Uploaded by salmamualimin02

LAPORAN PKL

advertisement
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM
TERPADU KAMPUS IAIN PARE-PARE
DISUSUN OLEH:
SALMAWATI
41221084
SYAMSUL MUARIF
41221086
PROGRAM STUDI D4 JASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN
Praktik Kerja Lapangan ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat kelulusan
pada semester VII (tujuh) untuk S1 Terapan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Ujung Pandang.
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU
KAMPUS IAIN PARE-PARE
Disusun Oleh:
Nama: Salmawati
NIM: 41221084
Syamsul Muarif
41221086
Makassar,
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing Politeknik
Pembimbing Industri
Ir. Syahlendra, S.T M.T.
NIP. 19661111 199212 1 001
Imran Syahruddin
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Dr. Andi Muhammad Subhan S, S.T., M.T.
NIP. 19670530 199703 1 001
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Berkat limpahan nikmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
dengan lancar. Penyusunan laporan ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan
kelulusan bagi mahasiswa S1 Terapan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Ujung Pandang.
Selama proses PKL yang dilakukan dalam waktu delapan minggu pada Proyek
PembangunanGedung Laboratorium Terpadu serta proses penyusunan laporan ini
tentu tidak lepas dari bantuan, arahan, masukan, serta bimbingan dari berbagai
pihak. Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Aisyah Zakaria, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi D4 Jasa Konstruksi.
2. Bapak Ir. Syahlendra, M.T. selaku dosen pembimbing PKL.
3. Bapak Imran dan Bapak Agus selaku pembimbingindustri kami di lokasi PKL.
4. Dan Bapak/Ibu Pimpinan Sinar Delima KSO pada Proyek Pembangunan
Gedung Laboratorium Terpadu yang telah menerima dan membimbing kami
selama kegiatan PKL.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
laporan PKL ini, sehingga penulis secara terbuka menerima saran dan kritik positif
dari pembaca. Agar hasil laporan PKL yang didapat mencapai kesempurnaan dan
bisa menjadi referensi yang baik bagi pembaca.
Demikian apa yang dapat penulis sampaikan. Semoga laporan PKL ini dapat
bermanfaat dan dapat menjadi referensi yang baik bagi pembaca khususnya
mahasiswa yang hendak melaksanakan PKL di instansi yang sama maupun instansi
yang berbeda. Terima kasih.
Makassar, 28 September 2024
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
BAB 1 : Pendahuluan .................................................................................
1.1 Latar Belakang Pemilihan Tempat Pelaksanaan Kegiatan
PKL.......................................................................................
1.2 Maksud dan Tujuan Kegiatan PKL ......................................
1.3 Batasan Masalah ...................................................................
1.4 Metode kegiatan PKL ...........................................................
1.5 Sistematika Penulisan ...........................................................
BAB 2 : Gambaran Umum Proyek ............................................................
2.1 Latar Belakang......................................................................
2.2 Lokasi dan data proyek .........................................................
2.3 Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek ...................
2.4 Struktur Organisasi ..............................................................
2.5 Proses Tender .......................................................................
2.6 Dokumen kontrak ................................................................
2.7 Time Schedule ......................................................................
BAB 3 : Pelaksanaan Amdal di proyek ......................................................
3.1 Tujuan Amdal .......................................................................
3.2 Proses Penyusunan Dokumen Amdal di proyek .................
BAB 4 : Metode Pelaksanaan ...................................................................
4.1 Kendala Teknis .....................................................................
4.2 Kendala Non Teknis .............................................................
BAB 5 : Masalah dan Solusi ......................................................................
5.1 Masalah Teknis .....................................................................
iv
5.2 Masalah Non Teknis .............................................................
BAB 6 : Penutup ........................................................................................
3.1 Kesimpulan ...........................................................................
3.2 Saran ...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN .................................................................................................
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pemilihan Tempat Pelaksanaan Kegiatan PKL
Politeknik Negeri Ujung Pandang merupakan salah satu perguruan tinggi
bidang vokasi yang memiliki rumpun Jurusan Keteknisipilan. Dalam
penerapannya, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung
Pandang selain mempelajari ilmu ketekniksipilan secara teori harus dibarengi
dengan pembelajaran mengenai penerapan dan pengaplikasian ilmu tersebut
kelapangan secara langsung.
Salah satu program studi Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung
Pandang adalah Program Studi Diploma IV Jasa Konstruksi yang lulusannya
diharapkan
memiliki
keahlian
dan
keterampilan
untuk
melakukan
perencanaan, pelaksanaan dan bahan rekonstruksi fasilitas sipil. Sehingga,
dalam proses pengaplikasian pengetahuan yang didapatkan secara teori
maupun praktik di lingkungan kampus politeknik perlu juga diperoleh
wawasan tambahan mengenai pengaplikasian ilmu di dunia konstruksi yang
sebenarnya untuk mendapatkan serta meningkatkan wawasan berpikir dan
pengetahuan mahasiswa secara luas.
Dalam hal ini, mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang Jurusan
Teknik Sipil untuk Program Studi D-IV, pada awal semester VII diwajibkan
untuk mengikuti program Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama lima bulan
(20 pekan) dimulai dari 5 Agustus 2024 hingga 31 Desember 2024 pada
suatu proyek konstruksi. Lokasi proyek konstruksi yang kami pilih sebagai
tempat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan yaitu sebuah proyek kontruksi
pada kawasan Kampus IAIN Pare-pare, proyek ini merupakan salah satu
proyek konstruksi gedung yang dikatakan sebagai proyek bangunan terbesar
dikampus IAIN Pare-pare.
1
Proyek pekerjaan yang kami jadikan sebagai tempat pelaksanaan PKL
merupakan Proyek Pembangunan Gedung Dimana proyek ini merupakan
proyek pembangunan gedung laboratorium yang memiliki banyak item
pekerjaan, sehingga diharapkan kami akan mendapatkan banyak ilmu dan
peningkatan wawasan yang luas selama melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) pada proyek ini.
