Tinjauan Pustaka Penyakit kelenjar saliva dan peran sialoendoskopi untuk diagnostik dan terapi Susyana Tamin, Duhita Yassi Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta - Indonesia ABSTRAK Latar belakang: Kelenjar saliva manusia tidak lepas dari gangguan penyakit. Beberapa alat telah ditemukan untuk diagnosis penyakit ini dan dengan semakin berkembangnya teknologi, sangat diharapkan berkembang pula alat diagnosis yang lebih baik. Tujuan: dengan tulisan ini diharapkan dapat memperluas wawasan terhadap perangkat diagnostik dan terapi pada penyakit kelenjar saliva. Tinjauan Pustaka: Kelenjar saliva manusia terdiri dari kelenjar saliva mayor dan minor yang berperan untuk memroduksi saliva. Sekresi kelenjar saliva merupakan suatu proses yang melibatkan sintesis sel dan transpor aktif. Penyakit kelenjar saliva juga berhubungan dengan proses sekresi. Sialoendoskopi dapat digunakan sebagai alat diagnostik maupun terapi pada penyakit kelenjar saliva. Sebagai alat terapi, sialoendoskopi dapat berperan pada fragmentasi dan ekstraksi batu serta dilatasi stenosis dan striktur. Kesimpulan: Sialoendoskopi memiliki keunggulan dalam diagnosis dan terapi penyakit kelenjar saliva, namun penggunaannya masih terbatas karena harganya yang mahal dan diperlukan operator yang trampil dan berpengalaman. Kata kunci: kelenjar saliva, penyakit kelenjar saliva, sialoendoskopi ABSTRACT Background: Human salivary glands could be prone to diseases. Special tools have been created to diagnose the disease of the glands and with the advancement of technology, better instruments were developed. Purpose: We present this literature review to share the knowledge of diagnostic and therapy in today’s management of salivary gland disease. Literature Review: Human salivary glands consisted of major and minor salivary glands which produce saliva. Salivary gland secretion is a process that involves cell synthesis and active transport. Salivary gland diseases are also associated with secretion process. Sialoendosopy can be use as diagnostic and therapeutics tool in salivary glands disease. As a therapeutic tool, sialoendoscopy has a role in stone fragmentation and extraction and also dilatation of stenosis and stricture. Conclusion: Sialoendscopy has many advantages in diagnosis and treatment of salivary gland disease, but its employment is still limited because of the high price and required skilled and experienced operator. Key words: salivary gland, salivary gland disease, sialoendoscopy 1 Alamat korespondensi: Susyana Tamin, Departemen THT FKUI-RSCM Jl. Diponegoro 71, Jakarta Pusat. E-mail: [email protected] PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Manusia memiliki kelenjar saliva yang terbagi menjadi kelenjar saliva mayor dan ANATOMI Kelenjar saliva mayor minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari sepasang kelenjar parotis, submandibula dan sublingual. Kelenjar saliva minor jumlahnya ratusan dan terletak di rongga mulut. Kelenjar saliva mayor berkembang pada minggu ke-6 sampai ke-8 kehidupan embrio dan berasal dari jaringan ektoderm. Gambar 1. Anatomi kelenjar saliva mayor Kelenjar saliva minor berasal dari jaringan ektoderm oral serta endoderm nasofaring dan membentuk sistem tubuloasiner sederhana.1,2 Kelenjar parotis Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang terbesar, terletak di regio berfungsi preaurikula dan berada dalam jaringan bermanfaat subkutis. Kelenjar ini memproduksi sekret untuk membantu pencernaan, mencegah yang sebagian besar berasal dari sel-sel mukosa dari kekeringan, memberikan asini. Kelenjar parotis terbagi