Nama : Nurul Aziza Cornelia NIM : 135040207111048 Kelas : A “Pengaruh Teori Lempeng Terhadap Pembentukan Daerah Kabupaten Tulungagung Selatan” PENDAHULUAN Tenaga tektonik adalah proses pergeseran lapisan kulit bumi, baik horizontal maupun vertical. Berdasarkan kecepatan dan luas daerahnya, tektonik dibedakan menjadi dua macam, yaitu orogenetik dan epirogenetik. Setiap gerakan yang diakibatkan oleh tenaga orogenetik dan epirogenetik menghasilkan bentukan tertentu pada kulit bumi. Pelat tektonik terdiri dari dua jenis litosfer : benua lebih tebal dan tipis kelautan. Bagian atas disebut kerak, sekali lagi dari dua jenis (benua dan samudera). Salah satu poin utama teori mengusulkan bahwa jumlah permukaan (benua dan samudera) piring yang hilang dalam mantel sepanjang batas konvergen dengan subduksi lebih atau kurang dalam kesetimbangan dengan kerak (samudera) baru yang dibentuk bersama margin berbeda dengan dasar laut menyebar. Hal ini juga disebut sebagai prinsip ban berjalan. Dengan cara ini, permukaan total dunia tetap sama. Hal ini berbeda dengan teori – teori sebelumnya yang dianjurkan sebelum paradigm Lempeng Tektonik, seperti yang kadang – kadang disebut, menjadi model ilmiah utama, teori – teori yang diusulkan bertahap menyusut (kontraksi) atau ekspansi bertahap dari dunia, dan yang masih ada dalam sains sebagai model alternative. Kabupaten Tulungagung terletak 154 km barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Batas – batas wilayah Tulungagung secara administrative adalah sebagai berikut : sebelah utara Kabupaten Kediri, sebelah selatan Samudra Hindia, sebelah timur Kabupaten Blitar, sebelah barat Kabupaten Trenggalek. Secara topografik, Tulungagung terletak pada ketinggian 85 m diatas permukaan laut (dpl). Bagian barat laut Kabupaten Tulungagung merupakan daerah pegunungan yang merupakan bagian dari pegunungan Wilis – Liman. Bagian tengah adalah dataran rendah, sedangkan bagian selatan adalah pegunungan yang merupakan rangkaian dari Pegunungan Kidul. Di sebelah barat laut Tulungagung, tepatnya di Kecamatan Sendang, terdapat Gunung Wilis sebagai titik tertinggi di Tulungagung yang memiliki ketinggian 2552 m. Di tengah Kota Tulungagung, terdapat Kali Ngrowo yang merupakan anak Kali Brantas dan seolah membagi Kota Tulungagung menjadi dua bagian yaitu utara dan selatan. Karena Tulungagung masih berada pada rangkaian pegunungan Sewu yang tebentang dari Kabupaten Bantul hingga kabupaten Tulungagung di timur, menyebabkan sebelah selatan termasuk daerah karst. Sangat jelas terlihat pada tanah di pegunungan sebelah selatan banyak ditemukan batuan kapur pada batuan permuaan. Banyak terdapat gua gua kapur dan gunung kapur yang ditambang hasil marmernya. Asal mula topografi karst adalah adanya pengendapan gamping di dasar laut, kemudian terangkat di atas muka air laut dan selanjutnya oleh air hujan batu gamping tersebut terlarutkan menjadi bentuk-bentuk kubah, dan cekungan. PEMBAHASAN Tulungagung terletak pada rangkaian pegunungan Sewu yang tebentang dari Kabupaten Bantul hingga kabupaten Tulungagung di timur sehingga menyebabkan sebelah selatan termasuk daerah karst. Sangat jelas terlihat pada tanah di pegunungan sebelah selatan banyak ditemukan batuan kapur pada batuan permukaan. Banyak terdapat gua gua kapur dan gunung kapur yang ditambang hasil marmernya. Asal mula topografi karst adalah adanya pengendapan gamping di dasar laut, kemudian terangkat di atas muka air laut dan selanjutnya oleh air hujan batu gamping tersebut terlarutkan menjadi bentuk-bentuk kubah dan cekungan. Kawasan karst atau gunung gamping merupakan kawasan yang unik serta kaya akan sumber daya hayati dan non hayati. Indonesia mempunyai kawasan karst seluas 20% dari total wilayahnya. Salah satu kawasan karst di Indonesia yang dikenal sebagai Gunung Sewu pernah didengungkan akan dicalonkan sebagai salah satu Warisan Dunia (World Heritage) karena keunikannya. Batu gamping sebagai salah satu bahan baku pembuatan semen, dengan eksplorasi yang tidak bijaksana, lambat laun warisan dunia yang unik dan terbentuk ribuan tahun ini akan hilang. Di Tulungagung ada gunung kapur yang dijadikan lokasi petambangan kapur yang besar di sebelah selatan Kabupaten Tulungagung. Ciri-Ciri Daerah Karst : Daerahnya berupa cekungan-cekungan, Terdapat bukit-bukit kecil, Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam tanah, Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah, Adanya endapan sedimen lempung berwama merah hasil dari