PMS - Fakultas Kedokteran UNS

advertisement
TIM REVISI
MODUL FIELD LAB
EDISI REVISI
PENYULUHAN KESEHATAN:
PENYAKIT MENULAR SEXUAL (PMS)
Disusun oleh:
TIM FIELD LAB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS
Kerjasama dengan
UPTD PUSKESMAS SIBELA, SURAKARTA
2013
Ketua tim revisi : Dr. Diffah Hanim, Dra., MSi
Anggota Revisi :
1. Rita Catharina, dr. M. Kes
2. Sri Indratni, dr., PAK., M.Or.
3. Suparman., dr., M.Kes.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Puji syukur Tim Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
TIM PENYUSUN
Esa atas tersusunnya modul Field Lab dengan topik Penyuluhan
KATA PENGANTAR
Kesehatan : Penyakit Menular Seksual (PMS).
BAB I.
PENDAHULUAN
BAB II.
TINJAUAN TEORI
BAB III.
PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT
Topik Field Lab ini dikembangkan sebagai tuntutan kebutuhan
materi pendidikan kedokteran komunitas yang akhir-akhir muncul
fenomena meningkatnya penyakit menular sexual.
Berdasarkan hal
MENULAR SEXUAL (PMS)
tersebut maka perlu bentuk modul pembelajaran yang mendukung
BAB IV.
KAJIAN ILMIAH ’PMS’
tercapainya kompetensi mahasiswa kedokteran dalam hal penyuluhan
BAB V.
STRATEGI PEMBELAJARAN
kesehatan komunitas khususnya pada penyakit menualar sexual.
BAB VI.
PROSEDUR KERJA
Akhir kata tim penyusun modul field lab topik PMS menghaturkan
BAB VII. SKALA PENILAIAN
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
DAFTAR PUSTAKA
berkenan membantu dalam penyusunan, penyempurnaan dan penerbitan
LAMPIRAN
modul ini.
Surakarta,
Januari 2013
Tim Revisi
1
a. Kemiskinan dan kebodohan
BAB I. PENDAHULUAN
A.
b. Belum tumbuhnya kesadaran pentingnya kesehaan reproduksi di
Latar Belakang
Permasalahan yang dihadapi Puskesmas khusus PMS ternyata
kalangan anak remaja
belum semua Puskesmas dapat melaksanakan kegiatan bimbingan
c. Masih dianggap tabunya pendidikan sexual sejak dini
Field Lab dengan topik PMS sesuai dengan harapan institusi
d. Perubahan gaya hidup global dan desakan jumlah penduduk dan
pendidikan FK UNS.
Akibatnya apa yang diharapkan atau yang
perubahan struktur penduduk
diperoleh mahasiswa dari tiap-tiap Puskesmas kemungkinan berbeda.
Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati di seluruh
Oleh karena itu perlu kearifan dalam penilaian topik PMS
Kabupaten di Indonesia pada tahun 2005-2007 adalah 68.64% padahal
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit
target SPM yaitu 100%.
Dari hasil evaluasi tahun 2007 tersebut,
kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
ternyata masih diperlukan promosi kesehatan dalam upaya pencegahan
Yang termasuk PMS adalah Syphillis, Gonorhoe Bubo, jengger ayam,
penularan penyakit menular khususnya HIV-AIDS. Selain itu juga
herpes, HIV/AIDS, dan lain-lain. Meskipun masih sedikit bukti-bukti
perlu dikonfirmasikan ke tiap-tiap Puskesmas apakah pada tahun 2005-
empiris tentang munculnya berbagai penyakit menular di negara
2007 tersebut, data kosong yang didapatkan memang karena tidak ada
berkembang seperti di Indonesia, tetapi data faktual telah menunjukkan
penderita HIV-AIDS di semua Puskesmas di semua Kabupaten atau
bahwa penyakit menular khususnya penyakit menular sexual (PMS)
karena penjaringan yang kurang memadai. Oleh karena itu semua
semakin hari semakin bertambah jumlah pasien yang tidak tertolong.
mahasiswa FK UNS yang sedang mengambil mata kuliah field lab
Penderita PMS adalah penderita yang mempunyai gejala seperti gejala
harus mampu menggali masalah PMS dan memberi penyuluhan yang
penyakit yang datangnya secara lambat /menahun/kronis (seperti TBC)
efektif, mudah dipahami masyarakat.
dan dapat untuk keperluan Survailans, yaitu kelompok umur anak (<12
tahun) dan kelompok umur sudah dewasa (>12 tahun).
