PROSES INDUSTRI KIMIA KESETIMBANGAN HOMOGEN DAN KESETIMBANGAN HETEROGEN Disusun Oleh: Kelompok II (A4) Roja Andesta NIM. 190140115 Yufri NIM. 190140121 Dina Septia NIM. 190140130 Rina Zahara NIM. 190140134 Muliani Rahmah NIM. 190140138 Hadyan NIM. 190140136 Rifai Abdullah NIM. 190140143 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE 2021 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca semuanya. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita pada umumnya dan bagi kami khususnya. Lhokseumawe, 13 Maret 2021 Penyusun Kelompok II i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 2 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 2 1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 3 1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4 2.1 Kesetimbangan Kimia................................................................ 4 2.2 Kesetimbangan Homogen dan Kesetimbangan Heterogen ....... 5 2.3 Kesetimbangan Homogen ......................................................... 5 2.4 Kesetimbangan Heterogen ........................................................ 7 2.5 Faktor Pergeseran Reaksi Kesetimbangan ............................... 8 2.6 Pengaruh Konsentrasi ............................................................... 8 2.7 Pengaruh Tekanan dan Volume ................................................ 8 2.8 Pengaruh Suhu ......................................................................... 9 2.9 Katalis........................................................................................ 9 BAB III APLIKASI DALAM INDUSTRI .................................................... 10 3.1 Pembuatan Asam Sulfat / Proses Kontak ................................ 10 3.2 Pembuatan Amonia / Proses Haber ........................................ 11 3.3 Pembuatan Asam Nitrat .......................................................... 12 BAB IV TUGAS KHUSUS ....................................................................... 13 4.1 Proses Pembuatan Asam Sulfat / Proses Kontak ................... 13 4.2 Bahan Baku Pembuatan Asam Sulfat ..................................... 13 4.3 Diagram Alir Pembuatan Asam Sulfat / Proses Kontak ........... 14 4.4 Uraian Proses Pembuatan Asam Sulfat / Proses Kontak ........ 15 4.5 Proses Pembuatan Amonia / Proses Haber ............................ 15 4.6 Kondisi Optimum Pembuatan Amonia ..................................... 16 ii 4.7 Diagram Alir Pembuatan Amonia / Proses Haber ................... 17 4.8 Uraian Proses Pembuatan Amonia / Proses Haber................. 17 4.9 Proses Pembuatan Asam Nitrat .............................................. 20 4.10 Oksidasi NH3 dengan udara ................................................... 20 4.11 Proses Retort .......................................................................... 21 4.12 Diagram Alir Pembuatan Asam Nitrat ...................................... 23 BAB V PENUTUP ................................................................................... 24 5.1 Kesimpulan .............................................................................. 24 5.2 Saran ....................................................................................... 24 iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di alam sekitar kita banyak terjadi reaksi-reaksi kimia, seperti fotosintesis. Fotosintesis adalah proses kimia yang mengubah karbon dioksida dan air menjadi karbohidrat dan oksigen, di mana reaksi ini berkataliskan klorofil dan menggunakan sinar matahari sebagai energi untuk reaksi. 6 CO2(g) + 6 H2O(l) → C6H12O6(s) + 6 O2(g) glukosa Reaksi pembakaran bahan bakar bensin menghasilkan energi untuk menjalankan kendaraan. Reaksi perkaratan logam (misal besi) terjadi karena reaksi antara logam dengan oksigen di udara. Amoniak merupakan hasil industri kimia yang sangat penting. Reaksi kesetimbangan nitrogen dan hidrogen pada kondisi standar (STP) menghasilkan amoniak dengan kualitas yang kurang baik. Produk amoniak dikembangkan dengan menggunakan suhu dan tekanan tinggi. Pada dasarnya, istilah kesetimbangan berhubungan dengan apa yang kita sebut ”keseimbangan kimia” akan tetapi, keseimbangan ini merupakan keseimbangan Mekanik. Ketika suatu reaksi kimia berlangsung dalam sebuah bejana yang mencegah masuk atau keluarnya zat-zat yang terlibat dalam reaksi tersebut. Maka besaran-besaran (kuantitas-kuantitas) dari komponen-komponen reaksi tersebut berubah ketika beberapa komponen tersebut digunakan dan komponen lainnya terbentuk. Setelah komposisinya tetap selama sistem tersebut tidak terganggu, sehingga sistem tersebut kemudian di katakan berada dalam keadan kesetimbangan atau lebih sederhana ”berada dalam kesetimbangan” dengan kata lain, sebuah reaksi kimia berada dalam kesetimbanagan ketika tidak ada kecenderungan kuantitas-kuantitas zat-zat peraksi dan zat hasil reaksi untuk berubah. Dalam keseimbangan mekanik, jika resultan gaya (net 2 force) pada suatu benda sama dengan nol, sehingga sebuah benda dikatakan kesetimbangan mekanik jika benda tersebut tidak sedang mengalami perubahan dalam gerakannya (percepatannya sama dengan nol). 1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini memperoleh hasil yang diinginkan, maka penyusun mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah : 1. Bagaimana konsep keadaan kesetimbangan kimia ? 2. Apa perbedaaan kesetimbangan homogen dan heterogen ? 3. Bagaimana pengaruh terhadap pergeseran kestimbangan ? 4. Apa saja penerapan kesetimbangan homogen dan heterogen pada industri asam nitrat dan proses hidrogenasi pada minyak tumbuhan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat dari penyusunan makalah ini adalah : 1. Untuk menjelaskan keadaan kesetimbangan kimia. 2. Untuk mengetahui perbedaan kesetimbangan homogen dan heterogen dalam suatu reaksi kimia. 3. Untuk mengetahui pengaruh terhadap pergeseran kestimbangan. 4. Untuk mengetahui mengetahui penerapan reaksi kesetimbangan di industri. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesetimbangan Kimia Kesetimbangan kimia adalah ilmu yang mempelajari semua proses yang dapat berlangsung dua arah, artinya proses atau reaksi yang dapat balik. Keadaan kesetimbangan kimia diperlihatkan pada contoh dibawah ini: Ag+ + Fe2+ ↔ Ag + Fe3+ Tanda panah kedua arah yang berlawanan menunjukkan bahwa reaksi dapat dibalik atau terjadi reaksi yang setimbang. Saat keadaan setimbang, tidak akan terjadi perubahan secara makrokopis, artinya perubahan yang dapat diamati atau diukur, tetapi reaksi terus berlangsung dalam dua arah dengan kecepatan yang sama. Jadi kesetimbangan kimia bersifat dinamis, jika ion Ag+ dan Fe2+ dicampur, laju perubahan Ag+ dan Fe2+ setiap saat selalu berubah. Jika suatu kimia telah mencapai keadaan kesetimbangan maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan sehingga tidak ada perubahan yang teramati dalam sistem. Meskipun demikian, aktivitas molekul tetap berjalan. Molekul-molekul reaktan berubah menjadi produk secara terus-menerus sambil molekul-molekul produk berubah menjadi reaktan kembali dengan kecepatan yang sama. Sedikit sekali reaksi kimia yang berjalan ke satu arah saja, kebanyakan adalah reaksi dapat balik. Pada awal reaksi dapat balik, reaksi berjalan ke arah pembentukan produk. Sesaat setelah produk tersebut, pembentukan reaktan produk juga mulai berjalan. Jika kecepatan reaksi maju dan reaksi balik adalah sama, dan dikatakan bahwa kesetimbangan kimia telah dicapai. Harus diingat bahwa kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan dan produk. Kesetimbangan antara dua fase zat-zat yang sama disebut kesetimbangan fisika, perubahan yang terjadi adalah proses fisika. 4 Jadi, kesetimbangan reaksi disebut juga dengan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan dinamis adalah pada keadaan-keadaan setimbang reaksi tidak diam (statis), tetapi terjadi dua reaksi berlawanan arah yang mempunyai laju reaksi sama. Pada keadaan tidak setimbang ini tidak terjadi lagi perubahan bersih dalam sistem reaksi. Misalkan kesetimbangan dinamis yang diasumsikan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada air yang dipanaskan dalam wadah tertutup sampai air menguap. Pada saat air menguap, uap air tertahan pada permukaan tutup wadah. Selanjutnya, uap air tersebut mengalami kondensasi yaitu menjadi cair kembali, kemudian jatuh ke dalam wadah. Pada wadah tersebut terjadi dua proses yang berlawanan arah, yaitu proses penguapan yang arahnya ke atas dan proses kondensasi yang arahnya ke bawah. Pada saat tertentu laju proses penguapan dan laju proses kondensasi akan sama. Hal itu dapat kita lihat volume air dalam wadah tersebut adalah tetap. Keadaan seperti itu disebut kesetimbangan dinamis. 