POTENSI TUMBUHAN BERGUNA PADA AREAL HCV (High Conservation Value) DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT (Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu) OMAN NURROHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 Oman Nurrohman. E34070113. Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. (Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu. Dibawah Bimbingan: (1) Siswoyo dan (2) Ervizal A.M. Zuhud Berdasarkan hasil kajian High Conservation Value (HCV) yang telah dilakukan oleh Tim Terpadu (2010a, 2010b, 2010c) di PT Agro Lestari Mandiri (PT ALM), PT Kencana Graha Permai (PT KGP) dan PT Lanang Agro Bersatu (PT LAB) Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, ditemukan jumlah jenis tumbuhan berturut-turut sebanyak 278, 180 dan 300 jenis. Namun data dan informasi mengenai potensi tumbuhan berguna belum diketahui. Data dan informasi tentang potensi tumbuhan berguna yang dibutuhkan sebagai dasar pengelolaan dalam upaya pelestarian tumbuhan berguna belum tersedia, sehingga perlu dilakukan penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi tumbuhan berguna pada areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Juni 2011. Data primer dikumpulkan dengan metode observasi dan studi pustaka, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka. Data yang dikumpulkan adalah foto atau gambar spesies tumbuhan berguna. Sedangkan untuk identifikasi spesies tumbuhan berguna dilakukan dengan melakukan cek silang dengan berbagai buku/literatur tentang tumbuhan berguna yang ada, meliputi : nama lokal, nama ilmiah, nama famili, habitus, kegunaan, bagian yang digunakan, ekologi, serta teknik budidaya. Literatur yang digunakan dalam mengidentifikasi spesies tumbuhan berguna antara lain Heyne (1987), Zuhud et.al. (1994), Zuhud et.al. (2003), PROSEA (1992), dan Rudjiman et.al. (2003). Jenis tumbuhan berguna yang ditemukan pada areal studi dapat dikelompokkan kedalam 13 kelompok kegunaan, yaitu: obat (PT ALM: 103 species, PT KGP: 85 species dan PT LAB: 137 spesies), hias (PT ALM: 24 spesies, PT KGP: 15 spesies dan PT LAB: 25 spesies), aromatik (PT ALM: 15 spesies, PT KGP: 10 spesies dan PT LAB: 26 spesies), pangan (PT ALM: 67 spesies, PT KGP: 55 spesies dan PT LAB: 86 spesies), pakan ternak (PT ALM: 16 spesies, PT KGP: 19 spesies dan PT LAB: 23 spesies), pestisida nabati (PT ALM: 7 spesies, PT KGP: 4 spesies dan PT LAB: 7 spesies), serat (PT ALM: 16 spesies, PT KGP: 9 spesies dan PT LAB: 13 spesies), pewarna dan tanin (PT ALM: 12 spesies, PT KGP: 8 spesies dan PT LAB: 13 spesies), bahan bangunan (PT ALM:74 spesies, PT KGP: 34 spesies dan PT LAB: 71 spesies), ritual adat (PT ALM: 12 spesies, PT KGP: 15 spesies dan PT LAB: 13 spesies), anyaman dan kerajinan (PT ALM: 32 spesies, PT KGP: 19 spesies dan PT LAB: 32 spesies), kayu bakar (PT ALM: 24 spesies, PT KGP: 18 spesies dan PT LAB: 28 spesies) dan kegunaan lainnya (PT ALM: 20 spesies, PT KGP: 12 spesies dan PT LAB: 15 spesies). Kata kunci: Potensi tumbuhan, kegunaan, tumbuhan berguna Oman Nurrohman. E34070113. Potential of Useful Plants in HCV (High Conservation Value) Area in Oil Palm Plantations Ketapang Regency, West Kalimantan (Case Study in PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai and PT Lanang Agro Bersatu) Under Supervision of: (1) Siswoyo dan (2) Ervizal A.M. Zuhud Based on the result of High Conservation Value (HCV) study which performed by Tim Terpadu (2010a, 2010b dan 2010c) in PT Agro Lestari Mandiri (PT ALM), PT Kencana Graha Permai (PT KGP), dan PT Lanang Agro Bersatu (PT LAB) Ketapang regency, West Kalimantan found respectively 278, 180 and 300 plant species. But, from those data, data and information about useful plants wasn’t found. Data and information about potential of useful plants, which needed as a base for management of useful plants conservation efforts, haven’t provided yet, thus this research was needed. The objective of this research to identify potential useful plants in the area of oil palm plantations in Ketapang, West Kalimantan. The experiment was conducted in April 2011 to June 2011. The Data are collected include: data of plant species in the study area, the general condition of the location, population data, socio-economic conditions and community data in the entire study area. While identification of useful plants species is done by cross-check with books/literature that consist of some information about: local name, including: local name, scientific name, family, habitus, uses, used parts, ecology, and cultivation techniques. The books/literature that used for identifying are , Heyne (1987), Zuhud et al (1994), Zuhud et al (2003), PROSEA (1992), and Rudjiman et al (2003). Based on data analysis, plant species in the study area are grouped into 13 groups of uses, they are medicine (PT ALM: 103 species, PT KGP: 85 species and PT LAB: 137 species), oramental (PT ALM: 24 species, PT KGP: 15 species and PT LAB: 25 species), aromatic (PT ALM: 15 species, PT KGP: 10 species and PT LAB: 26 species), food (PT ALM: 67 species, PT KGP: 55 species and PT LAB: 86 species), fodder (PT ALM: 16 species, PT KGP: 19 species and PT LAB: 23 species), pesticides (PT ALM: 7 species, PT KGP: 4 species and PT LAB: 7 species), fiber (PT ALM: 16 species, PT KGP: 9 species and PT LAB: 13 species), dyes (PT ALM: 12 species, PT KGP: 8 species and PT LAB: 13 species), building material (PT ALM:74 species, PT KGP: 34 species and PT LAB: 71 species), ritual (PT ALM: 12 species, PT KGP: 15 species and PT LAB: 13 species), rattan and handicraft (PT ALM: 32 species, PT KGP: 19 species and PT LAB: 32 species), firewood (PT ALM: 24 species, PT KGP: 18 species and PT LAB: 28 species) and other uses (PT ALM: 20 species, PT KGP: 12 species dan PT LAB: 15 species). Keyword: Potential plants, utilities, useful plants POTENSI TUMBUHAN BERGUNA PADA AREAL HCV (High Conservation Value) DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT (Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu) OMAN NURROHMAN Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV ( High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu)” adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai Karya Ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2011 Oman Nurrohman NIM E34070113 Judul Penelitian : Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu) Nama Mahasiswa : Oman Nurrohman NRP : E34070113 Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas : Kehutanan Menyetujui, Komisi Pembimbing Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II, Ir. Siswoyo, M.Si Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS NIP. 19650208 199203 1 003 NIP. 19590618 198503 1 003 Mengetahui, Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 1984030 1 003 Tanggal Lulus : RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kuningan, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat pada 16 September 1989 sebagai putra pasangan Alim dan Eti Umiyati. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu pendidikan Sekolah Dasar di SDN 02 Ciporang, lulus pada tahun 2001, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP N 1 Kuningan, lulus pada tahun 2004, dan sekolah menengah atas di SMA N 1 Kuningan, lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis lolos Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Institut Pertanian Bogor dengan memilih Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan yakni anggota Kelompok Pemerhati Flora (KPF “Rafflesia”) HIMAKOVA (2008-2011), anggota Organisasi Mahasiswa Daerah Kuningan (2008-2011). Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam (CA) Sancang-Taman Wisata Alam (TWA) Papandayan, Jawa Barat (2009), Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Gunung Walat (2010). Selain itu, penulis juga telah melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur (2011). Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai, PT Lanang Agro Bersatu)” di bawah bimbingan Ir. Siswoyo, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian yang kami rangkum dalam penulisan skripsi berjudul “Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu)”. Karya tulis ini merupakan hasil pemikiran yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya dan mudah-mudahan dapat dijadikan rujukan atau acuan adanya suatu perubahan dalam pengelolaan sumberdaya alam sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengelolaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Disamping itu, dengan adanya pemanfaatan sumberdaya alam sebagai alternatif penunjang kebutuhan hidup manusia diharapkan dapat meningkatkan upaya efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi upaya pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan berguna pada areal perkebunan kelapa sawit. Bogor, Agustus 2011 i UCAPAN TERIMAKASIH Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulisan hasil penelitian (skripsi) ini dapat terselesaikan dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan bimbingan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu dan Ayahanda tercinta, adik tersayang serta seluruh keluarga besar atas kasih sayang, do’a, dan motivasi yang selalu tercurahkan kepada penulis, 2. Bapak Ir. Siswoyo, M.Si. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS. sebagai dosen pembimbing dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, 3. Ibu Resti Meilani, S.Hut, M.Si. selaku ketua sidang dan Ibu Dr. Ir. Ulfah Juniarti Siregar, M.Agr. selaku dosen penguji yang telah menguji dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini, 4. Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah menyediakan tempat selama penelitian ini berlangsung, 5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Kehutanan dan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah banyak membantu dalam administrasi dan pelaksanaan penelitian, 6. Bapak dan Ibu Dosen Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan pengajaran dan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan di IPB, 7. Sahabat kontrakan Sahdu_07, Aryo, Erul, Zia dan Lukman serta nonSahdu_07, Ade, Sobri, Fahmi, dan Faris atas kekeluargaan dan kebersamaan yang telah terjalin, 8. Rekan seperjuangan, Nayunda Pradma Widyaninggar yang senantiasa membantu dan merepotkan selama penelitian berlangsung, 9. Keluarga besar KSHE 44 “KOAK”, Rona, Marwa, Bayu, Dinar, Windu, Dahlan, Neneng, serta seluruh rekan-rekan yang telah membantu selama kegiatan penelitian berlangsung, ii 10. Teman-teman Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, serta keluarga besar FAHUTAN IPB atas kebersamaan, pengalaman, tawa, canda, dukungan, dan motivasi kepada penulis, 11. Bapak dan Ibu guru SDN II Ciporang, SLTP N 2 Kuningan, dan SMA N 1 Kuningan yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengajaran, nasehat, dan arahan kepada penulis, 12. Keluarga besar HIMARIKA Kuningan atas kekeluargaan dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis, 13. Seluruh pihak terkait yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam pelaksanaan penelitian yang tidak sempat disebutkan satu-persatu. Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dan pahala oleh Allah SWT, amin. iii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. i UCAPAN TERIMAKASIH......................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................. iv DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................... 2 1.3 Manfaat Penelitian........................................................................ 2 1.4 Kerangka Pemikiran .................................................................... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Berguna Indonesia...................................................... 4 2.2 Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia ......................................... 11 2.2 Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat sekitar Hutan ............. 12 2.2 Tipe Ekosistem ............................................................................. 13 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu......................................................................... 16 3.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 16 3.3 Metode .......................................................................................... 16 BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 PT Agro Lestari Mandiri .............................................................. 23 4.2 PT Kencana Graha Permai ........................................................... 26 4.3 PT Lanang Agro Bersatu .............................................................. 29 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekayaan Spesies Tumbuhan Berguna .................................................... 33 5.1.1 PT Agro Lestari Mandiri ................................................................ 33 5.1.2 PT Kencana Graha Permai ............................................................. 40 iv 5.1.3 PT Lanang Agro Bersatu................................................................ 46 5.2 Pemanfaatan Tumbuhan ........................................................................... 54 5.2.1 Kelompok Kegunaan...................................................................... 55 5.2.1.1 Tumbuhan Obat ............................................................... 55 5.2.1.2 Tumbuhan Pangan ........................................................... 59 5.2.1.3 Tumbuhan Hias ............................................................... 62 5.2.1.4 Tumbuhan Aromatik ....................................................... 63 5.2.1.5 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak ................................ 65 5.2.1.6 Tumbuhan Penghasil Pestisida nabati ............................. 66 5.2.1.7 Tumbuhan Penghasil Serat .............................................. 67 5.2.1.8 Tumbuhan Pewarna ......................................................... 69 5.2.1.9 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan........................... 70 5.2.1.10 Tumbuhan Untuk Ritual Adat ....................................... 72 5.2.1.11 Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman, dan Kerajinan ... 73 5.2.1.12 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar ................................. 74 5.2.1.13 Kegunaan Lainnya......................................................... 75 5.2.2 Keterkaitan Budaya Masyarakat Dayak terhadap Hutan ............... 76 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan................................................................................... 79 5.5 Saran ............................................................................................. 79 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 80 LAMPIRAN .................................................................................................. 84 v DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Jenis dan metode pengumpulan data .................................................. 16 2. Klasifikasi kelompok kegunaan spesies tumbuhan ............................ 20 3. Klasifikasi kelompok dan macam penyakit/penggunaan ................... 21 4. Jumlah penduduk di Kecamatan Nanga Tayap berdasarkan matapencaharian ................................................................................. 5. Rekapitulasi spesies tumbuhan berguna di areal studi ....................... 25 33 6. Sebaran spesies tumbuhan di PT Agro Lestari Mandiri ..................... 34 7. Status perlindungan dan kategori kelangkaan tumbuhan ................... 39 8. Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Kencana Graha Permai .... 40 9. Kekayaan habitus pada areal ijin PT. Kencana Graha Permai ........... 43 10. Status perlindungan dan kategori kelangkaan tumbuhan ................... 45 11. Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Lanang Agro Bersatu ....... 47 12. Kekayaan spesies berdasarkan famili ................................................. 49 13. Status kelangkaan tumbuhan di PT. Lanang Agro Bersatu ................ 51 14. Klasifikasi kegunaan tumbuhan di areal studi.................................... 54 15. Beberapa spesies tumbuhan obat yang berada pada areal studi ......... 57 16. Rekapan kelompok penyakit pada areal studi .................................... 58 17. Beberapa spesies penghasil pangan pada areal studi ......................... 59 18. Tingkatan habitus spesies penghasil pangan ...................................... 61 19. Beberapa spesies tumbuhan hias di areal studi .................................. 62 20. Beberapa spesies tumbuhan aromatik di areal studi ........................... 64 21. Beberapa spesies penghasil pakan ternak di areal studi ..................... 65 22. Spesies penghasil pestisida nabati di areal studi ................................ 67 23. Beberapa spesies tumbuhan penghasil serat pada areal studi............. 68 24. Beberapa spesies penghasil bahan pewarna ....................................... 69 25. Beberapa spesies penghasil bahan bangunan pada areal studi ........... 71 26. Beberapa spesies tumbuhan untuk ritual adat .................................... 72 27. Beberapa spesies penghasil tali, anyaman, dan kerajinan .................. 73 28. Beberapa spesies tumbuhan penghasil kayu bakar............................. 75 29. Beberapa spesies tumbuhan kegunaan lainnya .................................. 76 vi DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian............................................................... 3 2. Famili dengan spesies terbesar di PT Agro Lestari Mandiri ...................... 37 3. Kekayaan habitus tumbuhan berguna di PT. Agro Lestari Mandiri ........... 38 4. Beberapa famili dengan jumlah spesies tertinggi ............................... 43 5. Keanekaragaman habitus tumbuhan di areal studi ............................. 50 vii DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Peta Lokasi Areal Ijin PT. Agro Lestari Mandiri ............................... 85 2. Peta Lokasi Areal Ijin PT. Kencana Graha Permai ............................ 86 3. Peta Lokasi Areal Ijin PT. Lanang Agro Bersatu............................... 87 4. Daftar spesies tumbuhan pada areal studi .......................................... 88 5. Daftar famili yang ditemukan pada areal studi .................................. 101 6. Spesies tumbuhan berguna pada areal studi ....................................... 104 7. Lokasi pengamatan pada areal studi ................................................... 132 8. Sebaran tumbuhan berguna di PT Agro Lestari Mandiri ................... 134 9. Sebaran tumbuhan berguna di PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu.................................................................... 142 10. Daftar spesies tumbuhan obat di areal studi ....................................... 152 11. Daftar spesies tumbuhan penghasil pangan di areal studi .................. 156 12. Daftar spesies tumbuhan hias di areal studi ....................................... 159 13. Daftar spesies penghasil aromatik di areal studi ................................ 160 14. Daftar spesies penghasil pakan ternak di areal studi .......................... 161 15. Daftar spesies penghasil serat pada areal studi .................................. 162 16. Daftar spesies penghasil bahan pewarna di areal studi ...................... 163 17. Daftar spesies penghasil bahan bangunan di areal studi .................... 164 18. Daftar spesies tumbuhan ritual adat di areal studi .............................. 167 19. Daftar spesies tumbuhan penghasil kerajinan dan anyaman .............. 168 20. Spesies penghasil kayu bakar di areal studi ....................................... 170 21. Spesies tumbuhan dengan kegunaan lainnya pada areal studi........... 171 22. Dokumentasi beberapa spesies tumbuhan berguna ........................... 172 viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi dengan luasan hutan hujan tropis terbesar di Indonesia. Kawasan konservasinya meliputi kawasan hutan cagar alam seluas 153.275 ha, taman nasional seluas 1.252.895 ha, hutan wisata alam mencapai 29.310 ha dan hutan lindung mencakup areal seluas 2.307.045 ha. Ada pun suaka alam lainnya mencapai 210.100 ha. Kawasan budidaya hutan meliputi hutan produksi terbatas seluas 2.445.985 ha, hutan produksi biasa 2.265.800 ha, dan hutan produksi konversi mencapai 514.350 ha. Kabupaten Ketapang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Ketapang didominasi oleh hutan dan perkebunan disamping perumahan dan peruntukan lain. Kabupaten Ketapang memiliki luas perkebunan kelapa sawit terbesar (28,87%) dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Kalimantan Barat. Luas perkebunan kelapa sawit di kabupaten ini menurut laporan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat adalah 1.356.227 Ha yang dikelola oleh 79 perusahaan kelapa sawit. Berdasarkan hasil rekapitulasi perkembangan perizinan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat, luasan tersebut terbagi kedalam lima kategori proses perizinan yaitu (1) izin lokasi (380.020 Ha) dimiliki oleh 25 perusahaan, (2) informasi lahan (217.900 Ha) dimiliki oleh 13 perusahaan, (3) IUP (492.432 Ha) dimiliki oleh 29 perusahaan, (4) izin sudah HGU (285.875 Ha) dimiliki oleh 12 perusahaan, dan (5) HGU (66.710 Ha). Sementara itu, berdasarkan kajian High Conservation Value (HCV), dapat diketahui bahwa keanekaragaman spesies tumbuhan di PT Agro Lestari Mandiri sebanyak 343 jenis, PT Kencana Graha Permai sebanyak 205 jenis, dan PT Lanang Agro Bersatu sebanyak 349 jenis. Dalam rangka mendukung upaya pelestarian dan pemanfaatannya, data dan informasi potensi tumbuhan berguna sangat dibutuhkan, namun data tentang potensi tumbuhan berguna saat ini belum tersedia. 2 Di sisi lain, pemanfaatan tak terkendali oleh masyarakat menjadi sebuah masalah tersendiri bagi upaya pelestariannya. Tingginya pemanfaatan spesies tumbuhan oleh masyarakat tidak diimbangi dengan usaha budidayanya sehingga tingkat keterancaman jenisnya tinggi. Disamping itu, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian spesies tumbuhan masih kurang terlihat. Apabila hal ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan spesies tumbuhan berguna tersebut akan berkurang baik dari kuantitas maupun kualitasnya sehingga ancaman kepunahannya sangat besar. 1.2 Tujuan Mengidentifikasi potensi tumbuhan berguna pada areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi pihak pengelola dalam rangka upaya pelestarian dan pemanfaatannya. 1.4 Kerangka Pemikiran Ancaman kelangkaan dan kepunahan spesies tumbuhan dilindungi pada areal perkebunan saat ini sangat mengkhawatirkan. Permasalahan yang saat ini ada dapat menghilangkan manfaat ekologi yang terkandung dalam spesies tumbuhan berguna jika tidak ada upaya pelestarian dan pemanfaatan yang dilakukan secara lestari. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan secara lestari, yaitu: (1) Budaya masyarakat, (2) Ketersediaan tentang teknik pemanenan, (3) Ketersediaan infromasi tentang potensi tumbuhan, dan (4) Ketersediaan informasi tentang bagian tumbuhan yang dibudidayakan. Untuk mengetahui sejauh mana faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan berguna pada beberapa areal perkebunan di Kabupaten Ketapang, maka diperlukan kajian dan analisis mengenai: (1) Identifikasi potensi tumbuhan berguna, (2) Teknik pemanenan, (3) Ketersediaan teknik budidaya tumbuhan, dan (4) Budaya masyarakat. 3 Secara sekematis kerangka pemikiran kajian potensi tumbuhan berguna di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat disajikan pada Gambar 1. Kondisi Saat Ini Kondisi Akan Datang • Keanekaragaman spesies tumbuhan di PT Agro Lestari Mandiri sebanyak 343 jenis, PT Kencana Graha Permai sebanyak 205 jenis, dan PT Lanang Agro Bersatu sebanyak 349 jenis • Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat belum dilakukan secara lestari • Potensi tumbuhan berguna belum diketahui • Data dan informasi tentang potensi tumbuhan berguna tersedia • Keberadaan tumbuhan dilindungi dan langka terjamin • Data dan informasi tentang budidaya tumbuhan berguna tersedia Ancaman • Kelangkaan dan kepunahan • Manfaat ekologi hilang Upaya pelestarian dan pemanfaatannya Identifikasi budaya Identifikasi potensi masyarakat dayak tumbuhan berguna Identifikasi informasi bagian tumbuhan yang dibudidayakan Kekayaan Tumbuhan Pemanfaatan Tumbuhan Berguna Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian kajian potensi tumbuhan berguna di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Berguna Indonesia 2.1.1 Pengertian Tumbuhan merupakan organisme yang dapat tumbuh dan berkembangbiak secara vegetative maupun generative dengan cirinya adalah bersifat stasioner atau tidak bisa berpindah atas kehendak sendiri. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) mendefinisikan tumbuhan sebagai segala sesuatu yang tumbuh, segala sesuatu yang hidup dan berbatang, berakar, berdaun dan lain-lain (seperti rumput, pohon, bambu, perdu, semak, dan lain-lain). Sedangkan Berguna memiliki persamaan kata yaitu bermanfaat, berfaedah, ada gunanya, mendatangkan kebaikan. Sehingga pengertian tumbuhan berguna adalah tumbuhan yang memiliki manfaat dan faedah serta berguna bagi kehidupan manusia 2.1.2 Pengelompokan Tumbuhan berguna Indonesia dikelompokan berdasarkan manfaat atau kegunaan yang telah diketahui oleh masyarakat. pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh berbagai etnis di Indonesia sangat beranekaragam. Purwanto dan Walujo (1992) dalam Kartikawati (2004) menggolongkan tumbuhan kedalam 12 kegunaan meliputi tumbuhan sebagai bahan sandang, pangan, bangunan, alat rumah tangga dan pertanian, tali-temali, anyaman, perlengkapan upacara adat, obat-obatan dan kosmetik, kegiatan sosial dan kegiatan lainnya. 2.1.2.1 Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang bagian tumbuhannya (akar, batang, kulit, buah, biji, dan getah) mempunyai khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau tradisional (Suhirman, 1987 dalam Suyono 1991 ). Adiputra (2007) mengemukakan bahwa tumbuhan obat biasanya tumbuh di tanah pekarangan atau di tanah yang tidak produktif seperti lereng atau jurang, lembah sungai, dan tanah pekarangan di belakang rumah. Namun karena terjadi kepadatan penduduk dan semakin 5 banyaknya bangunan, maka banyak tumbuhan obat menjadi hilang dari habitatnya. Menurut Zuhud dan Haryanto (1994) tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokan menjadi : (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional, (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis, dan (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional. Zuhud dan Haryanto (1994) menambahkan bahwa tumbuhan obat merupakan salah satu komponen penting dalam pengobatan tradisional yang telah digunakan sejak lama di Indonesia. Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik untuk mencari senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada. Pencarian tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan secara empiris, etnobotani, dan etnofarmakologi (Djauhariya dan Hernani 2004). Sangat dan Larashati (2002) menyatakan Penggunaan tumbuhan obat didalam kehidupan masyarakat tradisional masih tergolong tinggi. Masyarakat menggunakan tumbuhan obat sebagai bahan baku dari jamu untuk menjadikannya sebagai bagian dari pengobatan herbal. 2.1.2.2 Tumbuhan Hias Tanaman hias merupakan salah satu komoditi hortikultura non pangan yang digolongkan sebagai holtikultur. Kehidupan sehari-hari komoditas ini dibudidayakan untuk menikmati keindahannya. Tumbuhan hias merupakan komoditi hortikultura non-pangan yang digolongkan ke dalam hortikultur, dalam kehidupan sehari-hari dibudidayakan untuk hiasan dalam dan luar rumah (Arafah 2005). 6 2.1.2.3 Tumbuhan Aromatik Tumbuhan aromatik dapat juga disebut tumbuhan penghasil minyak atsiri. Tumbuhan penghasil minyak atsiri memiliki ciri bau dan aroma karena fungsinya yang paling luas dan umum diminati adalah sebagai pengharum, baik sebagai parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun pada produk rumah tangga lainnya. Minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari bagian-bagian tumbuhan (Agusta 2000 dalam Kartikawati 2004) Tumbuhan penghasil aroma atau wangi-wangian dikenal dengan istilah penghasil minyak atsiri. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri berbau dan aroma karena fungsi utamanya adalah sebagai pengharum baik parfum, kosmetik, penyegar ruangan, sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun produk rumah tangga (Kartikawati 2004). Tanaman penghasil minyak atsiri termasuk dalam family Pinaceae, Labiateae, Comporitae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar atau umbi (rhizoma), yang merupakan bahan baku produk farmasi dan kosmetik alamiah disamping digunakan sebagi kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Beberapa jenis tumbuhan penghasil aroma adalah jahe (Zingiber officinalle), kenanga (Cananga odorata), kayu manis (Cinnamomomum burmanii) dan sebagainya. 2.1.2.4 Tumbuhan Penghasil Pangan Tumbuhan pangan adalah kebutuhan vital dalam kehidupan manusia. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun, dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia (jika dimakan ternak dinamakan pakan). Jenis penghasil pangan yaitu tumbuhan yang mengadung karbohidrat, sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan. Tanaman pangan di Indonesia ada yang memiliki daerah penyebaran khususnya hanya terdapat di daerah tertentu karena perbedaan iklim dan ada yang menyeluruh. Demikian pula dengan penggunaannya, selain memenuhi kebutuhan pangan dengan berbagai bentuk, digunakan pula untuk kepentingan lain 7 (Moeljopawiro dan Manwan 1992). Lebih lanjut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1. Komoditas utama, seperti padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max Merr), kacang tanah (Arachsis hypogeal L.), jagung (Zea mays L.) dan sebagainya 2. Komoditas potensial, seperti sorgum (Andropogon sorgum), sagu (Metroxylon spp) dan sebagainya 3. Komoditas introduksi, seperti ganyong (Canna edulis Ker.), jawawut (Panicum viridae L.), kara (Dolicchos lablab L.) dan sebagainya. Uluk et al. (2001) menerangkan bahwa masyarakat dayak di Taman Nasional Kayan Mentarang memanfaatkan buah-buahan sebagai sumber vitamin yang penting dan sangat digemari. Buah-buahan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dayak diantaranya adalah Durio oxleyamus, Durio zibethinus, Dimocarpus longan, Nephelium lappaceum, Nephelium maingayi, Mangifera caesia, Mangifera indica, Artocarpus integer, Artocarpus lancetifolius, Lansium domesticum, Xanthophyllum excelsa, dan lain-lain. Rata-rata ada 8 sampai 12 jenis buah-buahan yang dipanen per keluarga per kampung. Sekitar 17% sampai 38% dipanen dari hutan liar dan selebihnya dipetik dari hasil yang ditanam di kebun. 2.1.2.5 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak Tumbuhan penghasil pakan ternak adalah seluruh jenis tumbuhan yang diberikan kepada hewan pemeliharaan baik langsung maupun dicampur. Menurut Manetje dan Jones (1992) dalam Kartikawati (2004), pakan ternak adalah tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora. Jenis ini bisa dibudidayakan dan mudah dijumpai. Misalnya di padang rumput, pematang sawah, tebing, dan tanaman penutup pada perkebunan. Salah satu jenisnya adalah rumput pahit (Axonopus compressus). Menurut Sutarno (1996), jenis yang diperuntukan penghasil pakan perlu memiliki sifat menghasilkan daun dan polong yang disukai hewan untuk dimakan, tahan terhadap pemotongan, pemangkasan, dan peluruh, tumbuh cepat terutama pada awal pertumbuhan, mudah menyesuaikan terhadap perbedaan tempat dan lingkungan tahan terhadap naungan berat apabila ditanam bersama jenis yang 8 yang lain, meningkatkan kesuburan tanah dan tahan terhadap perusakan oleh hama, penyakit dan hewan. 2.1.2.6 Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. Pestisida nabati adalah racun hama yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas (Arafah 2005). Pestisida nabati merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan untuk mengendalikan mikroorganisme pengganggu tumbuhan atau tanaman. Fungsinya bisa sebagai penolak, penarik, pemandul, pembunuh dan bentuk lainnya. Menurut Asdyanasari (2009), tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: 1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: piretrium, aglaia, babadotan, bengkuang, bitung, jaringau, saga, serai, sirsak dan srikaya. 2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat adalah tumbuhan yang menghasilkan suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina. Bahan kimia tersebut akan menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah daun wangi dan selasih. 3. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran (efek aborsi atau kontrasepsi) dan penekan populasi dengan cara meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid, sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Dua jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah jenis gadung KB dan gadung racun. 9 4. Kelompok tumbuhan moluskisida adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida, diantaranya: daun sembung, akar tuba, patah tulang dan tefrosia (kacang babi). 5. Kelompok tumbuhan pestisida serba guna adalah kelompok tumbuhan yang tidak berfungsi hanya satu jenis saja, misalnya insektisida saja, tetapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida dan lainnya. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: jambu mete, lada, mimba, mindi, tembakau dan cengkih. 2.1.2.7 Tumbuhan Bahan Pewarna dan Tanin Tumbuhan pewarna adalah jenis tumbuhan yang dapat memberikan pengaruh warna terhadap benda baik berpa makanan, minuman, atau benda lainnya setelah diolah sebelumya. Penelitian Rifai dan Waluyo (1992) terhadap kehidupan suku Madura menyebutkan bahwa proses peramuan zat pewarna dari tumbuhan adalah suatu kejelian dari nenek moyang yang telah turun-temurun mengolah dan memanfaatkan jenis tumbuhan sebagai sumber daya nabati yang diketahui mengadung zat warna. Jenis-jenis tumbuhan penghasil warna diantaranya adalah daun suji (Pleomele angustifolia) untuk warna hijau, kunyit (Curcuma domestica) pengahasil warna kuning, dan sebagainya. Tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat, seringkali berupa ekstrak dari pepangan atau bagian lain terutama daun, buah dan puru. Hasil dari penyamakan kulit dengan tannin berupa kulit samak yang banyak manfaatnya, selain samak kulit juga dapat menyamak jala, tali dan layar. Tanin juga digunakan sebagai perekat, pewarna dan mordan (Lemmens & Soetjipto, 1999). 2.1.2.8 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan Tumbuhan penghasil bahan bangunan oleh masyarakat adat digunakan untuk membuat atau membangun rumah, tempat berkumpul dan beristirahat, dan sarana ibadat. Kartikawati (2004) menyebutkan bahwa bahan bangunan utama pada masyarakat suku Dayak Meratus adalah pohon-pohon dihutan, ada pula rotan dan bambu. Jenis-jenis yang umum digunakan adalah sengon 10 (Paraserianthes falcataria), jati (Tectona grandis), ulin (Eusideroxylon zwageri), dan sebagainya. 2.1.2.9 Tumbuhan Keperluan Ritual Adat dan Keagamaan Diantara pengetahuan tentang tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat, ada yang bersifat spiritual magis dan ritual. Demikian pula pemanfaatannya, salah satunya yaitu pemanfaatan di bidang upacara. Indonesia yang terdiri kurang lebih 350 etnis dapat memberikan gambaran pemanfaatn tumbuhan di masing-masing tempat yang khususnya dipakai dalam berbagai upacara. Dalam upacara-upacara adat yang dilakukan, terutama yang berkenaan dengan upacara daur hidup, tumbuhan banyak dipakai (Kartiwa & Wahyono 1992). Tumbuhan dalam masyarakat adat memegang peranan yang penting dalam hal ritual dan keagamaan. Seperti keberadaan tepung ketan yang sangat istimewa pada masyarakat Dayak Meratus dalam kehidupannya. Sifat ketan yang butir-butirnya saling merekat erat bila ditanak dan tahan lama menempatkannya sebagai sesajen yang harus selalu ada dalam setiap ritual adat (Kartikawati 2004). Kartiwa dan Martowikrido (1992) menjelaskan bahwa tumbuhan yang dipakai dalam ritual adat dan keagamaan memiliki ciri : 1. Sifat-sifat dari tumbuhan tertentu, khususnya bungan dihubungkan dengan sikap feminism, ini sering dihubungkan dalam upacara pemberian nama pada anak perempuan, diberi nama : dahlia, mawar, lili, dan melati. 2. Sifat tumbuhan dan nama tanaman yang diasosiasikan dengan kata-kata yang mengandung nilai baik, misalnya dalam upacara perkawinan jawa. Misal pisang raja (agar memiliki kedudukan yang tinggi), kantil (kesetiaan adalah kunci kebahagiaan rumah tangga), dan sirih (perlambang keakraban). 3. Tanaman yang digunakan sebagai pengharum dan bumbu-bumbu untuk pengawetan mayat (upacara kematian di Tana Toraja), antara lain limau (Citrus histrix DC), daun kelapa (Cocos nucifera L.), dan berbagai rempahrempah lainnya. 2.1.2.10 Tumbuhan Anyaman dan Kerajinan Tumbuhan penghasil anyaman dan kerajinan adalah tumbuhan yang dibuat tali, anyaman, maupun kerajinan. Beberapa jenisnya dalah bambu, rotan, dan kayu. Hanan (1992) menyebutkan di pintu masuk Kebun Raya Bogor terdapat 11 lebih dari 21 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan untuk dibuat kerajinan yang berasal dari perdu berkayu dan tumbuhan pohon. Diantaranya jenisnya adalah petai Cina (Leucaena leucocephala), biji flamboyan (Delonix regina), Bambusa vulgaris, dan lainnya. 2.1.2.11. Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar Hampir semua jenis tumbuhan berkayu dapat dijadikan bahan untuk kayu bakar. Namun tentunya ada beberapa kriteria seperti (Sutarno, 1996 dalam Arafah, 2005): 1. Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim, 2. Pertumbuhan tajuk baik, setiap tumbuh pertunasan yang baru, 3. Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang singkat, 4. Kadar air rendah dan mudah dikeringkan, 5. Menghasilkan kayu yang padat dan tahan lama ketika dibakar, 6. Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar. 2.2 Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia Hutan hujan tropis Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang tidak bisa diabaikan keberadaanya. Potensi flora yang terkandung di dalamnya sangat beraneka ragam. Hutan tropis lndonesia merupakan 10% dari hutan tropis dunia dan 40-50% hutan tropis Asia. Di dalam hutan tropis ‘Indonesia terdapat sekitar 4.000 spesies pohon, 267 spesies di antaranya merupakan spesies komersil. Hutan tropika Indonesia juga merupakan habitat bagi 500 spesies mamalia (100 spesies di antaranya endemik) dan 1.500 spesies burung (IUCN, 1992). Sekitar 4.000 jenis pohon dimanfaatkan sebagai kayu gergajian dan pertukangan, namun dari jumlah tersebut baru sekitar 400 jenis yang dikenal secara ekonomi. Potensi yang terpendam dalam hutan hujan tropis tidak hanya berupa kayu gergajian dan pertukangan, namun dapat berupa tumbuhan berguna yang nilainya jauh lebih besar daripada potensi kayu di hutan. Wilayah lndonesia mencakup tiga wilayah vegetasi yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, yaitu (Sormin, 1990) : 1. Wilayah Asia: meliputi Sumatera dan Kalimantan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae. 12 2. Wilayah Australia: mencakup Irian Jaya, Maluku, dan Sunda Kecil yang dicirikan oleh dominannya Famili Araucariaceae dan Myrtaceae. 3. Wilayah Transisi, meliputi Sulawesi dan Jawa yang didominasi oleh Myrtacea dan Verbenacea. Dibandingkan dengan negara-negara Asia-Pasifik, Indonesia memiliki Indeks Keanekaragaman Hayati (Biodiversity Index) tertinggi (Paine, 1997 dalam Setiawan, 2001). Walaupun kepulauan Indonesia hanya mewakili 1,3% luas daratan dunia, tetapi memiliki 25% species ikan dunia, 17% spesies burung, 16% reptil dan amphibi, 12% mamalia, 10% tumbuhan dan sejumlah invertebrata, fungi, dan mikroorganisme (Gautam et al. 2000). 