Uploaded by User125564

BAB II (3)

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pustaka Penelitian
2.1.1
Audit (Auditing)
2.1.1.1 Pengertian Audit (Auditing)
Auditing
merupakan
kegiatan
pemeriksaan
dan
pengujian
suatu
pernyataan, pelaksanaan dari kegiatan yang dilakukan oleh pihak independen
guna memberikan suatu pendapat. Pihak yang melaksanakan auditing disebut
dengan auditor. Menurut Mulyadi (2014:9) menyebutkan bahwa audit adalah
sebagai berikut :
"Audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai
yang berkepentingan."
Menurut Arens et al (2015:4) menyebutkan bahwa audit adalah sebagai
berikut:
"Audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan
kriteria yang ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh yang kompeten, orang
independen."
Menurut Henry (2016:10) menyebutkan bahwa audit adalah sebagai
berikut :
"Audit adalah sebagai suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi (secara obyektif) bukti yang behrubungan dengan asersi
tentang tindakan-tindakan dan kejadian ekonomi, dalam rangka
menentukan tingkat kepatuhan antara asersi dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan."
Menurut Agoes (2016:4) menyebutkan bahwa audit adalah sebagai
berikut:
"Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematik, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang
telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut."
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa
audit merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak independen terhadap
laporan keuangan yang telah dibuat oleh manajemen untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti-bukti dengan tujuan memberi kewajaran atas laporan
keuangan.
2.1.1.2 Tujuan Audit (Auditing)
Menurut Mulyadi (2010:73) menyebutkan bahwa tujuan umum audit
adalah sebagai berikut:
"Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan
keuangan klien disajikan secara wajar, dalam hal yang material, sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia."
Menurut Tuanakotta (2014:84) menyebutkan bahwa tujuan umum audit
adalah sebagai berikut:
"Tujuan audit adalah mengangkat tingkat kepercayaan dari pemakai
laporan keuangan yang dituju, terhadap laporan keuangan itu. Tujuan itu
dicapai dengan pemberian opini oleh auditor mengenai apakah laporan
keuangan disusun dalam segala hal yang material sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku."
Menurut Arens et al (2015:168) menyebutkan bahwa tujuan umum audit
adalah sebagai berikut:
"Tujuan audit adalah untuk menyediakan pemakai laporan keuangan suatu
pendapat yang diberikan oleh auditor tentang apakah laporan keuangan
disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka kerja akuntansi keuangan yang berlaku. Pendapat auditor ini
menambah tingkat keyakinan pengguna yang bersangkutan terhadap
laporan keuangan."
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam Standar Profesional
Akuntan Publik SA Seksi 110 (2015:110) menyebutkan bahwa tujuan umum atas
laporan keuangan oleh auditor independen adalah menyatakan pendapat atas
kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus
kas sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum. Munurut Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) (2015:110) tujuan audit dibagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut :
1. Tujuan umum adalah memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam segala hal
yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
2. Tujuan khusus adalah tujuan yang berasal dari asersi-asersi yang dibuat
oleh manajemen dalam laporan keuangan untuk setiap rekening yang
dilaporkan dalam laporan keuangan. Dengan demikian perusahaan
memerlukan kegiatan audit untuk mengetahui sejauh mana perusahaan
tersebut telah melaksanakan prinsip akuntansi berlaku umum.
2.1.1.3 Jenis-Jenis Audit
Menurut Mulyadi (2014:30) menyebutkan bahwa audit terdiri atas tiga
golongan yaitu sebagai berikut :
1. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor
independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk
menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran
laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi
berlaku umum.
2. Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah
yang di audit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit
kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat
kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi,
atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu.
Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak
ketiga.
Menurut Arens et al (2015:12) menyebutkan bahwa jenis-jenis audit
diklasifikasi menjadi tiga jenis audit yaitu sebagai berikut :
1. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari prosedur dan
metode operasi suatu organisasi. Pada saat selesainya audit operasional,
biasanya
manajemen
mengharapkan
rekomendasi
auditor
untuk
meningkatkan kegiatan operasinya.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah klien telah
mengikuti
prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan, seperti
pelaksanaan
ketentuan upah minimum, pelaksanaan undang-undang
perpajakan, dan pelaksanaan prosedur yang telah ditetapkan oleh pimpinan
Perusahaan.
3. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan secara keseluruhan informasi yang diuji telah disajikan sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada umumnya kriteria yang telah
ditetapkan tersebut adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum yaitu
Standar Akuntasi Keuangan (SAK).
Menurut Agoes (2016:10) menyebutkan bahwa ditinjau dari luasnya
pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas :
1. Pemeriksaan Umum (General Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan
tersebut harus sesuai dengan standar Professional Akuntan Publik dan
memperhatikan kode etik akuntan indonesia, aturan etika KAP yang telah
disahkan Ikatan Akuntan Indonesia serta standar pengendalian mutu.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan Auditee) yang
dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya
auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos
atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang
dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah
terdapat kecurangan pada penagihan piutang usaha perusahaan. Dalam hal
ini prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang, penjualan dan
penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya memberikan
pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap penagihan
piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan, berapa besar
jumlahnya dan bagaimana modus operasinya.
Menurut Agoes (2016:11) menyebutkan bahwa ditinjau dari jenis
pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas :
1. Audit Operasional (Management Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk
kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh
manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah
dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. Pengertian efisien disini
adalah, dengan biaya tertentu dapat mencapai hasil atau manfaat yang
telah ditetapkan atau berdaya guna. Efektif adalah dapat mencapai tujuan
atau sasaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau berhasil/dapat
bermanfaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ekonomis adalah
dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya dapat mencapai hasil yang
optimal atau dilaksanakan secara hemat.
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah
mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik
yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan
komisaris) maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bapepam, Bank
Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa
dilakukan oleh KAP maupun bagian internal audit.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik
terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun
ketaatan
terhadap
kebijakan
manajemen
yang
telah
ditentukan.
Pemeriksaan umum yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci
dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP.
Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran
laporan keuangan, karena pihak-pihak diluar perusahaan menganggap
bahwa internal auditor, yang merupakan orang dalam perusahaan, tidak
independen. Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan (audit
finding) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan,
kelemahan
pengendalian
intern,
beserta
saran-saran
perbaikannya
(recommendations).
4. Audit Komputer (Computer Audit)
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data
akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP)
sistem.
2.1.1.4 Proses Audit
Menurut Arens et al (2015:226) menyebutkan bahwa ada 4 tahap dalam
proses audit yaitu sebagai berikut :
1. Merencanakan dan mendesain pendekatan audit
Ada 2 pertimbangan utama yang mempengaruhi jenis pendekatan yang
akan digunakan oleh auditor, yaitu : harus terkumpulnya bukti audit yang
cukup kompeten agar dapat memenuhi tanggung jawab profesional auditor
dan biaya pengumpulan bukti audit ini haruslah seminimal mungkin.
