LAPORAN KERJA PRAKTIK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU KAMPUS IAIN PARE-PARE DISUSUN OLEH: SALMAWATI 41221084 SYAMSUL MUARIF 41221086 PROGRAM STUDI D4 JASA KONSTRUKSI JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG MAKASSAR TAHUN 2024 LEMBAR PENGESAHAN Praktik Kerja Lapangan ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat kelulusan pada semester VII (tujuh) untuk S1 Terapan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang. PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU KAMPUS IAIN PARE-PARE Disusun Oleh: Nama: Salmawati NIM: 41221084 Syamsul Muarif 41221086 Makassar, Telah diperiksa dan disetujui oleh: Pembimbing Politeknik Pembimbing Industri Ir. Syahlendra, S.T M.T. NIP. 19661111 199212 1 001 Imran Syahruddin Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang Dr. Andi Muhammad Subhan S, S.T., M.T. NIP. 19670530 199703 1 001 ii KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Berkat limpahan nikmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan lancar. Penyusunan laporan ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan bagi mahasiswa S1 Terapan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang. Selama proses PKL yang dilakukan dalam waktu delapan minggu pada Proyek PembangunanGedung Laboratorium Terpadu serta proses penyusunan laporan ini tentu tidak lepas dari bantuan, arahan, masukan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Aisyah Zakaria, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi D4 Jasa Konstruksi. 2. Bapak Ir. Syahlendra, M.T. selaku dosen pembimbing PKL. 3. Bapak Imran dan Bapak Agus selaku pembimbingindustri kami di lokasi PKL. 4. Dan Bapak/Ibu Pimpinan Sinar Delima KSO pada Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu yang telah menerima dan membimbing kami selama kegiatan PKL. Meski demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan PKL ini, sehingga penulis secara terbuka menerima saran dan kritik positif dari pembaca. Agar hasil laporan PKL yang didapat mencapai kesempurnaan dan bisa menjadi referensi yang baik bagi pembaca. Demikian apa yang dapat penulis sampaikan. Semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi referensi yang baik bagi pembaca khususnya mahasiswa yang hendak melaksanakan PKL di instansi yang sama maupun instansi yang berbeda. Terima kasih. Makassar, 28 September 2024 Penulis iii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ................................................................................................ iv DAFTAR TABEL ........................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii BAB 1 : Pendahuluan ................................................................................. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tempat Pelaksanaan Kegiatan PKL....................................................................................... 1.2 Maksud dan Tujuan Kegiatan PKL ...................................... 1.3 Batasan Masalah ................................................................... 1.4 Metode kegiatan PKL ........................................................... 1.5 Sistematika Penulisan ........................................................... BAB 2 : Gambaran Umum Proyek ............................................................ 2.1 Latar Belakang...................................................................... 2.2 Lokasi dan data proyek ......................................................... 2.3 Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek ................... 2.4 Struktur Organisasi .............................................................. 2.5 Proses Tender ....................................................................... 2.6 Dokumen kontrak ................................................................ 2.7 Time Schedule ...................................................................... BAB 3 : Pelaksanaan Amdal di proyek ...................................................... 3.1 Tujuan Amdal ....................................................................... 3.2 Proses Penyusunan Dokumen Amdal di proyek ................. BAB 4 : Metode Pelaksanaan ................................................................... 4.1 Kendala Teknis ..................................................................... 4.2 Kendala Non Teknis ............................................................. BAB 5 : Masalah dan Solusi ...................................................................... 5.1 Masalah Teknis ..................................................................... iv 5.2 Masalah Non Teknis ............................................................. BAB 6 : Penutup ........................................................................................ 3.1 Kesimpulan ........................................................................... 3.2 Saran ................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN ................................................................................................. v BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tempat Pelaksanaan Kegiatan PKL Politeknik Negeri Ujung Pandang merupakan salah satu perguruan tinggi bidang vokasi yang memiliki rumpun Jurusan Keteknisipilan. Dalam penerapannya, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang selain mempelajari ilmu ketekniksipilan secara teori harus dibarengi dengan pembelajaran mengenai penerapan dan pengaplikasian ilmu tersebut kelapangan secara langsung. Salah satu program studi Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang adalah Program Studi Diploma IV Jasa Konstruksi yang lulusannya diharapkan memiliki keahlian dan keterampilan untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan dan bahan rekonstruksi fasilitas sipil. Sehingga, dalam proses pengaplikasian pengetahuan yang didapatkan secara teori maupun praktik di lingkungan kampus politeknik perlu juga diperoleh wawasan tambahan mengenai pengaplikasian ilmu di dunia konstruksi yang sebenarnya untuk mendapatkan serta meningkatkan wawasan berpikir dan pengetahuan mahasiswa secara luas. Dalam hal ini, mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang Jurusan Teknik Sipil untuk Program Studi D-IV, pada awal semester VII diwajibkan untuk mengikuti program Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama lima bulan (20 pekan) dimulai dari 5 Agustus 2024 hingga 31 Desember 2024 pada suatu proyek konstruksi. Lokasi proyek konstruksi yang kami pilih sebagai tempat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan yaitu sebuah proyek kontruksi pada kawasan Kampus IAIN Pare-pare, proyek ini merupakan salah satu proyek konstruksi gedung yang dikatakan sebagai proyek bangunan terbesar dikampus IAIN Pare-pare. 1 Proyek pekerjaan yang kami jadikan sebagai tempat pelaksanaan PKL merupakan Proyek Pembangunan Gedung Dimana proyek ini merupakan proyek pembangunan gedung laboratorium yang memiliki banyak item pekerjaan, sehingga diharapkan kami akan mendapatkan banyak ilmu dan peningkatan wawasan yang luas selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada proyek ini. 1.2 Maksud dan Tujuan Kegiatan PKL Maksud dari pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik pada semester VII (Tujuh) serta untuk mengetahui teori-teori praktis yang dilaksanakan di lapangan sehingga dapat dilakukan pembandingan antara apa yang didapatkan di kampus dengan apa yang didpatkan di lapangan secara aktual, yang kiranya dapat meningkatkan wawasan dan memperluas pemahaman terkait ilmu keteknisksipilan yang ditekuni. Adapun tujuan dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini yaitu: 1. Mengetahui item-item pekerjaan yang berjalan dalam proyek; 2. Mengetahui proses pelaksanaan pekerjaan di lapangan; 3. Mengidentifikasi masalah dan penyelesaiannya di lapangan; 4. Mengetahui struktur organisasi yang bekerja dalam proyek; 5. Mengembangkan dan menambah wawasan keilmuan dan pengalaman dalam bidang ketekniksipilan; 6. Sebagai sarana untuk mengetahui dan mempelajari teknik pelaksanaan terkait manajemen konstruksi, kendala-kendala serta penyelesainnya; 7. Merupakan tindak lanjut pembangunan awal untuk penerapan ilmu khususnya dalam bidang teknik sipil secara aktual. 2 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam kegiatan praktik kerja lapangan kami sebagai berikut: 1. Pengamatan dilapangan, melakukan pengamatan secara langsung terkait proses pelaksanaan konstruksi dilapangan untuk mempelajari pelaksanaan konstruksi. 2. Wawancara pihak terkait proyek, melakukan wawancara atau tanya jawab dengn pihak-pihak/stakeholder yang terkait proyek (drafter, pelaksana lapangan, dll) untuk mendpatkan informasi-informasi tambahan tentang proyek tersebut. 3. Membantu pekerjaan diproyek, membantu melaksanakan beberapa pekerjaan diproyek yang ditugaskan untuk mendapatkan pengalaman bekerja didalam proyek konstruksi. 4. Asistensi laporan kerja praktik, melaksanakan asistensi penulisan laporan kerja praktik dengan dosen pembimbing dari kampus untuk membantu mempelajari keterkaitan antara teori yang didapatkan dalam perkuliahan dengan kondisi lapangan. 1.4 Metode kegiatan PKL Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu IAIN Parepare kami memakai metodologi kerja praktek sebagai berikut: 1. Pengamatan dilapangan, melakukan pengamatan secara langsung terkait proses pelaksanaan konstruksi dilapangan untuk mempelajari pelaksanaan konstruksi. 2. Wawancara pihak terkait proyek, melakukan wawancara atau tanya jawab dengn pihak-pihak/stakeholder yang terkait proyek (drafter, pelaksana lapangan, dll) untuk mendpatkan informasi-informasi tambahan tentang proyek tersebut. 3. Membantu pekerjaan diproyek, membantu melaksanakan beberapa pekerjaan diproyek yang ditugaskan untuk mendapatkan pengalaman bekerja didalam proyek konstruksi. 4. Asistensi laporan kerja praktik, melaksanakan asistensi penulisan 3 laporan kerja praktik dengan dosen pembimbing dari kampus untuk membantu mempelajari keterkaitan antara teori yang didapatkan dalam perkuliahan dengan kondisi lapangan.Si 1.5 Sistematika Penulisan Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu IAIN Parepare kami memakai metodologi kerja praktek sebagai berikut: 1. Pengamatan dilapangan, melakukan pengamatan secara langsung terkait proses pelaksanaan konstruksi dilapangan untuk mempelajari pelaksanaan konstruksi. 2. Wawancara pihak terkait proyek, melakukan wawancara atau tanya jawab dengn pihak-pihak/stakeholder yang terkait proyek (drafter, pelaksana lapangan, dll) untuk mendpatkan informasi-informasi tambahan tentang proyek tersebut. 3. Membantu pekerjaan diproyek, membantu melaksanakan beberapa pekerjaan diproyek yang ditugaskan untuk mendapatkan pengalaman bekerja didalam proyek konstruksi. 4. Asistensi laporan kerja praktik, melaksanakan asistensi penulisan laporan kerja praktik dengan dosen pembimbing dari kampus untuk membantu mempelajari keterkaitan antara teori yang didapatkan dalam perkuliahan dengan kondisi lapangan. 4 BAB 2 GAMBARAN UMUM PROYEK 2.1 Data Teknis Proyek Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu memiliki data-data proyek sebagai berikut: 2.1.1 Nama Paket Pekerjaan Paket pekerjaan ini bernama Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu IAIN Parepare. 2.1.2 Lokasi Proyek Lokasi pekerjaan proyek ini terletak di Jl. Amal Bakti No. 8, Kelurahan Lembah Harapan Kecamatan Soreang Kota Parepare Sulawesi selatan. Gambar 2.1 Lokasi Proyek Gedung Laboratorium Terpadu (Maps, 2024) 5 2.1.3 Nomor Kontrak In.39/KU.00.2/PPK-SBSN/370/6/2024 tanggal 7 Juni 2024. 2.1.4 Biaya Proyek Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu ini mempunyai anggaran sebesar Rp. 37.682.836.000,- (Tiga puluh tujuh milyar enam ratus delapan puluh dua juta delapan ratus tiga puluh enam ribu rupiah) dengan sumber dana yang berasal dari SBSN (Surat Berharga Negara). 2.1.5 Masa Pelaksanaan Masa pelaksanaan pekerjaan ini yaitu selama 280 hari kalender terhitung dari 1 Juni 2024 sampai dengan 31 Desember 2024. Dengan jangka waktu pemeliharaan selama 300 hari kalender. 2.1.6 Pelaksana Proyek a. Pemberi tugas : Kementerian Agama Republik Indonesia b. Konsultan MK : PT. BIOSFERA WIDHY c. Konsultan Perencana : KSO PT. DELTA BUANA PT. AULIFAH CONSULTANT d. Kontraktor : KSO PT. DELIMA UTAMA PT. SATU EMPAT LIMA 6 2.2 Organisasi Proyek Pemilik Proyek Kementerian Agama Republik Indonesia Konsultan Manajemen Konstruksi Konsultan Perencana KSO Delta Buana dan Aulifah Consultant PT. Biosfera Widhy Kontraktor Pelaksana KSO PT. Delima Utama dan PT. Satu Empat Lima Keterangan: Kontraktual Perintah Kordinasi Gambar 2.3 Struktur organisasi proyek Organisasi proyek merupakan sarana bersatunya pihak yang terlibat dalam pengelolaan proyek untuk mencapai satu tujuan yang telah ditentukan. Dalam organisasi proyek Pembangunan Gedung Laboratorium melibatkan banyak perusahaan konstruksi yang terlibat membentuk KSO (Kerja Sama Operasi) baik konsultan maupun kontraktornya. Pada Pasal 1 angka 56 PP 14/2021 Kerja Sama Operasi yang selanjutnya disingkat KSO adalah kerja sama usaha antar pelaku usaha yang masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang jelas berdasarkan perjanjian tertulis. 7 2.2.1 Pemilik Proyek Pemilik proyek atau owner menurut UU No. 18 Tahun 1999 adalah orang perorangan atau badan usaha yang diberi kuasa secara hukum untuk bertindak mewakili kepentingan pengguna jasa/pemilik proyek secara penuh atau terbatas dalam hubungannya dengan penyedia jasa (konsultan perencana, pengawas dan pelaksana/kontraktor). Pemilik proyek untuk Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu yaitu Kementerian Agama Republik Indonesia. Pada umumnya pemilik proyek akan menerbitkan surat perintah kerja (SPK) dan dokumen kontrak kepada penyedia jasa setelah penyedia jasa dinyatakan memenangkan lelang proyek konstruksi, menurut Dimyati, H. A. Hamdan dan Nurjaman Kadar (2014) pemilik proyek mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai pengguna jasa antara lain: a. Menunjuk dan mengangkat wakilnya bagi kebutuhan perencanaan dan pelaksanaan. Dalam hal ini mengangkat kontraktor pelaksana, pengawas proyek yang terpilih melalui sistem lelang; b. Mengesahkan keputusan yang menyangkut biaya, mutu dan waktu pelaksanaan; c. Menyelesaikan perselisihan menyangkut proyek yang terjadi antara bawahannya dengan pihak pemborongnya; d. Menyediakan dan mengusahakan pendanaan bagi kontraktor pelaksana; e. Memberikan keputusan terhadap perubahan waktu pelaksanaan dengan memperhatikan pertimbangan yang diberikan oleh konsultannya. 2.2.2 Konsultan Perencana Menurut Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya No. 295/KPTS/CK/1997 Konsultan Perencana adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk melaksanakan tugas konsultasi dalam 8 bidang perencanaan (planning) lingkungan, perancangan (designing) bangunan beserta kelengkapannya, berfungsi membantu pengelola proyek untuk melaksanakan pengadaan dokumen perancangan, dokumen lelang, dokumen pelaksanaan konstruksi dan memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan perancangan yang timbul selama tahap konstruksi serta bertanggung jawab secara konstruksi kepada pemimpin proyek atau pemimpin bagian proyek. Dalam Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu yang menjadi konsultan perencana adalah PT. Delta Buana. Konsultan perencana memiliki tugas sebagai berikut: a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik proyek; b. Membuat gambar kerja pelaksanaan atau Detai Engineering Design (DED); c. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan (RKS) sebagai peoman bagi pelaksanaan proyek; d. Membuat rencana anggaran biaya (RAB) proyek; e. Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-ide pemilik proyek ke dalam desain bangunan; f. Melakukan penyesuaian desain bila terjadi kesalahan pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan; g. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi kegagalan konstruksi. Selain itu, konsultan pengawas juga memiliki wewenang untuk: a. Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak pelaksana bangunan yang melaksanakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan rencana; b. Menentukan warna dan jenis material yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi. 9 2.2.3 Konsultan Manajemen Konstruksi Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 Konsultan Manajemen Konstruksi yang selanjutnya disingkat MK, adalah Penyedia Jasa Konsultasi manajemen yang ditunjuk oleh pemilik proyek, dan bertugas mengendalikan pelaksanaan pekerjaan. Yang bertugas sebagai Konsultan Manajemen Konstruksi pada proyek ini adalah PT. Biosfera Widhy. Tugas, tanggung jawab dan wewenang penyedia jasa Konsultasi Manajemen Penyelenggaraan Kontruksi di antaranya adalah: a. Menghitung dan memasukkan biaya penerapan SMKK sesuai kebutuhan; b. Konsultan manajemen penyelenggaraan konstruksi bertugas dalam pengendalian pekerjaan kosntruksi sebagaimana yang dilimpahkan oleh penanggung jawab kegiatan dan harus mengendalikan pekerjaan konsultasi sesuai dengan kontrak Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi; c. Konsultan pengawas bertugas dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan ketentuan kontrak sebagaimana tugas pengawasan yang dilimpahkan oleh penanggung jawab kegiatan dan harus mengendalikan pekerjaan konsultasi sesuai dengan kontrak pengawasan; d. Membuat RKK Konsultasi Kontruksi Pengawasan/Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi; dan e. Dalam hal pengendalian dan pengawasan pekerjaan konstruksi dilakukan oleh Penyedia Jasa Konsultasi, maka Penyedia Jasa Konsultasi wajib menyusun Program Mutu sebagai penjaminan mutu pekerjaan. 10 2.2.4 Kontraktor Pelaksana Perihal pelaksana atau kontraktor tertuang dalam UU No. 18 Tahun 1991 tentang jasa konstruksi. Adapun kontraktor pelaksana proyek adalah penyedia jasa perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli dan profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi. Dalam Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium terpadu yang menjadi Kontraktor Pelaksana adalah KSO antara PT. Delima Utama dan PT. Satu Empat Lima. Kontraktor memiliki beberapa tugas yang harus dilaksanakan, antara lain sebagi berikut: a. Mengatur dan mengendalikan pekerjaan konstruksi sesuai dengan kriteria berupa biaya, waktu dan kualitas yang telah ditentukan; b. Menyusun program kerja harian dan menyerahkannya pada tenaga kerja di lapangan; c. Memahami gambar desain beserta spesifikasinya dan konsepnya untuk dijadikan acuan kerja dalam proyek; d. Menyusun kembali rencana konstruksi dan metde pelaksanaan berdasarkan dengan structural engineering dan site engineering; e. Menyusun laporan progres pelaksanaan proyek yang terdiri atas laporan harian; laporan mingguan; serta laporan bulanan kepada pemilik proyek. Isi dari laporan tersebut adalah kemajuan proyek, jumlah tenaga kerja yang digunakan saat ini, kondisi alam, cuaca, serta perubahan pekerjaan (CCO) apabila ada; f. Mengatur dan mempertahankan kecepatan proyek pembangunan agar dapat selesai sesuai dengan perjanjian; g. Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek, seperti sumber daya manusia (tukang), material berupa bahan bangunan dan peralatan lain; h. Selalu menjaga keamanan dan kenyamanan lokasi proses pembangunan 11 i. Mengevaluasi desain bangunan yang telah dirancang dan selalu melakukan pemeriksaan ulang untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan; dan j. Memberikan jaminan secara profesional bahwa proyek yang dibangun telah memenuhi seluruh unsur keselamatan bangunan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. 12 13 Gambar 2.4 Struktur organisasi kontraktor Kontraktor pelaksana Gedung Laboratorium Terpadu terdiri dari: a. Project Manager Project manager adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk mengatur, merencanakan dan melaksanakan proyek dengan berdasarkan anggaran dan penjadwalan. Project manager juga bertanggung jawab untuk memimpin tim, menentukan tujuan, berkomunikasi dengan stakeholder, dan memantau proyek hingga selesai. b. Site Engineering Manajer Site Engineering Manajer memiliki tugas dalam perencanaan teknis dan material yang meliputi penyediaan seluruh shop drawing, membuat perhitungan konstruksi yang diperlukan, menentukan spesifikasi data teknis bahan dan volume. c. Manajer keuangan Manajer keuangan bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan termasuk rencana anggaran, pengawasan pengeluaran, pencapaian target, dan meyusun laporan keuangan proyek secara berkala serta memonitoring cash flow. d. Admin Admin bertanggung jawab atas rekapitulasi data, pengelolaan dokumen, pengarsipan dokumen, dokumentasi progress dan membuat laporan harian/mingguan/bulanan dan merapikan dokumen. e. Logistik Logistik memiliki tugas untuk melakukan perencanaan dan penentuan kebutuhan, melakukan penganggaran, melakukan pengadaan, melakukan penyimpanan dan penyaluran, melakukan penghapusan , serta melakukan pengendalian. 