Kemampuan Pengacara (Lawyers) Indonesia Dalam Membantu Pengembangan Hukum Perlindungan Hak Cipta Di Indonesia Untuk Buku Komik Yang Ilustrasinya Dibuat Dengan Bantuan Artificial Intelligence Fahlevi Anggara Fajrin E-mail: [email protected] Afiliasi: Magister Ilmu Hukum, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia Abstract The visual arts are one of the oldest ways for human beings to convey the stories of their lives and the history of their civilization, starting from the prehistoric images painted on various cave walls by early humans, then evolving into raised reliefs and paintings on the walls of religious temples, Hieroglyphic writing, paintings from the Renaissance period, all the way to the present day where people still enjoy creating and experiencing stories through visual art media such as photos, videos, 2D and 3D animations, and comics. The emergence of AI programs that can create images based on user input commands has made it easier for humans to draw, even if they lack any drawing skills, enabling them to create a collection of images that can be arranged into a comic book. However, the presence of comic books whose images creations are assisted by AI programs has raised new issues. Visual artists, such as illustrators, and some law authorities feel that images generated by AI programs should not be granted copyright protection, as humans using AI programs rely solely on machines that may even produce its images from various works of other artists found on the internet, which, according to artists, constitutes as act of copyright infringement. However, the comic "Zarya of the Dawn," in which the illustrations are created with the assistance of an AI program has obtained limited copyright protection. This journal will discuss this case and what lawyers and other law authorities in Indonesia can do to help develop copyright protection laws in Indonesia for comics created with the assistance of AI programs. Key Words: Artificial Intelligence, Comic, Copyright law Abstrak Seni visual adalah salah satu cara yang tertua bagi umat manusia untuk menyampaikan kisah hidup dan sejarah peradaban mereka, mulai dari gambar-gambar yang dibuat manusia jaman purba di berbagai dinding gua, kemudian relief timbul serta lukisan di berbagai dinding kuil peribadatan, tulisan Hieroglif, lukisan-lukisan yang muncul pada masa Renaisans bahkan, hingga kini umat manusia masih gemar membuat dan menikmati kisah-kisah yang dibawa menggunakan media seni visual dalam bentuk foto, video, animasi 2D dan 3D, serta komik. Kemunculan program AI yang bisa membuat gambar dengan mengikuti kata perintah yang dimasukan oleh pengguna program AI semakin memberikan kemudahan untuk manusia menggambar walaupun manusia tersebut tidak memiliki keahlian menggambar sama sekali sehingga, ia dapat turut menciptakan kumpulan gambar yang kemudian dapat ia susun menjadi sebuah buku komik. Namun, kehadiran buku komik yang gambar-gambarnya dibantu pembuatannya dengan program AI menimbulkan masalah baru. Para seniman visual seperti illustrator hingga sebagian pihak penegak hukum merasa bahwa gambar yang dihasilkan oleh program AI tidak sepatutnya diberikan perlindungan hak cipta, karena manusia yang menggunakan program AI hanya mengandalkan mesin yang bahkan mesin tersebut mengambil berbagai karya seniman lain yang ada di internet yang menurut para seniman merupakan tindakan pelanggaran hak cipta hingga, komik “Zarya of the Dawn” yang dibuat dengan bantuan Peranan Hukum Dalam Pembangunan program AI mendapatkan perlindungan hak cipta terbatas. Jurnal ini akan membahas mengenai kasus tersebut dan apa yang bisa dilakukan pengacara dan penegak hukum lainnya di Indonesia untuk membantu mengembangkan hukum perlindungan hak cipta untuk karya komik yang dibuat dengan menggunakan bantuan program AI. Kata kunci: Artificial Intelligence, Komik, Hak Cipta PENGANTAR Sejak tahun 2020 akhir, hingga sekarang, marak bermunculan aplikasi pembuat gambar menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau yang disebut dalam bahasa Inggris sebagai, “Artificial Intelligence”. Menurut Artikel berjudul, “Sejarah Kecerdasan Buatan Yang Wajib Diketahui”, yang dituis oleh Faqihu Sholih, yang dimuat di website Sari Teknologi, Istilah "Artificial Intelligence" (AI) pertama kali muncul pada tahun 1956 dalam Konferensi Dartmouth. John McCarthy, Marvin Minsky, Nathaniel Rochester, dan Claude Shannon adalah tokoh kunci yang terlibat dalam konferensi tersebut. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan bidang penelitian yang bertujuan untuk menciptakan mesin yang dapat melakukan tugas yang membutuhkan kecerdasan manusia1. AI juga diprogram untuk dapat meghasilkan gambar dengan serangkaian kalimat perintah tertentu yang dalam Bahasa Inggris disebut sebagai prompt. AI sejenis itu pertama kali diperkenalkan melalui perkembangan teknologi AI generatif. Pelopor untuk program AI yang bisa menghasilkan gambar melalui prompt untuk menghasilkan gambar dari berbagai data yang yang tersedia adalah DALL-E. Di dalam artikel berjudul, “A Comprehensive History And Explanation of OpenAI’s DALLE”, yang ditulis Filip Julian Miszuk, yang terbit di website Tech Behemoths pada 7 September 2023, DALL-E pertama kali diperkenalkan oleh OpenAI pada bulan Januari 2021. DALL-E merupakan sebuah model generatif yang menggunakan teknologi Generative Pre-trained Transformer 3 (GPT-3) untuk menciptakan gambar dari deskripsi teks. OpenAI, perusahaan teknologi kecerdasan buatan yang didirikan pada tahun 20152, menghadirkan DALL-E sebagai salah satu inovasi dalam menggabungkan kecerdasan buatan dengan kreativitas visual. Setelah Dall-E, di dalam artikel berjudul, “From GANs to Stable Diffusion: The History, Hype, & Promise of Generative AI”, yang ditulis oleh Sameer Farooqui, yang terbit pada 25 November 2022 dan dimuat di website OctoML, pada bulan Juli 2022 tertulis berita mengenai muncul AI baru yang dapat menghasilkan gambar yang lebih baik yang bernama MidJourney, pada bulan Agustus 2022, muncul pula AI penghasil gambar 1 “Sejarah Kecerdasan Buatan yang Wajib Diketahui,” diakses 12 November 2023, https://sariteknologi.com/sejarah-kecerdasan-buatan/. 2 “A Comprehensive History And Explanation of OpenAI’s DALL-E,” diakses 12 November 2023, https://techbehemoths.com/blog/dall-e-history. 