BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin canggih. Hal ini bisa kita lihat dari perkembangan alat komunikasi seperti telegraf, kemudian berkembang menjadi telepon dan berkembang menjadi alat komunikasi yang lebih mudah digunakan, yaitu telepon seluler atau handphone (ponsel). Telepon Seluler atau ponsel adalah salah satu alat komunikasi yang memiliki kemampuan yang sama dengan telepon konvesional saluran tetap, akan tetapi alat komunikasi ini lebih ringan dan lebih kecil sehingga dapat dibawa kemana-mana (portabel, mobile). Selain itu keunggulan dari telepon selular ini adalah kita tidak perlu menyambungkan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Berkembangnya fitur fotografi dalam ponsel membuat penggunanya semakin berani mengunggah kegiatan mereka di media sosial. Ada yang iseng ada pula yang narsis dan hanya ingin dianggap eksis. Saat ini kata narsis lebih populer, narsis sendiri memiliki makna bentuk dari kebebasan berekspresi. Maka dari itu muncullah fenomena selfie atau selca (self camera). Banyak orang yang memiliki gadget dan berbagai media sosial tidak lepas dari selfie. Fitur fotografi mobile adalah sebagai salah satu alat untuk mengekspresikan diri dan digunakan semua kalangan termasuk remaja, yang sesungguhnya tidak terlepas dari kebutuhan akan komunikasi sebagai sarana eksistensi diri. Dengan dukungan media sosial yang kini hadir di dalam smartphone memudahkan para penggunanya untuk memposting kegiatan atau peristiwa yang terjadi dalam bentuk foto, video atau update status. Dalam kegiatan tersebut terkadang dibutuhkan alat atau sebuah perangkat, terutama dalam pengambilan gambar dalam jarak jauh tanpa memerlukan bantuan orang lain. Maka terciptalah perilaku narsis dengan tongsis. Tidak banyak yang tahu bahwa alat ini adalah buatan orang Indonesia. Kegiatan tadi di atas tidak hanya dilakukan oleh para remaja saja, para pejabat dan artis dunia tidak sungkan ikut meramaikan media sosial. Sebagian besar para pejabat atau lembaga menggunakan media untuk media promosi, berbeda dengan anak remaja lebih banyak memposting foto selfie agar eksis di dunia maya. 1 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas ditarik rumusan makalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dari dari eksistensi dan narsisme? 2. Apa penyebab perilaku narsis? 3. Apa dampak perilaku narsis? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan penyusunan makalah ini adalah: 1. Mengetahui pengertian eksistensi dan narsis? 2. Apa penyebab perilaku narsis di kalangan remaja? 3. Apa saja dampak perilaku narsis bagi remaja? 2 BAB II PEMBAHASAN A. Media Sosial, Narsisme dan Eksistensi Media adalah sebuah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Pakar psikologi memandang dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan adalah pancaindra manusia, seperti mata dan telinga. Pesan yang diterima oleh pancaindra kemudian diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam sebuah tindakan. Media sosial adalah media online yang di desain untuk memudahkan para pengguna berinteraksi, berpartisispasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, forum dll. Media ini berbasis pada teknologi internet yang mengubah pola penyebaran informasi yang sebelumnya bersifat broadcast media monologue ( satu ke banyak audiens) ke sosial media dialogue (banyak audiens ke banyak audiens). Media sosial mendukung terciptanya demokrasi informasi dan ilmu pengetahuan. Media ini merupakan salah satu dari kemunculan new media. Dalam media sosial individu maupun kelompok saling berinteraksi secra online melalui internet. Media sosial tidak hanya digunakan invidu saja, jaringan ini mulai digunakan juga oleh