Uploaded by User121203

1137-Article Text-14376-1-10-20190726

advertisement
Indeks Entomologi Vektor Demam Berdarah ... (Wening Widjajanti, et. al)
DOI : 10.22435/vk.v11i1.1137.11-20
INDEKS ENTOMOLOGI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE DI TIGA
KABUPATEN DI PROVINSI BALI
Wening Widjajanti*, Rima Tunjungsari Dyah Ayuningtyas*, Ni Wayan Dewi Adnyana**
*
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga
Jl. Hasanudin No.123 Salatiga 50721, Jawa Tengah, Indonesia
**
Loka Litbang P2B2 Waikabubak
Jalan Basuki Rahmat Km.5 Puu Weri Waikabubak Sumba Barat – Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Email : [email protected]
ENTOMOLOGY INDEX OF Aedes spp. IN THREE DISTRICS IN BALI PROVINCE
Naskah masuk : 14 Mei 2018 Revisi I : 31 Oktober 2018 Revisi II : 15 Januari 2019 Naskah Diterima :15 Mei 2019
Abstrak
Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Bali menempati urutan pertama jika
dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia selama tahun 2011 - 2015. Penyakit ini disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes spp. Risiko penularan DBD diukur dengan kepadatan jentik
(density figure). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jembrana, Karangasem dan Badung Provinsi Bali pada
tahun 2017 dengan tujuan untuk menghitung indeks entomologi vektor DBD di ketiga lokasi tersebut. Jentik
nyamuk Aedes spp. dikumpulkan dari 100 rumah di tiap lokasi di kawasan pemukian penduduk. Hasil koleksi
jentik nyamuk dihitung dengan indikator indeks larva berupa House Index (HI), Container Index (CI) dan
Breateu Index (BI). Nilai HI Kabupaten Jembrana, Karangsem dan Badung berturut-turut adalah 19%, 27%
dan 45%. Nilai CI Kabupaten Jembrana, Karangsem dan Badung berturut-turut adalah 9,25%; 17,37% dan
24,41% sedangkan nilai BI di Kabupaten Jembrana, Karangsem dan Badung berturut-turut adalah 25%, 41%
dan 62%. Jenis tempat perindukan nyamuk di Kabupaten Jembrana dan Karangasem terbanyak ditemukan
pada ember, sedangkan di Kabupaten Badung ditemukan pada bak mandi. Potensi penularan DBD masih
berlangsung di tiga kabupaten ini. Upaya larvasidasi, pemberantasan sarang nyamuk dan penyuluhan harus
terus digiatkan dan ditingkatkan oleh ketiga kabupaten ini.
Kata Kunci: kepadatan jentik, Aedes spp., Bali
Abstract
Incidence rate Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) in Bali Province ranks the first in Indonesia in 20112015. DHF is caused by dengue virus transmitted by Aedes spp. The high risk of DHF transmission could be
measured by density figure of vectors. This research was conducted in Jembrana, Karangasem and Badung
Districts of Bali in 2017. The aim of the current study was to calculate the entomology’s index in those districts.
Aedes spp. larvae were collected from 100 houses per location in the each area. The mosquito larvae data were
calculated by indicator of larvae index of House Index (HI), Container Index (CI) and Breateu Index (BI). The
HI results in Jembrana, Karangasem and Badung districts were 19%, 27% and 45%, respectively. In addition,
CI value was 9.25%, 17.37% and 24.41% for Jembrana, Karangasem and Badung districts respectively. The
BI value in Jembrana, Karangasem and Badung districts were 25%, 41% dan 62%. The types of mosquito
breeding places in Jembrana and Karangasem were mostly found in buckets, while in Badung district were
found in bathtubs. The potential for DHF transmission remains a major problem in those three districts. The
efforts of larvicides application, eradication of mosquito nests and the extension of DHF should be carried out
and improved in those three districts.
Keywords : larvae density, Aedes spp., Bali
11
Vektora Volume 11 Nomor 1, Juni 2019: 11 - 20
PENDAHULUAN
Provinsi Bali merupakan salah satu tujuan wisata
yang terkenal di mata dunia. Setiap tahunnya banyak
wisatawan yang datang berkunjung ke Provinsi Bali, baik
wisatawan domestik maupun mancanegara. Berdasarkan
informasi dari website Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Bali menyatakan bahwa kunjungan wisatawan
asing yang berkunjung ke Bali pada tahun 2017 adalah
sebanyak 5.697.739 orang (BPS Bali, 2018). Sebagai
daerah tujuan wisata, Provinsi Bali berkewajiban
untuk menyediakan daerah wisata yang sehat sesuai
dengan Peraturan Menteri Pariwisata (Kemenpar
RI, 2016). Menurut WHO, salah satu penyakit yang
patut diwaspadai saat melakukan perjalanan adalah
infeksi virus dengue (WHO, 2012), yang mudah sekali
menular terutama di daerah tropis. Infeksi virus dengue
dilaporkan sebagai salah satu penyakit yang diakibatkan
dari adanya pariwisata dan berpotensi untuk menurunkan
jumlah wisatawan yang berkunjung (Schmidt-Chanasit
et al., 2010; Mavalankar et al., 2009).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi
Bali Tahun 2015, jumlah penderita Demam Berdarah
Dengue (DBD) sebanyak 10.759 kasus dengan jumlah
kematian sebanyak 29 orang (Incidence Rate/Angka
Kesakitan 259,1 per 100.000 penduduk dan Case
Fatality Rate/Angka Kematian 0,3%) (Dinkes Bali,
2016). Sedangkan hasil pengumpulan data sekunder
kegiatan Riset Khusus Vektora Tahun 2017 di Dinas
Kesehatan Kabupaten (DKK) Jembrana menyebutkan
bahwa jumlah kasus DBD pada tahun 2015 dan 2016
adalah sebanyak 345 dan 771 kasus; DKK Badung
menyebutkan bahwa jumlah kasus DBD pada tahun
2015 dan 2016 adalah sebanyak 2.178 dan 3.998 kasus
serta DKK Karangasem menyebutkan bahwa jumlah
kasus DBD tahun 2015 dan 2016 adalah sebanyak 790
dan 3.226 kasus.
