Karakterisasi Dispersi Dielektrik Batuan Shale Gas Berbasis Teknik

advertisement
Karakterisasi Dispersi Dielektrik Batuan Shale Gas
Berbasis Teknik Kapasitansi
(Skripsi )
Oleh
Sammi Rizki Taufik
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK.
KARAKTERISASI DISPERSI DIELEKTRIK
BATUAN SHALE GAS BERBASIS TEKNIK KAPASITANSI
OLEH
SAMMI RIZKI TAUFIK
Telah dilakukan penelitian karakterisasi batuan dengan menggunakan sensor berbasis
kapasitansi. Sampel batuan yang digunakan adalah batuan shalegas dan sandstone.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sifat listrik batuan dari pengaruh
besar porositas terhadap pengukuran kapasitansi. Proses pengambilan data dilakukan
menjadi dua pengujian secara eksperimen dan simulasi. Pengukuran kapasitansi batuan
menggunakan dua alat yaitu rangkaian C-V Converter dan capacito meter. Fungsi
rangkaian C-V Converter untuk mengetahui respon frekuensi terhadap kapasitansi batuan
dan capacito meter untuk mengetahui hubungan besar porositas batuan dengan nilai
kapasitansi terukur. Hasil penelitian menunjukkan sensor kapasitansi mampu mengukur
perbedaan kapasitansi pada setiap sampel batuan dengan karakteristik (porositas) batuan
yang berbeda. Dari hasil pengukuran rangkaian C-V Converter diperoleh frekuensi
kapasitansi maksimal pada frekuensi rendah antara 500kHz–1MHz dan dari hasil
pengukuran capacito meter hubungan besar porositas dengan kapasitansi berbanding
terbalik untuk batuan sandstone namun pada sampel shalegas berbanding lurus.
Kata kunci : Dielektrik, kapasitansi, porositas, shalegas
i
ABSTRACT.
DIELECTRIC DISPERSION CHARACTERIZATION OF SHALE GAS
ROCK BASED ON CAPACITANCE TECHNIQUE
BY
SAMMI RIZKI TAUFIK
Rock characterization researches have been conducted using capacitance-based sensors.
Rock samples used were shalegas and sandstone rocks. This research was conducted to
determine the relationship of the electrical properties of the rock porosity major influence
on capacitance measurements. The data collection process into two experimental testing
and simulation. Rock capacitance measurements using two tools namely C-V Converter
circuit and capacito meters. C-V Converter circuit functions to determine the frequency
response of the rocks and capacito meter to determine the relationship of large rock
porosity with the measured capacitance value. Results of this research, the capacitance
sensor capable of measuring differences in capacitance at each rock sample with the
characteristics (porosity) of different rocks. C-V Converter circuit of measurement results
obtained by frequency maximum capacitance at low frequencies between 500kHz-1MHz
and from the result of measurement of porosity capacito meter great relationship with the
capacitance is inversely proportional to rock sandstone but the sample is directly
proportional shalegas.
Keywords: Capacitance, dielectric, porosity, shalegas
ii
KARAKTERISASI DISPERSI DIELEKTRIK
BATUAN SHALE GAS BERBASIS TEKNIK KAPASITANSI
Oleh
SAMMI RIZKI TAUFIK
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Nopember 1993, anak pertama dari
dua bersaudara dari pasangan Bapak Agusman dan Ibu Lulu Kamelia. Penulis
menyelesaikan pendidikan di SDN 01 pagi Petamburan, Jakarta Pusat pada tahun
2005, SMPN 16 Palmerah, Jakarta Selatan pada 2008 dan SMAN 06 Bandar
Lampung pada tahun 2011. Selanjutnya pada tahun 2011 penulis diterima sebagai
mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN-Tertulis. Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan kampus antara lain sebagai Anggota
muda Rois FMIPA dan Generasi Muda Himafi pada tahun 2011/2012, Anggota
Biro Danus ROIS FMIPA dan Anggota Bidang Sosmas HIMAFI pada Tahun
2012/2013, Kepala Biro Akademik ROIS FMIPA dan Anggota Bidang SAINTEK
HIMAFI pada Tahun 2013/2014,Anggota Departemen akademik dan profesi
UKM-U Birohmah pada Tahun 2014/2015. Penulis pernah melakukan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di Ctech Labs PT.Edwar Tecnology. Penulis melakukan
KKN di Liwa Lampung Barat tepatnya di Kecamatan Balik Bukit Pekon
Sedampah Indah. Selanjutnya penulis melakukan penelitian dengan judul
“Karakterisasi Dispersi Dielektrik Batuan Shale Gas Berbasis Teknik
Kapasitansi ” sebagai tugas akhir di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
i
MOTO
“Ikhtiar,
Doa dan Tawakal “
ii
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
“aku persembahkan karya kecil ini kepada :”
Orang Tuaku
Papa Agusman dan Mama Lulu Kamelia
“Jazakallah atas kasih sayang, semangat, pengorbanan dan selalu mendoakan
ku untuk kelancaran dan keberhasilan ku”
Untuk my brother Hamzah Pahlevi
“Jazakallah atas doa dan dukungannya”....
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi dengan baik. Judul skripsi ini adalah
“Karakterisasi Dispersi Dielektrik Batuan Shalegas Berbasis Teknik
Kapasitansi”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan
pengikutnya.
Skripsi ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai Juli 2015 bertempat di
Ctech Labs Edwar Tecnology, Alam Sutera, Tanggerang.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk
mendapatkan gelas Sarjana Sains dari Universitas Lampung. Penulis menyadari
skripsi ini masih memiliki kelemahan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap kelanjutan dan
hasil yang akan dicapai. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 18 Februari 2016
Penulis,
Sammi Rizki Taufik
iv
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur selalu terucap dalam setiap nafas penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT, karena rahmat, karunia, dan hidayah-Nya. Serta tidak lupa berkat
pemberi cahaya dan teladan hidup terbaik, salawat serta salam penulis sampaikan
untuk Baginda Rasul Muhammad SAW. Dalam kesempatan ini penulis dengan
bangga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak membatu
dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini, terutama kepada
1. Kepada orang tua Bapak Agusman dan Ibu Lulu Kamelia yang telah
memberi semangat dan doa.
2. Bapak Arif Surtono S.Si., M.Si., M.Eng selaku pembimbing I yang tidak
lelah memberikan bimbingan serta nasihat dalam menyelesaikan skripsi
3. Bapak Dr. Mahfudz Al-Huda M.Eng selaku pembimbing II yang telah
mengizinkan penulis untuk berkesempatan melakukan penelitian di Ctech
Labs
serta
senantiasa
memberikan
masukan-masukan
untuk
menyelesaikan skipsi
4. Bapak Prof.Dr.Warsito, S.Si.,
DEA selaku penguji
memberikan saran selama penulisan skripsi
v
yang telah
5. Ibu Suprihatin S.Si., M.Si selaku Pembimbing Akademik yang
memberikan nasihat dan bimbingan dari awal perkuliahan sampai
menyelesaikan skripsi
6. Ibu Dr.Yanti Yulianti M.Si selaku ketua jurusan Fisika
7. Bapak Prof. Suharso, Ph.D selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung
8. Para Dosen dan staff di Jurusan Fisika
9. Kepada teman-teman NDTPTI dan Visiting Research Ctech Lab Edwar
Tecnology : Kk Haris, Adit, Rifa, Wadda, Rizky serta para karyawan dan
staff Ctech Lab Edwar Tecnology yang telah membatu menyelesaikan
penelitian
10. Para Sahabat : Ade, Encep, Ali, Rizal, Fathul, Gana, Dani, Ari, Fahad,
Yuri, Heri, Abdan, Hendri, Herdiwan, yang telah memberikan keceriaan
selama kuliah
11. Teman-teman Fisika: Rini, Yuni, Puji, Putri, Umi R, Umi L, Exsa,
Nawira, Naila dan semua teman fisika 2011 serta kakak-kakak dan adikadik tingkat yang telah memberikan semangat selama menyelesaikan
skripsi
12. Teman-teman ADK, ROIS, HIMA, BIROHMAH, KKN Lambar yang
telah memberikan pelajaran hidup yang sangat luar biasa selama kuliah
vi
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta
memberkahi hidup kita aamiin
Bandar Lampung, 18 Februari 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................
i
ABSTRACT ....................................................................................................
ii
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
v
PERNYATAAN .............................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
SANWACANA ............................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................
C. Tujuan Penelitian ................................................................................
D. Batasan Masalah..................................................................................
E. Manfaat Penelitian ..............................................................................
1
3
3
4
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terkait .................................................................................
B. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya ...........................................
C. Batuan Shale Gas .................................................................................
D. Porositas ...............................................................................................
E. Kapasitansi ...........................................................................................
F. Senser Kapasitansi Semi Silinder ........................................................
G. Material Dielektrik ...............................................................................
H. Teori Mixing Konstanta Dielektrik ......................................................
I. Capacitometer ......................................................................................
J. Analisis Regresi dan Korelasi ..............................................................
5
6
6
7
8
10
13
16
18
23
viii
III. METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................
B. Alat dan Bahan ....................................................................................
C. Rancangan Prosedur Penelitian ...........................................................
1. Simulasi dan Komputasi ...............................................................
2. Eksperimen....................................................................................
D. Rancangan Data Pengamatan ..............................................................
25
25
26
28
34
39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Simulasi Sensor .........................................................................
