarat Terhadap Narapidana Lembaga Pemasyarakatan.” 22 Laporan Akhir Magang Mandiri Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) Nomor 3 Tahun 2018 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat, yang telah diubah dengan Permenkumham Nomor 7 Tahun 2022, syarat-syarat untuk memperoleh remisi antara lain sebagai berikut: a. Syarat Umum: 1. Berstatus sebagai narapidana (bukan tahanan). 2. Telah menjalani masa pidana minimal 6 bulan secara terusmenerus di lembaga pemasyarakatan. 3. Berperilaku baik, dibuktikan dengan tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam jangka waktu enam bulan terakhir. 4. Terdaftar dalam register F (data narapidana) dan memiliki catatan pembinaan positif. b. Syarat Khusus: 1. Untuk narapidana yang dipidana karena tindak pidana tertentu (misalnya narkotika, korupsi, terorisme), harus telah menjalani 1/3 masa pidana dan telah membayar denda atau uang pengganti (jika ada). 2. Bersedia bekerja sama dalam hal pengungkapan kasus (jika kasusnya memungkinkan, sesuai dengan ketentuan pidana khusus). 3. Telah mengikuti program pembinaan dan menunjukkan perubahan sikap. c. Prosedur Pengusulan: Pengusulan remisi dilakukan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) di Lapas. Usulan ditujukan kepada Kepala Lapas, lalu diverifikasi dan dilanjutkan ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan melalui Sistem Database Pemasyarakatan (SDP). 23 Laporan Akhir Magang Mandiri Persetujuan akhir berada di tangan Dirjen PAS berdasarkan kelayakan administratif dan substantif. 5. Pencapaian Target ke-5 (Pemindahan Narapidana) a. Rincian Target yang Tercapai (Prosedur pemindahan narapidana) Prosedur pemindahan narapidana di Lapas Kelas I Lowokwaru Malang dilaksanakan secara formal dan terstruktur berdasarkan ketentuan yang berlaku. Proses ini mencakup beberapa tahapan, dimulai dengan verifikasi persyaratan yaitu permintaan pemindahan tertulis, dokumen pembinaan lengkap, dan rekomendasi Tim Pengamat Pemasyarakatan, sebagaimana diatur dalam Pasal 46 ayat (1–2) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999. Selanjutnya, izin pemindahan diberikan oleh kepala Kanwil atau Dirjen Pemasyarakatan tergantung jenis wilayah provinsi atau antar-wilayah sebagaimana dirinci dalam Pasal 47. Dalam kondisi darurat, pemindahan dapat diajukan secara lisan dengan syarat dokumen penguat disampaikan dalam waktu 2 × 24 jam (Pasal 47 ayat 2-3). Pemindahan untuk keperluan tertentu seperti pengadilan atau perawatan medis mengharuskan dilampiri berita acara dan surat rujukan (Pasal 48-49). Kebijakan ini diperkuat oleh tuntunan best practice pengamanan Lapas Sleman yang menekankan penegakan SOP pengamanan ketat selama pemindahan, termasuk dokumentasi lengkap sebelum dan sesudah pemindahan . Dengan demikian, proses pemindahan ini tidak hanya menjaga kesinambungan keamanan dan penegakan hukum, tetapi juga menjamin akuntabilitas dan perlindungan hak narapidana sesuai standar nasional. 24 Laporan Akhir Magang Mandiri BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Selama menjalani kegiatan magang di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Lowokwaru Malang, penulis memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai sistem pemasyarakatan di Indonesia, mulai dari aspek administratif hingga teknis pelaksanaan pembinaan narapidana. Magang ini memberikan pengalaman langsung dalam berbagai bidang kerja, seperti proses penerimaan, penempatan, pengawasan, pembinaan kepribadian dan kerohanian, pengelolaan data pemasyarakatan, hingga pengeluaran dan pemindahan narapidana. Selain itu, penulis juga terlibat dalam pendataan program reintegrasi sosial seperti remisi, asimilasi, dan pembebasan bersyarat. Seluruh proses tersebut dijalankan berdasarkan asas keadilan, kemanusiaan, dan kepastian hukum sebagaimana tercermin dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya wawasan akademik, tetapi juga meningkatkan kemampuan teknis, etika kerja, serta kepekaan sosial yang sangat bermanfaat bagi pengembangan kompetensi profesional di masa mendatang. Dengan demikian, pelaksanaan magang di Lapas ini berhasil memberikan kontribusi signifikan terhadap pencapaian tujuan pendidikan dan penguatan karakter mahasiswa dalam menghadapi tantangan dunia kerja yang sesungguhnya. B. SARAN 1. Bagi Lembaga Pemasyarakatan Diharapkan Lapas meningkatkan Kelas sistem I Lowokwaru manajemen 25 Malang berbasis terus teknologi, Laporan Akhir Magang Mandiri khususnya dalam pengelolaan data narapidana dan pelayanan hak-hak mereka melalui integrasi yang optimal dengan Sistem Database Pemasyarakatan (SDP). Selain itu, pembinaan kepribadian dan kemandirian narapidana dapat ditingkatkan dengan membuka lebih banyak program pelatihan berbasis kompetensi dan bersertifikasi kerja. 