Uploaded by User122449

Reproduksi pada Hewan

advertisement
REPRODUKSI PADA HEWAN
PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF/ASEKSUAL HEWAN
No
Reproduksi
Pengertian
vegetatif
1
Pembelahan biner Pembelahan satu sel/tubuh makhluk hidup menjadi 2 sel/tubuh individu.
2
Regenerasi
Proses pemulihan tubuh hingga pembentukan organisme baru.
3
Partenogenesis
Perkembangan sel kelamin betina menjadi anakan atau individu baru tanpa melalui fertilisasi
4
Pembentukan
Sekelompok anakan yang secara genetis identic dengan induknya.
Clon (cloning)
5
Membelah diri
Proses pembelahan diawali dengan proses pembelahan inti sel menjadi dua, kemudian
diikuti pembelahan sitoplasma menjadi dua bagian yang masing-masing menyelubingi
masing-masing nucleus tersebut.
Selanjutnya, bagian tengah sitoplasma menyempit dan diikuti pemisahan yang membentuk
dua individu.
Contoh organisme
Anthopleura elegantissima
Cacing pipih, bintang laut
Lebah, kecoak
Amoeba, Paramecium, dan
Euglena
6
7
Fragmentasi
Pembentukan
tunas
8
Sporulasi
Pada saat keadaan lingkungan kurang menguntungkan, Amoeba akan melindungi diri
dengan membentuk kista yang berdinding sangat kuat. Di dalam kista tersebut, Amoeba
membelah diri berulang-ulang menghasilkan banyak individu baru dengan ukuran yang
lebih kecil. Ketika kondisi lingkungan membaik, dinding kista akan pecah dan individuindividu baru akan keluar, tumbuh, dan berkembang menjadi Amoeba dewasa.
Terbentuknya individu baru dari potongan tubuh induknya
Individu baru merupakan bagian tubuh dari induk yang terlepas kemudian tumbuh.
Individu baru Hydra terbentuk dari bagian tubuh Hydra dewasa. Setelah cukup besar, tunas
akan melepaskan diri dari tubuh induknya.
Proses pembelahan berganda yang menghasilkan spora.
Dalam siklus hidupnya, plasmodium mengalami dua fase, yaitu fase generative dan
vegetative. Fase generative berlangsung di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina,
sedangkan fase vegetative berlangsung di dalam tubuh penderita penyakit malaria.
Cacing pipih/ planaria
Hydra sp., ubur-ubur,
hewan karang, anemone
laut
Plasmodium sp.
PERKEMBANGBIAKAN GENERATIF/SEKSUAL HEWAN
A. Hewan Avertebrata (tidak bertulang belakang)
1) Protozoa
Perkembangbiakan generative dengan cara konjugasi yaitu perkawinan antara dua individu sejenis yang tidak diketahui jenis
kelaminnya. Contohnya pada Paramaecium caudatum.
2) Porifera
Porifera (hewan berpori) merupakan hewan bersel banyak dan bersifat hermafrodit (individu yang memiliki 2 alat/organ kelamin).
Meskipun mempunyai dua macam alat reproduksi, porifera tidak dapat melakukan reproduksi sendiri, dengan kata lain, untuk
melakukan reproduksi tetap diperlukan dua individu.
3) Coelenterata
Coelenterate (hewan berongga) bersifat hermafrodit. Contohnya Hydra. Berbeda dengan porifera, ovum hydra dapat dibuahi oleh
sperma yang dihasilkan oleh individu yang sama. Jadi, pada hydra dapat terjadi pembuahan sendiri. Meskipun demikian, pembuahan
sendiri jarang terjadi karena masak ovum dan sperma tidak bersamaan.
4) Vermes
Contoh vermes adalah cacing tanah. Cacing tanah bersifat hermafrodit. Namun pada cacing tanah tidak terjadi pembuahan sendiri
karena masaknya ovum dan sperma tidak bersamaan dan tidak ada saluran yang menghubungkan ovarium dan testis.
5) Artropoda
Salah satu contoh anggota Artropoda (hewan berbuku-buku) adalah udang. Udang bersifat gonokoristik, artinya alat reproduksi jantan
dan betinanya terpisah pada dua individu yang berbeda.
B. Hewan Vertebrata
Pada vertebrata, reproduksi hanya terjadi secara generative (seksual). Semua hewan yang termasuk vertebrata bersifat gonokoristik.
Berdasarkan tempat terjadinya, pembuahan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pembuahan luar (fertilisasi eksternal) dan pembuahan dalam
(fertilisasi internal).
1) Fertilisasi Eksternal
Pada fertilisasi eksternal, pertemuan antara sperma dan ovum terjadi di luar tubuh induk betina, tepatnya di air. Hewan yang melakukan
fertilisasi eksternal menghasilkan sperma atau ovum dalam jumlah yang sangat banyak. Hal ini dilakukan untuk mengatasi banyaknya
hambatan yang merintangi terjadinya pertemuan sperma dan ovum.
Hal-hal yang tidak menguntungkan bagi terjadinya fertilisasi eksternal antara lain sebagai berikut :
a) Arus air yang deras
b) Hewan pemakan telur (predator)
c) Pelepasan ovum dan sperma dalam waktu yang tidak bersamaan atau ovum sudah mati (karena kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan) sebelum bertemu sperma.
Fertilisasi eksternal terjadi pada anggota vertebrata yang termasuk kelas Pisces (ikan), dan Amphibia (amfibi).
