VAPE ELEKTRIK SEBAGAI TREND FASHION DIKALANGAN REMAJA (Studi Deskriptif pada Pengguna Rokok Elektrik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember) PROPOSAL PENELITIAN Oleh : Sofia Salsabila 200910301080 KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL 2023 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok menjadi gaya hidup tersendiri khususnya dikalangan remaja. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas menyebutkan bahwa di tahun 2018 rata-rata usia perokok berada di rentang usia 10-18 tahun yang meningkat dari 7,2 persen di tahun 2013 menjadi 9,1 persen di tahun 2018. Selain itu, Indonesia menjadi urutan ke lima sebagai Negara berkembang yang menjadi pengguna rokok terbesar di seluruh dunia. Keberadaan rokok tembakau sangat mudah dijumpai di toko kelontong dan minimarket sehingga sangat mudah dijangkau oleh masyarakat dengan kisaran harga 20-30 ribu rupiah. Bahan baku rokok konvensional terdiri atas daun tembakau kering, cengkih, kertas sigaret, filter, mentol, perasa dan bahan aditif lainnya seperti natrium, natrium prosfat, ammonium dan potassium sitrat yang berfungsi untuk mempercepat pembakaran. (dijelaskan alat) Asap hasil pembakaran rokok konvensional yang dikeluarkan oleh pengguna dinilai berbahaya bagi lingkungan sekitarnya daripada asap utama yang di hisap oleh perokok dikarenakan asap sampingan atau asap yang dikeluarkan dari ujung rokok dan di hirup oleh orang disekitarnya mengandung sekitar 4.800 komponen kimia (Samsuri Tirtosastro, 2009) selain itu, asap hasil pembakaran rokok konvensional dapat meningkatkan Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat menyebabkan stress oksidatif pada paru-paru. Studi menunjukkan asap hasil pembakaran rokok tembakau mengandung lebih dari 200 macam racun dalam 4000 zat kimia berbahaya yang ada di dalamnya sehingga asap yang dikeluarkan oleh rokok jenis tembakau dapat menjadi polusi udara (Afiana Rohmani, 2018). Kemunculan rokok elektronik atau e-rokok/e cigarette atau yang biasa disebut vape pada awalnya menjadi alternative yang ditujukan untuk membantu pecandu rokok konvensional untuk berhenti dari kebiasaan buruknya. Vape pada awalnya di klaim lebih sehat dan tidak berbahaya dibandingkan rokok konvensional. Asap yang dihasilkan oleh vape tidak memiliki partikel padatan seperti yang biasa ditemui di rokok konvensional akibat dari pembakaran sehingga uap yang dihasilkan lebih bersih selain itu kelebihan rokok elektrik ini memiliki berbagai macam rasa dan 2 aroma yang dikeluarkan sehingga memberikan sensasi baru bagi penggunanya (Monifa Putri, 2023). Pemasaran rokok elektronik atau vape dilakukan melalui toko-toko offline sebesar 64,7% dan sebagian dipasarkan melalui platform online sebesar 35,3% (Fauzi, 2022). Media yang sering dijadikan tempat promosi produk ini merupakan jenis media informasi yang sangat mudah diakses contohnya media cetak, dan platform sosial media seperti instagram, facebook, dan X atau yang dulu biasa disebut twitter. Persyaratan yang digunakan untuk membeli vape ialah memiliki kartu tanda penduduk, calon pembeli berusia 18 tahun keatas, memiliki kartu kredit untuk pembayaran secara online, mengerti tentang cara penggunaan produk vape. Rokok elektrik atau vape karena dinilai lebih efektif sebab menggunakan baterai yang hanya butuh di charge untuk memanaskan liquid dan tidak memerlukan korek untuk pembakaran sehingga vape dapat digunakan dimana saja dan kapan saja. Dalam segi pengeluaran, rokok elektrik diklaim lebih hemat dari pada rokok konvensional yang perbungkusnya menghabiskan sekitar Rp.15.000 dan jika pengguna mengkonsumsi 1 bungkus sehari maka dapat dikali 30 sehingga dalam waktu sebulan dapat menghabiskan dana sekitar Rp.450.000 sedangkan rokok elektrik atau vape akan banyak memakan biaya di awal karena pengguna harus membeli alat vapor yang biayanya berkisar di harga Rp.500.000 hingga jutaan tergantung dari merk