Ringkasan - GRII Kelapa Gading

advertisement
Khotbah Minggu (18 Agustus 2013)
Ringkasan Khotbah
GRII Kelapa Gading
Pengkhotbah : Pdt. Billy Kristanto, Th.D Tema : …....….…..……………...….........
Nas Alkitab
: .............................................................................................................
Tahun ke-14
Kemunafikan
Pdt. Billy Kristanto, Th.D.
Lukas 11:45-54
Kita sedang membahas bagian yang
berisi tentang teguran Yesus Kristus
kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat, ini memang dua kelompok yang
tidak persis sama identik waktu
mengatakan, orang Farisi itu berkaitan
dengan satu kelompok diantara empat
kelompok penting yang ada di Israel
pada saat itu. Ada kelompok Saduki,
kelompok Zelot, kelompok Farisi ini
sangat penting di dalam zaman Yesus,
kenapa? Karena mereka ini adalah orangorang yang lihai, misalnya dibandingkan
dengan orang-orang Zelot, orang Zelot
itu mempunyai concern political dan
mereka juga biasa diantara mereka
tampil untuk berusaha menggulingkan
pemerintah Romawi, tetapi orang Farisi
tahu bahwa pengharapan seperti itu
terlalu fantastik. Jadi dari pada
membuang-buang
waktu
untuk
melakukan perjuangan seperti itu, lebih
baik sedikit berdamai, meskipun tidak
sepenuhnya setuju juga, tetapi harus
pintar-pintar di dalam bermain politik
dengan para pejabat dsb.
Sehingga kalau kita melihat di dalam
gambaran kitab suci dan sejarah, kita
melihat kedudukan mereka di dalam
tatanan masyarakat pada saat itu luar
biasa secure secara manusia, yang pasti
bukan dihadapan Tuhan. Mengapa?
Karena satu sisi dengan penjajah mereka
aman, penjajah cukup menghormati,
kalau kita melihat ada lie juga diatara
orang-orang Farisi, tetapi dihadapan
orang-orang awam, orang-orang Yahudi,
mereka aman juga, karena orang Yahudi
juga menghormati mereka. Coba kita
bandingkan
dengan
kelompok
pemungut cukai, pemungut cukai itu
memang aman dengan pejajah, karena
penjajah itu ada sekutu dengan mereka,
tetapi mereka sangat tidak aman
dihadapan
masyarakat.
Masyarakat
begitu membenci mereka, tetapi orang
Farisi ini begitu pintar, mereka bisa aman
di dua zone itu, orang Farisi ini adalah
GRII KG 686/725 (hal 4)
686/725
04 Agustus
2013
orang-orang yang sangat lihai atau
orang yang oportunistik.
Yesus terganggu dengan sikap yang
seperti ini, karena ini sama sekali tidak
mencerminkan orang yang hidup di
dalam realita Kerajaan sorga yang sudah
hadir diantara umat Tuhan pada saat itu.
Merupakan satu polemik yang semakin
lama semakin memuncak sampai eskalasi
berakhir di kayu salib, tetapi kalau kita
membaca di dalam ayat 45 dst., ternyata
ada kelompok yang lain lagi disebutkan
yaitu ahli-ahli Taurat, orang yang
mempelajari kitab suci. Nah ini kelompok
yang tidak harus sama identik dengan
orang-orang Farisi, tetapi kalau kita
melihat di dalam bagian ini, Yesus juga
tidak sungkan untuk menegur mereka,
kita percaya Yesus bukan terprofokasi
oleh perkataan ahli Taurat. Tetapi kita
melihat di dalam pengertian yang positif
yaitu bahwa Yesus tidak menghindari
konflik yang perlu. Kalau boleh kita
benturkan dengan kebudayaan Timur,
kan kita banyak diwarnai dengan
sungkanisme, saya percaya sungkanisme
bukan hanya untuk mereka yang dari
Jawa, yang bukan dari Jawa pun bisa
terjangkit sungkanisme.