Diagnosis klinis infeksi virus dengue berupa Demam
Dengue, DBD, DBD dengan syok dan Expanded Dengue
Syndrome (Ditjen P2P, 2017). Infeksi virus dengue
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus
melalui gigitan, penularan transeksual dari nyamuk
jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan, penularan
transovarial dari induk nyamuk ke keturunannya bahkan
penularan melalui transfusi darah (Candra, 2010; Hadi
et al., 2012).
Aktifitas menghisap darah nyamuk Aedes biasanya
dilakukan pada siang hari, sedangkan aktifitas bertelur
dan berkembang biak dilakukan di atas permukaan air
jernih pada dinding yang bersifat vertikal dan terlindung
dari pengaruh matahari langsung (Waryono, 2004).
Untuk menurunkan kasus DBD perlu dilaksanakan
pengendalin vektor DBD yang sebaiknya dilakukan
12
sebelum musim penularan terjadi melalui penyuluhan
kepada masyarakat, Bulan Bakti Gerakan (BBG) PSN
3Mplus secara serentak dan larvasidasi (Ditjen P2P,
2017).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kepadatan larva Aedes spp. berdasarkan House Index
(HI), Container Index (CI) dan Breuteau Index (BI)
sesuai dengan standar World Health Organization
(WHO). Informasi kepadatan larva Aedes digunakan
untuk mengetahui potensi penularan virus dengue di
masyarakat dan digunakan untuk menentukan target
dalam upaya pengendalian vektor.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di Desa Kaliakah, Kecamatan
Negara, Kabupaten Jembrana, Desa Buduk, Kecamatan
Mengwi, Kabupaten Badung, dan Desa Padang, Kerta
Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem pada
ekosistem non hutan dekat pemukiman yang merupakan
lokasi penelitian Riset Khusus Vektor dan Reservoir.
Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan April
sampai dengan Mei 2017.
Data yang dikumpulkan berupa jentik nyamuk Aedes
spp. yang diambil dari 100 rumah di kawasan pemukiman
penduduk misalnya di bak mandi, ember, gentong dan
berbagai tempat penampungan air baik yang ada di dalam
maupun di luar rumah yang berpotensi sebagai tempat
perkembangbiakan nyamuk (B2P2VRP, 2016).
Perhitungan kepadatan larva nyamuk dilakukan
menggunakan indikator Index Larva berupa House
Index (HI), Container Index (CI) dan Breateu Index
(BI) serta Angka Bebas Jentik (ABJ) (Ditjen P2P,
2017; B2P2VRP, 2016). Berdasarkan nilai HI, CI dan
BI terdapat tiga kategori kepadatan larva, yaitu rendah,
sedang dan tinggi sesuai dengan Tabel 1. Menurut WHO,
standar BI dalam kategori aman jika nilainya <50, CI
<5% dan HI <10% serta ABJ di atas atau sama dengan
95% (Ditjen P2P, 2017; WHO, 2011).
Tabel 1. Kriteria Kepadatan Larva Berdasarkan
Indeks Jentik
Density
Figure
1
2
3
4
5
6
7
8
9
HI
CI
BI
Kategori
1-3
4-7
8-17
18-28
29-37
38-49
50-59
60-76
≥77
1-2
3-5
6-9
10-14
15-20
21-27
28-31
32-40
≥41
1-4
5-9
10-19
20-34
35-49
50-74
75-99
100-199
≥200
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Indeks Entomologi Vektor Demam Berdarah ... (Wening Widjajanti, et. al)
Index larva dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut (Ditjen P2P, 2017) :
HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase
density figure Aedes spp. di Desa Kaliakah, Kecamatan
Negara, Kabupaten Jembrana dan Desa Padang Kerta,
Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem
masuk dalam kategori sedang, sedangkan di Desa
Buduk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung masuk
dalam kategori tinggi. Sedangkan nilai ABJ di tiga desa
di kabupaten berada di bawah standar yang ditetapkan
oleh Kementerian Kesehatan, yaitu di bawah 95%.
Density figure dan ABJ di ketiga kabupaten dapat dilihat
pada Tabel 2.
Untuk nilai HI di tiga desa di tiga kabupaten berada
di atas standar yang ditetapkan oleh WHO, yaitu ≥10%
sedangkan nilai CI di tiga desa di tiga kabupaten berada
di atas standar yang ditetapkan oleh WHO, yaitu ≥5%.
