MAKALAH SISTEM KOORDINASI Mata Kuliah : Struktur dan Perkembangan Kode Mata Kuliah : IPA820117 Jumlah SKS : 2(2-0) SKS Dosen Pengampu : Dr. Tri Jalmo, M.Si Dr. Dewi Lengkana, M.Sc Dr. Neni Hasnunidah, M.Si Disusun Oleh: 1. Khotimatun Nisak (2423025003) 2. Gelar Rista (2423025009) PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2024 PRAKATA Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Sistem Koordinasi." Makalah ini disusun sebagai upaya untuk memahami dan mendalami peran penting sistem koordinasi dalam kehidupan organisme, khususnya manusia. Sistem koordinasi, yang terdiri dari sistem saraf dan sistem endokrin, merupakan jaringan kompleks yang memungkinkan tubuh untuk beradaptasi dan merespons berbagai rangsangan dari lingkungan. Dalam makalah ini, kami berusaha menjelaskan struktur, fungsi, dan interaksi antara kedua sistem tersebut, serta bagaimana mereka berkontribusi dalam menjaga homeostasis dan kesehatan tubuh. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan sempurna tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada guru dan temanteman yang telah memberikan masukan, saran, dan dorongan selama proses penulisan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan lebih dalam mengenai sistem koordinasi kepada pembaca. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat menjadi kontribusi yang positif dalam memahami kompleksitas kehidupan dan mekanisme yang mendasarinya. Lampung, 10 Oktober 2024 Penulis ii DAFTAR ISI MAKALAH ................................................................................................................................ i PRAKATA.................................................................................................................................ii DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii BAB I ......................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3 C. Tujuan ............................................................................................................................. 3 BAB II........................................................................................................................................ 4 PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4 A. Sistem Saraf .................................................................................................................... 4 1. Sistem saraf pusat ........................................................................................................ 4 2. Sistem Saraf Tepi ...................................................................................................... 12 B. Sistem Endokrin ............................................................................................................ 28 C. Pengertian Sistem Indera .............................................................................................. 49 D. Sistem Indra Pada Manusia ........................................................................................... 49 E. Sistem Indera Pada Vetebrata ....................................................................................... 59 F. Sitem Indera pada Hewan Invertebrata ......................................................................... 66 BAB III .................................................................................................................................... 71 PENUTUP................................................................................................................................ 71 A. Simpulan ....................................................................................................................... 71 B. Saran ............................................................................................................................. 71 DAFTAR ISI............................................................................................................................ 72 iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan ilmu pengetahuan alam yang berguna agar kita mengetahui tentang diri kita dan bumi yang kita huni. Salah satu ilmu biologi tentang diri kita yang harus kita ketahui yaitu sistem koordinasi atau sistem pengaturan tubuh makhluk hidup. Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan. Di dalam tubuh manusia terdapat tiga perangkat pengatur kegiatan tubuh yaitu sistem koordinasi yang terdiri dari saraf, endokrin (hormon), dan pengindraan. Sistem saraf adalah sebuah sistem organ yang mengandung jaringan sel-sel khusus yang disebut neuron yang mengkoordinasikan tindakan binatang dan mengirimkan sinyal antara berbagai bagian tubuhnya. Pada kebanyakan hewan sistem saraf terdiri dari dua bagian, pusat dan perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer terdiri dari neuron sensorik, kelompok neuron yang disebut ganglia, dan saraf menghubungkan mereka satu sama lain dan sistem saraf pusat. Daerah ini semua saling berhubungan melalui jalur saraf yang kompleks. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Materi sistem endokrin mencakup pentingnya hormon dalam mengatur berbagai fungsi fisiologis dalam tubuh manusia. Sistem endokrin, yang terdiri dari kelenjar-kelenjar yang menghasilkan hormon, berperan krusial dalam mengkoordinasikan aktivitas tubuh yang kompleks, mulai dari pertumbuhan dan perkembangan hingga metabolisme dan respons terhadap stres. Hormon berfungsi sebagai pembawa pesan kimia yang memengaruhi hampir semua sel, jaringan, dan organ dalam tubuh. Interaksi antara sistem endokrin dan sistem saraf 1 juga menunjukkan bagaimana tubuh merespons rangsangan eksternal dan internal, menjaga keseimbangan yang diperlukan untuk kesehatan. Pentingnya pemahaman sistem endokrin semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kasus gangguan hormonal dan masalah kesehatan yang berkaitan, seperti diabetes, gangguan tiroid, dan sindrom metabolik. Dengan demikian, mempelajari sistem endokrin tidak hanya memberikan wawasan tentang fungsi tubuh, tetapi juga tentang penanganan dan pencegahan penyakit yang berkaitan dengan ketidakseimbangan hormonal. Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Semua organisme memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi. Reseptor diberi nama berdasarkan jenis ransangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor (penerima ransang zat kimia), fotoreseptor (penerima ransang cahaya), audioreseptor (penerima ransang suara) dan mekanoreseptor (penerima ransang fisik, seperti tekanan, sentuhan, dan getaran). Selain itu dikenal pula beberapa reseptor yang berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar yang dikelompokkan sebagai eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor. Interoreseptor terdapat diseluruh tubuh manusia. Eksoreseptor yang kita kenal ada lima macam, yaitu indra penglihatan (mata), indra pendengaran (telinga), indra pembau (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit). Tiap- tiap organisme makhluk hidup mempunyai sistem koordinasi yang disebut koordinasi indra untuk melakukan aktivitas sehari- hari baik itu pada hewan vetebrata ataupun pada hewan in vetebrata. Hewan- hewan ini memiliki suatu alat indra. Misalnya untuk meliha. Hewan vetebrata atau hewan bertulang belakang memiliki indra penglihat atau mata, indra pencium (hidung), indra peraba (kulit) dan indra pendengar (telinga). Akan tetapi tidak semua makhluk hidup menggunakan semua alat indranya untuk melakukan aktifitasnya. Contohnya pada hewan invetebratanya seperti protozoa hewan ini tidak memiliki indra, akan tetapi peka terhadap rangsangan, Coloenterata menggunakan Tentakel sebagai alat peraba, pada cacing tanah memiliki indra yang berada dipermukaan tubuhnya dan peka terhadap rangsangan. Hewan ini hanya mampu membedakan antara gelap dan terang saja. Pada hewan vetebrata mereka memiliki sistem koodinasi atau alat indera yang sempurna. Hewan- hewan ini menggunakan mata untuk melihat, hidung yang berfungsi sebagai indra pencium, tangan atau kulit sebagai indra peraba dan telinga yang berfungsi sebagai indra pendengar. Begitu juga pada manusia. Kita memiliki hidung, mata kulit atau 2 tangan dan telinga untuk menjalankan fungsinya masing- masing sesuai dengan kegunaannya. Sebagai makhluk hidup, kita harus mengetahui tentang hal itu. Dan pada kenyataannya masih banyak yang belum mengetahui tentang sistem koordinasi. Sehingga dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kajian ilmu mengenai sistem koordinasi. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu sistem saraf? 2. Bagaimana sistem saraf pada manusia dan hewan? 3. Apa yang dimaksud dengan sistem endokrin? 4. Bagaimana struktur organ yang ada dalam sistem endokrin? 5. Bagaimana kinerja struktur organ dalam sistem endokrin? 6. Apa saja gangguan dalam sistem endokrin? 7. Apa itu alat indera? 8. Bagaimana sistem indera pada manusia? 9. Bagaimana sistem indera pada hewan vertebrata? 10. Bagaimana sistem indera pada hewan invertebrata? 11. Apa saja kelaianan pada sistem indra pada invertebrata, vertebrata dan manusia? C. Tujuan 1. Untuk menjelaskan sistem saraf 2. Untuk mengetahui sistem saraf pada manusia dan hewan 3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem endokrin. 4. Untuk mengetahui bagaimana struktur organ yang ada dalam sistem endokrin. 5. Untuk mengetahui bagaimana kinerja struktur organ dalam sistem endokrin. 6. Untuk mengetahui apa saja gangguan dalam sistem endokrin. 7. Untuk menjelaskan alat indera 8. Untuk mengetahui sistem indera pada manusia 9. Untuk mengetahui sistem indera pada hewan vertebrata 10. Untuk mengetahui sistem indera pada hewan invertebrata 11. Untuk mengetahui kelaianan pada sistem indra 3 BAB II PEMBAHASAN A. Sistem Saraf Sistem saraf adalah jaringan kompleks yang berfungsi mengatur dan mengoordinasikan aktivitas tubuh, sel dasar sistem saraf yaitu neuron yang tersusun dari : Dendrit– menerima rangsangan dan meneruskan impulsnya menuju badan sel Sel Tubuhdengan nukleus – nukleus & sebagian besar sitoplasma Akson– serat yang membawa impuls dari badan sel Sel Schwann- sel yang menghasilkan mielin atau lapisan lemak di Sistem Saraf Perifer Selubung mielin– lapisan lipid padat yang melindungi akson – membuat akson tampak abu-abu Nodus Ranvier– celah atau nodus pada selubung mielin Impuls perjalanandari dendrit ke badan sel ke akson Sistem saraf terdiri dari dua bagian utama, yaitu sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf perifer (SSP).sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan tulang belakang. Berikut penjelasan dari struktur penyusun sistem saraf pusat : 1. Sistem saraf pusat a. Otak 4 Otak terbentuk secara embriologis dari neural tube depan, ada tiga region atau daerah otak yaitu otak depan (forebrain), otak tengah (midbrain), dan otak belakang (hindbrain). Kemudian otak terdiri dari batang otak (brain stem) yang berada dibagian otak tengah dan otak belakang. Berikut bagian-bagian otak : a.) Otak depan Otak depan terdiri dari beberapa bagian yaitu : 1.) Diencephalon Bagian ini terdiri dari empat region yaitu epithalamus, hypothalamus, ventral thalamus, dan dorsal thalamus. Bagian atas diencephalon atau epithalamus terdiri dari kelenjar pineal dan inti habenular. Kelenjar pineal dapat mempengaruhi pigmentasi kulit dengan bertindak pada melanosit. Kelenjar pineal juga berperan penting dalam pengaturan ritme biologis. Fungsi inti habenular masi belum ditemukan. Pada bagian ini terdapat hipothalamus yang berperan dalam mengendalikan keseimbangan homeostasis tubuh, hipothalamus juga berperan merangsang kelenjar pituitary untuk mengeluarkan hormonnya. Thalamus berperan mengatur sensorik aferen dari seluruh bagian tubuh. 