2.2 Kesetimbangan Homogen dan Kesetimbangan Heterogen Berdasarkan fase dari zat-zat yang terlibat dalam reaksi kesetimbangan, maka kesetimbangan dibedakan sebagai berikut: 2.3 Kesetimbangan Homogen Kesetimbangan homogen adalah suatu kesetimbangan yang hanya terdiri atas satu fasa atau reaksi dalam dimana semua spesies pereaksi ada dalam fase yang sama . Salah satu contoh kesetimbangan homogen yaitu : H2O + I2 ↔ 2HI 2SO2 + O2 ↔ 2SO3 Gas A dan B bereaksi membentuk C dan D. Pada saat setimbang, kecepatan reaksi pembentuk gas C dan D adalah sama dengan pembentukan gas A dan B. Reaksi ini dapat dinyatakan dengan persamaan: A(g) + B(g) ↔ C(g) + D(g) 5 V1 adalah kecepatan reaksi pembentukan gas C dan D. V 2 adalah kecepatan reaksi pembentukan gas A dan B. Pada saat setimbang : K= [πͺ][π«] [π¨][π©] Harga K adalah tetap pada temperatur tertentu yang sama. Untuk reaksi pada temperatur tetap, secara umum dinyatakan dengan persamaan : mA + nB ↔ pC + qD p [C] [D]q Kc = [A]m [B]n a. Hubungan Kp dan Kc Persamaan keadaan gas ideal dapat ditulis sebagai berikut : n P = ( ) RT v ο· Karena ( n/V ) = konsentrasi (C), maka P = CRT ο· Untuk reaksi A(g) + B(g) ↔ C(g) + D(g) Harga Kp menjadi : Kp = Kc x (RT)βn b. Prinsip Le Chatelier Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, pada tahun 1884, Henri Le Chatelier, menemukan bahwa ”jika reaksi kimia yang setimbang menerima perubahaan keadaan (menerima aksi dari luar), reaksi tersebut akan menuju pada kesetimbangan baru dengan suatu pergeseran tertentu untuk mengatasi perubahan yang diterima (melakukan reaksi sebagai respon terhadap perubahan yang diterima)”. 6 2.4 Kesetimbangan Heterogen Sistem kesetimbangan heterogen adalah suatu sistem kesetimbangan yang komponen zatnya mempunyai fasa berbeda atau lebih dari satu. Contoh : CaCO3(p) ↔ CaO(p) + CO2(g) 2BaO2(g) ↔ 2BaO(p) + O2(g) Harga tetapan kesetimbangan tekanan atau Kp = P CuO(p) + H2(g) ↔ Cu(p) + H2O(g) Adalah Kp= PH2O PH2 Misal : 2SO2(g) + O2 ↔ 2SO3(g) Kp= [PSO3 ]2 [PSO2 ]2 [PO2 ] Kuantitas yang diperoleh melalui pemasukan harga konsentrasi awal spesies-spesies ke dalam pernyataan konstanta kesetimbangan disebut hasil bagi reaksi (Qc). Untuk menentukan arah pergeseran reaksi untuk mencapai kesetimbangan, kita harus membandingkan harga Qc dan Kc. Ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi yaitu: 1. Qc > Kc harga perbandingan konsentrasi awal produk terhadap reaktan adalah cukup besar. Untuk mencapai kesetimbangan maka produk harus berubah menjadi reaktan. Proses berjalan dari ke kiri. 2. Qc = Kc konsentrasi mula-mula adalah sama dengan konsentrasi pada kesetimbangan berarti telah tercapai kesetimbangan. 3. Qc < Kc harga perbandingan konsentrasi awal produk terhadap reaktan adalah cukup kecil. Untuk mencapai kesetimbangan maka 7 reaktan harus berubah menjadi produk. Proses berjalan dari ke kanan. 2.5 Faktor Pergeseran Reaksi Kesetimbangan Adapun faktor yang mempengaruhi reaksi kesetimbangan yaitu: 2.6 Pengaruh Konsentrasi Jika konsentrasinya diperbesar pada salah satu zat maka reaksi bergeser dari arah zat tersebut, sedangkan bila konsentrasinya diperkecil maka reaksi akan bergeser ke arah zat tersebut. 2.7 Pengaruh Tekanan dan Volume Perubahan tekanan hanya berpengaruh pada sistem gas, berdasarkan hukum boyle bila tekanan gas diperbesar maka volumenya diperkecil, sedangkan bila tekanan gas diperkecil maka volume gas diperbesar, berdasarkan persamaan gas ideal : PV = nRT Hal ini bahwa tekanan berbanding lurus dengan jumlah mol gas. jika mol gas bertambah maka tekanan akan membesar, sebaliknya bila jumlah mol gas berkurang maka tekanan akan menjadi kecil. Dengan demikian jika tekanan diperbesar maka reaksi akan bergeser ke arah jumlah mol gas yang lebih kecil dan juga sebaliknya. Contoh : 2SO2(g) + O2(g) ↔ 2SO3(g) Pada temperatur tetap, apabila tekanan dinaikkan, kesetimbangan akan bergeseer ke arah hasil reaksi sehingga volume akan berkurang dan mengurangi kenaikan tekanan. Bila tekanan diturunkan kesetimbangan bergeser ke arah pereaksi atau ke arah jumlah molekul yang banyak. 