Untuk nilai BI di Desa Kaliakah Kabupaten Jembrana
dan Desa Padang Kerta Kabupaten Karangasem masuk
ke dalam kategori aman, karena nilainya <50, sedangkan
nilai BI di Desa Buduk Kabupaten Badung berada di
atas standar WHO, yaitu lebih dari 50.
Gambar 1. Lokasi Pengambilan Jentik Aedes spp. di tiga Kabupaten di Provinsi Bali
(sumber : Diseminasi Riset Khusus Vektora B2P2VRP Tahun 2017)
Tabel 2. Persentase Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes spp. di Tiga Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 2017
Kabupaten
Jembrana
Karangasem
Badung
HI
19
27
45
Persentase Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes spp.
CI
BI
Kategori Density Figure
9,25
25
Sedang
17,37
41
Sedang
24,41
62
Tinggi
ABJ
81
73
55
13
Vektora Volume 11 Nomor 1, Juni 2019: 11 - 20
Jumlah dan persentase jenis kontainer yang positif
jentik Aedes spp. di lokasi penelitian dapat dilihat pada
Tabel 3. Persentase kontainer yang positif jentik Aedes
spp. terbanyak di Desa Kaliakah, Kecamatan Negara,
Kabupaten Jembrana ditemukan pada ember, yaitu
sebesar 2,59%. Persentase kontainer yang positif jentik
Aedes spp. terbanyak di Desa Padang Kerta, Kecamatan
Karangasem, Kabupaten Karangasem ditemukan pada
ember sebesar 3,39%. Persentase kontainer yang positif
jentik Aedes spp. terbanyak di Desa Buduk, Kecamatan
Mengwi, Kabupaten Badung ditemukan pada bak
mandi, yaitu sebesar 4,72%.
burung, tempayan,vas/pot, plastik tempat minum babi
dan yang lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian, kepadatan jentik
Aedes spp. di Kabupaten Jembrana dan Karangasem
diperoleh hasil bahwa kedua kabupaten termasuk dalam
kategori risiko penularan sedang DBD, sedangkan
Kabupaten Badung termasuk dalam kategori risiko
penularan tinggi DBD. Kondisi tersebut memungkinkan
terjadinya kasus DBD di ketiga kabupaten pada waktu
mendatang jika tidak dilakukan upaya pengendalian
vektor untuk menurunkan kepadatan jentik.
Tabel 3. Jumlah dan persentase jenis kontainer yang positif jentik Aedes spp. pada tiga kabupaten di Provinsi
Bali Tahun 2017
Jenis Kontainer
Bak Mandi
Bak WC
Ban bekas
Dispenser
Drum
Ember
Gelas/botol
Kaleng
Ketiak daun
Kolam/aquarium
Kulkas
Tempat minum burung
Tempayan
Vas/pot
Plastik tempat minum babi
Lainnya
Kabupaten Jembrana
Jumlah
Persentase
Kontainer
(N = 270)
Positif Jentik
6
2,22
0
0,00
3
1,11
1
0,37
2
0,74
7
2,59
1
0,37
4
1,48
1
0,37
0
0,00
0
0,00
0
0,00
0
0,00
0
0,00
0
0,00
0
0,00
PEMBAHASAN
DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes spp. dan
ditularkan melalui gigitannya. Siklus kehidupan Aedes
spp. dimulai dari telur yang berada di permukaan air
yang jernih, yang kemudian menetas menjadi jentik.
Jentik ini selanjutnya berkembang menjadi pupa
kemudian berubah menjadi nyamuk dewasa. Tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes spp. adalah tempat
yang menampung air di dalam, luar atau sekitar rumah
serta tempat-tempat umum. Pada penelitian ini jentik
Aedes spp. ditemukan pada bak mandi, bak WC, ban
bekas, dispenser, drum, ember, gelas/botol, kaleng,
ketiak daun, kolam/aquarium, kulkas, tempat minum
14
Kabupaten Karangasem
Jumlah
Persentase
Kontainer
(N = 236)
Positif Jentik
2
0,85
6
2,54
2
0,85
0
0,00
0
0,00
8
3,39
3
1,27
0
0,00
0
0,00
2
0,85
1
0,42
1
0,42
5
2,12
7
2,97
0
0,00
4
1,69
Kabupaten Badung
Jumlah
Persentase (N
Kontainer
= 254)
Positif Jentik
12
4,72
0
0,00
3
1,18
3
1,18
2
0,79
11
4,33
1
0,39
1
0,39
0
0,00
1
0,39
1
0,39
1
0,39
7
2,76
10
3,94
9
3,54
0
0,00
Container Index (CI) menggambarkan persentase
kontainer yang positif ditemukan jentik dibagi dengan
jumlah kontainer total. Nilai CI Kabupaten Jembrana
adalah sebesar 9,25%, Kabupaten Karangasem sebesar
17,37% dan Kabupaten Badung sebesar 24,41%. Ketiga
kabupaten ini memiliki angka CI dalam kategori tidak
aman, dimana kemungkinan kejadian DBD di waktu
yang akan datang bisa terjadi.
Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kabupaten Jembrana
adalah sebesar 81%, di Kabupaten Karangasem 73%
sedangkan di Kabupaten Badung sebesar 55%. Kondisi
ABJ di tiga kabupaten ini berada di bawah target yang
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yaitu di atas atau
sama dengan 95% (Ditjen P2P, 2017). Hal yang sama
Indeks Entomologi Vektor Demam Berdarah ... (Wening Widjajanti, et. al)
juga ditemukan di Kota Palembang, Kabupaten Bone,
Kota Palopo, Kota Makasar, Kota Palu, Kabupaten
Donggala, Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten
Sukoharjo, yang memiliki nilai ABJ di bawah standar
nasional (Taviv et al., 2010; Andiarsa & Sembiring, 2017;
Chadijah et al., 2011; Kurniawan, 2015; Maksud et al.,
2015; Murdani et al., 2016). Jika ABJ di tiga kabupaten
ini masih di bawah dari target Kementerian Kesehatan,
maka besar kemungkinan kasus DBD masih tinggi di
tiga kabupaten ini. Peningkatan ABJ ini dapat dilakukan
dengan kegiatan memberikan ikan Cupang sebagai ikan
pemakan jentik pada tempat-tempat yang berpotensi
sebagai perindukan nyamuk Aedes spp. (Taviv et al.,
2010). Selain itu juru pemantau jentik (jumantik) juga
memiliki peran yang penting untuk kewaspadaan dini
kejadian DBD (Pratamawati, 2012). Jumantik harus
diberi sarana dan prasarana yang memadai sehingga
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik serta
dilakukan supervisi baik dari puskesmas maupun dinas
kesehatan terhadap kinerja mereka (Sandhi & Martini,
2014). Pemantauan jentik dapat melibatkan anak
sekolah karena lebih mudah dalam menggerakkannya
(Astuti & Susanti, 2017). Selain melalui peran jumantik,
kewaspadaan dini terhadap DBD juga dapat dilakukan
dengan kegiatan surveilans yang aktif dan rutin
(Anastasia, 2009).
Kontainer paling banyak ditemukan jentik Aedes
spp. di Kabupaten Jembrana dan Karangsem adalah
ember dengan besar persentase masing-masing 2,59%
dan 3,39%. Hal ini sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hendri et al. di Kabupaten Pangandaran
yang menyatakan bahwa perolehan jentik terbanyak
ditemukan pada ember (Hendri et al., 2010). Penelitian
yang dilakukan oleh Astuti dan kawan – kawan di Kota
Tangerang Selatan juga menemukan bahwa larva Aedes
spp. paling banyak ditemukan pada ember (Astuti et
al., 2016). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Badrah dan Hidayah di Kabupaten
Penajam Paser Utara yang menyebutkan bahwa peroleh
jentik terbanyak ditemukan pada kaleng bekas (Badrah
& Hidayah, 2011).
Kontainer paling banyak ditemukan jentik Aedes
spp. di Kabupaten Badung adalah bak mandi dengan
persentase sebesar 4,72%. Penelitian Ridha, et al. di
Kota Banjarbaru juga menyatakan bahwa kontainer
dengan jumlah jentik terbanyak adalah pada bak mandi
(Ridha et al., 2013). Pada studi lainnya juga menyatakan
bahwa kontainer yang paling banyak ditemukan
jentik adalah bak mandi (Joharina & Widiarti, 2014).
Penelitian yang dilakukan di Provinsi Bali pada tahun
2012 menyatakan bahwa jenis tempat penampungan
air yang paling berisiko untuk menularkan DBD adalah
bak mandi (Purnama & Satoto, 2012). Demikian juga
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhewantara dan
Dinata, yang menemukan bahwa larva Aedes spp. paling
banyak ditemukan pada bak air (Dhewantara & Dinata,
2015). Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rokhmawati di Kota Tegal (Rokhmawanti et al.,
2015). Berdasarkan hasil penelitian Ambarita et al.
(2016) juga menyebutkan bahwa kontainer di dalam
rumah yang paling banyak ditemukan larva Aedes spp..
adalah bak mandi (Ambarita et al., 2016).
Dengan ditemukannya larva Aedes spp. pada bak
mandi, bak WC, ban bekas, dispenser, drum, ember,
gelas/botol, kaleng, ketiak daun, kolam/aquarium,
kulkas, tempat minum burung, tempayan,vas/pot,
plastik tempat minum babi dan yang lainnya serta nilai
ABJ yang masih di bawah standar Kemenkes, maka
potensi penularan penyakit DBD di Provinsi Bali masih
bisa terjadi. Hal ini patut diwaspadai karena Provinsi
Bali merupakan provinsi yang memiliki kunjungan
wisatawan yang tinggi dibandingkan dengan provinsi
lain di Indonesia. Walaupun sampai dengan saat ini
penulis belum pernah menemukan informasi terkait
jumlah wisatawan yang terinfeksi virus dengue setelah
melakukan perjalanan wisata ke Provinsi Bali.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cruz dan
kawan-kawan di Filipina menyatakan bahwa kepadatan
jentik yang tinggi memiliki potensi yang tinggi juga
dalam penularan penyakit DBD (Cruz et al., 2008). Hal
ini juga harus diwaspadai oleh dinas kesehatan setempat,
karena berdasarkan penelitian Sucipto dam kawankawan di Kabupaten Semarang tempat penampungan
air yang berjentik mempunyai hubungan yang signifikan
dengan kejadian DBD (Sucipto et al., 2015).