organisasi, lembaga dan perusahaan besar maupun kecil. Media sosial digunakan dengan cara memanfaatkan teknologi dalam berkomunikasi. Teknologi yang dimaksud adalah internet. Sifatnya terbuka membuata siapapun bisa masuk di dalamnya. Di dalam media sosial siapa saja boleh menuangkan ide dalam bentuk tulisan maupun visual. Menurut Dave Evan dalam bukunya yang berjudul Social Media Marketing One Hour a Day, menjelaskan bahwa media sosial adalah: Social media is the democratization of information, transforming people from content reader into content publisher. It is shift from broadcast mechanism to a many-tomany model, 3 rooted in conversations between authors, people, and peers. Social media uses the “wisdom of crowds” to connect information in a collaborative manner. (Media sosial ada demokratisasi informasi, mengubah orang dari pembaca konten menjadi penerbit konten. Hal ini adalah pergeseran dari mekanisme siaran menjadi model banyak ke banyak saluran, yang berakar dari percakapan antara penulis, orang dan rekan-rekan. Media sosial menggunakan “konsep orang banyak” agar dapat terhubung dengan informasi secara bersama-sama. (2008-33) Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kehadiaran media sosial merupakan bentuk demokratisasi informasi, orang yang terlibat di media sosial bukan hanya berperan sebagai pembaca tetapi sebagai penerbit konten. Perubahan saluran menjadi model banyak ke banyak, otomatis akan membuat informasi semakin cepat tersebar. Ruang lingkupnya sangat luas sehingga bisa bergabung anatara satu komunitas media sosial dengan komunitas lainnya. Kebebasan berekspresi dan berinformasi menajadi salah satu keunggulan dari media sosial. Dalam bukunya, Solis – Engage The Complate Guide for Brands and Bussinesses to Build, Cultivate, and Measure Success in the New Web menjelaskan: Social media is: a. A platform the socialization of media b. The online tools that facilitate conversations c. Connections between friends, peers, and influencers d. Collaborations e. The redistribution of influence f. A call for humanizing personal and audiences, and the stories that link them together g. Compassionate h. Words, pictures, video, chatter, audio. And also experiences, observations, opinions, news, and insights i. An opportunity an a privilege. Dari penejlasan di atas terdapat unsur-unsur dalam media sosial, mulai dari fungsi hingga apa saja di dalamnya. Terdapat pesan atau informasi yang disebutkan dalam definisi diatas yaitu berupa gambat atau video dan berupa pengalaman, pengamatan,opini, berita dan wawasan yang dapat disebarluaskan pada individu lain yang terjaring dalam media sosial yang sama. 4 Media sosial memiliki tampilan yang beragam, seperti wiki, podcast, forum di internet atau forum diskusi. Teknologi seperti e-mail, pesan instan, VoIP dan photosharing merupakan alat-alat yang sering kali digunakan. Isinya berbentuk grafik, teks, foto, audio, bahkan video. Contohnya seperti Youtube, Facebook, Twitter, Flickr, Google, Path, Instagram dan MySpace. Gambar 1 Sumber: thesocialperspective.wordpress.com Salah satu bentuk dari media sosial adalah jejaring sosial. Zarella dalam bukunya The Social Media Marketing Book menjelaskan bahwa: Jejaring sosial (social network) adalah salah situs yang menjadi tempat orang-orang berkomunikasi dengan temanteman mereka, yang mereka kenal di dunia nyata maupun dunia maya.(2011:51). Dalam perkembangannya jejaring sosial ini teman bisa berarti konsumen karena pengguna jejaring sosial tidak hanya dimanfaatkan oleh individu untuk bersosialisasi tetapi juga digunakan oleh perusahaan dalam bersosialisasi dengan konsumennya baik untuk melakukan pemasaran maupun pencitraan perusahaan. Contoh jejaring sosial saat 5 ini yang diminati adalah Twitter, Instagram, Path, Black Berry Massagger (BBM), LINE dll. Saat ini banyak pengguna jajaring sosial bukan hanya untuk bertukar informasi maupun komunikasi, tetapi menjadi sarana atau wadah bagi seseorang untuk mengabadikan moment di media sosial. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak remaja saat ini sudah mengetahui bahkan menggunakan media tersebut. Perkembangan zaman yang begitu pesat apalagi di bidang teknologi membuat seseorang merasa media sosial menjadi suatu kebutuhan yang wajib dimiliki. Eksistensi berasal dari bahasa latin, yaitu existere, yang berarti ada, timbul, muncul atau memiliki keberadaan aktual. Exitere terdiri dari dua kata, yaitu ex, yang berarti keluar, dan existere, yang berarti tampil atau muncul. Eksistensi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai keberadaan. Artinya, eksistensi menjelaskan tentang penilaian ada atau tidak adanya pengaruh terhadap keberadaan seseorang tersebut. Apabila ada orang lain menganggap kita mempunyai eksistensi, maka keberadaan kita sudah dianggap dan dapat diperhitungkan oleh orang-orang di sekeliling kita. Eksistensi biasanya dijadikan sebagai acuan pembuktian diri bahwa kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan seseorang mempunyai nilai di mata orang lain. Eksistensi juga dianggap sebagai sebuah apresiasi kepada seseorang yang mempunyai pengaruh kepada orang lain, dan biasanya pengaruh yang bersifat positif. Sedangkan narsisme merupakan istilah yang bersumber dari mitologi Yunani tentang seorang pemuda tampan bernama Narsisus. Sigmund Freud mendeskripsikan sikap narsis sebagai individu yang menunjukkan cinta diri yang berlebihan. Narsis juga dipahami sebagai kecenderungan memandang diri sendiri secara berlebihan, senang menyombongkan diri, mengharap pujian, dan merasa diri paling unik atau paling mampu. Mencermati jejaring sosial lengkap dengan dampak positif-negatifnya, secara jujur harus kita akui, eksistensi jejaring sosial telah membawa gelombang narsisme cukup kuat. Gejala ini sangat mudah kita rasakan, dari status yang kita tampilkan, komentar yang kita yang kita sampaikan, ataupun gambar-gambar yang kita unggah ke halaman akun kita. Terlepas dari sadar atau tidak sadar pada saat kita melakukannya. 6 Narsisme masyarakat modern ini juga dipicu oleh perubahan gaya hidup, realitas sosial, dan persaingan di semua lini kehidupan. Dari sisi ini, jejaring sosial mengambil peranan atas terjadinya erosi mental dan moral masyarakat kita. Sehingga banyak di antara kita ikut terjerembab dalam kubangan narsisme yang berlebihan. Secara alamiah, jejaring sosial terlahir sebagai ekspresi narsisme kita. Namun semuanya harus disikapi secara bijak. Bijak dalam mengekspresikan perasaan, ungkapan hati, dan kegelisahan pikiran. Bijak dalam mengunggah komentar, pantang mencemooh dan mengejek orang lain. Bijak dalam memilih gambar yang hendak kita tampilkan. Itulah kearifan yang mesti kita tampilkan dalam konteks pergaulan pada jejaring sosial. Narsisme juga permasalahan hati dan niat. Artinya, ketika kita akan melakukan sesuatu di jejaring sosial, entah update status atau pun yang lain, terpulang kepada niatan masing-masing. Karena niat adalah domain hati, maka hanya kita sendiri lah yang tahu. Orang lain tidak pernah tahu, namun menduga dan berprasangka. Asal semuanya didasari niat baik dan tulus, insya Allah apa pun yang kita lakukan tetap lah bernilai kebaikan. B. Eksistensi Remaja melalui Media Sosial Statistik pengguna internet dan jejaring sosial virtual Indonesia selalu membuat tercengang. Sejak internet merambah, penggunanya melejit tidak terkendali. Di 2014, pengguna internet di Indonesia