Dokumen Program Penataan dan Penguatan Organisasi

advertisement
REFORMASI BIROKRASI
KATA PENGANTAR
Reformasi
Birokrasi
yang
diselenggarakan
LAN
maupun
instansi
pemerintah lainnya memerlukan pemenuhan beberapa prasyarat sebagai langkah
awal guna mewujudkan tujuan reformasi itu sendiri.
Penguatan unit organisasi merupakan salah satu prasyarat dalam
pelaksanaan Reformasi Birokrasi, sebagaimana yang diamanatkan dalam
Permenpan No 20 tahun 2010 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi 2010 - 2014.
Penguatan unit organisasi LAN tidak hanya meliputi unit kerja bagian tatalaksana,
kepegawaian dan diklat saja, tetapi juga penajaman struktur tugas dan fungsi unit
kerja lainnya.
Dalam dokumen ini disajikan analisis struktur yang mengulas beberapa
alternatif jenis struktur organisasi, serta rekomendasinya yang disarankan untuk
kelembagaan LAN sesuai dengan karakteristik tugas dan fungsinya.
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
i
Dalam hal ini dokumen penguatan ini disusun dalam rangka memberikan
bahan pertimbangan untuk desain organisasi atau kelembagaan LAN ke depan.
Substansi bahasan dalam dokumen ini bersifat wacana akademik yang menyajikan
potret ideal kelembagaan LAN dengan segala pertimbangan keilmuannya.
Sehingga dengan demikian, dokumen ini bukan merupakan dokumen yang
bersifat legal formal yang menjadi landasan hukum struktur organisasi LAN.
Jakarta, April 2011
Kepala
Lembaga Administrasi Negara
Dr. Asmawi Rewansyah, M.Sc.
ii
Program Penataan dan Penguatan Organisasi
REFORMASI BIROKRASI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
PENDAHULUAN...................................................................................................................... 1
A.
LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 1
B.
PERMASALAHAN........................................................................................................ 4
C.
TUJUAN ...................................................................................................................... 5
D.
STRUKTUR ANALISIS DAN OUTPUT............................................................................ 6
DESAIN STRUKTUR ORGANISASI ............................................................................................ 7
A.
ELEMEN DASAR ORGANISASI..................................................................................... 7
B.
PENATAAN KELEMBAGAAN ....................................................................................... 9
C.
PARAMETER DESAIN ................................................................................................ 15
D.
PILIHAN STRUKTUR ORGANISASI ............................................................................. 20
ANALISIS STRUKTUR ............................................................................................................ 25
PENUTUP ............................................................................................................................. 36
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
S
ecara konseptual, administrasi negara berkenaan dengan
Sistem
Penyelenggaraan Negara, untuk mencapai tujuan bernegara sebagaimana
dimaksud UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam hal ini,
Administrasi Negara memiliki fokus perhatian pada fenomena “penyelenggaraan
negara” atau “administrasi dan manajemen negara” yang berkenaan dengan
keseluruhan unsur dan interaksi antar unsur negara (warganegara, wilayah negara,
dan pemerintahan negara), tujuan negara, serta posisi dan peran negara dan
warganegara (masyarakat) dalam keseluruhan aktivitas di dalamnya.
Sebagai suatu sistem, Administrasi Negara dipraktekan dan dikembangkan
oleh suatu bangsa untuk melakukan kegiatan atau mewadahi upaya bangsa yang
bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan bersama dalam bernegara.
Sedangkan secara instrumental administrasi negara memiliki fokus perhatian pada
implementasi kebijakan negara serta interaksinya dengan stakeholder lainnya
termasuk aktor politik, ekonomi, masyarakat serta komunitas internasional dalam
pencapaian tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi.
Cakupan substantif administrasi negara beranjak dari konsep administrasi
negara sebagai administrasi mengenai negara, yang mempunyai 2 (dua) dimensi
pokok, yaitu organisasi dan manajemen. Atas dasar itu, administrasi negara
meliputi: pertama organisasi penyelenggara negara yang meliputi tatanan
organisasi lembaga negara dan organisasi pemerintahan, baik di tingkat Pusat
maupun
Daerah.;
dan
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
kedua
manajemen
pemerintahan
dalam
hal
1
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara berdasarkan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam konteks ini kedudukan dan peran
organisasi dan pemerintahan di tingkat eksekutif dilaksanakan oleh sistem
birokrasi, yang memegang peranan penting untuk mencapai tujuan berbangsa dan
bernegara. Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI (SANKRI) berlandaskan secara
idiil, Pancasila dan konstitusional UUD 1945.
Sebagaimana yang diamanatkan di dalam alinea ke-2 pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa visi bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara adalah “Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur”. Sementara itu misi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
sebagaimana diamanatkan di dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
pada kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Seiring dengan globalisasi yang mendorong terjadinya perubahan besar
dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, telah berkembang
paradigma baru dalam penyelenggaraan negara yang menuntut terwujudnya
kepemerintahan yang baik (good governance). Paradigma baru tersebut berbasis
pada penciptaan sistem pemerintah yang efisien, efektif, akuntabel, amanah dan
mendorong pemberdayaan masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat di
dalamnya terkandung makna adanya semangat untuk menegakkan kemitraan
(partnership) dalam pengelolaan negara antar tiga pilar kepemerintahan
(governance): Negara/Pemerintah, swasta/dunia usaha dan masyarakat. Dengan
kata lain, governance yang baik ditandai dengan hubungan yang sinergis dan
konstruktif di antara ketiga pihak tersebut. Dengan demikian, dalam governance
terlibat segenap pelaku, yaitu keseluruhan pihak yang berkepentingan
(stakeholders), yang pada dasarnya terdiri atas pemerintah, swasta/dunia usaha
2
MANAJEMEN PERUBAHAN
dan masyarakat.
Dalam good governance pemerintah, bukan hanya sebagai
pemberi layanan jasa, melainkan lebih berperan sebagai regulator dan fasilitator
untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya kapasitas dunia usaha
dan masyarakat.
Agar mampu mengaktualisasikan nilai dan prinsip good governance,
diperlukan suatu manajemen kebijakan publik yang tepat pula. Proses kebijakan
publik tersebut berlangsung dalam sistem administrasi negara, yang bertujuan
untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan berbangsa dan bernegara. Proses
kebijakan publik di Indonesia berlangsung dalam dinamika kehidupan bernegara
yang mengampu segenap unsur negara, yaitu penyelenggara negara, masyarakat
dan wilayah NKRI. Manajemen kebijakan publik mencakup keseluruhan proses
pengelolaan kebijakan publik dalam berbagai tahapannya, sejak formulasi,
implementasi hingga evaluasi, termasuk unsur/aspek yang terdapat dalam setiap
tahapan tersebut, baik teknis, substansi, pelaku maupun kelembagaannya.
Dalam hubungan tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) sebagai
instansi pemerintah pusat merupakan bagian tidak terpisahkan dari kerangka
pembangunan administrasi negara. Sebagai leading institution di bidang
administrasi negara, maka eksistensi, peran dan fungsi kelembagaan LAN menjadi
sangat signifikan dalam menentukan arah pembangunan administrasi negara.
Sebagai instansi dengan core-competency di bidang kajian/litbang dan kediklatan,
serta pengembangan kelimuan adminisrasi, maka skala kerja LAN bersifat nasional,
karena menyentuh hampir seluruh lapisan stakeholder di pusat maupun di daerah.