2│ yang menjadi pesaing MidJourney, AI tersebut bernama Stable Difussion3 dan, hingga saat ini, sudah ada beberapa Artificial Intelligence penghasil gambar yang sudah marak digunakan untuk menghasikan gambar dengan gaya gambar tertentu seperti Bing Image Creator yang dapat menghasilkan gambar yang dapat meniru gaya gambar milik perusahaan PIXAR dan Disney. Alasan kenapa program AI tersebut dapat menghasilkan gambar yang memiliki ciri khas karya gaya visual seorang seniman atau gaya visual miik perusahaan media hiburan seperti gambar dengan gaya visual yang menjadi ciri khas perusahaan Pixar adalah, karena program AI dapat mengambil berbagai referensi dari database (data landasan) yang terdapat di internet yang kemudian dapat digunakan program tersebut untuk menghasilkan gambar yang memiliki gaya visual yang sama dengan gambar yang menjadi database AI tersebut. Program AI ini disebut sebagai Generative Adversarial Nets. Menurut jurnal berjudul, “Generative Adversarial Nets” yang ditulis oleh Ian J. Pouget, Jean Abadie, Mirza Mehdi, Xu Bing, et al. yang terbit pada tahun 2014 tertulis bahwa, “Sebuah model generatif menggambarkan bagaimana dataset dihasilkan, dalam hal model probabilitas. dengan mengambil sampel dari model ini, kita dapat menghasilkan data baru.” maksudnya adalah, program AI Generative Adversial Nets akan menggunakan beberapa jenis data yang seragam yang kemudian diolah oleh model sistem di dalam GAN yang disebut sebagai Generator dan Diskriminator. Generator mengambil vector noise acak dan menghasilkan gambar, sedangkan Diskriminator mengambil gambar dan mengeluarkan probabilitas apakah itu asli atau palsu4 Dalam artikel berjudul, “What Is A Noise Vector” yang terbit di website Ai Art Generator, vector noise sendiri adalah vektor nilai acak yang umumnya digunakan sebagai input untuk model generatif, seperti Generative Adversarial Network (GAN)5. Dalam artikel berjudul, “Random Vectors” yang terbit pada tahun 2021, yang ditulis oleh Marco Taboga di website StatLect dan artikel berjudul, “Random Numbers” yang ditulis oleh Rahul Awati, yang terbit di website Tech Target pada Juli 2022, vektor nilai acak maksudnya adalah kumpulan angka atau elemen di dalam program yang dihasilkan secara acak. Setiap elemen dalam vektor dipilih secara independen dari distribusi probabilitas, seperti distribusi seragam atau normal. Nilai-nilai dalam vektor tidak ditentukan sebelumnya melainkan ditentukan secara acak6. Menurut file berjudul, “Distribusi Probabilitas” dari Universitas Esa Unggul, distribusi probabilitas sendiri mengacu pada rumus matematika yang menggambarkan kemungkinan berbagai hasil atau peristiwa dalam suatu proses acak. Ini memberikan cara untuk mengukur 3 “From GANs to Stable Diffusion: The History, Hype, and Promise of Generative AI | OctoML,” diakses 12 November 2023, https://octoml.ai/blog/from-gans-to-stable-diffusion-the-history-hype-and-promise-ofgenerative-ai/. 4 Ian J Goodfellow dkk., “Generative Adversarial Nets,” t.t., http://www.github.com/goodfeli/adversarial; : Cheltenham dan Elgar, “Archive ouverte UNIGE The protection of AI-generated pictures (photograph and painting) under copyright law,” 2022. 5 “What is a Noise Vector?,” diakses 12 November 2023, https://aiartgenerator.us/what-is-a-noise-vector/. 6 “Random vectors,” diakses 12 November 2023, https://www.statlect.com/fundamentals-ofprobability/random-vectors; “What Are Random Numbers and How Are They Used?,” diakses 12 November 2023, https://www.techtarget.com/whatis/definition/random-numbers. Peranan Hukum Dalam Pembangunan ketidakpastian yang terkait dengan suatu peristiwa atau hasil tertentu. Distribusi probabilitas dapat memiliki berbagai bentuk, seperti distribusi normal, distribusi seragam, atau distribusi binomial, tergantung pada sifat dari proses acak yang sedang dimodelkan7. Keacakan dalam vektor memungkinkan untuk variasi dan keragaman dalam output yang dihasilkan oleh model Generator. Analogi cara bekerjanya sistem di dalam GAN dapat dianggap seperti tim pemalsu yang berusaha membuat uang palsu dan menggunakannya tanpa terdeteksi, sementara diskiminator mirip dengan polisi yang berusaha mencari keberadaan uang palsu yang beredar dan memeriksanya. Persaingan antara sistem Generator dan Diskriminator mendorong kedua tim untuk meningkatkan metode mereka hingga mata uang palsu tidak dapat dibedakan dari barang asli. Proses ini terus terjadi hingga Generator berhasil menghasilkan data baru berbentuk gambar yang sulit dibedakan dengan gambar yang menjadi database (data landasan) yang digunakan oleh program AI GAN tersebut8. Setelah Generator dan Diskriminator di dalam program AI GAN berhasil menghasilkan gambar baru berdasarkan database yang tersedia, pengguna program AI GAN dapat melatih program AI GAN tersebut dengan menggunakan berbagai gambar lainnya sebagai database untuk program AI GAN tersebut dan juga menggunakan prompt untuk memberikan perintah kepada program AI GAN agar menghasilkan gambar sesuai dengan prompt dari data yang tersedia. Menurut kamus daring Mariam-Webster, kata “prompt” sendiri berarti sesuatu yang menggugah atau membantu dengan menyarankan atau menyatakan berbagai kata dari suatu rangkaian kalimat yang mana kata setelah kata yang ditulis adalah kata yang terlupakan atau tidak diketahui secara utuh sedangkan, menurut artikel yang dimuat di website Study Smarter yang berjudul “Understanding The Prompt”, prompt berarti pengenalan suatu topik atau tema dan langkah-langkah bagaimana menuliskan topik atau tema tersebut9. Prompt sendiri dalam penggunannya di program AI penghasil gambar adalah sekumpulan rangkaian kata atau kalimat berisi rincian perintah untuk dimasukan ke dalam program AI agar AI tersebut dapat menghasilkan gambar atau tulisan dan dalam penelitian ini lebih spesifiknya prompt adalah sekumpulan kalimat perintah yang ditulis oleh pengguna program AI penghasil gambar yang dimasukan ke dalam program AI tersebut agar dapat menghasilan gambar yang diinginkan pengguna. Kemunculan AI penghasil gambar yang dapat dilatih sistemnya untuk menirukan gaya gambar milik seniman dan perusahaan tertentu menimbulkan banyak pertanyaan terkait perlindungan hak cipta terhadap gambar berbagai seniman yang diambil oleh 7 Ikhtisar Bab, “DISTRIBUSI PROBABILITAS,” t.t. Cheltenham dan Elgar, “Archive ouverte UNIGE The protection of AI-generated pictures (photograph and painting) under copyright law”; Goodfellow dkk., “Generative Adversarial Nets.” 9 “Prompt Definition & Meaning - Merriam-Webster,” diakses 12 November 2023, https://www.merriamwebster.com/dictionary/prompt; “Understanding the Prompt: Meaning, Example & Essay,” diakses 12 November 2023, https://www.studysmarter.co.uk/explanations/english/essay-plan/understanding-theprompt/. 