1. Sensitivitas Desain Sensor Kapasitansi ...................................
2. Pengaruh Orientasi Batuan Simulasi .......................................
3. Pengaruh Letak Pori di Dalam Batuan Secara Simulasi .........
4. Pengaruh Porsitas Batuan........................................................
B. Hasil Eksperimen ................................................................................
1. Pengujian Rangkaian C-V Converter ......................................
2. Pengaruh Frekuensi Terhadap Kapasitansi Batuan .................
3. Pengaruh Kapasitansi Terhadap Orientasi Batuan ..................
4. Pengaruh Porositas Terhadap Kapasitansi Batuan ..................
5. Perbandingan Pengukuran Rangkaian C-V dan Capacitometer
C. Analisis Data .......................................................................................
1. Analisis Data Simulasi ............................................................
2. Analisis Data Batuan Shalegas................................................
3. Analisis Data Batuan Sandstone .............................................
4. Analisis Data Batuan Sandstone 1H, 15H dan 20H ................
40
40
41
43
44
45
45
46
48
51
52
53
53
56
58
60
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan ........................................................................................
B. Saran ..................................................................................................
63
64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1.Batuan Shalegas .................................................................................
7
2.2.Kapasitor Pelat Sejajar .......................................................................
8
2.3.Geometri Sensor Semi Silinder .......................................................... 10
2.4.(a) Tampak Atas Sensor Tanpa Bahan Dielektrik (b) Distribusi Medan
listrik bagian dalam Sensor Kapasitansi Semi Silinder ..................... 11
2.5.Dielektrik Polar .................................................................................. 13
2.6.Medan Listrik Di Antara Elektroda ................................................... 14
2.7.Rangkaian C-V Converter .................................................................. 20
2.8 Rangkaian C-V Converter .................................................................. 20
2.9 Diagram Blok Capacito Meter 2 Channel .......................................... 23
3.1 Diagram Alir Penelitian ..................................................................... 27
3.2 Diagram Alir Simulasi ....................................................................... 28
3.3 Desain Sensor kapasitansi .................................................................. 29
3.4 Model Batuan Shale Gas .................................................................... 30
3.5 Parameter Material ............................................................................. 30
3.6 Porous Media ..................................................................................... 31
3.7 Parameter Elektroda Transmitter ....................................................... 31
3.8 Parameter Elektroda Reciever............................................................ 32
3.9 Meshing.............................................................................................. 33
3.10 Nilai Kapasitansi .............................................................................. 33
3.11 Diagram Alir Rancangan Eksperimen ............................................. 34
3.12 Spesifikasi Rangkaian C-V Converter ............................................. 35
3.13 Ilustrasi Eksperimen Menggunakan Rangkaian C-V Converter ...... 36
3.14 Sketsa Eksperimen Menggunakan Capacitometer ........................... 37
3.15 Diagram Alir Analisis Data ............................................................. 39
4.1 Grafik Sensitivitas Sensor .................................................................. 41
4.2 Grafik Kapasitansi Orientasi Bentuk Pori Segitiga ........................... 42
4.3 Grafik Kapasitansi Orientasi Bentuk Pori Kotak ............................... 42
4.4 Letak Posisi Pori ................................................................................ 43
4.5 Grafik Pengukuran Kapasitansi Posisi Pori ....................................... 43
4.6 Grafik Pengaruh Porositas Terhadap Kapasitansi Batuan ................. 45
4.7 Grafik Kalibrasi Rangkaian C-V Pada Frekuensi Beragam .............. 46
4.8 Grafik Hubungan Kapasitansi Terhadap Frekuensi (Shalegas) ......... 46
x
4.9 Grafik Hubungan Kapasitansi Terhadap Frekuensi (Sandstone) ....... 47
4.10 Grafik Hubungan Kapasitansi Terhadap Perubahan Sudut Batuan
Shalegas ................................................................................................... 48
4.11 Grafik Hubungan Kapasitansi Terhadap Perubahan Sudut Batuan
Sandstone ................................................................................................. 49
4.12 Grafik Kapasitansi Orientasi Batuan Porositas 4,7% ...................... 50
4.13 Grafik Kapasitansi Orientasi Batuan Porositas 14,37% .................. 50
4.14 Grafik Hubungan Porositas Terhadap Pengukuran Kapasitansi Batuan
Sandstone ................................................................................................. 51
4.15 Grafik Hubungan Porositas Terhadap Pengukuran Kapasitansi Batuan
Shalegas ................................................................................................... 51
4.16 Grafik Hasil Pengukuran Capacitometer dan Rangkaian C-V Batuan
Sandstone ................................................................................................. 52
4.16 Grafik Hasil Pengukuran Capacitometer dan Rangkaian C-V Batuan
Shalegas ................................................................................................... 53
4.18 Grafik Hubugan Porositas Terhadap Kapasitansi ............................ 54
4.19 Grafik Hubungan Porositas Mix Model Terhadap Porositas Hasil
Simulasi.................................................................................................... 56
4.20 Grafik Hubungan Kapasitansi Terhadap Porositas Batuan Shalegas 57
4.21 Grafik Hubungan Porositas Mix Model Terhadap Porositas Batuan
Shalegas ................................................................................................... 58
4.22 Grafik Hubungan Kapasitansi Terhadap Porositas Batuan Sandstone 59
4.23 Grafik Hubungan Porositas Mix Model Terhadap Porositas Batuan
Sandstone ................................................................................................. 60
4.24 Grafik Hubungan Porositas Terhadap Kapasitansi Sampel Batuan
Sandstone 1h, 20h Dan 15h ..................................................................... 60
4.25 Grafik Hubungan Porositas Mix Model Terhadap Porositas Batuan
Sandstone 1h, 20h Dan 15h ..................................................................... 62
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Beberapa tipe Relative Dielectric Permittivity (RDP) dari beberapa material
bumi .................................................................................................................... 15
2.2 Interpretasi dari Nilai R ................................................................................. 24
3.1 Rancangan Hasil Pengamatan Simulasi ........................................................ 39
3.2 Rancangan Hasil Eksperimen ....................................................................... 39
4.1 Data Kapasitansi terhadap Perubahan Porositas ........................................... 44
4.2 Data Hasil Pendekatan Porositas Simulasi.................................................... 55
4.3 Data Hasil Pendekatan Porositas Batuan Shalegas ....................................... 57
4.4 Data Hasil Pendekatan Porositas Batuan Sandstone ..................................... 59
4.5 Data Hasil Pendekatan Porositas Batuan Sandstone 1H, 15H, dan 20H ...... 61
xii
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang membutuhkan energi dengan
jumlah yang besar karena permintaan kebutuhan energi terus meningkat setiap
tahun. Pada kenyataannya, total energi yang dihasilkan dari cara konvensional
telah mengalami penurunan dengan cepat, terutama produksi bahan bakar minyak
bumi. Oleh karena itu, dilakukan serangkaian penelitian dan eksplorasi untuk
menemukan sumber energi alternatif seperti potensi energi non-konvensional.
Sampai saat ini, energi non-konvensional yang sudah mulai dilakukan percobaan
eksploitasi adalah shalegas (Sunarjanto, 2012).
Shalegas adalah gas yang diperoleh dari batuan shale (serpih) yang terperangkap
di dalam ruang pori (Sostrowidjojo, 2011). Shalegas pada umumnya terperangkap
pada ruang pori dan di dalam rekahan batuan serpih (Ruppel, 2008). Permeabilitas
batuan serpih yang sangat rendah (<10 mD) sehingga memerlukan metode
perekahan untuk memproduksi gas (Potter, 1981). Metode perekahan yang
digunakan metode hydraulic fracturing. Fungsi hydraulic fracturing untuk
memperbesar rekahan batuan serpih sehingga dapat mempermudah pengambilan
gas pada pori batuan serpih (Sunarjanto, 2012). Namun sebelum dapat
2
dimanfaatkan dilakukan analisis terlebih dahulu pada batuan untuk menentukan
kualitas batuan.
Untuk menentukan batuan yang memiliki gas, maka batuan perlu memenuhi salah
satu kriteria yaitu memiliki porositas lebih besar dari 5% (Zheng, 2011). Hal ini
dikarenakan porositas dapat memprediksi jumlah gas yang akan diperoleh dari
batuan. Porositas menggambarkan rongga kosong pada bahan (Vlack, 2012), yang
di dalamnya dapat berupa gas. Pada umumnya analisis besar porositas batuan
dengan menggunakan alat ukur porosimeter dengan cara membandingkan volume
bulk dengan volume pori, menggunakan teknik tomografi konvensional Nuclear
Magnetic
Resonance
(NMR)
dan
micro-CT.
Namun,
metode
tersebut
membutuhkan kemampuan khusus dan alat yang cukup mahal. Selain dari metode
tersebut, analisis porositas batuan dapat dilakukan dengan metode analisis
dielektrik.
