Khotbah Minggu (18 Agustus 2013) Ringkasan Khotbah GRII Kelapa Gading Pengkhotbah : Pdt. Billy Kristanto, Th.D Tema : …....….…..……………...…......... Nas Alkitab : ............................................................................................................. Tahun ke-14 Kemunafikan Pdt. Billy Kristanto, Th.D. Lukas 11:45-54 Kita sedang membahas bagian yang berisi tentang teguran Yesus Kristus kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, ini memang dua kelompok yang tidak persis sama identik waktu mengatakan, orang Farisi itu berkaitan dengan satu kelompok diantara empat kelompok penting yang ada di Israel pada saat itu. Ada kelompok Saduki, kelompok Zelot, kelompok Farisi ini sangat penting di dalam zaman Yesus, kenapa? Karena mereka ini adalah orangorang yang lihai, misalnya dibandingkan dengan orang-orang Zelot, orang Zelot itu mempunyai concern political dan mereka juga biasa diantara mereka tampil untuk berusaha menggulingkan pemerintah Romawi, tetapi orang Farisi tahu bahwa pengharapan seperti itu terlalu fantastik. Jadi dari pada membuang-buang waktu untuk melakukan perjuangan seperti itu, lebih baik sedikit berdamai, meskipun tidak sepenuhnya setuju juga, tetapi harus pintar-pintar di dalam bermain politik dengan para pejabat dsb. Sehingga kalau kita melihat di dalam gambaran kitab suci dan sejarah, kita melihat kedudukan mereka di dalam tatanan masyarakat pada saat itu luar biasa secure secara manusia, yang pasti bukan dihadapan Tuhan. Mengapa? Karena satu sisi dengan penjajah mereka aman, penjajah cukup menghormati, kalau kita melihat ada lie juga diatara orang-orang Farisi, tetapi dihadapan orang-orang awam, orang-orang Yahudi, mereka aman juga, karena orang Yahudi juga menghormati mereka. Coba kita bandingkan dengan kelompok pemungut cukai, pemungut cukai itu memang aman dengan pejajah, karena penjajah itu ada sekutu dengan mereka, tetapi mereka sangat tidak aman dihadapan masyarakat. Masyarakat begitu membenci mereka, tetapi orang Farisi ini begitu pintar, mereka bisa aman di dua zone itu, orang Farisi ini adalah GRII KG 686/725 (hal 4) 686/725 04 Agustus 2013 orang-orang yang sangat lihai atau orang yang oportunistik. Yesus terganggu dengan sikap yang seperti ini, karena ini sama sekali tidak mencerminkan orang yang hidup di dalam realita Kerajaan sorga yang sudah hadir diantara umat Tuhan pada saat itu. Merupakan satu polemik yang semakin lama semakin memuncak sampai eskalasi berakhir di kayu salib, tetapi kalau kita membaca di dalam ayat 45 dst., ternyata ada kelompok yang lain lagi disebutkan yaitu ahli-ahli Taurat, orang yang mempelajari kitab suci. Nah ini kelompok yang tidak harus sama identik dengan orang-orang Farisi, tetapi kalau kita melihat di dalam bagian ini, Yesus juga tidak sungkan untuk menegur mereka, kita percaya Yesus bukan terprofokasi oleh perkataan ahli Taurat. Tetapi kita melihat di dalam pengertian yang positif yaitu bahwa Yesus tidak menghindari konflik yang perlu. Kalau boleh kita benturkan dengan kebudayaan Timur, kan kita banyak diwarnai dengan sungkanisme, saya percaya sungkanisme bukan hanya untuk mereka yang dari Jawa, yang bukan dari Jawa pun bisa terjangkit sungkanisme. Sungkanisme mungkin tampak luarnya, di dalam sebetulnya humanisme dalam pengertian, saya masuk dalam satu kebudayaan yang takut untuk menyinggung perasaan orang lain dan akhirnya saya mengorbankan kebenaran. Saya lebih baik berada di dalam satu relasi yang baik dengan seluruh