8 4│ sistem AI penghasil gambar sebagai landasan data (database) program AI tersebut agar program AI tersebut bisa mempelajari dan meniru berbagai gaya gambar seniman yang dijadikan sebagai referensi untuk menghasilkan gambar sesuai keinginan pengguna AI tersebut berdasarkan prompt yang ditulis oleh pengguna AI tersebut. Kemudahan dalam menggunakan program AI untuk menghasilkan sebuah gambar sesuai dengan prompt yang ditulis ke dalam program AI tersebut oleh penggunanya dapat juga menjadikan pengguna AI tersebut bisa menciptakan suatu buku komik yang setiap halamannya memiliki gambar-gambar yang berbeda tapi memiliki gaya visual yang serupa sehinga, kumpulan gambar yang terdapat di dalam komik tersebut terlihat konsisten walau sang pengguna tidak pernah menggambar sama sekali dalam hidupnya. Menurut artikel yang dimuat di website The Verge yang berjudul, “AI-generated Art Cannot Be Copyrighted, Rules A US Federal Judge” yang terbit pada 20 Agustus 2023, yang ditulis oleh Wes Davis, di Amerika Serikat, pengadilan negara bagian Washington DC menyatakan bahwa gambar individual yang dihasilkan oleh program AI tidak dapat mendapatkan perlindungan hak cipta. Menurut seorang hakim distrik Washington D.C, Beryl Howell menyatakan bahwa, hanya usaha manusia dalam mengarang dan berimajinasi yang dapat menjadikan karyanya memiliki “authorship”10. Authorship menurut kamus daring Merriam-Webster berarti asal muasal kepengarangan atau pencipta suatu karya tulis, musik, dan karya seni11. Hakim Beryl Howell juga menyatakan bahwa hukum perlindungan hak cipta tidak pernah diberikan pada suatu karya seni yang tidak memiliki sentuhan dan usaha tangan manusia sebelumnya walaupun, di dalam artikel yang sama ditulis juga bahwa hakim Beryl Howell mengakui hukum perlindungan hak cipta sudah memasuki wilayah baru. Hal ini dibuktikan dengan diberikannya hukum perlindungan hak cipta terbatas pada komik berjudul “Zarya of the Dawn” karya Kris Kashtanova yang mana sebagian bear gambar pada novel tersebut dibuat dengan menggabungkan berbagai unsur yang ada dari berbagai gambar berbeda yang dibuat dengan menggunakan aplikasi program AI pembuat gambar bernama MidJourney. Menurut artikel yang dimuat pada 6 Maret 2023 di website Jolt Digest yang ditulis oleh Tony Analla yang berjudul, “Zarya of the Dawn: How AI is Changing the Landscape of Copyright Protection” tertulis bahwa, Kantor Kepengurusan Pemberian Perlindungan Hak Cipta Amerika Serikat (United States Copyright Office) memberikan perlindungan hak cipta terbatas pada karya komik tersebut yang mana ini merupakan perkembangan paling baru terkait pemberian perlindungan hak cipta pada suatu karya seni berbentuk buku komik yang isinya di dominasi oleh berbagai gambar yang dibantu pembuatannya oleh program AI12. 10 “AI-generated art cannot be copyrighted, rules a US federal judge - The Verge,” diakses 12 November 2023, https://www.theverge.com/2023/8/19/23838458/ai-generated-art-no-copyright-district-court. 11 “Authorship Definition & Meaning - Merriam-Webster,” diakses 12 November 2023, https://www.merriam-webster.com/dictionary/authorship. Peranan Hukum Dalam Pembangunan Alasan kenapa kantor kepengurusan pemberian perlindungan hak cipta di Amerika Serikat memberikan perlindungan hukum hak cipta terbatas pada karya komik tersebut adalah karena, menurut artikel berjudul, “Copyright and AI generated works: Zarya of the Dawn” yang dimuat di website Garrigues yang ditulis oleh Carolina Pina yang terbit pada 16 Maret 2023, ditulis bahwa, kantor kepengurusan pemberian perlindungan hak cipta Amerika Serikat tidak meragukan usaha Kris Kashtanova selaku pengarang komik tersebut dalam usahanya yang memakan waktu lama dalam menggunakan aplikasi Midjourney agar prompt yang dia gunakan bisa menghasilkan gambar yang tepat untuk dimuat dalam panel-panel komik tersebut tapi, usahanya tersebut tidak serta merta menjadikannya sebagai pembuat asli dari berbagai gambar yang ia buat karena, menurut Kantor Kepengurusan Pemberian Perlindungan Hak Cipta Amerika Serikat, Kris Kashtanova selaku pengarang komik tersebut tidak menunjukan usaha kreatif untuk mengendalikan gambar yang dihasilkan oleh program AI tersebut dan usaha yang dilakukan pengguna untuk menulis dan memasukan prompt tidak sama dengan apa yang dihasilkan oleh program AI, singkatnya jarak antara input pengguna dan output yang dihasilkan program AI sangat jauh13. Namun, berdasarkan informasi yang terdapat pada artikel yang berjudul “Unraveling The “Zarya of the Dawn” Decision: US Copyright Office Set A New Precedent” yang terbit pada 10 Mei 2023 yang dimuat di website Mmmlaw, komik tersebut mendapatkan hak cipta terbatas yang melindungi teks dan kumpulan gambar yang telah dipilih dan disusun oleh sang pengarang komik tersebut14. Seperti yang telah tertulis di dalam paragraf sebelumnya prompt adalah rangkaian kalimat perintah untuk dimasukan ke dalam program AI agar program AI dapat menghasilkan gambar yang diinginkan oleh pengguna AI tersebut yang pastinya merupakan manusia tapi, berdasarkan keputusan hakim Beryl Howell di pengadilan negara bagian Washington D.C, gambar individual yang dihasilkan oleh AI tidak dapat diberikan perlindungan hak cipta walaupun pengguna yang menulis prompt untuk dimasukan ke dalam program AI tersebut adalah manusia karena, gambar individual tersebut hanyalah gambar yang disusun oleh program AI yang unsur-unsurnya diambil dari berbagai gambar yang menjadi database AI tersebut yang mana database gambar tersebut salah satu sumbernya adalah gambar-gambar di internet yang mungkin saja gambar-gambar tersebut dilindungi oleh hukum perlindungan hak cipta. Selain itu, gambar-gambar yang dihasilkan program AI pada akhirnya merupakan gambar yang dibuat secara acak walaupun gambar acak tersebut merupakan hasil perintah dari prompt yang ditulis pengguna sehingga, pengguna program AI tidak dapat mengendalikan program AI sepenuhnya untuk menghasilkan gambar yang benarbenar dia inginkan. 13 “Copyright and AI-generated works: Zarya of the Dawn | Garrigues Digital,” diakses 12 November 2023, https://www.garrigues.com/en_GB/garrigues-digital/copyright-and-ai-generated-works-zarya-dawn. 14 “Unraveling the ‘Zarya of the Dawn’ Decision: US Copyright Office Sets a New Precedent,” diakses 12 November 2023, https://www.mmmlaw.com/news-resources/unraveling-the-zarya-of-the-dawn-decisionus-copyright-office-sets-a-new-precedent/. 