Dengan berbagai dinamika yang terjadi di masyarakat, khususnya pada
stakeholder, telah memberi ruang terhadap keinginan untuk melakukan beberapa
upaya perubahan dan perbaikan, maka LAN memandang perlu untuk merespon
sekaligus mendorong terjadinya proses perubahan tersebut. Dalam rangka
mendukung dan mendorong proses perubahan tersebut, LAN secara institusi
membutuhkan upaya penyesuaian diri untuk menajamkan tugas dan fungsi,
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
3
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
berikut kelembagaannya yang kemudian dirancang dalam bangunan reformasi
birokrasi. Penajaman tugas, fungsi dan kelembagaan LAN ini dilakukan melalui
penguatan unit organisasi yang menjadi prasyarat reformasi birokrasi.
B.
PERMASALAHAN
Beberapa persoalan yang muncul terkait dengan dinamika dan perubahan
tersebut muncul dari lingkungan internal maupun eksternal, khususnya berupa
persoalan organisasi, maupun tuntutan dari stakeholder.
Dari sisi internal, khususnya dalam aspek kelembagaan, persoalan yang
dihadapi LAN saat ini adalah antara lain;
1. kurang terinternalisasinya visi bersama, khususnya di antara para
pegawai dengan pimpinan unit kerjanya, sehingga menyulitkan
terbangunnya harmoni dan sinergi kerja dalam unit tersebut.
2. adanya ketidakserasian kegiatan antar unit organisasi, sebagai akibat
kurang optimalnya pemanfaatan media komunikasi dan koordinasi
kerja.
3. kurang seimbangnya struktur organisasi dengan beban kerja.
4. belum optimalnya dalam pelaksanaan fungsi pembinaan diklat.
5. rendahnya mutu penyelenggaraan diklat aparatur, serta
6. belum jelasnya status kelembagaan STIA.
Sedangkan dari sisi eksternal berbagai persoalan yang dihadapi LAN saat
ini dalam aspek kelembagaan antara lain;
1. masih terjadinya overlapping dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan
kewenangan dengan instansi pemerintah yang lain.
2. adanya ketidakpastian/ kerancuan kedudukan baik dari segi struktur
organisasi pemerintahan maupun segi substansi kewenangan.
4
MANAJEMEN PERUBAHAN
3. kurang jelasnya kedudukan (positioning) LAN sebagai lembaga
supporting staff Presiden, dan
4. belum adanya kesamaan persepsi publik terhadap luasnya cakupan
administrasi negara. Dalam aspek manajemen beberapa permasalahan
yang muncul antara lain terjadinya overlapping program dan kegiatan
antara LAN dengan lembaga pemerintahan sejenis (Kantor Menpan,
BKN), bahkan juga dengan lembaga pemerintah lainnya (Kementerian
Dalam Negeri).
C.
TUJUAN
Tujuan penguatan unit organisasi yang secara fungsional melaksanakan
fungsi organisasi, tatalaksana, kepegawaian dan diklat adalah :
1. Membangun konsolidasi internal dan eksternal dalam konteks
pembagian peran dan fungsi kelembagaan yang jelas di antaraLAN
dengan stakeholder dan shareholdernya.
2. Merancang bangun struktur organisasi LAN sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan dan kesiapan sumber daya yang dimiliki.
3. Penajaman peran dan fungsi LAN di bidang kajian/litbang dan diklat,
serta pengembangan keilmuan dalam sistem administrasi negara .
4. Rekomendasi bentuk kelembagaan LAN yang disesuaikan dengan
kapasitas diri lembaga serta perkembangan tuntutan yang berasal dari
luar, khususnya para stakeholder dan elemen lingkungan eksternal
lainnya
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
5
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
D.
STRUKTUR ANALISIS DAN OUTPUT
Adapun struktur analisis dari dokumen ini adalah dengan melakukan
penelaahan
beberapa
konsep
kelembagaan
sebagai
pilihan
alternatif
kelembagaan yang dipandang ideal untuk diterapkan ke depan. Selanjutnya
menilai tingkat adaptabilitasnya terhadap struktur tugas dan fungsi LAN saat ini,
serta proyeksinya ke depan. Dan sebagai langkah akhirnya adalah dengan
memberikan rekomendasi beberapa pilihan kelembagaan sebagai wujud dari
penguatan unit organisasi LAN.
Sehingga output yang dihasilkan dai dokumen ini adalah berupa rancangan
struktur organisasi LAN yang dipandang ideal ke depan, sebagai sebuah
rekomendasi awal untuk bahan pertimbangan penyesuaian kelembagaan LAN di
kemudian hari.
6
MANAJEMEN PERUBAHAN
BAB II
DESAIN STRUKTUR ORGANISASI
A.
ELEMEN DASAR ORGANISASI
Organisasi publik maupun bisnis pada dasarnya memerlukan adanya
keutuhan elemen-elemen organisasi dalam desain dasarnya. Elemen-elemen
dasar dari organisasi bekerja secara bersama-sama dalam alur yang berbeda, yaitu
alur kewenangan, alur materi/bahan kerja, alur informasi dan alur proses
keputusan. Oleh karenanya organisasi sebagai sebuah sistem, dapat dilihat dari
berbagai segi, yaitu:
1. organisasi sebagai sebuah sistem kewenangan formal.
2. organisasi sebagai sebuah sistem alur yang teratur.
3. organisasi sebagai sebuah sistem komunikasi informal.
4. organisasi sebagai sebuah sistem konstelasi kerja.
5. organisasi sebagai sebuah sistem proses keputusan ad hoc.
Berdasarkan alur tersebut, desain organisasi pemerintah dirancang dengan
memperhatikan kapasitas kelembagaan yang telah diuraikan sebelumnya. Yang
dimaksud dengan definisi kapasitas dalam hal ini adalah kemampuan seorang
individu, sebuah organisasi atau sebuah sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi
dan mencapai tujuan-tujuan secara efektif dan efisien. Hal ini harus didasari pada
suatu tinjauan yang terus-menerus terhadap kondisi-kondisi kerangka kerja, dan
pada penyesuaian dinamis dari fungsi-fungsi dan tujuan.
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
7
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
Sejak awal Mintzberg menyadari bahwa kebanyakan literatur yang
membahas desain struktur organisasi selalu mengabaikan para praktisi organisasi.
Hal ini terjadi karena banyak dari literatur tersebut lebih cenderung disajikan
dalam bahasa akademisi dan dengan orientasi yang tidak membumi. Oleh karena
literatur-literatur tersebut jarang yang mampu mengungkapkan kesimpulan
penting sebagai sintesis dari sekian banyak tesis dan anti-tesis yang disajikan,
maka para praktisi dipaksa untuk memahaminya sesuai dengan kadar
pemahamannya masing-masing.
Atas dasar itu, Mintzberg membagi struktur organisasi pada umumnya ke
dalam 5 (lima) elemen dasar, yaitu (1) Strategic Apex, yaitu manajer tingkat
puncak yang diberi tanggung jawab keseluruhan untuk organisasi itu, (2) Middle
Line, yaitu para manajer yang menjadi penghubung antara strategic apex dengan
operating core, (3) Techno Structure, yaitu para analis yang mempunyai tanggung
jawab untuk melaksanakan bentuk standarisasi tertentu dalam organisasi, (4)
Operating Core, yaitu para pegawai yang melaksanakan pekerjaan dasar yang
berhubungan dengan produksi barang dan jasa, dan (5) Support Staff, yaitu orangorang yang mengisi unit staf, yang memberi jasa pendukung tidak langsung
kepada organisasi.
Dengan merujuk pada model Mintzberg ini lah kemudian dapat dirancang
atau disusun desain organisasi sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya.
