Uploaded by gelarrista21

makalah indera (sistem koordinasi) new

advertisement
MAKALAH
SISTEM KOORDINASI
Mata Kuliah
: Struktur dan Perkembangan
Kode Mata Kuliah
: IPA820117
Jumlah SKS
: 2(2-0) SKS
Dosen Pengampu
: Dr. Tri Jalmo, M.Si
Dr. Dewi Lengkana, M.Sc
Dr. Neni Hasnunidah, M.Si
Disusun Oleh:
1.
Khotimatun Nisak (2423025003)
2.
Gelar Rista (2423025009)
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2024
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Sistem Koordinasi."
Makalah ini disusun sebagai upaya untuk memahami dan mendalami peran penting sistem
koordinasi dalam kehidupan organisme, khususnya manusia.
Sistem koordinasi, yang terdiri dari sistem saraf dan sistem endokrin, merupakan
jaringan kompleks yang memungkinkan tubuh untuk beradaptasi dan merespons berbagai
rangsangan dari lingkungan. Dalam makalah ini, kami berusaha menjelaskan struktur, fungsi,
dan interaksi antara kedua sistem tersebut, serta bagaimana mereka berkontribusi dalam
menjaga homeostasis dan kesehatan tubuh.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan sempurna tanpa dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada guru dan temanteman yang telah memberikan masukan, saran, dan dorongan selama proses penulisan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan lebih dalam mengenai sistem
koordinasi kepada pembaca.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat menjadi kontribusi yang positif dalam
memahami kompleksitas kehidupan dan mekanisme yang mendasarinya.
Lampung, 10 Oktober 2024
Penulis
ii
DAFTAR ISI
MAKALAH ................................................................................................................................ i
PRAKATA.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................................. 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4
A. Sistem Saraf .................................................................................................................... 4
1.
Sistem saraf pusat ........................................................................................................ 4
2.
Sistem Saraf Tepi ...................................................................................................... 12
B. Sistem Endokrin ............................................................................................................ 28
C. Pengertian Sistem Indera .............................................................................................. 49
D. Sistem Indra Pada Manusia ........................................................................................... 49
E. Sistem Indera Pada Vetebrata ....................................................................................... 59
F.
Sitem Indera pada Hewan Invertebrata ......................................................................... 66
BAB III .................................................................................................................................... 71
PENUTUP................................................................................................................................ 71
A. Simpulan ....................................................................................................................... 71
B. Saran ............................................................................................................................. 71
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 72
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biologi merupakan ilmu pengetahuan alam yang berguna agar kita mengetahui
tentang diri kita dan bumi yang kita huni. Salah satu ilmu biologi tentang diri kita yang
harus kita ketahui yaitu sistem koordinasi atau sistem pengaturan tubuh makhluk hidup.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar
dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi bekerja untuk menerima rangsangan,
mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan. Di dalam
tubuh manusia terdapat tiga perangkat pengatur kegiatan tubuh yaitu sistem koordinasi
yang terdiri dari saraf, endokrin (hormon), dan pengindraan.
Sistem saraf adalah sebuah sistem organ yang mengandung jaringan sel-sel khusus
yang disebut neuron yang mengkoordinasikan tindakan binatang dan mengirimkan sinyal
antara berbagai bagian tubuhnya. Pada kebanyakan hewan sistem saraf terdiri dari dua
bagian, pusat dan perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
Sistem saraf perifer terdiri dari neuron sensorik, kelompok neuron yang disebut ganglia,
dan saraf menghubungkan mereka satu sama lain dan sistem saraf pusat. Daerah ini semua
saling berhubungan melalui jalur saraf yang kompleks.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf
mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor.
Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel.
Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Setiap
neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini
berisi plasma sel.
Materi sistem endokrin mencakup pentingnya hormon dalam mengatur berbagai
fungsi fisiologis dalam tubuh manusia. Sistem endokrin, yang terdiri dari kelenjar-kelenjar
yang menghasilkan hormon, berperan krusial dalam mengkoordinasikan aktivitas tubuh
yang kompleks, mulai dari pertumbuhan dan perkembangan hingga metabolisme dan
respons terhadap stres.
Hormon berfungsi sebagai pembawa pesan kimia yang memengaruhi hampir semua
sel, jaringan, dan organ dalam tubuh. Interaksi antara sistem endokrin dan sistem saraf
1
juga menunjukkan bagaimana tubuh merespons rangsangan eksternal dan internal,
menjaga keseimbangan yang diperlukan untuk kesehatan.
Pentingnya pemahaman sistem endokrin semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya kasus gangguan hormonal dan masalah kesehatan yang berkaitan, seperti
diabetes, gangguan tiroid, dan sindrom metabolik. Dengan demikian, mempelajari sistem
endokrin tidak hanya memberikan wawasan tentang fungsi tubuh, tetapi juga tentang
penanganan dan pencegahan penyakit yang berkaitan dengan ketidakseimbangan
hormonal.
Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan tertentu.
Semua organisme memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi. Reseptor diberi
nama berdasarkan jenis ransangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor (penerima
ransang zat kimia), fotoreseptor (penerima ransang cahaya), audioreseptor (penerima
ransang suara) dan mekanoreseptor (penerima ransang fisik, seperti tekanan, sentuhan, dan
getaran). Selain itu dikenal pula beberapa reseptor yang berfungsi mengenali perubahan
lingkungan luar yang dikelompokkan sebagai eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor
yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor.
Interoreseptor terdapat diseluruh tubuh manusia.
Eksoreseptor yang kita kenal ada lima macam, yaitu indra penglihatan (mata), indra
pendengaran (telinga), indra pembau (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba
(kulit). Tiap- tiap organisme makhluk hidup mempunyai sistem koordinasi yang disebut
koordinasi indra untuk melakukan aktivitas sehari- hari baik itu pada hewan vetebrata
ataupun pada hewan in vetebrata. Hewan- hewan ini memiliki suatu alat indra. Misalnya
untuk meliha. Hewan vetebrata atau hewan bertulang belakang memiliki indra penglihat
atau mata, indra pencium (hidung), indra peraba (kulit) dan indra pendengar (telinga).
Akan tetapi tidak semua makhluk hidup menggunakan semua alat indranya untuk
melakukan aktifitasnya. Contohnya pada hewan invetebratanya seperti protozoa hewan ini
tidak memiliki indra, akan tetapi peka terhadap rangsangan, Coloenterata menggunakan
Tentakel sebagai alat peraba, pada cacing tanah memiliki indra yang berada dipermukaan
tubuhnya dan peka terhadap rangsangan. Hewan ini hanya mampu membedakan antara
gelap dan terang saja.
Pada hewan vetebrata mereka memiliki sistem koodinasi atau alat indera yang
sempurna. Hewan- hewan ini menggunakan mata untuk melihat, hidung yang berfungsi
sebagai indra pencium, tangan atau kulit sebagai indra peraba dan telinga yang berfungsi
sebagai indra pendengar. Begitu juga pada manusia. Kita memiliki hidung, mata kulit atau
2
tangan dan telinga untuk menjalankan fungsinya masing- masing sesuai dengan
kegunaannya.
Sebagai makhluk hidup, kita harus mengetahui tentang hal itu. Dan pada
kenyataannya masih banyak yang belum mengetahui tentang sistem koordinasi. Sehingga
dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kajian ilmu
mengenai sistem koordinasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem saraf?
2. Bagaimana sistem saraf pada manusia dan hewan?
3. Apa yang dimaksud dengan sistem endokrin?
4. Bagaimana struktur organ yang ada dalam sistem endokrin?
5. Bagaimana kinerja struktur organ dalam sistem endokrin?
6. Apa saja gangguan dalam sistem endokrin?
7. Apa itu alat indera?
8. Bagaimana sistem indera pada manusia?
9. Bagaimana sistem indera pada hewan vertebrata?
10. Bagaimana sistem indera pada hewan invertebrata?
11. Apa saja kelaianan pada sistem indra pada invertebrata, vertebrata dan manusia?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan sistem saraf
2. Untuk mengetahui sistem saraf pada manusia dan hewan
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem endokrin.
4. Untuk mengetahui bagaimana struktur organ yang ada dalam sistem endokrin.
5. Untuk mengetahui bagaimana kinerja struktur organ dalam sistem endokrin.
6. Untuk mengetahui apa saja gangguan dalam sistem endokrin.
7. Untuk menjelaskan alat indera
8. Untuk mengetahui sistem indera pada manusia
9. Untuk mengetahui sistem indera pada hewan vertebrata
10. Untuk mengetahui sistem indera pada hewan invertebrata
11. Untuk mengetahui kelaianan pada sistem indra
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Saraf
Sistem saraf adalah jaringan kompleks yang berfungsi mengatur dan
mengoordinasikan aktivitas tubuh, sel dasar sistem saraf yaitu neuron yang tersusun
dari :

Dendrit– menerima rangsangan dan meneruskan impulsnya menuju badan sel

Sel Tubuhdengan nukleus – nukleus & sebagian besar sitoplasma

Akson– serat yang membawa impuls dari badan sel

Sel Schwann- sel yang menghasilkan mielin atau lapisan lemak di Sistem Saraf
Perifer

Selubung mielin– lapisan lipid padat yang melindungi akson – membuat akson
tampak abu-abu

Nodus Ranvier– celah atau nodus pada selubung mielin

Impuls perjalanandari dendrit ke badan sel ke akson
Sistem saraf terdiri dari dua bagian utama, yaitu sistem saraf pusat (SSP) dan
sistem saraf perifer (SSP).sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan tulang belakang.
Berikut penjelasan dari struktur penyusun sistem saraf pusat :
1. Sistem saraf pusat
a. Otak
4
Otak terbentuk secara embriologis dari neural tube depan, ada tiga region atau
daerah otak yaitu otak depan (forebrain), otak tengah (midbrain), dan otak belakang
(hindbrain). Kemudian otak terdiri dari batang otak (brain stem) yang berada dibagian
otak tengah dan otak belakang. Berikut bagian-bagian otak :
a.) Otak depan
Otak depan terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1.) Diencephalon
Bagian ini terdiri dari empat region yaitu epithalamus, hypothalamus, ventral
thalamus, dan dorsal thalamus. Bagian atas diencephalon atau epithalamus
terdiri dari kelenjar pineal dan inti habenular. Kelenjar pineal dapat
mempengaruhi pigmentasi kulit dengan bertindak pada melanosit. Kelenjar
pineal juga berperan penting dalam pengaturan ritme biologis. Fungsi inti
habenular masi belum ditemukan. Pada bagian ini terdapat hipothalamus yang
berperan dalam mengendalikan keseimbangan homeostasis tubuh, hipothalamus
juga berperan merangsang kelenjar pituitary untuk mengeluarkan hormonnya.
Thalamus berperan mengatur sensorik aferen dari seluruh bagian tubuh.
2.) Telencephalon (cerebrum)
Terdiri dari sepasang hemisfer dan bulbus olfaktori, bagian luar dinding
hemisfer membentuk korteks cerebral, dan bulbul olfaktori berperan dalam
penerimaan informasi auditori. Pada mamalia setiap hemisfer ditandai oleh
lipatan tebal yang disebut dengan gyrus. Gyrus terpisah oleh suatu alur yang
dangkal yang disebut dengan sulcus. Bagian tengah dari alur yang paling dalam
atau fissura longitudinal yang memisahkan hemisfer kanan dan kiri. Pada bagian
bawah fissura terdapat suatu kumpulan serabut saraf tebal yang menghubungkan
kedua hemisfer yang disebut dengan corpus callosum.
b.) Otak tengah
Bagian ujung otak tengah disebut dengan tecnum (sebagai penerima informasi
sensorik). Secara detail bagian ujung otak tengah terbagi menjadi optic tectum
(menerima informai visual) dan torus semicularis (menerima informasi auditori dan
garis samping/linea lateralis). Pada mamalia, optic tectum terspesialisasi menjadi
colluculi superior dan inferior. Bagian dasar otak tengah disebut dengan tegmentum
(yang mengawali proses motorik) biasanyanya melalui saraf troklear (IV) dan
oculomotor (II). Pada ikan dan amphibia otak tengahnya sangat menonjol, pada
5
reptilia aves dan mamalia tecnum dapat melanjutkan untuk menerima rangsangan
visual dan auditori ke telencephalon melalu thalamus, jadi informasi visual pada
semua vertebrata dapat emncapai bagian telencephalon melalui tecnum.
c.) Otak belakang
Medulla oblongata mengendalikan level/tingkatan refleks, medulla
oblongata berfungsi sebagai pusat saraf kranial, penyedia jalur utama yang bersifat
naik dan turun dari dan ke otak, sebagai pusat refleks visceral, auditori dan
propioseptif, termasuk pusat refleks pernafasan, denyut jantung dan pergerakan
usus. Pons berperan sebagai penyalur informasi dari korteks serebral ke korteks
serebelar. Cerebellum berperan sebagai pusat keseimbanagn tubuh. Terdapat
beberapa perbedaan struktur otak, ada beberapa bagian otak yang berkembang pada
suatu hewan, sedangkan yang lainnya tidak ada. Hal ini berdampak pada fungsi kerja
otak yang disesuaikan dengan cara memproses informasi yang berbeda pada setiap
spesies. Berikut susunan struktur otak pada vertebrata :
1.) Variasi otak pada ikan
6
2.) Variasi otak pada amphibia
3.) Variasi otak pada reptil
7
4.) Variasi otak pada aves
5.)
Variasi otak pada mamalia
8
b. Sumsum tulang belakang
Sumsum
tulang
belakang
tersusun
oleh
dua
jaringan
saraf
yaitu materi abu-abu dan putih. Materi abu-abu memiliki warna yang pudar dan sedikit
myelin.Lapisan ini memiliki badan sel, dendrit, dan bagian proksimal akson neuron.
Lapisan ini merupakan daerah sinaptik di antara neuron dan daerah semua integrasi
neural di dalam sumsum tulang belakang. Materi putih memiliki warna yang cerah
karena memiliki myelin yang berlimpah. Bagian ini terdiri berkas-berkas akson (tractus)
yang membawa sinyal dari satu bagian sistem saraf pusat ke bagian lainnya. Kedua
materi abu-abu dan putih juga memiliki sel glia. Perbedaan letak materi abu-abu dan
putih pada otak dan sumsum tulang belakang dapat dilihat pada gamabr berikut :
9
Sumsum tulang belakang belakang berfungsi untuk membentuk jalur refleks
sederhana dan membentuk jalur informasi ayng divergen dan konvergen. Berikut bentuk
variasi sumsum tulang belakang pada vertebrata :
a.) Variasi sumsum tulang belakang pada ikan
b.) Variasi sumsum tulang belakang pada amphibia
c.) Variasi sumsum tulang belakang pada reptilia
10
d.) Variasi sumsum tulang belakang pada aves
e.) Variasi sumsum tulang belakang pada mamalia
11
2. Sistem Saraf Tepi
Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf medula spinalis.
Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut saraf medula spinalis
keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke
alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi
terdiri atas serabut saraf sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan
dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerjanya,
yaitu sebagai berikut. Sistem saraf tepi dinamakan pula sistem saraf perifer. : meneruskan
rangsangan (impuls) menuju dan dari system saraf pusat. Merupakan jaras komunikasi
antara SSP dengan tubuh. Sistem Saraf Tepi tersusun dari saraf yang membawa pesan
impuls baik yang dari maupun ke SSP Berdasarkan tipenya Sistem saraf tepi dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Serabut saraf sensorik (saraf aferen) : sekumpulan neuron yang menghantarkan impuls
dari reseptor menuju sistem saraf pusat.
2. Serabut saraf motorik (saraf eferen).: berperan menghantarkan impuls SSP menuju
efektor (otot dan kelenjar) untuk ditanggapi
Berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

