Uploaded by common.user150553

Pengaruh VCT pada Nasionalisme Siswa: Proposal Penelitian PPKN

advertisement
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION
TECHNIQUE (VCT) DALAM PEMBELAJARAN PPKN
TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA
KELAS V SD NEGERI 010 SUNGAI
KUNJANG TAHUN AJARAN
2023/2024
PROPOSAL
Disusun Oleh :
NURUL WIDAYANTI
2105116008
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan
Hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Proposal yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Dalam
Pembelajaran Ppkn Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa kelas V SD Negeri 010
Sungai Kunjang”. Proposal ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan. Semoga proposal ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
mempelajari tentang Metodologi Penelitian Pendidikan.
Harapannya semoga proposal ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi proposal agar kedepannya dapat lebih baik. Proposal ini penulis akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif
sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan proposal
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Samarinda, 19 Maret 2024
Nurul Widayanti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting bagi manusia
untuk mengembangkan diri. Pendidikan artinya usaha sadar dan terencana
untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk
menentukan tujuan hidup, sehingga bisa memiliki pandangan luas untuk
kearah depan lebih baik, dan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan
orang-orang berkualitas. Hal ini sejalan dengan UU No. 20 tahun 2003
tentang Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, Semua aspek
proses belajar mengajar, seperti strategi, metode, media, dan model
pembelajaran, harus terlibat dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) yaitu proses pembelajaran yang
bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
kepada anak-anak untuk mempersiapkan mereka untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan untuk membentuk karakter
yang baik. Pendidikan sekolah dasar adalah tahap pertama dari jenjang
pendidikan formal dan dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa untuk
mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Dhika Widarnandhana et
al., 2023). Pendidikan di SD biasanya dimulai dari kelas 1 hingga kelas 6,
dengan fokus pada pembelajaran dasar seperti membaca, menulis,
berhitung, IPA, IPS, PPKN, seni, olahraga, dan pendidikan agama.
(Juwariyah, 2021) menyatakan bahwa sebelum melakukan kegitan belajar
mengajar pendidik harus mempersiapkan pelajaran dan memahami
karakteristik materi pelajaran serta model pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan siswa. Model pembelajaran yang menarik,
inovatif, dan menyenangkan lebih disarankan untuk diterapkan selama
proses pembelajaran.
Semua mata pelajaran memiliki karakteristik yang unik, yang
sebagian besar dipengaruhi oleh jenis keilmuan yang terkandung dalam
masing-masing mata pelajaran. Perbedaan karakteristik antara mata
pelajaran yang berbeda akan menyebabkan perbedaan dalam metode
pengajaran dan cara siswa belajar dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran
lain. Pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKN) sangat memengaruhi sikap nasionalisme siswa Indonesia.
Nasionalisme adalah bagian penting dari karakter seorang bangsa yang cinta
akan negara dan bangsanya sendiri. Oleh karena itu, penggunan model
pembelajaran yang efektif sangat penting untuk meningkatkan nasionalisme
siswa, terutama di sekolah dasar.
PPKN adalah pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa di sekolah
dasar untuk menyiapkan individu yang dapat bertanggung jawab untuk
memajukan dan mempertahankan keutuhan negara di masa mendatang dari
persaingan internasional (Astawa et al., 2020). Pentingnya pembelajaran
PPKN yang mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan dalam setiap materi
pelajaran. Pembelajaran yang hanya bersifat teoritis tanpa memberikan
kesempatan pada siswa untuk menerapkan nilai-nilai kebangsaan dalam
kehidupan sehari-hari akan sulit membuat mereka memiliki sikap
nasionalisme yang kuat. Nasionalisme adalah bagian penting dari
pembentukan karakter bangsa yang cinta akan negara dan bangsanya.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) sangat
memengaruhi sikap nasionalisme siswa Indonesia mengingat pada saat ini
pengaruh globalisasi yang semakin kuat juga menjadi tantangan dalam
pembentukan sikap nasionalisme siswa. Budaya asing yang masuk melalui
berbagai media, seperti internet dan televisi, dapat menggeser nilai-nilai
kebangsaan
dalam
pikiran
siswa.
Diperlukan
suatu
pendekatan
pembelajaran yang dapat menguatkan pemahaman siswa tentang identitas
nasional dan membangkitkan rasa cinta tanah air. Oleh karena itu, sangat
penting untuk mengembangkan strategi pendidikan yang berguna untuk
menumbuhkan nasionalisme siswa, terutama di sekolah dasar.
Model
pembelajaran
Value
Clarification
Technique
Value
Clarification Technique (VCT) adalah satu jenis pembelajaran moral yang
digunakan untuk mengukur seberapa banyak nilai yang diketahui siswa dan
seberapa banyak nilai yang mereka miliki untuk meningkatkan atau
memperbaikinya. Model ini juga bertujuan untuk mengajarkan siswa cara
menilai, menerima, dan membuat keputusan tentang hal-hal yang positif
atau negatif.
Nasionalisme adalah rasa semangat cinta tanah air, keinginan untuk
menguasai kekuasaan, dan kesepakatan untuk membingkai negara
berdasarkan identitas yang disepakati dan berfungsi sebagai langkah
pertama dan tujuan dalam melakukan perbaikan sosial dan ekonomi (DJ &
Jumardi, 2022). Setiap individu seharusnya memiliki rasa nasionalisme,
sehingga upaya untuk menanamkan sikap ini dianggap sangatlah penting
dan dapat menjadi modal yang berharga dalam membangun ketahanan
negara.
Agar siswa mencintai tanah airnya dan tidak mudah dipengaruhi
oleh efek negatif globalisasi, sikap nasionalisme harus ditanamkan sejak
dini. Namun, belakangan ini kita melihat bahwa kurangnya sikap
nasionalisme menyebabkan siswa kurang menghargai guru dan temannya,
tidak hapal lagu nasional, lebih suka produk asing, kurang menghargai jasa
pahlawan, dan banyak siswa yang bolos upacara bendera dan kura-kura.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dan relevan pada mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) sangat
penting untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan siswa terhadap
nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan, meningkatkan minat,
pemahaman, serta sikap positif siswa terhadap mata pelajaran PPKN. Model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) adalah model
pembelajaran
yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
sikap
nasionalisme siswa. Model pembelajaran ini bertujuan untuk membantu
siswa menemukan, memahami, dan memprioritaskan nilai-nilai yang
penting bagi mereka. Dengan menerapkan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) dalam pembelajaran PPKN, diharapkan
siswa akan lebih memahami dan menginternalisasi nilai-nilai nasionalisme.
Dengan mempertimbangkan tantangan yang ada di atas, peneliti
ingin mengetahui lebih lanjut apakah ada pengaruh model pembelajaran
Value Clarification Technique (VCT) dalam pembelajaran Ppkn terhadap
sikap nasionalisme siswa, maka peneliti mengadakan penelitian ini tentang
“Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
Dalam Pembelajaran PPKN Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas
V SD Negeri 010 Sungai Kunjang Tahun Pelajaran 2023/2024”. Peneliti
berharap dengan adanya model pemebelajaran Value Clarification
Technique (VCT) sebagai model yang digunakan dalam pembelajarn PPKN
dapat berpengaruh terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas V SD Negeri
010 Sungai Kunjang.
B. Identifikasi Masalah
Ada beberapa masalah yang diidentifikasi berdasarkan latar belakang
masalah yang telah diuraikan, yaitu:
1. Permasalahan kemerosotan sikap nasionalisme siswa, diantaranya: tidak
menghormati pengajar atau guru, tidak mengikuti upacara bendera,
suka berbicara kotor, dan tidak menjaga fasilitas sekolah.
2. Adanya pengaruh globalisasi semakin pesat menjadi tantangan dalam
pembentukan sikap nasionalisme siswa dapat mencakup beberapa
aspek, antara lain: masuknya budaya asing yang dapat mempengaruhi
budaya lokal dan mengurangi kepedulian siswa terhadap budaya dan
prinsip nasional melalui media dan teknologi, serta mengubah cara
mereka membeli barang-barang asing daripada barang-barang lokal.
3. Proses pembelajaran PPKN menggunakan model atau metode
konvensional, sehingga kualitas pembelajaran terlihat masih rendah.
Akibatnya,
pendidikan
karakter
yang
diintegrasikan
dalam
pembelajaran PPKn di sekolah dasar saat ini menunjukkan bahwa tujuan
pendidikan untuk meningkatkan karakter siswa tidak tercapai, seperti
yang ditunjukkan oleh penurunan sikap nasionalisme siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan
sejumlah
masalah
yang
telah
diidentifikasi
sebelumnya, penulis membatasi cakupan masalah dengan fokus pada
permasalahan tertentu agar penelitian ini lebih terarah dan tepat sasaran.
Dari pembatasan masalah ini, penelitian akan difokuskan pada penerapan
model pemlajaran Value Clarification Technique (VCT) terhadap sikap
nasionalisme siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang muncul adalah
“Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) dalam pembelajarn PPKN berpengaruh
terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas V SD Negeri 010 Sungai
Kunjang ?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) dalam pembelajaran PPKN terhadap Sikap
Nasionalisme Siswa Kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguuna secara teoritis
dan praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis kegunaan yang di dapat dari penelitian mengenai
pengaruh penggunaan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) dalam pembelajaran PPKN terhadap Sikap
Nasionalisme Siswa Kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang yaitu
dapat dimanfaatkan untuk pengetahuan sosial terutama pada mata
pelajaran PPKN dan memberikan bantuan informasi bagi peneliti yang
akan meneliti permasalahan yang sama.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu
dapat memberikan informasi
baru dan masukan tentang pengaruh
model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) baik kepada
siswa maupun kepada guru.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Variabel X
1. Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
a. Pengertian Model Value Clarification Technique
Value Clarification Technique atau yang biasa di sebut
dengan singkatan VCT adalah model pembelajaran nilai yang dapat
membantu siswa menentukan nilai-nilai hidup yang sesuai dengan
tujuan hidup mereka dan menginternalisasikannya untuk menjadi
pedoman dalam bertindak atau bersikap (Nurasima, 2020).
Pengertian lain yang hampir sama di kemukakan oleh
(Yustiana & Sari, 2022) bahwa Value Clarification Technique
(VCT) adalah merupakan salah satu jenis pembelajaran yang
dirancang sebagai pembelajaran afektif, VCT adalah model
pengajaran yang membantu siswa menemukan dan menentukan
nilai yang dianggap baik untuk menyelesaikan masalah. Metode ini
menganalisis nilai-nilai yang sudah ada dan menanamkannya dalam
diri siswa.
Istilah lain yang hampir sama maknanya dengan pengertian
yang dijelaskan oleh (Sulfemi & Mayasari, 2019) bahwa model
Value
Clarification
Technique
(VCT)
adalah
model
pengklarifikasian sikap yang dapat membantu peserta didik
menemukan dan menentukan nilai yang dianggap baik dalam
menangani masalah, hal ini dilakukan dengan menganalisis nilai
yang sudah ada dan tertanam dalam diri peserta didik.
Sependapat
dengan pengertian sebelumnya,
menurut
(Permatasari, 2019) bahwa model pembelajaran ini berfokus pada
penanaman nilai, siswa membangun kesadaran emosional tentang
nilai mereka melalui proses pembelajaran yang kritis dan emosional
untuk mendefinisikan dan menguji apa itu kebenaran, kebaikan,
keadilan, kelayakan, atau ketepatan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa Value Clarification Technique (VCT) sebuah model
pembelajaran nilai yang membantu siswa untuk menemukan,
menentukan, dan menginternalisasi nilai-nilai yang dianggap
penting dalam kehidupan mereka. VCT membantu siswa dalam
menyelesaikan masalah, membangun kesadaran emosional tentang
nilai-nilai mereka, dan menguji konsep-konsep seperti kebenaran,
kebaikan, keadilan, kelayakan, dan ketepatan. Model ini berfokus
untuk membantu siswa dalam memahami dan menginternalisasi
nilai-nilai tersebut sehingga dapat menjadi pedoman dalam
bertindak dan bersikap.
b. Tujuan Model Pembelajaran Value Clarification Technique
Tujuan Model Pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT) menurut (Theofilus, 2019) diantaranya yaitu:
1) Untuk mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa
tentang suatu nilai.
2) Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya
baik tingkatannya maupun sifatnya (positif dan negatifnya)
untuk kemudian dibina ke arah peningkatan dan pembetulannya.
3) Untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui
cara yang rasional dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya
nilai tersebut akan menjadi milik siswa.
4) Melatih siswa bagaimana cara menilai, menerima, serta
mengambil keputusan terhadap sesuatu persolan dalam
hubungannya dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.
c. Prinsip-prinsip Model Value Clarification Technique
Prinsip Model Value Clarification Technique (VCT) menurut
(Yustiana & Sari, 2022) sebagai berikut:
1) Penanaman nilai dan perubahan sikap dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain potensi diri, emosi, intelektual, norma nilai
masyarakat, sistem pendidikan, serta lingkungan keluarga dan
bermain.
2) Sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh stimulus yang
diterima siswa dan kekuatan nilai-nilai yang dimiliki siswa.
3) Nilai, moral, dan norma bersifat dipengaruhi oleh faktor
perkembangan, sehingga guru harus mempertimbangkan tingkat
perkembangan moral setiap siswa.
4) Perubahan
sikap
dan
nilai
memerlukan
keterampilan
memperjelas nilai secara rasional, sehingga timbul kesadaran
diri, bukan karena rasa kewajiban.
5) Perubahan nilai memerlukan keterbukaan antara guru dan siswa.
d. Kelebihan dan Kekurangan Model Value Clarification Technique
Semua model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan ketika diterapkan. Menurut (Yustiana & Sari, 2022),
beberapa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran VCT
adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan model pembelajaran VCT
a) Pendidikan nilai membantu siswa untuk mengolah kesadaran
dan mengidentifikasi nilai-nilai dirinya dan nilai-nilai orang
lain
b) Pendidikan
nilai
membantu
siswa
untuk
mampu
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain,
berhubungan terhadap nilai-nilainya sendiri.
c) Pendidikan
nilai
membantu
siswa
agar
mampu
menggunakan kemampuan berpikir rasional dan kesadaran
emosional secara bersama-sama, untuk memahami perasaan,
nilai, sikap dan pola perilaku.
2) Kekurangan model pembelajaran VCT
Model Pembelajaran VCT juga memiliki kelemahan yang
sering muncul saat diterapkan, seperti: proses pembelajaran
dilakukan langsung oleh guru, artinya guru menanamkan nilainilai yang menurutnya baik tanpa memperhatikan nilai-nilai
yang sudah tertanam di dalamnya. siswa. Akibatnya sering
terjadi konflik dalam diri siswa karena ketidaksesuaian antara
nilai-nilai lama yang telah terbentuk dengan nilai-nilai baru
diberikan oleh guru. Siswa seringkali mengalami kesulitan
dalam menyelaraskan nilai-nilai lama dan baru. Berdasarkan hal
tersebut, guru harus mempunyai trik tersendiri untuk mengatasi
kelemahannya.
e. Macam-macam Bentuk Model Value Clarification Technique
Menurut (Ananda & Fatimah, 2021), terdapat beberapa macam
bentuk Value Clarification Technique (VCT), yaitu:
1) VCT untuk menganalisis suatu masalah yang sedang menjamur
saat ini.
2) Jenis VCT meliputi daftar baik buruk, daftar tingkat urutan,
daftar skala prioritas, daftar rangkaian gejala, daftar penilaian
diri, daftar membaca pikiran orang lain tentang diri kita sendiri,
dan perisai.
3) Penggunaan kartu sederhana meliputi materi pokok kesalahan,
berpikir positif dan negatif serta pemecahan masalah pendapat
siswa yang ditemukan dalam kehidupan.
4) Penggunaan teknik wawancara yaitu untuk memberikan
keberanian dan kemampuan siswa mengidentifikasi sudut
pandang siswa terhadap lawan bicara mereka.
f. Langkah-langkah Model Value Clarification Technique
John Jarolimek (1974) dalam (Theofilus, 2019) menjelaskan
proses pembelajaran VCT dalam 7 tahap, yang dibagi menjadi 3
tingkat. Tahapan-tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Kebebasan Memilih
Pada tingkat ini terdapat 3 tahapan, yaitu:
a) Memilih
secara
bebas,
artinya
kesempatan
untuk
menentukan pilihan yang menurutnya baik. Nilai yang
dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh.
b) Memilih dari beberapa alternatif. Artinya, untuk menentukan
pilihan dari beberapa alternatif pilihan secara bebas.
c) Memilih
setelah
dilakukan
analisis
pertimbangan
konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat pilihannya.
2) Menghargai
Pada tingkat ini terdapat 2 tahapan, yaitu:
a) Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang
menjadi pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi
bagian integral dari dirinya.
b) Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam
dirinya di depan umum. Artinya, bila kita menganggap nilai
itu suatu pilihan, maka kita akan berani dengan penuh
kesadaran untuk menunjukkan
3) Bertindak atau Berperilaku
Pada tingkat ini terdapat 2 tahapan, yaitu:
a) Kemauan
dan
kemampuan
untuk
mencoba
melaksanakannya.
b) Mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya.
Artinya, nilai yang menjadi pilihan itu harus tercermin dalam
kehidupannya sehari-hari.
g. Klasifikasi
Langkah-langkah
Model
Pembelajaran
Value
Clarification Technique
Adapun klasifikasi langkah-langkah Model Pembelajaran
VCT menurut (Yustiana & Sari, 2022) sebagai berikut:
1) Memilih
a) Memilih secara bebas
b) Memilih dari berbagai alternative
c) Memilih dari berbagai alternatif setelah mempertimbangkan
konsekuensi dari setiap alternatif
2) Menghargai
a) Menghargai dan senang dengan pilihannya
b) Bersedia mengakui/menegaskan pilihannya di depan umum
3) Bertindak atau Berperilaku
a) Kemauan untuk mencoba
b) Berulang kali bertindak sesuai pilihannya sampai akhirnya
menjadi pola hidupnya.
2. Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
a. Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah
mata pelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memelihara nilai-nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya
Indonesia, tujuan nilai-nilai ini adalah agar tercermin dalam perilaku
sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari
masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Mata
pelajaran ini juga memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan
tentang hubungan antarwarga dan negara, serta pendidikan dasar
tentang bela negara, sehingga siswa dapat menjadi warga negara
yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Andara et al., 2021).
Pengertian lain dikemukakan oleh (Magdalena et al., 2020)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah
menanamkan nilai-nilai hak dan kewajiban warga negara sehingga
setiap tindakan dilakukan sesuai dengan tujuan dan prinsip bangsa
dan tidak menyimpang dari harapan.
Pada dasarnya, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) adalah sebuah upaya pendidikan untuk generasi berikutnya,
dengan tujuan agar mereka menjadi warga negara yang memiliki
pemikiran yang tajam dan kesadaran yang tinggi terhadap hak dan
kewajibannya dalam kehidupan bersama dalam masyarakat dan
negara.
Selain
itu,
pendidikan
ini
juga
bertujuan
untuk
mempersiapkan seluruh warga negara agar dapat menjadi bagian
dari masyarakat global yang cerdas (Nurmalisa Y et al., 2020).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah
mata pelajarn yang dapat mengembangkan dan memelihara nilainilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Indonesia, serta
menanamkan nilai-nilai hak dan kewajiban warga negara. Melalui
mata pelajaran ini, diharapkan siswa dapat mencerminkan nilai-nilai
tersebut dalam perilaku sehari-hari mereka, baik sebagai individu
maupun sebagai bagian dari masyarakat. Selain itu, PPKn juga
memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan tentang hubungan
antarwarga dan negara, serta pendidikan dasar tentang bela negara,
agar siswa dapat menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan negara. PPKn juga dianggap sebagai upaya pendidikan
untuk mempersiapkan generasi penerus agar memiliki pemikiran
yang tajam, kesadaran yang tinggi terhadap hak dan kewajiban, serta
mampu menjadi bagian dari masyarakat global yang cerdas.
b. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Tujuan
pembelajaran
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan (PPKn), menurut Departemen Pendidikan
Nasional (2006:49) dalam (Magdalena et al., 2020), adalah untuk
memberikan kemampuan-kemampuan berikut:
1) Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
Kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung
jawab, serta
bertindak secara sadardalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar
dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsalain.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia
secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Secara umum, tujuan negara dalam mengembangkan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah untuk membentuk
setiap individu menjadi warga negara yang baik, yakni individu
yang memiliki kecerdasan baik secara intelektual, emosional, sosial,
maupun spiritual, serta memiliki rasa bangga dan tanggung jawab
terhadap
negara
(civics
responsibility),
dan
mampu
aktif
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan memahami
tujuan PPKn ini, dapat disimpulkan bahwa PPKn bertujuan untuk
menanamkan konsep kenegaraan dan mendorong implementasi
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
c. Karakteristik Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 58 tahun 2014 halaman 221 dalam (Kemendikbud, 2021)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1) Nama
mata
pelajaran
yang
semula
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) telah diubah menjadi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
2) Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
berfungsi sebagai mata pelajaran yang memiliki misi
pengokohan kebangsaan dan penggerak pendidikan karakter
yang bersumber kan nilai dan moral Pancasila.
3) Mengorganisasikan pengembangan Kompetensi Dasar (KD)
PPKn dalam bingkai Kompetensi Inti (KI) yang secara
psikologis-pedagogis menjadi pengintegrasi kompetensi peserta
didik
secara
utuh
dan
koheren
dengan
penanaman,
pengembangan, dan/atau penguatan secara utuh dan koheren
dengan penanaman, pengembangan, dan/atau penguatan nilai
dan moral Pancasila; nilai dan norma UndangUndang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; nilai dan semangat
Bhinneka Tunggal Ika; serta Wawasan dan Komitmen Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
4) Mengembangkan dan menerapkan berbagai model pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
secara
holistik/utuh
dalam
rangka
peningkatan kualitas belajar dan pembelajaran yang berorientasi
pada pengembangan karakter peserta didik sebagai warga negara
yang cerdas dan baik secara utuh dalam proses pembelajaran
otentik (authentic instructional and authentic learning) dalam
bingkai integrasi Kompetensi Inti (sikap, pengetahuan, dan
keterampilan).
5) Mengembangkan dan menerapkan berbagai model penilaian
proses pembelajaran dan hasil belajar PPKn menggunakan
penilaian otentik (authentic assessment). Penilaian otentik harus
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik,
baik
dalam
rangka
mengobservasi,
menalar,
mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian otentik cenderung
fokus
pada
tugas-tugas
kompleks
atau
kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi
dalam pengaturan yang lebih otentik.
B. Variabel Y
1. Sikap Nasionalisme
a. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme adalah perasaan kebanggaan, memiliki,
menghargai, menghormati, dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap
orang di negara tempat mereka tinggal. Rasa nasionalisme ini
tercermin dalam perilaku membela dan melindungi tanah airnya,
menjaga dan melindungi tanah airnya, melestarikan warisan budaya
dan sejarahnya, tolong menolong satu sama lain, dan rela berkorban
demi kepentingan bangsa dan negara mereka sendiri (Andara et al.,
2021).
Secara umum, menurut (Sulastri, 2021) Nasionalisme adalah
sebuah rasa cinta tanah air yang dapat dijelaskan sebagai keadaan
mental di mana seseorang memberikan kesetiaan total yang secara
langsung ditujukan kepada negara.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa Nasionalisme adalah perasaan kebanggaan, penghargaan,
dan loyalitas terhadap negara tempat seseorang tinggal. Hal ini dapat
tercermin dalam perilaku membela dan melindungi tanah air,
melestarikan budaya dan sejarah, tolong-menolong, dan rela
berkorban demi kepentingan bangsa. Kesetiaan total diberikan
kepada negara dalam bentuk cinta tanah air.
b. Pengertian Sikap Nasionalisme
Sikap nasionalisme adalah kesetiaan warga Indonesia terhadap
negara mereka dan keinginan untuk melestarikan keanekaragaman
budayanya. Sikap nasionalisme juga dapat diartikan sebagai kerja
sama warga untuk menjaga keutuhan negara. Untuk menjaga budaya
dan nasionalisme Indonesia tetap hidup, generasi penerus sangat
penting (Sulastri, 2021).
Menurut (Setianingsih et al., 2021) Sikap nasionalisme adalah
bentuk perasaan terhadap gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran yang
bersifat nasional, di mana terdapat rasa cinta terhadap tanah air yang
disatukan oleh rasa senasib sepenanggungan dan kesamaan sejarah
di masa lalu dengan tujuan menanamkan rasa cinta, kesetiaan, dan
keinginan untuk meningkatkan negara demi mewujudkan cita-cita
bersama.
Selanjutnya, menurut (Andara et al., 2021) secara garis besar
sikap nasionalime dapat diartikan sebagai berikut:
1. Paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu kepada
negara dan bangsa.
2. Tingginya semangat kebangsaan, yaitu semangat cinta terhadap
bangsa dan tanah air.
3. Suatu sikap politik dan sosial dari kelompok-kelompok
suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, bangsa
dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan sehingga
merasakan adanya kesetiaan mendalam terhadap kelompok
bangsa itu.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa sikap nasionalisme adalah kesetiaan dan kecintaan terhadap
negara dan bangsa, serta kerja sama untuk menjaga keutuhan negara.