Setiap desain organisasi mengasumsikan diskresi, yang berarti asumsi adanya
kemampuan untuk merubah sistem. Dalam konteks struktur organisasi, desain
berarti
menjalankan parameter struktur organisasi yang mempengaruhi
pembagian kerja dan mekanisme koordinasi, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi bagaimana organisasi berfungsi dan proses pengambilan
keputusan yang dilakukan melaluinya.
8
MANAJEMEN PERUBAHAN
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan struktur organisasi adalah segala hal
yang mencakup baik hal formal maupun informal yang dimanfaatkan organisasi
untuk membagi dan mengkoordinasikan kerja untuk membentuk pola perilaku
yang stabil. Sayangnya perubahan struktur seringkali dianggap sebagai sesuatu
yang sederhana, seperti sederhananya memindahkan kotak-kotak jabatan dalam
bagan organisasi.
Dengan memperhatikan fungsi dari elemen-elemen organisasi tersebut,
maka fungsi lini LAN pada kajian/litbang dan kediklatan, serta fungsi staff akan
terbagi ke dalam masing-masing elemen organisasi tersebut.
B.
PENATAAN KELEMBAGAAN
Secara konseptual, dalam menyusun dan menata pelembagaan tugas dan
fungsi organisasi pemerintah, ada dua variabel yang dapat dijadikan pertimbangan
untuk menentukan jenis kelembagaannya. Variabel pertama adalah political
significance yaitu derajat pentingnya suatu bidang atau masalah secara politik.
Suatu bidang yang memiliki signifikansi politik tinggi harus dipimpin oleh Menteri.
Sedangkan bidang dengan derajat signifikansi lebih rendah maka biasanya tidak
perlu dipimpin oleh pejabat politik. Variabel yang kedua adalah methode of
provision yaitu pola pengaturan melalui mana pemerintah menjawab masalah
masalah publik yang dianggap penting secara politik. Pola pengaturan dibedakan
menjadi dua yang bersifat hirarkis dan non hirarkis. Secara hirarkis berarti
pengaturan dilakukan oleh satu agency atau birokrasi pemerintah yang cukup
besar dengan formalisasi pengaturan yang tinggi. Sedangkan sifat non hirarkis,
pengaturan dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan melibatkan banyak
pihak.
Dalam hubungan ini kapasitas kelembagaan meliputi paling tidak tiga hal,
yaitu menyangkut struktur kelembagaan itu sendiri, sumber daya manusia, dan
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
9
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
mekanisme kerja atau tatalaksana. Aspek struktur kelembagaan adalah
menyangkut struktur dan desain dari sebuah organisasi. Pemahaman mengenai
desain organisasi melahirkan banyak pendapat. Salah satunya yang dapat diambil
kesimpulan bahwa desain organisasi bersifat unik, dalam pengertian sama uniknya
seperti sidik jari. Jadi tidak ada desain organisasi yang betul-betul persis sama
antara satu dengan yang lainnya.
Format kelembagaan organisasi pemerintah pada dasarnya bersifat
dinamis dan dipengaruhi oleh konteks perubahan lingkungan baik perubahan dari
dalam negeri maupun luar negeri. Kecuali untuk bidang-bidang yang dianggap
menentukan kedaulatan suatu negara yaitu urusan luar negeri dan sektor
pertahanan, seluruh kelembagaan pemerintah baik pusat dan daerah pada
dasarnya dapat diubah, dikembangkan atau dibubarkan. Dalam hal ini
kelembagaan dalam LAN juga pada dasarnya mempunyai sifat dinamis ini.
Penataan kelembagaan sangatlah erat kaitannya dengan penataan fungsi
kewenangan yang melekat pada organisasinya. Oleh karenanya dalam rangka
penataan kelembagaan ini, dibutuhkan kompetensi inti sesuai dengan tingkatan
kepemimpinannya. Di lingkungan institusi LAN sendiri terdapat empat tingkat
kepemimpinan, berdasarkan tingkat eselonnya. Untuk tingkat kepemimpinan
pada eselon I, kompetensi inti yang dibutuhkan adalah kompetensi stratejik, di
mana kompetensi ini pada dasarnya yaitu meliputi bagaimana merumuskan,
melaksanakan dan mengendalikan strategi yang efektif di bidang yang menjadi
tanggung jawabnya dalam rangka melaksanakan Visi, Misi dan sasaran stratejik
LAN, khususnya dalam konteks penyelenggaraan kajian administrasi negara dan
pembinaan diklat.
Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsi LAN tersebut, maka tugas dan
fungsi tersebut diterjemahkan ke dalam struktur kelembagaan di tingkat eselon I
LAN yaitu :
a. Sekretariat Utama
10
MANAJEMEN PERUBAHAN
b. Kedeputian I bidang Kajian Kinerja Kelembagaan dan SDA
c. Kedeputian II bidang Kajian Manajemen Kebijakan dan Pelayanan
d. Kedeputian III bidang Penelitian dan Pengembangan Administrasi
Pembangunan dan Otomasi Administrasi Negara
e. Kedeputian IV bidang Pembinaan Diklat Aparatur
f. Kedeputian V bidang Diklat Spimnas
Masing-masing kelembagaan eselon I tersebut mengemban representasi
tugas dan fungsi yang spesifik untuk kemudian menjadi kontribusi dalam
mewujudkan tugas dan fungsi LAN dalam bidang kajian atau kelitbangan dengan
bidang kediklatan. Kelembagaan di tingkat eselon I ini memerlukan kompetensi
inti di bidang kebijakan, yaitu bagaimana merumuskan, melaksanakan dan
mengendalikan kebijakan secara efektif dan efisien di bidang yang menjadi
tanggung jawabnya untuk melaksanakan strategi yang ditetapkan pada tingkat
unit kerja eselon I tersebut.
Dalam hubungan ini Sekretariat Utama sebagai unit pendukung akan
memberikan dan menyediakan dukungan sumber daya organisasi yang
dibutuhkan dalam operasional kerja LAN. Namun untuk masing-masing
Kedeputian akan menyelenggarakan fungsi lini dalam merumuskan, melaksanakan
dan mengendalikan kebijakan sesuai dengan masing-masing mandat formal yang
diembannya, seperti sebagai contoh Kedeputian Kajian akan bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan kajian, atau kedeputian kediklatan akan bertanggung
jawab dalam bidang kediklatan.
Sedangkan untuk penataan kelembagaan di level eselon III, kompetensi
yang dibutuhkan adalah kompetensi program, yaitu bagaimana menyiapkan,
melaksanakan dan mengendalikan program secara efektif dan efisien di bidang
yang menjadi tanggung jawabnya untuk melaksanakan kebijakan yang ditetapkan
pada lingkungan Biro atau unit kerja eselon III lainnya. Adapun penataan
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
11
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
kelembagaan di level eselon IV, dibutuhkan kompetensi teknis operasional di
mana menyiapkan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan teknis operasional
secara efektif dan efisien di bidang yang menjadi tanggung jawabnya untuk
melaksanakan program yang ditetapkan pada lingkungan Bidang atau Bagian.
