KONSEP KEPERAWATAN A. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas : Umur, Alamat (daerah endemis, lingkungan rumah / sekolah ada yang terkena DB) b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas, muntah, epistaksis, pendarahan gusi. 2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit) : kapan mulai panas? 3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien) 4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetic atau tidak) 5) Riwayat tumbuh kembang: adakah keterlambatan tumbuh kembang? 6) Riwayat imunisasi c. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang badan, usia) 2) Pemeriksaan per system a) System persepsi sensori : (1) Penglihatan: edema palpebra, air mata ada / tidak, cekung / normal (2) Pengecapan: rasa haus meningkat / tidak, tidak lembab / kering b) System persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing c) System pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung, odem pulmo, krakles d) System kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat/tak teraba, kapilary refill lambat, akral hangat/dingin, epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada e) System gastrointestinal : (1) Mulut : membrane mukosa lembab/kering, pendarahan gusi (2) Perut : turgor?, kembung / meteorismus, distensi, nyeri, asites, lingkar perut? (3) Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau, konsistensi, darah, melena f) System integument : RL test (+)?, petekie, ekimosis, kulit kering/lembab, pendarahan bekas tempat injeksi? g) System perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria 3) Gejala klinis didapatkan : a) Derajat I: Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan atau mudah memar, trombositopeni dan hemokonsentrasi. b) Derajat II : Manifestasi klinik pada derajat derajat I disertai perdarahan spontan dibawah kulit seperti ptekhie, hematoma dan perdarahan dari tempat lain. c) Derajat III : Manifestasi klinik pada penderita derajat II ditambah dengan terdapat kegagalan sistem sirkulasi, nadi cepat dan lemah atau hipotensi, disertai kulit dingin dan sembab atau gelisah. d) Derajat IV : Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan renjatan yang berat ditandai tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak teraba. 1. a. b. c. Kepala & Leher Kepala: Persebaran rambut merata, rambut hitam Rambut sedikit kotor Bentuk kepala normochepal Tidak ada lesi Tidak ada perdarahan Tidak teraba massa Mata: Pupil isokor Konjungtiva anemis Reflek cahaya +/+ Tidak ada gangguan penglihatan Ikterik (-) Hidung: Bentuk simestris Tidak ada perdarahan d. e. f. 2. Tidak terdapat lesi Terpasang nasal canule dengan aliran oksigen 5 liter/menit Mulut & tenggorokan: Mukosa bibir kering Sianosis tidak ada Tidak terdapat perdarahan Tidak ada lesi Telinga: Daun telinga simestris Lubang telinga bersih Tidak ada lesi Tidak ada perdarahan Tidak ada cairan telinga Tidak ada gangguan pendengaran Leher: Tidak ada lesi Tidak ada edema Tidak ada massa Tidak ada deviasi trakea Nadi karotis teraba kuat Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening Tidak ada distensi vena jugularis Thorak & Dada: a. Paru - Inspeksi: Tidak ada otot bantu pernafasan, pergerakan dinding dada simetris, - Palpasi: Traktil fremitus teraba 1) Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi dalam 2 sampai 3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40mg% pada bayi dan 50 persen pada anak-anak. 2) Gangguan gizi Terjadi penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh: a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat. b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama. c) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi denganbaik karena adanya hiperperistaltik. 3) Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, sehingga perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi pasien bisa meninggal.