Sungkanisme mungkin tampak
luarnya,
di
dalam
sebetulnya
humanisme dalam pengertian, saya
masuk dalam satu kebudayaan yang
takut untuk menyinggung perasaan
orang
lain
dan
akhirnya
saya
mengorbankan kebenaran. Saya lebih
baik berada di dalam satu relasi yang
baik dengan seluruh manusia, kalau
seluruh manusia senang dengan saya,
kan enak juga, apa untungnya saya kalau
semua orang tidak senang dengan saya,
yang rugi kan saya sendiri. Maka harus
pintar-pintar
bagaimana
menjaga
hubungan, supaya semua orang itu bisa
suka dengan saya. Mirip dengan Farisi
tadi kan? Orang Farisi kan juga begitu,
pintar-pintar menjalin hubungan, dengan
penjajah pintar menjalin hubungan,
mereka tidak ada problem dengan kita,
GRII KG 686/725 (hal 1)
Ekspositori Injil Lukas (15)
Ekspositori Injil Lukas (15)
tetapi dengan masyarakat luas mereka
juga menghargai kita, sebetulnya kita
juga mau dengan Yesus seperti itu, kita
mau merangkul Yesus, tetapi malah
Yesus mau merangkul kita, siapa Dia, kita
yang harus merangkul Yesus dan Yesus
tidak berhasil dirangkul, akhirnya ya Dia
harus disalibkan.
Coba kita perhatikan, orang-orang
yang humanis, orang-orang yang
oportunis, kalau mereka tidak berhasil
menjalin hubungan dengan mereka,
maka
akan
langsung
keluar
kebenciannya yang tersembunyi itu.
Humanis itu bukan hanya gambaran
semuanya kasih, oh… saya senang
kepada semua orang, saya mau baik
kepada semua orang, saudara belum
melihat kedalaman hatinya, di dalamnya
juga ada kebencian. Buktinya ya orang
Farisi ini, mereka mau merangkul siapa
saja kalau orang itu mau, masalahnya
Yesus tidak bisa dirangkul begitu saja, ini
bukan sekedar satu relasi-relasi yang asal
semuanya jadi baik, bukan, lalu tidak ada
standar kebenaran, tidak ada prinsip dsb.
bukan. Yesus membicarakan tentang satu
prinsip yang penting di sini, yang mereka
perlu belajar, yang mereka perlu jadi
murid, tetapi mereka menolak.
Seringkali
kita
dikuasai
oleh
kebudayaan like and dislike, orang yang
kita suka, kalau dia ada kesalahan, kita
mau tegur sepertinya sungkan sekali,
karena hubungan kita dengan dia sudah
terlalu baik, sungkan mau bicara dan
menegur.
Aristoteles
pernah
mengatakan, kalau ada dua orang yang
adalah sahabatmu meminta engkau
menjadi hakim untuk salah satu perkara
perselisihan di tengah-tengah mereka,
kalau dua-duanya adalah temanmu, lebih
baik kamu katakan, tidak, kenapa?
Karena kalau kamu jadi hakim, nanti
salah satu pasti akan menjadi musuhmu.
Tetapi kalau ada dua orang yang tidak
kamu kenal, lalu meminta engkau
menjadi hakimnya, ya kamu terima, nanti
salah satu akan menjadi sahabatmu.
Aristoteles agak oportunistik ya, kalau
tidak kenal, terima saja, nanti salah satu
jadi memihak kamu, tetapi kalau kenal,
jangan
coba-coba,
nanti
kamu
kehilangan satu teman.
Yesus pasti tahu dong teori seperti
ini, Dia pasti tahu, Dia orang yang normal
kok, apakah tidak boleh mempunyai
pikiran menjalin sebanyak mungkin
relasi, ya boleh, tetapi perhatikan, Yesus
tidak pernah mengorbankan standar
prinsip
kebenaran,
Yesus
tidak
mengorbankan bagian itu, ada bagian
yang harus ditegur, ya ditegur, ada
bagian yang perlu dikoreksi, ya
dikoreksi. Menerapkan bagian ini di
dalam kebudayaan kita sangat sulit,
karena di dalam kebudayaan kita justru
orang yang kita tidak senang, dia tidak
salah pun kita tegur, kita tidak bisa
menyangkal diri untuk tidak menegur
dia, karena kita sudah tidak senang sama
dia. Tetapi di sisi yang lain orang yang
terlalu baik hubungannya dengan kita,
waktu kita mau menegur dia, kita
berkata, sepertinya…. ya sudahlah… kita
harus belajar mengampuni dia, selalu
ada justification, selalu ada maklum dsb.
Intinya adalah karena kita takut
kehilangan relasi yang sudah baik itu,
Yesus di sini sedang diundang loh… ini
relasi kan cukup baik kan? Coba kita
bayangkan, kita diundang di satu rumah,
orang menjamu kita lalu kita menegur
orang yang mengundang kita, itu
nyalinya besar sekali, kalau kita yang
mengundang lalu kita menegur ya masih
ok.