2.3 Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat Sekitar Hutan Tumbuhan bagi masyarakat sekitar hutan merupakan suatu bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat sekitar hutan umumnya memanfaatkan tumbuhan yang berasal dari hutan untuk berbagai keperluan individu maupun kelompoknya. Penelitian Uluk et al. (2001) mengenai masyarakat Dayak di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang membuktikan bahwa pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar hutan sampai saat ini masih terus dilakukan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Dayak di sekitar TN Kayan Mentarang sangat tergantung pada berbagai jenis hasil hutan. Tercatat sebanyak 139 sampai 214 jenis hasil hutan yang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, antara lain sebagai sumber makanan, obat, bahan bangunan, sumber penghasil uang tunai, upacara dan kebudayaan. Masyarakat Dayak Meratus di Kalimantan Tengah memanfaatkan tumbuhan yang berasal dari hutan untuk berbagai keperluan hidupnya. Bagi masyarakat Dayak Meratus sumber daya hutan merupakan seumber penghidupan, yaitu tempat untuk berladang dan memperoleh berbagai kebutuhan hidup lainnya, seperti berburu dan meramu. Pola kehidupan masyarakat Dayak Meratus tersebut berlandaskan pada asas-asas alamiah, asas tradisional terkait dengan pola pemanfaatan dan pengetahuan tradisional yang berlaku secara turun temurun seperti pelaksanaan upacara ritual adat, ilmu gaib, keyakinan dan pengobatan tradisional. Sedangkan asas kekeluargaan terlihat pada hampir semua aktivitas 13 tidak hanya dilakukan oleh satu keluarga inti (umbun), namun dilakukan secara bersama-sama dalam satu bubunan (Kartikawati 2004). Hubungan yang erat antara masyarakat dengan sumber daya alam dengan kehidupan sehari-hari tercermin pada ketergantungan hidup mereka terhadap sumber daya alam yang tersedia. Oleh karena itu, mereka membuat tatanan adat istiadat yang mengatur pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungannya, seperti sistem perladangan, sistem pemungutan hasil hutan dan pelestarian sumber daya hutan. 2.4 Tipe Ekosistem Ekosistem dapat dianggap sebagai komunitas dari seluruh tumbuhan dan satwa termasuk lingkungan fisiknya, yang secara bersama-sama berfungsi sebagai suatu unit yang tidak terpisahkan atau saling tergantung satu sama lain. Odum (1993) menerangkan bahwa ekosistem adalah suatu unit fungsional dasar dalam ekologi yang didalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan diantara keduanya saling mempengaruhi. Indriyanto (2008) menyebutkan bahwa formasi ekosistem hutan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang dominan terhadap pembentukan dan perkembangan komunitas dalam ekosistem hutan. Ekosistem yang berbeda memiliki komunitas yang berbeda dan pola interaksi antara biota dan lingkungan biofisiknya juga berbeda. Kekayaan spesies tumbuhan pada tiap ekosistemnya berbeda-beda tergantung kepada struktur penyusunnya. Krebs (1985) menyebutkan ada enam faktor yang menyebabkan perubahan keanekaragaman jenis organisme dalam suatu ekosistem yaitu (1) Waktu, (2) Pemangsaan, (3) Heterogenitas ruang, (4) Persaingan, (5) Stabilitas lingkungan, dan (6) Produktivitas. 2.4.1 Hutan Dataran Rendah Hutan dataran rendah merupakan ekosistem yang memiliki kekayaan spesies dan tingkat endemisitas tertinggi dibandingkan dengan tipe ekosistem lainnya. Penelitian lain (Critical Ecosystem Partnership Found 2011) mengenai keanekaragaman hutan dataran rendah menyebutkan bahwa sebagian besar spesies tumbuhan endemis sumatera ditemukan di hutan-hutan dataran rendah dengan ketinggian tempat dibawah 500 m dpl. Spesies yang ditemukan pada hutan 14 dataran rendah di areal ijin ini sebagian besar berasal dari famili Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, dan famili Fabaceae. Penelitian Kuswanda dan Antoko (2008) menyebutkan bahwa pada hutan dataran rendah (hutan sekunder) didominasi oleh spesies yang berasal dari famili Dipterocarpaceae yaitu meranti (Shorea gibbosa Brandis). Kekayaan spesies tertinggi di hutan dataran rendah umumnya terdapat pada areal sempadan sungai. Ekosistem riparian sepanjang sungai mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai filter untuk mengendalikan laju erosi dan sedimentasi agar tidak masuk sungai. Selain itu sempadan sungai juga memiliki fungsi sebagai koridor pergerakan satwa dari berbagai habitat yang berbeda dan tempat pengungsian satwa yang habitatnya semakin menipis (Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia, 2009). Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 837/Kpts/Um/11/1980, pada ekosistem riparian harus dilakukan upaya perlindungan yang disebut sebagai sempadan sungai dengan batas 50-100 meter kiri-kanan sepanjang sungai tergantung besarnya sungai. 2.4.2 Hutan Kerangas Hutan kerangas merupakan suatu tipe hutan yang berada pada tanah miskin hara. Umumnya tumbuh berkelompok pada hutan hujan dipterocarpaceae campuran dengan kondisi pH tanah antara 3 – 5,5 (Kartawinata 1990). Komposisi floristik hutan kerangas bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi biasanya terdapat jenis tertentu yang secara konsisten selalu ada dan mencirikan tipe hutan ini terutama dengan tipe tanah podosol (Riswan 1987 dalam Kissinger 2002). Hutan kerangas merupakan bentuk tipe hutan yang menggambarkan suatu komunitas tumbuhan yang tumbuh pada kondisi habitat yang relatif stabil dan serba terbatas. Didalamnya terkandung suatu mekanisme proses pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme yang tumbuh pada kondisi lingkungan yang khusus (Kissinger 2002). Kuantitas spesies yang rendah pada ekosistem kerangas dikarenakan kondisi ekstrimnya yang menampakkan tanah pasir terbuka dan kanopi hutannya terbuka dengan tinggi pohonnya hanya 5 – 10 m (Whitmore 1986). 15 2.4.3 Rawa Air Tawar Rawa air tawar merupakan daerah rendah yang selalu tergenang air. Spesies yang ada dalam ekosistem rawa umumnya tahan terhadap tanah yang tergenang air. Beberapa ciri dari tipe ekosistem rawa adalah ekosistem hutan yang tidak terpengaruh oleh iklim, terdapat pada daerah dengan kondisi tanah yang selalu tergenang air tawar, pada daerah yang terletak dibelakan hutan payau (mangrove) dengan jenis tanah aluvial, dan kondisi aerasinya yang buruk (Santoso 1996 dalam Indriyanto 2008). Indriyanto (2008) menambahkan bahwa beberapa spesies tumbuhan yang biasa ditemukan pada ekosistem rawa antara lain Palaqium leiocarpum, Shorea uliginosa, Campnosperma macrophylla, Garcinia spp, Eugenia spp., Canarium spp., Koompasia spp., Calophyllum spp., Xylopia spp.. Pada umumnya spesies tumbuhan yang ada didalam ekosistem hutan rawa cenderung berkelompok membentuk komunitas tumbuhan yang miskin spesies. Dengan kata lain penyebaran pada ekosistem rawa air tawar tidak merata. BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Perpustakaan Fakultas Kehutanan IPB dan perpustakaan LSI IPB serta pengambilan dokumentasi gambar dilakukan di Kebun Raya Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juni 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: laptop merk Asus Eee PC dengan program Microsoft Excel dan Microsoft Word, buku panduan lapang tumbuhan berguna Indonesia, kamera digital dan alat tulis-menulis. Bahanbahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: dokumen hasil penelitian dan dokumen analisis vegetasi serta dokumen hasil kajian High Conservation Value (HCV) yang telah dilakukan pada PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai, dan PT Lanang Agro Bersatu Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Jenis Data yang Dikumpulkan Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari: data jenis tumbuhan di areal studi, foto jenis tumbuhan berguna, kondisi umum lokasi, data kependudukan pada masing-masing areal studi dan data kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar areal studi. Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data Data dan Informasi yang dikumpulkan 1. Spesies Tumbuhan di areal studi : a. Nama lokal b. Nama ilmiah c. Nama famili d. Habitus 2. Spesies Tumbuhan Berguna di Kalimantan Barat : a. Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan Metode Pengumpulan Data Studi Pustaka (Data diolah dari laporan survey HCV Tim Terpadu (2010a, 2010b, 2010c)) 17 Data dan Informasi yang dikumpulkan Metode Pengumpulan Data b. Habitus c. Habitat d. Status e. Kegunaan f. Bagian tumbuhan yang digunakan g. Cara penggunaan 3. Foto spesies tumbuhan Kondisi Umum Lokasi Penelitian : Observasi Lapang Studi Pustaka a. Letak geografis b. Luas areal c. Batas wilayah d. Topografi e. Pola penggunaan lahan f. Iklim g. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat 3.3.2.Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mencari pustaka dan literatur serta foto/gambar dari spesies yang terdapat di areal studi. Data diperoleh dari berbagai pustaka dengan rinciannya sebagai berikut: 1. Tim Terpadu. 2010a. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan Nilai Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Agro Lestari Mandiri, Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Agro Lestari Mandiri dengan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 2. Tim Terpadu. 2010b. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan Nilai Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Kencana Graha Permai, Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Kencana Graha Permai dengan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 3. Tim Terpadu. 2010c. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan Nilai Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Lanang Agro Bersatu, Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Lanang Agro Bersatu dengan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 18 4. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I – IV. Badan Litbang Kehutanan. Yayasan Wana Jaya. Jakarta. 5. Rudjiman, Andriyanti DT, Indriyanto, Wiyono, Fauzie L, Nuranida I, Saraswati R. 2003. Buku Acuan Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1-5. Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dengan Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta. 6. Zuhud, E.A.M., Siswoyo, Hikmat A, Sandra E, Adhiyanto E. 2003. Buku Acuan Tumbuhan Obat Indonesia Jilid VI – X. Kerjasama Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta. 7. Verheij EWM., Coronel RE., editor. 1992. PROSEA No. 2 : Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation. Bogor. 8. Lemmens, R.H.M.J, N.W. Soetjipto. 1999. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 3. Tumbuh-tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin. PROSEA. Balai Pustaka Bekerjasama dengan PROSEA Indonesia. Bogor. 9. Sutarno H. 1996. Paket Modul Partisipatif : Pengenalan dan Pemanfaatan Tumbuhan Penunjang. Prosea Indonesia-Yayasan Prosea. Bogor. 10. Hanan, A. 1992. Pemanfaatan Jenis-jenis Tumbuhan Bahan Kerajinan di Sekitar Pintu Masuk Kebun Raya Bogor. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:Bogor. 11. Djauhariya E, Hernani. 2004. Budidaya Tanaman Obat Komersil. Jakarta: Penebar Swadaya. 12. Zuhud, E.A.M., Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, IPB – Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). 3.3.3 Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari studi literatur kemudian diolah baik secara manual maupun komputerisasi untuk memperoleh data tentang nama spesies lokal dan 19 ilmiah, famili, habitus, bagian yang digunakan, manfaat dan kegunaan, serta potensi dan penyebarannya. Secara lengkap hasil identifikasi disusun berdasarkan famili dan spesies dilanjutkan dengan analisis potensi dan manfaat serta tipe ekosistemnya. Dalam pengolahan data diperlukan adanya proses penyuntingan dan pengkodean data yang dilakukan melalui program Microsoft Excel dan Microsoft Word. Keduanya memiliki fungsi untuk memudahkan di dalam pengklasifikasian data lebih lanjut. 1. Penyuntingan Data Kegiatan penyuntingan data bertujuan untuk menyunting kembali catatan guna mengetahui apakah catatan tersebut sudah cukup baik untuk keperluan proses berikutnya. Data yang disunting merupakan data-data yang telah diperoleh dari lokasi penelitian. 2. Pengkodean Data Pengkodean data dilakukan untuk klasifikasi terhadap data-data yang diperoleh menurut macamnya dengan memberi kode tertentu pada catatan atau pada informasi tertentu. Tujuan dari kegiatan pengkodean data ini yaitu untuk mempermudah penyusunan hasil penelitian. 3.4 Pengolahan Data 3.4.1 Identifikasi Tumbuhan Berguna Identifikasi jenis tumbuhan berguna dilakukan dengan cek silang melalui program Microsoft Excel (penyuntingan dan pengkodean data) yang kemudian dicocokkan dengan berbagai buku atau literatur tentang tumbuhan berguna yang ada, meliputi: nama lokal, nama ilmiah, nama famili, habitus, kegunaan, dan bagian yang digunakan. Literatur yang digunakan dalam mengidentifikasi spesies tumbuhan berguna antara lain Heyne (1987), Zuhud et al. (1994), Zuhud et al. (2003), Rudjiman et al. (2003) dan PROSEA (1992). 3.4.2 Identifikasi Informasi Budidaya Identifikasi informasi budidaya menyajikan informasi mengenai bagian tumbuhan yang bisa digunakan untuk budidaya. Identifikasi ini dilakukan melalui cek silang data yang telah diperoleh dari hasil identifikasi tumbuhan berguna. Data tersebut kemudian diklasifikasikan lebih lanjut kedalam informasi mengenai 20 budidayanya. Cek silang diperoleh melalui berbagai buku atau literatur tentang informasi budidaya spesies tumbuhan. Literatur yang digunakan antara lain Rudjiman et al. (2003), Zuhud et al. (1994), dan Zuhud et al. (2003). 3.4.3 Identifikasi Karakteristik Budaya Masyarakat Identifikasi dilakukan dengan melakukan penelusuran berbagai buku atau literatur mengenai karakteristik budaya masyarakat Dayak di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Buku dan literatur yang digunakan yaitu: Tim Terpadu (2010a), Tim Terpadu (2010b), Tim Terpadu (2010c), Sangat HM et al. (2000) dan Bamba (1996). 3.5 Analisis Data Hasil identifikasi tumbuhan yang telah diperoleh kemudian disusun berdasarkan spesies dan familinya untuk dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Setiap spesies tumbuhan dianalisis mengenai potensi, habitus, kegunaan, bagian yang dibudidayakan dan bagian tumbuhan yang digunakan. 1. Klasifikasi Kelompok Kegunaan Data hasil identifikasi selanjutnya dikelompokkan berdasarkan manfaat dari masing-masing tumbuhan, seperti tersaji pada pada Tabel 2. Tabel 2 Klasifikasi kelompok kegunaan spesies tumbuhan No Kelompok Kegunaan 1 Tumbuhan obat 2 Tumbuhan hias 3 Tumbuhan aromatic 4 Tumbuhan penghasil pangan 5 Tumbuhan pakan ternak 6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati 7 Tumbuhan penghasil serat 8 Tumbuhan bahan pewarna dan tannin 9 Tumbuhan penghasil bahan bangunan 10 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan 11 Tumbuhan anyaman dan kerajinan 12 Tumbuhan penghasil kayu bakar 13 Lainnya Sumber : Purwanti dan Walujo (1992) diacu dalam Kartikawati (2004) 21 2. Klasifikasi Kelompok Penyakit/Penggunaan Tumbuhan Obat Khusus untuk tumbuhan obat, dilakukan pengklasifikasian lebih lanjut berdasarkan kelompok penyakit/kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 3. Tabel.3.Klasifikasi.kelompok dan macam penyakit/penggunaan 2 Kelompok Penyakit/Penggunaan Gangguan.Peredaran Darah Keluarga Berencana (KB) 3 Penawar Racun 4 Pengobatan Luka 5 Penyakit Diabetes 6 7 Penyakit Gangguan Urat Syaraf Penyakit Gigi 8 Penyakit Ginjal 9 Penyakit Jantung 10 Penyakit Kanker/Tumor 11 Penyakit Kelamin 12 Penyakit Khusus Wanita 13 Penyakit Kulit 14 Penyakit Kuning 15 Penyakit Malaria 16 Penyakit Mata 17 Penyakit Mulut 18 Penyakit Persendian No 1 Macam Penyakit/Penggunaan Darah kotor, kanker darah, kurang darah, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan darah KB, membatasi kelahiran, pencegah kehamilan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan KB Digigit lipat, digigit serangga, keracunan jengkol, keracunan makanan, penawar racun, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan keracunan Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka bernanah, infeksi luka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan luka Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula darah, sakit gula, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan penyakit diabetes Lemah urat syaraf, susah tidur, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gangguan urat syaraf Gigi rusak, penguat gigi, saki gigi, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gigi Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan ginjal Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan jantung Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor payudara, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kanker dan tumor Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis), raja singa/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak datang haid, dan penggunaan lainnya yang berhubungan Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar, campak, borok, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kulit. Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati bengkak, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit kuning Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan malaria Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan mata Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas, sariawan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mulut Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut, kejang-kejang, keseleo, nyeri otot, rematik, sakit otot, sakit persendian, 22 No Kelompok Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan sakit pinggang, terkilir, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan persendian 19 Penyakit Telinga Congek, radang anak telinga, radang telinga, radang telinga tengah (otitis media), sakit telinga, telinga berair, telinga berdenging, telinga terasa gatal, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan telinga 20 Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, patah selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tonikum 21 Penyakit tulang Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tulang 22 Penyakit saluran Ambeien, gangguan prostat, kencing darah, peluruh pembuangan kencing, peluruh keringat, sakit saluran kemih, sembelit, susah kencing, wasir, wasir berdarah, dan penggunaan lainnya yang berhubungan penyakit saluran pembuangan 23 Penyakit saluran Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, Pencernaan murus, peluruh kentut, karminatif, muntah, diare, disentri, sakit usus, kolera, muntaber,, usus buntu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pencernaan. 24 Penyakit Saluran Asma, batuk, flu, influenza, pilek, sesak nafas, sakit Pernafasan/THT tenggorokan, TBC, TBC paru, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran penafasan/THT 25 Perawatan Kehamilan dan Keguguran, perawatan sebelum/sesudah Persalinan melahirkan/persalinan, penyubur kandungan, susu bengkak, ASI, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran 26 Perawatan Organ Tubuh Kegemukan, perawatan organ kewanitaan, pelangsing, dan Wanita penggunaan lainnya yang berhubungan dengan organ tubuh wanita 27 Perawatan Rambut, Muka, Penyubur rambut, penghalus kulit, menghilangkan Kulit ketombe, perawatan muka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan rambut, muka, dan kulit 28 Sakit Kepala dan Demam Sakit kepala, demam, demam pada anak-anak, demam menggigil, penurun panas, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan sakit kepala dan demam 29 Lain-lain Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas. Sumber: Direktorat Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan dan Fakultas Kehutanan IPB (2000) BAB IV KONDISI UMUM 4.1 PT Agro Lestari Mandiri 4.1.1 Aspek Fisik Kawasan Laporan Tim Terpadu (2010a) menyebutkan bahwa perkebunan PT. Agrolestari Mandiri sudah memperoleh Surat Perizinan lokasi pengusahaan dari Bupati Ketapang No. 385 Tahun 2004 tanggal 21 Desember 2004, dengan luas areal secara keseluruhan seluas 27.500 ha. Perkebunan PT. Agrolestari Mandiri terletak di Desa Nanga Tayap, Sungai Kelik, Lembah Hijau I, Lembah Hijau II, Siantau Raya, Tajok Kayong, dan Sp3 Sembelangaan, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis areal ijin ini terletak di 01o28’03’-01o38’44” LS dan 110o22’29”-110o36’53” BT 4.1.2 Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson (1951), lokasi areal PT. Agrolestari Mandiri termasuk kedalam tipe iklim A dengan nilai Q rata-rata 0 %, yaitu iklim tropika basah tanpa bulan kering yang nyata dengan vegetasi alami hutan hujan tropis dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 3.245 mm dan rata-rata jumlah hari hujan tahunan 183 hari. 4.1.2.1 Curah Hujan dan Hari Hujan Bulan-bulan basah (> 100 mm/bulan) yang merupakan musim penghujan di daerah ini terjadi hampit sepanjang tahun, sedang bulan kering (< 60 mm/bulan) tidak pernah terjadi karena bulan-bulan kering di daerah ini tidak pernah terjadi karena bulan-bulan terkering di daerah ini tidak sampai di bawah 60 mm/bulan. Curah hujan tertinggi adalah sebesar 4.443 mm pada tahun 1998 dan terendah adalah sebesar 1.518 mm pada tahun 1997. Curah hujan bulanan tertinggi adalah sebesar 407 mm pada bulan Desember dan terendah adalah 149 mm pada bulan Agustus. 4.1.2.2. Suhu Udara Suhu udara rata-rata berkisar antara 26oC hingga 28ËšC, dengan kecepatan angin antara 7 – 9 knots/jam. 24 4.1.2.3. Kelembaban Udara Kelembaban udara di areal studi tergolong lembab sepanjang tahun. Kelembaban udara relatif rata-rata antara 85 – 95%. 4.1.3. Topografi dan Kelerengan Areal konsesi PT. Agrolestari Mandiri berada pada ketinggian tempat 10 sampai 180 mdpl. Berdasarkan Peta Kelerengan, areal ijin PT. Agrolestari Mandiri bertopografi dari datar sampai sangat curam, namun sebagian besar berada pada kelas lereng datar (0 - 5%). 4.1.4 Geologi dan Tanah Berdasarkan Peta Geologi Indonesia lembar ketapang skala 1: 250.000 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung tahun 1993, menunjukkan bahwa areal rencana perkebunan kelapa sawit PT Agrolestari Mandiri terdiri atas formasi sedimen tanah muka dan formasi batun gunung api tersier. Bedasarkan peta tanah Pulau Kalimantan skala 1 : 500.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Pengembangan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 1993, jenis tanah (menurut Sistem Dudal-Soepraptohardjo, 1957-1961) yang dominan yang menyusun areal PT. Agrolestari Mandiri adalah tanah Podsolik Merak Kuning (PMK) atau jenis tanah ultisol (menurut USDA Soil Taxonomy (1975 – 1990). Jenis tanah PMK tersebut merupakan tanah marjinal dengan tingkat kesuburan tanah relatif rendah. Sifat kimia tanahnya antara 4,80 – 5,60 (tergolong masam) dan C-organik berkisar antara 1,19 – 1,26% (tergolong rendah). Sedang sifat fisik tanahnya, antara lain struktur tanah adalah remah/granuler sampai blocky dan permeabilitasnya berkisar antara 0,32 cm/jam sampai 7,65 cm/jam. 4.1.5 Hidrologi Areal PT. Agrolestari Mandiri termasuk DAS Sungai Pawan dan Sungai Kayung. Adapun sungai yang melintasi di areal kerja adalah sebanyak 23 sungai dan anak sungai. Pola drainase di loksi studi tidak ada yang mendominasi. Pemanfaatan sungai oleh masyarakat masih intensif, baik untuk keperluan minum, mandi, mencuci, transportasi dll. Secara umum air yang mengalir memenuhi 25 standar untuk kebutuhan konsumsi penduduk setempat dan tenaga kerja perkebunan serta pengairan tanaman kelapa sawit nantinya. 4.1.6 Komposisi Vegetasi Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di areal ijin PT. Agrolestari Mandiri sebanyak 584 jenis, dimana sebanyak 346 jenis telah teridentifikasi nama ilmiahnya dan sebanyak 238 jenis tidak teridentifikasi nama ilmiahnya. Dari 346 jenis tumbuhan yang telah teridentifikasi nama ilmiahnya dapat dikelompokkan kedalam 80 famili. 4.1.7 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Berdasarkan matapencahariannya, jenis mata pencaharian penduduk di Kecamatan Nanga Tayap dapat dibedakan kedalam petani, nelayan, pengusaha sedang/besar, pengrajin, buruh tani, nuruh bangunan, buruh pertambangan, pedagang, pengangkutan, PNS, ABRI, pensiaunan (PNS/ABRI), dan peternak. Jumlah pendduduk terbanyak adalah bermatapencaharian sebagai petani (11.453 jiwa), sedangkan terendah adalah bermatapencaharian sebagai nelayan (5 jiwa). Seperti yang disajikan pada Tabel 4. Tabel No. 1 4 Jumlah penduduk matapencaharian Jenis Matapencaharian Petani di Kecamatan Nanga Tayap berdasarkan Jumlah Penduduk (Jiwa) 11.453 2 Nelayan 5 3 Pengusaha sedang/besar 9 4 Pengrajin 11 5 Buruh tani 871 6 Buruh bangunan 16 7 Buruh pertambangan 125 8 Pedagang 66 9 Pengangkutan 196 10 PNS 219 11 ABRI 20 12 Pensiaunan (PNS/ABRI) 20 13 Peternak 2.030 Jumlah penduduk di Kecamatan Nanga Tayap tahun 2009 sebanyak 22.737 jiwa, dengan rincian laki-laki sebanyak 12.820 jiwa dan perempuan 26 sebanyak 9.917 jiwa. Jumlah total kepala keluarga di Kecamatan Nanga Tayap sebanyak 5.039 KK. Dilihat dari kelompok umurnya, jumlah pendduduk di Kecamatan Nanga Tayap sebagian besar berada pada kelompok umur 25-55 tahun, yaitu sebanyak 7.881 jiwa; sedangkan paling sedikit berada pada kelompok umur >80 tahun. 4.2. PT Kencana Graha Permai 4.2.1. Aspek Fisik Kawasan Berdasarkan laporan Tim Terpadu (2010b), perkebunan PT. Kencana Graha Permai sudah memperoleh Surat Perizinan lokasi pengusahaan dari Dinas Perkebunan Ketapang No. 551.31/0459/Disbun C Tanggal 17 Maret 2005, dengan luas areal secara keseluruhan seluas 11.295,48 ha. Perkebunan tersebut sudah melakukan kegiatan operasional di lapangan sejak tahun 2007. Luas areal yang telah dibuka dan ditanami sampai Bulan Maret 2010 seluas 6.739,11 ha, dengan rincian : tahun 2007 seluas 1.876,95 ha, tahun 2008 seluas 2.595,23 ha, tahun 2009 seluas 2.070,41 ha, dan taun 2010 (sampai bulan Maret) seluas 196,52 ha. Perkebunan PT. Kencana Graha Permai terletak di Desa Rangkong Jaya, Randai, Batu Payung Dua, dan Belaban, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis areal ijin ini terletak di 2o7’00”2o9’00” LS dan 110o29’13” – 110o37’03” BT 4.2.2 Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson (1951), lokasi areal PT. Kencana Graha Permai termasuk kedalam tipe iklim A dengan nilai Q ratarata 0%, yaitu iklim tropika basah tanpa bulan kering yang nyata dengan vegetasi alami hutan hujan tropis dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 3.184 mm dan rata-rata jumlah hari hujan tahunan 191 hari. Bulan-bulan basah (> 100 mm/bulan) yang merupakan musim penghujan di daerah ini terjadi hampir sepanjang tahun, sedang bulan kering (< 60 mm/bulan) tidak pernah terjadi karena bulan-bulan terkering di daerah ini tidak sampai di bawah 60 mm/bulan. Curah hujan tertinggi adalah sebesar 4.239 mm pada tahun 2001 dan terendah adalah sebesar 2.593 mm pada tahun 2004. Curah hujan bulanan tertinggi adalah sebesar 393 mm pada bulan Oktober dan terendah adalah 103 mm pada Bulan Agustus. Suhu udara rata-rata berkisar antara 26oC 27 hingga 28ËšC, dengan kecepatan angin antara 7 – 9 knots/jam. Kelembaban udara di areal studi tergolong lembab sepanjang tahun. Kelembaban udara relatif ratarata antara 85 – 95%. 4.2.3. Topografi dan Kelerengan Areal konsesi PT. Kencana Graha Permai berada pada ketinggian tempat 20 sampai 180 mdpl. Berdasarkan Peta Kelerengan, areal ijin PT. Kencana Graha Permai bertopografi dari datar sampai sangat curam, namun sebagian besar berada pada kelas lereng datar (0 - 5%). 4.2.4. Geologi dan Tanah Berdasarkan Peta Geologi Indonesia lembar ketapang skala 1: 250.000 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung tahun 1993, menunjukkan bahwa areal rencana perkebunan kelapa sawit PT Kencana Graha Permai terdiri atas formasi sedimen tanah muka dan formasi batun gunung api tersier. Bedasarkan peta tanah Pulau Kalimantan skala 1 : 500.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Pengembangan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 1993, jenis tanah (menurut Sistem Dudal-Soepraptohardjo, 1957-1961) yang dominan yang menyusun areal PT. Kencana Graha Permai adalah tanah Podsolik Merak Kuning (PMK) atau jenis tanah ultisol (menurut USDA Soil Taxonomy (1975 – 1990). Jenis tanah PMK tersebut merupakan tanah marjinal dengan tingkat kesuburan tanah relatif rendah. Sifat kimia tanahnya antara 4,80 – 5,60 (tergolong masam) dan C-organik berkisar antara 1,19 – 1,26% (tergolong rendah). Sedang sifat fisik tanahnya, antara lain struktur tanah adalah remah/granuler sampai blocky dan permeabilitasnya berkisar antara 0,32 cm/jam sampai 7,65 cm/jam. 4.2.5. Hidrologi Areal PT. Kencana Graha Permai termasuk DAS Sungai Kendawangan. Adapun sungai yang melintasi di areal kerja adalah sebanyak 34 sungai dan anak sungai. Pola drainase di loksi studi tidak ada yang mendominasi. Pemanfaatan sungai oleh masyarakat masih intensif, baik untuk keperluan minum, mandi, mencuci, transportasi dll. Secara umum air yang mengalir memenuhi standar untuk kebutuhan konsumsi penduduk setempat dan tenaga kerja perkebunan serta pengairan tanaman kelapa sawit nantinya. 28 4.2.7 Komposisi Vegetasi Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di areal ijin PT. Kencana Graha Permai sebanyak 295 jenis, dimana sebanyak 205 jenis telah teridentifikasi nama ilmiahnya dan sebanyak 90 jenis tidak teridentifikasi nama ilmiahnya. Dari 205 jenis tumbuhan yang telah teridentifikasi nama ilmiahnya dapat dikelompokkan kedalam 70 famili. 4.2.8 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Laporan Tim Terpadu (2010c) menyatakan bahwa Areal ijin PT. Kencana Graha Permai secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang. Wilayah perkebunan ini terletak tidak jauh dari Kota Marau. Sedangkan desa-desa yang termasuk dalam areal ijin tersebut terdiri dari 4 (empat) desa di Kecamatan Marau, yaitu Desa Rangkong Jaya, Randai, Batu Payung Dua, dan Belaban. Berdasarkan data Kecamatan Marau Dalam Angka Tahun 2009 yang direkapitulasi oleh Tim Terpadu (2010b), jumlah penduduk di Kecamatan Marau adalah 10.563 jiwa dan kepadatan penduduk 9,11 jiwa/km2. Rata-rata sex rasio antara penduduk laki-laki dengan perempuan mencapai 111. Adapun angka Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Marau dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup nyata. Tahun 2004 mencapai 9.923 jiwa, Tahun 2005 meningkat menjadi 10.001 jiwa, tahun 2006 meningkat menjadi 10.70 jiwa, tahun 2007 meningkat menjadi 10.318 jiwa, tahun 2008 menjadi 10.563 jiwa. Jarak antar dusun dalam desa umumnya sudah relatif dekat 1-2 km. Meskipun beberapa dusun ada yang agak jauh. Akses menuju dusun satu ke dusun lainnya bisa dicapai dengan jalan darat dengan kondisi jalan berupa jalan tanah. Matapencaharian penduduk di desa sekitar PT. Kencana Graha Permai terbesar adalah petani kebun (penyadap karet) dan ladang. Sedangkan matapencaharian lainnya adalah pedagang, karyawan, PNS, buruh bangunan dan lainnya. Ada beberapa penduduk yang memiliki pekerjaan utama sebagai pengumpul hasil hutan seperti madu, getah jelutung, akar rotan, dan hasil hutan lainnya, namun tergantung tingkat musiman yang telah di prioritaskan dalam proses pengambilan hasil. 4.3 PT Lanang Agro Bersatu 29 4.3.1 Aspek Fisik Kawasan Perkebunan PT. Lanang Agro Bersatu sudah memperoleh Surat Perizinan lokasi pengusahaan dari Bupati Ketapang No. 117 Tahun 2007 tanggal 22 Maret 2007, dengan luas areal secara keseluruhan seluas 20.000 ha. Luas areal berdasarkan hasil digitasi pengeplotan pada peta dasar seluas 15.008,00 ha. Perkebunan tersebut sudah melakukan kegiatan operasional di lapangan sejak tahun 2010. Kegiatan yang sudah dilakukan masih terbatas pada pembibitan tanaman sawit. Perkebunan PT. Lanang Agro Bersatu terletak di Desa Jago Bersatu, Sandai Kiri, Penjawaan, Muara Jekak, Petai Patah, dan Demit, Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis areal ijin PT Lanang Agro Bersatu terletak di 01o10’34,2’-01o19’47,6” LS dan 110o25’44,6”110o40’51,0” BT 4.3.2. Iklim Untuk menggambarkan keadaan iklim di daerah perkebunan dan sekitarnya dipergunakan data stasiun terdekat yaitu stasiun Meteorologi Airport Rahadi Usman, Ketapang. Secara rinci keadaan iklim ini disajikan pada Tabel 3.1. Secara umum iklim di daerah survei berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, lokasi studi termasuk dalam klasifikasi iklim tropis (simbol Afaw) yaitu isothermal hujan tropik dengan musim kemarau yang panas (suhu rata-rata dalam bulanan terpanas > 220C) tanpa bulan kering. Sedangkan menurut klasifikasi iklim Oldeman termasuk dalam Zone Agroklimat A yaitu bulan basah > 9 bulan dan bulan kering < 2 bulan. Jumlah curah hujan tahunan adalah sebesar 3.416 mm. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus (84 mm). Hari hujan rata-rata tahunan adalah sebanyak 210 hari, dan hari hujan terendah terjadi pada bulan Agustus (9 hari). Suhu rata-rata bulanan 26,7oC, suhu rata-rata udara maksimum 31,9oC, suhu udara rata-rata minimum 23,62oC. Keadaan udara di areal studi tergolong lernbab sepanjang tahun, dengan kelembaban udara relatif rata-rata tahunan 86,58%. Kelembaban relatif rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Januari, Nopember dan Desember yaitu sebesar 88%, dan terendah adalah 85% terjadi pada bulan April, Juli dan Agustus. 30 4.3.3. Topografi dan Kelerengan Areal konsesi PT. Lanang Agro Bersatu berada pada ketinggian tempat 12,5 sampai 300 mdpl. Berdasarkan Peta Kelerengan, areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu bertopografi dari datar sampai sangat curam, namun sebagian besar berada pada kelas lereng datar sampai sangat curam (0 - >40%). 4.3.4. Geologi dan Tanah 4.3.4.1. Geologi Berdasarkan Peta Repprot skala 1 : 250,00 lembar 1414 dan 1415 maka bahan induk batuan di areal studi berupa : 1. Dataran batuan beku/metamorfik terbukti kecil (HJA), yang memiliki bahan induk Granite, Granodiorit, Schist, Andesit, Basalt. 2. Perbukitan batuan bukan endapan yang tidak teratur (PLN), yang memiliki bahan induk Granite, Granodiorit, Schist, Andesit. Basalt. 3. Dataran batuan bukan endapan, berombak - bergelombang (RGK) yang memiliki bahan induk Granite, Schist, Andesit, Basalt, Alluvium, endapan sungai yang baru. 4. Kelompok punggung gunung, batuan bukan endapan (BPD), yang tidak teratur yang memiliki bahan induk Granite, Phylite, Quartzite, Schist, Andesit, Basalt. 4.3.4.2. Tanah DaIam pembentukan dan perkembangan tanah, ada beberapa faktor yang paling berperan, yaitu bahan induk, iklim, topografi, organisme dan waktu. Di antara faktor pembentuk tanah tersebut, yang dominan pengaruhnya di daerah survey tampaknya hanya bahan induk, topografi dan iklim. Pada daerah yang relatif datar maupun daerah berombak sampai bergelombang tanahnya terhentuk dari bahan induk batu liat. Pengaruh iklim tampaknva sama diseluruh areal studi, yaitu terjadinya pencucian yang intensif karena adanya curah hujan yang tinggi sehingga tanah memperlihatkan reaksi yang bersifat masam. Pada areal ijin tersebut terbentuk tanah Ultisol (USDA 1999) dan Entisol. Tanah tersebut mempunyai susunan horison eluviasi (A-2) dan horison eluviasi B2 (penciri argilik) dan mempunyai kejenuhan basa rendah kurang dari 35% (NH4OC) pada kedalaman 1,2 meter dari permukaan tanah. Sedang tanah Entisol 31 tanah berkembang dari Aluvium muda (Aluvium Subresen) dengan kedalaman efektif dalam kondisi tanah belum mengalami perkembangan lanjut dengan kandungn liat lebih dari 8% dan matrik yang tereduksi pada seluruh horison akibat selalu jenuh air. Tanah Entisol menurut sistem klasifikasi soil USDA (1999) pada tingkat macam (subgroup) termasuk ke dalam Humageuptic Endo aquent. Dalam Soil Taxonomi (soil survei staff 1999), jenis tanah Ultisol pada tingkat macam (sub group) terdiri dari Aeric Kandiaquults, Typic Kandihumults dan Litthic Kanhaplohumuts. 4.3.5. Hidrologi Areal PT. Lanang Agro Bersatu termasuk DAS Sungai Pawan, Sungai Laur, dan Sungai Keriau. Adapun sungai yang melintasi di areal ijin adalah sebanyak 32 sungai dan anak sungai. Pola drainase di areal ijin tidak ada yang mendominasi. Pemanfaatan sungai oleh masyarakat masih intensif, baik untuk keperluan minum, mandi, mencuci, transportasi dan lain-lain. Secara umum air yang mengalir memenuhi standar untuk kebutuhan konsumsi penduduk setempat dan tenaga kerja perkebunan serta pengairan tanaman kelapa sawit nantinya. 4.3.6. Tata Ruang Wilayah Areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu secara administratif berada di wilayah Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan Tata Guna Hutan kesepakatan (TGHK), areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu termasuk Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK). Sedangkan menurut RTRWP Kalimantan Barat dan RTRWK Ketapang, areal tersebut adalah Areal Penggunaan Lain (APL), dengan luas total areal seluas 15.008,00 Ha. Penutupan lahan pada areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu sebagian besar berupa kebun campuran dengan didominasi karet seluas 11.980,82 ha (79,83%). 4.3.7 Komposisi Vegetasi Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu sebanyak 451 jenis, dimana sebanyak 349 jenis telah teridentifikasi nama ilmiahnya dan sebanyak 102 jenis tidak teridentifikasi nama ilmiahnya. Dari 349 32 jenis tumbuhan yang telah teridentifikasi nama ilmiahnya dapat dikelompokkan kedalam 86 famili. 4.3.8 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang. Wilayah perkebunan ini terletak tidak jauh dari Kota Sandai yaitu hanya dipisahkan oleh aliran Sungai Pawan yang melintasi wilayah kecamatan ini. Sedangkan desa-desa yang termasuk dalam areal ijin perusahaan tersebut terdiri dari 6 desa di Kecamatan Sandai, yaitu Desa Sandai Kiri, Penjawaan, Muara Jekak, Jago Bersatu, Petai Patah, dan Demit. Kebun karet merupakan aset ekonomi berharga bagi penduduk. Sehingga ukuran status sosial rumah tangga salah satunya ditentukan oleh luas kepemilikan kebun karet ini. Rumah tangga yang memiliki kebun karet cukup luas akan memiliki status sosial lebih tinggi dibandingkan dengan warga Iainnya. Untuk rumah tangga yang memiliki kebun karet cukup luas apabila sudah tidak mampu disadap oleh anggota rumah tangga, penyadapannya dapat diserahkan kepada orang lain dengan pola bagi hasil 70% : 30%. 70 persen bagi pihak penyadap dan 30 persen bagi pemilik kebun. Pola bagi hasil ini dapat pula menjadi 60% : 40% tergantung kesepakatan antara pemilik dan penyadap. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekayaan Spesies Tumbuhan Berguna Jumlah spesies tumbuhan berguna di areal studi (PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu) tercatat sebanyak 540 spesies yang dapat dikelompokkan kedalam 97 famili (Tabel 5). Berdasarkan perusahaannya, PT Agro lestari Mandiri (PT ALM) tercatat sebanyak 346 spesies atau sebesar 64,07% dari total spesies yang terdapat di areal studi, pada PT Kencana Graha Permai (PT KGP) ditemukan sebanyak 205 spesies atau sebesar 37,96%, sedangkan PT Lanang Agro Bersatu (PT LAB) memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu sebanyak 349 spesies atau sebesar 64,63%. Daftar lengkap spesies tumbuhan berguna pada areal studi dapat dilihat di Lampiran 4. Tabel 5 Rekapitulasi spesies tumbuhan berguna di areal studi No Perusahaan Jumlah Jenis Famili 1 PT Agro Lestari Mandiri 278 78 2 PT Kencana Graha Permai 180 66 3 PT Lanang Agro Bersatu 300 83 Berdasarkan familinya, spesies tumbuhan berguna di areal studi seluruhnya dikelompokkan kedalam 96 famili. Adapun famili dengan jumlah spesies terbanyak adalah Fabaceae 26 spesies dan Euphorbiaceae sebanyak 25 spesies, diikuti famili Dipterocarpaceae sebanyak 22 spesies dan Poaceae sebanyak 20 spesies. Daftar lengkap kelompok famili yang ditemukan di areal studi dapat dilihat di Lampiran 5. Famili Fabaceae memiliki jumlah spesies terbanyak karena memiliki kecocokan dengan titik sebaran di areal studi. Anggota dari spesies ini mampu bertahan di tanah kritis dan terganggu seperti saga pohon (Adenanthera pavonina) yang memiliki kegunaan sebagai obat keputihan pada wanita dan kulit batangnya berguna untuk menyuburkan rambut. Sebaran ekologi dari anggota spesies ini cukup tinggi, mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian tempat 1-1400 m dpl. Selain itu spesies ini mampu tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti latosol, aluvial, regusol, dan tanah miskin hara. Penelitian serupa 34 (Atok 2009) di suku Bunaq Nusa Tenggara Timur menyatakan bahwa famili Fabaceae memiliki spesies terbanyak yang dimanfaatkan oleh suku tersebut. 5.1.1 PT Agro Lestari Mandiri Kekayaan spesies tumbuhan berguna pada areal ijin PT Agro Lestari Mandiri tercatat sebanyak 278 spesies atau sebesar 80,34% yang dikelompokkan kedalam 78 famili. Kekayaan spesies tumbuhan berguna pada areal ijin ini dapat dikelompokkan kedalam 4 kajian yaitu tipe ekosistem, famili, habitus, dan status tumbuhannya. Selain itu informasi mengenai teknik budidaya pada masingmasing spesies tumbuhan dapat dihubungkan dengan informasi mengenai teknik pemanenan dan pola pemanfaatan masyarakat Dayak sekitar areal ijin. Areal ijin PT Agro Lestari Mandiri terdiri dari tiga tipe ekosistem yaitu ekosistem hutan dataran rendah, ekosistem hutan kerangas dan ekosistem rawa air tawar (Tabel 6). Hutan dataran rendah memiliki kekayaan spesies tumbuhan berguna sebanyak 266 spesies atau sebesar 98,88%. Sedangkan untuk ekosistem hutan kerangas hanya ditemukan sebanyak 38 spesies tumbuhan atau sebesar 14,12%. Ekosistem rawa air tawar memiliki jumlah spesies pada sempadan sungainya sebanyak 79 spesies dan pada kawasan sekitar danau sebanyak 58 spesies. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan spesies tumbuhan berguna pada hutan dataran rendah sangat tinggi. Tabel 6 Sebaran spesies tumbuhan di PT Agro Lestari Mandiri Habitat* Jumlah Spesies Famili Jumlah Jenis berdasarkan Status Tumbuhan PP No. 7 Tahun 1999 CITES IUCN 1 200 69 2 − 9 2 3 101 141 48 60 − 2 − − 5 6 4 105 52 4 3 8 2 Hutan Kerangas 1 38 32 − − 1 3 Rawa Air Tawar 1 79 41 − − 2 No Ekosistem 1 Hutan Dataran Rendah 2 58 32 − − Keterangan *: 1. Sempadan Sungai, 2. Kawasan Sekitar Danau, 3. Bukit, 4. Areal lainnya − Hutan dataran rendah merupakan ekosistem yang memiliki kekayaan spesies dan tingkat endemisitas tertinggi dibandingkan dengan tipe ekosistem lainnya. Spesies yang ditemukan pada hutan dataran rendah di areal ijin ini sebagian besar berasal dari famili Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, dan famili 35 Fabaceae. Penelitian Kuswanda dan Antoko (2008) menyebutkan bahwa pada hutan dataran rendah (hutan sekunder) didominasi oleh spesies yang berasal dari famili Dipterocarpaceae yaitu meranti (Shorea gibbosa Brandis). Kekayaan spesies yang rendah pada hutan kerangas dikarenakan hanya spesies tertentu saja yang dapat tumbuh pada kondisi tanah miskin hara yang merupakan ciri khas ekosistem ini. Hutan kerangas merupakan bentuk tipe hutan yang menggambarkan suatu komunitas tumbuhan yang tumbuh pada kondisi habitat yang relatif stabil dan serba terbatas. Didalamnya terkandung suatu mekanisme proses pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme yang tumbuh pada kondisi lingkungan yang khusus (Kissinger 2002). Berdasarkan hasil identifikasi pada ekosistem hutan kerangas, tercatat hanya satu titik sebaran yaitu Sempadan Sungai Batu Besi yang merupakan bagian dari ekosistem hutan kerangas. Luas area yang terbatas pada ekosistem hutan kerangas menjadikan ekosistem ini prioritas dalam usaha perlindungan dan pelestariannya. Rawa air tawar pada areal ijin memiliki beberapa spesies khas yang tumbuh pada ekosistem yang selalu tergenang ini. Spesies seperti kayu salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) yang merupakan anggota dari famili Myrtaceae adalah spesies khas yang hanya ditemukan pada ekosistem rawa air tawar. Sebaran ekologi spesies ini mulai dari ketinggian tempat 5 – 1800 m dpl. Kayu salam dapat dibudidayakan melalui biji, cangkokan, dan stek batang. Daun dari kayu salam dapat digunakan sebagai obat penurun darah tinggi dan asam urat. Selain itu kayu salam memiliki kegunaan sebagai tumbuhan aromatik, pangan, bahan bangunan, dan kayu bakar. Terdapat 4 kelompok habitat yang merupakan titik sebaran spesies tumbuhan berguna pada areal ijin yaitu (1) Sempadan Sungai (SS), (2) Kawasan Sekitar Danau (KSD), (3) Bukit, dan (4) Areal Lainnya. Kawasan sempadan sungai memiliki jumlah titik sebaran sebanyak 23 titik atau sebesar 45,09%, untuk kawasan sekitar danau tercatat sebanyak 17 titik sebaran atau sebesar 33,33%, kawasan vegetasi bukit tercatat sebanyak 9 titik sebaran atau sebesar 17,65%, dan untuk habitat areal lainnya yang terdiri dari penyangga hutan lindung dan hutan konservasi masing-masing memiliki sebaran sebanyak satu titik sebaran. 36 Kawasan sempadan sungai memiliki jumlah titik sebaran terbanyak dibandingkan dengan titik sebaran lainnya. Spesies yang hanya ditemukan pada kawasan ini salah satunya adalah kelapa (Cocos nucifera). Nilai kegunaan kelapa adalah sebanyak 8 kegunaan atau sebesar 61,54%. Kelapa dapat digunakan airnya untuk penawar racun, sariawan, dan obat dalam. Selain itu kelapa juga dapat digunakan sebagai bahan pangan. Kegunaan lainnya yaitu untuk tumbuhan hias, aromatik, pakan ternak, penghasil kayu bakar, untuk ritual adat, serta anyaman dan kerajinan. Kawasan sekitar danau diklasifikasikan kedalam lahan basah yang berfungsi sebagai penampung debit banjir di suatu wilayah. Spesies yang ada di dalamnya memiliki sebaran ekologi yang sesuai dengan ekosistem lahan basah ini. Spesies seperti putat (Baringstonia acutangulata) dapat ditemukan pada kawasan ini di dua tipe ekosistem yang berbeda. Spesies yang merupakan anggota famili lecythidaceae batangnya dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Dalam kebudayaan masyarakat dayak, kawasan sekitar danau diperlakukan sama dengan areal sempadan sungai bahwa areal ini dimiliki bersama dan tidak ada seorangpun dapat mengakui sebagai kepemilikan pribadi. Dukungan budaya masyarakat ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menjaga fungsi dan manfaat kawasan ini sebagai penyedia habitat spesies tumbuhan berguna agar kelestariannya dapat terjamin di masa yang akan datang. 1. Kekayaan Spesies Tumbuhan Berguna Berdasarkan Famili Berdasarkan familinya, spesies tumbuhan berguna pada areal studi dikelompokkan kedalam 78 famili. Famili dengan spesies terbanyak adalah Euphorbiaceae sebanyak 19 spesies, kemudian Fabaceae dan Dipterocarpaceae sebanyak 16 spesies, dan diikuti oleh famili Poaceae, Anacardiaceae, dan Moraceae yang masing-masing memiliki spesies sebanyak 14 spesies, 13 spesies, dan 12 spesies. Famili Euphorbiaceae terdiri dari spesies yang berhabitus pohon serta perdu. Anggota dari kelompok famili ini sebagian besar dimanfaatkan untuk obat, pangan, bahan bangunan, serta pewarna dan tanin. Spesies dari famili Euphorbiaceae yang dimanfaatkan untuk obat diantaranya adalah Phyllanthus niruri L. atau sering disebut masyarakat sekitar sebagai rumput pacat, 37 dimanfaatkan daunnya untuk mengobati diare, radang hati, dan infeksi saluran kencing. Bahan pangan yang berasal dari famili ini dapat ditemukan pada spesies Manihot utilisima Pohl., selain itu spesies yang mempunyai nama lokal singkong ini juga sering dimanfaatkan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pakan ternak dan pengobatan luka luar. Euphorbiaceae 21% Moraceae 13% Anacardiaceae 14% Fabaceae 18% Poaceae 16% Dipterocarpaceae 18% Gambar 2 Famili dengan spesies terbesar di PT Agro Lestari Mandiri. 2. Kekayaan Spesies Tumbuhan Berdasarkan Habitusnya Berdasarkan habitusnya, pohon memiliki jumlah spesies terbanyak pada areal ijin (Gambar 3). Berdasarkan hasil identifikasi, habitus pohon pada PT Agro Lestari Mandiri adalah sebanyak 158 spesies. Habitus palem merupakan habitus yang memiliki jenis terendah diantara habitus lainnya. Habitus ini ditemukkan di tiga spesies yang seluruhnya berasal dari famili Arecaceae, spesies tersebut berturut-turut adalah Caryota mitis Lour., Pinanga sp.,dan Pinanga kuhlii Blume. Habitus pohon memiliki jumlah spesies tertinggi dibandingkan habitus lainnya. Hal ini menandakan bahwa habitus ini tersebar merata hampir di setiap wilayah studi. Penelitian lain (Atok 2009) memperoleh hasil yang tidak jauh berbeda dengan penelitian ini yaitu yaitu habitus dengan jumlah spesies tertinggi terdapat pada habitus pohon. Namun perlu diperhatikan bahwa pohon merupakan habitus yang memiliki tingkat keterancaman tinggi jika dibandingkan habitus lainnya. Keuntungannya bahwa habitus pohon memiliki persebaran yang luas 38 mulai dari daerah pantai sampai dengan pegunungan dengan ketinggian tempat yang bervariasi sehingga dapat ditemukan di berbagai habitat hutan. 158 160 140 Jumlah Jenis 120 100 80 54 60 25 40 20 18 8 3 3 0 Epifit Herba Liana Pohon Palem Bambu Perdu Habitus Gambar 3 Kekayaan habitus tumbuhan berguna di PT. Agro Lestari Mandiri. 3. Status Tumbuhan Spesies tumbuhan berguna yang dilindungi di areal ijin PT Agro Lestari Mandiri dapat dikelompokan kedalam tiga status perlindungan yaitu berdasarkan CITES, PP No. 7 Tahun 1999, dan Red list IUCN. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap spesies tumbuhan berguna mengenai status perlindungannya (Tabel 7), terdapat 4 spesies yang dilindungi menurut PP No 7 Tahun 1999, tiga spesies terdapat dalam daftar CITES dengan rincian: satu spesies termasuk kedalam daftar Appendix III yaitu ramin (Gonystyllus bancanus Kurz.), dua spesies masuk kedalam daftar Appendix II CITES yaitu akar ketukung (Nepenthes ampullaria Jack.), dan kantung semar (Nepenthes sp). Tumbuhan penghasil bahan bangunan mendominasi kategori perlindungan dan kelangkaan spesies pada areal studi selain tumbuhan tumbuhan obat dan tumbuhan pangan. Kaitannya dengan aspek konservasi tumbuhan bahwa teknik pemanfaatannya didominasi oleh pemanfaatan bagian batang dan dapat mematikan bagian tumbuhan. Informasi mengenai teknik budidaya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan spesies tumbuhan berguna langka yang bernilai ekonomis dan memiliki manfaat bagi masyarakat. 39 Tabel 7 Status perlindungan dan kategori kelangkaan tumbuhan Status Tumbuhan Nama PP No. 7 Tahun 1999 CITES IUCN Kelompok No. Nama Ilmiah 1 Dipterocarpus grandiflorus Blanco Keruing TD TT CR A1cd+2cd ver 2.3 (1994) Bangunan, lainnya 2 Durio kutejensis (Hassk.) Beccari Gonystylus bancanus Kurz. Pekawai TD TT VU A1c ver 2.3 (1994) Obat, Pangan Ramin TD App. III VU A1cd ver 2.3 (1994) Bangunan 4 Hopea mengerawan Miquel Emang padang TD TT CR A1cd, B1+2c ver 2.3 (1994) Bangunan 5 Nepenthes ampullaria Jack. Akar ketukung D App. II LR/lc ver 2.3 (1994) Hias, Serat 6 Nepenthes sp. D App. II Un. Hias 7 Shorea agamii Kantung semar Meranti putih TD TT EN A1cd ver 2.3 (1994) Anyaman 8 Shorea balangeran (Korth.) Burck Belangeran TD TT CR A1cd ver 2.3 (1994) Bangunan, adat 9 Shorea faguetioides Kayu bepisang TD TT EN A1cd ver 2.3 (1994) Kayu bakar 10 Shorea pallidifolia Meranti batu TD TT CR A1cd, C2a ver 2.3 (1994) Bangunan 11 Shorea pinanga Shorea stenoptera Burck. Shorea teysmanniana Dyer Engkebung D TT TT Anyaman Tengkawang layar D TT TT Bangunan Bengkirai TD TT EN A1cd ver 2.3 (1994) Bangunan 3 12 13 Lokal Kegunaan Keterangan status tumbuhan D = Dilindungi TD = Tidak Dilindungi TT = Tidak Terdaftar EN = Endangered (Genting/Kritis) CR = Critically Endangered (Terancam hampir punah) LR = Low Risk (Resiko rendah) 40 App = Appendix VU = Vulnerable (Rawan) 5.1.2 PT Kencana Graha Permai Berdasarkan hasil identifikasi, jumlah spesies tumbuhan berguna yang berada di areal ijin PT Kencana Graha Permai tercatat sebanyak 108 spesies atau sebesar 87,80% dari total spesies yang ditemukan pada areal ijin ini. Jumlah famili yang ditemukan adalah sebanyak 66 famili tumbuhan berguna. Areal ijin PT Kencana Graha Permai hanya tersusun oleh satu ekosistem yaitu ekosistem hutan dataran rendah. Kekayaan spesies tumbuhan tertinggi terdapat pada habitat sempadan sungai yaitu sebanyak 172 spesies atau sebesar 54,95%. Sedangkan habitat yang memiliki keanekaragaman spesies terrendah terdapat pada kawasan sekitar mata air yaitu sebanyak 29 spesies atau sebesar 9,26%. Areal bukit dan areal lainnya (Areal Enclave Blok E31 dan Areal Enclave Lingkaran Kuning) masing-masing memiliki 66 spesies atau sebesar 21,08% dan 46 spesies atau sebesar 14,69%. Keanekaragaman spesies tumbuhan merupakan suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas (Soegianto 1994). Tabel 8 Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Kencana Graha Permai Jumlah Jenis Berdasarkan Status Tumbuhan No Habitat 1 Sempadan Sungai 172 62 PP No. 7 Tahun 1999 − 2 Kawasan Sekitar Mata Air 29 22 − − 1 3 Bukit 66 36 1 1 5 4 Areal Lainnya 46 31 − − 7 Jumlah Spesies Famili CITES IUCN 1 15 Areal ijin PT. Kencana Graha Permai terdiri dari 23 titik sebaran dengan rincian sebagai berikut; 15 lokasi sempadan sungai, 3 lokasi KSMA (Kawasan Sekitar Mata Air), 3 areal perbukitan, dan 2 areal enclave (areal lainnya). Lokasi yang memiliki jumlah jenis terbanyak adalah Sempadan Sungai Puyan dengan jumlah spesies sebanyak 107 spesies. Sedangkan lokasi dengan jumlah spesies terrendah adalah titik sebaran Bukit Ibul. Jumlah spesies yang sedikit 41 dibandingkan dengan kedua areal ijin yang terdapat pada areal studi salah satunya disebabkan oleh jumlah titik sebaran yang sedikit. Areal ijin PT. Kencana Graha Permai memiliki tiga titik sebaran Kawasan Sekitar Mata Air (KSMA) yang berada pada hutan dataran rendah yaitu: KSMA Lingsungan, KSMA Sedawak, dan KSMA Perasan Bikuk. Kekayaan spesies pada areal pengamatan KSMA adalah sebanyak 29 spesies yang ditemukan merata pada tiga titik sebaran. Spesies yang ada pada areal pengamatan ini bukan termasuk spesies khas yang hanya terdapat pada kawasan sekitar mata air melainkan juga dapat ditemukan pada sempadan sungai dan bukit. Kekayaan spesies yang terdapat pada areal pengamatan sempadan sungai tercatat sebanyak 172 spesies tumbuhan berguna. Sempadan sungai memiliki jumlah titik sebaran terbanyak pada areal ijin yaitu sebanyak 15 lokasi. Areal sempadan sungai memiliki banyak spesies khas yang tumbuh didalamnya. Spesies khas atau spesies yang hanya ditemukan pada sempadan sungai salah satunya adalah rukam bukit (Flacourtia inermis). Rukam merupakan spesies tumbuhan yang berhabitus pohon dapat tumbuh di hutan dataran rendah dengan ketinggian tempat dibawah 2100 m dpl. Pada tingkat kegunaan, rukam bukit memiliki manfaat sebagai penghasil bahan bangunan yang dimanfaatkan batangnya untuk papan maupun alas rumah. Spesies ini dapat dibudidayakan melalui bijinya. Ekosistem riparian sepanjang sungai mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai filter untuk mengendalikan laju erosi dan sedimentasi agar tidak masuk sungai. Selain itu sempadan sungai juga memiliki fungsi sebagai koridor pergerakan satwa dari berbagai habitat yang berbeda dan tempat pengungsian satwa yang habitatnya semakin menipis (Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia, 2009). Berdasarkan 837/Kpts/Um/11/1980, pada Keputusan ekosistem Menteri riparian harus Pertanian dilakukan Nomor: upaya perlindungan yang disebut sebagai sempadan sungai dengan batas 50-100 meter kiri-kanan sepanjang sungai tergantung besarnya sungai. Jumlah titik sebaran pada areal bukit di PT Kencana Graha Permai adalah sebanyak tiga titik sebaran. Kekayaan spesies tumbuhan pada titik sebaran ini tercatat sebanyak 66 spesies yang tersebar pada tiga titik sebaran. Areal bukit yang menjadi areal pengamatan pada PT Kencana Graha Permai adalah Bukit 42 Besar, Bukit Ibul, dan Bukit Engkebang. Areal yang memiliki kekayaan spesies tertinggi ditemukan pada areal Bukit Engkabang yaitu sebanyak 47 spesies. Sedangkan untuk areal Bukit Besar dan Bukit Ibul masing-masing memiliki kekayaan spesies sebanyak 29 spesies dan 11 spesies. Penelitian Antoko dan Kwatrina (2006) menyebutkan bahwa areal bukit memiliki kerapatan spesies tertinggi dibandingkan dengan areal riparian. Spesies dominan adalah meranti merah (Shorea leprosula), kayu tulang (Antidesma phaneroplebium), medang lendir (Litsea mappacea), meranti rambai (Shorea sp), dan kelat (Eugenia laxiflora). Umumnya spesies yang ditemukan pada areal bukit memiliki habitus berupa pohon yang dimanfaatkan sebagai tanaman pangan dan penghasil bahan bangunan. 1. Kekayaan Spesies Tumbuhan Berguna Berdasarkan Famili Berdasarkan familinya, kekayaan famili tumbuhan berguna pada areal ijin PT Kencana Graha Permai tercatat sebanyak 66 famili. Jumlah famili yang lebih rendah daripada dua areal ijin lainnya salah satunya disebabkan oleh titik sebaran yang sedikit. Famili dengan jumlah spesies terbanyak adalah famili Euphorbiaceae yaitu sebanyak 14 spesies, kemudian diikutii oleh famili Fabaceae yaitu sebanyak 12 spesies serta famili Poaceae dan Areaceae masing-masing memiliki jumlah spesies sebanyak 11 spesies. Sedangkan untuk famili Moraceae, Myrtaceae, Asteraceae, dan Zingiberaceae masing-masing memiliki jumlah spesies sebanyak 7 spesies (Gambar 4). Anggota dari kelompok famili Euphorbiaceae sebagian besar memiliki habitus pohon yang memiliki kegunaan sebagai tumbuhan obat, pangan, aromatik, penghasil bahan bangunan dan kegunaan lainnya. Salah satu anggota dari famili ini adalah karet (Hevea brasillensis) yang memiliki kegunaan sebagai pakan ternak, kayu bakar, dan penghasil getah untuk bahan baku industri karet. Spesies lain yang merupakan anggota dari kelompok famili ini adalah patikan kebo (Euphorbia hirta). Spesies yang berhabitus herba ini dapat hidup pada tanah-tanah terganggu, dapat dibudidayakan dengan bijinya. Patikan kebo memiliki dapat digunakan sebagai pakan ternak dan daunya dapat dijadikan sebagai obat sakit mata serta penyakit asma. Jumlah spesies 43 16 14 12 10 8 6 4 2 0 14 12 11 11 7 7 7 7 Famili Gambar 4 Beberapa famili dengan jumlah spesies tertinggi. 2. Kekayaan Spesies Tumbuhan Berguna Berdasarkan Habitus Berdasarkan Habitusnya, spesies tumbuhan berguna yang ditemukan pada areal ijin PT. Kencana Graha Permai didominasi oleh habitus pohon yaitu sebanyak 94 spesies (Tabel 9). Sedangkan untuk habitus yang memiliki jumlah jenis terendah adalah habitus palem yang hanya memiliki satu spesies yaitu tukas rotan (Caryota mitis). Tukas rotan tumbuh di dataran rendah sampai tinggi dengan ketinggian tempat 1800 m dpl dan tumbuh dengan baik di pinggir-pinggir sungai. Spesies ini dapat dibudidayakan dengan stek rhizoma dan pemisahan batang muda. Tabel 9 Kekayaan habitus pada areal ijin PT. Kencana Graha Permai No 1 Habitus Epifit Jumlah Jenis 4 Persentase (%) 2 2 Herba 45 25 3 Liana 20 11 4 Pohon 94 52 5 Palem 1 1 6 Bambu 2 1,1 7 Perdu 14 7,9 180 100 Jumlah Areal ijin PT. Kencana Graha Permai memiliki tujuh habitus yang tersebar di titik sebaran. Habitus tumbuhan yang ditemukan pada areal ijin yaitu pohon, 44 epifit, herba, liana, palem, perdu, dan habitus bambu. Untuk habitus bambu hanya memiliki jumlah spesies sebanyak dua spesies yaitu bambu babi (Bambusa vulgaris) dan bambu (Gigantochloa apus). Bambu babi tumbuh liar di hutan, tepitepi jalan dan kebun dengan ketinggian tempat sampai 1500 m dpl. Spesies ini dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan batangnya dapat digunakan sebagai pencegah mual. Herba memiliki jumlah spesies kedua terbanyak dibandingkan habitus lainnya yaitu sebanyak 45 spesies atau sebesar 25% dari total spesies tumbuhan berguna yang ditemukan. Kekayaan spesies pada tingkat habitus dapat dijadikan bahan acuan untuk usaha pemanfaatan yang berkelanjutan bagi spesies tumbuhan berguna pada areal ijin. Sehingga dapat dijadikan bahan acuan untuk pengelolaan areal-areal yang dilindungi pada areal ijin PT. Kencana Graha Permai. 5.1.2.3 Status Tumbuhan Jenis tumbuhan yang ditemukan di areal ijin PT. Kencana Graha Permai yang dilindungi sebanyak 1 jenis dan termasuk dalam daftar CITES sebanyak 2 jenis dan semuanya termasuk Appendix II. Di areal tersebut ditemukan sebanyak 21 (duapuluh satu) jenis tumbuhan yang termasuk dalam Daftar Red List IUCN, dengan rincian : 16 jenis termasuk LR/Low Risk (Resiko Rendah), 3 jenis termasuk VU/Vulnerable (rawan), dan 2 jenis termasuk CR/Critically Endangered (Terancam hampir punah), seperti disajikan pada Tabel 10. Spesies yang dilindungi pada areal ini umumnya ditemukan pada dua atau tiga titik sebaran. Sehingga diperlukan usaha penataan pada areal yang ditemukan spesies yang dilindungi untuk lebih lanjut dilakukan usaha budidayanya. Sempadan Sungai Biru dapat dijadikan areal perlindungan gaharu (Aquilaria malacensis) karena spesies ini hanya terdapat pada titik sebaran Sempadan Sungai Biru. Nilai ekonomis yang tinggi dan pemanfaatan yang berlebihan tanpa di imbangi usaha budidayanya dapat menjadikan spesies gaharu terancam populasinya. Gaharu adalah resin atau semacam getah yang dihasilkan dari pohon Aquilaria malacensis yang terinfeksi (Mardiastuti dan Suhartono 2003). Gaharu selama ini diperdagangkan sebagai obat, parfum dan dupa. Spesies ini tumbuh di 45 Tumbuh di hutan primer pada tanah berpasir atau tanah liat dengan ketinggian tempat rendah sampai 500 m dpl. Tabel 10 Status perlindungan dan kategori kelangkaan tumbuhan No. 1 2 3 4 5 6 Nama Ilmiah Alstonia angustifolia Miq. Alstonia scholaris (L.) R.Br. Aquilaria malaccensis Lamk. Cratoxylon arborescens Bl. Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer Cratoxylum arborescens (Vahl.) Bl. 7 Cratoxylum cochinchinensis (Loureiro) Blume 8 Dacryodes rostrata H.J.L. 9 Dipterocarpus grandiflorus Blanco 10 Durio kutejensis (Hassk.) Beccari 11 Eusideroxylon zwageri T. & B. 12 Knema conferta (King) Warb. 13 Koompassia malaccensis King. 14 Mangifera caesia Jack. 15 Mangifera foetida Lour. 16 Nepenthes grandis 17 Nephelium lappaceum L. 18 Octomeles sumatrana Miq. 19 Santiria laevigata Bl. 20 Santiria tomentosa Blume 21 Shorea balangeran (Korth.) Burck Keterangan Lokasi: 1 = SS Biru 3 = SS Melaras Lokasi 7, 14, 15, 22 1, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22 1 PP No. 7 Tahun 1999 TD Status Tumbuhan CITES IUCN TT LR/lc ver 2.3 (1994) TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) TD App. II 20 TD TT VU A1cd ver 2.3 (1994) LR/lc ver 2.3 (1994) 2, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 17, 18, 19, 23 15 TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) 7, 22 TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) 13 TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) 1 TD TT 1, 15 TD TT 1, 2, 4, 7, 22 7, 14, 22 TD TT TD TT CR A1cd+2cd ver 2.3 (1994) VU A1c ver 2.3 (1994) VU A1cd+2cd ver 2.3 (1994) LR/lc ver 2.3 (1994) 1 TD TT LR/cd ver 2. (1994) 1, 4 TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) 1, 4, 7, 22, 23 20 1 TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) D TD App. II TT LR/Ic ver2.3 (1994) LR/lc ver 2.3 (1994) 14 TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) 2, 12 23 TD TD TT TT LR/lc ver 2.3 (1994) LR/lc ver 2.3 (1994) 1, 14 TD TT CR ver 2.3 (1994) 2 = SS Langsat 4 = SS Pikan A1cd 46 5 =SS Keluang 7 = SS Minyak 9 = SS Penyebrangan 11 = SS Melajau 13 =SS Siangsahan 15 =SS Pengkayasan 17 =KSMA Sedawak 19 =Bukit Besar 21 =Bukit Engkabang 23 =Areal Enclave Lingkaran Kuning Keterangan Status Tumbuhan: D = Dilindungi TT = Tidak Terdaftar LR = Low Risk (Resiko rendah) punah) VU = Vulnerable (Rawan) 6= 8= 10 = 12 14 16 18 20 22 SS Perasan Bikuk SS Pakit SS Asahan Sambar = SS Sanuwansi = SS Puayan = KSMA Lingsungan = KSMA Perasan Bikuk = Bukit Ibul = Areal Enclave Blok E31 TD = Tidak dilindungi App. = Appendix CR = Critically Endangered (Terancam hampir Spesies yang dikategorikan kedalam Vulnerable (Rawan) oleh IUCN adalah bulian (Eusideroxylon zwageri), pekawai (Durio kutenjensis), dan gaharu (Aquilaria malaccensis). Sedangkan untuk kategori Critical Endangered (terancam hampir punah) terdapat dua spesies yang ditemukan pada areal ijin ini yaitu belangiran (Shorea balangeran) dan keruing (Dipterocarpus grandiflorus). Dua spesies tersebut digunakan bagian batangnya untuk bahan bangunan khususnya pondasi rumah. Hal ini dapat dijadikan acuan untuk dilakukan usaha pelestarian dari kedua spesies yang terancam hampir punah tersebut karena pemanfaatan bagian batang dapat mematikan tumbuhannya. 5.1.3 PT. Lanang Agro Bersatu Kekayaan spesies tumbuhan berguna pada areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu tercatat sebanyak 300 spesies tumbuhan berguna yang dikelompokkan kedalam 83 famili dan tersebar pada 7 habitus tumbuhan. Berdasarkan tipe ekosistemnya, areal ijin ini hanya memiliki satu tipe ekosistem yaitu hutan dataran rendah (Tabel 11). Hutan dataran rendah pada areal ijin memiliki tiga sebaran habitat spesies tumbuhan yaitu sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, dan areal lainnya (Areal Konservasi Blok-1 sampai Areal Konservasi Blok-16). Titik sebaran spesies pada hutan dataran rendah tersebar kedalam 55 areal pengamatan dengan rincian sebagai berikut: sebanyak 31 sempadan sungai, delapan areal pengamatan kawasan sekitar mata air, dan 16 areal pengamatan lainnya. 47 Spesies yang dilindungi pada areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu tercatat sebanyak 36 spesies berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999, IUCN, maupun CITES. Sedangkan jika dikategorikan berdasarkan familinya, spesies tumbuhan yang terdapat pada areal ijin tercatat sebanyak 83 famili dengan dominasi famili yang memiliki jumlah spesies terbanyak berasal dari famili Euphorbiaceae dan Fabaceae masing sebanyak 18 spesies. Tabel 11 Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Lanang Agro Bersatu Jumlah No Habitat Status Tumbuhan (Spesies) 65 PP No. 7 Tahun 1999 4 CITES 2 IUCN 25 126 54 3 1 11 247 75 2 4 28 Spesies Famili 1 Sempadan Sungai 206 2 Kawasan Sekitar Mata Air 3 Areal Lainnya Jumlah total titik sebaran pada areal ijin ini adalah sebanyak 55 titik sebaran yang merupakan jumlah titik sebaran terbanyak dibandingkan dengan dua areal ijin lainnya. Titik sebaran dengan jumlah spesies terbanyak ditemukan pada titik sebaran Sempadan Sungai Laur yaitu sebanyak 122 spesies diikuti oleh Areal Konservasi Blok-10 yaitu sebanyak 121 spesies. Sedangkan lokasi dengan jumlah spesies terrendah dapat ditemukan pada titik sebaran Sempadan Sungai Toba dan Sempadan Sungai Remiang yaitu sebanyak 15 spesies. Kekayaan spesies pada titik sebaran dapat dijadikan indikator keberadaan spesies. Areal sempadan sungai teridentifikasi memiliki jumlah titik sebaran terbanyak dibandingkan areal pengamatan lainnya yaitu sebanyak 31 titik sebaran. Spesies tumbuhan yang terdapat pada sempadan sungai memiliki fungsi ekologi untuk mempertahankan kondisi sungai. Permen PU 63/1993 mendefinisikan sempadan sungai sebagai suatu kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Pada areal sempadan sungai, terdapat 25 spesies khas yang hanya ditemukan pada areal tersebut. Pada areal sempadan sungai terdapat spesies khas yang memiliki fungsi ekologi penting yang tidak dapat digantikan oleh spesies lainnya yaitu tetrastigama. Anggota dari kelompok famili Vitaceae ini hanya ditemukan pada areal Sempadan Sungai Karuim dan Sempadan Sungai Keriu. Tetrastigma 48 memiliki fungsi ekologi sebagai tumbuhan inang Rafflesia. Umumnya tumbuhan Rafflesia spp,. Tumbuh sebagai parasit pada jenis tumbuhan anggota famili Vitaceae dari marga tetrastigma (Astuti et al. 2001). Jumlah titik sebaran spesies tumbuhan berguna pada kawasan sekitar mata air tercatat sebanyak 8 titik. Kawasan sekitar mata air memiliki kekayaan spesies terrendah yaitu sebanyak 128 spesies dari total spesies yang ditemukan pada areal ijin PT Lanang Agro Bersatu. Maryono (2009) menerangkan bahwa kawasan sekitar mata air memiliki manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Informasi mengenai keberadaan spesies tumbuhan berguna pada titik sebaran dapat digunakan sebagai data dasar untuk pengelolaan kawasan sekitar mata air pada areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu. Selain itu untuk mendukung kelestarian manfaat spesies tumbuhan berguna pada areal ijin, informasi mengenai teknik pemanfaatan dan usaha budidaya dapat dipelajari lebih lanjut agar kelestarian spesies tumbuhan berguna dapat terjamin. Klasifikasi areal lainnya pada areal ijin ini merupakan Areal Konservasi Blok-1 sampai Areal Konservasi Blok-16. Klasifikasi areal ini untuk memudahkan pembagian kelompok habitat spesies tumbuhan berguna pada areal ijin. Untuk titik sebaran pada areal lainnya tercatat sebanyak 16 titik yang terdapat di ekosistem hutan dataran rendah. Titik sebaran yang memiliki jumlah spesies terbanyak adalah Areal Konservasi Blok-11 dan Areal Konservasi Blok-12 sebanyak 79 spesies. Kekayaan spesies pada areal ini tercatat sebanyak 248 spesies atau sebesar 82,67%. Hal ini menunjukkan bahwa areal ini merupakan areal yang memiliki kekayaan spesies tertinggi dibandingkan dengan dua areal lainnya (sempadan sungai dan kawasan sekitar mata air). Areal Konservasi Blok-8 dan Areal Konservasi Blok-9 memiliki kekayaan spesies terrendah dibandingkan areal lainnya yaitu sebanyak 44 spesies. Spesies yang terdapat pada dua areal ini salah satunya adalah pelawan putih (Tristania maingayi) yang hanya ditemukan pada tiga titik sebaran. Areal konservasi merupakan areal yang dikhususkan untuk kegiatan pemanfaatan, pengawetan, dan perlindungan sumberdaya alam yang ada didalamnya. Oleh karena itu, data keberadaan spesies tumbuhan berguna pada 49 areal konservasi menjadi sangat penting untuk dijadikan acuan tindakan pengelolaan selanjutnya. Selain itu informasi mengenai teknik pemanfaatan serta usaha budidayanya perlu diketahui agar sumberdaya alam yang terkandung didalamnya dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. 1. Kekayaan Spesies Tumbuhan Berguna Berdasarkan Famili Berdasarkan familinya, spesies tumbuhan berguna di areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu seluruhnya dikelompokkan kedalam 83 famili. Adapun famili dengan jumlah spesies terbanyak adalah Fabaceae dan Euphorbiaceae sebanyak 18 spesies, diikuti famili Myrtaceae sebanyak 15 spesies serta Poaceae, Dipterocarpaceae, dan Moraceae yang masing-masing sebanyak 14 spesies (Tabel 12). Tabel 12 Kekayaan spesies berdasarkan famili No Famili Jumlah Spesies 1 Arecaceae 13 2 poaceae 14 3 anacardiaceae 12 4 Dipterocarpaceae 14 5 Euphorbiaceae 18 6 Fabaceae 18 7 Moraceae 14 8 Myrtaceae 15 Tabel diatas menyajikan kelompok famili dengan jumlah spesies terbanyak pada areal ijin. Famili Fabaceae memiliki jumlah spesies terbanyak karena memiliki kecocokan dengan titik sebaran di areal ijin. Anggota dari famili ini mampu bertahan di tanah kritis dan terganggu seperti saga pohon (Adenanthera pavonina) yang memiliki kegunaan sebagai obat keputihan pada wanita dan kulit batangnya berguna untuk menyuburkan rambut. Sebaran ekologi spesies ini cukup tinggi, mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian tempat 11400 m dpl. Selain itu spesies ini mampu tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti latosol, aluvial, regusol, dan tanah miskin hara. Penelitian serupa (Atok, 2009) di suku Bunaq Nusa Tenggara Timur menyatakan bahwa famili Fabaceae memiliki spesies terbanyak yang dimanfaatkan oleh suku tersebut. 2. Kekayaan Spesies Berdasarkan Habitus 50 Berdasarkan habitusnya, pohon memiliki jumlah spesies terbanyak pada areal studi (Gambar 5). PT Lanang Agro Bersatu memiliki habitus pohon sebanyak 75 spesies, dan 179 spesies. Habitus palem merupakan habitus yang memiliki jenis terendah diantara habitus lainnya. Habitus ini ditemukkan di tiga spesies yang seluruhnya berasal dari famili Arecaceae, spesies tersebut berturutturut adalah Pinanga sp.,dan Pinanga kuhlii Blume. Habitus pohon di areal ijin memiliki jumlah spesies tertinggi dibandingkan habitus lainnya. Hal ini menandakan bahwa habitus ini tersebar merata hampir di setiap wilayah areal pengamatan. Namun perlu diperhatikan bahwa pohon merupakan habitus yang memiliki tingkat keterancaman tinggi jika dibandingkan habitus lainnya. Kelompok habitus lainnya yang terdapat pada areal ijin ini adalah epifit (13 spesies), herba (59 spesies), liana (23 spesies), palem (2 spesies), bambu (4 spesies), perdu (22 spesies). BambuPerdu Epifit Palem 1% 7% 4% 1% Herba 20% Liana 8% Pohon 59% Gambar 5 Keanekaragaman habitus tumbuhan di areal studi. 3. Status Tumbuhan Spesies tumbuhan yang ditemukan di areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu yang dilindungi sebanyak 4 spesies yang dilindungi menurut PP No. 7 Tahun 1999 dan termasuk dalam daftar CITES sebanyak 5 spesies (Appendix II sebanyak 4 spesies dan Appendix III sebanyak 1 spesies). Di areal tersebut ditemukan sebanyak 32 spesies tumbuhan yang termasuk dalam Daftar Red List IUCN, dengan rincian : 1 spesies termasuk DD/Data Deficient (Data kurang), 20 spesies termasuk LR/Low Risk (Resiko Rendah), 5 spesies termasuk VU/Vulnerable (rawan), 2 spesies termasuk EN/Endangered (Genting/Kritis), dan 51 4 spesies termasuk CR/Critically Endangered (Terancam hampir punah), seperti disajikan pada Tabel 14. Tabel 13 Status kelangkaan tumbuhan di PT. Lanang Agro Bersatu No. Nama Ilmiah Lokasi Status Tumbuhan PP No. 7 Tahun 1999 CITES IUCN 1 Alangium javanicum 50, 51 TD TT 2 Alstonia angustifolia Miq. Alstonia scholaris (L.) R.Br. 1, 26, 27, 30, 49 TD TT TD TT TD TT EN A1cd+2cd ver 2.3 (2010) VU A1cd ver 2.3 (1994) VU A1d ver 2.3 (2009) 3 LR/lc ver 2.3 (1994) LR/lc ver 2.3 (1994) LR/lc ver 2.3 (1994) 4 Anisoptera grosivenia 4, 8, 25, 26, 27, 30, 36, 40, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54 53, 54 5 Aquilaria malaccensis Lamk. Aquilaria microcarpa 40, 41, 42, 43, 44, 46 1, 30 TD App. II TD App. II Calophyllum soulatri Burm.f. Cratoxylon formosum Dyer. Cratoxylum arborescens (Vahl.) Bl. 26, 27, 49 TD TT 1, 24, 27, 30, 40, 45, 46, 49, 52, 55 40, 46, 50, 51, 55 TD TT TD TT 10 Dacryodes H.J.L. 2, 3, 41, 42, 43, 44, 45, 50, 51, 53, 54 TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) 11 Dendrobium crumenatum Sw. Dryobalanops aromatica Gaertn. 12, 13, 31, 38, 39 TD App. II TT 52 TD TT CR A1cd+2cd, B1+2c ver 2.3 (1994) 13 Dryobalanops beccari Dyer. 25, 27, 36, 41, 42, 43, 44, 49 TD TT EN A1cd+2cd ver 2.3 (2010) 14 Durio kutejensis (Hassk.) Beccari 27, 42, 50, TD TT VU A1c ver 2.3 (2009) 15 Eusideroxylon zwageri T. & B. 5, 9, 10, 11, 29, 30, 37, 41, 43, 44, 45, 48, 51, 55 2, 3, 26, 27, 41, 42, 43, 44, 46, 49, 50, 51, 53, 54, 55 40, 45, 52, TD TT VU A1cd+2cd ver 2.3 (2009) 6 7 8 9 12 rostrata LR/lc ver 2.3 (1994) LR/lc ver 2.3 (1994) LR/lc ver 2.3 (1994) 52 No. Nama Ilmiah Lokasi Status Tumbuhan PP No. 7 Tahun 1999 CITES IUCN 16 Gonystylus keithii 26, 27, 49 TD App. III VU A1cd+2cd ver 2.3 (1994) 17 Hopea Miq. TD TT 18 Knema conferta (King) Warb. 27, 41, 42, 43, 44, 45, 49, 50, 51, 52, 53, 54 26, 27, 49 TD TT CR A1cd, B1+2c ver 2.3 (1994) LR/lc ver 2.3 (1994) 19 Knema intermedia Warb. Koompassia malaccensis Maing. ex Benth. Mangifera caesia Jack. 41, 42, 43, 44 TD TT 14, 29, 45, 50, 51, 53, 54 TD TT 2, 3, 12, 13, 14, 29, 31 , 38, 39 TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) 22 Mangifera Lour. 22, 29, 39, 50, TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) 23 Myristica iners Blume 9, 12, 13, 14, 23, 26, 27, 28, 30, 31, 35, 38, 40, 45, 46, 49, 51, 55 53, 54 TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) 24 Nephelium lappaceum L. 16, 21, 30, 53, TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) 25 Nephentes rafflesiana Jack. 1, 9, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 24, 27, 28, 29, 32, 33, 34, 49, 54, 55 50, 51 D App. II LR/lc ver 2.3 (1994) 26 Octomeles sumatrana Miq. Parashorea lucida (Miquel) Kurz 27, 40, 46, 49, 50, 51, 52 50, 51 TD TT TD TT 28 Pentaspadon Hook.f. 1, 2, 3, 4, 30 TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) CR A1cd, B1+2c, C2a ver 2.3 (1994) DD ver 2.3 (1994) 29 Santiria griffithii (Hk.f.) Engl. Santiria laevigata Bl. 6, 9, 12, 13, 30, 31, 38, 39 2, 3, 40, 46, 52 TD TT TD TT 47, 48, 50, 51, 55 TD TT 32 Santiria tomentosa Blume Shorea palembanica D TT 33 Shorea pallidifolia 12, 13, 31, 38, 39, 40, 46 52 TD TT 34 Shorea pinanga D TT 20 21 27 30 31 mengerawan foetida motleyi 6, 10, 11, 12, 13, 14, 29, 30, 31, 37, 38, 39, 55 LR/nt ver 2.3 (1994) LR/cd ver 2.3 (1994) LR/lc ver 2.3 (1994) LR/lc ver 2.3 (1994) LR/lc ver 2.3 (1994) TT CR A1cd, C2a ver 2.3 (1994) TT 53 No. 35 36 Nama Ilmiah Shorea stenoptera Burck. Vatica rassak Bl. Lokasi Status Tumbuhan PP No. 7 Tahun 1999 CITES 14, 29 D TT TT 40, 45, 46, 53, 54 TD TT LR/lc ver 2.3 (1994) Keterangan Lokasi: 1 = SS Karim 3 = SS Cabang Tiyakon 5 = SS Kembuen 7 = SS Pebahan 9 = SS Kesuhan 11 = SS Cabang Tebahat 13 = SS Cabang Puya-2 15 = SS Bengang 17 = SS Kekirik 19 = SS Remiang (Romban) 21 = SS Cabang Sepiso 23 = SS Cabang Limuen 25 = SS Ringkang 27 = SS Laur 29 = SS Pawan 31 = SS Puya 33 = KSMA S. Cabang Bengang 35 = KSMA S. Cabang Limuen 37 = KSMA S. Cabang Tebahat 39 = KSMA S. Cabang Puya-2 41 = Areal Konservasi Blok-2 43 = Areal Konservasi Blok-4 45 = Areal Konservasi Blok-6 47 = Areal Konservasi Blok-8 49 = Areal Konservasi Blok-10 51 = Areal Konservasi Blok-12 53 = Areal Konservasi Blok-14 55 = Areal Konservasi Blok-16 Keterangan Status Flora: D = Dilindungi TT = Tidak Terdaftar DD = Data Deficient (Data kurang) VU = Vulnerable (Rawan) punah) EN = Endangered (Genting/Kritis) 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 TD = App. LR = CR = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = IUCN SS Tiyakon SS Siwaan SS Segigi SS Sempadan SS Tebahat SS Cabang Puya-1 SS Kediu SS Cabang Bengang SS Toba SS Sepiso SS Lumuen SS Gentaring SS Air Mati SS Mantas SS Keriau KSMA S. Kekirik (Kehiring) KSMA S. Cabang Sepiso KSMA S. Ringkang KSMA S. Cabang Puya-1 Areal Konservasi Blok-1 Areal Konservasi Blok-3 Areal Konservasi Blok-5 Areal Konservasi Blok-7 Areal Konservasi Blok-9 Areal Konservasi Blok-11 Areal Konservasi Blok-13 Areal Konservasi Blok-15 Tidak dilindungi = Appendix Low Risk (Resiko rendah) Critically Endangered (Terancam hampir Spesies yang dimasukkan kedalam Appendix II CITES dan dikategorikan rawan punah oleh IUCN salah satunya adalah gaharu (Aquilaria mallacensis). Gaharu banyak digunakan sebagai bahan dasar minyak wangi, dupa bakaran, dan obat tradisional di asia timur (yagura et al., 2005). Sampai saat ini peningkatan permintaan akan produk gaharu belum dapat diikuti oleh adanya pasokan gaharu yang rutin karena masih bergantung dari hasil pengumpulan gaharu alami 54 (Santoso et al., 2007). Jika dilihat dari penyebaran pada areal ijin, spesies ini dapat ditemukan di 6 titik sebaran. Sedangkan untuk spesies Aquilaria macrocarpa hanya ditemukan pada 2 titik sebaran yaitu Areal Konservasi Blok-12 dan Areal Konservasi Blok-13. Kantung semar (Nephentes rafflesiana Jack.) merupakan salah satu spesies yang dilindugi oleh PP No. 7 Tahun 1999 serta dikategorikan kedalam resiko rendah oleh IUCN. Selain itu spesies ini dimasukkan kedalam Appendix II CITES yang menandakan perdagangan spesies ini diawasi ketat oleh management authority yang dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Dirjen PHKA). Kantung semar di areal ijin hanya ditemukan pada 2 titik sebaran yaitu Areal Konservasi Blok-12 dan Areal Konservasi Blok13. Pemanfaatan kantong semar masih tergantung dari alam walaupun informasi mengenai budidaya spesies ini sudah ada. 5.2 Pemanfaatan Tumbuhan Kekayaan spesies tumbuhan berguna berdasarkan kegunaan di areal studi disajikan dalam Tabel 14. Tumbuhan obat merupakan spesies yang paling banyak yaitu sebanyak 103 spesies (28,42%) di PT Agro Lestari Mandiri, 85 spesies (37,22%) di PT Kencana Graha Permai, dan 137 spesies (35,33%) tumbuhan obat ditemukan di PT Lanang Agro Bersatu. Pemanfaatan yang besar terhadap tumbuhan obat di lokasi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat masih tergantung terhadap hasil hutan berupa tumbuhan penghasil obat-obatan. Tabel 14 Klasifikasi kegunaan tumbuhan di areal studi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kegunaan Obat Hias Aromatik Pangan Pakan ternak Pestisida nabati Serat Pewarna dan Tanin Bahan bangunan Ritual adat Anyaman Kayu bakar AMNL* 103 24 15 67 16 7 16 12 74 12 32 24 Jumlah Jenis di KGP* 85 15 10 55 19 4 9 8 34 15 19 18 LAB* 137 25 26 86 23 7 13 13 71 13 32 28 55 13 Lainnya 20 12 15 Keterangan: AMNL*= PT Agro Lestari Mandiri, KGP*= PT Kencana Graha Permai, LAB*= PT Lanang Agro Bersatu Tumbuhan penghasil pestisida nabati memiliki jumlah spesies terkecil diantara 12 kelompok kegunaan lainnya. Pada areal studi, tumbuhan penghasil pestisida nabati tercatat hanya sebanyak 8 spesies yang tergolong kedalam 6 famili tumbuhan. Potensi tumbuhan penghasil pestisida nabati pada areal studi hanya 1,86% dari total spesies tumbuhan berguna yang ada. Untuk tingkatan areal ijin, PT Agro Lestari Mandiri dan PT Lanang Agro Bersatu memiliki jumlah spesies penghasil pestisida nabati tertinggi yaitu masing-masing 7 spesies. Sedangkan PT Kencana Graha Permai hanya memiliki 4 spesies penghasil pestisida nabati. 5.2.1 Kelompok Kegunaan 5.2.1.1 Tumbuhan Obat Berdasarkan kelompok kegunaannya, tumbuhan obat di tiga titik sebaran memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu sebanyak 176 spesies atau sebesar 40,93 %. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan spesies tumbuhan obat di tiga lokasi tersebut masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang serupa. Penelitian Hidayat (2009) menunjukkan bahwa terdapat 150 spesies tumbuhan obat yang terdapat di masyarakat Kampung Adat Dukuh, sedangkan penelitian Setyowati (2007) pada masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser hanya menemukan 69 spesies tumbuhan obat. Umumnya tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat masih berupa tumbuhan liar dan belum banyak didomestikasi. Domestikasi tumbuhan obat belum banyak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat lokal yang hidup di sekitar hutan. Penelitian Nopriadi (1997) menyebutkan bahwa pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat dayak di sekitar HPH PT Berkat Cahaya Timber Kalimantan Tengah sebagian besar memungut langsung dari hutan tanpa adanya usaha budidaya. Kartikawati (2004) menyatakan bahwa dari 93 spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Meratus, hanya 20 spesies atau sebesar 21,51% yang sudah dibudidayakan serta delapan spesies atau sebesar 8,60% yang statusnya semi domestikasi. 