8 2.8 Pengaruh Suhu Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan bergeser ke arah reaksi endoterm, sedangkan jika suhu diturunkan maka reaksi akan bergeser ke arah eksoterm. Contoh : N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g) H= - 92 kJ Bila suhu diubah dari 500° menjadi 1200° maka kesetimbangan ke arah endoterm atau ke kiri. 2.9 Katalis Katalis hanya berfungsi untuk mempercepat tercapainya kesetimbangan kimia. Dalam suatu sistem kesetimbangan, suatu katalis menaikkan kecepatan reaksi maju dan reaksi balik dengan sam kuatnya. Suatu katalis tidak mengubah kuantitas relatif yang ada dalam kesetimbangan, nilai tetapan kesetimbangan tidaklah berubah. Katalis mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik. 9 BAB III APLIKASI DALAM INDUSTRI 3.1 Pembuatan Asam Sulfat / Proses Kontak Proses kontak merupakan metode industri modern menghasilkan asam sulfat. Secara sederhana sulfur dioksida dan oksigen, melewati katalis panas, bersatu untuk membentuk sulfur trioksida, yang pada gilirannya menggabungkan dengan air untuk membuat asam sulfat. Semakin sederhana tipe proses kontak menggunakan belerang yang terbakar, menggunakan belerang sebagai bahan baku. Sulfur cair dibakar untuk membentuk sulfur dioksida, yang didinginkan, kemudian dioksidasi, biasanya bahan mengandung silika berpori diresapi dengan vanadium pentoksida dan senyawa kalium, membentuk sulfur trioksida pada suhu yang cukup tinggi. Jenis lain dari proses kontak menghasilkan sulfur dioksida, bahan sulfur-bearing, seperti pirit. Pendinginan gas diperlukan untuk menghilangkan kotoran dan untuk menyingkat dan menghapus bagian dari uap air, yang akan mencairkan produk asam. Gas sulfur dioksida kemudian dikeringkan dengan asam sulfat pekat. Sebagai hasil dari pemurnian, gas dalam proses ini dingin, bukan panas seperti pada tanaman sulfur pembakaran, dan harus dipanaskan sampai suhu di mana katalis mulai berfungsi. Beberapa kegunaan asam sulfat sebagai berikut. 1. Sebagai bahan dasar pada industri cat, plastik, aki, tekstil, dan bahan peledak. 2. Digunakan pada proses pemurnian minyak tanah. 3. Sebagai bahan dasar pupuk amonium sulfat (ZA) dan asam fosfat (H3PO4). 4. Untuk menghilangkan karat besi pada baja sebelum dilapisi seng atau timah. 5. Untuk membuat zat warna. Asam sulfat juga digunakan pada industri baja untuk menghilangkan karat besi sebelum baja dilapisi timah atau seng. Pada pembuatan zat 10 warna, obat-obatan; pada proses pemurnian logam dengan cara elektrolisis pada industri tekstil, cat, plastik, akumulator, bahan peledak, dan lain-lain. 3.2 Pembuatan Amonia / Proses Haber Pada tahun Fritz Haber (1868–1934) dari Jerman adalah orang yang mula-mula berhasil mensintesis amonia dari gas-gas nitrogen dan hidrogen, sehingga ia mendapat hadiah Nobel tahun 1918. Proses pembuatan amonia ini lalu disempurnakan oleh rekan senegaranya, Karl Bosch (1874–1940), yang juga meraih hadiah Nobel tahun 1931. Itulah sebabnya proses pembuatan amonia dikenal sebagai proses Haber-Bosch. Unsur nitrogen terdapat di atmosfer dan menyusun sebanyak 78% dari volumenya, tetapi karena kelembaman nitrogen, senyawa-senyawa nitrogen tidak banyak terdapat di alam. Metode untuk menyintesis senyawasenyawa nitrogen yang dikenal sebagai fiksasi nitrogen buatan, merupakan proses industri yang sangat penting. Metode utama adalah mereaksikan nitrogen dan hidrogen membentuk amonia. Amonia selanjutnya diubah menjadi senyawa nitrogen lainnya, seperti asam nitrat dan garam nitrat. Pupuk urea (CO(NH2)2) merupakan bahan kimia yang terbentuk melalui reaksi NH3 dengan CO2. Amonia juga digunakan dalam pembuatan bermacam-macam monomer yang mengandung nitrogen untuk industri nilon, polimer-polimer akrilat, dan busa poliutretan. Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah suhu rendah dan tekanan tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah. Dipihak lain, karena reaksi ke kanan eksoterm, penambahan suhu akan mengurangi rendemen. Usaha untuk meningkatkan jumlah dengan kecepatan yang cukup dilakukan dengan mengatur tekanan dan suhu dan menambahkan katalisator. Untuk proses yang optimal didapat dengan mengatur suhu sebesar 500ºC dan dengan tekanan 350 atm, dengan kondisi ini didapatkan produk amoniak sebesar 30%. 