Sistem Saraf Somatik (SSS) dipengaruhi kesadaran

Sistem Saraf Otonom (SSO ) mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak
disadari
Berdasarkan asalnya, sistem saraf tepi terbagi atas : saraf kranial dan saraf spinal yang
masing-masing berpasangan, serta ganglia (tunggal: ganglion).

Saraf kranial : semua saraf yang keluar dari permukaan dorsal otak.

Saraf spinal : semua saraf yang keluar dari kedua sisi tulang belakang.

ganglia : kumpulan badan sel saraf yang membentuk simpul-simpul saraf dan di luar
sistem saraf pusat.
Saraf Kranial, terdiri dari:
1. Saraf olfaktorius : berfungsi dalam penciuman.
2. Saraf optikus : berfungsi dalam penglihatan dan keseimbangan.
3. Saraf okulomotorius : berfungsi untuk pergerakan bola mata, fokus penglihatan, dan
pengaturan ukuran dari pupil.
4. Saraf troklearis : berfungsi untuk pergerakan bola mata
5. Saraf trigeminus : berfungsi untuk mengunyah dan sebagai sensorik muka
12
6. Saraf abdusen : berfungsi mengatur pergerakan dari mata
7. Saraf fasialis : berfungsi mengatur rasa pengecapan dan pergerakan dari ekspresi
wajah
8. Saraf vestibulokoklearis : berfungsi untuk memelihara keseimbangan dan
pendengaran
9. Saraf glosofaringeus : berfungsi dalam sekresi air liur, rasa pengecapan, dan
pergerakan faring
10. Saraf vagus: berfungsi untuk pergerakan dan sekresi
11. Saraf aksesorius : berfungsi mengatur pergerakan dari kepala, bahu, faring, dan laring;
12. Saraf hipoglosus : berfungsi mengatur pergerakan lidah.
Pleksus-pleksus saraf yang utama
1. Pleksus servikalis
2. Pleksus brakialis
3. Pleksus lumbosakralis
4. Pleksus lumbalis
5. Pleksus sakralis
Saraf Spinal atau Saraf Tepi, Terdapat 31 pasang saraf spinal yang membentuk dua
kelompok akar spinal yaitu akar dorsal yang membawa serabut sensorik dan akar ventral
yang membawa serabut motorik somatis dan otonom terdiri dari 31 pasang saraf, yaitu:
1. Delapan (8) pasang saraf servikal keluar dari segmen servikal
2. Dua belas (12) pasang saraf thorakal keluar dari segmen thorakal
3. Lima (5) pasang saraf lumbal keluar dari segmen lumbal
4. Lima (5) pasang saraf sakral keluar dari segmen sakral
5. Satu (1) pasang saraf koksigeal keluar dari segmen koksigeal
Saraf kranial dan saraf spinal pada system saraf tepi mengandung saraf sensorik atau
aferen dan saraf motorik atau eferen yang mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Saraf sensorik atau saraf aferen, merupakan saraf yang menghantarkan rangsang atau
impuls dari saraf perifer (luar tubuh) ke otak untuk diproses, contoh rangsang rasa nyeri.
2. Saraf motorik atau saraf eferen adalah saraf yang menghantarkan jawaban atau perintah
dari otak ke saraf perifer (organ), contoh: perintah untuk menggerakkan tangan. SST
berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Sistem Saraf Somatik (SSS) dipengaruhi kesadaran
Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika Anda
makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini
13
mene-ruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls
dari sistem saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas
12 pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar
dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf spinal. Saraf-saraf spinal tersebut
terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik.
b. Sistem Saraf Otonom (SSO ) mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak
disadari. Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah
kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan
pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf
otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda
ingat kembali fungsi hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan. Apabila
hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti
contoh yang telah diambil, antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan
pupil mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan. Contoh Jaringan dan organ
tubuh yang utama diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan
jantung. Juga Mempersarafi alat dalam tubuh lain seperti kelenjar, paruparu,
lambung, usus dan ginjal.
Susunan Saraf Somatik, Merupakan saraf yang mengumpulkan informasi sensoris
dari tubuh. Di golongkan menjadi 3 jenis :
1. Indra somatik mekano reseptif : dirangsang oleh pemindahan mekanisme sejumlah
jaringan tubuh. Meliputi indra raba, tekanan dan tekanan yang menentukan posisi
relatif dan kecepatan gerakan berbagai bagian tubuh, di kelompokkan sebagai
berikut :
a. Sensasi ekteroreseptif : sensasi dari permukaan tubuh.
b. Sensasi proprioseptif : sensasi berhubungan dengan keadaan fisik tubuh
(sensasi inestetik, tendo, dan otot tekanan dari dasar kaki).
c. Sensai viseral : sensasi dari viseral tubuh organ dalam yang berasal dari
jaringan dalam seperti tulang, fasia terutama meliputi tekanan nyeri dan
getaran dalam.
2. Indra termoreseptor : mendeteksi panas dan dingin
3. Indra nyeri: di aktifkan oleh faktor apa saja yang merusak jaringan,perasaan
kompleks karena menyertakan sensasi perasaan dan emosi
14
Daerah asosiasi somatik korteks parietal memegang peranan penting dalam
memisahkan informasi sensoris yang memasuki daerah sensoris somatik yang disebut
daerah Asosiasi somatik.
Sistem Saraf Otonom (Autonom)
SSO adalah bagian saraf yang mengurus semua proses yang involunter dan yang timbul
secara reflektorik. Sistim Saraf Otonom : pengendalian organ–organ dalam secara tidak
sadar, disebut juga Susunan Saraf Tak Sadar Misal ; Vasodilatasi–vasokonstriksi,
Bronkodilatasi–bronkokonstriksi, Peristaltik, Berkeringat, Merinding dan sebagainya. SSO
Dibagi dalam:
1. Bagian pusat :
a. Sistim limbik
b. Hipotalamus
c. Jaras–jarasnya
2. Bagian tepi:
a. Rantai neuron
b. Ganglion para vertebralis
c. Juluran aferen–eferen
Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf otonom.
Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur fungsi viseral tubuh.
Sistem ini membantu mengatur:

Tekanan arteri

Motilitas dan sekresi gastro-intestinal

Pengosongan kandung kemih

Berkeringat

Mengatur suhu tubuh
Ada sebagian yang diatur saraf otonom sedangkan yang lainnya sebagian saja. Sistem
saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula spinalis, batang
otak, dan hipotalamus.juga dibagian korteks serebri khususnya korteks limbik, Korteks
limbik dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga
mempengaruhi pengaturan otonomik.
SSO Mendapat 2 jenis persarafan otonom yang fungsinya saling bertentangan atau
berlawanan, dimana bila yang satu merangsang yang lain akan menghambat dan sebaliknya
Ke 2 susunan SSO ini disebut;
15

Bagian simpatetik : saraf simpatis : bekerja untuk merangsang atau memacu kerja
organorgan tubuh

Bagian parasimpatetik : saraf parasimpatis : bekerja menstabilkan kembali aktivitas
organ-organ tubuh.
Saat saraf simpatik mempengaruhi sebuah organ untuk meningkatkan aktivitas organ
tertentu, saraf parasimpatik kebalikannya yaitu menurunkan aktifitasnya. Perbedaan ini
terjadi karena neurotransmiter yang dihasilkan kedua saraf tersebut berbeda:

neurotransmiter saraf simpatik Noradrenalin

sedangkan neurotransmiter saraf parasimpatik asetilkolin
Sistem Saraf Tak Sadar : Sistem saraf otonom
Merupakan sekumpulan saraf yang mengatur aktivitas yang tidak kita pikirkan terlebih
dahulu, bekerja secara otomatis tanpa perintah dari sistem saraf sadar. Misal : pergerakan
paru-paru dan jantung. Sistem saraf otonom juga disebut sistem saraf tak sadar, karena
bekerja diluar kesadaran berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuh dalam kondisi
terkontrol tanpa pengendalian secara sadar.
Menurut karakteristik kerjanya, sistem saraf tak sadar terbagi atas dua saraf : saraf simpatik
dan saraf parasimpatik Masing-masing saraf ini dapat bekerja pada organ yang sama, namun
kerja yang dilakukan saling berlawanan (antagonis). Organ yang beraktivitas dan dikontrol
oleh sistem saraf tak sadar, meliputi otot jantung, kelenjar keringat, kelenjar tubuh, iris mata,
organ thorakalis, otot perut, abdominalis pembuluh darah, dan alat-alat reproduksi. contoh,
saat saraf simpatik mempengaruhi sebuah organ untuk meningkatkan aktivitas organ
tertentu, saraf parasimpatik menurunkannya.Perbedaan ini terjadi karena neurotransmiter
yang dihasilkan kedua saraf tersebut berbeda: Noradrenalian merupakan neurotransmiter
saraf simpatik, sedangkan asetilkolin ialah neurotransmiter saraf parasimpatik. Pada saraf
simpatik dan saraf parasimpatik terdapat penghubung antara sistem saraf pusat dan efektor,
yang dinamakan ganglion. Ganglion saraf simpatik berada dekat sumsum tulang belakang.
Serabut praganglion saraf simpatik berukuran pendek, serabut pascaganglionnya berukuran
panjang. saraf parasimpatik memiliki : serabut praganglion yang berukuran panjang dan
serabut pascaganglion yang pendek.
Fungsi SSO
Menurut fungsinya sistim saraf otonom dibagi 2 bagian:
1. Sistim Simpatis

Terletak didepan kolumna vertebra
16

Berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut – serabut saraf
2. Sistim parasimpatis

Terbagi atas 2 bagian : Saraf Otonom Kranial dan Saraf Otonom Sakral
Fungsi saraf otonom secara umum: Mengatur motilitas dan sekresi pada kuliT,
pembuluh darah dan organ viseral dengan cara merangsang pergerakan otot polos dan
kelenjar eksokrin dan Juga mengatur dan memelihara kehidupan vegetatif ; Miksi, Enuresis
dan Defekasi Serabut.
Serabut saraf simpatis mensarafi :

Otot jantung

Otot tak sadar semua pembuluh darah

Semua alat dalam : lambung, pankreas, usus

Serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat

Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit , pilorum

Mempertahankan tonus semua otot termasuk tonus otot sadar
Refleks otonom adalah refleks yang mengatur organ viseral meliputi:

refleks otonom kardiovaskular

refleks otonom gastrointestinal

refleks seksual,

refleks yang membantu pengaturan sekresi kelenjar pankreas, pengosongan kandung
empedu

proses ekskresi urin

berkeringat

konsentrasi glukosa darah dan sebagian besar fungsi viseral lainnya
Sistim Pengendalian Ganda (Interaksi antara saraf simpatis dan parasimpatis).
Keaktifan organ dirangsang oleh sekelompok serabut saraf sementara dilain pihak
dilambatkan atau dihentikan sekelompok saraf yang lain Contoh:

Jantung menerima serabut akselerator dari saraf simpatis dan serabut inhibitor
(penghambat) dari nervus vagus

Pembuluh darah mempunyai vasokonstriktor dan vasodilatator

Saluran pencernaan memiliki saraf akselerator dan inhibitor yang berfungsi
mempercepat dan memperlambat gerakan peristaltik secara berturut-turut .
Sistem Saraf Simpatis
17
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama untuk
memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat kerja organ
tubuh. Sistem saraf simpatis terbagi juga menjadi dua bagian, yaitu saraf otonom cranial dan
otonom sacral. Sistem saraf ini berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui
serabut-serabut sarafnya yang letaknya didepan column vertebrae. Sistem saraf simpatis ini
berfungsi untuk:

Mensarafi otot jantung

Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar

Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus

Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat

Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit

Mempertahankan tonus semua otot sadar
Sistem Saraf Parasimpatis
Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan saraf
simpatik. Bekerja berlawanan dengan sistim saraf simpatis: Jika saraf simpatis memacu
jantung misalnya, maka sistem saraf parasimpatis memperlambat denyut jantung. Karena
cara kerja kedua saraf itu berlawanan, maka mengakibatkan keadaan yang normal. Fungsi
saraf parasimpatis adalah sebagai berikut:

Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis dan
kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga hidung

Mensarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung

Menpersarafi kelenjar ludah , kelenjar parotis

Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, GIT, ginjal,
pancreas,lien,hepar dan kelenjar suprarenalis

Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat kelamin

Mensarafi proses Miksi dan defekasi
Sistem kerja saraf simpatis dan parasimpatis bekerja secara berlawanan (antagonis).
Saraf simpatik:

Mempercepat denyut jantung

Memperlambat proses pencernaan

Merangsang ereksi

Memperkecil diameter pembuluh arteri
18

Memperbesar pupil

Memperkecil bronkus mengembangkan kantung kemih
Saraf parasimpatik :

Memperlambat denyut jantung

Mempercepat proses pencernaan

Menghambat ereksi

Memperbesar diameter pembuluh arteri

Memperkecil pupil

Mempebesar bronkus dan mengerutkan kantung kemih.
Semua saraf preganglion simpatis dan parasimpatis melepaskan asetilkolin sebagai
neurotransmitter karenanya dikenal sebagai serabut kolinergik. Asetilkolin yang dilepaskan
dari serabut preganglion mengaktivasi baik postganglion simpatis maupun parasimpatis.
Serabut postganglion sistem saraf simpatis mengekskresikan norepinefrin sebagai
neurotransmitter dikenal dengan serabut adrenergik. Serabut postganglion sistem saraf
parasimpatis mensekresikan asetilkolin sebagai neurotransmitter dan dikenal sebagai
serabut kolinergik. Pengaturan pusat otonom batang otak oleh area yang lebih tinggi

Sinyal yang berasal dari hipotalamus mempengaruhi aktivitas hampir semua pusat
pengatur otonom batang otak.