pelapukan batu gamping, Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing. Ciri ciri ini sangat Nampak jelas di selatan Kabupaten tulungagung yang dipengaruhi daerah kapur. Genesis bentang alam karst : Terbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam air dan membentuk lubang-lubang. Terjadi pada wilayah yang tersusun oleh batugamping, batuan dolomit atau gamping dolomitan. Berkembang di daerah yang mempunyai curah hujan cukup. Faktor yang mempengaruhi pembentukan karst diantaranya bentuk lahan solusional yang terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat. Akan tetapi tidak semua batuan karbonat dapat membentuk topografi karts, faktor lain yang dapat membentuk topografi karts adalah: Batuan mudah larut (CaCO3 dan CaMgCO3) Batuan tersebut tebal Banyak rekahan (diaklas) Vegetasi rapat Batuan karbonat yang banyak memiliki diaklas akan memudahkan air untuk melarutkan batuan CaCo3. Oleh karena itu batuan karbonat yang memiliki sedikit diaklas, walaupun terletak pada daerah dengan curah hujan cukup tinggi, tidak terbentuk topografi karts. Vegetasi yang rapat akan menghasilkan humus, yang menyebabkan air di daerah tersebut memiliki pH rendah atau air menjadi asam. Pada kondisi asam, air akan mudah untuk melarutkan batuan karbonat. Perpaduan antara batuan karbonat dengan banyak diaklas, curah hujan dan suhu yang tinggi, serta vegetasi yang lebat akan mendorong terjadinya topografi karts. Secara astronomis terletak di antara 111º43’-112º07’ Bujur Timur dan 7º51’-8º18’ Lintang Selatan. Wilayah Kota Tulungagung terletak pada ketinggian ± 85 m diatas permukaan laut. Daerah ini merupakan dataran yang dikelilingi oleh pegunungan tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa Kota Tulungagung berada pada suatu cekungan/wadah yang menampung curahan hujan yang mengalir dari daerah sekitarnya. Dengan kondisi yang seperti ini, Kota Tulungagung potensial terjadi banjir/genangan pada musim penghujan. Kota Tulungagung berada pada suatu cekungan DAS Brantas, mempunyai jenis tanah Alluvial hidromorf. Jenis tanah Alluvial hidromorf mempunyai ciri-ciri fisik warna kelabu, bertekstur liat, dan memiliki permiabilitas (water run off) lambat. Ditinjau dari tingkat erosi air, memiliki tingkat kecenderungan pengikisan tinggi (erosif). Jenis tanah alluvial ini potensial bagi pengembangan kegiatan pertanian, baik untuk tanaman padi sawah, polowijo dan perikanan darat. Disamping itu juga potensial bagi pengembangan perkotaan karena umumnya daerah alluvial ini relatif datar. Dalam wilayah Kota Tulungagung terdapat Sungai Ngrowo yang terletak pada bagian barat kota, selain itu masih terdapat beberapa sungai-sungai kecil yakni saluran drainase Lodagung, sungai Tawangsari, Sungai Mosokerep, Sungai Jenes, Sungai Kalisong, dan Sungai Gangsir. Keadaan air pada musim kemarau rata-rata mempunyai debit yang sedikit menurun jika dibandingkan dengan musim penghujan, sedangkan kedalaman sungai pada musim penghujan berkisar antara 2-8 meter. Adapun sumber air minum penduduk kebanyakan menggunakan air yang berasal dari sumber dengan kedalaman antara 3-12 meter . Kualitas air relatif cukup baik dan tawar, sedangkan untuk musim kemarau persediaan air tanah cenderung menurun namun demikian dirasakan masih cukup dan sumur tidak sampai menjadi kering kehabisan air. Kota Tulungagung beriklim tropis dan mempunyai curah hujan rata-rata pertahun kurang dari 2000 mm pertahunatau rata-rata sebesar 1.682 mm/tahun dengan bulan kering selama 6 bulan. Angin berhembus denagn kecepatan rata-rata antara 15-20 knots ke arah barat laut. Sedangkan temperatur rata-rata untuk wilayah kota berkisar antara 28º-31ºC. Kawasan karst I ndonesia mencakup wilayah yang cukup luas, dapat dijumpai hampir di setiap pulau, menyimpan nilai strategis yang tinggi bagi manusia, flora, fauna dan perkembangan ilmu khususnya kebumian. Pulau Jawa memiliki beberapa kawasan karst yang tersebar di beberapa daerah seperti di Pacitan, Gombong, Tuban, Malang Selatan dan Gunung Sewu. Terbentuk pada Miosen Tengah, tetapi di beberapa daerah mungkin terjadi lebih dahulu, menempati daerah yang terletak di bagian tengah antara daerah yang terkena orogen Sumatera dan Orogen Maluku, serta merupakan daerah yang ditempati oleh gejala vulkanisme Miosen. Daerah ini meliputi pesisir sebelah barat pulau Sumatera, pulau Jawa bagian Selatan, Kepulauan Sunda kecil, pulau-pulau yang termasuk dalam Busur dalam Banda, Sulawesi bagian barat, dan berakhir di daerah Mindanau (Filipina