14 f. K3 Officer K3 Officer bertugas untuk melakukan identifikasi serta pemetaan dari potensi bahaya yang berpeluang terjadi pada lingkungan kerja serta membuat dan memelihara dokumen terkait K3. g. Drafter Drafter bertugas untuk merencanakan dan membuat gambar kerja, mengatur dokumentasi, memverikasi kesesuaian gambar, menyiapkan dokumen akhir. Drafter juga bertanggung jawab atas penyiapan gambar sesuai standar, pelaksanaan prosedur, dan pemeliharaan peralatan kerja. h. Office Boy Office boy bertugas untuk menjaga kebersihan dan membantu administrasi sesuai kebutuhan kantor yang ditugaskan oleh atasan atau karyawan lainnya. i. Structure Engineering Structure Engineering bertugas untuk melaksanakan tugas dari site engineer dan mengalisa struktur serta menghitung susunan kerja dalam sebuah proyek. j. Architect Engineering Architect Engineering bertugas dalam mengalisa gambar proyek yang sudah di gambar oleh drafter. Selain itu , architect Engineering juga bertugas dalam membuat shp drawing. k. Pelaksana MEP Pelaksana MEP bertanggung jawab untuk perencanaan dan desain dibidang mekanik, listrik, dan pipa (MEP) system termasuk mengembangkan kebijakan, standar, prosedur pemeriksaan dan alat evaluasi untuk hal-hal yang melibatkan fasilitas MEP. l. Mandor Mandor bertanggung jawab atas perencanaan, pengawasan dan pengurusan proyek konsruksi. Selain itu mandor juga bertugas memimpin buruh dan pekerja lepas pada sebuah proyek. 15 2.3 Ruang Lingkup Proyek Ruang lingkup dalam Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu terdiri dari pekerjaan: 2.3.1 Persiapan a. Penyiapan Dokumen SMKK; b. Sosialisasi, promosi dan pelatihan; c. APD (Alat Pelindung Diri) ; d. Asuransi dan Perizinan; e. Fasilitas Sarana,Prasarana dan Alat Kesehatan; f. Rambu-rambu K3; dan g. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank. 2.3.2 Pekerjaan struktur a. Struktur pondasi b. Struktur atas; c. Sloef; d. Kolom; e. Balok dan pelat lantai; f. Tangga; dan g. Lantai atap. 2.3.3 Pekerjaan arsitektur a. Pekerjaan dinding; b. Kusen, pintu dan jendela; c. Rangka dan Plafond; d. Pengecatan; 2.3.4 Pekerjaan lansekap a. Saluran;dan b. Paving Blok dan Ramp 16 BAB 3 METODE PELAKSANAAN PROYEK 3.1 Daftar Item Pekerjaan Proyek yang Diikuti Item pekerjaan yang kami ikuti dalam Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium merupakan item pekerjaan Pondasi dan struktur berupa Sloef, kolom, pelat lantai dan balok dari gedung lantai 1 hingga lantai 5. Dalam pelaksanaan proyek ini kami juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh HSE Officer proyek diantaranya seperti safety induction tool box meeting dan safety talk. Selain itu kami juga tergabung dalam divisi Pusat Pengendalian Dokumen (PPD) yang mencakup pembuatan, pengelolaan, modifikasi, penerbitan dan aksesibilitas dokumen kontruksi. 3.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Struktur dan Perancah Pekerjaan struktur pada bangunan adalah pekerjaan rangka bangunan yang berada di atas pekerjaan pondasi dan pondasi itu sendiri dengan bentuk komponen berupa pondasi, sloof, kolom, balok, joint balok dan kolom, lantai serta tangga. Sedangkan pekerjaan perancah adalah bangunan pelataran kerja yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan dan alat. Semua item kerja yang kami ikuti pada Proyek Pembangunan Gedung laboratorium terpadu merupakan item kerja pondasi dan struktur untuk lantai 1 sampai 5. 17 3.2.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Kolom SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang dterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. Lingkup kerja yang dibahas pada metode pelaksanaan pekerjaan ini adalah mengenai siklus pelaksanaan pekerjaan kolom pada Proyek Pembangunan Gedung laboratorium terpadu, meliputi: a. Pekerjaan pembesian kolom; b. Pekerjaan bekisting kolom; c. Pekerjaan pengecoran kolom; dan d. Pekerjaan pembongkaran bekisting kolom. Metode pelaksanaan pekerjaan kolom diuraikan dalam flow chart seperti pada gambar (3.1) dan (3.2). 18 START Shop Drawing Persiapan Besi dan Alat yang Dipakai Pemotongan dan Penekukan Besi Fabrikasi Pembesian Kolom TIDAK Perbaiki TIDAK Perbaiki INSPEKSI YA Setting Kolom INSPEKSI YA FINISH Gambar 3.1 Flow chart pekerjaan pembesian kolom 19 START Fabrikasi Pembesian Kolom Penentuan as Pemasangan Tulangan Kolom Fabrikasi bekisting kolom Pemasangan sepatu kolom TIDAK Perbaiki INSPEKSI YA Pengecoran Kolom Perbaiki TIDAK INSPEKSI IPL Pengecoran YA Pengecoran kolom Pembongkaran bekisting kolom FINISH Gambar 3.2 Flow chart pekerjaan bekisting dan pengecoran kolom 20 Penjelasan metode pelaksanaan pekerjaan kolom secara rinci dijelaskan sebagai berikut: a. Penentuan As Kolom Titik as pada kolom diperoleh dari hasil pekerjaan pengukuran, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar penentuan letak kolom. Cara penentuan as-as kolom adalah dengan menggunakan alat theodolite, yaitu dengan menentukan letak as awal dan kemudian dibuat as-as yang lain dengan mengikuti jarak-jarak yang telah disyaratkan dalam perencanaan awal. b. Pemasangan Tulangan Kolom Pemasangan tulangan kolom yang telah difabrikasi sebelumnya diangkut menggunakan tower crane dan dipasang pada titik