2.) Telencephalon (cerebrum) Terdiri dari sepasang hemisfer dan bulbus olfaktori, bagian luar dinding hemisfer membentuk korteks cerebral, dan bulbul olfaktori berperan dalam penerimaan informasi auditori. Pada mamalia setiap hemisfer ditandai oleh lipatan tebal yang disebut dengan gyrus. Gyrus terpisah oleh suatu alur yang dangkal yang disebut dengan sulcus. Bagian tengah dari alur yang paling dalam atau fissura longitudinal yang memisahkan hemisfer kanan dan kiri. Pada bagian bawah fissura terdapat suatu kumpulan serabut saraf tebal yang menghubungkan kedua hemisfer yang disebut dengan corpus callosum. b.) Otak tengah Bagian ujung otak tengah disebut dengan tecnum (sebagai penerima informasi sensorik). Secara detail bagian ujung otak tengah terbagi menjadi optic tectum (menerima informai visual) dan torus semicularis (menerima informasi auditori dan garis samping/linea lateralis). Pada mamalia, optic tectum terspesialisasi menjadi colluculi superior dan inferior. Bagian dasar otak tengah disebut dengan tegmentum (yang mengawali proses motorik) biasanyanya melalui saraf troklear (IV) dan oculomotor (II). Pada ikan dan amphibia otak tengahnya sangat menonjol, pada 5 reptilia aves dan mamalia tecnum dapat melanjutkan untuk menerima rangsangan visual dan auditori ke telencephalon melalu thalamus, jadi informasi visual pada semua vertebrata dapat emncapai bagian telencephalon melalui tecnum. c.) Otak belakang Medulla oblongata mengendalikan level/tingkatan refleks, medulla oblongata berfungsi sebagai pusat saraf kranial, penyedia jalur utama yang bersifat naik dan turun dari dan ke otak, sebagai pusat refleks visceral, auditori dan propioseptif, termasuk pusat refleks pernafasan, denyut jantung dan pergerakan usus. Pons berperan sebagai penyalur informasi dari korteks serebral ke korteks serebelar. Cerebellum berperan sebagai pusat keseimbanagn tubuh. Terdapat beberapa perbedaan struktur otak, ada beberapa bagian otak yang berkembang pada suatu hewan, sedangkan yang lainnya tidak ada. Hal ini berdampak pada fungsi kerja otak yang disesuaikan dengan cara memproses informasi yang berbeda pada setiap spesies. Berikut susunan struktur otak pada vertebrata : 1.) Variasi otak pada ikan 6 2.) Variasi otak pada amphibia 3.) Variasi otak pada reptil 7 4.) Variasi otak pada aves 5.) Variasi otak pada mamalia 8 b. Sumsum tulang belakang Sumsum tulang belakang tersusun oleh dua jaringan saraf yaitu materi abu-abu dan putih. Materi abu-abu memiliki warna yang pudar dan sedikit myelin.Lapisan ini memiliki badan sel, dendrit, dan bagian proksimal akson neuron. Lapisan ini merupakan daerah sinaptik di antara neuron dan daerah semua integrasi neural di dalam sumsum tulang belakang. Materi putih memiliki warna yang cerah karena memiliki myelin yang berlimpah. Bagian ini terdiri berkas-berkas akson (tractus) yang membawa sinyal dari satu bagian sistem saraf pusat ke bagian lainnya. Kedua materi abu-abu dan putih juga memiliki sel glia. Perbedaan letak materi abu-abu dan putih pada otak dan sumsum tulang belakang dapat dilihat pada gamabr berikut : 9 Sumsum tulang belakang belakang berfungsi untuk membentuk jalur refleks sederhana dan membentuk jalur informasi ayng divergen dan konvergen. Berikut bentuk variasi sumsum tulang belakang pada vertebrata : a.) Variasi sumsum tulang belakang pada ikan b.) Variasi sumsum tulang belakang pada amphibia c.) Variasi sumsum tulang belakang pada reptilia 10 d.) Variasi sumsum tulang belakang pada aves e.) Variasi sumsum tulang belakang pada mamalia 11 2. Sistem Saraf Tepi Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf medula spinalis. Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut saraf medula spinalis keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerjanya, yaitu sebagai berikut. Sistem saraf tepi dinamakan pula sistem saraf perifer. : meneruskan rangsangan (impuls) menuju dan dari system saraf pusat. Merupakan jaras komunikasi antara SSP dengan tubuh. Sistem Saraf Tepi tersusun dari saraf yang membawa pesan impuls baik yang dari maupun ke SSP Berdasarkan tipenya Sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Serabut saraf sensorik (saraf aferen) : sekumpulan neuron yang menghantarkan impuls dari reseptor menuju sistem saraf pusat. 2. Serabut saraf motorik (saraf eferen).: berperan menghantarkan impuls SSP menuju efektor (otot dan kelenjar) untuk ditanggapi Berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 2 bagian yaitu : Sistem Saraf Somatik (SSS) dipengaruhi kesadaran Sistem Saraf Otonom (SSO ) mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari Berdasarkan asalnya, sistem saraf tepi terbagi atas : saraf kranial dan saraf spinal yang masing-masing berpasangan, serta ganglia (tunggal: ganglion). Saraf kranial : semua saraf yang keluar dari permukaan dorsal otak. Saraf spinal : semua saraf yang keluar dari kedua sisi tulang belakang. ganglia : kumpulan badan sel saraf yang membentuk simpul-simpul saraf dan di luar sistem saraf pusat. Saraf Kranial, terdiri dari: 1. Saraf olfaktorius : berfungsi dalam penciuman. 2. Saraf optikus : berfungsi dalam penglihatan dan keseimbangan. 3. Saraf okulomotorius : berfungsi untuk pergerakan bola mata, fokus penglihatan, dan pengaturan ukuran dari pupil. 4. Saraf troklearis : berfungsi untuk pergerakan bola mata 5. Saraf trigeminus : berfungsi untuk mengunyah dan sebagai sensorik muka 12 6. Saraf abdusen : berfungsi mengatur pergerakan dari mata 7. Saraf fasialis : berfungsi mengatur rasa pengecapan dan pergerakan dari ekspresi wajah 8. Saraf vestibulokoklearis : berfungsi untuk memelihara keseimbangan dan pendengaran 9. Saraf glosofaringeus : berfungsi dalam sekresi air liur, rasa pengecapan, dan pergerakan faring 10. Saraf vagus: berfungsi untuk pergerakan dan sekresi 11. Saraf aksesorius : berfungsi mengatur pergerakan dari kepala, bahu, faring, dan laring; 12. Saraf hipoglosus : berfungsi mengatur pergerakan lidah. Pleksus-pleksus saraf yang utama 1. Pleksus servikalis 2. Pleksus brakialis 3. Pleksus lumbosakralis 4. Pleksus lumbalis 5. Pleksus sakralis Saraf Spinal atau Saraf Tepi, Terdapat 31 pasang saraf spinal yang membentuk dua kelompok akar spinal yaitu akar dorsal yang membawa serabut sensorik dan akar ventral yang membawa serabut motorik somatis dan otonom terdiri dari 31 pasang saraf, yaitu: 1. Delapan (8) pasang saraf servikal keluar dari segmen servikal 2. Dua belas (12) pasang saraf thorakal keluar dari segmen thorakal 3. Lima (5) pasang saraf lumbal keluar dari segmen lumbal 4. Lima (5) pasang saraf sakral keluar dari segmen sakral 5. Satu (1) pasang saraf koksigeal keluar dari segmen koksigeal Saraf kranial dan saraf spinal pada system saraf tepi mengandung saraf sensorik atau aferen dan saraf motorik atau eferen yang mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Saraf sensorik atau saraf aferen, merupakan saraf yang menghantarkan rangsang atau impuls dari saraf perifer (luar tubuh) ke otak untuk diproses, contoh rangsang rasa nyeri. 2. Saraf motorik atau saraf eferen adalah saraf yang menghantarkan jawaban atau perintah dari otak ke saraf perifer (organ), contoh: perintah untuk menggerakkan tangan. SST berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 2 bagian yaitu : a. Sistem Saraf Somatik (SSS) dipengaruhi kesadaran Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika Anda makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini 13 mene-ruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf spinal. Saraf-saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik. b. Sistem Saraf Otonom (SSO ) mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari. Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda ingat kembali fungsi hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan. Apabila hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti contoh yang telah diambil, antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan pupil mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan. Contoh Jaringan dan organ tubuh yang utama diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung. Juga Mempersarafi alat dalam tubuh lain seperti kelenjar, paruparu, lambung, usus dan ginjal. Susunan Saraf Somatik, Merupakan saraf yang mengumpulkan informasi sensoris dari tubuh. Di golongkan menjadi 3 jenis : 1. Indra somatik mekano reseptif : dirangsang oleh pemindahan mekanisme sejumlah jaringan tubuh. Meliputi indra raba, tekanan dan tekanan yang menentukan posisi relatif dan kecepatan gerakan berbagai bagian tubuh, di kelompokkan sebagai berikut : a. Sensasi ekteroreseptif : sensasi dari permukaan tubuh. b. Sensasi proprioseptif : sensasi berhubungan dengan keadaan fisik tubuh (sensasi inestetik, tendo, dan otot tekanan dari dasar kaki). c. Sensai viseral : sensasi dari viseral tubuh organ dalam yang berasal dari jaringan dalam seperti tulang, fasia terutama meliputi tekanan nyeri dan getaran dalam. 2. Indra termoreseptor : mendeteksi panas dan dingin 3. Indra nyeri: di aktifkan oleh faktor apa saja yang merusak jaringan,perasaan kompleks karena menyertakan sensasi perasaan dan emosi 14 Daerah asosiasi somatik korteks parietal memegang peranan penting dalam memisahkan informasi sensoris yang memasuki daerah sensoris somatik yang disebut daerah Asosiasi somatik. Sistem Saraf Otonom (Autonom) SSO adalah bagian saraf yang mengurus semua proses yang involunter dan yang timbul secara reflektorik. Sistim Saraf Otonom : pengendalian organ–organ dalam secara tidak sadar, disebut juga Susunan Saraf Tak Sadar Misal ; Vasodilatasi–vasokonstriksi, Bronkodilatasi–bronkokonstriksi, Peristaltik, Berkeringat, Merinding dan sebagainya. SSO Dibagi dalam: 1. Bagian pusat : a. Sistim limbik b. Hipotalamus c. Jaras–jarasnya 2. Bagian tepi: a. Rantai neuron b. Ganglion para vertebralis c. Juluran aferen–eferen Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur fungsi viseral tubuh. Sistem ini membantu mengatur: Tekanan arteri Motilitas dan sekresi gastro-intestinal Pengosongan kandung kemih Berkeringat Mengatur suhu tubuh Ada sebagian yang diatur saraf otonom sedangkan yang lainnya sebagian saja. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula spinalis, batang otak, dan hipotalamus.juga dibagian korteks serebri khususnya korteks limbik, Korteks limbik dapat menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga mempengaruhi pengaturan otonomik. SSO Mendapat 2 jenis persarafan otonom yang fungsinya saling bertentangan atau berlawanan, dimana bila yang satu merangsang yang lain akan menghambat dan sebaliknya Ke 2 susunan SSO ini disebut; 15 Bagian simpatetik : saraf simpatis : bekerja untuk merangsang atau memacu kerja organorgan tubuh Bagian parasimpatetik : saraf parasimpatis : bekerja menstabilkan kembali aktivitas organ-organ tubuh. Saat saraf simpatik mempengaruhi sebuah organ untuk meningkatkan aktivitas organ tertentu, saraf parasimpatik kebalikannya yaitu menurunkan aktifitasnya. Perbedaan ini terjadi karena neurotransmiter yang dihasilkan kedua saraf tersebut berbeda: neurotransmiter saraf simpatik Noradrenalin sedangkan neurotransmiter saraf parasimpatik asetilkolin Sistem Saraf Tak Sadar : Sistem saraf otonom Merupakan sekumpulan saraf yang mengatur aktivitas yang tidak kita pikirkan terlebih dahulu, bekerja secara otomatis tanpa perintah dari sistem saraf sadar. Misal : pergerakan paru-paru dan jantung. Sistem saraf otonom juga disebut sistem saraf tak sadar, karena bekerja diluar kesadaran berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuh dalam kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Menurut karakteristik kerjanya, sistem saraf tak sadar terbagi atas dua saraf : saraf simpatik dan saraf parasimpatik Masing-masing saraf ini dapat bekerja pada organ yang sama, namun kerja yang dilakukan saling berlawanan (antagonis). Organ yang beraktivitas dan dikontrol oleh sistem saraf tak sadar, meliputi otot jantung, kelenjar keringat, kelenjar tubuh, iris mata, organ thorakalis, otot perut, abdominalis pembuluh darah, dan alat-alat reproduksi. contoh, saat saraf simpatik mempengaruhi sebuah organ untuk meningkatkan aktivitas organ tertentu, saraf parasimpatik menurunkannya.Perbedaan ini terjadi karena neurotransmiter yang dihasilkan kedua saraf tersebut berbeda: Noradrenalian merupakan neurotransmiter saraf simpatik, sedangkan asetilkolin ialah neurotransmiter saraf parasimpatik. Pada saraf simpatik dan saraf parasimpatik terdapat penghubung antara sistem saraf pusat dan efektor, yang dinamakan ganglion. Ganglion saraf simpatik berada dekat sumsum tulang belakang. Serabut praganglion saraf simpatik berukuran pendek, serabut pascaganglionnya berukuran panjang. saraf parasimpatik memiliki : serabut praganglion yang berukuran panjang dan serabut