Uploaded by retnofitri2016

LP DM

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS
1. Konsep Teori
A. Definisi
Diabetes militus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Sudoyo dkk,2009).
Klasifikai diabetes millitus (Smeltzer, 2002)
1) Klasifikasi klinis:
a) DM
- Tipe I: IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses
autoimun.
- Tipe II: NIIDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati:
 Tipe II dengan obesitas
 Tipe II tanpa obesitas
b) Gangguan toleransi glukosa
c) Diabetes kehamilan
2) Klasifikasi resiko statistik :
a) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b) Berpotensi menderita kelainan glukosa
B. Etiologi
Etiologi Diabetes Mellitus menurut Nurarif, Amin (2016) dalam Nanda
NIC-NOC adalalah sebagai berikut :
1) Diabetes tipe I (IDDM, Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
a) Faktor genetik : penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi/kecendrungan genetik
kearah terjadinya diabetes tipe I.
b) Faktor immunologi (autoimun) : terdapat suatu respon otoimun yang
merupakan repon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggap seolah-olah jaringan asing.
c) Faktor lingkungan : virus/toksin dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan estruksi sel beta.
2) DM tipe II (NIDDM, Non- Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe
II: usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menajdi
3 yaitu: (SudoyoAru, dkk 2009)
1. <140 mg/dl: Normal
2. 140 - <200 mg/dl: Toleransi glukosa terganggu
3. >200 mg/dl: diabetes
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi
insulin (Price & Wilson, 2006)
1) Kadar glukosa puasa tidak normal
2) Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic
yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus
(polidipsia)
3) Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4) Lelah dan mengantuk
5) Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva.
Kriteria diagnosis DM: (SudoyoAru, dkk 2009)
1) Gejala klasik DM+glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu
3) Gejala klasik DM+Glukosa plasma ≥200 mg/dl (7,0 mmo/L) puasa diartikan
pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
4) Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dl (11,1 mmol/L) TTGO
dilakukan dengan satndar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 gram glukosa anhidrus delarutkan kedlam air
D. Pathway (Nanda NIC-NOC, 2016)
E. Pemeriksaan penunjang (Sudoyo, dkk 2009)
1) Kadar glukosa darah
Tabel: kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa darah
DM
Belum pasti DM
Plasma vena
>200
100-200
Darah kapiler
>200
80-100
Sewaktu
Kadar glukosa darah Puasa (mg/dl)
DM
Belum pasti DM
Plasma vena
>120
110-120
Darah kapiler
>110
90-110
Kadar glukosa darah
Puasa
2) Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
a) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b) Glukosa plasma puasa>140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp)> 200 mg/dl).
3) Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi
4) Tes saring
Tes saring pada DM adalah:
a) GDP, GDS
b) Tes glukosa urin:
 Tes konvensional (metode reduksi/benedict)
 Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)
5) Tes diagnostik
Tes-tes diagnostik pada DM adalah: GDP, GDS,GD2PP (Glukosa Darah 2
Jam Post Prandial), Glukosa jam ke-2 TTGD
6) Tes monitoring terapi DM adalah:
a) GDP: plasma vena, darah kapiler
b) GD2PP: Plasma vena
c) A1c: darah vena, darah kapiler
7) Tes untuk mrndeteksi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
a) Mikroalbuminuria: urin
b) Ureum, kreatinin, asam urat
c) Kolesterol total: plasma vena (puasa)
d) Kolesterol LDL: plasma vena (puasa)
e) Kolesterol HDL: plasma vena (puasa)
f) Trigliserida: plasma vena (puasa)
F. Penatalaksanaan (Isselbacher,2000)
Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan:
1) Penurunan berat badan yang cepat
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3) Ketoasidosis diabetik (KAD) atau hiperglikemia hiperosmolaritas non
ketokik (HONK)
4) Hiperglikemia dengan asidosis laktat
5) Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6) Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
7) Kehamilan denganDM/diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
8) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
9) Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
2. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
A. Pengkajian
Menurut Doenges, Marlyn (2012), data pengkajian tergantung pada tahap
penyakit dan derajat yang terkena
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Gangguan istirahat/tidur
Tanda : takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,
latergi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot
2) Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat hipertensi, klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki penyembuhannya lama
Tanda : takikardia, perubahan tekanan darah postural; hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan;
bola mata cekung
3) Integritas ego
Gejala : stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang tergantung
pada kondisi
Tanda: ansietas, peka rangsangan
4) Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih, nokturia, rasa nyeri/terbakar. Kesulitan
berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare
Tanda : urine encer, pucata, kuning; poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria jika terjadi hypovolemia berat), urine berkabut, bau busuk
(infeksi), adanya aistes, bising usus lemah dan menurun
5) Makanan atau cairan
Gejala : hilang napsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretic (tiazid)
Tanda : kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan
peningkatan gula darah), bau halitosis/manis, bau buah (napas aseton)
6) Neurosensori
Gejala : pusing, pening, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada
otot, paresthesia, gangguan penglihatan
Tanda : mengantuk, latergi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan memori,
kacau mental, reflek tendon dalam (RTD) menurun, aktivitas kejang (tahap
lanjut dari DKA)
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : abdomen yang tegang/nyeri (sedang atau berat)
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8) Pernafasan
Gejala : merasa kekurangan oksigen,batuk dengan/tanpa sputum purulent
(tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda: lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi
pernafasan
9) Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda :
demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/rentang gerak, parastesia/paralisis otot termasuk otot-otot
pernafasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
10) Seksualitas
Gejala : rabas vagina (cendrung infeksi), masalah impoten pada pria, dan
kesulitan orgasme pada wanita.
11) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : faktor resiko keluarga; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat. Penggunaan obat seperti steroid, diuretic
(tiazid); Dilantin dan fenoabarbital (dapat meiningkatkan kadar glukosa
darah)
Pemeriksaan diagnostik
1) Gula darah meningkat > 200 mg/dl
2) Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok
3) Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
4) Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik)
5) Alkalosis respiratorik
6) Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, menunjukkan respon terhadap stress/infeksi
7) Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi
ginjal
8) Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut
9) Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal
sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin
10) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
11) Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat
12) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pada luka.
B. Diagnosa
Menurut Doenges, Marlyn (2012) diagnosa keperawatan yang sering muncul
pada penderita diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1) Kekurangan volume cairan
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
ekseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
3) Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis)
4) Resiko terhadap gangguan sensori-perseptual b.d ketidakseimbangan
insulin
5) Kelelahan
6) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah
keperifer, proses penyakit (DM)
C. Intervensi
1) Kekurangan volume cairan
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat teraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine
tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi
Rasional
Dapatkan riwayat pasien/orang
Membantu dalam memperkirakan
terdekat sehubungan dengan
kekurangan volume total. Tanda dan
lamanya intensitas dari gejala,
gejala mungkin sudah ada pada
seperti muntah, pengeluaran urine
beberapa waktu sebelumnya
yang sangat berlebihan
(beberapa jamsampai beberapa
hari). Adanya proses infeksi
mengakibatkan demam dan keadaan
hipermetabolik yang meningkatkan
kehilangan air tidak kasatmata
Pantau tanda-tanda vital, catat
Hypovolemia dapat
adanya perubahan tekanan darah
dimanifestasikan oleh hipotensi dan
ortostatik
takikardia. Perkiraan berat
ringannya hypovolemia dapat dibuat
ketika tekanan darah sistolik pasien
turun lebih dari 10 mmHG dari
posisi berbaring ke posisi
duduk/berdiri.
Pola nafas seperti adanya
Paru-paru mengeluarkan asam
pernafasan kusmaul atau
karbonat melalui pernafasan yang
pernafasan yang berbau keton
menghasilkan kompemsasi
alkalosisnrespiratoris terhadap
ketoasidosis. Pernafasan yang
berbau aseton berhubungan
pemecahan asam aseto-asetat dan
harus berkurang bila ketosis harus
terkoreksi
Kaji nadi perifer, pengisian
Merupakan indicator dan tingkat
kapiler, turgor kulit dan membrane
dehidrasi atau volume sirkulasi
mukosa
yang adekuat
Pantau masukan dan pengeluaran.
Memberikan perkiraan kebutuhan
Catat berat jenis urine
akan cairan pengganti, fungsi ginjal,
dan keefektifan dari terapi yang
diberikan
Ukur berat badan setiap hari
Memberikan hasil pengkajian yang
terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya
dalam memberikan cairan pengganti
Pertahankan untuk memberikan
Mempertahankan hidrasi atau
cairan paling sedikit 2500ml/hari
volume sirkulasi
dalam batas yang dapat ditoleransi
jantung jika pemasukan cairan
melalui oral sudah dapat diberikan
Tingkatkan lingkungan yang dapat
Menghindari pemansan yang
menimbulkan rasa nyaman.
