Uploaded by User124490

laporan sedimentasi

advertisement
1
A. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik tertua yang dikenal pada pemurnian air adalah proses Klarifikasi.
Proses ini digunakan untuk mengolah air permukaan terutama untuk
menghilangkan padatan tersuspensi kasar maupun halus termasuk partikel
koloid.
Proses klarifikasi mencakup proses-proses koagulasi, flokulasi dan
sedimentasi. Proses koagulasi merupakan suatu penambahan beban kimia atau
koagulan tertentu ke dalam air yang disertai dengan pengadukan cepat
sehingga terbentuk flok partikel koloid yang sangat halus. Flok – flok halus
tersebut selanjutnya mengalami proses flokulasi. Dalam proses ini, flok-flok
halus akan membentuk flok yang lebih besar. Proses pemisahan flok – flok itu
dapat dilakukan dengan cara sedimentasi.
Sedimentasi (pengendapan) merupakan salah satu cara pemisahan
padatan yang tersuspensi dalam suatu cairan dimana akan terjadi peristiwa
turunnya partikel – partikel padat yang semula tersebar atau tersuspensi dalam
cairan karena adanya gaya berat atau gaya gravitasi, tetapi selama proses
sedimentasi ini berlangsung, terdapat tiga gaya yang berpengaruh :
a. Gaya Gravitasi
b. Gaya Apung
c. Gaya dorong
(Warren. L. Mc cabe. 1993).
Banyak metode separasi mekanik yang didasarkan atas gerakan
partikel zat padat atau tetesan zat cair melalui fluida itu mungkin gas atau zat
cair dan mungkin berada pada keadaan mengalir atau keadaan diam. Dalam
beberapa situasi, tujuan dari pada proses itu adalah untuk mengeluarkan
partikel dari arus fluida dan untuk mengeluarkan pengotor yang terdapat
didalam fluida atau untuk memulihkan partikel sebagaimana dalam
pembersihan udara atau gas buang terhadap debu dan uap racun atau untuk
2
membuang zat padat dari air limbah. Dalam soal-soal lain, partikiel itu sengaja
disuspensikan di dalam fluida supaya dapat dipisahkan menjadi fraksi – fraksi
yang berbeda ukuran atau densitasnya.
Operasi sedimentasi ini banyak digunakan pada proses pemisahan
kimia, metalurgi, maupun pada proses – proses pengurangan polusi dari air
limbah industri. Rancangan peralatan untuk sedimentasi selalu didasarkan
pada percobaan sedimentasi pada skala yang lebih kecil.
Pada percobaan ini bubur di endapkan laju pengendapannya diukur
dengan cara mengamati perubahan konsentrasi pada padatan maupun cairan
bening dari atas kebawah yang mana akan terjadi endapan. Dalam percobaan
sedimentasi ini akan dibahas juga pembagian zona antara lain zona jernih,
zona encer, zona pekat.
Dalam industri yang digunakan adalah air jernihnya untuk air proses
maupun air produksi biasanya untuk mempercepat pengendapan ditambahkan
juga koagulan, prosesnya yaitu mengikat butiran butiran kapur menjadi flok –
flok sehingga akan lebih cepat jatuh karena semakin besar flok akan semakin
besar juga gaya gravitasi yang berpengaruh pada proses pengendapan tersebut.
Suatu partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi akan
mengalami percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya
gravitasi. Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama lainnya,
demikian pula tinggi relatif berbagai zona pengendapannya
1.2 Tujuan Percobaan
Mempelajari cara pemisahan padatan dari suatu suspensi dengan
pengukuran pengendapan dengan buffle dan mengukur laju pengendapan.
1.3 Batasan Masalah
Pada percobaan sedimentasi ini merupakan proses pemisahan padatan dari
suspensi dengan cara mengukur kedalaman lembah dan ketinggian bukit.
Adapun pengamatan ini dilakukan sebanyak 9 kali dengan laju alir yang
berbeda-beda, mulai dari 10,30 dan 50.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian sedimentasi
Proses klarifikasi mencakup proses-proses koagulasi, flokulasi dan
sedimentasi. Proses koagulasi merupakan suatu penambahan beban kimia atau
koagulan tertentu kedalam air yang disertai dengan pengadukan cepat
sehingga terbentuk flok partikel koloid yang sangat halus.
Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel-partikel padat
yang semula tersebar merata dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah
terjadi pengendapan
cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang
menumpuk di dasar atau biasa disebut dengan pengendapan. Selama proses ini
berlangsung, terdapat tiga gaya yang berpengaruh :
a. Gaya Gravitasi
Gaya ini bisa dilihat pada saat terjadi endapan atau mulai turunnya
pertikel padatan menuju kedasar tabung untuk membentuk endapan. Hal
ini terjadi karena massa jenis partikel padatan lebih besar dari massa jenis
fluida. Atau dengan kata lain bahwa, pada gaya ini berat jenis larutan lebih
kecil dari berat jenis partikel, sehingga partikel lebih cepat mengendap.
Pada kondisi ini, sangat dipengaruhi oleh Hukum Newton II, yaitu :
Fg = m . g ………………………………………………(2.1.1)
b. Gaya Dorong
Gaya dorong terjadi pada saat larutan dipompakan ke dalam tabung
klarifier. Larutan ini akan terdorong pada ketinggian tertentu. Gaya dorong
dapat juga kita lihat pada saat mulai turunnya partikel padatan karena
adanya gaya Gravitsi, maka fluida akan memberikan gaya yang besarnya
sama dengan berat padatan itu sendiri. Gaya inilah yang disebut gaya
dorong dan juga gaya yang memiliki arah yang berlawanan dengan gaya
gravitasi.