pascaganglion yang pendek. Fungsi SSO Menurut fungsinya sistim saraf otonom dibagi 2 bagian: 1. Sistim Simpatis Terletak didepan kolumna vertebra 16 Berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut – serabut saraf 2. Sistim parasimpatis Terbagi atas 2 bagian : Saraf Otonom Kranial dan Saraf Otonom Sakral Fungsi saraf otonom secara umum: Mengatur motilitas dan sekresi pada kuliT, pembuluh darah dan organ viseral dengan cara merangsang pergerakan otot polos dan kelenjar eksokrin dan Juga mengatur dan memelihara kehidupan vegetatif ; Miksi, Enuresis dan Defekasi Serabut. Serabut saraf simpatis mensarafi : Otot jantung Otot tak sadar semua pembuluh darah Semua alat dalam : lambung, pankreas, usus Serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit , pilorum Mempertahankan tonus semua otot termasuk tonus otot sadar Refleks otonom adalah refleks yang mengatur organ viseral meliputi: refleks otonom kardiovaskular refleks otonom gastrointestinal refleks seksual, refleks yang membantu pengaturan sekresi kelenjar pankreas, pengosongan kandung empedu proses ekskresi urin berkeringat konsentrasi glukosa darah dan sebagian besar fungsi viseral lainnya Sistim Pengendalian Ganda (Interaksi antara saraf simpatis dan parasimpatis). Keaktifan organ dirangsang oleh sekelompok serabut saraf sementara dilain pihak dilambatkan atau dihentikan sekelompok saraf yang lain Contoh: Jantung menerima serabut akselerator dari saraf simpatis dan serabut inhibitor (penghambat) dari nervus vagus Pembuluh darah mempunyai vasokonstriktor dan vasodilatator Saluran pencernaan memiliki saraf akselerator dan inhibitor yang berfungsi mempercepat dan memperlambat gerakan peristaltik secara berturut-turut . Sistem Saraf Simpatis 17 Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat kerja organ tubuh. Sistem saraf simpatis terbagi juga menjadi dua bagian, yaitu saraf otonom cranial dan otonom sacral. Sistem saraf ini berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut sarafnya yang letaknya didepan column vertebrae. Sistem saraf simpatis ini berfungsi untuk: Mensarafi otot jantung Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit Mempertahankan tonus semua otot sadar Sistem Saraf Parasimpatis Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan saraf simpatik. Bekerja berlawanan dengan sistim saraf simpatis: Jika saraf simpatis memacu jantung misalnya, maka sistem saraf parasimpatis memperlambat denyut jantung. Karena cara kerja kedua saraf itu berlawanan, maka mengakibatkan keadaan yang normal. Fungsi saraf parasimpatis adalah sebagai berikut: Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis dan kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga hidung Mensarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung Menpersarafi kelenjar ludah , kelenjar parotis Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, GIT, ginjal, pancreas,lien,hepar dan kelenjar suprarenalis Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat kelamin Mensarafi proses Miksi dan defekasi Sistem kerja saraf simpatis dan parasimpatis bekerja secara berlawanan (antagonis). Saraf simpatik: Mempercepat denyut jantung Memperlambat proses pencernaan Merangsang ereksi Memperkecil diameter pembuluh arteri 18 Memperbesar pupil Memperkecil bronkus mengembangkan kantung kemih Saraf parasimpatik : Memperlambat denyut jantung Mempercepat proses pencernaan Menghambat ereksi Memperbesar diameter pembuluh arteri Memperkecil pupil Mempebesar bronkus dan mengerutkan kantung kemih. Semua saraf preganglion simpatis dan parasimpatis melepaskan asetilkolin sebagai neurotransmitter karenanya dikenal sebagai serabut kolinergik. Asetilkolin yang dilepaskan dari serabut preganglion mengaktivasi baik postganglion simpatis maupun parasimpatis. Serabut postganglion sistem saraf simpatis mengekskresikan norepinefrin sebagai neurotransmitter dikenal dengan serabut adrenergik. Serabut postganglion sistem saraf parasimpatis mensekresikan asetilkolin sebagai neurotransmitter dan dikenal sebagai serabut kolinergik. Pengaturan pusat otonom batang otak oleh area yang lebih tinggi Sinyal yang berasal dari hipotalamus mempengaruhi aktivitas hampir semua pusat pengatur otonom batang otak. Perangsangan daerah yang sesuai pada hipotalamus dapat mengaktifkan pusat pengatur kardiovaskular Meningkatkan tekanan arteri sampai lebih dari dua kali normal. Mengatur suhu tubuh Meningkatkan atau menurunkan salivasi Meningkatkan aktivitas gastrointestinal Menimbulkan pengosongan kandung kemih 19 Gambar Saraf Parasimpatik dan Simpatik Anatomi Klinis Sistem Saraf 1. Stroke Stroke adalah kematian sel-sel otak disertai fungsinya karena terganggunya aliran darah di otak. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh tekanan darahtinggi yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak. Selain itu, atheroskeosis juga dapat menyebabkan penyumabatan pembuluh darah diotak. Gejala penyakit ini bervariasi bergantung pada hebatnya stoke dan daerah otak yang terkena, misalnya pusing-pusing, sulit bicara, tidak melihat, pingsan, lumpuh sebelah, bahkan kematian. 2. Tumor Otak Penyakit ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan liar dari sel-sel saraf, maupun jaringan penyokongnya. Adanya pertumbuhan tersebut mengakibatkan berbagai gangguan, mulai dari pusing-pusing, kesulitan berjalan, kehilangan memori atau ingatan, sampai kematian. 3. Ayan (Epilepsi) Penyakit ini ditandai dengan timbulnya kejang-kejang yang tidak terkendali. Penderita epilepsy tidak diperkenankan berada di dekat lokasi yang berbahaya, seperti tepian sungai, sumur, dan telaga. Bila berada di lokasitersebut dan mengalami kekambuhan, dikawatirkan akan tenggelam karenatidak mampu mengendalikan gerakan tubuhnya. Belum ada sebab yang jelasmengapa penyakit ini bis timbul, namun melihat gejala kejang tersebut,diduga ada gangguan pada otak daerah motorik yang mengatur gerakan tubuh.(Kusuma 2020) 20 Terbagi menjadi dua, yaitu saraf kranial dan saraf spinal A. Saraf Kranial • Pemberian nama saraf kranial dibuat berdasarkan penomoran angka Romawi dari bagian anterior sampai posterior, seperti yang bisa dilihat pada table berikut ini Saraf kranial pada vertebrata adalah kumpulan saraf yang muncul langsung dari otak dan tengkorak, bukan dari sumsum tulang belakang. Pada umumnya, terdapat 12 pasang saraf kranial pada manusia dan banyak vertebrata lainnya, meskipun jumlah dan fungsi dapat bervariasi.(Hartenstein 2018) Berikut adalah beberapa contoh saraf kranial dan fungsinya: 1. Saraf Olfaktori (I): Bertanggung jawab untuk indra penciuman. 2. Sarap Optik (II): Mengatur penglihatan. 3. Sarap Oculomotor (III): Mengontrol gerakan sebagian besar otot mata dan ukuran pupil. 4. Sarap Trochlear (IV): Mengontrol gerakan otot mata tertentu. 5. Sarap Trigeminal (V): Mengatur sensasi wajah dan mengontrol otot untuk mengunyah. 6. Sarap Abducens (VI): Mengontrol gerakan salah satu otot mata. 7. Sarap Facial (VII): Mengontrol otot wajah dan juga berperan dalam indra pengecap. 8. Sarap Vestibulocochlear (VIII): Mengatur pendengaran dan keseimbangan. 9. Sarap Glossofaringeal (IX): Mengatur sensasi dan fungsi pada lidah dan tenggorokan. 10. Sarap Vagus (X): Berperan dalam fungsi organ internal dan kontrol sistem saraf otonom. 11. Sarap Aksesori (XI): Mengontrol otot-otot leher dan bahu. 12. Sarap Hipoglosus (XII): Mengontrol gerakan lidah. Saraf terminal (atau saraf terminalis) adalah bagian dari sistem saraf yang dianggap sebagai saraf kranial ke-13, meskipun tidak selalu diakui secara resmi dalam daftar saraf kranial yang umum. Saraf ini biasanya ditemukan pada beberapa spesies vertebrata, terutama pada hewan seperti ikan dan beberapa amfibi. Fungsi utama saraf terminal terkait dengan indra penciuman dan pengenalan feromon, terutama dalam 21 konteks perilaku reproduksi dan sosial. Saraf ini berfungsi dalam deteksi zat kimia tertentu dalam lingkungan, yang dapat mempengaruhi perilaku hewan, seperti mencari pasangan atau menandai wilayah.Pada vertebrata, saraf terminal dapat berfungsi sebagai saluran untuk informasi sensorik yang berkaitan dengan indra kimia, tetapi perannya dan struktur mungkin berbeda antara spesies. Fungsi saraf kranial sangat beragam, mulai dari indra, gerakan otot, hingga regulasi fungsi otonom. Keberadaan saraf ini memungkinkan vertebrata untuk berinteraksi dengan lingkungan dan mengatur berbagai fungsi tubuh secara efisien. 1. Saraf Kranial pada Ikan Saraf kranial pada ikan terdiri dari sejumlah saraf yang berfungsi untuk mengatur berbagai fungsi sensorik dan motorik. Seperti pada vertebrata lainnya, ikan memiliki beberapa pasang saraf kranial yang berperan dalam berbagai aktivitas seharihari mereka. Berikut adalah beberapa saraf kranial yang umum pada ikan beserta fungsinya: 1. Saraf Olfaktori (I): Mengatur indra penciuman, memungkinkan ikan untuk mendeteksi bau di dalam air. 2. Sarap Optik (II): Bertanggung jawab untuk penglihatan, membantu ikan dalam melihat objek di lingkungan mereka. 3. Sarap Oculomotor (III): Mengontrol gerakan sebagian besar otot mata dan juga berperan dalam pengaturan ukuran pupil. 4. Sarap Trochlear (IV): Mengontrol gerakan otot mata tertentu. 22 5. Sarap Trigeminal (V): Mengatur sensasi pada bagian wajah dan juga mengontrol otot-otot untuk mengunyah, meskipun fungsi ini mungkin berbeda pada ikan dibandingkan dengan hewan darat. 6. Sarap Abducens (VI): Mengontrol gerakan otot mata tertentu. 7. Sarap Facial (VII): Terlibat dalam kontrol otot wajah dan juga memiliki fungsi sensorik. 8. Sarap Vestibulocochlear (VIII): Mengatur pendengaran dan keseimbangan, yang penting untuk navigasi dan orientasi di dalam air. 9. Sarap Glossofaringeal (IX): Mengatur fungsi pada lidah dan tenggorokan, termasuk fungsi pencernaan. 10. Sarap Vagus (X): Berperan dalam regulasi fungsi organ dalam dan sistem saraf otonom. 11. Sarap Aksesori (XI): Mengontrol otot-otot leher dan bahu. 12. Sarap Hipoglosus (XII): Mengontrol gerakan lidah, meskipun pada ikan, perannya mungkin berbeda dibandingkan dengan mamalia. Setiap saraf ini berfungsi untuk membantu ikan berinteraksi dengan lingkungan mereka, mengatur perilaku, dan menjalankan fungsi fisiologis yang penting. Saraf-saraf ini sangat penting untuk kelangsungan hidup ikan dalam habitat air. 23 2. Saraf Kranial pada Reptilia Saraf kranial pada reptil terdiri dari 12 pasang saraf yang memiliki fungsi berbeda, mirip dengan vertebrata lainnya, tetapi dengan beberapa perbedaan yang mencerminkan adaptasi mereka. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai saraf kranial yang umum ditemukan pada reptil: 1. Saraf Olfaktori (I): Mengatur indra penciuman, membantu reptil mendeteksi bau dan feromon di lingkungan. 2. Sarap Optik (II): Bertanggung jawab untuk penglihatan, memungkinkan reptil melihat dan mengidentifikasi objek. 3. Sarap Oculomotor (III): Mengontrol sebagian besar otot mata, termasuk pengaturan ukuran pupil. 4. Sarap Trochlear (IV): Mengontrol gerakan otot mata tertentu. 5. Sarap Trigeminal (V): Mengatur sensasi di wajah dan kepala, serta mengontrol otototot untuk mengunyah. 6. Sarap Abducens (VI): Mengontrol gerakan otot mata tertentu, terutama untuk menggerakkan mata ke samping. 7. Sarap Facial (VII): Mengatur otot-otot wajah dan terlibat dalam indra pengecap. 8. Sarap Vestibulocochlear (VIII): Bertanggung jawab untuk pendengaran dan keseimbangan, penting untuk navigasi. 9. Sarap Glossofaringeal (IX): Mengontrol fungsi pada lidah dan tenggorokan, serta berperan dalam indra pengecap. 10. Sarap Vagus (X): Mengatur fungsi organ internal dan sistem saraf otonom. 24 11. Sarap Aksesori (XI): Mengontrol otot-otot leher, membantu reptil dalam gerakan kepala dan leher. 12. Sarap Hipoglosus (XII): Mengontrol gerakan lidah, meskipun pada reptil, fungsinya mungkin lebih terbatas dibandingkan dengan mamalia. Saraf-saraf ini berperan penting dalam berbagai fungsi seperti sensorik, motorik, dan pengaturan sistem otonom, memungkinkan reptil untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka dan menjalani kehidupan sehari-hari. 3. Saraf Kranial pada Mammalia (manusia) Saraf kranial pada mamalia, termasuk manusia, terdiri dari 12 pasang saraf yang berfungsi untuk mengatur berbagai aktivitas sensorik, motorik, dan autonomik. Berikut adalah penjelasan mengenai setiap saraf kranial yang umum pada manusia: 1. Sarap Olfaktori (I): Bertanggung jawab untuk indra penciuman, memungkinkan kita mendeteksi bau. 2. Sarap Optik (II): Mengatur penglihatan, membawa informasi visual dari mata ke otak. 3. Sarap Oculomotor (III): Mengontrol sebagian besar otot mata, termasuk pengaturan ukuran pupil dan gerakan mata. 4. Sarap Trochlear (IV): Mengontrol gerakan otot mata tertentu, khususnya otot yang bergerak ke bawah dan ke samping. 