Di sini Yesus bukan tuan rumahnya,
tetapi Yesus tetap menegur, kita bisa
mempersoalkan manner dari Yesus,
tetapi alkitab tidak mempersoalkan
manner, alkitab lebih daripada manner.
Jadi ini bukan urusan manner, ini urusan
prinsip kebenaran yang perlu di dengar
oleh ahli-ahli Taurat ini. Apa sih
persoalannya? Persoalannya sederhana
yaitu gambaran ahli-ahli Taurat ini,
orang-orang yang mengajari firman
Tuhan dan sepertinya begitu mengenal,
dikatakan, “kamu meletakkan beban
yang tidak terpikul pada orang, kamu
sendiri tidak menyentuh beban itu,
bahkan dengan satu jari pun tidak”. Ini
very bad example, very bad leadership,
kita mengamati ada model leadership
yang seperti ini, leadership yang suruhsuruh orang, gaya yang luar biasa
bossy, sendirinya tidak mengerjakan,
bagian-bagian di distribusi ke semua
orang, kamu bagian ini ya, kalau saya
mengawasi saja, saya kan koordinator,
kan harus ada yang melihat overview,
kalau tidak akan kacau, saya kan ketua
proyek, ketua kan tidak boleh terlibat,
kalau terlibat nanti kehilangan overview
bagaimana? Bahaya kan, maka harus ada
orang yang melihat dari atas, sambil
makan steik, minum orange juice dsb.
Model seperti ini tidak mungkin akan jadi
satu kepemimpinan yang baik, bukan
berarti kepemimpinan yang mengerjakan
masuk sampai kedalam, sampai akhirnya
kehilangan overview, kontrol dsb.
GRII KG 686/725 (hal 2)
Tetapi kita melihat
ada satu
kejengkelan waktu menyaksikan model
kepemimpinan atau guru ahli-ahli Taurat
yang tidak tertarik bahkan untuk
melakukan apa yang mereka ajarkan,
beban-beban itu dipercayakan kepada
orang lain. Beban-beban yang paling
berat, kalau bisa orang lain yang
mengerjakan, kalau saya bagian yang
memotivasi orang lain saja, dst., ini
menurut Yesus adalah bibit yang sama,
yang perlu ditegur di dalam kehidupan
kita, kehidupan saudara dan saya, yang
mempunyai jiwa seperti ahli Taurat ini.
Bukan berarti orang yang belajar
kecenderungannya seperti ini, tidak ada
keharusan mutlak, tapi yang pasti
memang ada kecenderungan seperti ini,
orang-orang yang belajar, orang-orang
yang mengetahui, dsb., lalu itu menjadi
satu kompensasi untuk mereka tidak
melakukan.
Orang
yang
mempelajari,
mempelajari, lalu mengatakan excuse,
saya kan sudah belajar, waktu saya sudah
habis untuk belajar, jadi saya tidak harus
melakukan lagi, kan saya sudah
melakukan tanggung jawab observasi,
yang atur harus orang lain, yang
memindahkan kursinya ya orang lain,
saya kan sudah melihat bahwa kursinya
miring, jadi yang melihat itu kan saya, ya
orang lain yang harus memindahkan
kursinya, karena saya yang observasi,
saya yang melihat. Orang seperti ini
sangat menjengkelkan, kenapa? Karena
dia tidak tertarik untuk menyentuh,
bahkan dengan satu jari pun, saya bukan
sinis dengan para akademis, para
observator, bukan. Tetapi kecenderungan
seperti ini memang ada, orang-orang
yang hanya observe, kritik, analisa, itu
memang tugas yang penting, itu bukan
nothing, itu perlu, kita perlu orang-orang
seperti itu. Tapi dia tidak tertarik untuk
melakukan apa-apa, dia hanya observe
saja, lalu dia menyuruh orang lain yang
kerja, kalau bisa saya tidak luka. Para ahli
Taurat tidak tertarik menyentuh beban,
bahkan dengan satu jari pun.