2
Fd = Ap.V . Cd.  ……..………………..……………………..(2.1.2)
4
c. Gaya Apung
Gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis
fluida. Sehingga partikel padatan berada pada permukaan cairan. Maka
pengaruh gaya ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Fa =
m. . g
Fa=p ……...………………………………………(2.1.3)
2.2 Laju Pengendapan
Suatu partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya
gravitasi akan mengalami percepatan sampai gaya dari tahanan dapat
mengimbangi gaya gravitasi. setelah terjadi kesetimbangan partikel akan terus
mengendap pada kecepatan kostan yang dikenal sebagai kecepatan akhir atau
kecepatan pengendapan bebas.
Laju pengendapan partikel padat dalam zat cair dapat dibagi
beberapa factor antara lain :
a. Berat jenis dan partikel
b. Bentuk dan ukuran partikel
c. Viskositas air
d. Aliran dalam bak pengendap
Contoh grafik tinggi lumpur (Batas antara zona A dan zona B) V/s
waktu ditunjukan pada gambar 1.1 dan selama tahap awal pengendapan
kecepatannya tetap sebagai mana terlihat pada bagian pertama kurva itu
setelah zat padatnya mengumpul pada zona D laju pengendapan itu berkurang
dan berangsur-angsur turun hingga mencapai tinggi akhirnya. Titik kritisnya
dicapai pada titik C dalam gambar 1.1
Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama lainnya, demikian
pula tinggi relatif berbagai zona pengendapannya. Untuk menentukan
karakteristik pengendapannya secara teliti, setiap lumpur itu harus diperiksa
dengan melakukan eksperimen terhadap masing-masingnya (Mc Cabe, WL.
1990)
5
Zo
Laju tetap
Z
Zu
C
tinggi patah
Waktu.t
gambar 2.1 Laju Sedimentasi
Laju pengendapan partikel dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Berat jenis air
2. Berat jenis partikel padatan
3. Viskositas air
4. Aliran dalam bak pengendapan
5. Bentuk dan ukuran partikel
Berat jenis fluida lebih besar dari pada berat jenis partikel
padatannya, maka laju pengendapannya lamban. Begitu juga sebaliknya,
semakin besar berat jenis partikel maka laju pengendapannya cepat.
Laju pengendapan sangat dipengaruhi oleh viskositas dimana
viskositas sangat berkaitan erat dengan suhu yang ada. Bila temperatur tinggi
maka viskositas menurun sehingga bentuk dan ukuran partikel semakin kecil
sehingga laju pengendapan cepat.
Aliran dalam bak pengendapan akan mempengaruhi laju endapan.
Pada aliran laminer laju pengendapan cepat sedangkan pada aliran turbulen
laju pengendapan akan sangat terganggu maka akan sangat lambat
mengendap.
Laju pengendapan partikel – partikel dalam air tergantung pada jenis
bentuk dan ukuran dari partikel tersebut dan viskositas cairan yang digunakan.
Adanya pengendapan zat uji kemungkinan besar mempengaruhi laju
pengendapan sehingga dapat ditentukan lajunya dan mengetahui pangaruh zat
6
uji tersebut. Dimana dilakukan pengambilan sampel tiap selang waktu tertentu
dan menimbang berat endapan serta menghitung beberapa konsentrasi
endapan yang terjadi sehingga kita dapat membandingkan kecepatan laju
pengendapan dari tiap gerakan partikel pada fluida dalam proses. Partikel yang
mempunyai ukuran yang besar dan kasar akan sangat mudah mengendap dari
pada partikel halus, untuk padatan yang halus diusahakan menggumpal
menjadi partikel yang lebih besar agar cepat mengendap.
(F, Parikesit, Ir. 1985)
Padatan yang tersuspensi dalam air dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu:
1. Padatan kasar
Adalah padatan yang dapat dipisahkan dengan cara pengendapan
yang sederhana dalam waktu yang singkat dimana pada padatan kasar
mudah terjadi pengendapannya besar. Pengendapan padatan kasar
terjadinya sangat mudah, hal itu terjadi karena pengendapannya lebih
besar. Bila terjadi gerakan relatif dengan suatu pertikel yang disekitarnya
dikelilingi oleh air tersebut. Maka air akan memberikan tahanan gesek
(Drag) kepada partikel itu sebesar :
2
Fd = Cd . Ap ρ . V ……………………………………………(4)
2
2. Padatan halus
Adalah padatan yang tidak dapat dipisahkan dengan cara pengandapan
yang sederhana didalam waktu yang relatif singkat atau tidak mempunyai
peralatan pengendap yang dapat beroperasi secara komersial mekanisme
penggerak (rake) yang dipasang pada dasar tangki pengendap agar dapat
mempermudah pengumpulan suspensi pekat dari dasar tangki.
