1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh
dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International
Agency for Research on Cancer (IARC) terdapat 14.067.894 kasus baru
kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Penyebab
terbesar kematian tersebut disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,
kolorektal, dan kanker payudara (Pusdatin Kemenkes, 2015a). Menurut
American Cancer Society, di tahun 2015, diperkirakan terdapat 1.658.370
kasus baru kanker yang terdiagnosis, dengan perkiraan yang terbanyak adalah
kanker payudara diikuti dengan kanker paru. Sedangkan jumlah kematian
akibat kanker diperkirakan sebesar 589.430 di Amerika Serikat.
Di Indonesia, prevalensi kanker menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 sebanyak 1,4 per mil atau sekitar 347.792 orang. Prevalensi
kanker lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki dengan perbandingan
perempuan (2,2‰) dan laki-laki (0,6‰). Jawa Tengah termasuk provinsi
kedua dengan prevalensi kanker tertinggi di Indonesia sebesar 2,1‰ atau
dengan estimasi sebanyak 68.638 orang.
1
2
Kanker payudara termasuk kanker yang paling umum terjadi pada
wanita baik di negara maju maupun berkembang dimana terdapat 1,67 juta
kasus baru kanker payudara yang terdiagnosis di seluruh dunia pada tahun
2012 (Ferlay et al., 2015). Pada tahun yang sama di Amerika Serikat,
sebanyak 224.147 perempuan dan 2.125 laki-laki didiagnosis dengan kanker
payudara, sedangkan kematian karena kanker payudara terjadi pada 41.150
perempuan dan 405 laki-laki (CDC, 2015). Kanker payudara juga merupakan
kanker yang paling umum dan tertinggi kedua di Indonesia dengan prevalensi
sebesar 0,5‰, setelah kanker serviks yang prevalensinya sebesar 0,8‰.
Prevalensi penderita kanker payudara di Indonesia tahun 2013 diperkirakan
sebanyak 61.682 orang, dengan estimasi di Jawa Tengah sebanyak 11.511
orang (Pusdatin Kemenkes, 2015b).
Kanker payudara merupakan penyakit tidak menular dimana terjadi
pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada payudara yang dapat berasal dari
sel duktus, lobulus, maupun jaringan penunjang payudara (Riskesdas, 2013;
KNPK, 2015). Sel-sel kanker sangat ganas karena mempunyai kemampuan
untuk menyebar ke organ-organ tubuh lain di luar organ primernya melalui
pembuluh darah maupun kelenjar getah bening (American Cancer Society,
2014). Oleh karena itu, kasus kanker yang ditemukan pada stadium dini dan
mendapat penatalaksanaan secara tepat dan cepat prognosisnya lebih baik
karena kemungkinan untuk dapat sembuh lebih tinggi sehingga harapan
hidup penderita lebih lama (Pusdatin Kemenkes, 2015b). Berbeda dengan di
negara maju, kanker payudara seringkali ditemukan pada stadium lanjut yaitu
3
stadium III dan IV di negara berkembang (Anderson et al., 2008). Di
Indonesia, kasus kanker payudara yang ditemukan pada stadium lanjut lebih
dari 80% (KNPK, 2015). Penemuan pada stadium lanjut ini disebabkan oleh
keterlambatan pasien dalam memeriksakan diri dan melakukan pengobatan
medis. Riwayat penggunaan CAM (Complementary and Alternative
Medicine) dan faktor lain seperti tingkat pengetahuan pasien tentang kanker
payudara, rasa takut, faktor ekonomi, tingkat pendidikan, dan jarak tempat
tinggal merupakan faktor-faktor yang berkaitan dengan keterlambatan
pengobatan (Chen et al., 2014; Clegg-Lamptey et al., 2009; Djatmiko et al.,
2013; Okobia et al., 2006).
Penggunaan CAM masih banyak dilakukan di Indonesia. Menurut
Badan Pusat Statistik (2015), sebanyak 21,41% penduduk menggunakan obat
tradisional yang merupakan salah satu jenis CAM pada tahun 2013. Survei
yang dilakukan oleh Molassiotis et al. (2005) menyatakan CAM juga umum
digunakan oleh pasien kanker dengan 35,9% menggunakan beberapa macam
dari jenis CAM. Penelitian lain oleh Joseph et al. (2012) menyebutkan pada
185 pasien kanker payudara yang tidak menerima saran pengobatan medis
standar, 58% memilih menggunakan CAM.
CAM merupakan gabungan dari pengobatan komplementer dan
alternatif. Pengobatan komplementer digunakan bersama dengan pengobatan
medis
standar,
sedangkan
pengobatan
alternatif
digunakan
untuk
menggantikan pengobatan medis standar (NIH, 2005). Penderita yang
melakukan pengobatan alternatif sebelum datang berobat ke pelayanan medis
4
standar akan menunda terapi medis standar. Hal ini dapat menyebabkan
keterlambatan dalam penatalaksanaan kanker payudara. Penatalaksanaan
pada stadium lanjut berkaitan dengan berkurangnya kesempatan keberhasilan
terapi dan morbiditas yang lebih tinggi karena dibutuhkan terapi yang lebih
agresif dalam melawan sel kanker (Djatmiko et al., 2013; American Cancer
Society, 2014). Selain itu, ketahanan hidup lima tahun juga menurun yaitu
dari 81,9% pada pasien yang melakukan pengobatan medis standar menjadi
43,2% pada mereka yang menunda atau menolaknya (Joseph et al., 2012).
Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian di Taiwan pada 35.095 pasien
dari tahun 2004 hingga 2010 dimana ketahanan hidup lima tahun pasien
hanya 45% pada mereka yang menunda atau tidak melakukan terapi medis
standar dan 85% pada mereka yang melakukannya (Chen et al., 2014),
sedangkan pengobatan alternatif sendiri belum terbukti efektif untuk
menyembuhkan kanker dalam uji klinis (American Cancer Society, 2014).
Penelitian mengenai pengaruh penggunaan pengobatan alternatif
terhadap keterlambatan penderita kanker payudara melakukan pengobatan
masih terbatas di Indonesia, terutama di kota Surakarta sehingga peneliti
bermaksud untuk meneliti apakah penggunaan pengobatan alternatif
merupakan faktor risiko keterlambatan penderita kanker payudara melakukan
pengobatan di Surakarta.
5
B. Perumusan Masalah
Apakah penggunaan pengobatan alternatif merupakan faktor risiko
keterlambatan penderita kanker payudara melakukan pengobatan di
Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
apakah
penggunaan
pengobatan alternatif merupakan faktor risiko keterlambatan penderita kanker
payudara melakukan pengobatan di Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1.
Aspek Teoritik
Memberikan informasi mengenai penggunaan pengobatan alternatif
sebagai faktor risiko keterlambatan penderita kanker payudara
melakukan pengobatan di Surakarta.
2.
Aspek Aplikatif
a. Memberikan informasi untuk pencegahan penggunaan pengobatan
alternatif secara tidak tepat agar tidak terjadi keterlambatan
pengobatan pada penderita kanker payudara.
b. Dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti lain untuk
penelitian selanjutnya yang berkaitan.
6
Download