Perangsangan daerah yang sesuai pada hipotalamus dapat mengaktifkan pusat pengatur
kardiovaskular

Meningkatkan tekanan arteri sampai lebih dari dua kali normal.

Mengatur suhu tubuh

Meningkatkan atau menurunkan salivasi

Meningkatkan aktivitas gastrointestinal

Menimbulkan pengosongan kandung kemih
19
Gambar Saraf Parasimpatik dan Simpatik
Anatomi Klinis Sistem Saraf
1. Stroke
Stroke adalah kematian sel-sel otak disertai fungsinya karena terganggunya aliran darah
di otak. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh tekanan darahtinggi yang menyebabkan
pecahnya pembuluh darah di otak. Selain itu, atheroskeosis juga dapat menyebabkan
penyumabatan pembuluh darah diotak. Gejala penyakit ini bervariasi bergantung pada
hebatnya stoke dan daerah otak yang terkena, misalnya pusing-pusing, sulit bicara,
tidak melihat, pingsan, lumpuh sebelah, bahkan kematian.
2. Tumor Otak
Penyakit ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan liar dari sel-sel saraf, maupun
jaringan penyokongnya. Adanya pertumbuhan tersebut mengakibatkan berbagai
gangguan, mulai dari pusing-pusing, kesulitan berjalan, kehilangan memori atau
ingatan, sampai kematian.
3. Ayan (Epilepsi)
Penyakit ini ditandai dengan timbulnya kejang-kejang yang tidak terkendali. Penderita
epilepsy tidak diperkenankan berada di dekat lokasi yang berbahaya, seperti tepian
sungai, sumur, dan telaga. Bila berada di lokasitersebut dan mengalami kekambuhan,
dikawatirkan akan tenggelam karenatidak mampu mengendalikan gerakan tubuhnya.
Belum ada sebab yang jelasmengapa penyakit ini bis timbul, namun melihat gejala
kejang tersebut,diduga ada gangguan pada otak daerah motorik yang mengatur gerakan
tubuh.(Kusuma 2020)
20
Terbagi menjadi dua, yaitu saraf kranial dan saraf spinal
A. Saraf Kranial
•
Pemberian nama saraf kranial dibuat berdasarkan penomoran angka Romawi dari
bagian anterior sampai posterior, seperti yang bisa dilihat pada table berikut ini
Saraf kranial pada vertebrata adalah kumpulan saraf yang muncul langsung dari otak
dan tengkorak, bukan dari sumsum tulang belakang. Pada umumnya, terdapat 12
pasang saraf kranial pada manusia dan banyak vertebrata lainnya, meskipun jumlah dan
fungsi dapat bervariasi.(Hartenstein 2018)
Berikut adalah beberapa contoh saraf kranial dan fungsinya:
1. Saraf Olfaktori (I): Bertanggung jawab untuk indra penciuman.
2. Sarap Optik (II): Mengatur penglihatan.
3. Sarap Oculomotor (III): Mengontrol gerakan sebagian besar otot mata dan ukuran
pupil.
4. Sarap Trochlear (IV): Mengontrol gerakan otot mata tertentu.
5. Sarap Trigeminal (V): Mengatur sensasi wajah dan mengontrol otot untuk
mengunyah.
6. Sarap Abducens (VI): Mengontrol gerakan salah satu otot mata.
7. Sarap Facial (VII): Mengontrol otot wajah dan juga berperan dalam indra
pengecap.
8. Sarap Vestibulocochlear (VIII): Mengatur pendengaran dan keseimbangan.
9. Sarap Glossofaringeal (IX): Mengatur sensasi dan fungsi pada lidah dan
tenggorokan.
10. Sarap Vagus (X): Berperan dalam fungsi organ internal dan kontrol sistem saraf
otonom.
11. Sarap Aksesori (XI): Mengontrol otot-otot leher dan bahu.
12. Sarap Hipoglosus (XII): Mengontrol gerakan lidah.
Saraf terminal (atau saraf terminalis) adalah bagian dari sistem saraf yang
dianggap sebagai saraf kranial ke-13, meskipun tidak selalu diakui secara resmi dalam
daftar saraf kranial yang umum. Saraf ini biasanya ditemukan pada beberapa spesies
vertebrata, terutama pada hewan seperti ikan dan beberapa amfibi. Fungsi utama saraf
terminal terkait dengan indra penciuman dan pengenalan feromon, terutama dalam
21
konteks perilaku reproduksi dan sosial. Saraf ini berfungsi dalam deteksi zat kimia
tertentu dalam lingkungan, yang dapat mempengaruhi perilaku hewan, seperti mencari
pasangan atau menandai wilayah.Pada vertebrata, saraf terminal dapat berfungsi
sebagai saluran untuk informasi sensorik yang berkaitan dengan indra kimia, tetapi
perannya dan struktur mungkin berbeda antara spesies.
Fungsi saraf kranial sangat beragam, mulai dari indra, gerakan otot, hingga
regulasi fungsi otonom. Keberadaan saraf ini memungkinkan vertebrata untuk
berinteraksi dengan lingkungan dan mengatur berbagai fungsi tubuh secara efisien.
1. Saraf Kranial pada Ikan
Saraf kranial pada ikan terdiri dari sejumlah saraf yang berfungsi untuk
mengatur berbagai fungsi sensorik dan motorik. Seperti pada vertebrata lainnya, ikan
memiliki beberapa pasang saraf kranial yang berperan dalam berbagai aktivitas seharihari mereka. Berikut adalah beberapa saraf kranial yang umum pada ikan beserta
fungsinya:
1. Saraf Olfaktori (I): Mengatur indra penciuman, memungkinkan ikan untuk
mendeteksi bau di dalam air.
2. Sarap Optik (II): Bertanggung jawab untuk penglihatan, membantu ikan dalam
melihat objek di lingkungan mereka.
3. Sarap Oculomotor (III): Mengontrol gerakan sebagian besar otot mata dan juga
berperan dalam pengaturan ukuran pupil.
4. Sarap Trochlear (IV): Mengontrol gerakan otot mata tertentu.
22
5. Sarap Trigeminal (V): Mengatur sensasi pada bagian wajah dan juga mengontrol
otot-otot untuk mengunyah, meskipun fungsi ini mungkin berbeda pada ikan
dibandingkan dengan hewan darat.
6. Sarap Abducens (VI): Mengontrol gerakan otot mata tertentu.
7. Sarap Facial (VII): Terlibat dalam kontrol otot wajah dan juga memiliki fungsi
sensorik.
8. Sarap Vestibulocochlear (VIII): Mengatur pendengaran dan keseimbangan, yang
penting untuk navigasi dan orientasi di dalam air.
9. Sarap Glossofaringeal (IX): Mengatur fungsi pada lidah dan tenggorokan, termasuk
fungsi pencernaan.
10. Sarap Vagus (X): Berperan dalam regulasi fungsi organ dalam dan sistem saraf
otonom.
11. Sarap Aksesori (XI): Mengontrol otot-otot leher dan bahu.
12. Sarap Hipoglosus (XII): Mengontrol gerakan lidah, meskipun pada ikan, perannya
mungkin berbeda dibandingkan dengan mamalia.
Setiap saraf ini berfungsi untuk membantu ikan berinteraksi dengan lingkungan
mereka, mengatur perilaku, dan menjalankan fungsi fisiologis yang penting. Saraf-saraf
ini sangat penting untuk kelangsungan hidup ikan dalam habitat air.
23
2. Saraf Kranial pada Reptilia
Saraf kranial pada reptil terdiri dari 12 pasang saraf yang memiliki fungsi
berbeda, mirip dengan vertebrata lainnya, tetapi dengan beberapa perbedaan yang
mencerminkan adaptasi mereka. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai saraf
kranial yang umum ditemukan pada reptil:
1. Saraf Olfaktori (I): Mengatur indra penciuman, membantu reptil mendeteksi bau
dan feromon di lingkungan.
2. Sarap Optik (II): Bertanggung jawab untuk penglihatan, memungkinkan reptil
melihat dan mengidentifikasi objek.
3. Sarap Oculomotor (III): Mengontrol sebagian besar otot mata, termasuk pengaturan
ukuran pupil.
4. Sarap Trochlear (IV): Mengontrol gerakan otot mata tertentu.
5. Sarap Trigeminal (V): Mengatur sensasi di wajah dan kepala, serta mengontrol otototot untuk mengunyah.
6. Sarap Abducens (VI): Mengontrol gerakan otot mata tertentu, terutama untuk
menggerakkan mata ke samping.
7. Sarap Facial (VII): Mengatur otot-otot wajah dan terlibat dalam indra pengecap.
8. Sarap Vestibulocochlear (VIII): Bertanggung jawab untuk pendengaran dan
keseimbangan, penting untuk navigasi.
9. Sarap Glossofaringeal (IX): Mengontrol fungsi pada lidah dan tenggorokan, serta
berperan dalam indra pengecap.
10. Sarap Vagus (X): Mengatur fungsi organ internal dan sistem saraf otonom.
24
11. Sarap Aksesori (XI): Mengontrol otot-otot leher, membantu reptil dalam gerakan
kepala dan leher.
12. Sarap Hipoglosus (XII): Mengontrol gerakan lidah, meskipun pada reptil, fungsinya
mungkin lebih terbatas dibandingkan dengan mamalia.
Saraf-saraf ini berperan penting dalam berbagai fungsi seperti sensorik,
motorik, dan pengaturan sistem otonom, memungkinkan reptil untuk beradaptasi
dengan lingkungan mereka dan menjalani kehidupan sehari-hari.
3. Saraf Kranial pada Mammalia (manusia)
Saraf kranial pada mamalia, termasuk manusia, terdiri dari 12 pasang saraf yang
berfungsi untuk mengatur berbagai aktivitas sensorik, motorik, dan autonomik. Berikut
adalah penjelasan mengenai setiap saraf kranial yang umum pada manusia:
1. Sarap Olfaktori (I): Bertanggung jawab untuk indra penciuman, memungkinkan
kita mendeteksi bau.
2. Sarap Optik (II): Mengatur penglihatan, membawa informasi visual dari mata ke
otak.
3. Sarap Oculomotor (III): Mengontrol sebagian besar otot mata, termasuk pengaturan
ukuran pupil dan gerakan mata.
4. Sarap Trochlear (IV): Mengontrol gerakan otot mata tertentu, khususnya otot yang
bergerak ke bawah dan ke samping.
5. Sarap Trigeminal (V): Mengatur sensasi di wajah (termasuk rasa sakit dan suhu)
dan mengontrol otot-otot untuk mengunyah.
6. Sarap Abducens (VI): Mengontrol gerakan otot mata, khususnya untuk
menggerakkan mata ke sisi luar.
25
7. Sarap Facial (VII): Mengontrol otot-otot wajah, berperan dalam ekspresi wajah, dan
juga terlibat dalam indra pengecap.
8. Sarap Vestibulocochlear (VIII): Mengatur pendengaran dan keseimbangan,
membantu kita merasakan posisi dan gerakan kepala.
9. Sarap Glossofaringeal (IX): Berperan dalam sensasi dan fungsi pada lidah dan
tenggorokan, termasuk pengecapan dan menelan.
10. Sarap Vagus (X): Mengatur fungsi organ internal, termasuk jantung, paru-paru, dan
sistem pencernaan; berperan dalam sistem saraf otonom.
11. Sarap Aksesori (XI): Mengontrol otot-otot leher dan bahu, membantu dalam
gerakan kepala dan stabilitas postur.
12. Sarap Hipoglosus (XII): Mengontrol gerakan lidah, penting untuk berbicara dan
menelan.
Saraf-saraf ini sangat penting untuk fungsi sehari-hari, dari indra dan
pergerakan hingga pengaturan organ dalam. Mereka memungkinkan manusia untuk
berinteraksi dengan lingkungan, melakukan aktivitas kompleks, dan menjaga
keseimbangan fisiologis.
B. Saraf Spinal

Penamaan saraf spinal disesuaikan dengan letak saraf yang berada di daerah
vertebra.