Pertimbangan atas pengumpulan bukti audit yang cukup kompeten serta
kewajiban untuk mengendalikan biaya audit membuat diperlukannya suatu
perencanaan audit. Rencana audit ini harus menghasilkan suatu
pendekatan audit yang efektif pada suatu tingkat biaya audit yang wajar.
Perencanaan dan perancangan suatu pendekatan audit dapat dibagi menjadi
beberapa bagian. Perencanaan tersebut terdiri dari :
a. Memperoleh pemahaman akan strategi bisnis klien dan memproses
serta menilai resiko.
b. Memahami pengendalian intern dan menilai resiko pengendalian.
2. Melaksanakan uji pengendalian dan uji substantif atas transaksi
Ketika auditor telah mengurangi taksiran resiko pengendalian dengan
mendasarkan diri pada pengidentifikasian pengendalian, ia selanjutnya
dapat mengurangi lingkup audit pada sejumlah tempat di mana akurasi
informasi dalam laporan keuangan yang terkait langsung dengan berbagai
pengendalian tersebut harus didukung oleh pengumpulan berbagai bukti
audit. Untuk menyesuaikan semula, maka auditor harus melakukan uji atas
efektivitas dari pengendalian tersebut. Prosedur-prosedur yang terkait
dengan jenis uji semacam ini umumnya disebut sebagai uji pengendalian
(test of control). Auditor juga harus melakukan evaluasi atas pencatatan
berbagai transaksi yang dilakukan oleh klien dengan memverifikasi nilai
moneter dari berbagai transaksi itu. Verifikasi ini dikenal sebagai uji
subtantif atas transaksi.
3. Melaksanakan prosedur analitis dan uji rincian saldo
Prosedur analitis menggunakan perbandingan-perbandingan serta berbagai
hubungan untuk menilai apakah saldo akun-akun atau tampilan data-data
lainnya tampak wajar. Sedangkan uji rincian saldo merupakan berbagai
prosedur spesifik yang ditujukan untuk menguji salah saji moneter pada
akun-akun dalam laporan keuangan.
4. Melengkapi proses audit dan menerbitkan laporan audit
Setelah auditor melengkapi semua prosedur bagi setiap tujuan audit dan
bagi setiap akun dalam laporan keuangan, merupakan hal yang penting
untuk menghubungkan semua informasi yang diperoleh untuk mencapai
suatu kesimpulan menyeluruh tentang apakah suatu laporan keuangan itu
telah disajikan secara wajar. Hal ini merupakan suatu proses yang sangat
subyektif yang bersandar sepenuhnya pada pertimbangan profesional
auditor.
Pada
prakteknya,
auditor
secara
terus-menerus
akan
menggabungkan semua informasi yang diperolehnya sepanjang suatu
proses audit. Penggabungan akhir adalah suatu penyajian akhir pada saat
akhir penugasan audit. Saat suatu proses audit telah selesai dilakukan,
akuntan publik harus menerbitkan sebuah laporan audit untuk melengkapi
laporan keuangan yang dipublikasikan klien.
2.1.1.5 Standar Audit
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (2015:150) menyebutkan bahwa standar auditing
yang ditetapkan dan disahkan terdiri atas sepuluh standar yang dikelompokkan
menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor.
2.1.1.6 Jenis-Jenis Opini Audit
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (2015:150) menyebutkan bahwa ada lima tipe
pendapat audit yaitu sebagai berikut :
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika laporan
keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material,
posisi keuangan (neraca), hasil usaha atau laporan realisasi anggaran,
laporan arus kas, sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS. Penjelasan laporan
keuangan juga telah disajikan secara memadai, informatif dan tidak
menimbulkan pemahaman yang menyesatkan.
2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang
Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk Baku (Unqualified Opinion
With Explanatory Language)
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan
auditor menambahkan paragraph penjelasan (atau bahasa penjelasan lain)
dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa
pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Keadaan tersebut meliputi :
a. Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen
lain.
b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena
keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan
menyimpang dari suatu standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia.
c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor
yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas
namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen auditor
berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.
d. Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material
dalam penggunaan standar akuntansi atau dalam metode penerapannya.
e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan
keuangan komparatif.
f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak di
review.
g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan IndonesiaDewan
Standar
Akuntansi
Keuangan telah
dihilangkan,
yang
penyajiannya menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh
Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit
yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat
menghilangkan keraguan yang besar apakah informasi tambahan
tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil
usaha,
perubahan
ekuitas
dan
arus
kas
sesuai
dengan
SAK/ETAP/IFRS, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.
Pendapat ini dinyatakan apabila terdapat keadaan sebagai berikut :
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan
bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian
dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.
b. Auditor yakin atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari SAK/ETAP/IFRS, yang berdampak material, dan ia
berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
c. Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus
menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih
paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Ia
harus juga mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan
menunjuk ke paragraph penjelasan di dalam paragraf pendapat.
Pendapat wajar dengan pengecualian harus berisi kata kecuali atau
pengecualian dalam suatu frasa seperti kecuali untuk atau dengan
pengecualian untuk. Frasa seperti tergantung atas atau dengan
penjelasan berikut ini memiliki makna yang tidak jelas atau tidak cukup
kuat, oleh karena itu pemakaiannya harus dihindari. Karena catatan atas
laporan keuangan merupakan bagian laporan keuangan auditan, katakata seperti disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, jika
dibaca sehubungan dengan catatan mempunyai kemungkinan untuk
disalahtafsirkan dan okeh karena itu pemakaiannya harus dihindari.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor jika laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas
dan arus kas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS. Auditor memberikan pendapat
tidak wajar jika ia dibatasi ruang lingkupnya, sehingga ia tidak dapat
mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya.
Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka
informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak
dapat dipercaya, sehingga ia tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi
keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)
Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor karena
auditor mengalami pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap
lingkungan audit dan auditor tidak independen dalam hubungannya dengan
klien.
2.1.1.7 Jenis-Jenis Auditor
Menurut Arens et al (2015:15) menyebutkan bahwa jenis-jenis auditor
terdiri dari :
1. Akuntan publik bersertifikat, yang bertanggung jawab atas laporan
keuangan historis yang dibuat oleh kliennya.
2. Auditor pemerintah, yang bertanggung jawab secara fungsional atas
pengauditan terhadap kekayaan atau keuangan negara
3. Auditor pajak, yang bertanggung jawab atas penerimaan negara di sektor
perpajakan dan penegakan hukum
dalam pelaksanaan ketentuan
perpajakan.
4. Auditor intern, yang berada dalam internal organisasi dan bertanggung
jawab dalam menilai dan mengevaluasi efesiensi dan efektivitas kinerja
organisasi tersebut.
