PENGARUH MENDENGARKAN MUSIK TERHADAP TINGKAT STRES PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DI STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA (PENELITIAN PRA EXPERIMENTAL) Oleh : YOSA FERNANDA ISWANTY (NIM : 2020-01-14201-043) YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2024 PENGARUH MENDENGARKAN MUSIK TERHADAP TINGKAT STRES PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DI STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA Yosa Fernanda Iswanty.1 Septian Mugi Rayahu.2 Vina Agustina.3 Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya xviii + 54 halaman + 8 tabel + 2 bagan + 1 gambar Email : [email protected] ABSTRAK Latar Belakang : Stres merupakan respon adaptif individu pada situasi yang di anggap sebagai tantangan dan mengancam keberadaannya. Penyebab stres pada mahasiswa bisa berasal dari berbagai aspek kehidupan akademiknya, dengan salah satu pemicu utama adalah proses penyusunan skripsi. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk dapat mengontrol stres, salah satu pilihannya adalah terapi musik . Mendengarkan musik dengan irama lambat membuat tubuh mengalami relaksasi. Musik dengan karakteristik tersebut, salah satunya adalah musik klasik. Mendengarkan musik klasik dapat mengubah secara efektif ambang otak yang dalam keadaan stres menjadi lebih rileks. Jenis musik klasik yang dapat mengurangi tekanan akibat keadaan stress adalah musik Mozart. Kesederhanaan bunyi yang dihasilkan musik Mozart mampu menciptakan rasa rileks dan ketenangan bagi yang mendengarkan. Metode : Penelitian ini menggunakan Pre Experimental dengan rancangan One Group Pretest-Posttest Design. Teknik sampling menggunakan total sampling. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Tingkat akhir program studi sarjana keperawatan di STIKES Eka Harap Palangka Raya berjumlah 71 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 57 responden yang mengalami stres. Hasil dan Analisis : Analisis uji statistik Wilcoxon, didapatkan hasil penelitian tingkat stres sebelum dan setelah diberikan musik klasik menunjukkan angka sig.(2-tailed) dengan nilai p value = 0,00 < 0,05 menunjukkan bahwa mendengarkan musik berpengaruh untuk menurunkan tingkat stres. Kesimpulan : Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh mendengarkan musik terhadap tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir. Dengan adanya penelitian ini disarankan menjadikan musik sebagai alternatif terapi pilihan untuk menurunkan tingkat stres. Kata Kunci : Musik, Stres, Mahasiswa Tingkat Akhir Daftar Pustaka : 33 (2015-2024) THE INFLUENCE OF LISTENING TO MUSIC ON STRESS LEVELS IN FINAL LEVEL STUDENTS OF THE EKA HARAP PALANGKA RAYA STIKES NURSING STUDIES PROGRAM Yosa Fernanda Iswanty.1 Septian Mugi Rayahu.2 Vina Agustina.3 Nursing Undergraduate Study Program STIKes Eka Harap Palangka Raya xviii + 54 pages + 8 tables + 2 charts + 1 pictures Email : [email protected] ABSTRACT Background : Stress is an individual's adaptive response to situations that are considered a challenge and threaten their existence. The causes of stress in students can come from various aspects of their academic life, with one of the main triggers being the thesis preparation process. Various efforts can be made to control stress, one option is music therapy. Listening to music with a slow rhythm makes the body relax. Music with these characteristics, one of which is classical music. Listening to classical music can effectively change the brain's threshold which is under stress to become more relaxed. The type of classical music that can reduce pressure due to stressful situations is Mozart's music. The simplicity of the sounds produced by Mozart's music can create a feeling of relaxation and calm for those who listen. Method : This research design uses Pre Experimental with a One Group Pretest-Posttest Design. The sampling technique uses total sampling. The population of this study was 71 students at the final level of the undergraduate nursing study program at STIKES Eka Harapan Palangka Raya. The sample in this study consisted of 57 respondents who experienced stress. Results and Analysis : Analysis of the Wilcoxon statistical test, it was found that the results of research on stress levels before and