oleh nervus perlindungan pada gigi terhadap karies fasialis menjadi kelenjar supraneural dan serta homeostasis. kelenjar infraneural. Kelenjar supraneural Kelenjar ini juga tidak terlepas dari ukurannya lebih besar daripada kelenjar penyakit. Penyakit yang mengenai kelenjar infraneural. Kelenjar parotis terletak pada saliva daerah triangular Kelenjar memproduksi saliva saliva yang mempertahankan kadang sulit dideteksi karena yang selain kelenjar strukturnya yang kecil. Saat ini teknologi parotis, terdapat pula pembuluh darah, semakin saraf, serta kelenjar limfatik.1 maju, dan alat untuk mendiagnosis penyakit ini pun semakin Produk dari kelenjar saliva disalurkan berkembang. Sialoendoskopi merupakan melalui duktus Stensen yang keluar dari salah satu alat diagnostik pilihan yang sebelah anterior kelenjar parotis, yaitu dapat digunakan pula sebagai sarana sekitar 1,5 cm di bawah zigoma. Duktus terapi.1,2 ini memiliki panjang sekitar 4-6 cm dan berjalan ke anterior menyilang muskulus 2 maseter, berputar medial dan inferior dan nervus lingualis di sebelah businator dan superior, kemudian berakhir dalam rongga berakhir dalam rongga mulut di seberang mulut di sebelah lateral frenulum lingual di molar kedua atas. Duktus ini berjalan dasar mulut.1,3 menembus ke muskulus bersama dengan nervus fasialis cabang bukal.1,2 Kelenjar sublingual Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva mayor yang paling kecil. Kelenjar submandibula merupakan Kelenjar ini berada di dalam mukosa di kelenjar saliva terbesar kedua setelah dasar mulut, dan terdiri dari sel-sel asini kelenjar parotis. Kelenjar ini menghasilkan yang mensekresi mukus. Kelenjar ini sekret mukoid maupun serosa, berada di berbatasan segitiga submandibula yang pada bagian muskulus genioglosus di bagian lateral, anterior dan sedangkan di bagian inferior dibatasi oleh Kelenjar submandibula posterior dibentuk oleh muskulus digastrikus dan inferior oleh dengan mandibula dan muskulus milohioid.1,3 mandibula. Kelenjar ini berada di medial dan inferior ramus mandibula dan berada di sekeliling milohioid, Kelenjar saliva minor sangat banyak membentuk huruf ”C” serta membentuk jumlahnya, berkisar antara 600 sampai lobus superfisial dan profunda.1 1000 kelenjar. Di antaranya ada yang Lobus muskulus Kelenjar saliva minor superfisial kelenjar memproduksi cairan mukoid, submandibula berada di ruang sublingual ataupun lateral. Lobus profunda berada di sebelah kelenjar memiliki duktus yang bermuara di inferior dan dalam rongga mulut. Kelenjar ini tersebar merupakan bagian yang terbesar dari di daerah bukal, labium, palatum, serta kelenjar. Kelenjar ini dilapisi oleh fasia lingual. Kelenjar ini juga bisa didapatkan leher dalam bagian superfisial. Sekret pada dialirkan melalui duktus Wharton yang (kelenjar Weber), pilar tonsilaris serta di keluar dari permukaan medial kelenjar dan pangkal lidah. Suplai darah berasal dari berjalan di antara muskulus milohioid. dan arteri di sekitar rongga mulut, begitu juga muskulus hioglosus menuju muskulus drainase kelenjar getah bening mengikuti genioglosus. Duktus ini memiliki panjang saluran limfatik di daerah rongga mulut.1 muskulus milohioid keduanya. serosa, kutub superior Masing-masing tonsil palatina kurang lebih 5 cm, berjalan bersama dengan nervus hipoglosus di sebelah 3 FISIOLOGI KELENJAR SALIVA saliva sehingga menghasilkan saliva yang Produksi Saliva encer. Kelenjar saliva berperan memproduksi Kelenjar persarafan parotis parasimpatis mendapat dari nervus saliva, dimulai dari proksimal oleh asinus glosofaringeus (n.IX). Kelenjar dan kemudian dimodifikasi di