Pembagian fungsi dalam organisasi Pemerintah menurut Peter Self 1
(1972), didasarkan pada dua prinsip yaitu :
a. Political significance atau bobot kepentingan politik yaitu seberapa penting
bobot politik dari bidang yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Penyelenggaraan fungsi fungsi yang terkait dengan bidang yang dianggap
penting secara politik pada umumnya akan dipimpin langsung oleh Menteri
sebagai figure pejabat politik. Menteri Pendayagunaaan Aparatur Negara
merupakan
bidang
yang
dianggap
penting
bagi
keberlangsungan
pendayagunaan aparatur negara. Dengan dipimpin langsung oleh wakil rakyat,
maka penyelenggaraan kebijakan di bidang Pendayagunaan Aparatur Negara
diharapkan akan lebih responsif dan akuntabel terhadap harapan dan
kepentingan masyarakat secara luas.
b. Methode of Provision yang terkait dengan bagaimana seharusnya bentuk
pelaksanaan tugas dan fungsi harus dilakukan.
Pengelolaan kebijakan dilakukan secara garis besar melalui dua cara yaitu
secara hirarkis (hierarchy) dan melalui cara koordinasi (network). Cara yang
pertama
dilakukan
dimana
perumusan
kebijakan,
pelaksanaan
dan
pengendalian suatu kebijakan dilakukan dalam satu organisasi. Sedangkan
cara yang kedua, organisasi pemerintah yang bersangkutan hanya
mengkoordinir perumusan dan pelaksanaan kebijakan, sementara itu
kewenangan dalam kebijakan kebijakan terkait berada pada organisasi
pemerintah yang lain. Suatu kebijakan dikelola dalam satu organisasi
1
Adminstrative Theories and Politics : an Inquiry into Structure and Processes of Modern
Government, 1972
12
MANAJEMEN PERUBAHAN
pemerintah didasarkan pada pertimbangan dimana bidang kebijakan yang
bersangkutan bersifat strategis bagi kepentingan nasional, memiliki dampak
atau eksternalitas bersifat lintas propinsi dan bidang tersebut belum dapat
dilakukan secara optimal oleh pemerintah daerah ataupun oleh masyarakat.
Pada umumnya-tetapi tidak selalu-bidang kebijakan tersebut merupakan satu
sektor atau kalau tidak bidang bidang tersebut sangat terkait satu sama lain.
Disisi lain mekanisme pengelolaan kebijakan yang dilakukan dengan cara
koordinasi didasarkan pertimbangan bahwa bidang kebijakan yang ditangani
bersifat lintas sektor, memerlukan intervensi yang bersifat tidak langsung.
Disamping itu bentuk koordinasi ini dimaksud sebagai bentuk supporting
sebagai upaya pengakuan otonomi instansi terkait dalam pelaksanaan bidang
bidang kebijakan terkait. Otonomi ini bisa terkait dengan kemandirian
masyarakat atau otonomi daerah.
Pembagian organisasi pemerintah dengan menggunakan prinsip diatas
tentunya tidak bersifat statis tetapi akan menyesuaikan konteks politik. Dalam
keadaan tertentu pengelompokan fungsi dapat berubah dari satu kementerian
kepada kementerian yang lain. Disamping itu karena persepsi elit politik yang
berubah, suatu departemen dapat saja berubah menjadi menteri negara.
Sebaliknya sebuah Menteri negara bisa saja menjadi departemen karena
pertimbangan politik tertentu misalnya karena komitmen pemerintah untuk
menjadikan bidang kebijakan yang ditangani sebagai sebuah prioritas politik
nasional.
Berdasarkan dua variabel tersebut di atas yaitu political significance dan
methode of provision, maka didapat empat kuadran, di mana masing-masing
kuadranakan menentukan jenis kelembagaan yang sesuai.
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
13
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
Political Significance
Tinggi
Rendah
Kementerian non
protfolio
Kementerian porfolio
Lembaga ekstra
struktural
Lembaga pemerintah
non kementerian
Method of Provision
Tinggi
Gambar 1. Kuadran Jenis Kelembagaan
Pada kuadran pertama, di mana political significance tinggi tetapi
pengaturan dilakukan secara non hirarkis, maka bentuk kelembagaan yang
biasanya digunakan adalah bentuk Kementerian non portfolio. Sedangkan jika
pengaturan bersifat hirarkis maka pola kelembagaannya adalah berbentuk
kementerian dengan portfolio atau biasa disebut dengan departemen. Sementara
itu untuk derajat signifikansi politik yang lebih rendah rendah, maka ada dua
kemungkinan yaitu bentuk lembaga pemerintah non kementerian atau suatu
badan non struktural dalam suatu board, dewan, komite dsb.
Dalam hubungan ini LAN baik secara de jure maupun de facto merupakan
lembaga non kementerian yang tidak dipimpin oleh seorang pejabat politik,
melainkan pejabat karir. Sehingga LAN pada dasarnya merupakan lembaga
apolitik. Namun demikian, oleh karena tugas dan fungsi LAN yang berdampak
nasional, serta kapasitas kelembagaan LAN sebagai think-tank lembaga presiden,
maka secara ideal, LAN memerlukan adanya akses yang bisa menjembatani
14
MANAJEMEN PERUBAHAN
produk-produk LAN ke layer politik, sehingga pada akhirnya produk-produk LAN
tersebut dapat diterjemahkan dalam kebijakan.
C.
PARAMETER DESAIN
Adapun parameter desain itu sendiri terbagi atas 9 parameter yang
dikelompokkan dalam 4 grup desain. Desain posisi terdiri atas parameter
spesialisasi pekerjaan, parameter formalisasi perilaku, dan parameter pelatihan
dan indoktrinasi. Desain struktur super meliputi parameter pengelompokkan unit
dan parameter ukuran unit. Desain lateral linkages meliputi parameter sistem
perencanaan dan pengendalian dan parameter liaison devices. Akhirnya adalah
desain sistem pengambilan keputusan yang meliputi parameter desentralisasi
vertikal dan parameter desentralisasi horizontal.
1. Job Spesialization (Spesialisasi Pekerjaan)
Pada dasarnya spesialisasi pekerjaan meliputi dua dimensi, yaitu dimensi
cakupan (scope) atau spesialisasi yang bersifat horizontal.dan dimensi
kedalaman (depth) atau spesialisasi yang bersifat vertikal. Salah satu alasan
mengapa harus dilakukan spesialisasi adalah agar individu pekerja dapat cocok
dengan pekerjaan yang ditanganinya.
2. Behavior Formalization (Formalisasi Perilaku)
Formalisasi perilaku dilakukan untuk mengurangi ketidak seragaman, selain
tentunya untuk meramalkan dan mengendalikan perilaku itu sendiri. Motif
utama dari formalisasi ini adalah untuk mengkoordinasi kegiatan. Formalisasi
ini juga untuk memastikan konsistensi yang akan mengarah kepada produksi
yang efisien. Selain itu formalisasi juga akan memastikan adanya keadilan bagi
poara pelanggan. Namun demikian, formalisasi yang berlebihan juga akan
menyebabkan perilaku yang monoton, penolakan ide-ide inovatif, kesalahan
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
15
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
penanganan pelanggan, peningkatan ketidak hadiran dan bahkan mengganggu
kegiatan organisasi.
3. Training and Indoctrination (Pelatihan dan Indoktrinasi)
Aspek ketiga dalam desain posisi meliputi spesifikasi persyaratan untuk
memegang posisi (jabatan). Oleh karenanya diperlukan usaha untuk
meningkatkan dan memperkuat perilaku individu melalui pelatihan dan
indoktrinasi. Pelatihan berarti sebuah proses di mana keterampilan (skill) yang
berhubungan dengan pekerjaan diajarkan, sementara indoktrinasi adalah
proses di mana norma-norma organisasi dapat dipenuhi.
