ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA ANAK USIA PRA-SEKOLAH 1. 2. 3. 4. 5. 6. Disusun oleh : Nurul Khoriyah Jaza’i Muhtarom Sifana Ayu Damayanti Salma Nadhifa Mia Rachmayanti Christian Adhi ( G2A017001) (G2A017002) (G2A017003) (G2A017004) (G2A017005) (G2A017006) PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2017/2018 KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur kami hanturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Anak Usia Pra-sekolah” ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini terselesaikan dengan maksimal berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak. Kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang membantu membuat makalah ini. Meski demikian, makalah ini juga memiliki banyak kekurangan. Kami meminta maaf atas kekurangan tersebut, dan semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Semarang, April 2019 Penyusun i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Tujuan ........................................................................................................ 2 BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................. 3 A. Anak Usia Prasekolah ............................................................................... 3 B. Konsep Dasar Perkembangan Emosi Anak Usia Prasekolah .................... 4 C. Pengkajian ................................................................................................. 6 D. Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 7 E. Intervensi dan Rasional ............................................................................. 8 BAB III : PENUTUP ..................................................................................... 9 A. Simpulan.................................................................................................... 9 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 10 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan dengan wajar, mampu bekerja dengan produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman dengan orang lain (Keliat, 2011). Masalah kesehatan jiwa tidak dapat dilihat secara langsung seperti masalah fisik yang memperlihatkan gejala yang berbeda yang muncul dari berbagai perubahan. Klien dengan masalah kesehatan jiwa banyak tidak mampu menceritakan hal-hal yang terjadi pada dirinya, selain itu kemampuan mereka dalam beradaptasi menyelesaikan masalah sangat bervariasi. Kesehatan jiwa mencakup disetiap perkembangan individu di mulai sejak dalam kandungan kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya dimulai dari bayi (0-18 bulan), masa toddler (1,5-3 tahun), anak-anak awal atau pra sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (6-12 tahun), remaja (1218 tahun), dewasa muda (18- 2 35 tahun), dewasa tengah (35-65 tahun), sehingga dewasa akhir (>65 tahun) (Wong, D.L, 2009). Keperawatan sebagai bagian integral dari system kesehatan di Indonesia turut menentukan dalam menanggulangi masalah kesehatan jiwa anak dan remaja. Kontribusi keperawatan jiwa akan maksimal jika perawat menggunakan metode penyelesaian masalah yang disebut dengan proses keperawatan yang diberikan pada anak, remaja dan keluarganya. 1 B. Tujuan a. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan sehat jiwa pada anak usia pra-sekolah b. Tujuan Khusus a) Mahasiswa mengetahui tentang definisi anak usia pra-sekolah b) Mahasiswa mangetahui perkembangan emosional pada anak usia pra-sekolah c) Mahasiswa mengetahui pengkajian sehat jiwa pada anak usia prasekolah d) Mahasiswa mengetahui diagnosa keperawatan sehat jiwa pada anak usia pra-sekolah e) Mahasiswa mengetahui intervensi sehat jiwa pada anak usia prasekolah 2 BAB II PEMBAHASAN A. Anak usia Pra-sekolah (3-5 tahun) Menurut Moersintowarti (2002) masa prasekolah adalah masa anak antara umur 2-6 tahun . Pada masa ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berfikir. Anak pra-sekolah telah menguasai keterampilan motoric kasar dan halus, serta sudah mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Selama tahap ini, anak terus menghaluskan keterampilannya dan belajar keterampilan lain dalam persiapannya agar dapat meluaskan dunianya kelingkungan tetangga dan sekolah. Anak pra sekolah memfokuskan pengembangan kemampuan motoric halus melalui gerakan, seperti menggunakan pensil dan menggambar. Bermain bersama teman sebaya merupakan media pengembangan keterampilan fisik dan social yang palin baik bagi anak pra-sekolah. Menurut mengembangkan teori Erikson, inisiatif versus pada rasa tahap pra-sekolah, bersalah setelah anak berhasil menanamkan rasa percaya dan otonomi yang berkembang pada tahap sebelumnya. Inisiatif dapat berkembang jika anak merasa aman psikososisal melalui interaksi yang sesuai dengan orang tuanya. Karena rasa ingin tahu yang besar, anak cenderung bertanya mengapa dan merasa lebih yakin akan kemampuannya menoleransi perpisahan dengan orangtuanya, anak lebih mampu bersosialisasi dan lebih stabil moodnya. Pada masa ini, anak tidak mampu membedakan antara kenyataan dan fantasi dalam semua situasi. Hal ini sangat penting, diketahui karena jika anak berperilaku tidak baik, orangtua perlu menekankan pada anak bahwa perilaku mereka yangtidak sesuai bukan dirinya. Jika tidak, anak akan mempersepsikan bahwa karena mereka melakukan sesuatu yangtidak baik, diri mereka juga berarti tidak baik. 3 Kemampuan kognitif terlihat melalui pemikiran magis dan cara berpikir yang konkret. Anak pra-sekolah masih terbatas kemampuan menentukan ukuran, bentuk, volume, usia dan waktu. Mereka biasanya mengulangi perilaku yang memuaskan dirinya dan orang berarti bagi dirinya, serta sudah tidak terlalu bergantung pada orangtua untuk membatasi perilakunya. B. Konsep Dasar Perkembangan Emosi Anak Usia Prasekolah Pola emosi pada anak usia prasekolah menurut Yusuf (2011) adalah: a. Cemas Cemas merupakan perasaan takut yang bersifat khayalan yang tidak ada obyeknya. Kecemasan muncul akibat dari pengalaman yang diperoleh, baik dari orang tua, buku bacaan, televisi atau film. Contoh perasaan cemas: anak takut berada di kamar yang gelap, takut hantu dan sebagainya. b. Takut Takut merupakan perasaan terancam oleh suatu obyek yang dianggap membahayakan. Beberapa cara yang khas