TIM REVISI MODUL FIELD LAB EDISI REVISI PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR SEXUAL (PMS) Disusun oleh: TIM FIELD LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNS Kerjasama dengan UPTD PUSKESMAS SIBELA, SURAKARTA 2013 Ketua tim revisi : Dr. Diffah Hanim, Dra., MSi Anggota Revisi : 1. Rita Catharina, dr. M. Kes 2. Sri Indratni, dr., PAK., M.Or. 3. Suparman., dr., M.Kes. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Puji syukur Tim Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha TIM PENYUSUN Esa atas tersusunnya modul Field Lab dengan topik Penyuluhan KATA PENGANTAR Kesehatan : Penyakit Menular Seksual (PMS). BAB I. PENDAHULUAN BAB II. TINJAUAN TEORI BAB III. PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT Topik Field Lab ini dikembangkan sebagai tuntutan kebutuhan materi pendidikan kedokteran komunitas yang akhir-akhir muncul fenomena meningkatnya penyakit menular sexual. Berdasarkan hal MENULAR SEXUAL (PMS) tersebut maka perlu bentuk modul pembelajaran yang mendukung BAB IV. KAJIAN ILMIAH ’PMS’ tercapainya kompetensi mahasiswa kedokteran dalam hal penyuluhan BAB V. STRATEGI PEMBELAJARAN kesehatan komunitas khususnya pada penyakit menualar sexual. BAB VI. PROSEDUR KERJA Akhir kata tim penyusun modul field lab topik PMS menghaturkan BAB VII. SKALA PENILAIAN terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah DAFTAR PUSTAKA berkenan membantu dalam penyusunan, penyempurnaan dan penerbitan LAMPIRAN modul ini. Surakarta, Januari 2013 Tim Revisi 1 a. Kemiskinan dan kebodohan BAB I. PENDAHULUAN A. b. Belum tumbuhnya kesadaran pentingnya kesehaan reproduksi di Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi Puskesmas khusus PMS ternyata kalangan anak remaja belum semua Puskesmas dapat melaksanakan kegiatan bimbingan c. Masih dianggap tabunya pendidikan sexual sejak dini Field Lab dengan topik PMS sesuai dengan harapan institusi d. Perubahan gaya hidup global dan desakan jumlah penduduk dan pendidikan FK UNS. Akibatnya apa yang diharapkan atau yang perubahan struktur penduduk diperoleh mahasiswa dari tiap-tiap Puskesmas kemungkinan berbeda. Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati di seluruh Oleh karena itu perlu kearifan dalam penilaian topik PMS Kabupaten di Indonesia pada tahun 2005-2007 adalah 68.64% padahal Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit target SPM yaitu 100%. Dari hasil evaluasi tahun 2007 tersebut, kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. ternyata masih diperlukan promosi kesehatan dalam upaya pencegahan Yang termasuk PMS adalah Syphillis, Gonorhoe Bubo, jengger ayam, penularan penyakit menular khususnya HIV-AIDS. Selain itu juga herpes, HIV/AIDS, dan lain-lain. Meskipun masih sedikit bukti-bukti perlu dikonfirmasikan ke tiap-tiap Puskesmas apakah pada tahun 2005- empiris tentang munculnya berbagai penyakit menular di negara 2007 tersebut, data kosong yang didapatkan memang karena tidak ada berkembang seperti di Indonesia, tetapi data faktual telah menunjukkan penderita HIV-AIDS di semua Puskesmas di semua Kabupaten atau bahwa penyakit menular khususnya penyakit menular sexual (PMS) karena penjaringan yang kurang memadai. Oleh karena itu semua semakin hari semakin bertambah jumlah pasien yang tidak tertolong. mahasiswa FK UNS yang sedang mengambil mata kuliah field lab Penderita PMS adalah penderita yang mempunyai gejala seperti gejala harus mampu menggali masalah PMS dan memberi penyuluhan yang penyakit yang datangnya secara lambat /menahun/kronis (seperti TBC) efektif, mudah dipahami masyarakat. dan dapat untuk keperluan Survailans, yaitu kelompok umur anak (<12 tahun) dan kelompok umur sudah dewasa (>12 tahun). Penyebab utama meningkatnya PMS berkembang seperti di Indonesia antara lain adalah: di B. negara-negara Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan diharapkan mahasiswa dapat memiliki kemampuan: 2 a. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang PMS khususnya HIV/AIDS b. Memahami program pencegahan dan pengobatan PMS khususnya macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terusmenerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. HIV/AIDS c. Memahami tatalaksana HIV/AIDS d. Memahami proses rujukan kasus PMS terutama yang berisiko tertular HIV/AIDS Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak BAB II. KAJIAN TEORI mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi Penyakit yang termasuk dalam golongan PMS diantaranya adalah gonorhea, jengger ayam, syphilis dan HIV/AIDS. Diantara penyakit- oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah. penyakit tersebut, yang paling berbahaya adalah HIV/AIDS. A. HIV/AIDS 1. Apakah gejala-gejala HIV? Etiologi Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak Klien yang mendapatkan Penanganan HIV-AIDS adalah klien menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah yang mendapat penanganan HIV/AIDS sesuai standar di satu terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu tertentu. yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal- HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan 3 pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam Kapankah seorang terkena AIDS? minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi. Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV. Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS. Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut. Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 810 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut: • Apakah AIDS ? AIDS adalah kumpulan gejala yang disebabkan karena tidak dikategorikan sebagai AIDS. • menurunnya sistem kekebalan tubuh. HIV adalah virus yang sembuh) • immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS. Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- menyerang sistem kekebalan tubuh yang lama kelamaan akan mengakibatkan AIDS. AIDS adalah singkatan dari ‘acquired Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan parah, dan TBC paru-paru), atau • Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS. Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh orang yang sehat, dapat diobati. 4 2. Cara Penularan kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat Cara Penularan virus HIV AIDS dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya 1. Melalui darah. misalnya ; Transfusi darah, terkena darah HIV+ pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsb. menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang 2. Melalui cairan semen, air mani (sperma atau peju Pria). misalnya ; seorang Pria berhubungan badan dengan pasangannya tanpa menggunakan kondom atau pengaman lainnya, oral sex, dsb menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa 3. Melalui cairan vagina pada Wanita. misalnya ; Wanita yang berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dsb. berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV. Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini : 4. Melalui Air Susu Ibu (ASI). misalnya ; Bayi meminum ASI dari wanita hiv+, Pria meminum susu ASI pasangannya, dsb. 1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ antara lain Saliva (air liur atau air ludah), Feses (kotoran atau tinja), Air mata, Air keringat serta Urine (Air seni atau air kencing). virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC. 2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan Tanda dan Gejala Penyakit AIDS Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik. tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya 3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% 5 dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' lemah kurang bertenaga. dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal). 