Penyebab
utama
meningkatnya
PMS
berkembang seperti di Indonesia antara lain adalah:
di
B.
negara-negara
Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan diharapkan
mahasiswa dapat memiliki kemampuan:
2
a. Melakukan
penyuluhan
kesehatan
komunitas
tentang
PMS
khususnya HIV/AIDS
b. Memahami program pencegahan dan pengobatan PMS khususnya
macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel),
dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terusmenerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
HIV/AIDS
c. Memahami tatalaksana HIV/AIDS
d. Memahami proses rujukan kasus PMS terutama yang berisiko
tertular HIV/AIDS
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut
tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan
penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien
(Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam
infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak
BAB II. KAJIAN TEORI
mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi
Penyakit yang termasuk dalam golongan PMS diantaranya adalah
gonorhea, jengger ayam, syphilis dan HIV/AIDS. Diantara penyakit-
oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem
kekebalan tubuh yang melemah.
penyakit tersebut, yang paling berbahaya adalah HIV/AIDS.
A. HIV/AIDS
1.
Apakah gejala-gejala HIV?
Etiologi
Sebagian
besar
orang
yang
terinfeksi
HIV
tidak
Klien yang mendapatkan Penanganan HIV-AIDS adalah klien
menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah
yang mendapat penanganan HIV/AIDS sesuai standar di satu
terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar
wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu tertentu.
yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-
HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency
virus’. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem
gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat
terjadi
pada
saat
seroconversion.
Seroconversion
adalah
kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan
3
pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam
Kapankah seorang terkena AIDS?
minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.
Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang
yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada
orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di
dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV. Infeksi HIV
menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan
dapat menyebabkan berkembangnya AIDS.
Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV
yang paling lanjut.
Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat
pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 810 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu,
yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World
Health Organization) sebagai berikut:
•
Apakah AIDS ?
AIDS adalah kumpulan gejala yang disebabkan karena
tidak dikategorikan sebagai AIDS.
•
menurunnya sistem kekebalan tubuh. HIV adalah virus yang
sembuh)
•
immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai
AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi
tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang
menjadi AIDS.
Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya
yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang
gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem
kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab
Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan
infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh-
menyerang sistem kekebalan tubuh yang lama kelamaan akan
mengakibatkan AIDS. AIDS adalah singkatan dari ‘acquired
Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan
parah, dan TBC paru-paru), atau
•
Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada
saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea),
batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma
Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.
Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik
yang apabila diderita oleh orang yang sehat, dapat diobati.
4
2.
Cara Penularan
kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat
Cara Penularan virus HIV AIDS
dalam
beberapa
tahun
dan
perlahan
kekebelan
tubuhnya
1. Melalui darah. misalnya ; Transfusi darah, terkena darah
HIV+ pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsb.
menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang
2. Melalui cairan semen, air mani (sperma atau peju Pria).
misalnya ; seorang Pria berhubungan badan dengan
pasangannya tanpa menggunakan kondom atau pengaman
lainnya, oral sex, dsb
menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa
3. Melalui cairan vagina pada Wanita. misalnya ; Wanita yang
berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat
bantu seks, oral seks, dsb.
berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan
telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit
AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :
4. Melalui Air Susu Ibu (ASI). misalnya ; Bayi meminum ASI
dari wanita hiv+, Pria meminum susu ASI pasangannya, dsb.
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti
Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung Virus HIV
pada penderita HIV+ antara lain Saliva (air liur atau air
ludah), Feses (kotoran atau tinja), Air mata, Air keringat
serta Urine (Air seni atau air kencing).
virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium
nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi
awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan
Tanda dan Gejala Penyakit AIDS
Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya
tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah,
kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan
kerongkongan,
serta
mengalami
diarhea
yang
kronik.
tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya
mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga
tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah
wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10%
5
dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak
didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk
jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita
juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem
AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang)
pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan
pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)'
lemah kurang bertenaga.
dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan
central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah
3.