2) Fertilisasi internal
Pada fertilisasi internal pertemuan antara sperma dan ovum terjadi di dalam tubuh induk betina, di saluran ovum yang disebut
oviduk/saluran Fallopi. Fertilisasi internal terjadi pada anggota kelas reptilian (hewan melata), aves (burung), dan mammalia (hewan
menyusui).
Hasil dari proses pembuahan ialah zigot yang akan tumbuh dan berkembang menjadi embrio. Berdasarkan letak dan cara memperoleh
makanan pada masa perkembangan embrio, serta wujud embrio pada waktu keluar dari tubuh induknya dikenal 3 cara reproduksi, yaitu:
a) Ovipar (bertelur)
adalah jenis reproduksi dengan cara menghasilkan telur yang berkembang dan menetas di luar tubuh induknya. Misalnya pada
ayam, burung, ikan, dan katak.
b) Ovovivipar (bertelur-beranak)
adalah reproduksi yang menghasilkan telur dan memeliharanya di dalam tubuh induknya, tetapi embrio tidak mendapat makanan
dari induknya. Misalnya pada kadal dan ular boa.
c) Vivipara (beranak)
adalah reproduksi dengan cara memelihara telur yang dibuahi di dalam tubuh induknya selama perkembangannya, embrio
mendapatkan makanan dari induknya. Misalnya pada kucing, kambing, dan hewan menyusui lainnya.
Reproduksi hewan vertebrata
1) Ikan
Ikan merupakan kelompok hewan ovipar. Ikan betina dan ikan jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Ikan betina tidak
mengeluarkan telur yang bercangkang, namun mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang lebih lanjut apabila tidak dibuahi
oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka. Saat akan bertelur, ikan
betina mencari tempat yang rimbun oleh tumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam air.
Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dari testis yang disalurkan melalui saluran urogenital (saluran kemih
sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui kloaka, sehingga terjadi fertilisasi di dalam air (fertilisasi eksternal). Peristiwa ini
terus berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi melekat pada tumbuhan air atau pada celah-celah batu.
Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 2440 jam. Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya dari sisa kuning telurnya, yang tampak seperti gumpalan
di dalam perutnya yang masih jernih. Dari sedemikian banyaknya anak ikan, hanya beberapa saja yang dapat bertahan hidup.
2) Reproduksi Amfibi
Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar.
Adapun proses reproduksi katak:
1) Katak jantan dan katak betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi diluar tubuh.
2) Pada saat kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus (katak jantan akan menempel pada punggung katak
betina dan menekan perut katak betina).
3) Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air, setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur
(membrane vitelin).
4) Sebelumnya ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong.
5) Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk. Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang
menggembung yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduknya berkelok-kelok dan
bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma. Sperma duhasilkan oleh
testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas
deferens, sperma lalu bermuara di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga
kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas
dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap.
Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivore. Berudu awal kemudian berkembang dari
herbivore menjadi karnivora atau insektivora (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paruparu, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai
berani muncul ke permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan dua organ,
yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya
lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.
3) Reproduksi Reptil
Kelompok reptile seperti kadal, ular, dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi
internal). Pada umumnya reptile bersifat ovipar, namun ada juga reptile yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal. Telur
ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun makanannya di peroleh dari cadang makanan yang ada
dalam telur. Reptile betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Uvum kemudian beregerak disepanjang oviduk menuju kloaka.
Reptile jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak disepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan
testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis (merupakan dua penis
yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet). Pada saat kelompok hewan
reptile mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptile betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan
dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada
kebanyakan jenis reptile, telur ditanam pada tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan
kuning telur yang berlimpah.
Hewan reptile seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar
hidupnya di dalam air. Namum mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.
4) Reproduksi burung
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi
di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
Pada burung betina hanya ada satu ovarium yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut
rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi
uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di
kloaka. Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi
akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi
oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur akan menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung.
Anak burung menentas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup
matanya dan belum dapat mencari makanan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
5) Reproduksi mamalia
Semua jenis mamaia (sapi, kambing, dan marmot) merupakan hewan vivipara (kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina
memiliki alat kelamin luar, sehingga pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan
mengawini mamalia betina.
Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak disepanjang oviduk menuju uterus. Setelah uterus, terdapat serviks (liang
Rahim) yang berakhir pada vagina. Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang dihasilkan
testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal ureter juga bermuara saluran prostat dari kelenjar
prostat. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan media tempat hidup sperma.
Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus dan oviduk untuk mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi
sperma akan membentuk zigot yang selanjutnya akan menempel pada dinding uterus. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan
fetus. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat makanan dan oksigen
yang diperoleh dari uterus induk dengan perantara plasenta (ari-ari) dan tali pusar.
6) Reproduksi pada serangga
Serangga merupakan hewan ovipar yang melakukan fertilisasi internal. Siklus/daur hidup pada serangga dinamakan dengan
metamorfosis. Metamorfosis dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Metamorfosis sempurna, pada kupu-kupu.
2. Metamorfosis tidak sempurna, pada belalang, kepik, kecoak
Sumber :
Ayu Constantya, Nisone. 2019. ILMU PENGETAHUAN ALAM Untuk SMP/MTs Kelas 9 Semester Ganjil. Solo : CV Pilar Pustaka.
Sally, V.K., dkk. 2017. IPA TERPADU 3 SMP Kelas IX. Jakarta Timur : Yudhistira.
Download