11 Proses Haber-Bosch merupakan proses yang cukup penting dalam dunia industri, sebab amonia merupakan bahan utama dalam pembuatan berbagai barang, misalnya pupuk urea, asam nitrat, dan senyawa-senyawa nitrogen lainnya. Amonia juga sering dipakai sebagai pelarut, karena kepolaran amonia cair hampir menyamai kepolaran air. 3.3 Pembuatan Asam Nitrat Asam nitrat (NHNO3) adalah sejenis cairan korosif yang tidak berwarna, dan merupakan asam beracun yang dapat menyebabkan luka bakar. Larutan asam nitrat dengan kandungan asam nitrat lebih dari 86% disebut sebagai asam nitrat berasap, dan dapat dibagi menjadi dua jenis asam, yaitu asam nitrat berasap putih dan asam nitrat berasap merah. Asam nitrat murni (100%) merupakan cairan tidak berwarna dengan berat jenis 1.552 kg/m3. Ia membeku pada suhu -42β, membentuk kristal-kristal putih, dan mendidih pada 83β. Ketika mendidih pada suhu kamar, terdapat dekomposisi (penguraian) sebagian dengan pembentukan nitrogen dioksida sesudah reaksi : 4HNO3 ↔ 2H2O + 4NO2 + O2 (72β) Yang berarti bahwa asam nitrat anhidrat sebaiknya disimpan dibawah 0 β untuk menghindari penguraian. Nitrogen dioksida (NO2) tetap larut dalam asam nitrat yang membuatnya berwarna kuning, atau merah pada suhu yang lebih tinggi. Asam nitrat memiliki tetapan disosiasi asam (pKa) 1,4 : dalamlarutan akuatik, asam nitrat hampir sepenuhnya (93% pada 0,1 mol/L) terinisasi menjadi ion nitrat NO3 dan proton terhidrasi yang dikenal sebagai ion hydronium, H3O+. HNO3 + H2O ↔ H3O + NO3- 12 BAB IV TUGAS KHUSUS 4.1 Proses Pembuatan Asam Sulfat / Proses Kontak 4.2 Bahan Baku Pembuatan Asam Sulfat a. Katalis Fungsi katalis dalam setiap reaksi katalitik adalah meningkatkan laju reaksi. Katalis konversi sulfur dioksida ini biasanya terdiri dari tanah diatomea , yang disusupi dengan lebih dari 7 % V 2O5 katalis komersial mengandung garam kalium (sulfat , pirosulfat dan sebagainya) disamping V2O5. Pada suhu operasi pewaris aktif ialah garam lebur yang terdapat pori – pori pelet silika. Katalisator yang dapat digunakan untuk reaksi pembentukan belerang trioksida antara lain Pt, V2O5, Fe2O3, Cr2O3, Mn2O3 dan Mn3O4. Katalisator yang baik adalah Pt dan V2O5, tapi yang paling banyak dipakai adalah Vanadium Pentaoksida, karena : ο· V2O5 lebih murah harganya ο· Pt lebih sensitif terhadap racun ο· V2O5 daya tahannya terhadap suhu tinggi lebih baik ο· Konversi relatif lebih tinggi b. Sulfur Belerang merupakan salah satu bahan dasar yang paling penting dalam industri pengolahan kimia . Bahan ini terdapat di alam dalam wujud bebas dan dalam keadaan senyawa pada bijih – bijih seperti pirit (FeS2), Sfalerit (ZnS) dan Kalkopirit (CuFeS2). Bahan ini juga terdapat di dalam minyak dan gas bumi (sebagai H2S). Penggunaannya yang terbesar adalah dalam pembuatan asam sulfat. Sifat-sifat kimia sulfur yaitu dengan udara membentuk sulfur dioksida reaksinya S + O2 → SO2. Dengan asam klorida dan katalis Fe akan menghasilkan hidrogen sulfida. 13 c. Udara ο· Fase : gas ο· Komposisi : 20,9% O2 ; 79,1% N2 ο· Kapasitas panas : 7,035 cal/gmol °C (32°C) ο· Berat molekul : 28,84 g/gmol ο· Berat jenis : 1,5.10-3 gr/cc (25°C) d. Air Proses (H2O) 4.3 ο· Fase : cair ο· Berat molekul : 18 g/gmol ο· Berat jenis : 1 gr/cc (25°C) ο· Kekentalan : 1 cp (25°C) Diagram Alir Pembuatan Asam Sulfat / Proses Kontak 14 4.4 Uraian Proses Pembuatan Asam Sulfat / Proses Kontak Salah satu cara pembuatan asam sulfat melalui proses industri dengan produk yang cukup besar adalah dengan proses kontak. Bahan yang digunakan pada proses ini adalah belerang dan melalui proses berikut. a. Belerang dibakar di udara, sehingga bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan gas belerang dioksida. S(s) + O2(g) → SO2(g) b. Belerang dioksida direaksikan dengan oksigen dan dihasilkan belerang trioksida. SO2(g) + ½ O2(g) D SO3(g) c. Reaksi ini berlangsung lambat, maka dipercepat dengan katalis vanadium pentaoksida (V2O5) pada suhu ± 450 °C. d. SO3 yang dihasilkan, kemudian dipisahkan, dan direaksikan dengan air untuk menghasilkan asam sulfat. SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq) e. Reaksi tersebut berlangsung dan menghasilkan asam sulfat yang sangat korosif. Untuk mengatasi hal ini, gas SO3 dialirkan melalui menara yang di dalamnya terdapat aliran H2SO4 pekat, sehingga terbentuk asam pirosulfat (H2S2O7) atau disebut “oleum”. Asam pirosulfat direaksikan dengan air sampai menghasilkan asam sulfat. SO3(g) + H2SO4(g) → H2S2O7(aq) H2S2O7(aq) + H2O(l) → 2H2SO4(l) 4.5 Proses Pembuatan Amonia / Proses Haber 15 4.6 Kondisi Optimum Pembuatan Amonia No Faktor Reaksi : N2(g) + 3H2(g) β 2NH3(g) βH= - Kondisi 924 kJ Optimum a. Reaksi bersifat eksoterm 1. Suhu b. Suhu rendah akan menggeser kesetimbangan kekanan. 