Paper Nuclear Battery

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk mendapatkan tenaga listrik dari energi nuklir, sejauh ini sudah banyak
dilakukan melalui PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir) dan manfaatnya sudah sangat
terasa bagi negara-negara maju, terutama dalam menggerakkan perindustriannya
disamping untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik bagi rumah tangga.
Pemanfaatan energi nuklir untuk menghasilkan tenaga listrik sejauh ini sudah
terbukti dapat bersaing dengan tenaga listrik yang diperoleh secara konvensional
melalui pemakaian energi primer (batubara dan minyak) maupun melalui pemakaian
energi terbarukan (air, panas bumi dan matahari). Selain dari itu, para ahli pada saat
ini juga akan melengkapi kemampuan energi nuklir dengan cara lain untuk
menghasilkan tenaga listrik arus searah (tenaga baterai/DC). Cara lain yang dimaksud
adalah tidak dengan memanfaatkan panas dari hasil reaksi fisi maupun fusi, akan
tetapi memanfaatkan proses terjadinya reaksi peluruhan (decay process) pada setiap
bahan radioaktif. Pada reaksi peluruhan ini yang dimanfaatkan adalah radiasi nuklir
itu sendiri yang disertai dengan pelepasan adioiso atau muatan listrik dan juga
kemampuan menumbuk bahan untuk menghasilkan adioiso sekunder yang dapat
diubah menjadi tenaga listrik. Bila hal ini bias direalisasikan maka tenaga listrik yang
diperoleh dari hasil proses peluruhan zat radioaktif akan dapat menambah sumber
1
tenaga listrik arus searah, disamping sumber arus searah (tanaga baterai) yang telah
dikenal secara konvensional berupa baterai kimia sel basah maupun sel kering.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. MODEL BATERAI NUKLIR
Kebutuhan energi di dunia dari tahun ke tahun terus menerus meningkat
tajam. Pertumbuhan kebutuhan energi masih cukup tinggi seiring dengan kenaikan
jumlah penduduk, perubahan pola hidup, tingkat kemakmuran masyarakat dan
perubahan pada beberapa aspek kehidupan yang lain. Di lain sisi sejak krisis
ekonomi, penyediaan energi tidak dapat meningkat untuk mengikuti tingkat
kebutuhannya. Energi Nuklir merupakan sumber energi alternatif yang layak untuk
dipertimbangkan dalam Perencanaan Energi Jangka Panjang bagi Indonesia guna
mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Terdapat banyak manfaat radiasi inti atau radiasi nuklir bagi kehidupan
manusia, baik dari bidang pertanian, bidang perikanan, bidang kesehatan, bidang
industri, dll. Tetapi dalam makalah ini akan dibahas mengenai macam-macam model
baterai nuklir serta pemanfaatan baterai nuklir bagi kehidupan manusia.
1. Macam-Macam Model Baterai Nuklir
Pemanfaatan energi nuklir untuk diubah menjadi tenaga listrik arus
searah (DC) adalah karena timbulnya elektron atau muatan listrik pada
peristiwa peluruhan zat radioaktif. Oleh karena itu, sumber arus searah baterai
nuklir ini berasal dari radioisotope yang memancarkan radiasi Alpha, Beta
Negatif maupun Beta Positif. Mengingat daya tembus radiasi Alpha sangat
3
kecil, maka radioisotope pemancar Alpha jarang digunakan, karena
menyulitkan dalam proses pembuatannya, kecuali bila akan dimanfaatkan
untuk mengionisasi langsung medium baterai nuklir. Radioisotop pemancar
Beta Positif (b+) jarang digunakan sebagai sumber tenaga baterai nuklir
karena sumber baterai nuklir adalah adioisotope pemancar radiasi Beta
Negatif (b-). Kemampuan sumber radiasi untuk menghasilkan adioiso
sekunder dalam tumbukannya dengan medium baterai nuklir, juga dipakai
sebagai bahan pertimbangan dalam memilih sumber adioisotope. Penelitian
dan pengembangan pembuatan baterai nuklir sangat menarik perhatian para
ahli, karena tegangan yang diperoleh dari baterai nuklir adioiso konstan dan
bisa mencapai orde beberapa ribu volt, sehingga sangat menguntungkan
dalam pemakaiannya. Sedangkan umur pakainya sangat panjang, bisa
mencapai 2 kali waktu paro adioisotope yang digunakan. Namun demikian,
efisiensinya dan arus yang dihasilkan sejauh ini masih rendah, untuk itu perlu
ditingkatkan lebih jauh lagi.