Tatalaksana HIV/AIDS dimaksud :
berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota
Si penderita bisa memahami tentang penyakitnya sehingga dia berobat
gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan
pada stadium awal karena kebanyakan kasus di lapangan terjadi akibat
menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki,
terlambatnya penanganan penderita HIV/AIDS. Hal ini disebabkan
reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan
penderita datang sudah stadium lanjut dan kebanyakan penderita
Impoten.
datang dengan penyakit setelah bekerja di rantau. Oleh karenaitu
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami
diperlukan peningkatan sosialisasi yang intensif. Bentuk sosialisasi
serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes
sebaiknya langsung pada suspek penderita dan keluarga penderita
zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa
serta masyarakat umum. Adapun tatalaksana HIV/AIDS di Indonesia
nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi
umumnya adalah:
jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak
•
(kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
Voluntary Counseling Testing (VCT) adalah kegiatan test
konseling secara sukarela
•
Perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali
•
Pengobatan infeksi Opurtunistik
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
•
Sistem pelaporan kasus HIV/AIDS
terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
6
Untuk penanggulangan HIV/AIDS ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan oleh Puskesmas, yaitu:
-dapat muncul tanpa gejala
b. Pada Laki-laki
1. Penyuluhan KRR, PMS, NAPZA pada kelompok sasaran (siswa
SMP/SMA, Karangtaruna, PSK, Pengguna jarum suntik/IDUs)
-keluar nanah dari kemaluan
-sakit saat kencing
dll
2. Meningkatkan pelaksanaan PMTCT ((Prevention Mother to
C. SYPHILIS
Child Transmision)
3. Mengembangkan klinik VCT
1. Etiologi
4. Peningkatan gaya hidup sehat
Disebut
singa”.
juga
Disebabkan
dengan
oleh
“raja
bakteri
B. GONORHEA
Troponema palladium. Gejala – gejala
1. Etiologi
muncul antara 2-6 minggu (kadang-
Pada
laki
–
laki
dikenal
sebagai
“kencing
nanah”.
kadang
Penyebabnya bakteri yang disebut Neisseria gonorrrheae. Gejala
3
bulan)
setalah
terjadi
hubungan seksual.
muncul antara 2 hinga 10 hari setelah terjadi hubungan seksual.
2. Cara Penularan
Melalui hubungan seksual
3. Gejala
a. Pada Perempuan
-keluar cairan kental berwarna kekuningan
2. Cara Penularan
-melalui kontak seksual
-melalui kontak langsung dengan lesi
-penularan dari ibu ke anak
-nyeri perut bagian bawah
7
3. Gejala
•
• Primer :tampak luka tunggal, menonjol dan tidak nyeri.
• Sekunder :bintil / bercak merah di tubuh yang hilang sendiri atau
Pengobatan
•
tanpa gejala.
• Tersier
Dapat ditularkan ke pasangan
Belum ada obat yang dapat menghilangkan virus penyebab kutil.
Pada tahap pertama kutil dapat diobati dengan bahan kimia yang
:kelainan jantung, kulit, pembuluh darah dan gangguan
bisa menghapus kutil. Bila besar perlu operasi di rumah sakit
syaraf.
•
D. Kutil Kelamin (Jengger Ayam)
Namun operasi sering kali tidak efektif, karena kutil dapat muncul
kembali
Penyebab : virus (HPV)
Gejala (muncul 2-3 bln setelah tertular)
•
Kutil sangat kecil seperti mata ikan akan muncul di luar alat
kelamin/anus maupun didalam vagina
•
Semakin lama dibiarkan akan semakin besar seperti bunga
kol/jengger ayam
•
Tidak terasa sakit, hanya kadang-kadang terasa gatal
•
Akan timbul-hilang seumur hidup (bersifat kambuhan)
Kalau kena kutil kelamin?
Konsekuensi
•
Dapat meningkatkan resiko terhadap kanker leher rahim dan kanker
penis
8
BAB III. PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT
100% juga. Pada tahun 2005 didapatkan cakupan klien yang mendapatkan
MENULAR SEXUALITAS (PMS)
penanganan HIV-AIDS sebesar 51.96% dari Puskesmas Bergas dan
Puskesmas Tengaran, hal ini masih berada jauh dibawah target SPM tahun
2005. Sedangkan masih ada 20 puskesmas yang datanya kosong, hal ini
Kasus Infeksi Menular Seksual yang Diobati
Infeksi Menular Seksual yang Diobati adalah
Kasus Infeksi
dapat disebabkan karena memang tidak ada pasien penderita infeksi
Menular Seksual (IMS) yang ditemukan berdasarkan syndrome dan
menular seksual yang ditemukan oleh puskesmas. Pada tahun 2006
etiologi serta diobati sesuai standar di satu wilayah kerja Puskesmas
didapatkan
pada kurun waktu 1 tahun.