Berdasarkan tujuan dari bahan yang ingin didapatkan maka
sedimentasi ini dapat digolongkan jadi dua macam yaitu :
7
a. Penjernihan
Klarifier adalah pengendapan partikel padat yang jumlahnya relatif sedikit
(1-5%) dengan suatu tujuan untuk memperoleh cairan yang jernih, proses
klarifier mencakup proses flokulasi dan koagulasi. Proses koagulasi
merupakan suatu proses dimana penambahan zat kimia atau koagulan
tertentu kedalam air yang diolah dan disertai pengadukan cepat sehingga
terbentuk flok suatu partikel yang halus selanjutnya mengalami proses
flokulasi yaitu penggabungan flok-flok membentuk flok yang lebih besar .
b. Pemekatan (Thickener)
Thickener adalah peningkatan konsentrasi atau konsentrasi zat padat dari
campuran yang memiliki zat padat yang relatif banyak (15 - 30 %) dan
biasanya hasil padatnya yang diperlukan. Didalam sedimentasi perlu
dibedakan antara:
a) Discrate pertikel adalah partikel yang memiliki ukuran bentuk
dan spesifik
Gravitasi tetap (tidak berubah dengan waktu) selama proses
pemisahan berlangsung.
b) Flocullant partikel adalah
partikel yang memiliki sifat
permukaan yang dapat membesar atau bergabung dengan
partikel-partikel lain ketika akan bersinggungan sehingga
ukuran bentuk mungkin akan berubah.
2.3 Pemisahan atas dasar gerakan partikel melalui fluida
Banyak metode separasi mekanik yang didasarkan atas gerakan
partikel zat padat atau tetesan zat cair melalui fluida itu mungkin gas atau
zat cair dan mungkin berada pada keadaan mengalir atau keadaan diam.
Dalam beberapa situasi, tujuan dari pada proses itu adalah untuk
mengeluarkan partikel dari arus fluida dan untuk mengeluarkan pengotor
yang terdapat didalam fluida atau untuk memulihkan partikel sebagaimana
dalam pembersihan udara atau gas buang terhadap debu dan uap racun atau
untuk membuang zat padat dari air limbah. Dalam soal-soal lain, partikel itu
8
sengaja disuspensikan di dalam fluida supaya dapat dipisahkan menjadi
fraksi – fraksi yang berbeda ukuran atau densitasnya. Fluida itu lalu
dipulihkan, kadang – kadang untuk digunakan kembali, dari partikel yang
telah di fraksionasi.
Jelaslah bahwa tiap partikel itu mulai dari keadaan diam terhadap
fluida tempat partikel itu terendam, lalu bergerak melaui fluida itu karena
adanya gaya–gaya luar, gerakan itu dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap
pertama merupakan satu periode singkat dimana berlangsung percepatan,
yaitu selama waktu kecepatan itu meningkat dari nol sampai kecepatan
terminal. Tahap kedua ialah periode dimana partikel itu berada dalam
kecepatan terminalnya.
2.4 Proses pengendapan gravitasi
Partikel – partikel yang lebih berat dari fluida tempat patikel itu
tersuspensi dapat dikeluarkan didalam kotak pengendapan atau tangki
pengendap (Settling Tank) dimana kecepatan fluida itu cukup kecil dan
partikel itu mendapat waktu yang cukup untuk mengendap keluar dari
suspensi itu akan tetapi, peranti sederhana seperti itu terbatas kegunaannya
karena pemisahanya tidak lengkap disamping memerlukan tenaga kerja
untuk mengeluarkan zat padat yang mengendap dari dasar tangki.
Separator – separator industri hampir semua mempunyai fasilitas untuk
mengeluarkan zat padat yang mengendap pemisahan itu bisa pula hampir
lengkap. Peralatan pengendap yang dapat memisahkan hampir seluruh
partikel dari zat cair dinamakan klarifikator (Clarifier) sedang peranti yang
memisahkan zat padat menjadi dua fraksi disebut klasifikator (Clasifier).
Pada kedua alat itu berlaku prinsip sedimentasi yang sama.
2.5
Klasifikator gravitasi
Kebanyakan klasifikator yang digunakan dalam pengolahan kimia
memisahkan zat padat atas dasar ukuran partikel dimana densitas partikel
halus dan partikel besar itu sama.
9
Klasifikator mekanik banyak digunakan dalam penggilingan rangkaian
tertutup, lebih – lebih dalam operasi metalurgi di sini, partikel yang relatife
kasar disebut pasir (Sand), sedang bubur partikel halus disebut lanyau
(smile). Waktu diatur sedemikian sehingga pasir mengendap ke dasar peranti
sedangkan laju terbawa oleh zat cair keluar.
2.6 Flokulasi
Flokulasi adalah proses penggabungan muatan positif dan negatif
sehingga membentuk muatan yang lebih besar dengan tujuan menetralisir
muatan yang ada pada partikel itu. Banyak yang terdiri dari partikel yang
mempunyai muatan listrik karena adanya gaya saling tolak antara muatan
yang sama, cenderung selalu terdispersi. Jika kita tambahkan elektrolit,
maka ion yang terbentuk di dalam larutan itu akan menetralisir muatan
partikel tadi. Partikel itu lalu dapat dialogmerasikan menjadi flok – flok
yang masing-masingnya terdiri dari banyak pertikel. Bila partikel semula
bermuatan negatif, kation elektrolit itulah yang efektif dan bila muatanya
negatif, maka anion yang aktif. Metode lain untuk flokulasi mencakup
penggunaan bahan aktif permukaan dan penambahan bahan, seperti perekat
gamping, alumina atau natrium sillikat, yang menyeret partikel itu turun
bersamanya.