1.2
Maksud dan Tujuan Kegiatan PKL
Maksud dari pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini
adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik pada semester VII
(Tujuh) serta untuk mengetahui teori-teori praktis yang dilaksanakan di
lapangan sehingga dapat dilakukan pembandingan antara apa yang
didapatkan di kampus dengan apa yang didpatkan di lapangan secara aktual,
yang kiranya dapat meningkatkan wawasan dan memperluas pemahaman
terkait ilmu keteknisksipilan yang ditekuni.
Adapun tujuan dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
ini yaitu:
1. Mengetahui item-item pekerjaan yang berjalan dalam proyek;
2. Mengetahui proses pelaksanaan pekerjaan di lapangan;
3. Mengidentifikasi masalah dan penyelesaiannya di lapangan;
4. Mengetahui struktur organisasi yang bekerja dalam proyek;
5. Mengembangkan dan menambah wawasan keilmuan dan pengalaman
dalam bidang ketekniksipilan;
6. Sebagai sarana untuk mengetahui dan mempelajari teknik pelaksanaan
terkait manajemen konstruksi, kendala-kendala serta penyelesainnya;
7. Merupakan tindak lanjut pembangunan awal untuk penerapan ilmu
khususnya dalam bidang teknik sipil secara aktual.
2
1.3
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam kegiatan praktik kerja lapangan kami
sebagai berikut:
1. Pengamatan dilapangan, melakukan pengamatan secara langsung terkait
proses
pelaksanaan
konstruksi
dilapangan
untuk
mempelajari
pelaksanaan konstruksi.
2. Wawancara pihak terkait proyek, melakukan wawancara atau tanya
jawab dengn pihak-pihak/stakeholder yang terkait proyek (drafter,
pelaksana lapangan, dll) untuk mendpatkan informasi-informasi
tambahan tentang proyek tersebut.
3. Membantu pekerjaan diproyek, membantu melaksanakan beberapa
pekerjaan diproyek yang ditugaskan untuk mendapatkan pengalaman
bekerja didalam proyek konstruksi.
4. Asistensi laporan kerja praktik, melaksanakan asistensi penulisan
laporan kerja praktik dengan dosen pembimbing dari kampus untuk
membantu mempelajari keterkaitan antara teori yang didapatkan dalam
perkuliahan dengan kondisi lapangan.
1.4
Metode kegiatan PKL
Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Proyek Pembangunan
Gedung Laboratorium Terpadu IAIN Parepare kami memakai metodologi
kerja praktek sebagai berikut:
1. Pengamatan dilapangan, melakukan pengamatan secara langsung terkait
proses
pelaksanaan
konstruksi
dilapangan
untuk
mempelajari
pelaksanaan konstruksi.
2. Wawancara pihak terkait proyek, melakukan wawancara atau tanya
jawab dengn pihak-pihak/stakeholder yang terkait proyek (drafter,
pelaksana lapangan, dll) untuk mendpatkan informasi-informasi
tambahan tentang proyek tersebut.
3. Membantu pekerjaan diproyek, membantu melaksanakan beberapa
pekerjaan diproyek yang ditugaskan untuk mendapatkan pengalaman
bekerja didalam proyek konstruksi.
4. Asistensi laporan kerja praktik, melaksanakan asistensi penulisan
3
laporan kerja praktik dengan dosen pembimbing dari kampus untuk
membantu mempelajari keterkaitan antara teori yang didapatkan dalam
perkuliahan dengan kondisi lapangan.Si
1.5
Sistematika Penulisan
Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Proyek Pembangunan
Gedung Laboratorium Terpadu IAIN Parepare kami memakai metodologi
kerja praktek sebagai berikut:
1. Pengamatan dilapangan, melakukan pengamatan secara langsung terkait
proses
pelaksanaan
konstruksi
dilapangan
untuk
mempelajari
pelaksanaan konstruksi.
2. Wawancara pihak terkait proyek, melakukan wawancara atau tanya
jawab dengn pihak-pihak/stakeholder yang terkait proyek (drafter,
pelaksana lapangan, dll) untuk mendpatkan informasi-informasi
tambahan tentang proyek tersebut.
3. Membantu pekerjaan diproyek, membantu melaksanakan beberapa
pekerjaan diproyek yang ditugaskan untuk mendapatkan pengalaman
bekerja didalam proyek konstruksi.
4. Asistensi laporan kerja praktik, melaksanakan asistensi penulisan
laporan kerja praktik dengan dosen pembimbing dari kampus untuk
membantu mempelajari keterkaitan antara teori yang didapatkan dalam
perkuliahan dengan kondisi lapangan.
4
BAB 2
GAMBARAN UMUM PROYEK
2.1
Data Teknis Proyek
Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu memiliki data-data
proyek sebagai berikut:
2.1.1 Nama Paket Pekerjaan
Paket pekerjaan ini bernama Proyek Pembangunan Gedung
Laboratorium Terpadu IAIN Parepare.
2.1.2 Lokasi Proyek
Lokasi pekerjaan proyek ini terletak di Jl. Amal Bakti No. 8,
Kelurahan Lembah Harapan Kecamatan Soreang Kota Parepare
Sulawesi selatan.
Gambar 2.1 Lokasi Proyek Gedung Laboratorium Terpadu
(Maps, 2024)
5
2.1.3 Nomor Kontrak
In.39/KU.00.2/PPK-SBSN/370/6/2024 tanggal 7 Juni 2024.
2.1.4 Biaya Proyek
Proyek
Pembangunan
Gedung
Laboratorium
Terpadu
ini
mempunyai anggaran sebesar Rp. 37.682.836.000,- (Tiga puluh tujuh
milyar enam ratus delapan puluh dua juta delapan ratus tiga puluh
enam ribu rupiah) dengan sumber dana yang berasal dari SBSN (Surat
Berharga Negara).
2.1.5 Masa Pelaksanaan
Masa pelaksanaan pekerjaan ini yaitu selama 280 hari kalender
terhitung dari 1 Juni 2024 sampai dengan 31 Desember 2024. Dengan
jangka waktu pemeliharaan selama 300 hari kalender.