Kabupaten Semarang mengalami peningkatan yaitu 68.64%. Angka
Tabel 2. Diskripsi Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang
diobati Menurut Kecamatan tahun 2005-2007
No
1
2
Cakupan Infeksi
2005
2006
Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati di
tersebut berasal dari Puskesmas Bergas, Tengaran dan Sumowono.
Puskesmas yang datanya kosong ada 19 puskesmas. Pada tahun 2007
2007
didapatkan
Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Kabupaten
Menular Seksual
Semarang sebanyak 68.31%. Angka tersebut berasal dari Bergas,
(IMS) yang diobati
Tengaran dan Sumowono ditambah dengan 805 orang dari Puskesmas
Kabupaten
Semarang
Data Kosong
51.96
68.64
68.31
20
puskesmas
19
puskesmas
18 puskesmas
Sumber: Bappeda Kab. Semarang, 2008. Kompilasi data dari Pusat kesehatan
Masyarakat di Seluruh Kabupaten Semarang.
Dari data tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa Cakupan Infeksi
Menular Seksual (IMS) yang diobati di Kabupaten semarang tahun 20052007, target SPM tahun 2005 yaitu 100% dan pada tahun 2010 sebesar
Duren Ambarawa.
Dari hasil evaluasi ini, ternyata pada tahun 2005 cakupan IMS
yang diobati belum mencukupi target SPM Dinkes Jateng. Perlu
dikonfirmasikan ke tiap-tiap puskesmas apakah data kosong yang
didapatkan memang karena tidak ada penderita infeksi menular seksual
atau karena sebab lain. Pada tahun 2006 cakupan meningkat. Sedangkan
tahun 2007 jumlah cakupannya hampir sama dengan tahun sebelumnya
ditambah data dari Puskesmas Duren sebanyak 805 orang. Sebaiknya data
yang dikirimkan bukan berupa jumlah orang tetapi berupa cakupan
9
sehingga datanya dapat dibandingkan dengan data dari tahun-tahun
KIE dan perlindungan anggota militer dan polisi
sebelumnya serta dapat dilihat tren-nya mengalami peningkatan atau
KIE dan pelayanan kesehatan di Lapas.
penurunan. Oleh karena itu perlu ditingkatkan upaya-upaya program
3) Promosi dan distribusi Kondom, melakukan social marketing, dan
pencegahan PMS di tiap-tiap puskesmas:
meningkatkan akses kondom kepada WPS dan pelanggannya.
1) Pengobatan IMS
a. Melakukan social–marketing dan meningkatkan akses kondom
a. Advokasi
b. Meningkatkan KIE Pencegahan IMS, Pemeriksaan IMS dan
pengobatan secara dini
c. Pendidikan dan latihan bagi petugas kesehatan dalam tatalaksana
penderita IMS.
d. Mengembangkan Klinik IMS di lokasi/ lokalisasi penjaja seks.
e. Pemeriksaan IMS berkala kepada para PS dan pramuria di
lokasi,lokalisasi, BAR, Karaoke, Panti Pijat.
2) Peningkatan Gaya Hidup Sehat
a. Meningkatkan derajat pendidikan dasar dari anak, pemuda dan
remaja khususnya anak perempuan.
b. KIE di sekolah dan tempat kerja termasuk life Skill Education.
Perlindungan dan KIE kepada keluarga dan kelompok penduduk
kepada WTS dan pelanggannya
b. Meningkatkan ketersediaan kondom, memperluas jaring
distribusinya melalui swasta, LSM dan Pemerintah.
c. Meningkatkan KIE tentang manfaat penggunaan kondom
d. Meningkatkan kwalitas kondom.
4) Promosi Perilaku Seksual Aman
a. Advokasi pada decision maker
b. Mengembangkan proyek – proyek panduan penggunaan kondom
100%.
c. Melaksanakan KIE secara sistematis dan bijaksana tentang
penggunaan kondom dan hubungan seksual non – penetratif.
d. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan IMS pada
kelompok berisiko.
yang menghadapi masalah sosial.
Kerjasama dan koordinasi dengan media massa dan perusahaan
advertensi untuk KIE pada masyarakat umum
10
Membahas rencana kegiatan di masing-masing LSM sesuai dengan
BAB IV. KAJIAN ILMIAH ’PMS’
isu SPM (Standart Pelayanan Minimal) yang mereka akses untuk
menekan pertumbuhan penularan HIV/AIDS.