after being given classical music showed a sig number (2-tailed) with a p value = 0.00 < 0.05, indicating that listening to music had an effect on reducing stress levels. . Conclusion : From this research it can be concluded that there is an influence of listening to music on stress levels in final year students. With this research, it is recommended that music be used as an alternative therapy to reduce stress levels. Keywords: Music, Stress, Final Year Students Bibliography: 33 (2015-2024) PENDAHULUAN Stres merupakan respon adaptif individu pada situasi yang di anggap sebagai tantangan dan mengancam keberadaannya (Purba et al., 2021). Penyebab stres pada mahasiswa bisa berasal dari berbagai aspek kehidupan akademiknya, dengan salah satu pemicu utama adalah proses penyusunan skripsi. Mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam menghadapi tahapan ini, seperti proses revisi yang berulang, kesulitan mencari referensi, lamanya umpan balik dari dosen pembimbing, keterbatasan waktu penelitian, serta keterbatasan sumber daya dari dosen pembimbing yang sibuk dan sulit dihubungi (Gayatri et al., 2022). Beban perkuliahan yang tinggi pada tahap akhir studi juga dapat menyebabkan stres pada mahasiswa, yang dapat memunculkan berbagai fenomena stres (Firdaus & Ruhaena, 2023 ). Mahasiswa yang sedang menghadapi tahap akhir studi, termasuk dalam kategori rentan mengalami stres. Stres pada mahasiswa dapat memengaruhi fungsi fisik, emosi, kognitif, dan perilaku mereka, yang pada gilirannya dapat memperlambat proses penyelesaian tugas akhir mereka (Suhandiah et al., 2021). Untuk mengatasi stres, ada berbagai strategi yang bisa dilakukan, salah satunya adalah dengan mendengarkan musik. Musik sering menjadi cara bagi orang-orang untuk mengurangi kepenatan dengan mendengarkan lagu favorit mereka. Musik juga dapat memengaruhi suasana hati seseorang, sehingga memiliki dampak yang signifikan bagi pendengarnya (Muhammad et al., 2022). Peneliti mendapatkan fenomena yang terjadi dilapangan sebagian besar mahasiswa mengalami stress akibat hambatan dalam menyelesaikan tugas akhir seperti penolakan berulang pada judul skripsi yang diajukan dan kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap alur dalam penyusunan tugas akhir yang membuat proses bimbingan menjadi lebih lama, sulitnya menemukan sumber referensi yang sesuai, kesulitan kesulitan dalam menuangkan ide yang didapat kedalam sebuah tulisan. Menurut hasil survey dari American College Health Association-National College Health Assessment (ACHANCHA) pada tahun 2022 di Amerika menemukan bahwa dari sampel 33.774 Mahasiswa 48,9% mengalami stres ringan, 28,4% mengalami stres berat dan mengakui bahwa stres adalah hambatan untuk kinerja akademis mereka . Berdasarkan data dari Kemenkes, penduduk Indonesia dengan usia ≥15 tahun yang berisiko masalah stress sebanyak 10,1% (Kemenkes RI,2022). Sementara itu, prevalensi mahasiswa yang mengalami stres di Indonesia sendiri didapatkan sebesar 36,7-71,6% (Budi Wijoyo et al., 2021). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Firdaus & Ruhaena (2023) menemukan bahwa mahasiswa yang mengerjakan skripsi di Universitas Muhammadiyah Surakarta memiliki tingkat stres akademik yang tinggi ditunjukan dengan adanya 62 mahasiswa yang mengalaminya atau dengan presentase 58,5%. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Christiana (2023) di STIKES Eka Harap Palangka Raya, dari 38 responden di dapatkan 24% mahasiswa mengalami stress ringan, 3% stres sedang dan 5% mengalami stres berat. Hasil dari survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 3 April 2024 terhadap 8 mahasiswa program studi S1 Keperawatan Tingkat 4B di STIKES Eka Harap Palangka Raya mendapatkan 2 orang (2%) mahasiswa menyatakan bahwa stres yang dialami berasal dari kesulitan menemukan topik dan menuangkan ide kedalam tulisan, 2 orang (2%) mengalami kesulitan dalam mencari sumber referensi, dan 4 orang (5%) mahasiswa menyatakan stres yang dialami berasal dari penolakan pada judul skripsi yang diajukan dan proses bimbingan yang berulang. Kesulitan dalam proses pengerjaan tugas akhir inilah yang menyebabkan mahasiswa mengalami stres. Stres pada mahasiswa disebabkan oleh tekanan atau beban akademik yang signifikan. Salah satu bentuk