2.1.6 Pelaksana Proyek
a.
Pemberi tugas
: Kementerian Agama Republik
Indonesia
b.
Konsultan MK
: PT. BIOSFERA WIDHY
c.
Konsultan Perencana
: KSO
PT. DELTA BUANA
PT. AULIFAH CONSULTANT
d.
Kontraktor
: KSO
PT. DELIMA UTAMA
PT. SATU EMPAT LIMA
6
2.2
Organisasi Proyek
Pemilik Proyek
Kementerian Agama Republik
Indonesia
Konsultan Manajemen
Konstruksi
Konsultan Perencana
KSO Delta Buana dan Aulifah
Consultant
PT. Biosfera Widhy
Kontraktor Pelaksana
KSO PT. Delima Utama dan PT.
Satu Empat Lima
Keterangan:
Kontraktual
Perintah
Kordinasi
Gambar 2.3 Struktur organisasi proyek
Organisasi proyek merupakan sarana bersatunya pihak yang terlibat dalam
pengelolaan proyek untuk mencapai satu tujuan yang telah ditentukan. Dalam
organisasi proyek Pembangunan Gedung Laboratorium melibatkan banyak
perusahaan konstruksi yang terlibat membentuk KSO (Kerja Sama Operasi)
baik konsultan maupun kontraktornya. Pada Pasal 1 angka 56 PP 14/2021
Kerja Sama Operasi yang selanjutnya disingkat KSO adalah kerja sama
usaha antar pelaku usaha yang masing-masing pihak mempunyai hak,
kewajiban dan tanggung jawab yang jelas berdasarkan perjanjian tertulis.
7
2.2.1 Pemilik Proyek
Pemilik proyek atau owner menurut UU No. 18 Tahun 1999 adalah
orang perorangan atau badan usaha yang diberi kuasa secara hukum
untuk bertindak mewakili kepentingan pengguna jasa/pemilik proyek
secara penuh atau terbatas dalam hubungannya dengan penyedia jasa
(konsultan perencana, pengawas dan pelaksana/kontraktor). Pemilik
proyek untuk Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu
yaitu Kementerian Agama Republik Indonesia.
Pada umumnya pemilik proyek akan menerbitkan surat perintah
kerja (SPK) dan dokumen kontrak kepada penyedia jasa setelah
penyedia jasa dinyatakan memenangkan lelang proyek konstruksi,
menurut Dimyati, H. A. Hamdan dan Nurjaman Kadar (2014) pemilik
proyek mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai
pengguna jasa antara lain:
a. Menunjuk dan mengangkat wakilnya bagi kebutuhan perencanaan
dan pelaksanaan. Dalam hal ini mengangkat kontraktor pelaksana,
pengawas proyek yang terpilih melalui sistem lelang;
b. Mengesahkan keputusan yang menyangkut biaya, mutu dan waktu
pelaksanaan;
c. Menyelesaikan perselisihan menyangkut proyek yang terjadi antara
bawahannya dengan pihak pemborongnya;
d. Menyediakan dan mengusahakan pendanaan bagi kontraktor
pelaksana;
e. Memberikan keputusan terhadap perubahan waktu pelaksanaan
dengan memperhatikan pertimbangan yang diberikan oleh
konsultannya.
2.2.2 Konsultan Perencana
Menurut
Keputusan
Direktur
Jenderal
Cipta
Karya
No.
295/KPTS/CK/1997 Konsultan Perencana adalah perusahaan yang
memenuhi persyaratan untuk melaksanakan tugas konsultasi dalam
8
bidang perencanaan (planning) lingkungan, perancangan (designing)
bangunan beserta kelengkapannya, berfungsi membantu pengelola
proyek untuk melaksanakan pengadaan dokumen perancangan,
dokumen lelang, dokumen pelaksanaan konstruksi dan memberikan
penjelasan terhadap persoalan-persoalan perancangan yang timbul
selama tahap konstruksi serta bertanggung jawab secara konstruksi
kepada pemimpin proyek atau pemimpin bagian proyek. Dalam Proyek
Pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu yang menjadi konsultan
perencana adalah PT. Delta Buana.
Konsultan perencana memiliki tugas sebagai berikut:
a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan
pemilik proyek;
b. Membuat gambar kerja pelaksanaan atau Detai Engineering Design
(DED);
c. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan
(RKS) sebagai peoman bagi pelaksanaan proyek;
d. Membuat rencana anggaran biaya (RAB) proyek;
e. Memproyeksikan keinginan-keinginan atau ide-ide pemilik proyek
ke dalam desain bangunan;
f. Melakukan penyesuaian desain bila terjadi kesalahan pelaksanaan
pekerjaan
di
lapangan
yang
tidak
memungkinkan
untuk
dilaksanakan;
g. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika
terjadi kegagalan konstruksi.
Selain itu, konsultan pengawas juga memiliki wewenang untuk:
a. Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak pelaksana
bangunan yang melaksanakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
rencana;
b. Menentukan warna dan jenis material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
9
2.2.3 Konsultan Manajemen Konstruksi
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 Konsultan
Manajemen Konstruksi yang selanjutnya disingkat MK, adalah
Penyedia Jasa Konsultasi manajemen yang ditunjuk oleh pemilik
proyek, dan bertugas mengendalikan pelaksanaan pekerjaan. Yang
bertugas sebagai Konsultan Manajemen Konstruksi pada proyek ini
adalah PT. Biosfera Widhy.