Selatan). Aktifitas magmanya menghasilkan gang-gang andesitis dan dasitis serta pluton-pluton granit dan diorite. Bukit kapur yang ada di desa Nglampir telah mengalami pengelupasan, patahan atau escarpment di beberapa bagiannya sehingga terlihat struktur batuan yang menyusun bukit tersebut. Bukit kapur tersebut pada awalnya berada di dasar laut yang kemudian mengalami pengangkatan. Hal ini bisa dibuktikan, karena batuan atau bukit kapur hanya bisa terbentuk di dasar laut. Batuan kapur terbentuk dari endapan sisa – sisa kerang yang telah mati dan lapuk. Lahan yang ada di bukit ini tidak terlalu subur, namun tumbuhan masih tetap dapat tumbuh di tempat ini dengan vegetasi yang tidak terlalu lebat. Sedangkan untuk Gunung Sepikul terletak di kawan Tulungagung Selatan, Ds. Nglampir (ketinggian 70 m) Kec. Watulimo. Di daerah ini pernah terjadi patahan yang membentuk escarpment yang cukup terjal. Escarpment yang ada di daerah ini memberikan gambaran yang sangat jelas yang berupa singkapan ini, dapat diketahuan proses – proses geologis yang pernah dan sedang berlangsung di kawasan ini. Melalui singkapan lapisan – lapisan batuan kapur yang terdapat di daerah ini, dapat diamati mengenai ketebalan lapisan – lapisan, kemiringan lapisan batuan yang bervariasi, bahka di beberapa bagia terjadi strujtur patahan yang sifatnya local. Di daerah ini juga terdapat 2 bekas vulkan yang membentuk vulkanik neck yang sekarang merupakan menara batuan beku yang menjulang jauh lebih tinggi dari pada tempat – tempat di sekitarnya. Kedua bekas vulkan tersebut adalah Gunung Suwur dan Gunung Sikambe. Fenomena geologis kawasan Tulungagung Selatan yang ada sekarang ini, merupakan hasil pembentukan proses geologis yang telah berlangsung sejak jutaan tahun yang lalu. Menurut Bemmelan (1946) dan Marks, proses geologi Mintakat Jawa bagian selatan termasuk kawasan Tulungagung Selatan dan Trenggalek. Proses geologi yang terjadi di daerah kawasan Tulungagung Selatan adalah berupa munculnya gunung api (vulkanisme), tumbuhnya koral dan foraminifera yang membentuk endapan sedimen organic yang berupa batuan kapur dengan endapan yang sangat tebal (sedimentasi) dan pengangkatan kawasan tersebut hingga membentuk pegunungan (tektonik). Aktivitas – aktivitas tersebut juga diikuti dengan proses eksogen yang berlangsung sampai sekarang seperti pelapukan dan pengendapan. Salah satu peristiwa vulkanisme yang terjadi didaerah ini yaitu vulkanik neck yaitu berupa batuan beku hasil pembekuan magma yang ada pada lubang diatrema (sumbat lava). Fenomena ini terdapat di Gunung Sepikul Ds. Nglampir. Jenis batuan beku didaerah ini muncul terlebih dahulu kemudian diatasnya terdapat batuan kapur akibat pengendapan. Kondisi tanah disekitar Gunung Sepikul ini sangat subur, karena batuan beku yang telah melapuk. Aktivitas tektonik di Pulau Jawa bagian Selatan termasuk kawasan Tulungagung dan Trenggalek Selatan yaitu dengan munculnya deretan pegunungan. Lapisan batuan kapur di kawasan ini banyak yang telah tersingkap. Berdasarkan kemiringan lapisan batuan (dip) yang ada didaerah ini dapat diketahui bahwa pengangkatan yang terjadi di kawasn ini berlangsung dengan kekuatan yang tidak sama. Pengangkatan yang sangat kuat dibagian utara tidak bisa terus berlanjut, karena dibagian utara dikawan ini justru terjadi patahan yang membentuk gawir yang cukup terjal. Gawir yang ada dikawasan ini sebenarnya merupakan bagian dari gawir yang berskala lebih luas yang membentang dari Jawa Tenga bagia selatan hingga bagian selatan Jawa Timur bagian timur. KESIMPULAN Dari uraian singkat diatas mengenai sejarah geologi tersebut dapat diketahui bahwa proses geologi yang menonjol sehingga mewarnai secara dominan fenomena geologi di kawasan Tulungagung Selatan adalah adanya aktivitas – aktivitas eksogen yang berlangsung hingga saat ini. VULKANISME Vulkanisme adalah semua peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar mencapai permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi atau melalui sebuah pita sentral yang disebut terusan kepundan atau diatrema.Magma yang keluar sampai ke permukaan bumi disebut lava.Magma dapat bergerak naik karena memiliki suhu yang tinggi dan mengandung gas-gas yang memiliki cukup energi untuk mendorong batuan di atasnya. Di dalam litosfer magma menempati suatu kantong yang disebut dapur magma. Kedalaman dapur magma merupakan penyebab perbedaan kekuatan letusan gunung api yang terjadi. Pada umumnya, semakin dalam dapur magma dari permukaan bumi, maka semakin kuat letusan yang ditimbulkannya. Lamanya aktivitas gunung api yang bersumber dari magma ditentukan oleh besar atau kecilnya volume dapur magma. Dapur magma inilah yang merupakan sumber utama aktivitas vulkanik. a.Intrusi Magma Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan batuan, tetapi tidak mencapai permukaan Bumi. Intrusi magma dapat dibedakan atas sebagai berikut : Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup di antara dua lapisan batuan, mendatar, dan paralel dengan lapisan batuan tersebut. Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan Bumi paling atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi. Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan membeku di selasela lipatan (korok). Diatermis, yaitu lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunung berapi. Bentuknya seperti silinder memanjang. Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan bermacam-macam bentuk, yaitu: b. Ekstrusi Magma Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas cukup kuat dan ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan.Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu: 1. Ekstrusi linear terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di Islandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur. 2. Ekstrusi areal terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km2. 3. Ekstrusi sentral terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain. TERBENTUKNYA GUNUNG API Gunung api terbentuk akibat adanya pergerakan lempeng yang terus menekan sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Pengetahuan tentang gunungapi berawal dari perilaku manusia dan manusia purba yang mempunyai hubungan dekat dengan gunungapi. Hal tersebut diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam endapan vulkanik dan sebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia berupa tulang belulang manusia yang terkubur oleh endapan vulkanik. Gunung api terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat pemekaran kerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua, busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera dan busur dasar samudera yang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera. Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari teka-teki fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempabumi dan gunungapi. Planet bumi mepunyai banyak cairan dan air di permukaan. Kedua factor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunung api. Beberapa contoh gambar lempengan : Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang timbul dari unsure radioaktif alami, seperti elemen-elemen isotop K, U dan Th terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih panas, tetapi kemudian mendingin secara berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya. Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisma di permukaan. Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi, dimana material-material yang terpanaskan pada dasar mantel, kedalaman 2.900 km di bawah muka bumi bergerak menyebar dan menyempit disekitarnya. Pada bagian atas mantel, sekitar 7 35 km di bawah muka bumi, material-material tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam lagi ke dalam aliran konveksi tersebut. Beberapa bentuk gunung di Indonesia sebagai berikut : Litosfir termasuk juga kerak umumnya mempunyai ketebalan 70 120 km dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut lempeng tektonik. Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi mantel. Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang disebut juga astenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu dimana mulai terjadi pelelehan, kosekuensinya beberapa bagian astenosfir melebur, walaupun sebagian besar masih padat. Kerak benua mempunyai tebal lk. 35 km, berdensiti rendah dan berumur 1 2 miliar tahun, sedangkan kerak samudera lebih tipis (lk. 7 km), lebih padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun. Kerak benua posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena perbedaan berat jenis, dan keduanya mengapung di atas astenosfir. Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi berbeda : 1. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur gunungapi tengah samudera. 2. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di tepi benua. 3. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan. 4. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai.