Uploaded by User125567

MPS KUALITATIF DEFI RAHMAWATI

advertisement
Efektivitas Program Jaring Pengaman Sosial Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT) Dalam Meringankan Beban Akibat COVID-19
(Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Magelang)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Metode Penelitian Sosial Kualitatif
Dosen Pengampu: Dra Sri Mulyani, M.Si.
Disusun Oleh :
Defi Rahmawati
NPM. 1910201043
Universitas Tidar
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
2020
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang Masalah
Saat ini, seluruh dunia dikejutkan dengan virus baru yang ditemukan di Wuhan,
China pada akhir tahun 2019 ini dan berlangsung hingga Desember 2020. Virus ini
adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan
hewan. Pada manusia, biasanya menyebabkan infeksi saluran pernafasan, dari flu
biasa hingga penyakit serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus tersebut diberi nama Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2) dan dapat menyebabkan
Coronavirus Disease-2019, yang biasa dikenal sebagai COVID-19. Virus ini sangat
berbahaya karena penyebarannya sangat cepat sehingga mengguncang kesehatan
dunia dengan menyerang saluran pernapasan manusia, tidak hanya itu virus yang
menyebabkan pandemi COVID-19 ini juga mengguncang kestabilan ekonomi
dunia.
Dengan penyebaran virus SARS-COV2 yang sangat cepat dan menimbulkan
pandemi COVID-19 ini. Indonesia menjadi salah satu negara yang juga terdampak
dengan adanya virus ini. Dimana kesehatan dan ekonomi indonesia juga terguncang
karena adanya pandemi ini. Untuk mengurangi penyebaran virus ini Pemerintah
Indonesia mengeluarkan berbagai kebijakan yaitu pembatasan aktivitas di luar
rumah, kegiatan sekolah dari rumah, bekerja dari rumah, bahkan juga beribadah di
rumah. Seperti yang sudah dikatakan tadi bahwa pandemi ini juga mengguncang
perekonomian dunia, Indonesia juga mengalaminya karena sebagai negara
berkembang dengan masyarakat miskin yang terdapat di Indonesia masih tergolong
tinggi. Kemudian adanya kebijakan pembatasan aktivitas di luar rumah yang
berdampak langsung secara krisis sosial-ekonomi indonesia, terutama kelompok
40% masyarakat dengan tingkat kesejahteraan terendah. Yang juga menjadi
masalah tambahan yang harus pemerintah hadapi selain pada bidang kesehatan.
Dengan adanya kebijakan sebelumnya yaitu pembatasan aktivitas di luar rumah
yang menyebabkan krisis sosial-ekonomi terutama bagi 40% kelompok masyarakat
dengan tingkat kesejahteraan yang rendah. Pemerintah Indonesia melalui
Kementerian Sosial Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan yaitu Program
Jaring Pengaman Sosial (JPS) bagi keluarga miskin dan rentan terdampak COVID19.
Dalam Gunawan Sumodiningrat (1999) Jaring pengamanan sosial merupakan
satu intrumen yang terkoordinasi dan terpadu antara program pembangunan khusus
menanggulangi keadaan krisis (crash program) dan program pembangunan reguler
menanggulangi
masalah kronis
tantangan
fundamental ekonomi
berupa
kesenjangan, kemiskinan dan ketertinggalan. Konsep mengenai Jaring Pengaman
Sosial (JPS) ini pertama kali digunakan oleh Presiden Roosevelt pada tahun 1930an di Amerika Serikat. Adanya program JPS ini diharapkan dapat meringankan
beban bagi masyarakat terdampak. Dalam program JPS terdapat kegiatan bantuan
sosial sebagaimana digunakan untuk menjawab masalah mendasar di bidang
ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Salah satu kegiatan dalam
Program kebijakan ini yaitu Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang sebelumnya
telah ada dan kemudian oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia ditambah
jumlah penerimanya.