Tetapi ini bukan satu-satunya
problem, menurut Yesus ada problem
yang lain lagi, yaitu bagaimana mereka
menghias, membangun, mendekorasi
makam nabi-nabi yang sebetulnya telah
dibunuh oleh nenek moyang mereka. Ini
prinsip apa? Nenek moyang membunuh
nabi-nabi itu, ini generasi lain yang juga
tidak berbeda, bukan berarti alkitab
sedang mengatakan, bahwa dosa dari
nenek moyang itu turun terus loh…, itu
harus dibereskan, seperti di dalam
teologi tertentu, karena ada yang
percaya seperti itu kan? Sampai perlu
pelepasan kutuklah dsb., sebetulnya
tidak usah Perjanjian Baru, dalam
Perjanjian Lama pun kita sudah
membaca ada relativisasi dari pada
prinsip itu. Kalau kita membaca di dalam
kitab nabi besar, Tuhan sendiri
mengatakan dengan nada yang agak
jengkel, seperti orang-orang Israel
melakukan
kalimat-kalimat
sindiran
waktu mereka di dalam zaman
pembuangan, lalu mereka mengatakan,
dosa-dosa nenek moyang itu, yang tidak
menyembah Yahwe, itu mereka, kita
yang terkena ke pembuangan, apa-apan
ini? Lalu Tuhan marah sekali dan
mengucapkan firman melalui salah satu
nabi,
dikatakan,
kamu
jangan
mengucapkan kalimat seperti itu, tidak
ada seperti itu, tidak ada dosa orang tua,
lalu kamu yang bertanggung jawab,
sesungguhnya orang bertanggung jawab
atas dosanya masing-masing.
Bagian ini sudah muncul di dalam
Perjanjian Lama, kita percaya Yesus tidak
mungkin berpikir seperti ini, karena akan
berbenturan dengan apa yang sudah
disaksikan di dalam kita nabi-nabi yaitu
bahwa setiap orang bertanggung jawab
atas perbuatannya sendiri dan bukan
perbuatan nenek moyang. Tetapi kenapa
di sini dikatakan, nenek moyangmu yang
telah membunuh mereka? Ini bukan
karena mereka bertanggung jawab
terhadap dosa nenek moyang yang telah
membunuh para nabi, bukan, tetapi
dalam pengertian bahwa orang-orang
yang hidup dalam zaman Yesus ini
sebenarnya tidak melakukan yang
berbeda dengan nenek moyang mereka,
sebetunya sama. Karena Yesus juga
datang sebagai Nabi, Imam dan Raja,
tetapi mereka tolak kan, di dalam hal ini
sebetulnya mereka melakukan sesuatu
yang sama dengan nenek moyang
mereka. Seperti nenek moyang mereka
menolak
nabi-nabi
dan
bahkan
membunuh mereka, demikian juga
Yesus, ditolak dan akhirnya juga
dibunuh.
Tetapi di sini apa yang terjadi?
Oh…mereka menghiasi makam nabinabi, seperti mau berkata, aduh… nenek
moyang kita memang tidak mengerti,
mereka kurang bisa menghargai nabinabi seperti kita, kita orang-orang yang
lebih rightious, lebih tahu bagaimana
menghargai, tidak seperti mereka itu,
mereka salah, kita tidak seperti mereka,
coba lihat, kita membangun makam
nabi-nabi. Ironisnya, mereka membunuh
GRII KG 686/725 (hal 3)
Nabi yang sedang ada di dalam zaman
mereka, tetapi menghias makam nabinabi yang sudah lewat, ini terjadi terus di
dalam kehidupan manusia. Seringkali kita
mengenang apa yang baik itu ada
dibelakang, ada seorang pria yang
menikah, setelah istrinya mati, lalu dia
menikah lagi, setelah menikah dia baru
sadar bahwa istri yang pertama lebih
baik dari pada istri yang kedua. Lalu dia
mulai tidak puas dengan istri yang kedua
itu, akhirnya istri yang kedua itu mati
lagi, dan menikah lagi dengan istri yang
ketiga, dia baru sadar bahwa istri yang
kedua masih lebih baik juga dari istri
yang ketiga ini. Yah beginilah orang yang
tidak bisa menghargai, menghargai
selalu yang sudah lewat, menghargai
sesuatu yang sudah tidak ada, lalu
berkata, ya memang nenek moyang kita
tidak tahu menghargai orang-orang
yang
penting,
orang-orang
yang
diberkati Tuhan, kita tidak seperti itu.