6│ Dari uraian kasus yang ditulis pada paragraf sebelumnya, di dalam artikel yang berjudul “Zarya of the Dawn: How AI is Changing the Landscape of Copyright Protection” yang dimuat pada 6 Maret 2023 di website Jolt Digest yang ditulis oleh Tony Analla, terdapat informasi yang menyatakan bahwa, minimnya terlibatnya usaha tenaga dan pikiran manusia untuk membuat karya seni pada umumnya merupakan lasan yang menyebabkan Kantor Kepengurusan Pemberian Perlindungan Hak Cipta Amerika Serikat tidak dapat memberikan perlindungan hak cipta penuh pada karya Kris Kashtanova15. Di Indonesia sendiri, menurut jurnal berjudul “Masa Depan Hak Cipta: Tinjauan Keabsahan Hasil Karya Kecerdasan Artifisial Indonesia” yang ditulis oleh Rizky Fauzi, Tasya Safira Ramli, Rika Ratna Permata yang terbit pada 5 Februari 2022, ditulis bahwa terdapat tiga sisi yang harus ditinjau terhadap karya seni seperti gambar yang dihasilkan oleh program AI untuk menentukan apakah gambar tersebut bisa mendapatkan perlindungan hak cipta atau tidak, yaitu: 1. Tinjauan terhadap karya yang dihasilkan dengan menggunakan pasal Pasal 1 Angka 3 UU Hak Cipta, terkait karya cipta yang dilindungi dalam hak cipta yang kemudian dihubungkan dengan Pasal 40 Ayat (1) UU Hak Cipta, besertaa contoh karya cipta yang dimaksud di dalam Pasal 1 Angka 3 UU Hak Cipta seperti karya sinematografi, karya seni rupa, buku dan sejenisnya sepanjang termasuk ke dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. 2. Tinjauan keterlibatan usaha kecerdasan yang dimiliki otak manusia (intelektual) dan ekspresi personal manusia terhadap karya dengan merujuk pada pernyataan George Wilhelm Frederich Hegel mengenai filosofi hak di mana ia menjelaskan bahwa pelindungan terhadap kekayaan intelektual dilandasi oleh adanya ekspresi personal atau pribadi yang diberikan terhadap objek tersebut. 3. Tinjauan terhadap nilai keaslian karya sebagai unsur utama alasan suatu karya seni bisa mendapat perlindungan hak cipta. Suatu karya seni harus memiliki keaslian untuk dapat menunjukan unsur kebaruan atas karya tersebut. Komponen ini juga menunjukan keterlibatan usaha seseorang dalam proses pembuatan karya seni. Penilai keaslian suatu karya seni dilakukan melalui analisa terhadap proses persiapan, pelaksanaan, dan finalisasi karya. Kaitannya dengan kecerdasan artifisial, adalah, untuk memeriksa unsur dominan usaha seorang manusia dalam pembuatan suatu karya seni sehingga, penelaahannya harus dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan sebagaimana dilakukan di Uni Eropa dalam beberapa kasus kekayaan intelektual (Hugenholtz & Quintais, 2021). Tiga tahapan tersebut yaitu: 1. Proses pembuatan konsep karya seni. Tahapan konsep dilakukan dengan ide maupun gagasan yang dimiliki oleh manusia. Pembuatan konsep suatu 15 “Zarya of the Dawn: How AI is Changing the Landscape of Copyright Protection - Harvard Journal of Law & Technology,” diakses 12 November 2023, https://jolt.law.harvard.edu/digest/zarya-of-the-dawn-how-ai-ischanging-the-landscape-of-copyright-protection. Peranan Hukum Dalam Pembangunan karya seni akan menunjukkan peran seorang pencipta karya dalam berpikir untuk menyusun, menyunting, membuat komposisi hingga memberikan tujuan dan makna terhadap karya yang hendak dibuatnya. Ide atau gagasan sebagai dasar dalam pembuatan suatu karya seni merupakan fondasi atau peletak dasar dalam memberikan tujuan atau makna pada karya seni yang dibuat oleh penciptanya 2. Proses pelaksanaan pembuatan karya seni, yaitu proses menerjemahkan ide atau gagasan ke dalam medium karya seni yang akan digunakan. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 41 UU Hak Cipta, ide tidak akan memperoleh pelindungan hak cipta jika belum memiliki wujud yang nyata. Proses ini meliputi tindakan si pencipta dalam membuat karya seni tersebut seperti proses melukis pada medium kanvas atau kertas atau medium lainnya, proses penulisan pada karya sastra, dan proses pengambilan gambar jika karyanya adalah karya sinematografi. Proses ini akan menunjukkan keterlibatan dominan pencipta dalam proses menerjemahkan pikirannya ke medium karya seni yang ia gunakan untuk menyalurkan idenya menjadi suatu objek yang memiliki bentuk fisiknya yang dapat dicerap oleh satu atau lebih dari satu panca indra yang dimiliki manusia dan akan memberikan nilai keaslian karena setiap individu memiliki pilihan kreatif dalam sentuhan pribadinya dalam karya tersebut. 3. Proses penyelesaian karya seni. Proses ini merupakan tahapan akhir dalam pembuatan suatu karya seni karena pencipta karya seni tersebut melakukan penyempurnaan terhadap karya yang sedang dibuat16. Dalam bidang seni dengan media Animasi, media yang saya pelajari proses pembuatannya selama empat setengah tahun untuk mendapatkan gelar Sarjana Desain, proses ini disebut sebagai post-production, yaitu proses memberikan warna pada cuplikan film atau video, proses memberikan visual effect seperti efek ledakan atau efek memberikan luka palsu pada tubuh seorang aktor, dsb. Berdasarkan tiga tinjauan dan tiga tahapan dalam meninjau apakah suatu karya seni dapat diberikan perlindungan hak cipta atau tidak, menurut jurnal tersebut karya seni berbentuk gambar yang dihasilkan oleh AI tidak dapat diberikan hukum perlindungan hak cipta tapi, bagaimana jika gambar-gambar tersebut bukanlah gambar individual melainkan, gambar-gambar yang dihasilkan program AI tersebut adalah gambargambar yang dikumpulkan yang kemudian disunting dan disusun ulang hingga menjadi suatu kumpulan gambar yang memiliki satu kesatuan dan memiliki kesinambungan antara satu gambar dengan gambar lainnya yang mana kegiatan penyuntigan dan penyusunan kumpulan gambar tersebut dibuat dengan andil usaha pikiran dan tangan manusia seperti yang terjadi dalam kasus pembuatan novel grafis berjudul “Zarya of The Dawn” karya Kris Kashtanova hingga mendapat perlindungan 16 Rizki Fauzi, Tasya Safiranita Ramli, dan Rika Ratna Permata, “MASA DEPAN HAK CIPTA: TINJAUAN KEABSAHAN HASIL KARYA KECERDASAN ARTIFISIAL DI INDONESIA,” Citizen : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia 2, no. 1 (5 Februari 2022): 118–28, https://doi.org/10.53866/jimi.v2i1.51. 