Analisis
dielektrik
merupakan
metode
yang
memanfaatkan
perbedaan
permitivitasnya pada bahan dengan menggunakan sensor kapasitansi. Sensor
kapasitansi mengukur besar kapasitansi objek berdasarkan perbedaan permitivitas
bahan. Penggunaan metode ini lebih mudah dan efektif karena tidak
membutuhkan kemampuan khusus dalam penggunaannya dibandingkan metode
konvesional.
Berdasarkan sifat kelistrikan, batuan terdiri dari matrik dan
porositas yang memiliki nilai permitivitas yang berbeda untuk porisitas sebesar 1
dan untuk matrik batuan serpih sekitar 5-15 (Conyers, 2013). Oleh karena itu,
analisis porositas batuan dapat dilakukan dengan metode analisis dielektrik.
3
Dengan mengembangkan sensor kapasitansi yang dapat mengukur dan
menganalisa besar porositas akan lebih mudah dan cepat untuk menentukan
kualitas batuan.
Beberapa studi analisis dielektrik batuan dilakukan oleh marzoug et al melakukan
penelitian untuk mengetahui pengaruh distribusi dielektrik terhadap kadar air dan
porositas
batuan shalegas. Ternyata, kadar air dan porositas batuan
mempengaruhi permitivitas bahan. Seperti pada penelitian stroud et al besar
permitivitas terpengaruh oleh jumlah minyak dan air yang mengisi ruang pori dan
pada penelitian rajeshwar menunjukkan penurunan permitivitas ketika mengalami
siklus pengeringan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini meliputi:
1. Bagaimana desain sensor kapasitansi yang optimal dalam pengukuran
kapasitansi sampel batuan.
2. Seberapa besar pengaruh porositas sampel batuan terhadap pengukuran
kapasitansi.
3. Bagaimana pengaruh frekuensi, struktur dan material sampel batuan
terhadap hasil pengukuran kapasitansi.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
4
1. Melakukan pengukuran kapasitansi batuan sampel batuan menggunakan
sensor kapasitansi.
2. Mencari hubungan porositas dengan kapasitansi pada sampel batuan
shalegas dan sandstone.
3. Mengetahui seberapa besar pengaruh frekuensi terhadap kapasitansi pada
porositas batuan yang berbeda.
4. Mengetahui besar pengaruh sudut putar (orientasi) batuan sampel terhadap
pengukuran kapasitansi batuan.
D. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Sampel batuan shalegas berasal dari satu sumur
2. Range frekuensi osiloskop yang digunakan 500Hz sampai 10MHz
3. Capacitometer menggunakan tegangan 18,4 Vpp dan frekuensi 2,5 MHz
4. Karakteristik sampel batuan yang diperoleh adalah hubungan porositas dan
kapasitansi terukur.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Mengetahui hubungan sifat dielektrik dan porositas sampel batuan
shalegas terhadap nilai kapasitansi
2. Mengetahui desain sensor kapasitansi yang optimal untuk batuan shalegas.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terkait
Sebenarnya penelitian terkait batuan shalegas telah lama dilakukan sejak tahun
1970. Rancangan setiap metode telah dilaksanakan untuk menganalisa sifat fisis,
karateristik batuan serta kandungan minyak dan gas di dalam batuan. Pada
penelitian Marzoug (2013) bertujuan mengetahui karakteristik batuan shalegas
menggunakan FTIR dan distribusi dielektrik material. Dalam eksperimen tersebut,
sifat dielektrik batuan shalegas diukur dari beberapa sumur. Selain itu, kompisisi
mineral dalam batuan shalegas dihubungkan dengan respon permitivitas relatif,
kemudian untuk mengetahui kadar komposisi mineral di dalam batuan dapat
diketahui menggunakan FTIR. Hasil penelitian tersebut, kadar air mempengaruhi
respon nilai permitivitas relatif batuan.
Bouledjnib dan Sahli (2010), meneliti pengaruh porositas terhadap nilai
permitivitas pada sebuah material menggunakan metode Monte Carlo. Pada
penelitian ini bentuk porositas berpengaruh terhadap permitivitas. Bentuk
porositas batuan antara seperti silinder, hexagonal, dan kubik yang sering
digunakan pada metode Monte Carlo. Mixing rules biasanya digunakan untuk
memprediksi nilai permitivitas campuran dua fase atau lebih dengan komposisi
campuran beragam bentuk pori.
6
B. Perbedaan Penelitian Terkait
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Marzoug (2013) menggunakan
perangkat pengukuran menggunakan alat Vector Network Analyser untuk
mengetahui permitivitas batuan. Pada penelitian tersebut membahas pengaruh
pengukuran kapasitansi terhadap porositas batuan shalegas. Sedangkan pada
penelitian ini penulis menggunakan sensor kapasitansi untuk mengetahui
pengaruh kapasitansi terhadap porositas, dengan menggunakan pendekatan
pemodelan untuk mengidentifikasi respon permitivitas terhadap distribusi
porositas batuan.
C. Batuan Shalegas
Shalegas adalah gas alam terperangkap dari batuan serpih yang biasanya
berfungsi ganda sebagai reservoir dan sumber untuk gas alam atau gas bumi.
Dalam reservoir, gas biasanya tersimpan dalam pori shale atau terbentuk secara
alami pada rekahan shale (Sostrowijojo, 2011). Selain itu, shale terbentuk kurang
dari 50% partikel clay (Silikat) dan silt (Kuarsa). Shale mengadung material
organik, iron oxcide dan heavy mineral (Butt, 2012). Shale memiliki
permeabilitas yang sangat rendah dari 0.1 sampai 0.0001 mD. Shalegas
merupakan salah satu gas non-konvesional yang memiliki potensi dua kali lebih
besar dari gas konvensional dengan nilai 500 Billion Feet Cubic (BFC)
(Sostrowijojo, 2011). Berikut contoh gambar batuan serpih yang ditunjukkan pada
gambar 2.1.
7
Gambar 2.1 Batuan Serpih (geologi.com)
Serpih memiliki permeabilitas yang rendah. Agar dapat diproduksi secara
kormesil batuan serpih harus di rekahkan (fracturing) untuk meningkatkan
permeabilitas. Tidak semua sumber batuan serpih dapat menghasilkan atau
melepaskan hidrokarbon (gas). Shalegas dapat bersumber dari batuan dan resevoir
batuan. Serpih menyimpan gas pada empat tempat (Ruppel, 2008) :
1. Terserap kedalam materi organik (kerogen)
2. Terjebak di dalam ruang pori
3. Di dalam fracture (Rekahan) shalegas
4. Jaringan pori dalam meteri organik (kerogen)
D. Porositas
Porositas suatu bahan menggambarkan ruang-ruang kosong (pori) pada bahan.
Porositas merupakan salah satu sifat fisis yang mendefinisikan sebagai
perbandingan antara volume total bahan dengan volume pori. Nilai porositas dapat
dinyatakan dalam persen atau desimal (Ismarani, 2004). Total fraksi volume poripori dalam sebuah material berpori disebut porositas. Porositas dibedakan menjadi
tiga yaitu pororsitas terbuka, porositas tertutup dan porositas total (Lee and
Rainforth, 1994). Porositas terbuka adalah volume pori-pori terbuka dalam
material dibagi dengan volume bulknya. Porositas tertutup adalah volume pori-
8
pori tertutup yang terkandung dalam maerial dibagi dengan volume bulknya.
Porositas total adalah fraksi volume pori-pori terbuka dan tertutup. Nilai dari
porositas total dapat dicari dengan persamaan.
(2.1)
Porositas memiliki nilai yang berbanding terbalik dengan densitas, dengan nilai
densitas tinggi akan menghasilkan nilai porositas yang cenderung rendah. Nilai
porositas yang tinggi menyatakan bahwa pada bahan tersebut memiliki banyak
rongga didalamnya. Rongga yang banyak akan menyebabkan bahan tersebut
mudah rapuh dan berkurang kekeuatannya (Vlack, 1992).
E. Kapasitansi
Kapasitor merupakan suatu perangkat yang dapat menyimpan muatan listrik dan
terdiri dari dua material konduktif (biasanya pelat atau lembaran) yang diletakkan
dekat satu sama lain namun tidak bersentuhan. Kapasitor sederhana terdiri dari
dua pelat sejajar dengan luas bidang A yang dipisahkan oleh jarak d. kerap kali
dua pelat sejajar ini digulung melingkar menggunakan kertas atau bahan isolator
lainnya yang memisahkan pelat (Giancoli, 2005).
+
+Q
-Q
Gambar 2.2 Kapasitor pelat sejajar
Jika kapasitor dihubungkan pada sumber tegangan, dua pelat akan segera terisi
muatan. Ketika kepingan terhubung pada piranti yang bermuatan (contohnya
9
baterai), seperti ditunjukan pada Gambar 2.2, muatan akan dipindahkan dari satu
konduktor ke konduktor lainya sampai beda potensial antara kutub positif (+) dan
kutub negatif (-) konduktor sama dengan beda potensial antara kutub positif (+)
dan kutub negatif (-) baterai. Jumlah muatan (Q) yang dipindahkan tersebut
sebanding dengan beda potensialnya (Tipler, 1996).
