Paten - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

advertisement
PEMANFAATAN SISTEM PATEN
DALAM KEGIATAN PENELITIAN
PENDAHULUAN
1. Paten merupakan salah satu faktor kunci yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu
negara
2. Negara2 yang tergabung dalam G20 perkembangan
dan pertumbuhan ekonominya distimulus oleh
sistem perlindungan Kekayaan Intelektual (KI)/
sistem Paten yang baik, kecuali Indonesia (SDA)
3. Peran Paten terhadap pertumbuhan ekonomi suatu
negara yaitu melalui pemanfaatan kepemilikan
KI/paten
dan
melarang
pihak
lain
dari
pemanfaatan/penggunaan tanpa memiliki lisensi dari
pemegang
Paten dan DAYA SAING BANGSA
• Untuk meningkatkan daya saing bangsa,
perlu dikembangkan keunggulan teknologi
yang kompetitif dan atau mengembangkan
kreatifitas (diantaranya) berbasis pada
HKI/paten
• Dengan berkembangnya sistem HKI/paten
beserta penerapannya diharapkan akan
berkembang pula SDM kita terutama
terciptanya budaya inovatif dan inventif
Global Competitiveness Index (GCI) Indonesia Tahun 2014 2015
Terkait
langsung
Kemristek
-dikti
4
Kemristek-dikti: Pilar Higher Education and Training
Value
Rank/144
…….pillar Higher Education and Training tahun 2014-2015 Indonesia menempati
urutan ke 61 dari 144 negara. Quality of the Higher Education system cukup
bagus menempati urutan 32, sementara Tertiary Education Enrollment,
Availability of Research and Training Services harus menjadi prioritas
perbaikan………….
5
Kemristek-dikti: Pilar Innovation
Value
Rank/144
…….pillar Innovation tahun 2014-2015 Indonesia menempati urutan ke 31 dari
144 negara. Hampir semua indikator Innovation bagus, kecuali indikator PCT
Patents dan Quality of Scientific Research Institution masih harus menjadi
perhatian untuk diperbaiki……….
6
Agenda Prioritas Teratas Kemristekdikti
• Implementasi SNPT dengan sukses
• Hilirisasi hasil penelitian di Perguruan Tinggi
• Penggalakan inovasi di Perguruan Tinggi
dan Lembaga Penelitian
• Peningkatan pendidikan profesi
TARGET PROGRAM KEMENRISTEK DAN DIKTI
Program Penguatan Riset dan Pengembangan
Target
No
Indikator Program
Keterangan
2015
2016
2017
2018
2019
1
Jumlah HKI yang didaftarkan
1.580
1.735
1.910
2.100
2.305
Kumulatif
2
Jumlah publikasi internasional
5.008
6.229
7.769
9.689
12.089
Nominal
3
Jumlah prototipe R & D
530
632
783
930
1.081
Nominal
4
Jumlah prototipe laik industri
15
15
15
15
15
Nominal
Program Penguatan Inovasi
Target
No
1
Indikator Program
Jumlah produk inovasi
Keterangan
2015
2016
2017
2018
2019
10
15
20
25
30
Nominal
 Produk hasil litbang yang telah diproduksi
9
MENGAPA INDONESIA PERLU MENGEMBANGKAN
SISTEM PATEN
1.
Berkaitan dengan peradaban sebuah bangsa.
Bangsa yang berperadaban maju dan unggul, manakala bangsa itu:

Menjunjung tinggi dan terus mengembangkan ilmu, pengetahuan dan
teknologi

Memiliki penghormatan pada pranata hukum (rule of law)

Mengakui serta menghormati property right, termasuk Hak Kekayaan
Intelektual
2. Salah satu pilar dari Global Competitiveness Index (Peringkat Daya
Saing Negara-Negara Se-Dunia): Kesiapan Teknologi dan Inovasi
3. Salah satu motor penggerak terbentuknya iklim kreatifitas dan inovasi
yang lebih pesat
Kunci utama lahirnya berbagai berbagai produk dan jasa dari hasil karya intelektual
manusia adalah sistem HKI/paten yang baik..