Seandainya saja nabi-nabi itu hidup
di zaman saya, pasti kita akan
menyambut
mereka,
kita
akan
menghargai, kita akan mendengarkan
pengajaran
mereka,
ternyata
kenyataannya tidak seperti itu. Yesus
ada di tengah-tengah mereka juga tidak
digubris, bukan hanya tidak digubris,
malah mau dibunuh kalau bisa. Jadi di
dalam satu keadaan yang sama, tidak
mendengarkan, tidak menghargai dan
juga tidak menempatkan diri mereka
sebagai orang-orang yang perlu untuk
dilayani oleh nabi-nabi ini. Tetapi sekali
lagi, ironisnya adalah mereka berusaha
menghias itu kan, kalau boleh kita
katakan, ini semacam kemunafikan,
menghias makam nabi-nabi untuk
menutupi sikap hati mereka yang tidak
mau menerima Yesus pada saat itu. Maka
Yesus mengatakan, kamu membenarkan
perbuatan-perbuatan nenek moyangmu
dengan melakukan itu. Kalau memang
kamu tidak berbagian di dalam
perbuatan nenek moyangmu, seharusnya
hal itu tidak perlu, bukan berarti kita
terlantarkan makam dari nabi-nabi dari
zaman dulu, bukan itu maksudnya.
Tetapi kenapa itu terjadi, ini kan dari
adanya perasaan bersalah, sangat
menarik waktu saya mengobservasi
bagian ini, saya bandingkan dengan diri
saya sendiri, kok tidak ada ya, memang
kita kurang ada jiwa nasionalis kali ya,
tetapi orang-orang di Jerman, generasi
yang tidak tahu apa-apa tentang dosadosa nenek moyang, mereka hanya
keturunan dari para nazi, tetapi mereka
juga bisa ada perasaan bersalah. Ada
beban mental sebagai orang Jerman
yang merasa bahwa kita ini sudah salah
waktu dulu berbagian di dalam masa
lampau yang buruk seperti itu yang
disebut holocaust, itu penyiksaan,
pembunuhan orang-orang Yahudi dst.,
lalu mereka merasa seperti ada
keterkaitan dengan nenek moyang
mereka. Saya sedikit membandingkan
dengan kehidupan kita, kalau seandainya
nenek moyang kita dulu, katakanlah lima
generasi di atas, melakukan suatu
tindakan yang vatal sekali, kita akan
merasa bersalah atau tidak ya? Tetapi
waktu ada perasaan bersalah, lalu
menyelidiki lagi, mengapa perlu merasa
bersalah? Atau jangan-jangan jiwanya
memang mirip juga kali ya? Atau masih
ada kaitan juga kali ya? Kalau tidak ada
kaitan, itu kan urusan mereka, saya kan
tidak melakukan itu.
Kalau kita tidak terlalu berbeda
dalam sikap hati atau bahkan hanya tidak
terlalu berbeda, malahan sama dengan
nenek moyang, ya akhirnya begini
jadinya, ya untuk apa penyesalanpenyesalan seperti ini? Nenek moyang
kita membunuh, wah ini salah, kita harus
cabut pisaunya lalu buat kuburan yang
bagus,
yang
megah,
ya
Yesus
mengatakan, kamu hanya membuktikan
bahwa kamu membenarkan perbuatan
nenek
moyangmu,
kamu
mau
menyatakan bahwa kamu sama dengan
nenek moyangmu. Kalau kamu tidak
sama, tidak usah feel connected seperti
itu, tidak perlu seperti itu. Justru dengan
kamu
berusaha
melakukan
satu
pertobatan-pertobatan,
itu
mau
menyatakan bahwa kamu sendiri sedang
berbagian di dalam dosa-dosa yang
seperti itu, makanya kamu guilty feeling
dan akhirnya mengerjakan ini, menghias
makam dst. Semacam kompensasi
spiritualitas, gagal dan tidak mau
bertobat, memelihara dosa tertentu
yang tidak mau dilepaskan, lalu terus
kompensasi di dalam kebaikan yang lain,
misalnya membangun makam yang
indah.
Tidak mau bertobat di dalam dosa
tertentu, lalu saya susah melepaskan,
oh… tapi saya ada kebaikan-kebaikan
loh, ini seharusnya kalau ditimbang,
ditimbang yang satu berat satu, digigit
yang satu begitu kan ya? Kalau
ditimbang, ini lebih berat dari pada yang
ini, yang ini tidak terlalu berat, seperti
perbuatan baik saya, seperti keagamaan
saya, seperti kesalehan saya, kompensasi,
tetapi tidak ada pertobatan di dalamnya.