Sikap ini juga mencakup kerja sama warga dalam menjaga keutuhan
negara. Untuk mempertahankan budaya dan nasionalisme, dimana
peran dari para generasi penerus bangsa sangat penting. Sikap
nasionalisme juga mencakup perasaan terhadap gagasan-gagasan
nasional, dengan tujuan menanamkan rasa cinta, kesetiaan, dan
keinginan untuk meningkatkan negara demi mencapai cita-cita
bersama.
c. Indikator Sikap Nasionalisme
Indikator adalah merujuk pada tindakan yang dapat diukur atau
diamati untuk menilai pencapaian suatu keterampilan. Dalam hal
penilaian sikap, indikator mencakup tanda-tanda perilaku yang
dapat dilihat oleh guru sebagai cerminan dari sikap yang sedang
dinilai. Adapun indikator dari sikap Nasionasime menurut
(Cahyaningtiyas et al., 2023) sebagai berikut:
1. Cinta tanah air dan bangsa.
2. Menghargai jasa para pahlawan.
3. Rela berkorban untuk bangsa.
4. Bangga sebagai bangsa Indonesia.
5. Bangga pada keanekaragaman budaya bangsa.
6. Mengutamakan kepentingan Bersama.
d. Ciri-ciri Sikap Nasionalisme
Ciri-ciri dari orang rang yang memiliki sikap nasionalisme
menurut (Sulastri, 2021) ditandai oleh patriotisme, kemauan untuk
berkorban demi kepentingan bersama, menghargai serta menjaga
keberagaman budaya, peduli terhadap sesama, tidak diskriminatif,
dan loyal terhadap bangsa dan negara.
C. Hasil Penelitian Relevan
Ada beberapa penelitian terdahulu yang digunakan penulis sebagai
rujukan, diantaranya yaitu:
1. Ade Laila Rahma (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Value Clarification Tehnique (VCT) Terhadap
Sikap Nasionalisme Siswa Pada Pembelajaran Tematik Di Kelas V
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pekanbaru”. Hasil dari penelitian yang
dilakukan Ade Laila Rahma yaitu ada pengaruh yang signifikan pada
penggunaan model pembelajaran VCT terhadap sikap nasionalisme
siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pekanbaru. Persamaan
penelitian
tersebut
dengan
penelitian
ini
adalah
sama-sama
menggunakan model pembelajaran VCT dan menggunakan jenis
penelitian kuantitatif. Namun perbedaan dengan penelitian ini adalah
terdapat pada pembelajaran yang dilakukan pada pembelajaran tematik
sedangkan pada penelitian ini dilakukan dalam mata pelajarn PPKn, hal
ini terjadi karena tedapat perbedaan kurikulum pada sekolah yang
dilakukan sebagai tempat penelitian. Tempat yang diteliti yaitu
dilakukan pada siswa kelas VA dan VB SDN Pantai Bahagia 01 tahun
ajaran 2022/2023, sedangkan penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas
V SD Negeri 010 Sungai Kunjang Tahun Ajaran 2023/2024.
2. Nurjannah (2021) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran
Value
Clarification
Technique (VCT)
Terhadap
Pemahaman Nilai Nasionalisme Siswa Kelas IV SDN Pante Cermin
Kabupaten Aceh Barat”. Hasil penelitiannya adalah pengaruh model
pembelajaran
Value
Clarification
Technique
(VCT)
terhadap
pemahaman nilai nasionalisme siswa Kelas IV SDN Pante Cermin
secara signifikan lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan
penerapan model Ekspositori. Persamaan penelitian tersebut dengan
penelitian ini adalah sama-sama menerapkan pembelajaran VCT pada
penelitiannya dan menggunakan jenis penelitian kuantitatif serta
menggunakan mata pelajaran yang sama yaitu PPKn. Namun perbedaan
dengan penelitian ini yaitu terlihat pada judul, penelitian tersebut
menggunakan variabel yang diteliti mengenai nilai nasionalisme siswa,
perbedaan lainnya juga terdapat pada kelas eksperimen yaitu pada siswa
kelas IV sedangkan pada penelitian ini menggunakan kelas eksperimen
pada siswa kelas V.
3. Nabila Cahyaningtiyas (2023) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
Terhadap Sikap Nasionalisme Peserta Didik Dalam Pembelajaran
PKN”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh
yang signifikan terjadi pada kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran VCT dalam pembelajaran PPKn. Persamaan
penelitian
tersebut
dengan
penelitian
ini
adalah
sama-sama
menggunakan model pembelajaran VCT dan menggunakan jenis
penelitian kuantitatif serta menggunakan mata pelajaran yang sama
yaitu PPKn. Namun perbedaan dengan penelitian ini adalah terdapat
pada tempat yang diteliti yaitu penelitian dilakukan pada siswa kelas VA
dan VB SDN Pantai Bahagia 01 tahun ajaran 2022/2023 sedangkan
penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas V SD Negeri 010 Sungai
Kunjang Tahun Ajaran 2023/2024.
D. Kerangka Berpikir
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan
mata pelajaran yang menitikberatkan pada ranah afektif atau sikap, mata
pelajaran PPKn bertujuan untuk mengembangkan siswa menjadi manusia
Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. PPKn
merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai tingkat sekolah dasar. Pada
hakikatnya nilai-nilai dalam PPKn sudah diterapkan kepada siswa sebelum
memasuki sekolah dasar melalui pendidikan yang dilakukan oleh orang tua
dan pengaruh lingkungan sekitar. nilai-nilai PPKn tersebut sudah
membekas pada diri siswa mulai dari rumah dengan menerapkan kebiasaankebiasaan hidup yang baik.
Upaya yang dapat dilakukan guru agar pembelajaran PPKn menjadi
efektif dan inti dari pembelajaran PPKn dapat dimengerti dan benar-benar
diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan
menerapkan
suatu
model
pembelajaran
yang
bervariasi.
Model
pembelajaran afektif yang bisa diterapkan dalam pembelajaran PPKn yaitu
model pembelajran Value Clarification Tecnique (VCT). Model
pembelajaran VCT merupakan model pembelajaran yang memberikan
penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan
perbuatannya sendiri untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilainilai nasionalisme.
Pendidikan adalah faktor utama dalam menciptakan keadaban dan
kebajikan seorang siswa, penyebab etika sopan santun yang kurang
memuasakan dapat berasal dari dalam diri siswa dan berasal dari lingkungan
siswa belajar. sebagai seorang pendidik di sekolah, guru memiliki tanggung
jawab secara moral untuk mengarahkan dan membantu siswa berperilaku
baik, melindungi mereka dari hal-hal yang akan merusak kepribadiannya.
Hasil yang diharapkan dari belajar dengan menerapkan model VCT adalah
perubahan tingkah laku siswa baik terkait pemahaman nilai, keterampilan,
maupun dilihat dari aspek sikap nasionalisme siswa.