Saraf
spinal
akan
membentuk
disebut dengan rami/ramus.
26
suatu
percabangan
khusus
yang

Sejumlah rami akan membentuk suatu jaringan saraf khusus yang disebut dengan
pleksus.

Secara
umum,
pleksus
terbagi
menjadi
pleksus
servikal,
pleksus brachial, pleksus lumbar, pleksus sacral dan pleksus coccygeal.
1. Struktur Percabangan (Rami)
Rami: Setelah keluar, setiap saraf spinal bercabang menjadi:
2) Rami Dorsalis (Ramus Dorsalis): Menginervasi otot-otot dan kulit di bagian
belakang tubuh. Rami ini kecil dan menjalar ke arah posterior.
3) Rami Ventralis (Ramus Ventralis): Lebih besar dibandingkan rami dorsal, rami
ini menginervasi bagian anterior dan lateral tubuh, termasuk anggota badan.
Rami ventralis juga membentuk pleksus saraf di beberapa daerah.
4) Rami Communicantes: Beberapa saraf spinal memiliki cabang tambahan yang
menghubungkan dengan sistem saraf otonom (simpatis). Ini termasuk rami
communicantes yang menginervasi organ-organ dalam.
Fungsi Rami

Rami Dorsalis: Bertanggung jawab untuk membawa informasi sensorik dari
kulit dan otot belakang ke sistem saraf pusat.

Rami Ventralis: Mengontrol otot-otot dan membawa informasi motorik ke otototot di bagian depan dan samping tubuh.

Rami Communicantes: Menghubungkan saraf spinal dengan sistem saraf
otonom, membantu mengatur fungsi tak sadar seperti detak jantung dan
pencernaan.
Pleksus Saraf
Rami ventralis dari beberapa saraf spinal membentuk pleksus saraf, seperti:

Plexus Brakhialis: Menginervasi anggota tubuh atas.

Plexus Lumbalis: Menginervasi bagian pinggang dan paha.