8│ hak cipta terbatas untuk karyanya? Ditambah, terdapat informasi bahwa, “Pada tahun 1884 Mahkamah Agung Amerika Serikat menyatakan bahwa foto yang diambil menggunakan kamera merupakan hasil karya manusia murni dan bukan reproduksi ulang pemandangan alam.”17, walaupun, pada kenyataannya saat seorang fotografer mengambil foto pemandangan alam, ia juga tidak melibatkan banyak usaha dan tenaga. TEORI Dalam jurnal berjudul, “The Role of Law In Economic Development”, J.D. Nyhart menyatakan bahwa, peran pengacara (lawyers) di negara berkembang ada 5 dalam mengembangkan dan membuat hukum yang disebut sebagai lawcraft untuk membantu pengembangan hukum yang dapat membantu pembagunan ekonomi di negara berkembang yaitu: 1. Plan evolution (pengembangan rencana pembangunan) 2. Legislative Implementation (penerapan legislasi) 3. Executive decision making and administration (penentuan dan penetapan kebijakan dan administrasi oleh pihak eksekutif negara) 4. Structuring of private arrangements (Membantu rencana pembuatan struktur kebijakan untuk pihak swasta) 5. Litigation or dispute settling (litigasi atau penyelesaian sengketa) Pada tahap pengembangan rencanaan pembangunan walaupun menurut J.D Nyhart memang merupakan tanggung jawab pihak pemerintah sebagai pihak yang berwenang unuk membuat rencana pembangunan serta membuat kebijakan tapi, pihak penegak hukum seperti pengacara harus hadir sebagai pihak yang dapat memberikan saran dan nasihat kepada pihak berwajib untuk menjelaskan dampak dari kebjakan yang mereka buat. Pada tahap ke-2, ke-3, dan ke-4, peranan hukum sudah terlihat tapi di tahap ke3, pendapat dari bidang llmu hukum hanya dilihat sebagai jalan lain dan seringkali tidak dihiraukan dalam penetapan kebijakan yang dilakukan oleh pihak eksekutif di dalam pemerintahan suatu negara, padahal, dalam tahap pertama dan ketiga yaitu, pengembangan rencana pembangunan dan penentuan serta penetapan kebijakan dan adminstrasi oleh pemerintah, pengacara (lawyers) dapat bertindak sebagai penasihat umum. Pengacara dapat bertindak sebagai penasehat hukum adalah karena, seorang pengacara memiliki kemampuan penalaran melalui analogi yaitu, kemampuan untuk menjelaskan dan mengartikulasikan serta melihat jauh hubungan sebab dan akibat 17 “Zarya of the Dawn: How AI is Changing the Landscape of Copyright Protection - Harvard Journal of Law & Technology.” Peranan Hukum Dalam Pembangunan serta dapat melihat alternatif lain dalam mencapai tujuan yang ditentukan oleh tugasnya dan memiliki kemampuan untuk bernegosiasi18. Seperti yang telah ditulis pada bagian latar belakang, perkembangan teknologi AI yang dapat membantu pengarang buku komik untuk membuat ilustrasi yang memikat banyak orang dan mempermudah pengarang buku komik untuk menciptaan kumpulan gambar yang sesuai dengan tema dan cerita yang dibawa oleh sang pengarang di dalam komik karangannya sedang berada dalam tahap yang sangat pesat tapi, cara membuat komik seperti itu menimbulkan masalah baru, yaitu mengenai apakah buku komik tersebut dapat diberikan perlindungan hak cipta atau tidak dan pada kasus pengarang bernama Kris Kashtanova dengan buku komik karyanya yang berjudul “Zarya of the Dawn”, pihak Kantor Kepengurusan Pemberian Perlindungan Hak Cipta Amerika Serikat memberikan perlindungan hak cipta terbatas yang melindungi teks dan kumpulan gambar yang telah dipilih dan disusun oleh sang pengarang komik tersebut sehingga, walau pada jurnal berjudul “Masa Depan Hak Cipta: Tinjauan Keabsahan Hasil Karya Kecerdasan Artifisial Indonesia” menyatakan bahwa, gambar yang diciptakan oleh AI tidak dapat diberikan perlindungan hak cipta tapi, pada tahap meninjau proses pembuatan karya seni untuk mengetahui, “Apakah karya seni tersebut dapat memenuhi unsur keaslian karya ?”, pihak Kantor Kepengurusan Pemberian Perlindungan Hak Cipta Amerika Serikat memberikan perlindungan hak cipta terbatas untuk karya komik tersebut sehingga, dapat disimpulkan bahwa, pihak Kantor Kepengurusan Pemberian Perlindungan Hak Cipta Amerika Serikat mengakui ada proses penggunaan usaha dan ide manusia dalam proses pembuatan karya komik buatan Kris Kashtanova tersebut. Jika mengacu pada kasus komik “Zarya of the Dawn” di Amerika Serikat yang mendapatkan perlindungan hak cipta terbatas untuk teks dan kumpulan gambar yang telah dipilih dan disusun oleh sang pengarang komik, maka pengacara di Indonesia bisa membantu membuat gagasan dan memberikan ide untuk menyusun hukum hak cipta baru yang mengatur dan mengakomodasi karya komik yang gambar-gambar di dalam komik tersebut dibuat dengan menggunakan bantuan AI guna membantu akomodasi hukum perlindungan hak cipta untuk industri media hiburan komik. Industri hiburan komik adalah salah satu industri yang sangat menguntungkan. Sebagai contoh, menurut artikel berjudul, “Comic Books Through the Years — Is the Industry Dying or Thriving, and Where Should You Invest?” yang terbit pada 25 September 2021 yang ditulis oleh Andrew Lisa, terdapat informasi yang menyatakan bahwa, menurut Publisher’s Weekly, sebuah website internasional yang menyajikan 18 J.D Nyhart, “The Role Of Law In Economic development,” t.t. 10 │ berita mengenai dunia penerbitan dan percetakan buku, penjualan buku komik dan novel grafis meraih pencapaian keuntungan hingga 1.28 milyar Dollar Amerika Serikat dan, menurut laporan dari sebanyak 360 riset, keuntungan penjualan buku komik diseluruh dunia akan mencapai sekitar 4,69 milyar Dollar Amerika Serikat19. Untuk Indonesia sendiri, di Indonesia kalangan muda terutama remaja adalah kalangan yang paling gemar membaca komik terutama komik digital. Menurut artikel berjudul, “Alasan Webtun Paling Laris Di Indonesia”, yang ditulis oleh Muhammad Andika Putra, yang terbit di website CNN Indonesia, yang terbit pada 4 Oktober 2020, terdapat informasi yang menyatakan bahwa, aplikasi komik digital Webtoon berhasil mendapatkan 6 juta pengguna yang merupakan pencapaian pasar tertinggi pada tahun 2016. Di dalam artikel tersebut, dimuat juga pernyataan pengamat komik Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta, Bambang Tri Rahadian. Ia tidak heran dengan banyaknya pengguna aktif komik digital di Indonesia. Ia menilai, Indonesia adalah pasar besar apa pun yang bersifat daring. Ia menilai salah satu yang membuat banyak orang Indonesia membaca komik di aplikasi Webtoon adalah komik-komik yang terbit di platform tersebut adalah komik yang memiliki alur cerita ringan dan cepat. Model komik ini sesuai dengan mayoritas karakter pembaca Indonesia masa kini, terutama remaja, meski sebenarnya masih ada penikmat komik dengan cerita panjang. Faza Ibnu Ubaydllah, sebagai seorang komikus lokal dengan komiknya yang berjudul “Si Juki: Lika Liku Anak Kos” yang terbit penuh pada tahun 2015 di aplikasi komik digital tersebut menilai alasan kenapa Webtoon begitu digemari oleh masyarakat Indonesia adalah, karena aplikasi komik digital Webtoon mudah diakses, gratis dan menyediakan komik dengan berbagai konten yang beragam sehingga, pembaca tidak perlu repot jika ingin membaca komik sebagai salah satu pilihan untuk menghibur diri. Ia juga menyatakan bahwa, "Selain itu, belakangan K-Pop digemari di Indonesia, termasuk webtun. Itu yang bikin ekosistem Korea yang menarik bagi penggemarnya. Komik digital ini masuk dalam Korean Wave dan sangat didukung pemerintahnya.”