(McCabe jilid 2 1983)
Partikel
yang
terflokulasi
mempunyai
dua
karakteristik
pengendapan yang penting. Karakteristik pertama adalah bahwa struktur
flok itu sangat rumit. Agregasinya longgar dan ikatan antara partikelnya
lemah, dan flok itu mengandung air yang cukup banyak di dalam
strukturnya, maka akan ikut bersama flok itu turun ke bawah, walaupun
pada mulanya flok itu mengendap dalam pengendapan bebas atau terganggu,
dan persamaan umum pada prinsipnya berlaku namun tidaklah praktis bila
kita menggunakan hukum-hukum pengendapan secara kuantitatif karena
diameter dan bentuk flok itu tidak mudah didefinisikan. Karakteristik kedua
dari pada pulp yang terflokulasi ialah peliknya mekanisme pengendapannya.
10
Secara umum riwayat pengendapan suspensi yang terflokulasi adalah
sebagai berikut :
A
A
B
B
C
C
D
D
(A)
(B)
(C)
(D)
(E)
Gambar 2.2 Sedimentasi tumpak
Keterangan Gambar
a. Gambar (A) menunjukan suspensi yang terdistribusi secara seragam
didalam zat cair dalam keadaan siap untuk mengendap.
b. Gambar (B) jika tidak terdapat pasir dalam campuran itu, zat padat
pertama yang menampakan diri ialah endapan pada dasar bejana
pengendap, yang terdiri dari flok yang berasal dari bagian bawah
campuran zat padat yang berupa flok tergeletak longgar diatas satu
sama lain, membentuk suatu lapisan, yang kita namakan zona D diatas
zona D itu terbentuk lagi lapisan lain yaitu zona C, yang merupakan
lapisan transisi, dimana kandungan zat padatnya bervariasi dari yang
seperti pada pulp asal sampai seperti di dalam zona D. Diatas zona C
terdapat zona B, yang terdiri dari suspensi homogen yang
konsentrasinya sama dengan pulp asal. Diatas zona B terdapat lagi
zona A yang jika partikel itu telah terflokulasi penuh, merupakan zat
cair jernih.
11
c. Gambar (C) dalam pulp yang terflokulasi dengan baik batas antar zona
A dan zona B itu tajam. Jika terdapat pertikel yang teragmolerasi, zona
A itu keruh dan batas antara zona A dan B kabur . dengan adanya
pengendapan, kedalam zona D dan A bertambah, dan tebal zona C
tetap, zona B berkurang.
d. Gambar (D) setelah pengendapan selanjutnya, zona B dan C hilang,
dan seluruh zat padat itu akan terdapat pada zona D.
e. Gambar (E) Sesudah itu efek lain, yang disebut pemampatan
(compresion) berlangsung saat dimana pemampatan itu bermula
disebut titik kritis atau critical point. Pada pemampatan sebagaian dari
zat cair yang tadinya ikut bersama flok kedalam zona kompressi D
akan terperas keluar dimana bobot endapan itu menggambarkan
struktur flok. Selama pemampatan itu berlangsung, sebagian dari zat
cair di dalam flok itu menyembur keluar seperti geiser – geiser kecil,
dan ketebalan zona itu berkurang. Dan akhirnya, bila bobot zat padat
itu telah mencapai keseimbangan mekanik dengan kekuatan tekan flok
proses pengendapan itu akan berhenti pada saat itu, lumpur sudah
mencapai tinggi akhirnya.
(Mc Cabe, Warren L. 1990)
2.7 Zona sedimentasi di dalam kolom pengendapan kontinyu
Sedimentasi merupakan salah satu cara yang paling di ekonomis unuk
memisahkan padatan dari suspensi bubur atau slurry. Operasi ini banyak
digunakan pada prosese-proses untuk mengurangi polusi dari limbah
industri. Suspensi sendiri dibedakan atas dua bagian yaitu:
a. Suspensi cair adalah suspensi dan konsentrasi dari partikel yang tidak
cukup untuk membentuk batas yang jelas terhadap air saat pengaturan
berlangsung.
b. Concentratif suspensi adalah suspensi dengan suatu konsentrasi batas
yang sangat besar sehingga terbentuk batas yang jelas saat pengaturan
berlangsung.
12
Dalam kolom pengendap (penebal) kontinyu yang diperlengkapi dengan
penggaruk untuk mengeluarkan limpahan bawah pulp umpan dimasukan
pada garis pusat alat, pada kedalaman kira-kira 1 inch dibawah permukaan
zat cair sebagaimana terlihat gambar 2.2 diatas ketinggian peggumpalan itu
terdapat zona klarifikasi yang hampir tidak mengandung zat padat sama
sekali, disini kebanyakan zat cair yang masuk bersama umpan mengalir
keatas sehingga dapat dikeluarkan ke selokan limpahan.
Daerah dibawah ketinggian pengumpanan disebut zona pengendapan
dimana masing-masing flok berada dalam sentuhan longgar satu sama lain,
dan semua partikel turun kebawah dengan kecepatan yang sama tanpa
tergantung pada ukuran partikel. Didekat dasar terdapat zona kompresi
dimana konsentrasi zat padat meningkat dengan cepat sampai nilainya sama
dengan nilai pada limpahan bawah. Zona ini setara dengan zona D
pengendap tumpak, walaupun tentu pada pengendap kontinyu ketebalanya
tidak berubah dengan waktu. Dan penggaruk yang berkerja pada dasar zona
kompresi ini cenderung memecah struktur flok dan memampatkan limpahan
bawah itu sehingga kandungan zat padatnya lebih besar dari pada zona D
pada pengendap tumpak
Puncak zat cair
Tingkat umpan
klarifikasi
Zona pengendapan
Kompresi
cp
cu
Konsentrasi C
Gambar 2.3 Hubungan konsentrasi dengan tinggi puncak zat cair
13
pembagian zona-zona pengendapan pada alat pengendap dapat dilihat
pada gambar 4. dalam percobaan sedimentasi yang akan kita pelajari ada 3
zona yang terjadi, yaitu :
a. Zona A, merupakan cairan jernih atau zona bening yang dimana
pengendapan berlangsung sesuai dengan prinsip yang telah di jelaskan,
karena efek penyaring oleh partikel yang lebih besar, makin tinggi
konsentrasi bubur maka makin jernih produk cairan pada lapisan atas.