BPNT merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah dalam bentuk
sembako dengan model transfer kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
disetiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk
membeli bahan pangan di Elekronik Warung Gotong Royong (e-warong). Pada
tingkat nasional, khusus saat pandemi seperti ini pemerintah meningkatkan indeks
BNPT dari yang semula 15.2 juta KPM menjadi 20 juta KPM, dengan indeks
bantuan yaitu Rp. 150.000 menjadi Rp. 200.000 per KPM per bulan.
Di Kota Magelang sendiri melalui website Kota Magelang penerima BNPT
sebanyak 3.737 KPM. Dengan prosedur, penerima atau KPM masing-masing
menerima bantuan dalam bentuk non tunai yang ditransfer ke dalam rekening KPM,
yang selanjutnya dapat dibelanjakan sembako di warung atau toko yang telah
bekerja sama dengan pihak perbankan. Di Kota Magelang sendiri terdapat lima ewarong yang ditunjuk oleh Dinas Sosial Kota Magelang sebagai tempat
perbelanjaan bagi penerima BPNT. Dengan adanya penambahan penerima BPNT
ini diharapkan dapat membantu meringankan beban masyarakat terkhusus
masyarakat Kota Magelang akibat dari pandemi COVID-19.
Ketika pemerintah membuat suatu program pasti mempunyai tujuan tertentu
yang ingin dicapai. Keberhasilan program tersebut dapat dilihat dari tercapai atau
tidak tercapai tujuan yang telah ditentukan. Target dari penambah KPM atau
penerima BPNT ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat Indonesia
terkhusus dalam penelitian ini yaitu masyarakat Kota Magelang. Kemudian juga
memberdayakan masyarakat melalui pelaksanaan program yang efektif sehingga
tujuan dapat tercapai dan program yang dilaksanakan dapat dikatakan berhasil.
Makmur (2011:7) dalam Rosaliana, A. & Hardjati, S. (2019) Keberhasilan suatu
program dapat dilihat melalui pengukuran efektivitas. Efektivitas suatu program
dapat dilihat dari indikator-indikator ketepatan penentuan waktu, ketepatan dalam
menentukan pilihan, ketepatan dalam menentukan tujuan, dan ketepatan-ketepatan
sasaran. Oleh karena itu, pengukuran efektivitas diperlukan karena efektivitas
merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan
di dalam setiap organisasi, kegiatan, atau program.
Dari fenomena yang telah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa perlunya
pengukuran efektivitas dalam Kebijakan Jaring Pengaman Sosial Bantuan Pangan
Non Tunai agar dapat berjalan optimal dan indikator keberhasilan tujuan dapat
dicapai. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti Kebijakan Jaring Pengaman
Sosial Bantuan Pangan Non Tunai di Kota Magelang. Dengan mengangkat judul
Efektivitas Program Jaring Pengaman Sosial Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT) Dalam Meringankan Beban Akibat COVID-19 (Studi Kasus Pada
Masyarakat Kota Magelang)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan atas latar belakang yang telah dijabarkan, maka penulis
merumuskan masalah penelitian yaitu Bagaimana Efektivitas Program Jaring
Pengaman Sosial Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Dalam Meringankan
Beban Akibat COVID-19 pada Masyarakat Kota Magelang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan juga
mendeskripsikan Bagaimana Efektivitas Program Jaring Pengaman Sosial Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT) Dalam Meringankan Beban Akibat COVID-19 pada
Masyarakat Kota Magelang.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitan dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu :
a. Manfaat Akademis
Secara akademis diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan
penelitian selanjutnya tentang efektivitas program BPNT.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan
gambaran mengenai efektivitas program BPNT dalam meringankan beban
masyarakat yang diakibatkan COVID19. Serta dapat dijadikan sebagai
kajian evaluasi program apabila masih ditemukan kelemahan di dalam
pelaksanaanya.
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Efektivitas
2.1.1 Pengertian Efektivitas
Kata efektif berasal dari Bahasa Inggris yaitu “effective” yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Richard
(2006:270) menyatakan efektivitas adalah tingkat tujuan yang diwujudkan
oleh organisasi. Sedangkan Pasolong (2007:4) menjelaskan bahwa pada
dasarnya efektivitas berasal dari kata “efek”, dan digunakan istilah ini
sebagai hubungan sebab-akibat. Efektivitas dipandang sebagai suatu
“sebab” dari variabel lain.