Plexus Sakralis: Menginervasi bagian bawah tubuh, termasuk kaki.
Struktur percabangan pada saraf spinal sangat penting untuk distribusi fungsi
sensorik dan motorik di seluruh tubuh. Rami memungkinkan komunikasi antara sistem
saraf pusat dan berbagai bagian tubuh, mendukung fungsi motorik, sensorik, serta
otonom.(Lestari and Musba 2021)
27
B. Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang menghasilkan dan
mengeluarkan hormon ke dalam aliran darah. Hormon-hormon ini berfungsi sebagai
pengatur berbagai proses fisiologis dalam tubuh, seperti pertumbuhan, metabolisme,
fungsi seksual, dan respons terhadap stres. Sistem endokrin bekerja dengan melepaskan
pembawa pesan kimia yang disebut hormon kedalam aliran darah yang kemudian
diangkut keseluruh tubuh. Sistem endokrin memiliki kelenjar endokrin primer dan
sekunder. Kelenjar endokrin primer adalah kelenjar yang melepaskan hormon sebagai
fungsi utamanya ayng penting (seperti kelenjar tiroid, kelenjar pituitari, kelenjar
adrenal, dll). Sedangkan kelenjar endokrin sekunder memiliki fungsi primer lain yang
lebih menonjol, tetapi juga melepaskan hormon (misalkan jantung, ginjal, lambung,
dll). Berikut adalah gambar posisi hormon akan menghasilkan respons didalam sel
targer lokasi kelenjarnya yaitu :
28
Berbeda dengan sistem syaraf sistem hormon ini membawa pesan berupa
hormon yaitu pembawa pesan kimiawi ayng dilepaskan oleh kelenjar dan bergerak
melalui aliran darah menuju sel target yang memiliki reseptor untuk hormon tersebut.
Berikut adalah gambar ilustrasi kerja dari sistem endokrin :
Kelenjar endokrin melepaskan hormon yang kemudian mengalir melalui
darah kejaringan efektor, yaitu sel dengan reseptor ayng mengikat hormon ini, yang
disebut sel atrget untuk hormon tertentu. Aktivitas sel target dapat berubah dalam
berbagai cara sebagai akibat dari tindakan hormon. Aktivitas kepadatan reseptor pada
permukaan membran plasma sel dapat berubah hal ini bergantung pada intensitas sinyal
yang didapat. Hal ini dapat digambarkan dalam gamabr berikut :
29
Pada gambar a) reseptor sel dapat meningkat regulasi (meningkat jumlah),
pada gambar c) daoat menurunkan regulasi (menurunkan jumlah reseptor) dan pada
gambar c) bisa diantara keduanya. Peningkatan regulasi reseptor disebabkan ketika sel
meningkatkan kepadatan reseptor sebagai respons terhadap rangsangan maksudnya
adlaah regulasi reseptor dapat ”sangat peka” karena hormon tersebut tidak ada dalam
jangka waktu yang lama, ketika hormon tersebut muncul kembali maka sensitivitas
meningkat bahkan terhadap jumlah kecil hormon tersebut. Penurunan respons terhadap
rangangan maksudnya adalah regulasi reseotor mengurangi kepadatan reseptor sebagai
respons terhadap rangsanan yang mkasudnya adalah paparan kronis terhadap hormon
dalam jumlah besar atau berlebihan sehingga sel menjadi ”tidak peka” terhadap zat
tersebut.
Pembahasan selanjutnya yaitu kelenjar endokrin primer dan kelenjar
endokrin sekunder. Pada vertebrata pasti memiliki kelenjar endokrin primer yaitu :
1. Kelenjar hipofisis/ kelenjar pituatri
Kelenjar ini berhubungan erat dnegan hipotalamus. Kelenjar pituatri
sebenarnya adalah dua kelenjar terpisah, keduanya beradad ibawah kendali
hipotalamus. Perhatikan gambar berikut :
30
Yang pertama yaitu terdapat hipofisis anterior (Adenohipofisis) dan pituatri
posterior (neurohipofisis). Kelenjar pitustri anteroios yang disebut juga dengan
hipofisis anterior (Adenohipofisis) menunjukkan bahwa bagian ini membuat dan
melepaskan semua hormonnya sendiri, aktivitasnya dikendalikan oleh hormon Pelepas
dan penghambat dari hipotalamus. Sedangkan kelenjar pituatri posterior atau disebut
dengan neurohipofisis bagian ini sebenarnya adalah jaringan syaraf, bukan ajringan
kelenjar. Kelenjar tersebut merupakan kelenjar lanjutan dari ajrinagn otak, hormon
yang dilepaskan dibua toleh hipotalamus dan disimpan di pituatri posterior hingga
sinyal dari hipotalamus merangsang pelepasannya, dan neurohipofisis ini di kendalikan
oleh rangsanan daraf oleh hipotalamus. Pembahasan selanjutnya yaitu kita akan
membahas bagaimana hipotalamus berkomunikasi dengan kelenjar pituatri :
a. Hipofisis posterior (neurohipofisis)
Pada hipofisis ini menghasilkan dua hormon, hipofisis posterior mengandung
akson neuron yang memanjang dari hipotalamus kehipofisis posterior melalui
infundibulum, perhatikan gambar berikut :
Gambar tersebut menunjukkan hubungan antara hipotalamus dan kelenjar
pituatri posterior. Ada dua populasi neuron dihipotalamus yang menghasilkan dua
hormon oksitosin dan hormon antidiuretik (ADH) yang disimpan dan dilepaskan oleh
kelenjar pituatri posterior. Berikut penjelasan dari kedua hormon tersebut :
a.)
Oksitosin
Hormon ini sangat penting pada proses persalinan. Karena hormon ini
merangsang otot polos dinding rahim didalam laposan ayngdisebut miometrium.
31
Hormon ini akan memicu kontraksi pada proses persalinan. Hormon ini juga akan
merangsang pelepasan susu dari kelenjar susu dengan menyebabkan sel-sel
disekitarnya berkontraksi. Proses kerjanya ditunjukkan dalam gambar berikut :
Gambar tersebut menggambarkan bahwa saat kepala bayi mulai menekan serviks
rahim dan meningkatkan tekanan pada serviks maka reseptor akan mendeteksi hal ini
dan mengirimkan sinyal ke kelenjar pituatri posterior kedalam aliran darah, yang
mengikat reseptor pada otot polos miometrium dan menyebabkan badan rahim
berkontraksi, mendorong kepala bayi lebih kuat ke serviks, meningkatkan tekanan,
yang memicu pelepasan oksitosin lebih banyak sehingga siklus belanjut sampai bayi
keluar.
Selain berfungsi dalam proses persalinan hormon ini juga berperan pada saat
proses hubungan seksual pria dan wanita yang melepaskan kadar oksitosin yang
tinggi. Dalam kapsaitas ini oksitosin dilepaskan sebagai feromon yaitu molekul
sinyal yang disekresikan keluar tubuh untuk berkomunikasi dengan orang lain.
b.) Hormon antidiuretik (ADH)
32
Hormon ini dikenal juga sebagai vasopresin, keduanya memiliki molekul
sama tetapi para ilmuan menemukan bahwa keduanya berada diberbagai area
tubuh. Hormon ini dilepaskan sebagai respons tubuh untuk dapat menghemat air.
Hal ini berproses ketika terdeteksi oleh osmoreseptor yang terletak di
hipotalamus, ketika osmolalitas darah dan terstimulasi bertindak dengan
ismolalitas meningkat maka hal tersebut merupakan indikasi tanda dehidrasi.
Hormon ini juga bertindak sebagai vasokonstriktor untuk pembuluh darah
dan dapat meningkatkan tekanan darah. Jika seseorang menglamai syok
kardiovaskular, misalnya tindakan menghemat air bersama dengan meningkatkan
tekanan darad adalah cara yang sangat efektif bagi tubuh untuk membangun
kembali tekanan darah aung memadai dan mepertahankan homeostasis.
Contoh kasus yang berhubungan dengan hormon ADH ini yaitu :
1. Penyakit diabetes melitus
Penyakit
ini
ditandai
dengan
penurunan
pelepasan
ADH
yang
mengakibatkan buang air kecil berlebihan (poliuria) yang menyebabkan
dehidrasi.
b. Kelenjar Hipofisis anterior
Nama adenophypophysis menunjukkan bahwa ia merupakan jaringan
glandular. Hipotalamus memproduksi hormon (hormon pelepas dan penghambat)
yang mengalir melalui pembukuh darah ke hipofisis anterior, merangsang (atau
menghambat) hipofisis anterior untuk memproduksi hormon lainnya. Hipofisis
memproduksi 7 hormon untuk pelepasan hipotalamus tertentu yang berbeda dan
hormon penghambat hipotalamuas yang mencegah produksi dan pelepasan hormin
dari hipofisis anterior. Perhatikan gambar berikut :
33
Gambar ini menunjukkan hubungan antara hipotalamus dan kelenjar pituatri
anterior, ada dua populasi neuron dihipotalamus yang menghasilkan hormon
penghambat dan pelepas yang berjalan melalui sistem portal hipotalamus-hipofisis
ke pituatri anterior yang memicu penghambatan atau pelepasan hormon.
Kelenjar pituatri anterior menghasilkan 7 hormon pelepas dan penghambat
atau disebut sebagai hormon tropik (mengaktifkan dan menonaktifkan kelenjar
endokrin lainnya) yaitu :
a.) Hormon pertumbuhan (GH)
Hormon ini mengatur perkembangan, pertumbuhan, dan perbaikan tubuh
secara keseluruhan. Hormon ini penting dalam metabolisme umum, terutama
dalam mendorong aktivitas anabolik. Kekurangan GH yang parah selama fase
pertumbuhan menyebabkan dwarfisme (memiliki tinggi badan jauh dibawah ratarata). Sekresi GH berlebih pada anak juga akan menyebabkan gigantisme, jika
pada orang dewasa maka menyebabkan akromegali.
b.) Hormon perangsang tiroid (TSH)
Merangsang sekresi hormon tiroid seperti tiroksin dari kelenjar tiroid dan
merangsang pertumbuhan kelenjar tiroid, hormon ini merupakan hormon penting
dalam pengatur aktivitas metabolisme tubuh.
c.) Hormon Adrenokortikotropik (ACTH)
Hormon ini meransang sekresi kortisol dari korteks adrenal (sering disebut
sebagai hormon stres tetapi pada kadar yang pas maka hormon ini akan menjadi
34
sahabat kita dalam berfikir) dan berfungsi mendorong pertumbuhan korteks
adrenal.
d.) Hormon perangsang folikel (FSH)
Pada wanita akan merangsang pertumbuhan dan pematangan folikel
ovarium dan meningkatkan sekresi estrogen. Sedangkan pada pria diperlukan
untuk produksi sperma (bersama hormon ICSH).
e.) Hormon Luteinisasi (LH)
Pada wanita berfungsi pada ovulasi dan luteinisasi, mengatur estrogen
dan progesteron. Sedangkan pada pria merangsang sel interstisial (ditestis) untuk
mengeluarkan testosteron, karena itu hormon ini pada pria biasanya disebut
hormon perangsal sel interstisial (ICSH)
f.) Hormon Prolaktin (PRL)
Pada
wanita
jumlah
tinggi
setelah
melahirkan
meningkatkan
perkembangan payudara dan merangsang kelenjar susu untuk produksi susu.
Sedangkan pada pria meningkatkan reseptor LD dalam sel interstisial yang
meningkatkan testosteron sehingga meningkatkan spermatogenesis dan
merangsang sel prekursor oligodendrosit.
g.) Hormon beta-endorfin
Hormon ini berfungsi sebagai neurotransmiter dan memiliki efek
analgesik (pereda nyeri) dalam tubuh. Hormon ini diproduksi terutama oleh
kelenjar hipofisis (pituitari) dan berperan dalam mengatur rasa sakit, suasana
hati, dan respon terhadap stres.
Sedangkan contoh hormon nontropik yaitu hormon yang secara langsung
merangsang jaringan non-endokrin lainnya yaitu :
a.) Kortisol / ADH
Kortisol yaitu hormon yang mengatur stres, gula darah, tekanan darah,
dan fungsi sistem imun.sedangkan ADH untuk mengatur keseimbangan cairan
tubuh dengan mengontrol jumlah air yang diserap kembali oleh ginjal. Ini
membantu mencegah dehidrasi dan menjaga tekanan darah yang stabil.
35
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada kelenjar ini terdapat
hormon yang berfungsi sebagai mengaktifkan hormon yang disebut dengan
hormon tropik dan yang memberhentikan yaitu hormon nontropik. Berikut
adalah sel-sel dalam pituatri (hipofisis) anterior dengan fungsinya :
a.) Somatotrof : sel-sel dikelenjar pituatri anterior yang mengeluarkan
hormon pertumbuhan (30%-40%) sel dikelenjar pituatri anterior)
b.) Gonadotrof
:
sel-sel
pituatri
anterior
yang
mengeluarkan
gonadotropin seperti hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon LH.
c.) Kortikotrof : sel-sel pituatri anterior yang membuat hormon pelepas
CRH untuk merangsang sintesis dan sekresi hormon ACTH.
Contoh kasus yang berkaitan dengan pembahasan dalam hormon ini
yaitu :
Gambar tersebut menunjukkan terdapat dwafisme yaitu pria dalam foto
yang tingginya 2 kaki lebih 5,4 inci hal ini karena hormon pertumbuhan (GH)
yang tidak memadai dan tepat. Sedangkan sekresi GH yang berlebihan pada
pria satunya lagi menyebabkan gigantisme yang memiliki tinggi 8 kski lebih 1
inci.. sekrresi GH yang berlebihan itu pula dapat menyebabkan orang dewasa
36
mengalami akromegali yaitu penebalan dan pembesaran struktur tulang wajah,
tangan, dan kaki.
2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu dileher. Terletak
tepat dibawah tulang rawan tiroid pada laring dan tepat diatas bagian atas
trakea, seperti gambar berikut :
Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yaitu :
a. Hormon Tiroksin
Hormon ini memiliki sel folikel yang menghasilkan dua jenis
hormon tiroid yaitu tiroksin atau tetraiodotironin (T4) dan triiodotironin
(T3). Perhatikan gambar histologi kelenjar tiroid berikut :
37
Gambar tersebut menunjukkan folikel tiroid di dalam jaringan
yang mengandung koloid tempat T4 dan T3 terbuat dari glikoprotein yang
menempelkan yodium untuk menjadi trioglobulin. Sel parafolikel juga
disebut sebagai sel C yaitu tempat hormon yang memgurangi plasma
Ca2+ dan kalsitonin. Kedua hormon berperan: merangsang selera makan;
mempercepat penguraian karbohidrat, lemak dan protein; meningkatkan
kewaspadaan dan mempercepat refleks; sekresi hormon pertumbuhan;
perkembangan sistem saraf embrio
b. Hormon Kalsitonin
Perhatikan gambar berikut :
Kalsitonin dibuat oleh sel parafolikel atau yang disebut dengan sel
C tadi. Kelenjar tiroid juga mengeluarkan hormon pengatur kalsium
(Ca2=) kalsitonin. Ketika kadar Ca2+ dalam darah meningkat maka
kalsitonin ini dilepaskan untuk merangsang sel tulang agar menyimpan
kalsium kedalam jaringan tulang. Tulang adalah jaringan dinamis dan
berfungsi sebagai tempat penyimpanan mineral penting seperti Ca2+ dan
fosfor. Sel tulang adalah sel-sel yang dirangsang oleh kalsitonin untuk
membuat lebih banyak matriks tulang dan dengan demikian menurunkan
kadar Ca2+ dalam darah, kinerja dari kalsitonin ini bersifat berlawanan
dengan tindakan hormon paratiroid.
Berikut gambar kelenjar tiroid pada hewan vertebrata :
38
Contoh dari kasus atau penyakit dari kelenjar ini adalah hipotiroidime
yaitu ketika kelenjar tiroid memproduksi terlalu sedikit tiroksin, pada
orang dewasa hal ini mneyebabkan kelesuan dan penambahan berat
badan, sedangkan pada bayi hal ini akan menyebabkan kretinisme yang
ditandai dengan kekerdilan, keterbelakangan mental, dan kurangnya
kematangan seksual, penyakit ini melibatkan sistem kekebalan tubuh
yang menyerang jaringan tiroid.
3. Kelenjar Paratiroid
Perhatikan gambar berikut :
Kelenjar paratiroid terdapat empat buah yang menempel
dipermukaan posterior kelenjar tiroid. Kelenjar ini mengeluarkan hormon
pratiroid (PTH) yang membantu mengendalikan kadar kalsium darah
39
(Ca2+) dalam tubuh. Ketika kadar Ca2+ dalam darah terlalu rendah,
hormon paratiroid dilepaskan untuk meningkatkan akdar Ca2+ dalam
darah.
4. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal terleteak diatas setiap ginjal dan akrenanya
kadang-kadang disebut sebagai kelenjar suprarenal. Perhatikan gambar
berikut :
Gambar tersebut menunjukkan gambar kelenjar adrenal dimana
kelenjar ini sebenarnya adalah dua kelenjar endokrin ayng berbeda dalam
satu. Bagian luarnya adalah korteks adrenal dan melepaskan hormon
kortikal, sedangkan bagian dalam disebut medula adrenal dan melepaskan
epinefrin. Berikut penjelasan lebih merinci dari kedua bagian tersebut :