5. Sarap Trigeminal (V): Mengatur sensasi di wajah (termasuk rasa sakit dan suhu) dan mengontrol otot-otot untuk mengunyah. 6. Sarap Abducens (VI): Mengontrol gerakan otot mata, khususnya untuk menggerakkan mata ke sisi luar. 25 7. Sarap Facial (VII): Mengontrol otot-otot wajah, berperan dalam ekspresi wajah, dan juga terlibat dalam indra pengecap. 8. Sarap Vestibulocochlear (VIII): Mengatur pendengaran dan keseimbangan, membantu kita merasakan posisi dan gerakan kepala. 9. Sarap Glossofaringeal (IX): Berperan dalam sensasi dan fungsi pada lidah dan tenggorokan, termasuk pengecapan dan menelan. 10. Sarap Vagus (X): Mengatur fungsi organ internal, termasuk jantung, paru-paru, dan sistem pencernaan; berperan dalam sistem saraf otonom. 11. Sarap Aksesori (XI): Mengontrol otot-otot leher dan bahu, membantu dalam gerakan kepala dan stabilitas postur. 12. Sarap Hipoglosus (XII): Mengontrol gerakan lidah, penting untuk berbicara dan menelan. Saraf-saraf ini sangat penting untuk fungsi sehari-hari, dari indra dan pergerakan hingga pengaturan organ dalam. Mereka memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan, melakukan aktivitas kompleks, dan menjaga keseimbangan fisiologis. B. Saraf Spinal Penamaan saraf spinal disesuaikan dengan letak saraf yang berada di daerah vertebra. Saraf spinal akan membentuk disebut dengan rami/ramus. 26 suatu percabangan khusus yang Sejumlah rami akan membentuk suatu jaringan saraf khusus yang disebut dengan pleksus. Secara umum, pleksus terbagi menjadi pleksus servikal, pleksus brachial, pleksus lumbar, pleksus sacral dan pleksus coccygeal. 1. Struktur Percabangan (Rami) Rami: Setelah keluar, setiap saraf spinal bercabang menjadi: 2) Rami Dorsalis (Ramus Dorsalis): Menginervasi otot-otot dan kulit di bagian belakang tubuh. Rami ini kecil dan menjalar ke arah posterior. 3) Rami Ventralis (Ramus Ventralis): Lebih besar dibandingkan rami dorsal, rami ini menginervasi bagian anterior dan lateral tubuh, termasuk anggota badan. Rami ventralis juga membentuk pleksus saraf di beberapa daerah. 4) Rami Communicantes: Beberapa saraf spinal memiliki cabang tambahan yang menghubungkan dengan sistem saraf otonom (simpatis). Ini termasuk rami communicantes yang menginervasi organ-organ dalam. Fungsi Rami Rami Dorsalis: Bertanggung jawab untuk membawa informasi sensorik dari kulit dan otot belakang ke sistem saraf pusat. Rami Ventralis: Mengontrol otot-otot dan membawa informasi motorik ke otototot di bagian depan dan samping tubuh. Rami Communicantes: Menghubungkan saraf spinal dengan sistem saraf otonom, membantu mengatur fungsi tak sadar seperti detak jantung dan pencernaan. Pleksus Saraf Rami ventralis dari beberapa saraf spinal membentuk pleksus saraf, seperti: Plexus Brakhialis: Menginervasi anggota tubuh atas. Plexus Lumbalis: Menginervasi bagian pinggang dan paha. Plexus Sakralis: Menginervasi bagian bawah tubuh, termasuk kaki. Struktur percabangan pada saraf spinal sangat penting untuk distribusi fungsi sensorik dan motorik di seluruh tubuh. Rami memungkinkan komunikasi antara sistem saraf pusat dan berbagai bagian tubuh, mendukung fungsi motorik, sensorik, serta otonom.(Lestari and Musba 2021) 27 B. Sistem Endokrin Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang menghasilkan dan mengeluarkan hormon ke dalam aliran darah. Hormon-hormon ini berfungsi sebagai pengatur berbagai proses fisiologis dalam tubuh, seperti pertumbuhan, metabolisme, fungsi seksual, dan respons terhadap stres. Sistem endokrin bekerja dengan melepaskan pembawa pesan kimia yang disebut hormon kedalam aliran darah yang kemudian diangkut keseluruh tubuh. Sistem endokrin memiliki kelenjar endokrin primer dan sekunder. Kelenjar endokrin primer adalah kelenjar yang melepaskan hormon sebagai fungsi utamanya ayng penting (seperti kelenjar tiroid, kelenjar pituitari, kelenjar adrenal, dll). Sedangkan kelenjar endokrin sekunder memiliki fungsi primer lain yang lebih menonjol, tetapi juga melepaskan hormon (misalkan jantung, ginjal, lambung, dll). Berikut adalah gambar posisi hormon akan menghasilkan respons didalam sel targer lokasi kelenjarnya yaitu : 28 Berbeda dengan sistem syaraf sistem hormon ini membawa pesan berupa hormon yaitu pembawa pesan kimiawi ayng dilepaskan oleh kelenjar dan bergerak melalui aliran darah menuju sel target yang memiliki reseptor untuk hormon tersebut. Berikut adalah gambar ilustrasi kerja dari sistem endokrin : Kelenjar endokrin melepaskan hormon yang kemudian mengalir melalui darah kejaringan efektor, yaitu sel dengan reseptor ayng mengikat hormon ini, yang disebut sel atrget untuk hormon tertentu. Aktivitas sel target dapat berubah dalam berbagai cara sebagai akibat dari tindakan hormon. Aktivitas kepadatan reseptor pada permukaan membran plasma sel dapat berubah hal ini bergantung pada intensitas sinyal yang didapat. Hal ini dapat digambarkan dalam gamabr berikut : 29 Pada gambar a) reseptor sel dapat meningkat regulasi (meningkat jumlah), pada gambar c) daoat menurunkan regulasi (menurunkan jumlah reseptor) dan pada gambar c) bisa diantara keduanya. Peningkatan regulasi reseptor disebabkan ketika sel meningkatkan kepadatan reseptor sebagai respons terhadap rangsangan maksudnya adlaah regulasi reseptor dapat ”sangat peka” karena hormon tersebut tidak ada dalam jangka waktu yang lama, ketika hormon tersebut muncul kembali maka sensitivitas meningkat bahkan terhadap jumlah kecil hormon tersebut. Penurunan respons terhadap rangangan maksudnya adalah regulasi reseotor mengurangi kepadatan reseptor sebagai respons terhadap rangsanan yang mkasudnya adalah paparan kronis terhadap hormon dalam jumlah besar atau berlebihan sehingga sel menjadi ”tidak peka” terhadap zat tersebut. Pembahasan selanjutnya yaitu kelenjar endokrin primer dan kelenjar endokrin sekunder. Pada vertebrata pasti memiliki kelenjar endokrin primer yaitu : 1. Kelenjar hipofisis/ kelenjar pituatri Kelenjar ini berhubungan erat dnegan hipotalamus. Kelenjar pituatri sebenarnya adalah dua kelenjar terpisah, keduanya beradad ibawah kendali hipotalamus. Perhatikan gambar berikut : 30 Yang pertama yaitu terdapat hipofisis anterior (Adenohipofisis) dan pituatri posterior (neurohipofisis). Kelenjar pitustri anteroios yang disebut juga dengan hipofisis anterior (Adenohipofisis) menunjukkan bahwa bagian ini membuat dan melepaskan semua hormonnya sendiri, aktivitasnya dikendalikan oleh hormon Pelepas dan penghambat dari hipotalamus. Sedangkan kelenjar pituatri posterior atau disebut dengan neurohipofisis bagian ini sebenarnya adalah jaringan syaraf, bukan ajringan kelenjar. Kelenjar tersebut merupakan kelenjar lanjutan dari ajrinagn otak, hormon yang dilepaskan dibua toleh hipotalamus dan disimpan di pituatri posterior hingga sinyal dari hipotalamus merangsang pelepasannya, dan neurohipofisis ini di kendalikan oleh rangsanan daraf oleh hipotalamus. Pembahasan selanjutnya yaitu kita akan membahas bagaimana hipotalamus berkomunikasi dengan kelenjar pituatri : a. Hipofisis posterior (neurohipofisis) Pada hipofisis ini menghasilkan dua hormon, hipofisis posterior mengandung akson neuron yang memanjang dari hipotalamus kehipofisis posterior melalui infundibulum, perhatikan gambar berikut : Gambar tersebut menunjukkan hubungan antara hipotalamus dan kelenjar pituatri posterior. Ada dua populasi neuron dihipotalamus yang menghasilkan dua hormon oksitosin dan hormon antidiuretik (ADH) yang disimpan dan dilepaskan oleh kelenjar pituatri posterior. Berikut penjelasan dari kedua hormon tersebut : a.) Oksitosin Hormon ini sangat penting pada proses persalinan. Karena hormon ini merangsang otot polos dinding rahim didalam laposan ayngdisebut miometrium. 31 Hormon ini akan memicu kontraksi pada proses persalinan. Hormon ini juga akan merangsang pelepasan susu dari kelenjar susu dengan menyebabkan sel-sel disekitarnya berkontraksi. Proses kerjanya ditunjukkan dalam gambar berikut : Gambar tersebut menggambarkan bahwa saat kepala bayi mulai menekan serviks rahim dan meningkatkan tekanan pada serviks maka reseptor akan mendeteksi hal ini dan mengirimkan sinyal ke kelenjar pituatri posterior kedalam aliran darah, yang mengikat reseptor pada otot polos miometrium dan menyebabkan badan rahim berkontraksi, mendorong kepala bayi lebih kuat ke serviks, meningkatkan tekanan, yang memicu pelepasan oksitosin lebih banyak sehingga siklus belanjut sampai bayi keluar. Selain berfungsi dalam proses persalinan hormon ini juga berperan pada saat proses hubungan seksual pria dan wanita yang melepaskan kadar oksitosin yang tinggi. Dalam kapsaitas ini oksitosin dilepaskan sebagai feromon yaitu molekul sinyal yang disekresikan keluar tubuh untuk berkomunikasi dengan orang lain. b.) Hormon antidiuretik (ADH) 32 Hormon ini dikenal juga sebagai vasopresin, keduanya memiliki molekul sama tetapi para ilmuan menemukan bahwa keduanya berada diberbagai area tubuh. Hormon ini dilepaskan sebagai respons tubuh untuk dapat menghemat air. Hal ini berproses ketika terdeteksi oleh osmoreseptor yang terletak di hipotalamus, ketika osmolalitas darah dan terstimulasi bertindak dengan ismolalitas meningkat maka hal tersebut merupakan indikasi tanda dehidrasi. Hormon ini juga bertindak sebagai vasokonstriktor untuk pembuluh darah dan dapat meningkatkan tekanan darah. Jika seseorang menglamai syok kardiovaskular, misalnya tindakan menghemat air bersama dengan meningkatkan tekanan darad adalah cara yang sangat efektif bagi tubuh untuk membangun kembali tekanan darah aung memadai dan mepertahankan homeostasis. Contoh kasus yang berhubungan dengan hormon ADH ini yaitu : 1. Penyakit diabetes melitus Penyakit ini ditandai dengan penurunan pelepasan ADH yang mengakibatkan buang air kecil berlebihan (poliuria) yang menyebabkan dehidrasi. b. Kelenjar Hipofisis anterior Nama adenophypophysis menunjukkan bahwa ia merupakan jaringan glandular. Hipotalamus memproduksi hormon (hormon pelepas dan penghambat) yang mengalir melalui pembukuh darah ke hipofisis anterior, merangsang (atau menghambat) hipofisis anterior untuk memproduksi hormon lainnya. Hipofisis memproduksi 7 hormon untuk pelepasan hipotalamus tertentu yang berbeda dan hormon penghambat hipotalamuas yang mencegah produksi dan pelepasan hormin dari hipofisis anterior. Perhatikan gambar berikut : 33 Gambar ini menunjukkan hubungan antara hipotalamus dan kelenjar pituatri anterior, ada dua populasi neuron dihipotalamus yang menghasilkan hormon penghambat dan pelepas yang berjalan melalui sistem portal hipotalamus-hipofisis ke pituatri anterior yang memicu penghambatan atau pelepasan hormon. Kelenjar pituatri anterior menghasilkan 7 hormon pelepas dan penghambat atau disebut sebagai hormon tropik (mengaktifkan dan menonaktifkan kelenjar endokrin lainnya) yaitu : a.) Hormon pertumbuhan (GH) Hormon ini mengatur perkembangan, pertumbuhan, dan perbaikan tubuh secara keseluruhan. Hormon ini penting dalam metabolisme umum, terutama dalam mendorong aktivitas anabolik. Kekurangan GH yang parah selama fase pertumbuhan menyebabkan dwarfisme (memiliki tinggi badan jauh dibawah ratarata). Sekresi GH berlebih pada anak juga akan menyebabkan gigantisme, jika pada orang dewasa maka menyebabkan akromegali. b.) Hormon perangsang tiroid (TSH) Merangsang sekresi hormon tiroid seperti tiroksin dari kelenjar tiroid dan merangsang pertumbuhan kelenjar tiroid, hormon ini merupakan hormon penting dalam pengatur aktivitas metabolisme tubuh. c.) Hormon Adrenokortikotropik (ACTH) Hormon ini meransang sekresi kortisol dari korteks adrenal (sering disebut sebagai hormon stres tetapi pada kadar yang pas maka hormon ini akan menjadi 34 sahabat kita dalam berfikir) dan berfungsi mendorong pertumbuhan korteks adrenal. d.) Hormon perangsang folikel (FSH) Pada wanita akan merangsang pertumbuhan dan pematangan folikel ovarium dan meningkatkan sekresi estrogen. Sedangkan pada pria diperlukan untuk produksi sperma (bersama hormon ICSH). e.) Hormon Luteinisasi (LH) Pada wanita berfungsi pada ovulasi dan luteinisasi, mengatur estrogen dan progesteron. Sedangkan pada pria merangsang sel interstisial (ditestis) untuk mengeluarkan testosteron, karena itu hormon ini pada pria biasanya disebut hormon perangsal sel interstisial (ICSH) f.) Hormon Prolaktin (PRL) Pada wanita jumlah tinggi setelah melahirkan meningkatkan perkembangan payudara dan merangsang kelenjar susu untuk produksi susu. Sedangkan pada pria meningkatkan reseptor LD dalam sel interstisial yang meningkatkan testosteron sehingga meningkatkan spermatogenesis dan merangsang sel prekursor oligodendrosit. g.) Hormon beta-endorfin Hormon ini berfungsi sebagai neurotransmiter dan memiliki efek analgesik (pereda nyeri) dalam tubuh. Hormon ini diproduksi terutama oleh kelenjar hipofisis (pituitari) dan berperan dalam mengatur rasa sakit, suasana hati, dan respon terhadap stres. Sedangkan contoh hormon nontropik yaitu hormon yang secara langsung merangsang jaringan non-endokrin lainnya yaitu : a.) Kortisol / ADH Kortisol yaitu hormon yang mengatur stres, gula darah, tekanan darah, dan fungsi sistem imun.sedangkan ADH untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh dengan mengontrol jumlah air yang diserap kembali oleh ginjal. Ini membantu mencegah dehidrasi dan menjaga tekanan darah yang stabil. 