bagian distal submandibula dan oleh duktus. Kelenjar saliva memiliki unit mendapatkan persarafan parasimpatis dari sekresi yang terdiri dari asinus, tubulus korda timpani (cabang n. VII).1,2,3 sublingualis sekretori, dan duktus kolektivus. Sel-sel asini dan duktus proksimal dibentuk oleh sel-sel mioepitelial yang berperan untuk memproduksi sekret. Sel Sistem saraf simpatis Serabut saraf simpatis yang asini menginervasi kelenjar saliva berasal dari menghasilkan saliva yang akan dialirkan ganglion servikalis superior dan berjalan dari duktus interkalasi menuju duktus bersama dengan arteri yang mensuplai interlobulus, kemudian duktus intralobulus kelenjar saliva. Serabut saraf simpatis dan berakhir pada duktus kolektivus.1,3 berjalan bersama dengan arteri karotis Kelenjar submandibula dan parotis mempunyai tubuloasiner, pada kelenjar parotis, dan bersama arteri sedangkan kelenjar sublingual memiliki lingualis yang memberikan suplai darah ke sistem sekresi yang lebih sederhana. kelenjar Kelenjar parotis hanya memiliki sel-sel dengan arteri fasialis yang memperdarahi asini yang memproduksi sekret yang encer, kelenjar sedangkan kelenjar sublingual memiliki menstimulasi sel-sel asini mukus yang memproduksi menghasilkan sekret kental yang kaya sekret akan kandungan organik dan anorganik.1,3 yang sistem eksterna yang memberikan suplai darah lebih kental. Kelenjar submandibula, sublingualis. kelenjar serta bersama Saraf saliva ini untuk submandibula memiliki kedua jenis sel asini sehingga memproduksi sekret baik PENYAKIT KELENJAR SALIVA serosa maupun mukoid. Kelenjar saliva Inflamasi minor juga memiliki kedua jenis sel asini Parotitis yang memproduksi kedua jenis sekret.1,2 Parotitis merupakan penyakit infeksi pada kelenjar parotis akibat virus. Penyakit Inervasi autonom dan sekresi saliva Sistem saraf parasimpatis Sistem menyebabkan saraf stimulasi parasimpatis pada kelenjar ini merupakan penyebab edema kelenjar parotis yang paling sering. Kejadian parotitis saat ini berkurang karena adanya 4 vaksinasi. Insidens parotitis tertinggi pada pemeriksaan acid fast salivary stain dan anak-anak berusia antara 4-6 tahun. Onset purified proteine derivative skin test. penyakit ini diawali dengan adanya rasa Terapi terhadap penyakit ini sama dengan nyeri dan bengkak pada daerah sekitar terapi pada infeksi tuberkulosis akut.1,6 kelenjar parotis. Masa inkubasi berkisar antara 2 hingga 3 minggu. Gejala lainnya Sialadenitis supuratif akut Penyakit ini pertama kali dilaporkan berupa demam, malaise, mialgia, serta sakit kepala.1 pada tahun 1828. Sebagian besar penyakit ini terkadang Penyakit infeksi virus lainnya Penyakit kelenjar melibatkan saliva dapat juga submandibula. kelenjar parotis, melibatkan dan kelenjar Seringnya terjadi infeksi keterlibatan kelenjar parotis dibandingkan cytomegalovirus, yang sering terjadi pada dengan kelenjar saliva lainnya disebabkan bayi baru lahir dan dapat menyebabkan karena aktivitas bakteriostatis pada kelenjar mental retardasi serta kelainan fisik, parotis lebih rendah dibandingkan pada hepatosplenomegali, kelenjar saliva lainnya.1,4 disebabkan oleh adanya ikterik, dan trombositopenia purpura. Virus lain yang Kemungkinan penyakit ini disebabkan dapat menginfeksi kelenjar saliva bisa karena adanya stasis saliva, akibat adanya berupa Coxackievirus A, Echovirus, virus obstruksi atau berkurangnya produksi Lymphocytic saliva. Faktor predisposisi lain terjadinya chorimeningitis. Terapi pada penyakit penyakit ini adalah striktur duktus atau yang disebabkan karena infeksi virus kalkuli. Berkurangnya produksi kelenjar berupa terapi