400-600oC c. Kendala:Reaksi berjalan lambat a. Jumlah mol pereaksi lebih besar dibanding dengan jumlah mol produk. b. Memperbesar 2. Tekanan menggeser tekanan akan kesetimbangan kekanan. 150-300 atm c. Kendala Tekanan sistem dibatasi oleh kemampuan alat dan faktor keselamatan. Pengambilan NH3 secara terus menerus 3. Konsentrasi akan menggeser kesetimbangan kearah _ kanan Fe dengan Katalis tidak menggeser kesetimbangan campuran 4. Katalis kekanan, tetapi mempercepat laju reaksi Al2O3 KOH secara keseluruhan dan garam lainnya 16 4.7 Diagram Alir Pembuatan Amonia / Proses Haber 4.8 Uraian Proses Pembuatan Amonia / Proses Haber a. Feed Treating Unit Gas Alam yang masih mengandung kotoran (impurities), terutama senyawa belerang sebelum masuk ke Reforming Unit harus dibersihkan dahulu di unit ini, agar tidak menimbulkan keracunan pada katalisator di Reforming Unit. Untuk menghilangkan senyawa belerang yang terkandung dalam gas alam, maka gas alam tersebut dilewatkan dalam suatu bejana yang disebut Desulfurizer. Gas alam yang bebas sulfur ini selanjutnya dikirim ke Reforming Unit. b. Reforming Unit Di reforming unit gas alam yang sudah bersih dicampur dengan uap air, dipanaskan, kemudian direaksikan di Primary Reformer, hasil reaksi yang berupa gas-gas hidrogen dan carbon dioxide dikirim ke Secondary Reformer dan direaksikan dengan udara sehingga dihasilkan gas-gas sebagai berikut : ο· Hidrogen ο· Nitrogen ο· Karbon Dioksida Gas gas hasil reaksi ini dikirim ke Unit purifikasi dan Methanasi untuk dipisahkan gas karbon dioksidanya. c. Purifikasi & Metanasi 17 Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil reaksi Reforming Unit dipisahkan dahulu di Unit Purification, Karbon Dioksida yang telah dipisahkan dikirim sebagai bahan baku Pabrik Urea. Sisa karbon dioksida yang terbawa dalam gas proses, akan menimbulkan racun pada katalisator ammonia converter, oleh karena itu sebelum gas proses ini dikirim ke Unit Synloop & Refrigeration terlebih dahulu masuk ke Methanator. d. Compression Synloop & Refrigeration Unit Gas Proses yang keluar dari Methanator dengan perbandingan gas hidrogen : nitrogen = 3 : 1, ditekan atau dimampatkan untuk mencapai tekanan yang diinginkan oleh Ammonia Converter agar terjadi reaksi pembentukan, uap ini kemudian masuk ke Unit Refrigerasi sehingga didapatkan amonia dalam fasa cair yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan Urea. Hasil / produk pada proses di atas adalah amonia cair yang beserta karbon dioksida digunakan sebagai bahan baku pembuatan Urea. Reaksi pembuatan amonia merupakan reaksi eksoterm, sehingga untuk menghasilkan amonia dalam jumlah besar, maka reaksi tersebut harus dilakukan pada suhu yang rendah. Akan tetapi, pada suhu rendah reaksi akan berlangsung lambat. Oleh karena itu, untuk mengimbanginya, maka reaksi dalam pembuatan amonia dilakukan pada suhu tinggi (sekitar 500°C) dan tekanan yang tinggi (200 – 400 atm). Suhu dan tekanan tersebut memungkinkan reaksi pembuatan amonia dapat berlangsung cepat dan amonia yang dihasilkannya dalam jumlah besar (reaksi bergeser ke kanan). Jadi, berdasarkan uraian di atas, maka pada reaksi kesetimbangan dalam pembuatan amonia, suhu yang tinggi dan katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi, sedangkan tekanan yang tinggi berfungsi untuk menggeser reaksi ke arah hasil reaksi (dalam hal ini amonia). Berikut tahapan beserta reaksi yang terjadi pada proses Haber-Bosch 18 1. Tahapan pertama dalam proses Haber-Bosch menghilangkan senyawa belerang dari bahan baku ammonia. Belerang perlu dipisahkan karena bersifat antikatalis pada tahpan berikutnya. Penghapusan belerang dilakukan degan hidrogenasi (menambahkan hidrogen) sehingga menghasilkan asam sulfida. H2 + RSH → RH + H2S 2. Asam sulfida yang terjadi kemudian diserap dan dihilangkan dengan mengalirkannya melalui oksida dari logam seng sehingga terbentuk senyawa Seng Sulfida (ZnS) dan uap air. H2S + ZnO → ZnS + H2O 3. Setelah dihilangkan kandungan belerangnya senyawa karbon kemudian direaksikan dengan katalis untuk menghasilkan senyawa karbon dioksidan dan gas hidrogen. CH4 + H2O → CO + 3H2 4. Langkah berikutnya adalah mengkonversi CO menjadi hidrogen (dihasilkan hidrogen lebih banyak) dan gas sisa karbondioksida CO + H2O → CO2 + H2 5. Karbon Dioksida kemudian dipisahkan dengan penyerapan dalam larutan etanolamin atau dengan penyerapan media absorbsi pada lainnya. 