manusia, kalau seluruh manusia senang dengan saya, kan enak juga, apa untungnya saya kalau semua orang tidak senang dengan saya, yang rugi kan saya sendiri. Maka harus pintar-pintar bagaimana menjaga hubungan, supaya semua orang itu bisa suka dengan saya. Mirip dengan Farisi tadi kan? Orang Farisi kan juga begitu, pintar-pintar menjalin hubungan, dengan penjajah pintar menjalin hubungan, mereka tidak ada problem dengan kita, GRII KG 686/725 (hal 1) Ekspositori Injil Lukas (15) Ekspositori Injil Lukas (15) tetapi dengan masyarakat luas mereka juga menghargai kita, sebetulnya kita juga mau dengan Yesus seperti itu, kita mau merangkul Yesus, tetapi malah Yesus mau merangkul kita, siapa Dia, kita yang harus merangkul Yesus dan Yesus tidak berhasil dirangkul, akhirnya ya Dia harus disalibkan. Coba kita perhatikan, orang-orang yang humanis, orang-orang yang oportunis, kalau mereka tidak berhasil menjalin hubungan dengan mereka, maka akan langsung keluar kebenciannya yang tersembunyi itu. Humanis itu bukan hanya gambaran semuanya kasih, oh… saya senang kepada semua orang, saya mau baik kepada semua orang, saudara belum melihat kedalaman hatinya, di dalamnya juga ada kebencian. Buktinya ya orang Farisi ini, mereka mau merangkul siapa saja kalau orang itu mau, masalahnya Yesus tidak bisa dirangkul begitu saja, ini bukan sekedar satu relasi-relasi yang asal semuanya jadi baik, bukan, lalu tidak ada standar kebenaran, tidak ada prinsip dsb. bukan. Yesus membicarakan tentang satu prinsip yang penting di sini, yang mereka perlu belajar, yang mereka perlu jadi murid, tetapi mereka menolak. Seringkali kita dikuasai oleh kebudayaan like and dislike, orang yang kita suka, kalau dia ada kesalahan, kita mau tegur sepertinya sungkan sekali, karena hubungan kita dengan dia sudah terlalu baik, sungkan mau bicara dan menegur. Aristoteles pernah mengatakan, kalau ada dua orang yang adalah sahabatmu meminta engkau menjadi hakim untuk salah satu perkara perselisihan di tengah-tengah mereka, kalau dua-duanya adalah temanmu, lebih baik kamu katakan, tidak, kenapa? Karena kalau kamu jadi hakim, nanti salah satu pasti akan menjadi musuhmu. Tetapi kalau ada dua orang yang tidak kamu kenal, lalu meminta engkau menjadi hakimnya, ya kamu terima, nanti salah satu akan menjadi sahabatmu. Aristoteles agak oportunistik ya, kalau tidak kenal, terima saja, nanti salah satu jadi memihak kamu, tetapi kalau kenal, jangan coba-coba, nanti kamu kehilangan satu teman. Yesus pasti tahu dong teori seperti ini, Dia pasti tahu, Dia orang yang normal kok, apakah tidak boleh mempunyai pikiran menjalin sebanyak mungkin relasi, ya boleh, tetapi perhatikan, Yesus tidak pernah mengorbankan standar prinsip kebenaran, Yesus tidak mengorbankan bagian itu, ada bagian yang harus ditegur, ya ditegur, ada bagian yang perlu dikoreksi, ya dikoreksi. Menerapkan bagian ini di dalam kebudayaan kita sangat sulit, karena di dalam kebudayaan kita justru orang yang kita tidak senang, dia tidak salah pun kita tegur, kita tidak bisa menyangkal diri untuk tidak menegur dia, karena kita sudah tidak senang sama dia. Tetapi di sisi yang lain orang yang terlalu baik hubungannya dengan kita, waktu kita mau menegur dia, kita berkata, sepertinya…. ya sudahlah… kita harus belajar mengampuni dia, selalu ada justification, selalu ada maklum dsb. Intinya adalah karena kita takut kehilangan relasi yang sudah baik itu, Yesus di sini sedang diundang loh… ini relasi kan cukup baik kan? Coba kita