Q = CV
(2.2)
Konstanta C pada persamaan (2.2) disebut kapasitansi dari kapasitor. Satuan
kapasitansi adalah coulomb per volt, yang disebut farad (F). Kapasitansi C tidak
bergantugng pada Q atau V. Nilainya bergantung pada ukuran, bentuk, posisi dari
dua konduktor (pelat) dan material yang memisahkannya. Pada dua pelat sejajar
yang memiliki luas A dan dipisahkan dengan jarak d oleh material tertentu dan
merupakan permitivitas material, sehingga kapasitansinya adalah
(2.3)
Pada kapasitor umumnya ada material yang memisahkan dua pelat sejajar.
Material ini dinamakan material dielektrik. Material dielektrik merupakan
material yang memiliki kemampuan untuk menyimpan muatan. Apabila material
dielektrik mengisi jarak antara dua konduktor sejajar, akan meningkatkan
kapasitansi karena faktor
, yang disebut sebagai permitivitas relatif atau
konstanta dielektrik dimana:
(2.4)
maka:
(2.5)
dengan
merupakan permitivitas ruang hampa sebesar 8,85 x 10-12 C2/Nm2
(Sudirham dan Utari, 2012). Dua pelat sejajar dalam aplikasi karakterisasi sifat
10
dielektrik material disebut sebagai sensor kapasitif. Sensor kapasitif terbuat dari
dua pelat sejajar (yang disebut elektroda) yang berjarak tertentu sesuai dengan
persamaan (2.5). Semakin kecil jarak dua pelat dan semakin lebar luas permukaan
pelat maka kapasitansi yang terukur semakin tinggi. Diantara dua pelat sejajar
(elektroda sensor) diletakkan material yang akan diukur kapasitansinya.
Kapasitansi akan meningkat apabila diantara dua pelat sejajar diberikan material
dielektrik.
F. Perhitungan Nilai Kapasitansi Sensor Semi Silinder
Sensor kapasitansi sudah banyak digunakan dalam berbagai aplikasi sensor seperti
sensor laju aliran fluida, sensor tekanan, sensor sifat dielektrik bahan dan sensor
gerak. Ada beberapa jenis geometri pelat sensor yang dapat digunakan yaitu pelat
sejajar, silinder, lingkaran dan semi silinder (Baxter.1997). Dalam penelitian ini
menggunakan sensor kapasitansi semi silinder. Sensor kapasitansi adalah sensor
yang terdiri dari dua pelat yang berbentuk semi silinder yang dipisahkan oleh
jarak atau gap di antara dua pelat seperti gambar 2.3.
Gambar 2.3 Geometri sensor kapasitansi semi silinder (a) tanpa dielektrik (b)
dengan bahan dielektrik
11
(a)
(b)
Gambar 2.4 (a) Tampak atas sensor kapasitansi tanpa bahan dielektrik (b)
distribusi medan listrik bagian dalam sensor kapasitansi semi
silinder tanpa bahan dielektrik dan perwakilan simbol untuk
analisis metode numerik (Das et al, 2014).
Untuk mengetahui nilai kapasitansi dari sensor kapasitansi semi silinder
digunakan analisis numerik. Pada gambar 2.4b mempelihatkan distribusi medan
listrik bagian dalam sensor kapasitansi semi silinder untuk analisis metode
numerik. Perbedaan mendasar antara kapasitor pelat sejajar dan semi silinder
kapasitor adalah bahwa perbedaan jarak pada setiap titik dua pelat ini beragam
sepanjang permukaan melengkung. Perbedaan potensial antara dua pelat adalah V.
Untuk memperkirakan kapasitansi sensor dapat diasumsikan bahwa pelat A
bermuatan + Q dan pelat B bermuatan -Q dan medan listrik antara pelat sejajar
adalah E = Q / Aε0. Karena struktur semi silinder dari pelat daerah itu πRH oleh
karena itu diperoleh:
(2.6)
di mana
permitivitas ruang hampa, A luas permukaan elektroda, R adalah jari-
jari, H tinggi pelat dan Q muatan. Sedangkan perbedaan potensial dinyatakan:
∫
∫
(2.7)
12
Jarak gap d yang memisahkan antara dua pelat akan berubah bersamaan dengan
permukaan lengkung. Jarak gap di antara setiap titik dari permukaan melengkung
dari tepi adalah L = 2Rsinθ, di mana θ adalah sudut antara jari-jari (R) dan bidang
horizontal dari permukaan melengkung. Jadi, laju perubahan jarak gap di antara
dua permukaan melengkung sehubungan dengan sudut θ adalah
(2.8)
dari persamaan 2.6 dan 2.8 yang dikombinasikan pada persamaan 2.7 diperoleh
persamaan :
[
]
di mana,
(2.9)
maka nilai kapasitansi sensor tanpa bahan dielektrik adalah
C=Q/V
(2.10)
(2.11)
Karena rancangan desain sensor dalam penelitian ini adalah dua pelat direkatkan
dinding bagian luar pipa PVC, maka media dielektrik antara dua pelat adalah
udara, pipa PVC dan sampel. Sehingga kapasitansi sebenanrya:
(2.12)
Di mana
adalah permitivitas ruang vakum 8,85 x 10-12 C2/Nm2,
permitivitas udara,
permitivitas pipa,
permitivitas sampel,
dalam pipa dan ketebalan pipa PVC (Das et al, 2014).
G. Material Dielektrik
adalah
jari-jari bagian
13
Material dielektrik adalah suatu material nonkonduktor, seperti kaca, kertas, air
atau kayu bahan yang apabila diberikan beda potensial (tegangan) dapat
mempertahankan beda potensial.
Gambar 2.5 Dielektrik Polar (Nolan, 1993)
Jika molekul-molekul dalam dielektrik bersifat polar, maka dielektrik tersebut
memiliki momen dipol. Momen dipol secara normal tersebar secara acak (gambar
2.5a). Dalam pengaruh medan listrik di antara keping-keping elektroda, momen
dipol menerima suatu gaya listrik yang memaksa momen dipol tersebut
menyearahkan diri, searah dengan medan listrik (gambar 2.5b). Kemampuan
momen dipol untuk menyearahkan diri dengan medan listrik tergantung pada kuat
medan dan temperatur. Pada temperatur tinggi, gerak termal molekul-molekul
yang bersifat acak, cenderung menghambat proses penyearahan (Tipler, 1996).
Jika molekul-molekul dielektrik bersifat non-polar, maka dalam pengaruh suatu
medan listrik dari luar, molekul-molekul dielektrik akan menginduksi momenmomen dipol yang searah dengan arah medan seperti pada gambar 2.6a. Suatu
dielektrik dengan momen-momen dipol yang searah dengan medan listrik dapat
dikatakan terpolarisasi oleh medan listrik dari luar (Tipler, 1996).
14
E0
E0
Ei
Gambar 2.6 Penampakan medan listrik di antara elektroda secara molekuler (a)
Udara (b) polar (c) Non-polar (Nolan,1993)
Ketika suatu dielektrik diletakkan antara elektroda, maka medan listrik dari
elektroda akan memolarisasikan molekul-molekul dielektrik seperti pada gambar
2.6b. Hasilnya adalah terdapat suatu muatan terikat pada permukaan dielektrik
yang menghasilkan medan listrik (Ei) yang berlawanan dengan medan listrik dari
luar (gambar 2.6c). Dengan demikian, medan listrik antara elektroda menjadi
lemah dengan adanya dielektrik (Tipler, 1996).
Setiap material memiliki nilai permitvitas yang berbeda bergantung kepada jenis
dan struktur ikatan kimia material. Tabel 2.1 menampilkan permitivitas dari
berbagai material di bumi. Beberapa material memiliki permitivitas dengan skala
berbeda karena material tersebut memiliki kandungan unsur yang berbeda tiap
jenisnya yang mempengaruhi permitivitas relatif.
15
Tabel 2.1 Beberapa tipe Relative Dielectric Permittivity (RDP) dari beberapa
material bumi (Conyers, 2013)
Material
RDP
Air
1
Dry sand
3–5
Dry silt
3–30
Ice and snow
3–4
Asphalt
3–5
Volcanic ash/pumice
4–7
Limestone
4–8
Granite
4–6
Permafrost
4–5
Coal
4–5
Shale
5–15
Clay
5–40
Concrete
6
Saturated silt
10–40
Dry sandy coastal land
10
Average organic-rich surface soil
12
Marsh or forested land
12
Organic rich agricultural land
15
Saturated sand
20–30
Fresh water
80
Sea water
81–88
Konstanta dielektrik atau permitivitas listrik relatif adalah sebuah konstanta dalam
ilmu fisika. Konstanta ini melambangkan rapat fluks elektrostatistik dalam suatu
bahan bila diberi potensial listrik, berbanding energi listrik yang tersimpan pada
bahan jika diberi sebuah potensial relatif vakum (ruang hampa). Dimana
permitivitas relatif dari sebuah medium berhubungan dengan susceptiblity
(kerentanan) listrik e. Berdasarkan nilai bahan dielektrik tersebut (tabel 2.1)
dapat mempengaruhi gaya elektrostatis pada suhu tertentu yang disebut
permitivitas. Kemampuan dielektrik mendukung gaya elektrostatis berbanding
lurus dengan permitivitas. Secara sederhana pemitivitas adalah kemampuan dari
sebuah material untuk menyimpan dan melepaskan energi elektromagnetik yang
16
disebabkan muatan listrik dan berhubungan dengan kemampuan penyimpan
kapasitor.