35 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada kelenjar ini terdapat hormon yang berfungsi sebagai mengaktifkan hormon yang disebut dengan hormon tropik dan yang memberhentikan yaitu hormon nontropik. Berikut adalah sel-sel dalam pituatri (hipofisis) anterior dengan fungsinya : a.) Somatotrof : sel-sel dikelenjar pituatri anterior yang mengeluarkan hormon pertumbuhan (30%-40%) sel dikelenjar pituatri anterior) b.) Gonadotrof : sel-sel pituatri anterior yang mengeluarkan gonadotropin seperti hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon LH. c.) Kortikotrof : sel-sel pituatri anterior yang membuat hormon pelepas CRH untuk merangsang sintesis dan sekresi hormon ACTH. Contoh kasus yang berkaitan dengan pembahasan dalam hormon ini yaitu : Gambar tersebut menunjukkan terdapat dwafisme yaitu pria dalam foto yang tingginya 2 kaki lebih 5,4 inci hal ini karena hormon pertumbuhan (GH) yang tidak memadai dan tepat. Sedangkan sekresi GH yang berlebihan pada pria satunya lagi menyebabkan gigantisme yang memiliki tinggi 8 kski lebih 1 inci.. sekrresi GH yang berlebihan itu pula dapat menyebabkan orang dewasa 36 mengalami akromegali yaitu penebalan dan pembesaran struktur tulang wajah, tangan, dan kaki. 2. Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu dileher. Terletak tepat dibawah tulang rawan tiroid pada laring dan tepat diatas bagian atas trakea, seperti gambar berikut : Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yaitu : a. Hormon Tiroksin Hormon ini memiliki sel folikel yang menghasilkan dua jenis hormon tiroid yaitu tiroksin atau tetraiodotironin (T4) dan triiodotironin (T3). Perhatikan gambar histologi kelenjar tiroid berikut : 37 Gambar tersebut menunjukkan folikel tiroid di dalam jaringan yang mengandung koloid tempat T4 dan T3 terbuat dari glikoprotein yang menempelkan yodium untuk menjadi trioglobulin. Sel parafolikel juga disebut sebagai sel C yaitu tempat hormon yang memgurangi plasma Ca2+ dan kalsitonin. Kedua hormon berperan: merangsang selera makan; mempercepat penguraian karbohidrat, lemak dan protein; meningkatkan kewaspadaan dan mempercepat refleks; sekresi hormon pertumbuhan; perkembangan sistem saraf embrio b. Hormon Kalsitonin Perhatikan gambar berikut : Kalsitonin dibuat oleh sel parafolikel atau yang disebut dengan sel C tadi. Kelenjar tiroid juga mengeluarkan hormon pengatur kalsium (Ca2=) kalsitonin. Ketika kadar Ca2+ dalam darah meningkat maka kalsitonin ini dilepaskan untuk merangsang sel tulang agar menyimpan kalsium kedalam jaringan tulang. Tulang adalah jaringan dinamis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan mineral penting seperti Ca2+ dan fosfor. Sel tulang adalah sel-sel yang dirangsang oleh kalsitonin untuk membuat lebih banyak matriks tulang dan dengan demikian menurunkan kadar Ca2+ dalam darah, kinerja dari kalsitonin ini bersifat berlawanan dengan tindakan hormon paratiroid. Berikut gambar kelenjar tiroid pada hewan vertebrata : 38 Contoh dari kasus atau penyakit dari kelenjar ini adalah hipotiroidime yaitu ketika kelenjar tiroid memproduksi terlalu sedikit tiroksin, pada orang dewasa hal ini mneyebabkan kelesuan dan penambahan berat badan, sedangkan pada bayi hal ini akan menyebabkan kretinisme yang ditandai dengan kekerdilan, keterbelakangan mental, dan kurangnya kematangan seksual, penyakit ini melibatkan sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan tiroid. 3. Kelenjar Paratiroid Perhatikan gambar berikut : Kelenjar paratiroid terdapat empat buah yang menempel dipermukaan posterior kelenjar tiroid. Kelenjar ini mengeluarkan hormon pratiroid (PTH) yang membantu mengendalikan kadar kalsium darah 39 (Ca2+) dalam tubuh. Ketika kadar Ca2+ dalam darah terlalu rendah, hormon paratiroid dilepaskan untuk meningkatkan akdar Ca2+ dalam darah. 4. Kelenjar Adrenal Kelenjar adrenal terleteak diatas setiap ginjal dan akrenanya kadang-kadang disebut sebagai kelenjar suprarenal. Perhatikan gambar berikut : Gambar tersebut menunjukkan gambar kelenjar adrenal dimana kelenjar ini sebenarnya adalah dua kelenjar endokrin ayng berbeda dalam satu. Bagian luarnya adalah korteks adrenal dan melepaskan hormon kortikal, sedangkan bagian dalam disebut medula adrenal dan melepaskan epinefrin. Berikut penjelasan lebih merinci dari kedua bagian tersebut : a. Korteks adrenal Korteks adrenal menghasilkan hormon yang mengendalikan keseimbangan garam dalam darah yaitu hormon aldosteron, keseimbangan gula yaitu hormon kortisol, dan perkembangan seksual yaitu hormon androgen dan estrogen. Hormon ini memiliki 3 zona, perhatikan gambar berikut ini : 40 a.) Zona glomerulosa, bagian terluar yang tipis, Penyerapan air dan transport natrium oleh ginjal (hormonnya disebut dengan mineralokortikoid) b.) Zona fasikulata, bagian tengah yang tebal, Metabolisme karbohidrat (glukokortikoid) c.) Zona retikularis, bagian dalam tipis, steroid seks dibuat disini (estrogen, androgen, dan progesteron) b. Medula adrenal Medula adrenal adalah bagian dalam kelenjar adrenal, medula ini sebenarnya dapat dilihat sebagai kelanjutan dari sistem saraf, karena terdiri dari ajringan saraf yang dimodifikasi. Medula adrenal menghasilkan epinefrin (E) dan norepinefrin (NE). Epinefrin meningkatkan detak jantung, memperlebar saluran pernapasan, dan meningkatkan kadar glukosa dalam darah, memberikan energi tambahan bagi otot dan organ vital. Norepinefrin, di sisi lain, berfungsi lebih pada pengaturan tekanan darah dan meningkatkan aliran darah ke otot dengan menyebabkan penyempitan pembuluh darah di beberapa area. Bersama-sama, kedua hormon ini membantu mengoptimalkan fungsi tubuh dalam situasi stres, meningkatkan kewaspadaan, dan memperbaiki kinerja fisik. 41 Berikut adalah gambar dari kelenjar adrenal dari hewan vertebrata : 5. Kelenjar Pankreas Pankreas adalah organ eksokrin dan sebuah kelenjar endokrin. Terletak dibelakang lambung mamalia, keplaanya berdekatan denagn duodenum usus halus. Bagian eksokrin mneghasilkan cairan pankreas yang merupakan enzim pencernaan yang digunakan dalam sistem pencernaan untuk memecah dan menyerap nutrisi. Sedangkan kelenjar endokrin, pada bagian ini terdapat dipulau langerhans dan menghasilkan 2 hormon yang mengatur kadar glukosa darah yaitu : a. Insulin Hormon ini berperan menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi setelah makan. Ketika konsentrasi glukosa darah meningkat diatar kisaran normal (normalnya 70-11- mg/dl), maka sel beta (β) dipulau pankreas (pulau langerhans) mengeluarkan hormon peptida insulin. Insulin yang mengalir melalui aliran darah memberi sinyal kepada sel target untuk memasukkan transporter glukosa kedalam membran plasma mereka, dengan cara ini mereka dapat menyerap kelebihan glukosa yang beredar dalam darah. Jadi insulin mendorong pembuangan glukosa tambahan dari darah sehingga dapat disimpan sebagai glikogen dihati dan otot rangka, proses ini disebut dengan glikogenesis, yang artinya pembuatan glikogen. Insulin juga mendorong banayk aktivitas anabolik lainnya seperti lipogenesis, yang berarti pembuatan lemak. Jadi hormon insulin merangsang penyimpanan adiposa (lemak) diadiposit (sel lemak) dan merangsang sintesis protein di otot rangka. Baik sintesis protein maupun 42 lemak terjadi melalui jalur reseptor tirosin kinase pada jaringan ini. Perhatikan contoh berikut adalah kinerja dari hormon insulin yang mendeteksi adanya kenaikan glukosa darah setelah makan maknan khas yang mengandung karbohidrat : Proses menunjukkan peningkatan glukosa darah dideteksi oleh sel beta dipulau pankreas dan kemudian sel beta akan melepaskan insulin kedalam aliran darah. Insulin akan berikatan dengan sel reseptor pada membran plasma yang banayk sel, kemudian akan mengaktifkannya untuk memasukkan transporter GLUT 4 kedalam membran plasma tadi, kemudian glukosa yang tinggi dalam darah akan bergerak menuruni gradien konsentrasinya melalui difusi terfasilitasi kedalam sel, hal tersebutlah yang menyebabkan penurunan akdar glukosa darah kemudian sel beta akan berhenti melepaskan insulinnya. Jika insulin gagal di produksi oleh pankreas maka akibatnya muncullah gangguan yang disebut dengan diabetes melitus. 43 b. Glukagon Hormon glukagon ini dihasilkan oleh sel alfa (α) yang ada pada pankreas sebagai respons terhadap konsentrasi glukosa yang rendah dalam darah, sehingga aksinya bersifat antagonis dari insulin. Glukagon biasanya dikeluarkan diantara waktu makan untuk menjaga kestabilan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon menyebabkan hati menghidrolisis simpanan glikogennya menjadi glukosa dan melepaskannya kedalam aliran darah, sehingga meningkatkan kadar glukosa darah. Glukagon juga menyebabkan lemak dan protein diubah menjadi glukosa, suatu proses yang disebut glukonoegenesis. Perhatikan contoh berikut dalam kinerja hormon glukagon : Ketika terjadi penurunan glukosa darah diantara waktu makan maka hal ini akan dideteksi oleh sel alfa dipankreas dan akan memicu pelepasan glukagon dalam aliran darah yang akan merangsang hepotosit hati untuk terlibat dalam glikogenolisis dan glukoneogenesis yang akan menghasilkan glukosa bebas yang dikirim kealiran darah. Proses glukoneogenesis adalah mekanisme pembuatan glukosa dari lipid dan protein. Ketika peningkatan kadar glukosa 44 darah sudah terjadi dan cukup maka sel alfa pada pankreas akan berhenti melepaskan glukagon. Selain itu dalam pankreas ini juga terdapat sel delta yang bertugas untuk melepaskan somatostatin yang berfungsi menghambat sekresi hormon pankreas lainnya termasuk insulin dan glukagon. Hormon somatostatin ini berfungsi memblokir sekresi insulin dan glukagon dari sel-sel yang berdekatan untuk mengatur aliran nutrisi kedalam dan keluar dari sirkulasi. Berikut gambarnya : Berikut adalah gambar dari pankreas hewan vertebrata : Pembahasan selanjutnya yaitu kelenjar endokrin sekunder yang terdiri dari : 1. Jantung Jantung juga termasuk kelenjar endokrin sekunder kaena menghasilkan hormon, yaitu hormon peptida natriuretik atrium (ANP) atau faktor (ANF) dan peptida natriuretik otak (BNP). Hormon ANP diproduksi oleh sel-sel di atrium jantung dan berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dengan menghambat reabsorpsi natrium di ginjal, sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan air. Hal ini membantu mengurangi volume darah dan menurunkan tekanan darah. Di sisi lain, BNP diproduksi terutama oleh ventrikel jantung dan memiliki fungsi yang mirip dengan ANP, tetapi lebih sering diukur dalam konteks gagal jantung. 