bayangkan, kita diundang di satu rumah, orang menjamu kita lalu kita menegur orang yang mengundang kita, itu nyalinya besar sekali, kalau kita yang mengundang lalu kita menegur ya masih ok. Di sini Yesus bukan tuan rumahnya, tetapi Yesus tetap menegur, kita bisa mempersoalkan manner dari Yesus, tetapi alkitab tidak mempersoalkan manner, alkitab lebih daripada manner. Jadi ini bukan urusan manner, ini urusan prinsip kebenaran yang perlu di dengar oleh ahli-ahli Taurat ini. Apa sih persoalannya? Persoalannya sederhana yaitu gambaran ahli-ahli Taurat ini, orang-orang yang mengajari firman Tuhan dan sepertinya begitu mengenal, dikatakan, “kamu meletakkan beban yang tidak terpikul pada orang, kamu sendiri tidak menyentuh beban itu, bahkan dengan satu jari pun tidak”. Ini very bad example, very bad leadership, kita mengamati ada model leadership yang seperti ini, leadership yang suruhsuruh orang, gaya yang luar biasa bossy, sendirinya tidak mengerjakan, bagian-bagian di distribusi ke semua orang, kamu bagian ini ya, kalau saya mengawasi saja, saya kan koordinator, kan harus ada yang melihat overview, kalau tidak akan kacau, saya kan ketua proyek, ketua kan tidak boleh terlibat, kalau terlibat nanti kehilangan overview bagaimana? Bahaya kan, maka harus ada orang yang melihat dari atas, sambil makan steik, minum orange juice dsb. Model seperti ini tidak mungkin akan jadi satu kepemimpinan yang baik, bukan berarti kepemimpinan yang mengerjakan masuk sampai kedalam, sampai akhirnya kehilangan overview, kontrol dsb. GRII KG 686/725 (hal 2) Tetapi kita melihat ada satu kejengkelan waktu menyaksikan model kepemimpinan atau guru ahli-ahli Taurat yang tidak tertarik bahkan untuk melakukan apa yang mereka ajarkan, beban-beban itu dipercayakan kepada orang lain. Beban-beban yang paling berat, kalau bisa orang lain yang mengerjakan, kalau saya bagian yang memotivasi orang lain saja, dst., ini menurut Yesus adalah bibit yang sama, yang perlu ditegur di dalam kehidupan kita, kehidupan saudara dan saya, yang mempunyai jiwa seperti ahli Taurat ini. Bukan berarti orang yang belajar kecenderungannya seperti ini, tidak ada keharusan mutlak, tapi yang pasti memang ada kecenderungan seperti ini, orang-orang yang belajar, orang-orang yang mengetahui, dsb., lalu itu menjadi satu kompensasi untuk mereka tidak melakukan. Orang yang mempelajari, mempelajari, lalu mengatakan excuse, saya kan sudah belajar, waktu saya sudah habis untuk belajar, jadi saya tidak harus melakukan lagi, kan saya sudah melakukan tanggung jawab observasi, yang atur harus orang lain, yang memindahkan kursinya ya orang lain, saya kan sudah melihat bahwa kursinya miring, jadi yang melihat itu kan saya, ya orang lain yang harus memindahkan kursinya, karena saya yang observasi, saya yang melihat. Orang seperti ini sangat menjengkelkan, kenapa? Karena dia tidak tertarik untuk menyentuh, bahkan dengan satu jari pun, saya bukan sinis dengan para akademis, para observator, bukan. Tetapi kecenderungan seperti ini memang ada, orang-orang yang hanya observe, kritik, analisa, itu memang tugas yang penting, itu bukan nothing, itu perlu, kita perlu orang-orang seperti itu. Tapi dia tidak tertarik untuk melakukan apa-apa, dia hanya observe saja, lalu dia menyuruh orang lain yang kerja, kalau bisa saya tidak luka. Para ahli Taurat tidak tertarik menyentuh beban, bahkan dengan satu jari pun. Tetapi ini bukan satu-satunya problem, menurut Yesus ada problem yang lain lagi, yaitu bagaimana