berlebihan terhadap pasien lebih
Selimuti pasien dengan selimut
lanjut akan dapat menimbulkan
tipis
kehilangan cairan
Catat hal-hal yang dilaporkan
Kekurangan cairan dan elektrolit
seperti mual, nyeri abdomen,
mengubah motilitas kabung, yang
muntah dan distensi kandung
seringkali akan menimbulkan
kemih
muntah dan cara potensial akan
menimbulkan kekurangan cairan
atau elektrolit
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
Kriteria hasil :
a) Mencerna jumlah kalori atau nutrient yang tepat
b) Menunjukkan tingkat energy biasanya
c) Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang
biasanya atau yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal
Intervensi
Rasional
Timbang berat badan setiap hari atau
Mengkaji pemasukan makanan yang
sesuai indikasi
adekuat termasuk ansorpsi dan
utilisasinya
Tentukan program diet dan pola
Mengidentifikasikan kekurangan dan
makan pasien dan bandingkan dengan
penyimpangan dari kebutuhan
makanan yang dapat dihabiskan
terapeutik
pasien.
Identifikasi makanan yang
Jika makanan yang disukai pasien
disukai/dikehendaki termasuk
dapat dimasukkan dalam perencanaan
kebutuhan etnik/kultur
makan, kerja sama ini dapat
diupayakan setelah pulang
Libatkan keluarga pasien pada
Meningkatkan rasa keterlibatannya;
perencanaan makan ini sesuai dengan
memberikan informasi pada keluarga
indikasi
untuk memahami kebutuhan nutrisi
pasien
Lakukan pemeriksaan gula darah
Analisa di tempat tidur terhadap gula
menggunakan “finger stick”
darah lebih akurat daripada memantau
gula darah dalam urine (reduksi urine)
Berikan pengobatan insulin secara IM
Insulin regular memiliki awitan cepat
dan karenanya dengan cepat pula
membantu memindahkan glukosa ke
dalam darah
3) Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis)
Kriteria hasil :
a) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan risiko
infeksi
b) Mendemonstrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi
Intervensi
Rasional
Observasi tanda-tanda infeksi dan
Pasien mungkin masuk dengan
peradangan seperti demam,
infeksi yang biasanya telah
kemerahan, adanya pus pada luka,
mencetuskan keadaan ketoasidosis
sputum purulent, urine warna
atau dapat mengalami infeksi
keruh atau berkabut
nosocomial
Tingkatkan upaya pencegahan
Mencegah timbulnya infeksi silang
dengan melakukan cuci tangan
(infeksi nosocomial)
yang baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien
termasuk pasiennya sendiri.
Pertahankan tehnik aseptic pada
Kadar glukosa yang tinggi dalam
prosedur invasive (pemasangan
darah akan menjadi media terbaik
infus, kateter folley, dan
bagi pertumbuhan kuman
sebagainya), pemberian obat
intravena dan memberikan
perawatan pemeliharaan
Posisikan pasien pada posisi semi-
Memberikan kemudahan bagi paru
fowler
untuk berkembang; menurunkan
risiko terjadinya aspirasi
Bantu pasien utnuk melakukan
Menurunkan risiko terjadinya
hygiene oral
penyakit mulut/gusi
Anjurkan untuk makan dan minum
Menurunkan kemungkinan
adekuat (pemasukan makanan dan
terjadinya infeksi. Meningkatkan
cairan yang adekuat) (kira-kira
aliran urine untuk mencegah urine
300ml/hari jika tidak ada
yang statis dan membantu dalam
kontraindikasi)
mempertahankan pH/keasaman
urine, yang menurunkan
pertumbuhan bakteri dan
mengeluarkan organisme dari
organ tersebut
4) Resiko terhadap gangguan sensori-perseptual b.d ketidakseimbangan
insulin
Kriteria hasil :
a) Mempertahankan tingkat mental biasanya
b) Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori
Intervensi
Rasional
Pantau tanda-tanda vital dan status
Sebagai dasar untuk
mental
membandingkan temuan abnormal,
seperti suhu yang meningkat dapat
mempengaruhi fungsi mental
Jadwalkan intervensi keperawatan
Meningkatkan tidur, menurunkan
agar tidak mengganggu waktu
rasa letih dan dapat memperbaiki
istirahat pasien
daya pikir
Lindungi pasien dari cedera
Pasien mengalami disorientasi
(gunakan pengikat) ketika tingkat
merupakan awal kemungkinan
kesadaran pasien terganggu.
timbulnya cedera, terutama malam
Berikan bantalan lunak pada pagar
hari dan perlu pemcegahan sesuai
tempat tidur dan berikan jalan
indikasi, munculnya kejang perlu
napas buatan yang lunak jika
diantisipasi untuk mencegah
pasien kemungkinan mengalami
trauma fisik, aspirasi dan
kejang
sebagainya.