memperlihatkan rasa takut pada masa anak-anak adalah gemetar, mundur dan menarik diri atau merasa sakit yang dikhayalkan/keluhan palsu (Hurlock, 1991). c. Marah Marah merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap diri sendiri, orang lain atau obyek tertentu yang diwujudkan dalam bentuk verbal (katakata kasar atau makian/sumpah serapah), atau non verbal seperti mencubit, memukul, menampar, menendang dan merusak. Pada masa ini penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan atau tidak tercapainya keinginan, dan serangan yang hebat dari anak lain. 4 d. Cemburu Pada masa ini anak menjadi mudah cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua beralih kepada orang lain didalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir. Anak yang lebih muda dapat mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau menunjukkannya dengan kembali berperilaku seperti anak kecil, mengompol, pura-pura sakit atau menjadi nakal. Perilaku ini semua bertujuan untuk menarik perhatian. e. Ingin tahu Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal yang baru dilihat, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. Perasaan ini ditandai dengan pertanyaan – pertanyaan yang diajukan anak, misalnya anak ingin mengetahui mengapa orang yang lebih tua berbeda dari yang lebih muda, mengapa laki-laki berbeda dengan perempuan dan sebagainya (Yusuf, 2011). Menurut Hurlock (1991) dengan semakin luasnya lingkungan anak-anak maka semakin meluas pula keingintahuan mereka. f. Kegembiraan. Anak-anak merasa gembira apabila terpenuhi keinginannya. Kondisi yang melahirkan perasaan gembira pada anak diantaranya terpenuhinya kebutuhan jasmaniah (makan dan minum), keadaan jasmani yang sehat, diperolehnya kesempatan untuk bergerak (bermain secara leluasa) dan memiliki mainan yang disenangi. g. Kasih sayang Kasih sayang merupakan perasaan senang untuk memberikan perhatian atau perlindungan terhadap orang lain, binatang atau benda yang menyenangkan. Ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar, tetapi ketika masih kecil anak menyatakannya secara fisik dengan memeluk, menepuk dan mencium obyek kasih sayangnya. 5 C. Pengkajian Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten. Yang perlu dikaji adalah sebagai berikut : a. Data demografi. Pengkajian data demografi meliputi nama, usia, tempat dan tanggal lahir anak, pendidikan, lamat orangtua serta data lain yang dianggap perlu diketahui. Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu dikaji. Selain itu, aktivitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur fan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya. b. Fisik. Dalam pengkajian fisik, pemeriksaan fisik secara lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku anak. Selain itu, hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai diperlukan. dasar Bahkan dalam untuk menentukan mengetahui pengobatan kemungkinan yang bekas penganiayaan yang pernah dialami anak. c. Status mental. Pemeriksaan status mental anak bermanfaat untuk memberi gambaran mengenai fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, status mental anak perlu dikaji setiap waktu dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak. Pemeriksaan status mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir dan isi pikiran, halusinasi dan persepsi, cara bicara dan orientasi, keinginan untuk bunuh diri atau membunuh. d. Pengkajian terhadap hubungan interpersonal anak dilihat dalam hubungannya dengan anak sebayanya yang penting untuk mengetahui 6 kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut : a) Apakah anak berhubungan dengan anak sebaya dan dengan jenis kelamin tertentu? b) Apakah posisi anak dalam struktur kekuasaan dalam kelompok? c) Bagaimana keterampilan social anak ketika menjalin dan berhubungan dengan anak lain? d) Apakah anak mempunyai teman dekat? Kemampuan anak berhubungan dengan orang dewasa juga penting dikaji untuk mengetahui kebutuhan anak akan tokoh panutan dan kebutuhan anak dukungan dan kasih sayang. e. Riwayat personal dan keluarga. Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh-kembang anak, yang biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mngerti perilaku anak dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari pengkajian melalui pengalihan focus dari anak sebagai inividu ke system keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut. D. Diagnosa Keperawatan a. Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan dukungan orangtua yang tidak adekuat b. Defisit pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak 7 E. Intervensi dan Rasional Keperawatan No. Diagnosa Keperawatan 1. Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan dukungan orangtua yang tidak adekuat 2. Defisit pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak Intervensi a. Ajarkan orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia anak b. Kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh area fungsi c. Beri waktu anak untuk bermain dan menggali lingkungan bermain a. Berikan pendidikan kepada orangtua pertumbuhan tentang dan perkembangan anak sesuai kelompok usia 8 BAB III PENUTUP A. Simpulan Menurut Moersintowarti (2002) masa prasekolah adalah masa anak antara umur 2-6 tahun . Pada masa ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berfikir. Anak pra-sekolah telah menguasai keterampilan motoric kasar dan halus, serta sudah mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Menurut mengembangkan teori Erikson, inisiatif versus pada rasa tahap pra-sekolah, bersalah setelah anak berhasil menanamkan rasa percaya dan otonomi yang berkembang pada tahap sebelumnya. Inisiatif dapat berkembang jika anak merasa aman psikososisal melalui interaksi yang sesuai dengan orang tuanya. Karena rasa ingin tahu yang besar, anak cenderung bertanya mengapa dan merasa lebih yakin akan kemampuannya menoleransi perpisahan dengan orangtuanya, anak lebih mampu bersosialisasi dan lebih stabil moodnya. 9 DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2015. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu Sukesi. 2015. Hubungan Antara Pola Asuh dengan Mental Emosional Anak Usia Prasekolah. Ponorogo : Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES) 10