mencapai angka 82 juta. Peringkat kedelapan dunia. Penggunaan perangkat telepon pintar yang semakin massif menggelembungkan pengguna aplikasi media jejaring sosial. Sudah sering disebut, Indonesia berada di peringkat empat pengguna facebook dunia (kominfo, 2014). Facebook paling banyak digunakan untuk berkomunikasi atau tepatnya mengkomunikasikan diri. Media ini secara sederhana bekerja dengan cara menyediakan ruang bagi pengguna untuk menginformasikan sesuatu dan memberi akses bagi pengguna lain untuk mengetahui informasi yang disampaikan pengguna lain. Tentunya dalam lingkup pertemanan yang dimiliki. Meskipun begitu, terdapat fitur yang bisa disetel jika akunnya ingin diakses oleh publik. Menarik untuk mengamati perilaku para pengguna facebook. Banyak diantaranya berkembang menjadi satu kecenderungan yang seragam, menunjukkan eksistensi diri. Dalam idiom anak sekarang, disebut narsis atau kecintaan pada diri sendiri. 7 Berikut beberapa contoh bagaimana facebook cenderung digunakan secara seragam oleh penggunanya: 1) Memasang potret diri yang dipotret sendiri. Istilah populernya selfie. Didukung dengan fasilitas kamera dari telepon pintar. Dengan sedikit sentuhan menggunakan aplikasi edit gambar. maka jadilah foto selfie berbagai sudut muka siap dipamerkan. Tongkat narsis alias tongsis mungkin jadi penemuan paling dipuja abad ini. Dengannya, foto diri sendiri bisa lebih mudah. Lucunya, seringkali poto jenis ini ekspresinya seringkali serupa. Pose yang paling banyak diunggah adalah poto dengan jari membentuk huruf v. Bisa macam-macam posisi jari nya, tegak atau serong. Entah bermakna victory atau tidak diketahui. Yang penting jari harus demikian didepan kamera. dengan memonyong-monyongkan Pose terpopuler kedua adalah bibir. Berusaha nampak imut dan menggemaskan sepertinya. 2) Membagi peristiwa atau pengalaman yang sangat pribadi. Banyak yang menampilkan kehidupan pribadinya secara terbuka ke ruang sosial. Dari menceritakan diri, kegiatan atau peristiwa dalam lingkup pribadi dan hubungan sosialnya dengan keluarga dan teman. Sering disertai dengan gambar pendukung. Misalnya anak atau kerabat yang sakit, bahkan diri sendiri sekalipun. 3) Memamerkan perjalanan. Seiring meningginya mobilitas manusia, facebook jadi ajang untuk menunjukkan keberadaan seperti hendak memberitahukan ke khalayak sedang berada dimana. Bisa muncul rasa senang, bangga jika para teman jadi tahu kalau si pemasang status sedang berada di suatu tempat. Facebook jeli melihat kesukaan penggunanya. Maka, dibuatkanlah menu untuk bisa mengumumkan lokasi pengguna. Dengan geotagging, memanfaatkan aplikasi GPS yang ada di telepon pintar. Banyak orang semakin suka bepergian dan bertambah suka jika temannya tahu bahw ia sedang bepergian. Kadangkadang, dengan sengaja, penggunggah status memotret dirinya berlatar belakang landmark satu kota. Demi agar orang tahu posisinya berada. Tanpa perlu menuliskan informasi tambahan. Biasanya, foto yang hendak diunggah segera, diambil dengan ponsel. Bukan dengan kamera, untuk memudahkan memasangnya di facebook. 4) Menunjukkan karya dan prestasi. Motifnya bisa macam-macam. Di antaranya, sekedar memamerkan, mengharapkan apresiasi dari teman atau berharap menjadi inspirasi bagi orang lain. 5) Online Shopping. Facebook banyak dipakai sebagai sarana untuk menjual dan memasarkan sesuatu. Banyak bermunculan, 8 pedagang-pedagang baru. Menjajakan apa saja. Melalui facebook, peminat dagangan bisa langsung merespon dan berkomunikasi. Sangat interaktif sekaligus efisien. 6) Group Facebook. Facebook juga banyak digunakan untuk membangun komunikasi dengan kawan lama atau kawan seminat. Fitur group di facebook memungkinkan para kelompok kawan bisa terhubung dalam komunikasi secara berkelompok. Pertemuan daring (online) biasanya dilanjutkan dengan janji untuk kopi darat. Lalu, lahirlah rencana untuk menyatukan teman-teman lama dalam jumlah yang lebih besar. Jadilah bertumpuk-tumpuk rencana reuni yang dibantu pengorganisasiaannya lewat facebook. Pada kenyataannya, percakapan daring umumnya lebih ramai dan heboh ketimbang jumlah teman yang bisa berkumpul luring (offline). 7) Berdoa di Facebook. Menyampaikan keinginan, harapan hingga berdoa di facebook. Tuhan jelas tidak punya akun facebook buat baca. Jadi pasti tidak perlu baca facebook untuk tahu harapan ummatnya. Mungkin penulis status bermaksud agar para teman tahu apa yang diinginkannya sehingga mereka membantu mengamini doanya. Dengan demikian, semoga jadi lebih cepat dikabulkan doanya. Bisa jadi begitu. Meskipun tahu kalau doa urusan yang sangat personal antara hamba dengan Tuhannya. Sejatinya cukup diketahui pemohon. 8) Menjelek-jelekkan hingga memaki dan mengumpat. kampanye politik. Para pendukung kelompok tertentu Paling sering, saat menggunakan facebook untuk melancarkan ketidaksukaannya pada kelompok lain. Seringnya tidak menggunakan argumen. Sebatas pendapat. Yang suka bikin panas, jika sudah menyangkut urusan terkait sara. Bahkan pada saat peristiwa politik nya telah berlalu. Masih bersisa para pengumpat yang masih tidak puas. Lambat laun menjadi pemuja yang kultus pada satu kelompok/aliran sekaligus haters pada kelompok lain. Pasti banyak lagi perilaku lain di luar kecenderungan di atas . Saat ini, penyuka facebook sudah mulai terbagi. Tidak lagi terkonsentrasi di facebook. Sebagian juga sudah beralih. Namun gambaran perilaku di atas masih relevan. Untuk menunjukkan kecenderungan penggunaannya. Akhirnya, seperti namanya, media sosial memang diciptakan untuk memudahkan membangun jaringan sosial. Jika dirasa perlu, sila untuk digunakan sesuai keinginan. Kendali nya ada ditangan masing-masing. Dari beberapa item tersebut di atas, terutama item nomor 1 sampai nomor 4, di antara cara untuk tampil atau eksis di depan publik adalah dengan cara narsis di media 9 sosial tersebut. Baik bertujuan untuk mengabadikan momen wisata ke tempat yang bagus, ingin terlihat cantik/tampan seperti model, ingin dipuji, pamer prestasi, promosi dan lain-lain. Bagan di bawah menunjukkan bagaimana fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar kita, khususnya anak muda atau remaja. Bagan 1. Fenomena Perilaku Narsis FENOMENA PERILAKU NARSIS DI KALANGAN REMAJA Teori Fenomenologi (Alfred Schutz) FENOMENA NOUMENA a. Gaya hidup/Life Style a. Perkembangan dari Photography Mobile. b. Selfie/foto diri sendiri c. Media Sosial b. Kepuasan c. Eksistensi Realitas 10 C. Dampak Narsisme bagi Remaja Seorang pengamat media dan kajian kebudayaan, Ignatus Haryanto mengatakan bahwa dampak yang harus diwaspadai dari keberadaan budaya popular ini yaitu pengindentifikasian kepribadian seseorang berdasarkan produk-produk yang dipakai. “Bagaimanapun juga sebagai bagian dari mass culture, maka banyak kaum remaja akan menimbang dirinya dan menilai orang lain dari brand yang mereka kenakan. Jika mereka tak mengenakan brand yang sedang hits, mohon maaf kalau disebut ‘tidak cool’, ‘old fashioned’ atau ‘tidak matching’. Tanpa merek terkenal banyak remaja yang merasa tidak percaya diri dalam pergaulannya. Saat ini sangat jarang menemui orang yang tidak memiliki kamera, kemudahan kamera dapat kita temui di handphone dan smartphone. Saat ini bisa dibilang sedang terjadi ‘ledakan fotografi’ secara mobile. Awalnya ‘ledakan’ ini terjadi ketika para vendor HP dan smartphone mulai berperang kualitas kamera dalam mempromosikan produk mereka. Hal ini semakin menjadi ketika