Berbagai macam model baterai nuklir yang sudah dikembangkan
sejauh ini adalah sebagai berikut;
a. Baterai nuklir “high speed electrons battery”
Baterai ini dinamakan juga dengan baterai nuklir Beta, sesuai dengan
jenis radiasi yang dipancarkan oleh adioisotope. Baterai nuklir ini bisa
menghasilkan tegangan sampai beberapa ribu volt. Tegangan yang tinggi ini
4
dipengaruhi oleh kerapatan isolator yang digunakan, sehingga tidak terjadi
kebocoran yang dapat menimbulkan ionisasi udara di sekitar terminal
elektrodenya. Arus yang dihasilkan masih rendah dan perlu dinaikkan lagi
dengan memperhatikan masalah nuclear barrier transmission. Radioisotop
yang digunakan dalam baterai ini adalah Strontium-90 (Sr90) yang mempunyai
waktu paro 28 tahun, sehingga umur pakai baterai nuklir jenis ini bisa dua kali
waktu paronya, yaitu 56 tahun.
b. Baterai nuklir “contact potential difference battery”
Baterai nuklir ini sering disingkat dengan baterai CPD (Contact
Difference Potential). Elektrode yang digunakan adalah 2 jenis bahan logam
yang mempunyai sifat “work function” yang sangat berbeda. Work function
suatu bahan adalah energi yang diperlukan untuk membebaskan adioiso
keluar orbitnya. Bahan adioisot yang mempunyai sifat work function yang
sangat jauh berbeda adalah Seng (Zn) dan Karbon. Ruang diantara kedua
adioisot, yaitu antara bahan logam yang mempunyai sifat “work function”
tinggi dan bahan logam yang mempunyai “work function” rendah, diisi
medium berbentuk gas, yaitu Tritium yang setiap saat dapat diionisasikan oleh
adioisotope menghasilkan adioiso dan ion positif. Hasil ionisasi (adioiso dan
ion) akan menuju ke masing-masing elektrodenya sesuai dengan muatan
listrik yang dibawanya. Penyerahan muatan listrik ke masing-masing adioisot
akan menimbulkan arus listrik searah secara berkesinambungan. Radioisotop
5
yang digunakan sama dengan baterai nuklir pertama, yaitu Strontium 90
(Sr90).
c.
Baterai nuklir PN junction
Baterai nuklir ini memanfaatkan sifat adioisotope yang dapat
menimbulkan berondongan adioiso (avalanche) pada salah satu elemen diode
semikonduktor yang dipasang di dalam wadah baterai. Bahan semikonduktor
yang dapat menghasilkan berondongan adioiso akibat terkena radiasi adalah
Antimon.
Sedangkan
untuk
adioisot
positifnya
digunakan
Silikon.
Berondongan adioiso yang terbentuk akan ditarik oleh adioisot positif dan
pada saat penyerahan muatan listrik akan timbul arus listrik searah seperti
yang terjadi pada baterai nuklir CPD. Baterai nuklir PN junction ini walaupun
tegangannya rendah tapi arus yang dihasilkan jauh lebih besar dari pada
baterai nuklir lainnya. Sumber adioisotope yang digunakan adalah Prometium
147 (Pm147) yang mempunyai waktu paro 2,5 tahun, sehingga umur pakai
baterai nuklir jenis ini bisa mencapai 5 tahun.
d. Baterai nuklir termokopel
Baterai nuklir jenis ini memanfaatkan panas yang ditimbulkan oleh
adioisotope yang ditempatkan pada bagian dalam wadah yang dilengkapi
dengan dua jenis logam yang bersifat sebagai termokopel. Arus yang timbul
dari adanya termokopel dapat menjadi tenaga baterai.
e. Baterai nuklir “secondary emitter”
6
Baterai nuklir jenis ini menggunakan adioisotope yang dapat
menumbuk bahan target yang peka terhadap radiasi, sehingga akan
menimbulkan adioiso sekunder akibat tumbukan tersebut. Elektron sekunder
ini akan dikumpulkan oleh adioisot yang tidak peka terhadap radiasi.
Perbedaan tegangan pada kedua adioisot tersebut akan menghasilkan arus
listrik yang besarnya proporsional dengan energi yang dibawa oleh adioiso
sekunder.
f.
Baterai nuklir fotolistrik
Baterai nuklir fotolistrik ini memanfaatkan sifat bahan sintilator yang
akan mengeluarkan pendar cahaya (foton) bila terkena radiasi. Pendar cahaya
(foton) yang timbul kemudian diubah menjadi tenaga listrik oleh bahan
semikonduktor yang peka terhadap foton cahaya. Foton cahaya dapat
juga diubah menjadi tenaga listrik oleh sel fotolistrik. Bahan sintilator yang
digunakan dapat berupa Posfor, Natrium Iodida yang diberi Thalium.
g. Baterai nuklir “photon junction”
Baterai nuklir ini menggunakan posfor radioaktif (P32) sebagai
sumber radioisotopnya yang diapit oleh bahan semikonduktor. Bahan
semikonduktor diletakkan berhimpitan dengan “semiconductor surface layer”
agar dapat terjadi perpindahan “electron hole” akibat terkena radiasi P32.