4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah 3. Tatalaksana HIV/AIDS dimaksud : berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota Si penderita bisa memahami tentang penyakitnya sehingga dia berobat gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan pada stadium awal karena kebanyakan kasus di lapangan terjadi akibat menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, terlambatnya penanganan penderita HIV/AIDS. Hal ini disebabkan reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan penderita datang sudah stadium lanjut dan kebanyakan penderita Impoten. datang dengan penyakit setelah bekerja di rantau. Oleh karenaitu 5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami diperlukan peningkatan sosialisasi yang intensif. Bentuk sosialisasi serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes sebaiknya langsung pada suspek penderita dan keluarga penderita zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa serta masyarakat umum. Adapun tatalaksana HIV/AIDS di Indonesia nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi umumnya adalah: jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak • (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis. Voluntary Counseling Testing (VCT) adalah kegiatan test konseling secara sukarela • Perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS 6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali • Pengobatan infeksi Opurtunistik mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal • Sistem pelaporan kasus HIV/AIDS terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit 6 Untuk penanggulangan HIV/AIDS ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh Puskesmas, yaitu: -dapat muncul tanpa gejala b. Pada Laki-laki 1. Penyuluhan KRR, PMS, NAPZA pada kelompok sasaran (siswa SMP/SMA, Karangtaruna, PSK, Pengguna jarum suntik/IDUs) -keluar nanah dari kemaluan -sakit saat kencing dll 2. Meningkatkan pelaksanaan PMTCT ((Prevention Mother to C. SYPHILIS Child Transmision) 3. Mengembangkan klinik VCT 1. Etiologi 4. Peningkatan gaya hidup sehat Disebut singa”. juga Disebabkan dengan oleh “raja bakteri B. GONORHEA Troponema palladium. Gejala – gejala 1. Etiologi muncul antara 2-6 minggu (kadang- Pada laki – laki dikenal sebagai “kencing nanah”. kadang Penyebabnya bakteri yang disebut Neisseria gonorrrheae. Gejala 3 bulan) setalah terjadi hubungan seksual. muncul antara 2 hinga 10 hari setelah terjadi hubungan seksual. 2. Cara Penularan Melalui hubungan seksual 3. Gejala a. Pada Perempuan -keluar cairan kental berwarna kekuningan 2. Cara Penularan -melalui kontak seksual -melalui kontak langsung dengan lesi -penularan dari ibu ke anak -nyeri perut bagian bawah 7 3. Gejala • • Primer :tampak luka tunggal, menonjol dan tidak nyeri. • Sekunder :bintil / bercak merah di tubuh yang hilang sendiri atau Pengobatan • tanpa gejala. • Tersier Dapat ditularkan ke pasangan Belum ada obat yang dapat menghilangkan virus penyebab kutil. Pada tahap pertama kutil dapat diobati dengan bahan kimia yang :kelainan jantung, kulit, pembuluh darah dan gangguan bisa menghapus kutil. Bila besar perlu operasi di rumah sakit syaraf. • D. Kutil Kelamin (Jengger Ayam) Namun operasi sering kali tidak efektif, karena kutil dapat muncul kembali Penyebab : virus (HPV) Gejala (muncul 2-3 bln setelah tertular) • Kutil sangat kecil seperti mata ikan akan muncul di luar alat kelamin/anus maupun didalam vagina • Semakin lama dibiarkan akan semakin besar seperti bunga kol/jengger ayam • Tidak terasa sakit, hanya kadang-kadang terasa gatal • Akan timbul-hilang seumur hidup (bersifat kambuhan) Kalau kena kutil kelamin? Konsekuensi • Dapat meningkatkan resiko terhadap kanker leher rahim dan kanker penis 8 BAB III. PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT 100% juga. Pada tahun 2005 didapatkan cakupan klien yang mendapatkan MENULAR SEXUALITAS (PMS) penanganan HIV-AIDS sebesar 51.96% dari Puskesmas Bergas dan Puskesmas Tengaran, hal ini masih berada jauh dibawah target SPM tahun 2005. Sedangkan masih ada 20 puskesmas yang datanya kosong, hal ini Kasus Infeksi Menular Seksual yang Diobati Infeksi Menular Seksual yang Diobati adalah Kasus Infeksi dapat disebabkan karena memang tidak ada pasien penderita infeksi Menular Seksual (IMS) yang ditemukan berdasarkan syndrome dan menular seksual yang ditemukan oleh puskesmas. Pada tahun 2006 etiologi serta diobati sesuai standar di satu wilayah kerja Puskesmas didapatkan pada kurun waktu 1 tahun. Kabupaten Semarang mengalami peningkatan yaitu 68.64%. Angka Tabel 2. Diskripsi Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati Menurut Kecamatan tahun 2005-2007 No 1 2 Cakupan Infeksi 2005 2006 Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati di tersebut berasal dari Puskesmas Bergas, Tengaran dan Sumowono. Puskesmas yang datanya kosong ada 19 puskesmas. Pada tahun 2007 2007 didapatkan Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Kabupaten Menular Seksual Semarang sebanyak 68.31%. Angka tersebut berasal dari Bergas, (IMS) yang diobati Tengaran dan Sumowono ditambah dengan 805 orang dari Puskesmas Kabupaten Semarang Data Kosong 51.96 68.64 68.31 20 puskesmas 19 puskesmas 18 puskesmas Sumber: Bappeda Kab. Semarang, 2008. Kompilasi data dari Pusat kesehatan Masyarakat di Seluruh Kabupaten Semarang. Dari data tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati di Kabupaten semarang tahun 20052007, target SPM tahun 2005 yaitu 100% dan pada tahun 2010 sebesar Duren Ambarawa. Dari hasil evaluasi ini, ternyata pada tahun 2005 cakupan IMS yang diobati belum mencukupi target SPM Dinkes Jateng. Perlu dikonfirmasikan ke tiap-tiap puskesmas apakah data kosong yang didapatkan memang karena tidak ada penderita infeksi menular seksual atau karena sebab lain. Pada tahun 2006 cakupan meningkat. Sedangkan tahun 2007 jumlah cakupannya hampir sama dengan tahun sebelumnya ditambah data dari Puskesmas Duren sebanyak 805 orang. Sebaiknya data yang dikirimkan bukan berupa jumlah orang tetapi berupa cakupan 9 sehingga datanya dapat dibandingkan dengan data dari tahun-tahun KIE dan perlindungan anggota militer dan polisi sebelumnya serta dapat dilihat tren-nya mengalami peningkatan atau KIE dan pelayanan kesehatan di Lapas. penurunan. Oleh karena itu perlu ditingkatkan upaya-upaya program 3) Promosi dan distribusi Kondom, melakukan social marketing, dan pencegahan PMS di tiap-tiap puskesmas: meningkatkan akses kondom kepada WPS dan pelanggannya. 1) Pengobatan IMS a. Melakukan social–marketing dan meningkatkan akses kondom a. Advokasi b. Meningkatkan KIE Pencegahan IMS, Pemeriksaan IMS dan pengobatan secara dini c. Pendidikan dan latihan bagi petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita IMS. d. Mengembangkan Klinik IMS di lokasi/ lokalisasi penjaja seks. e. Pemeriksaan IMS berkala kepada para PS dan pramuria di lokasi,lokalisasi, BAR, Karaoke, Panti Pijat. 2) Peningkatan Gaya Hidup Sehat a. Meningkatkan derajat pendidikan dasar dari anak, pemuda dan remaja khususnya anak perempuan. b. KIE di sekolah dan tempat kerja termasuk life Skill Education. Perlindungan dan KIE kepada keluarga dan kelompok penduduk kepada WTS dan pelanggannya b. Meningkatkan ketersediaan kondom, memperluas jaring distribusinya melalui swasta, LSM dan Pemerintah. c. Meningkatkan KIE tentang manfaat penggunaan kondom d. Meningkatkan kwalitas kondom. 4) Promosi Perilaku Seksual Aman a. Advokasi pada decision maker b. Mengembangkan proyek – proyek panduan penggunaan kondom 100%. c. Melaksanakan KIE secara sistematis dan bijaksana tentang penggunaan kondom dan hubungan seksual non – penetratif. d. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan IMS pada kelompok berisiko. yang menghadapi masalah sosial. Kerjasama dan koordinasi dengan media massa dan perusahaan advertensi untuk KIE pada masyarakat umum 10 Membahas rencana kegiatan di masing-masing LSM sesuai dengan BAB IV. KAJIAN ILMIAH ’PMS’ isu SPM (Standart Pelayanan Minimal) yang mereka akses untuk menekan pertumbuhan penularan HIV/AIDS. Konsep Map 3. Pertemuan dengan Tim Pengarah KPAD Kota Surakarta DATA (Buku) MASALAH KESEHATAN (Diagnosis HIV AIDS) Sosialisasi HIV/AIDS di masing-masing instansi yang dibawahinya dengan DOKTER DATA (Internet) DATA Hasil Lab Bukti harapan bisa memberi informasi pencegahan dan penanganannya. 4. Pelayanan VCT KEPUTUSAN MEDIS Di RS Daerah dr. Moewardi Surakarta, RS dr. Oen Surakarta dan Puskesmas Manahan (bagi kelompok IDU’s). 5. Pelayanan IMS Upaya pencegahan HIV/AIDS dilakukan bersama dengan kegiatan penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS). Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: 1. Serosurvey Kegiatan ini dilaksanakan oleh DKK dan PMI dengan sasaran WPS langsung, WPS tak langsung dan Napi, tujuannya untuk mendapatkan data besaran masalah HIV dan Sifilis di kelompok Dilaksanakan di Puskesmas Manahan dan Puskesmas Sangkrah atas kerja sama DKK Surakarta dengan GF – ATM diperuntukkan bagi umum termasuk kelompok risiko tinggi. 