H. Teori Mixing Model
Ada berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk memprediksi permitivitas
material antara lain yaitu aturan Lichterecker, Complex Refractive Index Model
(CRIM) dan Volume Average Theory (VAT). Pendekatan ini menghubungkan
permitivitas relatif campuran dengan fraksi volume campuran suatu material.
Berikut penjelasan dari aturan Lichterecker. Menurut Lichterecker bahan
dielektrik campuran dapat ditulis sebagai berikut ini:
(2.13)
Dimana εh dan εl adalah permitivitas dari fasa dielektrik tinggi dan fasa dielektrik
rendah, Vh dan Vl merupakan fraksi volume dari dielektrik fasa tinggi dan
dielektrik fasa rendah (Vh + Vl = 1), α merupakan permitivitas efektif dari
komposit, dan εm merupakan permitivitas relatif campuran.
Ketika α = -1, aturan mixing seri:
(2.14)
dan ketika α =1, aturan mixing paralel:
(2.15)
Volume Average Theory (VAT) adalah model yang digunakan untuk mengetahui
dielektrik efektif dan sifat listrik dari dua fase berbeda. Dari refrensi lain, menurut
hasil perhitungan dibandingkan dengan model pendekatan lain seperti MaxwellGarnet Theory, Bruggeman, parallel model, series model, model VAT lebih
efektif memprediksi sifat nanopori dengan variasi besar pori dan besar porositas
17
pada film (Garahan et al, 2007). Penelitian yang dilakukan Rio dan Whitaker
mengaplikasikan model VAT ke dalam persamaan Maxwell untuk daerah
persebaran acak suatu matrik. Untuk memprediksi permitivitas efektif dari
campuran dua fase berbeda
(2.16)
Dimana
fase
permitivitas efektif campuran,
porositas material, permitivitas
tinggi dan permitivitas fase rendah
(Rio, 2000).
Complex Refractive Index Model (CRIM) merupakan salah satu model yang
berasal aturan Lichterecker (Gueguen and Palciauskus,1994). Model ini yang
dapat diterapkan untuk menggambarkan sifat dielektrik suatu material. CRIM
memperkenalkan parameter yang menceritakan arah rambat gelombang
elektromagnetik dengan fraksi volume. CRIM adalah model yang terbukti efektif
untuk multifase dengan material granular. CRIM memiliki keuntungan yang
hanya membutuhkan pengetahuan dari sebuah permitivitas bahan dan persentase
fraksi volume (Tsui, 1997). Secara umum formula CRIM dapat di tulis sebagai
berikut :
(∑
Dimana
√ )
(2.17)
permitivitas efektif bulk, fi fraksi volume material dan
permitivitas
komplek. Beberapa jumlah fase dapat dimasukkan dalam kasus pemodelan ini,
ada 3 model fase yang ditetapkan dengan
,
dan
mewakili yang diukur
permitivitas efektif komplek dari air, matrik dan gas matrik. Sehingga formula
CRIM menjadi (Cassidy, 2009).
18
*
√
(
√
)
√
+ (2.18)
I. Capacitometer
Capacitometer adalah suatu alat ukur kapasitansi yang terdiri dari 2 channel yang
digunakan untuk keperluan pengukuran bahan atau benda yang mempunyai
kapasitansi dalam orde femto farad hingga piko farad. Capacitometer ini mirip
dengan LCR meter yang banyak di jual di pasaran. Capacitometer mempunyai
keunggulan yang lebih baik karena mampu mengukur kapasitansi dalam orde
femto farad sedangkan LCR meter hanya dalam orde piko farad.
Capacitometer menggunakan prosessor 8 bit dari atmel atmega128 dengan
frekuensi clock 14.7456 MHz untuk mengolah akusisi data. Sedangkan
pengkondisi sinyal menggunakan rangkaian C-V (capacitance to voltage), gain
awal, low pass filter, pengatur tegangan dc offset, dan programmable gain
amplifier (PGA). Terdapat fitur tambahan yaitu adanya ekektroda referensi yang
digunakan sebagai data referensi jika terdapat naik turunnya sinyal yang
diakibatkan oleh kondisi lingkungan seperti kelembaban, temperatur, tekanan.
Konversi data menggunakan ADC simultan AD7606 dan range pengukuran
bidang diatur hingga 25 pf.
a) Perhitungan kapasitansi
Terdapat beberapa proses dalam menghitung kapasitansi dari sensor
capacitometer. Sensor harus diinjeksi dengan sinyal yang berubah
terhadap waktu (t) misalnya sinus atau kotak kemudian dilakukan konversi
19
dari kapasitansi
menjadi
tegangan
menggunakan rangkaian
C-V
selanjutnya dilakukan akusisi data dan dikirim ke PC.
1. Rangkaian C-V
Rangkaian pada gambar 2.7 merupakan rangkaian pengukuran
kapasitansi berbasis AC atau AC-Based dalam referensi lain disebut
rangkaian C-V Converter. Rangkaian ini merupakan intergrator yang
berfungsi untuk mengumpulkan semua muatan yang mengalir pada
Cf. Kapasitor Cx sebagai C masukkan dihubungkan langsung ke opamp dan sumber tegangan untuk mengurangi noise. Metode ini
disebut metode pembalik muatan yang menggunakan tegangan step
(ΔV) terhadap ground pada op-amp. Ada empat bagian utama dalam
proses pengukuran kapasitansi, yaitu Cx sebagai kapasitor yang akan
diukur nilai kapasitansinya bisa berupa kapasitor polar dan non-polar
ataupun bisa berupa dua buah pelat yang berfungsi sebagai elektroda.
Sebelah kiri elektroda adalah sinyal generator untuk tegangan eksitasi
yang digunakan untuk memberikan sinyal sinusoidal dengan tegangan
dan frekuensi tertentu, di sebelah kanan elektroda adalah rangkaian
deteksi yang berupa operasional amplifier (op-amp) dan sebuah
resistor dan kapasitor Cf. Kemudian keluaran op-amp dihubungkan
dengan sebuah osiloskop untuk menganalisis sinyal yang dihasilkan.
Berdasarkan sinyal tersebut dapat dihitung berapa nilai kapasitansi
dari sebuah kapasitor tersebut.
20
Signal
Generator
Osiloskop
Gambar 2.7 Rangkaian C-V Converter
Dengan sumber tegangan sinus (vi) sebagai sumber ekstasi yang
diterapkan pengukuran kapasitansi Cx, menyebabkan arus AC masuk.
Op-Amp dengan umpan balik kapasitansi dan resitansi (Cf, Rf) akan
mengubah masukkan AC ini menjadi tegangan AC (sebagai catatan
umpan balik resistansi diperlukan untuk menjaga keluaran dari opamp tidak mengalami saturasi). Dengan hal tersebut rangkaian
pengukuran kapasitansi berbasis AC ini akan menghasilkan sinyal AC
yang
sebandung
dengan
nilai
kapasitansi
yang
(Yang,1995).
Gambar 2.8 Rangkaian C-V Converter
diukur
Cx
21
Pada gambar 2.8 juga disebutkan sebagai butterworth low-pass filter
yang menghasilkan rippel keluaran sesuai dengan kapasitor Cx yang
terpasang. Pada rangkaian tersebut (gambar 2.8) menggunakan prinsip
inverting amplifier atau amplifier pembalik. Dengan rektansi kapasitif
(XCx) pada input, dan paralel dari rektansi kapasitif (XCf) dan
resistensi pada umpan balik (Rf). Hubungan antara tegangan masukan
(vi) dengan tegangan keluaran (vo) adalah sebagai berikut
(2.19)
Zo adalah impedansi pada umpan balik dan Zi adalah impedansi dari
input. Zo didapatkan dengan hubungan paralel dari reaktansi kapasitif
(XCf) dan resistansi (Rf) dan untuk Zi didapatkan dengan reaktansi
kapasitif (XCx). Sehingga diperoleh persamaan
(2.20)
(2.21)
(2.22)
(2.23)
(2.24)
Dengan nilai Zo dan Zi persamaan 2.19 menjadi sebagai berikut
(
)
(2.25)
Persamaan reaktansi kapasitif dapat diubah dengan menggunakan
persamaan berikut
(2.26)
22
(2.27)
adalah frekuensi angular dari sumber gelombang sinus. Sehingga
persamaan 2.25 akan menjadi
(
)
(2.28)
(
)
(2.29)
(
)
(2.30)
(
)
(2.31)
Jika nilai Rf dibuat sedemikian besar sehingga |
| >>1 sebagai
contoh
|
maka
|
maka persamaan 2.31 menjadi lebih sederhana.