mereka menghias, membangun, mendekorasi makam nabi-nabi yang sebetulnya telah dibunuh oleh nenek moyang mereka. Ini prinsip apa? Nenek moyang membunuh nabi-nabi itu, ini generasi lain yang juga tidak berbeda, bukan berarti alkitab sedang mengatakan, bahwa dosa dari nenek moyang itu turun terus loh…, itu harus dibereskan, seperti di dalam teologi tertentu, karena ada yang percaya seperti itu kan? Sampai perlu pelepasan kutuklah dsb., sebetulnya tidak usah Perjanjian Baru, dalam Perjanjian Lama pun kita sudah membaca ada relativisasi dari pada prinsip itu. Kalau kita membaca di dalam kitab nabi besar, Tuhan sendiri mengatakan dengan nada yang agak jengkel, seperti orang-orang Israel melakukan kalimat-kalimat sindiran waktu mereka di dalam zaman pembuangan, lalu mereka mengatakan, dosa-dosa nenek moyang itu, yang tidak menyembah Yahwe, itu mereka, kita yang terkena ke pembuangan, apa-apan ini? Lalu Tuhan marah sekali dan mengucapkan firman melalui salah satu nabi, dikatakan, kamu jangan mengucapkan kalimat seperti itu, tidak ada seperti itu, tidak ada dosa orang tua, lalu kamu yang bertanggung jawab, sesungguhnya orang bertanggung jawab atas dosanya masing-masing. Bagian ini sudah muncul di dalam Perjanjian Lama, kita percaya Yesus tidak mungkin berpikir seperti ini, karena akan berbenturan dengan apa yang sudah disaksikan di dalam kita nabi-nabi yaitu bahwa setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri dan bukan perbuatan nenek moyang. Tetapi kenapa di sini dikatakan, nenek moyangmu yang telah membunuh mereka? Ini bukan karena mereka bertanggung jawab terhadap dosa nenek moyang yang telah membunuh para nabi, bukan, tetapi dalam pengertian bahwa orang-orang yang hidup dalam zaman Yesus ini sebenarnya tidak melakukan yang berbeda dengan nenek moyang mereka, sebetunya sama. Karena Yesus juga datang sebagai Nabi, Imam dan Raja, tetapi mereka tolak kan, di dalam hal ini sebetulnya mereka melakukan sesuatu yang sama dengan nenek moyang mereka. Seperti nenek moyang mereka menolak nabi-nabi dan bahkan membunuh mereka, demikian juga Yesus, ditolak dan akhirnya juga dibunuh. Tetapi di sini apa yang terjadi? Oh…mereka menghiasi makam nabinabi, seperti mau berkata, aduh… nenek moyang kita memang tidak mengerti, mereka kurang bisa menghargai nabinabi seperti kita, kita orang-orang yang lebih rightious, lebih tahu bagaimana menghargai, tidak seperti mereka itu, mereka salah, kita tidak seperti mereka, coba lihat, kita membangun makam nabi-nabi. Ironisnya, mereka membunuh GRII KG 686/725 (hal 3) Nabi yang sedang ada di dalam zaman mereka, tetapi menghias makam nabinabi yang sudah lewat, ini terjadi terus di dalam kehidupan manusia. Seringkali kita mengenang apa yang baik itu ada dibelakang, ada seorang pria yang menikah, setelah istrinya mati, lalu dia menikah lagi, setelah menikah dia baru sadar bahwa istri yang pertama lebih baik dari pada istri yang kedua. Lalu dia mulai tidak puas dengan istri yang kedua itu, akhirnya istri yang kedua itu mati lagi, dan menikah lagi dengan istri yang ketiga, dia baru sadar bahwa istri yang kedua masih lebih baik juga dari istri yang ketiga ini. Yah beginilah orang yang tidak bisa menghargai, menghargai selalu yang sudah lewat, menghargai sesuatu yang sudah tidak ada, lalu berkata, ya memang nenek moyang kita tidak tahu menghargai orang-orang yang penting, orang-orang yang diberkati Tuhan, kita tidak seperti itu. Seandainya saja nabi-nabi itu hidup di zaman saya, pasti kita