PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) DALAM PEMBELAJARAN PPKN TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA KELAS V SD NEGERI 010 SUNGAI KUNJANG TAHUN AJARAN 2023/2024 PROPOSAL Disusun Oleh : NURUL WIDAYANTI 2105116008 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2024 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Proposal yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Dalam Pembelajaran Ppkn Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang”. Proposal ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. Semoga proposal ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari tentang Metodologi Penelitian Pendidikan. Harapannya semoga proposal ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi proposal agar kedepannya dapat lebih baik. Proposal ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan proposal pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang. Samarinda, 19 Maret 2024 Nurul Widayanti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting bagi manusia untuk mengembangkan diri. Pendidikan artinya usaha sadar dan terencana untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup, sehingga bisa memiliki pandangan luas untuk kearah depan lebih baik, dan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas. Hal ini sejalan dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, Semua aspek proses belajar mengajar, seperti strategi, metode, media, dan model pembelajaran, harus terlibat dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut. Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) yaitu proses pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada anak-anak untuk mempersiapkan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan untuk membentuk karakter yang baik. Pendidikan sekolah dasar adalah tahap pertama dari jenjang pendidikan formal dan dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Dhika Widarnandhana et al., 2023). Pendidikan di SD biasanya dimulai dari kelas 1 hingga kelas 6, dengan fokus pada pembelajaran dasar seperti membaca, menulis, berhitung, IPA, IPS, PPKN, seni, olahraga, dan pendidikan agama. (Juwariyah, 2021) menyatakan bahwa sebelum melakukan kegitan belajar mengajar pendidik harus mempersiapkan pelajaran dan memahami karakteristik materi pelajaran serta model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Model pembelajaran yang menarik, inovatif, dan menyenangkan lebih disarankan untuk diterapkan selama proses pembelajaran. Semua mata pelajaran memiliki karakteristik yang unik, yang sebagian besar dipengaruhi oleh jenis keilmuan yang terkandung dalam masing-masing mata pelajaran. Perbedaan karakteristik antara mata pelajaran yang berbeda akan menyebabkan perbedaan dalam metode pengajaran dan cara siswa belajar dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran lain. Pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) sangat memengaruhi sikap nasionalisme siswa Indonesia. Nasionalisme adalah bagian penting dari karakter seorang bangsa yang cinta akan negara dan bangsanya sendiri. Oleh karena itu, penggunan model pembelajaran yang efektif sangat penting untuk meningkatkan nasionalisme siswa, terutama di sekolah dasar. PPKN adalah pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa di sekolah dasar untuk menyiapkan individu yang dapat bertanggung jawab untuk memajukan dan mempertahankan keutuhan negara di masa mendatang dari persaingan internasional (Astawa et al., 2020). Pentingnya pembelajaran PPKN yang mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan dalam setiap materi pelajaran. Pembelajaran yang hanya bersifat teoritis tanpa memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari akan sulit membuat mereka memiliki sikap nasionalisme yang kuat. Nasionalisme adalah bagian penting dari pembentukan karakter bangsa yang cinta akan negara dan bangsanya. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) sangat memengaruhi sikap nasionalisme siswa Indonesia mengingat pada saat ini pengaruh globalisasi yang semakin kuat juga menjadi tantangan dalam pembentukan sikap nasionalisme siswa. Budaya asing yang masuk melalui berbagai media, seperti internet dan televisi, dapat menggeser nilai-nilai kebangsaan dalam pikiran siswa. Diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat menguatkan pemahaman siswa tentang identitas nasional dan membangkitkan rasa cinta tanah air. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengembangkan strategi pendidikan yang berguna untuk menumbuhkan nasionalisme siswa, terutama di sekolah dasar. Model pembelajaran Value Clarification Technique Value Clarification Technique (VCT) adalah satu jenis pembelajaran moral yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak nilai yang diketahui siswa dan seberapa banyak nilai yang mereka miliki untuk meningkatkan atau memperbaikinya. Model ini juga bertujuan untuk mengajarkan siswa cara menilai, menerima, dan membuat keputusan tentang hal-hal yang positif atau negatif. Nasionalisme adalah rasa semangat cinta tanah air, keinginan untuk menguasai kekuasaan, dan kesepakatan untuk membingkai negara berdasarkan identitas yang disepakati dan berfungsi sebagai langkah pertama dan tujuan dalam melakukan perbaikan sosial dan ekonomi (DJ & Jumardi, 2022). Setiap individu seharusnya memiliki rasa nasionalisme, sehingga upaya untuk menanamkan sikap ini dianggap sangatlah penting dan dapat menjadi modal yang berharga dalam membangun ketahanan negara. Agar siswa mencintai tanah airnya dan tidak mudah dipengaruhi oleh efek negatif globalisasi, sikap nasionalisme harus ditanamkan sejak dini. Namun, belakangan ini kita melihat bahwa kurangnya sikap nasionalisme menyebabkan siswa kurang menghargai guru dan temannya, tidak hapal lagu nasional, lebih suka produk asing, kurang menghargai jasa pahlawan, dan banyak siswa yang bolos upacara bendera dan kura-kura. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dan relevan pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) sangat penting untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan siswa terhadap nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan, meningkatkan minat, pemahaman, serta sikap positif siswa terhadap mata pelajaran PPKN. Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan sikap nasionalisme siswa. Model pembelajaran ini bertujuan untuk membantu siswa menemukan, memahami, dan memprioritaskan nilai-nilai yang penting bagi mereka. Dengan menerapkan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dalam pembelajaran PPKN, diharapkan siswa akan lebih memahami dan menginternalisasi nilai-nilai nasionalisme. Dengan mempertimbangkan tantangan yang ada di atas, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut apakah ada pengaruh model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dalam pembelajaran Ppkn terhadap sikap nasionalisme siswa, maka peneliti mengadakan penelitian ini tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Dalam Pembelajaran PPKN Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang Tahun Pelajaran 2023/2024”. Peneliti berharap dengan adanya model pemebelajaran Value Clarification Technique (VCT) sebagai model yang digunakan dalam pembelajarn PPKN dapat berpengaruh terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang. B. Identifikasi Masalah Ada beberapa masalah yang diidentifikasi berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, yaitu: 1. Permasalahan kemerosotan sikap nasionalisme siswa, diantaranya: tidak menghormati pengajar atau guru, tidak mengikuti upacara bendera, suka berbicara kotor, dan tidak menjaga fasilitas sekolah. 2. Adanya pengaruh globalisasi semakin pesat menjadi tantangan dalam pembentukan sikap nasionalisme siswa dapat mencakup beberapa aspek, antara lain: masuknya budaya asing yang dapat mempengaruhi budaya lokal dan mengurangi kepedulian siswa terhadap budaya dan prinsip nasional melalui media dan teknologi, serta mengubah cara mereka membeli barang-barang asing daripada barang-barang lokal. 3. Proses pembelajaran PPKN menggunakan model atau metode konvensional, sehingga kualitas pembelajaran terlihat masih rendah. Akibatnya, pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam pembelajaran PPKn di sekolah dasar saat ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan untuk meningkatkan karakter siswa tidak tercapai, seperti yang ditunjukkan oleh penurunan sikap nasionalisme siswa. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan sejumlah masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya, penulis membatasi cakupan masalah dengan fokus pada permasalahan tertentu agar penelitian ini lebih terarah dan tepat sasaran. Dari pembatasan masalah ini, penelitian akan difokuskan pada penerapan model pemlajaran Value Clarification Technique (VCT) terhadap sikap nasionalisme siswa. D. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang muncul adalah “Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dalam pembelajarn PPKN berpengaruh terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang ?” E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dalam pembelajaran PPKN terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang. F. Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguuna secara teoritis dan praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis kegunaan yang di dapat dari penelitian mengenai pengaruh penggunaan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dalam pembelajaran PPKN terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang yaitu dapat dimanfaatkan untuk pengetahuan sosial terutama pada mata pelajaran PPKN dan memberikan bantuan informasi bagi peneliti yang akan meneliti permasalahan yang sama. 2. Manfaat Praktis Secara praktis kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi baru dan masukan tentang pengaruh model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) baik kepada siswa maupun kepada guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Variabel X 1. Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) a. Pengertian Model Value Clarification Technique Value Clarification Technique atau yang biasa di sebut dengan singkatan VCT adalah model pembelajaran nilai yang dapat membantu siswa menentukan nilai-nilai hidup yang sesuai dengan tujuan hidup mereka dan menginternalisasikannya untuk menjadi pedoman dalam bertindak atau bersikap (Nurasima, 2020). Pengertian lain yang hampir sama di kemukakan oleh (Yustiana & Sari, 2022) bahwa Value Clarification Technique (VCT) adalah merupakan salah satu jenis pembelajaran yang dirancang sebagai pembelajaran afektif, VCT adalah model pengajaran yang membantu siswa menemukan dan menentukan nilai yang dianggap baik untuk menyelesaikan masalah. Metode ini menganalisis nilai-nilai yang sudah ada dan menanamkannya dalam diri siswa. Istilah lain yang hampir sama maknanya dengan pengertian yang dijelaskan oleh (Sulfemi & Mayasari, 2019) bahwa model Value Clarification Technique (VCT) adalah model pengklarifikasian sikap yang dapat membantu peserta didik menemukan dan menentukan nilai yang dianggap baik dalam menangani masalah, hal ini dilakukan dengan menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri peserta didik. Sependapat dengan pengertian sebelumnya, menurut (Permatasari, 2019) bahwa model pembelajaran ini berfokus pada penanaman nilai, siswa membangun kesadaran emosional tentang nilai mereka melalui proses pembelajaran yang kritis dan emosional untuk mendefinisikan dan menguji apa itu kebenaran, kebaikan, keadilan, kelayakan, atau ketepatan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Value Clarification Technique (VCT) sebuah model pembelajaran nilai yang membantu siswa untuk menemukan, menentukan, dan menginternalisasi nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupan mereka. VCT membantu siswa dalam menyelesaikan masalah, membangun kesadaran emosional tentang nilai-nilai mereka, dan menguji konsep-konsep seperti kebenaran, kebaikan, keadilan, kelayakan, dan ketepatan. Model ini berfokus untuk membantu siswa dalam memahami dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut sehingga dapat menjadi pedoman dalam bertindak dan bersikap. b. Tujuan Model Pembelajaran Value Clarification Technique Tujuan Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) menurut (Theofilus, 2019) diantaranya yaitu: 1) Untuk mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai. 2) Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik tingkatannya maupun sifatnya (positif dan negatifnya) untuk kemudian dibina ke arah peningkatan dan pembetulannya. 3) Untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa. 4) Melatih siswa bagaimana cara menilai, menerima, serta mengambil keputusan terhadap sesuatu persolan dalam hubungannya dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat. c. Prinsip-prinsip Model Value Clarification Technique Prinsip Model Value Clarification Technique (VCT) menurut (Yustiana & Sari, 2022) sebagai berikut: 1) Penanaman nilai dan perubahan sikap dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain potensi diri, emosi, intelektual, norma nilai masyarakat, sistem pendidikan, serta lingkungan keluarga dan bermain. 2) Sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh stimulus yang diterima siswa dan kekuatan nilai-nilai yang dimiliki siswa. 3) Nilai, moral, dan norma bersifat dipengaruhi oleh faktor perkembangan, sehingga guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan moral setiap siswa. 4) Perubahan sikap dan nilai memerlukan keterampilan memperjelas nilai secara rasional, sehingga timbul kesadaran diri, bukan karena rasa kewajiban. 5) Perubahan nilai memerlukan keterbukaan antara guru dan siswa. d. Kelebihan dan Kekurangan Model Value Clarification Technique Semua model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan ketika diterapkan. Menurut (Yustiana & Sari, 2022), beberapa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran VCT adalah sebagai berikut: 1) Kelebihan model pembelajaran VCT a) Pendidikan nilai membantu siswa untuk mengolah kesadaran dan mengidentifikasi nilai-nilai dirinya dan nilai-nilai orang lain b) Pendidikan nilai membantu siswa untuk mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan terhadap nilai-nilainya sendiri. c) Pendidikan nilai membantu siswa agar mampu menggunakan kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional secara bersama-sama, untuk memahami perasaan, nilai, sikap dan pola perilaku. 2) Kekurangan model pembelajaran VCT Model Pembelajaran VCT juga memiliki kelemahan yang sering muncul saat diterapkan, seperti: proses pembelajaran dilakukan langsung oleh guru, artinya guru menanamkan nilainilai yang menurutnya baik tanpa memperhatikan nilai-nilai yang sudah tertanam di dalamnya. siswa. Akibatnya sering terjadi konflik dalam diri siswa karena ketidaksesuaian antara nilai-nilai lama yang telah terbentuk dengan nilai-nilai baru diberikan oleh guru. Siswa seringkali mengalami kesulitan dalam menyelaraskan nilai-nilai lama dan baru. Berdasarkan hal tersebut, guru harus mempunyai trik tersendiri untuk mengatasi kelemahannya. e. Macam-macam Bentuk Model Value Clarification Technique Menurut (Ananda & Fatimah, 2021), terdapat beberapa macam bentuk Value Clarification Technique (VCT), yaitu: 1) VCT untuk menganalisis suatu masalah yang sedang menjamur saat ini. 2) Jenis VCT meliputi daftar baik buruk, daftar tingkat urutan, daftar skala prioritas, daftar rangkaian gejala, daftar penilaian diri, daftar membaca pikiran orang lain tentang diri kita sendiri, dan perisai. 3) Penggunaan kartu sederhana meliputi materi pokok kesalahan, berpikir positif dan negatif serta pemecahan masalah pendapat siswa yang ditemukan dalam kehidupan. 4) Penggunaan teknik wawancara yaitu untuk memberikan keberanian dan kemampuan siswa mengidentifikasi sudut pandang siswa terhadap lawan bicara mereka. f. Langkah-langkah Model Value Clarification Technique John Jarolimek (1974) dalam (Theofilus, 2019) menjelaskan proses pembelajaran VCT dalam 7 tahap, yang dibagi menjadi 3 tingkat. Tahapan-tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1) Kebebasan Memilih Pada tingkat ini terdapat 3 tahapan, yaitu: a) Memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang menurutnya baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh. b) Memilih dari beberapa alternatif. Artinya, untuk menentukan pilihan dari beberapa alternatif pilihan secara bebas. c) Memilih setelah dilakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat pilihannya. 2) Menghargai Pada tingkat ini terdapat 2 tahapan, yaitu: a) Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi bagian integral dari dirinya. b) Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum. Artinya, bila kita menganggap nilai itu suatu pilihan, maka kita akan berani dengan penuh kesadaran untuk menunjukkan 3) Bertindak atau Berperilaku Pada tingkat ini terdapat 2 tahapan, yaitu: a) Kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya. b) Mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya. Artinya, nilai yang menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupannya sehari-hari. g. Klasifikasi Langkah-langkah Model Pembelajaran Value Clarification Technique Adapun klasifikasi langkah-langkah Model Pembelajaran VCT menurut (Yustiana & Sari, 2022) sebagai berikut: 1) Memilih a) Memilih secara bebas b) Memilih dari berbagai alternative c) Memilih dari berbagai alternatif setelah mempertimbangkan konsekuensi dari setiap alternatif 2) Menghargai a) Menghargai dan senang dengan pilihannya b) Bersedia mengakui/menegaskan pilihannya di depan umum 3) Bertindak atau Berperilaku a) Kemauan untuk mencoba b) Berulang kali bertindak sesuai pilihannya sampai akhirnya menjadi pola hidupnya. 2. Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) a. Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan dan memelihara nilai-nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Indonesia, tujuan nilai-nilai ini adalah agar tercermin dalam perilaku sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Mata pelajaran ini juga memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan tentang hubungan antarwarga dan negara, serta pendidikan dasar tentang bela negara, sehingga siswa dapat menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Andara et al., 2021). Pengertian lain dikemukakan oleh (Magdalena et al., 2020) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah menanamkan nilai-nilai hak dan kewajiban warga negara sehingga setiap tindakan dilakukan sesuai dengan tujuan dan prinsip bangsa dan tidak menyimpang dari harapan. Pada dasarnya, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah sebuah upaya pendidikan untuk generasi berikutnya, dengan tujuan agar mereka menjadi warga negara yang memiliki pemikiran yang tajam dan kesadaran yang tinggi terhadap hak dan kewajibannya dalam kehidupan bersama dalam masyarakat dan negara. Selain itu, pendidikan ini juga bertujuan untuk mempersiapkan seluruh warga negara agar dapat menjadi bagian dari masyarakat global yang cerdas (Nurmalisa Y et al., 2020). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah mata pelajarn yang dapat mengembangkan dan memelihara nilainilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Indonesia, serta menanamkan nilai-nilai hak dan kewajiban warga negara. Melalui mata pelajaran ini, diharapkan siswa dapat mencerminkan nilai-nilai tersebut dalam perilaku sehari-hari mereka, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Selain itu, PPKn juga memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan tentang hubungan antarwarga dan negara, serta pendidikan dasar tentang bela negara, agar siswa dapat menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. PPKn juga dianggap sebagai upaya pendidikan untuk mempersiapkan generasi penerus agar memiliki pemikiran yang tajam, kesadaran yang tinggi terhadap hak dan kewajiban, serta mampu menjadi bagian dari masyarakat global yang cerdas. b. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Tujuan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006:49) dalam (Magdalena et al., 2020), adalah untuk memberikan kemampuan-kemampuan berikut: 1) Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan. 2) Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadardalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsalain. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Secara umum, tujuan negara dalam mengembangkan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah untuk membentuk setiap individu menjadi warga negara yang baik, yakni individu yang memiliki kecerdasan baik secara intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual, serta memiliki rasa bangga dan tanggung jawab terhadap negara (civics responsibility), dan mampu aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan memahami tujuan PPKn ini, dapat disimpulkan bahwa PPKn bertujuan untuk menanamkan konsep kenegaraan dan mendorong implementasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. c. Karakteristik Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 tahun 2014 halaman 221 dalam (Kemendikbud, 2021) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Nama mata pelajaran yang semula Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) telah diubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). 2) Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berfungsi sebagai mata pelajaran yang memiliki misi pengokohan kebangsaan dan penggerak pendidikan karakter yang bersumber kan nilai dan moral Pancasila. 3) Mengorganisasikan pengembangan Kompetensi Dasar (KD) PPKn dalam bingkai Kompetensi Inti (KI) yang secara psikologis-pedagogis menjadi pengintegrasi kompetensi peserta didik secara utuh dan koheren dengan penanaman, pengembangan, dan/atau penguatan secara utuh dan koheren dengan penanaman, pengembangan, dan/atau penguatan nilai dan moral Pancasila; nilai dan norma UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika; serta Wawasan dan Komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4) Mengembangkan dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan secara holistik/utuh dalam rangka peningkatan kualitas belajar dan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan karakter peserta didik sebagai warga negara yang cerdas dan baik secara utuh dalam proses pembelajaran otentik (authentic instructional and authentic learning) dalam bingkai integrasi Kompetensi Inti (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). 5) Mengembangkan dan menerapkan berbagai model penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar PPKn menggunakan penilaian otentik (authentic assessment). Penilaian otentik harus mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian otentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi dalam pengaturan yang lebih otentik. B. Variabel Y 1. Sikap Nasionalisme a. Pengertian Nasionalisme Nasionalisme adalah perasaan kebanggaan, memiliki, menghargai, menghormati, dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap orang di negara tempat mereka tinggal. Rasa nasionalisme ini tercermin dalam perilaku membela dan melindungi tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, melestarikan warisan budaya dan sejarahnya, tolong menolong satu sama lain, dan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara mereka sendiri (Andara et al., 2021). Secara umum, menurut (Sulastri, 2021) Nasionalisme adalah sebuah rasa cinta tanah air yang dapat dijelaskan sebagai keadaan mental di mana seseorang memberikan kesetiaan total yang secara langsung ditujukan kepada negara. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Nasionalisme adalah perasaan kebanggaan, penghargaan, dan loyalitas terhadap negara tempat seseorang tinggal. Hal ini dapat tercermin dalam perilaku membela dan melindungi tanah air, melestarikan budaya dan sejarah, tolong-menolong, dan rela berkorban demi kepentingan bangsa. Kesetiaan total diberikan kepada negara dalam bentuk cinta tanah air. b. Pengertian Sikap Nasionalisme Sikap nasionalisme adalah kesetiaan warga Indonesia terhadap negara mereka dan keinginan untuk melestarikan keanekaragaman budayanya. Sikap nasionalisme juga dapat diartikan sebagai kerja sama warga untuk menjaga keutuhan negara. Untuk menjaga budaya dan nasionalisme Indonesia tetap hidup, generasi penerus sangat penting (Sulastri, 2021). Menurut (Setianingsih et al., 2021) Sikap nasionalisme adalah bentuk perasaan terhadap gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran yang bersifat nasional, di mana terdapat rasa cinta terhadap tanah air yang disatukan oleh rasa senasib sepenanggungan dan kesamaan sejarah di masa lalu dengan tujuan menanamkan rasa cinta, kesetiaan, dan keinginan untuk meningkatkan negara demi mewujudkan cita-cita bersama. Selanjutnya, menurut (Andara et al., 2021) secara garis besar sikap nasionalime dapat diartikan sebagai berikut: 1. Paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu kepada negara dan bangsa. 