a. Korteks adrenal
Korteks
adrenal
menghasilkan
hormon
yang
mengendalikan
keseimbangan garam dalam darah yaitu hormon aldosteron, keseimbangan
gula yaitu hormon kortisol, dan perkembangan seksual yaitu hormon
androgen dan estrogen. Hormon ini memiliki 3 zona, perhatikan gambar
berikut ini :
40
a.) Zona glomerulosa, bagian terluar yang tipis, Penyerapan air dan transport
natrium oleh ginjal (hormonnya disebut dengan mineralokortikoid)
b.) Zona fasikulata, bagian tengah yang tebal, Metabolisme karbohidrat
(glukokortikoid)
c.) Zona retikularis, bagian dalam tipis, steroid seks dibuat disini (estrogen,
androgen, dan progesteron)
b. Medula adrenal
Medula adrenal adalah bagian dalam kelenjar adrenal, medula ini sebenarnya
dapat dilihat sebagai kelanjutan dari sistem saraf, karena terdiri dari ajringan
saraf yang dimodifikasi. Medula adrenal menghasilkan epinefrin (E) dan
norepinefrin (NE). Epinefrin meningkatkan detak jantung, memperlebar saluran
pernapasan, dan meningkatkan kadar glukosa dalam darah, memberikan energi
tambahan bagi otot dan organ vital. Norepinefrin, di sisi lain, berfungsi lebih
pada pengaturan tekanan darah dan meningkatkan aliran darah ke otot dengan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah di beberapa area. Bersama-sama,
kedua hormon ini membantu mengoptimalkan fungsi tubuh dalam situasi stres,
meningkatkan kewaspadaan, dan memperbaiki kinerja fisik.
41
Berikut adalah gambar dari kelenjar adrenal dari hewan vertebrata :
5. Kelenjar Pankreas
Pankreas adalah organ eksokrin dan sebuah kelenjar endokrin. Terletak
dibelakang lambung mamalia, keplaanya berdekatan denagn duodenum
usus halus. Bagian eksokrin mneghasilkan cairan pankreas yang merupakan
enzim pencernaan yang digunakan dalam sistem pencernaan untuk
memecah dan menyerap nutrisi. Sedangkan kelenjar endokrin, pada bagian
ini terdapat dipulau langerhans dan menghasilkan 2 hormon yang mengatur
kadar glukosa darah yaitu :
a. Insulin
Hormon ini berperan menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi
setelah makan. Ketika konsentrasi glukosa darah meningkat diatar kisaran
normal (normalnya 70-11- mg/dl), maka sel beta (β) dipulau pankreas
(pulau langerhans) mengeluarkan hormon peptida insulin. Insulin yang
mengalir melalui aliran darah memberi sinyal kepada sel target untuk
memasukkan transporter glukosa kedalam membran plasma mereka,
dengan cara ini mereka dapat menyerap kelebihan glukosa yang beredar
dalam darah. Jadi insulin mendorong pembuangan glukosa tambahan dari
darah sehingga dapat disimpan sebagai glikogen dihati dan otot rangka,
proses ini disebut dengan glikogenesis, yang artinya pembuatan glikogen.
Insulin juga mendorong banayk aktivitas anabolik lainnya seperti
lipogenesis, yang berarti pembuatan lemak. Jadi hormon insulin
merangsang penyimpanan adiposa (lemak) diadiposit (sel lemak) dan
merangsang sintesis protein di otot rangka. Baik sintesis protein maupun
42
lemak terjadi melalui jalur reseptor tirosin kinase pada jaringan ini.
Perhatikan contoh berikut adalah kinerja dari hormon insulin yang
mendeteksi adanya kenaikan glukosa darah setelah makan maknan khas
yang mengandung karbohidrat :
Proses menunjukkan peningkatan glukosa darah dideteksi oleh sel beta
dipulau pankreas dan kemudian sel beta akan melepaskan insulin kedalam
aliran darah. Insulin akan berikatan dengan sel reseptor pada membran
plasma yang banayk sel, kemudian akan mengaktifkannya untuk
memasukkan transporter GLUT 4 kedalam membran plasma tadi, kemudian
glukosa yang tinggi dalam darah akan bergerak menuruni gradien
konsentrasinya melalui difusi terfasilitasi kedalam sel, hal tersebutlah yang
menyebabkan penurunan akdar glukosa darah kemudian sel beta akan
berhenti melepaskan insulinnya. Jika insulin gagal di produksi oleh
pankreas maka akibatnya muncullah gangguan yang disebut dengan
diabetes melitus.
43
b. Glukagon
Hormon glukagon ini dihasilkan oleh sel alfa (α) yang ada pada pankreas
sebagai respons terhadap konsentrasi glukosa yang rendah dalam darah,
sehingga aksinya bersifat antagonis dari insulin. Glukagon biasanya
dikeluarkan diantara waktu makan untuk menjaga kestabilan konsentrasi
glukosa dalam darah. Glukagon menyebabkan hati menghidrolisis simpanan
glikogennya menjadi glukosa dan melepaskannya kedalam aliran darah,
sehingga meningkatkan kadar glukosa darah. Glukagon juga menyebabkan
lemak dan protein diubah menjadi glukosa, suatu proses yang disebut
glukonoegenesis. Perhatikan contoh berikut dalam kinerja hormon glukagon :
Ketika terjadi penurunan glukosa darah diantara waktu makan maka hal ini
akan dideteksi oleh sel alfa dipankreas dan akan memicu pelepasan glukagon
dalam aliran darah yang akan merangsang hepotosit hati untuk terlibat dalam
glikogenolisis dan glukoneogenesis yang akan menghasilkan glukosa bebas
yang dikirim kealiran darah. Proses glukoneogenesis adalah mekanisme
pembuatan glukosa dari lipid dan protein. Ketika peningkatan kadar glukosa
44
darah sudah terjadi dan cukup maka sel alfa pada pankreas akan berhenti
melepaskan glukagon.
Selain itu dalam pankreas ini juga terdapat sel delta yang bertugas untuk
melepaskan somatostatin yang berfungsi menghambat sekresi hormon pankreas
lainnya termasuk insulin dan glukagon. Hormon somatostatin ini berfungsi
memblokir sekresi insulin dan glukagon dari sel-sel yang berdekatan untuk
mengatur aliran nutrisi kedalam dan keluar dari sirkulasi. Berikut gambarnya :
Berikut adalah gambar dari pankreas hewan vertebrata :
Pembahasan selanjutnya yaitu kelenjar endokrin sekunder yang terdiri
dari :
1. Jantung
Jantung juga termasuk kelenjar endokrin sekunder kaena menghasilkan
hormon, yaitu hormon peptida natriuretik atrium (ANP) atau faktor (ANF) dan
peptida natriuretik otak (BNP). Hormon ANP diproduksi oleh sel-sel di atrium
jantung dan berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dengan menghambat
reabsorpsi natrium di ginjal, sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan air.
Hal ini membantu mengurangi volume darah dan menurunkan tekanan darah. Di
sisi lain, BNP diproduksi terutama oleh ventrikel jantung dan memiliki fungsi
yang mirip dengan ANP, tetapi lebih sering diukur dalam konteks gagal jantung.
45
BNP membantu mengatur tekanan darah dan volume cairan dengan cara yang
serupa, serta memberikan indikasi tentang kondisi jantung. Keduanya
berkontribusi pada mekanisme homeostasis tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan fungsi jantung yang optimal. Berikut ilustrasi gamabr dari hormon
ANP dan BNP dari jantung :
Gambar tersebut menggambarkan bahwa jika terjadi tekanan volume di
atrium maka jantung akan melepaskan ANP dari atrium dan BNP dari ventrikel
kedalam aliran darah dan akan menurunkan tekanan darah.
2. Kelenjar Timus
Timus merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh sekaligus kelenjar
endokrin. Kelenjar timus terletak dengan nyaman diatas aspek anterior jantung
tepat dibelakang tulang dada, kelenjar ini memiliki dua lobus yang menyatu
didepan trakea. Setiap lobus terbuat dari limfoid yang terdiri dari sel darah putih
dan lemak yang tersusun rapat. Fungsinya adalah untuk mengubah limfosit
menjadi sel T. Kemudian sel T akan diangkut keberbagai kelenjar dan jaringan
limfoid temoat sel tersebut akan berperan penting dalam melawan infeksi dan
penyakit serta melindungi dari pertumbuhan sel abnormal seperti kanker dan
ajringan asing apapun yang masuk kedalam tubuh. Berikut gambar letak kelenjar
timus :
46
3. Gonad
Gonad merupakan organ reproduksi utama pada manusia dan hewan
vertebrata, pada betina disebut dengan ovarium dan pada jantan disebut dengan
testis. Pada ovarium akan menghasilkan sel telur (oosit) dan pada testis akan
menghasilkan sperma. Dan gonad akan menghasilkan hormon seks, pada
ovarium akan menghasilkan estrogen dan progesteron sedangkan pada testis
akan menghasilkan testosteron. Berikut penjelasan secara lengkapnya :
a. Ovarium
Ovarium berbentuk oval mengapit kedua sisi rahim pada wanita dan
melepaskan sel telur atau ovum setiap bulan. Berikut adalah struktur ovarium
sebagai penghasil hormon :
a.) Folikel ovarium, diovairumlah sintesis akan terjadi dan mengeluarkan
hormon seks steroid wanita yang berperan penting dalam perkembangan
wanita. Folikel ini akan mneghasilkan tiga golongan utama hormon seks
wanita yaitu estrogen, progesteron, dan androgen.
b.) Setelah ovulasi, folikel ovarium menjadi korpus luteum. Korpus luteum lah
yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron setelah pertengahan
siklus ovarium. Produksi progesteron merupakan fungsi utama korpus
luteum. Peningkatan progesteron setelah ovulasi mengubah rahim menjadi
lingkungan yang sehat bagi janin untuk berkembang dan tumbuh. Tetapi jika
tidak ada ovulasi maka korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikans
ayng memberikan sinyal dimulainya menstruasi.
47
Perhatikan gambar berikut :
Gambar tersebut menggambarkan secara singkat pengaruh hormon seks
wanita pada tubuh wanita.
b. Testis
Testis terbungkus dalam skrotum, yang merupakan kantung yang berada
diluar rongga perut tubuh. Androgen adalah hormon seks pria dan androgen
utama adalah testosteron, ayng disekresikan oleh sel interstisial testis. Sel-sel ini
dulunya disebut sel leydig sehingga terkadang istilah sel interstisial leydig
digunakan, sejumlah kecil tetosteron juga di produksi oleh korteks adrenal.
Produksi testosteron dimulai selama perkembangan janin, berlanjut untuk
waktu yang singkat sete;ah kelahiran, hampir berhenti selama masa kanak-kanak,
dan kemudian berlanjut saat pubertas. Testosteron berfungsi pada tumbuhnya
rambut pada bagian tertentu pria, pertumbuhan rangka dan otot, dan pembesaran
laring yang menciptakan suara bernada rendah. Testosteron juga berfungsi
sebagai efek pada setiap sistem tubuh, termasuk sistem saraf, kardiovaskular, dan
endokrin.
Testosteron dihasilkan oleh sel-sel interstisial didalam testis, yaitu sel-sel
leydig yaitu sel yang ditemukan diantara tubulus seminiferus dan sel inilah yang
48
memproduksi testosteron dengan adanya luteinisasi hormon (LH), yang juga
disebut hormon perangsang sel interstisial (ICSH) yang dibuat dan dilepaskan
oleh kelenjar pituitari anterior, dan merupakan molekul yang sama persis dengan
hormon luteinisasi yang memainkan peran penting dalam mengatur siklus
ovarium dan memicu pelepasan sel telur saat ovulasi.
C. Pengertian Sistem Indera
Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi
indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari otak
ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya, sistem indera yang dikenal adalah
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba.
Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis ransangan tertentu.
Semua organisme memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi. Reseptor diberi
nama berdasarkan jenis ransangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor (penerima
ransang zat kimia), fotoreseptor (penerima ransang cahaya), audioreseptor (penerima
ransang suara) dan mekanoreseptor (penerima ransang fisik, seperti tekanan, sentuhan, dan
getaran). Selain itu dikenal pula beberapa reseptor yang berfungsi mengenali perubahan
lingkungan luar yang dikelompokkan sebagai eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor
yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor.
Interoreseptor terdapat diseluruh tubuh manusia.
D. Sistem Indra Pada Manusia
1. Indra Penglihatan (Mata)
Indera penglihatan manusia adalah mata. Kita dapat mengenal dan melihat suatu
benda yang kita lihat karena adanya kerjasama antara mata dan otak. Ransangan yang
terjadi dibagian mata akan diteruskan ke otak. Disini otak mengolah dan
menerjemahkan informasi yang diterima sehingga menghasilkan suatu perwujudan
penglihatan.
49
a. Struktur Anatomi Mata
Mata manusia berbentuk bulat lonjong, berdiameter 2,5cm. Bagian depan dari
mata dilindungi oleh membran tipis dan transparan yang disebut konjungtiva.
Membran ini berfungsi untuk melindungi kornea mata. Pada konjungtiva mengalir
air mata yang dihasilkan oleh kelenjar air mata. Cairan air mata berguna untuk
menjaga kelembapan mata. Pada cairan air mata terdapat enzim yang disebut lisozim,
yang dapat membunuh bakteri. Selain itu cairan air mata berguna untuk
membersihkan mata saat berkedip. Kelopak mata, alis mata, dan bulu mata berguna
untuk mencegah masuknya kotoran (debu) dari udara atau keringat dari kepala
(dahi). Mata tersusun atas tiga lapisan, yaitu sklera, koroid dan retina.
Sklera merupakan lapisan terluar mata yang berwarna putih. sebagian besar
sklera dibangun oleh jaringan fibrosa. Pada bagian sklera terdapat kornea, yaitu
bagian mata yang transparan dan tersusun dari serabut kolagen. Kornea dapat
dianggap sebagai jendela mata.
Koroid merupakan lapisan tengah yang tipis dan berwarna gelap. Lapisan ini
banyak mengandung pigmen dan pembuluh darah. Pada bagian depan koroid,
dibelakang kornea terdapat suatu struktur yang disebut iris. Iris berbentuk bulat dan
terdiri atas otot-otot sirkular berpigmen. Warna mata kita ditentukan oleh pigmen
pada iris. Iris berfungsi untuk mengatur ukuran pipil atau banyaknya cahaya yang
masuk ke mata.
Retina merupakan lapisan dalam dari mata yang mengandung fotoreseptor dan
sel-sel saraf yang sensitif terhadap cahaya. Retina mengandung dua macam
50
fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang sangat sensitif terhadap
cahaya, tetapi tidak bisa membedakan warna. Pada malam hari atau keadaan gelap,
sel tersebut hanya melihat warna cahaya hitam dan putih. Sel kerucut (konus) sensitif
terhadap cahaya, tetapi pada panjang gelombang yang berbeda. Pada tempat terang,
sel-sel ini mampu membedakan warna didalam retina, sel mengirim sebuah pesan
disepanjang saraf optik menuju otak. Otak kemudian memisah-misahkan semua
pesan dari masing-masing sel reseptor dan membangun sebuah bayangan.
b. Mekanisme Melihat
Dapat melihat suatu benda karena adanya pantulan cahaya dari benda tersebut
masuk ke mata. Secara garis besar, pantulan cahaya tersebut akan masuk ke mata
secara berurutan. Yaitu melalui kornea, aqueous humor, pupil, lensa, vitreous humor
dan akhirnya ditangkap oleh fotoreseptor di retina.
Pantulan cahaya yang masuk menembus kornea akan diteruskan melewati pupil.
Banyaknya cahaya yang masuk melewati pupil diatur oleh iris. Melalui pupil, cahaya
diteruskan menembus lensa mata. Pada lensa mata terjadi perubahan bentuk
sehingga dapat memfokuskan cahaya pada retina. Dalam hal ini lensa melakukan
perubahan bentuk dengan cara mencembungkan atau memipih.
Pada retina terbentuk bayangan nyata, terbalik dan lebih kecil daripada ukuran
objek aslinya. Saat fotoreseptor di retina menerima ransangan cahaya, impuls akan