Tugas, tanggung jawab dan wewenang penyedia jasa Konsultasi
Manajemen Penyelenggaraan Kontruksi di antaranya adalah:
a. Menghitung dan memasukkan biaya penerapan SMKK sesuai
kebutuhan;
b. Konsultan manajemen penyelenggaraan konstruksi bertugas dalam
pengendalian pekerjaan kosntruksi sebagaimana yang dilimpahkan
oleh penanggung jawab kegiatan dan harus mengendalikan
pekerjaan
konsultasi
sesuai
dengan
kontrak
Manajemen
Penyelenggaraan Konstruksi;
c. Konsultan pengawas bertugas dalam pengawasan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi sesuai dengan ketentuan kontrak sebagaimana
tugas pengawasan yang dilimpahkan oleh penanggung jawab
kegiatan dan harus mengendalikan pekerjaan konsultasi sesuai
dengan kontrak pengawasan;
d. Membuat RKK Konsultasi Kontruksi Pengawasan/Manajemen
Penyelenggaraan Konstruksi; dan
e. Dalam hal pengendalian dan pengawasan pekerjaan konstruksi
dilakukan oleh Penyedia Jasa Konsultasi, maka Penyedia Jasa
Konsultasi wajib menyusun Program Mutu sebagai penjaminan
mutu pekerjaan.
10
2.2.4 Kontraktor Pelaksana
Perihal pelaksana atau kontraktor tertuang dalam UU No. 18 Tahun
1991 tentang jasa konstruksi. Adapun kontraktor pelaksana proyek
adalah penyedia jasa perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan
ahli dan profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi. Dalam
Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium terpadu yang menjadi
Kontraktor Pelaksana adalah KSO antara PT. Delima Utama dan PT.
Satu Empat Lima.
Kontraktor memiliki beberapa tugas yang harus dilaksanakan, antara
lain sebagi berikut:
a. Mengatur dan mengendalikan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
kriteria berupa biaya, waktu dan kualitas yang telah ditentukan;
b. Menyusun program kerja harian dan menyerahkannya pada tenaga
kerja di lapangan;
c. Memahami gambar desain beserta spesifikasinya dan konsepnya
untuk dijadikan acuan kerja dalam proyek;
d. Menyusun kembali rencana konstruksi dan metde pelaksanaan
berdasarkan dengan structural engineering dan site engineering;
e. Menyusun laporan progres pelaksanaan proyek yang terdiri atas
laporan harian; laporan mingguan; serta laporan bulanan kepada
pemilik proyek. Isi dari laporan tersebut adalah kemajuan proyek,
jumlah tenaga kerja yang digunakan saat ini, kondisi alam, cuaca,
serta perubahan pekerjaan (CCO) apabila ada;
f. Mengatur dan mempertahankan kecepatan proyek pembangunan
agar dapat selesai sesuai dengan perjanjian;
g. Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk pembangunan
proyek, seperti sumber daya manusia (tukang), material berupa
bahan bangunan dan peralatan lain;
h. Selalu menjaga keamanan dan kenyamanan lokasi proses
pembangunan
11
i. Mengevaluasi desain bangunan yang telah dirancang dan selalu
melakukan pemeriksaan ulang untuk mengantisipasi terjadinya
kesalahan; dan
j. Memberikan jaminan secara profesional bahwa proyek yang
dibangun telah memenuhi seluruh unsur keselamatan bangunan
sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
12
13
Gambar 2.4 Struktur organisasi kontraktor
Kontraktor pelaksana Gedung Laboratorium Terpadu terdiri dari:
a. Project Manager
Project manager adalah seseorang yang bertanggung jawab
untuk mengatur, merencanakan dan melaksanakan proyek dengan
berdasarkan anggaran dan penjadwalan. Project manager juga
bertanggung jawab untuk memimpin tim, menentukan tujuan,
berkomunikasi dengan stakeholder, dan memantau proyek hingga
selesai.
b. Site Engineering Manajer
Site Engineering Manajer memiliki tugas dalam perencanaan
teknis dan material yang meliputi penyediaan seluruh shop
drawing, membuat perhitungan konstruksi yang diperlukan,
menentukan spesifikasi data teknis bahan dan volume.
c. Manajer keuangan
Manajer keuangan bertanggung jawab atas pengelolaan
keuangan termasuk rencana anggaran, pengawasan pengeluaran,
pencapaian target, dan meyusun laporan keuangan proyek secara
berkala serta memonitoring cash flow.
d. Admin
Admin bertanggung jawab atas rekapitulasi data, pengelolaan
dokumen, pengarsipan dokumen, dokumentasi progress dan
membuat
laporan
harian/mingguan/bulanan
dan
merapikan
dokumen.
e. Logistik
Logistik memiliki tugas untuk melakukan perencanaan dan
penentuan kebutuhan, melakukan penganggaran, melakukan
pengadaan, melakukan penyimpanan dan penyaluran, melakukan
penghapusan , serta melakukan pengendalian.
14
f. K3 Officer
K3 Officer bertugas untuk melakukan identifikasi serta
pemetaan dari potensi bahaya yang berpeluang terjadi pada
lingkungan kerja serta membuat dan memelihara dokumen terkait
K3.
g. Drafter
Drafter bertugas untuk merencanakan dan membuat gambar
kerja, mengatur dokumentasi, memverikasi kesesuaian gambar,
menyiapkan dokumen akhir. Drafter juga bertanggung jawab atas
penyiapan gambar sesuai standar, pelaksanaan prosedur, dan
pemeliharaan peralatan kerja.
h. Office Boy
Office boy bertugas untuk menjaga kebersihan dan membantu
administrasi sesuai kebutuhan kantor yang ditugaskan oleh atasan
atau karyawan lainnya.
i. Structure Engineering
Structure Engineering bertugas untuk melaksanakan tugas dari
site engineer dan mengalisa struktur serta menghitung susunan
kerja dalam sebuah proyek.
j. Architect Engineering
Architect Engineering bertugas dalam mengalisa gambar
proyek yang sudah di gambar oleh drafter. Selain itu , architect
Engineering juga bertugas dalam membuat shp drawing.
k. Pelaksana MEP
Pelaksana MEP bertanggung jawab untuk perencanaan dan
desain dibidang mekanik, listrik, dan pipa (MEP) system termasuk
mengembangkan kebijakan, standar, prosedur pemeriksaan dan
alat evaluasi untuk hal-hal yang melibatkan fasilitas MEP.
l. Mandor
Mandor bertanggung jawab atas perencanaan, pengawasan
dan pengurusan proyek konsruksi. Selain itu mandor juga bertugas
memimpin buruh dan pekerja lepas pada sebuah proyek.