Gambar 2.1, Kerangka Berpikir
Model Value
Clarification Tecnique
(VCT)
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn)
Tahapan Awal
Angket sikap
Nasionalisme
Louis Raths pada
tahun 1950-an
pretest
Teori Belajar
Humanistik
Model VCT berkaitan
1. Memilih
dengan pembelajaran
2. Menghargai
berbasis nilai
3. Bertindak
Tahapan Akhir
Angket sikap
nasionalisme
postest
Pengaruh Model
Berpengaruh
VCTterhadap Sikap
Nasionalisme Siswa
E. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono hipotesis merupakan jawaban
sementara
terhadap rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka yang
menjadi hipotesis pada penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Model
Pembelajaran Value Clarification Tecnique (VCT) dalam Pembelajaran
PPKn terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas V SD Negeri 010 Sungai
Kunjang”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitain ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
eksperimen. metode penelitian eksprimen adalah metode penelitian yang
digunakan untuk mencari perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2016:107). Metode penelitian yang
digunakan adalah metode peneitian quasi eksperimen. Penelitian ini
melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol yang dibandingkan. Kelompok eksperimen akan memperoleh
perlakuan melalui model pembelajaran value clarification technique (VCT),
sedangkan kelompok pengendalian/kontrol akan mendapatkan metode
konvensional. Dua kelompok tersebut diberikan pretest dan postest. Pretest
diberikan untuk mengetahui keadaan awal terhadap sikap nasionalisme
adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Desain penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent control
group design. Sebelum diberi treatment, baik kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol diberi test yaitu pretest, dengan maksud untuk
mengetahui keadaan kelompok sebelum treatment. Kemudian setelah
diberikan treatment, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan
test yaitu posttest, untuk mengetahui keadaan kelompok setelah treatment.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitiain ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 010 Sungai
Kunjang yang berada di Jl. Moh. Said No.53, RT.27, Lok Bahu, Kec. Sungai
Kunjang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur 75243.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi digunakan untuk memaparkan semua elemen
dari suatu wilayah yang nantinya akan menjadi sasaran dalam sebuah
penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa
kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang yaitu sebanyak 2 kelas yang
terdiri dari 44 siswa, dimana kelas VA sebanyak 32 siswa dan kelas VB
sebanyak 30 siswa.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang ada pada
populasi. Adanya sampel bertujuan untuk memberikan kemudahan
penelitian apabila populasi besar dan tidak memunginkan untuk
mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan waktu,
biaya, dan tenaga. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan total sampling yaitu semua populasi dijadikan sebagai
sampel.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan sebagai pengumpul data dalam
suatu penelitian yang dirancang dan dibuat sedemikian rupa yang akan
digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian yang digunakan
tersebut akan menentukan kualitas data yang terkumpul. Istrumen dalam
penelitian ini yaitu:
1. Angket
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan berupa angket.
Angket ini akan diberikan kepada responden sebanyak dua kali yaitu
angket pretest dan posttest. Pretest dilakukan sebelum melaksanakan
pembelajaran dan posttest setelah pembelajaran akhir dan setelah
diberikannya perlakuan. Pemberian angket dua kali tersebut dilakukan
untuk mengukur sikap nasionalisme siswa sebelum dan setelah
diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran VCT
dalam mata pelajaran PPKn.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Lembar Observasi
Observasi menggunakan lembar pengamatan yang dirancang oleh
peneliti sesuai dengan model pembelajaran Value Clarification
Tehnique VCT yang memuat aktifitas guru.
2. Angket
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan angket. Angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Angket (kuesioner) merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Angket sikap terdiri dari pertanyaan yang akan di isi oleh responden,
untuk mengetahui apakah pertanyaan yang akan di isi oleh responden,
untuk mengetahui apakah pertanyaan itu didukung atau ditolak dapat
diketahui melalui rentang nilai tertentu. Dengan demikian akan
menghasilkan total skor bagi setiap responden. Pernyataan dalam angket
variabel sikap nasionalisme siswa (variabel Y) disajikan dalam bentuk
skala likert, sebagai berikut:
SL
:Selalu
Skor 5
SR
:Sering
Skor 4
KK/N :Kadang-kadang/Netral
Skor 3
JR
:Jarang
Skor 2
TP
:Tidak Pernah
Skor 1
Pernyataan yang telah diberi skor tersebut, selanjutnya dicocokkan
dengan kategori yang telah ditentukan, yaitu:
81% - 100% dikategorikan sangat baik/sangat tinggi
61% - 80% dikategorikan baik/tinggi
41% - 60% dikategorikan cukup baik/sedang
21% - 40% dikategorikan kurang baik/rendah
0% - 20% dikategorikan tidak baik/sangat rendah
3. Dokumentasi
Dokumentasi peneliti peroleh dari pihak-pihak terkait, untuk
mengetahui sejarah sekolah, keadaan guru dan siswa, sarana dan
prasarana, yang ada di SD Negeri 010 Sungai Kunjang.
F. Uji Coba Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Setelah diuji cobakan kepada siswa, instrument tes tersebut diuji
validitasnya. Karena instrument yang valid dapat memberikan
gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau
keadaan sesungguhnya.
Penentuan valid atau tidak validnya pernyataan adalah dengan cara
membandingkan thitung dengan ttabel guna menentukan apakah butir
tersebut valid atau tidak valid, dengan ketentuan sebagai berikut:47
1. Jika thitung lebih kecil dari (<) ttabel maka butir tersebut invalid
(tidak valid)
2. Jika thitung lebih besar dari (>) ttabel maka butir tersebut vali
Setelah diketahui apakah butir soal tersebut valid atau tidak, maka
langkah selanjutnya kita dapat memberikan penafsiran terhadap
koefisien korelasi yang ditentukan tersebut besar atau kecil. Anget
dikatakan jika memiliki nilai rhitung > rtabel (N=30, rtabel taraf
signifikan 5% sebesar 0,361)
2. Uji Realibilitas
Reliabilitas mengacu pada instrument yang dianggap dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan karena instrument
tersebut sudah baik. Instrument yang sudah dapat dipercaya (reliabel)
akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula. Jika datanya benar
dan dapat dipercaya (sesuai dengan kenyataannya, maka meskipun
pengambilan data dilakukan berulang kali hasilnya tetap akan sama.
Dengan demikian instrument yang reliabel dapat diandalkan sebagai
instrument penelitian).
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur
yang biasanya digunakan angket atau kuisioner (apakah alat ukur
tersebut akan mendapatkan pengukuran yang tetap konsisten jika
pengukuran diulang kembali).