Seperti
ahli
Taurat
ini,
mereka
membangun, menghias makam nabinabi, tetapi mereka tatap tidak bertobat,
sampai mereka juga membunuh Nabi,
Yesus, yang pada saat itu sedang ada
bersama dengan mereka.
GRII KG 686/725 (hal 4)
Yesus mengatakan, supaya dari
angkatan ini dituntut darah semua nabi
yang telah tertumpah sejak dunia
dijadikan. Kalimat ini juga agak sulit,
tetapi sebenarnya tidak sulit juga untuk
dimengerti,
kenapa?
Sulit
karena
dikatakan, bagaimana mungkin darah
semua nabi dituntut kepada mereka, ini
kan mereka tidak se-zaman, mana
mungkin bisa dipersalahkan seperti ini.
Tetapi kenapa dikatakan seperti ini,
semua darah nabi dituntut dari angkatan
yang ini? Karena semua nabi itu
menunjuk kepada Yesus Kristus, Yesus
Kristus yang mereka tolak, maka ini
seperti membubarkan semua pelayanan
nubuatan firman yang diucapkan oleh
para nabi zaman dahulu yang sudah
menunjuk kepada Yesus Kristus, itu
dibuat zero, nothing, kosong, tidak ada
artinya dst. Karena mereka semua
menunjuk pada Yesus Kristus dan Yesus
Kristus sendiri mereka tolak, maka di sini
dikatakan, darah dari semua nabi yang
tertumpah
sejak
dunia
dijadikan
(maksudnya: menunjuk kepadaKu), itu
akan dituntut kepada angkatan ini,
karena ini penggenapannya sekarang
sudah terjadi, kulminasinya, puncaknya
itu ada di sini dan kamu menolak.
Ini sama dengan menggeser,
menganggap kosong, menganggap sepi
semua
pemberitaan
yang
sudah
dilakukan oleh nabi-nabi pada zaman
dahulu. Di sini kita melihat ada kaitan,
poinnya bukan hanya komunal, tetapi
juga bisa historikal, alkitab itu limpah
sekali waktu membicarakan hal-hal
seperti ini. Kita tidak biasa dengan cara
berpikir seperti ini, kenapa? Karena kita
terlalu biasa berpikir individualis, saya ya
saya, kamu ya kamu, begitu kan? Kalau
saya menolak Yesus jangan membawabawa yang lain dong, bawa-bawa nabi
lah, bawa orang tuanya lah, dsb., anak
kecil kan seperti itu, kalau berantem ya
hanya saya dengan kamu saja, tidak usah
bawa-bawa yang lain. Kalau kamu
kecewa ya kecewa sama kita-kita saja,
tidak usah pakai nabi lah dsb., ini bukan
memakai beking-bekingan, tapi karena
ada kaitan, ini adalah salvation history,
sejarah keselamatan.
Sebenarnya persoalan bidat itu
dimana sih? Bidat itu tidak ada kaitan
sama sejarah, mereka mengeluarkan satu
statement yang tidak pernah ada di
dalam sejarah, mereka menganggap
semua orang yang di dalam zaman
lampau itu orang-orang bodoh, Calvin,
Luther dll. semua orang-orang bodoh
yang tidak bisa mengerti alkitab. Hal
seperti ini menjadi persoalan, kenapa?
Karena tidak ada persekutuan orangorang
kudus,
yang
ada
adalah
persekutuan dengan aku, aku dan
Yesusku, lalu saya keluarkan satu
statement teologis yang tidak pernah ada
di dalam sejarah. Yang
bahkan
berbenturan, yang melawan, padahal di
sejarah sudah dianggap bahwa itu bidat,
tetapi saya mengatakan itu sebagai
sesuatu yang benar, nah ini menakutkan,
tidak melihat kaitan dengan pekerjaan
Tuhan. Salvation history yang sudah
terjadi pada masa lampau, Yesus
mengatakan ini, darah seluruh nabi akan
dituntut kepada angkatan ini, karena ada
kaitan antara eksistensi Yesus pada saat
itu dengan pemberitaan semua nabi
yang sudah mendahului itu, ini bukan
Yesus seorang diri.