15
2.3
Ruang Lingkup Proyek
Ruang lingkup dalam Proyek Pembangunan Gedung Laboratorium
Terpadu terdiri dari pekerjaan:
2.3.1 Persiapan
a. Penyiapan Dokumen SMKK;
b. Sosialisasi, promosi dan pelatihan;
c. APD (Alat Pelindung Diri) ;
d. Asuransi dan Perizinan;
e. Fasilitas Sarana,Prasarana dan Alat Kesehatan;
f. Rambu-rambu K3; dan
g. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank.
2.3.2 Pekerjaan struktur
a. Struktur pondasi
b. Struktur atas;
c. Sloef;
d. Kolom;
e. Balok dan pelat lantai;
f. Tangga; dan
g. Lantai atap.
2.3.3 Pekerjaan arsitektur
a. Pekerjaan dinding;
b. Kusen, pintu dan jendela;
c. Rangka dan Plafond;
d. Pengecatan;
2.3.4 Pekerjaan lansekap
a. Saluran;dan
b. Paving Blok dan Ramp
16
BAB 3
METODE PELAKSANAAN PROYEK
3.1
Daftar Item Pekerjaan Proyek yang Diikuti
Item pekerjaan yang kami ikuti dalam Proyek Pembangunan Gedung
Laboratorium merupakan item pekerjaan Pondasi dan struktur berupa Sloef,
kolom, pelat lantai dan balok dari gedung lantai 1 hingga lantai 5.
Dalam pelaksanaan proyek ini kami juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh HSE Officer proyek diantaranya seperti safety induction
tool box meeting dan safety talk.
Selain itu kami juga tergabung dalam divisi Pusat Pengendalian Dokumen
(PPD) yang mencakup pembuatan, pengelolaan, modifikasi, penerbitan dan
aksesibilitas dokumen kontruksi.
3.2
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Struktur dan Perancah
Pekerjaan struktur pada bangunan adalah pekerjaan rangka bangunan yang
berada di atas pekerjaan pondasi dan pondasi itu sendiri dengan bentuk
komponen berupa pondasi, sloof, kolom, balok, joint balok dan kolom, lantai
serta tangga.
Sedangkan pekerjaan perancah adalah bangunan pelataran kerja yang
dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan
dan alat. Semua item kerja yang kami ikuti pada Proyek Pembangunan
Gedung laboratorium terpadu merupakan item kerja pondasi dan struktur
untuk lantai 1 sampai 5.
17
3.2.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Kolom
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen
struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan
vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali
dimensi lateral terkecil.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke
pondasi. Bila diumpamakan kolom itu seperti rangka tubuh manusia
yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur
utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban
hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.
Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan
meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang
dterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Lingkup kerja yang dibahas pada metode pelaksanaan pekerjaan ini
adalah mengenai siklus pelaksanaan pekerjaan kolom pada Proyek
Pembangunan Gedung laboratorium terpadu, meliputi:
a. Pekerjaan pembesian kolom;
b. Pekerjaan bekisting kolom;
c. Pekerjaan pengecoran kolom; dan
d. Pekerjaan pembongkaran bekisting kolom.
Metode pelaksanaan pekerjaan kolom diuraikan dalam flow chart
seperti pada gambar (3.1) dan (3.2).
18
START
Shop Drawing
Persiapan Besi dan
Alat yang Dipakai
Pemotongan dan
Penekukan Besi
Fabrikasi Pembesian
Kolom
TIDAK
Perbaiki
TIDAK
Perbaiki
INSPEKSI
YA
Setting Kolom
INSPEKSI
YA
FINISH
Gambar 3.1 Flow chart pekerjaan pembesian kolom
19
START
Fabrikasi Pembesian
Kolom
Penentuan as
Pemasangan Tulangan
Kolom
Fabrikasi bekisting
kolom
Pemasangan sepatu
kolom
TIDAK
Perbaiki
INSPEKSI
YA
Pengecoran Kolom
Perbaiki
TIDAK
INSPEKSI
IPL Pengecoran
YA
Pengecoran kolom
Pembongkaran
bekisting kolom
FINISH
Gambar 3.2 Flow chart pekerjaan bekisting dan pengecoran kolom
20
Penjelasan metode pelaksanaan pekerjaan kolom secara rinci
dijelaskan sebagai berikut:
a. Penentuan As Kolom
Titik as pada kolom diperoleh dari hasil pekerjaan pengukuran,
yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai
dasar penentuan letak kolom. Cara penentuan as-as kolom adalah
dengan menggunakan alat theodolite, yaitu dengan menentukan
letak as awal dan kemudian dibuat as-as yang lain dengan mengikuti
jarak-jarak yang telah disyaratkan dalam perencanaan awal.
b. Pemasangan Tulangan Kolom
Pemasangan tulangan kolom yang telah difabrikasi sebelumnya
diangkut menggunakan tower crane dan dipasang pada titik kolom
yang telah direncanakan. Pemasangan dilakukan dengan mengikat
tulangan pokok dengan tulangan overlapping menggunakan kawat
bendrat. Pemasangan tulangan dilakukan sesuai dengan gambar
rencana.
Gambar 3.3 Tempat fabrikasi tulangan kolom (Dokumentasi
pribadi, 2024)
21
‘’
;
Gambar 3.4 Pengikatan tulangan pokok kolom
(Dokumentasi pribadi, 2024)
c. Pemasangan Sepatu Kolom
Pelaksanaan pekerjaan pemasangan sepatu kolom dilaksanakan
setelah pengecoran lantai selesai dan mulai mengering terlebih
dahulu. Kemudian tim serveyor melakukan marking dimensi kolom
sesuai dengan gambar kerja. Selanjutnya bor lantai kerja pad daerah
sekitar siku marking ± 3 cm, pasang stek siku ± 20 cm tertanam 10
cm dengan sudut menyiku. Stek dipasang pada 4 sisi bekisting.
d. Instal Bekisting Kolom
Bekisting kolom yang sudah difabrikasi sebelumnya akan
diangkut menggunakan tower crane dan langsung dipasangkan ke
kolom yang telah selesai pembesiannya.