Hal ini jika umpan balik resitansi jauh lebih kecil dari nilai reaktansi
kapasitif, atau pembagian nilai resitansi oleh reaktansi kapasitif jauhjauh lebih besar dari satu maka dengan asumsi tersebut pada
persamaan 2.27 maka nilai +1 akan dapat diabaikan. Sehingga
persamaan 2.31:
(
)
(2.32)
Maka persamaan 2.32 menjadi
( )
atau
(2.32)
23
( )
(2.33)
2. Blok Diagram Capacitometer
Gambar 2.9 menunjukkan blok diagram capacitometer 2 channel yang
mempunyai fitur yaitu adanya dengan elektroda referensi yang
digunakan sebagai data referensi jika terdapat naik turunnya sinyal
yang di akibatkan oleh kondisi lingkungan seperti kelembaban,
temperatur dan lain-lain (Edwar Tech, 2015).
C/V
AC
G1
Peak
LPF
G2
Swift
DC
Mikrokontroller Atmega128
FTDI
G3
LCD
Data Signal Path
Control Signal
ADC
Tombol
Fungsi
PRE
AC
Path
Gambar 2.9 Diagram Blok Capacitometer 2 Channel
J. Analisis Regresi dan Korelasi
Analisis regresi berguna untuk mendapatkan hubungan fungsional antara dua
variabel atau mendapatkan pengaruh antara variabel prediksi x terhadap variabel
y. Analisis regresi diperlukan untuk untuk mencari kebenaran secara ilmiah atau
ilmu. Salah satu fungsi ilmu adalah meramalkan (prediksi), menggambarkan,
menerangkan dan mengontrol. Analisis regresi dapat digunakan jika variabel yang
24
akan
dicari
hubungan
fungsionalnya
mempunyai
data
berdistribusi
normal.;variabel x tidak acak sedangkan variabel y harus acak; variabel yang
dihubungkan mempunyai pasangan yang sama dari subyek yang sama pula;
variabel yang dihubungkan mempunyai data interval. Persamaan regresi dapat
dihitung secara manual dengan bantuan tabel penolong, kalkulator dan komputer.
Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier antara
dua variabel atau lebih. Hubungan antara dua variabel di dalam teknik korelasi
bukanlah dalam arti sebab akibat, melainkan hanya merupakan hubungan searah
saja. Contoh hubungan sebab akibat: kemiskinan dengan kejahatan; kebersihan
dengan kesehatan. Keadaan ini berbeda dengan hubungan searah di dalam analisis
korelasi. Dalam korelasi (R) hanya dikenal hubungan searah saja, contohnya:
tinggi badan menyebabkan berat badannya bertambah, tetapi berat badan
bertambah belum tentu menyebabkan berat badan bertambah; meningkatkanya
pemakaian mobil pribadi menyebabkan macet lalu lintas, macet lalu lintas belum
tentu meningkatkan pemakaian mobil pribadi (Usman dkk, 2006 ).
Tabel 2.2 Interpretasi dari Nilai R
Korelasi (R) Interpretasi
0
Tidak berkorelasi
0,01 - 0,20
Sangat rendah
0,021 – 0,40
Rendah
0,41 – 0,60
Agak rendah
0,61 – 0,80
Cukup
0,81 – 0,9
Tinggi
1
Sangat Tinggi
25
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai April 2015.
Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di C-Tech Labs,
Edwar Technology dan Laboratorium Elektronika Dasar dan Instrumentasi
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah :
1. Capacitometer versi 3.0 merk Edwar tech untuk mengukur nilai
kapasitansi bahan
2. Komputer untuk menyimpan data hasil pengukuran
3. Osiloskop untuk membaca sinyal tegangan input dan output
4. Rangkaian C-V Converter untuk konversi kapasitansi ke tegangan output
5. Power Supply untuk memberikan tegangan input
6. Multimeter untuk untuk mengukur arus (A), resistansi (Ω), tegangan AC
dan DC dan untuk mengecek komponen elektronika
26
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah :
1. Batuan shalegas dan sandstone (Lampiran 4) untuk bahan uji eksperimen
2. Kabel coaxial RG 174 digunakan sebagai penghubung rangkaian dengan
panjang 50 cm
3. Konektor BNC untuk penghubung kabel dengan sensor
4. Kawat timah untuk menempelkan komponen pada PCB
5. Lem tembak digunakan untuk merekatkan alat
6. Air digunakan untuk bahan uji kalibrasi sensor kapasitansi
7. PCB untuk menghubungkan komponen-komponen pada rangkaian agar
arus mengalir seperti pada sebuah kabel
8. Plat tembaga dengan ketebalan 0,05 mm untuk dijadikan elektroda sensor
kapasitansi dimana salah satu plat akan di alir tegangan yang berfungsi
sebagai transmitter dan yang lain menjadi reciever.
9. Plat aluminium dengan ketebalan 0,5 mm untuk dijadikan pelindung luar
sensor
10. Busa eva untuk pelindung sensor dari tetes air
11. COMSOL Multiphysic digunakan sebagai program simulasi
12. Resistor untuk meningkatkan hambatan pada rangkaian
C. Rancangan Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini akan dilakukan beberapa tahap langkah kerja. Beberapa tahap
langkah kerja pada penelitian ini akan dijelaskan pada diagram alir gambar 3.1.
27
Mulai
Desain sensor
Secara Simulasi
Secara Eksperimen
Data Kapasitansi
Analisis Data
Selesai
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
Desain sensor merupakan proses pembuatan desain sensor dengan menggunakan
bantuan perangkat lunak COMSOL Multiphysic. Setelah desain selesai dibuat,
melakukan pengujian desain sensor secara simulasi sebelum dijadikan perangkat
keras (sensor).
Pengambilan data kapasitansi adalah proses pengambilan data kapasitansi
batuan shalegas dan batuan sandstone. Proses pengambilan dibagi menjadi dua
metode secara simulasi dan eksperimen. Hal ini dilakukan untuk memperkuat
penelitian dari hasil pengukuran (eksperimen) dengan hasil teori (simulasi).
Analisis Data adalah proses untuk menganalisa seluruh data kapasitansi untuk
mengetahui
karakter
batuan
antara
porositas
dan
kapasitansi.
Dengan
menggunakan metode regresi data yang terkumpul akan dianalisa dengan
28
persamaan mixing model. Metode regresi digunakan untuk mengetahui mixing
model mana yang memiliki akurasi paling tinggi untuk memprediksi porositas
batuan.
1.
Simulasi dan Komputasi
Simulasi bertujuan untuk mendukung hipotesa teori terkait hubungan porositas
terhadap kapasitansi batuan. Model sensor dan batuan disesuaikan dengan sifat
fisis sebenarnya. Model sensor yang dibuat menggunakan software COMSOL
Multiphysic. Sesungguhnya, simulasi tetap menggunakan persamaan fisika dan
metode numerik untuk meminimalkan nilai error sehingga hasil simulasi
mendekati hasil eksperimen. Prosedur simulasi pada penelitian ini akan dijelaskan
pada diagram alir gambar 3.2.
29
Gambar 3.2 Prosedur dasar simulasi
a. Desain Sensor
Model geometri sensor dan batuan shalegas dibuat secara 3 dimensi
dengan batuan software COMSOL Multiphysic. Geometri sensor
diperlihatkan pada gambar 3.3 dengan jarak pemisah antara dua elektroda
bagian tepi sebesar 5 mm dan pemodelan batuan shalegas diperlihatkan
pada gambar 3.4.
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 3.3 Desain sensor kapasitansi (a) desain sensor (b) sensor
tampak atas (c) desain elektroda (d) tinggi sensor
30
Gambar 3.4 Model batuan shalegas
Untuk mengurangi medan tepi membesar pada sisi-sisi elektroda dan dapat
mengurangi akurasi pengukuran kapasitantasi, bentuk elektroda Rx
berbeda dengan elektroda Tx. Setelah geometri berhasil di import-kan
kedalam COMSOL Mutlipysic, langkah selanjutnya mendeskripsikan
material pada setiap geometri.
b. Parameter Materials
Parameter ini menjelaskan material yang akan digunakan pada subdomain
dan boundary dari geometri. Material dibutuhkan untuk mengetahui sifat
elektromagnetik ketika diberi medan listrik. Material yang digunakan pada
simulasi ini antara lain adalah : udara (standar), tembaga (copper) dan
matrik batuan shalegas yang ditunjukkan pada gambar 3.5.
Gambar 3.5 Parameter material
31
Bagian-bagian sensor (gambar 3.3) seperti elektroda dan ground, material
yang digunakan adalah tembaga. Untuk material batuan (gambar 3.4)
dibagi menjadi dua buah material yaitu matriks (batu) dan pori (udara).
Untuk material matriks batuan memiliki permitivitas 10 karena rata-rata
batuan shale memiliki nilai permitivitas 5-15 (tabel 2.1) dan pori bersifat
hidrokarbon (gas) udara dengan permitivitas 1 (tabel 2.1).
c.