diteruskan kedalam serat-serat saraf. Impuls-impuls ini dikirim disepanjang saraf
optik ke pusat penglihatan di otak depan (lobus oksipital), sehingga menghasilkan
suatu kesan yang sesuai aslinya, baik ukuran, warna maupun jarak dari objek.
Selanjutnya, pembalikan bayangan pada retina dilakukan didalam pusat optik di otak
sehingga membentuk kesan objek yang tidak terbalik.
c. Kelainan Atau Penyakit Pada Mata
Pada anak-anak, titik dekat mata bisa sangat pendek, kira-kira 9cm untuk anak
umur 11 tahun. Makin tua, jarak titik dekat makin panjang. Sekitar umur 40-50 tahun
terjadi perubahan yang menyolok, yaitu titik dekat mata sampai 50cm, oleh karena itu
memerlukan pertolongan kaca mata untuk membaca berupa kaca mata cembung
(positif). Cacat mata seperti ini disebut Presbiopi atau mata tua karena proses
penuaan. Hal ini disebabkan oleh elastisitas lensa berkurang. Penderita presbiopi
51
dapat dibantu dengan lensa rangkap. Mata jauh dapat terjadi pada anak-anak yang
disebabkan bola mata terlalu pendek sehingga bayang-bayang jatuh dibelakang retina.
Cacat mata pada anak-anak seperti ini disebut Hipermetropi.
Miopi atau mata dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh bola mata terlalu
panjang sehingga bayang-bayang dari benda yang jaraknya jauh akan jatuh didepan
retina. Pada mata dekat ini orang yang tidak dapat melihat benda yang jauh, mereka
hanya dapat melihat benda yang jaraknya dekat. Untuk cacat seperti ini orang dapat
ditolong dengan lensa cekung (negatif). Miopi biasanya terjadi pada anak-anak.
Astigmatisma merupakan kelainan yang disebabkan bola mata atau permukaan
lensa mata mempunyai kelengkungan yang tidak sama, sehingga fokusnya tidak sama,
akibatnya bayang-bayang jatuh tidak pada tempat yang sama. Untuk membantu orang
yang cacat seperti ini dibuat lensa silindris, yaitu yang mempunyai beberapa fokus.
Katarak adalah cacat mata yaitu buramnya dan berkurang elastisitasnya lensa
mata. Hal ini terjadi karena adanya pengapuran pada lensa. Pada orang yang terkena
katarak pandangan menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang.
Kelainan-kelainan mata yang lain diantaranya Imeralopi (rabun senja), yaitu
pada senja hari penderita menjadi rabun. Xeroftami yaitu kornea menjadi kering dan
bersisik. Keratomealasi yaitu kornea menjadi putih dan rusak.
2. Indra pendengaran (Telinga)
Indera pendengaran dan keseimbangan manusia adalah telinga. Telinga
mengandung reseptor yang sensitif terhadap getaran suara di udara. Telinga juga
mengandung reseptor yang sensitif terhadap getaran posisi dan gerakan kepala. Sel-sel
reseptor tersebut terdapat pada telinga dalam dan masing-masing terdiri atas sel-sel
rambut dengan sterosilia.
52
a. struktur telinga Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar dan telinga tengah mengandung udara
sedangkan telinga dalam berisi dua macam cairan, yaitu berupa perilimfa dan
endolimfa.
1. Telinga luar
Telinga luar merupakan sebuah tabung terbuka pada bagian samping kepala
dan masuk hingga mencapai gendang telinga. Bagian paling luar dari telinga luar
merupakan bentuk pemanjangan dari kulit dan tulang rawan yang disebut daun
telinga atau pinna. Pada manusia dan mamalia, daun telinga berguna untuk
meningkatkan konsentrasi dan mengarahkan getaran ke dalam telinga. Saluran
luar yang dekat lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus serta
cairan lilin yang berguna untuk mencegah kotoran masuk.
2. Telinga tengah
Telinga tengah dimulai dari gendang telinga (membran timpani), sampai ke
jendela oval. Jendela oval merupakan sebuah membran yang terdapat dibawah
53
tulang sanggurdi. Diantara membran timpani dan jendela oval terdapat tiga tilang
kecil, yaitu tulang martil (maleus), tulang landasan (inkus) dan tulang sanggurdi
(stapes). Dari tulang-tulang kecil ini getaran dari membran timpani diteruskan ke
telinga dalam melewati jendela oval. Telinga tengah dihubungkan dengan rongga
mulut oleh pembuluh eustachius.
3. Telinga Dalam
Rongga telinga dalam terdiri dari berbagai rongga yang menyerupai saluransaluran. Rongga-rongga ini disebut labirin tulang dan dilapisi dengan membran
sehingga disebut juga labirin membran. Labirin tulang terdiri dari tiga bagian,
yaitu vestibula, kokle (rumah siput), dan tiga saluran setengah lingkaran.
Rumah siput atau koklea merupakan suatu tabung yang panjangnya sekitar
3cm dan bergelung seperti cangkang siput serta berisi cairan limfa. Kokle tersebut
berbentuk saluran melingkar yang terdiri atas tiga ruangan, yaitu skala vestibuli,
skala media, dan skala timpani. Skala vestibuli dan skala timpani mengandung
cairan yang disebut perilimfe. Skala media juga mengandung cairan yang disebut
endolimfe. Skala vestibuli berhubungan dengan skala timpani melalui lubang
kecil yang disebut helikotrema. Skala vestibuli berakhir pada jendela oval
(foramen ovale). Sedangkan skala timpani berakhir pada jendela bundar. Antara
skala vestibuli dengan skala media terdapat membran Reissner, sedangkan antara
skala media dengan skala timpani terdapat membran basiler. Di dalam skala
media terdapat suatu tonjolan yang disebut membran terktorial yang sejajar
dengan membran basiler.
54
Di dalam skala media bagian dalam atau tengah terdapat organ korti. Organ
korti berisi ribuan sel rambut sensori yang merupakan reseptor getaran (reseptor
vibrasi). Sel-sel rambut tersebut terletak di antara membran basiler dan membran
tektorial. Dasar dari sel reseptor pendengar tersebut berhubungan dengan serabut
saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar.
4. Kelainan atau penyakit pada telinga
Gangguan pada telinga Radang telinga (Otitas media) yaitu penyakit yang
disebabkan oleh virus atau bakteri yang sering menyerang anak-anak. Labirintitis
merupakan gangguan pada labirin dalam telinga, penyakit ini disebabkan oleh
infeksi, gagar otak dan alergi. Tuli konduksi yaitu tuli yang disebabkan gangguan
penghantaran suara, disebabkan oleh penyumbatan saluran telinga, penebalan
atau pecahnya selaput gendang telinga, kekakuan hubungan stapes pada fenestra
ovali, pengapuran tulang-tulang pendengaran. Tuli saraf yaitu gangguan
pendengaran karena kerusakan saraf auditori dan saraf pendengaran.
3. Idra Pembau (Hidung)
a. Struktur hidung
Indera pembau dan indera pengecap merupaka suatu sistem kemoreseptor yang
sangat peka. Indera pembau dibangun oleh jaringan epitel olfaktori dan sel-sel
reseptor olfaktori. Sel olfaktori merupakan sel-sel saraf yang terdapat didalam lapisan
mukus atau lendir jaringan epitel rongga hidung bagian atas. Reseptor olfaktori
memiliki rambut-rambut olfaktori yang terbenam pada lapisan mukus. Rambutrambut olfaktori merupakan penonjolan dari dendrit, sedangkan ujung yang lainnya
merupakan akson membentuk sinapsis dengan sel saraf lain di dalam bulbus olfaktori
(otak). Pada rambut-rambut olfaktori terdapat protein reseptor bau.
55
Bau bahan kimia yang terhirup bersama udara (berupa gas) tidak langsung naik
ke bulbus olfaktori, melainkan berdifusi di dalam lapisan mukus dan berikatan dengan
reseptor pada dendrit. Selanjutnya sel-sel reseptor olfaktori teransang dan
menimbulkan impuls-impuls saraf yang kemudian dikirim oleh saraf olfaktori ke
pusat penciuman (otak). Di otak informasi bau diolah atau diterjemahkan sehingga
menimbulkan sensasi bau. Otak dapat mengingat aroma tertentu karena tabung
olfaktori berhubungan langsung dengan pusat emosi dan memori di otak. Misalnya,
saat mencium bau parfum tertentu kita akan ingat pada seseorang yang pernah
memakai parfum tersebut.
b. Kelainan Atau Penyakit Pada Hidung
Kelainan pada indera pembau anosmia adalah hilangnya atau berkurangnya
kemampuan untuk membau. Hipersomnia adalah pembau yang berkelebihan tetapi
56
kelainan ini jarang terjadi. Disosmia adalah berubahnya pembau yang menyebabkan
penderita merasa membau bau yang tidak enak.
4. indra pengecap (lidah)
a. Struktur lidah
Indera pengecap pada manusia terutama terdapat pada lidah. Selain itu indera
pengecap juga terdapat pada langit-langit yang lunak dan epiglotis. Indera pengecap
merupakan kemoreseptor yang mendeteksi bahan kimia yang masuk melalui makanan
dan minuman. Indera pengecap dibangun oleh suatu struktur yang disebut kuncup
pengecap (Taste buds). Pada lidah terdapat lebih kurang 10.000 kuncup pengecap
yang tersebar di permukaan atas dan sepanjang pinggir lidah. Kuncup pengecap
tertananm di bagian epitel lidah dan bergabung dengan tonjolan-tonjolan lidah yang
disebut papila.
Kuncup pengecap tersusun dari sel pendukung dan sel pengecap yang bentuknya
memanjang dan memiliki mikrovili. Pada mikrovili terdapat reseptor molekul protein
yang menyebabkan otak dapat mengenali lima pengecap dasar yaitu manis, asam,
pahit dan asin.
57
b. Kelainan atau penyakit pada lidah
Kelainan pada indera pengecapan ageusia merupakan berkurangnya atau
hilangnya pengecapan penyebabnya adalah berbagai keadaan yang mempengaruhi
lidah, misalnya kondisi mulut yang kering. Disgeusia merupakan berubahnya
pengecapan, penyebabnya bisa berupa luka bakar pada lidah.
5. Indera Peraba (Kulit)
a. Struktur Kulit
Indera peraba pada manusia adalah kulit. Kulit memiliki beberapa tipe reseptor
sensorik. Misalnya, berupa mekanoreseptor, nosiseptor dan termoreseptor. Oleh sebab
itu, kulit sangat sensitif terhadap sentuhan, panas, dingin, tekanan dan rasa sakit
(nyeri). Jika kulit di ransang, maka berbagai ransangan yang berbeda dapat muncul.
Perbedaan macam ransangan yang muncul di tentukan oleh reseptor-reseptor khusus
(indera) yang terdapat pada ujung-ujung saraf.
Pada umumnya, terdapat dua macam bentuk ujung saraf pada reseptor kulit yaitu
reseptor berujung saraf bebas dan reseptor dengan ujung saraf berselubung
58
kapsul/selaput. Reseptor berujung saraf bebas terdapat di seluruh jaringan tubuh dan
berfungsi untuk mendeteksi rasa sakit. Reseptor dengan ujung saraf berselubung atau
berselaput dapat berupa Korpuskel Meissner dan Diskus Merkel, berfungsi mendeteksi
rangsangan sentuhan lunak, Korpuskel Pacini mendeteksi rangsangan tekanan,
Korpuskel Ruffini mendeteksi rangsangan panas dan Korpuskel Krause mendeteksi
rangsangan dingin.
Semua reseptor khusus tidak terdistribusi secara merata pada kulit. Wilayahwilayah kulit tertentu dapat saja jauh lebih peka dibandingkan wilayah-wilayah kulit
lainnya terhadap suatu rangsangan. Misalnya, ujung jari dan bibir sangat peka
terhadap sentuhan, jauh lebih peka dibandingkan punggung tangan.
b. Kelaina Atau Penyakit Pada Kulit
Kelainan pada kulit yaitu Jerawat, terjadi karena pori-pori kulit tersumbat
sehingga menimbulkan kantung nanah (Neutrofil mati) yang meradang. Paru/Kurap
(Pitriyasis versikolor) yaitu salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.
Kutu air adalah penyakit kulit akibat terinfeksi krustasea kecil (zooplankton)
penghuni air. Bisul (abses) yaitu pembengkakan pada jaringan kulit berisi nanah
(Neutrofil mati) yang disebabkan oleh infeksi.(Maulidasari, Muamar, and Nur 2020)
E. Sistem Indera Pada Vetebrata
Veterbrata memiliki sistem indera yang lebih berkembang dari hewan invetebrata.
Berikut ini penjelasan indera pada ikan, katak, burung dan mamalia.
1. Indera pada Ikan
Indra ikan yang berkembang dengan baik adalah indra penglihat, pencium, dan
pendengar. Indra penglihat ikan terletak di kedua sisi kepalanya. Bola mata ikan tidak
dilindungi oleh kelopak, tetapi dilindungi oleh selaput tipis yang tembus cahaya. Ikan
dapat melihat dengan jelas di dalam air karena baik air maupun kornea ikan
membiaskan cahaya pada sudut yang sama. Sel-sel saraf penglihat pada ikan terdiri
59
atas sel-sel batang dan sel-sel kerucut. Sel- sel batang menyebabkan ikan dapat
melihat dengan jelas di tempat yang kurang menerima cahaya. Ikan juga dapat melihat
warna walaupun hanya sampai tahap tertentu. Ikan mudah melihat warna merah dan
kuning, tetapi lebih sulit membedakan warna hijau, biru, dan hitam.
Mata ikan dapat berakomodasi dengan cara mengubah kedudukan lensa mata ke
belakang (mundur) dan ke depan (maju). Gerakan itu dilakukan oleh otot kecil yang
disebut retraktor lentis. Ketika melihat benda dekat, otot retraktor lentis berelaksasi
(mengendur) sehingga lensa bergerak ke depan. Sebaliknya, ketika melihat benda
jauh, retraktor lentis berkontraksi (mengerut) sehingga lensa tertarik ke belakang.
Indra pencium ikan juga berkembang dengan baik. Indra pencium tersebut terletak di
ruang kecil tepat di depan mata.
Ikan menggunakan indra tersebut untuk mencari makanan, menghindari musuh,
dan menemukan pasangan untuk kawin. Indra pendengar ikan mirip dengan telinga
dalam manusia dan tidak terlihat dari luar karena terletak di dalam tengkorak. Telinga
ikan membantu mendeteksi bunyi, menjaga keseimbangan tubuh ikan, serta
membantu ikan merasakan perubahan kecepatan dan arah sewaktu berenang.
Ikan mempunyai indra tambahan yang disebut gurat sisi. Gurat sisi juga disebut
indra keenam. Fungsi gurat sisi adalah untuk mengetahui tekanan air. Selain itu, alat
ini dapat mendeteksi gangguan sekecil apa pun dilingkungannya. Gurat sisi secara
tepat dapat menentukan arah gangguan itu dan memberi peringatan kalau ikan hampir
60
menabrak karang atau benda lain.Ketika baru dilempar ke dalam air akan
menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan. Perubahan tersebut terdeteksi oleh
gurat sisi ikan yang terdapat disamping kanan dan kiri tubuh ikan. Ikan menganggap
isyarat perubahan itu sebagai tanda bahaya.
2. Indera pada Amfibi
Pada amfibi, misalnya katak, indra yang berkembang dengan cukup baik ialah
indra penglihat dan pendengar. Mata katak berbentuk bulat serta dilindungi oleh
kelopak mata atas dan bawah. Bagian sebelah dalam mata terdapat membran niktitans,
yaitu suatu selaput tipis yang tembus cahaya.
Membran niktitans berfungsi untuk menjaga agar komea mata tetap lembap
ketika berada di darat dan menghindari gesekan ketika katak menyelam dalam air. Hal
itu merupakan bentuk penyesuaian sifat katak sebagai hewan amfibi. Lensa mata
katak tidak dapat berakomodasi. Oleh karena itu, katak hanya dapat melihat benda
dengan jarak tertentu saja. Indra pendengar katak adalah teliñga yang terdiri atas
telinga luar dan telinga dalam. Telinga luar berupa sepasang selaput pendengar di
sebelah kanan dan kiri kepala. Selaput pendengar berbentuk segitiga yang melebar di
bagian luarnya.
Apabila terkena getaran atau bunyi, selaput pendengar akan bergetar. Getaran
dan selaput pendengar diteruskan oleh tulang pendengar ketingkap jorong.
Selanjutnya, getaran dari tingkap jorong akan diteruskan oleh cairan limfa ke saraf
pendengar. Akhirnya, getaran oleh saraf pendengar diteruskan ke otak dalam bentuk
impuls saraf.
3. Indera pada Reptilia
61
Indra pada reptilia yang berkembang dengan baik adalah indra pencium. Kadal,