6. Langkah terakhir dalam memproduksi hidrogen adalah menggunakan katalis methanation untuk menghilangkan residu karbon monoksida dan karbondioksida yang masih tertinggal dalam hidrogen. 7. Untuk dapat menghasilkan amonia sebagai produk akhir, hidrogen yang sudah dihasilkan kemudian direaksikan dengan nitrogen yang berasal dari udara bebas menghasilkan amonia cair. Tahapan ini dikenal dengan loop sintesis amonia yang juga dikenal dengan proses Haber-Bosch. 19 3H2 + N2 ↔ 2NH3 Reaksi di atas bersifat reversibel sehingga berdasarkan prinsip Le Chatelier, kondisi tekan tinggi dan tempertur rendah diperlukan untuk mengarahkan reaksi agar bergerak ke kanan (arah hasil amonia). pada temperatur rendah sebenarnya dapat menghasilkan persentase pembentukan NH3 yang tinggi tetapi reaksi tersebut berlangsung sangat lambat untuk dapat mencapai kesetimbangan. Oleh karena itu dalam proses pemubatan aminia diperlukan adanya katalis. Pada praktiknya, kondisi yang digunakan dalam proses Haber-Bosch adalah pada tekanan 200 atm dan temperatur 380 – 460 º C dengan menggunakan katalis ion besi (Fe3O4dicampur dengan KOH) atau osmium. 4.9 Proses Pembuatan Asam Nitrat 4.10 Oksidasi NH3 dengan udara Proses pembuatan asam nitrat di industry dipelopori oleh Oswald (1901) dengan mengkonversi amonia menjadi asam nitratdengan membakar amonia ditambah denga katalis platina. Pada proses ini dibutuhkan suhu tinggi, NH3 dengan penambahan katalis diubah menjadi NO2. Nitrogen dioksidasi bereaksi dengan H2O untuk memperoduksi HNO3 dan sedikit NO. NO di produksi pada tahap 3 kemudian direcycle ke tahap 2. 4NH3(g) + 5O2 ↔ 4NO(g) + 6H2O(g) 2NO(g) + O2(g) ↔ 2NO2(g) 3NO2(g) + H2O(l) ↔ 2HNO3 + NO(g) Udara dikompresikan menjadi 6,8 atm, disaring dan di panaskan menjadi 300β. Amonia diuapkan dalam penguap steam dan selanjutnya dicampurkan dengan udara yang di kompresi. Campuran antara udara dan amonia dimasukkan kedalam reactor yang berisi katalisator Platina 2-10% . Pada reaksi ini konversi reaksi bahan untuk menjadi produk adalah 9320 95%. Dari reactor akan dihasilkan Nitric Okside (NO). Hasil Nitric Okside kemudian direaksikan dengan oksigen supaya terbentuk asam nitrat yang kosentrasinya 65%. Untuk memekatkan hasil, gas NO2 diserap dengan menggunakan H2SO4 dalam absorber. Hasil akhir penyerapan berupa Asam Nitrat dengan kadar 95 %. Berikut cara kerja oksidasi NH3 dengan udara: 1. Udara tekan 100 psig melalui kompresor (dingin) menyerap panas dari preheater dialirkan bersama-sama dengan NH3 gas kedalam conveter. 2. Suhu operasi = 900β dengan Katalisator Pt-Rh. 3. Gas panas segera dialirkan kedalam preheater untuk dingin dengan menggunakan udara dingin dari kompresor. Selanjutnya dialirkan kedalam heater. Sisa panas dimanfaatkan oleh Wh . B. untuk steam dan akhirnya untuk menguapkan NH3 didalam evaporator. H2O didalam absorber menghasilkan HNO3 60%. 4. Bila HNO3 berwarna coklat berarti NO2 lebih besar, dapat direduksi dengan udara bentuk converter dan prinsip kerjanya. - Campuran NH3 dan udara masuk dari puncak converter, turun kebawah melalui lapisan katalisator. Gas hasil didinginkan dengan udara dingin dan keluar gas outlet - Pada starting penyalaan permulaan dengan nyala H2 melalui H sampai suhu reaksi, lalu dimatikan. a. Pemekatan HNO3 - Larutan HNO3 dengan kadar 60% merupakan campuran azeotrop sehingga penyulingan hanya dapat dilakukan sampai kadar 68% - Dalam industry di butuhkan HNO3 pekat, maka salah satu cara ialah dengan pemekatan menggunakan H2SO4 pekat (karena mudah menyerap air) yang di panaskan dengan uap secara langsung atau tidak langsung. 4.11 Proses Retort 21 Dari Chili Salpoter direaksikan dengan H2SO4 menghasilkan HNO3. Cara ini tidak digunakan lagi karena biaya pemeliharaan dan perbaikan alat sangat mahal dan kurang efesien meskipun investasinya kecil. Reaksi: NaNO3 = H2SO4 x NaHSO4 + HNO3 Bahan baku Natrium Nitrat dan Asam Sulfat masuk reactor tanki berpengaduk. Reaktor dipanaskan secara isothermal pada suhu 150β selama 10 jam. Konversi pembentukan Asam Nitrat adalah 97%. Selama waktu itu NO2 dan air akan teruapkan. Uap Asam Nitrat dilewatkan dikondensor parsial, kemudian dipisahkan antara gas dan cairannya dalam separator. Cairan asam Nitrat didinginkan dengan menggunakan Cooler dan selanjutnya disimpan sebagai hasil asam nitrat. Konsentrasi hasil adalah sebesar 90%. Gas yang tidak terembunkan diserap dengan menggunakan air pada absorber. Hasil bawah