Uploaded by User125647

Essai JFL Kinta

advertisement
Sebagian orang berkata, bermimpilah yang realistis. Mereka menyuarakan kegelisahan
tersebut seakan-akan tidak ada yang dapat diandalkan dari sebuah mimpi; ia hanyalah lorong
panjang yang menawarkan ketidakpastian yang boleh jadi berujung pahit atau manis. Tidak
ada yang mampu menjamin. Namun, bagi Saya, bermimpi yang muluk-muluk adalah penting.
Saya, Kanita Desfara Adzani, seorang anak yang lahir dan menghabiskan seluruh waktu
hidup di Kota Depok selama hampir 19 tahun lamanya. Saya tinggal bersama kedua orang tua
dan kakak perempuan satu-satunya di sebuah perumnas, dengan ayah yang bekerja sebagai
karyawan swasta dan ibu yang setia menjadi ibu rumah tangga sejak awal pernikahan. Tidak
ada yang berubah soal itu.
Lahir dari sebuah keluarga biasa membuat Saya terbiasa menjadikan mimpi sebagai
teman sehari-hari. Dalam hal ini, saya bermimpi soal apa pun, yang pada akhirnya membuat
saya tumbuh menjadi seseorang yang penuh ambisi. Saya ingat, dulu sekali, saat tengah
menjalani pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Mekarjaya 15 Depok, saya senang membaca
serial buku Kecil-Kecil Punya Karya yang dikarang oleh penulis cilik. Sejak saat itu, dengan
bangganya saya menggantungkan mimpi pertama saya: menjadi seorang penulis cilik. Saya
dengan beraninya berangan-angan bebas, bahkan jauh sebelum saya memiliki media sejenis
komputer untuk menulis. Saat itu sekitar kelas 3 SD, dan saya mulai menulis apa pun melalui
media kertas, tertawa, kemudian terhibur dengan karya sendiri yang entah sebenarnya
berbentuk apa.
Beberapa tahun setelahnya, keinginan tersebut terwujud. Saya menulis sebuah naskah
novel bermodalkan komputer lama pemberian Om. Kedua orang tua saya membantu
mengirimkan naskah tersebut ke Penerbit DAR! Mizan, serial KKPK. Melalui penantian yang
tidak sebentar, saya berhasil menerbitkan novel pertama ketika duduk di kelas 4 sekolah dasar,
berjudul The Secret of Detya.
Sejak saat itu, saya semakin memantapkan diri untuk menghasilkan karya-karya lain
dan menerjunkan diri lebih dalam ke dalam dunia yang bersangkutan. Saya mulai mengikuti
Konferensi Penulis Cilik Indonesia (KPCI) 2011, sebuah acara karantina tahunan oleh Penerbit
DAR! Mizan yang diperuntukkan bagi penulis-penulis cilik. Saya baru berumur 11 tahun saat
itu, tetapi pengalaman mengunjungi gedung Kemendikbud dan bertemu menteri untuk pertama
kalinya, bertemu penulis lain yang tak kalah hebat telah membentuk saya menjadi seseorang
yang banyak belajar.
Tahun 2012, Saya kembali menerbitkan 2 novel anak-anak, berjudul Ada Apa, Marie?
dan Kazuha’s Identity. Tahun tersebut bagaikan batu loncatan bagi saya karena berhasil
mendapatkan penghargaan pertama sebagai Penulis Cilik Terfavorit versi Pembaca di acara
Konferensi Penulis Cilik Indonesia 2012, yang diselenggarakan oleh Penerbit DAR! Mizan. Di
tahun berikutnya, saya kembali menerbitkan kurang lebih sekitar 8 buku anak-anak, termasuk
di dalamnya novel dan seri antalogi, di penerbit Noura Books dan DAR! Mizan.
Hal yang sama terus terjadi di tahun-tahun berikutnya, hingga total buku yang telah
Saya terbitkan hingga 2019 berjumlah 17 buku. Saat sedang menimba ilmu di SMP Negeri 3
Depok, beberapa kali saya mendapat kesempatan untuk mengisi acara talk show kepenulisan
yang diselenggarakan oleh DAR! Mizan, antara lain di Gramedia Pondok Indah Mall (2012),
di SD Negeri Tamansari Jakarta (2013), dan di Al-Fauzien Islamic School Depok (2017).