Adanya
perpindahan
electron
hole
pada
bahan
semikonduktor
ini
7
akan menimbulkan pulsa listrik yang besarnya sama dengan energi pendar
cahaya yang terjadi. Tegangan baterai nuklir ini adioiso konstan.
B. KEUNGGULAN BATERAI NUKLIR
Baterai baru dengan basis peluruhan radioaktif material nuklir telah
dikembangkan lebih jauh menjadi 10 kali lebih kuat dari prototipe-nya. Baterai
nuklir bisa tahan sampai 12 tahun tanpa melakukan doping (charging) sama
sekali. Ketahanan baterai ini memungkinkan digunakan sebagai sumber energi
bagi peralatan-peralatan yang penggunaannya dalam waktu lama tanpa pengisian
seperti peralatan yang ditanam dalam tubuh (jantung buatan, paru-paru buatan
dan lain-lain) atau juga sebagai sumber energi pesawat ruang angkasa dan
peralatan selam laut dalam.
Dalam jangka waktu tak lama lagi, mungkin kita akan menemukan
peralatan sensor ataupun peralatan kecil dirumah kita yang telah menggunakan
baterai sakti ini. “Berbagai peralatan tidak akan lagi memerlukan penggantian
baterai yang cukup merepotkan bagi penggunanya” kata Philippe Fauchet,
electrical engineer dari University of Rochester. Pengembangan baterai ini
dilakukan University of Rochester dengan pendanaan yang berasal dari National
Science Foundation dan telah dipatenkan oleh BetaBatt Inc.
8
Teknologi
baterai
ini
disebut
juga
betavoltaics. Teknologi
ini
menggunakan lapisan silikon untuk menangkap elektron yang dipancarkan oleh
gas radioaktif seperti tritium. Mekanismenya mirip dengan solar sel yang
mengubah cahaya matahari menjadi listrik. Sampai sekarang betavoltaics masih
belum dapat mencapai efisiensi sebagaimana dicapai oleh solar sel. Sebabnya
sederhana: Ketika gas meluruh, elektron-elektronnya terpancar ke segala arah
dan sebagian besarnya hilang tanpa termanfaatkan.
“Teknologi ini sangat aman dan dapat ditanam dalam tubuh,” kata
Fauchet. “Partikel berenergi yang dipancarkan oleh Tritium tidak membahayakan
tubuh.” “Tritium hanya memancarkan energi rendah yang dapat tertahan oleh
material sangat tipis seperti selembar kertas,” kata Gadeken dari BetaBatt.
“Baterai akan dibungkus dengan metallic BetaBattery yang akan menghalangi
pancaran sinar radioaktif seperti baterai umumnya yang aman tanpa adanya
kebocoran zat kimianya.
C. KEKURANGAN BATERAI NUKLIR
Selain memiliki banyak kelebihan, namun baterai nuklir juga memilki
kekurangan yaitu efisiensinya rendah karena pengaruh nuclear barrier
transmission (d) yang dinyatakan dalam persamaan:
4

h
x1
2 M .  V x   T . dx
x2
9
X1 dan X2 = titik partikel pada saat masuk dan meninggalkan potensial
barrier.
M
=
massa partikel.
V(X) =
potensial energi sebagai fungsi barrier.
T
=
energi kinetik partikel.
h
=
konstanta Planck.
Mengingat bahwa nuclear barrier transmission merupakan fungsi dari
massa radioisotop yang digunakan dan energi kinetik radiasi yang
dipancarkan, maka usaha untuk meningkatkan arus harus memperhatikan
sumber radioisotop yang digunakan dan juga energi kinetik radiasinya.
D. DAMPAK REAKSI INTI
Reaksi inti dalam kehidupan memiliki peranan yang sangat penting.
Tetapi apabila penggunaan yang berlebihan dan tidak terkendali akan
menimbulkan
dampak yang sangat fatal. Bahaya yang ditimbulkan adalah
adanya radiasi yang mengancam keselamatan jiwa manusia. Radiasi yang
diakibatkan oleh reaktor nuklir ini ada dua, yaitu:
a. Pertama, radiasi langsung, yaitu radiasi yang terjadi bila radioaktif yang
dipancarkan mengenai langsung kulit atau tubuh manusia.