. Jika dilihat secara keseluruhan, aplikasi baca komik digital Webtoon masih menjadi platform komik digital yang dianggap paling populer di Indonesia20. Menurut artikel yang berjudul “Content Powerhouse dari Negeri Ginseng” yang dimuat di website SWA yang ditulis oleh Teguh Sri Pembudi, yang terbit pada 21 Agustus 2023, terdapat informasi yang menyatakan bahwa, aplikasi digital Webtoon yang menyediakan hiburan komik bisa mendapatkan keuntungan hingga 3,7 miliar Dollar 19 “Comic Books Through the Years — Is the Industry Dying or Thriving, and Where Should You Invest?,” diakses 12 November 2023, https://finance.yahoo.com/news/comic-books-years-industry-dying230149276.html. 20 “Alasan Webtun Paling Laris di Indonesia,” diakses 12 November 2023, https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20201002142816-241-553665/alasan-webtun-paling-laris-diindonesia. Peranan Hukum Dalam Pembangunan Amerika Serikat dan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 56 milyar Dollar Amerika Serikat21. Selain itu, apabila cerita seorang komikus laku terjual, sang pengarang komik juga bisa mendapatkan keuntungan yang sangat banyak. Dilansir dari artikel berjudul, “Fantastis, Segini Pendapatan Manga One Piece dan Gaji Eichiro Oda”, yang ditulis oleh Ratih Ika Wijayati, yang terbit pada 22 Apil 2022, yang dimuat di website IDX Channel, Eichro Oda selaku pengarang komik “One Piece” bisa mendapatkan keuntungan sebesar 200 juta Dollar Amerika Serikat yang masuk ke dalam kantong pribadinya22. Di sinilah kemampuan seorang pengacara dan penegak hukum lainnya di Indonesia dibutuhkan dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman untuk menentukan apakah karya buku komik yang dibantu pembuatan gambarnya oleh AI bisa diberikan perlindungan hak cipta atau tidak karena, walaupun di Indonesia kasus semacam ini belum ada, kemampuan seorang pengacara untuk bernalar dengan menggunakan analogi yaitu, kemampuan untuk menjelaskan dan mengartikulasikan serta melihat jauh hubungan sebab dan akibat serta dapat melihat alternatif lain dalam memahami suatu kasus diperlukan. Maka dari itu, dengan menggunakan teori J.D Nyhart mengenai kemampuan lawyers (pengacara) serta menggunakan teori lainnya dalam bidang seni visual yang telah saya pelajari pada jenjang pendidikan saya sebelumnya, dalam jurnal ini akan dibahas mengenai keharusan pengacara untuk memiliki sudut pandang teori seni juga terutama teori Mimesis Plato dan hakikat foto yang diambil dengan menggunakan teknologi kamera untuk dapat menjwab pertanyaan, “Apakah suatu karya seni seperti komik yang gambar-gambarnya dibuat dengan menggunakan program AI berhak mendapatkan perlindungan hak cipta atau tidak?” sehingga, pengacara Indonesia dapat membantu membuat hukum baru mengenai perlindungan hak cipta untuk karya seni yang dibuat dengan menggunakan AI. HASIL PENELITIAN DAN ANALISA Kehadiran program AI yang bisa membantu seorang komikus untuk membuat komik merupakan suatu hal yang akan memberikan guncangan pada bagaimana cara seorang komikus membuat komiknya di masa depan dan pastinya, akan bermunculan kasus seorang komikus membuat komik dengan menggunakan gambar-gambar ilustrasi yang dihasilkan oleh program AI yang kemudian kumpulan gambarnya ia pilah-pilih dan susun serta sunting sedemikian rupa hingga menjadi sebuah buku komik yang 22 “Content Powerhouse dari Negeri Ginseng | SWA.co.id,” diakses 12 November 2023, https://swa.co.id/swa/trends/technology/content-powerhouse-dari-negeri-ginseng. 12 │ memiliki kumpulan gambar dengan gaya visual yang konsisten di setiap halamannya sehingga, menciptakan sesuatu yang baru. Tentu pihak penegak hukum terutama pengacara dan konsultan HKI di Indonesia yang akan didatangi oleh sang pengarang komik yang ingin berkonsultasi untuk mengetahui apakah karya buatannya bisa diberikan perlindungan hak cipta atau tidak di Indonesia sangat berharap bahwa karya komiknya dapat diberikan perlindungan hak cipta sedangkan, seperti kesimpulan yang didapat di dalam jurnal berjudul “Masa Depan Hak Cipta: Tinjauan Keabsahan Hasil Karya Kecerdasan Artifisial Indonesia” menyatakan bahwa, gambar individual yang diciptakan oleh AI tidak dapat diberikan perlindungan hak cipta dengan alasan bahwa di dalam gambar buatan AI, sebagian besar pengerjaan pembuatan gambar individual tersebut dilakukan oleh program AI23 tapi, seperti yang kita ketahui, di internet terdapat banyak gambar pemandangan alam atau pemandangan kota yang diambil dengan menggunakan tangkapan kamera dan, seperti yang kita telah ketahui, letak-letak berbagai objek yang menjadi pemandangan alam atau kota sangat tidak dapat diatur penuh oleh seorang fotografer yang mengambil foto pemandangan alam atau kota tersebut karena, pemandangan alam dan kota tersebut sudah terbentuk seperti yang dilihat oleh mata sang fotografer dan sang fotografer hanya dapat mengatur sudut pandang arah kamera yang ia gunakan untuk menangkap gambar pemandangan alam atau kota tersebut. Tentu seorang fotografer, adakalanya menggunakan teknologi seperti Photoshop untuk mengatur warna mood (suasana) foto tersebut untuk menentukan, apakah warna dari foto yang dia ambil memberikan kesan dingin atau hangat? Namun, lagilagi sang fotografer dalam memberikan pengaturaan warna untuk foto tersebut hanya mengubah tingkat kecerahan dan warna suasana foto tersebut yang bertujuan memberikan kesan suasana hangat atau dingin di dalam gambar foto tersebut dan hal itu akan memberikan kesan tertentu serta menggugah perasaan tertentu pada orangorang yang melihat foto tersebut tapi, jika syarat karya seni yang dihasilkan oleh seorang seniman harus memiliki usaha otak dan tenaga manusia yang dominan dalam pembuatan karya tersebut, maka seharusnya foto pemandangan alam dan kota tidak dapat diberikan perlindungan hak cipta walaupun sang fotografer menghabiskan waktu yang sangat lama untuk mengambil gambar foto kota dan pemandangan alam. Jika foto