56 Tumbuhan obat masih mendominasi kelompok kegunaan tumbuhan di masing-masing areal studi. Spesies yang tercatat memiliki khasiat sebagai obat pada PT Agro Lestari Mandiri adalah 79 spesies yang dikelompokkan kedalam 48 famili tumbuhan. Famili dengan spesies tumbuhan obat terbanyak berasal dari kelompok famili Poaceae yaitu sebanyak tujuh spesies, disusul oleh famili fabaceae yaitu lima spesies, serta famili verbenaceae dan euphorbiaceae yang masing-masing memiliki empat spesies tumbuhan obat. Tumbuhan seperti singkong (Manihot utilissima Pohl.) yang termasuk kedalam famili euphorbiaceae memiliki kegunaan sebagai obat luka luar selain dimanfaatkan umbinya untuk makanan tambahan bagi masyarakat. Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) yang merupakan anggota dari kelompok famili Simaroubaceae telah dikenal oleh masyarakat untuk digunakan sebagai obat malaria, penambah stamina, dan aprodisiak pada laki-laki. Spesies tumbuhan berguna di PT Kencana Graha Permai di dominasi oleh tumbuhan obat yaitu sebanyak 85 spesies atau sebesar 47,22%. Tumbuhan yang berasal dari famili Poaceae seperti alang-alang (Imperata cylindrica) dapat dimanfaatkan akarnya sebagai obat penurun panas selain dapat dimanfaatkan daunnya sebagai pakan ternak. Sedangkan tempuh wiyang yang ditemukan pada areal ini dapat digunakan sebagai peluruh air seni. Spesies yang memiliki nama latin Emilia sonchifolia (Linn.) DC. Ini berasal dari famili Ateraceae yang umumnya berhabitus herba. Areal ijin PT Kencana Graha Permai merupakan areal ijin yang memiliki jumlah spesies terendah dibandingkan dengan dua areal lainnya. Namun untuk kategori tumbuhan obat, areal ijin ini memiliki jumlah spesies terbanyak dibandingkan lainnya. Contoh tumbuhan obat yang ditemukan di areal studi dapat ditampilkan pada Tabel 15 di bawah ini. Daftar lengkap tumbuhan obat di areal studi tersaji pada lampiran 10. Areal ijin PT Lanang Agro Bersatu tercatat memiliki jumlah spesies tumbuhan obat sebanyak 137 spesies atau sebesar 45,66% dari jumlah spesies tumbuhan berguna di areal ini. Jika dilihat dari jumlah spesiesnya, areal ini dapat dikatakan memiliki jumlah spesies tertinggi dibandingkan dua areal ijin lainnya di areal studi ini. Hampir setengah dari spesies tumbuhan berguna yang ada di areal ini merupakan tumbuhan obat. Famili Poaceae masih mendominasi jumlah spesies 57 tumbuhan penghasil obat di areal ini. Hal ini disebabkan anggota dari famili ini tersebar di berbagai tipe vegetasi dan tahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan. Tabel 15 Beberapa spesies tumbuhan obat yang berada di areal studi Bagian yang digunakan Daun Nama Ilmiah Nama Lokal Penyakit yang di obati 1 Mallotus macrostachyus Balik angin batuk demam 2 Phyllanthus niruri L. 3 Cassia alata L. diare, radang hati, infeksi saluran kencing Kulit Daun 4 Parkia speciosa Hassk. Rumput pacat Ketepeng cina Petai sakit perut, biji 5 Urena lobata L. Jelumpang Daun 6 Melastoma Linn. Cangkuduk, cengkuduk, keremunting, hati-hati obat sakit perut, pendarahan disentri, obat kumur, keputihan, sakit perut 7 Lansium domesticum Corr. Langsat 8 Embelia ribes Burm.f. kulit batang getah 9 Psidium guajava L. Akar asam, kacam Jambu biji tipes, demam, malaria, sakit perut batuk murus diare Daun 10 Rhodamnia cinerea Jack. Jamai obat setelah bersalin akar 11 Cymbopogon citratus (DC.) Stapf. Sereh wangi peluruh angin, pereda kejang Daun No. malabathricum Herba Daun Anggota dari famili Poaceae umumnya berhabitus bambu dan herba yang banyak ditemukan di lokasi ini. Spesies rumput jarum (Chrysopogon aciculatus (Retz.) Trin.) yang merupakan anggota dari famili ini digunakan bagian akarnya oleh masyarakat untuk penangkal racun ular. Penyakit cacingan dan sakit mata dapat diobati oleh rebung (tunas muda) dari bambu cacing/rambat (Dinochloa scandens (Bl. ex Nees) O.Kuntze.) selain bambunya digunakan untuk bahan jembatan dan kontruksi bangunan. Berdasarkan kelompok penyakitnya, tumbuhan obat yang ada di areal studi dapat mengobati 24 jenis kelompok penyakit (Tabel 16). penyakit yang dapat di obati antara lain sakit gigi, penyakit kewanitaan, penyakit saluran pencernaan, 58 penyakit kuning, penyakit saluran pernafasan, perawatan kehamilan dan persalinan, tonikum, dan lain-lain. Penyakit saluran pencernaan memiliki kuantitas spesies yang tinggi dibandingkan spesies lainnya. Penyakit saluran pencernaan dalam hal ini meliputi magh, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, diare, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pencernaan. Sebanyak 26 spesies tumbuhan atau sebesar 15,20% dapat dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit saluran pencernaan. Spesies seperti Alstonia angustifolia Miq atau biasa disebut pelai pipit oleh masyarakat lokal dapat digunakan daunnya untuk mengobati mencret darah. Tabel 16 Rekapan kelompok penyakit pada areal studi Jumlah Spesies di No Kelompok Penyakit/Penggunaan PT AMNL PT KGP PT LAB 1 2 3 4 5 6 7 8 Gangguan.Peredaran Darah Keluarga Berencana (KB) Penawar Racun Pengobatan Luka Penyakit Gangguan Urat Syaraf Penyakit Gigi Penyakit Ginjal Penyakit Jantung 5 1 6 10 2 1 0 0 2 0 1 10 3 2 1 0 8 1 4 10 1 2 1 1 9 10 11 12 13 14 15 16 Penyakit Kanker/Tumor Penyakit Khusus Wanita Penyakit Kulit Penyakit Kuning Penyakit Malaria Penyakit Mata Penyakit Mulut Penyakit Persendian 1 3 5 2 6 1 4 2 1 4 5 1 5 3 3 2 4 4 8 3 8 2 6 4 17 18 19 20 Tonikum Penyakit saluran pembuangan Penyakit saluran Pencernaan Penyakit Saluran Pernafasan/THT 5 2 13 8 4 2 14 4 6 3 22 9 21 Perawatan Kehamilan dan Persalinan 5 3 5 22 Perawatan Rambut, Muka, Kulit 1 1 2 23 Sakit Kepala dan Demam 7 6 10 24 Lain-lain 7 7 4 Laporan akhir identifikasi dan analisis keberadaan nilai konservasi tinggi (2010) di areal studi menyebutkan bahwa penyakit yang sering diderita masyarakat adalah penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan dan 59 malaria. Selain itu, pusat kesehatan yang ada di masing-masing areal studi jumlahnya terbatas. Spesies tumbuhan obat yang digolongkan kedalam 24 klasifikasi penyakit dapat digunakan sebagai tindakan awal bagi masyarakat untuk mengobati penyakitnya. Pada Tabel 16 di atas dapat dilihat bahwa spesies yang berada pada satu areal ijin ada yang memiliki kesamaan dengan dua lokasi lainnya. Spesies seperti rotan buaya (Calamus sp) yang dikelompokan kedalam pengobatan penyakit gigi dapat ditemukan di tiga lokasi areal ijin. Pengelompokkan spesies tumbuhan obat didasarkan pada fungsi dominan dari spesies tumbuhan obat. Sebagai contoh jambu biji (Psidium guajava) yang berasal dari famili Myrtaceae memiliki kegunaan sebagai obat diare disamping penyakit diabetes dan disentri, dikelompokkan kedalam kelompok penyakit saluran pencernaan karena fungsi utamanya adalah untuk mengobati penyakit diare. Pada tingkat habitus, jumlah spesies tumbuhan obat yang terdapat di areal PT Agro Lestari Mandiri sebanyak 27 spesies atau sebesar 34,2% pada habitus pohon. Herba ditemukan sebanyak 20 spesies atau sebesar 25,3%. Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies penghasil tumbuhan obat dapat ditemukan pada tingkat habitus pohon karena memiliki keanekaragaman genetik yang tinggi. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan untuk pengobatan beragam mulai dari pemanfaatan bagian akar, batang, kulit batang, daun, bunga, maupun buah dan biji tumbuhan. Pemanfaatan bagian tumbuhan yang beragam ini dapat dijadikan indikator kelestarian tumbuhan tersebut. Sebagai contoh jika spesies tumbuhan dimanfaatkan pada bagian akar, maka teknik pemanenannya dilakukan dengan cara mematikan tumbuhan tersebut. Hal ini dapat menurunkan populasinya jika tidak dilakukan upaya budidaya spesies tumbuhan tersebut. Pada pemanfaatan bagian daun, jika pemanenannya memiliki intensitas yang rendah maka kelestarian spesies tersebut dapat terjamin. 5.2.1.2 Tumbuhan Pangan Tumbuhan penghasil pangan ditemukan sebanyak 111 spesies atau sebesar 25,81% dengan penggunaan terbesar sebagai makanan sampingan atau bukan makanan pokok (Tabel 17). Tumbuhan pangan terdiri dari buah-buahan, sayuran, 60 dan penghasil karbohidrat. Tumbuhan buah-buahan yang umum dimanfaatkan oleh masyarakat adalah spesies yang berasal dari kelompok famili Myrtaceae, Moraceae, Euphorbiaceae, dan Anacardiaceae. Anggota dari famili ini seperti Mangga (Mangifera indica), Nangka (Artocarpus integra), Jambu biji (Psidium guajava), Asam lembawang (Mangifera caesia), dan banyak lainnya. Namun saat ini kelompok tumbuhan penghasil buah-buahan belum banyak digunakan (Uji 2007). Daftar lengkap mengenai tumbuhan penghasil pangan pada areal studi dapat dilihat pada Lampiran 11. Tabel 17 Beberapa spesies penghasil pangan di areal studi Terung Bagian yang digunakan Buah Macam Penggunaan Sayuran Buni Buah Buah-buahan Nephelium cuspidatum Rambutan hutan Buah Buah-buahan 4 Manihot utilissima Pohl. Singkong Umbi Umbi-umbian 5 Musa paradisiaca L. Pisang Buah Buah-buahan 6 Cyclophorus aridus Pakis Daun Sayuran 7 Amaranthus sp. Bayam Daun Sayuran 8 Mangifera indica L. Mangga Buah Buah-buahan 9 Ipomoea cairica Ubi jalar Umbi Umbi-umbian Parkia roxburghii Kedawung Biji Biji-bijian No. Nama Ilmiah Nama Lokal 1 Solanum melongena L. 2 Stemonurus malaccensis 3 10 Pengusahaan tanaman pangan dilakukan pada lahan-lahan yang baru dibuka dengan cara tumpangsari. Intensitas penggunaan lahan untuk komoditi ini hanya sekali pada setiap kali buka lahan, lahan akan ditanami kembali pada siklus penggunaan lahan 5-8 tahun apabila masih tersedia. Namun setelah beberapa perusahaan perkebunan ini masuk, kebiasaan ladang berpindah ini berangsurangsur akan hilang karena keberadaan lahan sempit dengan nilai ekonomis lahan yang semakin tinggi. Dalam pengusahaan tanaman pangan penduduk masih menggunakan bentuk budidaya sederhana, selebihnya mengambil langsung dari hutan. Jenis tanaman pangan yang diusahakan penduduk di areal ijin adalah padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), ubi kayu (Manihot utilissima), ubi jalar, kacangkacangan dan sayur-sayuran. Spesies tumbuhan penghasil pangan pokok seperti padi (Oryza sativa) dan singkong (Manihot utilisima) sudah dibudidayakan oleh masyarakat di sekitar areal ijin. Sedangkan untuk penghasil sayuran, dapat 61 ditemukan pada famili Solanaceae dan Araceae yang dapat dimanfaatkan daunnya sebagai bahan sayuran. Tumbuhan pangan yang berada di PT Agro Lestari Mandiri menempati urutan ketiga dalam kelompok kegunaan spesies tumbuhan pada areal ijin ini. Sebanyak 66 spesies tumbuhan atau sebesar 23,74% dapat digunakan sebagai bahan pangan baik itu berupa buah-buahan, sayuran, maupun tumbuhan penghasil karbohidrat. Famili moraceae dan Anacardiaceae memiliki jumlah spesies terbanyak dalam kelompok kegunaan ini. Spesies penghasil buah-buahan yang berasal dari kedua famili ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan tambahan bagi masyarakat sekitar areal studi. Pemanfaatan tumbuhan pangan khususnya tumbuhan penghasil buahbuahan masih terbatas kepada pemungutan langsung di hutan tanpa ada usaha budidaya tumbuhan tersebut. Potensi tumbuhan penghasil buah seharusnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya buah-buahan. Uji (2004) menyatakan bahwa terdapat 226 spesies buah-buahan asli Kalimantan baik secara langsung maupun melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Pada PT Kencana Graha Permai anggota dari famili Moraceae masih mendominasi tumbuhan penghasil pangan yaitu sebanyak 6 spesies tumbuhan di ikiuti dengan famili Fabaceae dengan 5 spesies tumbuhan penghasil pangan. Terdapat 54 spesies penghasil pangan pada areal ijin ini yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan pokok maupun pengganti oleh masyarakat. Tumbuhan penghasil pangan pada areal ini paling banyak ditemukan berhabitus pohon dengan spesies sebanyak 38 spesies atau sebesar 70% dari keseluruhan tumbuhan pangan yang teridentifikasi (Tabel 18). Hal ini disebabkan karena umumnya tumbuhan penghasil pangan pada areal ini merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan buahnya. Tabel 18 Tingkatan habitus spesies penghasil pangan No 1 2 3 4 Habitus Jumlah Persentase (%) Pohon Herba Liana Perdu 38 12 2 2 70 22 4 4 62 PT. Lanang Agro Bersatu merupakan lokasi yang memiliki spesies tumbuhan penghasil pangan terbanyak dibandingkan dua lokasi studi lainnya. Pada areal ini tercatat 86 spesies atau sebesar 28,67% merupakan spesies penghasil pangan. Kategori spesies tumbuhan penghasil pangan pada areal ini memiliki posisi kedua terbanyak setelah tumbuhan penghasil obat. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan jenis pangan yang dapat dimakan oleh masyarakat sekitar areal ijin sehingga terjadi diversifikasi pangan bagi masyarakat yang dapat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan bahan makanan. 5.2.1.3 Tumbuhan Hias Tumbuhan hias merupakan tumbuhan yang memiliki nilai estetika dan memiliki bentuk yang unik atau indah bagi penikmatnya. Tumbuhan hias dapat di dibudidayakan di pekarangan rumah untuk dinikmati keindahannya. Spesies tumbuhan hias umumnya merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan dan telah diketahui informasi mengenai teknik budidayanya. Kelompok kegunaan ini bersifat subjektif karena nilai keindahan merupakan nilai yang subjektif bagi tiap individu. Untuk mengidentifikasi kelompok kegunaan ini maka digunakan buku panduan yang berlaku umum seperti Heyne (1987). Kategori kegunaan tumbuhan sebagai tumbuhan hias pada areal studi tercatat 37 spesies yang dikelompokkan kedalam 23 famili. Spesies terbanyak berasal dari famili Araceae dan famili Nepenthaceae dengan jumlah spesies berturut-turut sebanyak tujuh spesies dan empat spesies. Informasi budidaya mengenai tumbuhan hias yang berada pada areal studi umumnya telah diketahui sehingga memudahkan masyarakat untuk membudidayakan baik untuk tujuan komersial maupun nonkomersial. Beberapa spesies tumbuhan hias dapat dilihat pada Tabel 19. Daftar lengkap spesies tumbuhan hias dapat di lihat pada Lampiran 12. Tabel 19 Beberapa spesies tumbuhan hias di areal studi No. 1 Nama Ilmiah Hoya sp. 2 3 4 Asplenium nidus L. Nepenthes grandis Nephentes rafflesiana Nama Lokal Anggrek kancing Bakah, sakah Akar ketupat Kantong semar 5 Ixora coccinea L. Soka hutan Bagian yang digunakan Seluruh bagian Macam Penggunaan Tumbuhan hias Seluruh bagian Seluruh bagian Seluruh bagian Tumbuhan hias Tumbuhan hias Tumbuhan hias Seluruh bagian Tumbuhan hias 63 6 Clerodendrum inerme Melati hutan Seluruh bagian Tumbuhan hias 7 Adianthum cuneatum Suplir Seluruh bagian Tumbuhan hias Persebaran tumbuhan hias pada areal studi hampir seragam di tiap areal ijinnya. Pada PT Agro Lestari Mandiri ditemukan spesies tumbuhan hias sebanyak 24 spesies, sedangkan untuk PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu ditemukan spesies tumbuan hias berturut-turut adalah sebanyak 15 spesies dan 25 spesies. Perbedaan kuantitas spesies yang tidak begitu besar ini karena tumbuhan hias pada areal studi memiliki sifat ekologi yang sama dengan areal studi. Famili Nepenthaceae misalnya, tumbuh di dataran tinggi dan lereng berbukit-bukit dengan tanah miskin hara cocok dengan kondisi areal studi sehingga dapat ditemukan di tiga lokasi areal studi. PT Kencana Graha Permai merupakan areal yang memiliki spesies tumbuhan hias terendah, namun jumlah famili yang berada di areal ini cukup beragam dengan jumlah famili sebanyak 14 famili. Didominasi oleh herba (9 spesies), pohon, liana, dan perdu masing-masing dua spesies. Jumlah famili tumbuhan hias pada areal ini lebih banyak dibandingkan dengan penelitian serupa (Fakhrozi, 2009) yang hanya menemukan delapan famili tumbuhan hias. Jumlah spesies tumbuhan hias pada areal ijin PT Agro Lestari Mandiri dan areal ijin PT Lanang Agro Bersatu hanya berbeda satu spesies tumbuhan saja. Potensi tumbuhan yang ada di kedua lokasi tersebut sudah diketahui teknik budidaya dan informasi ekologinya. Hanya spesies Nepenthes ampullaria Jack. yang berasal dari Famili Nepenthaceae yang belum diketahui bagaimana teknik budidayanya. Spesies ini dapat tumbuh pada daerah perbukitan dengan tanah yang miskin hara. Potensi tumbuhan hias pada areal studi dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar areal ijin untuk dapat dikembangkan menjadi usaha mandiri sehingga kemandirian ekonomi masyarakat sekitar dapat tercapai. 5.2.1.4 Tumbuhan Aromatik Tumbuhan aromatik atau biasa disebut tumbuhan penghasil minyak atsiri banyak digunakan sebagai bahan industri. Potensi tumbuhan aromatik pada areal studi tercatat sebanyak 27 spesies yang dikelompokkan kedalam 15 famili tumbuhan. Pada dasarnya tumbuhan aromatik di areal studi berhabitus pohon dan herba masing-masing berjumlah 13 spesies, sedangkan habitus epifit hanya 64 terdapat satu spesies di areal studi. Beberapa spesies penghasil minyak atsiri dapat dilihat pada tabel 20 di bawah ini. Sedangkan untuk daftar lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13. Spesies-spesies penghasil minyak atsiri umumnya dapat dibudidayakan dengan menggunakan biji. Spesies seperti Aquilaria malaccensis Lamk. atau yang dikenal sebagai gaharu dapat dibudidayakan dengan biji. Spesies ini tumbuh di hutan primer pada tanah yang berpasir atau tanah liat dengan ketinggian tempat rendah sampai 500 m dpl. Jenis pohon ini menghasilkan senyawa hasil dari aktivitas mikroorganisme pada batang yang berbau harum. Untuk bahan aromatik, gaharu memiliki harga tertinggi dibandingkan bahan aromatik lainnya (Mardiastuti dan Suhartono, 2003). Rumput teki (Cyperus rotundus) yang berasal dari kelompok famili Cyperaceae dapat digunakan akarnya sebagai minyak atsiri. Selain itu informasi mengenai teknik budidaya spesies ini telah ditemukan yaitu dengan rimpang atau bijinya sehingga dapat dilakukan perbanyakan untuk mengambil manfaatnya lebih lanjut. Tabel 20 Beberapa tumbuhan penghasil aromatik di areal studi No Nama Ilmiah 1 Cyperus rotundus 2 Aquilaria malaccensis 3 Nama Lokal Teki Bagian yang digunakan Akar Macam Penggunaan Minyak atsiri Batang Minyak wangi Cinnamomum culilawan Gaharu, kayu garu Kayu lawang Batang Minyak atsiri 4 Pandanus hasskardlii Pandan wangi Daun Minyak atsiri 5 6 Dryobalanops aromatica Freycinetia angustifolia Kayu kapur Pandan rasao Batang Daun Minyak wangi Minyak atsiri Pada tingkatan areal ijin, PT. Agro Lestari Mandiri memiliki 15 spesies tumbuhan aromatik yang didominasi oleh famili Pandanaceae (4 spesies), diikuti oleh famili Zingiberaceae dengan jumlah spesies adalah enam spesies. Macaranga conifera yang berasal dari famili Euphorbiaceae tumbuh di padang terbuka di hutan sekunder dapat dibudidayakan melalui bijinya. Spesies ini dimanfaatkan kulitnya untuk bisa mendapatkan minyak atsiri. Areal ijin PT Kencana Graha Permai memiliki potensi tumbuhan penghasil minyak atsiri sebanyak 10 spesies. Berdasarkan hasil identifikasi potensi tumbuhan penghasil minyak atsiri dapat diketahui dua habitus penyusun dalam 65 kelompok kegunaan ini yaitu herba (6 spesies) dan pohon (4 spesies). Spesies kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) dapat dimanfaatkan getah dan daunnya untuk penyulingan minyak atsiri. Spesies ini tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian tempat 0-1000 m dpl, selain itu dapat dibudidayakan melalui biji dan tunas. Tumbuhan aromatik pada PT Lanang Agro Bersatu dapat dikategorikan kedalam tiga habitus yaitu pohon (11 spesies), herba (12 spesies), epifit (1 spesies). Jumlah spesies yang ada di areal ini adalah sebanyak 24 spesies tumbuhan yang tergolong kedalam 13 famili. Famili Pandanaceae mendominasi tumbuhan aromatik di areal ini dengan jumlah spesies sebanyak lima spesies yang diikuti oleh famili Zingiberaceae (3 spesies). Umumnya anggota dari famili Pandanaceae memiliki aroma yang harum, dan beberapa spesiesnya digunakan sebagai pengharum masakan. 5.2.1.5 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak Tumbuhan penghasil pakan ternak dapat didefinisikan sebagai tumbuhan yang dikhususkan untuk makanan ternak masyarakat. Potensi tumbuhan penghasil pakan ternak di areal studi teridentifikasi sebanyak 34 spesies yang dikelompokkan kedalam 14 famili. Poaceae memiliki jumlah spesies terbanyak dengan anggota spesies sebanyak 8 spesies diikuti oleh famili Cyperaceae. Makanan ternak umumnya berasal dari habitus herba yang dimanfaatkan bagian daunnya hingga ujung tunas dan akar. Habitus pohon hanya terdapat pada nangka dan singkil yang dimanfaatkan bagian daun dan bijinya oleh ternak sapi dan kambing. Beberapa spesies tumbuhan penghasil pakan ternak dapat di lihat pada Tabel 21. Spesies tumbuhan penghasil pakan ternak pada areal studi dapat di lihat pada Lampiran 14. Tabel 21 Beberapa spesies tumbuhan penghasil pakan ternak di areal studi No. 1 2 3 4 5 6 Nama Ilmiah Colocasia esculenta Artocarpus integra Imperata cylindrica Manihot utilissima Lophatherum gracile Cocos nucifera L. Nama Lokal Talas Nangka Ilalang Singkong Rumput merah Kelapa Bagian yang digunakan Pelepah Daun, biji Daun Daun Daun Kulit buah Macam Penggunaan Pakan babi Pakan sapi, Pakan sapi Pakan babi Pakan sapi Pakan ayam, pakan babi 66 Spesies tumbuhan penghasil pakan ternak pada PT. Lanang Agro Bersatu dapat ditemui pada tiga tingkatan habitus yaitu herba (15 spesies), pohon (4 spesies), liana (2 spesies), perdu (2 spesies). Spesies seperti pelepah talas (Colocasia esculenta) dapat digunakan sebagai makanan babi pada masyarakat sekitar. Singkong (Manihot utilisima) biasa digunakan sebagai makanan sapi dan kambing. Spesies ini tumbuh pada ketinggian tempat 5-1300 m dpl, diperbanyak dengan stek batang. Selain itu umbinya dapat digunakan sebagai makanan pokok bagi masyarakat. Tumbuhan penghasil pakan ternak dapat ditemui pada PT Kencana Graha Permai dan PT Agro Lestari Mandiri dengan jumlah spesies berturut-turut 19 spesies dan 16 spesies. Pada kedua areal tersebut, famili Poaceae memiliki jumlah jenis tertinggi dibandingkan famili lainnya. Famili Poaceae memiliki karakter yang tahan terhadap kekeringan, tumbuh di tepi-tepi sungai mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian tempat hingga 1500 m dpl. Usaha budidayanya dapat dilakukan dengan biji ataupun rimpangnya. 5.2.1.6 Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. Potensi tumbuhan penghasil pestisida nabati pada areal studi hanya 1,86% dari total spesies tumbuhan berguna yang ada. Tercatat delapan spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati yang tergolong kedalam enam famili tumbuhan (Tabel 23). Spesies seperti rengas merah (Glutha rengas) dapat membuat tangan terbakar jika menyentuh getah dari tanaman ini. Spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati di areal studi di dominasi oleh famili Anacardiaceae sebanyak tiga spesies. Famili ini umumnya Tumbuh di hutan hujan tropis dengan ketinggian tempat sampai 300 m dpl. Teknik budidayanya dapat dilakukan dengan biji ataupun stek. Spesies tumbuhan bandotan (Ageratum conyzoides) yang berasal dari famili Asteraceae dapat digunakan daun dan bunganya sebagai pengusir serangga. Spesies ini tumbuh 67 pada tanah yang terbuka dengan ketinggian tempat sampai 2100 m dpl, tumbuh di padang savana, perkebunan, dan pekarangan rumah. Tumbuhan penghasil pestisida nabati dapat digunakan sebagai pembasmi hama serangga dan wereng yang menyerang tanaman perkebunan. Pengolahan spesies penghasil pestisida nabati dapat dilakukan dengan metode sederhana. Akar keribang (Dioscorea hispida Dennust) misalnya, bagian umbi dapat ditumbuk kemudian ditaburkan pada akar tanaman, selain itu bisa juga dicampur dengan air kemudian disemprotkan pada tanaman. Tabel 22 Spesies penghasil pestisida nabati di areal studi No. Nama Ilmiah Bagian yang digunakan Macam Penggunaan 1 Dioscorea hispida Umbi Pembasmi serangga hama 2 Gluta renghas L. Getah 3 4 Melanorrhoea wallichii Ficus binnendykii Getah Daun Racun Racun Pestisida 5 Derris elliptica Akar Racun ikan 6 7 Ageratum conyzoides L. Lantana camara L. Daun Daun Pestisida Pestisida 8 Phyllanthus acidus Kulit batang Racun hewan Lokasi* 1 2 3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Keterangan *: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai, 3. PT Lanang Agro Bersatu Tumbuhan penghasil racun juga digolongkan kedalam kelompok kegunaan ini. Spesies seperti tuba rabut (Derris elliptica (Roxb.) Bth) dapat digunakan akarnya sebagai racun ikan. Pengolahannya sangat sederhana, yaitu dengan menumbuk halus akarnya kemudian ditaburkan di sungai atau kolam yang diduga terdapat ikannya. Sementara itu ceremai (Phyllanthus acidus (L) Skeels.) dapat digunakan untuk meracuni hewan. Pengolahannya dapat dilakukan dengan menggunakan kulit batang pohon ceremai yang telah ditumbuk halus kemudian dicampurkan kepada pakan atau air yang akan digunakan oleh hewan sasaran. Potensi tumbuhan penghasil pestisida nabati di areal studi ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kepentingan pertanian dan perkebunan di areal ijin agar kebutuhan akan pestisida pembunuh hama dan serangga pengganggu dapat terpenuhi. Selain itu diharapkan masyarakat tidak tergantung lagi terhadap penggunaan pestisida buatan yang aksesnya terbatas. Pengembangan pengetahuan mengenai spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati diharapkan 68 dapat terus berjalan agar informasi dan teknik budidaya spesies pada kategori ini dapat mendorong masyarakat untuk mengembangkannya. 5.2.1.7 Tumbuhan Penghasil Serat Potensi tumbuhan penghasil serat pada areal studi tercatat sebanyak 20 spesies atau sebesar 4,65% yang dikelompokkan kedalam 12 famili tumbuhan. Struktur habitus spesies tumbuhan penghasil serat terdiri dari pohon (9 spesies) kemudian disusul oleh herba dengan enam spesies dan liana lima spesies. Tumbuhan penghasil serat dikelompokkan oleh Heyne (1987) sebagai bahan serat yang meliputi; bahan pembungkus, penutup atap, bagian-bagian tanaman serat kulit batang dan serat daun, bulu buah dan bulu biji serta kertas. Beberapa spesies penghasil bahan serat di areal studi dapat dilihat pada Tabel 24 Daftar lengkap spesies tumbuhan penghasil serat di areal studi dapat dilihat pada Lampiran 15. Tumbuhan penghasil serat dapat digunakan sebagai bahan tali temali serta bahan pembungkus makanan. Kartikawati (2003) menyebutkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan bahan tali temali pada masyarakat Dayak Meratus, bahan serat pada kayu ulur-ulur, tarap, pisang pangkaran, dan bahan serat lainnya dapat digunakan. Pada areal ijin PT Kencana Graha Permai, ditemukan tumbuhan penghasil serat sebanyak sembilan spesies yang dikelompokkan kedalam enam famili tumbuhan. Spesies seperti keladi pacat (Curculigo capitulata) dapat digunakan batangnya sebagai bahan rambut palsu dan bahan tali temali. Spesies yang berhabitus herba ini dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1300 m dpl di tempat bersemak. Namun informasi mengenai teknik budidaya spesies ini belum ada sehingga pemanfaatannya terbatas pada pengambilan langsung dari alam. Tabel 23 Beberapa spesies tumbuhan penghasil serat pada areal studi No 1 2 3 4 Nama Ilmiah Nama Lokal Kapuk Bagian yang digunakan Buah Bombac malabaricum DC. Pakaian Ceiba pentandra Gaertn. Randu Buah Pakaian Endospermum diadenum sengkubak Batang Serat kertas Curculigo capitulata Keladi pacat Batang Pisang Daun Rambut palsu, pakaian Pembungkus 5 Musa paradisiaca L. Macam Penggunaan 69 Areal ijin PT Lanang Agro Bersatu dan PT Agro Lestari Mandiri memiliki jumlah spesies tumbuhan penghasil serat berturut-turut adalah sebanyak 13 spesies dan 16 spesies tumbuhan. Pisang (Musa sp) dan pandan (Pandanus tectorius) yang ditemukan pada kedua areal ijin ini dapat digunakan sebagai bahan pembungkus dan serat tali. Tumbuhan penghasil serat belum banyak diketahui kegunaannya oleh masyarakat. Namun informasi mengenai teknik budidaya spesies tumbuhan ini hampir seluruhnya telah ditemukan. Spesies seperti randu (Ceiba pentandra) misalnya, dapat dibudidayakan melalui biji atau stek batang. Bahkan spesies ini dapat dibudidayakan di dataran rendah karena spesies ini dapat tumbuh pada dataran rendah dengan ketinggian tempat dibawah 500 m dpl. Kedepannya diharapkan spesies penghasil serat ini dapat diketahui manfaat besar yang terkandung di dalamnya oleh masyarakat sehingga mendorong upaya perbanyakannya. 5.2.1.8 Tumbuhan Pewarna Tumbuhan pewarna merupakan tumbuhan yang bagian tubuhnya menghasilkan warna alami dengan pengolahan yang beragam baik ditumbuk maupun diperas untuk diambil airnya, atau direbus. Potensi tumbuhan pewarna pada areal ijin tercatat sebanyak 18 spesies tumbuhan atau sebesar 4.19% yang dikelompokkan kedalam 13 famili. Beberapa spesies penghasil bahan pewarna disajikan dalam Tabel 24. Daftar lengkap spesies penghasil bahan pewarna dapat dilihat pada Lampiran 16. Famili Euphorbiaceae memiliki jumlah spesies terbanyak dalam kelompok kegunaan tumbuhan penghasil bahan pewarna. Famili ini memiliki sebaran ekologi yang tinggi. Famili ini dapat tumbuh pada tanah datar dengan ketinggian tempat 50 m dpl sampai dataran tinggi dengan ketinggian tempat 1800 mdpl. Spesies yang termasuk dalam famili ini adalah Macaranga gigantea yang digunakan sebagai bahan cat. Spesies yang berhabitus pohon ini tumbuh pada hutan sekunder maupun primer sebagai pionir. Teknik budidayanya sudah diketahui yaitu dapat dilakukan dengan bijinya. Tabel 24 Beberapa spesies penghasil bahan pewarna No. 1 Nama Ilmiah Mangifera indica L. Nama Lokal Mangga Bagian yang digunakan kulit batang Macam Penggunaan Warna hijau 70 2 3 Duabanga moluccana Pterospermum acerifolium 4 5 6 Vitex pubescens Vahl. Myristica iners Blume Pleomele angustifolia (Roxb.) N.E. Brown. Kalamjajai Bayur daun besar Laban, leban Mendarahan Suji hutan Kulit batang Kulit batang Hitam Kuning Kulit batang Getah Daun Hijau Merah Hijau Areal ijin PT Lanang Agro Bersatu memiliki jumlah spesies penghasil bahan pewarna sebanyak 13 spesies yang didominasi oleh habitus pohon (11 spesies atau sebesar 84,61%). Pengolahan spesies penghasil bahan pewarna dapat dilakukan dengan cara sederhana. Suji hutan misalnya dapat dimanfaatkan daunnya untuk pewarnaan hijau. Pengolahannya dengan cara daunnya ditumbuk lalu direbus kemudian ditiriskan maka akan terbentuk warna hijau. Warna alami pada tumbuhan terbatas pada warna hijau, hitam, kuning, merah. Umumnya digunakan untuk anyaman bambu dan pewarnaan pada perabotan rumah tangga serta pakaian. Spesies benuang (Octomeles sumatrana) yang ditemukan pada areal ijin PT. Kencana Graha Permai memiliki kegunaan sebagai penghasil warna merah pada rotan. Sedangkan laban (Vitex pubescens) dapat dimanfaatkan kulit kayunya untuk memberikan warna hijau. Potensi pada areal ijin ini tercatat sebanyak delapan spesies tumbuhan penghasil bahan pewarna yang dikelompokkan kedalam delapan famili tumbuhan. Untuk tingkatan famili, masing-masing spesies penghasil bahan pewarna termasuk kedalam satu famili tumbuhan sehingga tidak ada yang mendominasi dalam kelompok famili. Sedangkan pada tingkatan habitus, seluruh spesies penghasil bahan pada areal ijin ini adalah pohon. Pengolahan bahan pewarna nabati untuk setiap warna pada dasarnya sama. Untuk warna hijau dapat menggunakan spesies laban (Vitex pubescens), anginangin (Trema orientalis), dan mangga (Mangifera indica) yang dapat ditemukan pada areal ijin PT. Agro Lestari Mandiri. Warna kuning dapat diperoleh dengan merebus rimpang kunyit (Arcangelesia flava) kemudian diperas. Selain itu warna kuning dapat diperoleh dengan menumbuk kulit batang durian kura-kura (Durio testudinarum) atau bisa juga dengan kayu nangka (Artocarpus integra). Sedangkan untuk warna hitam dapat digunakan kulit kayu ubar paya (Glochidion zeylanicum Juss.) yang berasal dari famili Euphorbiaceae. 71 5.2.1.9 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan Hutan tropis dikenal sebagai penghasil kayu yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Bahan bangunan meliputi bahan atap bangunan, tiang bangunan, lantai bangunan, termasuk bahan untuk pembuatan kapal maupun dinding bangunan. Potensi tumbuhan penghasil bahan bangunan pada areal studi tercatat sebanyak 109 spesies atau sebesar 25,35%. Kelompok kegunaan ini menempati urutan ketiga setelah tumbuhan obat dan tumbuhan pangan. Bagian yang digunakan pada kelompok ini sebagian besar adalah batangnya. Hanya beberapa spesies saja yang dapat dimanfaatkan daunnya sebagai bahan bangunan. Habitus pohon merupakan dominasi dari kelompok kegunaan ini. Sedangkan untuk tingkatan famili, famili Dipterocarpaceae mendominasi jumlah spesies penghasil bahan bangunan dengan jumlah spesies sebanyak 15 spesies. Newmant et al. (1999) menyebutkan bahwa famili Dipterocarpaceae telah lama dikenal sebagai kelompok penghasil kayu utama pada hutan hujan tropis. Selain itu famili ini di dominasi oleh pohon-pohon besar yang menjulang tinggi. Kondisi ini yang menyebabkan famili Dipterocarpaceae memiliki jumlah spesies terbesar dalam kelompok kegunaan penghasil bahan bangunan. Beberapa spesies penghasil bahan bangunan disajikan pada Tabel 26. Daftar lengkap spesies penghasil bahan bangunan di areal studi dapat dilihat pada Lampiran 17. Tabel 25 Beberapa spesies penghasil bahan bangunan di areal studi Nama Ilmiah Peronema canescens Jack. Nama Lokal Sungkai 2 Gonystyllus bancanus Kurz. Ramin 3 4 Toona sinensis (A. Juss.) Roem. Eusideroxylon zwageri T. & B. 5 6 Dipterocarpus grandiflorus Ochroma bicolor Suren Belian (Ulin) Keruing Balsa 7 Schizostachyum blumei Nees. No 1 Bambu wuluh Bagian yang digunakan Batang Batang Macam Penggunaan Batang Batang Lantai Tiang, pintu, atap rumah Lantai, tiang Lantai, Jembatan Batang Batang Batang Lantai, dinding Lantai Dinding, Atap Spesies penghasil bahan bangunan pada areal studi yang telah dikenal di dunia perdagangan dan memiliki nilai ekonomis tinggi seperti ulin (Eusideroxylon 72 zwageri), ramin (Gonystyllus bancanus), dan balsa (Ochoma bicolor) dapat dimanfaatkan hasilnya sepanjang cara pemanenan dan teknik budidayanya terpenuhi. Kayu ramin misalnya, dapat dilakukan usaha budidaya dengan bijinya yang sebelumnya disemaikan terlebih dahulu. Secara umum tumbuh dengan baik pada hutan hujan tropika primer yang tidak tergenang air. Ramin memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan telah dikenal di pasaran dunia (Mardiastuti dan Suhartono, 2003). Kayu ramin sangat cocok untuk kayu dekorasi dan kontruksi sehingga kayu ramin sering digunakan untuk bingkai pintu dan jendela serta langit-langit rumah. Pemanfaatan tumbuhan penghasil bangunan memerlukan teknik yang dapat menjamin kelestariannya. Hal ini disebabkan karena sebagian besar spesies pada kelompok kegunaan ini dimanfaatkan batangnya sehingga cara pemanenannya dengan mematikan tumbuhannya. Pengembangan informasi mengenai teknik budidaya dan teknik pemanenan spesies penghasil bahan bangunan dapat terus dikembangkan untuk mendorong masyarakat melakukan usaha budidaya demi kelestarian hasil selanjutnya. 5.2.1.10 Tumbuhan Untuk Ritual Adat Pada kehidupan masyarakat sekitar hutan, beberapa tumbuhan memiliki fungsi khusus sebagai alat untuk kepentingan ritual adat atau kebudayaan yang telah melekat dalam kehidupan masyarakat. Tumbuhan untuk ritual adat dipercaya oleh masyarakat sekitar hutan sebagai sarana untuk melancarkan setiap ritual yang akan dijalankan. Potensi tumbuhan untuk ritual adat pada areal studi tercatat sebanyak 17 spesies tumbuhan yang tergolong kedalam 14 famili tumbuhan. famili dengan jumlah spesies terbanyak untuk kepentingan adat berasal dari famili Arecaceae. Beberapa spesies tumbuhan untuk ritual adat disajikan pada Tabel 26. Daftar lengkap spesies tumbuhan untuk ritual adat dapat dilihat pada Lampiran 18. Tabel 26 Beberapa spesies tumbuhan untuk ritual adat No. 1 2 3 Nama Ilmiah Musa paradisiaca L. Cocos nucifera L. Nama Lokal Pisang Kelapa Bagian yang digunakan Daun Daun Macam Pemanfaatan Adat Ritual Cordyline fruticosa Sabang Daun Penangkal guna guna- 73 4 Aquilaria malaccensis Lamk. 5 Tetrastigma sp. 6 Ficus callosa Willd. Gaharu, kayu garu Tetrastigma Beringin daun besar batang Adat batang upacara kelahiran Daun Penangkal guna guna- Anggota spesies dari kelompok famili Arecaceae pada areal ijin yang dapat digunakan untuk ritual adat adalah pinang (Areca catechu), enau (Arenga pinnata), dan nibung (Oncosperma filamentosum). Pinang merupakan spesies tumbuhan yang dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian tempat 1500 m dpl. Perbanyakan spesies tumbuhan ini diperoleh dengan bijinya. Sedangkan untuk spesies nibung dapat dilakukan perbanyakan dengan anakan dan biji. Spesies ini tumbuh di dataran rendah pada tanah yang beriklim lembab dengan ketinggian tempat 0-500 m dpl. Ritual adat pada masyarakat sekitar areal ijin dapat menggunakan spesies tumbuhan yang telah teridentifikasi untuk kepentingan tersebut. Habitus yang mendominasi untuk kelompok kegunaan ini adalah pada habitus pohon (12 spesies) diikuti oleh herba (4 spesies) dan liana (1 spesies). Tumbuhan untuk ritual adat tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sekitar hutan. Oleh karena itu diperlukan perhatian yang khusus untuk melestarikan spesies-spesies ini agar kebudayaan yang melekat pada masyarakat tidak hilang. 