Lanjutan....
4.
Salah satu kekuatan terpenting untuk pertumbuhan ekonomi
5.
Salah satu kekuatan penggerak Industri dan parameter kemandirian industri suatu
negara
6.
Pemerintah ingin melindungi masyarakat dari produk2 dan jasa yang mendatangkan
kerugian/malapetaka yang lebih besar
7.
HKI merupakan Hak Asasi Manusia yang wajib diakui, dihormati, dihargai, dan
dilindungi
8.
Merupakan salah satu dari 100 Janji Prioritas Presiden
2 MAZHAB HKI
Kepemilikan
Personal
• DEKLARATIF (Konvensi Bern)
• KONSTITUTIF (Konvensi Paris)
1.
1. Wajib Pengajuan Permohonan
2. Lahirnya hak eksklusif sejak
tanggal penerimaan
3. Hak Eksklusif Teritorial
2 MAHZAB HKI
Tdk Wajib Pengajuan Permohonan
2. Lahirnya hak eksklusif sejak
diumumkan
3. Hak Eksklusif Universal
HAK CIPTA
Seni, Sastra & Ilmu pengetahuan
HAK TERKAIT
(Pelaku, Produser Rekaman
Suara, Lembaga Penyiaran,
HAK KEKAYAAN INDUSTRI
Paten, Merek, IG, DI, DTLST, RD
Perlindungan Varietas Tanaman
Agreements/Treaties: WTO (TRIPs)
WIPO (PLT, PCT, TLT, WCT, dll)
©Razilu
HKI
DALAM PRODUK BARU
1
2
MEREK:
“BlackBerry” sebagai
simbol dagang
HAK CIPTA: Program
komputer yang dipakai
pada BB
DESAIN TATA LETAK
SIRKUIT TERPADU:
Desain tata letak sirkuit
terpadu pada rangkaian
elektronik di dalam BB
DESAIN INDUSTRI:
Desain penampilan BB
atau desain penampakan
luar dari BB
PATEN : invensi mengenai
baterai, layar (screen),
pengkombinasian
berbagai sistem shg dpt
difungsikan sbg telepon
genggam , internet,
dan/atau camera.
SOLUSI BARU SECARA TEKNIK (PRODUK ATAU PROSES)
YANG BERHARGA TERHADAP MASALAH2 DALAM
KEHIDUPAN
SEDERHANA
RUMIT
1.
2.
3.
BARU ATAU PENGEMBANGAN (PENYEMPURNAAN)
MENGANDUNG LANGKAH INVENTIF
DAPAT DITERAPKAN DALAM INDUSTRI
MEKANIK, FISIKA, KIMIA, BIOLOGI,
ATAU TERAPAN DARI 3 BIDANG INI
Untuk mendapatkan
PERSYARATAN
Teknologi/Invensi HARUS:
•
•
•
•
•
Baru
Memiliki langkah inventif
Dapat diterapkan dalam industri
Diuraikan secara rinci dan jelas
Tidak termasuk yang dikecualikan
dari pemberian paten.
PATEN
Knockdown rattan chair.
US 301338 A
July 1, 1884
BIDANG TEKNOLOGI
DALAM SISTEM PATEN
International Patent Classification (“IPC”)
• Section A:
Human Necessities
• Section B:
Performing Operations, Transporting
• Section C:
Chemistry, Metallurgy
• Section D:
Textiles, Paper
• Section E:
Fixed Constructions
• Section F:
Mechanical Engineering, Lighting, Heating, Weapons,
Blasting, Engines or Pumps,
• Section G: Physics
• Section H:
Electricity
FIELD of TECHNOLOGY
PATENTS
I. Electrical engineering
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Electrical machinery, apparatus,
energy
Audio – visual technology
Telecommunication
Digital Communication
Basic Communication processes
Computer technology
IT methods for management
Semiconductors
II. Instruments
9.
10.
11.
12.
13.
Optics
Measurement
Analysis of biological materials
Control
Medical technology
©Razilu
FIELD of TECHNOLOGY
PATENTS
III. Chemistry
IV. Mechanical Engineering
14.
15.
16.
17.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Organic fine Chemistry
Biotechnology
Pharmaceuticals
Macromolecular Chemistry,
polymers
Food Chemistry
Basic materials Chemistry
Materials, Metallurgy
Surface technology, coating
Micro- structural and nanotechnology
Chemical engineering
Environmental technology
Handling
Machine tools
Engines, pumps, turbines
Textile and paper machines
Other Special machines
Thermal processes and
apparatus
31. Mechanicals elements
32. Transport
V. Other
Fields
33. Furniture, games
34. Other consumer goods
35. Civil Engineering
©Razilu
Alternatif Perlindungan Hasil Riset
1
Publikasi
Hasil Riset tanpa meminta
Perlindungan hukum
2
Perlindungan Teknik
(bibit sekali pakai, komponen
dummy)
4
Trade-Secret/Rahasia Dagang
(biasaya formula yg tidak bisa di“reverse engineering”)
3
PERLINDUNGAN HUKUM
Mahzab Konstitutif
PATEN
DESAIN
INDUSTRI
5
KOMBINASI ANTARA (2 +4) ATAU (3+4)
MEREK
DAGANG
4. BAGAIMANA PROSEDUR UNTUK MENDAPATKAN PATEN…?
a. Pastikan bahwa Invensi anda layak mendapatkan paten
b. Pastikan anda mengetahui kemana harus mengajukan
permohonan
c. Siapkan dokumen2 terkait dengan permohonan
d. Segera ajukan permohonan
a.Pastikan bahwa Invensi anda layak mendapatkan paten
• Baru
• Memiliki langkah inventif
• Dapat diterapkan dalam industri
• Diuraikan secara rinci dan jelas
• Tidak termasuk yang dikecualikan
dari pemberian paten.
b. Pastikan anda mengetahui ke mana harus mengajukan permohonan
Permohonan secara tertulis dlm bahasa Indonesia ke DJHKI
dengan cara:
• Langsung
• Melalui Kantor Kanwil Hukum dan HAM: (e-filing)
• Melalui Konsultan HKI
PROSEDUR MENDAPATKAN PATEN
DI INDONESIA
LOKET PENERIMAAN
PERMOHONAN HKI
(PATEN)
Dokumen
Permohnan
…?
TOLAK
N
BANDING
Y
BERI
N
PEMERIKSAAN
FORMALITAS
Y
TOLAK
…?
DIANGGAP
DITARIK
KEMBALI
PUBLIKASI - A
N
PUTUSAN
PEMERIKSAAN
SUBSTANTIF
Y
BERI
©Razilu
LAHIRNYA ERA BARU
SISTEM PATEN DI INDONESIA
28 JULI 2016
UU PATEN BARU
No. 13 Tahun 2016
UU PATEN BARU
RINGKASAN PENGATURAN
SUBSTANSI BARU (1)
Era baru sistem pelindungan paten di Indonesia
1. Pemanfaatan sistem elektronik Kekayaan Intelektual (e-filing);
2. Paten dalam hubungan dinas yang dihasilkan ASN/PNS (Pemegang
Paten, Imbalan, melaksanakan paten dengan pihak ketiga, dan
Royalty);
3. Penyempurnaan ketentuan terkait invensi baru untuk publikasi dalam
sidang ilmiah atau forum ilmiah
4. Pengangkatan Expert /ahli sebagai Pemeriksa Paten;
5. Keharusan pengungkapan dengan jelas dan benar asal sumber daya
genetik dan/atau pengetahuan tradisional dalam deskripsi paten
(Nagoya Protokol utk ABS)
6. Pengecualian atas tuntutan pidana dan perdata untuk parallel import