dan ketahanan. Setelah alat vapor didapatkan pengguna kemudian membeli cairan liquid yang terdiri dari berbagai macam varian dan biasa dijual di harga Rp. 75.000 per 30ml dengan rata-rata pemakaian selama 7 hari sehingga dalam sebulan hanya menghabiskan Rp.300.000. Banyak pengguna rokok konvensional mulai beralih pada rokok elektrik atau vape sebab memiliki lebih banyak kemudahan dan kenyamanan. Selain faktor tersebut terdapat faktor kekinian atau trendi yang diusung oleh penggunaan rokok elektrik dengan menggunakan lanyard sebagai gantungan vape yang di pasangkan ke leher sehingga dapat menambahkan kesan modern dan keren. Menurut hasil penelitian, mahasiswa yang mayoritas di dominasi oleh millenials dan Gen-Z menunjukan konsep diri yang trendi dengan motif mencoba hal baru, bagian dari pencitraan diri hingga kebutuhan nikotin yang dapat dicapai dengan biaya yang lebih hemat sehingga vape menjadi bagian dari gaya hidup (Kompasiana, 2023) Menyebarnya demam rokok elektronik sebagai pengganti rokok konvensional di kalangan remaja tidak terlepas dari rekomendasi yang diperoleh dari teman sebaya. Hal ini tidak mengherankan jika Indonesia menempati urutan kedua sebagai Negara yang memiliki pengguna 3 rokok elektronik atau vape terbanyak di dunia. Menurut penelitian (Prinstein, 2011) individu pada masa remaja cenderung menyesuaikan diri dengan standar yang dianut teman sebayanya. Teman sebaya yang dimaksud merupakan sekelompok orang orang yang menjadi tolak ukur atau patokan bagi remaja yang biasa disebut kelompok referensi. Remaja yang ingin memiliki lingkungan dan cara bersosialisasi yang baik akan menyesuaikan perilaku dan nilai yang sesuai dengan kelompok referensinya sehingga hal ini dapat memicu munculnya konformitas. Konformitas kerap kali terjadi di masa remaja dan merupakan salah satu hal yang mengiringi perkembangan sosial remaja. Menurut (Santrock, 2005) konformitas yang terjadi di masa remaja dapat menuntun seseorang ke arah negative atau positif tergantung dari apa, siapa dan dimana remaja tersebut berada. Seseorang yang bergaya hedonis dan dijadikan kelompok referensi bagi orang lain yang melihatnya berpotensi mengarah pada hal negative sebab gaya hidup hedonis identik dengan perilaku mencari kesenangan dengan cara sering liburan, memakai barang dan aksesoris mahal dan mewah, pergi ke tempat keren dan memiliki barang yang sedang populer hingga membolos, merusak fasilitas, melanggar aturan untuk bersenang senang hingga pelanggaran hukum lainnya (Nadia Franciska Sukarno, 2018). Pada gaya hidup hedonis remaja akan melakukan apa saja agar mampu mengikuti standar yang ada pada kelompok referensinya. Hal ini dapat mengakibatkan turunnya nilai moral pada remaja sebab mereka tidak dapat peka pada lingkungan sekitar. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan trend fashion dan perilaku konformitas teman sebaya dapat mempengaruhi remaja, untuk itu penelitian akan dilakukan dengan judul “Hubungan Tren Fashion dan Perilaku Konformitas Terhadap Keputusan Pembelian Rokok Elektrik Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Jember” 1.2 Rumusan Masalah Peneliti mencoba mencari tahu penyebab keputusan pembelian seorang remaja terhadap rokok elektrik atau vape. Dari penjelasan diatas peneliti mendapatkan 2 faktor yang mungkin mempengaruhi yakni trend fashion dan pengaruh konformitas. Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah sebuah trend fashion dapat berpengaruh pada keputusan remaja membeli rokok elektrik? 4 2. Apakah pengaruh konformitas dapat berpengaruh pada keputusan remaja membeli rokok elektrik? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian bertujuan untuk mengetahui : 1. Trend fashion dapat berpengaruh terhadap keputusan remaja membeli rokok elektrik 2. Konformitas dari teman sebaya dapat berpengaruh pada keputusan remaja membeli rokok elektrik 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memiliki manfaat secara teoritis maupun praktis kepada semua pihak yang membaca : 1. Manfaat praktis Hasil penelitian diharapkan akan menjadi tambahan sumber infromasi yang bermanfaat bagi pembaca tentang bagaimana trend fashion dan pengaruh konformitas dapat mendorong keputusan remaja membeli rokok elektrik atau vape. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam pengembangan dan pengamatan teori lebih lanjut terutama dalam bidang penelitian rokok elektrik khususnya yang berkaitan dengan trend fashion dan pengaruh konformitas terhadap keputusan pembelian rokok elektrik. 5 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Tren Fashion 1. Tren Dalam bahasa Inggris trend merupakan kata yang sudah tidak asing ditelinga kita, selain mendengar mungkin diantara kita pernah atau bahkan sering mengucapkan kata trend. Tren adalah segala sesuatu yang saat ini sedang di bicarakan, diperhatikan, dikenakan atau dimanfaatkan oleh banyak masyarakat pada saat tertentu. Dalam hal ini, tanda-tanda suatu objek sedang menjadi trend adalah jika disaat tersebut menjadi pusat pembicaraan, pusat perhatian dan sering sekali digunakan. Dan tren ini terjadi pada saat tertentu saja, karena tren mempunyai masa atau umur di masyarakat. 2. Fashion Fashion atau penampilan bagi seseorang memang memegang peranan penting. Hal ini berkaitan dengan kepuasan, kepercayaan diri di depan publik serta cermin kepribadian seseorang. Sejalan dengan pemikiran Veblen, fashion adalah ekspresi dari budaya konsumsi yang dirasionalisasikan sebagai bagian entitas kebutuhan (meskipun kebutuhan itu tergolong semu, pseudo needs). Tak terkecuali, fashion dapat memberikan jalan terbaik bagi bentuk aktualisasi kekayaan seseorang yang dapat dilihat secara sosial. Ini memperlihatkan adanya praktik-praktik dan institusiinstitusi yang di dalamnya relasi kelas dan perbedaan kelas dibuat memiliki makna tersendiri melalui barang-barang tertentu yang telah ditandai oleh si pemilik modal. Kess Van Dijk mengatakan bahwa fashion adalah salah satu bagian dari seluruh rentang penandaan yang paling jelas dari penampilan luar, yang dengannya orang menempatkan diri mereka terpisah dari yang lain dan diidentifikasi sebagai suatu kelompok tertentu. Dalam setiap era, penampilan tubuh manusia melalui pakaian, dandanan, dan tingkah laku membuat pernyataan yang kuat tentang kelas, status, 6 dan gender. Intinya, perubahan-perubahan yang terjadi dalam penampilan tubuh tersebut memberikan petunjuk bagi transformasi sosial yang lebih luas. 2.2 Fashion Sebagai Alat Ukur Perubahan Sosial Kelompok afiliasi, teman sebaya 7 DAFTAR PUSTAKA Afiana Rohmani, N. Y. (2018). Rokok Elektrik dan Rokok Konvensional Merusak Alveolus Paru. Prosiding Seminar Nasional Unimus, 1-6. Fauzi, R. C. (2022). Factors associated with electronic cigarettes use among adolescents in Jakarta, Indonesia. Journal of Health Research, 2-11. Kompasiana. (2023, Januari 30). Retrieved from Kompasiana: https://www.kompasiana.com/anggunpetyakharisma9206/63d753e508a8b5406c06f662/fe nomenologi-rokok-elektrik-vape-dikalangan-remaja-dalam-perspektifpemakai?page=all#section1 Monifa Putri, F. B. (2023). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ROKOK ELEKTRIK (VAPE) PADA MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS INDRAGIRI. Zona Kebidanan Vol.13, 1-6. Nadia Franciska Sukarno, E. S. (2018). HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA SISWA DI SMA PL DON BOSKO SEMARANG. Jurnal Empati, 314-320. Prinstein, M. J. (2011). Susceptibility to peer influence: using a performance-based measure to identify adolescent males at heightened risk for deviant peer socialization. Developmental Psychology, 1167. Samsuri Tirtosastro, A. S. (2009). Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok. Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Industri 2, 33-43. Santrock, J. W. (2005). Adolescent. New York: The McGraw Hill.Co.Inc. 8