pemandangan alam dan pemandangan kota yag diambil seorang fotografer bisa mendapatkan perlindungan hak cipta walaupun foto tersebut tidak memiliki gagasan atau memiliki unsur keaslian karya karena foto tersebut hanya merupakan gambar dari pemandangan yang sudah ada, mengapa karya komik yang kumpulan ilsutrasi gambarnya dibuat dengan bantuan AI tidak dapat diberikan perlindungan hak Peranan Hukum Dalam Pembangunan cipta penuh padahal, sang pembuat komik dalam menyusun gambar-gambar yang dihasilkan AI tersebut banyak menaruh ide dan gagasan yang ia miliki agar dapat menyampaikan alur cerita yang ingin ia sampaikan di dalam gambar komik buatannya? Jika argumennya adalah, gambar AI mengambil dan meniru gaya gambar orang lain seperti kasus yang menimpa seniman Kanada Sam Yang yang mana gaya visual gambarnya yang menjadi ciri khasnya ditiru oleh AI24, maka hal tersebut juga belum tentu melanggar hukum hak cipta karena, bahkan di Amerika Serikat sendiri, peraturan perlindungan hak cipta negara tersebut tidak melindungi gaya visual gambar seorang seniman dari ditiru oleh seniman lain. Di dalam artikel berjudul, “The Complex World of Style Copyright, and Generatve AI” yang dimuat di website Creative Commons, yang ditulis oleh Stephen Wolfson, pada 23 Maret 2023. Hukum perlidungan hak cipta Amerika Serikat tidak melindungi ide atau gagasan yang ada di dalam karya seni tapi, melindungi ekspresi tertentu sang seniman yang disampaikan oleh sang seniman dari ide yang terdapat di dalam kepala sang seniman melalui karya seni mereka. Seperti yang ditulis oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat dalam kasus Google v. Oracle: "Perlindungan hak cipta tidak dapat diperluas kepada 'gagasan atau ide, prosedur, proses, sistem, metode operasi (atau metode bekerja), konsep, prinsip, atau penemuan...' [17 U.S.C.] § 102(b). Pembatasanpembatasan ini... sering kali membuat pengadilan menyatakan, dalam bentuk ringkas, bahwa, tidak seperti paten, yang melindungi gagasan baru yang memiliki fungsi, hak cipta melindungi 'ekspresi' tapi bukan 'ide' yang ada di belakangnya (ide dibalik diciptakannya sesuatu)."25. Di dalam artikel yang sama, ditulis juga bahwa gaya visual suatu gambar bisa disamakan atau dianalogikan dengan genre musik26. Sebagai contoh, kita mengetahui bahwa di seluruh dunia termasuk di Indonesia terdapat banyak musik dengan genre Metal dengan ciri khas penggunaan gitar elektrik yang suaranya keras dan memekakan telinga, atau genre musik Rap yang mana ciri khas genre tersebut adalah seseorang menyanyikan lirik dengan nada yang cukup rata dan cepat serta liriknya memiliki rima. Terakhir, dalam menilai karya buku komik yang gambar-gambar ilustrasi di dalam komik tersebut dibuat oleh program AI yang mana program AI dikatakan hanya menjiplak karya berbagai seniman yang kemudian dipotong-potong dan disusun 25 “The Complex World of Style, Copyright, and Generative AI - Creative Commons,” diakses 12 November 2023, https://creativecommons.org/2023/03/23/the-complex-world-of-style-copyright-and-generative-ai/. 14 │ hingga menghasilkan suatu gambar sesuai dengan prompt yang ditulis, maka seorang pengacara bisa mengaitkan kegiatan seniman dalam menggambar dengan teori Mimesis Plato yang terkenal di dalam dunia Estetika Seni. Mimesis adalah teori seni Yunani yang terkait dengan kata yang kita kenal sebagai imitasi atau tiruan. Di dalam buku berjudul, “Thinking Art” yang ditulis oleh Antoon Van Den Braembussche, ditulis bahwa Plato menganggap kegiatan menggambar dan melukis yang dilakukan oleh seniman serta karya gambar dan lukisan yang dihasilkan oleh seniman hanyalah kegiatan meniru dari kenyataan yang ada di alam atau yang ada di depan matanya yang mana gambar atau lukisan yang dibuat sang seniman tidak memiliki fungsi apapun27. Jika Plato menganggap bahwa kegiatan menggambar dan melukis yang dilakukan oleh seniman adalah kegiatan menirukan apa yang sudah ada di dunia nyata, dan foto pemandangan alam atau kota yang ditangkap kamera seorang fotografer pada hakikatnya merupakan imitasi atau tiruan dari apa yang sudah ada di dunia nyata dan sang fotografer tidak memiliki kendali sama sekali dalam mengatur posisi dan tata letak setiap benda yang ada pada pemandangan kota maupun alam yang ditangkap kameranya, pertanyaannya adalah, “Mengapa foto pemandangan alam dan kota yang diambil sang fotografer yang merupakan tiruan atau imitasi dari pemandangan yang sudah ada bisa diberikan perlindungan hak cipta tapi, komik yang kumpulan gambarnya dibantu pembuatannya oleh program AI tidak meskipun sang pengguna program AI menuliskan prompt dengan niat dan tujuan agar prompt tersebut bisa membuat program AI yang ia gunakan menghasilkan berbagai gambar yang sesuai dengan imajinasi yang ada di dalam otak sang pengguna program AI agar pengguna program AI tersebut bisa menyusun kumpulan gambar tersebut hingga menjadi satu kesatuan di dalam buku komik karangannya walaupun, kumpulan gambar yang terdapat di dalam buku komik karangannya gaya visualnya menirukan gaya visual seniman manusia padahal, sudah jelas hukum perlindungan hak cipta tidak melindungi gaya visual gambar seorang seniman apabila gaya visual gambar seorang seniman dianalogikan sama dengan genre musik yang tidak dapat dilindungi hukum perlindungan hak cipta?”. Pertanyaan tersebut bisa membantu pengacara untuk membantu pemerintah Indonesia dalam menentukan dan menetapkan kebijakan mengenai hukum perlindungan hak cipta untuk karya seni yang dibuat dengan menggunakan bantuan program AI dan membantu pemerintah Indonesia untuk mengembangkan rencana pembangunan industri hiburan media komik di Indonesia dengan menghadirkan peraturan perlindungan hak cipta yang turut mengakomodasi karya komik yang 27 Braembussche, “Thinking Art,” 17-19 Peranan Hukum Dalam Pembangunan gambar-gambar yang terdapat di dalam komik tersebut dibantu pembuatannya dengan menggunakan teknologi AI. Selain itu, dengan hadirnya peraturan perlindungan hak cipta karya seni yang pembuatannya dibantu oleh program AI yang pembuatan aturan tersebut dibantu oleh pengacara, maka pengacara juga dapat membantu pemerintah mengembangkan rencana untuk membangun industri teknologi AI penghasil gambar di Indonesia sehingga, para pembuat program AI penghasil gambar di Indonesia bisa mengembangkan teknologi AI penghasil gambar seperti yang telah ada di Amerika Serikat dengan berbagai program penghasil gambar AI yang dimiliki berbagai perusahaan teknologi yang berbasis di negara tersebut