Pengendapan pada zona ini merupakan bagian yang paling penting
karena diharapkan adalah cairan jernihnya bukan suspensi pekatnya.
b. Zona B, zona ini sering disebut sebagai zona pengendapan bebas (Free
setling) atau zona encer. Hal ini dikarenakan pada zona ini belum
terjadi gaya dorong tetapi yang sangat tampak adalah gaya gravitasinya
dan padatan turun, dimana partikel yang lebih besar menyaring partikel
yang lebih kecil, konsentrasi padatan ini lebih tinggi dibandingkan
pada konsentrasi bubur atau slurry yang asli.
c. Zona C, merupakan cairan yang pekat dan tercapai pada saat saluran
kapiler yang terisi oleh cairan terdesak oleh slurry atau lumpur. pada
kondisi ini saluran yang tersedia telah terisi penuh dengan suspensi
yang sangat ketat. Laju pengendapan pada zona ini sangat lambat
sehingga tidak banyak untuk di perhitungkan pada perancangan
peralatan.
Zona bening
Zona encer
Zona pekat
Gambar 2. 4 Zona sedimentasi
14
2.8 Jenis Suspensi Dalam Sedimentasi
Sedimentasi merupakan salah satu cara yang paling ekonomis untuk
memisahkan yang padatan dari suspensi bubur atau slurry. Operasi ini banyak
digunakan pada proses-proses untuk mengurangai polusi dari limbah industri.
Suspensi sendiri dibedakan atas dua bagian yaitu :
a. Suspensi cair adalah suspensi dan konsentrasi dari partikel yang tidak
cukup untuk membentuk batas yang jelas terhadap air saat pengaturan
berlangsung.
b. Concentratif suspensi adalah suspensi dengan suatu konsentrasi batas
yang jelas sangat besar sehingga terbentuk batas yang jelas saat pengaturan
berlangsung.
Perbedaan kedua suspensi diatas mengakibatkan pola setting berbeda dan
membutuhkan dan rancangan peralatan sedimentasi selalu didasarkan pada
percobaan sedimentasi pada skala yang lebih kecil.
(F, Parikesit, Ir. 1985)
2.9 Hukum – Hukum Yang Mempengaruhi Sedimentasi
a. Hukum Newton I
Suatu benda akan tetap bergerak dalam kecepatan tetap atau diam
bila jumlah gaya yang berkerja pada benda sama dengan nol.
F = 0…………………………………………………..………..(2.9.1)
b. Hukum Newton II
Gaya yang berkerja pada suatu benda akan berbanding lurus dengan
massa benda dan sebanding dengan percepatan pada benda .
F = m. a……………………………………………...………...(2.9.2)
c. Hukum Newton III
Suatu gaya sebetulnya adalah hasil interaksi dari dua benda tapi
arahnya berlawanan.
Faksi = Freaksi……………………………………...…………..(2.9.3)
15
d. Hukum Archimedes
Suatu benda dalam suatu fluida mendapatkan gaya apung yang
besarnya sama dengan berat fluida yang dapat dipindahkan oleh benda
tersebut.
e. Hukum Stokes
Suatu benda dengan jari–jari r dijatuhkan dalam suatu fluida yang
mempunyai kekentalan maka gaya yang berkerja pada benda tersebut
adalah beratnya sendiri.
Partikel di dalam suatu fluida tertentu mengendap di bawah pengaruh
gaya gravitasi pada laju maksimum tertentu. Untuk meningkat laju dari
suatu pendapan tertentu, maka gaya gravitasi yang berkerja pada suatu
partikel itu dapat digantikan dengan gaya sentrifugal yang lebih kuat.
Gaya
sentrifugal
juga
bermanfaat
untuk
pemisahan
secara
pengendapan dan penyaringan. Kedua cara tersebut bila menggunakan
gaya sentrifugal sebagai gaya pendorong disebut sentrifugal dan
peralatannya disebut sentrifugasi.
Dalam hal ini penjernihan dilakukan untuk dapat memisahkan
suspensi yang mengandung bahan padat yang lebih berat dengan
kecepatan pengendapan yang lebih baik atau bahan padat yang lebih
ringan dengan kecepatan pengapungan yang baik.