2.1.2 Audit Delay
2.1.2.1 Pengertian Audit Delay
Menurut Puspitasari dan Latrini (2014:285) meneyebutkan bahwa audit
delay adalah sebagai berikut :
"Audit delay adalah senjang waktu audit, yaitu waktu yang dibutuhkan
oleh auditor untuk menghasilkan laporan audit atas kinerja laporan
keuangan suatu perusahaan. Senjang waktu audit ini dihitung dari selisih
tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan sampai dengan tanggal
laporan audit yang dikeluarkan oleh KAP."
Menurut Saemargani dan Mustikawati (2015) meneyebutkan bahwa audit
delay adalah sebagai berikut :
"Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari
tanggal penutupan tahun buku sampai tanggal diselesaikannya laporan
audit independen."
Menurut Praptika dan Rasmini (2016) meneyebutkan bahwa audit delay
adalah sebagai berikut :
"Audit delay adalah rentang waktu antara tanggal penutupan tahun buku
dantanggal laporan audit."
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa
audit delay adalah rentang waktu pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan,
diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan
auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal
tutup tahun buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada
laporan auditor independen yang didefinisikan sebagai audit report lag.
2.1.2.2 Jenis Audit Delay
Audit delay atau dalam beberapa penelitian disebut sebagai audit reporting
lag. Menurut Candraningtiyas dkk (2017:3) menyebutkan bahwa jneis
keterlambatan atau lag terdiri dari :
1. Preliminary Lag
adalah interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal
diterimanya laporan keuangan pendahulu oleh pasar modal;
2. Auditor’s Signature Lag
adalah interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai tanggal yang
tercantum di dalam laporan auditor;
3. Total Lag
adalah interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal
diterimanya laporan keuangan tahunan publikasi oleh pasar modal.
2.1.2.3 Ketentuan Sanksi Audit Delay
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan peraturan baru
Nomor : 29/POJK.04/2016 tentang laporan tahunan emiten atau perusahaan
publik pada pasal 7 ayat (1) disampaikan bahwa emiten atau perusahaan publik
wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
paling lambat pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tahun buku berakhir.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan peraturan baru Nomor :
29/POJK.04/2016 tentang laporan tahunan emiten atau perusahaan publik pada
pasal 19 ayat (1) disampaikan bahwa dengan tidak mengurangi ketentuan pidana
di bidang Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan berwenang mengenakan sanksi
administratif terhadap setiap pihak yang melanggar ketentuan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan ini, termasuk pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran
ketentuan tersebut, berupa :
1. Peringatan tertulis
2. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu
3. Pembatasan kegiatan usaha
4. Pembekuan kegiatan usaha
5. Pencabutan izin usaha
6. Pembatalan persetujuan
7. Pembatalan pendaftaran
Perautan mengenai sanksi atas keterlambatan dalam penampaian laporan
keuangan diatur dalam Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta nomor : KEP307/BEJ/07-2004, yaitu seperti berikut :
1. Peringatan tertulis I, atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan
sampai 30 hari kalender terhitung sejak lampaunya batas waktu
penyampaian laporan keuangan.
2. Peringatan tertulis II dan denda sebesar Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah), apabila mulai hari kalender ke-31 hingga hari kalender ke-60
sejak lampaunya batas waktu penyampaian laporan keuangan, perusahaan
tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian laporan keuangan.
3. Peringatan tertulis III dan tambahan denda sebesar Rp. 150.000.000
(seratus lima puluh juta rupiah), apabila mulai hari kalender ke-61 hingga
kalender ke 90 sejak lampaunya batas waktu penyampaian laporan
keuangan,
perusahaan
tercatat
tetap
tidak
memenuhi
kewajiban
penyampaian laporan keuangan atau menyampaiakan laporan keuangan
namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda.
4. Suspensi, apabila mulai hari kalender ke-91 sejak lampaunya batas waktu
penyampaian laporan keuangan, perusahaan tercatat tetap tidak memenuhi
kewajiban penyampaian laporan keuangan dan atau perusahaan tercatat
telah menyampaiakan laporan keuangan namun tidak memenuhi
kewajiban membayar denda.
2.1.2.3 Pengukuran Audit Delay
Pengukuran audit delay didasarkan atas batas waktu penyampaian laporan
keuangan tahunan perusahaan yaitu paling lambat pada akhir bulan keempat (120
hari) setelah tahun buku berakhir. Audit delay dalam penelitian ini diukur
berdasarkan dari jumlah hari yang diperoleh dari selisih hari antara tanggal tutup
buku perusahaan (31 Desember) sampai dengan tanggal laporan audit indepnden
dikeluarkan dan ditandatangi (Apriyana dan Rahmawati, 2017:113).
2.1.3
Audit Tenure
2.1.3.1 Pengertian Audit Tenure
Menurut Praptika dan Rasmini (2016:206) menyebutkan bahwa audit
tenure adalah sebagai beriktu :
"Audit tenure adalah jangka waktu sebuah akuntan publik atau kantor
akuntan publik melakukan perikatan terhadap kliennya dalam memberikan
jasa audit laporan keuangan."
Menurut Lestari dan Saitri (2017:6) menyebutkan bahwa audit tenure
adalah sebagai beriktu :
"Audit tenure didefinisikan sebagai lamanya suatu KAP melakukan suatu
perikatan dengan kliennya."
Menurut Wulandari dan Wiratmaja (2017:704) menyebutkan bahwa audit
tenure adalah sebagai beriktu :
"Audit tenure adalah lamanya masa perikatan kerja auditor dengan
kliennya dalam pemeriksaan laporan keuangan."
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa
audit tenure merupakan lamanya hubungan kerja antara perusahaan dengan
akuntan publik atau kantor akuntan publik yang sama selama waktu tertentu
dalam memberikan jasa audit laporan keuangan.
2.1.3.2 Ketentuan Audit Tenure
Menurut Peraturan Mentri Keuangan nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 ayat
1 bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas
dilakukan oleh :
1. KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut
2. Seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturutturut.
Menurut Peraturan Mentri Keuangan nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 ayat
2 dan 3 bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu
entitas dilakukan oleh :
1. Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk
klien setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas
laporan keuangan klien tersebut.
2. Jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali kepada
klien yang sama melalui KAP setelah 1 (satu) tahun buku tidak diberikan
melalui KAP tersebut.
Dikelaurkannya peraturan baru mengenai praktik akuntan publik diatur
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 tahun 2015 tentang
praktik akuntan publik. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 tahun
2015 tentang praktik akuntan publik pasal 11 ayat 1 dan 4 bahwa pemberian jasa
audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh :
1. Pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis terhadap suatu
entitas oleh seorang Akuntan Publik dibatasi paling lama untuk 5 (lima)
tahun buku berturut-turut.
2. Akuntan Publik dapat memberikan kembali jasa audit atas informasi
keuangan historis terhadap entitas setelah 2 (dua) tahun buku berturutturut tidak memberikan jasa tersebut.
Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 tahun 2015 hanya berlaku
untuk akuntan publik, sementara untuk Kantor Akuntan Publik sudah tidak
dibatasi dalam memebrika jasa audit umum atas laporan keuangan.