22
Gambar 3.5 Pengangkutan bekisting kolom setelah fabrikasi
menggunakan tower crane (Dokumentasi pribadi, 2024)
Gambar 3.6 Penguatan bekisting kolom dengan penambahan pipa
support (Dokumentasi pribadi, 2024)
23
e. Pekerjaan Pengecoran Kolom
a) Pengecoran kolom dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis
dan gambar rencana. Sebelum dilakukan pengecoran akan
dilakukan test slump terlebih dahulu pada material pengecoran
dengan nilai slump 12 ± 2 cm;
b) Pengecoran kolom dilakukan dengan menggunakan bucket yang
dihubungkan dengan pipa tremi dan diangkut menggunakan
tower crane. Pemadatan pengecoran dilakukan dengan
menggunakan shaft dan vibrator;
Gambar 3.7 Bucket dan tremi pengecoran (Dokumentasi
pribadi, 2024)
c) Penambahan zat adiktif wajib dilakukan sesuai dengan
spesifikasi dengan dosis 30% dari kubikasi pengecoran;
d) Pemberian mortar pada area sepatu kolom wajib dilakukan
sebelum pengecoran untuk mencegah kebocoran;
e) Sebelum beton dituang, pada area sepatu kolom harus diberikan
bonding agent terlebih dahulu. Bonding agent dibiarkan selama
± 10 menit dan jarak jatuh beton tidak boleh melebihi ketinggian
100 cm;
f) Sebelum beton dituang kedalam bekisting, shaft vibrator harus
diposisikan mendekati dasar kolom pada bagian tengah atau
sudut kolom. Penuangan beton dilakukan sedikit demi sedikit
24
dengan pemadatan yang secukupnya hingga kolom mencapai
elevasi yang diinginkan;
Gambar 3.8 Proses pengecoran kolom (Dokumentasi pribadi,
2024)
g) Delapan jam setelah pengecoran dilakukan, bekisting kolom
sudah dapat dibongkar dengan melakukan pengendoran pada
pipa support, setelah dikendorkan bekisting dapat diangkat
langsung menggunakan tower crane.
f. Curing
Curing beton dilakukan setelah bekisting kolom dilepaskan.
Curing dilakukan dengan cara, kolom dibasahi dengan air secara
merata, kemudian dilakukan pembungkusan menggunakan plastik
cor.
3.2.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Balok
Balok merupakan komponen struktur yang menyalurkan beban dari
pelat lantai ke kolom. Komponen pekerjaan struktur balok terdiri dati
pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran.
Pekerjaan balok direncanakan dengan tahapan alur seperti pada flow
chart pada gambar (3.9).
25
START
Persiapan panel
bekisting
Pengukuran dan shop
drawing
Persiapan besi
tulangan
TIDAK
Pasang perancah dan
gelagar
Perbaiki
CHECK
Fabrikasi
YA
Pemasangan bekisting
balok
TIDAK
Perbaiki
TIDAK
Perbaiki
TIDAK
Perbaiki
INSPEKSI
YA
Instal pembesian
Pemasangan besi
tulangan pelat
INSPEKSI
YA
Persiapan cor
Pembersihan
INSPEKSI
YA
Pengecoran
A
26
A
Pemadatan
Perataan
Curing
Pembongkaran
bekisting
FINISH
Gambar 3.9 Flow chart pekerjaan struktur balok
Metode pelaksanaan pekerjaan struktur balok dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan untuk pekerjaan balok meliputi:
1) Pengadaan material kerja;
2) Pengadaan tenaga kerja dan APD pekerja;
3) Pengadaan alat kerja; dan
4) Pengadaan
dokumen-dokumen
pendukung
seperti
shop
drawing, JSA dan dokumen lainnya dengan persetujuan
konsultan MK.
Setelah semua dokumen dan sumber daya terlengkapi,
selanjutnya yaitu melakukan cross-check dan survey di lapangan
dengan menentukan titik-titik perancah untuk penempatan perancah
27
agar sesuai dengan beban yang akan dipikul, serta pemasangan
marking untuk elevasi lantai/balok dan as balok.
b. Pemasangan besi tulangan balok
Pemasangan pembesian balok dilakukan setelah bodeman
terpasang pada PCH. Pembesian dipasang sesuai dengan gambar
shop drawing.
Gambar 3.17 Proses pembesian balok (Dokumentasi pribadi,
2024)
c. Pengecoran balok
1) Area pengecoran balok harus dibersihkan sebelum pengecoran
dilakukan, pembersihan dilakukan dengan menggunakan
kompresor untuk membersihkan (potongan kayu, batu, debu
dll);
2) Sebelum dilakukan pengecoran, uji slump harus dilakukan
sesuai dengan persyaratan teknis;
3) Pada saat pengecoran untuk area yang tidak dicor akan di blok.
Pemblokan area pengecoran dilakukan dengan memakai kawat
ayam;
4) Proses pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket
concrete maupun dengan menggunakan concrete pump.
Pemadatan beton dilakukan dengan menggunakan bantuan
28
vibrator;
5) Jika mengharuskan adanya stop cor, maka stop cor balok harus
dilakukan pada 1/3 bentang.
d. Perawatan beton balok (curing)
Perawatan beton dilakukan setelah pekerjaan pengecoran
selesai. Selama masa curing, cetakan beton harus tetap dalam
keadaan basah. Proses curing dilakukan dengan menyiram
permukaan beton menggunakan air.
e. Pembongkaran bekisting balok
Pembongkaran bekisting dilakukan untuk balok yang telah
mencapai umur minimal 8 hari setelah pengecoran. Setelah
pembongkaran dilakukan, maka harus dilakukan pengecekan
kondisi balok untuk menghindari adanya kecacatan pada struktur
balok.