Lingkungan sangat berhubungan dengan keberadaan
larva Aedes spp. misalnya kelembaban udara, keberadaan
saluran air hujan yang kurang lancar dan keberadaan
kontainer. Peningkatan curah hujan akan meningkatkan
kelembaban dan temperatur yang mendukung seluruh
aktivitas nyamuk termasuk memperpanjang umur dan
perilaku nyamuk dalam melakukan reproduksi. Vektor
Aedes aegypti akan berkembang secara optimum pada
temperatur 20–28 derajat Celcius. Tindakan masyarakat
juga harus berperan dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan DBD (Nugrahaningsih et al., 2010)
yang sebaiknya dilakukan sebelum musim penghujan
tiba.
Meningkatnya kasus DBD di beberapa kabupaten
terkait dengan keberadaan vektor Aedes aegypti
(Sunaryo & Pramestuti, 2014). Beberapa hal yang
berkaitan dengan meningkatnya kejadian DBD di
Kabupaten Aceh besar adalah suhu udara di dalam
rumah yang optimal untuk perkembangbiakan nyamuk,
15
Vektora Volume 11 Nomor 1, Juni 2019: 11 - 20
keberadaan breeding place di lingkungan rumah dan
kebiasaan membersihkan tempat penampungan air lebih
dari tujuh hari sekali (Sofia et al., 2014).
Hasil penelitian Widiarti, et al. di Provinsi Jawa
Tengah menyebutkan bahwa tingginya kasus DBD di
Provinsi Jawa Tengah disebabkan adanya kesenjangan
antara program yang telah dicanangkan dengan
implementasi di lapangan, misalnya program PSN
yang tidak berjalan dengan optimal, larvasidasi hanya
dilakukan pada saat ada KLB saja dan pada wilayah
endemis saja serta fogging dilakukan hanya dalam satu
siklus kehidupan vektor saja (Widiarti et al., 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Badrah dan Hidayah
di Kabupaten Penajam Paser Utara menyebutkan bahwa
ada hubungan antara jenis kontainer dengan keberadaan
jentik Aedes aegypti (Badrah & Hidayah, 2011), sama
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus dan
kawan-kawan di Palu yang menyebutkan ada hubungan
antara jenis kontainer dengan keberadaan jentik Aedes
aegypti (Agus et al., 2008).
Sedangkan penelitian Suyasa, et al. di Denpasar
Selatan menyebutkan bahwa kondisi lingkungan yang
berpengaruh dengan keberadaan jentik adalah kepadatan
penduduk, mobilitas penduduk, keberadaan tempat
ibadah, keberadaan pot tanaman hias, keberadaan
saluran air hujan dan keberadaan kontainer (Suyasa et
al., 2007).
Supartha menyebutkan bahwa faktor lingkungan
yang paling mendukung berkembangbiaknya nyamuk
Aedes spp. adalah ketersediaan air dan suhu udara, telur
nyamuk dapat bertahan sampai dengan satu tahun dalam
keadaan tidak ada air, begitu ada air telur langsung
berkembang menjadi jentik (Supartha, 2008). Kondisi
ini patut diwaspadai dengan meminimalisir tempat
penampungan air yang ada di lingkungan sekitar.
Jentik nyamuk Aedes spp. memiliki potensi
terinfeksi virus dengue yang diperoleh dari induknya.
Hasil penelitian Seran dan Prasetyowati di laboratorium
menemukan bahwa induk Aedes spp. yang terinfeksi
oleh virus dengue, mampu mentrasmisikan virus ini
melalui telurnya, hal ini dikenal dengan transovarial
transmission (Seran & Prasetyowati, 2012). Jentik
yang terinfeksi jika berubah menjadi nyamuk dan
mencari mangsa di pemukiman penduduk, maka potensi
penularan virus dengue sangat mungkin terjadi.
Upaya yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan
di tiga kabupaten terkait dengan pegendalian DBD
adalah program/aplikasi larvasida, fogging, gertak
PSN setiap hari Jumat, pembentukan jumantik dan
pemberantasan sarang nyamuk. Menurut Respati dan
Keman kegiatan yang paling efektif untuk menurunkan
16
kepadatan jentik nyamuk adalah dengan abatisasi
dan perilaku 3M sehingga kasus DBD dapat dicegah
(Respati & Keman, 2007). Penelitian yang dilakukan
oleh Kusumawardani di Semarang menyebutkan bahwa
penyuluhan kesehatan berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan, sikap dan praktik ibu dalam pencegahan
DBD pada anak (Kusumawardani, 2012). Selain itu,
menurut Pujiyanti dan Trapsilowati, upaya pengendalian
vektor DBD perlu difokuskan untuk dilaksanakan baik
di dalam maupun di luar lingkungan rumah (Pujiyanti &
Trapsilowati, 2010).
Penggunaan insektisida rumah tangga secara
berkala dapat mencegah keberadaan larva Aedes spp.
pada tempat penampungan air di lingkungan rumah
(Meliyanie et al., 2017). Surveilans epidemiologi,
promosi kesehatan kepada masyarakat dan pengendalian
vektor diperlukan untuk mencegah penularan DBD
(Karyanti & Hadinegoro, 2009; Purnama et al., 2013).
Pengendalian vektor DBD harus melibatkan peran
serta masyarakat melalui program pemberdayaan
misalnya dengan kegiatan usaha produktif, simpan
pinjam, pemberian pemberian pinjaman modal lunak
untuk kader DBD yang memiliki usaha terbukti dapat
meningkatkan ABJ serta menurunkan HI, CI dan BI
(Trapsilowati et al., 2015).