2.1.3.3 Pengukuran Audit Tenure
Penggukuran audit tenure didasarkan atas pemberian jasa audit umum atas
laporan keuangan oleh akuntan publik kepada perusahaan. Audit tenure dalam
penelitian ini diukur berdasarkan lamanya hubungan auditor dengan klien
(Pradnyaniti dan Suardikha, 2019:210).
2.1.4
Profitabilitas
2.1.4.1 Pengertian Rasio Profitabilitas
Menurut Fahmi (2014:135) menyebutkan bahwa profitabilitas adalah
sebagai berikut :
"Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang
ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi."
Menurut Kasmir (2015:196) menyebutkan bahwa profitabilitas adalah
sebagai berikut :
"Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan."
Sedangkan menurut Hery (2016:152) menyebutkan bahwa profitabilitas
adalah sebagai berikut :
"Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal
bisnisnya."
Dari pengertian-pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa rasio
profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dan
keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba yang hubungannya dengan
penjualan, aktiva maupun investasi.
2.1.4.2 Tujuan Penggunaan Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2015:197) menyebutkan bahwa tujuan penggunaan rasio
profitabilitas bagi pihak perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu
sebagai berikut :
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri.
2.1.4.3 Manfaat Penggunaan Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2015:198) menyebutkan bahwa manfaat yang diperoleh
dari penggunaan rasio profitabilitas bagi pihak perusahaan maupun bagi pihak
luar perusahaan yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode.
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sebelumnya
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
2.1.4.4 Pengukuran Rasio Profitabilitas
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio
return on asset (ROA). Menurut Kasmir (2015:201) menyebutkan bahwa return on
asset (ROA) adalah sebagai berikut :
"Return on asset merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total
aset yang dimiliki."
Menurut Fahmi (2014:135) menyebutkan bahwa return on asset (ROA)
adalah sebagai berikut :
"Return on asset
kemampuan
merupakan rasio yang mengukur sejauh mana
perusaahaan
menghasilkan
dipergunakan dalam perusahaan."
laba
dari
aktiva
yang
Dari pengertian-pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa return on asset
merupakan rasio yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan yang dilihat dari segi aset perusahaan tersebut. Menurut
Kasmir (2015:201) return on asset dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.1.5
Solvabilitas
2.1.5.1 Pengertian Solvabilitas
Menurut Hanafi dan Halim (2014:40) menyebutkan bahwa rasio
solvabilitas adalah sebagai berikut :
"Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kemampuan jangka panjangnya. Perusahaan yang
tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar
dibandingkan dengan total asetnya."
Menurut Kasmir (2015:151) meyebutkan bahwa rasio solvabilitas adalah
sebagai berikut :
"Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang."
Menurut Hery (2016:70) meyebutkan bahwa rasio solvabilitas adalah
sebagai berikut :
"Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar beban utang yang harus ditanggung perusahaan dalam rangka
pemenuhan aset."
Menurut
Arief
dan
Edi
(2016:57)
meyebutkan
bahwa
rasio
solvabilitas adalah sebagai berikut :
"Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur sejauh mana pembelanjaan
dilakukan oleh hutang yang dibandingkan dengan modal, dan kemampuan
untuk membayar bunga dan beban tetap lain."
Dari pengertian-pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa rasio
solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
beban utang yang harus ditanggung perusahaan dalam rangka pemenuhan aset.
Dalam arti luas, rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka
pendek maupun kewajiban jangka panjang.
2.1.5.2 Tujuan dan Manfaat Solvabilitas
Menurut Kasmir (2015:153) menyebutkan bahwa tujuan rasio solvabilitas
yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak
lainnya (kreditor).
2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap
dengan modal.
4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap
pengelolaan aktiva.
6. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang disajikan jaminan utang jangka panjang.
7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat
sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.
Menurut
Kasmir
(2015:153)
menyebutkan
bahwa
manfaat
rasio
solvabilitas yaitu sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban
kepada pihak lainnya.
2. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
3. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva
tetap dengan modal.
4. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva.
6. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
7. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada
terdapat sekian kalinya modal sendiri.
Menurut Hery (2016:164) tujuan dan manfaat rasio solvabilitas secara
keseluruhan yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui posisi total kewajiban perusahaan kepada kreditor,
khususnya jika dibandingkan dengan jumlah aset atau modal yang dimiliki
perusahaan.
2. Untuk mengetahui posisi kewajiban jangka panjang perusahaan terhadap
jumlah modal yang dimiliki perusahaan.
3. Untuk menilai kemampuan aset perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajiban, termasuk kewajiban yang bersifat tetap, seperti pembayaran
angsuran pokok pinjaman beserta bunganya secara berkala.
4. Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang.
5. Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh modal.
6. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang terhadap pembiayaan aset
perusahaan.
7. Untuk menilai seberapa besar pengaruh modal terhadap pembiayaan aset
perusahaan.
8. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah aset yang dijadikan
sebagai jaminan utang bagi kreditor.
9. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah aset yang dijadikan
sebagai jaminan modal bagi pemilik atau pemegang saham.
10. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan
sebagai jaminan utang.
11. Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan
sebagai jaminan utang jangka panjang.
12. Untuk menilai sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan (yang
diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak) dalam membayar bunga
pinjaman.
13. Untuk menilai sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan (yang
diukur dari jumlah laba operasional) dalam melunasi seluruh kewajiban.
2.1.5.3 Pengukuran Solvabilitas
Solvabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio bahwa
debt to asset ratio (DAR). Menurut Sutrisno (2012:217) menyebutkan bahwa debt
to asset ratio adalah sebagai berikut :
"Debt to asset ratio merupakan imbangan hutang yang dimiliki
perusahaan dengan total aktiva perusahaan."
Menurut Harahap (2013:304) menyebutkan bahwa debt to asset ratio
adalah sebagai berikut :
"Debt to asset ratio adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana utang
dapat ditutupi oleh aktiva lebih besar rasionya lebih aman (solvable). Bisa
juga dibaca beberapa porsi utang dibandingkan aktiva."
Menurut Kasmir (2015:156) menyebutkan bahwa debt to asset ratio
adalah sebagai berikut :
"Debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk
mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva."
Dari pengertian-pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa debt to assets
ratio merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Menurut Kasmir (2015:156) debt to
asset ratio dirumuskan sebagai berikut :
2.1.6
Ukuran Perusahaan
2.1.6.1 Pengertian Ukuran Perusahaan
Menurut Riyanto (2014:343) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan
yaitu sebagai berikut :
"Ukuran perusahan adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya
nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva."
Menurut Brigham dan Houston (2014:234) menyebutkan bahwa ukuran
perusahaan yaitu sebagai berikut :
"Ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun
yang bersangkutan sampai beberapa tahun."
Menurut Sawir (2015:102) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan yaitu
sebagai berikut :
"Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecil perusahaan menurut beberapa cara seperti berdasarkan
penjualan, total aktiva, tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya
berkorelasi tinggi."