6. Pembentukan DIC (Droup In Centre) Oleh LSM Mitra Alam sebagai tempat kosultasi dan informasi mengenai bahaya Narkoba/NAPZA bagi generasi muda/ pemuda/remaja. (PB IDI, 2000) risiko tinggi, jika ditemukan akan dilakukan pengobatan. 2. Pertemuan dengan Lingkar LSM Peduli AIDS 11 Perjalanan Infeksi HIV/AIDS : tahun. Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa Pada saat seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5- diperpanjang menjadi 3 tahun, sedangkan di negara berkembang masih 10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus kurang dari 1 tahun. Survival rate ini berhubungan erat dengan penggunaan masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus obat antiretroviral, pengobatan terhadap infeksi oportunistik dan kwalitas tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun pelayanan yang lebih baik. virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai periode jendela (windows periode). Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. BAB V. STRATEGI PEMBELAJARAN Pada tahap HIV+ ini maka keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. 1. Diagnosis HIV-AIDS Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah aktif menularkan Seorang ibu rumah tangga datang ke Dokter A dengan keluhan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi panas dan batuk darah. Ibu tersebut mengeluh bahwa sakitnya sudah donor darah. lama dan berkali-kali mondok keluar masuk rumah sakit dengan keluhan Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan serupa. Anamnesis lebih lanjut ternyata suaminya sudah meninggal dan menggerogoti sel darah putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) sebelumnya ada riwayat memakai injeksi Narkoba (IVDU). Dokter A dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan tubuh akan hancur dan penderita tanpa melakukan pemeriksaan lebih lanjut menyatakan kemungkinan masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai infeksi seperti misalnya ibu tersebut menderita AIDS. Pasien tidak puas lalu datang ke dokter B, infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita akan meninggal dalam kemudian oleh dokter B disarankan melakukan pemeriksaan waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut. laboratorium Sputum BTA, Foto Thoraks dan pemeriksaan darah Ada beberapa hasil penelitian antara lain di negara industri, seorang dewasa berupa Limfosit T. yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun, Hasil sedangkan di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7 pemeriksaan jumlah Limfosit T Helper (CD4) menunjukkan hasil sangat rendah. Dokter B mendiagnosis HIV dan 12 pasien berkonsultasi apakah penyakitnya dapat disembuhkan dan apakah ada obatnya. Bagaimana pendapat saudara? Saudara lebih setuju pendapat siapa? Pertanyaan: Teknik membuat keputusan medis berbasis bukti seperti apakah yang harus 1. Menurut anda dokter yang manakah yang lebih kompeten, apa saudara lakukan? alasannya? (Kompetensi cara berpikir kritis/Critical Thinking) Dokter dalam hal ini diidentikkan sebagai mahasiswa FKUNS 2. Bukti-bukti apakah yang perlu dikumpulkan untuk memahami masalah diharapkan mencari bukti-bukti ilmiah berupa data ilmiah termasuk pasien tersebut? (Kompetensi Critical Thinking dan Evidance Based pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis HIV AIDS. Data ilmiah atau Medicine=EBM Diagnosis) bukti yang didapatkan dipakai untuk mendiagnosis HIV AIDS, kemudian 3. Keterangan apa yang sebaiknya diberikan oleh dokter sehubungan memberikan informasi kepada pasien dan disampaikan secara etis. dengan pertanyaan pasien?