akan menyambut mereka, kita akan menghargai, kita akan mendengarkan pengajaran mereka, ternyata kenyataannya tidak seperti itu. Yesus ada di tengah-tengah mereka juga tidak digubris, bukan hanya tidak digubris, malah mau dibunuh kalau bisa. Jadi di dalam satu keadaan yang sama, tidak mendengarkan, tidak menghargai dan juga tidak menempatkan diri mereka sebagai orang-orang yang perlu untuk dilayani oleh nabi-nabi ini. Tetapi sekali lagi, ironisnya adalah mereka berusaha menghias itu kan, kalau boleh kita katakan, ini semacam kemunafikan, menghias makam nabi-nabi untuk menutupi sikap hati mereka yang tidak mau menerima Yesus pada saat itu. Maka Yesus mengatakan, kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu dengan melakukan itu. Kalau memang kamu tidak berbagian di dalam perbuatan nenek moyangmu, seharusnya hal itu tidak perlu, bukan berarti kita terlantarkan makam dari nabi-nabi dari zaman dulu, bukan itu maksudnya. Tetapi kenapa itu terjadi, ini kan dari adanya perasaan bersalah, sangat menarik waktu saya mengobservasi bagian ini, saya bandingkan dengan diri saya sendiri, kok tidak ada ya, memang kita kurang ada jiwa nasionalis kali ya, tetapi orang-orang di Jerman, generasi yang tidak tahu apa-apa tentang dosadosa nenek moyang, mereka hanya keturunan dari para nazi, tetapi mereka juga bisa ada perasaan bersalah. Ada beban mental sebagai orang Jerman yang merasa bahwa kita ini sudah salah waktu dulu berbagian di dalam masa lampau yang buruk seperti itu yang disebut holocaust, itu penyiksaan, pembunuhan orang-orang Yahudi dst., lalu mereka merasa seperti ada keterkaitan dengan nenek moyang mereka. Saya sedikit membandingkan dengan kehidupan kita, kalau seandainya nenek moyang kita dulu, katakanlah lima generasi di atas, melakukan suatu tindakan yang vatal sekali, kita akan merasa bersalah atau tidak ya? Tetapi waktu ada perasaan bersalah, lalu menyelidiki lagi, mengapa perlu merasa bersalah? Atau jangan-jangan jiwanya memang mirip juga kali ya? Atau masih ada kaitan juga kali ya? Kalau tidak ada kaitan, itu kan urusan mereka, saya kan tidak melakukan itu. Kalau kita tidak terlalu berbeda dalam sikap hati atau bahkan hanya tidak terlalu berbeda, malahan sama dengan nenek moyang, ya akhirnya begini jadinya, ya untuk apa penyesalanpenyesalan seperti ini? Nenek moyang kita membunuh, wah ini salah, kita harus cabut pisaunya lalu buat kuburan yang bagus, yang megah, ya Yesus mengatakan, kamu hanya membuktikan bahwa kamu membenarkan perbuatan nenek moyangmu, kamu mau menyatakan bahwa kamu sama dengan nenek moyangmu. Kalau kamu tidak sama, tidak usah feel connected seperti itu, tidak perlu seperti itu. Justru dengan kamu berusaha melakukan satu pertobatan-pertobatan, itu mau menyatakan bahwa kamu sendiri sedang berbagian di dalam dosa-dosa yang seperti itu, makanya kamu guilty feeling dan akhirnya mengerjakan ini, menghias makam dst. Semacam kompensasi spiritualitas, gagal dan tidak mau bertobat, memelihara dosa tertentu yang tidak mau dilepaskan, lalu terus kompensasi di dalam kebaikan yang lain, misalnya membangun makam yang indah. Tidak mau bertobat di dalam dosa tertentu, lalu saya susah melepaskan, oh… tapi saya ada kebaikan-kebaikan loh, ini seharusnya kalau ditimbang, ditimbang yang satu berat satu, digigit yang satu begitu kan ya? Kalau ditimbang, ini lebih berat dari pada yang ini, yang ini tidak terlalu berat, seperti perbuatan baik saya, seperti keagamaan saya, seperti kesalehan saya, kompensasi, tetapi