Dari pengertian-pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa ukuran
perusahaan adalah skala besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari
nilai ekuiti, nilai penjualan atau nilai aktiva.
2.1.6.2 Jenis Ukuran Perusahaan
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 ukuran perusahaan
diklasifikasikan ke dalam 4 kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha
menengah, dan usaha besar. Adapun klasifikasi ukuran perusahaan yang diatur
dalam UU Nomor 20 tahun 2008 Pasal 1 adalah sebagai berikut :
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih
besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara
atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan
ekonomi di Indonesia.
Kriteria ukuran perusahaan yang diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2008
Pasal 6 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Kriteria Ukuran Perusahaan
Kriteria
Ukuran Perusahaan Aset (tidak termasuk tanah
Penjualan Tahunan
dan bangunan)
Usaha Mikro
Maksimal 50 juta
Maksimal 300 juta
Usaha Kecil
>50 juta-500 juta
>300 juta-2,5 M
Usaha Menengah
>500 juta-10 M
2,5 M-50 M
Usaha Besar
>10M
>50 M
Sumber: UU No.20 Tahun 2008
Ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar
(large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small
firm). Berdasarkan pasal 3 ayat 1, 2, dan 3 dari Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia tanggal 16 September 2009 No.46/M-DAG/PER/9/2009 yang
mulai diberlakukan efektif sejak tanggal 1 Juli 2010, bahwa perusahaan
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Klasifikasi perusahaan kecil, adalah untuk perusahaan dengan kekayaan
bersih
lebih
dari
Rp.50.000.000,
sampai
dengan
maksimum
Rp.500.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan
omzet lebih dari Rp.300.000.000 - Rp.2.500.000.000.
2. Klasifikasi perusahaan menengah, adalah untuk perusahaan dengan
kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000 sampai dengan maksimum
Rp.10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan
omzet lebih dari Rp.2.500.000.000 - Rp.50.000.000.000.
3. Klasifikasi perusahaan besar, adalah untuk perusahaan dengan kekayaan
bersih lebih dari Rp.10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha. Dan omzet di atas Rp.50.000.000.000.
2.1.6.3 Pengukuran Ukuran Perusahaan
Penelitian ukuran perusahaan dapat menggunakan tolak ukur aset. Total
aset dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya
perusahaan tersebut semakin besar (Prasetyantoko, 2008:257). Ukuran aktiva
digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran aktiva tersebut diukur
sebagai logaritma dari total aktiva (Jogiyanto, 2014:282). Menurut Sudirham
(2015:1) menyebutkan bahwa logaritma ntural adalah logaritma dengan
menggunakan basis bilangan e. Bilangan e ini, seperti halnya bilangan π, adalah
bilangan nyata dengan desimal tak terbatas. Natural log dalam penelitian ini
dirumuskan dalam Ln (x) atau Ln (total asset). Sedangkan untuk cara
menghitungnya menggunakan microsoft excel dengan rumus Ln (total asset).
Menurut Jogiyanto (2014:282) perhitungan ukuran perusahaan yang dapat
dirumuskan yaitu sebagai berikut :
Ukuran Perusahaan = Ln (total asset)
2.1.7
Penelitian Terdahulu
Di bawah ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
Penelitian I
Judul
: Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan
dan Ukuran Kap Terhadap Audit Delay
Penulis
: Nurahman Apriyana
Literatur
: Jurnal Nominal / Volume Vi Nomor 2 / Tahun 2017
Populasi dan Sampel : Perusahaan Properti dan Real Estate
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP
Teknik Analisis Data : Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
: Hasil penelitian menunjukan bahwa solvabilitas dan
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
Sedangkan
profitabilitas
dan
ukuran
kap
tidak
berpengaruh terhadap audit delay.
Penelitian II
Judul
: Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Opini Auditor,
Ukuran Perusahaan, dan Reputasi Auditor Terhadap
Audit Delay
Penulis
: Kiki Prasilya Putri
Literatur
: Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 9 (2015)
Populasi dan Sampel : Perusahaan Manufaktur
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Profitabilitas, Solvabilitas, Opini Auditor, Ukuran Perusahaan,
dan Reputasi Auditor
Teknik Analisis Data : Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
: Hasil penelitian menunjukan bahwa solvabilitas dan
reputasi auditor berpengaruh terhadap audit delay.
Sedangkan profitabilitas, opini auditor, dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Penelitian III
Judul
: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Jenis Opini Auditor,
Ukuran Kap dan Audit Tenure Terhadap Audit Delay
Penulis
: Dea Annisa
Literatur
: Jurnal Akuntansi Berkelanjutan Indonesia Vol.1 No.1
Januari 2018
Populasi dan Sampel : Perusahaan Manufaktur
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Ukuran Perusahaan, Jenis Opini Auditor, Ukuran Kap dan Audit
Tenure
Teknik Analisis Data : Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
: Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis opini auditor dan
audit tenure berpengaruh terhadap audit delay. Sedangkan
ukuran perusahaan dan ukuran kap berpengaruh terhadap
audit delay.
Penelitian IV
Judul
:
Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Solvabilitas,
Kualitas
Auditor
dan
Audit
Tenure
Terhadap Audit Delay
Penulis
: Kadek Ayu Nia Mas Lestari dan Putu Wenny Saitri
Literatur
: Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi Vol. 23, No. 1,
Juni 2017, hal 1 - 11
Populasi dan Sampel : Perusahaan Manufaktur
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, Kualitas Auditor
dan Audit Tenure
Teknik Analisis Data : Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
: Hasil penelitian menunjukan bahwa profitabilitas, kualitas
auditor, dan audit tenure berpengaruh terhadap audit
delay. Sedangkan ukuran perusahaan dan solvabilitas tidak
berpengaruh terhadap audit delay.
Penelitian V
Judul
: Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Umur
Perusahaan,
Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Kap, dan Opini
Auditor Terhadap Audit Delay
Penulis
: Fitria Ingga Saemargani dan Rr. Indah Mustikawati
Literatur
: Jurnal Nominal / Volume IV Nomor 2 / Tahun 2015
Populasi dan Sampel : Perusahaan LQ 45
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas,
Ukuran Kap, dan Opini Auditor
Teknik Analisis Data : Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
:
Hasil penelitian menunjukan bahwa umur perusahaan
dan
profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
Sedangkan ukuran perusahaan, solvabilitas, ukuran kap,
dan opini auditor terhadap audit delay.
Penelitian VI
Judul
: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas,
Opini Auditor, dan Kualitas Audit Terhadap Audit Delay
Penulis
: Amalia Dewi Anggraeni, Abrar Oemar, Kharis Raharjo
Literatur
: Jurnal Akuntansi Universitas Pandanaran Semarang
Populasi dan Sampel : Perusahaan Property dan Real Estate
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, Opini Auditor,
dan Kualitas Audit
Teknik Analisis Data : Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
: Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas audit
berpengaruh terhadap audit delay. Sedangkan ukuran
perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, dan opini auditor
tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Penelitian VII
Judul
: Pengaruh Audit Tenure dan Ukuran Perusahaan Klien
Terhadap Audit Delay Dengan Financial Distress Sebagai
Pemoderasi
Penulis
: Ni Putu Intan Wulandari dan I Dewa Nyoman Wiratmaja
Literatur
: E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 21. 1.