2. Bagi Perguruan Tinggi Penting bagi pihak kampus untuk menjalin kerja sama berkelanjutan dengan instansi pemasyarakatan dalam bentuk MoU yang lebih luas, tidak hanya terkait magang, tetapi juga penelitian, pengabdian masyarakat, dan kuliah praktisi. Hal ini akan memperkuat sinergi antara teori akademik dan praktik lapangan. 3. Bagi Mahasiswa Magang Selanjutnya Diharapkan mahasiswa yang akan melakukan magang di Lapas dapat mempersiapkan diri dengan baik, terutama dalam memahami dasar hukum pemasyarakatan dan etika komunikasi. Mahasiswa juga disarankan aktif dalam setiap kegiatan, mencatat temuan penting, dan menjaga profesionalisme serta integritas selama proses magang berlangsung. 26 Laporan Akhir Magang Mandiri DAFTAR PUSTAKA Jurnal Agustin, Triana, Sukamto Satoto, and . Helmi. “A Review of Legal Justice: Parole in The Indonesian Prison System.” International Journal of Multidisciplinary Research and Analysis 07, no. 02 (2024): 660–72. https://doi.org/10.47191/ijmra/v7-i02-31. Aji, Febri Bayu, Amir Junaidi, and Rudatyo. “Pelaksanaan Tugas Pengamanan Dalam Upaya Menciptakan Keamanan Dan Ketertiban Di Lembaga Pemasyaratan Kelas IIB Wonogiri.” Jurnal Bevinding 01, no. 06 (2023): 46–51. Budiman, Haris. “RUMAH TAHANAN NEGARA ( Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kuningan )” 04 (2017): 77–85. Cassilas, Anggian, and Rugun Romaida Hutabarat. “Prinsip Individualisasi Pidana Dalam Penempatan Narapidana Berdasarkan Jenis Kejahatan” 6, no. 2 (2024): 6473–79. Dasar, Undang, Republik Indonesia, and Undang-undang Dasar. “Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan,” no. 143384 (2022). Ghifarri, Muhammad, Satya Zaki, and Ali Muhammad. “Dampak Pembinaan Kerohanian Islam Terhadap Pengembangan Nilai Spiritual Warga Binaan Pemasyarakatan Di Rumah Tahanan.” JUSTITIA : Jurnal Ilmu Hukum Dan Humaniora 9, no. 4 (2022): 1576– 85. Ibrahim, Regina, and Ali Muhammad. “Efektifitas Alur Penerimaan Narapidana Dalam Meningkatkan Keamanan Dan Ketertiban Di Lapas Kelas Iib Blitar.” Jurnal Hukum Dan Kewarganegaraan 1, no. 1 (2023). Kemenkes RI. “Peraturan Menteri Hukum Dan HAM No.35 Tahun 2018 Tentang Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara” Nomor 65, no. 879 (2017): 2004–6. Menkumham. “Permenkumham RI Nomor 03 Tahun 2018.” Kementerian Hukum Dan Ham 22, no. 7 (2018): 874–82. Pemasyarakatan, Studi Manajemen. “EVALUATION OF THE USAGE OF FINGERPRINT SYSTEM USAGE ON INMATES RESIDENTIAL ROOM’S INSPECTION OF SIDOARJO CLASS IIA PRISON INSTITUTION 1* Raynaldi 1,2” 18, no. 1 (2025): 479–88. Peraturan Menteri Hukum dan HAM. “Permenkumham Nomor 33 Tahun 2015 Tentang Pengamanan Pada Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara.” Permen Nomor 65, no. 879 (2015): 2004– 6. Presiden Republik Indonesia. “Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan,” 1999, Republik Indonesia, 1999. Republik Indonesia. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 27 Laporan Akhir Magang Mandiri Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.” Tentang Permasyarakatan 66, no. September (1995): 37–39. RI, Peraturan Pemerintah. “Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.” Pemerintah Republik Indonesia 1999, no. 1 (1999): 1–5. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/54300/pp-no-31tahun-1999. Romadani, Aldi, and Irfan Ridha. “Pembebasan Bersyarat Terhadap Narapidana Lembaga Pemasyarakatan.” Journal of Sharia and Law 2, no. 1 (2023): 335–49. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/JURNAL+ALDI+IRFAN+(2).pdf. Syaifuddin, Ahmad. “Tinjauan Yuridis Terhadap Efektifitas Prosedur Pemberian Pembebasan Bersyarat Secara Online (System Database Pemasyarakatan) Dalam Proses Pembinaan Narapidana.” Jurnal Spektrum Hukum 16, no. 2 (2019): 1–12. https://doi.org/10.35973/sh.v16i2.1248. Tahanan, Rumah, Negara Kelas, and I I B Wates. “Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Kantor Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Rumah Tahanan Negara Kelas Iib Wates,” 2024. Tista, D A T, R Putri, E F A Aida, and ... “L Layanan Bimbingan Konseling Dalam Lembaga Permasyarakatan.” BULLET: Jurnal … 1, no. 02 (2022): 105–14. https://journal.mediapublikasi.id/index.php/bullet/article/view/22 5. UU RI. “Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.” Jdih Bpk, 1995, 1–15. Website Kantor Wilayah Kementerian Hukum Provinsi Jawa Timur. “Layanan Kunjungan WBP”. https://jatim.kemenkum.go.id/pemasyarakatan/layanankeamanan-dan-ketertiban/layanan-kunjungan . Diakses tanggal 07 December 2023 28 Laporan Akhir Magang Mandiri LAMPIRAN 1. LOG ACTIVITY ASLI (terdapat TTD Asli DPL) 29 Laporan Akhir Magang Mandiri 2. DOKUMEN HASIL PEMENUHAN LOG AND TARGET 30 Laporan Akhir Magang Mandiri 3, DOKUMENTASI/GAMBAR KEGIATAN 31 Laporan Akhir Magang Mandiri G-1 Pembinaan Narapidana G-2 Pembimbingan Narapidana Pengamanan Narapidana 32 Laporan Akhir Magang Mandiri G-3 Prosedur penyelenggaraan pelayanan pada narapidana 33 Laporan Akhir Magang Mandiri G-4 Prosedur dalam melakukan proses remisi 34 Laporan Akhir Magang Mandiri Lampiran Berita 35