Dalam proses ini, kecepatan pemisahan oleh gaya berat adalah tinggi
jika terdapat perbedaan yang besar antara kerapatan cairan dan kerapatan
bahan padat. Selanjutnya kecepatan pemisahan akan dapat dipengaruhi
oleh perbandingan luas permukaan terhadap massa oleh bentuk padatan
dan volume viskositas cairan tersebut. (Brown G.G weilley and sons.”Unit
Operation”.1991)
Rumus yang digunakan dalam perhitungan sedimentasi
1. Konsentrasi larutan (N)
N 
Bj x % x 1000
.......................................................................(2.9.4)
Be
16
2. Konsentrasi awal suspensi (gr/ml)
Co =
Berat CaCO3
Vtotal
...............................................................(2.9.5)
3. Kecepatan sedimentasi (VL)
Zi – ZL
θL
VL =
..........................................................................(2.9.6)
4. Konsentrasi suspensi (CL)
Co Zo
CL = ZL + V L x θ L
..................................................................(2.9.7)
2.10 Laju Pengendapan Pada Sedimentasi
Laju pengendapan partikel –partikel dalam air tergantung pada
berat jenis, bentuk dan ukuran atau dari partikel tersebut dan viskositas
cairan yang digunakan. Adanya penambahan zat uji kemungkinan besar
mempengaruhi laju pengandapan sehingga dapat ditentukan zat uji yang
dapat mempercepat laju dari pengendapan sehingga dapat ditentukan
lajunya dan mengetahui pengaruh zat uji tersebut. Dimana dilakukan
pegambilan sample tiap selang waktu tertentu dan menimbang berat
endapan serta menghitung berapa konsentrasi endapan yang terjadi,
sehingga kita dapat membandingakan kecepatan laju pengendapan dari tiap
gerakan pada partikel pada fluida dalam proses yang pengendapannya
terjadi.
Contoh grafik tinggi Lumpur
(batas antara zona A dan zona B)
dengan waktu yang ditunjukkan pada gambar 2.5 selama tahap awal
pengendapan kecepatannya tetap, sebagaimana terlihat pada bagian pertama
kurva itu. Setelah zat padatnya menggumpal di dalam zona D laju
pengendapan itu berkurang dan berangsur-angsur turun hingga mencapai
tinggi akhirnya. Titik kritis dicapai pada titik C dalam gambar 2.5
17
Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama lain, demikian pula
tinggi
relatif
berbagai
zona
pengendapannya.
Untuk
menentukan
karakteristik pengendapannya secara teliti, setiap lumpur itu harus diperiksa
dengan melakukan eksperimen terhadap masing-masingnya.
Z0
Zu
tinggi patah
0
tu
0
WAKTU
Gambar. 2.5 laju sedimentasi
Padatan yang tersuspensi dalam air dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu :
1. Padatan kasar
Adalah padatan yang dapat dipisahkan dengan cara pengendapan
yang sederhana dalam waktu yang singkat.
2. Padatan halus
Adalah padatan yang tidak dapat dipisahkan dengan cara
pengendapan yang sederhana didalam waktu yang relatife singkat,
atau tidak mempunyai peralatan pengendapan yang dapat beroperasi
secara komersial mekanisme penggerak (rake) yang dipasang pada
dasar tangki pengendap agar dapat mempermudah pengumpulan
suspensi pekat dari dasar tangki. (Mc. Cabe and Smith. 1991)
18
2.11 Peralatan Dalam Sedimentasi
Dalam industri, proses yang diuraikan di atas itu dilaksanakan dalam
skala dengan menggunakan alat yang disebut kolam pengendap atau baik
penebal (Thickener). Untuk partakel-partikel yang mengendap dengan cepat
tangki pengendap tumpak atau kerucut pengendap kontinyu biasanya cukup
memadai. Akan tetapi, untuk berbagai tugas lain diperlukan alat penebal
yang diaduk dengan cara mekanik .Tangki yang besar dan agak dangkal
yang mempunyai penggaruk radial yang digerakkan dengan lambat dari
suatu proses sentral. Dimana dasar alat ini biasa datar biasa pula berbentuk
kerucut dangkal. Bubur umpan yang encer mengalir melalui suatu palung
miring atau meja cuci masuk ditengah alat penebal itu. Cairan itu lalu
mengalir secara radial dengan kecepatan yang kian berkurang, sehingga
memungkinkan zat padat itu mengendap ke dasar tangki. Cairan jernih
melimpah dari bibir tangki ke dalam suatu palung. Lengan-lengan
penggaruk
itu
mengaduk
lumpur
itu
secara
perlahan-lahan,
dan
mengumpulkannya ketengah tangki, sehingga dapat mengalir dari situ
kedalam bukaan besar yang bermuara pada pipa masuk pompa lumpur. Pada
beberapa rancang tertentu lengan penggaruk itu dibuat berengsel sehingga
dapat bergerak melewati setiap halangan, seperti gumpalan lumpur yang
keras pada dasar tangki.
Kolam pengendap (penebal) yang dilengkapi dengan pengaduk mekanik
biasanya besar, dengan diameter berkisar antara 30-300 ft (10 - 100 ml) dan
kedalaman 8-12 ft (2,5 - 3,5 km). Pada alat penebal besar, penggaruknya
berputar sekali dalam 30 menit. Kolam pengendap ini biasanya sangat
bermanfaat bila kita mempunyai bubur encer dengan volume yang besar
yang ketebalannya seperti pada pembuatan semen atau produksi magnesium
dari laut. Alat ini juga banyak dipakai dalam pengolahan air limbah dan
penjernihan air.
Volume cairan jernih yang dihasilkan persatuan waktu dalam suatu
kolam pengendap kontinyu bergantung pada luas penampang
yang
tersedia untuk pengendap dan dalam separator industri, hampir tidak
19
bergantung pada kedalaman zat cair, kapasitas yang lebih tinggi persatuan
luas lantai biasa didapatkan dengan menggunakan pengendap bertalam
banyak, yang terdiri dari beberapa zona pengendapan yang dangkal, satu
diatas yang lain, dalam tangki berbentuk silinder. Lumpur yang
mengendap didorong kebawah dari satu talam ke talam yang berikut
dengan bantuan penggaruk atau pengerik. Pada alat ini kita dapat pula
melakukan pencurian anjakan lawan arah. Alat ini biasanya lebih kecil
diameternya daripada pengendap bertahap tunggal.