Oktober (2017): 701-729. ISSN: 2302-8556
Populasi dan Sampel : Perusahaan Manufaktur
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Audit Tenure dan Ukuran Perusahaan
Teknik Analisis Data : Moderated Regression Analysis (MRA)
Hasil Penelitian
: Hasil penelitian menunjukan bahwa audit tenure dan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
Penelitian VIII
Judul
: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Reputasi
Kap dan Umur Perusahaan Terhadap Audit Delay
Penulis
: Mega Ayunda Agustin, Majidah, dan Eddy Budiono
Literatur
: e-Proceeding of Management : Vol.5, No.1 Maret 2018 |
Page 520
Populasi dan Sampel : Perusahaan Manufaktur
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Reputasi Kap dan Umur
Perusahaan
Teknik Analisis Data : Analisis Regresi Data Panel
Hasil Penelitian
: Hasil penelitian menunjukan bahwa solvabilitas dan umur
perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Sedangkan
ukuran perusahaan dan reputasi kap tidak berpengaruh
terhadap audit delay.
Penelitian IX
Judul
: Pengaruh Audit Tenure dan Auditor Switching Pada Audit
Delay Dengan Financial Distress Sebagai Variabel
Pemoderasi
Penulis
: Luh Putu Yanti Pradnyaniti dan I Made Sadha Suardikha
Literatur
: E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 26.3. Maret
(2019): 2098 -2122
Populasi dan Sampel : Perusahaan Pertambangan
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Audit Tenure dan Auditor Switching
Teknik Analisis Data : Moderated Regression Analysis (MRA)
Hasil Penelitian
: Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
audit
tenure
berpengaruh terhadap audit delay. Sedangkan auditor
switching tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Penelitian X
Judul
: Pengaruh Audit Tenure, Pergantian Auditor dan Financial
Distress Pada Audit Delay
Penulis
: Putu Yulia Hartanti Praptika dan Ni Ketut Rasmini
Literatur
: E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.15.3. Juni
(2016): 2052­2081
Populasi dan Sampel : Perusahaan Consumer Goods
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Audit Tenure, Pergantian Auditor dan Financial Distress
Teknik Analisis Data : Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
: Hasil penelitian menunjukan bahwa pergantian auditor
dan financial distress berpengaruh terhadap audit delay.
Sedangkan auditor tenure tidak berpengaruh terhadap
audit delay.
Penelitian XI
Judul
: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, dan
Profitabilitas terhadap Audit Delay
Penulis
: Petrus Gani
Literatur
: Jurnal Ilmiah Core IT e-ISSN: 2548-3528 p-ISSN: 23391766
Populasi dan Sampel : Perusahaan Perbankan
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, dan Profitabilitas
Teknik Analisis Data : Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
: Hasil penelitian menunjukan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap audit delay. Sedangkan ukuran
perusahaan dan solvabilitas tidak berpengaruh terhadap
audit delay.
Penelitian XII
Judul
: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas,
dan Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Audit Delay
Penulis
: Elia Galuh Candraningtiyas, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati, dan Made Arie Wahyuni
Literatur
: Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
Populasi dan Sampel : Perusahaan Perbankan
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, dan Ukuran
Kantor Akuntan Publik
Teknik Analisis Data : Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
: Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan,
profitabilitas, solvabilitas, dan ukuran kantor akuntan
publik berpengaruh terhadap audit delay.
Penelitian XIII
Judul
: Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas dan Opini Audit
Terhadap Audit Delay
Penulis
: Eva Marin Sambo dan Sri Wahyuningsi
Literatur
: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan Volume 3 Nomor
1, Desember 2016
Populasi dan Sampel : Perusahaan Jasa
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Profitabilitas, Solvabilitas dan Opini Audit
Teknik Analisis Data : Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
: Hasil
penelitian
berpengaruh
menunjukan
terhadap
audit
bahwa
solvabilitas
delay.
Sedangkan
profitabilitas dan opini audit tidak berpengaruh terhadap
audit delay.
Penelitian XIV
Judul
: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Profitabilitas,
dan Umur Listing Perusahaan Terhadap Audit Delay
Penulis
: Firdha Rizky Ramadhany, Leny Suzan, dan Vaya Juliana
Dillak
Literatur
: e-Proceeding of Management : Vol.5, No.1 Maret 2018
Populasi dan Sampel : Perusahaan Jasa
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Profitabilitas, Solvabilitas dan Opini Audit
Teknik Analisis Data : Analisis Regresi Data Panel
Hasil Penelitian
: Pengaruh ukuran perusahaan, solvabilitas, profitabilitas,
dan umur listing perusahaan terhadap audit delay.
Penelitian XV
Judul
: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas,
Opini Auditor dan Kualitas Auditor Terhadap Audit Delay
Penulis
: Barjono dan Mohamad Zulman Hakim
Literatur
: Jurnal Universitas Pamulang ISSN : 977 25993430 04
Populasi dan Sampel : Perusahaan Tambang Batubara
Variabel
:
1. Dependen : Audit Delay
2. Independen : Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Profitabilitas, dan Umur Listing
Perusahaan
Teknik Analisis Data : Analisis Regresi Data Panel
Hasil Penelitian
: Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
profitabilitas
berpengaruh terhadap audit delay. Sedangkan solvabilitas,
opini auditor dan kualitas auditor tidak berpengaruh
terhadap audit delay.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diringkas dalam tabel penelitian
terdahulu yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1.
Peneliti
Apriyana
(2017)
Judul Penelitian
Pengaruh
profitabilitas,
solvabilitas,
ukuran
perusahaan, dan
ukuran
kap
terhadap
audit
delay
Hasil Penelitian
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
solvabilitas dan ukuran
perusahaan
berpengaruh terhadap
audit delay. Sedangkan
profitabilitas
dan
ukuran
kap
tidak
berpengaruh terhadap
audit delay
2.
Putri
(2015)
Pengaruh
profitabilitas,
solvabilitas, opini
auditor,
ukuran
perusahaan, dan
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
solvabilitas
dan
reputasi
auditor
berpengaruh terhadap
Persamaan dan Perbedaan
Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan
variabel
independen
yaitu
profitabilitas, solvabilitas, dan
ukuran perusahaan serta variabel
dependen yaitu audit delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
profitabilitas, solvabilitas, dan
ukuran perusahaan sedangkan pada
penelitian ini menggunakan ukuran
kap.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan
variabel
independen
yaitu
profitabilitas, solvabilitas, dan
ukuran perusahaan serta variabel
No
Peneliti
Judul Penelitian
reputasi auditor
terhadap
audit
delay
Hasil Penelitian
audit delay. Sedangkan
profitabilitas,
opini
auditor, dan ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh terhadap
audit delay
3.