dan bolar provision;
UU PATEN BARU
RINGKASAN PENGATURAN
SUBSTANSI BARU (2)
7. Pengaturan tentang second use dan termasuk second medical use;
8. Perluasan objek pelindungan paten sederhana, yaitu termasuk
untuk proses atau metode yang baru atau pengembangannya
(semula hanya untuk produk baru);
9. Paten wajib dilaksanakan di Indonesia dan harus menunjang
transfer teknologi, penyerapan investasi dan/atau penyediaan
lapangan kerja (dapat diajukan gugatan penghapusan oleh Jaksa
atau pihak yang mewakili kepentingan Nasional);
10. Perluasan objek pelaksanaan Paten oleh Pemerintah;
11. Menambah kewenangan Komisi Banding Paten
12. Paten dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia;
13. Pengalihan Paten dapat dilakukan dengan cara Wakaf;
UU PATEN BARU
RINGKASAN PENGATURAN
SUBSTANSI BARU (3)
14. Perluasan lingkup Lisensi-wajib (fleksibilats dalam TRIPs);
15. Perubahan mekanisme pembayaran biaya tahunan paten dari
setelah Pemegang Paten memanfaatkan hak ekskulsifnya menjadi
sebelum Pemegang Paten memanfaatkan hak ekskulsifnya
(disesuaikan dengan UU PNBP)
16. Pemberatan sanksi pidana terhadap pelanggaran paten yang
megakibatkan gangguan kesehatan, lingkungan hidup, dan
kematian manusia
17. Percepatan/pengurangan waktu penyelesain pemeriksaan
substantif
18. Penyempurnaan cara pengungkapan deskripsi dan klaim invensi
dalam Permohonan Paten (sesuai Pasal 29 TRIPs)
19.Perpanjangan jangka waktu penyampaian kelengkapan administrasi
dan tanggapan substantif (3+2) (+1)
PRINSIP DASAR
SISTEM PATEN INDONESIA (1)
▫ First-to-file system
▫ Pengumuman A
▫ Paten diberikan untuk invensi yang baru, mengandung
langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam industri
▫ Tidak memberikan paten untuk hasil karya yang tidak
termasuk Invensi:
 kreasi estetika; skema; aturan dan metode untuk melakukan kegiatan: yang
melibatkan kegiatan mental, permainan, dan bisnis; aturan dan metode yang hanya
berisi program komputer; presentasi mengenai suatu informasi; dan temuan
(discovery) berupa: penggunaan baru untuk produk yang sudah ada dan/atau
dikenal; dan/atau bentuk baru dari senyawa yang sudah ada yang tidak
menghasilkan peningkatan khasiat bermakna dan terdapat perbedaan struktur
kimia terkait yang sudah diketahui dari senyawa.
PRINSIP DASAR
SISTEM PATEN INDONESIA (2)
▫ Tidak memberikan paten untuk Invensi yang:
1)
2)
3)
4)
5)
proses atau produk yang pengumuman, penggunaan, atau pelaksanaannya
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, agama, ketertiban umum, atau
kesusilaan;
metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan
terhadap manusia dan/atau hewan;
teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika;
makhluk hidup, kecuali jasad renik; atau
proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali
proses nonbiologis atau proses mikrobiologis.