29
3.2.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai
Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,
merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan
tingkat yang lain. Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang
bertumpu pada kolom-kolom banguna n.
Proses pekerjaan struktur untuk pelat lantai pada proyek RS UPT
Vertikal
Makassar
ditunjukkan
seperti
pada
gambar
(3.18).
START
Persiapan panel
bekisting
Pengukuran dan shop
drawing
Persiapan besi
tulangan
TIDAK
Pemasangan gelagar
dan perancah
Perbaiki
CHECK
Fabrikasi
YA
Pemasangan bekisting
plat lantai
TIDAK
Perbaiki
TIDAK
Perbaiki
INSPEKSI
YA
Instalasi pembesian
INSPEKSI
YA
Pengecoran
A
30
A
Curing
Pembongkaran
bekisting
Selesai
Gambar 3.18 Flow chart pekerjaan struktur pelat lantai (Mega
Lorensia, 2022)
Metode pelaksanaan untuk pekerjaan pelat memiliki tahapan yang
hampir sama dengan
pengerjaan
struktur
balok
dan
dalam
pelaksanaannya struktur pelat dan balok dikerjakan di waktu yang
bersamaan. Dengan langkah kerja sebagai berikut:
a. Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan dilakukan dengan membuat shopdrawing,
menyiapkan material dan alat yang diperlukan. Selain itu juga
dilakukan survei untuk menentukan titik penempatan perancah
scaffolding sesuai dengan beban yang akan dipikul.
b. Pemasangan bekisting plat
Bekisting plat lantai menggunakan material multiplex yang telah
diberi pelapis untuk mencegah adanya beton yang melekat pada saat
pembongkaran.
Pemasangan
bekisting
dilakukan
dengan
menggunakan material resource dari bekisting plat yang telah
terpakai sebelumnya yang masih dalam kondisi baik.
31
Gambar 3.20 Instal bekisting plat (Dokumentasi pribadi, 2024)
c. Pemasangan pembesian
Instalasi pembesian struktur pelat lantai dilakukan setelah
bekisting plat terpasang. Pemasangan besi tulangan dilakukan
sesuai dengan gambar rencana pada shop drawing.
Gambar 3.21 Instalasi pembesian pelat (Dokumentasi pribadi,
2024)
d. Pekerjaan pengecoran
Pengecoran pada struktur plat lantai dilakukan dengan tahapan
sesuai pada pekerjaan struktur balok. Dalam pelaksanaannya
pengecoran pelat lantai dan balok dilakukan secara bersamaan.
Dengan tahapan sebagai berikut:
1) Area pengecoran pelat harus dibersihkan sebelum pengecoran;
32
Gambar 3.22 Pembersihan plat menggunakan kompresor
(Dokumentasi pribadi, 2024)
2) Sebelum dilakukan pengecoran, uji slump harus dilakukan
sesuai dengan persyaratan teknis;
3) Pada saat pengecoran untuk area yang tidak dicor akan di blok.
Pemblokan area pengecoran dilakukan dengan memakai kawat
ayam;
Gambar 3.23 Pemasangan kawat ayam sebagai stop cor
(Dokumentasi pribadi, 2024)
4) Proses pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket
concrete maupun dengan menggunakan concrete pump.
Pemadatan beton dilakukan dengan menggunakan bantuan
vibrator;
33
Gambar 3.24 Proses pengecoran plat menggunakan concrete
pump (Dokumentasi pribadi, 2024)
Gambar 3.25 Pemadatan pengecoran menggunakan vibrator
(Dokumentasi pribadi 2024)
5) Jika mengharuskan adanya stop cor, maka stop cor balok harus
dilakukan pada 1/3 bentang.
e. Perawatan beton pelat lantai (curing)
Proses curing beton dilakukan dengan menyiram permukaan
beton menggunakan air untuk menjaga kelembaban permukaan
pelat dan mencegah terjadinya keretakan akibat sengatan panas dan
perubahan cuaca yang tiba-tiba. Proses curing plat dilakukan
bersamaan dengan balok apabila proses pengecoran telah
dilakukan.
34
Gambar 3.26 Curing beton plat dan balok (Dokumentasi pribadi,
2024)
f. Pembongkaran bekisting pelat lantai
Bekisting pelat lantai sudah dapat dilakukan jika umur beton
telah mencapai usia minimal tujuh hari setelah proses pengecoran.
Pada saat pembongkaran bekisting akan dilakukan pengecekan
kondisi beton pelat dan mutu dari pelat untuk memastikan pelat
sesuai dengan spesifikasi rencana.
35
BAB 4
KENDALA YANG TIMBUL DALAM PELAKSANAAN DAN
PEMECAHANNYA
Setiap proyek konstruksi akan timbul masalah-masalah yang menjadi hambatan
dalam proses pelaksanaan konstruksi. Permasalahan merupakan suatu kewajaran
dan problematika, sehingga suatu proyek konstruksi telah memperhitungkan
permasalahan (kandala) yang akan timbul selama proyek berlangsung. Oleh karena
itu, sangat diperlukan perhatian dan penanganan khusus terhadap hal-hal yang
menjadi penyebab utama oleh semua ihak yang terlibat secara langsung dalam
proses pelaksanaan proyek tersebut. Pada pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di
Proye Konstruksi Gedung Laboratorium Terpadu kami menemukan masalah yang
timbul di lapangan sehingga terkadang suatu pekerjaan harus ditunda atau
dihentikan pelaksanaannya. Adapun masalah-masalah yang ditemui adalah
sebagai berikut:
4.1
Kendala Teknis
Kendala teknis adalah segala hambatan, rintangan dan kesulitan pada
proyek konstruksi yang berasal dari alat-alat penunjang pekerjaan sehingga
pekerjaan tersebut terhambat atau tertunda dalam pelaksanaannya.
4.1.1 Beton Kolom Keropos/Terdapat Lubang-lubang Kecil
Beton yang keropos ditandai dengan adanya rongga/lubang pada
permukaan beton yang biasanya disebabkan oleh penggunaan bekisting
recycle yang kurang bersih sehingga masih ada beton lama yang
menyebabkan munculnya lubang pada permukaan kolom. Beton yang
keropos juga dapat terjadi akibat penggunaan vibrator yang kurang
sempurna sehingga masih ada udara yang terperangkap dalam beton.