tekanan akademik yang dialami mahasiswa adalah ketika mereka harus menyusun tugas akhir (Budi Wijoyo et al., 2021). Akibatnya, banyak mahasiswa yang tidak dapat lulus karena kesulitan dalam menyelesaikan skripsi, yang berdampak pada nilai di bawah standar kelulusan. Beberapa mahasiswa juga mengalami dampak lain seperti pola makan yang tidak teratur, perasaan negatif terhadap diri sendiri dan orang lain, serta isolasi dari lingkungan sekitar. Sebagian mahasiswa bahkan mengalami penurunan semangat belajar dan memutuskan untuk berhenti kuliah, gangguan tidur yang parah, dan dalam kasus yang ekstrem, mereka bahkan merenungkan untuk mengakhiri hidup mereka (Firdaus & Ruhaena, 2023). Solusi yang dapat diberikan oleh perawat untuk mencegah terjadinya stres pada mahasiswa adalah dengan menyampaikan apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah stres pada mahasiswa. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh mahasiswa untuk mengurangi stres adalah melalui mendengarkan musik. Musik dapat membantu mengurangi stres dengan stabilisasi kondisi emosional, memberikan rasa kenyamanan, meningkatkan motivasi atau antusiasme, meningkatkan energi atau suasana hati, serta memiliki efek relaksasi. Musik diyakini memiliki kemampuan penyembuhan pada tubuh manusia. Musik berperan dalam mengurangi hormon stres (kortisol), serta meningkatkan hormon oksitosin dan dopamin yang berperan dalam memberikan semangat dan rasa bahagia. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Mendengarkan Musik Terhadap Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan Di STIKES Eka Harap Palangka Raya“. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Desain yang digunakan pada penelitian ini yaitu pra eksperimen (pre eksperimental), yang hanya melibatkan satu kelompok sebagai kelompok eksperimen tanpa ada kelompok kontrol. Bentuk pra eksperimen (pre-eksperimental) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu One Group Pretest-Posttest Design. Dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum (O1) disebut pretest, dan observasi yang dilakukan setelah eksperimen (O2) disebut posttest (Hamsir, 2017). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 Mei 2024 s.d 28 Mei 2024 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Tingkat akhir program studi sarjana keperawatan di STIKES Eka Harap Palangka Raya berjumlah 71 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Dengan responden yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebanyak 57 responden. Instrument yang dihunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner DASS 42 dan musik klasik. HASIL PENELITIAN sarjana keperawatan di STIKES Eka Harap Palangka Raya Tabel 2. Hasil Identifikasi Tingkat Stres Sebelum Mendengarkan Musik Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan Di STIKes Eka Harap Palangka Raya Kategori Normal Ringan Sedang Berat Sangat berat Total F 0 10 28 17 2 % 0 18 49 30 3 57 100 1. Data Umum (Sumber: Data Primer, 2024). Data umum merupakan bentuk penyajian data demografi yang diperoleh peneliti selama penelitian. Karakteristik responden berdasarkan data umum yaitu : usia dan jenis kelamin. Berdasarkan tabel diatas dari 57 responden, terdapat 10 responden (17%) mengalami stres ringan, 28 responden (49,%) mengalami stres sedang, 17 responden mengalami stres berat (30%) dan 2 responden mengalami stres sangat berat (3%). Tabel 3. Hasil Identifikasi Tingkat Stres Tabel 1. Hasil Identifikasi Data Demografi Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka Raya Usia F % 20 1 2 21 27 47 22 21 37 23 7 12 24 1 2 Total 57 100 Jenis F % Kelamin Laki-laki 13 23 Perempuan 44 77 Total 57 100 (Sumber: Data Primer, 2024). 2. Data Khusus Berikut ini hasil identifikasi Tingkat stress sebelum dan setelah pemberian musik pada mahasiswa Tingkat akhir program studi Setelah Mendengarkan Musik Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan Di STIKes Eka Harap Palangka Raya Kategori F % Normal 41 72 Ringan 8 14 Sedang 8 14 Berat 0 0 Sangat 0 0 berat Total 57 100 (Sumber: Data Primer, 2024). Berdasarkan tabel diatas dari 57 responden, setelah dilakukan intervensi, terdapat 41 responden (72%) tidak mengalami stres (normal), 8 responden mengalami stres ringan (14%), dan 8 responden mengalami stres sedang (14%). Tabel 4. Hasil Uji Wilcoxon pengaruh Mendengarkan Musik Terhadap Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka Raya Descriptive Statistics Mi Ma Me Std. n x an Deviation Tingkat stres sebelum pemberian musik 15 41 23. 82 6.012 Tingkat stres sesudah pemberian musik 6 23 13. 37 4.056 Test Statisticsa Tingkat stres sesudah pemberian musik - Tingkat stres sebelum pemberian musik Z Asymp. Sig. (2tailed) -6.574b .000 (Sumber: Data Primer, 2024). Berdasarkan table Descriptive Statistics menunjukkan rata-rata perubahan tingkat stress sebelum diberikan music yaitu sebesar 23,82 dengan nilai rentang tingkat stres sedang yaitu 19-25. Rata-rata tingkat stres setelah diberikan music yaitu sebesar 13,37 dengan nilai rentang tingkat stres normal yaitu 0-14. PEMBAHASAN 1) Tingkat Stres Sebelum Mendengarkan Musik Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan Di STIKes Eka Harap Palangka Raya Berdasarkan hasil penelitian sebelum diberikan musik klasik didapatkan 57 responden mahasiswa tingkat akhir prodi sarjana keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka Raya yang mengalami stres pada kategori ringan berjumlah 10 responden (18%), yang mengalami stres pada kategori sedang berjumlah 28 responden (49%), yang mengalami stres pada kategori berat berjumlah 17 responden (30%) , yang mengalami stres pada kategori sangat berat berjumlah 2 responden (3%), diantaranya responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 44 responden (77%) dan jenis kelamin laki-laki berjumlah 13 responden (23%). Stres merupakan respon adaptif individu pada situasi yang di anggap sebagai tantangan dan mengancam keberadaannya (Purba et al., 2021). Penyebab stres pada mahasiswa bisa berasal dari berbagai aspek kehidupan akademiknya, dengan salah satu pemicu utama adalah proses penyusunan skripsi. Menurut Widana (2022) mengatakan bahwa banyak mahasiswa yang sedang menyusun skripsi mengalami tingkat stres sedang, hal ini karena mahasiswa kesulitan dalam menyusun skripsi, seringkali menemukan hambatanhambatan dalam menyusun skripsi, misalanya mahasiswa kesulitan untuk mendapatkan referensi dalam menyusun skripsi dan ketidak mampuan mahasiswa dalam tulis menulis sehingga memicu terjadinya stress. Akibatnya, banyak mahasiswa yang tidak dapat lulus karena kesulitan dalam menyelesaikan skripsi, yang berdampak pada nilai di bawah standar kelulusan. Sehingga salah satu terapi yang digunakan untuk mengatasi stres adalah dengan mendengarkan musik, mendengarkan musik tempo rendah yang akan meringankan stres pada mahasiswa (Widana et al., 2022). Secara alamiah stres lebih sering ditemukan pada perempuan yang merupakan dampak dari perubahan biologis terutama hormonal, perempuan memiliki ambang stres yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat tingkat stres yang lebih tinggi pada wanita jika dibandingkan dengan pria (Anggraini, 2022). Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti antara fakta dan teori terdapat kesamaan. Sesuai teori yang mengatakan mahasiswa yang sedang Menyusun skripsi lebih banyak mengalami stress sedang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan yaitu sebanyak 28 responden (49,1%) yang mengalami tingkat stress sedang. Dan sesuai dengan teori yang mengatakan stress sering terjadi pada Perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan pada mahasiswa tingkat akhir prodi sarjana keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka Raya, dimana stress lebih dominan dialami oleh responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 44 responden dan jenis kelamin laki-laki berjumlah 13 responden. Jenis kelamin berpengaruh pada tingkat stres, yaitu tingkat stres yang lebih tinggi sering dijumpai pada Perempuan. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Putri Dewi Ambarawati (2019), hasil penelitian jenis kelamin didapatkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih dominan mengalami stres sedang dan berat. Perempuan beresiko dua kali lebih besar mengalami stres. Alasanya adalah terdapat perebedaan hormonal dan perbedaan stressor psikologis bagi perempuan dan laki-laki, perempuan cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. 2) Tingkat Stres Setelah Mendengarkan Musik Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan Di STIKes Eka Harap Palangka Raya Berdasarkan hasil penelitian tingkat stres setela diberikan musik klasik menunjukkan bahwa ada 57 mahasiswa tingkat akhir prodi sarjana keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka Raya, responden yang tidak mengalami stres atau kategori normal berjumlah 41 responden (72%), yang mengalami stres pada kategori ringan berjumlah 8 responden (14%), yang mengalami stres pada kategori sedang berjumlah 8 responden (14%), diantaranya responden yang berusia 21 tahun berjumlah 27 responden (47%), berusia 22 tahun berjumlah 21 responden (37%), berusia 23 tahun berjumlah 7 responden (12%), dan berusia 24 tahun berjumlah 1 responden (2%). Pada mahasiswa tingkat akhir lebih dominan berusia 21 tahun. Usia 21 tahun termasuk usia dewasa awal. Pada masa dewasa awal ini mahasiwa mengalami stres dikarenakan berbagai faktor baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri. Stres merupakan suatu keadaan yang dapat disebabkan oleh tuntutan fisik, lingkungan, dan situasi sosial yang tidak terkontrol Tuntutan akademis yang harus dihadapi dan tidak siapnya individu untuk menghadapinya juga dapat mengakibatkan gangguan psikologis seperti stres. Seseorang mengalami stres biasanya karena terlalu berat beban yang dihadapi. Mahasiswa juga tidak bisa terhindar dari stres yang disebabkan oleh banyaknya tanggung jawab seperti, tugas kuliah yang harus segera diselesaikan. Menurut Shaleha (2019) orang dewasa yang berusia lebih dari 18 tahun menghabiskan waktu ratarata 21 jam perminggunya untuk mendengarkan musik, yang artinya orang dewasa menyukai dan membutuhkan musik dalam kehidupannya sehari-hari, karena musik berpengaruh pada psikologis individu dan melalui musik kita bisa merasa senang, sedih, merasa termotivasi, dan juga tenang. Musik merupakan suara buatan yang akrab di telinga manusia. Musik bisa mempengaruhi pikiran, perasaan, dan pribadi kita, karena musik sanggup membuat manusia terharu, gembira, takut, gelisah, bahkan merasa geli. Musik tertentu dapat meredam stres, dan depresi (Sari, 2019). Seperti musik klasik yang menggunakan nada/suara yang membangkitkan semangat yang terkandung dalam ritme,melodi dan harmoni. Musik klasik merupakan musik opera yang mempunyai ketukan yang sangat khas dari para penciptanya, memiliki kualitas abadi, keindahan intelektual yang tinggi, dan dapat menyinkronkan tubuh dan juga pikiran. Karya Mozart adalah salah satu contoh musik klasik yang memiliki efek terapeutik untuk mengurangi tingkat stres (Febriani,2024). Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan antara fakta dan teori terdapat kesamaan. Sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada usia lebih dari 18 tahun menyukai musik. Hal ini dapat dilihat pada saat pemberian musik klasik tidak sulit bagi responden untuk merespon musik sehingga merasa tenang dan rileks. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan pada mahasiswa tingkat akhir prodi sarjana keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka Raya, dapat dilihat dari ratarata perubahan tingkat stres sebelum diberikan musik yaitu dengan rentang tingkat stres sedang dan rata-rata tingkat stres setelah diberikan musik yaitu dengan rentang tingkat stres normal. Dan hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa rerata usia responden adalah 21 tahun, Dimana usia tersebut berada pada kategori dewasa awal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Gayatri (2022) yang menyatakan bahwa mahasiswa tingkat akhir berada pada kategori usia dewasa awal. Masa dewasa awal merupakan masa pengaturan, dimana seseorang mulai dibebankan dengan tanggung jawab untuk menentukan karir serta kehidupan masa depannya. Menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi merupakan kewajiban bagi dewasa muda agar memiliki bekal untuk berkarir. 