tidak ada pertobatan di dalamnya. Seperti ahli Taurat ini, mereka membangun, menghias makam nabinabi, tetapi mereka tatap tidak bertobat, sampai mereka juga membunuh Nabi, Yesus, yang pada saat itu sedang ada bersama dengan mereka. GRII KG 686/725 (hal 4) Yesus mengatakan, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan. Kalimat ini juga agak sulit, tetapi sebenarnya tidak sulit juga untuk dimengerti, kenapa? Sulit karena dikatakan, bagaimana mungkin darah semua nabi dituntut kepada mereka, ini kan mereka tidak se-zaman, mana mungkin bisa dipersalahkan seperti ini. Tetapi kenapa dikatakan seperti ini, semua darah nabi dituntut dari angkatan yang ini? Karena semua nabi itu menunjuk kepada Yesus Kristus, Yesus Kristus yang mereka tolak, maka ini seperti membubarkan semua pelayanan nubuatan firman yang diucapkan oleh para nabi zaman dahulu yang sudah menunjuk kepada Yesus Kristus, itu dibuat zero, nothing, kosong, tidak ada artinya dst. Karena mereka semua menunjuk pada Yesus Kristus dan Yesus Kristus sendiri mereka tolak, maka di sini dikatakan, darah dari semua nabi yang tertumpah sejak dunia dijadikan (maksudnya: menunjuk kepadaKu), itu akan dituntut kepada angkatan ini, karena ini penggenapannya sekarang sudah terjadi, kulminasinya, puncaknya itu ada di sini dan kamu menolak. Ini sama dengan menggeser, menganggap kosong, menganggap sepi semua pemberitaan yang sudah dilakukan oleh nabi-nabi pada zaman dahulu. Di sini kita melihat ada kaitan, poinnya bukan hanya komunal, tetapi juga bisa historikal, alkitab itu limpah sekali waktu membicarakan hal-hal seperti ini. Kita tidak biasa dengan cara berpikir seperti ini, kenapa? Karena kita terlalu biasa berpikir individualis, saya ya saya, kamu ya kamu, begitu kan? Kalau saya menolak Yesus jangan membawabawa yang lain dong, bawa-bawa nabi lah, bawa orang tuanya lah, dsb., anak kecil kan seperti itu, kalau berantem ya hanya saya dengan kamu saja, tidak usah bawa-bawa yang lain. Kalau kamu kecewa ya kecewa sama kita-kita saja, tidak usah pakai nabi lah dsb., ini bukan memakai beking-bekingan, tapi karena ada kaitan, ini adalah salvation history, sejarah keselamatan. Sebenarnya persoalan bidat itu dimana sih? Bidat itu tidak ada kaitan sama sejarah, mereka mengeluarkan satu statement yang tidak pernah ada di dalam sejarah, mereka menganggap semua orang yang di dalam zaman lampau itu orang-orang bodoh, Calvin, Luther dll. semua orang-orang bodoh yang tidak bisa mengerti alkitab. Hal seperti ini menjadi persoalan, kenapa? Karena tidak ada persekutuan orangorang kudus, yang ada adalah persekutuan dengan aku, aku dan Yesusku, lalu saya keluarkan satu statement teologis yang tidak pernah ada di dalam sejarah. Yang bahkan berbenturan, yang melawan, padahal di sejarah sudah dianggap bahwa itu bidat, tetapi saya mengatakan itu sebagai sesuatu yang benar, nah ini menakutkan, tidak melihat kaitan dengan pekerjaan Tuhan. Salvation history yang sudah terjadi pada masa lampau, Yesus mengatakan ini, darah seluruh nabi akan dituntut kepada angkatan ini, karena ada kaitan antara eksistensi Yesus pada saat itu dengan pemberitaan semua nabi yang sudah mendahului itu, ini bukan Yesus seorang diri. Kalau pun Yesus Tuhan, tapi Yesus di sini tidak memakai argumentasi keIlahianNya, tidak, Dia memakai argumentasi salvation history, ini adalah satu rencana Allah yang sudah sejak dari dahulu. Seperti tongkat estafet, satu orang menyerahkan kepada orang berikutnya, orang berikutnya