36
Gambar 4.1 Kolom pada Lt.1 keropos (Dokumentasi pribadi, 2024)
Solusi yang dilakukan untuk kolom yang mengalami keropos adalah
dengan melakukan grouting. Grouting adalah proses perbaikan struktur
dengan memasukkan bahan campuran ke bagian dalam struktur beton
yang keropos/berlubang. Bahan grouting akan mengisi rongga struktur
dan mengeras, sehingga dapat menambal beton struktur yang keropos.
4.1.2 Pembesian Miring
Dalam pekerjaan pembesian seringkali ditemukan pembesian
kolom/balok yang mengalami kemiringan. Besi tulangan yang miring
apabila tidak diperbaiki sebelum dilakukan pengecoran akan
menyebabkan kegagalan struktur yang tidak diinginkan karena tebal
selimut beton yang tidak merata.
Gambar 4.2 Tulangan kolom yang miring pada Lt. 2
(Dokumentasi pribadi, 2024)
37
Solusi yang dilakukan untuk memperbaiki tulangan yang mengalami
kemiringan yaitu dengan menambahkan beton decking dan melakukan
penarikan pada besi tulangan sehingga besi tulangan dapat lurus dan
jarak antara tulangan dan bekisting sama, sehingga selimut betonnya
merata.
4.1.3 Adanya Pemadaman Listrik
Listrik merupakan sumber tenaga utama hampir semua peralatan
dalam proyek Gedung Laboratorium Terpadu dari alat pemotong,
penerangan hingga tower crane. Selama bulan Agustus 2024 kerapkali
terjadi pemadaman listrik di wilayah kota Makassar yang juga
berdampak langsung pada Proyek konstruksi Gedung Laboratorium
Terpadu sehingga menyebabkan terhambatnya pekerjaan yang
menggunakan peralatan dengan sumber tenaga listrik.
Solusi yang dilakukan agar pekerjaan tetap berlanjut pada saat
pemadaman listrik terjadi yaitu dengan mengalihkan pekerjaan yang
menggunakan peralatan listrik ke peralatan konvensional.
4.2
Kendala Non Teknis
Kendala non teknis merupakan semua hambatan, kendala dan masalah
yang timbul di luar dari kendara teknis proyek. Dalam pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan di Gedung Laboratorium Terpadu kami menemukan
beberapa masalah non teknis yang menghambat kelancaran pekerjaan, yaitu:
4.2.1 Kurangnya Kesadaran Pekerja Akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Beberapa pekerja seringkali tidak menggunakan dan menyepelekan
penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam bekerja. Contoh lain yang
sering terjadi yakni banyaknya pekerja yang enggan untuk mengikuti
kegiatan tool box meeting dan safety talk.
38
Gambar 4.3 Pekerja yang tidak menggunakan safety helmet
(Dokumentasi pribadi, 2024)
Solusi yang perlu dilakukan yaitu perlunya penegasan dalam
penerapan K3, HSE harus lebih mengawasi setiap pekerja yang tidak
menggunakan perlengkapan safety dan memberikan pengarahan akan
pentingnya K3 serta memberi teguran kepada pekerja yang tidak
menggunakan APD karena membahayakan diri sendiri dan orang lain,
serta melengkapi fasilitas perlengkapan safety untuk pekerja.
39
BAB 6
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Praktik kerja lapangan yang kami laksanakan di Proyek Konstruksi
Gedung Laboratorium Terpadu Parepare merupakan proyek dengan item
pekerjaan yang banyak dan terdiri dari beberapa lantai. Adapun pekerjaan
yang kami amati yaitu pekerjaan mulai dari pondasi , struktur seperti: kolom,
balok dan pelat,juga pekerjaan perancah.
Selain fokus dalam pekerjaan pondasi dan struktur kami juga melakukan
pengamatan dan kegiatan-kegiatan berupa kegiatan yang dilaksanakan oleh
HSE dan kegiatan-kegiadan dalam Pusat Pengendalian Dokumen (PPD).
Sehingga selama pelaksanaan praktik kerja lapangan kami dapat
menyimpulkan beberapa hal, sebagai berikut:
1. Proyek Konstruksi Gedung Laboratorium Terpadu IAIN Parepare
merupakan proyek konstruksi gedung berskala besar dengan sumber dana
dari SBSN;
2. Bentuk penerapan K3 dalam proyek ini sangat diperhatikan dan
diutamakan dengan adanya kegiatan seperti safety induction dan adanya
ruang klinik lengkap dengan mobil ambulance untuk penanganan
kecelakaan kerja, selain itu proyek ini telah bekerja sama dengan RS
Primaya untuk penanganan keadaan gawat darurat;
3. Kedisiplinan dan keteraturan kerja sangat diperhatikan, dengan adanya
tool box meeting dan briefing pekerja kantor setiap paginya;
4. Penempatan dan penyediaan fasilitas sangat diperhatikan dengan adanya
beberapa kantor seperti: kantor utama kontraktor, kantor pelaksana,
kantor konsultan MK dan kantor HSE;
40
5. Mahasiswa magang atau PKL sangat diperhatikan, dengan adanya
pembagian tugas secara jelas dan pemberian tanggung jawab yang jelas
sehingga mahasiswa dapat merasakan suasana bekerja di proyek
konstruksi secara nyata.
5.2
Saran
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan selama melakukan praktik kerja
lapangan di Proyek Konstruksi Gedung Laboratorium Terpadu, hal yang
kami sarankan yaitu perlunya perhatian lebih terkait akses masuk dan jalan
pada lokasi proyek dimana akses masuk dan jalan itu dalam lingkungan
kampus yang kemudian juga perlu diperhatikan karena banyak mahasiswa
yang lewat di jalan tersebut sehingga sangat membahayakan terutama
pengendara kendaraan roda dua.
Download