4. Unit Grouping (Pengelompokkan Unit)
Pengelompokkan
dapat
diilustrasikan
sebagai
proses
pengumpulan
berkesinambungan (successive clustering). Pengelompokkan bukan hanya
untuk kepentingan menyusun organigram, lebih dari itu, pengelompokkan
merupakan cara yang mendasar untuk mengkoordinasikan kerja dalam
organisasi. Pengelompokkan ini paling tidak mempunyai 4 dampak yaitu;
membentuk sistem pengawasan di antara posisi dan unit; memerlukan posisi
dan unit yang bisa saling membagi sumber daya; menciptakan ukuran kinerja;
dan mendorong penyesuaian bersama. Pengelompokkan dapat dilakukan
berdasarkan pengetahuan dan keterampilan, fungsi dan proses kerja, waktu,
output, pelanggan, dan tempat.
5. Unit Size (Ukuran Unit)
Ukuran unit ini berhubungan dengan konsep span of control. Studi yang
berhubungan dengan ukuran unit adalah yang membandingkan struktur tinggi
(tall structure) dengan struktur melebar (flat structure). Dalam hubungannya
dengan mekanisme koordinasi, ada dua hal yang dapat disimpulkan, bahwa
pertama semakin besar penggunaan standarisasi untuk kepentingan
16
MANAJEMEN PERUBAHAN
koordinasi, maka akan semakin besar ukuran unit kerjanya, dan kedua
semakin tinggi ketergantungan pada penyesuaian bersama, maka akan
semakin kecil ukuran unit kerjanya.
6. Planning and Control Systems (Sistem Perencanaan dan Pengawasan)
Tujuan dari perencanaan adalah untuk menentukan output yang dikehendaki
(sebuah standar) di masa mendatang. Sedangkan tujuan dari pengendalian
adalah untuk menilai apakah standar tersebut telah tercapai atau belum.
Perencanaan akan menentukan atau menstandarisasi kuantitas, kualitas,
biaya, dan waktu dari output, termasuk karakteristik spesifik dari output
tersebut.
7. Liaison Devices (Alat-alat Penghubung)
Ketika desain posisi telah selesai disusun, struktur super telah dibentuk, dan
sistem perencanaan dan pengendalian telah selesai dibentuk, maka sebuah
organisasi akan kembali pada sebuah kondisi penyesuaian bersama (mutual
adjustment). Akhir-akhir ini organisasi telah membangun perangkat alat yang
mendorong kontak penghubung antar individu. Perangkat ini bersifat inheren
dalam struktur yang formal. Posisi penghubung dalam struktur organisasi
ditempatkan pada rute komunikasi secara langsung melalui saluran vertikal.
Walaupun tidak memiliki kekuasaan formal, namun karena bekerja di jalur
utama saluran komunikasi, maka posisi ini berkembang menjadi urat nadi
organisasi berikut dengan kekuasaan informalnya.
8. Vertical and Horizontal Decentralization (Desentralisasi Vertikal dan
Horizontal)
Isu sentralisasi dan desentralisasi selalu menjadi wacana dalam setiap diskusi
organisasi. Mintzberg menjelaskan kedua konsep ini dalam hal ketika semua
kekuasaan pengambilan keputusan terletak pada satu tangan individu di
sebuah organisasi, maka kita dapat menyebutnya sebagai struktur
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
17
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
tersentralisasi, namun apabila kekuasaan itu menyebar pada banyak individu
kita
menyebutnya
struktur
terdesentralisasi.
Di
berbagai
literatur
desentralisasi dimaknai melalui 3 cara, yaitu pertama bahwa desentralisasi
merupakan proses pengiriman kekuasaan formal ke bawah melalui rantai
kewenangan, kedua bahwa kekuasaan keputusan (decisional power) bisa tetap
ada di manajer lini dalam sistem kewenangan formal atau malah beralih ke
orang di luar struktur lini, dan ketiga bahwa yang dimaksud dengan
desentralisasi adalah penyebaran pelayanan secara fisik, yang tidak ada
hubungannya sama sekali dengan proses (kewenangan) pengambilan
keputusan.
Selanjutnya dalam penstrukturan organisasi mengarah pada dua
kesimpulan penting yang berbeda. Yang pertama bisa kita sebut hipotesis
kongruen, bahwa penstrukturan yang efektif memerlukan ukuran yang tepat
antara faktor kontngensi dan parameter desain. Hipotesis kedua disebut hipotesis
konfigurasi, yaitu bahwa penstrukturan yang efektif memerlukan sebuah
konsistensi internal di antara paramater-parameter desain.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah struktur organisasi yang lebih tua
berbeda dari struktur organisasi yang muda? Atau apakah struktur organisasi yang
besar berbeda dari struktur organisasi yang lebih kecil? Berdasarkan dari berbagai
studi dan penelitian Mintzberg menemukan bukti bahwa usia dan ukuran
organisasi berpengaruh terhadap struktur, yang semuanya dituangkan dalam 5
hipotesis berikut:
1. semakin tua sebuah organisasi, maka semakin diformalisasi perilakunya.
2. struktur mencerminkan usia penemuan industri.
3. semakin besar sebuah organisasi, maka semakin digali strukturnya, yaitu lebih
terspesialisasi dalam tugas, lebih berbeda antar unitnya, dan lebih terbangun
komponen administratifnya.
18
MANAJEMEN PERUBAHAN
4. semakin besar sebuah organisasi, semakin besar rata-rata ukuran unitnya.
5. semakin besar sebuah organisasi, maka semakin diformalisasi perilakunya.
Telah dipahami dengan jelas bahwa teknologi merupakan faktor yang
berpengaruh dalam desain struktur organisasi, terutama sebagai fenomena
penting dalam operating core. Dalam kaitan ini terdapat 3 hipotesis penting yang
menjelaskan pengaruh sistem teknis dalam struktur organisasi, yaitu:
1. semakin diatur (mengatur) sebuah sistem teknis, maka proses kerja akan
semakin terformalisasi, dan struktur operating core akan semakin birokratis.
2. semakin memuaskan sebuah sistem teknis, akan semakin digali struktur
administrasi, khususnya semakin besar dan semakin profesional staf
pendukungnya, semakin besar pula desentralisasi selektif (kepada staf
pendukung tersebut), dan semakin besar penggunaan alat-alat penghubung
(untuk mengkoordinasi kerja staf tersebut).
3. Otomasi (otomatisasi) operating core akan mentransformasi struktur
administrasi yang birokratis menjadi organik, yaitu terdiri dari beberapa
bagian atau divisi yang berbeda tetapi terhubung satu dengan lainnya.
Faktor signifikan yang juga mempengaruhi dalam mendesain organisasi
Lingkungan diterjemahkan sebagai segala sesuatu di luar organisasi pelanggan,
pesaing, setting geografis, iklim ekonomi, politik, bahkan meteorologi, dan
sebagainya. Variabel-variable yang berhubungan dengan lingkungan antara lain
adalah stabilitas, kompleksitas, market diversity (keragaman pasar), dan hostility
(gangguan). Hipotesis tentang lingkungan antara lain:
1. semakin dinamis sebuah lingkungan, semkain organik strukturnya.
2. semakin kompleks sebuah lingkungan, semakin terdesentralisasi strukturnya.
3. semakin beragam pasar sebuah organisasi, semakin besar kecenderungan
berubah ke arah unit berbasis pasar.
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
19
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
4. gangguan yang ekstrim dari lingkungan akan menyebabkan setiap organisasi
untuk mensentralisasi struktur untuk sementara waktu.
5. disparitas dalam lingkungan mendorong organisasi untuk mendesentralisasi
secara selektif konstelasi kerja yang berbeda.
