Uploaded by selvia483

Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin dan Fekal

advertisement
Laporan Pendahuluan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh. Eliminasi dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu eliminasi urine dan eliminasi fekal. Eliminasi urine berkaitan dengan sistem perkemigan,
sedangkan eliminasi fekal erat kaitannya dengan saluran pencernaan.
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).
(Mubarak, 2015).
Gangguan eliminasi urin didefinisikan sebagai disfungsi eliminasi urin. (SDKI, 2016)
2. Etiologi
Penyebab gangguan eliminasi urin menurut SDKI (2016) :
a. Penurunan kapasitas kandung kemih
b. Iritasi kandung kemih
c. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung
kemih
d. Efek tindakan medis dan diagnostic (mis. Operasi ginjal, operasi
saluran kemih, anestesi, dan obat-obatan)
e. Kelemahan otot pelvis
f. Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. Imobilisasi)
g. Hambatan lingkungan
h. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
i. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. Anomaly saluran kemih
j.
kongenital)
Imaturitas (pada anak usia <3 tahun)
3. Gangguan/ Masalah
a. Eliminasi urin
1) retensi urin : akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat ketidakmampuan mengosongkan
kandung kemih
2) dysuria : adanya rasa sakit atau kesulitan berkemih
3) polyuria : produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2500 ml/hari tanpa adanya intake
cairan.
4) Inkontinensia urine : ketidaksanggupan sementara atau permanen oto sfingter eksternal untuk mengontrol
keluarnya urine dari kantong kemih
5) Urinari supresi : berhenti memproduksi urine secara mendadak.
b. Eliminasi fekal
1) Konstipasi : penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering
2) Impaksi : merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras,
mengendap di dalam rektum, yang tidak dapat dikeluarkan.
3) Diare : peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk. Diare
adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan, absorbsi, dan sekresi di dalam saluran GI.
4) Inkontinensia: ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari anus
5) Flatulen : penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri, dan kram.
6) Hemoroid : vena-vena yang berdilatasi, membengkak dilapisan rektum
A. Daftar Masalah Keperawatan pada Eliminasi dalam SDKI
1. D.0040 Gangguan Eliminasi Urin
2. D.0041 Inkontinensia Fekal
3. D.0042 Inkontinensia Urin Berlanjut
4. D.0043 Inkontinensia Urin Berlebih
5. D.0044 Inkontinensia Urin Fungsional
6. D.0045 Inkontinensia Urin Refleks
7. D.0046 Inkontinensia Urin Stres
8. D.0047 Inkontinensia Urin Regensi
9. D.0048 Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urin
10. D.0049 Konstipasi
11. D.0050 Retensi Urin
12. D.0051 Risiko Inkontinensia Urin Urgensi
13. D.0052 Risiko Konstipasi
A. POHON MASALAH
1. Gangguan Eliminasi Urine
Inkontinensia Urine
Retensi Urine
Supravesikal (Diabetes
Melitus)
Vesikal (Batu Kandung
Kemih)
Intravesikal (Obstruksi
kandung kemih)
Otot detrusor melemah
Penyumbatan/penyempi
tan uretra
Kerusakan Medula
spinalis TH12-L1,
kerusakan saraf simpatis
dan parasimpatis
Neuropati (otot tidak
mau berkontraksi)
Distensi kandung kemih
Retensi urin
2. Gangguan Eliminasi Fekal
Diare
Masukdanberk e
mbangdalamu
sus
Tekananosmoti
kmeningkat
Hipersekresi
air danelektrolit
(meningkatisir o
nggausus)
Pergeseran
arongga
ir
usus
Toksintakdapat
diserap
cemas
Hiperperistalti
kmenurunkese
mpatanususme
nyerapmakana n
DIARE
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
a. Eliminasi urin
1) Diet dan asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan mempengaruhi output urine, seperti protein dan
sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
2) Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkmeih dan hanya pada akhir
keinginan berkemih mejadi lebih kuat mengakibatkan urine banyak tertahan di
kandung kemih, sehingga kapasitas kandung kemih lebih dari normal
3) Gaya hidup
Ketersediaan fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi eliminasi
urin
4) Stres psikologis
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan
berkemih.
5) Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan dibutuhkan dalam mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus
sfingter internal dan eksternal.
6) Tingkat perkembangan
Misal pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya
tekanan dari fetus
7) Kondisi penyakit
Saat seorang sakit, produksi urin nya sedikit hal ini disebabkan oleh keinginan
yntuk minum sedikit.
b. Eliminasi fekal
1) Usia dan perkembangan : pada bayi sistem pencernaannya belum sempurna,
sedangkan pada lansia proses mekaniknya berkurang karena berkurangnya
kemampuan fisiologis
2) Diet : ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang
dikonsumsi
3) Pemasukan cairan, normalnya 2000-3000 ml/hari. Asupan cairan yang kurang
menyebabkan feses menjadi keras
4) Aktifitas fisik:merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik usus
meningkat
5) Faktor psikologik : perasaan cemas atau takut akan menmpengaruhi peristaltik
atau motilitas usus sehingga dapat menyebabkan diare
6) Tonus otot, tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas
yang cukup akan membantu defekasi.
7) Kehamilan: menekan rektum
8) Operasi dan anestesi
9) Obat-obatan
Beberapa obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik dapat
melunakkan feses dan meningkatkan peristlatik.
10) Test diagnostik: barium enema dapat menyebabkan konstipasi
11) Kondisi patologis
Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare dan konstipasi.
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. identitas klien
meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan identitas penanggung
jawab.
b. keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada
saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
c. riwayat kesehatan sekarang
kaji status kesehatan pasien saat dilakukannya pengkajian.
d. riwayat kesehatan dahulu (perawatan di rs terakhir)
riwayat kesehatan dahulu terutama yang berkaitan dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan eliminasi urin dan fekal. Ataupun riwayat dirawat di rumah sakit atau
pembedahan.
e. riwayat kesehatan keluarga
mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah ada penyakit
keturunan di keluarga pasien
f. pola persepsi dan penanganan kesehatan
kaji persepsi pasien terhadap penyakitnya, dan penggunaan tembakau, alkohol, alergi,
dan obat-obatan yang dikonsumsi secara bebas atau resep dokter
g. pola nutrisi/metabolisme
mengkaji diet khsusus yang diterapkan pasien, perubahan BB, dan gambaran diet
pasien dalam sehari untuk mengetahui adanya konsumsi makanan yang mengganggu
eliminasi urin atau fekal
h. pola eliminasi
kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta masalah yang dialami. Ada atau
tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, retensi, dan gangguan lainnya. Kaji
penggunaan alat bantu.
i. pola aktivitas/ olahraga
pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yang disebabkan oleh kondisi
kesehatan tertentu atau penggunaan alat bantu yang mempengaruhi kebiasaan
eliminasi pasien.
j. pola istirahat tidur
kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami
k. pola kognitif – perseptif
kaji status mental pasien, kemampuan bicara,
ansietas, ketidaknyamanan,
pendengaran dan penglihatan.
l. pola peran hubungan
kaji pekerjaan pasien, sistem pendukung, ada/tidaknya masalah keluarga berkenaan
dengan masalah di rumah sakit.
m. pola seksualitas/ reproduksi
kaji adanya masalah seksualitas pasien.
n. pola koping – toleransi stres
keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada masalah, dan penggunaan obat
untuk menghilangkan stres.
o. pola keyakinan-nilai
agama yang dianut pasien dan pengaruhnya terhadap kehidupan.
p. pemeriksaan fisik
1. Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal,
nyeri tekan, tenderness, bising usus.
2. Genetalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan vagina.
3. Genetalia laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, terderness, adanya pembesaran skrotum.
c. Intake dan output cairan
- Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
- Kebiasaan minum di rumah.
- Intake, cairan infus, oral, makanan, NGT.
- Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan.
- Output urine dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy, sistostomi.
- Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
q. pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urine (urinalisis):
 Warna (N : jernih kekuningan)
 Penampilan (N: jernih)
 Bau (N: beraroma)
 pH (N:4,5-8,0)
 Berat jenis (N: 1,005-1,030)
 Glukosa (N: negatif)
 Keton (N:negatif)
Kultur urine (N: kuman patogen negatif).
r. terapi
terapi yang diberikan baik oral maupun parenteral yang diberikan dalam pemenuhan
atau gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan fekal
B. PENATALAKSANAAN MEDIS Gangguan eleminasi urine
1. Penatalaksanaanmedisinkontinensia urine yaitu:
a. Pemanfaatan kartu berkemih
b.Terapi non famakologi
c. Terapi farmakologi
d. Terapi pembedahan
e. Modalitas lain
2. Penatalaksanaan medis retensio urine yaitu
a. Kateterisasi urethra.
b. Dilatasi urethra dengan boudy.
c. Drainage suprapubik.
Gangguan Eliminasi Fekal
1. Penatalaksanaan medis konstipasi
a. Pengobatan non-farmakologis
b. Pengobatanfarmakologis
2. Penatalaksanaan medis diare
a. Pemberian cairan
b. Pengobatan dietetik (cara pemberian makanan)
c. Obat- obatan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi
b. Diare
c. Inkontinensia defekasi
d. Gangguan eliminasi urine
e. Inkontinensia urine
f. Retensi urine
3. Intervensi
Diagnosa
Gangguan eliminasi urine
berhubungan dengan retensi
urine
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan Tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan eliminasi urine
membaik dengan Kriteria
Hasil :
1. Sensasi
bekemih
meningkat
2. Desakan
berkemih
(urgensi) menurun
3. Distensi kandung kemih
menurun
4. Berkemih tidak tuntas
(hesitancy) menurun
5. Volume residu urine
menurun
6. Frekuensi BAK membaik
7. Karakteristik
urine
membaik
8. Frekuensi berkemih
membaik Kandung kemih
kosong secara penuh
9. Tidak ada residu urine
>100-200 cc
10. Intake cairan dalam
rentang normal
11. Bebas dari ISK
12. Tidak ada spasme
bladder
Intervensi
Manajemen Eliminasi Urine
1. Observasi
 Identifkasi tanda dan gejala retensi atau
inkontinensia urine
 Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi
atau inkontinensia urine
 Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi,
konsistensi, aroma, volume, dan warna)
2. Terapeutik
 Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
 Batasi asupan cairan, jika perlu
 Ambil sampel urine tengah (midstream) atau
kultur
3. Edukasi
 Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
kemih
 Ajarkan mengukur asupan cairan dan
haluaran urine
 Anjurkan mengambil specimen urine
midstream
 Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu
yang tepatuntuk berkemih
 Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
 Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
4. Kolaborasi
13. Balance
seimbang
cairan