kolom yang telah direncanakan. Pemasangan dilakukan dengan mengikat tulangan pokok dengan tulangan overlapping menggunakan kawat bendrat. Pemasangan tulangan dilakukan sesuai dengan gambar rencana. Gambar 3.3 Tempat fabrikasi tulangan kolom (Dokumentasi pribadi, 2024) 21 ‘’ ; Gambar 3.4 Pengikatan tulangan pokok kolom (Dokumentasi pribadi, 2024) c. Pemasangan Sepatu Kolom Pelaksanaan pekerjaan pemasangan sepatu kolom dilaksanakan setelah pengecoran lantai selesai dan mulai mengering terlebih dahulu. Kemudian tim serveyor melakukan marking dimensi kolom sesuai dengan gambar kerja. Selanjutnya bor lantai kerja pad daerah sekitar siku marking ± 3 cm, pasang stek siku ± 20 cm tertanam 10 cm dengan sudut menyiku. Stek dipasang pada 4 sisi bekisting. d. Instal Bekisting Kolom Bekisting kolom yang sudah difabrikasi sebelumnya akan diangkut menggunakan tower crane dan langsung dipasangkan ke kolom yang telah selesai pembesiannya. 22 Gambar 3.5 Pengangkutan bekisting kolom setelah fabrikasi menggunakan tower crane (Dokumentasi pribadi, 2024) Gambar 3.6 Penguatan bekisting kolom dengan penambahan pipa support (Dokumentasi pribadi, 2024) 23 e. Pekerjaan Pengecoran Kolom a) Pengecoran kolom dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar rencana. Sebelum dilakukan pengecoran akan dilakukan test slump terlebih dahulu pada material pengecoran dengan nilai slump 12 ± 2 cm; b) Pengecoran kolom dilakukan dengan menggunakan bucket yang dihubungkan dengan pipa tremi dan diangkut menggunakan tower crane. Pemadatan pengecoran dilakukan dengan menggunakan shaft dan vibrator; Gambar 3.7 Bucket dan tremi pengecoran (Dokumentasi pribadi, 2024) c) Penambahan zat adiktif wajib dilakukan sesuai dengan spesifikasi dengan dosis 30% dari kubikasi pengecoran; d) Pemberian mortar pada area sepatu kolom wajib dilakukan sebelum pengecoran untuk mencegah kebocoran; e) Sebelum beton dituang, pada area sepatu kolom harus diberikan bonding agent terlebih dahulu. Bonding agent dibiarkan selama ± 10 menit dan jarak jatuh beton tidak boleh melebihi ketinggian 100 cm; f) Sebelum beton dituang kedalam bekisting, shaft vibrator harus diposisikan mendekati dasar kolom pada bagian tengah atau sudut kolom. Penuangan beton dilakukan sedikit demi sedikit 24 dengan pemadatan yang secukupnya hingga kolom mencapai elevasi yang diinginkan; Gambar 3.8 Proses pengecoran kolom (Dokumentasi pribadi, 2024) g) Delapan jam setelah pengecoran dilakukan, bekisting kolom sudah dapat dibongkar dengan melakukan pengendoran pada pipa support, setelah dikendorkan bekisting dapat diangkat langsung menggunakan tower crane. f. Curing Curing beton dilakukan setelah bekisting kolom dilepaskan. Curing dilakukan dengan cara, kolom dibasahi dengan air secara merata, kemudian dilakukan pembungkusan menggunakan plastik cor. 3.2.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok merupakan komponen struktur yang menyalurkan beban dari pelat lantai ke kolom. Komponen pekerjaan struktur balok terdiri dati pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran. Pekerjaan balok direncanakan dengan tahapan alur seperti pada flow chart pada gambar (3.9). 25 START Persiapan panel bekisting Pengukuran dan shop drawing Persiapan besi tulangan TIDAK Pasang perancah dan gelagar Perbaiki CHECK Fabrikasi YA Pemasangan bekisting balok TIDAK Perbaiki TIDAK Perbaiki TIDAK Perbaiki INSPEKSI YA Instal pembesian Pemasangan besi tulangan pelat INSPEKSI YA Persiapan cor Pembersihan INSPEKSI YA Pengecoran A 26 A Pemadatan Perataan Curing Pembongkaran bekisting FINISH Gambar 3.9 Flow chart pekerjaan struktur balok Metode pelaksanaan pekerjaan struktur balok dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan untuk pekerjaan balok meliputi: 1) Pengadaan material kerja; 2) Pengadaan tenaga kerja dan APD pekerja; 3) Pengadaan alat kerja; dan 4) Pengadaan dokumen-dokumen pendukung seperti shop drawing, JSA dan dokumen lainnya dengan persetujuan konsultan MK. Setelah semua dokumen dan sumber daya terlengkapi, selanjutnya yaitu melakukan cross-check dan survey di lapangan dengan menentukan titik-titik perancah untuk penempatan perancah 27 agar sesuai dengan beban yang akan dipikul, serta pemasangan marking untuk elevasi lantai/balok dan as balok. b. Pemasangan besi tulangan balok Pemasangan pembesian balok dilakukan setelah bodeman terpasang pada PCH. Pembesian dipasang sesuai dengan gambar shop drawing. Gambar 3.17 Proses pembesian balok (Dokumentasi pribadi, 2024) c. Pengecoran balok 1) Area pengecoran balok harus dibersihkan sebelum pengecoran dilakukan, pembersihan dilakukan dengan menggunakan kompresor untuk membersihkan (potongan kayu, batu, debu dll); 2) Sebelum dilakukan pengecoran, uji slump harus dilakukan sesuai dengan persyaratan teknis; 3) Pada saat pengecoran untuk area yang tidak dicor akan di blok. Pemblokan area pengecoran dilakukan dengan memakai kawat ayam; 4) Proses pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket concrete maupun dengan menggunakan concrete pump. Pemadatan beton dilakukan dengan menggunakan bantuan 28 vibrator; 5) Jika mengharuskan adanya stop cor, maka stop cor balok harus dilakukan pada 1/3 bentang. d. Perawatan beton balok (curing) Perawatan beton dilakukan setelah pekerjaan pengecoran selesai. Selama masa curing, cetakan beton harus tetap dalam keadaan basah. Proses curing dilakukan dengan menyiram permukaan beton menggunakan air. e. Pembongkaran bekisting balok Pembongkaran bekisting dilakukan untuk balok yang telah mencapai umur minimal 8 hari setelah pengecoran. Setelah pembongkaran dilakukan, maka harus dilakukan pengecekan kondisi balok untuk menghindari adanya kecacatan pada struktur balok. 