Di samping itu faktor kekuasaan adalah faktor yang tidak bisa diabaikan
karena memiliki pengaruh penting terhadap struktur organisasi. 3 hipotesis
berikut menjelaskan keterkaitannya, yaitu:
1. semakin besar kontrol eksternal sebuah organisasi, semakin tersentralisasi dan
terformalisasi strukturnya.
2. kekuasaan membutuhkan anggota-anggota yang cenderung menggerakkan
struktur secara terpusat.
3. fashion mempengaruhi (merubah) struktur, bahkan walaupun seandainya
tidak cocok.
D.
PILIHAN STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan pemetaan struktur organisasi dalam 5 elemen tersebut di
atas, maka dapat diidentifikasi beberapa jenis struktur organisasi berdasarkan
dominasi atau peran kunci dari masing-masing elemen tersebut.
Jenis yang pertama adalah Simple Structure (Struktur Sederhana). Bagian
kuncinya adalah strategic apex. Karakter dari struktur sederhana ini adalah tidak
rumit, kompleksitasnya rendah, sedikit formalisasi dan kewenangan yang
terpusat. Pengambilan keputusan biasanya bersifat informal. Contohnya adalah
sebuah toko retail yang memiliki beberapa divisi penjualan. Biasanya kewenangan
pengambilan keputusan hanya ada di tangan pemilik toko tersebut, sehingga
rentang kendalinya cukup lebar.
20
MANAJEMEN PERUBAHAN
Kekuatan struktur ini terletak pada kesederhanaannya, yaitu bersifat
cepat, fleksibel dan membutuhkan sedikit biaya untuk pemeliharaannya. Oleh
karena tidak rumit, maka pertanggung jawaban pun dilakukan secara mudah dan
jelas. Kelemahannya adalah penggunaannya yang terbatas. Dengan struktur yang
sederhana, maka organisasi tersebut tidak akan mampu menjawab kebutuhan
dengan kompleksitas yang lebih tinggi. Selian itu, dengan struktur kewenangan
yang terpusat, maka segala proses pengambilan keputusan penting dalam
organisasi tidak memiliki pembanding yang seimbang mengingat kekuatan
terpusat pada satu orang.
Jenis yang kedua dikenal dengan nama Birokrasi Mesin (Machine
Bureaucracy). Bagian kuncinya adalah techno structure. Karakter penting dari
birokrasi mesin adalah standarisasi. Dari mulai bank, department store, sampai
pada kantor pemerintah, semua menyandarkan proses kerja yang distandarisasi
untuk koordinasi dan kontrol. Birokrasi mesin ini mempunyai tugas operasi rutin
yang sangat tinggi, peraturan yang sangat diformalisasi, tugas-tugas yang
dikelompokkan ke dalam departemen fungsional, wewenang yang disentralisasi,
pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando dengan struktur
administrasi yang rumit.
Kekuatan penting dari struktur birokrasi mesin adalah kemampuannya
untuk melakukan kegiatan yang dstandarisasi dengan cara yang sangat efisien.
Para spesialis berkumpul pada tempatnya masing-masing, sehingga kepuasan
kerja mudah tercapai karena pegawai bekerja dalam lingkungan dan bahasa yang
sama. Dengan formalisasi yang tinggi dan pengambilan keputusan yang terpusat,
birokrasi mesin ini dapat dijalankan dengan baik bahkan oleh manajer menengah
yang tidak berbakat. Kelemahan yang penting dicatat ialah bahwa spesialisasi
tinggi berpotensi menciptakan konflik di antara unit yang berbeda, di samping itu
tujuan fungsional unit dapat mengalahkan tujuan organisasi secara keseluruhan.
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
21
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
Perhatian yang berlebihan terhadap peraturan kadang kala menjadi penyebab
timbulnya hambatan terutama ketika ada tuntutan fleksibilitas dalam kerja.
Struktur ketiga dikenal dengan nama Birokrasi Profesional (Professional
Bureaucracy). Bagian kuncinya adalah operating core. Pada dasarnya birokrasi
profesional
adalah
konfigurasi
yang
menggabungkan
standarisasi
dan
desentralisasi. Perbedaannya dengan birokrasi mesin bahwa konfigurasi birokrasi
profesional lebih menyandarkan proses kerjanya pada spesialisasi sosial dibanding
spesialisasi fungsional, yang artinya bahwa spesialisasi didasarkan atas
kemampuan individual, bukan atas dasar pembagian kerja.
Kekuatan konfigurasi ini terletak pada bagian operating core, karena
desainnya memungkinkan munculnya kemampuan kritis yang dibutuhkan
organisasi. Selain itu dalam organisasi terdapat otonomi sebagai implementasi
konsep desentralisasi, antara lain dalam hal pengambilan keputusan di tingkat
manajemen menengah. Kelemahannya mirip dengan birokrasi mesin, yaitu
adanya kecenderungan muncul konflik antar unit. Dan juga adanya perhatian yang
relatif berlebihan terhadap peraturan, walaupun peraturan tersebut disusun oleh
para profesional.
Adapun struktur yang keempat adalah Struktur Divisional (Divisionalized
Form). Bagian kuncinya adalah middle line. Pada struktur divisional, kekuasaan
terletak pada manajemen tingkat menengah. Jadi sebenarnya struktur divisional
ini adalah kumpulan sejumlah unit-unit yang memiliki otonomisendiri. Oleh
karena divisi-divisi tersebut berdri sendiri, maka manajemen tingkat menengah
mempunyai kontrol yang cukup besar. Divisi-divisi ini pun mirip dengan
perusahaan-perusahaan kecil dengan struktur menyerupai birokrasi mesin, di
mana terdapat di dalamnya diorganisasikan ke dalam kelompok fungsional,
pembagian kerja yang tinggi, formalisasi yang tinggi, dan wewenang yang terpusat
pada manajer di tingkat divisi.
22
MANAJEMEN PERUBAHAN
Kekuatan penting dari struktur divisional ini adalah menempatkan
tanggung jawab bagi sebuah barang dan jasa pada manajer di tingkat divisi.
Artinya bahwa proses kerjanya lebih berorientasi pada hasil—sesuatu yang tidak
bisa dipecahkan pada birokrasi mesin. Selain itu staf pada kantor pusat akan lebih
memusatkan perhatian pada masalah jangka panjang dibanding terlibat pada
rincian kegiatan detail dari divisi-divisi di bawahnya. Kekuatan penting lainnya
bahwa unit-unit otonom dapat dipotong sewaktu-waktu dengan dampak yang
sangat minimal terhadap keseluruhan organisasi. Kelemahan yang muncul antara
lain adanya kemungkinan duplikasi fugsi umum organisasi di tingkat pusat dengan
di tingkat divisi, semisal riset pemasaran dan sebagainya. Duplikasi ini pada
akhirnya akan berpotensi menciptakan konflik antar divisi atau bahkan dengan
kantor pusatnya. Masalah lain adalah masalah koordinasi antar divisi, seperti
contoh distribusi pekerja yang tidak mudah dalam hal transfer atau pemindahan.
Struktur seperti ini sebenarnya sangat cocok untuk lingkungan yang
dinamis dan menuntut efisiensi kerja yang tinggi. Pada level operasional, struktur
ini dapat diadopsi dengan mudah untuk kepentingan optimalisasi sumber-sumber
daya organisasi, dengan memberikan keleluasaan pada level operasional untuk
mengambil keputusan-keputusan teknis, dan memberikan level stratejik pada
kelompok elit organisasi.