menanggung beban siapa ya? Ya beban orang-orang yang sudah lari mendahului dia sebelumnya, wah jangan sampai saya kalah, karena kalau kalah akan menyusahkan empat orang dibelakang saya, mereka harusnya sudah menang, gara-gara saya malah jadi kalah, itu beban history, beban masa lampau dibebankan kepada kita. kalau bagian ini tidak ada, kalau tidak hidup di dalam kehidupan kita, ada sesautu yang missing, yang hilang di dalam spiritualitas kekristenan. Sayangnya adalah kita mungkin lebih mengerti bagian ini di dalam tanggung jawab keluarga, tetapi bukan sebagai gereja. Oh papa saya sudah susah sekali bekerja sampai saya bisa sekolah, saya harus melanjutkan pekerjaan keluarga, jangan sampai bangkrut, karena ini adalah usaha keluarga dari sejak empat generasi lalu, jangan sampai ditangan saya jadi kacau. Tetapi bagaimana di dalam perspektif gerejawi? Kita mengemban tongkat estafet yang sudah pernah diteruskan Luther kepada para penerusnya, dipegang Calvin dst., lalu ada orangorang seperti John Knox dll., lalu sekarang kena di dalam tangan kita, ini bagaimana? Ini beban yang Tuhan percayakan kepada kita, kita harus bertanggung jawab, kita bukan tidak berdiri di atas tradisi, seperti orang seringkali mengatakan, kita bisa melihat karena kita simply standing atau duduk dibahunya raksasa, kamu jangan sok, merasa oh… dengan teologi saya, saya bisa mengobservasi, bisa menganalisa, itu simply karena kita standing di GRII KG 686/725 (hal 1) Ekspositori Injil Lukas (15) Ekspositori Injil Lukas (15) bahunya raksasa dan giant-nya adalah seperti John Calvin, Luther dll. lalu kita melihat dari situ, makanya kita bisa melihat seperti visinya begitu jelas sekali. Jangan lupa, kita bertanggung jawab, yang paling dekat adalah bertanggung jawab dengan apa yang sudah dimulai oleh Tuhan melalui hambaNya Pdt. Stphen Tong. Kita sudah diberikan tongkat estafet, lalu bagaimana dengan kita? Kita harus meneruskan beban, bahkan bukan dari satu orang saja, tapi beban yang dipercayakan dari trasdisi yang sudah lampau, bagaimana kita menjalankan? Ini satu encouragement, bukan satu discouragement, bukan sesuatu yang menakut-nakuti, bukan, tapi kalau pun harus memakai istilah takut, supaya menjadikan kita takut dan gentar dihadapan Tuhan. Kembali ke poin ini, Yesus mengatakan, darah semua nabi akan dituntut dari angkatan ini karena mereka menolak Yesus Kristus yang bukan hanya memegang salah satu tongkat estafet, bahkan semua tongkat yang pernah ada di dalam sejarah, sekarang ada di tangan Yesus dan Yesus mereka tolak. Yang terakhir, poin bahwa ahli-ahli Taurat ini mengambil kunci pengetahuan, mereka sendiri tidak masuk ke dalamnya karena kunci pengetahuan itu diambil. Mereka menolak untuk membuka pintu pengetahuan itu yaitu Yesus sendiri, tetapi bukan hanya itu, orang-orang ini juga berusaha untuk menghalanghalangi orang yang mau masuk ke dalamnya. Ini typical, orang yang menolak, membenci, seseorang itu berusaha untuk menghalang-halangi orang lain itu juga berusaha untuk ditularkan. Kita bisa melihat hal seperti ini mulai dari anak-anak, anak-anak itu kan kelompokan, kalau satu anak itu tadinya akrab, begitu tidak senang sama satu orang, dia akan mengajak kelompoknya juga untuk tidak senang dengan dia, begitu kan ya? Dari mulai anak-anak sudah seperti itu, itu jiwa ahli Taurat, kita kan jarang mendengar kalimat ini, saya sih tidak setuju dengan dia, menurut saya teorinya salah, tapi kalau untuk kamu ya silahkan saja, kalau mau dengar ya dengar