menghasilkan kadar Asam Nitrat 43.Hasil samping reactor berupa campuran “either cake”. Bahan ini dapat dijual pada industry baja dan dapat juga dipakai sebagai bahan baku Asam Clorida bila direaksikan dengan garam NaCl. Cara kerja proses retort: Natrium nitrat (NaNO3) padat dari gudang (G-1) dengan belt conveyor (BE-1), selanjutnya dilewatkan Screw conveyo (SC-1) dan masuk ke rotary drier (RD) untuk mengurangi kadar air. Suhu masuk rotary drier RD =35β dan keluar pada 100β, selanjutnya dengan belt conveyer (BC-2) dan bucket elevator (BE-1), Natriumnitrat diumpankan kereaktor (R-1). Asam sulfat (H2SO4) 66oBe (93%) dari tanki penyimpanan (T-1) dipompa dan dilewatkan pemanas (HE-1) untuk pemanasan pendahuluan dari 35β menjadi 60β dan kemudian masuk ke reactor (R-1). Reaktor dipanaskan dengan saturated steam pada suhu 200β secara isothermal, kondisi operasi reactor pada 150β (302β), selama 10 jam. Gas hasil reaksi dalam reactor pada keadaan lewat jenuh dilewatkan (HE-1) untuk didinginkan, dialirkan ke kondensor (CD-1) dengan menggunakan bowler (B-3). Pada suhu 95βdalam tekanan 1 atm, sebagian 22 gas hasil reaksi akan mengembun dan sebagian lagi tidak. Gas dan cairan ini selanjutnya dimasukkan ke separator (S-1), dipisahkan antara gas dan cairan. Cairan dari separator (S-1) selanjutnya didinginkan dengan (HE-2) sampai suhu 40β, kemudian masuk dalam accumulator (AC-1), konsentrasi asam nitrat hasil 76%. Gas yang tidak terembun pada kondensor (CD-1) didinginkan dengan pendingin (HE-2) menjadi 40β dan diserap dengan air (H2O) pada 40β dalam absorber (AB-1). Pada absorber 1 terjadi absorbs gas dengan reaksi kimia. Menara absorber (AB-1) er pa menara “B le p” an bekerja pada tekanan 1 atm. Hasil absorbs berupa asam nitrat dengan kadar 65% yang selanjutnya dimasukkan keaccumulator (AC1). Pada accumulator (AC-2) yang ditambahkan asam nitrat dari hasil (AC1) dengan kosentrasi 68% untuk menaikkan konsentrasi hasil. Selanjutnya asam nitrat dipompakan ke tanki penyimpanan T-2. Hasil samping berupa campuran antara NaHSO4, Na2SO4, NaCl yang berbentuk slurry encer dipompa dan disimpan pada tanki T-3. 4.12 Diagram Alir Pembuatan Asam Nitrat 23 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan tinjauan teori dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kesetimbangan kimia adalah reaksi yang terbentuk bila laju reaksi sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu. Berdasarkan wujud zat-zat dalam keadaan setimbang, kesetimbangan kimia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ο· Kesetimbangan homogen ο· Kesetimbangan heterogen 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan antar lain: 3. a. Pengaruh konsentrasi b. Pengaruh suhu c. Pengaruh tekanan d. Pengaruh volume e. Pengaruh katalis Proses kontak merupakan metode industri modern menghasilkan asam sulfat. 4. Proses Haber-Bosch merupakan proses yang cukup penting dalam dunia industri, sebab amonia merupakan bahan utama dalam pembuatan berbagai barang, misalnya pupuk urea, asam nitrat, dan senyawa-senyawa nitrogen lainnya. Amonia juga sering dipakai sebagai pelarut, karena kepolaran amonia cair hampir menyamai kepolaran air. 5.2 Saran Demikianlah makalah kami tentang kesetimbangan kimia, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita dan dapat menambah 24 wawasan keilmuan kita. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga makalah kami ini bisa selesai. 25 DAFTAR PUSTAKA Budianto. (n.d.). budhii. Retrieved 09 27, 2015, from http://www.budhi i.web.id/2014/11/pembuatanamonia-dengan-proses-haberbosch.html. Firhadj, Z. (n.d.). zulfikar-firhadj. http://zulfikarfirhadj Retrieved 09 27, 2015, from blogspot.co.id/2012/03/reaksi-kesetimbangan-dalam- industri.html. Hidayat, R. (n.d.). Rahmatzoom. http://rahmatzoom. Retrieved 09 27, 2015, from blogspot.co.id/2012/11/pembuatan-amonia- dengan-proses-haber_15.html. Utami, B. A. Nugroho C. Saputro, L. Mahardiani, S. Yamtinah, dan B. Mulyani. 2009. Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu Alam. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 274. Proses Kontak, diakses tanggal 4 September 2015, pukul 13.01 WIB - www. petrokimia- gresik.com, Produksi Asam Sulfat, diakses tanggal 4 September 2015, pukul 13.07 WIB Budhijanto, Bahan Kuliah 1 Proses Industri Kimia. - Kobe, K.A., 1957, Inorganic Process Industries, The MacMillan Company, New York.