45 BNP membantu mengatur tekanan darah dan volume cairan dengan cara yang serupa, serta memberikan indikasi tentang kondisi jantung. Keduanya berkontribusi pada mekanisme homeostasis tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan fungsi jantung yang optimal. Berikut ilustrasi gamabr dari hormon ANP dan BNP dari jantung : Gambar tersebut menggambarkan bahwa jika terjadi tekanan volume di atrium maka jantung akan melepaskan ANP dari atrium dan BNP dari ventrikel kedalam aliran darah dan akan menurunkan tekanan darah. 2. Kelenjar Timus Timus merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh sekaligus kelenjar endokrin. Kelenjar timus terletak dengan nyaman diatas aspek anterior jantung tepat dibelakang tulang dada, kelenjar ini memiliki dua lobus yang menyatu didepan trakea. Setiap lobus terbuat dari limfoid yang terdiri dari sel darah putih dan lemak yang tersusun rapat. Fungsinya adalah untuk mengubah limfosit menjadi sel T. Kemudian sel T akan diangkut keberbagai kelenjar dan jaringan limfoid temoat sel tersebut akan berperan penting dalam melawan infeksi dan penyakit serta melindungi dari pertumbuhan sel abnormal seperti kanker dan ajringan asing apapun yang masuk kedalam tubuh. Berikut gambar letak kelenjar timus : 46 3. Gonad Gonad merupakan organ reproduksi utama pada manusia dan hewan vertebrata, pada betina disebut dengan ovarium dan pada jantan disebut dengan testis. Pada ovarium akan menghasilkan sel telur (oosit) dan pada testis akan menghasilkan sperma. Dan gonad akan menghasilkan hormon seks, pada ovarium akan menghasilkan estrogen dan progesteron sedangkan pada testis akan menghasilkan testosteron. Berikut penjelasan secara lengkapnya : a. Ovarium Ovarium berbentuk oval mengapit kedua sisi rahim pada wanita dan melepaskan sel telur atau ovum setiap bulan. Berikut adalah struktur ovarium sebagai penghasil hormon : a.) Folikel ovarium, diovairumlah sintesis akan terjadi dan mengeluarkan hormon seks steroid wanita yang berperan penting dalam perkembangan wanita. Folikel ini akan mneghasilkan tiga golongan utama hormon seks wanita yaitu estrogen, progesteron, dan androgen. b.) Setelah ovulasi, folikel ovarium menjadi korpus luteum. Korpus luteum lah yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron setelah pertengahan siklus ovarium. Produksi progesteron merupakan fungsi utama korpus luteum. Peningkatan progesteron setelah ovulasi mengubah rahim menjadi lingkungan yang sehat bagi janin untuk berkembang dan tumbuh. Tetapi jika tidak ada ovulasi maka korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikans ayng memberikan sinyal dimulainya menstruasi. 47 Perhatikan gambar berikut : Gambar tersebut menggambarkan secara singkat pengaruh hormon seks wanita pada tubuh wanita. b. Testis Testis terbungkus dalam skrotum, yang merupakan kantung yang berada diluar rongga perut tubuh. Androgen adalah hormon seks pria dan androgen utama adalah testosteron, ayng disekresikan oleh sel interstisial testis. Sel-sel ini dulunya disebut sel leydig sehingga terkadang istilah sel interstisial leydig digunakan, sejumlah kecil tetosteron juga di produksi oleh korteks adrenal. Produksi testosteron dimulai selama perkembangan janin, berlanjut untuk waktu yang singkat sete;ah kelahiran, hampir berhenti selama masa kanak-kanak, dan kemudian berlanjut saat pubertas. Testosteron berfungsi pada tumbuhnya rambut pada bagian tertentu pria, pertumbuhan rangka dan otot, dan pembesaran laring yang menciptakan suara bernada rendah. Testosteron juga berfungsi sebagai efek pada setiap sistem tubuh, termasuk sistem saraf, kardiovaskular, dan endokrin. Testosteron dihasilkan oleh sel-sel interstisial didalam testis, yaitu sel-sel leydig yaitu sel yang ditemukan diantara tubulus seminiferus dan sel inilah yang 48 memproduksi testosteron dengan adanya luteinisasi hormon (LH), yang juga disebut hormon perangsang sel interstisial (ICSH) yang dibuat dan dilepaskan oleh kelenjar pituitari anterior, dan merupakan molekul yang sama persis dengan hormon luteinisasi yang memainkan peran penting dalam mengatur siklus ovarium dan memicu pelepasan sel telur saat ovulasi. C. Pengertian Sistem Indera Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya, sistem indera yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba. Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis ransangan tertentu. Semua organisme memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi. Reseptor diberi nama berdasarkan jenis ransangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor (penerima ransang zat kimia), fotoreseptor (penerima ransang cahaya), audioreseptor (penerima ransang suara) dan mekanoreseptor (penerima ransang fisik, seperti tekanan, sentuhan, dan getaran). Selain itu dikenal pula beberapa reseptor yang berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar yang dikelompokkan sebagai eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor. Interoreseptor terdapat diseluruh tubuh manusia. D. Sistem Indra Pada Manusia 1. Indra Penglihatan (Mata) Indera penglihatan manusia adalah mata. Kita dapat mengenal dan melihat suatu benda yang kita lihat karena adanya kerjasama antara mata dan otak. Ransangan yang terjadi dibagian mata akan diteruskan ke otak. Disini otak mengolah dan menerjemahkan informasi yang diterima sehingga menghasilkan suatu perwujudan penglihatan. 49 a. Struktur Anatomi Mata Mata manusia berbentuk bulat lonjong, berdiameter 2,5cm. Bagian depan dari mata dilindungi oleh membran tipis dan transparan yang disebut konjungtiva. Membran ini berfungsi untuk melindungi kornea mata. Pada konjungtiva mengalir air mata yang dihasilkan oleh kelenjar air mata. Cairan air mata berguna untuk menjaga kelembapan mata. Pada cairan air mata terdapat enzim yang disebut lisozim, yang dapat membunuh bakteri. Selain itu cairan air mata berguna untuk membersihkan mata saat berkedip. Kelopak mata, alis mata, dan bulu mata berguna untuk mencegah masuknya kotoran (debu) dari udara atau keringat dari kepala (dahi). Mata tersusun atas tiga lapisan, yaitu sklera, koroid dan retina. Sklera merupakan lapisan terluar mata yang berwarna putih. sebagian besar sklera dibangun oleh jaringan fibrosa. Pada bagian sklera terdapat kornea, yaitu bagian mata yang transparan dan tersusun dari serabut kolagen. Kornea dapat dianggap sebagai jendela mata. Koroid merupakan lapisan tengah yang tipis dan berwarna gelap. Lapisan ini banyak mengandung pigmen dan pembuluh darah. Pada bagian depan koroid, dibelakang kornea terdapat suatu struktur yang disebut iris. Iris berbentuk bulat dan terdiri atas otot-otot sirkular berpigmen. Warna mata kita ditentukan oleh pigmen pada iris. Iris berfungsi untuk mengatur ukuran pipil atau banyaknya cahaya yang masuk ke mata. Retina merupakan lapisan dalam dari mata yang mengandung fotoreseptor dan sel-sel saraf yang sensitif terhadap cahaya. Retina mengandung dua macam 50 fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya, tetapi tidak bisa membedakan warna. Pada malam hari atau keadaan gelap, sel tersebut hanya melihat warna cahaya hitam dan putih. Sel kerucut (konus) sensitif terhadap cahaya, tetapi pada panjang gelombang yang berbeda. Pada tempat terang, sel-sel ini mampu membedakan warna didalam retina, sel mengirim sebuah pesan disepanjang saraf optik menuju otak. Otak kemudian memisah-misahkan semua pesan dari masing-masing sel reseptor dan membangun sebuah bayangan. b. Mekanisme Melihat Dapat melihat suatu benda karena adanya pantulan cahaya dari benda tersebut masuk ke mata. Secara garis besar, pantulan cahaya tersebut akan masuk ke mata secara berurutan. Yaitu melalui kornea, aqueous humor, pupil, lensa, vitreous humor dan akhirnya ditangkap oleh fotoreseptor di retina. Pantulan cahaya yang masuk menembus kornea akan diteruskan melewati pupil. Banyaknya cahaya yang masuk melewati pupil diatur oleh iris. Melalui pupil, cahaya diteruskan menembus lensa mata. Pada lensa mata terjadi perubahan bentuk sehingga dapat memfokuskan cahaya pada retina. Dalam hal ini lensa melakukan perubahan bentuk dengan cara mencembungkan atau memipih. Pada retina terbentuk bayangan nyata, terbalik dan lebih kecil daripada ukuran objek aslinya. Saat fotoreseptor di retina menerima ransangan cahaya, impuls akan diteruskan kedalam serat-serat saraf. Impuls-impuls ini dikirim disepanjang saraf optik ke pusat penglihatan di otak depan (lobus oksipital), sehingga menghasilkan suatu kesan yang sesuai aslinya, baik ukuran, warna maupun jarak dari objek. Selanjutnya, pembalikan bayangan pada retina dilakukan didalam pusat optik di otak sehingga membentuk kesan objek yang tidak terbalik. c. Kelainan Atau Penyakit Pada Mata Pada anak-anak, titik dekat mata bisa sangat pendek, kira-kira 9cm untuk anak umur 11 tahun. Makin tua, jarak titik dekat makin panjang. Sekitar umur 40-50 tahun terjadi perubahan yang menyolok, yaitu titik dekat mata sampai 50cm, oleh karena itu memerlukan pertolongan kaca mata untuk membaca berupa kaca mata cembung (positif). Cacat mata seperti ini disebut Presbiopi atau mata tua karena proses penuaan. Hal ini disebabkan oleh elastisitas lensa berkurang. Penderita presbiopi 51 dapat dibantu dengan lensa rangkap. Mata jauh dapat terjadi pada anak-anak yang disebabkan bola mata terlalu pendek sehingga bayang-bayang jatuh dibelakang retina. Cacat mata pada anak-anak seperti ini disebut Hipermetropi. Miopi atau mata dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh bola mata terlalu panjang sehingga bayang-bayang dari benda yang jaraknya jauh akan jatuh didepan retina. Pada mata dekat ini orang yang tidak dapat melihat benda yang jauh, mereka hanya dapat melihat benda yang jaraknya dekat. Untuk cacat seperti ini orang dapat ditolong dengan lensa cekung (negatif). Miopi biasanya terjadi pada anak-anak. Astigmatisma merupakan kelainan yang disebabkan bola mata atau permukaan lensa mata mempunyai kelengkungan yang tidak sama, sehingga fokusnya tidak sama, akibatnya bayang-bayang jatuh tidak pada tempat yang sama. Untuk membantu orang yang cacat seperti ini dibuat lensa silindris, yaitu yang mempunyai beberapa fokus. Katarak adalah cacat mata yaitu buramnya dan berkurang elastisitasnya lensa mata. Hal ini terjadi karena adanya pengapuran pada lensa. Pada orang yang terkena katarak pandangan menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang. Kelainan-kelainan mata yang lain diantaranya Imeralopi (rabun senja), yaitu pada senja hari penderita menjadi rabun. Xeroftami yaitu kornea menjadi kering dan bersisik. Keratomealasi yaitu kornea menjadi putih dan rusak. 2. Indra pendengaran (Telinga) Indera pendengaran dan keseimbangan manusia adalah telinga. Telinga mengandung reseptor yang sensitif terhadap getaran suara di udara. Telinga juga mengandung reseptor yang sensitif terhadap getaran posisi dan gerakan kepala. Sel-sel reseptor tersebut terdapat pada telinga dalam dan masing-masing terdiri atas sel-sel rambut dengan sterosilia. 52 a. struktur telinga Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar dan telinga tengah mengandung udara sedangkan telinga dalam berisi dua macam cairan, yaitu berupa perilimfa dan endolimfa. 1. Telinga luar Telinga luar merupakan sebuah tabung terbuka pada bagian samping kepala dan masuk hingga mencapai gendang telinga. Bagian paling luar dari telinga luar merupakan bentuk pemanjangan dari kulit dan tulang rawan yang disebut daun telinga atau pinna. Pada manusia dan mamalia, daun telinga berguna untuk meningkatkan konsentrasi dan mengarahkan getaran ke dalam telinga. Saluran luar yang dekat lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus serta cairan lilin yang berguna untuk mencegah kotoran masuk. 2. Telinga tengah Telinga tengah dimulai dari gendang telinga (membran timpani), sampai ke jendela oval. Jendela oval merupakan sebuah membran yang terdapat dibawah 53 tulang sanggurdi. Diantara membran timpani dan jendela oval terdapat tiga tilang kecil, yaitu tulang martil (maleus), tulang landasan (inkus) dan tulang sanggurdi (stapes). Dari tulang-tulang kecil ini getaran dari membran timpani diteruskan ke telinga dalam melewati jendela oval. Telinga tengah dihubungkan dengan rongga mulut oleh pembuluh eustachius. 