Menurut Kartikahadi, yang dikutip oleh Cicilia et al (2015:42),
efektivitas merupakan produk akhir dari suatu kegiatan operasi yang telah
mencapai tujuannya baik di tinjau dari segi kualitas hasil kerja, kuantitas
hasil kerja, serta batas waktu yang ditargetkan.
2.1.2 Ukuran-Ukuran Efektivitas
Adapun ukuran efektivitas menurut Nakamura dan Smallwood
(1980:146) adalah sebagai berikut:
a. Pencapaian tujuan atau hasil
Pencapaian tujuan merupakan suatu yang mutlak bagi keberhasilan
suatu pelaksanaan kegiatan.
b. Efisiensi
Merupakan pemberian penilaian apakah kualitas kinerja yang
terdapat dalam pelaksanaan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
c. Kepuasan Kelompok Sasaran
Kriteria ini melihat dampak secara langsung dari program yang
dilakukan terhadap kelompok sasaran.
d. Daya Tanggap Client
Aspek ini berkaitan dengan bagaimana daya tanggap kelompok
sassaran terhadap program yang diberikan.
e. Sistem Pemeliharaan
Adanya instansi yang stabil dan berkelanjutan untuk mengelola
program.
Kemudian menurut Steers, sebagaimana dikutip oleh Tangkilisan
(2005:149) menjelaskan bahwa terdapat lima kriteria dalam pengukuran
efektivitas organisasi, yaitu :
1) Produktivitas
2) Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas
3) Kepuasan kerja
4) Kemampuan berlaba
5) Pencarian sumber daya
Menurut Makmur (2011:7) mengukur efektivitas suatu program dapat
dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut :
1. Ketepatan penentuan waktu
Penggunaan waktu yang tepat akan menciptakan efektivitas
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Ketepatan dalam menentukan pilihan
Ketepatan dalam menentukan pilihan adalah ketepatan dalam
memilih suatu pekerjaan, metode, benda dan lain sebagainya
3. Ketepatan dalam menentukan tujuan
Suatu organisasi akan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah
mereka sepakati sebelumnya dan biasanya dituangkan dalam sebuah
dokumen secara tertulis yang sifatnya lebih stratejik, sehingga menjadi
pedoman pelaksanaan kegiatan sebuah organisasi
4. Ketepatan ketepatan sasaran
Sejalan dengan apa yang kita sebutkan di atas, bahwa tujuan lebih
berorientasi kepada jangka panjang dan sifatnya stratejik, sedangkan
sasaran lebih berorientasi kepada jangka pendek dan lebih bersifat
operasional.
2.2 Jaring Pengaman Sosial
2.2.1 Pengertian Jaring Pengaman Sosial
Secara umum pengertian dari Jaring Pengaman Sosial yaitu program
yang dirancang untuk membantu rakyat miskin yang terkena dampak akibat
krisis ekonomi dan dilaksanakan melalui tahapan penyelamatan dan
pemulihan menuju pada kondisi yang normal. Menurut Nurlela (2010),
Jaring Pengaman Sosial merupakan program transfer non-iuran berusaha
untuk mencegah orang miskin atau mereka yang rentan terhadap guncangan
dan kemiskinan jatuh di bawah tertentu kemiskinan tingkat.
2.2.2 Prinsip Dasar Jaringan Pengaman Sosial
1. Transparansi
Transparansi dalam membuat suatu kebijakan adalah suatu
keharusan yang harus dilakukan. Dimana trasparansi itu perlu untuk
mendapat
kepercayaan
dari
masyarakat.
Tranpasransi
sendiri
merupakan keterbukaan berkaitan dengan informasi yag mudah dan
bebas diakses oleh masyarakat.
2. Cepat penyampaiannya
Dalam penyampaian program harus sesegera mungkin agar cepat
tertangani. Dengan begitu krisis ekonomi yang terjadi akan segera pulih
kembali.