Selain itu, saya pernah mengisi talk show kepenulisan yang diselenggarakan oleh Penerbit
Noura Books di acara Book Fair Senayan (2014). Tahun 2013, saya berkesempatan menadi
fasilitator pada acara Konferensi Penulis Cilik Indonesia.
Selain menerbitkan buku, saya berhasil memenangkan beberapa lomba kepenulisan,
seperti Juara II Lomba Menulis Cerpen dalam FLS2N 2014 se-Kota Depok saat SMP, Juara I
Menulis Cerita Islami Illustration 3D 2015 Rohis SMA Negeri 3 Depok, dan Juara II Lomba
Esai Sejarah dalam History Fair Universitas Indonesia 2016 saat SMA.
Bagi saya, menulis tidak hanya menenangkan, tetapi juga adalah proses yang mahal
dan memiliki peranan luas. Menulis berarti berproses untuk menuangkan segala sesuatu
melalui tulisan untuk kemudian dinikmati oleh oranglain. Bagaimana sebuah pemikiran,
gagasan, hiburan, dan pengalaman dapat sampai dari satu kepala ke kepala lainnya, dinikmati,
kemudian dikenang hingga jangka waktu yang lama. Dan begitulah, segala sesuatu soal
menulis membuat saya tidak pernah ingin mengakhiri dan menggantikannya.
Melalui kecintaan saya terhadap membaca dan menulis, saya bercita-cita agar bisa
membentuk sebuah rumah baca gratis yang diperuntukkan untuk anak-anak. Saya percaya,
anak-anak merupakan waktu di mana pengetahuan akan sangat mudah untuk melebur dan
menyatu membentuk sebuah kepribadian yang ideal. Ketika mereka disuguhkan dengan suatu
bacaan yang edukatif, akan terdapat begitu banyak input positif yang dapat mereka rasakan. Itu
lah salah satu hal yang selalu ingin saya wujudkan selama ini.
Tumbuh lebih dewasa, saya menemukan pendidikan sebagai salah satu priotitas utama
dalam hidup. saya tidak hanya menghabiskan waktu untuk menulis, tetapi juga untuk studi saya
sendiri. Saat belajar di SMA Negeri 3 Depok, saya selalu berhasil menduduki minimal
peringkat 3 besar pararel sejurusan IPS. Saya menghabiskan siang dan malam demi
memaksimalkan studi, dengan diselingi beberapa aktivitas lain seperti ekskul paduan suara
Mezzo Voices sebagai pelepas penat. Masa SMA merupakan masa terbaik dalam riwayat
akademis saya, karena pada saat kelulusan, saya berhasil mendapatkan dua penghargaan
sekaligus, yakni sebagai Siswa Berprestasi dalam Nilai UN Tertinggi se-Jurusan IPS 2018 dan
Siswa Berprestasi dalam Nilai Rapor Tertinggi se-Jurusan IPS 2018 di SMA saya.
Bersamaan dengan kelulusan tersebut, saya tidak bisa mengelak lagi bahwa mimpi
besar saya yang lain sudah tak dapat menunggu untuk segera diperjuangkan: berkuliah di
Universitas Indonesia, salah satu universitas dengan kualitas terbaik se-Indonesia. Saya masuk
Universitas Indonesia pada tahun 2019, dengan memberi jeda setahun setelah lulus SMA
karena belum diberi rezeki untuk berkuliah di UI pada tahun 2018. Masuk dan berkuliah di
Universitas Indonesia bagaikan mimpi yang terwujud bagi saya, mengingat di luar sana begitu
banyak calon mahasiswa yang memperjuangkan hal yang sama.
Sejak lama, saya telah memutuskan untuk mengincar salah satu jurusan dan
memantapkannya menjadi tujuan akhir saya: Ilmu Psikologi. Sejak kecil, saya selalu senang
memerhatikan oranglain. Memahami bagaimana oranglain dan kepribadian mereka yang
berbeda dapat menjadi hal yang menyenangkan untuk saya. Saya pernah mendengar, banyak
orang memilih suatu jurusan karena ingin sukses, tetapi sedikit yang memilih karena benarbenar mencintai ilmu itu sendiri. Hal inilah yang tidak saya rasakan ketika mendengar ilmu
psikologi: saya tidak memilihnya hanya untuk sukses, tetapi rasa ingin tahu soal ilmu ini yang
menarik saya untuk datang. Perasaan ingin tahu yang menghantui saya sulit untuk saya
dapatkan ketika melihat bidang ilmu lain, tetapi tidak dengan psikologi.