5.2.1.11 Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan Kehidupan masyarakat sekitar areal studi tidak dapat dipisahkan dengan pembuatan kerajinan dan anyaman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tercatat sebanyak 46 spesies tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan yang dikelompokkan kedalam 24 famili tumbuhan. famili dengan jumlah spesies terbanyak adalah famili Arecaceae sebanyak 12 spesies. Umumnya spesies yang termasuk kategori ini dimanfaatkan batang dan daunnya untuk menghasilkan anyaman atau kerajinan dan tali temali. Beberapa spesies Penghasil tali, anyaman, dan kerajinan disajikan pada Tabel 28. Daftar lengkap spesies tumbuhan Penghasil tali, anyaman, dan kerajinan dapat dilihat pada Lampiran 19. Tabel 27 Beberapa spesies penghasil tali, anyaman, dan kerajinan No. 1 Nama Ilmiah Lepironia mucronata Nama Lokal Purun tikus Bagian yang digunakan Batang Macam Penggunaan Tikar 74 No. 2 3 4 5 6 7 Nama Ilmiah L.C. Richard Nama Lokal Bagian yang digunakan Macam Penggunaan Pandanus caricosus Santiria griffithii (Hk.f.) Engl. Lophopetalum wrightienum Arnott. Dialium hydnocarpioides De Wit. Selingsing buaya Kedondong hutan Daun Batang Nanasi, nasi Batang Tikar Sarung parang Sumpit Keranji Batang Sarung parang Schizostachyum blumei Nees. Stenoclaena palustris Bedd. Bambu wuluh Batang Paku pandih, paku pandih Batang Tampah, Bubu Ikat pinggang Dominasi habitus terlihat pada habitus pohon yaitu sebanyak 22 spesies atau sebesar 47,82% tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan. Habitus lainnya adalah herba dan liana sebanyak 9 spesies atau sebesar 19,56%. Sedangkan untuk habitus palem dan epifit masing-masing memiliki perwakilan spesies sebanyak 3 spesies atau sebesar 6,52%. Spesies yang bernama lokal paku pandih (Stenoclaena palustris) merupakan habitus epifit yang dapat digunakan sebagai ikat pinggang. Pengolahan bahan tali, anyaman, dan kerajinan membutuhkan keahlian dan pengetahuan untuk menjadikannya sebagai anyaman ataupun kerajinan. Umumnya diperlukan keahlian dan keterampilan khusus untuk mengolah spesies tumbuhan menjadi bahan tali, anyaman, dan kerajinan. Selingsing buaya (Pandanus caricosus) misalnya, daunnya dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan tikar. Spesies yang tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat hingga 500 m di tepi sungai, di tepi rawa, dengan kondisi tanah yang lembab ini diolah dengan menjalin daun-daunnya hingga menjadi sebuah tikar. Untuk teknik budidayanya, spesies yang berhabitus herba ini dapat diperbanyak dengan cara mengambil anakan langsung dari alam. 5.5.12 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar Tumbuhan penghasil kayu bakar merupakan spesies tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar yang umumnya digunakan untuk kepentingan memasak. Tumbuhan penghasil kayu bakar pada areal studi teridentifikasi sebanyak 35 spesies. Bagian yang digunakan pada kategori ini umumnya adalah 75 batangnya. Hal ini disebabkan karena keperluan bahan bakar lebih terpusat kepada bahan kayu yang diperoleh pada batang. Masyarakat sekitar hutan umumnya memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan bakar dalam pemanasan makanannya. Akses yang terbatas untuk mendapatkan bahan bakar konvensional menjadi faktor penting dalam penggunaan kayu bakar ini. Spesies tumbuhan penghasil kayu bakar pada areal studi dikelompokkan kedalam 20 famili tumbuhan. Beberapa spesies tumbuhan penghasil kayu bakar disajikan dalam Tabel 2. Daftar lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20. Pemanfaatan spesies penghasil kayu bakar dapat dilakukan dengan menggunakan asas kelestarian karena pada umumnya spesies yang berada kategori ini dimanfaatkan batang dan rantingnya. Pemungutan kayu bakar dapat di imbangi dengan usaha budidaya spesies pada kategori ini. Teknik budidaya pada spesies penghasil kayu bakar umumnya dilakukan dengan biji sehingga memudahkan masyarakat untuk mengembangkannya. Tabel 28 Beberapa spesies tumbuhan penghasil kayu bakar Nama Ilmiah Arenga pinnata Nama Lokal Enau Bagian yang digunakan Batang Macam Pemanfaatan Kayu bakar No. 1 2 Cocos nucifera L. Kelapa Pelepah Kayu bakar 3 Gigantochloa apus Bambu Batang Kayu bakar 4 Schizostachyum blumei Mangifera foetida Lour. Bambu wuluh Asam kelemantan, asam limus Batang Kayu bakar Batang Kayu bakar 6 Mangifera indica L. Mangga Batang Kayu bakar 7 Durio testudinarum Durian kura-kura, Batang Kayu bakar 5 5.5.13 Kegunaan Lainnya Kelompok kegunaan ini didasarkan atas sifat kekhususnya yang tidak masuk kedalam 12 kelompok kegunaan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena spesies yang masuk kedalam kelompok kegunaan ini memiliki manfaat khusus. Spesies yang berguna sebagai bahan permen karet misalnya adalah kegunaan tersendiri dari spesies jelutung (Dyera costulata) yang berasal dari famili 76 Apocynaceae. Sedangkan keruing (Dipterocarpus grandiflorus) digunakan sebagai pewarna keramik, kertas, dan kosmetik. Beberapa spesies pada kelompok kegunaan ini dapat disajikan dalam Tabel 29. Daftar spesies untuk kelompok kegunaan ini dapat dilihat pada Lampiran 21. Potensi tumbuhan dengan kegunaan khusus pada areal studi tercatat sebanyak 24 spesies. Didominasi oleh habitus pohon (19 spesies), perdu (2 spesies), liana, herba, dan epifit masing-masing terdiri dari satu spesies. Spesies yang berada di areal studi dapat dikelompokkan kedalam 16 famili dengan famili terbanyak adalah Arecaceae dan Dilleniaceae. Anggota dari kelompok famili Dilleniaceae umumnya berhabitus pohon dan tumbuh pada dataran rendah sampai tinggi. Spesies simpur daun lebar (Dillenia grandifolia) misalnya, tumbuh pada lahan datar dan bergelombang pada hutan dataran rendah. Spesies ini juga dapat dibudidayakan melalui bijinya Tabel 30 Beberapa spesies tumbuhan kegunaan lainnya No. Nama Ilmiah 1 Dillenia grandifolia 2 Dyera costulata Hook.f. 3 Aquilaria malaccensis Lamk. 4 5 6 7 Nama Lokal Bagian yang digunakan Keterangan Simpur daun lebar Jelutung Batang Pentul korek api Getah Bahan permen karet Getah Piper caninum Bl. Calophyllum grandiflorum Gaharu, kayu garu Sirih hutan Mentangur Daun Getah Dupa, resin, Parfum, sabun Sabun Biofuel Agathis borneensis Arenga pinnata Kayu pines Enau Getah Kulit batang Resin Pupuk 5.2.2 Keterkaitan Budaya Masyarakat Dayak Terhadap Hutan Dayak merupakan masyarakat asli yang terdapat di Kabupaten Ketapang. Dayak merupakan nama yang meliputi ratusan kelompok etno-linguistik di pulau Kalimantan dan di dalamnya melekat makna dari kekayaan dan keberagaman elemen budaya. Suku dayak yang ditemukan di Kabupaten Ketapang digolongkan kedalam empat suku yaitu: 1) Dayak Pebantan yang tinggal di Kecamatan Nanga Tayap, 2) Dayak Simpang, 3) Dayak Pesaguan, 4) Dayak Benuaq. Untuk masyarakat dayak, tanah memiliki sejarah tak tertulis, dan terhubung dengan leluhur. Tanah tersebut merupakan dasar dari kehidupan mereka sekarang untuk 77 diwariskan pada generasi mendatang. Tanah tersebut merupakan keterkaitan antara masa lalu, saat ini, dan kehidupan masa depan. Pada lahan yang ditinggalkan, sebagian ditanami karet (tanpa perawatan) dan bila direncanakan akan digunakan lagi untuk penanaman tanaman pangan beberapa tahun mendatang, lahan tersebut akan ditinggalkan untuk menjadi hutan kembali. Pemanfaatan lahan oleh pihak lain yang belum diokupasi oleh penduduk untuk proyek, umumnya tidak dipermasalahkan penduduk, walaupun untuk pengolahannya memerlukan penjelasan kepada masyarakat setempat. Penggunaan lahan yang telah diokupasi penduduk akan memerlukan pendekatan yang lebih intensif melalui musyawarah, sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman dengan penduduk setempat. Masyarakat dayak di Kabupaten Ketapang memiliki pemahaman mengenai pengelompokkan tanah kedalam tujuh bagian, yaitu: (1) areal perlindungan dan pelestarian hutan untuk masa depan, (2) areal yang ditanami buah-buahan, (3) area yang ditanami pohon karet, kopi, lada, coklat, dan tanaman pangan lainnya, (4) areal agrikultur, (5) Tanah keramat dan pemakaman, (6) area perkampungan, (7) Sungai dan danau untuk pemancingan. Pada areal perlindungan dan pelestarian hutan untuk masa depan tiap orang bebas untuk mengambil hasil (dengan cara berburu atau mengumpulkan kayu untuk pribadi, penggunaan non-komersil) dari area ini. Mereka secara bersama memiliki dengan hukum adat yang berlaku. Anggota masyarakat adat lainnya diperbolehkan untuk mendapatkan hasil hutan setelah mendapatkan izin dari masyarakat adat. Masyarakat Dayak mengenal hutan yg dimiliki adat atau hutan adat. Hutan ini memiliki fungsi budaya, ekologi, politik, sosial dan ekonomi. Di dalamnya terdapat tempat keramat, dimana kelestarian hutan sangat dijaga dengan baik. Hutan menyediakan keseimbangan alam dari fungsi sebagai pembatas dan pengatur air dan panas (hujan, iklim, dan cuaca). Selain itu juga terdapat hak individu dan kelompok dalam honey bee trees , damar, dan kayu besi. Disini pula ditemukan kayu konstruksi. Dapat dibuat perjanjian bahwa suatu saat nanti hutan dapat dijadikan tempat budidaya. Terdapat juga area berburu, dan sumber berbagai tumbuhan pangan dan obat. Hutan sebagai sumberdaya alam harus 78 dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat seperti dimandatkan dalam pasal 33 UUD 1945. Dasar hukum pemanfaatan hutan tersebut di Indonesia bertumpu pada makna pasal 33 ayat 3 yang ditujukan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Areal yang ditanami pohon buah-buahan biasanya dimiliki perorangan tetapi ketika buah-buahan matang setiap orang berhak untuk menikmati. Pada kasus ini, terdapat kombinasi kepemilikan pribadi dan kelompok. Sedangkan untuk area yang ditanami pohon karet, kopi, lada, coklat, dan tanaman pangan lainnya dimiliki oleh seseorang yang menanam pohon tersebut. Area yang ditanami ini bisa saja merupakan kepemilikan turun-temurun maupun kelompok. Dibanyak tempat, tanaman karet merupakan pendapatan utama bagi masyarakat dayak. Terdapat dua tipe tanah agrikultur: penggunaan tanah dan tanah yg masih kosong. Orang dayak memahami pemanfaatan lestari dari SDA. Metode agrikultur dayak memiliki 5-15 tahun daur, untuk membiarkan pertumbuhan tanaman. Untuk tanah keramat dan pemakaman statusnya dimiliki secara bersama. Tanah keramat, dimana tempat peribadatan, juga dimiliki bersama. Tanah ini tidak dapat ditanami dan kayunya tidak boleh diambil. Area perkampungan terdiri dari rumah perorangan dan kebun untuk pemenuhan hidup sehari-hari. Masyarakat dayak umumnya hidup di daerah yang terdapat aliran sungai untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Sungai dan danau bagi pemancingan dimiliki secara bersama dan tidak ada seorangpun dapat mengakui sebagai kepemilikan pribadi. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Jumlah spesies tumbuhan yang teridentifikasi sebagai tumbuhan berguna pada areal studi sebanyak 430 spesies yang dikelompokkan kedalam 97 famili. 2. Berdasarkan kegunaannya, dikelompokkan kedalam 13 kelompok kegunaan yaitu; obat (176 spesies), hias (38 spesies), aromatik (28 spesies), pangan (111 spesies), pakan ternak (34 spesies), pestisida nabati (9 spesies), serat (20 spesies), pewarna (18 spesies), bangunan (108 spesies), ritual adat (18 spesies), anyaman dan kerajinan (47 spesies), kayu bakar (35 spesies) dan kegunaan lainnya (25 spesies). 6.2 Saran 1. Dokumen skripsi ini dapat digunakan sebagai acuan penyusunan dan pengelolaan pada areal HCV yang dikaitkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat lokal. 2. Perlu adanya pelestarian terhadap spesies tumbuhan berguna pada masingmasing areal studi. 3. Adanya pengembangan teknik budidaya spesies bernilai ekonomis tinggi dengan nilai kegunaan tumbuhan di atas 3. DAFTAR PUSTAKA Adiputra IN, Handari LMIS. 2007. Strategi Pelestarian Tanaman Obat dalam Perspektif Budaya. Denpasar : Bagian Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Antoko BS, Kwatrina RT. 2006. Potensi dan Keragaman Jenis Flora pada Kawasan Wisata Alam di Granit Training Center, Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 3(5): 513-532. Arafah, D. 2005. Studi Potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan Taman Nasional Bali Barat. [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB: Bogor. [Tidak dipublikasikan] Asdyanasari, F. 2009. Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati. http://fiksa0926.blogspot.com/2009/12/tumbuhan-penghasil-pestisidanabati.html. [29 November 2010]. Atok, AR. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Bunaq (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur). [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB: Bogor. [Tidak dipublikasikan] [Depdiknas] Departemen Pendidikan Nasional. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Direktorat Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan dan Fakultas Kehutanan IPB. 2000. Inventarisasi, Identifikasi dan Pemetaan Potensi Wanafarma. Laporan Akhir. Kerjasama antara Direktorat Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan dan Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial dengan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Disbun] Dinas Perkebunan, Provinsi Kalimantan Barat. 2009. Perkembangan Perizinan Perusahaan Perkebunan Besar di Kalimantan Barat. Pontianak. Djauhariya E, Hernani. 2004. Budidaya Tanaman Obat Komersil. Jakarta: Penebar Swadaya. Gautam M, Lele U, Kartodiharjo H, Khan A, Erwinsyah, Rana S. 2000. Indonesia: The Chalenges of World Bank Involvement in Forest. Evaluation Country Case Study Series. The World Bank: Washington DC. Hanan, A. 1992. Pemanfaatan Jenis-jenis Tumbuhan Bahan Kerajinan di Sekitar Pintu Masuk Kebun Raya Bogor. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:Bogor. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I – IV. Badan Litbang Kehutanan. Yayasan Wana Jaya. Jakarta. Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Bumi aksara. Jakarta 81 IUCN. 1992. Protected Areas of The World: a Review of Nation System. Volume I: Indomalaya, Australia, and Antartic. Prepared by The World Conservation Monitoring Centre, IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. Kartawinata, K 1990. Keanekaragaman Flora dalam Hutan Pamah. Makalah dalam Seminar Conservation for Depelopment of Tropical Rain Forest in Kalimantan. GFG report no. 15: 187-202. Indonesia German Forestry Project. Kartiwa S, Wahyono. 1992. Hubungan antara Tumbuhan dan Manusia dalam Upacara Adat di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal : 149-155. Kartiwa S, Martowikrido W. 1992. Hubungan Antara Tumbuhan dan Manusia dalam Upacara Adat di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: Bogor. Kartikawati, S.M. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor. [Tidak diterbitkan] Kissinger. 2002. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan, Struktur Tegakan, dan Pola Sebaran Spasial Beberapa Spesies Pohon Tertentu di Hutan Kerangas. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor. [Tidak diterbitkan] Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. 2009. Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Tinggi di Indonesia. Tropenbos International Indonesia Programe. Balikpapan. Krebs, C.J. 1985. Ecology. The Experimental Analisys of Distribution and Abudance. Third Edition. Harper & Raws Publishers. New York. Kuswanda W, Antoko BS. 2008. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pada Berbagai Tipe Hutan Untuk Mendukung Pengelolaan Zona Rimba di Taman Nasional Batang Gadis. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 5(4): 337354. Lemmens, R.H.M.J, N.W. Soetjipto. 1999. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 3. Tumbuh-tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin. PROSEA. Balai Pustaka Bekerjasama dengan PROSEA Indonesia. Bogor. Moeljopawiro S., Manwan I. 1992. Pengembangan Pemanfaatan Tanaman Pangan di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : Bogor. Nopriadi, E. 1997. Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Obat oleh Suku Dayak di Areal HPH PT Berkat Cahaya Timber Kalimantan Tengah. [Skripsi]. 82 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB: Bogor. [Tidak dipublikasikan] Odum EHLM. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Rifai M.A., Waluyo, E.B. 1992. Etnobotani dan Pengembangan Tetumbuhan Pewarna Indonesia : Ulasan suatu Pengamatan di Madura. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: Bogor. Rudjiman, Andriyanti DT, Indriyanto, Wiyono, Fauzie L, Nuranida I, Saraswati R. 2003. Buku Acuan Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1-5. Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dengan Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta. Ruswita T, Djoka CW, Romli S, Merapi L, Ansori, Marbyanto E. 2005. Agroforstry/pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah. Proyek formacs-care internasional indonesia, kerjasama dengan CIDA-Canada. Sangat HM, Larashati I. 2002. Some Ethnophytomedical Aspects and Conservation Strategy of Several Medicinal Plants in Java, Indonesia. Biodiversitas 3 (2) : 231-235. Santoso E, Agustini L, Sitepu IR, Turjaman M. 2007. Efektivitas Pembentukan Gaharu dan Komposisi Senyawa Resin Gaharu pada Aquilaria spp. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 4(6): 543-551. Setiawan A, Alikodra HS. 2001. Tinjauan terhadap Pembangunan Sistem Kawasan Konservasi Indonesia. Media Konservasi VII (2): 39-46. Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode analisa populasi dan komunitas. Penerbit: usaha nasional. Surabaya. Soetarto E, Sitorus MTF, Napiri MY. 2001. Decentralisation of Administration, Policy Making and Forest Management in Ketapang Distric, West Kalimantan. Center for International Forestry Research. Bogor. Sormin BH. 1990. Indonesia (in) Blockhus JM, Dillenbeck MR, Sayer JA, Wegge P (ed). 1992. Conserving Biological Diversity in Managed Tropical Forest. Proceedings of a Workshop Held at The IUCN General Assembly Perth, Australia 30 November- 1 Desember 1990. Sutarno H. 1996. Paket Modul Partisipatif : Pengenalan dan Pemanfaatan Tumbuhan Penunjang. Prosea Indonesia-Yayasan Prosea. Bogor. Suyono IM. 1991. Studi Interaksi Masyarakat Desa dengan Tumbuhan Obat di Taman Nasional Baluran [Studi Kasus di Taman Nasional Alas Purwo, Kab. Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur] [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB: Bogor. [Tidak dipublikasikan] Uji T. 2007. Keanekaragaman Jenis Buah-buahan Asli Indonesia dan Potensinya. Biodiversitas 8(2): 157-167. 83 Ulung A, Sudana M, Wollenberg E. 2001. Ketergantungan Masyarakat Dayak Terhadap Hutan di Sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang. Center for International Forestry Research. Bogor. Tim Terpadu. 2010a. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan Nilai Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Agro Lestari Mandiri, Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Agro Lestari Mandiri dengan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. ________. 2010b. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan Nilai Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Kencana Graha Permai, Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Kencana Graha Permai dengan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. ________. 2010c. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan Nilai Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Lanang Agro Bersatu, Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Lanang Agro Bersatu dengan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Verheij EWM., Coronel RE., editor. 1992. PROSEA No. 2 : Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation. Bogor. Whitmore, 1986. Tropical Rain Forest of The Far East. Second Edition. Clerendon Press. Oxford. Yagura T, Shibayama N, Ito M, Kiuchi F, Honda G. 2003. Three Novel Diepoxy Tetrahydrochromones from Agarwood Artificially Produced by International Wounding. Tetrahedron Letters 46: 4395-4398. Zuhud, E.A.M., Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, IPB – Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Zuhud, E.A.M., Siswoyo, Hikmat A, Sandra E, Adhiyanto E. 2003. Buku Acuan Tumbuhan Obat Indonesia Jilid VI – X. Kerjasama Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta. 84 LAMPIRAN 85 Lampiran 1 Peta Lokasi Areal Ijin PT. Agro Lestari Mandiri 435000 442500 S Na te nj Pa 457500 g an HL Lembuding ur SA Dsn Tanjung Toba [ % S M Ne mp ngra S Pe [ % 450000 9840000 9840000 427500 ala ng HL Batu Menangis en S Pelanjau Dsn Sembilangan ek aw ai SP dadar S Bi [ % KECAMATAN NANGA TAYAP i S [ % Dsn Sebuak er M ah [ % wai eka SP TANAH MERAH er ah S Ka S n un Ka y [ Dsn Sihit % g an em Te be ran ga n S Ba tu Be si Be t en t an ga SS ela l at S Si hit S SD 9817500 [ % 9817500 S T Se a re p a kan ha n [ % Siantau Raya t iaka Dsn Sepahan SL oka n S S Lembe sa n mb ek a Be S kuk mb iu S Se Dsn Ds Tebuar g Areal Konservasi S Kind ing S i [ % a wa n SS [ % at gM yu n 9825000 9825000 [ % SP [ Ds Sungai Durian % S Lokan SM Lo ka n Ds Sungai Kelik S S n wa 9832500 9832500 kuamak S Sing Pa 427500 435000 442500 450000 457500 109° PETA LOKASI AREAL IJIN PT. AGROLESTARI MANDIRI KEC. NANGA TAYAP - KAB. KETAPANG PROPINSI KALIMANTAN BARAT 110° 111° 112° 113° 114° 2° 2° 1° 1° 0° 0° 1° 1° 2° 2° N Keterangan : [ % Batas kebun Kawasan Hutan Lindung Areal Konservasi Desa / Dusun Jalan Sungai Kecil Sungai Besar 0 1 2 3 4 5 KM 3° 3° 109° 110° 111° 112° 113° 114° Peta Kalimantan Barat Lokasi Peta Sumber : 1. Peta Kerja PT. AGROLESTARI MANDIRI 2. Peta Jaringan Jalan 3. Peta Jaringan Sungai 4. Hasil Suevey Lapangan Proyeksi : UTM Datum : W GS 84 Zone : 49 S KERJASAMA PT. AGROLESTARI MANDIRI DENGAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 86 Lampiran 2 Peta Lokasi Areal Ijin PT. Kencana Graha Permai 110°32' 110°34' 110°36' 110°38' Dsn Tanjung Batu an ano wa ns i k ad u T Dsn Batu Payung $ SS SS M it T $ Dsn Carik in y ak S Melaras S Pengkayasan S Kel uang SL an g sa t S Pikan 2°8' S Puayan 2°8' uk Bik aan S P ak r s era SP en yeb ran ga n o ng ST S Minyak jo SP Dsn Teluk Batu 2°6' T $ ST em ela iang s aha n Samba S Aahan 2°6' SS 2°10' 2°10' S u Bir S g an an aw nd Ke T $ Dsn Rangkong 110°32' 110°34' 110°36' 110°38' 111° 112° 113° 114° 110° 111° 112° 113° 114° 1° 1° N 0° 0° 1° 1° 2° PETA LOKASI IJIN PT. KENCANA GRAHA PERMAI KECAMATAN MARAU KABUPATEN KETAPANG - KALIMANTAN BARAT 110° 2° 109° Keterangan : 2° E S 0 1 2 3° 3° W 2° T $ Jalan Sungai. Desa / Dusun Batas Kebun 109° 3 4 5 KM Peta Kalim antan Barat Lok asi Peta Sumber : 1. Peta Kerja PT. Kencana Graha Permai 2. Peta Jaringan Jalan 3. Peta Jaringan Sungai 4. Peta Satuan Lahan dan Tanah PT. KENCANA GRAHA PERMAI DENGAN FAKULTAS KEHUTANAN IPB Proyeksi : Geografis Datum : W GS 84 Zone : 49 S 87 Lampiran 3 Peta Lokasi Areal Ijin PT. Lanang Agro Bersatu 450000 455000 460000 S. 1 . Pu ya Ca bS e ba S. T Te S. b Ca hat ba ha t S. n S. Segigi S. Kembue S. Kediu Ma nta s S. Kar im 9865000 g ian Re m S. S. Limue n Cab S. Limuen # # ## # S. Tiya kon 9860000 9860000 # SANDAI # # # ## a S. Sep iso 9865000 b To # # Cab S. Puya 2 n aa # S. # # w Si S. # # # n ko iya # # # Ds. Sandai Kiri g ku n eng irik .B ek g/S .K gan /S in g hir Ke S. # # # # ahan S. Peb # .T bS Ca R S. en S. B Cab # # # # # # # ## nta rin g g kan in g # nggo # # #S. Ge S. To ti Ma ir ng ku ng Be # A S. . g/S an ng Be S. # # Dsn. Muara Jekak # # S. Kesuhan Ds. Petai Patah ## Ds. Jago Se m pa da n # # Dsn. Sepiri 9870000 # # # ## # # S. P uya 445000 9870000 440000 bS Ca ep .S is o 440000 445000 450000 455000 460000 PETA PENGAMATAN DI LOKASI IJIN PT. LANANG AGRO BERSATU KEC. SANDAI - KAB. KETAPANG PROPINSI KALIMANTAN BARAT Ketrangan : N 0 1 2 250000 500000 750000 3 4 5 10000000 Titik Pengamatan Sungai Sungai Besar Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jalan Lain Desa / Dusun Batas Kebun Areal Lokasi Kebun PT. LAB Km 9750000 9750000 # 9855000 9855000 # Dsn. # Harapan Baru ### # Dsn. Muara Laur ## Ds. Penjawaan # # 10000000 # ## Sumber : 1. Peta Ijin Rencana Kebun sawi PT. LAB 2. Peta Jaringan Jalan 3. Peta Jaringan Sungai 4. Analisois GIS Sistem Koordinat : UTM Datum : WGS 84 Zone : 49 S KERJASAMA ANTARA PT. LANANG AGRO BERSATU DENGAN FAKULTAS KEHUTANAN IPB - BOGOR 250000 Batas Kalbar Batas ijin Kebun 500000 750000 88 Lampiran 4 Daftar spesies tumbuhan pada areal studi No. Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Habitus Lokasi * 1 2 3 1 Acacia mangium Akasia Fabaceae Pohon √ 2 Adenanthera pavonina Saga pohon Fabaceae Pohon √ 3 Adianthum cuneatum Suplir Polypodiaceae Herba √ 4 Aetoxylon sympetalum Kayu bidarah Thymelaeaceae Pohon 5 Agathis borneensis Kayu pines Araucariaceae Pohon 6 Ageratum conyzoides L. Bandotan Asteraceae Herba 7 Aglaia ignea Valeton Parak api Meliaceae Pohon 8 Alangium javanicum Meranti putih Alangiaceae Pohon √ 9 Aleurites moluccana (L.) Willd. Kemiri Euphorbiaceae Pohon √ 10 Alocasia macorrhiza Schott. Keladi Araceae Herba 11 Alocasia sp. Keladi Araceae Herba √ √ 12 Alocasia sp. Keladi air Araceae Herba √ √ 13 Alocasia sp. Keladi hutan Araceae Herba √ √ 14 Alpinia sp. Jahe-jahean Zingiberaceae Herba √ √ 15 Alpinia sp. Lelemas Zingiberaceae Herba √ 16 Alseodaphne sp. Medang gunung Lauraceae Pohon 17 Alstonia angustifolia Miq. Pelai pipit Apocynaceae Pohon √ √ √ 18 Alstonia scholaris (L.) R.Br. Pelaik, pelai Apocynaceae Pohon √ √ √ 19 Amaranthus sp. Bayam Amaranthaceae Herba 20 Amomum coccineum Tepus Zingiberaceae Herba √ 21 Amorphophallus sp. Lidah bangkai Araceae Herba √ 22 Anacolosa frutescens Belian landak Olacaceae Pohon √ 23 Anisophyllea disticha Ribu-ribu Anisophylleaceae Perdu √ 24 Annona muricata L. Sirsak Annonaceae Pohon 25 Anthocephalus cadamba Miq. Menggalah, jabun Rubiaceae Pohon √ √ 26 Antidesma ghaesembilla Gaertner Manyam, mayam Euphorbiaceae Pohon √ √ 27 Antidesma neurocarpum Miq. Berunai Euphorbiaceae Pohon √ 28 Aquilaria malaccensis Lamk. Gaharu, kayu garu Thymelaeaceae Pohon 29 Aquilaria microcarpa Garu Thymelaeaceae Pohon 30 Arcangelisia flava (L.) Merr. Akar kunyit Menispermeaceae Liana √ 31 Areca catechu L. Pinang Arecaceae Pohon √ 32 Arenga pinnata (Wurmb.) Merr. Enau Arecaceae Pohon 33 Artocarpus anisophyllus Miq. Mentawa, mentawak Euphorbiaceae Pohon 34 Artocarpus communis Forst. Prapat Moraceae Pohon √ 35 Artocarpus dadah Miq. Kayu tampang Moraceae Pohon √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 89 No. Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Habitus Lokasi * 1 2 3 36 Artocarpus elasticus Reinw. Kepuak Moraceae Pohon √ √ √ 37 Artocarpus integer (Thund.) Merr. Cempedak Moraceae Pohon √ √ √ 38 Artocarpus integra Merr. Nangka Moraceae Pohon √ 39 Artocarpus kemando Miq. Pudu Moraceae Pohon √ √ 40 Artocarpus lanceifolius Roxburgh Tekalong Moraceae Pohon √ √ 41 Artocarpus rigidus Blume Mentawak pintu Moraceae Pohon √ 42 Artocarpus teysmanii Miquel Cempedak air Moraceae Pohon √ 43 Asplenium nidus L. Bakah, sakah Aspleniaceae Epifit √ 44 Asystasia intrusa Bl. Putihan Acanthaceae Herba √ 45 Athyrium bantamense (Bl.) Milde Paku Athryaceae Herba √ 46 Averrhoa bilimbi L. Belimbing Oxalidaceae Pohon √ 47 Axonopus compressus P.B. Beriwit Poaceae Herba √ √ 48 Baccaurea dulcis Muell. Arg. Kapol kangkang Euphorbiaceae Pohon √ √ 49 Baccaurea racemosa (Reinw.) Muell. Arg. Kayu pangal Euphorbiaceae Pohon √ 50 Baeckea frutescens Linn. Kayu aru Myrtaceae Pohon 51 Bambusa vulgaris Schard. ex Wendland Bambu babi Poaceae Bambu √ 52 Barringtonia acutangulata Cert. Putat Lecythidaceae Pohon √ 53 Barringtonia racemosa Hort. ex Miq. Rangkung Lecythidaceae Pohon √ √ √ 54 Bauhinia sp. Akar tatat Fabaceae Liana √ √ √ 55 Bellucia axinanthera Triana Jambu monyet Melastomataceae Pohon √ √ √ 56 Bhesa paniculata Arnott. Medang kuning Celastraceae Pohon 57 Blechnum orientale L. Paku gajah Blechnaceae Herba √ √ √ 58 Blumea balsamifera (L.) DC. Sambung Asteraceae Perdu √ √ √ 59 Bombac malabaricum DC. Kapuk Bombacaceae Pohon 60 Borreria latifolia Kentangan Rubiaceae Herba 61 Bouea macrophylla Griffith Gandaria Anacardiaceae Pohon 62 Bromheadia finlaysoniana (Lindl.) Miq. Tentanjam, tentajam Orchidaceae Herba 63 Brucea javanica (L.) Merrill Kemaje, kina Simaroubaceae Perdu 64 Buchanania insignis Asam binjai Anacardiaceae Pohon √ 65 Buettneria reinwardtii Kosterm. Akar emperingat Sterculiaceae Liana √ √ √ 66 Calamus caesius Bl. Rotan segak, rotan sega Arecaceae Liana √ √ √ 67 Calamus manan Miquel Rotan manau Arecaceae Liana 68 Calamus mattanensis Becc. Rotan maro, rotan marau, Arecaceae Liana √ 69 Calamus retrophyllus Becc. Rotan tunggal Arecaceae Liana √ 70 Calamus sp. Rotan buaya Arecaceae Liana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 90 No. Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Habitus Lokasi * 1 2 3 √ √ √ 71 Calamus sp. Rotan rendam Arecaceae Liana 72 Caliandrra calothyrsus Petai angin Fabaceae Pohon 73 Calophyllum grandiflorum Miq. Mentangur Clusiaceae Pohon 74 Bunut Clusiaceae Pohon 75 Calophyllum macrocarpum Calophyllum pulcherrimum Wallich ex Choisy Entangor, lunukan Clusiaceae Pohon 76 Calophyllum soulattri Burm.f. Kayu musuk Clusiaceae Pohon 77 Calopogonium muconoides Akar bilaran daun besar Fabaceae Liana 78 Campnosperma auriculata Hook.f. Terentang Anacardiaceae Pohon √ 79 Campnosperma coriaceum (Jack.) H. Hallier & Steenis Terentang tikus Anacardiaceae Pohon √ 80 Campnosperma macrophylla Hk. Kayu perisai Anacardiaceae Pohon 81 Canangium odoratum Baill. Kenanga Annonaceae Pohon 82 Canarium apertum H.J.L. Kedundung Burseraceae Pohon 83 Canarium caudatum Kedundung, kenari Burseraceae Pohon 84 Canarium patentinervium Miquel Kedundung kelansik Burseraceae Pohon 85 Cantleya corniculata (Beccari) Howard. Bedaru, lengkeng hutan Icacinaceae Pohon 86 Capsicum frutescens L. Cabe Solanaceae Herba 87 Caryota mitis Lour. Tukas, rotan belantung, rotan belatung Arecaceae Palem 88 Casearia grewiaefolia Tapai lamba Flacourtiaceae Pohon 89 Casearia rugulosa Asam gunung Fagaceae Pohon 90 Cassia alata L. Ketepeng cina Fabaceae Perdu 91 Ceiba pentandra Gaertn. Randu Bombacaceae Pohon 92 Chaetocarpus castanocarpus (Roxburgh) Thwaites Lawang tikus, kayu lawang, ubar bentan Euphorbiaceae Pohon √ 93 Chrysopogon aciculatus (Retz.) Trin. Rumput jarum Poaceae Herba √ 94 Cinnamomum burmanii (Nees.) Bl. Kayu manis Lauraceae Pohon 95 Cinnamomum culilawan Bl. Kayu lawang Lauraceae Pohon 96 Cinnamomum macrophyllum Miq. Sintok madu Lauraceae Pohon 97 Cinnamomum sp. Kayu parau, kayu paro, parau Lauraceae Pohon √ 98 Clerodendrum inerme (L.) Gaertn. Melati hutan Verbenaceae Perdu √ 99 Clidemia hirta Harendong bulu Melastomataceae Perdu √ 100 Clitoria ternatae L. Bunga ternate Fabaceae Liana √ 101 Cocos nucifera L. Kelapa Palmae Pohon √ 102 Coffea robusta Linden ex de Wildem Kopi Rubiaceae Perdu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 91 No. Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Habitus Lokasi * 1 2 3 √ 103 Colocasia esculenta Schott. Talas Araceae Herba 104 Cordyline fruticosa (Linn.) A. Cheval Sabang Liliaceae Herba √ √ 105 Costus speciosus (Koen.) J.E. Smith. Sentabar Zingiberaceae Herba √ √ 106 Cratoxylon arborescens Bl. Idat Hypericaceae Pohon √ √ 107 Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer Butun Hypericaceae Pohon √ √ 108 Cratoxylon formosum Dyer. Butun Clusiaceae Pohon 109 Gerunggang Hypericaceae Pohon 110 Cratoxylum arborescens (Vahl.) Bl. Cratoxylum cochinchinensis (Loureiro) Blume Baduk Hypericaceae Pohon 111 Crypteronia griffithii C.B. Clarke Rambai hutan Crypteroniaceae Pohon √ 112 Cryptocarya crassinervia Miq. Medang keladi Lauraceae Pohon √ 113 Curculigo capitulata (L.) O.K. Keladi pacat, kelembak Hypoxidaceae Herba √ 114 Cyclophorus aridus Pakis Polypodiaceae Herba √ 115 Cymbopogon citratus (DC.) Stapf. Sereh wangi Poaceae Herba √ 116 Cynodon dactylon Pers. Grintingan-1 Poaceae Herba 117 Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk. Teki rawa coklat Cyperaceae Herba √ 118 Cyperus compressus L. Teki rawa hijau Cyperaceae Herba √ 119 Cyperus rotundus L. Teki Cyperaceae Herba √ √ 120 Dacryodes rostrata H.J.L. Kayu batu Burseraceae Pohon √ √ √ 121 Dacryodes rugosa (Blume) H.J. Lam. Keminting Burseraceae Pohon √ 122 Daemonorops angustifolius Mart. Rotan nanga Arecaceae Liana √ 123 Daemonorops lamprolepis Becc. Rotan lua komping Arecaceae Liana √ 124 Dendrobium crumenatum Sw. Anggrek merpati Orchidaceae Epifit √ 125 Derris elliptica (Roxb.) Bth. Tuba rabut Fabaceae Liana √ 126 Dialium hydnocarpioides De Wit. Keranji Fabaceae Pohon √ 127 Dialium modestum (van Steenis) Steyaert. Kayu gading Fabaceae Pohon √ 128 Dialium sp. Keranji benggawang Fabaceae Pohon √ 129 Diallium platisepalum Baker Keranji bangkang Fabaceae Pohon √ 130 Dicranopteris dichotoma (Thunb.) Bernh Paku lemangun, paku pandih, akar lembiding Gleicheniaceae Epifit √ 131 Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schott. Bang putih, kayu lumpuh Araceae Herba √ 132 Digitaria adscendens Rumput gringsingan Poaceae Herba √ 133 Digittaria ciliaris (Retzius) Koeler Rumput paitan Fabaceae Herba 134 Dillenia excelsa (Jack) Gilg. Simpur, sempur Dilleniaceae Pohon √ 135 Dillenia eximia Beriga, reriga Dilleniaceae Pohon √ 136 Dillenia grandifolia Simpur daun lebar Dilleniaceae Pohon √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 92 No. Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Habitus Lokasi * 1 2 3 137 Dillenia pulchella (Jack.) Gilg. Simpur gunung Dilleniaceae Pohon √ 138 Dillenia reticulata Reriga tanjung Dilleniaceae Pohon √ 139 Dillenia sp. Simpur batu Dilleniaceae Pohon √ 140 Dindrocalamus asper (Schult.) Backer ex Heyne., Bambu abik, betung Poaceae Bambu 141 Dinochloa scandens (Bl. ex Nees) O.Kuntze. Bambu cacing, bambu rambat Poaceae Bambu √ 142 Dioscorea hispida Dennust Akar keribang, Dioscoreaceae Liana √ 143 Diospyros durionoides Bakh. Kayu arang Ebenaceae Pohon 144 Diospyros korthalsiana Hiern. Puri-puri Ebenaceae Pohon 145 Diospyros levigata Kumpang arang Ebenaceae Pohon √ 146 Diospyros maingayi Semak malam Ebenaceae Pohon √ 147 Dipterocarpus grandiflorus Blanco Keruing Dipterocarpaceae Pohon √ 148 Donax cannaeformis (G. Forst.) K. Schum. Bamban Maranthaceae Herba √ √ 149 Dracontomelon costatum Sengkuang, singkuang Anacardiaceae Pohon √ √ 150 Drymoglossum piloselloides (L.) Gaertn. Sisik naga Polypodiaceae Epifit √ 151 Drynaria sparsisora Moore. Simbar layangan Polypodiaceae Epifit √ 152 Dryobalanops aromatica Gaertn. Kayu kapur Dipterocarpaceae Pohon √ 153 Dryobalanops beccari Dyer. Bengangang, bengang Dipterocarpaceae Pohon √ 154 Duabanga moluccana Blume Kalamjajai, kelimajai Sonneratiaceae Pohon 155 Durio carinatus Mast. Durian burung Bombacaceae Pohon 156 Durio kutejensis (Hassk.) Beccari Pekawai Bombacaceae Pohon √ √ 157 Durio oxleyanus Griff. Teratung Bombacaceae Pohon √ √ 158 Durio testudinarum Durian kura-kura, durian tengkurak Bombacaceae Pohon √ 159 Durio zibethinus Murr. Durian Bombacaceae Pohon √ 160 Dyera costulata Hook.f. Jelutung Apocynaceae Pohon √ 161 Dyera lowii Hk. F. Pantung, jelutung Apocynaceae Pohon √ 162 Eichornia crassipes (Mart.) Solms. Enceng gondok Pontederiaceae Herba √ 163 Elaeis guneensis Jacq. Sawit Arecaceae Pohon √ √ √ 164 Elaeocarpus littoralis Teijsm. & Binn. Medang payung Elaeocarpaceae Pohon √ √ √ 165 Elaeocarpus stipularis Blume Pansi, pansilawa Elaeocarpaceae Pohon √ √ √ 166 Elasteriospermum tapos Miq. Kelampai kuai, parak Euphorbiaceae Pohon √ √ 167 Elephantophus cf mollis H.B.K. Patah kemudi Asteraceae Herba 168 Elephantopus scaber L. Tapak liman Asteraceae Herba 169 Embelia ribes Burm.f. Akar asam, kacam Myrsinaceae Liana √ √ 170 Emilia sonchifolia (Linn.) DC. Tempuh wiyang Asteraceae Herba √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 93 No. Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Habitus Lokasi * 1 2 3 171 Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw Lempaung, lempahung, sengkubak Euphorbiaceae Pohon 172 Engelhardtia sp. Bulian namun Juglandiaceae Pohon 173 Equisetum debile Roxb. Rumput sempok Equisetaceae Herba √ 174 Erechtites valerianifolia Raf. Sintrong Compositae Herba √ 175 Erigeron linifolius Auct. Non Willd. Jabung Asteraceae Herba 176 Eugenia malaccensis L. Jambu bol Myrtaceae Pohon 177 Eugenia muellerii Gelam tikus Myrtaceae Pohon 178 Eugenia sp. Jambu hutan Myrtaceae Pohon 179 Eupatorium odoratum L.f. Serunai Asteraceae Perdu 180 Euphorbia hirta L. Patikan kebo Euphorbiaceae Herba 181 Eurycoma longifolia Jack. Pasak bumi Simaroubaceae Perdu √ 182 Eusideroxylon zwageri T. & B. Belian (Ulin) Lauraceae Pohon √ 183 Fagraea racemosa Kelamsarai Loganiaceae Pohon 184 Ficus ampelas Burm. f. Akar ampelas, akar empelas, kempelas Moraceae Liana 185 Ficus benjamina L. Beringin Moraceae Pohon √ √ 186 Ficus binnendykii (Miq.) Miq. Akar ara Moraceae Liana √ √ 187 Ficus callosa Willd. Beringin daun besar Moraceae Pohon √ 188 Ficus calophylla Blume Kayu ara Moraceae Pohon √ 189 Ficus fistulosa Reinw. Sawang Moraceae Pohon 190 Ficus variegata Bl. Kondang, kendang Moraceae Pohon √ √ 191 Flacourtia inermis Roxburgh Rukam bukit Flacourtiaceae Pohon √ √ 192 Flacourtia rukam Zoll. & Mor. Rukam Flacourtiaceae Pohon √ 193 Flagellaria indica L. Ketabai Flagellariaceae Liana 194 Freycinetia angustifolia Bl. Pandan rasao Pandanaceae Epifit 195 Kambat Acanthaceae Perdu √ √ 196 Gandarusa vulgaris Nees. Ganua motleyana (de Vriese) Pierre ex Dubard Nyatoh beras Sapotaceae Pohon √ √ 197 Garcinia diocia Bl. Manjing, manjingan Clusiaceae Pohon √ 198 Garcinia mangostana L. Manggis Clusiaceae Pohon 199 Garcinia parvifolia Miq. Kandis, asam kandis Clusiaceae Pohon √ 200 Garcinia sp Manggis padang Clusiaceae Pohon √ 201 Garcinia sp. Kumpang buah Clusiaceae Pohon √ 202 Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults.) Kurz., Bambu Poaceae Bambu √ 203 Glochidion zeylanicum Juss. Ubar paya Euphorbiaceae Pohon √ 204 Gluta renghas L. Rengas merah Anacardiaceae Pohon √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 94 No. Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Habitus Lokasi * 1 2 3 √ 205 Gonystyllus bancanus Kurz. Ramin Thymelaeaceae Pohon 206 Gonystylus keithii Pangkut Thymelaeaceae Pohon √ 207 Gymnacranthera forbesii (King) Warb. Bunyao Myristicaceae Pohon √ 208 Hanguana malayana Merrill Bakung Liliaceae Herba 209 Hedyotis verticillata Lamk Pacar air Rubiaceae Herba 210 Hevea brasiliensis (Willd. ex A. Jussieu) Muell. Arg. Karet Euphorbiaceae Pohon 211 Hibiscus macrophyllus Roxburgh ex Hornem Waru Malvaceae Pohon 212 Homalanthus populneus (Giesel.) Pax Jati-jatian Euphorbiaceae Pohon 213 Homalium caryophyllaceum (Zollinger& Moritzi) Benth. Tulang ular Flacourtiaceae Pohon √ √ √ 214 Homalomena sagittifolia Jungh. ex Schott. Nampu Araceae Herba √ √ √ 215 Hopea mengerawan Miquel Emang padang Dipterocarpaceae Pohon √ 216 Hornstedtia sp. Suli Zingiberaceae Herba 217 Hoya sp. Anggrek kancing Asclepiadaceae Epifit 218 Hydnocarpus anthelmintica Pierre. Mrica-mricaan Flacourtiaceae Perdu 219 Hypobathrum sp. Kaman Rubiaceae Pohon 220 Hyptis brevipes Poit. Daun pusar Lamiaceae (Labitae) Herba √ √ √ 221 Imperata cylindrica (L.) Beauv. Ilalang, lalang Poaceae Herba √ √ √ 222 Ipomoea cairica (L.) Sweet. Ubi jalar Convolvulaceae Herba √ √ 223 Ischaemum muticum Linn. Rumput kerupit Poaceae Herba √ 224 Ischaemum muticum Linn. Rumput kupit Poaceae Herba √ 225 Isotoma longiflora Presl. Kitolod Campanulaceae Herba √ √ 226 Ixora coccinea L. Soka hutan Rubiaceae Perdu √ √ 227 Jatropha curcas L. Jarak Euphorbiaceae Perdu 228 Knema conferta (King) Warb. Kumpang darah Myristicaceae Pohon 229 Knema intermedia Warb. Kumpang bahar Myristicaceae Pohon √ 230 Knema perconacea Sinch. Kumpang Myristicaceae Pohon √ 231 Knema perconacea Sinch. Kumpang Myrtaceae Pohon √ 232 Koompassia malaccensis Maing. ex Benth. Menggeris, kempas Fabaceae Pohon √ 233 Labisia pumila (Bl.) F. Vill. Kacip fatima Myrsinaceae Herba √ 234 Lagerstroemia speciosa L. Bungur Lythraceae Pohon √ 235 Lansium domesticum Corr. Langsat Meliaceae Pohon √ √ √ 236 Lantana camara L. Riuk pedare Verbenaceae Perdu √ √ √ 237 Laportea stimulans Miquel. Jelatang Urticaceae Perdu √ 238 Lecanopteris carnosa (Reinw.) Bl. Bakah halus, lukut uncal, bakah tiung Polypodiaceae Epifit √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 95 No. Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Habitus Lokasi * 1 2 √ 3 √ 239 Lecanopteris carnosa (Reinw.) Bl. Kadaka uncal Selaginellaceae Epifit 240 Leea aequata Linn. Tembelacan, kemelacan Leeaceae Pohon 241 Lepironia mucronata L.C. Richard Purun tikus Cyperaceae Herba 242 Licuala spinosa Thunb. Biru Arecaceae Herba 243 Lithocarpus gracilis Belatung Fagaceae Pohon 244 Litsea tuberculata Medang piawas Lauraceae Pohon √ 245 Lophatherum gracile Brongn. Rumput merah, rumput pulut, rumput sepulut Poaceae Herba √ 246 Lophopetalum javanicum Kayu pisang Celastraceae Pohon √ 247 Lophopetalum wrightienum Arnott. Nanasi, nasi Celastraceae Pohon √ 248 Loranthus sp. Benalu Linnaceae Epifit 249 Lycopodium cernuum L. Tentapuk Lycopodiaceae Liana √ √ √ 250 Lygodium japonicum (Thunb.) Sw. Mintu Schizaeaceae Herba √ √ √ 251 Macaranga conifera Muell. Arg. Purang, purang putih Euphorbiaceae Pohon √ √ √ 252 Macaranga gigantea (Reichb.f. & Zoll.) Muell. Arg. Begabungan, bekebung, Euphorbiaceae Pohon √ √ √ 253 Macaranga hypoleuca (Reichb.f. & Zoll.) Muell.Arg. Garung, garong, mahang Euphorbiaceae Pohon √ √ √ 254 Macaranga pruinosa (Miq.) Muell. Arg. Garung Euphorbiaceae Pohon √ √ 255 Macaranga rhizinoides Muell. Arg. Tutup waru Euphorbiaceae Pohon √ √ 256 Macaranga triloba (Bl.) Muell. Arg. Garung Euphorbiaceae Pohon 257 Madhuca sericea Kayu sanggau Sapotaceae Pohon √ 258 Mallotus macrostachyus (Miquel) Muell. Arg. Balik angin Euphorbiaceae Pohon √ 259 Mammea sp. Sunduk Clusiaceae Pohon 260 Mangifera caesia Jack. Asam lembawang, Anacardiaceae Pohon √ √ √ 261 Mangifera foetida Lour. Asam kelemantan, asam limus Anacardiaceae Pohon √ √ √ 262 Mangifera indica L. Mangga Anacardiaceae Pohon √ √ √ 263 Mangifera longipes Griffith Asam pauh, kayu pauh Anacardiaceae Pohon √ 264 Mangifera odorata Griff. Asam lembacang, bacang Anacardiaceae Pohon √ 265 Mangifera sp. Asam satar Anacardiaceae Pohon √ 266 Manihot utilissima Pohl. Singkong Euphorbiaceae Herba 267 Mapania cuspidata (Miq.) Uitt. Sula adam Herba √ 268 Maranthes corymbosa Blume Kayu bunga Cyperaceae Chrysobalanacea e Pohon √ 269 Maranthes corymbosa Blume Kayu bunga Rosaceae Pohon √ 270 Melaleuca leucadendron (L.) L. Gelam Myrtaceae Pohon √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 96 No. Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Habitus Lokasi * 1 2 3 271 Melanorrhoea wallichii Hk.f. Rengas manuk Anacardiaceae Pohon √ 272 Melanorrhoea wallichii Hk.f. Rengas putih Anacardiaceae Pohon √ 273 Melastoma malabathricum Linn. Cangkuduk, cengkuduk, keremunting, hati-hati Melastomataceae Perdu √ 274 Memecylon excelsum Blume Temahas Melastomataceae Pohon 275 Mezzetia parvifolia Becc. Banitan Annonaceae Pohon √ 276 Mezzetia sp. Kayu makai Annonaceae Pohon √ 277 Mikania scandens Willd. Akar kelembibit, akar saput tunggal Asteraceae Liana √ 278 Mimosa pudica L. Putri malu Fabaceae Herba √ 279 Mucuna brachteata Kacangan Fabaceae Liana √ 280 Musa paradisiaca L. Pisang Musaceae Herba √ 281 Musa sp. Pisang Musaceae Herba √ 282 Musa sp. Pisang hutan Musaceae Herba √ 283 Myristica iners Blume Mendarahan Myristicaceae Pohon 284 Neoscortechinia kingii Bantas Euphorbiaceae Pohon √ 285 Nepenthes ampullaria Jack. Akar ketukung Nepenthaceae Liana √ 286 Nepenthes grandis Akar ketupat Nepenthaceae Liana 287 Nepenthes sp. Kantung semar Nepenthaceae Liana √ 288 Nephelium cuspidatum Bl. Rambutan hutan Sapindaceae Pohon √ 289 Nephelium eriopetalum Miq. Kayu darah Sapindaceae Pohon 290 Nephelium lappaceum L. Rambutan Sapindaceae Pohon 291 Nephentes rafflesiana Jack. Kantong semar Nepenthaceae Liana 292 Nephrolepis bisserata (Swartz) Schott. Paku uban, pakis uban, rumput uban Neprolepidaceae Herba √ 293 Nephrolepis exavata Paku ikan, pakis ikan, pakis hutan, paku lembiding, paku baik Neprolepidaceae Herba √ 294 Ochroma bicolor Balsa Apocynaceae Pohon 295 Octomeles sumatrana Miq. Benuang, binuang Datiscaceae Pohon √ √ √ 296 Oncosperma filamentosum Bl. Nibung Arecaceae Pohon √ √ √ 297 Paederia foetida L. Daun kentut, kentut kuduk Rubiaceae Liana √ 298 Paederia foetida L. Sengentut Rubiaceae Liana √ 299 Pandanus caricosus Kurz. Selingsing buaya Pandanaceae Herba √ 300 Pandanus hasskardlii Merr. Pandan wangi Pandanaceae Herba √ √ 301 Pandanus helicopus Kurz. Selingsing Pandanaceae Herba √ √ 302 Pandanus sp Pandan nyaru Pandanaceae Herba √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 97 No. Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Habitus Lokasi * 1 2 3 303 Pandanus sp Perupuk Pandanaceae Herba √ √ 304 Pandanus tectorius Soland ex Park. Rasau, pandan gambut Pandanaceae Herba √ √ 305 Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen Sengon Fabaceae Pohon 306 Parkia intermedia Hassk. Ex Hoeven & de Vriese Petai hutan, petai hantu Fabaceae Pohon 307 Parkia roxburghii G. Don. Kedawung Fabaceae Pohon 308 Parkia speciosa Hassk. Petai Fabaceae Pohon 309 Paspalum conjugatum Berg. Rumput kirip Poaceae Herba 310 Passiflora foetida L. Rambut nyenyah Passifloraceae Herba 311 Payena leerii Kutz. Balam Sapotaceae Pohon 312 Pennisetum purpureum Seumach. Rumput gajah Poaceae Herba 313 Pentaspadon motleyi Hook.f. Pelanjau Anacardiaceae Pohon √ 314 Peronema canescens Jack. Sungkai Verbenaceae Pohon √ 315 Phyllanthus acidus (L.) Skeels. Ceremai Euphorbiaceae Pohon 316 Phyllanthus niruri L. Rumput pacat Euphorbiaceae Perdu √ 317 Physalis peruviana L. Ciplukan blungsung Solanaceae Herba √ 318 Pinanga kuhlii Blume Pinang kera, pinang hutan Arecaceae Palem √ √ 319 Pinanga sp. Pinang buring Arecaceae Palem √ √ 320 Piper betle L. Sirih Piperaceae Epifit 321 Piper caninum Bl. Sirih hutan Piperaceae Epifit 322 Piper porphyrophyllum Sirih merah Piperaceae Epifit 323 Piper sarmentosum Roxb. Kaduk Piperaceae Perdu √ 324 Pistia stratiotes Linn. Apung Araceae Herba √ 325 Pithecollobium ellipticum Hassk. Jering hantu Fabaceae Pohon √ 326 Pithecollobium lobatum Benth. Jering Fabaceae Pohon √ 327 Pithecolobium clypearia Benth. Petai belalang, petai ladang, petai padi Fabaceae Pohon √ 328 Pleomele angustifolia (Roxb.) N.E. Brown. Suji hutan Liliaceae Herba 329 Pogonarherum paniceum (Lamk.) Hack. Rumput bambu Poaceae Herba 330 Polyathia subcordata (Bl.) Bl. Bangkal Annonaceae Pohon √ 331 Pometia pinnata J.R. & G. Forst. Kelensua, mengkasai Sapindaceae Pohon √ √ √ 332 Pothos sp. Kagetisa Araceae Epifit √ √ √ 333 Premna integrifolia Linn. Singkil Verbenaceae Pohon √ 334 Psidium guajava L. Jambu biji Myrtaceae Pohon √ √ √ 335 Psychotria sarmentosa Blume Pakar pohon Rubiaceae Epifit √ √ √ 336 Pterospermum acerifolium Willd. Bayur daun besar Sterculiaceae Pohon √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 98 No. Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Habitus Lokasi * 1 2 3 √ 337 Pterospermum diversifolium Bl. Bayur daun kecil Sterculiaceae Pohon 338 Ptychopyxis costata Miquel Mengkepar Euphorbiaceae Pohon √ √ 339 Quercus bennettii Miq. Kompening, mempening, pempening Fagaceae Pohon √ √ 340 Quercus poculiformis V.Soem. Kempaning, mempaning Fagaceae Pohon 341 Raphidophora sp. Bakah akar Araceae Liana √ 342 Raphidophora sp. Bakah kura-kura Araceae Liana √ 343 Rhaphidophora sylvestris Engl. Akar-1 Araceae Liana √ 344 Rhodamnia cinerea Jack. Jamai Myrtaceae Pohon √ √ √ 345 Saccharum officinarum Linn. Tebu air Poaceae Herba √ √ √ 346 Saccharum spontaneus Linn. Teberau Poaceae Herba √ √ 347 Salacca conferta Griffith. Maram, asam paya Arecaceae Herba √ √ 348 Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr. Ketapi Meliaceae Pohon 349 Santiria griffithii (Hk.f.) Engl. Kedondong hutan Burseraceae Pohon 350 Santiria laevigata Bl. Kembayau, Burseraceae Pohon √ √ √ 351 Santiria tomentosa Blume Kubing Burseraceae Pohon √ √ √ 352 Sarcotheca macrophylla Belimbing kayu Oxalidaceae Pohon √ 353 Scaphium macropodum L. Semangkuk, semangkok Sterculiaceae Pohon √ 354 Schima wallichii Korth. Penaga Theaceae Pohon √ √ √ 355 Schizostachyum blumei Nees. Bambu wuluh Poaceae Bambu 356 Schizostachyum longispiculatum Kurz. Bambu paring Poaceae Herba √ √ √ 357 Scleria laevis Retzius Rambang Cyperaceae Herba √ √ √ 358 Scleria sumatranensis Selingsing Cyperaceae Herba √ √ 359 Scolopia macrophylla Belanga Flacourtiaceae Pohon √ 360 Scolopia spinosa (Roxburg) Warb. Rukam hutan Flacourtiaceae Pohon √ 361 Scorodocarpus borneensis Becc. Kulim Olacaceae Pohon √ 362 Selaginella doederleinii Hieron. Jenjamut Selaginellaceae Herba √ 363 Shorea acuminata Dyer Meranti elang Dipterocarpaceae Pohon √ 364 Shorea agamii Meranti putih Dipterocarpaceae Pohon √ 365 Shorea balangeran (Korth.) Burck Belangeran Dipterocarpaceae Pohon √ √ 366 Shorea brunescens P.S. Ashton Meranti kuning Dipterocarpaceae Pohon √ √ 367 Shorea faguetioides Kayu bepisang Dipterocarpaceae Pohon √ 368 Shorea gibbosa Dahu Dipterocarpaceae Pohon 369 Shorea gysbertsiana Burck. Meranti telor Dipterocarpaceae Pohon √ 370 Shorea mecistopteryx Tengkawang tungkul Dipterocarpaceae Pohon √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 99 No. Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Habitus Lokasi * 1 2 3 √ 371 Shorea palembanica Majo, majau Dipterocarpaceae Pohon 372 Shorea pallidifolia Meranti batu Dipterocarpaceae Pohon 373 Shorea parvifolia Dyer. Kayu pongga Dipterocarpaceae Pohon 374 Shorea parvistipulata Heim. Kelukup, meranti merah Dipterocarpaceae Pohon √ √ 375 Shorea pinanga Engkebung Dipterocarpaceae Pohon √ √ 376 Shorea scabrida Meranti bunga Dipterocarpaceae Pohon √ √ 377 Shorea stenoptera Burck. Tengkawang layar Dipterocarpaceae Pohon √ √ 378 Shorea teysmanniana Dyer Bengkirai Dipterocarpaceae Pohon √ 379 Shorea virescens Parys. Belau bunto Dipterocarpaceae Pohon √ 380 Sida rhombifolia L. Sidaguri Malvaceae Perdu √ 381 Sindora brugemanii DC. Sindur Fabaceae Pohon √ 382 Smilax zeylanica L. Akar menduru, akar tempayan Smilacaceae Liana √ 383 Solanum indicum L. Terong rusa Solanaceae Perdu √ 384 Solanum mammosum L. Terong pipit Solanaceae Perdu 385 Solanum melongena L. Terung Solanaceae Perdu 386 Spatholobus ferrugineus (Zoll.) Benth. Akar angkur Fabaceae Liana 387 Stachyphrynium borneense Ridley Itit Maranthaceae Herba 388 Stachytarpheta mutabilis (Jacq.) Vahl. Pecut kuda Verbenaceae Perdu 389 Stemonurus malaccensis (Mast.) Sleumer Buni Icacinaceae Pohon 390 Stemonurus scorpioides Beccari Kayu malam Icacinaceae Pohon √ 391 Stemonurus secundiflorus Saba bubu Icacinaceae Pohon √ 392 Stenoclaena palustris Bedd. Paku pandih, paku pandih Polypodiaceae Epifit 393 Sterculia urceolata Smith. Kelumpang Sterculiaceae Pohon 394 Streblus asper Lour. Serut Sterculiaceae Perdu 395 Susun malayanum Hook.f. Bakung Liliaceae Herba 396 Symplocos celastrifolia Nyanyam Symplocaceae Pohon √ √ 397 Symplocos fasciculata Zoll. Ketikal Symplocaceae Pohon √ √ 398 Syzygium aqueum (Burm.f.) Alst. Jambu air Myrtaceae Pohon √ 399 Syzygium cumini Juwat Myrtaceae Pohon √ 400 Syzygium lineatum (DC.) Merrill & Perry Ubar merah Myrtaceae Pohon 401 Syzygium malaccense (L.) Merr. & Perry. Jambu lirang Myrtaceae Pohon 402 Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. Kayu salam Myrtaceae Pohon 403 Syzygium sp. Ubar pantai Myrtaceae Pohon √ 404 Syzygium sp. Ubar putih Myrtaceae Pohon √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100 No. Nama Ilmiah Nama Lokal Famili Habitus Lokasi * 1 2 3 √ 405 Tacca palmata Blume Ganggung purah Taccaceae Herba 406 Tamarindus indica L. Asam Fabaceae Pohon √ 407 Terminalia citrina Belebak Combretaceae Pohon √ 408 Terminalia sp. Kayu bintang Combretaceae Pohon √ 409 Tetracera fagifolia Bl. Akar simpur Dilleniaceae Liana √ 410 Tetramerista glabra Miq. Punak, ponak Theaceae Pohon √ 411 Tetrastigma sp. Tetrastigma Vitaceae Liana 412 Theobroma cacao L. Coklat Sterculiaceae Perdu √ 413 Toona sinensis (A. Juss.) Roem. Suren Meliaceae Pohon √ 414 Trema orientalis (L.) Bl. Angin-angin Ulmaceae Pohon √ 415 Tricalysia singularis Korth. Kopi hutan Rubiaceae Perdu √ 416 Tristania maingayi Duthi Pelawan putih Myrtaceae Pohon √ 417 Tristania obovata R.Br. Pelawan merah Myrtaceae Pohon √ 418 Turnea subulata J.E. Smith. Bunga pukul 8 Turneraceae Perdu 419 Uncaria glabrata (Bl.) DC. Akar kelait Rubiaceae Liana √ √ √ 420 Urena lobata L. Jelumpang Malvaceae Perdu √ √ √ 421 Vatica rassak Bl. Resak Dipterocarpaceae Pohon √ √ 422 Vernonia arborea Ham Entepung, mentepung Compositae Pohon √ √ 423 Villebrunea rubescens Bl. Kemuning Urticaceae Pohon 424 Vitex pubescens Vahl. Laban, leban Verbenaceae Pohon 425 Vittaria scolopendrina (Borry) Thw. Paku ahaka Vittariaceae Herba √ 426 Wedelia calendulacea Less. Seruni Asteraceae Herba √ 427 Xanthophyllum flavescens Roxb. Meriukan Polygalaceae Pohon √ 428 Xanthophyllum sp Menjalin Polygalaceae Pohon √ 429 Xylopia sp. Suluh Annonaceae Pohon √ 430 Zalacca blumeana Mart. Salak hutan Arecaceae Herba Keterangan *: 1. PT Agro Lestari Mandiri 3. PT Lanang Agro Bersatu 2. PT Kencana Graha Permai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 101 Lampiran 5 Daftar famili yang ditemukan pada areal studi ∑ Jenis No Famili ∑ Jenis PT Agro Lestari Mandiri PT. Kencana Graha Permai PT. Lanang Agro Bersatu 1 Asclepiadaceae 1 1 0 0 2 Acanthaceae 2 1 0 2 3 Alangiaceae 1 0 0 1 4 Amaranthaceae 1 0 0 1 5 Anacardiaceae 16 13 5 12 6 Anisophylleaceae 1 1 1 1 7 Annonaceae 6 4 0 5 8 Apocynaceae 5 3 2 4 9 Araceae 13 11 3 7 10 Araucariaceae 1 1 0 0 11 Arecaceae 18 16 11 13 12 Aspleniaceae 1 1 0 1 13 Asteraceae 9 4 7 6 14 Athryaceae 1 0 0 1 15 Blechnaceae 1 1 1 1 16 Bombacaceae 7 4 3 5 17 Burseraceae 8 4 5 6 18 Campanulaceae 1 1 1 0 19 Celastraceae 3 2 0 1 20 Chrysobalanaceae 1 0 0 1 21 Clusiaceae 11 6 3 8 22 Combretaceae 2 1 0 1 23 Compositae 2 2 1 1 24 Convolvulaceae 1 0 1 1 25 Crypteroniaceae 1 1 0 0 26 Cyperaceae 7 1 6 4 27 Datiscaceae 1 1 1 1 28 Dilleniaceae 7 7 3 2 29 30 31 Dioscoreaceae 1 22 4 1 16 2 1 3 1 1 14 2 32 Dipterocarpaceae Ebenaceae Elaeocarpaceae 2 2 2 2 33 Equisetaceae 1 1 0 0 34 Euphorbiaceae 26 19 14 19 35 Fabaceae 26 16 12 18 36 Fagaceae 4 1 2 2 102 ∑ Jenis No Famili ∑ Jenis PT Agro Lestari Mandiri 37 38 Flacourtiaceae PT. Kencana Graha Permai PT. Lanang Agro Bersatu 7 1 4 0 6 1 2 0 39 Flagellariaceae Gleicheniaceae 1 1 0 0 40 Hypericaceae 4 3 3 1 41 Hypoxidaceae 1 1 1 1 42 Icacinaceae 4 3 2 2 43 Juglandiaceae 1 0 0 1 44 1 1 1 1 45 Lamiaceae (Labitae) Lauraceae 8 5 1 5 46 Lecythidaceae 2 2 1 2 47 Leeaceae 1 0 0 1 48 Liliaceae 4 2 1 2 49 Linnaceae 1 0 0 1 50 Loganiaceae 1 0 1 0 51 Lycopodiaceae 1 1 1 1 52 Lythraceae 1 1 0 1 53 Malvaceae 3 1 1 3 54 Maranthaceae 2 1 1 1 55 Melastomataceae 4 2 2 4 56 Meliaceae 4 2 2 2 57 Menispermeaceae 1 1 0 1 58 59 Moraceae 16 3 12 2 7 2 14 2 60 Musaceae Myristicaceae 5 0 1 5 61 Myrsinaceae 2 2 1 1 62 Myrtaceae 17 5 7 15 63 Nepenthaceae 4 2 1 1 64 Neprolepidaceae 2 2 1 1 65 Olacaceae 2 2 0 0 66 Orchidaceae 2 1 1 1 67 Oxalidaceae 2 1 0 1 68 Palmae 1 1 1 1 69 Pandanaceae 7 6 1 6 70 Passifloraceae 1 1 0 1 71 Piperaceae 4 2 1 3 72 Poaceae 20 14 11 14 73 Polygalaceae 2 0 0 2 103 ∑ Jenis No Famili ∑ Jenis PT Agro Lestari Mandiri PT. Kencana Graha Permai PT. Lanang Agro Bersatu 74 Polypodiaceae 6 0 1 5 75 Pontederiaceae 1 0 0 1 76 Rosaceae 1 0 1 1 77 Rubiaceae 11 6 5 10 78 Sapindaceae 4 3 3 4 79 Sapotaceae 3 2 0 2 80 Schizaeaceae 1 1 1 1 81 Selaginellaceae 2 2 1 2 82 Simaroubaceae 2 1 0 2 83 Smilacaceae 1 1 1 1 84 Solanaceae 5 2 1 2 85 Sonneratiaceae 1 1 0 1 86 Sterculiaceae 7 3 3 6 87 Symplocaceae 2 2 2 0 88 Taccaceae 1 1 0 0 89 Theaceae 2 2 1 2 90 Thymelaeaceae 5 1 2 4 91 Turneraceae 1 0 1 0 92 Ulmaceae 1 1 1 1 93 Urticaceae 2 1 0 2 94 Verbenaceae 6 6 3 4 95 Vitaceae 1 0 1 0 96 Vittariaceae 1 0 0 1 97 Zingiberaceae 5 4 2 5 104 Lampiran 6 Spesies tumbuhan berguna pada areal studi No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 1 Acacia mangium √ 12 Batang Biji 2 Adenanthera pavonina √ 1 Kulit batang Biji Adianthum cuneatum Langs. & Fisch. √ 2 Daun Spora √ 9 Batang Biji Tumbuh pada ketinggian di bawah 750 m dpl 13 Getah Biji Tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat hingga 1.500 m dpl dan membutuhkan tanah yang subur 1, 5, 6 Daun Biji 9 Batang Cangkokan tumbuh sampai ketinggian 2100 m dpl. Perkebunan, padang rumput, tepi jalan Tumbuh liar di hutan yang cukup mendapat sinar matahari 3 √ Tumbuh di ketinggian tempat antara 30-130 m dpl Tumbuh di lahan-lahan kritis dan tanah yang terganggu Tumbuh di hutan tropis di sela-sela batuan atau di tebing-tebing tanah 4 Aetoxylon sympetalum 5 Agathis borneensis 6 Ageratum conyzoides L. 7 Aglaia ignea Valeton ex K. Heyne 8 Alangium javanicum (Bl.) Wang. √ 9 Batang Biji, stek Tumbuh di hutan primer maupun sekunder 9 Aleurites moluccana (L.) Willd. √ 1, 3, 4 Kulit batang Biji Tumbuh di ketinggian 150 - 1000 m dpl di hutan campuran 10 Alocasia macorrhiza Schott. 1, 2, 4 Daun Stek batang tumbuh 5-1300 m dpl. di tempat bersemak 11 Alocasia sp. √ √ 2 Daun Stek batang Tumbuh liar di tempat bersemak dengan ketinggian 5-1300 m dpl 12 Alocasia sp. √ √ 2 Daun Stek batang Tumbuh di ketinggian tempat antara 200-1000 m dpl 13 Alocasia sp. √ √ 2, 4 Daun Stek batang Tumbuh di ketinggian tempat antara 200-1000 m dpl 14 Alpinia sp. √ √ 3, 4 Rimpang Rimpang dan anakan 15 Alpinia sp. √ √ 3, 4, 7 Rimpang Rimpang dan anakan Tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kering, di dataran yang ditumbuhi rumput dengan ketinggian tempat 1500 m dpl Tumbuh di tanah kering, di dataran rendah 16 Alseodaphne sp. √ 9 Batang − − 17 Alstonia angustifolia Miq. √ √ √ 1 Daun Biji Tumbuh di daerah terbuka di hutan tropis 18 Alstonia scholaris (L.) R.Br. √ √ √ 1 Kulit batang Biji Tumbuh di daerah terbuka pada ketinggian tempat 50 - 1.500 m dpl √ √ √ √ √ √ 105 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 19 Amaranthus sp. 20 Amomum coccineum (Bl.) K. Schum. √ 21 Amorphophallus sp. √ 22 Anacolosa frutescens (Blume) Blume √ 23 Anisophyllea disticha (Jack.) Baill. √ 24 Annona muricata L. 25 Anthocephalus cadamba Miq. 26 2 √ 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi √ 1, 4 Akar Biji dataran rendah sampai 1400 mdpl √ 1, 3 Rimpang Rimpang dan anakan 2, 4, 5 Bunga, umbi Biji Banyak ditanam di tanah lempung berdebu, lempung liat berpasir, ketinggian tempat 400750 m dpl Tumbuh dengan baik dengan tanah yang subur, pada ketinggian sampai 2000 m dpl 1, 13 Biji − − √ 1 Daun Stek batang atau anakan Tumbuhan liar di hutan, tepi-tepi jalan dan di kebun dengan ketinggian 1.500 m dpl √ 1, 4 Daun Biji dan stek batang √ √ 1, 9 Batang, Kulit batang Biji Antidesma ghaesembilla Gaertner √ √ 1, 4 kulit kayu, daun Biji Tumbuh di tanah berkapur dengan drainase yang baik dengan ketinggian sampai 1.000 m dpl Tumbuh di hutan sekunder, membutuhkan cahaya penuh, dapat tumbuh pada daerah kering dengan curah hujan 200 mm pertahun Tumbuh pada ketinggian kurang dari 1.000 m dpl 27 Antidesma neurocarpum Miq. √ √ √ 9 Batang 28 Aquilaria malaccensis Lamk. √ √ 1, 3, 10, 13 Kulit batang Biji Tumbuh di hutan primer pada tanah berpasir atau tanah liat dengan ketinggian tempat rendah sampai 500 m dpl 29 Aquilaria microcarpa √ 3, 10 Kulit Biji Tumbuh di hutan primer pada tanah berpasir atau tanah liat dengan ketinggian tempat rendah sampai 500 m dpl 30 Arcangelisia flava (L.) Merr. √ √ 1, 8 Rimpang Biji dan stek batang 31 Areca catechu L. √ √ 1, 4, 9, 8 Biji Biji Dapat ditemukan pada daerah pantai berbatu atau hutan primer atau sekunder dengan ketinggian tempat 1001000 m dpl dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1500 m dpl 32 Arenga pinnata (Wurmb.) Merr. √ 1, 4, 5, 10, 11, 12, 13 Daun, Biji, Batang Biji √ − Ditemukan di bawah tegakan hutan primer atau sekunder, dataran rendah dan hutan hujan pegunungan sampai ketinggian tempat 1800 m dpl Tumbuh di tanah subur ketinggian 500-800 m dpl, curah hujan 1200 mm/ tahun 106 No. Lokasi * Nama Ilmiah Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya 1 2 3 √ √ √ 10, 12 Batang Biji Ekologi 33 Artocarpus anisophyllus Miq. 34 Artocarpus communis Forst. √ 4 Kulit batang Biji 35 Artocarpus dadah Miq. √ 9 Batang Biji Tumbuh pada ketinggian tempat 20-650 m dpl 36 Artocarpus elasticus Reinw. √ √ √ 4, 7 Buah Biji Tumbuh pada dataran rendah dengan ketinggian sampai 600 m dpl 37 Artocarpus integer (Thund.) Merr. √ √ √ 4 Buah Biji Tumbuh liar di hutan dengan ketinggian tempat di bawah1200 m dpl 38 Artocarpus integra Merr. √ √ 1, 4, 5, 8 Daun Biji 39 Artocarpus kemando Miq. √ √ √ 4, 7 Buah Biji 40 Artocarpus lanceifolius Roxburgh √ √ 4 Buah Biji 41 Artocarpus rigidus Blume √ √ 4, 9 Buah, batang Biji 42 Artocarpus teysmanii Miquel √ √ 4 Buah Biji 43 Asplenium nidus √ √ 1, 2 Daun Biji 44 Asystasia intrusa Bl. √ 1, 2 Daun Stek batang 45 Athyrium bantamense √ 2 Daun − Tumbuh di ketinggian 400 - 1.200 m dpl dengan curah hujan 1.500 mm atau lebih Tumbuh di ketinggian tempat dibawah 1200 m dpl Tumbuh pada tanah aluvial yang berdrainase baik Tumbuh alami di hutan yang selalu hijau dengan curah hujan 1500 mm atau lebih Tumbuh di hutan dengan ketinggian 400-1200 m dpl Banyak ditemukan di akar tunjang, tunggak atau di batang pohon, mulai dari hutan mangrove sampai ketinggian 2.000 m dpl Tumbuh di muara sungai, di hutan dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.000 m dpl di temukan di daerah yang tidak terlalu kering, pada ketinggian tempat 20 - 1.800 m dpl 46 Averrhoa bilimbi L. √ 1, 4 Daun, buah Biji, okulasi, cangkok Tumbuh di hutan tropik lembab dengan ketinggian 500 m dpl 47 Axonopus compressus P.B. √ √ 5 Seluruh bagian stek akar 48 Baccaurea dulcis Muell. Arg. √ √ 9 Batang Tumbuh di tempat terbuka yang tidak ternaungi Tumbuh pada tempat yang tergenang dengan ketinggian tempat sampai 1000-1800 m dpl 49 Baccaurea racemosa (Reinw.) Muell. Arg. √ 1, 8, 9 Daun, batang √ Tumbuh di daerah tropika basah, tumbuh baik pada tanah aluvial yang kaya humus dan berdrainase baik Tumbuh secara alami di tepi sungai − Biji Hutan dataran rendah sampai pegunungan rendah 107 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 3 √ 50 Baeckea frutescens Linn. 51 Bambusa vulgaris Schard. ex Wendland √ 52 Barringtonia acutangulata Cert. Barringtonia racemosa Hort. ex Miq. √ √ 54 Bauhinia sp. 55 Bellucia axinanthera Triana 56 Bhesa paniculata Arnott. 57 Blechnum orientale L. √ 58 Blumea balsamifera (L.) DC. √ 59 Bombac malabaricum DC. 60 Bombacaceae 61 Borreria latifolia 62 Bouea macrophylla Griffith 63 Bromheadia finlaysoniana (Lindl.) Miq. 64 Brucea javanica (L.) Merrill 65 Buchanania insignis √ 66 Buettneria reinwardtii Kosterm. √ 53 2 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya 1, 10 Daun √ 1, 9 Batang Stek batang atau anakan √ 9 Batang Biji √ √ 9 Batang Biji √ √ √ 4 Daun Biji √ √ √ 4 Buah Biji, cangkok, okulasi √ 4, 9 Buah, batang Biji √ √ 1,2 , 3, 4 √ √ 1 Daun Biji √ 7 Buah Biji, cangkok √ 1, 5 Daun Biji Tumbuh di dinding pantai pada ketinggian sampai 500 m dpl √ 4 Buah Biji Tumbuh di hutan dataran rendah beriklim tropis basahdengan ketinggian hingga 800 m dpl 2 Seluruh bagian Biji Tumbuh di ketinggian tempat sampai 500 m dpl 1 Daun, buah Biji 4 Buah Biji Hidup di tempat terbuka dengan ketinggian 500 m dpl Tumbuh di hutan dengan ketinggian sampai 1700 m dpl 1 Akar Biji √ √ √ √ √ √ √ − Ekologi Rimpang Tumbuh di padang alangalang pada ketinggian tempat lebih dari 3000 kaki Tumbuhan liar di hutan, tepi-tepi jalan dan di kebun dengan ketinggian 1.500 m dpl Tumbuh pada dataran rendah Tumbuh pada ketinggian tempat di bawah 400 m dpl Tumbuh di tempat yang mendapat sinar matahari penuh atau agak terlindungi Tumbuh di hutan dataran rendah dengan ketinggian di bawah 1200 m dpl Tumbuh pada hutan primer dan sekunder − di temukan di daerah yang tidak terlalu kering, pada ketinggian tempat 20 - 1.800 m dpl tumbuh di ketinggian 1 220 m dpl. Tumbuh di tempat terbuka sampai tempat yang agak terlindungi Tumbuh di tanah yang subur dan memiliki curah hujan sekitar 1500 mm pertahun, dengan ketinggian tempat dibawah 350 m dpl Tumbuh liar di hutanhutan, di ladang dengan ketinggiian tempat hingga 500 m dpl 108 No. Lokasi * Nama Ilmiah Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 1 2 3 √ √ √ 11 Batang Stek rhizoma dan pemisahan batang muda Tumbuh di dataran rendah sampai tinggi dengan ketinggian 1800 m dpl, tumbuh dengan baik di pinggir-pinggir sungai √ 4, 11 Batang Biji Tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl di pinggirpinggir sungai √ 11 Batang Stek rhizoma dan pemisahan batang muda Tumbuh pada ketinggian 50-600 m dpl di pinggirpinggir sungai 11 Batang Stek rhizoma dan pemisahan batang muda Tumbuh di dataran rendah sampai tinggi dengan ketinggian 1800 m dpl, tumbuh dengan baik di pinggir-pinggir sungai Tumbuh di hutan tropis di tempat terlindungi matahari Tumbuh di hutan tropis di tempat terlindungi matahari Tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 800 m dpl Tumbuh di hutan dataran rendah sampai hutan dataran tinggi dengan ketinggian 1300 m dpl 67 Calamus caesius Bl. 68 Calamus manan Miquel 69 Calamus mattanensis Becc. √ 70 Calamus retrophyllus Becc. √ 71 Calamus sp. √ √ √ 1 Akar Biji 72 Calamus sp. √ √ √ 11 Batang Biji 73 Caliandrra calothyrsus √ 4 Buah Biji 74 Calophyllum grandiflorum Miq. √ 1, 12, 13 Daun, batang Biji 75 Calophyllum macrocarpum 4 Buah Biji Tumbuh di daerah rawa, dataran rendah dengan ketinggian 230 m dpl 76 Calophyllum pulcherrimum Wallich ex Choisy √ 13 Batang Biji 77 Calophyllum soulattri Burm.f. √ 9 Batang Biji Tumbuh di daerah pantai sampai dataran rendah dengan ketinggian 200 m dpl Tumbuh di hutan hujan tropis , pada tanah berawa dekat pantai sampai pada tanah kering di bukit-bukit dengan ketinggian mencapai 800 m dpl 78 Calopogonium muconoides 5 Daun − 79 Campnosperma auriculata Hook.f. 1, 9 Daun, batang − √ √ √ √ √ √ √ √ − Tumbuh di sepanjang aliran sungai di hutan primer maupun hutan sekunder 109 No. Lokasi * Nama Ilmiah 80 Campnosperma coriaceum (Jack.) H. Hallier & Steenis 81 Campnosperma macrophylla Hk. 82 Canangium odoratum Baill. 83 Canarium apertum H.J.L. 84 Canarium caudatum 85 Canarium patentinervium Miquel 86 Cantleya corniculata (Beccari) Howard. 87 Capsicum frutescens L. 88 Caryota mitis Lour. 89 Casearia grewiaefolia 90 Casearia rugulosa 91 Cassia alata L. 92 Ceiba pentandra Gaertn. 93 Chaetocarpus castanocarpus (Roxburgh) Thwaites 1 2 3 √ √ − √ 9 Batang − √ 1, 3, 7 Bunga Biji 4 Buah Biji 1, 4 Buah Biji, stek batang dan akar 4, 9 Batang, buah Biji √ √ √ √ Teknik budidaya Daun √ √ Bagian yang digunakan 1 √ √ Kegunaan** Ekologi Tumbuh di tanah yang subur di sepanjang aliran sungai Tumbuh di tempat dengan ketinggian sampai 600 m dpl Tumbuh di hutan primer atau sekunder pada daerah terbuka atau sedikit ternaungi dengan ketinggian tempat mencapai 1.500 m dpl Tumbuh di daerah berdrainase baik sampai berawa, dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1100 m dpl Banyak ditemukan pada daerah-daerah terbuka atau sedikit ternaungi dengan ketinggian tempat sampai 1.500 m dpl Tumbuh di daerah terbuka dan sepanjang sungai dengan ketinggian tempat sampai 1000 m dpl Tumbuh di ketinggian 900-1700 m dpl pada hutan tropis √ 4 Buah Biji √ 1, 3 Buah Biji Hidup pada daerah yang banyak hujan maupun daerah beriklim kering dengan ketinggian tempat 1-1.250 m dpl √ 11 Batang Stek rhizoma dan pemisahan batang muda Tumbuh di dataran rendah sampai tinggi dengan ketinggian 1800 m dpl, tumbuh dengan baik di pinggir-pinggir sungai √ 1 Daun √ 4 Buah Biji Tumbuh di datarn tinggi dengan ketinggian mencapai 3000 m dpl √ 1, 4 Daun Biji dan stek batang √ 4, 7 Kulit batang, buah Biji atau stek batang Tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian tempat 1 1.400 m dpl Tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat di bawah 500 m dpl 9 Batang − √ − − − 110 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 √ 94 Chrysopogon aciculatus (Retz.) Trin. 95 Cinnamomum burmanii (Nees.) Bl. 96 Cinnamomum culilawan Bl. 97 Cinnamomum macrophyllum Miq. 98 Cinnamomum sp. 99 Clerodendrum inerme (L.) Gaertn. 100 Clidemia hirta 101 Clitoria ternatae L. 102 Cocos nucifera L. √ 103 Coffea robusta Linden ex de Wildem √ 104 Colocasia esculenta Schott. 105 Cordyline fruticosa (Linn.) A. Cheval √ √ 106 Costus speciosus (Koen.) J.E. Smith. √ √ 107 Cratoxylon arborescens Bl. √ √ 3 Kegunaan** √ 1 √ Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi Akar Rimpang akar hidup pada tempat yang ternaungi hingga sedikit terbuka pada ketinggian 1 - 1650 m dpl 1, 3, 4 Kulit batang Biji dan tunas akar Tersebar pada ketinggian tempat 500-1500 m dpl dengan hujan sepanjang tahun dan lembab 3, 9 Daun, getah Biji Tumbuh di hutan-hutan dengan ketinggian tempat 700-1700 m dpl 3 Getah − √ 9 Batang − √ 1, 2, 3 Daun, bunga Biji √ 1 Daun, batang muda Biji √ 1, 4, 5 Daun Biji √ 1, 2, 3, 4, 5, 10, 11, 12 Buah, batang, daun Buah tumbuh di daerah pantai sampai dengan ketinggian 1.300 m dpl √ 1, 12, 13 Biji Biji, sambungan, di tempel, atau di cangkok iklim tropis dengan suhu 20-22° dan ketinggian 500-1300 m dpl √ 4, 5 Umbi Biji, umbi 2, 10 Seluruh bagian Stek batang dan biji 1, 10 Batang Biji dan rimpang Tumbuh di pinggiran air sungai, rawa, tanah tandus, dengan ketinggian tempat 2502000 m dpl Tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1900 m dpl Tumbuh dengan baik pada jenis tanah latosol dan menyukai tempat terbuka, pada ketinggian tempat 1-1000 m dpl 9 Batang √ √ √ √ Tumbuh pada hutanhutan basah, baik dataran rendah maupun dataran tinggi pada ketinggia 300-1500 m dpl Tumbuh di hutan dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1500 m dpl Tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis, dengan tinggi tempat 0-1000 m dpl Tumbuh di tempattempat yang terkena banyak sinar matahari sampai dengan ketinggian 1.650 m dpl Tumbuh dengan baik di tempat terbuka, dari dataran rendah sampai tinggi pada ketinggian tempat sampai 700 m dpl − − 111 No. Lokasi * Nama Ilmiah 108 Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer 109 Cratoxylon formosum Dyer. 110 Cratoxylum arborescens (Vahl.) Bl. 111 Cratoxylum cochinchinensis (Loureiro) Blume 112 Crypteronia griffithii C.B. Clarke 113 1 2 √ √ 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 9 Daun − Tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian dibawah 140 m dpl √ 1, 12 Daun, batang − √ 1, 11 Akar Tumbuh dengan baik dengan jenis tanah gegisik, ringkai pada ketinggian tempat 1-1200 m dpl Di temui di hutan rawa gambut dan hutan daratan, seperti hutan primer campuran, hutan kerangas, dan belukar, pada ketinggian tempat sampai 1700 m dpl 1 Daun √ 4 Buah Biji Tumbuh di dataran rendah hingga 750 m dpl, tanah liat kuning berpasir Cryptocarya crassinervia Miq. √ 9 Batang Biji 114 Curculigo capitulata (L.) O.K. √ √ 2, 4, 7 Seluruh bagian Tumbuh dihutan primer, hutan sekunder pada dataran rendah dengan ketinggian di bawah 800 m dpl tumbuh 5-1300 m dpl. di tempat bersemak 115 Cyclophorus aridus √ 4 Daun Stek batang 116 Cymbopogon citratus (DC.) Stapf. √ 1, 3 Daun Tunas dan rhizoma 117 Cynodon dactylon Pers. √ 1 Rimpang − Dapat ditemukan di padang rumput savana dan hutan musim pada ketinggian 1-2.100 m dpl 118 Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk. √ 5 Seluruh bagian − Tumbuh di hutan hujan dataran rendah sampai hutan hujan pegunungan pada ketinggian tempat 1-2600 m dpl 119 Cyperus compressus L. √ 5 Seluruh bagian Biji Tumbuh di tempat terbuka 120 Cyperus rotundus L. √ √ 1, 3, 5 Seluruh bagian Rimpang atau biji tumbuh di tempat terbuka dari ketinggian 1 - 1.000 m dpl 121 Dacryodes rostrata H.J.L. √ √ √ 9 Batang 122 Dacryodes rugosa (Blume) H.J. Lam. √ √ 4, 10 √ √ √ √ √ Buah Biji dan anakan − − − Biji Tumbuh dengan baik pada jenis tanah gegisik, ringkai pada ketinggian tempat 1-1200 m dpl Tumbuh di tempat yang agak teduh dan terlindung dari sinar matahari, dengan ketinggian tempat 250 m dpl Tumbuh di daerah tropis, pada dataran rendah sampai tinggi dengan ketinggian 200 m dpl Tumbuh di dataran rendah sampai 400 m dpl Tumbuh dengan baik mulai dataran rendah sampai dengan ketinggian 800 m dpl 112 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 √ 123 Daemonorops angustifolius Mart. √ 124 Daemonorops lamprolepis Becc. √ 125 Dendrobium crumenatum Sw. √ 126 Derris elliptica (Roxb.) Bth. √ 127 Dialium hydnocarpioides De Wit. √ 128 Dialium modestum (van Steenis) Steyaert. 129 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 11 Batang Stek rhizoma dan pemisahan batang muda Tumbuh pada ketinggian 250-500 m dpl di pinggir-pinggir sungai 11 Batang Stek rhizoma dan pemisahan batang muda Tumbuh memanjat pada pohon, dengan ketinggian tempat sampai 300 m dpl 2 Seluruh bagian Biji dan spora 1, 6 Akar Biji 11 Kulit batang, daun Biji Tumbuh baik di tempat terlindung dan lembab, pada ketinggian 8002300 m dpl Tumbuh di tempat yang memiliki curah hujan tinggi, dengan ketinggian tampat sampai 1.000 m dpl Tumbuh di ketinggian di bawah 400 m dpl √ 11 Batang Dialium sp. √ 11 Daun 130 Diallium platisepalum Baker √ 11 Buah − 131 Dicranopteris dichotoma (Thunb.) Bernh √ 1 Akar − 132 Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schott. √ √ 2 Daun 133 Digitaria adscendens √ √ 5 Seluruh bagian 134 Digittaria ciliaris (Retzius) Koeler 5 Seluruh bagian Biji atau anakan 135 Dillenia excelsa (Jack) Gilg. √ 1, 9 Kulit batang Biji 136 Dillenia eximia √ 13 Daun Biji Tumbuh di hutan dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 2000 m dpl 137 Dillenia grandifolia √ 13 Daun Biji Tumbuh pada lahan datar hingga bergelombang di hutan dataran rendah 138 Dillenia pulchella (Jack.) Gilg. √ 9 Batang Biji Tumbuh liar di hutan primer dan sekunder √ √ √ √ √ √ √ √ − Biji Biji, stek batang − Tumbuh di hutan tropis dengan ketinggian 01000 m dpl Tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 400 m dpl Tumbuh d dataran rendah hutan tropis tumbuh di 500-2.500 mdpl Tumbuh liar di semaksemak Tumbuh di tempat terbuka yang tidak ternaungi Tumbuh di padang terbuka, savana, dan hutan dataran rendah dengan ketinggian di bawah 280 m dpl Banyak ditemukan pada ketinggian tempat di bawah 400 m dpl 113 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 139 Dillenia reticulata √ 9 Batang 140 Dillenia sp. √ 13 Daun − − 141 Dindrocalamus asper (Schult.) Backer ex Heyne., √ 1, 9 Tunas muda Stek batang atau anakan Tumbuh liar di hutanhutan tepi sungai dan kebun dengan ketinggian tempat hingga 1500 mdpl 142 Dinochloa scandens (Bl. ex Nees) O.Kuntze. √ √ 1 Tunas muda Biji atau rimpang Tumbuh di hutan-hutan pada ketinggian tempat 200-1200 m dpl 143 Dioscorea hispida √ √ √ 4, 6 Rimpang Rimpang 144 Diospyros durionoides Bakh. √ √ 12 Batang − √ 12 Batang − Tumbuh liar pada ketinggian tempat 700 m dpl Tersebar dari hutan dataran rendah dan perbukitan sampai ketinggian tempat 1000 m dpl Tumbuh di hutan dataran rendah sampai ketinggian tempat 700 m dpl Diospyros korthalsiana Hiern. Biji Tumbuh di tanah liat maupun berpasir pada hutan dataran rendah 145 Diospyros levigata √ 12 Batang − 146 Diospyros maingayi √ 12 Ranting − 147 Dipterocarpus grandiflorus Blanco √ 9, 13 Batang 148 Donax cannaeformis (G. Forst.) K. Schum. √ √ 11 Daun, batang − Banyak tumbuh di hutan dan tepi jalan 149 Dracontomelon costatum √ √ 9 Batang − − 150 Drymoglossum piloselloides (L.) Gaertn. √ 1 Seluruh bagian Spora dan akar Tumbuh liar di hutan, ladang, pada daerah yang agak lembab dari dataran rendah sampai ketinggia tempat 1.000 m dpl 151 Drynaria sparsisora Moore. √ 1 Rimpang Anakan dan spora Tumbuh di pohon dan cabang pohon pada kondisi lembab di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, dengan ketinggian 1 - 2.000 m dpl 152 Dryobalanops aromatica Gaertn. √ 1, 3 Batang Biji 153 Dryobalanops beccari Dyer. √ 9 Batang Biji 154 Duabanga moluccana Blume 8 Batang Biji Tumbuh pada tanahtanah dataran rendah dan daerah pegunungan rendah dengan ketinggian sampai 400 m dpl Tumbuh pada daerah pegunungan rendah dengan ketinggian sampai 400 m dpl Tumbuh pada dataran tinggi lembab pada ketinggian 300-1200 m dpl √ √ Biji Tumbuh di daerah perbukitan dan dataran rendah Tumbuh pada dataran lembab pegunungan Tumbuh di hutan primer dan sekunder hingga ketinggian 1500 m dpl 114 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi √ 4 Buah Biji, stek, cangkok Tumbuh optimal pada ketiggian 50-600 m dpl, dengan intensitas cahaya 40-50% √ 1, 4 Daun, buah Biji, cangkokan, okulasi Tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 230- 500 m dpl 1, 4 Daun, buah Biji 4, 8, 12 Buah, Batang Biji, cangkok Tumbuh liar di tempat terbuka dengan ketinggian tempat 200500 m dpl Tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat di bawah 500 m dpl 4 Buah Biji, okulasi 10, 11, 13 Getah, batang Biji √ 11, 13 Getah, batang Biji Tumbuh di hutan tropis dengan ketinggian tempat 20-80 m dpl √ 1, 5, 11 Daun Biji dan anakan √ √ 13 Buah Biji √ √ √ 12 Batang Biji Tumbuh dengan baik di permukaan air, banyak ditemukan di sungai, danau, rawa-rawa. Pada ketinggian tempat 101500 m dpl Tumbuh pada ketinggian 0-500 m dpl dengan curah hujan 2000-2500 mm/tahun Tumbuh pada ketinggian tempat 500-1000 m dpl Elaeocarpus stipularis Blume √ √ √ 1, 12 Daun, batang − 166 Elasteriospermum tapos Miq. √ √ 4, 9 Buah, batang Biji Hutan dataran rendah di hutan tropis 167 Elephantophus cf mollis H.B.K. √ 1 akar Biji 168 Elephantopus scaber L. √ 1 Seluruh bagian Biji 169 Embelia ribes Burm.f. √ 1 Getah Biji Tumbuh di padang rumput, tepi jalan, sawah dengan ketinggian 1 1.500 m dpl Tumbuh di padang rumput, tepi jalan, sawah dengan ketinggian 1 1.500 m dpl Tumbuh di daerah pantai sampai dengan pegunungan dengan ketinggian 1.500 m dpl 155 Durio carinatus Mast. 156 Durio kutejensis (Hassk.) Beccari √ √ 157 Durio oxleyanus Griff. √ √ 158 Durio testudinarum √ 159 Durio zibethinus Murr. √ 160 Dyera costulata Hook.f. √ 161 Dyera lowii Hk. F. 162 Eichornia crassipes (Mart.) Solms. 163 Elaeis guneensis Jacq. √ 164 Elaeocarpus littoralis Teijsm. & Binn. 165 √ √ √ √ Tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian tempat 1000 m dpl, curah hujan ideal 1500-2500 mm/tahun Tumbuh di hutan tropis dengan ketinggian tempat 20-80 m dpl Tumbuh di hutan primer dan sekunder pada ketinggian tempat rendah sampai menengah 115 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 √ 170 Emilia sonchifolia (Linn.) DC. √ 171 Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw √ 172 Engelhardtia sp. 173 Equisetum debile Roxb. √ 174 Erechtites valerianifolia Raf. √ 175 Erigeron linifolius Auct. Non Willd. 176 Eugenia malaccensis L. 177 Eugenia muellerii 178 Eugenia sp. 179 Eupatorium odoratum L.f. 180 Euphorbia hirta L. 181 Eurycoma longifolia Jack. √ 182 Eusideroxylon zwageri T. & B. √ 183 Fagraea racemosa Jack. ex Wallich 184 Ficus ampelas Burm. f. 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 1, 4 Daun Biji √ 7, 11 Akar, kulit batang Biji √ 1 Akar 1 Seluruh bagian Spora √ 2, 13 Seluruh bagian Biji √ 1 Akar Biji √ 4 Buah Biji √ √ 4 Buah Biji dan okulasi √ √ √ 4 Buah Biji, cangkok, okulasi Tumbuh di hutan dataran rendah dengan ketinggian di bawah 1200 m dpl √ √ √ 1 Daun Biji dan stek akar dataran rendah sampai 1600 m dpl 1, 4 Daun Biji Tumbuh di lahan- lahan / tanah yang terganggu √ 1 Akar Biji √ 1, 9, 10, 11 Biji, batang Biji Tumbuh di hutan dataran rendah, hutan primer dan sekunder dengan ketinggian tempat 0-700 m dpl Hidup memencar di hutan primer tua dan hutan dipterocarpaceae campuran, tumbuh baik di lahan datar maupun miring dengan ketinggian tempat 20-600 m dpl 9 Batang 1 Akar √ √ √ √ − − Biji Tumbuh di tempat yang cukup mendapat sinar matahari mulai dataran rendah sampai 1.700 m dpl Tumbuh di hutan sekunder tua atau di tempat terbuka di hutan primer, pada tanah berpasir atau kering Banyak ditemukan di hutan-hutan sekunder dengan ketinggian tempat 1256 m dpl Tumbuh di tempat terbuka atau sedikit ternaungi dengan ketinggian 300-2.700 m dpl Tumbuh di lahan terlantar, pekarangan, dengan ketinggian tempat mencapai 200 m dpl Tumbuh pada ketinggian 5 - 2.650 m dpl. Di pinggir jalan atau padang rumput Tumbuh di daerah tropik lembab, dengan ketinggian tempat 1-1200 m dpl Tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian tempat 500 m dpl − Banyak ditemukan di dataran rendah 116 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 185 Ficus benjamina L. √ √ 1 Akar Biji Banyak ditemukan di tepi jalan, pinggiran kota atau tumbuh di tepi jurang 186 Ficus binnendykii (Miq.) Miq. √ √ 6 Akar Biji 187 Ficus callosa Willd. √ √ 10 Daun Biji Tumbuh di hutan primer dan sekunder, di dataran rendah sampai daerah pegunungan pada ketinggian tempat sampai 1300 m dpl Banyak ditemukan di dataran rendah 188 Ficus calophylla Blume √ 9 Batang 189 Ficus fistulosa Reinw. √ 4 Buah 190 Ficus variegata Bl. √ √ √ 4, 7 Buah 191 Flacourtia inermis Roxburgh √ √ 192 Flacourtia rukam Zoll. & Mor. √ 193 Flagellaria indica L. 194 Freycinetia angustifolia Bl. 195 Gandarusa vulgaris Nees. 196 √ √ − Tumbuh di hutan sekunder dengan ketinggian tempat sampai 1300 m dpl Tumbuh di tempattempat terbuka − Tumbuh di hutan, semak, pada ketinggian 1-1200 m dpl Biji 9 Batang Biji Tumbuh di hutan dataran rendah dengan ketinggian dibawah 2100 m dpl 9 Batang − Tumbuh di hutan tropik dengan ketinggian 52100 m dpl 7, 11 Batang − Tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian 1800 m dpl Tumbuh dengan baik di ketinggian tempat hingga 500 m dpl √ 3 Daun Stek batang dan anakan √ √ 1 Daun Stek pucuk dan stek akar Tumbuh di tanah tidak lembab di tepi sungai dan terdapat pada ketinggian 1-500 m dpl Ganua motleyana (de Vriese) Pierre ex Dubard √ √ 8, 9 Batang Biji Tumbuh di hutan dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian di bawah 1000 m dpl 197 Garcinia diocia Bl. √ 9 Batang Biji 198 Garcinia mangostana L. √ 4 Buah Biji Tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian di bawah 1200 m dpl Tumbuh dengan baik pada tanah yang beraerasi baik, tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian dibawah 1000 m dpl 199 Garcinia parvifolia Miq. √ 4 Buah Biji √ √ Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl dengan kelembaban yang tinggi 117 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 200 Garcinia sp √ 201 Garcinia sp. √ 202 Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults.) Kurz., √ 203 Glochidion zeylanicum Juss. √ 204 Gluta renghas L. √ 205 Gonystyllus bancanus Kurz. √ 206 Gonystylus keithii 207 Gymnacranthera forbesii (King) Warb. 208 Hanguana malayana Merrill 209 Hedyotis verticillata Lamk 210 Hevea brasiliensis (Willd. ex A. Jussieu) Muell. Arg. 211 Hibiscus macrophyllus Roxburgh ex Hornem 212 Homalanthus populneus (Giesel.) Pax 213 Homalium caryophyllaceum (Zollinger& Moritzi) Benth. √ √ 214 Homalomena sagittifolia Jungh. ex Schott. √ √ 215 Hopea mengerawan Miquel √ 3 Ekologi Biji Tumbuh dengan baik pada tanah yang beraerasi baik, tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian dibawah 1000 m dpl 4 Buah Biji Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl dengan kelembaban yang tinggi Batang Stek batang atau anakan Tumbuh di tepi-tepi sungai dengan ketinggian hingga 1.500 m dpl 8 Daun Biji 4, 6, 11 Getah, batang Biji atau stek Tumbuh di tanah berbukit-bukit dan pegunungan pada ketinggian tempat 7001000 m dpl Tumbuh di hutan hujan tropis dengan ketinggian tempat sampai 300 m dpl 9 Batang Biji √ 9 Batang √ 1 Daun Biji Tumbuh di tanah datar dengan hawa yang cukup panas 2 Seluruh bagian Biji Tumbuh di hutan hujan tropis 1 Daun Biji Tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah dan menyukai tempat terbuka pada ketinggian 1001700 m dpl Getah, buah, daun Biji Tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 1-600 m dpl Akar, daun Stek batang, biji Tumbuh liar di hutan dan ladang pada ketinggian tempat 1-900 m dpl 8 Batang Biji √ 12 Ranting Tumbuh dengan baik pada ketinggian 30-750 m dpl dengan curah hujan tahunan rata-rata 1250-2500 mm − √ 1, 2 Rimpang Rimpang atau umbi Tumbuh di dalam hutanhutan lebat dan lembah √ 9 Batang Biji Tumbuh pada tempat dengan ketinggian sampai 700 m dpl, ditemukan pada tanah yang berdrainase baik √ 1, 9, 11, 12 √ √ √ Teknik budidaya Buah √ √ Bagian yang digunakan 4 √ √ Kegunaan** √ 4, 12, 13 √ 11, 12 √ Tumbuh di hutan dataran rendah dengan ketinggian tempat sampai 100 m dpl − − Tumbuh di hutan tropis dataran rendah 118 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 3 √ 216 Hornstedtia sp. 217 Hoya sp. 218 Hydnocarpus anthelmintica Pierre. 219 Hypobathrum sp. 220 Hyptis brevipes Poit. √ 221 Imperata cylindrica (L.) Beauv. √ 222 Ipomoea cairica (L.) Sweet. 223 Ischaemum muticum Linn. 224 Kegunaan** Teknik budidaya Ekologi Akar Rimpang Tumbuh di hutan dataran rendah dengan ketinggian dibawah 1800 m dpl 2 Bunga Biji dan spora 1 Daun Biji Tumbuh baik di tempat terlindung dan lembab, pada ketinggian 8002300 m dpl Tumbuh liar di hutan primer dengan ketinggian 10-200 m dpl √ 2 Seluruh bagian − − √ √ 1 Daun − √ √ 1, 5, 10 Akar Biji dan rimpang √ √ 4 Umbi Umbi Tumbuh dengan ketinggian tempat di bawah 900 m dpl Tumbuh pada tempattempat terbuka atau sedikit ternaungi, dengan ketinggian 1 - 2.700 m dpl Tumbuh di ketinggian 500-1000 m dpl, dengan curah hujan rata-rata 7501500 mm/ tahun √ 5 Seluruh bagian Ischaemum muticum Linn. √ 5 225 Isotoma longiflora Presl. √ √ 1 226 Ixora coccinea L. √ √ 227 Jatropha curcas L. 228 Knema conferta (King) Warb. 229 √ √ 1, 4 Bagian yang digunakan − Seluruh bagian Biji Tumbuh pada tempat sedikit ternaungi dengan ktinggian antara 200-500 m dpl Tumbuh pada tempattempat terbuka Daun Biji dan stek batang Tumbuh di tempattempat yang lembab dan terbuka, ditemukan pada ketinggian 1 - 110 m dpl Seluruh bagian Stek batang, cangkok, biji Tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah, pada ketinggian tempat 500-1700 m dpl Tumbuh pada tanah yang tidak subur dan beriklim panas, dari dataran rendah sampai ketinggian 300 m dpl Tumbuh di dataran rendah pada tanah yang berdrainase baik √ 1, 2 √ 1 Getah Biji dan stek batang √ 9 Batang Biji Knema intermedia Warb. √ 9 Batang 230 Knema perconacea Sinch. √ 9, 11 Batang 231 Knema perconacea Sinch. √ 11 Batang 232 Koompassia malaccensis Maing. ex Benth. √ √ 1, 9, 10 Batang, buah 233 Labisia pumila (Bl.) F. Vill. √ √ √ 1 Akar − − − Tumbuh di hutan, bukitbukit − Biji Biji − Tumbuh pada tanah rawa, sering pula tumbuh di tanah kering pada kaki bukit, tanah liat maupun berpasir, pda ketinggian 0-600 m dpl Banyak ditemukan di gunung berapi 119 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 234 Lagerstroemia speciosa L. √ 235 Lansium domesticum Corr. √ 236 Lantana camara L. √ 237 Laportea stimulans Miquel. √ 238 Lecanopteris carnosa (Reinw.) Bl. 239 Lecanopteris carnosa (Reinw.) Bl. 240 Leea aequata Linn. 241 Lepironia mucronata L.C. Richard 242 Licuala spinosa Thunb. 243 Lithocarpus gracilis 244 Litsea tuberculata √ 245 Lophatherum gracile Brongn. 246 2 3 Kegunaan** √ 1 √ √ √ Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi Biji Biji 1, 4 Kulit batang Biji √ 1, 5, 6 Seluruh bagian Biji √ 1 Daun Biji √ 1, 2 Daun Rimpang Tumbuh dengan baik pada segala jenis tanah dengan ketinggian tempat 1-1500 m dpl √ 1 Daun Rimpang Tumbuh dengan baik pada segala jenis tanah dengan ketinggian tempat 1-1500 m dpl √ 1 Daun Biji Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian tempat 1.700 m dpl 11 Batang Rimpang, rumpun Tumbuh di lokasi rawa terbuka, padang lumut terbuka, padang rumput dan sepanjang aliran air yang tenang, terdapat pada ketinggian 1000 m dpl Daun Biji Tumbuh di dataran rendah dekat pantai 12 Ranting Biji Tumbuh di dataran rendah pada ketinggian tempat sampai 200 m dpl 1 Daun Biji Tumbuh di ketinggian tempat 700 - 2.300 m dpl √ 5 Seluruh bagian Rimpang Tumbuh dengan baik di padang savana dengan ketinggian tempat sampai 350 m dpl Lophopetalum javanicum √ 9 Batang Biji 247 Lophopetalum wrightienum Arnott. √ 11 Batang Biji Tumbuh di tepi-tepi sungai, tanah berawa, dengan ketinggian tempat 0-5 m dpl Tumbuh di daratan yang selalu becek atau rawarawa, dan di tepi sungai 248 Loranthus sp. √ 1 Seluruh bagian 249 Lycopodium cernuum L. √ 1 Seluruh bagian √ √ √ √ √ √ √ √ √ 2, 11 Tumbuh di tanah gersang maupun tanah subur hutan heterogen dengan ketinggian sampai 800 m dpl Tumbuh pada ketinggian tempat di bawah 1.200 m dpl Tumbuh di tempat yang tandus, hutan semusim, ladang dengan ketinggian tempat hingga 1.700 m dpl Tumbuh di kawasan lembab daerah tropis − Spora Tumbuhan parasit yang hidup menempel pada pohon Dapat ditemukan di tebing-tebing atau semak yang basah dan tersebar pada ketinggian 1.0002.000 m dpl 120 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 250 Lygodium japonicum (Thunb.) Sw. √ √ √ 1 Daun Spora dan biji Tumbuh liar di hutanhutan dan pada pohon pada ketinggian 300 sampai 2300 m dpl 251 Macaranga conifera Muell. Arg. √ √ √ 3 Batang Biji 252 Macaranga gigantea (Reichb.f. & Zoll.) Muell. Arg. √ √ √ 1, 7, 8 Akar Biji 253 Macaranga hypoleuca (Reichb.f. & Zoll.) Muell.Arg. √ √ √ 1, 9 Ranting Biji Tumbuh di padang terbuka di pada hutan sekunder Tumbuh di hutan-hutan sekunder dan di dataran rendah sebagai jenis pionir Tumbuh dengan baik pada ketinggian sampai 2400 m dpl 254 Macaranga pruinosa (Miq.) Muell. Arg. √ √ 10 Ranting Biji 255 Macaranga rhizinoides Muell. Arg. √ √ 9 Batang Biji 256 Macaranga triloba (Bl.) Muell. Arg. √ 1, 9 Kulit batang, batang Biji 257 Madhuca sericea √ 9 Batang Biji 258 Mallotus macrostachyus (Miquel) Muell. Arg. √ √ 1 Daun Biji 259 Mammea sp. √ 9 Batang 260 Mangifera caesia Jack. √ √ √ 4 Buah Biji atau stek Tumbuh di dataran rendah hutan tropik basah dibawah ketinggian 400 m dpl, tumbuh baik di daerah pinggiran sungai 261 Mangifera foetida Lour. √ √ √ 1, 4, 12 Buah, daun, batang Cangkok, okulasi, dan bijinya 262 Mangifera indica L. √ √ √ 1, 4, 5, 8, 12 Buah, daun, batang Biji, stek batang, cangkok Tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian sampai 1.500 m dpl dan curah hujan 2.500-3.500 m dpl Tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian sampai 1.300 m dpl 263 Mangifera longipes Griffith √ 4 Buah Biji Tumbuh di hutan dataran rendah sampai ketinggian 150 m dpl 264 Mangifera odorata Griff. √ 4 Buah Biji, cangkok, okulasi 265 Mangifera sp. √ 4 Buah Biji Tumbuh di hutan primer dataran rendah di kawasan tropika basah hingga ketinggian 1000 m dpl Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian √ √ Tumbuh di tempattempat terbuka dalam hutan primer dan hutan sekunder Tumbuh di hutan-hutan sekunder dan di dataran rendah sebagai jenis pionir Tumbuh di hutan sekunder tua, padang terbuka, dan hutan primer terbuka dengan ketinggian tempat sampai 100 m dpl Hidup pada ketinggian antara 200-1227 m dpl Tumbuh pada tanah datar dengan iklim panas dan di daerah pegunungan, pada ketinggian tempat 50-1.800 m dpl − Tumbuh di ketinggian hingga 1000 m dpl 121 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 350 m dpl √ 1, 4, 5 Umbi, daun Stek batang Dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1300 m dpl Mapania cuspidata √ 11 Batang − − 268 Maranthes corymbosa Blume √ 2 Batang 269 Maranthes corymbosa Blume √ √ 2 Seluruh bagian 270 Melaleuca leucadendron (L.) L. √ 271 Melanorrhoea wallichii Hk.f. √ 272 Melanorrhoea wallichii Hk.f. √ 273 Melastoma malabathricum Linn. √ 274 Memecylon excelsum Blume 275 Mezzetia parvifolia Becc. √ 276 Mezzetia sp. √ 277 Mikania scandens Willd. √ 278 Mimosa pudica L. √ 279 Mucuna brachteata √ 280 Musa paradisiaca L. √ 281 Musa sp. 266 Manihot utilissima Pohl. 267 √ √ √ √ √ Biji Terdapat di hutan dataran rendah, tumbuh pada tanah liat dan berpasir − − 1, 3, 8 Daun, getah Biji dan tunas akar Tumbuh mulai dari datarn rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 0-1000 m dpl 6, 9 Batang Biji √ 6, 9 Batang Biji √ 1 Daun Biji √ 11 Daun − Tumbuh liar di hutan pegunungan, pinggir sungai dan tempat yang lembab Tumbuh liar di hutan pegunungan, pinggir sungai dan tempat yang lembab Tumbuh di tempattempat yang terkena banyak sinar matahari sampai dengan ketinggian 1.650 m dpl − √ 9 Batang − Tumbuh di dataran rendah sampai 100 m dpl 9 Batang − Tumbuh di dataran rendah sampai 100 m dpl √ 2 Seluruh bagian Stek batang, biji Tumbuh merambat pada pohon, dengan ketinggian tempat hingga 700 m dpl √ 1, 5 Seluruh bagian Biji dan spora Tumbuh di tempat yang tidak terlalu kering pada ketinggian 1-1.200 m dpl √ 5 Seluruh bagian Biji 1, 3, 4, 5, 7, 10 Buah, Batang, Getah Anakan, batang bawah tanah yang bertunas Tumbuh di semak belukar, lahan kering, dan menyukai tempattempat terbuka pada ketinggian 1-700 m dpl Tumbuh di daerah tropik basah pada dataran rendah hingga dataran tinggi, dengan ketinggian tempat 2.200 m dpl 4, 7 Buah, batang Anakan, batang bawah tanah yang bertunas Tumbuh di daerah tropik basah pada dataran rendah hingga dataran tinggi, dengan ketinggian tempat 2.200 m dpl √ 122 No. Lokasi * Nama Ilmiah Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 1 2 3 √ √ √ 4, 7 Buah, batang Anakan, batang bawah tanah yang bertunas Tumbuh di daerah tropik basah pada dataran rendah hingga dataran tinggi, dengan ketinggian tempat 2.200 m dpl √ 8 Getah Biji Tumbuh dengan baik pada tanah yang berdrainase baik pada ketinggian 500-700 m dpl Daun − − − Tumbuh di dataran tinggi dan di lereng-lereng bukit 282 Musa sp. 283 Myristica iners Blume 284 Neoscortechinia kingii √ 9 285 Nepenthes ampullaria Jack. √ 2, 7 Seluruh bagian 286 Nepenthes grandis 2 Bunga Biji 287 Nepenthes sp. √ 1, 2 Bunga Biji 288 Nephelium cuspidatum Bl. √ √ 4 Buah Biji, okulasi, dan cangkok 289 Nephelium eriopetalum Miq. √ 9 Batang Cangkok, okulasi, biji 290 Nephelium lappaceum L. √ 1, 4, 12 Buah Biji, cangkok 291 Nephentes rafflesiana Jack. √ 1, 2 Umbi Biji 292 Nephrolepis bisserata (Swartz) Schott. √ 2, 4 Daun Spora 293 Nephrolepis exavata √ √ 2 Daun Anakan 294 Ochroma bicolor √ 9 Batang Biji 295 Octomeles sumatrana Miq. √ √ √ 1, 8, 9 Daun, Batang Biji 296 Oncosperma filamentosum Bl. √ √ √ 4, 10, 11, 13 Batang, daun Anakan dan biji √ √ √ √ √ Tumbuh di daerah perbukitan dengan tanah miskin hara Tumbuh di dataran tinggi dan di lereng-lereng bukit Tumbuh dengan baik pada berbagai kondisi tanah tropik, dengan ketinggian tempat hingga 1000 m dpl Tumbuh dengan baik pada tempat yang berhawa dingin dengan kondisi tanah yang beraerasi baik, dengan ketinggian tempat hingga 2500 m dpl Tumbuh di berbagai pada berbagai kondisi tanah tropik, memerlukan iklim lembab dengan curah hujan tahunan 2000 mm/tahun Tumbuh di dataran tinggi dan di lereng-lereng bukit Hidup pada hutan tropis yang lembab pada ketinggian tempat dibawah 1.800 m dpl Tumbuh di hutan pegunungan bawah baik di hutan primer maupun hutan yang telah terganggu Tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-1000 m dpl, curah hujan ratarata antara 1500-3000 mm pertahun Hidup di Iklim basah hingga agak kering pada ketinggian tempat sampai 600 m dpl, merupakan komponen aluvial sepanjang sungai Tumbuh di dataran rendah yang beriklim lembab dengan ketinggian 0-500 m dpl 123 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 297 Paederia foetida L. √ 1 Daun Biji 298 Paederia foetida L. √ 1 Daun Biji 299 Pandanus caricosus Kurz. √ 11 Daun Anakan 300 Pandanus hasskardlii Merr. √ √ 3 Daun Anakan 301 Pandanus helicopus Kurz. √ √ 11 Daun Stek akar dan anakan 302 Pandanus sp √ √ 3 Daun Stek akar dan anakan 303 Pandanus sp √ √ 3 Daun Stek akar dan anakan 304 Pandanus tectorius Soland ex Park. √ √ 1, 3, 7, 11 Daun Stek akar dan anakan 305 Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen √ 9, 12 Batang Biji 306 Parkia intermedia Hassk. Ex Hoeven & de Vriese √ 4 Buah Biji Tumbuh pada dataran rendah yang memiliki kemarau panjang 307 Parkia roxburghii G. Don. 1, 4 Biji Biji 308 Parkia speciosa Hassk. Biji Biji 309 Paspalum conjugatum Berg. Hutan dataran rendah sampai ketinggian tempat 700 m dpl Tumbuh di tanah berlempung dengan drainase yang baik pada ketinggian sampai 1.000 m dpl Tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 230- 500 m dpl √ √ √ √ √ √ √ 1, 4, 12 √ √ 1, 5 Seluruh bagian − Tumbuh di dataran tinggi sampai dataran rendah dengan iklim tropik, ketinggian tempat maksimum 700-1200 m dpl Tumbuh di dataran tinggi sampai dataran rendah dengan iklim tropik, ketinggian tempat maksimum 700-1200 m dpl Tumbuh dengan baik di tepi sungai, di tepi rawa, dengan kondisi tanah yang lembab, tumbuh pada ketinggian hingga 500 m dpl Tumbuh dengan baik di tepi sungai, di tepi rawa, dengan kondisi tanah yang lembab, tumbuh pada ketinggian hingga 500 m dpl Tumbuh dengan baik di tempat yang berhawa dingin maupun panas, tinggi tempat tumbuh hingga 500 m dpl Tumbuh baik di kondisi tanah yang gembur dan arasi tanah yang baik, ketinggian tempat hingga 1700 m dpl Tumbuh baik di kondisi tanah yang gembur dan arasi tanah yang baik, ketinggian tempat hingga 1700 m dpl Tumbuh di tempat terbuka, cukup air dan subur pada ketinggian 1 1.800 m dpl Tumbuh dengan baik pada tanah regusol, latosol dan aluvial, pada ketinggian 0-800 m dpl 124 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 √ 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi √ 1, 4 Seluruh bagian Biji, stek batang, cangkok √ 8, 9 Batang Biji √ √ 5 Seluruh bagian Stek batang Tumbuh pada daerah tropik basah hingga iklim sedang dengan sinar matahari yang cukup, banyak ditemukan di tepi sungai dengan ketinggian tempat hingga 1500 m dpl √ √ 4 Buah Biji Tumbuh liar di sepanjang sungai √ 1, 9 Daun Stek batang Tumbuh pada ketinggian tempat 25-300 m dpl √ 1, 4, 6 Daun dan buah Biji Tumbuh pada ketinggian kurang dari 1.000 m dpl √ 1 Seluruh bagian Biji Tumbuh liar di lahan/ tanah yang terganggu 1 Buah Biji Tumbuh di tanah terbuka hingga ketinggian 1.800 m dpl √ 11 Daun Biji √ 2 Daun Biji √ 1 Daun Stek sulur Tumbuh pada ketinggian 0-500 m dpl dengan curah hujan 2000-2500 mm/tahun Tumbuh pada ketinggian 0-500 m dpl dengan curah hujan 2000-2500 mm/tahun Tumbuh di ketinggian 300 m dpl, tanah agak kering hingga basah √ 1, 13 Daun Biji atau stek Iklim lembab dengan ketinggian 300 m dpl √ 1 Daun Biji atau stek Iklim panas, lembab, curah hujan tinggi dengan ketinggian tempat lebih dari 500 m dpl √ 1 akar Biji Pistia stratiotes Linn. √ 1 Daun Stek akar/ taruk Tumbuh pada daerah iklim panas, lembab dan dapat tumbuh pada ketinggian lebih dari 500 m dpl di perairan dangkal mengelas yang bertanah lumpur 5-800 m dpl 325 Pithecollobium ellipticum Hassk. √ √ 12 Batang Biji Tumbuh liar di dataran rendah 326 Pithecollobium lobatum Benth. √ √ 1, 4, 9, 13 Daun, buah Biji 327 Pithecolobium clypearia Benth. √ 4 Daun Biji Tumbuh di tempat dengan musim kemarau yang sedang sampai keras Tumbuh liar di dataran rendah 310 Passiflora foetida L. 311 Payena leerii Kutz. 312 Pennisetum purpureum Seumach. 313 Pentaspadon motleyi Hook.f. √ 314 Peronema canescens Jack. √ 315 Phyllanthus acidus (L.) Skeels. 316 Phyllanthus niruri L. √ 317 Physalis peruviana L. √ 318 Pinanga kuhlii Blume √ 319 Pinanga sp. √ 320 Piper betle L. 321 Piper caninum Bl. 322 Piper porphyrophyllum 323 Piper sarmentosum Roxb. 324 √ √ √ √ Tumbuh di daerah terbuka dengan penyinaran matahari penuh, ketinggian tempat mencapai 1.000 m dpl Tumbuh pada ketinggian 0-1300 m dpl 125 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 3 √ 328 Pleomele angustifolia (Roxb.) N.E. Brown. 329 Pogonarherum paniceum (Lamk.) Hack. 330 Polyathia subcordata (Bl.) Bl. √ 331 Pometia pinnata J.R. & G. Forst. √ 332 Pothos sp. √ 333 Premna integrifolia Linn. √ 334 Psidium guajava L. √ √ 335 Psychotria sarmentosa Blume √ 336 Pterospermum acerifolium Willd. √ 337 338 Pterospermum diversifolium Bl. Ptychopyxis costata Miquel 339 Quercus bennettii Miq. 340 Quercus poculiformis V.Soem. 341 Raphidophora sp. 342 √ Kegunaan** 1, 8 Bagian yang digunakan Daun Teknik budidaya Stek batang Ekologi Tumbuh liar pada ketinggian 500 - 1.000 m dpl Tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian tempat 1.500 m dpl Tumbuh pada ketinggian 40-700 m dpl 1 Seluruh bagian − √ 9 Batang − √ √ 1, 4, 9 Biji dan batang √ √ 11 Batang 5, 7 Daun, batang Biji √ 1, 4 Buah, daun Biji, okulasi, sambung pucuk, cangkok, stek batang dan stek akar √ √ 1 Daun Biji √ √ 8 Batang Biji √ 1 Daun − √ √ 9 Batang − √ √ 9 Batang Biji 9 Batang Biji √ 7 Akar − Tumbuh di hutan primer maupun sekunder Raphidophora sp. √ 7 Akar − Tumbuh di hutan primer maupun sekunder 343 Rhaphidophora sylvestris Engl. √ 7 Akar Tunas Tumbuh di hutan primer maupun sekunder 344 Rhodamnia cinerea Jack. √ √ √ 1 akar − Tumbuh di hutan tropik lembab dengan ketinggian 500 m dpl 345 Saccharum officinarum Linn. √ √ √ 1, 3, 4 Akar Anakan dan stek batang √ Biji dan cangkok − Tumbuh di hutan sekunder pada berbagai jenis tanah dengan ketinggian tempat 1-1200 m dpl Tumbuh liar di tebingtebing tanah Tumbuh liar di hutan musim, dapat tumbuh pada tanah kering dengan ketinggian tempat di bawah 900 m dpl Tumbuh pada daerah tropik dengan ketinggian tempat 1.500 m dpl, tahan terhadap kekeringan Tumbuhan liar di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1800 m dpl Tumbuh di hutan dataran rendah tropis Tumbuh di ketinggian 5900 m dpl − Tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian tempat di bawah 1300 m dpl Tumbuh di hutan tropis dataran rendah Tumbuh di daerah tropik basah dengan curah hujan minimum 1000-2000 mm/th 126 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 346 Saccharum spontaneus Linn. √ √ 1 Tunas muda Anakan dan stek batang 347 Salacca conferta Griffith. √ √ 4 Buah Biji 348 Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr. √ 1, 9 Akar, batang 349 Santiria griffithii (Hk.f.) Engl. √ 4, 10 Buah, batang Biji, okulasi, tempelan Biji 350 Santiria laevigata Bl. √ √ √ 8 Batang 351 Santiria tomentosa Blume √ √ √ 4, 8 Buah, batang 352 Sarcotheca macrophylla √ 4 Buah 353 Scaphium macropodum L. √ 9 Batang 354 Schima wallichii Korth. √ √ 9 Batang Biji Tumbuh baik di daerah rawa dan tepian sungai, bisa hidup di ketinggian mencapai 3900 m dpl 355 Schizostachyum blumei Nees. √ 1, 9, 11, 12 Daun Stek batang atau anakan Tumbuhan liar di hutan, tepi-tepi jalan dan di kebun dengan ketinggian 1.500 m dpl 356 Schizostachyum longispiculatum Kurz. √ √ √ 11 Batang Stek batang Tumbuh liar di hutan dan tepi sungai dengan ketinggian sampai 1500 m dpl 357 Scleria laevis Retzius √ √ √ 5 Daun − − 358 Scleria sumatranensis √ √ 5 Daun − Tumbuh pada ketinggian 1-1000 m dpl. 359 Scolopia macrophylla √ 4 Buah − 360 Scolopia spinosa (Roxburg) Warb. √ 9 Batang Biji 361 Scorodocarpus borneensis Becc. √ 1, 4, 9 Buah, daun Biji dan anakan 362 Selaginella doederleinii Hieron. √ Seluruh bagian Biji dan stek Tumbuh di dataran rendah hutan tropis sampai dataran tinggi dengan ketinggian di bawah 1400 m dpl Tumbuh di hutan primer maupun sekunder dengan ketinggian tempai hingga di bawah 2100 m dpl Tumbuh di hutan hujan tropis primer, pada tanah kering liat atau berpasir pada ketinggian tempat 300 m dpl Tumbuh di tebing-tebing yang basah, di tepi sungai, dari ketinggian 400 - 750 m dpl √ √ √ √ √ 1 Biji − Biji − Tumbuh di daerah tropik basah dengan curah hujan minimum 1000-2000 mm/th Tumbuh di bawah naungan dengan curah hujan tahunan rata-rata antara 1700 dan 3100 mm Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian tempat 1000 m dpl Tumbuh dengan baik pada dataran rendah kering, ketinggian tempat mencapai 700 m dpl Tumbuh di dataran rendah sampai 200 m dpl Tumbuh di hutan dataran rendah Tumbuh di hutan dataran rendah, dengan ketinggian tempat sampai 700 m dpl Tumbuh pada ketinggian 200-1227 m dpl 127 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 363 Shorea acuminata Dyer √ 364 Shorea agamii √ 365 Shorea balangeran (Korth.) Burck √ 366 Shorea brunescens P.S. Ashton √ 367 Shorea faguetioides √ 368 Shorea gibbosa 369 Shorea gysbertsiana Burck. 370 Shorea mecistopteryx 371 Shorea palembanica 372 Shorea pallidifolia 373 Shorea parvifolia Dyer. 374 Shorea parvistipulata Heim. 375 2 3 √ Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya 9 Batang Biji 11 Kulit batang Biji √ 9, 10 Batang Biji √ 12 Batang Biji 12 Ranting Biji 12 Ranting Biji √ 9 Batang Biji √ 13 Getah Stek batang dan biji √ 9 Batang Biji √ 9 Batang Biji dan anakan √ 9 Batang Biji √ √ 9 Batang Biji Shorea pinanga √ √ 12 Batang Biji 376 Shorea scabrida √ √ 9 Batang Biji 377 Shorea stenoptera Burck. √ √ 1, 9 Biji, batang Biji dan stek batang √ √ Ekologi Tumbuh pada tempattempat basah hutan dipterocarpaceae campuran, di dataran rendah pada ketinggian tempat sampai 500 m dpl Banyak ditemukan di tempat berawa-rawa pada tanah lempung, tumbuh pada iklim dengan curah hujan lebih dari 1600 mm Tumbuh pada hutan dipterocarpaceae campuran dengan ketinggian tempat sampai 700 m dpl Tumbuh di tanah berawa pada tanah lempung, di hutan dipterocarpaceae campuran Tumbuh di hutan dataran rendah dengan ketinggian sampai 500 m dpl Tumbuh pada tanahtanah yang berdrainase baik atau tanah berawarawa di hutan dataran rendah Tumbuh di hutan dipterocarpaceae campuran dan hutan dataran rendah Ditemukan pada tanah berpasir dan hutan dipterocarpaceae campuran Tumbuh di hutan dipterocarpaceae campuran dan hutan dataran rendah Tumbuh pada tanahtanah yang berdrainase baik atau tanah berawarawa di hutan dataran rendah Terdapat di hutan-hutan sekunder dan dataran rendah Tumbuh pada hutan dipterocarpaceae campuran dengan ketinggian tempat sampai 700 m dpl Tumbuh pada hutan dataran rendah dengan ketinggian sampai 500 m dpl Tumbuh pada hutan dipterocarpaceae campuran dengan ketinggian tempat sampai 700 m dpl Ditemukan di hutan kerangas pada tanah berpasir yang kering 128 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 3 √ 378 Shorea teysmanniana Dyer 379 Shorea virescens Parys. 380 Sida rhombifolia L. 381 Sindora brugemanii DC. √ 382 Smilax zeylanica L. √ 383 Solanum indicum L. √ 384 Solanum mammosum L. 385 Solanum melongena L. 386 Spatholobus ferrugineus (Zoll.) Benth. 387 Stachyphrynium borneense Ridley 388 Stachytarpheta mutabilis (Jacq.) Vahl. 389 Stemonurus malaccensis (Mast.) Sleumer 390 391 Stemonurus scorpioides Beccari Stemonurus secundiflorus 392 Stenoclaena palustris Bedd. Biji √ 9 Batang Biji √ 1, 5 Akar, daun Biji √ 1, 9 Kulit batang Biji √ 1, 13 Daun Biji dan stek batang 1, 4 Buah Biji 1, 4 Buah Biji √ 1, 4 Buah Biji √ 11 Seluruh bagian Biji 1 Umbi Biji, tunas akar, dan stek batang √ 1 Akar Biji, tunas akar, dan stek batang √ 4 Buah Biji 9 Batang √ 1 Daun Biji √ 11 Batang Spora dan akar √ √ √ √ √ Teknik budidaya Batang √ √ Bagian yang digunakan 9 √ √ Kegunaan** Ekologi Terdapat di hutan dipterocarpaceae dan dataran rendah Terdapat di hutan-hutan sekunder dan dataran rendah Tumbuh liar di tanah datar hingga ketinggian tempat 1.500 m dpl Hutan primer pada tanah berpasir dan berliat Tumbuh di hutan sekunder, hutan bambu dan di hutan jati. Pada ketinggian 10-1.600 m dpl Tumbuh di tempat yang mendapatkan cahaya matahari penuh, tumbuh pada dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 1200 m dpl Hidup pada padang rumput, semak terbuka, tepi sungai, dari dataran rendah hingga 1500 m dpl Tumbuh dengan membutuhkan cahaya matahari penuh, mulai dari dataran rendah hingga daerah pegunungan dengan ketinggian 1200 m dpl Tumbuh di tepi hutan dan di semak belukar pada ketinggian tempat 1501200 m dpl Tumbuh dengan baik pada segala jenis tanah dengan ketinggian tempat 1-1500 m dpl Tumbuh dengan baik pada segala macam jenis tanah dengan ketinggian tempat mencapai 1.500 m dpl Tumbuh di dataran rendah hutan tropis − − Tumbuh di hutan tropis di tempat terlindungi matahari Tumbuh pada hutan primer maupun sekunder dengan ketinggian tempat sampai 800 m dpl 129 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi √ 4 Buah Biji dan stek batang √ 1 Daun Biji √ 2 Seluruh bagian Biji √ 9 Batang √ 9 Batang Biji 1, 4 Daun Biji, okulasi, dan cangkok √ 1, 3, 4 Buah, daun Biji, stek batang, cangkok √ 12 Ranting Biji dan stek batang Tumbuh di daerah yang banyak hujan maupun daerah beriklim kering dan berbagai macam tanah, pada ketinggian tempat 5-1800 m dpl √ 1, 9 buah Biji dan okulasi Daerah tropik lembab, ketinggian tempat 1-1200 m dpl √ 1, 3, 4, 9, 12 Daun Biji, cangkokan, stek batang Tumbuh di tempat dengan ketinggian 51.800 m dpl Syzygium sp. √ 12 Batang − 404 Syzygium sp. √ 4, 8 Kulit batang − 405 Tacca palmata Blume 1, 5 Umbi Stek umbi 406 Tamarindus indica L. √ 1, 4 Buah Biji 407 Terminalia citrina √ 1 Daun Biji 408 Terminalia sp. 9 Batang 393 Sterculia urceolata Smith. 394 Streblus asper Lour. 395 Susun malayanum Hook.f. 396 Symplocos celastrifolia √ 397 Symplocos fasciculata Zoll. √ 398 Syzygium aqueum (Burm.f.) Alst. √ 399 Syzygium cumini 400 Syzygium lineatum (DC.) Merrill & Perry 401 Syzygium malaccense (L.) Merr. & Perry. 402 Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. 403 √ √ √ √ √ √ − − Tumbuh di dataran rendah hingga datarn tinggi tropik dengan ketinggian tempat mencapai 1000 m dpl Tumbuh dengan baik pada segala macam jenis tanah dengan ketinggian tempat mencapai 1.500 m dpl Tumbuh liar di pantai berpasir dan asosiasi mangrove Tumbuh liar di hutan pada ketinggian 7001200 m dpl Tumbuh di dataran rendah hutan tropis Tumbuh pada daerah tropik lembab dengan ketinggian 1-700 m dpl. Tanah lempung dan bersolum tebal Tumbuh di daerah iklimm lembab pada ketinggian tempat 500 m dpl, dapat tumbuh pada tanah yang miskin hara Tumbuh pada tanah yang berlempung dengan solum tebal Tumbuh pada ketinggian 1-700 m dpl Tumbuh di dataran rendah pada ketinggian tempat hingga kurang lebih 900 m dpl Tumbuh pada dataran rendah di daerah yang panas Dapat ditemukan di pantai dan muara sungai dengan ketinggian tempat lebih dari 800 m dpl Tumbuh di pinggir sungai hutan dataran rendah dengan ketinggian mencapai 500 m dpl 130 No. Lokasi * Nama Ilmiah Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 1 2 3 √ √ 1 Daun − √ 9 Batang − 1, 10 Seluruh bagian Biji Tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat di bawah 1600 m dpl 409 Tetracera fagifolia Bl. √ 410 Tetramerista glabra Miq. √ 411 Tetrastigma sp. 412 Theobroma cacao L. √ 1, 4 Akar Biji, stek batang, stek cabang Tumbuh di ketinggian 500 m dpl 413 Toona sinensis (A. Juss.) Roem. √ 1, 9 Batang Biji Tumbuh pada ketinggian tempat 900 m dpl 414 Trema orientalis (L.) Bl. √ √ 1, 8, 11, 12 Daun, batang Biji Tumbuh di hutan sekunder, hutan primer, hutan jati, di dataran rendah sampai pegunungan, dengan ketinggian tempat sampai 2400 m dpl 415 Tricalysia singularis Korth. √ √ 13 Biji Biji, sambungan, di tempel, atau di cangkok iklim tropis dengan suhu 20-22° dan ketinggian 500-1300 m dpl 416 Tristania maingayi Duthi √ 9 Batang Biji Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian di bawah 900 mdpl 417 Tristania obovata R.Br. √ 9 Batang Biji Tumbuh pada tanah yang berdrainase baik 418 Turnea subulata J.E. Smith. 1, 2 Daun, bunga Biji dan stek batang Tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah dan menyukai tempat terbuka, pada ketinggian 10-1000 m dpl 419 Uncaria glabrata (Bl.) DC. √ √ √ 1 Seluruh bagian Biji Tumbuhan liar di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1800 m dpl 420 Urena lobata L. √ √ √ 1 Daun Biji Tumbuh liar di tanah datar dan pegunungan hingga tinggi 750 m dpl 421 Vatica rassak Bl. √ √ 9 Batang − Tumbuh sampai ketinggian 350 m dpl 422 Vernonia arborea Ham √ √ 9 Batang − Tumbuh di tempat terbuka sampai agak terlindung di tepi sungai 423 Villebrunea rubescens Bl. √ 1, 9 Daun, batang − 424 Vitex pubescens Vahl. √ 1, 4, 8, 12, 13 Kulit batang Tumbuh di lereng-lereng jurang dan teras pada daerah pegunungan, tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat di atas 900 m dpl Tumbuh di daerah bukit, pantai, di batu-batu gunung berapi dan di batu kapur √ √ √ √ √ Biji Tumbuh memanjat pada batang pohon − 131 No. Lokasi * Nama Ilmiah 1 2 3 Kegunaan** Bagian yang digunakan Teknik budidaya Ekologi 425 Vittaria scolopendrina (Borry) Thw. √ 2 Daun 426 Wedelia calendulacea Less. √ 5 Seluruh bagian Biji 427 Xanthophyllum flavescens Roxb. √ 9 Batang Biji 428 Xanthophyllum sp √ 9 Batang − − 429 Xylopia sp. √ 11 Batang − − 430 Zalacca blumeana Mart. √ 4 Buah √ − Biji Tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian tempat sampai 650 m dpl Tumbuh dengan baik pada ketinggian 7001200 m dpl Tumbuh pada ketinggian 70-400 m dpl Tumbuh di dataran rendah tropik basah dengan ketinggian dibawah 500 m dpl Keterangan *: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai 3. PT Lanang Agro Bersatu **: 1. Obat, 2. Hias, 3. Aromatik, 4. Pangan, 5. Pakan ternak, 6. Pestisida, 7. Serat, 8. Pewarna, 9. Bangunan, 10. Ritual adat 11. Anyaman dan kerajinan, 12. Kayu bakar, 13. Kegunaan lainnya Sumber: 1. Laporan NKT PT Agro Lestari Mandiri 2. Laporan NKT PT Kencana Graha Permai 3. Laporan NKT PT Lanang Agro Bersatu 4. Buku Tumbuhan Berguna Jilid I – IV (1987) 5. Buku Acuan Tumbuhan Obat Jilid I – X (2003) 6. PROSEA (1992) 132 Lampiran 7 Lokasi pengamatan pada areal studi No Areal studi Ekosistem Habitat Sempadan Sungai (SS) Hutan Dataran Rendah 1 Kawasan Sekitar Danau (KSD) KSD Rajang, KSD Miang, KSD Sawah Wak Uning, KSD Ruwungan, KSD Nibung Pampang, KSD Rusa, KSD Sawah Besar, KSD Limunan, KSD Guce, KSD Rambang, KSD Larangan, KSD Sihit, KSD Palas, KSD Palas-1 Bukit Bukit Pelanjau, Bukit Tempayan, Bukit Bagan Pakit, Bukit Bekunyit, Bukit Sesimbat, Bukit Howur, Bukit Sebekuayan, Bukit Lokan, Bukit Buluh Areal Lainnya Buffer Zone Hutan Lindung BT Batu Menangis, Hutan Konservasi Sempadan Sungai (SS) SS Batu Besi Sempadan Sungai (SS) SS Pemrakasan, SS Sihit, SS Demang, SS Sepahan, SS Tarekan Kawasan Sekitar Danau (KSD) KSD Pantai Lebar, KSD Sidam, KSD Rasau, PT. Agro Lestari Mandiri Hutan Kerangas Rawa Air Tawar Sempadan Sungai (SS) 2 PT. Kencana Graha Permai Hutan Dataran Rendah Lokasi SS Aur, SS Nate Panjang, SS Singkuamak, SS Nek Malang, SS Pelanjau, SS Pekawai, SS Bidadari, SS Merah, SS Lokan, SS Kayung Mati, SS Kayung, SS Kinding, SS Siakat, SS Sembiukuk, SS Lembe, SS Selalat SS Biru, SS Langsat, SS Melaras, SS Pikan, SS Keluang, SS Perasan Bikuk, SS Minyak, SS Pakit, Penyebrangan, SS Asahan Sambar, SS Melajau, SS Sanuwansi, SS Siangsahan, SS Puayan, SS Pengkayasan Kawasan Sekitar Mata Air (KSMA) KSMA Lingsungan, KSMA Sedawak, KSMA Perasan Bikuk Bukit Bukit Besar, Bukit Ibul, Bukit Engkabang Areal Lainnya Areal Enclave Blok E31, Areal Enclave Lingkaran Kuning Page | 132 133 No Areal studi Ekosistem Habitat Sempadan Sungai (SS) 3 PT. Lanang Agro Bersatu Lokasi SS Karim, SS Tiyakon, SS Cabang Tiyakon, SS Siwaan, SS Kembuen, SS Segigi, SS Pebahan, SS Sempadan, SS Kesuhan, SS Tebahat, SS Cabang Tebahat, SS Cabang Puya1, SS Cabang Puya-2, SS Kediu, SS Bengang, SS Cabang Bengang, SS Kerikik, SS Toba, SS Remiang, SS Sepiso, SS Lumuen, SS Cabang Lumuen, SS Gentaring, SS Ringkang, SS Air Mati, SS Laur, SS Mantas, SS Pawan, Ss Keriau, SS Puya Hutan Dataran Rendah Kawasan Sekitar Mata Air (KSMA) Areal Lainnya KSMA S.Kekirik (Kehiring), KSMA S.Cabang Bengang, KSMA S. Cabang Sepiso, KSMA S. Cabang Limuen, KSMA S. Ringkang, KSMA S. Cabang Tebahat, KSMA S. Cabang Puya-1, KSMA S. Cabang Puya-2 Areal Konservasi Blok-1 sampai Areal Konservasi Blok-16 Page | 133 134 Lampiran 8 Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Agro Lestari Mandiri Hutan dataran rendah* No. Nama Ilmiah 1 2 3 4 Hutan Kerangas* Rawa air tawar* 1 1 2 √ 1 Agathis borneensis 2 Aglaia ignea 3 Alocasia sp. 4 Alocasia sp. 5 Alocasia sp. 6 Alpinia sp. 7 Alpinia sp. 8 Alstonia angustifolia Miq. 9 Alstonia scholaris (L.) R.Br. √ √ √ √ 10 Amomum coccineum √ √ √ √ 11 Amorphophallus sp. 12 Anacolosa frutescens √ √ √ 13 Anisophyllea disticha √ √ √ 14 Anthocephalus cadamba Miq. √ √ √ 15 Antidesma ghaesembilla √ 16 Antidesma neurocarpum Miq. 17 Arcangelisia flava (L.) Merr. √ 18 Areca catechu L. √ √ 19 Artocarpus anisophyllus Miq. √ √ 20 Artocarpus elasticus Reinw. √ 21 Artocarpus integer √ 22 Artocarpus integra Merr. √ 23 Artocarpus kemando Miq. √ 24 Artocarpus lanceifolius √ 25 Artocarpus rigidus Blume √ 26 Artocarpus teysmanii Miquel 27 Asplenium nidus L. 28 Axonopus compressus P.B. 29 Baccaurea dulcis Muell. Arg. 30 Baccaurea racemosa √ √ 31 Bambusa vulgaris √ √ 32 Barringtonia acutangulata √ 33 Barringtonia racemosa 34 Bauhinia sp. √ 35 Bellucia axinanthera Triana √ √ 36 Blechnum orientale L. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 135 Hutan dataran rendah* No. Nama Ilmiah 1 2 37 Blumea balsamifera (L.) DC. 38 Bouea macrophylla Griffith 39 Buchanania insignis 40 Buettneria reinwardtii Kosterm. √ √ 41 Calamus caesius Bl. √ √ 42 Calamus mattanensis Becc. √ √ 43 Calamus retrophyllus Becc. 44 Calamus sp. √ 45 Calamus sp. √ 46 Calophyllum grandiflorum Miq. √ 47 Calophyllum soulattri Burm.f. √ 48 Campnosperma auriculata √ 49 √ 3 4 Hutan Kerangas* Rawa air tawar* 1 √ √ √ √ 1 2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Campnosperma coriaceum √ √ 50 Canangium odoratum Baill. √ √ 51 Cantleya corniculata √ 52 Caryota mitis Lour. √ 53 Cassia alata L. √ 54 Chaetocarpus castanocarpus 55 Chrysopogon aciculatus 56 Cinnamomum culilawan Bl. √ 57 Cinnamomum sp. √ 58 Clerodendrum inerme 59 Cocos nucifera L. √ 60 Coffea robusta √ 61 Cordyline fruticosa √ 62 Costus speciosus √ 63 Cratoxylon arborescens Bl. 64 Cratoxylon formosum 65 Cratoxylum arborescens 66 Crypteronia griffithii √ 67 Cryptocarya crassinervia Miq. √ 68 Curculigo capitulata (L.) O.K. √ 69 Cynodon dactylon Pers. 70 Dacryodes rostrata H.J.L. √ √ 71 Dacryodes rugosa √ √ 72 Daemonorops angustifolius √ 73 Daemonorops lamprolepis √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 136 Hutan dataran rendah* No. Nama Ilmiah 1 2 3 4 Hutan Kerangas* Rawa air tawar* 1 1 2 √ 74 Dendrobium crumenatum Sw. 75 Derris elliptica (Roxb.) Bth. √ √ √ 76 Dialium hydnocarpioides √ √ √ 77 Dialium modestum √ 78 Dialium sp. √ 79 Diallium platisepalum Baker 80 Dicranopteris dichotoma √ 81 Dieffenbachia seguine √ 82 Digitaria adscendens √ √ 83 Dillenia excelsa (Jack) Gilg. √ √ 84 Dillenia eximia √ 85 Dillenia grandifolia 86 Dillenia pulchella (Jack.) Gilg. 87 Dillenia reticulata 88 Dillenia sp. √ 89 Dinochloa scandens √ 90 Dioscorea hispida Dennust √ √ 91 Diospyros levigata √ √ 92 Diospyros maingayi 93 Dipterocarpus grandiflorus √ √ 94 Donax cannaeformis √ √ √ 95 Dracontomelon costatum √ √ √ 96 Durio kutejensis √ √ √ 97 Durio oxleyanus Griff. √ √ 98 Durio testudinarum √ √ 99 Durio zibethinus Murr. √ √ 100 Dyera costulata Hook.f. √ √ 101 Elaeis guneensis Jacq. 102 Elaeocarpus littoralis √ √ 103 Elaeocarpus stipularis Blume √ √ 104 Elasteriospermum tapos Miq. √ 105 Embelia ribes Burm.f. √ 106 Emilia sonchifolia (Linn.) DC. 107 Endospermum diadenum 108 Equisetum debile Roxb. 109 Erechtites valerianifolia Raf. √ √ 110 Eugenia sp. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 137 Hutan dataran rendah* No. Nama Ilmiah 1 2 3 √ 4 Hutan Kerangas* Rawa air tawar* 1 1 111 Eupatorium odoratum L.f. √ √ 112 Eurycoma longifolia Jack. √ √ 113 Eusideroxylon zwageri T. & B. √ √ 114 Ficus benjamina L. √ √ √ 115 Ficus binnendykii (Miq.) Miq. √ √ √ 116 Ficus callosa Willd. √ √ 117 Ficus calophylla Blume √ 118 Ficus variegata Bl. √ 119 Flacourtia inermis Roxburgh 120 Flacourtia rukam Zoll. & Mor. √ 121 Gandarusa vulgaris Nees. √ 122 Ganua motleyana √ 123 Garcinia diocia Bl. √ 124 Garcinia parvifolia Miq. √ 125 Garcinia sp 126 Garcinia sp. √ √ 127 Gigantochloa apus √ √ 128 Glochidion zeylanicum Juss. √ 129 Gluta renghas L. √ 130 Gonystyllus bancanus Kurz. 131 Hanguana malayana Merrill 132 Hevea brasiliensis 133 Homalium caryophyllaceum √ 134 Homalomena sagittifolia √ 135 Hopea mengerawan Miquel 136 Hoya sp. 137 Hyptis brevipes Poit. √ 138 Imperata cylindrica (L.) Beauv. √ √ 139 Ischaemum muticum Linn. √ √ 140 Ischaemum muticum Linn. √ 141 Isotoma longiflora Presl. √ 142 Ixora coccinea L. √ 143 Koompassia malaccensis 144 Labisia pumila (Bl.) F. Vill. 145 Lagerstroemia speciosa L. √ 146 Lansium domesticum Corr. √ 147 Lantana camara L. √ √ √ √ √ √ 2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 138 Hutan dataran rendah* No. Nama Ilmiah 1 2 3 4 Hutan Kerangas* Rawa air tawar* 1 1 2 √ 148 Laportea stimulans Miquel. 149 Lecanopteris carnosa 150 Licuala spinosa Thunb. 151 Litsea tuberculata √ √ √ 152 Lophatherum gracile Brongn. √ √ √ 153 Lophopetalum javanicum 154 Lophopetalum wrightienum √ 155 Lycopodium cernuum L. √ 156 Lygodium japonicum 157 Macaranga conifera √ 158 Macaranga gigantea 159 Macaranga hypoleuca 160 Macaranga rhizinoides 161 Madhuca sericea 162 Mallotus macrostachyus 163 Mangifera caesia Jack. √ 164 Mangifera foetida Lour. √ 165 Mangifera indica L. √ 166 Mangifera longipes Griffith 167 Manihot utilissima Pohl. √ 168 Melanorrhoea wallichii Hk.f. √ 169 Melanorrhoea wallichii Hk.f. √ √ 170 Melastoma malabathricum √ √ 171 Mezzetia parvifolia Becc. √ 172 Mezzetia sp. √ √ 173 Mikania scandens Willd. √ √ 174 Mimosa pudica L. √ 175 Musa sp. √ 176 Musa sp. 177 Neoscortechinia kingii 178 Nepenthes ampullaria Jack. √ 179 Nepenthes sp. √ 180 Nephelium cuspidatum Bl. 181 Nephelium lappaceum L. √ √ 182 Nephrolepis bisserata √ √ √ 183 Nephrolepis exavata √ √ √ 184 Octomeles sumatrana Miq. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 139 Hutan dataran rendah* No. Nama Ilmiah 1 2 3 4 Hutan Kerangas* Rawa air tawar* 1 185 Oncosperma filamentosum Bl. √ 186 Pandanus caricosus Kurz. √ 187 Pandanus hasskardlii Merr. √ 188 Pandanus helicopus Kurz. √ 189 Pandanus sp √ 190 Pandanus sp √ √ √ 191 Pandanus tectorius √ √ √ 192 Parkia intermedia √ 193 Parkia speciosa Hassk. 194 Passiflora foetida L. √ 195 Pentaspadon motleyi Hook.f. √ 196 Peronema canescens Jack. √ √ 197 Phyllanthus niruri L. √ √ 198 Physalis peruviana L. √ 199 Pinanga kuhlii Blume √ 200 Pinanga sp. √ 201 Piper betle L. 202 Piper caninum Bl. √ 203 Piper sarmentosum Roxb. √ 204 Pistia stratiotes Linn. 205 Pithecollobium ellipticum √ √ √ 206 Pithecollobium lobatum Benth. √ √ √ 207 Pithecolobium clypearia Benth. √ √ √ 208 Polyathia subcordata (Bl.) Bl. √ 209 Pometia pinnata √ 210 Pothos sp. √ 211 Premna integrifolia Linn. √ 212 Psidium guajava L. √ √ 213 Psychotria sarmentosa Blume √ √ 214 Pterospermum acerifolium √ √ 215 Ptychopyxis costata Miquel √ 216 Quercus bennettii Miq. √ 217 Raphidophora sp. 218 1 2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Raphidophora sp. √ √ 219 Rhaphidophora sylvestris Engl. √ 220 Rhodamnia cinerea Jack. √ 221 Saccharum officinarum Linn. √ √ √ √ 140 Hutan dataran rendah* No. Nama Ilmiah 1 2 3 4 Hutan Kerangas* Rawa air tawar* 1 222 Saccharum spontaneus Linn. √ 223 Salacca conferta Griffith. √ √ √ 224 Santiria laevigata Bl. √ √ √ 225 Santiria tomentosa Blume √ 226 Sarcotheca macrophylla 227 Scaphium macropodum L. √ 228 Schima wallichii Korth. √ 229 230 Schizostachyum longispiculatum Scleria laevis Retzius √ 231 Scolopia spinosa √ 232 Scorodocarpus borneensis 233 Selaginella doederleinii Hieron. 234 Shorea acuminata Dyer 235 Shorea agamii √ 236 Shorea balangeran √ 237 Shorea brunescens P.S. Ashton √ 238 Shorea faguetioides 239 Shorea gysbertsiana Burck. √ √ 240 Shorea mecistopteryx √ √ 241 Shorea pallidifolia √ √ √ 242 Shorea parvistipulata Heim. √ √ √ 243 Shorea pinanga √ √ √ 244 Shorea scabrida 245 Shorea stenoptera Burck. √ √ √ 246 Shorea teysmanniana Dyer √ √ √ 247 Sindora brugemanii DC. √ √ √ 248 Smilax zeylanica L. √ √ 249 Solanum indicum L. √ √ 250 Spatholobus ferrugineus √ 251 Stachytarpheta mutabilis √ 252 Stemonurus scorpioides √ 253 Stemonurus secundiflorus √ 254 Symplocos celastrifolia √ √ √ 255 Symplocos fasciculata Zoll. √ √ √ 256 Syzygium lineatum √ 257 Syzygium polyanthum 1 2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 141 Hutan dataran rendah* No. Nama Ilmiah 1 2 3 258 Tacca palmata √ 259 Terminalia sp. √ 260 Tetracera fagifolia Bl. 261 Tetramerista glabra Miq. √ 262 Trema orientalis (L.) Bl. √ 263 Tricalysia singularis Korth. √ 264 Uncaria glabrata (Bl.) DC. √ 265 Urena lobata L. √ 266 Vatica rassak Bl. √ 267 Vernonia arborea Ham √ 268 Vitex pubescens Vahl. √ 269 Zalacca blumeana Mart. 4 Hutan Kerangas* 1 Rawa air tawar* 1 2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 200 101 141 105 38 79 Jumlah Keterangan *: 1. Sempadan sungai, 2. Kawasan sekitar danau, 3. Bukit, 4. Areal lainnya Sumber: Laporan NKT PT Agro Lestari Mandiri 58 142 Lampiran 9 Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu No. KGP* Nama Ilmiah 1** 2** LAB* 3** 4** 1** 2** 4** 1 Acacia mangium 2 Adenanthera pavonina 3 4 Adianthum cuneatum Aetoxylon sympetalum √ 5 Ageratum conyzoides L. √ 6 Alangium javanicum √ 7 8 Aleurites moluccana (L.) Willd. √ 9 Alocasia sp. 10 11 Alocasia sp. √ Alocasia sp. √ 12 Alpinia sp. 13 Alpinia sp. 14 15 Alseodaphne sp. Alstonia angustifolia Miq. √ 16 Alstonia scholaris (L.) R.Br. √ 17 18 Amaranthus sp. √ Amomum coccineum √ 19 Anisophyllea disticha √ √ √ 20 Annona muricata L. √ √ √ 21 22 Anthocephalus cadamba Miq. √ √ √ Antidesma ghaesembilla √ √ √ 23 Antidesma neurocarpum Miq. √ √ √ √ 24 25 Aquilaria malaccensis Lamk. √ Aquilaria microcarpa √ 26 Arcangelisia flava (L.) Merr. √ √ √ 27 Areca catechu L. √ √ √ 28 29 Arenga pinnata √ √ √ √ √ √ 30 Artocarpus communis Forst. 31 32 Artocarpus dadah Miq. Artocarpus elasticus Reinw. √ 33 Artocarpus integer √ 34 Artocarpus integra Merr. 35 36 Artocarpus kemando Miq. √ Artocarpus lanceifolius √ Alocasia macorrhiza Schott. Artocarpus anisophyllus Miq. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 143 No. KGP* Nama Ilmiah 1** 2** LAB* 3** 4** 1** 2** 4** 37 Artocarpus rigidus Blume 38 39 Artocarpus teysmanii Miquel √ √ √ Asplenium nidus L. √ √ √ 40 Asystasia intrusa Bl. Athyrium bantamense √ √ √ 41 42 43 Averrhoa bilimbi L. Axonopus compressus P.B. √ 44 Baccaurea dulcis Muell. Arg. √ 45 46 Baeckea frutescens √ Bambusa vulgaris √ 47 Barringtonia acutangulata 48 Barringtonia racemosa √ 49 50 Bauhinia sp. √ Bellucia axinanthera Triana √ 51 Bhesa paniculata Arnott. 