Konsep Map
3. Pertemuan dengan Tim Pengarah KPAD Kota Surakarta
DATA
(Buku)
MASALAH
KESEHATAN
(Diagnosis
HIV AIDS)
Sosialisasi HIV/AIDS di masing-masing instansi yang dibawahinya
dengan
DOKTER
DATA
(Internet)
DATA
Hasil Lab
Bukti
harapan bisa memberi informasi pencegahan dan
penanganannya.
4. Pelayanan VCT
KEPUTUSAN
MEDIS
Di RS Daerah dr. Moewardi Surakarta, RS dr. Oen Surakarta dan
Puskesmas Manahan (bagi kelompok IDU’s).
5. Pelayanan IMS
Upaya pencegahan HIV/AIDS dilakukan bersama dengan kegiatan
penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS). Kegiatan yang telah
dilaksanakan antara lain:
1. Serosurvey
Kegiatan ini dilaksanakan oleh DKK dan PMI dengan sasaran WPS
langsung, WPS tak langsung dan Napi, tujuannya untuk
mendapatkan data besaran masalah HIV dan Sifilis di kelompok
Dilaksanakan di Puskesmas Manahan dan Puskesmas Sangkrah atas
kerja sama DKK Surakarta dengan GF – ATM diperuntukkan bagi
umum termasuk kelompok risiko tinggi.
6. Pembentukan DIC (Droup In Centre)
Oleh LSM Mitra Alam sebagai tempat kosultasi dan informasi
mengenai
bahaya
Narkoba/NAPZA
bagi
generasi
muda/
pemuda/remaja. (PB IDI, 2000)
risiko tinggi, jika ditemukan akan dilakukan pengobatan.
2. Pertemuan dengan Lingkar LSM Peduli AIDS
11
Perjalanan Infeksi HIV/AIDS :
tahun. Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa
Pada saat seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-
diperpanjang menjadi 3 tahun, sedangkan di negara berkembang masih
10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus
kurang dari 1 tahun. Survival rate ini berhubungan erat dengan penggunaan
masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus
obat antiretroviral, pengobatan terhadap infeksi oportunistik dan kwalitas
tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun
pelayanan yang lebih baik.
virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai
periode jendela (windows periode). Sebelum masuk pada tahap AIDS,
orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV.
BAB V. STRATEGI PEMBELAJARAN
Pada tahap HIV+ ini maka keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan
khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa.
1.
Diagnosis HIV-AIDS
Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah aktif menularkan
Seorang ibu rumah tangga datang ke Dokter A dengan keluhan
virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi
panas dan batuk darah. Ibu tersebut mengeluh bahwa sakitnya sudah
donor darah.
lama dan berkali-kali mondok keluar masuk rumah sakit dengan keluhan
Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan
serupa. Anamnesis lebih lanjut ternyata suaminya sudah meninggal dan
menggerogoti sel darah putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh)
sebelumnya ada riwayat memakai injeksi Narkoba (IVDU). Dokter A
dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan tubuh akan hancur dan penderita
tanpa melakukan pemeriksaan lebih lanjut menyatakan kemungkinan
masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai infeksi seperti misalnya
ibu tersebut menderita AIDS. Pasien tidak puas lalu datang ke dokter B,
infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita akan meninggal dalam
kemudian oleh dokter B disarankan melakukan pemeriksaan
waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut.
laboratorium Sputum BTA, Foto Thoraks dan pemeriksaan darah
Ada beberapa hasil penelitian antara lain di negara industri, seorang dewasa
berupa Limfosit T.
yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun,
Hasil
sedangkan di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7
pemeriksaan
jumlah
Limfosit
T
Helper
(CD4)
menunjukkan hasil sangat rendah. Dokter B mendiagnosis HIV dan
12
pasien berkonsultasi apakah penyakitnya dapat disembuhkan dan
apakah ada obatnya.
Bagaimana pendapat saudara? Saudara lebih setuju pendapat siapa?