Evaluasi lapang pandang
Edema/lepasnya retina, hemoragis,
penglihatan sesuai dengan indikasi
katarak, atau paralisis otot
ekstraokuler sementara
mengganggu penglihatan yang
memerlukan terapi korektif
dan/atau perawatan penyokong
Berikan tempat tidur yang lembut.
Meningkatkan rasa nyaman dan
Pelihara kehangatan kaki/tangan,
menurunkan kemungkinan
hindari terpajan terhadap air panas
kerusakan kulit karena panas.
atau dingin atau penggunaan
Catatan : munculnya dingin secara
bantalan/pemanas
tiba-tiba pada tangan/kaki dapat
mencerminkan adanya
hipoglikemia, yang perlu untuk
melakukan pemeriksaan terhadap
kadar gula darah
Bantu pasien dalam ambulasi dini
Meningkatkan kemanan pasien
atau perubahan posisi
terutama ketika rasa keseimbangan
dipengaruhi
5) Kelelahan
Kriteria hasil :
a) Mengungkapkan peningkatan tingkat energy
b) Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan
Intervensi
Rasional
Diskusikan dengan pasien
Pendidikan dapat memberikan
kebutuhan akan aktivitas. Buat
motivasi untuk meningkatkan
jadwal perencanaan dengan pasien
aktivitas meskipun pasien mungkin
dam identifikasi aktivitas yang
sangat lemah
menimbulkan kelelahan
Berikan aktivitas alternative
dengan periode istirahat yang
cukup/tanpa diganggu
Mencegah kelelahan yang berlebih
Pantau nadi, frekuensi pernafasan
Mengidentifikasi tingkat aktivitas
dan tekanan darah
yang dapat ditoleransi secara
sebelum/sesudah melakukan
fisiologis
aktivitas
Diskusikan cara menghemat kalori
Pasien akan dapat melakukan lebih
selama mandi, berpindah tempat
banyak kegiatan dengan penurunan
dan sebagainya
kebutuhan akan energy pada setiap
kegiatan
Tingkatkan partisipasi pasien
Meningkatkan kepercayaan
dalam melakukan aktivitas sehari-
diri/harga diri yang positif sesuai
hari sesuai dengan yang dapat
tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi
ditoleransi pasien
6) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah
ke perifer, proses penyakit (DM)
Kriteria hasil :
a) Pasien mengungkapkan perasaan nyaman
b) Nadi perifer teraba dan kuat
c) Pasien mempertahankan perfusi jaringan dan oksigenasi sel
Intervensi
Rasional
Tinggikan bagian kepala tempat
Meningkatkan sirkulasi pada
tidur pasien 30 derajat
ekstremitas bawah pasien
Ubah posisi pasien setiap 2 jam
Mengurangi risiko kerusakan kulit
sekali
Pantau tanda-tanda vital
Terjadi perubahan pada tekanan
darah, nadi, respirasi, menandakan
terjadinya gangguan pada tubuh
Gunakan selimut katun tipis untuk
Mengisolasi dari dingin tetapi tidak
menutupi tungkai pasien
menekan dari ekstremitas
Ajarkan pasien untuk melakukan
Dapat membantu sirkulasi kolateral
buerger allen 2x sehari dengan cara pada tungkai psien
meninggikan ekstremitas yang
sakit lebih tinggi dari jantung dan
tahan selama 2 menit
Berikan pendidikan kesehatan pada Memugnkinakn keluarga dan
pasien tentang :
pasien berpartisipasi aktif dalam
1. pentingnya latihan fisik
perawatan dan memungkinkan
2. perlunya menghindari bajunya
pasien untuk membuat lebih
yang sempit/ketat
banyak keputusan berdasarkan
informasi tentang status kesehatan
D. Implementasi Keperawatan
Merupakan tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi keluhan pasien
berdasarkan intrvensi-intervensi yang telah dibuat. Implementasi dilakukan
sesuai dengan intervensi yang dibuat.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan dimana
merupakan proses yang kontinyu yang penting untuk menjamin kualitas dan
ketepatan perawatan yang dilakukan dengan meninjau respon klien untuk
menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.
(Marilyn.E.Doengoes , 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. M., dkk. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Nurarif, H Amin & Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai
Kasus. Jogjakarta : MediAction.
Download