2. Tingginya semangat kebangsaan, yaitu semangat cinta terhadap bangsa dan tanah air. 3. Suatu sikap politik dan sosial dari kelompok-kelompok suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, bangsa dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan sehingga merasakan adanya kesetiaan mendalam terhadap kelompok bangsa itu. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap nasionalisme adalah kesetiaan dan kecintaan terhadap negara dan bangsa, serta kerja sama untuk menjaga keutuhan negara. Sikap ini juga mencakup kerja sama warga dalam menjaga keutuhan negara. Untuk mempertahankan budaya dan nasionalisme, dimana peran dari para generasi penerus bangsa sangat penting. Sikap nasionalisme juga mencakup perasaan terhadap gagasan-gagasan nasional, dengan tujuan menanamkan rasa cinta, kesetiaan, dan keinginan untuk meningkatkan negara demi mencapai cita-cita bersama. c. Indikator Sikap Nasionalisme Indikator adalah merujuk pada tindakan yang dapat diukur atau diamati untuk menilai pencapaian suatu keterampilan. Dalam hal penilaian sikap, indikator mencakup tanda-tanda perilaku yang dapat dilihat oleh guru sebagai cerminan dari sikap yang sedang dinilai. Adapun indikator dari sikap Nasionasime menurut (Cahyaningtiyas et al., 2023) sebagai berikut: 1. Cinta tanah air dan bangsa. 2. Menghargai jasa para pahlawan. 3. Rela berkorban untuk bangsa. 4. Bangga sebagai bangsa Indonesia. 5. Bangga pada keanekaragaman budaya bangsa. 6. Mengutamakan kepentingan Bersama. d. Ciri-ciri Sikap Nasionalisme Ciri-ciri dari orang rang yang memiliki sikap nasionalisme menurut (Sulastri, 2021) ditandai oleh patriotisme, kemauan untuk berkorban demi kepentingan bersama, menghargai serta menjaga keberagaman budaya, peduli terhadap sesama, tidak diskriminatif, dan loyal terhadap bangsa dan negara. C. Hasil Penelitian Relevan Ada beberapa penelitian terdahulu yang digunakan penulis sebagai rujukan, diantaranya yaitu: 1. Ade Laila Rahma (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Tehnique (VCT) Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Pada Pembelajaran Tematik Di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pekanbaru”. Hasil dari penelitian yang dilakukan Ade Laila Rahma yaitu ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajaran VCT terhadap sikap nasionalisme siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Pekanbaru. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran VCT dan menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Namun perbedaan dengan penelitian ini adalah terdapat pada pembelajaran yang dilakukan pada pembelajaran tematik sedangkan pada penelitian ini dilakukan dalam mata pelajarn PPKn, hal ini terjadi karena tedapat perbedaan kurikulum pada sekolah yang dilakukan sebagai tempat penelitian. Tempat yang diteliti yaitu dilakukan pada siswa kelas VA dan VB SDN Pantai Bahagia 01 tahun ajaran 2022/2023, sedangkan penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang Tahun Ajaran 2023/2024. 2. Nurjannah (2021) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Terhadap Pemahaman Nilai Nasionalisme Siswa Kelas IV SDN Pante Cermin Kabupaten Aceh Barat”. Hasil penelitiannya adalah pengaruh model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) terhadap pemahaman nilai nasionalisme siswa Kelas IV SDN Pante Cermin secara signifikan lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan penerapan model Ekspositori. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama menerapkan pembelajaran VCT pada penelitiannya dan menggunakan jenis penelitian kuantitatif serta menggunakan mata pelajaran yang sama yaitu PPKn. Namun perbedaan dengan penelitian ini yaitu terlihat pada judul, penelitian tersebut menggunakan variabel yang diteliti mengenai nilai nasionalisme siswa, perbedaan lainnya juga terdapat pada kelas eksperimen yaitu pada siswa kelas IV sedangkan pada penelitian ini menggunakan kelas eksperimen pada siswa kelas V. 3. Nabila Cahyaningtiyas (2023) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Terhadap Sikap Nasionalisme Peserta Didik Dalam Pembelajaran PKN”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh yang signifikan terjadi pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran VCT dalam pembelajaran PPKn. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran VCT dan menggunakan jenis penelitian kuantitatif serta menggunakan mata pelajaran yang sama yaitu PPKn. Namun perbedaan dengan penelitian ini adalah terdapat pada tempat yang diteliti yaitu penelitian dilakukan pada siswa kelas VA dan VB SDN Pantai Bahagia 01 tahun ajaran 2022/2023 sedangkan penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang Tahun Ajaran 2023/2024. D. Kerangka Berpikir Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan mata pelajaran yang menitikberatkan pada ranah afektif atau sikap, mata pelajaran PPKn bertujuan untuk mengembangkan siswa menjadi manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. PPKn merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai tingkat sekolah dasar. Pada hakikatnya nilai-nilai dalam PPKn sudah diterapkan kepada siswa sebelum memasuki sekolah dasar melalui pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dan pengaruh lingkungan sekitar. nilai-nilai PPKn tersebut sudah membekas pada diri siswa mulai dari rumah dengan menerapkan kebiasaankebiasaan hidup yang baik. Upaya yang dapat dilakukan guru agar pembelajaran PPKn menjadi efektif dan inti dari pembelajaran PPKn dapat dimengerti dan benar-benar diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang bervariasi. Model pembelajaran afektif yang bisa diterapkan dalam pembelajaran PPKn yaitu model pembelajran Value Clarification Tecnique (VCT). Model pembelajaran VCT merupakan model pembelajaran yang memberikan penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilainilai nasionalisme. Pendidikan adalah faktor utama dalam menciptakan keadaban dan kebajikan seorang siswa, penyebab etika sopan santun yang kurang memuasakan dapat berasal dari dalam diri siswa dan berasal dari lingkungan siswa belajar. sebagai seorang pendidik di sekolah, guru memiliki tanggung jawab secara moral untuk mengarahkan dan membantu siswa berperilaku baik, melindungi mereka dari hal-hal yang akan merusak kepribadiannya. Hasil yang diharapkan dari belajar dengan menerapkan model VCT adalah perubahan tingkah laku siswa baik terkait pemahaman nilai, keterampilan, maupun dilihat dari aspek sikap nasionalisme siswa. Gambar 2.1, Kerangka Berpikir Model Value Clarification Tecnique (VCT) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Tahapan Awal Angket sikap Nasionalisme Louis Raths pada tahun 1950-an pretest Teori Belajar Humanistik Model VCT berkaitan 1. Memilih dengan pembelajaran 2. Menghargai berbasis nilai 3. Bertindak Tahapan Akhir Angket sikap nasionalisme postest Pengaruh Model Berpengaruh VCTterhadap Sikap Nasionalisme Siswa E. Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka yang menjadi hipotesis pada penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Tecnique (VCT) dalam Pembelajaran PPKn terhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang”. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitain ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. metode penelitian eksprimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2016:107). Metode penelitian yang digunakan adalah metode peneitian quasi eksperimen. Penelitian ini melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dibandingkan. Kelompok eksperimen akan memperoleh perlakuan melalui model pembelajaran value clarification technique (VCT), sedangkan kelompok pengendalian/kontrol akan mendapatkan metode konvensional. Dua kelompok tersebut diberikan pretest dan postest. Pretest diberikan untuk mengetahui keadaan awal terhadap sikap nasionalisme adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent control group design. Sebelum diberi treatment, baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi test yaitu pretest, dengan maksud untuk mengetahui keadaan kelompok sebelum treatment. Kemudian setelah diberikan treatment, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan test yaitu posttest, untuk mengetahui keadaan kelompok setelah treatment. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitiain ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang yang berada di Jl. Moh. Said No.53, RT.27, Lok Bahu, Kec. Sungai Kunjang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur 75243. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi digunakan untuk memaparkan semua elemen dari suatu wilayah yang nantinya akan menjadi sasaran dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas V SD Negeri 010 Sungai Kunjang yaitu sebanyak 2 kelas yang terdiri dari 44 siswa, dimana kelas VA sebanyak 32 siswa dan kelas VB sebanyak 30 siswa. 2. Sampel Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang ada pada populasi. Adanya sampel bertujuan untuk memberikan kemudahan penelitian apabila populasi besar dan tidak memunginkan untuk mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu semua populasi dijadikan sebagai sampel. D. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan sebagai pengumpul data dalam suatu penelitian yang dirancang dan dibuat sedemikian rupa yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen penelitian yang digunakan tersebut akan menentukan kualitas data yang terkumpul. Istrumen dalam penelitian ini yaitu: 1. Angket Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan berupa angket. Angket ini akan diberikan kepada responden sebanyak dua kali yaitu angket pretest dan posttest. Pretest dilakukan sebelum melaksanakan pembelajaran dan posttest setelah pembelajaran akhir dan setelah diberikannya perlakuan. Pemberian angket dua kali tersebut dilakukan untuk mengukur sikap nasionalisme siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran VCT dalam mata pelajaran PPKn. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Lembar Observasi Observasi menggunakan lembar pengamatan yang dirancang oleh peneliti sesuai dengan model pembelajaran Value Clarification Tehnique VCT yang memuat aktifitas guru. 2. Angket Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Angket sikap terdiri dari pertanyaan yang akan di isi oleh responden, untuk mengetahui apakah pertanyaan yang akan di isi oleh responden, untuk mengetahui apakah pertanyaan itu didukung atau ditolak dapat diketahui melalui rentang nilai tertentu. Dengan demikian akan menghasilkan total skor bagi setiap responden. Pernyataan dalam angket variabel sikap nasionalisme siswa (variabel Y) disajikan dalam bentuk skala likert, sebagai berikut: SL :Selalu Skor 5 SR :Sering Skor 4 KK/N :Kadang-kadang/Netral Skor 3 JR :Jarang Skor 2 TP :Tidak Pernah Skor 1 Pernyataan yang telah diberi skor tersebut, selanjutnya dicocokkan dengan kategori yang telah ditentukan, yaitu: 81% - 100% dikategorikan sangat baik/sangat tinggi 61% - 80% dikategorikan baik/tinggi 41% - 60% dikategorikan cukup baik/sedang 21% - 40% dikategorikan kurang baik/rendah 0% - 20% dikategorikan tidak baik/sangat rendah 3. Dokumentasi Dokumentasi peneliti peroleh dari pihak-pihak terkait, untuk mengetahui sejarah sekolah, keadaan guru dan siswa, sarana dan prasarana, yang ada di SD Negeri 010 Sungai Kunjang. F. Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Setelah diuji cobakan kepada siswa, instrument tes tersebut diuji validitasnya. Karena instrument yang valid dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Penentuan valid atau tidak validnya pernyataan adalah dengan cara membandingkan thitung dengan ttabel guna menentukan apakah butir tersebut valid atau tidak valid, dengan ketentuan sebagai berikut:47 1. Jika thitung lebih kecil dari (<) ttabel maka butir tersebut invalid (tidak valid) 2. Jika thitung lebih besar dari (>) ttabel maka butir tersebut vali Setelah diketahui apakah butir soal tersebut valid atau tidak, maka langkah selanjutnya kita dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditentukan tersebut besar atau kecil. Anget dikatakan jika memiliki nilai rhitung > rtabel (N=30, rtabel taraf signifikan 5% sebesar 0,361) 2. Uji Realibilitas Reliabilitas mengacu pada instrument yang dianggap dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan karena instrument tersebut sudah baik. Instrument yang sudah dapat dipercaya (reliabel) akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula. Jika datanya benar dan dapat dipercaya (sesuai dengan kenyataannya, maka meskipun pengambilan data dilakukan berulang kali hasilnya tetap akan sama. Dengan demikian instrument yang reliabel dapat diandalkan sebagai instrument penelitian). Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur yang biasanya digunakan angket atau kuisioner (apakah alat ukur tersebut akan mendapatkan pengukuran yang tetap konsisten jika pengukuran diulang kembali). G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Kuantitatif Teknik analisis data digunakan untuk mengolah data yang diperoleh peneliti yang kemudian akan ditarik suatu kesimpulan dari data tersebut. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel X (Model Pembelajaran Value Clarification Technique ) dalam mata pelajaran PPKn terhadap variabel Y (Sikap Nasionalisme Siswa). Sebelum masuk ke rumus statistik, terlebih dahulu data yang diperoleh untuk masing-masing alternative jawaban dicari persentase jawabannya pada item pertanyaan masing-masing variabel dengan rumus: 𝑃= 𝑓 𝑥 100% 𝑁 Keterangan: 𝑓 : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya N : Jumlah frekuensi atau banyaknya individ P : Angka persentase Data yang dipresentasekan kemudian direkapitulasi dan diberi kriteria sebagai berikut: a. 81% - 100 % dikategorikan sangat baik b. 61% - 80% dikategorikan baik c. 41% - 60% dikategorikan cukup baik d. 21% - 40% dikategorikan kurang baik e. 0% - 20% dikategorikan tidak baik 2. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah ada data sampel berdistribusi normal dan tidak. Statistika yang digunakan dalam uji ini adalah uji chi-kuadrat sebagai berikut: (𝑓𝑜 − 𝑓ℎ) 𝑋 =𝛴 2! 2 2 Keterangan: 𝑋2 : Nilai Normalitas Hitung 𝑓𝑜 : Frekuensi yang diperoleh dari data penelitian 𝑓ℎ : Frekuensi yang diharapkan Menurut x2 tabel dengan dk= k-1 dan taraf signifikan 5% kaidah keputusan: Jika 𝑋 2 hitung > 𝑋 2 tabel maka data berdistribusi tidak normal Jika 𝑋 2 hitung < 𝑋 2 tabel maka data berdistribusi normal. 3. Uji Homogenitas Uji variansi ini bertujuan untuk melihat apakah kedua data homogen atau tidak. Uji homogen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji F, yaitu: variasi Terbesar F ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = variasi Terkecil Menentukan Ftabel dengan dk pembilang = n1 – 1 dan dk penyebut = n2 – 1 dengan taraf signifikan 0,05. Kaidah keputusan: Jika, F hitung > F tabel berarti tidak homogen Jika, F hitung ≤ F tabel berarti homogen 4. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah independen sample t-test. Uji ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sample yang saling berhubungan atau korelasi atau disebut sample yang berpsangan yang berasal dari populasi yang memiliki ratarata sama. Rumus yang digunakan adalah: 𝘵𝑜 = M1 − M2 SE M1 − M2 Keterangan: M1 : Mean skor sesudah pemberian perlakuan M2 : Mean skor sebelum pemberian perlakuan SE M1- M2 : Standar Error perbedaan antara M1 dengan M2 Independent sample t-test menunjukkan besarnya signifikansi,dengan kaidah: a) Jika = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai sig. atau (ɑ= 0,05 ≤ sig.), maka H𝟶 diterima atau Ha ditolak b) Jika = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai sig. atau (ɑ = 0,05 ≥ sig.), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Independent sample t-test menunjukkan nilai t hitung, dengan kaidah: a) Jika t hitung ≥ t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima b) Jika t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak DAFTAR PUSTAKA Ananda, A., & Fatimah, S. (2021). Value clarification technique short video (vctsv) learning model to increase the value of affective learning of collage students in pancasila Subject. International Journal of Social Sciences, 3(1), 190–199. https://www.growingscholar.org/journal/index.php/%0Ahttps://www.growin gscholar.org/journal/index.php/TIJOSSW/article/view/109 Andara, S., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Meningkatkan Semangat Nasionalisme Melalui Pembelajaran Ppkn Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Tambusai , 5(3), 7733–7737. Astawa, I. W. W., Putra, M., & Abadi, I. . G. S. (2020). Pembelajaran PPKn dengan Model VCT Bermuatan Nilai Karakter Meningkatkan Kompetensi Pengetahuan Siswa. Jurnal Pedagogi Dan Pembelajaran, 3(2), 199. https://doi.org/10.23887/jp2.v3i2.25677 Cahyaningtiyas, N., Ananthia, W., & Furnamasari, Y. F. (2023). Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Terhadap Sikap Nasionalisme Peserta Didik Dalam Pembelajaran PKN. Jurnal Bintang Pendidikan Indonesia (JUBPI), 1(4), 59–73. https://doi.org/10.55606/jubpi.v1i4.1983 Dhika Widarnandhana, I. G., Tria Ariani, N. W., & Jayadiningrat, M. G. (2023). Peran Orangtua Dalam Persiapan Anak Usia Dini Menuju Pendidikan Sekolah Dasar. Pratama Widya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 8(2), 144–155. https://doi.org/10.25078/pw.v8i2.3103 DJ, N., & Jumardi, J. (2022). Peran Guru dalam Menanamkan Sikap Nasionalisme terhadap Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(5), 8341–8348. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i5.3775 Juwariyah, S. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share dapat Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Kasih Sayang pada Siswa Kelas I di SDN 3 Bogoran Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019. Jurnal Pendidikan : Riset Dan Konseptual, 5(3), 391. https://doi.org/10.28926/riset_konseptual.v5i3.385 Kemendikbud. (2021). Konsep, Prinsip, dan Prosedur Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. PPKn, 7–26. Magdalena, I., Haq, A. S., & Ramdhan, F. (2020). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar Negri Bojong 3 Pinang. Jurnal Pendidikan Dan Sains, 2(3), 418–430. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/bintang Nurasima, I. F. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Technique (Vct) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smp Swasta Rahmat Islamiyah. Jurnal Penelitian, Pendidikan Dan Pengajaran: JPPP, 1(2), 18. https://doi.org/10.30596/jppp.v1i2.5261 Nurmalisa Y, Mentari A, & Rohman R. (2020). Peranan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Civic Conscience. Bhineka Tunggal Ika. Jurnal Kewarganegaraan, 7(1), 34–46. Permatasari, D. R. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Value Clarification Technique (Vct) Tipe Percontohan Terhadap Prestasi Belajar Dan Tanggung Jawab Materi Globalisasi. Dinamika Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 9(1), 23–28. https://doi.org/10.30595/dinamika.v9i1.4037 Setianingsih, W., Setianingsih, W., & Hanifah, N. (2021). Kecerdasan Intrapersonal Dan Sikap Nasionalisme Terhadap Penguasaan Konsep Sejarah. Herodotus: Jurnal Pendidikan IPS, 2(2), 125–136. https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/herodotus/article/view/7242 Sulastri. (2021). Peran Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Membentuk Sikap Nasionalisme. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951– 952., 2013–2015. Sulfemi, W. B., & Mayasari, N. (2019). Peranan Model Pembelajaran Value Clarification Technique Meningkatkan Hasil Berbantuan Belajar Ips. Media Audio Visual Jurnal Pendidikan, Untuk 20(1), 53. https://doi.org/10.33830/jp.v20i1.772.2019 Theofilus, P. (2019). Riksa Bahasa. Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya. Yustiana, S., & Sari, Y. (2022). Games in Learning Value Clarification Techniques: An Alternative for Affective Learning in Elementary Schools. KnE Social Sciences, 2022, 615–625. https://doi.org/10.18502/kss.v7i14.12015 LAMPIRAN Angket (Kuesioner) 1. Tujuan : Untuk mengetahui sikap nasionalisme siswa 2. Fokus : Sikap nasionalisme 3. Kajian Pustaka/Teori a. Pengertian Sikap nasionalisme adalah kesetiaan warga Indonesia terhadap negara mereka dan keinginan untuk melestarikan keanekaragaman budayanya. Sikap nasionalisme juga dapat diartikan sebagai kerja sama warga untuk menjaga keutuhan negara. Untuk menjaga budaya dan nasionalisme Indonesia tetap hidup, generasi penerus sangat penting (Sulastri, 2021). Menurut (Setianingsih et al., 2021) sikap nasionalisme adalah bentuk perasaan terhadap gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran yang bersifat nasional, di mana terdapat rasa cinta terhadap tanah air yang disatukan oleh rasa senasib sepenanggungan dan kesamaan sejarah di masa lalu dengan tujuan menanamkan rasa cinta, kesetiaan, dan keinginan untuk meningkatkan negara demi mewujudkan cita-cita bersama. b. Indikator Adapun indikator dari sikap Nasionasime menurut (Cahyaningtiyas et al., 2023) sebagai berikut: 1) Cinta tanah air dan bangsa. 2) Menghargai jasa para pahlawan. 3) Rela berkorban untuk bangsa. 4) Bangga sebagai bangsa Indonesia. 5) Bangga pada keanekaragaman budaya bangsa. 6) Mengutamakan kepentingan bersama. KISI-KISI ANGKET Variabel Indikator Cinta tanah air dan bangsa Deskriptor 1. 2. Sikap nasionalisme Menghargai jasa para pahlawan Rela berkorban untuk bangsa Bangga sebagai bangsa Indonesia Mampu bersikap bangga terhadap tanah air Mampu untuk selalu menghargai dan menghormati bangsa atau identitas nasional 1. Mampu untuk menghargai jasa para pahlawan 1. Mampu menunjukkan sikap rela berkorban untuk bangsa 1. Mampu menunjukkan sikap bangga sebagai bangsa indonesia Item Pertanyaan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 15, 20 13, 19 Bangga pada keanekaragaman budaya bangsa. Mengutamakan kepentingan bersama 1. Mampu menunjukkan sikap bangga pada keanekaragaman budaya bangsa. 2. Mampu untuk mengetahui apa saja keanekaragaman budaya bangsa 3. Mampu untuk melestarikan keanekaragaman budaya bangsa 1. Mampu untuk melaksakan kepentingan Bersama 2. Mmapu untuk saling berinteraksi dan bekerjasama 3. Mampu untuk mengembangkan kesadaran dalam kepentingan bersama 8, 9, 10, 11, 12, 14, PENJABARAN ANGKET Sebelum mengerjakan, isilah identitas anda di bawah ini : Nama : Kelas : Jenis Kelamin : Tanggal Pengisian : Petunjuk pengerjaan angket: 1. Bacalah dan pahami dengan baik pernyataan-pernyataan di bawah ini 2. Jawablah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda ceklist (√) pada pilihan jawaban yang paling mendekati benar menurut Anda. 3. Pengisian angket ini tidak akan mempengaruhi nilai akademik Anda. Jadi, isilah dengan jujur dan sesuai keadaan yang sebenarnya. 4. Isilah dengan ketentuan pilihan jawaban sebagai berikut: • SL :Selalu • SR :Sering • KK/N :Kadang-kadang/Netral • JR :Jarang • TP :Tidak Pernah No Pernyataan 1 Saya sangat bangga menjadi anak Indonesia 2 Saya sangat senang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia dengan bangga Saya merasa senang jika ada upacara bendera di sekolah Saya hormat pada lambang negara Indonesia, yaitu Bendera Merah Putih. 3 4 SL SR N JR TP 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Saya sering membaca tentang tokoh pahlawan Indonesia Saya senang belajar sejarah Indonesia di sekolah Saya jarang melupakan tanggal kemerdekaan Indonesia, yaitu 17 Agustus. Saya sering ikut kegiatan yang menghargai budaya Indonesia, seperti Tari Tradisional atau Musik Daerah. Saya selalu berusaha menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan rumah. Saya sering membantu teman yang sedang kesulitan. Saya selalu menghormati orang yang lebih tua. Saya sering berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong. Saya jarang merasa malu jika harus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Saya selalu menghargai perbedaan pendapat dengan orang lain. Saya sering berpikir tentang bagaimana cara saya bisa berguna bagi negara Indonesia. Saya selalu bersedia membela teman yang sedang dijahati. Saya sering berdoa untuk kesejahteraan Indonesia. Saya jarang mengikuti perilaku negatif yang dapat merugikan lingkungan saya. Saya selalu merasa bangga jika Indonesia mendapat penghargaan atau prestasi di kancah internasional. Saya sering berharap bisa berkontribusi besar bagi kemajuan Indonesia di masa depan.