( Kompetensi EBM Diagnosis dan Etika) Skenario 2 ini membawa kompetensi seperti: 2. Perkembangan HIV/AIDS di Dunia - Berpikir kritis/Critical Thinking - EBM Diagnosis Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981. Menurut UNAIDS (Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) Fokus skenario 2 diutamakan pada Learning Objective (LO) mayor EBM sampai dengan akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV (Human Diagnosis. Immuno-deficiency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta dimana 2,4 juta Peran Tutor untuk mengarahkan diskusi menuju LO EBM Diagnosis adalah diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi infeksi baru melalui langkah-langkah atau konsep sebagai berikut: sebanyak 8500 orang, sekitar 1000 diantaranya bayi dan anak (Anonim, 2006). Dokter A: Mendiagnosis HIV AIDS tanpa didukung pemeriksaan Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno Laboratorium (bukti ilmiah) Deficiency Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. -AIDS Dokter B: Mendiagnosis HIV AIDS dengan didukung pemeriksaan telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub- Laboratorium (bukti ilmiah) sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia 13 harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan menurun Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat dari 70 tahun menjadi 4o tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada menjadi 31 tahun pada tahun 2010. sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada 3. Bentuk Strategi Penyuluhan PMS : a. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling) besarnya sasaran pendidikan. c.1 Kelompok Besar Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diketahui dan penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela besar ini, antara lain : dan berdasarkan kesadaran, penuh perhatian, akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku). c.1.a Ceramah Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun b. Interview (Wawancara) Interview sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah : • Persiapan menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi menguasai materi dari yang akan diceramahkan. Untuk itu itu mempunyai dasar pengertian atau kesadaran yang kuat. Apabila penceramah harus mempersiapkan diri dengan : belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam. a. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema. c. Metode Pendidikan Kelompok b. Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya. 14 • Pelaksanaan Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk kelompok kecil antara lain : dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah c. 2.1 Diskusi Kelompok dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat a. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para ragu-ragu dan gelisah. peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap- b. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam c. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah. bentuk lingkaran atau segi empat. d. Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk. e. Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal mungkin. Pimpinan diskusi / penyuluh juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Tepatnya mereka dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok ada c.1.b Seminar kebebasan / keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat. Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian pancingan-pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atas kasus (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di hidup, pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur masyarakat. sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta. c.2 Kelompok Kecil c.2.2 Curah Pendapat (Brain Storming) 15 Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada (buzz group) kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama / permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu tidak dengan kelompok lain dan masing-masing kelompok masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap tanggapan (cara pendapat). kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya. Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan c.2.5 Memainkan Peranan (Role Play) ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh siapa sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan, pun. baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan anggota dapat mengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi. dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka meragakan misalnya bagaimana c.2.3 Bola Salju (Snow Balling) interaksi / komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas. Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, c.2.6 Permainan Simulasi (Simulation Game) setelah lebih kurang 5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam kesimpulannya. beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas. menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi c.2.4 Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group) berperan sebagai nama sumber. 16 c.3. Metode Pendidikan Massa (Public Education) Metode pendidikan (pendekatan) b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. TV maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa. c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum dalam arti atau radio adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial massa. Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo" di televisi pada ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya maka pesan-pesan waktu yang lalu (tahun 1970an). kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya d. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa. digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel terhadap suatu inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan maupun tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga perubahan perilaku. Namun demikian bila sudah sampai berpengaruh merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa. terhadap perubahan perilaku adalah wajar. Pada umumnya bentuk f. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara lain : billboard "Ayo ke Posyandu". a. Ceramah umum (public speaking) Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa. 17 STRATEGI pembelajaran yang harus dilakukan mahasiswa: Hari II : pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan penyuluhan 1. Tahap persiapan : • 1 Kelompok dipandu 1 instruktur lapangan (dokter puskesmas). • Lokasi: 6 DKK yang mempunyai kerjasama dengan FK UNS (Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Boyolali). • Pembagian kelompok dilakukan oleh pengelola Field Lab, konfirmasi dengan DKK dan Puskesmas terkait. • Pembekalan materi dan teknis pelaksanaan diberikan pada kuliah pengantar field lab, sesuai jadwal dari pengelola KBK FK UNS. • Pada saat kuliah pengantar dilakukan pretes untuk mahasiswa • Sebelum pelaksanaan, diharap mahasiswa melakukan konfirmasi terlebih dulu dengan instruktur lapangan (nomor telepon instruktur lapangan tersedia di field lab). Hari III : pengumpulan laporan dan evaluasi • Peraturan yang harus dipenuhi mahasiswa : - Mahasiswa harus memakai jas laboratorium di lapangan, jas lab dikancingkan dengan rapi. - Mahasiswa datang sesuai jam buka Puskesmas, menemui instruktur. - Mengikuti kegiatan penyuluhan yang ada di wilayah kerja puskesmas yang bersangkutan (perencanaan dan persiapan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan penyuluhan). - Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan Konseling langsung pada sasaran/ pasien. - Apabila pada hari tersebut tidak ada jadwal penyuluhan di puskesmas yang • Tiap mahasiswa membuat cara kerja, ditulis di buku tulis, singkat dan jelas, sebelum pelaksanaan Hari I : perencanaan dan persiapan penyuluhan PMS diserahkan pada instruktur lapangan untuk diperiksa, isi : bersangkutan, mahasiswa mengikuti demonstrasi pelayanan penyuluhan di Puskesmas. - Apabila kelompok mengganti hari, mengikuti hari Posyandu, I. Tujuan Pembelajaran diperbolehkan, dengan catatan tidak mengganggu kegiatan pembelajaran II. Alat/Bahan yang diperlukan lain di FK dan LAPOR pada pengelola field lab/ pengampu topik. III. Cara Kerja (singkat) 3. Tahap Pembuatan Laporan 2. Tahap Pelaksanaan : • Pelaksanaan di lapangan 3 hari, sesuai jadwal dari tim pengelola KBK FK UNS. • Tiap mahasiswa membuat laporan perorangan 2 eksemplar, diketik komputer, 2-5 halaman (tidak termasuk cover dan halaman pengesahan), hari ketiga kegiatan harus diserahkan instruktur lapangan untuk 18 disetujui/disahkan, ditunjukkan dengan lembar tanda tangan persetujuan • instruktur lapangan. Postes dilaksanakan di Fakultas Kedokteran sesuai jadwal pengelola