3) Analisis Pengaruh Mendengarkan Musik Terhadap Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka Raya Berdasarkan hasil uji statistik Pengaruh Mendengarkan Musik Terhadap Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka Raya, didapatkan nilai dari Wilcoxon Signed Rank Test dengan p < 0,05 karena nilai Asymp.Sig = 0,000 maka H1 diterima yang berarti menunjukkan pengaruh yang signifikan dan bermakna antara pengaruh pemberian musik klasik terhadap tingkat stres dengan perbedaan rata-rata tingkat stres sebelum diberikan musik yaitu sebesar sebesar 23,82 dengan nilai rentang tingkat stres sedang yaitu 1925. Rata-rata tingkat stres setelah diberikan musik yaitu sebesar 13,37 dengan nilai rentang tingkat stres normal yaitu 0-14 pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka Raya. Setiap orang pasti mengalami stres, stres dapat terjadi karena berbagai faktor baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri. Stres merupakan suatu keadaan yang dapat disebabkan oleh tuntutan fisik, lingkungan, dan situasi sosial yang tidak terkontrol Tuntutan akademis yang harus dihadapi dan tidak siapnya individu untuk menghadapinya juga dapat mengakibatkan gangguan psikologis seperti stres. Seseorang mengalami stres biasanya karena terlalu berat beban yang dihadapi. Mahasiswa juga tidak bisa terhindar dari stres yang disebabkan oleh banyaknya tanggung jawab seperti, tugas kuliah yang harus segera diselesaikan. (Ambarwati et all, 2017). Banyak cara yang dapat digunakan untuk menangani stres salah satunya dengan mendengarkan musik. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Musik dapat meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik emosional, social dan spiritual. Musik memiliki pengaruh besar terhadap pikiran. Mendengarkan musik klasik membantu dalam mengurangi stres. Mendengarkan musik klasik Mozart dapat mempengaruhi tubuh, pikiran dan emosi, sehingga dapat memberikan ketenangan dan kedamaian ketika aktivitas mental meningkat sekaligus dapat mengurangi tekanan akibat keadaan stres (Anggraini,2022). Berdasarkan hasil penelitian terdapat kesamaan antara fakta dan teori. Dari hasil pretest dan posttest, didapatkan terjadi penurunan tingkat stress setelah diberikan intervensi musik klasik selama 2 kali dalam 1 minggu. Hal ini dikarenakan musik klasik karya Mozart adalah salah satu musik klasik yang memiliki efek terapeutik untuk mengurangi tingkat stres, . Hasil analisis uji statistik didapatkan didapatkan nilai dari Wilcoxon Signed Rank Test dengan p < 0,05 karena nilai Asymp.Sig = 0,000 maka keputusannya H1 diterima yang berarti menunjukkan pengaruh yang signifikan dan bermakna antara pengaruh mendengarkan musik terhadap tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir program studi sarjana keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka Raya, oleh karena itu pentingnya peran perawat sebagai pendidik/edukator untuk memajukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta diharapkan dapat meningkatkan derajat Kesehatan mental pada mahasiswa dalam pemberian terapi untuk penurunan stres salah satunya mendengarkan musik. Karena, Musik dapat meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik emosional, sosial dan spiritual. Musik memiliki pengaruh besar terhadap pikiran dan musik berperan dalam mengurangi hormon stres (kortisol), serta meningkatkan hormon oksitosin dan dopamin yang berperan dalam memberikan semangat dan rasa bahagia. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelilitian Pengaruh Mendengarkan Musik Terhadap Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka Raya, dari 57 responden didapatkan hasil uji statistik tingkat stres sebelum dan sesudah diberikan musik klasik didapatkan nilai dari Wilcoxon Signed Rank Test dengan p < 0,05 karena nilai Asymp.Sig = 0,000 maka H1 diterima yang berarti menunjukkan pengaruh yang signifikan dan bermakna antara pengaruh pemberian musik klasik terhadap tingkat stres dengan perbedaan rata-rata tingkat stres sebelum diberikan musik yaitu sebesar sebesar 23,82 dengan nilai rentang tingkat stres sedang yaitu 1925. Rata-rata tingkat stres setelah diberikan musik yaitu sebesar 13,37 dengan nilai rentang tingkat stres normal yaitu 0-14 pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka Raya. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh mendengarkan musik terhadap tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir karena musik berperan dalam mengurangi hormon stres (kortisol), serta meningkatkan hormon oksitosin dan dopamin yang berperan dalam memberikan semangat dan rasa bahagia. SARAN Bagi ilmu pengetahuan dan Teknologi Hasil penelitian disarankan untuk menjadi dasar pertimbangan penelitian lebih lanjut mengenai terapi nonfarmakologi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang Pengaruh Mendengarkan Musik Terhadap Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Sarjana Keperawatan Di STIKES Eka Harap Palangka Raya.agar dapat lebih berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Bagi mahasiswa dan peneliti selanjutnya disarankan agar menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan mengunakan desain penelitian seperti penelitian eksperimen menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dan dengan sampel yang berbeda misalnya pada mahasiswa yang baru melaksanakan Praktek Pra Klinik. Disarankan juga untuk menyewa sound khusus agar output musik yang dikeluarkan lebih efektif, akan lebih bagus juga jika untuk penelitian selanjutnya menggunakan earphone. DAFTAR PUSTAKA American College Health Association. (2022). American College Health AssociationNational College Health Assessment III (ACHA-NCHA III): Reference group executive Summary Fall 2022. Silver Spring, MD: American College Health Association.. Abdullah, K., Jannah, M., Aiman, U., Hasda, S., Fadilla, Z., Taqwin, Masita, Ardiawan, K. N., & Sari., M. E. (2021). Metodologi Penelitian Kuantitatif Metodologi Penelitian Kuantitatif. In Metodologi Penelitian Kuantitatif (Issue May). Ambarwati, D.P, S.S Pinilih dan R.T Astuti. 2017. Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa. Jurnal Keperawatan Jiwa 5 (1): 40. Anggraini, D,. (2022). Pengaruh Media Musik Klasik Terhadap Penurunan Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Promosi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu Bahrien, B., & Ardianty, S. (2017). Pengaruh Efektivitas Terapi Self Healing Menggunakan Energi Reiki terhadap Kecemasan Menghadapi Ujian Skripsi. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(1), 141–148. Budi Wijoyo, E., Yoyoh, I., & Hastuti, H. (2021). Pengaruh Intervensi Terapi Musik Terhadap Tingkat Stres Mahasiswa Selama Proses Penyusunan Tugas Akhir: Literature Review. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, 14(2), 2021. Febriani, T. ( 2024 ). Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang Palangka Raya. Skripsi. Yayasan Eka Harap Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap (STIKES). Palangka Raya. Firdaus,M.D & Ruhaena,L. (2023) ‘Hubungan Antara Mendengarkan Musik Dan Manajemen Stres Dengan Stres Akademik Pada Mahasiswa Semester Akhir Universitas Muhammadiyah Surakarta ‘.Universitas Surakarta Gaol, N. T. L. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. BuletinPsikologi, 24(1), hal. 1–11. doi: 10.22146/bpsi.11224 Gayatri,R.P.,Pratiwi,N.W.,Eka,A.P.(2022). Pengaruh Musik Mozart Terhadap Penurunan Stres Mahasiswa Dalam Menghadapi Skripsi Di Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. Jurnal Kesehatan Masyarakat 6(2):1036-1041 Handayani, S.E. (2022). Kesehatan Mental (Mental Hygiene). Kayutangi Banjarmasin: Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad AlBanjari Banjarmasin Hidayat. (2017). Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Jakarta: Salemba Medika. Khadijah, L. P. (2023). Efektivitas Terapi Musik Untuk Menurunkan Tingkat Stres Dan Kecemasan. Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan, 1(3), 91–98. Marsidi, S. R. (2021). Identification of Stress, Anxiety, and Depression Levels of Students in Preparation for the Exit Exam Competency Test. Journal of Vocational Health Studies, 5(2), 87. https://doi.org/10.20473/jvhs.v5. i2.2021.87-93 Nabila, N., & Sayekti, A. (2021). Manajemen Stres pada Mahasiswa dalam Penyusunan Skripsi di Institut Pertanian Bogor. Jurnal Manajemen Dan Organisasi, 12(2), 156–165. https://doi.org/10.29244/jmo.v12 i2.36941 Nalendra, B. A., Daffa, R., Alfaaris, A., & Rafi, M. (2023). Pengaruh Musik Terhadap Tingkat Stres Pada Remaja (Vol. 4, Issue 2). Notoatmodjo. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Salemba Medika. Nugroho, P. S. (2020) Analisis Data Penelitian Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing Widana, I. M. A. P., Putra, G. N. W., & Ridayanti, P. W. (2022). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Stres Pada Mahasiswa Keperawatan Dalam Menyusun. Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION, 7(September), 1–7.