komodo, dan ular memiliki indra pencium yang disebut organ Jacobson. Organ
Jacobson ditemukan pertama kali pada abad ke-19 oleh seorang ilmuwan Denmark
yang bernama L.L. Jacobson. Indra tersebut terletak di langit-langit rongga mulut.
Kadal, ular, dan komodo sering menjulurkan lidahnya untuk mencium bau mangsa
dengan cara mengambil bau yang telah ditinggalkan mangsanya di udara dan di tanah.
Lidah itu kemudian ditarik dan ditempelkan pada organ Jacobson untuk
menyampaikan bau. Sebagai pemakan bangkai, kornodo memiliki indra pencium yang
sangat tajam. Hewan ini dapat mencium darah segar dari jarak empat kilometer.
Namun, indra reptilia yang lain belum berkembang dengan baik. Beberapajenis ular,
misalnya ular derik, memiliki indra yang peka terhadap rangsang panas. Indra itu
begitu peka sehingga dapat membedakan dua benda dengan suhu yang hanya berbeda
sepersepuluh ribü derajat celsius. Dengan indra tersebut, ular dapat berburu mangsa
pada waktu gelap.
4. Indera pada Burung
Indra penglihat dan indra keseimbangan burung berkembang dengan baik.
Kedua macam indra tersebut memungkinkan burung dapat terbang lurus, menukik,
atau membelok dengan cepat. Indra keseimbangan burung terletak di dalam rongga
telinga dan berhubungan dengan otak kecil.
62
(Letak mata pada burung)
Otak kecil burung berukuran besar karena berkembang dengan baik sebagai
pusat keseimbangan tubuh burung pada saat terbang. Sebagian besar burung memiliki
indra penglihat yang sangat membantu burung untuk mendapatkan makanan, untuk
menemukan musuh, maupun untuk terbang. Mata burung mampu berakomodasi
dengan cara mengubah bentuk lensa matanya. Pada saat burung melihat benda yang
jauh, lensa mata burung akan memipih. Sebaliknya, pada saat burung melihat benda
yang dekat, lensa mata burung akan mencembung.
(Burung Kiwi)
Pada umumnya mata burung terletak di sisi kin dan kanan kepalanya agar dapat
melihat keadaan di sekelilingnya tanpa harus memutar kepala. Beberapa jenis burung
pemangsa, misalnya burung hantu, memiliki mata yang menghadap ke depan.
Pandangan binokuler ini memungkinkan burung hantu untuk melihat benda-benda
yang dekat dan jauh sehingga mampu memperkirakan jarak suatu benda. Hal itu
penting bagi burung-burung pemangsa untuk rnengintai dan menangkap mangsa.
Aktivitas burung hantu banyak dilakukan di malam hari.
Oleh karena itu, retina matanya lebih banyak mengandung sel-sel batang
dibanding retina mata burung lain. Sel-sel batang tersebut peka atau sensitif terhadap
cahaya redup. Burung yang banyak beraktivitas pada siang hari. memiliki retina mata
63
yang lebih banyak mengandung sel-sel kerucut. Sel kerucut tersebut peka terhadap
cahaya yang kuat. Pada retina burung juga terdapat pektin yang merupakan kelanjutan
dari saraf mata ke bola mata. membentuk lipatan, dan di dalamnya terkandung banyak
pigmen. Fungsi pektin tersebut belum diketahui secara pasti, diduga berhubungan
dengan indra penentu arah. Pektin pada burung yang biasa terbang tinggi. misalnya
merpati, berkembang dengan baik.Pada umumnya burung lebih mengandalkan indra
penglihat untuk mencari makan karena indra pencium tidak berkembang dengan baik.
Akan tetapi, burung kiwi merupakan pengecualian. Indra penglihat burung kiwi
kurang berkembang dengan baik, tetapi indra pencium yang berupa lubang hidung di
ujung paruhnya berkembang dengan baik dan digunakan untuk mencium bau
makanan yang terdapat di dalam tanah.
5. Indera pada Mamalia
Pada umumnya semua jenis indera yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki
oleh mamalia. Mamalia memiliki lima macam alat indera. Masing-masing alat indra
tersebut juga berkembang dan berfungsi dengan baik. Beberapa jenis mamalia, bahkan
memiliki alat indra dengan kepekaan yang sangat kuat terhadap rangsangan
terteKucing memiliki tiga macam indra istimeewa, yaitu indra penglihat, pendengar,
dan peraba. Mata kucing dapat melihat dengan baik meskipun pencahayaan di
lingkungan redup atau agak gelap pada malam hari. Dalam keadaan demikian, sinar
matanya berwarna kehijauan. Warna hijau itu berasal dari pantulan suatu lapisan di
bagian belakang matanya. Pendengaran kucing sangat tajam karena daun telinganya
mampu menangkap getaran bunyi sebanyak-banyaknya. Kucing juga memiliki kumis
yang panjang dan kaku sebagai indra peraba yang sangat peka.
Anjing memiliki indra pencium dan pendengar yang sangat baik. Daya
penciumannya yang tajam membuat anjing mampu mengikuti bau mangsanya sampai
beberapa kilometer. Anjing pelacak dapat menemukan persembunyian seorang
penjahat dengan mencium jejaknya. Telinga anjing juga dapat digerakkan dan
ditegakkan sehiñgga mampu menangkap getaran bunyi dengan sangat baik.
Indra pendengar kelelawar sangat baik, namun indra penglihatnya kurang
berkembang. Ketika terbang di malam han, kelelawar mengeluarkan bunyi
berfrekuensi lebih tinggi daripada 20.000 getaran tiap detik (ultrasonik) yang tidak
dapat didengar oleh manusia. Gelombang bunyi yang dikeluarkan akan mengenai
mangsa atau rintangan di sekitamya dan dipantulkan kembali kepadanya. Pantulan
gelombang bunyi tersebut diterima telinga kelelawar yang berukuran besar kemudian
64
disampaikan ke pusat pendengaran di otak. Melalui cara inilah kelelawar mengetahui
keberadaan mangsa atau rintangan di sekitamya. Prinsip semacam ini juga dipakai
oleh manusia dalam membuat radar.
Apabila dibagi kedalam kelompok alat indera, maka dapat kita bagi kedalam
tiga grup kelompok, yakni:
1. Kemoreseptor
Kemoreseptor Yaitu alat indera yang merespon terhadap rangsangan zat
kimia yaitu indera pembau (hidung) dan indera pengecap (lidah). Penciuman,
penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau. Perasaan ini
dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga hidung vertebrata, dan dengan
analogi, sel sensor pada antena invertebrata. Untuk hewan penghirup udara, sistem
olfaktori mendeteksi zat kimia asiri atau, pada kasus sistem olfaktori aksesori, fase
cair. Pada organisme yang hidup di air, seperti ikan atau krustasea, zat kimia
terkandung pada medium air di sekitarnya. Penciuman, seperti halnya pengecapan,
adalah suatu bentuk kemosensor. Zat kimia yang mengaktifkan sistem olfaktori,
biasanya dalam konsentrasi yang sangat kecil, disebut dengan bau.
2. Mekanoreseptor
Mekanoresptor Yaitu alata indera yang merespon terhadap rangsangan gaya
berat, tegangan suara dan tekanan yakni indera peraba (kulit) dan indera
pendengaran (telinga). Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara.
Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh
sistem pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Tidak semua
suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat mengenali
amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai
20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggi terus menerus,
sistem pendengaran dapat menjadi rusak.
3. Photoreseptor/Fotoreseptor
Photoreseptor Yaitu alat indera yang merespon terhadap rangsangan cahaya
seperti indera penglihatan atau mata. Penglihatan adalah kemampuan untuk
mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang
digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya
tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya,
misalnya pendengaran untuk kelelawar.
65
F. Sitem Indera pada Hewan Invertebrata
Sistem indera invetebrata masih sangat sederhana. Berikut inio dijelaskan sistem
indera protozoa. Coulenterata, Molusca, cacing pipih, cacing tanah dan serangga.
1. Sistem Indera pada Hewan bersel Satu (Protozoa)
Pada umumnya tidak memiliki indera, tetapi peka terhadap rangsangan cahaya.
Bila ada cahaya kuat, amoeba dan paramaecium akan menjauh. Englena hanya
memiliki alat menerima rangsang cahaya berupa bintik mata berwarna merah didekat
eflagelnya. Bila ada cahaya tersebut.
2. Sistem Indera pada Porifera
Tubuh porifera belum membentuk jaringan atau organ. Maka dari itu, pada
Phylum porifera belum memiliki sistem indera. Karena struktur tubuhnya masih
primitif.
3. Sitem Indera pada Coelenterata
Hewan berongga seperti ubur-ubur memiliki sel-sel pigmen dan sel sensori yang
peka terhadap cahaya serta sejumlah tentakel sebagai alat peraba. Obelia Terdapat selsel sensorik yang tersebar dipermukaan tubuh terutama pada daerah tentakel pada
obelia peka terhadap rangsang sentuhan dan medusanya terdapat indra penglihat yaitu
berupa bintik mata.
66
4. Sitem Indera pada Platyhelminthes
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu
bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut
biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). Seluruh cacing
pipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya. Beberapa
spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pegatur
keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai).
5. Sistem Indera pada Nemathelminthes
Alat indera yang utama pada Nemathelminthes adalah papilla, bristle atau
amphid. Labial papillam dan cephalic papilla adalah penonjolan cuticula yang berisi
benang syaraf (nerve fiber) dari syaraf papilla. Sensory bristle biasanya terdapat
dimana – mana pada permukaan tubuh. Amphid ialah invaginasi dari kutikula yang
buntu. Diduga fungsi amphid sebagai chemoreceptor. Beberapa jenis mempunyai
mata yang terletak pada sisi pharynx termasuk bentuk pigment-cup dan lensa berasal
dari kutikula.
67
6. Sitem Indera pada Annelida
Salah satu kelas dari Annelida adalah Polychaeta. Alat indera pada Polychaeta
ialah mata, nuchal organ dan statocyst. Hanya cacing jenis errant yang mempunyai
mata (kecuali Sabellidae). Tetapi ada kalanya jenis errant juga tidak mempunyai mata.
Letak mata pada permukaan prostomium dan berjumlah 2 – 4 pasang. Ada yang
sederhana dan ada yang sudah berkembang dengan baik. Pada umunya ialah bentuk
retinal cup. Fungsi mata hanya sebagai pengenal cahaya. Kebanyakan Polychaeta
phototropic negatif. Selain lapisan sel syaraf yang sensitive terhadap cahaya (retina)
terdapat sebuah lensa. Nuchal organ terdiri atas sepasang ciliated sensory pit yang
terletak di daerah kepala. Berfungsi sebagai chemoreseptor yang berguna untuk
mengetahui adanya makanan. Apabila nuchal organ dirusak maka cacing tersebut
tidak makan.
7. Sintem Indra pada Hewan Lunak (Mollusca)
Bekicot mempunyai dua pasang antena. Pada sepasang antenna yang panjang,
diujungnya terdapat mata sebagai indra penglihatan, sedangkan sepasang antena yang
pendek berfungsi sebagai indera peraba. Gurita yang merupakan anggota dari
moluska, termasuk dalam kelas Chepalopoda. Gurita memiliki penglihatan yang baik.
Pupil gurita berbentuk seperti lubang celengan sehingga dikuatirkan menderita
68
kelainan refraksi berupa astigmat, tapi ternyata tidak jadi masalah bagi gurita yang
berburu dengan penerangan yang kurang. Mata gurita "bisa" membedakan polarisasi
cahaya tapi sepertinya buta warna. Dua organ khusus yang disebut statocyst yang
terhubung dengan otak berfungsi sebagai alat pendeteksi posisi horizontal. Orientasi
mata gurita dijaga oleh gerak otonomik (refleks) sehingga bukaan pupil selalu
horizontal.
Gurita memiliki indera perasa yang luar biasa tajam. Alat hisap pada lengan
gurita dilengkap dengan kemoreseptor sehingga gurita bisa merasakan benda yang
disentuh. Lengan-lengan gurita memiliki sensor tekanan untuk mendeteksi lengan
mana saja yang sedang dijulurkan, tapi memiliki kemampuan proprioseptif (perasaan
posisi dan pergerakan badan) yang sangat rendah. Sensor tekanan tidak cukup
memberi informasi ke otak perihal posisi badan dan lengan gurita. Sebagai akibatnya,
gurita tidak memiliki kemampuan mengenal benda secara tiga dimensi (stereognosis)
dari benda yang disentuhnya. Gurita bisa merasakan variasi tekstur pada benda yang
disentuh tapi tidak bisa memadukan informasi untuk menerka bentuk benda yang
sedang disentuh.
8. Sistem Indera pada Arthropoda
Insecta (serangga) merupakan salah satu anggota dari Arthropoda. Alat indera
yang penting pada serangga antara lain adalah mata majemuk dan mata sederhana
(compound & simple eyes), chemoreceptor sebagai alat pencium pada antenna dan
alat perasa pada mulut, serta berbagai bulu – bulu tactile; beberapa jenis dilengkapi
alat penghasil dan peberima bunyi.
Serangga memiliki 4 macam alat indera yang berfungsi secara baik yaitu indera
penglihatan, indera pembau, indera peraba dan indera penangkap getaran suara. Indera
penangkap suara disamakan dengan indera peraba dan pembau karena menggunakan
alat yang sama. Indera penglihatan pada serangga ada dua yaitu mata tunggal dan mata
majemuk. Ada juga serangga yang mempunyai keduanya. Mata tunggal (ocelli)
merupakan unit tunggal dari mata majemuk.
69
Mata majemuk terdiri dari ribuan mata kecil yang disebut ommatida. Tiap
ommatida bediri sendiri tanpa mempredulikan ommatida yang lainnya. Ada 2 macam
mata majemuk yaitu :
1) Mata majemuk aposisi adalah mata majemuk yang menyampaikan apapun yang
dia lihat ke otak.
2) Mata majemuk superposisi adalah mata majemuk yang menghasilkan satu
bayangan penuh pada retina, seperti mata manusia.
Pada serangga, indera peraba dan pembau adalah sungut dan antena. Pada
ujung antenna terdaapt alat penangkap getaran suara. Antena pada serangga terletak
pada salah satu ruas kepala di atas mulut dan dapat digerak – gerakkan. Ruas pertama
antena yang disebut skapus melekat pada kepala. Ruas keduanya diseebut pedisel dan
ruas – ruas berikutnya secara keseluruhan disebut flagellum.
9. Sitem Indera pada Echinodermata
Echinodermata hanya memiliki alat indra khusus berupa system indera taktil
dan kemoreseptor.(Lestari 2020)
70
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Salah satu ilmu biologi tentang diri kita yang harus kita ketahui yaitu sistem
koordinasi atau sistem pengaturan tubuh makhluk hidup. Sistem koordinasi merupakan
suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi.
Sistem koordinasi bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian
meneruskannya untuk menanggapi rangsangan. Di dalam tubuh manusia dan hewan
terdapat tiga perangkat pengatur kegiatan tubuh yaitu sistem koordinasi yang terdiri dari
saraf, endokrin (hormon), dan pengindraan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penyajian materi dan untuk hal
tersebut dapat diberikan saran untuk pembaca agar dapat memperluas kembali pemahaman
materi sistem endokrin dengan sumber-sumber pendukung yang lainnya.
71
DAFTAR ISI
Hartenstein, Volker. 2018. Development of the Nervous System of Invertebrates. Vol. 1.
Kusuma, Nur Risnawati. 2020. “Sistem Koordinasi Biologi Kelas XI.” Modul Pembelajan
SMA BIOLOGI 1–37.
Lestari, M. D. 2020. “Sistem Indera Reptil.” 1–6.
Lestari, Mayang Indah, and Andi M.Takdir Musba. 2021. “Anatomi Sistem Saraf.” Anatomi
Lecture 1–17.
Maulidasari, M.Rezeki Muamar, and Faizah M. Nur. 2020. “Alat Indra Pada Manusia.” Modul
1–26.
72
Download