3. Langsung dan tepat kepada sasaran penerimaan manfaat
Program jaring pengaman sosial ini harus diberikan secara langsung
kepada sasaran penerima. Langsung yang dimaksudkan adalah
penerima tidak bisa diwakilkan. Tidsk hanya itu pemberian program
juga harus tepat sasaran.
4. Dapat dipertanggungjawabkan
Segala sesuatu yang dilakuakan harus dapat dipertanggungjawabkan
setelah program ini dilaksanakan.
5. Partisipatif serta potensial untuk berkelanjutan
2.2.3 Kebijaksanaan Pokok Program Jaring Pengaman Sosial
Dalam mneghadapi situasi yag sulit pemerintah harus melakukan
perubahan orientasi dalam perencanaan pembangunan yang dapat
menjawab persoalan dan memenuhi kebutuhan yang sifatnya mendesak,
realistis, dan operasional, agar kondisi sosial ekonomi masyarakat tidak
merosot lebih dalam lagi. Strategi tersebut adalah: (l) tahap penyelamatan
(rescue) dan (2) tahap pemulihan (recovery) yang sifatnya overlap dengan
tahap sebelumnya.
Program JPS dilaksanakan untuk memutar kembali roda perekonomian
rakyat melalui tahapan penyelamatan (rescue) dan pemulihan (recovery)
menuju pada tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang normal.
Tujuan utama dari program JPS meliputi:

Memulihkan kecukupan pangan yang terjangkau oleh masyarakat
miskin

Menciptakan kesempatan kerja produktif, yang dapat meningkatkan
pendapatan dan daya beli masyarakat miskin,

Meningkatkan kesej ahteraan masyarakat miskin,

Memulihkan pelayanan sosial dan ekonomi bagi masyarakat miskin,

Memulihkan kegiatan ekonomi rakyat.
Arah kebijakan dari jaring pengaman sosial ini adalah berikut :
a) Ketahanan pangan
Program-program ketahanan pangan dilaksanakan agar keluarga
masyarakat miskin yang terpuruk karena dampak krisis ekonomi masih
bisa mendapatkan pangan dengan mudah dan terjangkau. Dengan
demikian diharapkan kondisi rawan pangan pada masyarakat miskin
yangterpuruk dapat dihindari.
Berbagai kegiatan di dalam program ketahanan pangan ini
dimaksudkan agar produksi pangan kembali meningkat, sehingga
masyarakat dengan mudah dapat memperoleh kebutuhan dasarnya
(bahan makanan) dengan harga yang terjangkau.
b) Pendidikan
Program ini ditujukan untuk memelihara pelayanan pendidikan bagi
keluarga miskin yang terpuruk karena dampak krisis ekonomi. Hasil
yang diharapkan dari program ini adalah tidak terjadinya putus sekolah
(drop-out) dan kualitas pengajaran tetap terjaga.
c) Kesehatan
Program-program di bidang kesehatan ditujukan untuk memelihara
pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin yang terpunrk akibat dampak
krisis ekonomi. Hasil yang diharapkan dari program ini adalah tidak
terjadinya kekurangan gizi. Terjangkaunya biaya pelayanan kesehatan
oleh orang miskin. Terjaganya serta meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat miskin yang terpuruk.
d) Penciptaan lapangan kerja produktif
Sasaran geografis adalah wilayah-wilayah yang mengalami
kontraksi pertumbuhan ekonomi yang parah, terutama sektor industri
dan jasa (daerah urban), serta kawasan perdesaan yang gagalpanen.
Sasaran kegiatan adalah berbagai kegiatan yang menyerap tenaga kerja
dalam jumlah yang besar, yang sekaligus mampu memelihara tingkat
pelayanan sosial dan ekonomi masyarakat. Sasaran penduduk adalah
penduduk miskin yang terpuruk akibat krisis ekonomi.
Dengan dilaksanakannya berbagai kegiatan di dalam program ini,
maka diharapkan: a. kemampuan dayabeli masyarakat miskin
meningkat, baik di perkotaan maupun di perdesaan, b. roda
perekonomian rakyat kembali bergerak, c. fungsi sarana dan prasarana
sosial ekonomi meningkat.
e) Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people centred,
participatory, empowering, and sustainable” (Chambers, 1995).
Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan
dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah
proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya
belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif
terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu. Konsep ini
berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang
antara lain oleh Friedman (1992) disebut sebagai alternative
development, yang menghendaki ‘inclusive democracy, appropriate
economic
growth,
gender
equality
and
intergenerational
equaty”.(Kartasasmita, Ginanjar 1997)
2.3 Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
2.3.1 Tujuan dan Manfaat Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
Tujuan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah sebagai
berikut:
a) Mengurangi beban pengeluaran keluarga penerima manfaat (KPM)
melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan.
b) Memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM.
c) Meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan bantuan pangan
bagi keluarga penerima manfaat (KPM).
Manfaat Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah berikut:
a) Meningkatnya ketahanan pangan di tingkat keluarga penerima manfaat
(KPM) sekaligus sebagai mekanisme perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan.
b) Meningkatnya efisiensi penyaluran bantuan sosial.
2.3.2 Kepesertaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
Penerima manfaat bantuan pangan non tunai adalah Keluarga yang
selanjutnya disebut keluarga penerima manfaat (KPM) bantuan pangan non
tunai (BPNT). Pada Tahun 2017 keluarga penerima manfaat (KPM) adalah
penduduk dengan kondisi sosial ekonomi 25% terendah di daerah
pelaksanaan. Sumber data keluarga penerima manfaat (KPM) bantuan
pangan non tunai (BPNT) adalah data terpadu program penanganan fakir
miskin, Selajutnya disebut DT-PFM, yang merupakan hasil pemutakhiran
basis data terpadu di tahun 2015.
2.3.3 Besaran Manfaat Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
Besaran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah sebesar
Rp.150.000,00/ keluarga penerima
manfaat
(KPM)/bulan menjadi
Rp.200.000,00/ keluarga penerima manfaat (KPM)/bulan. Bantuan tersebut
tidak dapat diambil tunai, dan hanya dapat ditukarkan dengan beras dan/atau
telur di e-warong. Apabila bantuan tidak dibelanjakan di bulan tersebut,
maka nilai bantuan tetap tersimpan dan terakumulasi dalam akun elektronik
bantuan pangan.
2.3.4 Mekanisme Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai
1) Persiapan program merupakan setelah Kementerian Sosial menetapkan
bank penyalur bantuan pangan non tunai. Kemudian dilakukan
Koordinasi Pelaksanaan di Tingkat Pemerintah Pusat di Tingkat
Pemerintah Kota.
2) Persiapan E-warong: Setelah bank penyalur mengetahui jumlan calon
keluarga penerima manfaat di lokasi penyaluran, Bank penyalur
mengidentifikasi pedagang dan agen untuk selanjutnya dapat menjadi ewarong penyalur bantuan pangan non tunai pada masing-masing lokasi
tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3) Sosialisasi dan edukasi dilakukan dengan berbagai media audio, cetak,
dan audiovisual
4) Pelaksanaan pendaftaran KPM
5) Penyaluran bantuan yaitu penyaluran dana bantuan dari bank penyalur
kepada penerima manfaat
6) Pemanfaatan bantuan ialah pembeliaan bahan pangan oleh penerima
manfaat di e-warong yang telah tersedia.
2.4 Hasil Penelitian yang Relevan (jurnal nasional dan asing)
a. Rosaliana, Ana & Hardjati, Susi, 2019 telah melakukan penelitian Efektivitas
Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Di Kecamatan
Wonocolo, Kota Surabaya menyimpulkan bahwa pelaksanaan program BPNT
di Kecamatan Wonocolo sejauh ini telah terlaksana secara tepat waktu, baik
penyaluran dana bantuan pangan dari pemerintah ke Keluarga Penerima
Manfaat (KPM), maupun penyaluran dana bantuan operasional e-warong dari
pemerintah ke pengelola e-warong. Penentuan penerima/sasaran dari program
BPNT dinilai masih kurang tepat. Hal ini dikarenakan kurangnya pembaharuan
data dan informasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM), hal lain yang menjadi
alasan kurangnya pembaharuan informasi adalah minimnya edukasi dan
sosialisasi kepada KPM tentang tujuan dari program BPNT ini. Sedangkan
ketepatan pilihan kebutuhan yang mewajibkan penukaran BPNT dengan
kebutuhan/komoditi hanya terbatas pada beras dan telur dinilai cukup baik
namun masih memerlukan perbaikan juga. Hal ini berdasarkan informasi yang
diperoleh di lapangan bahwa perlu adanya penambahan piihan kebutuhan agar
program BPNT semakin bermanfaat. Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa efektivitas pelaksanaan program BPNT berdasarkan
indikator ketepatan penentuan pilihan masih kurang efektif. Ketepatan sasaran
penggunaan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) sebagai instrumen dalam program
BPNT di Kecamatan Wonocolo
masih memerlukan perbaikan dan
penyempurnaan. Hal ini dikarenakan adanya indikasi kurang tepatnya sasaran
penerima BPNT yang dapat diidentifikasi melalui KKS. Dapat disimpulkan
bahwa efektivitas pelaksanaan program BPNT di Kecamatan Wonocolo
berdasarkan ketepatan-ketepatan sasaran penggunaan KKS dinilai masih belum
efektif. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah yaitu Dinas Sosial Kota
Surabaya sebagai pihak penyelenggara program BPNT ditingkat daerah
melakukan berbagai upaya dan langkah strategis dengan harapan tujuan
program BPNT dapat tercapai. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dipaparkan sebelumya dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah Dinas Sosial
cukup baik, namun masih memerlukan evaluasi dan penyempurnaan agar dapat
menyelesaikan permasalahan dan menjangkau sasaran secara lebih nyata.
Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa efektivitas pelaksanaan program
BPNT di Kecamatan Wonocolo berdasarkan ketepatan tujuan dinilai masih
belum efektif.
b. Tiara, Rohana & Mardianto (2019) telah melakukan penelitian Efektivitas
Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kota Palembang
menyimpulkan bahwa proses pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT) di Kota Palembang belum efektif. Dikatakan belum efektif karena telah
membandingkan antara hasil wawancara dengan hasil kuesioner yang sudah
berjalan dengan baik, namun masih masih ditemukan beberapa masalah dan
hambatan. Hambatan yang muncul selama pelaksanaan program ini menurut
hasil penelitian disebabkan oleh kurangnya anggaran untuk pelaksanaan
program yang ada di Dinas Sosial Kota Palembang dan kurangnya Sumber
Daya Manusia (SDM) yang mampu menjalankan serta mengawasi jalannya
Program BPNT. Dalam pelaksanaan BPNT masih banyak aspek yang belum
berjalan sebagaimana mestinya, seperti proses pendampingan yang masih
dirasa kurang oleh KPM, kartu kombo error yang berakibat hilangnya saldo
KPM, jumlah e-warong BPNT yang tidak banyak serta belum merata ke seluruh
kelurahan, serta tidak memenuhi tahapan kegiatan pendampingan yang telah
diatur di dalam program. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses
pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kota Palembang
belum efektif.
2.5 Kerangka Berpikir/kerangka pemikiran
Perppu No. 1/2020 dan
Perpres No. 54/2020
Program BPNT di Masa
Pandemi
Dinas Sosial Kota Magelang
Penyaluran BPNT terhadap
Mayarakat Terdampak
Ketepatan penentuan waktu
Ketepatan dalam menentukan
pilihan
Ketepatan dalam menentukan
tujuan
Ketepatan ketepatan sasaran
Peringanan Beban Masyarakat
terdampak
Bab III Metode Penelelitian
3.1 Metode Penelitian yang Digunakan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dalaam penggunaan metode penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Program Jaring Pengaman
Sosial Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Dalam Meringankan Beban Akibat
COVID-19 di Kota Magelang, termasuk indikator apa saja yang mempengaruhi
efektivitas program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kota Magelang.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian yang dipilih peneliti yaitu di Kota Magelang. Kota Magelang
merupakan salah satu Kota yang mendapat penambahan penerima BNPT sebanyak
3.737 KPM. Dan saat ini sudah memili lima e-warong.
3.3 Fokus Kajian
Fokus kajian dalam penelitian ini yaitu mengukur efektifitas kebijakan
menggunakan teori Makmur (2011:7) yang memiliki indikator sebagai berikut :
a) Ketepatan penentuan waktu
Ketepatan penetuan waktu pada penilitian yaitu kesesuaian waktu dalam
melakukan penyaluran BPNT di Kota Magelang selama Pandemi COVID-19
yang dapat dilihat melalui :
a. Kesesuaian jadwal penyaluran dana Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di
lapangan dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Kesesuain jadwal penyaluran dana BPNT yang berupa bantuan operasional
e-warong.
b) Ketepatan dalam menentukan pilihan
Ketepatan dalam menentukan pilihan dalam penelitian ini yaitu ketepatan
pemerintah dalam memilih penerima program BPNT di Kota Magelang yang
sesuai dengan syarat yang terdapat pada Peraturan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2019 Tentang Penyaluran Bantuan Pangan
Nontunai dan juga merupakan masyarakat yang terdampak Pandemi COVID19.
c) Ketepatan dalam menentukan tujuan
Ketepatan dalam menentukan tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu dimana ketepatan usaha atau langkah-langkah strategis yang dilakukan
oleh pihak-pihak yang terkait upaya pencapaian tujuan program Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT). Dimana dalam website Kementerian Sosial selain
yang tercantum pada PERMENSOS No. 20 tahun 2019 yaitu sebagai bentuk
untuk memberikan bantuan pangan demi meringankan beban bagi masyarakat
terdampak COVID-19.
d) Ketepatan-ketepatan sasaran
Ketepatan-ketepatan sasaran adalah ketepatan dalam pemanfaatan Kartu
Keluarga Sejahtera sebagai alat pembayaran elektronik Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT).
3.4 Teknik Keabsahan Data
a. Uji Kredibilitas Credibility
Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil
penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak
meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.
b. Uji Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.
Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya
hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2015)
c. Dependability
Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain beberapa
percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama. Penelitian yang
dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila penelitian yang
dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama akan
memperoleh hasil yang sama pula.
d. Confirmability
Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji confirmability
penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah
disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability
berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah
dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian
yang
dilakukan,
maka
penelitian tersebut
telah
memenuhi
standar
confirmability.
3.5 Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari
tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan
spesifik studi. Sumber data primer adalah responden individu, kelompok fokus,
internet juga dapat menjadi sumber data primer jika kuesioner disebarkan
melalui internet (Uma Sekaran, 2011).
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan
dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah catatan atau
dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh media,
situs Web, internet dan seterusnya (Uma Sekaran, 2011).
3.6 Teknik Pemilihan Informan
Informan kunci merupakan pihak yang dapat memberikan informasi dimana
pemilihannya dilakukan secara purposive sampling, yang didasarkan atas subjek
yang menguasi permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data yang
benar-benar relevan dan kompeten. Dalam Penelitian ini yang menjadi informan
yaitu pihak dari Dinas Sosial Kota Magelang yang menangani tentang BPNT ini.
Informan selanjutnya yaitu yang ditunjuk oleh informan pertama yang dapat
memberikan informasi. Informan selanjutnya dalam penelitian ini adalah
pendamping BPNT, yang merupakan petugas yang mendampingi keseluruhan
proses pelaksanaan program BPNT (mencakup: registrasi, penggantian data, kontak
informasi, dan pengaduan) yang setidaknya terdiri dari Koordinator Tenaga
Kesejahteraan Sosial (TKS) Kabupaten/Kota, Koordinaator Program Keluarga
Harapan (PKH) Kabupaten/Kota, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
(TKSK), pemilik dan pengelola e-warong, dan masyarakat yang menjadi sasaran
program BPNT (KPM BPNT) yang terdampak COVID-19.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Observasi
Metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan panca indera mata dan dibantu dengan panca indera
lainya. Kunci keberhasilan observasi sebagai teknik pengumpulan data sangat
banyak ditentukan pengamat sendiri, sebab pengamat melihat, mendengar,
mencium, atau mendengarkan suatu objek penelitian dan kemudian ia
menyimpulkan dari apa yang ia amati itu. Pengamat adalah kunci keberhasilan
dan ketepatan hasil penelitian (Yusuf, 2014).
b. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis,
metode dokumentasi berarti tata cara pengumpulan data dengan mencatat datadata yang sudah ada. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dokumen tentang orang atau
sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sangat
berguna dalam penelitian kualitatif (Yusuf, 2014).
c. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara (interview) adalah suatukejadian atau suatu proses interaksi antara
pewawancara (interviewer) dan sumber
informasi atau orang yang
diwawancarai (interviewer) melalui komunikasi langsung (yusuf, 2014).
3.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menurut Miles dan Huberman yang dikutip Sugiyono
(2014:31) menjelaskan bahwa terdapat 4 aliran (flow) aktivitas yang terjadi bersama
- sama. Keempat aliran aktivitas tersebut adalah :
1.
Pengumpulan data (Data Collection)
Pengumpulan data yaitu data yang dikumpulkan berupa wujud kata-kata dan
itu memungkinkan telah dikumpulkan dengan beberapa cara (observasi,
wawancara, dokumen, pita rekaman, dll).
2. Kondensasi Data (Condensation Data)
Kondensasi data lebih kepada proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, dan/atau mengubah data yang mendekati keseluruhan
bagian dari pencatatan lapangan yang ditulis, transkip wawancara, dokumen,
dan materi empiris.
3. Penyajian Data (Display Data)
Aliran (flow) ketiga dari aktivitas analisa data adalah penyajian data, suatuu
penyajian yang terorganisir,
kumpulan dari
suatu penekanan yang
memungkinkan penarikan kesimpulan dan tindakan.
4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusiom and Verifying Drawing)
Aliran (flow) keempat dari aktivitas analisa data adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi.
Daftar Pustaka
Cicilia, V. S. (2015). Analisis Efisiensi dan Efektivitas serta Kemandirian
Pengelolaan Keuangan Daerah Di Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal
bangunan Ekonomi Dan Keuangan Daerah, 17(2).
Dini, A. R., & Nurmalisa, Y. &. (2018). Efektivitas Pelaksanaan Program Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT) Di Kelurahan Gulak Galik.
Hadi, A. P. (2010). Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan Dalam
Pembangunan. Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat
Agrikarya (PPMA).
Kominsta. (2020). 3.737 KPM Kota Magelang Terima Kartu Keluarga Sejahtera.
Diambil
kembali
dari
www.magelangkota.go.id:
http://www.magelangkota.go.id/home/detail/110520kominsta1
Makmur. (2015). Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung: PT.
Refika Aditama.
N. Dunn, W. (2000). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Pr.
Nakamura, R. T. (1980). The Politics of Policy Implementation. New York: St.
Martins Press.
Pasolong, H. (2016). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
Pedoman Pelaksanaan Bantuan Pangan Non Tunai. (t.thn.). Diambil kembali dari
kemsos.go.id: https://kemsos.go.id/page/bantuan-pangan-non-tunai.
Pratiwi Monica, N. H. (2017). Efektivitas Program Bpjs Kesehatan Di Kota
Semarang (Studi Kasus Pada Pasien Pengguna Jasa Bpjs Kesehatan Di
Puskesmas Srondol). Jurnal of public policy and management review.
Undip. Volume 6. Nomor 2.
Rosaliana, A. &. (2019). Efektivitas Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT) Di Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya,. Public
Administration Journal, 2(2), 96-110.
Sekaran, U. ( 2006). Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
Steers, M. (1995). Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tiara, R. &. (2019). Efektivitas Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di
Kota Palembang. Demography Journal of Sriwijaya (DeJos), 37-46.
Yusuf, A. M. (2014). Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan. Jakarta:
Kencana.
Download