studi pola pergerakan perabot dalam ruang guna perencanaan jalur

advertisement
STUDI POLA PERGERAKAN PERABOT DALAM RUANG GUNA PERENCANAAN
JALUR PENYELAMATAN TERHADAP BENCANA GEMPA
Amin Sumadyo, Hadi Setyawan, Hari Yuliarso
[email protected]
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS
ABSTRAK
Pada saat terjadi gempa bumi sebagian orang berpikiran bagaimana dia dapat
berlindung dari reruntuhan bangunan, baik berupa reruntuhan dinding maupun genteng dari
atas bangunan. Cara ini bisa dilakukan dengan melindungi diri dengan menempatkan diri
dibawah meja atau benda-benda lain yang kuat yang sekiranya dapat melindungi kita dari
reruntuhan. Adapun cara kedua yaitu dengan keluar bangunan secepat mungkin dari
bangunan untuk menghindari reruntuhan. Sebenarnya kedua cara ini mempunyai
keunggulan dan kelemahan masing-masing. Pada cara pertama diatas mungkin penghuni
rumah berpikir bahwa rumahnya cukup kuat untuk menahan getaran gempa. Tetapi jika kita
berpikir secara realistis apakah mungkin rumah tersebut bisa bertahan menahan goncangan
jika gempa berlangsung dalam rentang waktu hingga 5 menit atau lebih. Jika getaran
gempa tidak cukup kuat (3-5 SR) kemungkinan rumah bisa bertahan hingga waktu tersebut.
Jika gempa yang terjadi terasa kuat (6-8 SR) apakah anda mau bertahan di dalam
bangunan dengan berlindung?
Pada cara kedua mungkin terasa lebih realistis, yaitu dengan langsung berlari keluar
rumah jika terjadi gempa. Bagi kebanyakan orang yang wilayahnya sering mengalami
gempa bumi, cara ini secara reflek sering ditempuh dibanding dengan berlindung di dalam
bangunan sambil menunggu gempa pertama selesai.
Kendala yang dihadapi pada saat keluar dari bangunan, adalah terhalangnya akses
keluar akibat pergerakan perabot rumah
Berikut adalah hal-hal yang mungkin terjadi dalam bangunan ketika gempa :
1. situasi furniture dalam rumah mengalami pergerakan yang tidak dapat ditebak
(kemungkinan besar bergeser dari tempat awalnya)
2. benda-benda yang tergantung di dinding rumah berjatuhan.
3. perabotan tinggi berjatuhan atau mengalami pergerakan.
4. kemungkinan listrik padam jika terjadi gempa bumi.
Berdasarkan simulasi kejadian saat gempa, dapat disusun konsep perencanaan
interior tanggap gempa, artinya ketika gempa terjadi sisa waktu kritis sebelum keruntuhan
dapat dimaksimalkan sebagai jalur aman penyelamatan diri. Konsep praktis ini dapat
dijadikan panduan penataan interior bangunan antara lain dengan merencanakan jalur
penyelamatan sesingkat mungkin keluar, meminimalisir perabot yang jatuh dan
menghalangi pergerakan, memberikan ikatan perabot tinggi agar tidak bergeser dan
terguling, serta merencanakan pintu darurat.
Kata kunci : jalur sirkulasi, penataan perabot
1
PENDAHULUAN
Penataan interior tanggap gempa muncul dilatarbelakangi kejadian siklus gempa
yang muncul akhir-akhir ini, dimana setiap kejadian gempa bumi selalu membawa korban
baik jiwa maupun harta benda. Sadar bahwa wilayah geografis Indonesia berada diatas jalur
pertemuan tiga lempeng dunia yang rawan terjadi gempa. Sekian antisipasi terhadap
kejadian getaran bumi tersebut harus dipersiapkan. Para ahli kegempaan menyatakan
bahwa kejadian gempabumi tidak dapat diprediksi waktu kedatangannya maupun besar
getarannya. Yang dapat diamati sebelum gempa bumi berlangsung adalah gejala-gejala dan
indikator alam, seperti munculnya awan lurus di langit, perubahan temperatur permukaan
tanah secara mendadak, binatang gelisah, ketinggian air sumur berkurang drastis, dan
sebagainya.
Gambar 1. Munculnya awan lurus sebagai tanda awal gempa bumi.
Kebanyakan dari orang awam tidaklah mudah menangkap tanda-tanda alam tersebut,
sehingga tidak punya persiapan menghadapi bencana alam rutin tersebut.