Pertanyaan:
Teknik membuat keputusan medis berbasis bukti seperti apakah yang harus
1. Menurut anda dokter yang manakah yang lebih kompeten, apa
saudara lakukan?
alasannya? (Kompetensi cara berpikir kritis/Critical Thinking)
Dokter dalam hal ini diidentikkan sebagai mahasiswa FKUNS
2. Bukti-bukti apakah yang perlu dikumpulkan untuk memahami masalah
diharapkan mencari bukti-bukti ilmiah berupa data ilmiah termasuk
pasien tersebut? (Kompetensi Critical Thinking dan Evidance Based
pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis HIV AIDS. Data ilmiah atau
Medicine=EBM Diagnosis)
bukti yang didapatkan dipakai untuk mendiagnosis HIV AIDS, kemudian
3. Keterangan apa yang sebaiknya diberikan oleh dokter sehubungan
memberikan informasi kepada pasien dan disampaikan secara etis.
dengan pertanyaan pasien?( Kompetensi EBM Diagnosis dan Etika)
Skenario 2 ini membawa kompetensi seperti:
2. Perkembangan HIV/AIDS di Dunia
- Berpikir kritis/Critical Thinking
- EBM Diagnosis
Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun
1981. Menurut UNAIDS (Badan PBB untuk penanggulangan AIDS)
Fokus skenario 2 diutamakan pada Learning Objective (LO) mayor EBM
sampai dengan akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV (Human
Diagnosis.
Immuno-deficiency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta dimana 2,4 juta
Peran Tutor untuk mengarahkan diskusi menuju LO EBM Diagnosis adalah
diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi infeksi baru
melalui langkah-langkah atau konsep sebagai berikut:
sebanyak 8500 orang, sekitar 1000 diantaranya bayi dan anak (Anonim,
2006).
Dokter A: Mendiagnosis HIV AIDS tanpa didukung pemeriksaan
Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno
Laboratorium (bukti ilmiah)
Deficiency Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. -AIDS
Dokter B: Mendiagnosis HIV AIDS dengan didukung pemeriksaan
telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-
Laboratorium (bukti ilmiah)
sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia
13
harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan menurun
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat
dari 70 tahun menjadi 4o tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada
menjadi 31 tahun pada tahun 2010.
sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan
kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada
3. Bentuk Strategi Penyuluhan PMS :
a. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)
besarnya sasaran pendidikan.
c.1 Kelompok Besar
Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta
intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diketahui dan
penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok
dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela
besar ini, antara lain :
dan berdasarkan kesadaran, penuh perhatian, akan menerima perilaku
tersebut (mengubah perilaku).
c.1.a Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
b. Interview (Wawancara)
Interview sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk
rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metode ceramah :
•
Persiapan
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan,
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri
untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi
menguasai materi dari yang akan diceramahkan. Untuk itu
itu mempunyai dasar pengertian atau kesadaran yang kuat. Apabila
penceramah harus mempersiapkan diri dengan :
belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam.
a. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik
lagi kalau disusun dalam diagram atau skema.
c. Metode Pendidikan Kelompok
b. Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah
singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
14
•
Pelaksanaan
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila
kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk
penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk
kelompok kecil antara lain :
dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah
c. 2.1 Diskusi Kelompok
dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat
a. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap
bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para
ragu-ragu dan gelisah.
peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-
b. Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam
c. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
bentuk lingkaran atau segi empat.
d. Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk.
e. Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal mungkin.
Pimpinan diskusi / penyuluh juga duduk diantara peserta
sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Tepatnya
mereka dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok ada
c.1.b Seminar
kebebasan / keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
pancingan-pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atas kasus
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik
sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang
yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
hidup, pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur
masyarakat.
sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara
sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
c.2 Kelompok Kecil
c.2.2 Curah Pendapat (Brain Storming)
15
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil
Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada
(buzz group) kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama /
permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu
tidak dengan kelompok lain dan masing-masing kelompok
masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau
mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap
tanggapan (cara pendapat).
kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan
c.2.5 Memainkan Peranan (Role Play)
ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta
Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk
mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh siapa
sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan,
pun. baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap
misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan
anggota dapat mengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi.
dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau
anggota masyarakat. Mereka meragakan misalnya bagaimana
c.2.3 Bola Salju (Snow Balling)
interaksi / komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2
orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah,
c.2.6 Permainan Simulasi (Simulation Game)
setelah lebih kurang 5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi
Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play
satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari
dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam
kesimpulannya.
beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
Kemudian
tiap
2
pasang
yang
sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya
memainkannya
persis
seperti
bermain
monopoli
dengan
dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain beberan atau
papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi
c.2.4 Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group)
berperan sebagai nama sumber.
16
c.3. Metode Pendidikan Massa (Public Education)
Metode
pendidikan
(pendekatan)
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik
massa
untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka cara yang paling tepat
adalah pendekatan massa.