aplikasi-aplikasi photo editor yang berkualitas dan mudah digunakan telah hadir didalam smartphone, seperti aplikasi instagram yang sudah berdiri pada tahun 2010. Sebuah infografis dari Overgram berjudul “Is Photography Dead? The Mobile Photo Explosion”, menjelaskan mengenai awal mula dunia fotografi dari penemuan foto pertama di dunia pada tahun 1826, kemudian pada tahun 1878 pertama kali dihasilkan fotografi dengan kecepatan tinggi, serta awal mula revolusi kamera digital pada tahun 1960, sampai dengan fotografi secara mobile pada jaman ini. Manusia sebagai makhluk sosial tak pernah luput dari proses komunikasi. Banyak cara yang dilakukan oleh manusia dalam proses komunikasi. Jumlah pengguna HP dari tahun ke tahun semakin meningkat. Bahkan sebuah lembaga riset menyebutkan Indonesia berada dalam peringkat kelima dalam pengguna HP, terutama smartphone dengan pengguna aktif sebanyak 47 juta, atau sekitar 14% dari seluruh total pengguna ponsel. Data tersebut dilansir oleh Horace H, melalui blognya asymco.com. Di dalam 11 blog tersebut tertulis bahwa populasi Android telah lebih 1 miliar, sedangkan iOS mencapai 700 juta. Pada awalnya dunia fotografi menjadi salah satu penggati dunia lukisan yang telah usang, hal ini telah menjadi bagian wajib dimiliki oleh setiap manusia. Dunia fotografi memang mengalami perkembangan begitu maju, maka tidak heran hal ini menggeser keberadaan format-format lama. Dimana pada saat itu semuanya membutuhkan proses yang cukup panjang dan memakan waktu, saat ini dengan mudah kita dapat mengaksesnya hanya dengan satu sentuhan saja. Yaitu dengan menggunakan perangkat mobile, buka aplikasi kamera, dan biarkan otak yang memerintah jari untuk mengambil gambar. Hasilnya adalah kita telah mendapatkan sebuah citra fotografi menggunakan perangkat teknologi canggih yang mereformasi seluruh kegiatan fotografi analog. Istilah ini sering disebut dengan Photography Mobile yang kini telah menjadi tren di kalangan pengguna perangkat mobile seprti Android dan iOS. Ditambah dengan kecanggihan fitur fotografi seperti instagram yang mampu memberikan filter dan efek yang menarik, hal ini semakin meluas hingga saat ini. Di dunia fotografi mobile kini ada sebuah fenomena baru yaitu tongsis atau tongkat narsis. Alat ini berupa sebuah monopod khusus untuk device, konon tongsis ini dipopulerkan oleh Ibu Negara, Ani Yudhoyono. Di akun instagramnya beliau memposting dirinya sedang berfoto bersama menggunakan tongsis. Dalam foto yang diunggahnya terlihat Ani Yudhoyono memegang monopod device tersebut. Namun belum diketahui apakah perangkat itu miliknya atau bukan. Menanggapi fenomena ini seorang penjual tongsis yang beranama Stevanus mengatakan, ia mampu menjual 150 unit perangkat device tersebut. Bahkan banyak pelanggan yang rela menunggu (waiting list) sebab perangkat tersebut belum datang. Tongsis atau tongkat narsis berbentuk semacam tongkat yang bisa dipanjangkan sampai 1 meter. Diujungnya terdapat tempat untuk menaruh ponsel atau kamera. Harganyapun relatif terjangkau, yaitu mulai dari harga 120 ribu sampai 200 12 ribu rupiah. Perangkat ini sangat berguna untuk memotret posisi lebih luas. Sangat cocok digunakan oleh para traveller dan pengguna yang hobi berfoto narsis atau berkelompok tapi terbatas oleh space. Selain alatnya mudah dibawa kemana-mana, praktis dan ringan hasil fotonyapun akan lebih memperlihatkan keadaan sekitar lebih luas. Berkembangnya fitur fotografi dalam ponsel membuat penggunanya semakin berani mengunggah kegiatan mereka di media sosial. Ada yang iseng ada pula yang narsis dan hanya ingin dianggap eksis. Saat ini kata narsis lebih populer, narsis sendiri memiliki makna bentuk dari kebebasan berekspresi. Maka