Field Lab. • Apabila mahasiswa tidak mengikuti salah satu dari 3 kegiatan Field lab Format Laporan : (pretes, lapangan, postes) maka dinyatakan tidak memenuhi syarat dan nilai Halaman cover akhir tidak bisa diolah. Lembar pengesahan instruktur lapangan • mengikuti karena sakit, ditunjukkan dengan bukti surat keterangan sakit dari Daftar isi dokter atau rumah sakit. Mahasiswa ybs dapat menghubungi pengelola topik I. Pendahuluan dan Tujuan pembelajaran segera. Uraikan secara singkat tentang penyuluhan dan tujuan pembelajaran. II. Kegiatan yang dilakukan Pretes dan postes susulan dapat diberikan pada mahasiswa yang tidak dapat • III. Pembahasan NILAI AKHIR MAHASISWA : Nilai Akhir Mahasiswa : 1x Pretest + 3 x Lapangan + 1 x Postes Misal berisi kendala pelaksanaan penyuluhan di lapangan dll. • 5 IV. Penutup • Batas nilai yang dinyatakan lulus adalah 70 %. V. Daftar Pustaka • Bila ada mahasiswa mendapat nilai kurang dari 70 %, akan dilakukan remidi SATU eksemplar laporan diserahkan pada instruktur lapangan, 1 laporan yang akan dijadwalkan oleh field lab. Bila remidi tidak lulus maka mengulang diserahkan pada pengelola field lab setelah disahkan instruktur lapangan semester depan. (laporan untuk field lab diserahkan ke bagian field lab paling lambat 1 minggu • Nilai remidiasi maksimal 70. sesudah pelaksanaan). • Apabila ada mahasiswa yang membuat laporan sama persis dengan temannya akan dikembalikan. Tata Cara Penilaian : • Instruktur memberi penilaian terhadap mahasiswa sesuai dengan cek list yang ditetapkan dalam buku panduan. 19 BAB VI. SKALA PENILAIAN BAB V. PROSEDUR KERJA 1. Menghitung jumlah sasaran 2. Menentukan target cakupan penyuluhan PMS Menetapkan berapa besar cakupan penyuluhan yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan. Target cakupan maksimal 100 % 3. Menghitung kebutuhan peralatan peraga penyuluhan PMS Peralatan peraga diperlukan agar penyuluhan menjadi lebih menarik perhatiannya Nama NIM Kelompok Puskesmas No . 1. 2. SELAMAT MENGHITUNG DENGAN BENAR DAN CERMAT KELOMPOK SASARAN PENYULUHAN ’PMS’ DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS: NAMA PUSKESMAS: ................................................. NAMA DESA : ................................................. JUMLAH TARGET : .....................................Orang 3. Jumlah hitungan sesuai Rumus : ....................... Orang 3. : : : : Keterangan 0 1 2 3 4 Persiapan Membuat format rencana kerja sesuai panduan Sikap dan tingkah laku Menunjukkan kedisplinan (datang tepat waktu) Menunjukkan kesiapan mengikuti kegiatan Menunjukkan penampilan rapi dan sikap sopan kepada staf Puskesmas dan masyarakat Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam mengikuti semua kegiatan Pelaksanaan Menentukan target cakupan Penyuluhan PMS Melakukan penyuluhan PMS pada masyarakat Memperhatikan demonstrasi/FGD masalah PMS Menentukan bila ada suspeck PMSHIV/AIDS, dan pencatatan pelaporannya Laporan Isi laporan sesuai kegiatan Format laporan sesuai panduan JUMLAH NILAI 20 Keterangan : 0: tidak melakukan 1: melakukan kurang dari 40 % 2: melakukan 40-60% 3: melakukan 60-80 % 4: melakukan 80-100 % Daftar Pustaka Anonim. 2006. Program Bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS (UNAIDS) bersama-sama dengan masyarakat sipil, para aktivis pengobatan, sektor swasta serta pemerintahan menyerukan Jumlah Nilai NILAI : -------------------- X 100 = ........................ 44 ‘bersatu untuk pencegahan HIV’. Jakarta, 18 Agustus 2006 Anonim. 2000. Stigmatisasi dan Diskriminasi pada HIV AIDS. Pengurus Besar IDI. www.depkes.go.id Edit terakhir: 9 Mei 2008 Pengurus Besar IDI. 2000. Pencegahan Penyakit Menular. www.depkes.go.id/ index.php?option. Edit terakhir: 9 Juli 2008 Sasongko, A.1996. Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Yayasan Kusuma Buana, Jakarta. Copyright © 2006 UN Indonesia. All Rights Reserved Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. www.depkes.go.id/ index.php?option Update : 14 Juli 2006 21 Foto Kegiatan Penyuluhan Penyakit Menular Seksual Peserta Mendengarkan Penyuluhan oleh pihak puskesmas Perkenalan mahasiswa Penyuluhan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 22