saja. Saya tidak senang banget sama dia, yang diajarkannya salah, orang itu kacau, tapi kalau kamu ya silahkan selidiki sendiri, ya jarang ada orang seperti ini. Biasanya kalau satu orang sudah tidak senang dengan orang lain, dia akan mempengaruhi yang lain untuk tidak senang juga dengan orang yang dia tidak senang. Mungkin kita tidak senang dengan orang lain, lalu kita sharing tetang Kristus, sharing tentang sesuatu yang lain, sharing tentang emosi kita yang negatif tentang orang itu, lalu mengajak orang tersebut juga untuk tidak senang dengan orang itu. Kita berusaha untuk menjadikan diri sebagai pusat, sebagai standar, nah ini dosa yang besar sekali waktu ahli Taurat ini yang bukan saja menolak Kristus, tetapi mengencourage orang untuk juga menolak Kristus, menghalang-halangi. Ada orang yang mungkin hatinya lebih tulus dari pada mereka mau datang kepada Yesus, tetapi dihalang-halangi, mengapa? Karena mereka tidak senang dengan Yesus, mereka tidak bisa menerima Yesus Kristus lalu berusaha untuk menghalanghalangi orang yang juga datang kepada Yesus Kristus. Wah luar biasa dosa seperti ini. Coba perhatikan pergumulan kita waktu menginjili, kalau kita kurang terlibat di dalam penginjilan, kita kurang tahu bagian seperti ini. Waktu menginjili, ada orang yang tidak senang dengan apa yang kita lakukan, bukan hanya dia yang tidak senang, dia juga akan berusaha menghasut gereja-gereja yang lain untuk tidak senang, supaya pelayanan kita tidak diterima sama sekali. Bukan karena kitanya, tetapi ini kan satu pemberitaan injil, kita mau motivasi apa, ini kan sebetulnya proyek rugi, kan tidak ada keuntungan ketika kita melakukan ini, kecuali memang betul-betul untuk Tuhan dan demi orang-orang yang masih jauh dari pada Tuhan. Tetapi ada orang-orang yang tidak melihat hal ini, lalu terus menghalangi, mereka sendiri tidak setuju, tetapi menghalangi orangorang yang mau setuju, menghasut. Waktu kita melakukan pekerjaan Tuhan, ada orang yang melawan, ini adalah realita Kerajaan Allah, Kerajaan Allah bukan yang steril, bukan, ada benih yang jahat juga masuk di dalam Kerajaan Allah, bahkan setan juga memiliki ketaatan, perseverance, tapi bukan perseverance yang kudus, ketaatan setan. Menurut Yesus inilah gambaran Kerajaan Allah dan Yesus membiarkan sama-sama tumbuh, ada orang yang tidak sabar, dicabut saja, ini kan benih yang tidak karuan, semakin cepat dicabut semakin baik, supaya tidak menghalangi pertumbuhan dari pada benih yang kudus, Yesus bilang, tidak. Biarkan GRII KG 686/725 (hal 2) keduanya bertumbuh sampai satu saat betul-betul masak semuanya lalu terus ditebang oleh malaikat maut itu, biar dia menyelesaikan semuanya, wah ini menakutkan. Dalam bagian terakhir, saudara dan saya waktu kita mengerjakan pekerjaan Tuhan, ada orang-orang yang akan melawan, ya kita harus siap-siap, orang yang melawan juga akan menghasut orang yang lain juga untuk ikut melawan. Ini bukan berarti segala sesuatu yang kita kerjakan pasti pekerjaan Tuhan, bukan, tetapi yang saya katakan adalah bahwa waktu kita terlibat di dalam pekerjaan Tuhan, akan ada kesulitan-kesulitan seperti itu. Justru dari teguran berani yang dikatakan Yesus, Yesus justru mempersulit diriNya sendiri dari sejak saat itu atau sejak saat itu orang-orang semakin mengintai, membanjiriNya dengan rupa-rupa soal, supaya suatu saat nanti bisa menangkap dan membunuh Yesus. Kiranya Tuhan memberkati kita. Amin. Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS) GRII KG 686/725 (hal 3)