dari itu muncullah fenomena selfie atau selca (self camera). Banyak orang yang memiliki gadget dan berbagai media sosial tidak lepas dari selfie. Fitur fotografi mobile adalah sebagai salah satu alat untuk mengekspresikan diri dan digunakan semua kalangan termasuk mahasiswa, yang sesungguhnya tidak terlepas dari kebutuhan akan komunikasi sebagai sarana eksistensi diri. Dengan didukunganya media sosial yang kini hadir di dalam smartphone memudahkan para penggunanya untuk memposting kegiatan atau peristiwa yang terjadi dalam bentuk foto, video atau update status. Dalam kegiatan tersebut terkadang dibutuhkan alat atau sebuah perangkat, terutama dalam pengambilan gambar dalam jarak jauh tanpa memerlukan bantuan orang lain. Maka terciptalah tongsis. Tidak banyak yang tahu bahwa alat ini adalah buatan orang Indonesia. Kegiatan tadi diatas tidak hanya dilakukan oleh para remaja saja, para pejabat dan artis dunia tidak sungkan ikut meramaikan media sosial. Sebagian besar para pejabat atau lembaga menggunakan media untuk media promosi, berbeda dengan anak remaja lebih banyak memposting foto selfie agar eksis di dunia maya. Setiap perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku-perilaku yang dimiliki oleh setiap manusia yang dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan 13 genetika. Perilaku ada ada 4 golongan, yaitu : perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Hasil dari penelitian ini, perilaku pengguna tongsis dalam ajang eksisitensi diri termasuk dalam golongan perilaku yang wajar. Perilaku pengguna tongsis dalam hal ini mereka menggunakan tongsis sesuai waktu dan kondisi tertentu. Dari keempat narasumber mengatakan bahawa mereka membawa tongsis kemana-mana, akan tetapi tidak setiap akan di foto dipakai. Ketika menemukan tempat yang menarik dan saat berfoto ramai-ramai saja alat itu digunakan. Lagi pula tongsis sangat membantu karena tidak usah meminta bantuan orang lain untuk mengambilkan foto. Namun disamping itu ada sedikit perilaku menyimpang dari pengguna tongsis. Karena hobi selfie yang terlalu sering membuat merka makin meningkatkan rasa percaya diri yang berlebihan. Berharap mendapatkan respon positif dan pujian dari orang lain. Kegiatan ini sudah dianggap wajib bagi mereka, dan mereka akui bahwa hampir setiap hari selfie. Koleksi foto dalam handphone merka sudah cukup banyak. Manfaatnya seperti yang telah dipaparkan diatas. Yaitu untuk foto profil media sosial, untuk diunggah ke media sosial atau kenang-kenangan. Dengan adanya perilaku eksistensi dalam pengguna tongsis dapat berpengaruh terhadap kehdupan mereka, dampak positif dan negatifnya dapat mereka rasakan. Dalam penuturan hasil wawancara saat itu mereka mengatakan bahwa dampak positif yang mereka rasakan adalah menambah wawasan tentang dunia teknologi. Meskipun pengetahuan mereka masih minim tentang tongsis ini tetapi pengaruh yang masuk dari lingkungan membuat mereka tahu secara umum tentang tongsis ini gunanya untuk apa. Dampak negatif yang banyak dirasakan adalah ketika narsis itu sangatlah berlebihan. Mereka selalu ketagihan melakukan aksi narsis dan memamerkannya di jejaring sosial. Bahkan mereka selalu mencari media baru, tempat baru, dan cara-cara 14 unik lainnya yang membuat mereka bisa unik dan berbeda dari yang lain. Seperti selfie di atas gedung yang jelas sangatlah berbahaya. 