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kuantitatif
Teknik analisis data digunakan untuk mengolah data yang diperoleh
peneliti yang kemudian akan ditarik suatu kesimpulan dari data tersebut.
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel X
(Model Pembelajaran Value Clarification Technique ) dalam mata
pelajaran PPKn terhadap variabel Y (Sikap Nasionalisme Siswa).
Sebelum masuk ke rumus statistik, terlebih dahulu data yang diperoleh
untuk masing-masing alternative jawaban dicari persentase jawabannya
pada item pertanyaan masing-masing variabel dengan rumus:
𝑃=
𝑓
𝑥 100%
𝑁
Keterangan:
𝑓 : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Jumlah frekuensi atau banyaknya individ
P : Angka persentase
Data yang dipresentasekan kemudian direkapitulasi dan diberi
kriteria sebagai berikut:
a. 81% - 100 % dikategorikan sangat baik
b. 61% - 80% dikategorikan baik
c. 41% - 60% dikategorikan cukup baik
d. 21% - 40% dikategorikan kurang baik
e. 0% - 20% dikategorikan tidak baik
2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah ada data sampel
berdistribusi normal dan tidak. Statistika yang digunakan dalam uji ini
adalah uji chi-kuadrat sebagai berikut:
(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)
𝑋 =𝛴
2!
2
2
Keterangan:
𝑋2
: Nilai Normalitas Hitung
𝑓𝑜
: Frekuensi yang diperoleh dari data penelitian
𝑓ℎ
: Frekuensi yang diharapkan
Menurut x2 tabel dengan dk= k-1 dan taraf signifikan 5% kaidah
keputusan:
Jika 𝑋 2 hitung > 𝑋 2 tabel maka data berdistribusi tidak normal
Jika 𝑋 2 hitung < 𝑋 2 tabel maka data berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Uji variansi ini bertujuan untuk melihat apakah kedua data homogen
atau tidak. Uji homogen yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah uji F, yaitu:
variasi Terbesar
F ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = variasi Terkecil
Menentukan Ftabel dengan dk pembilang = n1 – 1 dan dk penyebut
= n2 – 1 dengan taraf signifikan 0,05. Kaidah keputusan:
Jika, F hitung > F tabel berarti tidak homogen
Jika, F hitung ≤ F tabel berarti homogen
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
independen sample t-test. Uji ini berguna untuk melakukan pengujian
terhadap dua sample yang saling berhubungan atau korelasi atau disebut
sample yang berpsangan yang berasal dari populasi yang memiliki ratarata sama. Rumus yang digunakan adalah:
𝘵𝑜 =
M1 − M2
SE M1 − M2
Keterangan:
M1
: Mean skor sesudah pemberian perlakuan
M2
: Mean skor sebelum pemberian perlakuan
SE M1- M2
: Standar Error perbedaan antara M1 dengan M2
Independent
sample
t-test
menunjukkan
besarnya
signifikansi,dengan kaidah:
a) Jika = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai sig. atau (ɑ= 0,05 ≤
sig.), maka H𝟶 diterima atau Ha ditolak
b) Jika = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai sig. atau (ɑ = 0,05 ≥
sig.), maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Independent sample t-test menunjukkan nilai t hitung, dengan kaidah:
a) Jika t hitung ≥ t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
b) Jika t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, A., & Fatimah, S. (2021). Value clarification technique short video (vctsv)
learning model to increase the value of affective learning of collage students
in pancasila Subject. International Journal of Social Sciences, 3(1), 190–199.
https://www.growingscholar.org/journal/index.php/%0Ahttps://www.growin
gscholar.org/journal/index.php/TIJOSSW/article/view/109
Andara, S., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Meningkatkan Semangat
Nasionalisme Melalui Pembelajaran Ppkn Di Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Tambusai , 5(3), 7733–7737.
Astawa, I. W. W., Putra, M., & Abadi, I. . G. S. (2020). Pembelajaran PPKn dengan
Model VCT Bermuatan Nilai Karakter
Meningkatkan Kompetensi
Pengetahuan Siswa. Jurnal Pedagogi Dan Pembelajaran, 3(2), 199.
https://doi.org/10.23887/jp2.v3i2.25677
Cahyaningtiyas, N., Ananthia, W., & Furnamasari, Y. F. (2023). Pengaruh Model
Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Terhadap Sikap
Nasionalisme Peserta Didik Dalam Pembelajaran PKN. Jurnal Bintang
Pendidikan
Indonesia
(JUBPI),
1(4),
59–73.
https://doi.org/10.55606/jubpi.v1i4.1983
Dhika Widarnandhana, I. G., Tria Ariani, N. W., & Jayadiningrat, M. G. (2023).
Peran Orangtua Dalam Persiapan Anak Usia Dini Menuju Pendidikan Sekolah
Dasar. Pratama Widya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 8(2), 144–155.
https://doi.org/10.25078/pw.v8i2.3103
DJ, N., & Jumardi, J. (2022). Peran Guru dalam Menanamkan Sikap Nasionalisme
terhadap Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(5), 8341–8348.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i5.3775
Juwariyah, S. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share dapat
Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Kasih Sayang pada Siswa Kelas I
di SDN 3 Bogoran Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek Semester 1
Tahun Pelajaran 2018/2019. Jurnal Pendidikan : Riset Dan Konseptual, 5(3),
391. https://doi.org/10.28926/riset_konseptual.v5i3.385
Kemendikbud. (2021). Konsep, Prinsip, dan Prosedur Pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. PPKn, 7–26.
Magdalena, I., Haq, A. S., & Ramdhan, F. (2020). Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar Negri Bojong 3 Pinang. Jurnal
Pendidikan
Dan
Sains,
2(3),
418–430.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/bintang
Nurasima, I. F. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification
Technique (Vct) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Smp Swasta Rahmat Islamiyah. Jurnal
Penelitian,
Pendidikan
Dan
Pengajaran:
JPPP,
1(2),
18.
https://doi.org/10.30596/jppp.v1i2.5261
Nurmalisa Y, Mentari A, & Rohman R. (2020). Peranan Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Dalam Membangun Civic Conscience. Bhineka Tunggal
Ika. Jurnal Kewarganegaraan, 7(1), 34–46.