Hasil penelitian Subagia, et al. di Denpasar
menyatakan bahwa kejadian DBD sangat berhubungan
dengan keadaan lingkungan dalam rumah, mobilitas
penduduk dan riwayat kontak dengan kasus DBD
(Subagia et al., 2013; Ekaputra et al., 2013). Berdasarkan
penelitian Widiarti dan Lasmiati juga menyebutkan
bahwa KLB DBD di Jawa Tengah terjadi karena ABJ
yang masih dibawah standar 95 %, CI berkisar 11,84
% — 75,16 %, HI berkisar 11,48% - 75,86% dan BI
berkisar 14,73-100 (Widiarti & Lasmiati, 2015).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil studi yang dilakukan pada tahun 2017
menunjukkan HI Kabupaten Jembrana, Karangsem
dan Badung berturut-turut adalah 19%, 27% dan
45%. Nilai CI Kabupaten Jembrana, Karangsem dan
Badung berturut-turut adalah 9,25%; 17,37% dan
24,41%. Nilai BI Kabupaten Jembrana, Karangsem dan
Badung berturut-turut adalah 25%, 41% dan 62%. Jenis
tempat perindukan nyamuk di Kabupaten Jembrana
dan Karangasem terbanyak ditemukan pada ember,
sedangkan di Kabupaten Badung ditemukan pada bak
mandi. Potensi penularan DBD masih berlangsung di
tiga kabupaten ini.
Indeks Entomologi Vektor Demam Berdarah ... (Wening Widjajanti, et. al)
Saran
Dengan ditemukannya jentik nyamuk ditemukan
pada berbagai jenis penampungan air, sehingga program/
aplikasi larvasidasi, intensifikasi kegiatan pemberantasan
sarang nyamuk melalui kerja bakti serta menerapkan 3
M plus perlu untuk digiatkan dan ditingkatkan. Bagi
masyarakat, perlu diberikan informasi terkait dengan
upaya pengendalian vektor penyakit DBD melalui
penyuluhan yang dilakukan dengan media visual, audio
maupun audio visual.
KONTRIBUSI PENULIS
Pada penulisan artikel ini, penulis WW berperan
sebagai konseptor dalam perumusan tujuan penelitian
secara menyeluruh. RTDA berperan dalam melakukan
analisis data hasil penelitian. NWDA bertanggung
jawab dalam melakukan pengumpulan data vektor di
lapangan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada Kepala
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan
Reservoir Penyakit (B2P2VRP) yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menuliskan artikel
ini. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dinas Kesehatan
Kabupaten Jembrana, Dinas Kesehatan Kabupaten
Karangsem dan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung
yang telah berpartisipasi dalam kegiatan Riset Khusus
Vektora. Seluruh tim enumerator vektor Provinsi
Bali yang telah mengumpulkan data penelitian ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdri. Heni
Prasetyowati, Endang Puji Astuti, Dyah Widiastuti, dan
Nurul Hidayati Kusumastuti yang telah mengumpulkan
data sekunder di Provinsi Bali. Dan juga kepada rekanrekan peneliti dan teknisi yang telah bekerja keras dalam
mengolah data hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, M., Widjaja, Y., Anastasia, H., Risti. Preferensi
Jentik Aedes aegypti terhadap Jenis Kontainer di
Kota Palu. J Vektor Peny. 2008; 2: 9–14.
Ambarita, L.P., Sitorus, H., Komaria, R.H., Habitat
Aedes Pradewasa dan Indeks Entomologi di 11
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.
Balaba. 2016; 12: 111–20.
Anastasia, H. 2009. Situasi Demam Berdarah Dengue di
Kota Palu, Sulawesi Tengah Tahun 2001 - 2008. J
Vektor Peny. 2009; III: 7–13..
Andiarsa, D., Sembiring, W.S.R.G. Dengue
Haemorrhagic Fever Transmission Risk Level
on Three Local Health Center in Three Endemic
District in South Sulawesi Province Indonesia.
ASPIRATOR. 2017; 9: 69–76.
Astuti, E.P., Prasetyowati, H., Ginanjar, A. 2016. Risiko
Penularan Demam Berdarah Dengue berdasarkan
Maya Indeks dan Indeks Entomologi di Kota
Tangerang Selatan, Banten. Media Litbang Kes.
2016; 26: 211–18.
Astuti, F.D., Susanti, A. Perbedaan Indeks Entomologi
Pemantauan Jumantik Dewasa dan Jumantik
Anak di Dusun Mejing Kidul, Ambar Ketawang,
Gamping, Sleman, Yogyakarta. J Vektor Peny.
2017; 11: 33–42.
BPS Bali. Jumlah Wisatawan Asing ke Bali dan Indonesia,
1969-2017. bali.bps.go.id. 2018. Available at:
https://bali.bps.go.id/statictable/2018/02/09/28/
jumlah-wisatawan-asing-ke-bali-dan-indonesia-1969-2017.html [Accessed May 16, 2018].
Badrah, S, Hidayah, N. 2011. Hubungan antara Tempat
Perindukan Nyamuk Aedes aegypti dengan Kasus
Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Penajam
Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser
Utara. J Trop Pharm and Chem. 2011; 1: 150–
157.