 Banding terhadap keputusan pemberian paten
 Jangka waktu pelindungan terbatas (20 atau 10 tahun)
 Pelindungan Teritorial
PENGATURAN/KETENTUAN SEBAGAI
KATALISATOR PENINGKATAN PATEN NASIONAL (1)
1. Perluasan objek pelindungan Paten Sederhana (ingat
prinsip dasar: pelindungan teritorial)
 Paten sederhana diberikan untuk setiap Invensi baru atau
pengembangan dari produk atau proses yang telah ada, dan dapat
diterapkan dalam industri (Pasal 3 ayat (2))
Paten sederhana diberikan hanya untuk satu
Invensi
(hanya untuk satu klaim mandiri produk atau satu klaim mandiri proses, tetapi dapat terdiri
atas beberapa klaim turunan (Pasal 122 ayat (1)
PENGATURAN/KETENTUAN SEBAGAI
KATALISATOR PENINGKATAN PATEN NASIONAL (2)
2. Publikasi di Perguruan Tinggi atau lembaga ilmiah
nasional
Invensi tidak dianggap telah diumumkan jika dalam waktu paling
lama 6 (enam) bulan sebelum Tanggal Penerimaan, Invensi telah:
c. diumumkan oleh Inventornya dalam:
1. sidang ilmiah dalam bentuk ujian dan/atau tahap ujian skripsi,
tesis, disertasi, atau karya ilmiah lain; dan/atau
2. forum ilmiah lain dalam rangka pembahasan hasil
penelitian di lembaga pendidikan atau lembaga penelitian
(Pasal 6 ayat (1) huruf (c)
PENGATURAN/KETENTUAN SEBAGAI
KATALISATOR PENINGKATAN PATEN NASIONAL (3)
3. Inventor ASN/PNS: sebagai Pemegang Paten, mendapatkan
Imbalan dan Royalti, dan dapat melaksanakan Paten dengan
pihak ketiga
1) Pemegang Paten atas Invensi yang dihasilkan oleh Inventor dalam hubungan dinas dengan
instansi pemerintah adalah instansi pemerintah dimaksud dan Inventor, kecuali diperjanjikan
lain.
2) Setelah Paten dikomersialkan, Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak
mendapatkan Imbalan atas Paten yang dihasilkannya dari sumber penerimaan negara bukan
pajak.
3) Dalam hal instansi pemerintah sebagai Pemegang Paten tidak dapat melaksanakan Patennya,
Inventor atas persetujuan Pemegang Paten dapat melaksanakan Paten dengan pihak ketiga.
4) Terhadap pelaksanaan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (3), selain Pemegang Paten,
Inventor memperoleh Royalti dari pihak ketiga yang mendapatkan manfaat ekonomi dari
komersialisasi Paten tersebut.
5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan hak Inventor
untuk tetap dicantumkan namanya dalam sertifikat Paten. (Pasal 13)
PMK Nomor 72/PMK.02/2015
(6 April 2015)
IMBALAN YANG BERASAL DARI PNBP PATEN
KEPADA INVENTOR
Nilai Sampai 100 jt : 40%
Nilai 100 jt – 500 jt : 30%
Nilai 500 jt – 1 M
: 20%
Nilai Lebih dari1 M :10%
PENGATURAN/KETENTUAN SEBAGAI
KATALISATOR PENINGKATAN PATEN NASIONAL (5)
5.
Percepatan/Pengurangan waktu penyelesaian pemeriksaan
substantif
 Paten, paling lama 30 (tiga puluh) bulan terhitung sejak tanggal
pengajuan permohonan substantif atau berakhirnya jangka waktu
pengumuman apabila permohonan substantif diajukan sebelum
berakhirnya pengumuman (Pasal 57)
 Paten sederhana, paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak
Tanggal Penerimaan Permohonan (Pasal 124 ayat (1))
6. Pengecualian pembayaran biaya tahunan Paten bagi Perguruan
Tinggi dan Litbang Pemerintah, yaitu pembebasan dan pengurangan
(Pasal 126 ayat (4))
PENGATURAN/KETENTUAN SEBAGAI
KATALISATOR PENINGKATAN PATEN NASIONAL (6)
7.
Pemanfaatan sistem elektronik Kekayaan Intelektual (e-filing)
Permohonan dapat diajukan baik secara elektronik maupun nonelektronik. (Pasal 24 ayat (4))
8.
Paten dapat dijadikan sbg objek jaminan fidusia
Hak atas Paten dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia.
(Pasal 108 ayat (1))
PENGATURAN/KETENTUAN SEBAGAI
KATALISATOR PENINGKATAN PATEN NASIONAL (7)
9.