Kolaborasi pemberian obat suposituria
uretra jika perlu
Katerisasi Urine
1. Observasi

Periksa kondisi pasien (mis, kesadaran, tanda
tanda vital, daerah perineal, distensi kandung
kemih, inkontenesua urine, reflex berkemih)
2. Terapeutik










Siapkan peralatan, bahan bahan dan ruangan
tindakan
Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah dan
posisikan dorsal rekumben
Pasang sarung tangan
Bersihkan daerah perineal atau proposium
dengan cairan NaCl atau aquadest
Lakukan insersi kateter urine dengan
menerapkan prinsip aseptic
Sambungkan kateter urine dengan urine bag
Isi balon dengan denganNacl 0.9 % sesuai
anjuran pabrik
Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau di
paha
Pastikan kantung urine ditempatkan lebih
rendah dari kandung kemih
Berikan label waktu pemasangan
3. Edukasi


Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan
kateter urine
Anjurkan menarik nafas saat insersi selang
cateter
3. Kolaborasi

Diagnosa
NOC:
Diare
berhubungan dengan
-
-
Kriteria Hasil
psikologis: stress
dan cemas tinggi
Situasional: efek
dari medikasi,
kontaminasi,
penyalah gunaan
laksatif, penyalah
gunaan alkohol,
radiasi, toksin,
makanan per NGT
Fisiologis: proses
infeksi, inflamasi,
iritasi, malabsorbsi,
parasit
-
Bowl Elimination
Fluid Balance
Hidration
Electrolit and
Acid Base
Balance
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …. diare
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
-
Tidak ada diare
Feses tidak ada
darah dan mukus
Nyeri perut tidak
Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
Intervensi
NIC :
Diare Management
-
-
-
Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas feses
Evaluasi
pengobatan yang berefek samping gastrointestinal
Evaluasi
jenis intake makanan
Monitor
kulit
sekitar
perianal
terhadap adanya iritasi dan ulserasi
Ajarkan
pada keluarga penggunaan
obat anti
diare
Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi
dan konsistensi feses
Ajarkan
pada
pasien
tehnik pengurangan stress jika perlu
Kolaburasi jika tanda dan gejala diare menetap
DS:
-
- Nyeri perut
- Urgensi
- Kejang perut
DO:
-
- Lebih dari 3 x BAB
perhari
- Bising usus hiperaktif
Risiko Konstipasi d.d
Ketidakcukupan asupan serat
(D.0052)
-
-
ada
Pola BAB
normal
Elektrolit normal
Asam basa
normal
Hidrasi baik
(membran
mukosa lembab,
tidak panas, vital
sign normal,
hematokrit dan
urin output dalam
batas normaL
Luara Utama:
Eliminasi Fekal
Kontrol
pengeluaran feses
meningkat
Nyeri abdomen
menurun
Konsistensi feses
membaik
Frekuensi defekasi
membaik
Peristaltik usus
membaik
-
Monitor hasil Lab (elektrolit dan leukosit)
Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi
Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat
Manajemen eliminasi fekal (1.04151)
Tindakan:
Observasi:
- Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
- Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal
- monitor BAB (warna, frekuensi,konsistensi, volume)
- monitor tanda gejala konstipasi atau impaksi
Terapeutik:
- berikan air hangat setelah makan
- jadwalkan waktu defekasi
- Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi:
- jelaskan jenis makanan yang membantu
- meningkatkan keteraturan peristaltic usus
Luaran Tambahan: - anjurkan meningkatkan aktivitas fisik sesuai toleransi
Status cairan
- anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan
Kriteria hasil:
pembentukan gas
- Kekuatan nadi
meningkat
- Turgor kulit
meningkat
Output urine
meningkat
-
anjurkan makanan yang tinggi serat
anjurkan meningkatkan asupan cairan jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi:
- kolaborasi pemberian obat suposutorial anal jika perlu
ada
4. Implementasi
pencegahan, pengaturan posisi dan intervensi mandiri. Tindakan keperawatan
mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi
Tindakan mandiri : aktivitas perawat yang dilakukan atau yang didasarkan pada
kesimpulan sendiri dan bahan petunjuk dan perintah tenaga kesehatan lain. Tindakan
kolaborasi: tindakan yang dilaksanakan atas hasil keputusan bersama dengan dokter
dan petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana ksehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien.
S = subjektif
O = objektif
A = Analisa
P = Planning
Download