TV maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV
Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum dalam arti
atau radio adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan
tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial
massa. Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo" di televisi pada
ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya maka pesan-pesan
waktu yang lalu (tahun 1970an).
kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya
d. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat
e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel
terhadap suatu inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan
maupun tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga
perubahan perilaku. Namun demikian bila sudah sampai berpengaruh
merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.
terhadap perubahan perilaku adalah wajar. Pada umumnya bentuk
f. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan
pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau
sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh
melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara lain :
billboard "Ayo ke Posyandu".
a. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional,
menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di
hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
17
STRATEGI pembelajaran yang harus dilakukan mahasiswa:
Hari II : pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan penyuluhan
1. Tahap persiapan :
• 1 Kelompok dipandu 1 instruktur lapangan (dokter puskesmas).
• Lokasi: 6 DKK yang mempunyai kerjasama dengan FK UNS (Sragen,
Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Boyolali).
• Pembagian kelompok dilakukan oleh pengelola Field Lab, konfirmasi
dengan DKK dan Puskesmas terkait.
• Pembekalan materi dan teknis pelaksanaan diberikan pada kuliah pengantar
field lab, sesuai jadwal dari pengelola KBK FK UNS.
• Pada saat kuliah pengantar dilakukan pretes untuk mahasiswa
• Sebelum pelaksanaan, diharap mahasiswa melakukan konfirmasi terlebih
dulu dengan instruktur lapangan (nomor telepon instruktur lapangan
tersedia di field lab).
Hari III : pengumpulan laporan dan evaluasi
• Peraturan yang harus dipenuhi mahasiswa :
- Mahasiswa harus memakai jas laboratorium di lapangan, jas lab
dikancingkan dengan rapi.
- Mahasiswa datang sesuai jam buka Puskesmas, menemui instruktur.
- Mengikuti kegiatan penyuluhan yang ada di wilayah kerja puskesmas yang
bersangkutan (perencanaan dan persiapan penyuluhan, pelaksanaan
penyuluhan, pencatatan dan pelaporan penyuluhan).
- Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan Konseling
langsung pada sasaran/ pasien.
- Apabila pada hari tersebut tidak ada jadwal penyuluhan di puskesmas yang
• Tiap mahasiswa membuat cara kerja, ditulis di buku tulis, singkat dan
jelas, sebelum pelaksanaan
Hari I : perencanaan dan persiapan penyuluhan PMS
diserahkan pada instruktur lapangan untuk
diperiksa, isi :
bersangkutan, mahasiswa mengikuti demonstrasi pelayanan penyuluhan di
Puskesmas.
- Apabila
kelompok
mengganti
hari,
mengikuti
hari
Posyandu,
I. Tujuan Pembelajaran
diperbolehkan, dengan catatan tidak mengganggu kegiatan pembelajaran
II. Alat/Bahan yang diperlukan
lain di FK dan LAPOR pada pengelola field lab/ pengampu topik.
III. Cara Kerja (singkat)
3. Tahap Pembuatan Laporan
2. Tahap Pelaksanaan :
• Pelaksanaan di lapangan 3 hari, sesuai jadwal dari tim pengelola KBK FK
UNS.
• Tiap mahasiswa membuat laporan perorangan 2 eksemplar, diketik
komputer, 2-5 halaman (tidak termasuk cover dan halaman pengesahan),
hari
ketiga
kegiatan
harus
diserahkan
instruktur
lapangan
untuk
18
disetujui/disahkan, ditunjukkan dengan lembar tanda tangan persetujuan
•
instruktur lapangan.
Postes dilaksanakan di Fakultas Kedokteran sesuai jadwal pengelola Field
Lab.
•
Apabila mahasiswa tidak mengikuti salah satu dari 3 kegiatan Field lab
Format Laporan :
(pretes, lapangan, postes) maka dinyatakan tidak memenuhi syarat dan nilai
Halaman cover
akhir tidak bisa diolah.
Lembar pengesahan instruktur lapangan
•
mengikuti karena sakit, ditunjukkan dengan bukti surat keterangan sakit dari
Daftar isi
dokter atau rumah sakit. Mahasiswa ybs dapat menghubungi pengelola topik
I. Pendahuluan dan Tujuan pembelajaran
segera.
Uraikan secara singkat tentang penyuluhan dan tujuan pembelajaran.
II. Kegiatan yang dilakukan
Pretes dan postes susulan dapat diberikan pada mahasiswa yang tidak dapat
•
III. Pembahasan
NILAI AKHIR MAHASISWA :
Nilai Akhir Mahasiswa : 1x Pretest + 3 x Lapangan + 1 x Postes
Misal berisi kendala pelaksanaan penyuluhan di lapangan dll.
•
5
IV. Penutup
•
Batas nilai yang dinyatakan lulus adalah 70 %.
V. Daftar Pustaka
•
Bila ada mahasiswa mendapat nilai kurang dari 70 %, akan dilakukan remidi
SATU eksemplar laporan diserahkan pada instruktur lapangan, 1 laporan
yang akan dijadwalkan oleh field lab. Bila remidi tidak lulus maka mengulang
diserahkan pada pengelola field lab setelah disahkan instruktur lapangan
semester depan.
(laporan untuk field lab diserahkan ke bagian field lab paling lambat 1 minggu
•
Nilai remidiasi maksimal 70.
sesudah pelaksanaan).
•
Apabila ada mahasiswa yang membuat laporan sama persis dengan
temannya akan dikembalikan.
Tata Cara Penilaian :
•
Instruktur memberi penilaian terhadap mahasiswa sesuai dengan cek list yang
ditetapkan dalam buku panduan.
19
BAB VI. SKALA PENILAIAN
BAB V. PROSEDUR KERJA
1. Menghitung jumlah sasaran
2. Menentukan target cakupan penyuluhan PMS
Menetapkan berapa besar cakupan penyuluhan yang akan dicapai pada tahun
yang direncanakan. Target cakupan maksimal 100 %
3. Menghitung kebutuhan peralatan peraga penyuluhan PMS
Peralatan peraga diperlukan agar penyuluhan menjadi lebih menarik
perhatiannya
Nama
NIM
Kelompok
Puskesmas
No
.
1.
2.
SELAMAT MENGHITUNG DENGAN BENAR DAN
CERMAT
KELOMPOK SASARAN PENYULUHAN ’PMS’
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS:
NAMA PUSKESMAS: .................................................
NAMA DESA
: .................................................
JUMLAH TARGET : .....................................Orang
3.
Jumlah hitungan sesuai Rumus : ....................... Orang
3.
:
:
:
:
Keterangan
0
1
2
3
4
Persiapan
Membuat format rencana kerja sesuai
panduan
Sikap dan tingkah laku
Menunjukkan kedisplinan (datang tepat
waktu)
Menunjukkan kesiapan mengikuti
kegiatan
Menunjukkan penampilan rapi dan sikap
sopan kepada staf Puskesmas dan
masyarakat
Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh
dalam mengikuti semua kegiatan
Pelaksanaan
Menentukan target cakupan Penyuluhan
PMS
Melakukan penyuluhan PMS pada
masyarakat
Memperhatikan demonstrasi/FGD
masalah PMS
Menentukan bila ada suspeck PMSHIV/AIDS, dan pencatatan
pelaporannya
Laporan
Isi laporan sesuai kegiatan
Format laporan sesuai panduan
JUMLAH NILAI
20
Keterangan :
0: tidak melakukan
1: melakukan kurang dari 40 %
2: melakukan 40-60%
3: melakukan 60-80 %
4: melakukan 80-100 %
Daftar Pustaka
Anonim. 2006. Program Bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
HIV/AIDS (UNAIDS) bersama-sama dengan masyarakat sipil, para
aktivis pengobatan, sektor swasta serta pemerintahan menyerukan
Jumlah Nilai
NILAI : -------------------- X 100 = ........................
44
‘bersatu untuk pencegahan HIV’. Jakarta, 18 Agustus 2006
Anonim. 2000. Stigmatisasi dan Diskriminasi pada HIV AIDS. Pengurus
Besar IDI. www.depkes.go.id Edit terakhir: 9 Mei 2008
Pengurus
Besar
IDI.
2000.
Pencegahan
Penyakit
Menular.
www.depkes.go.id/ index.php?option. Edit terakhir: 9 Juli 2008
Sasongko, A.1996. Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Yayasan
Kusuma Buana, Jakarta. Copyright © 2006 UN Indonesia. All
Rights Reserved
Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
www.depkes.go.id/ index.php?option Update : 14 Juli 2006
21
Foto Kegiatan
Penyuluhan Penyakit Menular
Seksual
Peserta Mendengarkan
Penyuluhan oleh pihak puskesmas
Perkenalan mahasiswa
Penyuluhan dengan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM)
22
Download