1)
2)
3)
Imbalan kepada Inventor atas Paten yang dihasilkan dalam
hubungan kerja
Pasal 12
Pemegang Paten atas Invensi yang dihasilkan oleh Inventor dalam
hubungan kerja merupakan pihak yang memberikan pekerjaan, kecuali
diperjanjikan lain.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku terhadap
Invensi yang dihasilkan, baik oleh karyawan maupun pekerja yang
menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya.
Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak
mendapatkan imbalan berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh pihak
pemberi kerja dan Inventor, dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang
diperoleh dari invensi dimaksud
PEMANFAATAN PATEN PIHAK LAIN
TANPA UNSUR PELANGGARAN (1)
 Pemanfaatan tanpa ijin Pemegang Paten
 Pemanfaatan dengan ijin Pemegang Paten
1.
2.
3.
4.
5.
Paten di negara mana pun yang tidak diajukan di Indonesia
Paten di Indonesia yg telah menjadi “public domain”
Mekanisme Lisensi.
Mekanisme Lisensi-Wajib
Mekanisme Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah
PEMANFAATAN PATEN PIHAK LAIN
TANPA UNSUR PELANGGARAN (2)
1.
PATEN DI NEGARA MANA PUN YANG TIDAK DIAJUKAN DI INDONESIA
8869
33043
38756
45517
42763
66889
2015
8023
30342
35481
40308
42854
65965
2014
7450
30884
34741
44914
43031
63167
2013
7026
30435
35242
44211
43955
61340
2012
5830
28649
35111
41414
42291
59444
2011
0
160022
152662
147987
213694
318721
210292
325989
204589
542815
342610
200000
Canada
825136
652777
503582
526412
400000
Brazil
928177
571612
342796
142793
178924
1102000
578802
328436
148560
188915
Indonesia
589410
600000
Russian
India
Germany
800000
EPO
Korea
Japan
1000000
USA
China
1200000
PEMANFAATAN PATEN PIHAK LAIN
TANPA UNSUR PELANGGARAN (4)
3.
Mekanisme Lisensi.
4.
Mekanisme Lisensi-Wajib
Pasal 81
Lisensi-wajib bersifat non-eksklusif
Pasal 82
1)
2)
Lisensi-wajib merupakan Lisensi untuk melaksanakan Paten yang diberikan berdasarkan
Keputusan Menteri atas dasar permohonan dengan alasan:
a.
Pemegang Paten tidak melaksanakan kewajiban untuk membuat produk atau menggunakan proses di
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dalam jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan
setelah diberikan Paten;
b.
Paten telah dilaksanakan oleh Pemegang Paten atau penerima Lisensi dalam bentuk dan dengan cara
yang merugikan kepentingan masyarakat; atau
c.
Paten hasil pengembangan dari Paten yang telah diberikan sebelumnya tidak bisa dilaksanakan tanpa
menggunakan Paten pihak lain yang masih dalam pelindungan.
Permohonan Lisensi-wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai biaya.
Era baru sistem pelindungan paten di Indonesia
PEMANFAATAN PATEN PIHAK LAIN
TANPA UNSUR PELANGGARAN (5)
4. Mekanisme Lisensi-wajib (Perluasan Substansi L-w)
Pasal 93
1)
Menteri dapat memberikan Lisensi-wajib untuk memproduksi produk farmasi yang diberi Paten di
Indonesia guna pengobatan penyakit pada manusia.
2)
Menteri dapat memberikan Lisensi-wajib atas impor pengadaan produk farmasi yang diberi Paten di
Indonesia tetapi belum dapat diproduksi di Indonesia guna pengobatan penyakit pada manusia.
3)
Menteri dapat memberikan Lisensi-wajib untuk mengekspor produk farmasi yang diberi Paten dan
diproduksi di Indonesia guna pengobatan penyakit pada manusia berdasarkan permintaan dari negara
berkembang atau negara belum berkembang.
Era baru sistem pelindungan paten di Indonesia
PEMANFAATAN PATEN PIHAK LAIN
TANPA UNSUR PELANGGARAN (6)
5.