3. Telinga Dalam Rongga telinga dalam terdiri dari berbagai rongga yang menyerupai saluransaluran. Rongga-rongga ini disebut labirin tulang dan dilapisi dengan membran sehingga disebut juga labirin membran. Labirin tulang terdiri dari tiga bagian, yaitu vestibula, kokle (rumah siput), dan tiga saluran setengah lingkaran. Rumah siput atau koklea merupakan suatu tabung yang panjangnya sekitar 3cm dan bergelung seperti cangkang siput serta berisi cairan limfa. Kokle tersebut berbentuk saluran melingkar yang terdiri atas tiga ruangan, yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Skala vestibuli dan skala timpani mengandung cairan yang disebut perilimfe. Skala media juga mengandung cairan yang disebut endolimfe. Skala vestibuli berhubungan dengan skala timpani melalui lubang kecil yang disebut helikotrema. Skala vestibuli berakhir pada jendela oval (foramen ovale). Sedangkan skala timpani berakhir pada jendela bundar. Antara skala vestibuli dengan skala media terdapat membran Reissner, sedangkan antara skala media dengan skala timpani terdapat membran basiler. Di dalam skala media terdapat suatu tonjolan yang disebut membran terktorial yang sejajar dengan membran basiler. 54 Di dalam skala media bagian dalam atau tengah terdapat organ korti. Organ korti berisi ribuan sel rambut sensori yang merupakan reseptor getaran (reseptor vibrasi). Sel-sel rambut tersebut terletak di antara membran basiler dan membran tektorial. Dasar dari sel reseptor pendengar tersebut berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar. 4. Kelainan atau penyakit pada telinga Gangguan pada telinga Radang telinga (Otitas media) yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri yang sering menyerang anak-anak. Labirintitis merupakan gangguan pada labirin dalam telinga, penyakit ini disebabkan oleh infeksi, gagar otak dan alergi. Tuli konduksi yaitu tuli yang disebabkan gangguan penghantaran suara, disebabkan oleh penyumbatan saluran telinga, penebalan atau pecahnya selaput gendang telinga, kekakuan hubungan stapes pada fenestra ovali, pengapuran tulang-tulang pendengaran. Tuli saraf yaitu gangguan pendengaran karena kerusakan saraf auditori dan saraf pendengaran. 3. Idra Pembau (Hidung) a. Struktur hidung Indera pembau dan indera pengecap merupaka suatu sistem kemoreseptor yang sangat peka. Indera pembau dibangun oleh jaringan epitel olfaktori dan sel-sel reseptor olfaktori. Sel olfaktori merupakan sel-sel saraf yang terdapat didalam lapisan mukus atau lendir jaringan epitel rongga hidung bagian atas. Reseptor olfaktori memiliki rambut-rambut olfaktori yang terbenam pada lapisan mukus. Rambutrambut olfaktori merupakan penonjolan dari dendrit, sedangkan ujung yang lainnya merupakan akson membentuk sinapsis dengan sel saraf lain di dalam bulbus olfaktori (otak). Pada rambut-rambut olfaktori terdapat protein reseptor bau. 55 Bau bahan kimia yang terhirup bersama udara (berupa gas) tidak langsung naik ke bulbus olfaktori, melainkan berdifusi di dalam lapisan mukus dan berikatan dengan reseptor pada dendrit. Selanjutnya sel-sel reseptor olfaktori teransang dan menimbulkan impuls-impuls saraf yang kemudian dikirim oleh saraf olfaktori ke pusat penciuman (otak). Di otak informasi bau diolah atau diterjemahkan sehingga menimbulkan sensasi bau. Otak dapat mengingat aroma tertentu karena tabung olfaktori berhubungan langsung dengan pusat emosi dan memori di otak. Misalnya, saat mencium bau parfum tertentu kita akan ingat pada seseorang yang pernah memakai parfum tersebut. b. Kelainan Atau Penyakit Pada Hidung Kelainan pada indera pembau anosmia adalah hilangnya atau berkurangnya kemampuan untuk membau. Hipersomnia adalah pembau yang berkelebihan tetapi 56 kelainan ini jarang terjadi. Disosmia adalah berubahnya pembau yang menyebabkan penderita merasa membau bau yang tidak enak. 4. indra pengecap (lidah) a. Struktur lidah Indera pengecap pada manusia terutama terdapat pada lidah. Selain itu indera pengecap juga terdapat pada langit-langit yang lunak dan epiglotis. Indera pengecap merupakan kemoreseptor yang mendeteksi bahan kimia yang masuk melalui makanan dan minuman. Indera pengecap dibangun oleh suatu struktur yang disebut kuncup pengecap (Taste buds). Pada lidah terdapat lebih kurang 10.000 kuncup pengecap yang tersebar di permukaan atas dan sepanjang pinggir lidah. Kuncup pengecap tertananm di bagian epitel lidah dan bergabung dengan tonjolan-tonjolan lidah yang disebut papila. Kuncup pengecap tersusun dari sel pendukung dan sel pengecap yang bentuknya memanjang dan memiliki mikrovili. Pada mikrovili terdapat reseptor molekul protein yang menyebabkan otak dapat mengenali lima pengecap dasar yaitu manis, asam, pahit dan asin. 57 b. Kelainan atau penyakit pada lidah Kelainan pada indera pengecapan ageusia merupakan berkurangnya atau hilangnya pengecapan penyebabnya adalah berbagai keadaan yang mempengaruhi lidah, misalnya kondisi mulut yang kering. Disgeusia merupakan berubahnya pengecapan, penyebabnya bisa berupa luka bakar pada lidah. 5. Indera Peraba (Kulit) a. Struktur Kulit Indera peraba pada manusia adalah kulit. Kulit memiliki beberapa tipe reseptor sensorik. Misalnya, berupa mekanoreseptor, nosiseptor dan termoreseptor. Oleh sebab itu, kulit sangat sensitif terhadap sentuhan, panas, dingin, tekanan dan rasa sakit (nyeri). Jika kulit di ransang, maka berbagai ransangan yang berbeda dapat muncul. Perbedaan macam ransangan yang muncul di tentukan oleh reseptor-reseptor khusus (indera) yang terdapat pada ujung-ujung saraf. Pada umumnya, terdapat dua macam bentuk ujung saraf pada reseptor kulit yaitu reseptor berujung saraf bebas dan reseptor dengan ujung saraf berselubung 58 kapsul/selaput. Reseptor berujung saraf bebas terdapat di seluruh jaringan tubuh dan berfungsi untuk mendeteksi rasa sakit. Reseptor dengan ujung saraf berselubung atau berselaput dapat berupa Korpuskel Meissner dan Diskus Merkel, berfungsi mendeteksi rangsangan sentuhan lunak, Korpuskel Pacini mendeteksi rangsangan tekanan, Korpuskel Ruffini mendeteksi rangsangan panas dan Korpuskel Krause mendeteksi rangsangan dingin. Semua reseptor khusus tidak terdistribusi secara merata pada kulit. Wilayahwilayah kulit tertentu dapat saja jauh lebih peka dibandingkan wilayah-wilayah kulit lainnya terhadap suatu rangsangan. Misalnya, ujung jari dan bibir sangat peka terhadap sentuhan, jauh lebih peka dibandingkan punggung tangan. b. Kelaina Atau Penyakit Pada Kulit Kelainan pada kulit yaitu Jerawat, terjadi karena pori-pori kulit tersumbat sehingga menimbulkan kantung nanah (Neutrofil mati) yang meradang. Paru/Kurap (Pitriyasis versikolor) yaitu salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Kutu air adalah penyakit kulit akibat terinfeksi krustasea kecil (zooplankton) penghuni air. Bisul (abses) yaitu pembengkakan pada jaringan kulit berisi nanah (Neutrofil mati) yang disebabkan oleh infeksi.(Maulidasari, Muamar, and Nur 2020) E. Sistem Indera Pada Vetebrata Veterbrata memiliki sistem indera yang lebih berkembang dari hewan invetebrata. Berikut ini penjelasan indera pada ikan, katak, burung dan mamalia. 1. Indera pada Ikan Indra ikan yang berkembang dengan baik adalah indra penglihat, pencium, dan pendengar. Indra penglihat ikan terletak di kedua sisi kepalanya. Bola mata ikan tidak dilindungi oleh kelopak, tetapi dilindungi oleh selaput tipis yang tembus cahaya. Ikan dapat melihat dengan jelas di dalam air karena baik air maupun kornea ikan membiaskan cahaya pada sudut yang sama. Sel-sel saraf penglihat pada ikan terdiri 59 atas sel-sel batang dan sel-sel kerucut. Sel- sel batang menyebabkan ikan dapat melihat dengan jelas di tempat yang kurang menerima cahaya. Ikan juga dapat melihat warna walaupun hanya sampai tahap tertentu. Ikan mudah melihat warna merah dan kuning, tetapi lebih sulit membedakan warna hijau, biru, dan hitam. Mata ikan dapat berakomodasi dengan cara mengubah kedudukan lensa mata ke belakang (mundur) dan ke depan (maju). Gerakan itu dilakukan oleh otot kecil yang disebut retraktor lentis. Ketika melihat benda dekat, otot retraktor lentis berelaksasi (mengendur) sehingga lensa bergerak ke depan. Sebaliknya, ketika melihat benda jauh, retraktor lentis berkontraksi (mengerut) sehingga lensa tertarik ke belakang. Indra pencium ikan juga berkembang dengan baik. Indra pencium tersebut terletak di ruang kecil tepat di depan mata. Ikan menggunakan indra tersebut untuk mencari makanan, menghindari musuh, dan menemukan pasangan untuk kawin. Indra pendengar ikan mirip dengan telinga dalam manusia dan tidak terlihat dari luar karena terletak di dalam tengkorak. Telinga ikan membantu mendeteksi bunyi, menjaga keseimbangan tubuh ikan, serta membantu ikan merasakan perubahan kecepatan dan arah sewaktu berenang. Ikan mempunyai indra tambahan yang disebut gurat sisi. Gurat sisi juga disebut indra keenam. Fungsi gurat sisi adalah untuk mengetahui tekanan air. Selain itu, alat ini dapat mendeteksi gangguan sekecil apa pun dilingkungannya. Gurat sisi secara tepat dapat menentukan arah gangguan itu dan memberi peringatan kalau ikan hampir 60 menabrak karang atau benda lain.Ketika baru dilempar ke dalam air akan menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan. Perubahan tersebut terdeteksi oleh gurat sisi ikan yang terdapat disamping kanan dan kiri tubuh ikan. Ikan menganggap isyarat perubahan itu sebagai tanda bahaya. 2. Indera pada Amfibi Pada amfibi, misalnya katak, indra yang berkembang dengan cukup baik ialah indra penglihat dan pendengar. Mata katak berbentuk bulat serta dilindungi oleh kelopak mata atas dan bawah. Bagian sebelah dalam mata terdapat membran niktitans, yaitu suatu selaput tipis yang tembus cahaya. Membran niktitans berfungsi untuk menjaga agar komea mata tetap lembap ketika berada di darat dan menghindari gesekan ketika katak menyelam dalam air. Hal itu merupakan bentuk penyesuaian sifat katak sebagai hewan amfibi. Lensa mata katak tidak dapat berakomodasi. Oleh karena itu, katak hanya dapat melihat benda dengan jarak tertentu saja. Indra pendengar katak adalah teliñga yang terdiri atas telinga luar dan telinga dalam. Telinga luar berupa sepasang selaput pendengar di sebelah kanan dan kiri kepala. Selaput pendengar berbentuk segitiga yang melebar di bagian luarnya. Apabila terkena getaran atau bunyi, selaput pendengar akan bergetar. Getaran dan selaput pendengar diteruskan oleh tulang pendengar ketingkap jorong. Selanjutnya, getaran dari tingkap jorong akan diteruskan oleh cairan limfa ke saraf pendengar. Akhirnya, getaran oleh saraf pendengar diteruskan ke otak dalam bentuk impuls saraf. 3. Indera pada Reptilia 61 Indra pada reptilia yang berkembang dengan baik adalah indra pencium. Kadal, komodo, dan ular memiliki indra pencium yang disebut organ Jacobson. Organ Jacobson ditemukan pertama kali pada abad ke-19 oleh seorang ilmuwan Denmark yang bernama L.L. Jacobson. Indra tersebut terletak di langit-langit rongga mulut. Kadal, ular, dan komodo sering menjulurkan lidahnya untuk mencium bau mangsa dengan cara mengambil bau yang telah ditinggalkan mangsanya di udara dan di tanah. Lidah itu kemudian ditarik dan ditempelkan pada organ Jacobson untuk menyampaikan bau. Sebagai pemakan bangkai, kornodo memiliki indra pencium yang sangat tajam. Hewan ini dapat mencium darah segar dari jarak empat kilometer. Namun, indra reptilia yang lain belum berkembang dengan baik. Beberapajenis ular, misalnya ular derik, memiliki indra yang peka terhadap rangsang panas. Indra itu begitu peka sehingga dapat membedakan dua benda dengan suhu yang hanya berbeda sepersepuluh ribü derajat celsius. Dengan indra tersebut, ular dapat berburu mangsa pada waktu gelap. 4. Indera pada Burung Indra penglihat dan indra keseimbangan burung berkembang dengan baik. Kedua macam indra tersebut memungkinkan burung dapat terbang lurus, menukik, atau membelok dengan cepat. Indra keseimbangan burung terletak di dalam rongga telinga dan berhubungan dengan otak kecil. 