B2P2VRP. Pedoman Pengumpulan Data Vektor
(Nyamuk) di Lapangan - Riset Khusus Vektor
dan Reservoir Penyakit di Indonesia. Salatiga:
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor
dan Reservoir Penyakit. 2016. p.
Candra, A. Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi,
Patogenesis, dan Faktor Risiko Penularan.
ASPIRATOR. 2010; 2: 110–19.
Chadijah, S., Rosmini, Halimudin, 2011. Peningkatan
peranserta masyarakat dalam pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSNDBD) di dua kelurahan di Kota Palu Sulawesi
Tengah. Media Litbang Kes. 2011; 21: 184–90.
Cruz, E.I., Salazar, F.V., Porras, E., Mercado, R., Orais,
V., Bunyi, J. Entomological survey of dengue
vectors as basis for developing vector control
measures in Barangay Poblacion, Muntinlupa
City, Philippines. Dengue Bull. 2008; 32: 167–
70.
Dhewantara, P.W., Dinata, A. Analisis Risiko Dengue
Berbasis Maya Index pada Rumah Penderita
DBD di Kota Banjar Tahun 2012. Balaba. 2015;
11: 1–8.
Dinkes Bali, 2016. Profil Kesehatan Provinsi Bali,
Denpasar. Available at: http://www.depkes.
go.id/resources/download/profil/PROFIL_
KES_PROVINSI_2012/17_Profil_Kes.Prov.
Bali_2012.pdf.
17
Vektora Volume 11 Nomor 1, Juni 2019: 11 - 20
Ditjen P2P. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2017.
Ekaputra, I.B., Ani, L.S., Suastika, K. Analisis Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Keberadaan
Jentik Aedes aegypti di Puskesmas III Denpasar
Selatan. Publ Health and Prev Med Arch. 2013;
1: 189–97.
Hadi, U.K. Soviana S & Gunandini, D.D. 2012. Aktivitas
nokturnal vektor demam berdarah dengue di
beberapa daerah di Indonesia. J Entom Ind. 2012;
9: 1–6.
Hendri, J. Res, R.N., & Prasetyowati H, 2010. Tempat
Perkembangbiakan Nyamuk Aedes spp . Di Pasar
Wisata Pangandaran. Aspirator. 2010; 2: 23–31.
Joharina, A.S., Widiarti. Kepadatan Larva Nyamuk
Vektor sebagai Indikator Penularan Demam
Berdarah Dengue di Daerah Endemis di Jawa
Timur. Vektora. 2014; 8: 33–40.
Karyanti, M.R., Hadinegoro, S.R. Perubahan
Epidemiologi Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia. Sari Pediatri. 2009; 10: 424–32.
Kemenpar R.I. Peraturan Menteri Pariwisata Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan.
2016. p. 1–64. Available at: http://kemenpar.
go.id/userfiles/PERMEN PAR No_14 Thn 2016
ttg PEDOMAN DESTINASI PARIWISATA
BERKELANJUTAN_Grda.pdf.
Kurniawan, T.P. Studi Angka Bebas Jentik (ABJ) dan
Indeks Ovitrap di Perum Pondok Baru Permai
Desa Bulakrejo Kabupaten Sukoharjo. J Kes.
2015; 1: 72–6.
Kusumawardani, E. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Praktik
Ibu Dalam Pencegahan Demam Berdarah. Thesis :
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
2012. p.1–95.
Maksud, M., Udin, Y., Mustafa, H., Risti, Jastal. Survei
Jentik DBD di Tempat-tempat Umum (TTU) di
Kecamatan Tanantovea , Kabupaten Donggala,
Sulawesi Tengah. Jurnal Vektor Penyakit. 2015;
9: 9–14.
Mavalankar, D., Puwar, T., Murtola, T., Vasan, S.S.
Quantifying the impact of chikungunya and
degue on tourism revenues, India. 2009. Available
at:
http://www.iimahd.ernet.in/publications/
data/2009-02-03Mavalankar.pdf.
Meliyanie, G., Wahyudi, R.I., Andiarsa, D. 2017.
Dampak penggunaan insektisida dalam rumah
tangga terhadap keberadaan larva / pupa aedes
18
aegypti di Kabupaten Kotawaringin Timur,
Kalimantan Tengah. J Health Epid Comm Dis.
2017; 2: 14–18.
Murdani, A.P., Martini, S., Purnomo, W., 2016. Pemetaan
Kejadian DBD Berdasarkan Angka Bebas Jentik
dan Jenis Infeksi Virus Dengue. J Keperawatan
Kebid. 2016; 8: 30–43.
Nugrahaningsih, M., Putra, N.A., Aryanta, I.W.R.
Hubungan faktor lingkungan dan perilaku
masyarakat dengan keberadaan jentik nyamuk
penular demam berdarah dengue (DBD) di
wilayah kerja Puskesmas Kuta Utara. Ecotrophic.
2010; 5: 93–97.
Pratamawati, D.A., 2012. Peran Juru Pantau Jentik dalam
Sistem Kewaspadaan Dini Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jur Kes Masy Nas. 2012;
6: 243–248.
Pujiyanti, A., Trapsilowati, W. Pengetahuan, sikap, dan
perilaku ibu rumah tangga dalam pencegahan
demam berdarah dengue di Kelurahan
Kutowinangun Salatiga. Vektora. 2010; II: 102–
115.