Annisa
(2018)
Pengaruh ukuran
perusahaan, jenis
opini
auditor,
ukuran kap dan
audit
tenure
terhadao
audit
delay
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
jenis opini auditor dan
audit
tenure
berpengaruh terhadap
audit delay. Sedangkan
ukuran perusahaan dan
ukuran
kap
berpengaruh terhadap
audit delay
4.
Lestari dan Saitri
(2017)
Analisis pengaruh
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
solvabilitas,
kualitas auditor,
dan audit tenure
terhadap
audit
delay
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
profitabilitas, kualitas
auditor,
dan
audit
tenure
berpengaruh
terhadap audit delay.
Sedangkan
ukuran
perusahaan
dan
solvabilitas
tidak
berpengaruh terhadap
audit delay.
5.
Saemargani dan
Mustikawati
(2015)
Pengaruh ukuran
perusahaan, umur
perusahaan,
profitabilitas,
solvabilitas,
ukuran kap, dan
opini
auditor
terhadap
audit
delay
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
umur perusahaan dan
profitabilitas
berpengaruh terhadap
audit delay. Sedangkan
ukuran
perusahaan,
solvabilitas,
ukuran
kap, dan opini auditor
terhadap audit delay.
6.
Anggraeni dkk
(2017)
Pengaruh ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
solvabilitas, opini
auditor,
dan
kualitas
audit
terhadap
audit
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
kualitas
audit
berpengaruh terhadap
audit delay.
Sedangkan
ukuran
perusahaan,
Persamaan dan Perbedaan
dependen yaitu audit delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
profitabilitas, solvabilitas, dan
ukuran perusahaan sedangkan pada
penelitian ini menggunakan opini
auditor dan reputasi auditor.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan
variabel independen yaitu ukuran
perusahaan dan audit tenure serta
variabel dependen yaitu audit
delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
ukuran perusahaan dan audit tenure
sedangkan pada penelitian ini
menggunakan jenis opini auditor
dan ukuran kap.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan
variabel
independen
yaitu
profitabilitas dan audit tenure serta
variabel dependen yaitu audit
delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
profitabilitas dan audit tenure
sedangkan pada penelitian ini
menggunakan kualitas auditor.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan
variabel
independen
yaitu
profitabilitas, solvabilitas, dan
ukuran perusahaan serta variabel
dependen yaitu audit delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
profitabilitas, solvabilitas, dan
ukuran perusahaan sedangkan pada
penelitian ini menggunakan umur
perusahaan, ukuran kap, dan opini
auditor.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan
variabel
independen
yaitu
profitabilitas, solvabilitas, dan
ukuran perusahaan serta variabel
dependen yaitu audit delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
No
Peneliti
Judul Penelitian
delay
Hasil Penelitian
profitabilitas,
solvabilitas, dan opini
auditor
tidak
berpengaruh terhadap
audit delay.
7.
Wulandari dan
Wiratmaja
(2017)
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
audit tenure dan ukuran
perusahaan
berpengaruh terhadap
audit delay.
8.
Agustin dkk
(2018)
Pengaruh
audit
tenure dan ukuran
perusahaan klien
terhadap
audit
delay
dengan
financial distress
sebagai
pemoderasi
Audit delay :
ukuran
perusahaan,
solvabilitas,
reputasi kap dan
umur perusahaan
terhadap
audit
delay
9.
Pradnyaniti dan
Suardikha
(2019)
Pengaruh
audit
tenure dan auditor
switching
pada
audit
delay
dengan financial
distress sebagai
variabel
pemoderasi
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
audit
tenure
berpengaruh terhadap
audit
delay.
Sedangkan
auditor
switching
tidak
berpengaruh terhadap
audit delay
10.
Praptika dan
Rasmini
(2016)
Pengaruh
audit
tenure, pergantian
auditor
dan
financial distress
pada audit delay
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
pergantian auditor dan
financial
distress
berpengaruh terhadap
audit delay.
Sedangkan
auditor
tenure
tidak
berpengaruh terhadap
audit delay
11.
Gani
(2019)
Pengaruh ukuran
perusahaan,
solvabilitas, dan
profitabilitas
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
profitabilitas
berpengaruh terhadap
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
solvabilitas dan umur
perusahaan
berpengaruh terhadap
audit delay.
Sedangkan
ukuran
perusahaan
dan
reputasi kap tidak
berpengaruh terhadap
audit delay.
Persamaan dan Perbedaan
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
profitabilitas, solvabilitas, dan
ukuran perusahaan sedangkan pada
penelitian
ini
menggunakan
kualitas audit dan opini auditor.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan
variabel independen yaitu audit
tenure dan ukuran perusahaan serta
variabel dependen yaitu audit
delay.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan
variabel
independen
yaitu
profitabilitas
dan
ukuran
perusahaan serta variabel dependen
yaitu audit delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
profitabilitas
dan
ukuran
perusahaan
sedangkan
pada
penelitian ini menggunakan umur
perusahaan dan reputasi kap.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan
variabel independen yaitu audit
tenure serta variabel dependen yaitu
audit delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
audit tenure sedangkan pada
penelitian ini menggunakan auditor
switching.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan
variabel independen yaitu audit
tenure serta variabel dependen yaitu
audit delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
audit tenure sedangkan pada
penelitian
ini
menggunakan
pergantian auditor dan financial
distress.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah
sama-sama
ukuran
perusahaan,
solvabilitas,
dan
profitabilitas
serta
variabel
No
Peneliti
Judul Penelitian
terhadap
audit
delay
Hasil Penelitian
audit
delay.
Sedangkan
ukuran
perusahaan
dan
solvabilitas
tidak
berpengaruh terhadap
audit delay
12.
Candraningtiyas
dkk
(2017)
Pengaruh ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
solvabilitas, dan
ukuran
kantor
akuntan
publik
terhadap
audit
delay
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
solvabilitas, dan ukuran
kantor akuntan publik
berpengaruh terhadap
audit delay.
13.
Sambo dan
Wahyuningsi
(2016)
Pengaruh
profitabilitas,
solvabilitas dan
opini audit
terhadap
audit
delay
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
solvabilitas
berpengaruh terhadap
audit delay.
Sedangkan
profitabilitas dan opini
audit
tidak
berpengaruh terhadap
audit delay
14.
Ramadhany dkk
(2018)
Pengaruh ukuran
perusahaan,
solvabilitas,
profitabilitas, dan
umur
listing
perusahaan
terhadap
audit
delay
15
Barjono dan
Hakim
(2018)
Pengaruh ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
solvabilitas, opini
auditor
dan
kualitas auditor
terhadap
audit
delay
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
umur
listing
perusahaan
berpengaruh terhadap
audit delay.
Sedangkan
ukuran
perusahaan,
solvabilitas,
dan
profitabilitas
tidak
berpengaruh terhadap
audit delay
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
profitabilitas
berpengaruh terhadap
audit delay.