10
b. Kedua, radiasi tak langsung. Radiasi tak langsung adalah radiasi yang terjadi
lewat makanan dan minuman yang tercemar zat radio aktif, baik melalui
udara, air, maupun media lainnya.
Baik radiasi langsung maupun tidak langsung, akan mempengaruhi fungsi
organ tubuh melalui sel-sel pembentukannya. Organ-organ tubuh yang sensitif
akan dan menjadi rusak. Sel-sel tubuh bila tercemar radioaktif uraiannya sebagai
berikut: terjadinya ionisasi akibat radiasi dapat merusak hubungan antara atom
dengan molekul-molekul sel kehidupan, juga dapat mengubah kondisi atom itu
sendiri, mengubah fungsi asli sel atau bahkan dapat membunuhnya. Pada
prinsipnya, ada tiga akibat radiasi yang dapat berpengaruh pada sel, yaitu sel
akan mati, terjadi penggandaan sel, pada akhirnya dapat menimbulkan kanker,
kerusakan dapat timbul pada sel telur atau testis, yang akan memulai proses bayibayi cacat. Selain itu, juga menimbulkan luka bakar dan peningkatan jumlah
penderita kanker (thyroid dan cardiovascular), radang pernapasan, dan
terhambatnya saluran pernapasan, juga masalah psikologi dan stres yang
diakibatkan dari kebocoran radiasi.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manfaat reaksi inti dalam kehidupan adalah sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN), pemanfaatan nuklir di bidang kesehatan, di bidang
perindustrian, di bidang pertanian dan baterai nuklir.
Reaksi inti dalam kehidupan memiliki peranan yang sangat penting. Tetapi
apabila penggunaan yang berlebihan dan tidak terkendali akan menimbulkan
dampak yang sangat fatal. Bahaya yang ditimbulkan adalah adanya radiasi yang
mengancam keselamatan jiwa manusia. Ada tiga akibat radiasi yang dapat
berpengaruh pada sel, yaitu Sel akan mati, terjadi penggandaan sel pada akhirnya
dapat menimbulkan kanker, dan kerusakan dapat timbul pada sel telur atau testis,
yang akan memulai proses bayi-bayi cacat. Selain itu, juga menimbulkan luka
bakar, radang pernapasan, dan terhambatnya saluran pernapasan, juga masalah
psikologi dan stres yang diakibatkan dari kebocoran radiasi.
B. SARAN
Berdasarkan uraian di muka tampak bahwa penelitian dan pengembangan
pembuatan baterai nuklir dari berbagai macam jenis yang pernah dibuat, masih
perlu ditingkatkan lagi untuk memperoleh efisiensi baterai nuklir yang lebih baik
dan juga untuk dapat menaikkan arus listriknya agar diperoleh daya keluaran
yang lebih baik. Umur paro radioisotop yang digunakan akan sangat
12
mempengaruhi umur pakai baterai dan juga kestabilan tegangan baterai nuklir.
Bahan radioisotop pemancar radiasi Beta yang dapat digunakan menjadi sumber
energi baterai nuklir bisa diperoleh dari hasil fisi yang dihasilkan oleh reaktor
nuklir maupun oleh akselerator. Produk radioisotop yang sampai saat ini sudah
dipasarkan menjadi baterai nuklir adalah dari deret Lantanida, yaitu Prometium
(Pm147) yang bisa mencapai umur pakai lebih dari 5 tahun per baterai. Bila umur
paro radioisotop yang digunakan panjang, maka wadah baterai nuklir harus
dibuat sedemikian rupa agar supaya tidak bocor selama dalam pemakaian, karena
hal ini menyangkut masalah keselamatan lingkungan dan proteksi radiasi. Satu
hal yang perlu diketahui bahwa baterai nuklir yang sudah tidak dipakai tidak
boleh dibuang sembrangan, mengingat di dalamnya mengandung bahan
radioaktif, sehingga pembuangannya memerlukan pengaturan tersendiri sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Badan Tenaga Nuklir atau
BAPETEN.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bundjali, Bunbun. 2002. Kimia Inti. Penerbit ITB: Bandung
Wikipedia. 2010. Reaksi Nuklir. Diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika
nuklir dalam www.google.com
Wikipedia. 2010. Pemanfaatan Baterai Nuklir bagi Kehidupan Manusia. Diakses
melalui
http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener30.html
dalam
www.google.com
Wisnu Arya Wardhana, Widyaiswara BATAN. 2010. Baterai Nuklir: Sumber Arus
Searah yang Perlu Dikembangkan. Diakses pada tanggal melalui
http://senymuslimah.blog.friendster.com/category/bel-zone/
dalam
www.google.com
14
Download