52 53 Blechnum orientale L. √ Blumea balsamifera (L.) DC. √ 54 Bombac malabaricum DC. 55 Borreria latifolia 56 57 Bouea macrophylla Griffith 58 Brucea javanica (L.) Merrill 59 60 Buettneria reinwardtii Kosterm. √ Calamus caesius Bl. √ 61 Calamus manan Miquel 62 Calamus mattanensis Becc. √ 63 64 Calamus sp. √ Calamus sp. √ 65 Caliandrra calothyrsus 66 67 Calophyllum grandiflorum Miq. √ Calophyllum macrocarpum √ 68 Calophyllum pulcherrimum √ 69 Calophyllum soulattri Burm.f. √ √ 70 71 Calopogonium muconoides √ √ 72 Campnosperma macrophylla 73 74 Canangium odoratum Baill. Bromheadia finlaysoniana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Campnosperma auriculata Canarium apertum H.J.L. √ √ √ √ √ √ √ 144 No. KGP* Nama Ilmiah 1** 2** LAB* 3** 4** 1** 2** 75 Canarium caudatum 76 Canarium patentinervium √ 77 78 Cantleya corniculata √ 79 Caryota mitis Lour. √ 80 81 Casearia grewiaefolia √ 82 Cassia alata L. 83 Ceiba pentandra Gaertn. 84 85 Chrysopogon aciculatus 86 Cinnamomum macrophyllum √ √ 87 88 Clidemia hirta √ √ Clitoria ternatae L. √ 89 Cocos nucifera L. 90 Coffea robusta 91 92 Colocasia esculenta Schott. Cordyline fruticosa √ 93 Costus speciosus √ 94 95 Cratoxylon arborescens Bl. 96 Cratoxylum arborescens 97 Cratoxylum cochinchinensis √ 98 99 Curculigo capitulata (L.) O.K. √ 100 Cymbopogon citratus 101 102 Cynodon dactylon Pers. √ Cyperus brevifolius √ √ √ 103 Cyperus compressus L. √ √ √ 104 Cyperus rotundus L. √ 105 106 Dacryodes rostrata H.J.L. √ 107 Daemonorops angustifolius 108 109 Dendrobium crumenatum Sw. 110 Dieffenbachia seguine 111 Digitaria adscendens √ 112 Digittaria ciliaris √ √ √ √ √ √ √ Capsicum frutescens L. √ √ √ √ √ √ Cinnamomum burmanii √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Cyclophorus aridus √ √ √ √ Dacryodes rugosa Dialium hydnocarpioides √ √ Casearia rugulosa Cratoxylon formosum 4** √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 145 KGP* LAB* No. Nama Ilmiah 1** 2** 3** 4** 1** 2** 4** 113 Dillenia excelsa (Jack) Gilg. √ √ √ √ √ √ √ 114 Dillenia grandifolia √ 115 116 Dindrocalamus asper 117 Dioscorea hispida Dennust 118 Diospyros durionoides Bakh. 119 120 Diospyros korthalsiana Hiern. 121 Donax cannaeformis √ √ √ 122 123 Dracontomelon costatum √ √ √ Drymoglossum piloselloides √ √ √ 124 Drynaria sparsisora Moore. √ √ √ 125 Dryobalanops aromatica 126 127 Dryobalanops beccari Dyer. 128 Durio carinatus Mast. 129 130 Durio kutejensis √ Durio oxleyanus Griff. √ 131 Durio zibethinus Murr. √ 132 Dyera lowii Hk. F. √ √ 133 134 Eichornia crassipes √ √ Elaeis guneensis Jacq. √ √ √ √ 135 Elaeocarpus littoralis √ √ √ √ 136 137 Elaeocarpus stipularis Blume √ √ √ Elasteriospermum tapos Miq. √ 138 Elephantophus cf mollis H.B.K. √ 139 Elephantopus scaber L. 140 141 Embelia ribes Burm.f. √ Emilia sonchifolia (Linn.) DC. √ 142 Endospermum diadenum √ 143 144 Engelhardtia sp. √ Erechtites valerianifolia Raf. √ √ √ 145 Erigeron linifolius √ √ √ 146 Eugenia malaccensis L. 147 148 Eugenia muellerii Eugenia sp. √ 149 Eupatorium odoratum L.f. √ 150 Euphorbia hirta L. √ √ √ Dinochloa scandens Dipterocarpus grandiflorus Duabanga moluccana Blume √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 146 No. KGP* Nama Ilmiah 1** 2** LAB* 3** 4** 1** 2** 4** 151 Eurycoma longifolia Jack. 152 Eusideroxylon zwageri T. & B. √ 153 Fagraea racemosa √ 154 155 Ficus ampelas Burm. f. √ √ √ Ficus benjamina L. √ √ √ 156 Ficus binnendykii (Miq.) Miq. √ √ √ 157 158 Ficus callosa Willd. √ √ √ 159 Ficus variegata Bl. √ 160 Flacourtia inermis Roxburgh √ 161 162 Flagellaria indica L. √ Freycinetia angustifolia Bl. √ 163 Gandarusa vulgaris Nees. √ 164 165 Ganua motleyana 166 Garcinia parvifolia Miq. 167 Garcinia sp. 168 169 Gigantochloa apus √ Gluta renghas L. √ 170 Gonystylus keithii 171 172 Gymnacranthera forbesii Hedyotis verticillata Lamk √ 173 Hevea brasiliensis √ 174 Hibiscus macrophyllus 175 176 Homalanthus populneus √ Homalium caryophyllaceum √ 177 Homalomena sagittifolia √ 178 179 Hopea mengerawan Miquel 180 Hydnocarpus anthelmintica 181 Hypobathrum sp. 182 183 Hyptis brevipes Poit. √ √ √ √ Imperata cylindrica (L.) Beauv. √ √ √ √ 184 Ipomoea cairica (L.) Sweet. √ 185 186 Isotoma longiflora Presl. √ Ixora coccinea L. √ 187 Jatropha curcas L. 188 Knema conferta (King) Warb. √ √ √ √ √ √ √ Ficus fistulosa Reinw. √ √ √ √ √ √ √ √ √ Garcinia mangostana L. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Hornstedtia sp. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 147 No. KGP* Nama Ilmiah 1** 2** LAB* 3** 4** 1** 2** 4** 189 190 Knema intermedia Warb. 191 Knema perconacea Sinch. 192 193 Koompassia malaccensis 194 Lansium domesticum Corr. √ 195 Lantana camara L. √ 196 197 Laportea stimulans √ Lecanopteris carnosa √ 198 Leea aequata Linn. √ √ 199 200 Lepironia mucronata Licuala spinosa Thunb. √ √ √ √ 201 Lithocarpus gracilis √ 202 Litsea tuberculata √ √ 203 204 Loranthus sp. Lycopodium cernuum L. √ 205 Lygodium japonicum 206 207 Macaranga conifera Macaranga gigantea 208 Macaranga hypoleuca 209 Macaranga pruinosa 210 211 Macaranga rhizinoides 212 Mallotus macrostachyus 213 214 Mammea sp. Mangifera caesia Jack. √ 215 Mangifera foetida Lour. √ 216 Mangifera indica L. √ 217 218 Mangifera odorata Griff. 219 Manihot utilissima Pohl. 220 221 Mapania cuspidata (Miq.) Uitt. Maranthes corymbosa Blume √ 222 Melaleuca leucadendron (L.) L. √ 223 Melanorrhoea wallichii Hk.f. 224 225 Melastoma malabathricum Memecylon excelsum Blume √ 226 Mezzetia parvifolia Becc. √ √ Knema perconacea Sinch. √ √ √ √ √ Lagerstroemia speciosa L. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Macaranga triloba √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Mangifera sp. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 148 No. KGP* Nama Ilmiah 1** 2** LAB* 3** 4** 1** 2** 4** √ √ √ 227 228 Mikania scandens Willd. 229 Mucuna brachteata √ 230 Musa paradisiaca L. √ 231 232 Musa sp. 233 Myristica iners Blume 234 235 Nepenthes grandis 236 Nephelium eriopetalum Miq. 237 Nephelium lappaceum L. 238 239 Nephentes rafflesiana Jack. 240 Ochroma bicolor 241 242 Octomeles sumatrana Miq. 243 Paederia foetida L. 244 Paederia foetida L. 245 246 Pandanus hasskardlii Merr. 247 Pandanus sp 248 249 Pandanus tectorius √ Paraserianthes falcataria √ 250 Parkia intermedia √ 251 Parkia roxburghii G. Don. √ 252 253 Parkia speciosa Hassk. √ Paspalum conjugatum Berg. √ 254 Passiflora foetida L. √ 255 256 Payena leerii Kutz. √ Pennisetum purpureum √ 257 Pentaspadon motleyi Hook.f. √ 258 Peronema canescens Jack. 259 260 Phyllanthus acidus 261 Pinanga kuhlii Blume √ 262 263 Pinanga sp. √ Piper betle L. √ 264 Piper caninum Bl. √ √ Mimosa pudica L. Musa sp. Nephelium cuspidatum Bl. Nephrolepis exavata Oncosperma filamentosum Bl. Pandanus sp Phyllanthus niruri L. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 149 No. KGP* Nama Ilmiah 1** 2** LAB* 3** 4** 1** 2** 4** 265 Piper porphyrophyllum √ 266 267 Pithecollobium ellipticum √ 268 Pleomele angustifolia 269 270 Pogonarherum paniceum 271 Pometia pinnata √ 272 Pothos sp. √ 273 274 Psidium guajava L. √ Psychotria sarmentosa Blume √ √ 275 Pterospermum acerifolium √ √ 276 277 Pterospermum diversifolium Bl. Ptychopyxis costata Miquel √ 278 Quercus bennettii Miq. √ 279 Quercus poculiformis V.Soem. √ 280 281 Rhodamnia cinerea Jack. √ Saccharum officinarum Linn. √ 282 Saccharum spontaneus Linn. 283 284 Salacca conferta Griffith. √ √ √ Sandoricum koetjape √ √ 285 Santiria griffithii (Hk.f.) Engl. 286 Santiria laevigata Bl. 287 288 Santiria tomentosa Blume 289 Schizostachyum blumei Nees. 290 291 Schizostachyum longispiculatum √ Scleria laevis Retzius √ 292 Scleria sumatranensis √ 293 Scolopia macrophylla √ 294 295 Scolopia spinosa √ Selaginella doederleinii √ 296 Shorea acuminata Dyer 297 298 Shorea balangeran √ Shorea brunescens √ 299 Shorea gibbosa 300 Shorea palembanica 301 302 Shorea pallidifolia √ Shorea parvifolia Dyer. √ Pithecollobium lobatum Benth. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Polyathia subcordata (Bl.) Bl. Schima wallichii Korth. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 150 KGP* LAB* No. Nama Ilmiah 303 Shorea parvistipulata Heim. 304 305 Shorea pinanga √ Shorea scabrida √ 306 Shorea stenoptera Burck. √ 307 Shorea virescens Parys. √ 308 309 Sida rhombifolia L. √ 310 Smilax zeylanica L. √ 311 312 Solanum mammosum L. √ 313 Spatholobus ferrugineus √ 314 Stachyphrynium borneense √ 315 316 Stachytarpheta mutabilis √ 317 Stemonurus secundiflorus √ 318 319 Stenoclaena palustris Bedd. √ 320 Streblus asper Lour. 321 Susun malayanum Hook.f. 322 323 Symplocos celastrifolia √ √ Symplocos fasciculata Zoll. √ √ 324 Syzygium aqueum √ 325 326 Syzygium cumini √ 327 Syzygium malaccense √ 328 Syzygium polyanthum √ 329 330 Syzygium sp. √ Syzygium sp. √ 331 Tamarindus indica L. √ 332 333 Terminalia citrina √ 334 Tetramerista glabra Miq. 335 Tetrastigma sp. √ 336 337 Theobroma cacao L. √ 338 Trema orientalis (L.) Bl. 339 340 Tricalysia singularis Korth. 1** 2** 3** 4** 1** 2** √ √ √ √ √ √ √ Solanum melongena L. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sterculia urceolata Smith. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Toona sinensis (A. Juss.) Roem. Tristania maingayi Duthi √ √ Stemonurus malaccensis Tetracera fagifolia Bl. √ √ Sindora brugemanii DC. Syzygium lineatum 4** √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 151 No. KGP* Nama Ilmiah 1** 2** LAB* 3** 4** 1** 2** 4** 341 Tristania obovata R.Br. 342 Turnea subulata J.E. Smith. √ 343 344 Uncaria glabrata (Bl.) DC. √ Urena lobata L. √ 345 Vatica rassak Bl. 346 347 Vernonia arborea Ham 348 Vitex pubescens Vahl. √ √ √ 349 Vittaria scolopendrina √ √ √ 350 351 Wedelia calendulacea √ Xanthophyllum flavescens √ 352 Xanthophyllum sp √ 353 354 Xylopia sp. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Villebrunea rubescens Bl. Jumlah √ √ √ Zalacca blumeana Mart. Keterangan √ 172 29 66 46 √ √ √ 206 126 247 *: KGP = PT Kencana Graha Permai LAB = PT Lanang Agro Bersatu ** : 1. Sempadan Sungai, 2. Kawasan Sekitar Mata Air, 3. Bukit, 4. Areal lainnya Sumber: 1. Laporan Nilai Konservasi Tinggi PT Agro Lestari Mandiri 2. Laporan Nilai Konservasi Tinggi PT Lanang Agro Bersatu 152 Lampiran 10 Daftar spesies tumbuhan obat di areal studi Lokasi* Nama Ilmiah Asplenium nidus L. Penyakit yang di obati Bagian yang digunakan 1 Sakit kepala Daun √ 2 Blechnum orientale L. Obat bisul, aromatik Rimpang √ 3 Dicranopteris dichotoma Obat batuk, luka memar akar, batang √ 4 Lycopodium cernuum L. Peluruh air seni, Penyegar tubuh Herba √ 5 Drymoglossum piloselloides Obat batuk Herba √ 6 Drynaria sparsisora Batuk Rimpang √ 7 Lygodium japonicum peluruh air seni, antibiotik, anti radang Daun √ √ √ 8 Selaginella doederleinii batuk, diare, disentri, kanker Herba √ √ √ 9 Alocasia macorrhiza obat luar thd sakit sendi akar/ daun 10 Pistia stratiotes Linn. Obat luka Daun √ 11 Areca catechu L. obat cacing menguatkan keputihan biji √ No. 1 12 gigi, obat cacing, 2 3 √ √ √ √ √ √ √ √ diabetes, Arenga pinnata obat kencing manis, diabetes Daun nira/ aren gula √ 13 Calamus sp. sakit urat, punggung, malaria akar √ √ 14 Cocos nucifera L. penawar racun. Sariawan, obat dalam Air √ √ √ 15 Cyperus rotundus L. Obat luka Herba √ √ 16 Pleomele angustifolia Darah tinggi Daun 17 Musa paradisiaca L. obat luka, lambung Getah 18 Pandanus tectorius Penambah napsu makan Daun √ 19 Bambusa vulgaris Pencegah mual Kulit batang √ 20 Chrysopogon aciculatus Penawar racun ular Akar √ 21 Cymbopogon citratus peluruh angin, pereda kejang Daun 22 Cynodon dactylon Pers. sakit perut, demam Rimpang √ 23 Dinochloa scandens cacingan, sakit mata Tunas muda √ 24 Gigantochloa apus Cacingan Tunas muda √ √ 25 Imperata cylindrica Penurun panas, sakit pinggang Akar √ √ 26 Paspalum conjugatum Penurun panas Herba 27 Pogonarherum paniceum Stamina Herba 28 Saccharum officinarum Mencret darah Akar 29 Saccharum spontaneus Obat tetes mata Tunas muda 30 Schizostachyum blumei Obat bisul Daun 31 Smilax zeylanica L. kanker, frambusia, TBC kelenjar, kencing manis, bisul, wasir, luka memar Daun √ √ √ 32 Costus speciosus digigit ular, radang mata Batang √ √ √ 33 Hornstedtia sp. Melahirkan, Patah tulang Akar 34 Asystasia intrusa Bl. Obat sakit kepala Daun 35 Gandarusa vulgaris Nees. KB Pria, Keseleo Daun 36 Amaranthus sp. disentri, diare, TBC, batu empedu Akar 37 Mangifera foetida Lour. menyegarkan badan Buah 38 Mangifera indica L. Sariawan Daun √ √ √ 39 Anisophyllea disticha Luka luar Daun √ √ √ 40 Annona muricata L. obat demam, kanker Daun 41 Canangium odoratum Baill. malaria, asma, sesak napas, bronkhitis, jamu setelah melahirkan Bunga √ 42 Alstonia angustifolia Miq. Mencret darah Daun √ √ 43 Alstonia scholaris (L.) R.Br. obat demam, tekanan darah tinggi Kulit batang √ √ √ 44 Ageratum conyzoides L. Luka luar Daun √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 153 No. 45 Nama Ilmiah Blumea balsamifera (L.) DC. Lokasi* Penyakit yang di obati Bagian yang digunakan 1 2 3 √ antibakteri, tonikum, obat batuk Daun √ √ 46 Eupatorium odoratum L.f. Luka luar Daun √ √ √ 47 Durio kutejensis mengeringkan pusar bayi Daun √ √ √ 48 Durio oxleyanus Griff. malaria, luka bernanah, masuk angin Kulit batang √ √ 49 Isotoma longiflora Presl. Obat tetes mata Daun √ √ 50 Equisetum debile Roxb. Greges otot Herba √ 51 Aleurites moluccana tipes, sariawan, sakit perut Kulit batang 52 Antidesma ghaesembilla tonikum, diare kulit daun 53 Euphorbia hirta L. 54 Jatropha curcas L. obat sariawan, menghilangkan bengkak Getah 55 Mallotus macrostachyus batuk demam Daun 56 Phyllanthus acidus peluruh dahak, Daun Pencahar Buah penyakit mata, bronkhitis, asma diuretik, anti √ kayu, √ √ inflamasi √ Getah, daun 57 Phyllanthus niruri L. diare, radang hati, infeksi saluran kencing Herba 58 Adenanthera pavonina pembersih rambut, obat keputihan Kulit batang 59 Cassia alata L. Kulit 60 Derris elliptica (Roxb.) Bth. 61 Mimosa pudica L. √ √ √ √ √ √ √ √ Daun √ √ √ Digigit serangga Akar √ √ Insomnia Herba Rematik Akar √ √ 62 Parkia roxburghii G. Don. sakit perut, diare biji 63 Parkia speciosa Hassk. sakit perut, biji √ 64 Sindora brugemanii DC. batuk bronkhitis kulit √ √ 65 Leea aequata Linn. demam, batuk Daun 66 Lagerstroemia speciosa L. tekanan darah tinggi biji √ √ 67 Sida rhombifolia L. pencahar, obat bisul akar obat luka Daun 68 Urena lobata L. obat sakit perut, pendarahan Daun 69 Clidemia hirta obat luka Daun obat sakit perut, batang muda 70 Melastoma malabathricum disentri, obat kumur, keputihan, sakit perut Daun √ √ 71 Lansium domesticum Corr. tipes, demam, malaria, sakit perut kulit batang √ √ 72 Ficus ampelas Burm. f. diuretik, mencret air akar 73 Artocarpus integra Merr. Demam Daun √ √ 74 Ficus benjamina L. pilek, demam, memar akar √ √ malaria, radang usus Daun √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 75 Embelia ribes Burm.f. batuk murus getah √ 76 Lisia pumila (Bl.) F. Vill. penyakit sabun akar √ 77 Baeckea frutescens Linn. diuretik, obat demam Daun 78 Melaleuca leucadendron (L.) L. obat batuk, kepala pusing Daun 79 Psidium guajava L. diare Daun diabetes buah disentri akar obat setelah bersalin akar obat sakit perut, menurunkan panas Daun √ demam berdarah buah √ 80 Rhodamnia cinerea Jack. 81 Syzygium aqueum (Burm.f.) Alst. 82 Syzygium malaccense √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 154 Lokasi* Nama Ilmiah Syzygium polyanthum Penyakit yang di obati Bagian yang digunakan 1 penurun darah tinggi, asam urat Daun √ 84 Nepenthes sp. Penyakit dalam air bunga √ 85 Nephentes rafflesiana Jack. Setelah bersalin umbi √ 86 Averrhoa bilimbi L. sakit perut, sariawan, luka Daun kanker, tekanan darah tinggi buah tetes mata herba obat sakit perut, sakit mata, keputihan, luka, bau badan Daun No. 83 Passiflora foetida L. 88 Piper betle L. 89 Piper caninum Bl. penguat gigi Daun 90 Piper porphyrophyllum kanker, diabetes Daun 91 Piper sarmentosum Roxb. obat batuk akar √ 92 Coffea robusta obat malaria, tipes Daun √ 93 Hedyotis verticillata Lamk penurun panas Daun 94 Paederia foetida L. diare, sakit lambung, usus Daun 95 Uncaria girata (Bl.) DC. penangkal racun herba 96 Pometia pinnata Tonikum biji 97 Brucea javanica (L.) Merrill sakit pinggang Daun buah 3 √ √ 87 malaria 2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 98 Eurycoma longifolia Jack. Capsicum frutescens L. malaria, stamina, aprodisiak melancarkan aliran darah, menambah napsu makan Akar 99 100 Physalis peruviana L. diabetes, sakit paru-paru, ayan, borok pada kulit Buah 101 Pterospermum diversifolium Gatal-gatal Daun 102 Streblus asper Lour. Menambah ASI Daun 103 Theobroma cacao L. Peluruh Haid Akar 104 Aquilaria malaccensis perut, ginjal, aprodisiak, asma, kanker diare Kulit 105 Lantana camara L. Sakit perut Herba √ 106 Peronema canescens Jack. komplikasi, magh, luka, tipes, demam Daun √ 107 Stachytarpheta mutabilis tekanan darah tinggi, diabetes Herba Keputihan Akar 108 Vitex pubescens Vahl. tipus, luka, pegal2, malaria, sakit perut 109 Laportea stimulans Miquel. retensi urin, diabetes 110 Buettneria reinwardtii 111 √ √ √ Buah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Kulit √ √ √ Daun Akar √ Sakit kepala √ √ √ Psychotria sarmentosa demam, batuk Daun √ √ 112 Gymnacranthera forbesii Rematik Daun 113 Loranthus sp. campak, obat cacing 114 Litsea tuberculata Penawar bisa Herba Daun √ 115 Hyptis brevipes Poit. Penyakit dalam Daun √ 116 Engelhardtia sp. Haid Akar 117 Stemonurus secundiflorus Sakit perut Daun 118 Cratoxylum cochinchinensis Aprodisiak Daun √ 119 Casearia grewiaefolia Penambah napsu makan Daun √ 120 Hydnocarpus anthelmintica anti malaria, penurun panas √ 121 Terminalia citrina Demam biji, daun Daun 122 Cratoxylon formosum Dyer. kanker, diuretik Daun √ 123 Canarium caudatum meningkatkan gairah, menguatkan jantung buah √ 124 Elephantophus cf mollis memperlancar haid akar 125 Elephantopus scaber L. influenza, demam, diare, digigit ular, anemia Herba 126 Emilia sonchifolia peluruh air seni, 127 Erigeron linifolius sakit kepala, menghentikan candu Daun Akar √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 155 Lokasi* No. 128 Nama Ilmiah Homalomena sagittifolia Penyakit yang di obati Bagian yang digunakan 1 2 3 aprodiksiak, rematik, pegal linu rimpang √ √ √ 129 Lecanopteris carnosa anti radang, pelancar peredaran darah daun √ 130 Stachyphrynium borneense ruam syaraf umbi 131 Tetracera fagifolia Bl. Malaria 132 Anacolosa frutescens Luka luar Daun Biji √ 133 Manihot utilissima Pohl. Luka luar Daun √ 134 Arcangelisia flava Penyakit kuning, hati rimpang √ 135 Borreria latifolia Sakit gigi Daun 136 Dieffenbachia seguine Sakit tenggorokan, sakit mulut Daun √ √ 137 Amomum coccineum Melancarkan air susu ibu rimpang √ √ 138 Dindrocalamus asper Obat sakit kencing Tunas muda 139 Octomeles sumatrana Miq. Obat sakit perut Daun √ √ √ 140 Dillenia excelsa (Jack) Gilg. Malaria Kulit batang √ √ √ 141 Shorea stenoptera Burck. Sariawan Biji √ 142 Eusideroxylon zwageri Obat bengkak Biji √ √ √ 143 Macaranga gigantea Diare dan disentri Akar √ √ √ 144 Elaeocarpus stipularis Obat luka Daun √ √ √ 145 Endospermum diadenum Obat luka Akar √ 146 Dryobalanops aromatica Mengurangi nyeri, aprodisiak Batang √ 147 Macaranga triloba diare Kulit batang √ 148 Macaranga hypoleuca demam, kejang otot ranting √ 149 Baccaurea racemosa diare, peluruh haid Daun √ 150 Clitoria ternatae L. Obat bisul, demam, sakit mata Herba √ 151 Tamarindus indica L. Bisul, cacar air Buah √ 152 Pithecollobium lobatum Obat eksim, kudis Daun √ √ √ 153 Koompassia malaccensis Cacingan kulit batang √ √ √ 154 Cratoxylum arborescens Malaria Getah akar √ 155 Cinnamomum burmanii Asma, sesak napas kulit batang 156 Toona sinensis Cacingan, disentri, peluruh dahak Batang 157 Sandoricum koetjape Obat keputihan Akar 158 Syzygium cumini Diare, amandel, kencing manis Biji 159 Scorodocarpus borneensis Mencret, perawatan anak Buah 160 Eichornia crassipes Obat panas tenggorokan, bisul Daun 161 Anthocephalus cadamba Demam, tonikum Kulit batang √ 162 Ixora coccinea L. Obat luka baru herba √ √ √ 163 Nephelium lappaceum L. Buah √ √ √ 164 Solanum indicum L. Obat sariawan, disentri, jerawat, demam Beri-beri, kurang darah, keguguran, dan sakit gigi buah √ 165 Solanum mammosum L. Cacingan, kurang darah, beri-beri buah 166 Solanum melongena L. Kurang darah, keguguran, sakit gigi buah 167 Tacca palmata Blume Di gigit ular, lipan, atau luka sayatan umbi 168 Turnea subulata J.E. Smith. Obat bisul, stimulan Daun 169 Trema orientalis (L.) Bl. Obat batuk, mencret pada anak Daun 170 Villebrunea rubescens Bl. Cacar, sakit kepala Daun 171 Clerodendrum inerme 172 Tetrastigma sp. Obat keracunan ikan, keracunan makanan, lukaluka, sakit kelenjar, radang hati herba Menyuburkan rambut herba √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Keterangan *: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai, 3. PT Lanang Agro Bersatu 156 Lampiran 11 Daftar spesies tumbuhan penghasil pangan di areal studi Lokasi* No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nama Ilmiah Blechnum orientale L. 1 √ Nephrolepis bisserata (Swartz) Schott. Cyclophorus aridus Alocasia macorrhiza Schott. Alocasia sp. Amorphophallus sp. Colocasia esculenta Schott. Areca catechu L. Arenga pinnata (Wurmb.) Merr. √ 2 √ 3 √ √ √ √ √ √ 14 Calamus manan Miquel Oncosperma filamentosum Bl. Salacca conferta Griffith. Zalacca blumeana Mart. Cocos nucifera L. √ √ √ √ 15 Dioscorea hispida Dennust √ 16 Musa paradisiaca L. 17 Musa sp. √ 18 Musa sp. √ 19 Saccharum officinarum Linn. √ 20 Alpinia sp. √ 21 Alpinia sp. √ 22 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Keterangan Sayur Sayur Sayur Sayur Herba Umbi Umbi, sayur Pohon Pohon Sayur Makanan Buah Buah Minuman, makanan Sayur Buah √ √ Buah √ √ Buah √ √ Sayur √ rempah-rempah √ Bumbu Hornstedtia sp. √ Bumbu 23 Amaranthus sp. √ Sayur 24 Bouea macrophylla Griffith √ √ Buah 25 Buchanania insignis √ 26 Gluta renghas L. √ √ √ Buah 27 Mangifera caesia Jack. √ √ √ Buah 28 Mangifera foetida Lour. √ √ √ Buah 29 Mangifera indica L. √ √ √ Buah 30 Mangifera longipes Griffith √ 31 Mangifera odorata Griff. √ Buah 32 Mangifera sp. √ Buah 33 Pentaspadon motleyi Hook.f. √ Buah 34 Annona muricata L. √ Buah 35 Emilia sonchifolia (Linn.) DC. 36 Ceiba pentandra Gaertn. √ Sayur 37 Durio carinatus Mast. √ Buah 38 Durio kutejensis (Hassk.) Beccari √ √ Buah 39 Durio oxleyanus Griff. √ √ √ √ Buah Buah √ √ √ √ Sayur Buah 157 Lokasi* No. 1 √ 2 40 Nama Ilmiah Durio testudinarum 3 41 Durio zibethinus Murr. √ √ 42 Canarium apertum H.J.L. 43 Canarium caudatum 44 Canarium patentinervium Miquel 45 Dacryodes rugosa (Blume) H.J. Lam. 46 Santiria griffithii (Hk.f.) Engl. 47 Santiria tomentosa Blume 48 Bhesa paniculata Arnott. 49 Calophyllum macrocarpum 50 Garcinia mangostana L. 51 Garcinia parvifolia Miq. √ 52 Garcinia sp √ 53 Garcinia sp. √ 54 Ipomoea cairica (L.) Sweet. 55 Crypteronia griffithii C.B. Clarke 56 Aleurites moluccana (L.) Willd. 57 Antidesma ghaesembilla Gaertner √ 58 Elasteriospermum tapos Miq. √ 59 Euphorbia hirta L. 60 Hevea brasiliensis 61 Phyllanthus acidus (L.) Skeels. 62 Manihot utilissima Pohl. √ 63 Bauhinia sp. √ 64 Caliandrra calothyrsus 65 Cassia alata L. 66 Clitoria ternatae L. 67 Parkia intermedia 68 Parkia roxburghii G. Don. 69 Parkia speciosa Hassk. √ 70 Pithecolobium clypearia Benth. √ 71 Tamarindus indica L. √ Buah 72 73 Casearia rugulosa √ Buah √ √ √ √ √ √ Buah √ Buah √ Buah √ Buah Buah √ Buah √ Buah Buah √ √ Buah √ Umbi √ √ √ √ Sayur √ Rempah-rempah √ Buah √ Buah √ Sayur √ Sayur √ Buah √ √ Umbi-umbian √ √ Sayur √ Buah √ Sayur √ Sayur √ Buah √ √ √ Buah √ √ √ 74 √ 75 Cantleya corniculata (Beccari) Howard. √ 76 Cinnamomum burmanii (Nees.) Bl. 77 Bellucia axinanthera Triana √ Buah Buah √ Scolopia macrophylla Curculigo capitulata (L.) O.K. Buah Buah √ √ Buah Buah √ √ Keterangan Buah √ √ √ √ √ Buah Sayur Buah √ Bumbu √ Buah 158 Lokasi* No. 78 Nama Ilmiah Lansium domesticum Corr. 1 √ 2 √ 3 √ Buah Keterangan 79 Artocarpus communis Forst. √ Buah 80 Artocarpus elasticus Reinw. √ √ √ Buah 81 Artocarpus integer (Thund.) Merr. √ √ √ Buah 82 Artocarpus integra Merr. √ √ Buah 83 Artocarpus kemando Miq. √ √ √ Buah 84 Artocarpus lanceifolius Roxburgh √ √ 85 Artocarpus rigidus Blume √ 86 Artocarpus teysmanii Miquel √ 87 Ficus fistulosa Reinw. 88 Ficus variegata Bl. 89 Eugenia malaccensis L. 90 Eugenia muellerii 91 Eugenia sp. 92 Psidium guajava L. 93 Buah √ Buah √ Buah √ Buah √ Sayur √ Buah √ √ Buah √ √ √ Buah √ √ √ Buah Syzygium aqueum (Burm.f.) Alst. √ Buah 94 Syzygium cumini √ Buah 95 Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. √ Bumbu 96 Syzygium sp. √ Buah 97 Scorodocarpus borneensis Becc. 98 Averrhoa bilimbi L. 99 Sarcotheca macrophylla √ 100 Passiflora foetida L. √ 101 Nephelium cuspidatum Bl. √ 102 Nephelium lappaceum L. 103 √ √ √ √ √ Buah √ Buah Buah √ Buah √ √ Buah √ √ √ Buah Pometia pinnata J.R. & G. Forst. √ √ √ Buah 104 Solanum indicum L. √ 105 Solanum mammosum L. 106 Solanum melongena L. √ Sayur 107 Sterculia urceolata Smith. √ Buah 108 Theobroma cacao L. √ Minuman 109 Vitex pubescens Vahl. √ √ √ Sayur 110 Pithecollobium lobatum Benth. √ √ √ Buah 111 Stemonurus malaccensis (Mast.) Sleumer √ Buah Sayur Sayur √ Keterangan *: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai 3. PT Lanang Agro Bersatu 159 Lampiran 12 Daftar spesies tumbuhan hias di areal studi No. 1 Hoya sp. 2 Asplenium nidus L. Nama Ilmiah 3 Athyrium bantamense (Bl.) Milde 4 Blechnum orientale L. Nephrolepis bisserata 5 6 Nephrolepis exavata Lokasi AML KGP LAB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 7 Adianthum cuneatum 8 Lecanopteris carnosa √ √ 9 Vittaria scolopendrina 10 Alocasia macorrhiza 11 Alocasia sp. √ √ √ √ 12 Alocasia sp. 13 Alocasia sp. √ √ √ √ 14 Amorphophallus sp. 15 Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schott. √ 16 Homalomena sagittifolia 17 Licuala spinosa Thunb. √ √ 18 Pinanga sp. 19 Cocos nucifera L. √ 20 Cordyline fruticosa (Linn.) A. Cheval 21 Hanguana malayana Merrill 22 Bromheadia finlaysoniana 23 Dendrobium crumenatum Sw. 24 Asystasia intrusa Bl. 25 Mikania scandens Willd. 26 Maranthes corymbosa Blume 27 Erechtites valerianifolia Raf. 28 Curculigo capitulata (L.) O.K. 29 Nepenthes ampullaria Jack. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 30 Nepenthes grandis 31 Nephentes rafflesiana Jack. 32 Nepenthes sp. 33 Maranthes corymbosa Blume √ √ √ √ 34 Hypobathrum sp. 35 Ixora coccinea L. √ 36 Turnea subulata J.E. Smith. 37 Clerodendrum inerme (L.) Gaertn. √ √ √ √ √ √ Keterangan *: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai, 3. PT Lanang Agro Bersatu 160 Lampiran 13 Daftar spesies penghasil aromatik di areal studi Lokasi No. 1 Nama Ilmiah Blechnum orientale L. Famili Blechnaceae 1 √ 2 √ 3 √ 2 Cocos nucifera L. Palmae √ √ √ 3 Cyperus rotundus L. Cyperaceae √ √ 4 Musa paradisiaca L. Musaceae √ 5 Freycinetia angustifolia Bl. Pandanaceae 6 Pandanus sp Pandanaceae √ 7 Pandanus sp Pandanaceae √ √ 8 Pandanus tectorius Pandanaceae √ √ 9 Pandanus hasskardlii Merr. Pandanaceae √ √ 10 Cymbopogon citratus Poaceae 11 Saccharum officinarum Linn. Poaceae √ 12 Alpinia sp. Zingiberaceae √ 13 Alpinia sp. Zingiberaceae √ 14 Amomum coccineum Zingiberaceae √ √ 15 Canangium odoratum Baill. Annonaceae √ √ 16 Dryobalanops aromatica Dipterocarpaceae √ 17 Aleurites moluccana (L.) Willd. Euphorbiaceae √ 18 Macaranga conifera Euphorbiaceae 19 Cinnamomum burmanii Lauraceae Cinnamomum culilawan Bl. Lauraceae 20 Cinnamomum macrophyllum Lauraceae 21 Melaleuca leucadendron (L.) L. Myrtaceae 22 Syzygium cumini Myrtaceae 23 Syzygium polyanthum Myrtaceae 24 Capsicum frutescens L. Solanaceae 25 Aquilaria malaccensis Lamk. Thymelaeaceae 26 Aquilaria microcarpa Thymelaeaceae Verbenaceae 27 Clerodendrum inerme Keterangan *:1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai 3. PT Lanang Agro Bersatu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 161 Lampiran 14 Daftar spesies penghasil pakan ternak di areal studi Lokasi No. Nama Ilmiah Amorphophallus sp. 1 2 Colocasia esculenta Schott. AML KGP √ LAB √ √ 3 Arenga pinnata (Wurmb.) Merr. 4 Cocos nucifera L. √ √ √ 5 Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk. 6 Cyperus compressus L. √ 7 Cyperus rotundus L. 8 Scleria laevis Retzius √ √ √ √ √ √ √ 9 Scleria sumatranensis 10 Musa paradisiaca L. √ √ √ 11 Axonopus compressus P.B. 12 Digitaria adscendens √ √ √ √ 13 Imperata cylindrica (L.) Beauv. 14 Ischaemum muticum Linn. √ √ √ 15 Ischaemum muticum Linn. 16 Lophatherum gracile Brongn. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 17 Paspalum conjugatum Berg. 18 Pennisetum purpureum Seumach. √ 19 Mangifera indica L. 20 Ageratum conyzoides L. √ 21 Wedelia calendulacea Less. 22 Manihot utilissima Pohl. √ √ 23 Calopogonium muconoides 24 Clitoria ternatae L. √ 25 Digittaria ciliaris (Retzius) Koeler 26 Mimosa pudica L. √ √ √ √ √ 27 Mucuna brachteata 28 Sida rhombifolia L. √ 29 Artocarpus integra Merr. 30 Eichornia crassipes (Mart.) Solms. 31 Borreria latifolia 32 Tacca palmata Blume √ √ √ √ √ √ √ √ √ 33 Lantana camara L. 34 Premna integrifolia Linn. Keterangan: AML : PT Agro Lestari Mandiri KGP : PT Kencana Graha Permai √ √ √ LAB : PT Lanang Agro Bersatu 162 Lampiran 15 Daftar spesies penghasil serat pada areal studi Lokasi* No. 1 Raphidophora sp. Nama Ilmiah AML √ 2 Raphidophora sp. √ 3 Rhaphidophora sylvestris Engl. √ 4 Musa paradisiaca L. 5 Musa sp. √ 6 Musa sp. √ 7 Pandanus tectorius Soland ex Park. √ 8 Alpinia sp. √ 9 Canangium odoratum Baill. √ 10 Bombac ma√aricum DC. 11 Ceiba pentandra Gaertn. 12 13 Endospermum diadenum √ √ √ √ 14 Macaranga gigantea Flagellaria indica L. 15 Curculigo capitulata (L.) O.K. √ √ √ √ 16 Artocarpus elasticus Reinw. √ √ √ 17 Artocarpus kemando Miq. √ √ √ 18 Ficus variegata Bl. √ √ √ 19 Nepenthes ampullaria Jack. √ 20 Premna integrifolia Linn. √ Keterangan *: AML : PT Agro Lestari Mandiri KGP : PT Kencana Graha Permai LAB : PT Lanang Agro Bersatu KGP LAB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 163 Lampiran 16 Daftar spesies tumbuhan penghasil bahan pewarna di areal studi No 1 2 3 4 Nama Ilmiah Pleomele angustifolia Mangifera indica L. Durio testudinarum Octomeles sumatrana Miq. Baccaurea racemosa 5 6 Glochidion zeylanicum 7 Macaranga gigantea 8 Arcangelisia flava 9 Artocarpus integra Merr. 10 Myristica iners Blume 11 Melaleuca leucadendron 12 Syzygium sp. 13 Ganua motleyana 14 Payena leerii Kutz. 15 Duabanga moluccana 16 Pterospermum acerifolium 17 Trema orientalis (L.) Bl. 18 Vitex pubescens Vahl. Keterangan *: 1. PT Agro Lestari Mandiri 2. PT Kencana Graha Permai 3. PT Lanang Agro Bersatu Bagian yang digunakan daun kulit batang Kulit batang kulit batang + bengkudu kulit batang kulit batang kulit batang Rimpang Kayu Getah Kulit batang daun Getah Getah Kulit batang Kulit batang Kulit batang Kulit batang Keterangan hijau hijau Kuning merah pada rotan lembayung pada kapas hitam pada kapas Cat Kuning Kuning Merah Cat Hitam pada anyaman getah perca getah perca Hitam Kuning Merah Hijau Lokasi 2 3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 164 Lampiran 17 Daftar spesies penghasil bahan bangunan di areal studi Lokasi* No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Nama Ilmiah Aetoxylon sympetalum Aglaia ignea Alangium javanicum Alseodaphne sp. Anthocephalus cadamba Miq. Antidesma neurocarpum Miq. Areca catechu L. Artocarpus dadah Miq. Artocarpus rigidus Blume Baccaurea dulcis Muell. Arg. Baccaurea racemosa Baeckea frutescens Linn. Bambusa vulgaris S Barringtonia acutangulata Barringtonia racemosa Bhesa paniculata Arnott. Calophyllum pulcherrimum Calophyllum soulattri Burm.f. Campnosperma auriculata Campnosperma macrophylla Canarium patentinervium Chaetocarpus castanocarpus Cinnamomum culilawan Bl. Cinnamomum sp. Cratoxylon arborescens Bl. Famili Thymelaeaceae Meliaceae Alangiaceae Lauraceae Rubiaceae 1 2 √ 3 √ √ √ √ Euphorbiaceae Arecaceae Moraceae Moraceae √ √ Euphorbiaceae Euphorbiaceae √ √ √ √ √ √ √ √ √ Myrtaceae Poaceae Lecythidaceae Lecythidaceae √ √ √ Celastraceae Clusiaceae Clusiaceae Anacardiaceae √ √ √ √ √ √ Anacardiaceae √ √ Burseraceae Euphorbiaceae Lauraceae √ √ √ √ Lauraceae √ Hypericaceae Hypericaceae Lauraceae Burseraceae Dilleniaceae Dilleniaceae Dilleniaceae Poaceae √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 34 Cratoxylon formosum Cryptocarya crassinervia Miq. Dacryodes rostrata H.J.L. Dillenia excelsa (Jack) Gilg. Dillenia pulchella (Jack.) Gilg. Dillenia reticulata Dindrocalamus asper Dipterocarpus grandiflorus Dipterocarpaceae √ 35 Dracontomelon costatum Anacardiaceae √ 36 Dryobalanops beccari Dyer. Dipterocarpaceae 37 Elasteriospermum tapos Miq. Euphorbiaceae √ √ 38 Eusideroxylon zwageri T. & B. Lauraceae √ √ √ 39 Fagraea racemosa Loganiaceae √ √ 40 Ficus calophylla Blume Moraceae 41 Flacourtia inermis Roxburgh Flacourtiaceae √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 165 Lokasi* No. Famili 1 2 3 42 Nama Ilmiah Flacourtia rukam Zoll. & Mor. Flacourtiaceae √ 43 Ganua motleyana Sapotaceae √ √ 44 Garcinia diocia Bl. Clusiaceae √ √ 45 Gonystyllus bancanus Kurz. Thymelaeaceae √ 46 Gonystylus keithii Thymelaeaceae 47 Homalanthus populneus Euphorbiaceae 48 Hopea mengerawan Miquel Dipterocarpaceae 49 Knema conferta (King) Warb. Myristicaceae 50 Knema intermedia Warb. Myristicaceae 51 Knema intermedia Warb. Moraceae 52 Knema perconacea Sinch. Myristicaceae 53 Koompassia malaccensis Fabaceae √ 54 Lophopetalum javanicum Celastraceae √ 55 Macaranga hypoleuca Euphorbiaceae √ √ 56 Macaranga rhizinoides Euphorbiaceae √ √ 57 Macaranga triloba Euphorbiaceae 58 Madhuca sericea Sapotaceae 59 Mammea sp. Clusiaceae 60 Melanorrhoea wallichii Hk.f. Anacardiaceae √ 61 Melanorrhoea wallichii Hk.f. Anacardiaceae √ 62 Mezzetia parvifolia Becc. Annonaceae √ √ 63 Mezzetia sp. Annonaceae √ √ 64 Neoscortechinia kingii Euphorbiaceae √ √ 65 Nephelium eriopetalum Miq. Sapindaceae 66 Ochroma bicolor Apocynaceae 67 Octomeles sumatrana Miq. Datiscaceae 68 Paraserianthes falcataria Fabaceae 69 Payena leerii Kutz. Sapotaceae 70 Peronema canescens Jack. Verbenaceae 71 Pithecollobium lobatum Benth. Fabaceae 72 Polyathia subcordata (Bl.) Bl. Annonaceae 73 Pometia pinnata Sapindaceae √ 74 Ptychopyxis costata Miquel Euphorbiaceae √ √ 75 Quercus bennettii Miq. Fagacea √ √ 76 Quercus poculiformis V.Soem. Fagacea √ 77 Sandoricum koetjape Meliaceae √ 78 Santiria laevigata Bl. Burseraceae √ √ √ 79 Santiria tomentosa Blume Burseraceae √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 166 Lokasi* No. 80 Nama Ilmiah Scaphium macropodum L. Famili Sterculiaceae 81 Schima wallichii Korth. Theaceae 82 Schizostachyum blumei Nees. 83 Scolopia spinosa 84 Scorodocarpus borneensis Olacaceae 85 Shorea acuminata Dyer 86 Shorea balangeran 87 Shorea brunescens P.S. Ashton 88 Shorea faguetioides 89 Shorea gysbertsiana Burck. 90 Shorea palembanica Dipterocarpaceae 91 Shorea pallidifolia Dipterocarpaceae 92 Shorea parvifolia Dyer. Dipterocarpaceae 93 94 Shorea parvistipulata Heim. 1 2 3 √ √ √ Poaceae √ √ Flacourtiaceae √ √ √ √ √ Dipterocarpaceae √ √ Dipterocarpaceae √ √ Sapotaceae √ √ Sapotaceae √ Dipterocarpaceae √ √ √ √ √ Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae √ √ √ 95 Shorea scabrida Shorea stenoptera Burck. Dipterocarpaceae √ √ 96 Shorea teysmanniana Dyer Dipterocarpaceae √ √ 97 Shorea virescens Parys. Dipterocarpaceae 98 Sindora brugemanii DC. Fabaceae √ 99 Stemonurus scorpioides Icacinaceae √ 100 101 Symplocos celastrifolia Symplocaceae Symplocaceae √ √ √ √ √ √ 102 Symplocos fasciculata Zoll. Syzygium malaccense 103 Syzygium polyanthum Myrtaceae √ √ 104 Terminalia sp. Combretaceae √ √ 105 Tetramerista gira Miq. Theaceae √ 106 Toona sinensis Meliaceae 107 Tristania maingayi Duthi Myrtaceae 108 Tristania obovata R.Br. Myrtaceae √ Myrtaceae √ √ 109 Vatica rassak Bl. Dipterocarpaceae √ 110 Vernonia arborea Ham Compositae √ 111 Villebrunea rubescens Bl. Urticaceae 112 Xanthophyllum flavescens Polygalaceae 113 Xanthophyllum sp Polygalaceae √ √ √ √ Keterangan*: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai, 3. PT Lanang Agro Bersatu 167 Lampiran 18 Daftar spesies tumbuhan ritual adat di areal studi Lokasi* No Nama Ilmiah AML √ KGP √ LAB √ 1 Areca catechu L. 2 Arenga pinnata 3 Oncosperma filamentosum √ √ 4 Cocos nucifera L. √ √ 5 Cordyline fruticosa √ √ 6 Musa paradisiaca L. 7 Imperata cylindrica √ √ √ 8 9 Costus speciosus √ √ √ Dyera costulata Hook.f. √ 10 Shorea balangeran √ √ 11 Artocarpus anisophyllus √ √ √ 12 Macaranga pruinosa √ √ 13 Koompassia malaccensis √ √ √ 14 Eusideroxylon zwageri √ √ √ 15 Aquilaria malaccensis √ √ 16 Tetrastigma sp. 17 Ficus callosa Willd. Keterangan *: AML : PT Agro Lestari Mandiri KGP : PT Kencana Graha Permai LAB : PT Lanang Agro Bersatu √ √ √ √ √ √ √ √ 168 Lampiran 19 Daftar spesies tumbuhan penghasil kerajinan dan anyaman Lokasi* No AML KGP LAB 1 Nama Ilmiah Stenoclaena palustris Bedd. 2 Pothos sp. √ √ √ √ 3 Arenga pinnata 4 Calamus caesius Bl. √ √ √ 5 Calamus manan Miquel 6 Calamus mattanensis Becc. √ √ √ √ 7 Calamus retrophyllus Becc. √ 8 Calamus sp. √ √ √ 9 Caryota mitis Lour. √ √ 10 Daemonorops angustifolius √ √ 11 Daemonorops lamprolepis √ 12 Licuala spinosa Thunb. √ √ √ 13 Oncosperma filamentosum √ √ √ 14 Pinanga kuhlii Blume √ 15 Cocos nucifera L. √ √ √ √ 16 Lepironia mucronata 17 Mapania cuspidata 18 Donax cannaeformis √ 19 Pandanus caricosus Kurz. √ 20 Pandanus helicopus Kurz. √ √ 21 Pandanus tectorius Soland ex Park. √ √ 22 Gigantochloa apus √ 23 Schizostachyum blumei Nees. 24 Schizostachyum longispiculatum √ √ √ 25 Gluta renghas L. √ √ √ 26 Xylopia sp. 27 Dyera costulata Hook.f. 28 Dyera lowii Hk. F. 29 Dacryodes rugosa 30 Santiria griffithii (Hk.f.) Engl. 31 Lophopetalum wrightienum Arnott. √ 32 Shorea agamii √ 33 Endospermum diadenum √ 34 Dialium hydnocarpioides De Wit. √ 35 Dialium modestum √ 36 Dialium sp. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 169 Lokasi* No AML √ KGP LAB 37 Nama Ilmiah Diallium platisepalum Baker 38 Spatholobus ferrugineus √ √ √ 39 Flagellaria indica L. 40 Cratoxylum arborescens (Vahl.) Bl. √ 41 Eusideroxylon zwageri T. & B. √ 42 Hibiscus macrophyllus √ 43 Memecylon excelsum Blume √ 44 Knema perconacea Sinch. √ 45 Eichornia crassipes (Mart.) Solms. √ 46 Trema orientalis (L.) Bl. Keterangan *: AML : PT Agro Lestari Mandiri KGP : PT Kencana Graha Permai LAB : PT Lanang Agro Bersatu √ √ √ √ √ √ √ 170 Lampiran 20 Spesies penghasil kayu bakar di areal studi Lokasi* No. Nama Ilmiah AML KGP LAB √ √ 1 Arenga pinnata 2 Cocos nucifera L. √ √ 3 Gigantochloa apus √ √ 4 Schizostachyum blumei Nees. 5 Mangifera foetida Lour. √ √ √ √ √ 6 Mangifera indica L. √ √ √ 7 Durio testudinarum √ 8 Calophyllum grandiflorum √ √ √ 9 Cratoxylon formosum Dyer. 10 Shorea brunescens √ 11 Shorea faguetioides √ 12 Shorea gibbosa 13 Diospyros durionoides Bakh. 14 Diospyros korthalsiana Hiern. 15 Diospyros levigata √ 16 Diospyros maingayi √ 17 Elaeocarpus littoralis √ √ √ 18 Elaeocarpus stipularis Blume √ √ √ 19 Artocarpus anisophyllus Miq. √ √ √ 20 Hevea brasiliensis √ √ √ 21 Acacia mangium √ 22 Paraserianthes falcataria √ 23 Parkia speciosa Hassk. 24 Lithocarpus gracilis 25 Hibiscus macrophyllus 26 Syzygium lineatum √ 27 Syzygium polyanthum √ 28 Syzygium sp. 29 Coffea robusta √ 30 Nephelium lappaceum L. √ √ √ 31 Trema orientalis (L.) Bl. √ √ √ 32 Vitex pubescens Vahl. √ √ √ 34 Pithecollobium ellipticum √ 35 Homalium caryophyllaceum √ Keterangan *: AML : PT Agro Lestari Mandiri KGP : PT Kencana Graha Permai LAB : PT Lanang Agro Bersatu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 171 Lampiran 21 Spesies tumbuhan dengan kegunaan lainnya pada areal studi Lokasi* No. 1 Nama Ilmiah Agathis borneensis Resin Keterangan 1 √ 2 3 2 Arenga pinnata Pupuk 3 Elaeis guneensis Jacq. Minyak nabati 4 Oncosperma filamentosum 5 Smilax zeylanica L. Hitamkan rambut 6 Calophyllum grandiflorum Biofuel 7 Calophyllum pulcherrimum 8 Erechtites valerianifolia Minyak wangi √ 9 Dillenia eximia Pembungkus makanan √ 10 Dillenia grandifolia Pentul korek api √ 11 Dillenia sp. Pembungkus makanan √ 12 Dipterocarpus grandiflorus Pewarna keramik, kertas, kosmetik √ 13 Shorea mecistopteryx Minyak nabati √ 14 Hevea brasiliensis Perekat, bahan dasar ban √ √ √ 15 Pithecollobium lobatum Campuran penghitam rotan √ √ √ 16 Cinnamomum burmanii Rempah-rempah 17 Anacolosa frutescens Minuman √ 18 Piper caninum Bl. Sabun √ 19 Tricalysia singularis Minuman √ √ 20 Coffea robusta Minuman √ √ 21 Aquilaria malaccensis Dupa, resin, Parfum, sabun 22 Vitex pubescens Vahl. Jernihkan aren √ 23 Dyera costulata Hook.f. Bahan permen karet √ 24 Dyera lowii Hk. F. Bahan permen karet √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Keterangan *: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai, 3. PT Lanang Agro Bersatu √ √ √ √ √ √ √ 172 Lampiran 22 Dokumentasi beberapa spesies tumbuhan berguna Durio zibethinus Sonchus arvensis Mangifera indica Cocos nucifera Lantana camara Imperata cilindrica Euporbia hirta Acacia mangium Musa sp. Psidium guajava Lophatherum gracile Artocarpus integra 173