simtomatis.1 saliva bisa disebabkan karena konsumsi Influenza A serta virus beberapa obat. Pasien pasca operasi juga Tuberkulosis primer kelenjar saliva Penyakit ini biasanya unilateral. Kelenjar saliva yang paling sering terkena dapat menderita penyakit ini akibat produksi saliva yang kurang yang diikuti dengan higiene oral yang buruk.1,5,7 Kebanyakan Gejala yang sering dirasakan pada penyakit ini merupakan penyebaran dari penderita penyakit ini adalah adanya fokus infeksi tuberkulosis pada tonsil atau pembengkakan yang disertai dengan rasa gigi. Penyakit ini biasanya terlihat dalam nyeri. Bisa didapatkan adanya saliva yang dua jenis yaitu dalam bentuk lesi inflamasi purulen pada orifisium duktus saliva, yang akut atau lesi berbentuk tumor yang mudah kronis. pemijatan di sekitar kelenjar. adalah kelenjar Diagnosis parotis. ditegakkan dengan didapatkan dengan sedikit 5 Organisme penyebab infeksi dapat berupa terdapatnya batu pada kelenjar aureus, submandibula lebih besar dibandingkan Streptococcus pneumonia, Eschericia coli, dengan kelenjar saliva lainnya, yaitu serta Haemophylus influenzae. Bakteri sekitar 80%. anaerob penyebab yang paling sering kelenjar parotis, dan 1% terjadi pada adalah Bacteroides melaninogenicus dan kelenjar sublingualis. Salah satu penyakit Streptocccus micros.1,4,5 sistemik Staphylococcus yang Juga 20% terjadi pada bisa menyebabkan Terapi pertama yang harus dilakukan terbentuknya batu adalah penyakit gout, adalah hidrasi secara adekuat, perbaikan dengan batu yang terbentuk mengandung higiene oral, pemijatan secara berulang asam urat. Kebanyakan, batu pada kelenjar pada serta saliva mengandung kalsium fosfat, sedikit antibiotik intravena. Pemberian antibiotik mengandung magnesium, amonium dan secara empiris perlu dilakukan sambil karbonat. Batu kelenjar saliva juga dapat menunggu hasil kultur resistensi.1,4,10 berupa matriks organik, yang mengandung daerah sekitar kelenjar, campuran antara karbohidrat dan asam Sialadenitis kronis amino.1,6 Etiologi dari sialadenitis kronis adalah Duktus pada kelenjar submandibula sekresi saliva yang sedikit dan adanya lebih mudah mengalami pembentukan batu stasis saliva. Kelainan ini lebih sering karena saliva yang terbentuk lebih bersifat terjadi pada kelenjar parotis. Beberapa alkali, memiliki konsentrasi kalsium dan pasien kronis fosfat yang tinggi, serta kandungan sekret merupakan rekurensi dari parotitis yang yang mukoid. Disamping itu, duktus diderita saat masih kecil. Sebagian besar kelenjar submandibula ukurannya lebih penderita menunjukkan adanya kerusakan panjang, yang yang tergantung gravitasi. Batu pada kelenjar disebabkan infeksi supuratif akut. Penyakit submandiula biasanya terjadi di dalam ini terjadinya duktus, sedangkan batu pada kelenjar sialektasis, ductal ectasia, serta destruksi parotis lebih sering terbentuk di hilum atau asinar yang progresif.1,6,10,22 di dalam parenkim. Gejala yang dirasakan dengan permanen dapat sialadenitis pada kelenjar memudahkan Salah satu penyakit pada kelenjar kelenjar aliran sekretnya tidak pasien adalah terdapat bengkak yang Sialolitiasis saliva dan adalah terdapatnya saliva. Angka batu pada kejadian hilang timbul disertai dengan rasa nyeri. Dapat teraba batu pada kelenjar yang terlibat.1,12,16,22 6 yang ada meliputi rasa terbakar pada Sarkoidosis Sarkoidosis merupakan penyakit granulomatosa dengan etiologi yang belum jelas. Secara klinis, manifestasi penyakit ini ke kelenjar saliva hanya sekitar 6%, namun secara histologi, keterlibatan pada kelenjar saliva dapat mencapai 33%. Salah mulut, rasa ada pasir pada mata, xerostomia, pembengkakan