Purnama, S.G., Satoto, T.B., Prabandari, Y. Pengetahuan,
Sikap dan Perilaku Pemberantasan Sarang
Nyamuk Terhadap Infeksi Dengue di Kecamatan
Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali. Arc. Com.
Health. 2013; 2: 20–27.
Purnama, S.G., Satoto, T.B.T. Maya Index dan
Kepadatan Larva Aedes aegypti terhadap Infeksi
Dengue. Makara Kes. 2012; 16:57–64.
Respati, Y.K, Keman, S. Perilaku 3M, Abatisasi dan
Keberadaan Jenis Aedes aegypti Hubungannya
Dengan Kejadian DBD. J Kes Ling. 2007; 3:
107–18.
Ridha, M.R., Rahayu, N., Rosvita, N.A., Setya, D.E.
Hubungan Kondisi Lingkungan dan Kontainer
dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti
di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue di
Kota Banjarbaru. J Buski. 2013; 4: 133–37.
Rokhmawanti, N., Martini, Ginandjar, P. Hubungan
Maya Index dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue di Kelurahan Tegalsari Kota Tegal. J Kes
Masy. 2015; 3: 162–70.
Sandhi, N.P.D.A., Martini, N.K. Pengaruh Faktor
Motivasi Terhadap Kinerja Juru Pemantau Jentik
Dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang
Nyamuk Di Kecamatan Denpasar Selatan Tahun
2013. Comm Health. 2014; II: 120–132.
Schmidt-Chanasit, J., Haditsch, M., Schöneberg, I.,
Günther, S., Stark, K., Frank, C. Dengue virus
infection in a traveller returning from croatia to
Germany. Eurosurveillance. 2010; 15: 2–3.
Indeks Entomologi Vektor Demam Berdarah ... (Wening Widjajanti, et. al)
Seran, M.D., Prasetyowati, H. Transmisi transovarial
virus dengue pada telur nyamuk Aedes aegyptiI
(L.). Aspirator. 2012; 4: 53–58.
Sofia, Suhartono, Wahyuningsih, N.E., 2014. Hubungan
kondisi lingkungan rumah dan perilaku keluarga
dengan kejadian Demam Berdarah Dengue Di
Kabupaten Aceh Besar. J Kes Lingk Ind. 2014;
13: 30–38.
Subagia, K., Agung, A., Sawitri, S, Wirawan N
& Wirawan DN, 2013. Lingkungan Dalam
Rumah, Mobilitas dan Riwayat Kontak Sebagai
Determinan Kejadian Demam Berdarah Dengue
di Denpasar tahun 2012. Publ Health PrevMed
Arch, 1(1), pp.1–7.
Sucipto PT, Raharjo M & Nurjazuli. Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) Dan Jenis Serotipe
Virus Dengue Di Kabupaten Semarang. J Kes
Lingk Ind. 2015; 14: 51–6.
Sunaryo, Pramestuti, N. Surveilans Aedes aegypti di
Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2014; 8:
423–9.
Supartha, I.W. Pengendalian Terpadu Vektor Virus
Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti
(Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera :
Culicidae). In Seminar Dies Universitas Udayana.
2008.1–18.
Suyasa, I.N.G., Putra, N.A., Aryanta, I.W.R. Hubungan
Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat
dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas I
Denpasar Selatan. Ecotrophic. 2007; 3:1–6.
Taviv, Y., Saikhu, A., Sitorus, H. Pengendalian DBD
melalui pemanfaatan pemantau jentik dan ikan
cupang di Kota Palembang. Bul Penelit Kes 2010;
38: 198–207.
Trapsilowati, W., Mardihusodo, S.J., Prabandari,
Y.S., Mardikanto, T. Pengembangan Metode
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengendalian
Vektor Demam Berdarah Dengue di Kota
Semarang Provinsi Jawa Tengah. Bul Penelit
Sistem Kes 2015; 18: 95–103.
Waryono, T. Ekosistem Rayap Dan Vektor Demam
Berdarah Di Lingkungan Permukiman. In
Penanggulangan Rayap dan Vektor Demam
Berdarah pada Bangunan dan Perumahan.
Depok. 2004. p. 1–9.
WHO. Comprehensive guidelines for prevention and
control of dengue and dengue haemorrhagic
fever Revised and expanded edition, India. 2011.
Available at: http://scholar.google.com/scholar?
hl=en&btnG=Search&q=intitle:Comprehensive+
Guidelines+for+Prevention+and+Control+of+D
engue+and+Dengue+Haemorrhagic+Fever#1.
Widiarti & Lasmiati. Beberapa Aspek Entomologi
Pendukung Meningkatnya Kasus Demam
Berdarah Dengue di Daerah Endemis di Jawa
Tengah. J Ekol Kes. 2004; 14:.309–17.
Widiarti, Setiyaningsih, R., Pratamawati, D.A. 2018.
Implementasi Pengendalian Vektor DBD di Provinsi
Jawa Tengah. J Ekol Kes. 2018; 17: 20–30.
World Health Organization. International travel and
health, Switzerland: World Health Organization.
2012. Available at: http://www.who.int/ith/ITH_
EN_2012_WEB_1.2.pdf.
19
Vektora Volume 11 Nomor 1, Juni 2019: 11 - 20
20
Download