29 3.2.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom banguna n. Proses pekerjaan struktur untuk pelat lantai pada proyek RS UPT Vertikal Makassar ditunjukkan seperti pada gambar (3.18). START Persiapan panel bekisting Pengukuran dan shop drawing Persiapan besi tulangan TIDAK Pemasangan gelagar dan perancah Perbaiki CHECK Fabrikasi YA Pemasangan bekisting plat lantai TIDAK Perbaiki TIDAK Perbaiki INSPEKSI YA Instalasi pembesian INSPEKSI YA Pengecoran A 30 A Curing Pembongkaran bekisting Selesai Gambar 3.18 Flow chart pekerjaan struktur pelat lantai (Mega Lorensia, 2022) Metode pelaksanaan untuk pekerjaan pelat memiliki tahapan yang hampir sama dengan pengerjaan struktur balok dan dalam pelaksanaannya struktur pelat dan balok dikerjakan di waktu yang bersamaan. Dengan langkah kerja sebagai berikut: a. Pekerjaan persiapan Pekerjaan persiapan dilakukan dengan membuat shopdrawing, menyiapkan material dan alat yang diperlukan. Selain itu juga dilakukan survei untuk menentukan titik penempatan perancah scaffolding sesuai dengan beban yang akan dipikul. b. Pemasangan bekisting plat Bekisting plat lantai menggunakan material multiplex yang telah diberi pelapis untuk mencegah adanya beton yang melekat pada saat pembongkaran. Pemasangan bekisting dilakukan dengan menggunakan material resource dari bekisting plat yang telah terpakai sebelumnya yang masih dalam kondisi baik. 31 Gambar 3.20 Instal bekisting plat (Dokumentasi pribadi, 2024) c. Pemasangan pembesian Instalasi pembesian struktur pelat lantai dilakukan setelah bekisting plat terpasang. Pemasangan besi tulangan dilakukan sesuai dengan gambar rencana pada shop drawing. Gambar 3.21 Instalasi pembesian pelat (Dokumentasi pribadi, 2024) d. Pekerjaan pengecoran Pengecoran pada struktur plat lantai dilakukan dengan tahapan sesuai pada pekerjaan struktur balok. Dalam pelaksanaannya pengecoran pelat lantai dan balok dilakukan secara bersamaan. Dengan tahapan sebagai berikut: 1) Area pengecoran pelat harus dibersihkan sebelum pengecoran; 32 Gambar 3.22 Pembersihan plat menggunakan kompresor (Dokumentasi pribadi, 2024) 2) Sebelum dilakukan pengecoran, uji slump harus dilakukan sesuai dengan persyaratan teknis; 3) Pada saat pengecoran untuk area yang tidak dicor akan di blok. Pemblokan area pengecoran dilakukan dengan memakai kawat ayam; Gambar 3.23 Pemasangan kawat ayam sebagai stop cor (Dokumentasi pribadi, 2024) 4) Proses pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket concrete maupun dengan menggunakan concrete pump. Pemadatan beton dilakukan dengan menggunakan bantuan vibrator; 33 Gambar 3.24 Proses pengecoran plat menggunakan concrete pump (Dokumentasi pribadi, 2024) Gambar 3.25 Pemadatan pengecoran menggunakan vibrator (Dokumentasi pribadi 2024) 5) Jika mengharuskan adanya stop cor, maka stop cor balok harus dilakukan pada 1/3 bentang. e. Perawatan beton pelat lantai (curing) Proses curing beton dilakukan dengan menyiram permukaan beton menggunakan air untuk menjaga kelembaban permukaan pelat dan mencegah terjadinya keretakan akibat sengatan panas dan perubahan cuaca yang tiba-tiba. Proses curing plat dilakukan bersamaan dengan balok apabila proses pengecoran telah dilakukan. 34 Gambar 3.26 Curing beton plat dan balok (Dokumentasi pribadi, 2024) f. Pembongkaran bekisting pelat lantai Bekisting pelat lantai sudah dapat dilakukan jika umur beton telah mencapai usia minimal tujuh hari setelah proses pengecoran. Pada saat pembongkaran bekisting akan dilakukan pengecekan kondisi beton pelat dan mutu dari pelat untuk memastikan pelat sesuai dengan spesifikasi rencana. 35 BAB 4 KENDALA YANG TIMBUL DALAM PELAKSANAAN DAN PEMECAHANNYA Setiap proyek konstruksi akan timbul masalah-masalah yang menjadi hambatan dalam proses pelaksanaan konstruksi. Permasalahan merupakan suatu kewajaran dan problematika, sehingga suatu proyek konstruksi telah memperhitungkan permasalahan (kandala) yang akan timbul selama proyek berlangsung. Oleh karena itu, sangat diperlukan perhatian dan penanganan khusus terhadap hal-hal yang menjadi penyebab utama oleh semua ihak yang terlibat secara langsung dalam proses pelaksanaan proyek tersebut. Pada pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di Proye Konstruksi Gedung Laboratorium Terpadu kami menemukan masalah yang timbul di lapangan sehingga terkadang suatu pekerjaan harus ditunda atau dihentikan pelaksanaannya. Adapun masalah-masalah yang ditemui adalah sebagai berikut: 4.1 Kendala Teknis Kendala teknis adalah segala hambatan, rintangan dan kesulitan pada proyek konstruksi yang berasal dari alat-alat penunjang pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terhambat atau tertunda dalam pelaksanaannya. 