seperti program AI MidJourney, Stable Difussion, Dall-E, dsb. KESIMPULAN Hukum perlindungan hak cipta merupakan ranah yang cukup sering tidak dianggap signifikan di Indonesia. Sebagai contoh, saat saya mencari referensi mengenai hukum perlindungan hak cipta di Indonesia untuk karya seni visual yang dibuat oleh AI melalui website Google Scholar, saya hanya menemukan satu jurnal yang membahas hal tersebut yaitu, jurnal berjudul“Masa Depan Hak Cipta: Tinjauan Keabsahan Hasil Karya Kecerdasan Artifisial Indonesia” yang ditulis oleh Rizky Fauzi, Tasya Safira Ramli, Rika Ratna Permata yang terbit pada 5 Februari 2022 yang kesimpulan jurnal tersebut adalah gambar individual buatan AI tidak dapat diberikan perlindungan hak cipta28. Jurnal ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan alternatif jawaban lain mengenai kasus perlindungan hak cipta untuk karya seni visual yang pembuatannya dibantu dengan menggunakan teknologi AI dan berdasarkan kasus pemberian perlindungan hak cipta terbatas oleh Kantor Kepengurusan Pemberian Perlindungan Hak Cipta Amerika Serikat pada karya komik “Zara of the Dawn” yang dikarang oleh Kris Kashtanova, apabila di Indonesia terjadi kasus serupa, jurnal ini diharapkan bisa membantu pengacara maupun konsultan hak cipta untuk menyusun analogi yang tepat berdasarkan teori Mimesis Plato dan argumen mengenai foto pemandangan alam dan pemandangan kota yang tata letak benda-benda pada pemandangan alam dan kota yang diambil gambarnya oleh kamera milik sang fotografer tidak dapat dikendalikan atau diatur oleh sang fotografer agar karya komik tersebut bisa mendapatkan perlindungan hak cipta juga. Jurnal ini juga bertujuan untuk memberikan referensi kepada pengacara, konsultan HKI dan praktisi hukum lainnya yang termasuk ke dalam kategori lawyers agar bisa membantu pemerintah Indonesia dalam menentukan dan menetapkan kebijakan 16 │ mengenai hukum perlindungan hak cipta untuk karya seni yang dibuat dengan menggunakan bantuan program AI dan membantu pemerintah Indonesia untuk mengembangkan rencana pembangunan industri hiburan media komik dengan menghadirkan peraturan perlindungan hak cipta yang turut mengakomodasi karya komik yang gambar-gambarmya dibantu pembuatannya dengan menggunakan teknologi AI dan juga, agar pengacara dan praktisi hukum lainnya dapat membantu pemerintah dalam mengembangkan rencana untuk membangun industri teknologi AI penghasil gambar di Indonesia sesuai dengan teori J.D Nyhart mengenai kemampuan pengacara (lawyers) dalam pengembangan rencana pembangunan dan penentuan serta penetapan kebijakan dan adminstrasi oleh pemerintah. Peranan Hukum Dalam Pembangunan REFERENSI “A Comprehensive History And Explanation of OpenAI’s DALL-E.” Diakses 12 November 2023. https://techbehemoths.com/blog/dall-e-history. “AI-generated art cannot be copyrighted, rules a US federal judge - The Verge.” Diakses 12 November 2023. https://www.theverge.com/2023/8/19/23838458/ai-generated-art-nocopyright-district-court. “Alasan Webtun Paling Laris di Indonesia.” Diakses 12 November 2023. https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20201002142816-241-553665/alasan-webtunpaling-laris-di-indonesia. “Authorship Definition & Meaning - Merriam-Webster.” Diakses 12 November 2023. https://www.merriam-webster.com/dictionary/authorship. Bab, Ikhtisar. “DISTRIBUSI PROBABILITAS,” t.t. Cheltenham, :, dan Elgar. “Archive ouverte UNIGE The protection of AI-generated pictures (photograph and painting) under copyright law,” 2022. “Comic Books Through the Years — Is the Industry Dying or Thriving, and Where Should You Invest?” Diakses 12 November 2023. https://finance.yahoo.com/news/comic-books-yearsindustry-dying-230149276.html. “Content Powerhouse dari Negeri Ginseng | SWA.co.id.” Diakses 12 November 2023. https://swa.co.id/swa/trends/technology/content-powerhouse-dari-negeri-ginseng. “Copyright and AI-generated works: Zarya of the Dawn | Garrigues Digital.” Diakses 12 November 2023. https://www.garrigues.com/en_GB/garrigues-digital/copyright-and-ai-generatedworks-zarya-dawn. Fauzi, Rizki, Tasya Safiranita Ramli, dan Rika Ratna Permata. “MASA DEPAN HAK CIPTA: TINJAUAN KEABSAHAN HASIL KARYA KECERDASAN ARTIFISIAL DI INDONESIA.” Citizen : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia 2, no. 1 (5 Februari 2022): 118–28. https://doi.org/10.53866/jimi.v2i1.51. “From GANs to Stable Diffusion: The History, Hype, and Promise of Generative AI | OctoML.” Diakses 12 November 2023. https://octoml.ai/blog/from-gans-to-stable-diffusion-thehistory-hype-and-promise-of-generative-ai/. Goodfellow, Ian J, Jean Pouget-Abadie, Mehdi Mirza, Bing Xu, David Warde-Farley, Sherjil Ozair, Aaron Courville, dan Yoshua Bengio. “Generative Adversarial Nets,” t.t. http://www.github.com/goodfeli/adversarial. 18 │ Nyhart, J.D. “The Role Of Law In Economic development,” t.t. “Prompt Definition & Meaning - Merriam-Webster.” Diakses 12 November 2023. https://www.merriam-webster.com/dictionary/prompt. “Random vectors.” Diakses 12 November 2023. https://www.statlect.com/fundamentals-ofprobability/random-vectors. “Sejarah Kecerdasan Buatan yang Wajib Diketahui.” Diakses 12 November 2023. https://sariteknologi.com/sejarah-kecerdasan-buatan/. “The Complex World of Style, Copyright, and Generative AI - Creative Commons.” Diakses 12 November 2023. https://creativecommons.org/2023/03/23/the-complex-world-of-stylecopyright-and-generative-ai/. Braembussche, Antoon Van Den. “Thinking Art”, diterjemahkan oleh Michael Krassilovsky, Rutger H. Cornets de Groot, Dick van Spronsen, 17-19. Brussels: Springer, 2009. “Understanding the Prompt: Meaning, Example & Essay.” Diakses 12 November 2023. https://www.studysmarter.co.uk/explanations/english/essay-plan/understanding-theprompt/. “Unraveling the ‘Zarya of the Dawn’ Decision: US Copyright Office Sets a New Precedent.” Diakses 12 November 2023. https://www.mmmlaw.com/news-resources/unraveling-the-zarya-ofthe-dawn-decision-us-copyright-office-sets-a-new-precedent/. “What Are Random Numbers and How Are They Used?” Diakses 12 November 2023. https://www.techtarget.com/whatis/definition/random-numbers. “What is a Noise Vector?” Diakses 12 November 2023. https://aiartgenerator.us/what-is-a-noisevector/. “Zarya of the Dawn: How AI is Changing the Landscape of Copyright Protection - Harvard Journal of Law & Technology.” Diakses 12 November 2023. https://jolt.law.harvard.edu/digest/zarya-of-the-dawn-how-ai-is-changing-the-landscape-ofcopyright-protection.