Adapun jenis struktur terakhir yaitu struktur Adhocracy. Bagian kuncinya
adalah support staff. Adhocracy bercirikan perbedaan horizontal yang tinggi,
perbedaan vertikal yang rendah, desentralisasi, fleksibilitas dan daya tanggap
yang tinggi. Perbedaan horizontal yang tinggi terjadi karena struktur adhocracy
diisi oleh para profesional dengan tingkat keahlian yang tinggi. Dengan peraturan
yang relatif sedikit, struktur administrasi yang tipis memungkinkan organisasi
untuk selalu melakukan penyesuaian. Pun demikian halnya dengan pengawasan
yang tidak harus tinggi, oleh karena profesional (diasumsikan) memiliki
penghayatan yang tinggi terhadap pekerjaannya. Dalam proses kerjanya, ciri khas
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
23
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
yang biasa adalah bahwa tidak mengikat dan cenderung tidak tertulis. Standarisasi
dan formalisasi tidak dikenal dalam struktur adhocracy, kalaupun ada sangat
sedikit kadarnya. Pengambilan keputusan dilakukan secara terdesentralisir untuk
kepentingan fleksibilitas dan kecepatan.
Keunggulan struktur adhocracy ini adalah kemampuan daya tanggap yang
luar biasa terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Struktur ini dapat
menangani tugas-tugas teknis yang tidak terprogram baik dan yang terlalu
kompleks. Kelemahan struktur ini adalah tidak adanya hubungan atasan-bawahan
yang jelas. Struktur ini juga menciptakan tekanan sosial dan ketegangan psikologis
bagi para anggotanya. Konfigurasi struktur ini termasuk tidak efisien jika
dibandingkan dengan birokrasi profesional, dan juga desainnya bersifat rentan.
24
MANAJEMEN PERUBAHAN
BAB III
ANALISIS STRUKTUR
M
engacu pada konsep –konsep dasar dalam penyusunan organisasi
seperti diuraikan pada bab sebelumnya, maka tahap selanjutnya
adalah melakukan analisis struktur LAN ke depan. Dalam rangka
menyusun struktur organisasi LAN ke depan tersebut, agar lebih efektif, efisien
dan optimal maka perlu diidentifikasi pengungkit (leverage points) mengapa
struktur organisasi perlu dilakukan penguatan yaitu :
1. Adanya kebutuhan untuk melakukan pembaharuan (reformasi)
2. Adanya perubahan lingkungan strategis eksternal baik secara nasional
maupun global
3. Adanya perubahan kebijakan nasional yang menuntut adanya perubahan
struktur LAN
Dalam rangka menjawab tuntutan tersebut maka penguatan struktur
organisasi LAN diarahkan kepada rancangan struktur yang mendukung penguatan
unit kerja khususnya bidang tatalaksana, kepegawaian dan diklat, seperti pada
gambar berikut :
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
25
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
Gambar 2. Rancangan Struktur Organisasi LAN
Sesuai dengan rancangan struktur organisasi pada gambar 1 diatas, secara
mendasar tidak ada perubahan yang secara mendasar pada struktur organisasi
LAN saat ini. Penguatan dilakukan pada struktur dibawah Deputi dalam
mendukung fungsi lini LAN dan struktur dibawah Sestama dalam rangka
memperkuat fungsi supporting unit dalam mendukung reformasi Biokrasi LAN.
1. Penguatan dilakukan melalui sinkronisasi fungsi pada kedeputian dengan
fungsi pusat yang ada saat ini yaitu Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara
yang sebelumnya dibawah Deputi III menjadi bagian dari Deputi II Bidang
Kajian Manajemen Kebijakan dan Pelayanan. Hal ini dilakukan karena Pusat
Kajian Hukum Administrasi Negara merupakan bagian dari ranah kebijakan
yang ada pada kedeputian II.
26
MANAJEMEN PERUBAHAN
2. Dalam
menjawab
tuntutan
lingkungan
eksternal
dimana
upaya
pemberdayaan masyarakat merupakan agenda yang mendesak pemerintah
dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, maka perlu adanya
penambahan struktur Pusat Kajian Pemberdayaan Masyarakat dibawah
Deputi III dalam rangka merespon tuntutan tersebut.
3. Di bidang Diklat, khususnya dalam rangka meningkatkan kualitas pembinaan
Diklat aparatur secara nasional maka perlu dilakukan penjaminan mutu
secara terus menerus. Untuk menjawab hal tersebut maka dibentuklah
Direktorat Penjaminan Mutu pada Deputi Pembinaan Diklat Aparatur.
Di bidang supporting unit, penguatan dilakukan pada biro-biro di bawah
struktur Sestama dalam rangka mendukung pencapaian reformasi birokrasi LAN
seperti pada gambar 3 dibawah ini :
Gambar 3. Rancangan Struktur Organisasi Sekretariat Utama
Sesuai dengan rancangan struktur organisasi Sestama tersebut diatas, ada
penambahan satu biro Hukum, Humas dan Informasi dimana bagian Hukum dan
Humas sebelumnya dibawah Biro perencanaan menjadi biro tersendiri dengan
penambahan fungsi informasi yang mendukung pengelolaan E-office LAN, data
dan informasi. Sedangkan Biro perencanaan, mengacu kepada kebijakan nasional
di bidang perencanaan dan penganggaran yang sudah terintegrasi, maka agar
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
27
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
terjadi sinergi dalam proses perencanaan dan penganggaran serta kerjasama
dibentuklah Biro Perencanaan, keuangan dan kerjasama.
Sedangkan penguatan pada struktur dibawah biro dan pusat/direktorat
pada unit lini, rancangan strukturnya seperti terlihat pada gambar berikut
dibawah ini.
Gambar 4. Rancangan Struktur Organisasi Biro SDM dan Umum
Pada rancangan biro fokus pada SDM dan Umum. Bagian kepegawaian
berubah menjadi bagian SDM karena fungsinya tidak hanya sebatas administrasi
kepegawaian namun juga melakukan manajemen SDM dalam rangka penerapan
Reformasi Birokrasi LAN. Untuk bagian-bagian yang lai pada biro ini secara umum
tidak mengalami perubahan.
28
MANAJEMEN PERUBAHAN
Gambar 5. Rancangan Struktur Organisasi Biro Hukum, Humas dan Informasi
Pada biro ini selain menangani fungsi hukum, organisasi dan humas yang
selama ini sudah ada, juga melaksanakan fungsi pengelolaan data dan informasi
yang merupakan bagian penting dalam mendukung reformasi birokrasi LAN.
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
29
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
Gambar 6. Rancangan Struktur Organisasi Biro Perencanaan, Keuangan, dan
Kerjasama
Pada biro ini nomenklatur pada bagian perencanaan dan pelaporan
membawahi subagian perencanaan program dan penganggaran yang sebelumnya
sebag perencanaan, serta subagian evaluasi dan pelaporan yang sebelumnya
subag pelaporan. Penguatan fungsi ini sejalan dengan kebijakan nasional dibidang
perencanaan dan pelaporan.
30
MANAJEMEN PERUBAHAN
Gambar 7. Rancangan Struktur Organisasi Kedeputian IV
Pada struktur Direktorat yang baru ini yaitu Direktorat Penjaminan Mutu
Diklat selain membawahi bagian administrasi juga membawahi Sub Direktorat
Akreditasi yang memiliki fungsi akreditasi Lembaga Diklat Pemerintah dan
Lembaga Diklat Swasta. Selain itu juga membawahi Sub Direktorat penjaminan
mutu dalam rangka standarisasi dan pengembangan program serta evaluasi dan
monitoring. Struktur Direktorat yang baru ini seperti terlihat pada gambar berikut
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
31
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
Gambar 8. Rancangan Struktur Organisasi Direktorat Penjaminan Mutu Diklat
Berikut ini adalah rancangan struktur untuk Kedeputian V, yang secara
jumlah struktur tidak mempunyai kebutuhan untuk perubahan yang besar.