Kalau pun Yesus Tuhan, tapi Yesus di
sini tidak memakai argumentasi keIlahianNya,
tidak,
Dia
memakai
argumentasi salvation history, ini adalah
satu rencana Allah yang sudah sejak dari
dahulu. Seperti tongkat estafet, satu
orang menyerahkan kepada orang
berikutnya,
orang
berikutnya
menanggung beban siapa ya? Ya beban
orang-orang yang sudah lari mendahului
dia sebelumnya, wah jangan sampai saya
kalah,
karena
kalau
kalah
akan
menyusahkan empat orang dibelakang
saya, mereka harusnya sudah menang,
gara-gara saya malah jadi kalah, itu
beban history, beban masa lampau
dibebankan kepada kita. kalau bagian ini
tidak ada, kalau tidak hidup di dalam
kehidupan kita, ada sesautu yang
missing, yang hilang di dalam spiritualitas
kekristenan.
Sayangnya adalah kita mungkin
lebih mengerti bagian ini di dalam
tanggung jawab keluarga, tetapi bukan
sebagai gereja. Oh papa saya sudah
susah sekali bekerja sampai saya bisa
sekolah,
saya
harus
melanjutkan
pekerjaan keluarga, jangan sampai
bangkrut, karena ini adalah usaha
keluarga dari sejak empat generasi lalu,
jangan sampai ditangan saya jadi kacau.
Tetapi bagaimana di dalam perspektif
gerejawi? Kita mengemban tongkat
estafet yang sudah pernah diteruskan
Luther
kepada
para
penerusnya,
dipegang Calvin dst., lalu ada orangorang seperti John Knox dll., lalu
sekarang kena di dalam tangan kita, ini
bagaimana? Ini beban yang Tuhan
percayakan kepada kita, kita harus
bertanggung jawab, kita bukan tidak
berdiri di atas tradisi, seperti orang
seringkali mengatakan, kita bisa melihat
karena kita simply standing atau duduk
dibahunya raksasa, kamu jangan sok,
merasa oh… dengan teologi saya, saya
bisa mengobservasi, bisa menganalisa,
itu simply karena kita standing di
GRII KG 686/725 (hal 1)
Ekspositori Injil Lukas (15)
Ekspositori Injil Lukas (15)
bahunya raksasa dan giant-nya adalah
seperti John Calvin, Luther dll. lalu kita
melihat dari situ, makanya kita bisa
melihat seperti visinya begitu jelas sekali.
Jangan lupa, kita bertanggung
jawab, yang paling dekat adalah
bertanggung jawab dengan apa yang
sudah dimulai oleh Tuhan melalui
hambaNya Pdt. Stphen Tong. Kita sudah
diberikan tongkat estafet, lalu bagaimana
dengan kita? Kita harus meneruskan
beban, bahkan bukan dari satu orang
saja, tapi beban yang dipercayakan dari
trasdisi yang sudah lampau, bagaimana
kita
menjalankan?
Ini
satu
encouragement,
bukan
satu
discouragement, bukan sesuatu yang
menakut-nakuti, bukan, tapi kalau pun
harus memakai istilah takut, supaya
menjadikan kita takut dan gentar
dihadapan Tuhan. Kembali ke poin ini,
Yesus mengatakan, darah semua nabi
akan dituntut dari angkatan ini karena
mereka menolak Yesus Kristus yang
bukan hanya memegang salah satu
tongkat estafet, bahkan semua tongkat
yang pernah ada di dalam sejarah,
sekarang ada di tangan Yesus dan Yesus
mereka tolak.
Yang terakhir, poin bahwa ahli-ahli
Taurat
ini
mengambil
kunci
pengetahuan, mereka sendiri tidak
masuk ke dalamnya karena kunci
pengetahuan itu
diambil.
Mereka
menolak
untuk
membuka
pintu
pengetahuan itu yaitu Yesus sendiri,
tetapi bukan hanya itu, orang-orang ini
juga berusaha untuk menghalanghalangi orang yang mau masuk ke
dalamnya. Ini typical, orang yang
menolak, membenci, seseorang itu
berusaha untuk menghalang-halangi
orang lain itu juga berusaha untuk
ditularkan. Kita bisa melihat hal seperti
ini mulai dari anak-anak, anak-anak itu
kan kelompokan, kalau satu anak itu
tadinya akrab, begitu tidak senang sama
satu orang, dia akan mengajak
kelompoknya juga untuk tidak senang
dengan dia, begitu kan ya? Dari mulai
anak-anak sudah seperti itu, itu jiwa ahli
Taurat, kita kan jarang mendengar
kalimat ini, saya sih tidak setuju dengan
dia, menurut saya teorinya salah, tapi
kalau untuk kamu ya silahkan saja, kalau
mau dengar ya dengar saja. Saya tidak
senang
banget sama
dia, yang
diajarkannya salah, orang itu kacau, tapi
kalau kamu ya silahkan selidiki sendiri, ya
jarang ada orang seperti ini. Biasanya
kalau satu orang sudah tidak senang
dengan
orang
lain,
dia
akan
mempengaruhi yang lain untuk tidak
senang juga dengan orang yang dia
tidak senang.