Parameter Elektrostastik
Parameter ini menjelaskan elektrostatik pada bahan/material, berapa besar
porositas material (Porous Media) (pada gambar 3.6) dan memberikan
nilai tegangan pada elektroda transmitter (pada gambar 3.7) dan reciever
(pada gambar 3.8). Pada elektroda transmitter diberi masukkan 18 volt dan
reciever diberi nilai 0 volt.
Gambar 3.6 Porous media
Gambar 3.7 Parameter elektroda transmitter
32
Gambar 3.8 Parameter elektroda reciever
Pada elektroda transmitter diberi tegangan positif dan elektroda reciever
tidak diberi tegangan sehingga terjadi beda potensial antara dua elektroda.
Seperti prinsip kapasitor, ketika elektroda terhubung pada sumber
tegangan (beda potensial) muatan akan berpindah dari satu elektroda ke
elektroda sampai jumlah muatan positif dan negatif sama. Jumlah muatan
(Q) yang berpindah sebanding dengan beda potensial (V) seperti yang
dijelaskan pada persamaan 2.20.
d. Parameter Meshing
Mesh merupakan bagian unit terkecil dari geometri sensor dengan bentuk
sederhana. Meshing adalah pembagian domain geometri sensor ke domain
lebih kecil (mesh) Pengaturan mesh dapat diatur sekecil apapun sesuai
dengan kemampuan tingkat komputasi dari komputer yang digunakan.
Umumnya semakin halus ukuran mengurangi nilai error yang diperoleh,
tetapi ukuran memori komputer juga harus besar jika tidak akan
memperlambat proses komputasi. Untuk mempermudah proses simulasi
ukuran mesh normal (jumlah elemen: 12571) sudah cukup. Gambar 3.9
memperlihatkan hasil meshing sensor.
33
Gambar 3.9 Meshing
e. Parameter Solver
Solver adalah teknik untuk mencari solusi metode numerik. Solver
bertujuan untuk mengatur sistem penyelesaian masalah simulasi sesuai
dengan teorema fisika, dalam hal ini masalah medan listrik. Pengaturan
parameter solver pada COMSOL Multiphysic harus bersesuaian dengan
kasus yang akan diselesaikan. Kemudian ekstrak nilai kapasitansi dari
hasil simulasi seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.10.
Gambar 3.10 Data kapasitansi sensor
f. Analisis Data
Setelah simulasi selesai, langkah selanjutnya menggunakan data
kapasitansi untuk dianalisis secara regresi dengan menggunakan
34
persamaan mix model VAT dan CRIM untuk mengetahui akurasi dari
masing-masing mix model.
2. Eksperimen
Pada bagian eksperimen pengambilan data kapasitansi menggunakan 2 perangkat
yaitu rangkaian C-V-converter
dan capacitometer. Sampel batuan yang
digunakan sebelumnya telah dilakukan pengujian porositas dengan porosimeter
sehingga nilai porositas batuan diketahui. Setiap pengujian menggunakan sensor
kapasitansi. Gambar 3.11 merupakan diagram alir eksperimen.
Gambar 3.11 Diagram alir rancangan eksperimen
35
a. Uji Permeabilitas dan Porositas
Sampel yang digunakan telah dilakukan pemeriksaan permeabilitas dan porositas.
Tujuannya sebagai data acuan untuk mengetahui hubungan kapasitansi dengan
porositas batuan, sehingga mempermudah penelitian.
b. Rangkaian C-V Converter
Rangkaian C-V converter terdiri dari komponen IC AD827, resistor dan kapasitor.
Rangkaian C-V converter dapat dilihat pada gambar 3.12 dengan spesifikasi Cf
sebesar 20pF dan Rf 10kΩ.
20 pF
10 kΩ
Sensor
IC AD827
Gambar 3.12 Spesifikasi rangkaian C-V Converter
Pada eksperimen ini perangkat yang digunakan antara lain rangkaian C-V
converter Osiloskop, Signal Generator, Sensor kapasitansi dan komputer.
Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi serta tegangan optimal,
sedangkan komputer untuk menyimpan data pengukuran. Hasil dari pengukuran
ini, bisa menjadi pembanding dengan nilai porositas sampel batuan.
36
Garis Tanda Orientasi
Batuan
5 Derajat
Sensor Tampak Atas
Rx
Tx
Sinyal
Generator
Diputar
180
Derajat
Rangkaian
Konverter C-V
Osiloskop
Sensor
Gambar 3.13. Ilustrasi eksperimen menggunakan rangkaian C-V converter
Deskripsi ilustrasi eksperimen menggunakan rangkaian C-V pada gambar 3.13:
1) Masukkan sampel batuan ke dalam sensor kapasitansi dengan garis batuan
sejajar dengan garis sudut putar sensor kapasitansi.
2) Kemudian mengatur nilai input frekuensi dan tegangan signal generator yang
akan dihubungkan ke channel Tx sensor dan osiloskop.
3) Tegangan output yang keluar dari sensor kemudian akan menjadi tegangan
input rangkaian C-V converter. Tegangan ouput tersebut akan terbaca dengan
osiloskop.
4) Data pengukuran tegangan input Vi dan tegangan output Vo kemudian
dimasukkan ke dalam komputer/laptop untuk di analisis data pengukuran.
5) Data pengukuran yang terkumpul tersebut di analisa untuk mengetahui
pengaruh frekuensi terhadap kapasitansi.
37
c. Capacitometer
Capacitometer adalah perangkat akusisi data yang digunakan untuk mengolah
data pengukuran kapasitansi dengan frekuensi tunggal 2,5 MHz dan tegangan
input 18,4 Vpp. Capacitometer memiliki keunggulan yang mampu mengukur
kapasitansi ukuran orde femto farad sedangkan LCR tidak bisa. Fungsi dari alat
ini untuk mengukur kapasitansi dari batuan (material). Gambar 3.14
memperlihatkan ilustrasi percobaan menggunakan capacitometer.
Capacitometer
Sensor
Kursor
Layar
Tx
Rx
Tx
Rx
Gambar 3.14 Sketsa eksperimen menggunakan Capacitometer
Prosedur penggunaan capacitometer untuk mengukur kapasitansi batuan:
1) Meletakkan sampel batuan ke dalam kapasitansi yang telah dihubungkan ke
Capacitometer.
2) Melakukan pengaturan pada perangkat capacitometer pada bagian menu
berikut: CF, Gain, Frame Rate, offset untuk mendapatkan set optimal
terhadap pengukuran. Berikut adalah keterangan-keterangan dari fungsi set
menu pada capacitometer
a) CF adalah pengaturan rentang pengukuran (dalam piko farad) dimana
pengaturan ini adalah mengatur nilai kapasitansi feedback yang ada di
dalam rangkaian C-V.
38
b) Gain adalah menu pengaturan penguatan pada pengukuran kapasitansi.
c) Frame Rate adalah menu untuk mengatur kecepatan transfer paket data
dari sistem ke PC yang dihitung dalam frame/detik.
d) Tegangan offset adalah menu untuk mengatur tegangan offset supaya
tegangan pengukuran mendekati volt sehingga gain dapat di tingkatkan.
3) Setelah pengaturan di perangkat selesai, melakukan pengaturan pada program
matlab yang disesuaikan dengan pengaturan capacitometer.
4) Kemudian running program, save data Cx Cref Vref Vcf untuk di analisis
data pengukurannya.
Cx
: Nilai kapasitansi terukur
Cref
: Nilai Kapasitansi referensi rangkaian
V1
: Tegangan Output
Vref
: Tegangan referensi rangkaian
5) Nilai kapasitansi dari capcito meter akan dianalisis untuk mengetahui
pengaruh nilai porositas sampel batuan terhadap pengukuran kapasitansi.
d. Analisis Data
Setelah data eksperimen diperoleh, langkah selanjutnya menggunakan data
kapasitansi untuk dianalisis dengan metode regresi dengan menggunakan
persamaan mix model VAT dan CRIM untuk mengetahui akurasi dari masingmasing mix model.
39
Data Kapasitansi
Analisis Regresi
Koefisien
Persamaan VAT dan
CRIM
Pengujian Nilai Regresi
dengan Porositas
Gambar 3.15 Diagram alir analisis data
D. Rancangan Data Pengamatan
Setelah perancangan penelitian selesai, selanjutnya adalah pengambilan data
penelitian. Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut merupakan tabel rencana data
pengamatan.
Tabel 3.1 Rancangan Hasil Pengamatan Simulasi
No
1
2
3
4
Jenis
Batuan
Batuan A
Kapasitansi
Terukur
Porositas
(Pemodelan)
Porositas
(Simulasi)
Error %
Tabel 3.2 Rancangan Hasil Pengamatan Eksperimen
No
1
2
3
4
Jenis
Batuan
Batuan A
Batuan B
Batuan C
Batuan D
Kapasitansi
Terukur
Porositas
(Pemodelan)
Porositas
(Porosimetri)
Error %
63
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa.
1. Sensor kapasitansi mampu mengukur perbedaan kapasitansi pada setiap
sampel batuan dengan karakteristik (porositas) batuan yang berbeda. Pada
batuan shalegas kapasitansi terukur 3,12pF-5,96pF dan pada batuan
sandstone kapasitansi terukur 1,43pF-5,55pF.