2.12 Proses Pengendapan Sentrifugal
Partikel tertentu didalam fluida tertentu mengendap dibawah pengaruh
gaya gravitasi pada laju maksimum tertentu. Untuk meningkatkan laju
pengendapan, gaya gravitasi yang bekerja pada partikel itu dapat digantikan
dengan gaya sentrifugal yang jauh lebih kuat.
Dalam operasi produksi, separator sentrifugal sudah banyak
menggantikan separator gravitasi karena separator sentrifugal itu jauh lebih
efektif dengan partikel dan tetesan halus, disamping volumenya yang jauh
lebih kecil untuk kapasitas tertentu.
Kebanyakan
separator
sentrifugal
yang
digunakan
untuk
mengeluarkan partikel dari arus gas tidak mempunyai bagia-bagian yang
bergerak sama sekali, contohnya ialah separator siklon yang terlihat pada
gambar 2e. Alat ini terdiri dari sebuah silinder vertical yang mempunyai
bagian bawah berbentuk kerucut, dengan pemasuk yang merupakan garis
singgung (tangensial) pada bagian atasnya, sedang lubang keluar untuk
debu-debunya terletak diujung kerucut disebelah bawah. Lubang masuk itu
biasanya berbentuk siku empat. Pipa keluar menjulur kedalam silinder untuk
menjaga agar tidak ada aliran pintas udara masuk langsung keluar.
Udara masuk yang mengandung debu mengalir dalam lintasan spiral
mengelilingi silinder kebawah bagian siklon yang berbentuk silinder itu.
Gaya sentrifugal yang timbul didalam vorteks cenderung menggerakkan
20
partikel secara radial kearah diding dan partikel yang sampai kedinding itu
meluncur kebawah kedalam kerucut sehingga dapat dikumpulkan.
Gas keluar
Debu dan gas
masuk
Debu keluar
Gambar. 2.6 Siklon
Siklon pada dasarnya adalah peranti pengenap dimana gaya
sentrifugal yang kuat, yang bekerja secara radial, digunakan sebagai
pengganti gaya gravitasi yang relatife lemah dan bekerja vertikal itu.
siklon merupakan salah satu dari beberapa peranti pemisah yang bekerja
lebih baik pada beban penuh daripada beban terbatas.
Kadang-kadang dua siklon yang identik digunakan dalam susunan
seri untuk mendapatkan pengeluaran zat padat yang lebih lengkap, tetapi
efisiensi unit yang kedua itu akan kurang dari yang pertama, karena
umpan keunit, yang kedua mempunyai ukuran partikel rata-rata yang
lebih kecil. Siklon juga sangat banyak dipakai untuk memisahkan zat
padat dari zat cair, lebih untuk tujuan klasifikasi.
21
2.13 Jenis-Jenis Dekanter Sentrifugal
Zat cair yang tak mampu campur (immiscible) dipisahkan secara
industri dalam decanter (pengenap – tuang) sentrifugal (sentrifugal
decanter). Gaya pisah disini jauh berlebih besar dari gaya gravitasi dan
bekerja pada arah menjauh dari sumbu putaran dan bukan kearah bawah ke
permukaan bumi. Jenis-jenis utama decanter sentrifugal adalah mesin
sentrifugal tabung (tubular centrifuge) dan sentrifugal piring (disk
centrifuge).
1. Dekanter sentrifugal tabung
Mesin pisah sentrifugal tabung untuk zat cair. Mangkuknya tinggi
dan sempit, dengan diameter 4 sampai 6 in (100 sampai 150 mm) dan
berputar didalam rumahan yang stasioner pada kecepatan kira-kira 15.000
put/min. Umpan masuk dari nosel stasioner yang diselipkan dari suatu
bukaan pada dasar mangkuk. Zat cair terpisah menjadi 2 lapisan didalam
mangkuk itu. Lapisan yang disebelah dalam, atau lapisan ringan
menumpah dari tanggul dibagian atas mangkuk dan terlempar keluar
ketutup pembuang yang stasioner dan dari situ kesuatu corot. Zat cair berat
mengalir melalui sebuah tanggul lain ketutup dan corot pembuang sendiri.
Tanggul yang dilewati aliran zat cair berat dapat ditanggalkan dan diganti
dengan tanggul lain yang ukuran bukanya berbeda. Posisi antara muka zat
cair dan zat cair (zona netral) di jaga dengan keseimbangan hidraulik.
Pada beberapa rancang zat cair itu keluar dengan tekanan dan posisi antar
muka itu diatur dengan suatu katup luar pada pipa pembuangan.\
2. Dekanter sentrifugal piring
Untuk pemisahan zat cair dengan zata cair tertentu mesin
sentrifugal jenis piring sangat efektif. Alat ini terdiri dari sebuah mangkuk
pendek dan lebar, diameter 8-20 in (200- 500 ml) yang berputar pada suatu
sumbu vertical. Mangkuk itu datar pada bagian dasar tetapi berbentuk
kerucut pada bagian atas. Umpan masuk dari atas melalui suatu pipa
22
stasioner kedalam leher mangkok. Dua lapisan zat cair akan terbentuk
seperti pada decanter sentrifugal tabung masing-masingnya mengalir
melalui tanggul yang dapat diatur tanggulnya tingginya kecorot pembuang
yang terpisah. Didalam mangkuk itu dan berputar berasama itu ada
beberapa “piring” yang tersususn dengan jarak pisah kecil, yang
sebetulnya terdiri dari kerucut-kerucut lembaran logam yang tersususn
satu diatas yang lain. Pada setiap piring terdapat lubang berpasangan kirakira pada jarak ditengah – tengah antara poros dan dinding mangkuk.