Berkaca pada hal tersebut, saya merasa bahwa kecintaan ini akan membawa saya pada
semangat yang luar biasa dalam mempelajari disiplin ilmu yang bersangkutan, mengingat
psikologi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan aplikasinya pada masalahmasalah yang dihadapi.
Terdapat begitu banyak rencana yang ingin saya realisasikan setelah ke luar sebagai
lulusan Ilmu Psikologi. Pertama, selain menulis buku fiksi, Saya ingin melebarkan sayap
dengan memfokuskan diri sebagai penulis buku nonfiksi yang menyentuh ranah psikologi dan
membagikan sedikit ilmu yang selama ini saya tekuni, seperti buku yang membahas personal
branding dan seputar motivasi. Selain itu, saya ingin mencari dan mengumpulkan pengalaman-
pengalaman oranglain yang tengah berjuang melawan mental illness dan mengangkatnya
sebagai buku dengan harapan dapat dinikmati melalui sudut pandang yang berbeda. Dengan
ini, saya berharap karya tersebut dapat membantu memudarkan stigma negatif terhadap
penderita mental disorder yang selama ini banyak dilakukan.
Setelah lulus sarjana, saya berharap pula bisa meneruskan perkuliahan saya ke jenjang
S2 dan mengambil peminatan profesi psikologi klinis agar bisa menjadi psikolog. Di dunia
yang bergerak begitu cepat dan penuh dengan disparitas, begitu banyak sisi rumit yang
menawan masyarakat untuk melepas jerit mereka. Tekanan-tekanan tersebut membutuhkan
semacam safety-valve dan di sinilah terdapat ruang kosong yang tercipta untuk diisi oleh
psikolog: sesuatu yang selalu menarik saya sejak dulu. Bagi saya, menjadi psikolog berarti siap
untuk mengemban tugas ganda. Mereka bukan hanya meningkatkan kualitas diri sendiri, tetapi
juga oranglain, dan hal tersebut tidak mudah selama yang kita inginkan hanya terkonsentrasi
pada diri sendiri. Saya ingin dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia, meski dalam ranah terkecil sekalipun. Melalui profesi ini, saya merasa
kesempatan tersebut semakin terbuka bagi saya untuk direalisasikan.
Saya pernah mendengar, seseorang yang beruntung adalah ia yang bisa menjadikan
hobinya sebagai pekerjaannya. Dan di sinilah saya, merasa menjadi seseorang yang beruntung
telah menemukan menulis sebagai semangat hidup saya dan psikologi sebagai jatuh cinta yang
tepat. Ke depannya, dalam dunia perkuliahan, saya tidak ingin hanya belajar dan menulis, tetapi
juga ingin meningkatkan soft skill saya dengan mengikuti banyak kepanitiaan serta UKM yang
kesempatannya terbuka lebar di kampus tempat saya menimba ilmu.
Apabila saya menilik kembali mimpi, keinginan, atau sekadar bertanya tentang siapa
diri saya sekarang satu per satu, mungkin hanya akan ada satu kata yang mampu merangkum
semuanya: orang tua. Saya selalu menjadikan mereka sebagai sesuatu yang menggerakkan dan
memotivasi atas segala hal yang ingin atau telah saya capai. Saya tidak ingin menyulitkan
mereka lebih lama lagi atas segala mimpi dan tindakan yang ingin saya raih ke depannya; saya
hanya ingin mereka menikmatinya di ujung jalan kelak. Inilah yang memotivasi saya untuk
mendapatkan beasiswa Jabar Future Leader 2019. Saya ingin melakukan lebih banyak hal lagi,
tetapi tidak dengan menyulitkan langkah mereka.
Apabila saya diberikan kesempatan untuk menerima beasiswa Jabar Future Leader
2019, saya akan memperbaiki kualitas diri saya ke depannya, baik itu dalam hal akademis
maupun nonakademis, dengan harapan saya mampu menjadi orang yang selalu memantaskan
diri atas hal-hal yang telah dipercayakan kepada saya. Ke depannya, saya berharap dapat
menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar mahasiswa dan penulis agar dapat memberikan
sumbangsih yang lebih nyata kepada warga Jawa Barat.
.
Download