2. Pada batuan sandstone hubungan porositas berbanding terbalik dengan
nilai kapasitansi batuan. Pada batuan shalegas hubungan porositas
berbanding lurus dengan nilai kapasitansi batuan, hal ini dikarenakan
dielektrik bahan lebih dominan dibandingkan besar porositas.
3. Frekuensi pengukuran optimal kapasitansi batuan shalegas dan sandstone
pada frekuensi 500kHz-1MHz karena pada frekuensi ini nilai kapasitansi
yang terukur maksimal.
4. Hubungan nilai kapasitansi terhadap sudut
orientasi pemindaian
menunjukkan sampel batuan 1H (sandstone) bersifat anistropik karena
pada sudut orientasi 0o-90o terjadi perubahan nilai kapasitansi yang
signifikan dari 5,55pF sampai 4,12pF. Sedangkan pada sampel yang lain
64
bersifat isotropik karena tidak terjadi perubahan kapasitansi yang
signifikan.
B. Saran
Adapun saran dari penelitian ini sebagai acuan perkembangan riset selanjutnya
adalah sebagai berikut:
1. Perlu penambahan sampel batuan yang memiliki komposisi material yang
homogen, agar mempermudah perkembangan riset terkait hubungan
kapasitansi dan porositas.
2. Mempelajari sifat elektromagnetik konstanta dielektrik campuran pada
jenis batuan berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, B. I., Barber, T., and Luling, M. 2006. Observations of large dielectric
effects on induction logs, or, can source rocks be detected with induction
measurements SPWLA 47th.Annual Logging Symposium.
Beck, M.S., Byars, M., Dyakowski.T. Principles And Industrial Applications Of
Electrical Capacitance Tomography.1997. Measurement and Control. Vol.
30. pp 197 – 200.
Bouledjnib, Leila and Sahli, Salah.2010. Investigation of Pores Influence On
Dielectric Constant Value In Low K Material Using Monte Carlo.
Universitie Mentouri de Constantine, LMI, Vol 12.
Butt, Ali Shehzad.2012. Shale Characterization Using X-Ray Diffraction. (Tesis)
Master Of Engineering, Universitas Dalhousie. Halifax, Nova Scotia.
Brenner, S.C and Scott, L.R. 1994. The Mathematical Theory of Finite Element
Methods.Springer.
Baxter, L. K.1997. Capacitive Sensors Design and Applications.IEEE Press. New
York
Cassidy, Nigel J.2009.Ground Penetaring Radar Theory And Elsavier Science
Applications.Universitas Wisconsin-Eau Claire.UK.
Conyers, Lawrence. 2013. Radar for Archaeology Third Edition. Amerika: Alta
Mira Press
Curtis, J.B.2002.Fractured Shale Gas systems. AAPG Bulletin vol 86. no.11 p.
1921-1938.
Das, Subir et al.2014. A Semi-Cylidrical Capacitive Sensor Used For Soil
Moisture Measurement.International Journal of Electrical, Computer,
Energetic, Electronic and Communication Engineering.India
Directorate General of Oil and Gas.2012.Indonesia’a Unconventional Oil & Gas :
Policies,Regulation and Opportunities on Upstream Oil & Gas Business
Development. www.migas.esdm.go.id.
Donthi, Sarath Subash. 2004.Capacitance Based Tomography for Industrial
Application.Electronic System Group EE Dept. IIT Bombay.
Giancoli, Douglas.2005.Fisika Dasar Jilid 2.Erlangga.Jakarta.
Hakim, Ahmad Novian Rahman. 2008. Algoritma Rekonstruksi Citra Pada
Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) Untuk Sistem
Pencitraan Tubuh Manusia. Departemen Fisika (Skripsi). Universitas
Indonesia. Depok.
Halliday, D and Resnick, R.1997. Fisika Edisi Ketiga Jilid 2.Jakarta:Erlangga.
Hayes, R R., Newill, P A.,Wodd, F J W.2010.An investigation into the use of a
mixture model for simulating the electrical properties of soil with varying
effective saturation levels for sub-soil imaging using ECT.Journal of Physic
University of Manchester, UK. IOP Publishing.
Ismarani, T.2004. Karakteristik Abu Hasil Pembakaran Batubara Bukit Asam
Tarahan, Lampung.(Skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Lee, W.E. and Rainforth, W.M.1994.Structure Oxides I:Al2O3 and Mullite in
Ceramic Micro Structure: Property Control by Processing. Chapman and
Hall. London. P. 290.316.
Marashdeh, Warsito and Fan, L.S. 2008. Electrical Capacitance Tomogrpahy-A
Perspective Q. I&EC research industrial & Engineering Chemistry
Research.Ohio State Univ.ACS Publications. Ind. Eng. Chem. Res. 47,
3708, 3719.
Marzoug, A., AlGhamdi, T., Sassi, K.H., Badri, M.2013.Advanced
Characterization Of Shale Gas Rocks Using Dual Range FTIR And
Dielectric Dispersion. The International Symposium of Society of Core
Analysts, California,USA. Publish Saudi Aramco and Sclumberger Dhahran
Reserach Center, SCA 2013-042.
Muhtadi, Almas Hilman. 2012. Citra Fungsional Otak Berbasis Metode
Tomografi Electrical Capacitance Volume Tomography. Jurusan Fisika
(Skripsi). Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Potter. 1981. Sedimentology of Shale. Blackwell Science: New York
Rajeshwar, K., and Inguva, R .1985.Application of dielectric spectroscopy to
chemical characterization of oil shales.Fuel vol. 64.
Reed, R. M., Loucks, R.G., Jarvie, D. M., and Ruppel, S. C.2007.Nanopores is the
Mississippian Barnett Shale: Distribution, Morphology, and Possible
genesis (abs.): Geological Society of America Abstracts with Programs, v.
39, no.6, p. 358.
Ruppel, S. C., Loucks, R. G., and Gale, J. F. W.2008. Related mudrock
successions in Texas cores and outcrops: a core workshop prepared for the
2008 AAPG/SEPM Annual Convention: The University of Texas at Austin,
Bureau of Economic Geology 82 p.
Saputra, Almusfi.2009. Menghitung Kapasitansi pada electrical capacitance
volume tomography (ECVT) dengan menggunakan metode Artificial Neural
Network. Departement.Fisika (Skripsi). Universitas Indonesia, Depok.
Smallman R.E, dan Bishop, R.J. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa
Material Edisi Keenam.Erlangga.Jakarta.
Sostrowidjojo, Imam B.2011. Teknik Identifikasi Shale Gas: Prospek Shale Gas
di Cekungan Sumatra Utara. Workshop Kapasitas Sumber Daya Manusia
dalam Penguasaan Teknologi Shale Gas Badan Litbang ESDM,PPPTMBG
LEMIGAS. Jakarta.
Sunarjanto, Djoko.2012.Ekspolarisasi dan Pengembangan Migas NonKonvesional Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Jakarta.
Stroud, D., Milton, G.W., De, B.R.1986.Analytical model for the dielectric
response of brine-satured rock.Chevron Oil Field Research Company, La
Habra. Dept. of Physics, Ohio State University, Columbus. Vol.34, no 8.
Tipler.1996. Fisika Universitas Sains dan Teknik.Erlangga.Jakarta.
Tsui, F and Matthews, S.I. 1997. Analytical Modeling of The Dielectric Properties
of Concerete for Subsurface Radar Application. Construction and Building
Materials. Vol. 11, No.3. pp. 149-161.
Usman, Prof.Dr.Husain dan Akbar,R. Purnomo Setyadi,M.Pd.2006.Pengantar
Statistika edisi kedua.PT.Bumi Aksara.Jakarta.
Vlack, V.1992.Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam dan non-Logam), Edisi
kelima. Alih Bahasa Sriati Djaprie.Erlangga.Jakarta.
Villares, Begon-Lours, Margo.2010. A Non-linear Model of Sensitivity Matrix for
Electrical Capacitance Tomography. Paris.
Warsito, Marashdeh dan Fan, Liang Shih. 2007. Electrical Capacitance
Volume Tomography. IEEE Sensors Journal, VOL. 7.
Xie C G, Huang S M, Hoyle B S, Thorn R, Lean C, Snowden D dan Beck M S.
1992. Electrical Capacitance Tomography For flow Imaging System Model
For Development Of Image Reconstruction Algorithms And Design
Of Primary Sensor. IEEE Proc. G 139 89–98
Yang, W Q. 1995.Hardware Design of Electrical Capacitance Tomography
System. IOP Publishing. Meas. Technol. Vol. 7. pp.255-232.
Yang, WQ dan Peng, Lihui. 2003. Image reconstruction algorithms for electrical
capacitance tomography. Measurement Science And Technology Vol 14.
Zheng, Majia. 2011. Start With The Rock Based Characterization Of The Lower
Silurian Longmaxigas-Shale In The Southwest of Sichuan Basin. China.
Zhang, X., Pan, L K., Sun, C Q.Effective Dielectric Constant of Chemically
Passivated Porous Silicon.Shcool of Electrical & Electronic Engineering,
Nanyang Technological University. Singapore. Publish Ntu.
Download