62 (Letak mata pada burung) Otak kecil burung berukuran besar karena berkembang dengan baik sebagai pusat keseimbangan tubuh burung pada saat terbang. Sebagian besar burung memiliki indra penglihat yang sangat membantu burung untuk mendapatkan makanan, untuk menemukan musuh, maupun untuk terbang. Mata burung mampu berakomodasi dengan cara mengubah bentuk lensa matanya. Pada saat burung melihat benda yang jauh, lensa mata burung akan memipih. Sebaliknya, pada saat burung melihat benda yang dekat, lensa mata burung akan mencembung. (Burung Kiwi) Pada umumnya mata burung terletak di sisi kin dan kanan kepalanya agar dapat melihat keadaan di sekelilingnya tanpa harus memutar kepala. Beberapa jenis burung pemangsa, misalnya burung hantu, memiliki mata yang menghadap ke depan. Pandangan binokuler ini memungkinkan burung hantu untuk melihat benda-benda yang dekat dan jauh sehingga mampu memperkirakan jarak suatu benda. Hal itu penting bagi burung-burung pemangsa untuk rnengintai dan menangkap mangsa. Aktivitas burung hantu banyak dilakukan di malam hari. Oleh karena itu, retina matanya lebih banyak mengandung sel-sel batang dibanding retina mata burung lain. Sel-sel batang tersebut peka atau sensitif terhadap cahaya redup. Burung yang banyak beraktivitas pada siang hari. memiliki retina mata 63 yang lebih banyak mengandung sel-sel kerucut. Sel kerucut tersebut peka terhadap cahaya yang kuat. Pada retina burung juga terdapat pektin yang merupakan kelanjutan dari saraf mata ke bola mata. membentuk lipatan, dan di dalamnya terkandung banyak pigmen. Fungsi pektin tersebut belum diketahui secara pasti, diduga berhubungan dengan indra penentu arah. Pektin pada burung yang biasa terbang tinggi. misalnya merpati, berkembang dengan baik.Pada umumnya burung lebih mengandalkan indra penglihat untuk mencari makan karena indra pencium tidak berkembang dengan baik. Akan tetapi, burung kiwi merupakan pengecualian. Indra penglihat burung kiwi kurang berkembang dengan baik, tetapi indra pencium yang berupa lubang hidung di ujung paruhnya berkembang dengan baik dan digunakan untuk mencium bau makanan yang terdapat di dalam tanah. 5. Indera pada Mamalia Pada umumnya semua jenis indera yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki oleh mamalia. Mamalia memiliki lima macam alat indera. Masing-masing alat indra tersebut juga berkembang dan berfungsi dengan baik. Beberapa jenis mamalia, bahkan memiliki alat indra dengan kepekaan yang sangat kuat terhadap rangsangan terteKucing memiliki tiga macam indra istimeewa, yaitu indra penglihat, pendengar, dan peraba. Mata kucing dapat melihat dengan baik meskipun pencahayaan di lingkungan redup atau agak gelap pada malam hari. Dalam keadaan demikian, sinar matanya berwarna kehijauan. Warna hijau itu berasal dari pantulan suatu lapisan di bagian belakang matanya. Pendengaran kucing sangat tajam karena daun telinganya mampu menangkap getaran bunyi sebanyak-banyaknya. Kucing juga memiliki kumis yang panjang dan kaku sebagai indra peraba yang sangat peka. Anjing memiliki indra pencium dan pendengar yang sangat baik. Daya penciumannya yang tajam membuat anjing mampu mengikuti bau mangsanya sampai beberapa kilometer. Anjing pelacak dapat menemukan persembunyian seorang penjahat dengan mencium jejaknya. Telinga anjing juga dapat digerakkan dan ditegakkan sehiñgga mampu menangkap getaran bunyi dengan sangat baik. Indra pendengar kelelawar sangat baik, namun indra penglihatnya kurang berkembang. Ketika terbang di malam han, kelelawar mengeluarkan bunyi berfrekuensi lebih tinggi daripada 20.000 getaran tiap detik (ultrasonik) yang tidak dapat didengar oleh manusia. Gelombang bunyi yang dikeluarkan akan mengenai mangsa atau rintangan di sekitamya dan dipantulkan kembali kepadanya. Pantulan gelombang bunyi tersebut diterima telinga kelelawar yang berukuran besar kemudian 64 disampaikan ke pusat pendengaran di otak. Melalui cara inilah kelelawar mengetahui keberadaan mangsa atau rintangan di sekitamya. Prinsip semacam ini juga dipakai oleh manusia dalam membuat radar. Apabila dibagi kedalam kelompok alat indera, maka dapat kita bagi kedalam tiga grup kelompok, yakni: 1. Kemoreseptor Kemoreseptor Yaitu alat indera yang merespon terhadap rangsangan zat kimia yaitu indera pembau (hidung) dan indera pengecap (lidah). Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau. Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga hidung vertebrata, dan dengan analogi, sel sensor pada antena invertebrata. Untuk hewan penghirup udara, sistem olfaktori mendeteksi zat kimia asiri atau, pada kasus sistem olfaktori aksesori, fase cair. Pada organisme yang hidup di air, seperti ikan atau krustasea, zat kimia terkandung pada medium air di sekitarnya. Penciuman, seperti halnya pengecapan, adalah suatu bentuk kemosensor. Zat kimia yang mengaktifkan sistem olfaktori, biasanya dalam konsentrasi yang sangat kecil, disebut dengan bau. 2. Mekanoreseptor Mekanoresptor Yaitu alata indera yang merespon terhadap rangsangan gaya berat, tegangan suara dan tekanan yakni indera peraba (kulit) dan indera pendengaran (telinga). Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggi terus menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak. 3. Photoreseptor/Fotoreseptor Photoreseptor Yaitu alat indera yang merespon terhadap rangsangan cahaya seperti indera penglihatan atau mata. Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya, misalnya pendengaran untuk kelelawar. 65 F. Sitem Indera pada Hewan Invertebrata Sistem indera invetebrata masih sangat sederhana. Berikut inio dijelaskan sistem indera protozoa. Coulenterata, Molusca, cacing pipih, cacing tanah dan serangga. 1. Sistem Indera pada Hewan bersel Satu (Protozoa) Pada umumnya tidak memiliki indera, tetapi peka terhadap rangsangan cahaya. Bila ada cahaya kuat, amoeba dan paramaecium akan menjauh. Englena hanya memiliki alat menerima rangsang cahaya berupa bintik mata berwarna merah didekat eflagelnya. Bila ada cahaya tersebut. 2. Sistem Indera pada Porifera Tubuh porifera belum membentuk jaringan atau organ. Maka dari itu, pada Phylum porifera belum memiliki sistem indera. Karena struktur tubuhnya masih primitif. 3. Sitem Indera pada Coelenterata Hewan berongga seperti ubur-ubur memiliki sel-sel pigmen dan sel sensori yang peka terhadap cahaya serta sejumlah tentakel sebagai alat peraba. Obelia Terdapat selsel sensorik yang tersebar dipermukaan tubuh terutama pada daerah tentakel pada obelia peka terhadap rangsang sentuhan dan medusanya terdapat indra penglihat yaitu berupa bintik mata. 66 4. Sitem Indera pada Platyhelminthes Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). Seluruh cacing pipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya. Beberapa spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pegatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai). 5. Sistem Indera pada Nemathelminthes Alat indera yang utama pada Nemathelminthes adalah papilla, bristle atau amphid. Labial papillam dan cephalic papilla adalah penonjolan cuticula yang berisi benang syaraf (nerve fiber) dari syaraf papilla. Sensory bristle biasanya terdapat dimana – mana pada permukaan tubuh. Amphid ialah invaginasi dari kutikula yang buntu. Diduga fungsi amphid sebagai chemoreceptor. Beberapa jenis mempunyai mata yang terletak pada sisi pharynx termasuk bentuk pigment-cup dan lensa berasal dari kutikula. 67 6. Sitem Indera pada Annelida Salah satu kelas dari Annelida adalah Polychaeta. Alat indera pada Polychaeta ialah mata, nuchal organ dan statocyst. Hanya cacing jenis errant yang mempunyai mata (kecuali Sabellidae). Tetapi ada kalanya jenis errant juga tidak mempunyai mata. Letak mata pada permukaan prostomium dan berjumlah 2 – 4 pasang. Ada yang sederhana dan ada yang sudah berkembang dengan baik. Pada umunya ialah bentuk retinal cup. Fungsi mata hanya sebagai pengenal cahaya. Kebanyakan Polychaeta phototropic negatif. Selain lapisan sel syaraf yang sensitive terhadap cahaya (retina) terdapat sebuah lensa. Nuchal organ terdiri atas sepasang ciliated sensory pit yang terletak di daerah kepala. Berfungsi sebagai chemoreseptor yang berguna untuk mengetahui adanya makanan. Apabila nuchal organ dirusak maka cacing tersebut tidak makan. 7. Sintem Indra pada Hewan Lunak (Mollusca) Bekicot mempunyai dua pasang antena. Pada sepasang antenna yang panjang, diujungnya terdapat mata sebagai indra penglihatan, sedangkan sepasang antena yang pendek berfungsi sebagai indera peraba. Gurita yang merupakan anggota dari moluska, termasuk dalam kelas Chepalopoda. Gurita memiliki penglihatan yang baik. Pupil gurita berbentuk seperti lubang celengan sehingga dikuatirkan menderita 68 kelainan refraksi berupa astigmat, tapi ternyata tidak jadi masalah bagi gurita yang berburu dengan penerangan yang kurang. Mata gurita "bisa" membedakan polarisasi cahaya tapi sepertinya buta warna. Dua organ khusus yang disebut statocyst yang terhubung dengan otak berfungsi sebagai alat pendeteksi posisi horizontal. Orientasi mata gurita dijaga oleh gerak otonomik (refleks) sehingga bukaan pupil selalu horizontal. Gurita memiliki indera perasa yang luar biasa tajam. Alat hisap pada lengan gurita dilengkap dengan kemoreseptor sehingga gurita bisa merasakan benda yang disentuh. Lengan-lengan gurita memiliki sensor tekanan untuk mendeteksi lengan mana saja yang sedang dijulurkan, tapi memiliki kemampuan proprioseptif (perasaan posisi dan pergerakan badan) yang sangat rendah. Sensor tekanan tidak cukup memberi informasi ke otak perihal posisi badan dan lengan gurita. Sebagai akibatnya, gurita tidak memiliki kemampuan mengenal benda secara tiga dimensi (stereognosis) dari benda yang disentuhnya. Gurita bisa merasakan variasi tekstur pada benda yang disentuh tapi tidak bisa memadukan informasi untuk menerka bentuk benda yang sedang disentuh. 8. Sistem Indera pada Arthropoda Insecta (serangga) merupakan salah satu anggota dari Arthropoda. Alat indera yang penting pada serangga antara lain adalah mata majemuk dan mata sederhana (compound & simple eyes), chemoreceptor sebagai alat pencium pada antenna dan alat perasa pada mulut, serta berbagai bulu – bulu tactile; beberapa jenis dilengkapi alat penghasil dan peberima bunyi. Serangga memiliki 4 macam alat indera yang berfungsi secara baik yaitu indera penglihatan, indera pembau, indera peraba dan indera penangkap getaran suara. Indera penangkap suara disamakan dengan indera peraba dan pembau karena menggunakan alat yang sama. Indera penglihatan pada serangga ada dua yaitu mata tunggal dan mata majemuk. Ada juga serangga yang mempunyai keduanya. Mata tunggal (ocelli) merupakan unit tunggal dari mata majemuk. 69 Mata majemuk terdiri dari ribuan mata kecil yang disebut ommatida. Tiap ommatida bediri sendiri tanpa mempredulikan ommatida yang lainnya. Ada 2 macam mata majemuk yaitu : 1) Mata majemuk aposisi adalah mata majemuk yang menyampaikan apapun yang dia lihat ke otak. 2) Mata majemuk superposisi adalah mata majemuk yang menghasilkan satu bayangan penuh pada retina, seperti mata manusia. Pada serangga, indera peraba dan pembau adalah sungut dan antena. Pada ujung antenna terdaapt alat penangkap getaran suara. Antena pada serangga terletak pada salah satu ruas kepala di atas mulut dan dapat digerak – gerakkan. Ruas pertama antena yang disebut skapus melekat pada kepala. Ruas keduanya diseebut pedisel dan ruas – ruas berikutnya secara keseluruhan disebut flagellum. 9. Sitem Indera pada Echinodermata Echinodermata hanya memiliki alat indra khusus berupa system indera taktil dan kemoreseptor.(Lestari 2020) 70 BAB III PENUTUP A. Simpulan Salah satu ilmu biologi tentang diri kita yang harus kita ketahui yaitu sistem koordinasi atau sistem pengaturan tubuh makhluk hidup. Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan. Di dalam tubuh manusia dan hewan terdapat tiga perangkat pengatur kegiatan tubuh yaitu sistem koordinasi yang terdiri dari saraf, endokrin (hormon), dan pengindraan. B. Saran Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penyajian materi dan untuk hal tersebut dapat diberikan saran untuk pembaca agar dapat memperluas kembali pemahaman materi sistem endokrin dengan sumber-sumber pendukung yang lainnya. 71 DAFTAR ISI Hartenstein, Volker. 2018. Development of the Nervous System of Invertebrates. Vol. 1. Kusuma, Nur Risnawati. 2020. “Sistem Koordinasi Biologi Kelas XI.” Modul Pembelajan SMA BIOLOGI 1–37. Lestari, M. D. 2020. “Sistem Indera Reptil.” 1–6. Lestari, Mayang Indah, and Andi M.Takdir Musba. 2021. “Anatomi Sistem Saraf.” Anatomi Lecture 1–17. Maulidasari, M.Rezeki Muamar, and Faizah M. Nur. 2020. “Alat Indra Pada Manusia.” Modul 1–26. 72