4.1.1 Beton Kolom Keropos/Terdapat Lubang-lubang Kecil Beton yang keropos ditandai dengan adanya rongga/lubang pada permukaan beton yang biasanya disebabkan oleh penggunaan bekisting recycle yang kurang bersih sehingga masih ada beton lama yang menyebabkan munculnya lubang pada permukaan kolom. Beton yang keropos juga dapat terjadi akibat penggunaan vibrator yang kurang sempurna sehingga masih ada udara yang terperangkap dalam beton. 36 Gambar 4.1 Kolom pada Lt.1 keropos (Dokumentasi pribadi, 2024) Solusi yang dilakukan untuk kolom yang mengalami keropos adalah dengan melakukan grouting. Grouting adalah proses perbaikan struktur dengan memasukkan bahan campuran ke bagian dalam struktur beton yang keropos/berlubang. Bahan grouting akan mengisi rongga struktur dan mengeras, sehingga dapat menambal beton struktur yang keropos. 4.1.2 Pembesian Miring Dalam pekerjaan pembesian seringkali ditemukan pembesian kolom/balok yang mengalami kemiringan. Besi tulangan yang miring apabila tidak diperbaiki sebelum dilakukan pengecoran akan menyebabkan kegagalan struktur yang tidak diinginkan karena tebal selimut beton yang tidak merata. Gambar 4.2 Tulangan kolom yang miring pada Lt. 2 (Dokumentasi pribadi, 2024) 37 Solusi yang dilakukan untuk memperbaiki tulangan yang mengalami kemiringan yaitu dengan menambahkan beton decking dan melakukan penarikan pada besi tulangan sehingga besi tulangan dapat lurus dan jarak antara tulangan dan bekisting sama, sehingga selimut betonnya merata. 4.1.3 Adanya Pemadaman Listrik Listrik merupakan sumber tenaga utama hampir semua peralatan dalam proyek Gedung Laboratorium Terpadu dari alat pemotong, penerangan hingga tower crane. Selama bulan Agustus 2024 kerapkali terjadi pemadaman listrik di wilayah kota Makassar yang juga berdampak langsung pada Proyek konstruksi Gedung Laboratorium Terpadu sehingga menyebabkan terhambatnya pekerjaan yang menggunakan peralatan dengan sumber tenaga listrik. Solusi yang dilakukan agar pekerjaan tetap berlanjut pada saat pemadaman listrik terjadi yaitu dengan mengalihkan pekerjaan yang menggunakan peralatan listrik ke peralatan konvensional. 4.2 Kendala Non Teknis Kendala non teknis merupakan semua hambatan, kendala dan masalah yang timbul di luar dari kendara teknis proyek. Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di Gedung Laboratorium Terpadu kami menemukan beberapa masalah non teknis yang menghambat kelancaran pekerjaan, yaitu: 4.2.1 Kurangnya Kesadaran Pekerja Akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Beberapa pekerja seringkali tidak menggunakan dan menyepelekan penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam bekerja. Contoh lain yang sering terjadi yakni banyaknya pekerja yang enggan untuk mengikuti kegiatan tool box meeting dan safety talk. 38 Gambar 4.3 Pekerja yang tidak menggunakan safety helmet (Dokumentasi pribadi, 2024) Solusi yang perlu dilakukan yaitu perlunya penegasan dalam penerapan K3, HSE harus lebih mengawasi setiap pekerja yang tidak menggunakan perlengkapan safety dan memberikan pengarahan akan pentingnya K3 serta memberi teguran kepada pekerja yang tidak menggunakan APD karena membahayakan diri sendiri dan orang lain, serta melengkapi fasilitas perlengkapan safety untuk pekerja. 39 BAB 6 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Praktik kerja lapangan yang kami laksanakan di Proyek Konstruksi Gedung Laboratorium Terpadu Parepare merupakan proyek dengan item pekerjaan yang banyak dan terdiri dari beberapa lantai. Adapun pekerjaan yang kami amati yaitu pekerjaan mulai dari pondasi , struktur seperti: kolom, balok dan pelat,juga pekerjaan perancah. Selain fokus dalam pekerjaan pondasi dan struktur kami juga melakukan pengamatan dan kegiatan-kegiatan berupa kegiatan yang dilaksanakan oleh HSE dan kegiatan-kegiadan dalam Pusat Pengendalian Dokumen (PPD). Sehingga selama pelaksanaan praktik kerja lapangan kami dapat menyimpulkan beberapa hal, sebagai berikut: 1. Proyek Konstruksi Gedung Laboratorium Terpadu IAIN Parepare merupakan proyek konstruksi gedung berskala besar dengan sumber dana dari SBSN; 2. Bentuk penerapan K3 dalam proyek ini sangat diperhatikan dan diutamakan dengan adanya kegiatan seperti safety induction dan adanya ruang klinik lengkap dengan mobil ambulance untuk penanganan kecelakaan kerja, selain itu proyek ini telah bekerja sama dengan RS Primaya untuk penanganan keadaan gawat darurat; 3. Kedisiplinan dan keteraturan kerja sangat diperhatikan, dengan adanya tool box meeting dan briefing pekerja kantor setiap paginya; 4. Penempatan dan penyediaan fasilitas sangat diperhatikan dengan adanya beberapa kantor seperti: kantor utama kontraktor, kantor pelaksana, kantor konsultan MK dan kantor HSE; 40 5. Mahasiswa magang atau PKL sangat diperhatikan, dengan adanya pembagian tugas secara jelas dan pemberian tanggung jawab yang jelas sehingga mahasiswa dapat merasakan suasana bekerja di proyek konstruksi secara nyata. 5.2 Saran Dari hasil pengamatan yang kami lakukan selama melakukan praktik kerja lapangan di Proyek Konstruksi Gedung Laboratorium Terpadu, hal yang kami sarankan yaitu perlunya perhatian lebih terkait akses masuk dan jalan pada lokasi proyek dimana akses masuk dan jalan itu dalam lingkungan kampus yang kemudian juga perlu diperhatikan karena banyak mahasiswa yang lewat di jalan tersebut sehingga sangat membahayakan terutama pengendara kendaraan roda dua.