Mungkin kita tidak senang dengan
orang lain, lalu kita sharing tetang
Kristus, sharing tentang sesuatu yang
lain, sharing tentang emosi kita yang
negatif tentang orang itu, lalu mengajak
orang tersebut juga untuk tidak senang
dengan orang itu. Kita berusaha untuk
menjadikan diri sebagai pusat, sebagai
standar, nah ini dosa yang besar sekali
waktu ahli Taurat ini yang bukan saja
menolak
Kristus,
tetapi
mengencourage orang untuk juga menolak
Kristus, menghalang-halangi. Ada orang
yang mungkin hatinya lebih tulus dari
pada mereka mau datang kepada Yesus,
tetapi
dihalang-halangi,
mengapa?
Karena mereka tidak senang dengan
Yesus, mereka tidak bisa menerima Yesus
Kristus lalu berusaha untuk menghalanghalangi orang yang juga datang kepada
Yesus Kristus. Wah luar biasa dosa
seperti ini.
Coba perhatikan pergumulan kita
waktu menginjili, kalau kita kurang
terlibat di dalam penginjilan, kita kurang
tahu bagian seperti ini. Waktu menginjili,
ada orang yang tidak senang dengan
apa yang kita lakukan, bukan hanya dia
yang tidak senang, dia juga akan
berusaha menghasut gereja-gereja yang
lain untuk tidak senang, supaya
pelayanan kita tidak diterima sama sekali.
Bukan karena kitanya, tetapi ini kan satu
pemberitaan injil, kita mau motivasi apa,
ini kan sebetulnya proyek rugi, kan tidak
ada keuntungan ketika kita melakukan
ini, kecuali memang betul-betul untuk
Tuhan dan demi orang-orang yang
masih jauh dari pada Tuhan. Tetapi ada
orang-orang yang tidak melihat hal ini,
lalu terus menghalangi, mereka sendiri
tidak setuju, tetapi menghalangi orangorang yang mau setuju, menghasut.
Waktu kita melakukan pekerjaan
Tuhan, ada orang yang melawan, ini
adalah realita Kerajaan Allah, Kerajaan
Allah bukan yang steril, bukan, ada benih
yang jahat juga masuk di dalam Kerajaan
Allah, bahkan setan juga memiliki
ketaatan, perseverance, tapi bukan
perseverance yang kudus, ketaatan setan.
Menurut Yesus inilah gambaran Kerajaan
Allah dan Yesus membiarkan sama-sama
tumbuh, ada orang yang tidak sabar,
dicabut saja, ini kan benih yang tidak
karuan, semakin cepat dicabut semakin
baik,
supaya
tidak
menghalangi
pertumbuhan dari pada benih yang
kudus, Yesus bilang, tidak. Biarkan
GRII KG 686/725 (hal 2)
keduanya bertumbuh sampai satu saat
betul-betul masak semuanya lalu terus
ditebang oleh malaikat maut itu, biar dia
menyelesaikan semuanya, wah ini
menakutkan.
Dalam bagian terakhir, saudara dan
saya waktu kita mengerjakan pekerjaan
Tuhan, ada orang-orang yang akan
melawan, ya kita harus siap-siap, orang
yang melawan juga akan menghasut
orang yang lain juga untuk ikut melawan.
Ini bukan berarti segala sesuatu yang kita
kerjakan pasti pekerjaan Tuhan, bukan,
tetapi yang saya katakan adalah bahwa
waktu kita terlibat di dalam pekerjaan
Tuhan, akan ada kesulitan-kesulitan
seperti itu. Justru dari teguran berani
yang dikatakan Yesus, Yesus justru
mempersulit diriNya sendiri dari sejak
saat itu atau sejak saat itu orang-orang
semakin
mengintai,
membanjiriNya
dengan rupa-rupa soal, supaya suatu
saat nanti bisa menangkap dan
membunuh Yesus. Kiranya Tuhan
memberkati kita. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa
oleh pengkhotbah (AS)
GRII KG 686/725 (hal 3)
Download