Sedangkan solvabilitas,
opini
auditor
dan
kualitas auditor tidak
berpengaruh terhadap
audit delay
Persamaan dan Perbedaan
dependen yaitu audit delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
ukuran perusahaan, solvabilitas,
dan profitabilitas sedangkan pada
penelitian ini menggunakan tidak
menggunakan variabel audit tenure.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah
sama-sama
ukuran
perusahaan,
solvabilitas,
dan
profitabilitas
serta
variabel
dependen yaitu audit delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
ukuran perusahaan, solvabilitas,
dan profitabilitas sedangkan pada
penelitian ini menggunakan ukuran
kantor akuntan publik.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama-sama profitabilitas dan
solvabilitas serta variabel dependen
yaitu audit delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
profitabilitas
dan
solvabilitas
sedangkan pada penelitian ini
menggunakan opini audit.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah
sama-sama
ukuran
perusahaan,
solvabilitas,
dan
profitabilitas
serta
variabel
dependen yaitu audit delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
ukuran perusahaan, solvabilitas,
dan profitabilitas sedangkan pada
penelitian ini menggunakan umur
listing perusahaan.
Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama-sama solvabilitas dan
profitabilitas
serta
variabel
dependen yaitu audit delay.
Perbedaaan dalam penelitian ini
adalah
dalam
penelitian
sebelumnya menggunakan variabel
solvabilitas
dan
profitabilitas
sedangkan pada penelitian ini
menggunakan opini auditor dan
kualitas auditor.
2.2
Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antar variabel yang diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2017:60). Di bawah ini akan
dijelaskan kerangka hubungan antar variabel yaitu sebagai berikut :
2.2.1
Pengaruh Audit Tenure Terhadap Audit Delay
Audit tenure adalah jangka waktu sebuah akuntan publik atau kantor
akuntan publik melakukan perikatan terhadap kliennya dalam memberikan jasa
audit laporan keuangan (Praptika dan Rasmini, 2016:206). Seorang auditor yang
memiliki penugasan cukup lama dengan perusahaan klien akan mendorong
terciptanya pengetahuan bisnis sehingga memungkinkan auditor untuk merancang
program audit yang efektif dan laporan keuangan audit yang berkualitas tinggi.
Semakin lama masa penugasan antara auditor dengan perusahaan klien yang
memberikan tugas, maka memungkinkan auditor untuk mengenali perusahaan
klien sehingga akan mempersingkat waktu penyelesaian audit dan dapat
menyelesaikan laporan keuangan auditan secara tepat waktu (Lestari dan Saitri,
2017:5).
Lamanya suatu perusahaan menjadi klien KAP, maka akuntan publik tidak
perlu lagi memahami karakteristik perusahaan, sistem pengendalian internal
perusahaan dan sebagainya. Semakin meningkatnya audit tenure maka
pemahaman auditor atas operasi, risiko bisnis, serta sistem akuntansi perusahaan
akan turut meningkat sehingga menghasilkan proses audit yang lebih efisien.
Sebaliknya, apabila auditor melakukan perikatan audit pada klien yang baru maka
rentang waktu penyelesaian audit akan lebih panjang (Wulandari dan Wiratmaja,
2017:712). Semakin panjang masa audit mengakibatkan auditor akan semakin
banyak memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai karakteristik klien serta
operasional bisnis kliennya. Hal ini akan menciptakan efisiensi yang semakin
meningkat sehingga waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian audit atas
laporan keuangan akan semakin lebih cepat diselesaikan dengan kata lain audit
delay semakin pendek (Annisa,2018:113).
2.2.2
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Audit Delay
Rasio
profitabilitas
merupakan
rasio
untuk
menilai
kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir, 2015:196).
Profitabilitas yang tinggi berarti perusahaan telah menggunakan aset-asetnya
secara efisien sehingga dapat menghasilkan laba yang tinggi bagi perusahaan
maupun pemegang saham. Jadi, perusahaan memiliki insentif yang besar untuk
menerbitkan laporan keuangan lebih cepat untuk memberikan sinyal positif
kepada para pengguna laporan keuangan khususnya investor Sebaliknya,
perusahaan yang mengalami kerugian akan berusaha memperlambat penerbitan
laporan keuangan auditan. Semakin tinggi profitabilitas, maka semakin pendek
waktu audit delay (Lestari dan Saitri, 2017:4).
Profitabilitas perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Audit Delay.
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi merupakan kabar baik sehingga
perusahaan tidak akan menunda untuk mempublikasikan laporan keuangan perusahaan
tersebut (Hakim, 2018:5)
2.2.2
Pengaruh Solvabilitas Terhadap Audit Delay
Perusahaan yang memiliki hutang dalam jumlah besar akan cenderung
lebih lama dalam menerbitkan laporan keuangan auditannya dibanding dengan
perusahaan yang memiliki saldo hutang dalam jumlah kecil. Hal ini dikarenakan
perusahaan diawasi oleh kreditur. Solvabilitas yang tinggi mengakibatkan
panjangnya waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian audit (Lestari dan Saitri,
2017:4).
2.2.4
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay
Besar kecilnya ukuran perusahaan dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya adalah kompleksitas operasional, variabilitas dan intensitas transaksi
perusahaan tersebut yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecepatan dalam
menyajikan laporan keungan kepada publik. audit delay akan semakin lama
apabila ukuran perusahaan yang akan diaudit semakin besar”. Hal ini berkaitan
dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin
luasnya prosedur yang harus dilakukan auditor (Annisa,2018:112).
Manajemen dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk mempercepat
penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan berskala besar
dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah
sehingga cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk
mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal. Semakin besar ukuran
perusahaan, maka semkin pendek waktu audit delay (Lestari dan Saitri, 2017:4).
Besar kecilnya ukuran perusahaan berpengaruh terhadap lamanya audit delay.
Adanya pengaruh antara ukuran perusahaan dengan audit delay menunjukan
bahwa manajemen perusahaan besar, mempunyai dorongan untuk mengurangi
penundaan laporan keuangan. Hal tersebut bisa disebabkan oleh banyak faktor,
salah satunya yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung
diberikan insentif untuk investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Pihakpihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan
keuangan sehingga membutuhkan proses penyampaian infomasinya kepada
publik secara cepat (Wulandari dan Wiratmaja, 2017:709).
Semakin besar perusahaan maka semakin baik pula pengendalian internal
perusahaan tersebut sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam
penyajian laporan keuangan yang akan memudahkan auditor dalam melakukan
pengauditan atas laporan keuangan tersebut (Saemargani dan Mustikawati,
2015:2).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud menggambarkannya
dalam sebuah bagan kerangka pemikiran sebagai bentuk alur pemikiran peneliti
yaitu sebagai berikut :
2.3
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2017:64). Berdasarkan uraian di
atas, maka hipotesis yang terbentuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Audit tenure berpengaruh terhadap audit delay.
H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
H3 : Solvabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
H5 : Audit tenure, profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap audit delay.
Download