pada kelenjar saliva (pada tipe primer terjadi sekitar 80% dan pada tipe sekunder antara 30-40%). Pembengkakan bisa terjadi secara intermiten ataupun permanen.1 satu contoh dari penyakit ini adalah sindroma Heerfordt dengan gejala berupa uveitis, pembesaran kelenjar parotis, serta paralisis fasialis. Gejala awal yang dialami dapat berupa demam, malaise, kelemahan, mual, serta keringat di malam hari.1 Sialadenosis Kelainan ini merupakan istilah nonspesifik untuk mendeskripsikan suatu pembesaran kelenjar saliva yang bukan merupakan reaksi inflamasi neoplasma. Patofisiologi maupun penyakit ini Penyakit autoimun masih belum jelas. Pembesaran kelenjar Sindroma Sjogren saliva biasanya terjadi asimtomatik. Pada Sindroma Sjogren dapat ditandai penderita obesitas dapat terjadi dengan adanya destruksi kelenjar eksokrin pembengkakan kelenjar parotis bilateral yang dimediasi oleh limfosit. Hal ini karena hipertrofi lemak. Namun perlu menyebabkan terjadinya xerostomia dan dilakukan keratokonjuntivitis metabolik sika. Penyakit ini pemeriksaan yang endokrin lengkap dan sebelum yang menegakkan diagnosis tersebut karena rematoid. obesitas dapat berkaitan dengan berbagai Sembilan puluh persen sindrom ini terjadi macam penyakit seperti diabetes melitus, pada wanita dewasa namun dapat juga hipertensi, hiperlipidemia dan menopause.1 merupakan terbanyak diderita penyakit setelah oleh autoimun artritis anak-anak. Kebanyakan penderita berusia sekitar 50 tahun. Sindroma ini diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu primer dan sekunder. Pada tipe DIAGNOSIS Pemeriksaan Radiologis Sialografi primer, penyakit ini hanya melibatkan kelenjar eksokrin saja, sedangkan pada tipe sekunder berhubungan dengan penyakit autoimun seperti rematoid artritis. Gejala Sialografi merupakan pemeriksaan untuk melihat kondisi duktus dengan menggunakan kontras. Dengan 7 pemeriksaan dapat adanya iregularitas pada dinding duktus mengidentifikasi adanya iregularitas pada dengan melihat adanya penebalan dan dinding duktus, identifikasi adanya polip, penyangatan pada dinding duktus. Pada mucous plug atau fibrin, serta area obstruksi yang disebabkan karena batu, granulomatosa. Selain itu dapat pula kalsifikasi dapat dilihat berupa masa diidentifikasi hiperdens obstruksi ini kita adanya duktus kemungkinan maupun tanpa penyangatan pada stenosis. pemeriksaan tomografi komputer. Adanya Pemeriksaan dimulai dengan melakukan penyangatan dapat merupakan indikasi identifikasi terhadap duktus Stensen dan adanya obstruksi sialodenitis akut.3 Wharton. Langkah selanjutnya adalah dilakukan dilatasi duktus. Saat dilatasi duktus sudah maksimal, maka dapat dimasukkan kateter pemeriksaan sialografi Pemeriksaan ini merupakan kombinasi Pada antara pemeriksaan sialografi dengan digunakan menggunakan kontras dan pemeriksaan sialografi. ini Sialografi tomografi komputer kontras, yang bisa berupa etiodol atau tomografi sinografin.3,11 dilakukan dengan memasukkan kateter Sialografi dapat memberikan pada komputer. duktus, Pemeriksaan kemudian pemandangan yang jelas pada duktus dengan secara keseluruhan dan dapat memberikan pemeriksaan informasi mengenai area yang tidak dapat Pemeriksaan dijangkau dengan sialoendoskop, misalnya mengevaluasi parenkim secara detail.3,14 pada area di belakang lekukan yang tajam dan striktur. Kekurangan dari pemeriksaan kontras, mengisinya Magnetic lalu dilakukan tomografi komputer. ini digunakan resonance imaging untuk dan magnetic resonance sialography sialografi adalah paparan radiasi dan hasil positif palsu pada pemeriksaan batu karena Pemeriksaan dengan MRI juga