Permatasari, D. R. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification
Technique (Vct) Tipe Percontohan Terhadap Prestasi Belajar Dan Tanggung
Jawab Materi Globalisasi. Dinamika Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 9(1),
23–28. https://doi.org/10.30595/dinamika.v9i1.4037
Setianingsih, W., Setianingsih, W., & Hanifah, N. (2021). Kecerdasan Intrapersonal
Dan Sikap Nasionalisme Terhadap Penguasaan Konsep Sejarah. Herodotus:
Jurnal
Pendidikan
IPS,
2(2),
125–136.
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/herodotus/article/view/7242
Sulastri. (2021). Peran Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Membentuk
Sikap Nasionalisme. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–
952., 2013–2015.
Sulfemi, W. B., & Mayasari, N. (2019). Peranan Model Pembelajaran Value
Clarification
Technique
Meningkatkan
Hasil
Berbantuan
Belajar
Ips.
Media
Audio
Visual
Jurnal
Pendidikan,
Untuk
20(1),
53.
https://doi.org/10.33830/jp.v20i1.772.2019
Theofilus, P. (2019). Riksa Bahasa. Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya.
Yustiana, S., & Sari, Y. (2022). Games in Learning Value Clarification Techniques:
An Alternative for Affective Learning in Elementary Schools. KnE Social
Sciences, 2022, 615–625. https://doi.org/10.18502/kss.v7i14.12015
LAMPIRAN
Angket (Kuesioner)
1. Tujuan
: Untuk mengetahui sikap nasionalisme siswa
2. Fokus
: Sikap nasionalisme
3. Kajian Pustaka/Teori
a. Pengertian
Sikap nasionalisme adalah kesetiaan warga Indonesia terhadap
negara mereka dan keinginan untuk melestarikan keanekaragaman
budayanya. Sikap nasionalisme juga dapat diartikan sebagai kerja sama
warga untuk menjaga keutuhan negara. Untuk menjaga budaya dan
nasionalisme Indonesia tetap hidup, generasi penerus sangat penting
(Sulastri, 2021).
Menurut (Setianingsih et al., 2021) sikap nasionalisme adalah
bentuk perasaan terhadap gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran yang
bersifat nasional, di mana terdapat rasa cinta terhadap tanah air yang
disatukan oleh rasa senasib sepenanggungan dan kesamaan sejarah di
masa lalu dengan tujuan menanamkan rasa cinta, kesetiaan, dan
keinginan untuk meningkatkan negara demi mewujudkan cita-cita
bersama.
b. Indikator
Adapun indikator dari sikap Nasionasime menurut (Cahyaningtiyas
et al., 2023) sebagai berikut:
1) Cinta tanah air dan bangsa.
2) Menghargai jasa para pahlawan.
3) Rela berkorban untuk bangsa.
4) Bangga sebagai bangsa Indonesia.
5) Bangga pada keanekaragaman budaya bangsa.
6) Mengutamakan kepentingan bersama.
KISI-KISI ANGKET
Variabel
Indikator
Cinta tanah air
dan bangsa
Deskriptor
1.
2.
Sikap
nasionalisme
Menghargai jasa
para pahlawan
Rela berkorban
untuk bangsa
Bangga sebagai
bangsa Indonesia
Mampu
bersikap
bangga
terhadap tanah
air
Mampu untuk
selalu
menghargai dan
menghormati
bangsa atau
identitas
nasional
1. Mampu untuk
menghargai jasa
para pahlawan
1. Mampu
menunjukkan
sikap rela
berkorban untuk
bangsa
1. Mampu
menunjukkan
sikap bangga
sebagai bangsa
indonesia
Item
Pertanyaan
1, 2, 3,
4, 5, 6, 7
15, 20
13, 19
Bangga pada
keanekaragaman
budaya bangsa.
Mengutamakan
kepentingan
bersama
1. Mampu
menunjukkan
sikap bangga
pada
keanekaragaman
budaya bangsa.
2. Mampu untuk
mengetahui apa
saja
keanekaragaman
budaya bangsa
3. Mampu untuk
melestarikan
keanekaragaman
budaya bangsa
1. Mampu untuk
melaksakan
kepentingan
Bersama
2. Mmapu untuk
saling
berinteraksi dan
bekerjasama
3. Mampu untuk
mengembangkan
kesadaran dalam
kepentingan
bersama
8, 9,
10, 11, 12, 14,
PENJABARAN ANGKET
Sebelum mengerjakan, isilah identitas anda di bawah ini :
Nama
:
Kelas
:
Jenis Kelamin
:
Tanggal Pengisian
:
Petunjuk pengerjaan angket:
1. Bacalah dan pahami dengan baik pernyataan-pernyataan di bawah ini
2. Jawablah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda
ceklist (√) pada pilihan jawaban yang paling mendekati benar menurut Anda.
3. Pengisian angket ini tidak akan mempengaruhi nilai akademik Anda. Jadi,
isilah dengan jujur dan sesuai keadaan yang sebenarnya.
4. Isilah dengan ketentuan pilihan jawaban sebagai berikut:
• SL
:Selalu
• SR
:Sering
• KK/N :Kadang-kadang/Netral
• JR
:Jarang
• TP
:Tidak Pernah
No
Pernyataan
1
Saya sangat bangga menjadi anak Indonesia
2
Saya sangat senang menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia dengan bangga
Saya merasa senang jika ada upacara bendera
di sekolah
Saya hormat pada lambang negara Indonesia,
yaitu Bendera Merah Putih.
3
4
SL
SR
N
JR TP
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Saya sering membaca tentang tokoh pahlawan
Indonesia
Saya senang belajar sejarah Indonesia di
sekolah
Saya jarang melupakan tanggal kemerdekaan
Indonesia, yaitu 17 Agustus.
Saya sering ikut kegiatan yang menghargai
budaya Indonesia, seperti Tari Tradisional atau
Musik Daerah.
Saya selalu berusaha menjaga kebersihan
lingkungan sekolah dan rumah.
Saya sering membantu teman yang sedang
kesulitan.
Saya selalu menghormati orang yang lebih tua.
Saya sering berpartisipasi dalam kegiatan
gotong royong.
Saya jarang merasa malu jika harus
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar.
Saya selalu menghargai perbedaan pendapat
dengan orang lain.
Saya sering berpikir tentang bagaimana cara
saya bisa berguna bagi negara Indonesia.
Saya selalu bersedia membela teman yang
sedang dijahati.
Saya sering berdoa untuk kesejahteraan
Indonesia.
Saya jarang mengikuti perilaku negatif yang
dapat merugikan lingkungan saya.
Saya selalu merasa bangga jika Indonesia
mendapat penghargaan atau prestasi di kancah
internasional.
Saya sering berharap bisa berkontribusi besar
bagi kemajuan Indonesia di masa depan.
Download