Gambar 9. Rancangan Struktur Organisasi Kedeputian V
32
MANAJEMEN PERUBAHAN
Jadi pada rancangan struktur Deputi V secara umum tidak ada perubahan
yang mendasar. Struktur Balai bahasa yang sebelumnya dibawah struktur
Pusdiklat Spimnas Bidang TMKP diperkuat menjadi dibawah langsung Deputi V.
Demikian juga unit Perpustakaan yang sebelumnya dibawah struktur Kapusdiklat
Bidang Kepemimpinan menjadi unit yang dibawah langsung Deputi V.
Gambar 10. Rancangan Struktur Organisasi PKP2A
Struktur PKP2A yang merupakan miniatur LAN pada dasarnya tidak
mengalami banyak menuntut perubahan, kecuali dengan adanya struktur baru
assessment center yang sementara berlokasi di PKP2A I Bandung. Tugas dan
fungsi kajian/litbang maupun kediklatan yang diemban oleh LAN, dalam skala
regional diemban oleh PKP2A, yang diteremahkan dalam struktur eselon III Bidang
Kajian dan Bidang Diklat.
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
33
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
Gambar 11. Rancangan Struktur Organisasi Bagian Tata Usaha PKP2A
Sementara untuk kebutuhan struktur di Bagian Tata Usaha PKP2A, fungsi
urusan rumah tangga dan perlengkapan, serta fungsi urusan kepegawaian yang
selama ini dilakukan bagian tata Usaha, secara ideal perlu diwadahi dalam struktur
jabatan tersendiri. Sehingga dengan demikian terdapat tambahan dua jabatan
eselon IV yaitu Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan, dan Sub Bagian
Kepegawaian, yang masing-masing mengemban tugas dan fungsinya seperti
halnya Bagian Rumah Tangga dan Perlengakapan atau Bagian Kepegawaian yang
di Pusat, namun terbatas dalam lingkup PKP2A saja.
Gambar 12. Rancangan Struktur Organisasi STIA
34
MANAJEMEN PERUBAHAN
Pada struktur organisasi STIA tergambar bahwa jabatan eselon hanya ada
pada Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, serta Bagian
Administrasi Umum. Sedangkan jabatan Ketua dan para Pembantu Ketua bukan
merupakan jabatan eselon, namun mendapatkan pengakuan kesetaraan dengan
level eselon II.
Demikian pula dengan fungsi jurusan yang dipimpin oleh ketua Jurusan
juga bukan merupakan struktur baku eselon yang ada di lingkungan STIA. Namun
demikian secara fungsional, jabatan ketua jurusan menjadi sub-ordinasi dari
jabatan Ketua dan Pembantu Ketua I bidang Akademik.
Gambar 13. Rancangan Struktur Organisasi Bagian Administrasi Umum STIA
Dalam struktur Bagian Administrasi Umum, dalam rangka menajamkan
fungsi perencanaan dan pelaporan bagian ini, maka fungsi-fungsi perencanaan
dan pelaporan sebaiknya dipisahkan ke dalam jabatan eselon IV yang baru.
Selama ini fungsi tersebut masih rancu dengan fungsi yang ada di Pusat, atau
masih sangat kurang pelaksanaannya, karena tidak ditegaskan dalam titelatur
jabatan maupun rincian tugas dan fungsi. Hal ini akan mempermudah koordinasi
dan komunikasi perencanaan maupun pelaporan, khususnya dengan Biro POK
LAN.
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
35
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
BAB IV
PENUTUP
Penguatan unit organisasi di lingkungan LAN dilakukan tidak terbatas
hanya pada unit yang mengemban fungsi tatalaksana, kepegawaian maupun
kediklatan saja, namun juga termasuk pada unit-unit kerja lainnya. Penguatan ini
pada dasarnya merupakan salah satu dari bagian untuk mendukung proses
reformasi birokrasi di lingkungan LAN. Hal ini karena tujuan reformasi birokrasi
LAN akan menjadi sulit tercapai apabila organisasi sebagai infrastruktur
pendukung tidak cukup memadai dan sesuai dengan kebutuhan.
Penguatan ini juga dilakukan untuk merespon kebutuhan dan tantangan
dari luar terkait penyelenggaraan tugas dan fungsi LAN. Kebutuhan dan tantangan
ke depan adalah akan LAN yang mengarahkan fokusnya tidak hanya pada
pembangunan infrastruktur administrasi negara saja, tetapi juga lebih responsif
terhadap elemen masyarakat, khususnya dalam isu pemberdayaan masyarakat,
telah mendorong diusulkannya untuk dibentuk Pusat Kajian Pemberdayaan
Masyarakat, yang akan memerankan think-tank dalam bidang pemberdayaan.
Dari sisi internal, alasan dari adanya penguatan unit organisasi ini adalah
kondisi pekerjaan yang sudah overload untuk beberapa bagian di unit-unit kerja
tertentu, yang memaksa perlunya dilakukan organisasi ulang dari tugas dan fungsi
ke dalam wadah-wadah jabatan.
Penguatan ini dilakukan melalui cara penajaman tugas dan fungsi yang
telah ada, memperluas cakupan atau ruang lingkup tugas dan fungsi yang ada, dan
menerjemahkannya ke dalam struktur organisasi agar terwadahi. Pada dasarnya
terdapat pilihan-pilihan dari penguatan unit organisasi ini, antara lain :
36
MANAJEMEN PERUBAHAN
1. Menambah struktur (upsizing)
Penguatan dengan cara ini dilakukan terutama untuk menampung
pekerjaan-pekerjaan yang dipandang sudah melebihi beban kerja yang
normal (overload), dengan konsekuensi yang mengikutinya yaitu seperti
keharusan menambah jumlah jabatan, anggaran dan juga menambah SDM
pendukungnya, serta dukungan sumber daya organisasi lainnya.
2. Menggabungkan (merger)
Penguatan dengan cara ini lebih dari melakukan konsolidasi struktur
internal, dengan memperkuat kewenangan tugas dan fungsi unit kerja
ataupun jabatan dengan menggabungkan beberapa fungsi ke dalam satu
jabatan.
3. Perampingan (downsizing)
Penguatan dengan cara ini dilakukan dengan menyederhanakan struktur
yang berlaku saat ini, namun dengan tetap mempertahankan tugas dan
fungsi yang sudah ada. Konsekuensinya adalah adanya penumpukan atau
distribusi tugas dan fungsi yang tidak merata antar unit kerja atau jabatan
Sedangkan dalam rangka melakukan penguatan organisasi tersebut, juga
terdapat pilihan-pilihan untuk memperkuat kapasitas dukungan sumber daya
manusia (SDM), dengan pendekatan
1. Peningkatan dukungan kualitas SDM melalui Diklat-diklat yang relevan
dengan kebutuhan peningkatan kompetensi sesuai unit kerjanya masingmasing
2. Peningkatan dukungan kuantitas SDM melalui rekrutmen SDM baru untuk
memenuhi kebutuhan SDM dengan kompetensi yang tidak bisa dipenuhi
oleh ketersediaan SDM yang ada
PENGUATAN UNIT ORGANISASI
37
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
38
MANAJEMEN PERUBAHAN
Download