15 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Eksistensi diri muncul karena terbentuknya dari dalam diri masing-masing individu sebagai tuntutan manusia sebagai makhluk sosial. Faktor dari seseorang memiliki sifat ini adalah karena faktor dari lingkungan masyarakat, bisa dikarenakan ingin diakui keberadaannya dalam segi sosial. Manusia yang normal harus eksis dalam kehidupannya, tujuannya adalah untuk membangun kepribadian dari material-material yang diberikan eksistensi fisiknya dari nature yang diberikan oleh lingkungan. Narsisme mendeskripsikan sikap sebagai individu yang menunjukkan cinta diri yang berlebihan. Narsis juga dipahami sebagai kecenderungan memandang diri sendiri secara berlebihan, senang menyombongkan diri, mengharap pujian, dan merasa diri paling unik atau paling mampu. Berdasarkan hasil penelitian, pengamatan serta wawancara pada bab yang telah dibahas sebelumnya, alasan dan faktor mengapa banyak terjadi fenomena narsisme di kalangan remaja adalah sebagai sarana pendukung mereka untuk eksis terutama di media jejaring sosial. selain itu faktor agar tidak ketinggalan jamanlah yang menjadi pemicu utama mereka untuk narsis. 5.2 Saran Dari semua penelitian yang dilakukan, seorang peneliti harus mampu memeberikan masukan berupa saran-saran yang dapat bermanfaat bagi pihak yang memiliki kaitan penelitian yang dilakukan. Adapun beberapa saran yang peneliti berikan setelah melakukan penelitian ini, adalah: Saran Teoritis: 1. Agar teori fenomenologi dapat dikembangkan dan dipahami atau diteruskan untuk penelitian selanjutnya tentang perilaku narsis 16 2. Hendaknya para remaja bisa lebih efektif dan efisien dalam berperilaku, bukan hanya sekedar gaya hidup atau life style saja. Saran Praktis: 1. Berperilakulah dengan baik dan bijak. Jangan terlalu percaya diri, terutama karena eksis di media sosial. Karena sesungguhnya orang yang terlalu eksis tapi tidak pada tempatnya biasanya mendapatkan respon yang negatif. 2. Beberapa remaja menggunakan tongsis untuk keperluan yang positif dan sesuai dengan fungsinya. Alangkah baiknya apabila mereka menciptakan teknologi baru yang bisa bermanfaat dari orang lain. 3. Diharapkan dengan munculnya teknologi-teknologi baru dimanfaatkan untuk belajar berbisnis, misalnya bisnis online untuk belajar memanfaatkan media dengan baik. 17 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro & Annes, Q. Bambang, Annes. Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung Simbiosa Rekatama Media. Bungin, Burhan,2003. Analisis data Penelitian Kualitatif, Jakarta PT. Raja Grafinso Persada. Effendi, Onong Uchajana, 1999. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Frankl. V.E. 1967. Phychotherapy and Existelism Selected Papers on Logotherapy , New York : A Touchstone Book. Eksistensi Diri, Spiritualis Kaum Muda, Maret 1999. Hassan, Fuad. 2005. Berkenalan Dengan Eksistensialisme. Jakarta: Pustaka Jaya. Ibnu Hamad, 2004. Kontruksi Realitas Dalam Media Massa. Jakarta. Granit. Kuswarno, Scutz, 2009, Fenomenologi, PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. Kuswarno, Engkus, 2009, Fenomenologi – Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitiannya, Bandung: Widya Padjajaran. Lathief, Supaat I. 2008. Psikologi Fenomenologi Eksistensialisme. Lamongan: Pustaka Ilalang. Lexy J Moelang , 1991 Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya. Bandung. Misiak, Henry. Sexton, Virginia Staudt. 2005. Psikologi, Fenomenologi, Eksistensial, dan Humanistik. Bandung: Refika Aditama Margono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Moh. Nadzir, Ph, D, Metode Penelitian , Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003. Moelang, L, J, (2001). Metode Fenomenologi Kualitiatif. Remaja Rosda Karya. Bandung. Muhadzir, N. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi IV, Rake Sarasin. Yogyakarta. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Noeng, Muhadzir. (2000). Metode Penelitian Kualitatif, Edisi IV . Yogyakarta. Rakhmat, Jalaludin. 2005. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 18