Para pakar konstruksi bangunan berpendapat, tidak ada bangunan yang tahan
terhadap gaya gempa. Kekuatan gempa menengah yang berlangsung lama, mampu
meruntuhkan struktur bangunan. Demikian pula kekuatan besar gempa yang berlangsung
singkat juga mampu meruntuhkan bangunan. yang dapat dirancang oleh ahli konstruksi
adalah meminimalkan energi getaran gempa yang merambat ke struktur bangunan.
Tujuannya adalah menunda atau memperpanjang waktu sebelum struktur bangunan runtuh.
Waktu kritis beberapa saat tersebut merupakan golden time untuk evakuasi manusia
menuju keluar bangunan.
Pergerakan furniture dalam rumah yang terjadi seiring gempa berlangsung
merupakan suatu hal yang perlu disadari oleh penghuni rumah sebagai upaya respon jika
terjadi gempa. Dalam beberapa kejadian, perlengkapan isi rumah yang jatuh, bergeser,
maupun terguling, dapat menutup akses sirkulasi penyelamatan keluar bangunan. Pada satu
sisi memang perabot rumah dapat dijadikan pelindung sementara terhadap keruntuhan
struktur bangunan, namun reflek dan naluri manusia untuk menyelamatkan diri dengan
berlari keluar lebih dipilih daripada berlindung di dalam bangunan. Kepanikan saat gempa
bukannya tidak mungkin pintu menjadi sulit untuk dibuka. Ditambah lagi struktur bangunan
yang collaps akibat goyangan gempa memungkinkan pintu macet karena desakan bidang
dinding. Tidak dipungkiri lagi bahwa bangunan beserta isinya dapat menjadi faktor yang
mencelakakan manusia.
2
Berdasarkan simulasi kejadian saat gempa, dapat disusun konsep perencanaan
interior tanggap gempa, artinya ketika gempa terjadi sisa waktu kritis sebelum keruntuhan
dapat dimaksimalkan sebagai jalur aman penyelamatan diri. Konsep praktis ini dapat
dijadikan panduan penataan interior bangunan antara lain dengan merencanakan jalur
penyelamatan sesingkat mungkin keluar, meminimalisir perabot yang jatuh dan
menghalangi pergerakan, memberikan ikatan perabot tinggi agar tidak bergeser dan
terguling, serta merencanakan pintu darurat.
Dari bahasan diatas dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: bagaimana
strategi perencanaan interior tanggap gempa yang dapat memberikan solusi kelancaran
jalur evakuasi diri ketika gempa berlangsung.
Tujuan perencanaan interior tanggap gempa, yang pertama untuk membentuk serta
menyiapkan jalur sirkulasi antar ruang. Jalur evakuasi harus aman terhadap benda-benda
yang menghalangi, serta simpel tidak berkelok.
Kedua, penataan perabot rumah dengan perlakuan desain khusus. Ketika gempa terjadi,
perabot dapat menjadi faktor penghalang pergerakan manusia, ketika bergeser bahkan
roboh. Perancanaan desain perabot dapat diterapkan guna meminimalkan kejatuhan
perabot.
Ketiga, mempercepat pergerakan manusia keluar bangunan. Hal tersebut dapat dicapai
dengan perencanaan lebar jalur sirkulasi sesuai standar, serta perencanaan pola jalur
sirkulasi yang simpel.
Adapun manfaat yang dapat dicapai dari perancangan interior tanggap gempa,
adalah terciptanya hubungan antar ruang yang efisien, terbentuknya pola sirkulasi yang
jelas, serta pola penataan perabot yang aman terhadap gempa. Panduan desain yang
dijabarkan dalam buku ini nantinya dapat diaplikasikan pada rumah lama maupun rumah
baru.
Metode pendokumentasian pola kerusakan ini dapat digali dari survei langsung
kerusakan akibat gempa pada beberapa sample bangunan, maupun dari narasumber yang
mengalami langsung kejadian gempa. Dari pengalaman tersebut kemudian dapat di
prediksikan pola kerusakan interior akibat gempa, dengan menggunakan software simulasi
guna merekonstruksi kejadian.
Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini, berupa buku panduan praktis bagi
masyarakat awam, bagaimana merencanakan penataan perabot, menyediakan jalur sirkulasi
yang aman terhadap bencana, dan mengelola ruang komunal sebagai shelter penyelamat
pasca gempa. Penelitian ini merupakan lanjutan dari riset dokumentasi kegempaan oleh
Laboratorium Struktur Jurusan Arsitektur UNS, yang diawali pengalaman membantu proses
rekonstruksi gempa Jogja (27 Mei 2006) dengan membantu pemerintah merekonstruksi 300
rumah di Kecamatan Wedhi Klaten selama Maret – Agustus 2007, diawali dengan pelatihan
teknis tenaga fasilitator, mandor dan tukang pada Februari 2007, kemudian tim pendamping
evaluasi pasca rekonstruksi di Jogja hingga Desember 2007. Luaran yang telah dihasilkan
adalah buku panduan teknis Rumah Tanggap Gempa, terbitan Pandu Pustaka utama, 2008,
ISBN 979-17294-3-3.