1)
2)
3)
Mekanisme Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah
Pasal 109
Pemerintah dapat melaksanakan sendiri Paten di Indonesia berdasarkan pertimbangan:
a. berkaitan dengan pertahanan dan keamanan Negara; atau
b. kebutuhan sangat mendesak untuk kepentingan masyarakat.
Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
secara terbatas, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan bersifat non-komersial.
Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Presiden.
Era baru sistem pelindungan paten di Indonesia
PEMANFAATAN PATEN PIHAK LAIN
TANPA UNSUR PELANGGARAN (7)
Pasal 111
Kebutuhan sangat Mendesak untuk Kepentingan Masyarakat:
a. produk farmasi dan/atau bioteknologi yang harganya mahal dan/atau
diperlukan untuk menanggulangi penyakit yang dapat
mengakibatkan terjadinya kematian mendadak dalam jumlah yang
banyak, menimbulkan kecacatan yang signifikan, dan merupakan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD);
b. produk kimia dan/atau bioteknologi yang berkaitan dengan pertanian
yang diperlukan untuk ketahanan pangan;
c. obat hewan yang diperlukan untuk menanggulangi hama dan/atau
penyakit hewan yang berjangkit secara luas; dan/atau
d. proses dan/atau produk untuk menanggulangi bencana alam
dan/atau bencana lingkungan hidup.
PEMANFAATAN PATEN PIHAK LAIN
TANPA UNSUR PELANGGARAN (8)
6. Mekanisme Paralel Impor dan Bolar Provision
Pasal 167
Dikecualikan dari ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab
XVII dan gugatan perdata atas:
1. impor suatu produk farmasi yang dilindungi Paten di Indonesia dan
produk tersebut telah dipasarkan di suatu negara secara sah dengan
syarat produk itu diimpor sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
2. produksi produk farmasi yang dilindungi Paten di Indonesia dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum berakhirnya pelindungan Paten
dengan tujuan untuk proses perizinan kemudian melakukan
pemasaran setelah pelindungan Paten tersebut berakhir
INVENSI YANG BERKAITAN DENGAN SDG-PT
Pasal 26
1) Jika Invensi berkaitan dengan dan/atau berasal dari sumber daya genetik dan/atau
pengetahuan tradisional, harus disebutkan dengan jelas dan benar asal sumber daya
genetik dan/atau pengetahuan tradisional tersebut dalam deskripsi.
2) Informasi tentang sumber daya genetik dan/atau pengetahuan tradisional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh lembaga resmi yang diakui oleh pemerintah
3) Pembagian hasil dan/atau akses pemanfaatan sumber daya genetik dan/atau pengetahuan
tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan perjanjian internasional di bidang sumber daya genetik dan
pengetahuan tradisional
Pasal 132
1)
Penghapusan Paten berdasarkan gugatan penghapusan dapat dilakukan jika:
b.
Paten yang berasal dari sumber daya genetik dan/atau pengetahuan tradisional tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26;
PERUBAHAN MEKANISME PEMBAYARAN BIAYA
TAHUNAN PATEN
a.
b.
c.
d.
Pasal 126
Pembayaran biaya tahunan untuk pertama kali wajib dilakukan paling lambat 6
(enam) bulan terhitung sejak tanggal sertifikat Paten diterbitkan
Pembayaran biaya tahunan selanjutnya dilakukan paling lama 1 (satu) bulan
sebelum tanggal yang sama dengan Tanggal Penerimaan pada periode masa
pelindungan tahun berikutnya
Pembayaran biaya tahunan dapat ditunda (untuk paling lama 12 bulan terhitung
sejak tanggal berakhirnya batas waktu pembayaran biaya tahunan) dengan
mengajukan surat permohonan untuk menggunakan mekanisme masa tenggang
waktu kepada Menteri (paling lama 7 (tujuh) Hari sebelum tanggal jatuh tempo
pembayaran biaya tahunan)
Pembayaran biaya tahunan dgn mekanisme masa tenggang waktu dikenai biaya
tambahan sebesar 100% (seratus persen) dihitung dari total pembayaran biaya
tahunan.
Download