Lubang-lubang itu membentuk saluran tempat zat cair itu lewat. Dalam
operasinya, zat cair umpan masuk kedalam mangkuk dari bawah, lalu
mengalir keatas melaui saluran itu melewati piring-piring. Zat cair berat
akan terlempar keluar dan mendorong zat cair ringan keararh tengah
mangkuk. Dalam perjalanannya keluar, zat cair itu akan menumbuk bagian
bawah piring dan akan mengalir dibawah kepinggir mangkuk tanpa
terpaksa bertumbukan lagi dengan zat cair ringan, demikian pula mengalir
kedalam dan keatas melaui permukaan atas piring. Oleh karena jarak
antara piring-piring itu sangat rapat, jarak yang ditempuh oleh setiap
tetesan zat cair untuk keluar dari fase yang satu lagi pendek saja, jauh
lebih pendek dari decanter sentrifugal tabung dimana lapisan zat cairnya
tebal. Disamping itu, didalam mesin piring terdapat geser yang agak besar
pada antar muka zat cair dan zat cair pada waktu satu fase mengalir
berlawanan arah dengan fase yang satu lagi. Geser ini sangat membantu
dalam memecah emulsi. Dekanter sentrifugal piring sangat bermanfaat
dalam, hal yang menjadi tujuan bukanlah pemisahan penuh tetapi hanyalah
pemekatan konsentrasi didalam satu fase fluida, seperti dalam pemisahan
lemak dari susu.
Jika zat cair yang diumpankan kedekanter sentrifugal piring atau
tabung itu mengandung kotoran atau partikel zat padat berat, zat padat itu
akan mengumpul didalam mangkuk dan harus dibersihkan dengan
menghentikan mesin, mengeluarkan dan membongkar mangkuk dan
mengikis zat padat yang menumpuk. Cara ini akan menjadi tidak
23
ekonomis apabila kandungan zat padat didalam umpan lebih dari beberapa
persen saja.
Dekanter sentrifugal piring atau tabung sangat menguntungkan
untuk memisahkan larutan zat padat dari minyak pelumas, zat cair proses,
tinta dan minuman yang harus bersih sempurna. Alat ini dapat
mengeluarkan zat cair berlendir atau seperti gelatin yang mungkin akan
menyumbat filter dengan segera.
(Mc. Cabe and Smith.1991)
24
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Bahan
a. Pasir
b. Air
3.2 Alat
a. 1 set alat sedimentasi
1
2
4
3
Keterangan gambar:
1. Buffle
2. Limnimeter
3. Pompa
4. Flowmeter
3.3 Cara Kerja
Pasir dimasukkan ke dalam bak penampang yang berisi air, diatur
kemiringan tabung kaca horizontal pada 30o dan laju alir 10 liter/menit, di
pasang buffelnya dengan jarak 10 cm, kemudian pasir tersebut di
pompakan ke dalam tabung kaca horizontal. Ditunggu beberapa saat
25
sampai bukit dan lembah terbentuk sempurna, pompa di matikan dan
buffle di lepas, kemudian diukur ketinggian bukit yang terbentuk (ha),
lembah yang terbentuk (ho) dan jarak antara bukit dan lembah (b).
Pembacaan dilakuakan sebanyak 3 kali, kemudian prosedur diulang
dengan laju alir 30 liter/menit dan 50 liter/menit.
26
3.4 Diagram Alir
Air + Pasar
Diatur kemiringan kaca horizontal 30o
Diatur laju alir 10, 30, dan 50 ltr/mnt
Pasang buffle panjang dengan jarak 10 cm
Air di pompakan
Dicatat Ha, Ho, dan b. Perlakuan di ulang
sebanyak 3 kali.
27
BAB IV
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Dari perhitungan mencsri nilsi kecepatan jatuhnya benda pada buffle panjang di
peroleh:
V
= 2344,8 cm/s2
Re
= 0,0043
Tabel 4.1 hasil perhitungan laju alir (Q) pada Buffle panjang
Laju alir
ha (cm)
ho (cm)
b (cm)
(cm3/s)
Laju alir (Q)
(cm3/s)
166,67
5,36
3,33
7,83
4016,11
500
6,6
4,4
9,16
5785,20
833,33
3,96
1,96
10
3789,43
4.2 Pembahasan
Dari data diatas dapat dilihat, semakin besar laju alir pada buffle seharusnya
semakin rendah. Namun, data di atas menunjukkan bahwa laju alir fluida (Q)
tidak beraturan yaitu 4016,11; 5785,20; dan 3789,43. Hal ini terjadi karena
kemungkinan adanya kesalahan pada saat pengambilan data atau akibat alat
yang kurang memadai.
28
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum di peroleh hasil dari perhitungan untuk nilai kecepatan
jatuhnya benda padat pada buffle panjangnya adalah 2344,80 cm/s2 dan untuk
nilai laju alir (Q) pada buffle panjang pada laju alir 166,67 cm3/s adalah 4016,11
cm3/s, untuk laju alir 500 cm3/s adalah 5785,20 cm3/s dan untuk laju alir
833,33cm3/s adalah 3789,43 cm3/s.
5.2 Saran
Diharapkan agar alat-alat laboratorium di lengkapi, agar praktikan
tidak keliru dalam melakukan praktikum dan hasil yang di peroleh dapat lebih
akurat.
Download