Metode pendokumentasian pola kerusakan ini digali dari survei langsung kerusakan
akibat gempa pada beberapa sample bangunan, maupun dari narasumber yang mengalami
langsung kejadian gempa. Dari pengalaman tersebut kemudian dapat di prediksikan pola
kerusakan interior akibat gempa, dengan menggunakan software simulasi guna
merekonstruksi kejadian.
3
Analisis dilaksanakan melalui rekonstruksi tingkat kerusakan interior akibat gempa
menggunakan program simulasi komputer. Dari simulasi ini diharapkan muncul solusi
penyediaan jalur penyelamatan dalam bangunan, sekaligus perancangan perabot dalam
ruang yang aman terhadap gempa. Solusi desain kemudian direncanakan guna merancang
pengelolaan kejadian pasca gempa, dengan perencanaan shelter penyelamat setelah
kerusakan gempa.
PENDEKATAN
METODE PENGAMATAN
1. Metode rancangan jalur sirkulasi
a. Radius pergeseran Gaya gesek – klasifikasi
benda
berat
benda – rumus
sliding
b. Radius kejatuhan
Klasifikasi tinggi, titik
berat massa
c. Straight simple
Pola denah ruang,
Pola
perkembangan
ruang
2. Metode penempatan perabot
a. Sebaran perabot kecil
Simulasi sebaran
b. Serpihan kaca
c. Waktu terguling
Simulasi max guling
d. Furniture overlapping
HASIL
Space aman
Zoning
Pola lurus jalur sirkulasi
Jenis pintu
 Perabot kecil dalam
ruang tertutup
 Lapisan film
 Radius perabot dari
sirkulasi
Dari rekaman data yang didapatkan selanjutnya direkonstruksikan kejadian kerusakan
gempa melalui program simulasi komputer. Dari simulasi tersebut kemudian analisis
dilakukan dengan mencermati pola pergerakan perabot ruangan, panjang posisi
pergerakan, kejatuhan perabot, dan tertutupnya jalur sirkulasi penyelamatan, dikaitkan
dengan variabel penelitian.
PERANCANGAN INTERIOR TANGGAP GEMPA
Berdasarkan simulasi kejadian saat gempa, dapat disusun konsep perencanaan
interior tanggap gempa, artinya ketika gempa terjadi sisa waktu kritis sebelum keruntuhan
dapat dimaksimalkan sebagai jalur aman penyelamatan diri. Konsep praktis ini dapat
dijadikan panduan penataan interior bangunan antara lain dengan merencanakan jalur
penyelamatan sesingkat mungkin keluar, meminimalisir perabot yang jatuh dan
menghalangi pergerakan, memberikan ikatan perabot tinggi agar tidak bergeser dan
terguling, serta merencanakan pintu darurat.
1.
Jalur sirkulasi jelas dan singkat
Menurut standar perencanaan bangunan, sebaiknya jalur sirkulasi tidak boleh kurang dari 15
persen dari luasan total ruang. Pada perencanaan rumah tinggal, lebar jalur minimal dapat
dilalui satu pergerakan manusia dengan bebas tanpa penghalang, minimal 60 centimeter.
Merencanakan jalur sirkulasi ke luar bangunan yang terdiri dari jalur sirkulasi utama dan
pendukung. Jalur sirkulasi utama langsung menuju keluar bangunan, sirkulasi pendukung
menuju ke open space/halaman sekitar rumah.
4
Keterangan :
Jalur sirkulasi pendukung
Jalur sirkulasi utama
Gambar 2 Penataan perabot
terpadu jalur sirkulasi
2.
Menghambat pergerakan perabot
a. Menghambat pergerakan furniture dengan pemasangan kaki perabot
perekat kaca yang kuat menahan geseran maupun tarikan.
menggunakan
Gambar 3. Alat perekat kaca
5
Gambar 4. Aplikasi perekat kaca pada kaki meja & kursi
b. Menggunakan karpet sebagai penghambat pergerakan.
Penggunaan karpet dimaksudkan agar perabot tidak mudah bergeser ketika gempa terjadi.
Cara ini dapat digunakan hanya pada perabot yang tidak tinggi.
Gambar 5. Pemasangan karpet pada sofa
6
c. Memasang pengait pada ujung atas perabot tinggi
d. Memanfaatkan struktur dinding sebagai furnitur.
Berikut adalah beberapa disain perabot yang terintegrasi dengan dinding bangunan.
Keuntungan desain dinding perabot, struktur perabot menjadi tahan gempa, sekaligus
menghemat space ruang.
Gambar 7. Almari tanam dinding 2 arah
Disain almari tanam dinding dapat dirancang satu arah maupun dua arah (bolakbalik). Sebaiknya semua pintu kaca dilapisi safety film agar sewaktu jatuh kaca tidak
bertebaran sehingga dapat melukai penghuni rumah.
3.
Panduan penempatan perabot
a. Posisikan titik berat massa perabot tinggi sedekat mungkin dengan tanah, dengan cara
menyimpan barang berat pada dasar perabot almari.
b. Letakkan barang yang berat di bawah dan barang yang ringan di atas
c. Jangan meletakkan barang yang berbahaya dan berat seperti kaca, setrika, TV, dll. di atas
perabot tinggi.
7
d. Jangan meletakkan perabot tinggi di dekat tempat tidur atau di sekitar pintu.
e. Menempelkan lapisan film yang bisa mencegah kaca pecah berhamburan.
4.
Pemasangan pintu/jendela darurat
Pada saat gempa terjadi bukan tidak mungkin akses pintu utama sulit dibuka karena
macet, mendobrak pintu dari arah dalam juga tidak dimungkinkan karena kebanyakan
desain pintu utama membuka ke arah dalam. Ada solusi praktis guna memudahkan akses
keluar, yaitu dengan memanfaatkan jendela krepyak kayu dengan ketinggian jendela
rendah, dengan maksud agar bisa dilompati ketika keadaan darurat. Mengapa bukan pintu?
Karena berkaitan dengan masalah keamanan, pintu dengan daun yang membuka keluar
engsel pintu akan mudah terjangkau /tercongkel dari luar. Yang perlu rencanakan adalah
daun jendela dapat dibuka kearah luar, dengan jenis bukaan swing (seperti membuka
pintu). Pilihlah engsel jendela dari jenis yang tidak mudah dilepas dari luar. Hindari
pemasangan teralis pada jendela darurat ini. Penghuni rumah dapat melaksanakan
penggantian jendela yang sudah ada dengan cara mengganti daun jendelanya saja dengan
model krepyak, maupun memasang baru jendela jenis ini. Manfaat yang diperoleh adalah
ketika terjadi bencana, akses keluar melalui jendela krepyak dimungkinkan dengan cara
mendobrak daun jendela, tanpa resiko cedera serpihan kaca.
Gambar 8. Jendela krepyak kayu dengan
arah buka swing.
8
5.
Pasang lampu emergency otomatis
Penggunaan lampu otomatis ini dimaksudkan untuk melengkapi keseluruhan
teknis dalam interior tanggap gempa. Lampu otomatis yang dimaksud ini adalah
lampu yang sekiranya dapat menyala jika terjadi getaran ataupun lampu yang dapat
menyala otomatis saat listrik padam. Ini dimaksudkan untuk mempercepat evakuasi
saat terjadi gempa jika terjadi pada saat malam hari dimana jika listrik padam.
Perancangan interior tanggap gempa ini bertujuan untuk mempercepat sirkulasi penghuni
rumah pada saat terjadi gempa bumi agar pada hari-hari kedepan jika terjadi gempa
penghuni tidak perlu takut atau panic saat kejadian. Berdasarkan data korban gempa yang
sering terjadi di Indonesia, korban yang berjatuhan bisa disebabkan karena rumah yang
tidak tanggap terhadap gempa dan lamanya korban berada di dalam rumah sehingga rumah
keburu runtuh.
Diharapkan aplikasi interior tanggap gempa ini dapat menjadi panduan praktis bagi
penghuni bangunan, selain solusi konstruksi bangunan tentunya, sebagai salah satu langkah
mitigasi bencana alam dapat terjadi sewaktu-waktu.
KEPUSTAKAAN
SNI-1726-2002 : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
Meningkatkan Daya Tahan Terhadap Gempa Pada Gedung Kecil, Rumah, dan Prasarana
Daerah.
Heino Engel, 1977, Structure Systems, Deutsche Verlags Anstalt, Stuttgart
Peter Jan Pahl, Keto Soosaar, 1963, Research Report; Structural Models for Architectural
and Engineering Education, Massachusetts Institute of Technology, Chambridge,
Massachusetts
Mistra, 2007, Membangun Rumah Tahan Gempa, Griya Kreasi Jakarta
Frick Heinz, 1994, Rumah Sederhana, Penerbit Kanisius Yogyakarta
Neufert Ernst, 2002, Data Arsitek, Penerbit Erlangga Jakarta
Amin Sumadyo, 2008, Rumah Tanggap Gempa, Pandu Pustaka Utama
9
Download