dapat adanya air bubble (gelembung udara).2,13,23 mengidentifikasi adanya kelainan pada kelenjar saliva. Dengan pemeriksaan ini Tomografi komputer akan tampak perbedaan antara struktur Pemeriksaan ini merupakan salah satu duktus dan parenkim. Pemeriksaan pilihan untuk mengevaluasi sistem duktus Magnetic Resonance Sialography dapat dan digunakan untuk mengidentifikasi struktur parenkim pada kelenjar saliva. Identifikasi dapat dilakukan pada potongan duktus pada kelenjar aksial, koronal maupun sagital. Dengan submandibula dengan pemeriksaan ini dapat parotis dan melakukan diidentifikasi 8 sialografi dengan menggunakan kontras dengan alat ini tidak dapat memberikan Magnetic Resonance.3,14,23 informasi yang cukup jelas mengenai diameter bagian distal obstruksi sehingga Ultrasonografi sulit memastikan apakah duktusnya cukup Dalam mendiagnosis kelainan pada kelenjar saliva pemeriksaan resolusi terkadang diperlukan ultrasonografi tinggi. ultrasonografi dengan Pemeriksaan lebar dan lurus sehingga memungkinkan masuknya instrumen pada endoskopi terapeutik.1 dengan bermanfaat dalam mengidentifikasi massa dan membedakan konsistensi massa tersebut, apakah padat atau kistik. Ultrasonografi yang digunakan SIALOENDOSKOPI Sialoendoskopi diagnostik Pada penanganan pasien dengan pada pemeriksaan kelenjar saliva adalah kecurigaan obstruksi kelenjar saliva harus ultrasonografi transduser dilakukan beresolusi tinggi, yaitu 7,5-10,0 MHz. Biasanya Pada kasus abses atau massa kistik pembengkakan pada kelenjar saliva akan kelenjar mengalami dengan saliva terkadang dilakukan anamnesis secara pada seksama. pasien dengan kesulitan dalam asupan Pada pemeriksaan aspirasi jarum halus. Pada kasus ini, makanannya. ultrasonografi dapat dimanfaatkan untuk dilakukan inspeksi dan palpasi. Pada menjadi kebanyakan kasus, perencanaan terapi panduan dalam aspirasi. Pemeriksaan ultrasonografi juga penting pada dilakukan untuk melihat adanya kelokan ditentukan atau cabang-cabang duktus, yang bisa melakukan anamnesis yang baik dan menimbulkan komplikasi pada proses pemeriksaan ultrasonografi.2,13,23 obstruksi.3,14 kelainan Ada Kekurangan pada pemeriksaan dengan kelenjar dengan beberapa saliva fisik terlebih hal dapat dahulu yang perlu diperhatikan terkait dengan perencanaan ultrasonografi adalah, alat ini tidak dapat terapi, memvisualisasi secara nonechoic dan striktur sulit dibedakan, keseluruhan. Pada penegakan kelainan sehingga perlu dilakukan sialoendoskopi obstruksi kelenjar saliva menggunakan untuk ultrasonografi untuk bermanfaat dalam menentukan ukuran batu menentukan ukuran batu secara tiga secara tiga dimensi begitu juga dengan dimensi begitu juga dengan struktur struktur stenosisnya. Selain itu, penting stenosisnya. juga untuk mengetahui diameter bagian kelenjar sering Selain itu, saliva sulit pemeriksaan antara lain memastikan pada dugaan. batu Alat yang ini 9 distal obstruksi untuk memastikan bahwa keluhan pasien dan komplikasinya, posisi, duktusnya cukup lebar dan lurus sehingga ukuran serta jumlah batu, serta diameter memungkinkan duktus di antara batu dan papila.4 untuk masuknya instrumen. Penting juga untuk mengetahui Ada beberapa parameter yang harus apakah fragmen yang dihasilkan dari dipenuhi litotripsi gelombang extracorporeal mudah menggunakan sialoendoskopi. Diameter dikeluarkan duktus submandibula dan parotis yang oleh saliva dari duktus. untuk normal untuk melihat kondisi patologi duktus penyempitan sekitar 0,5 mm pada papila. secara Diameter rata-rata batu bervariasi antara 3- sialoendoskopi mengubah Pemeriksaan memungkinkan dari tindakan untuk 8 mm. Apabila 1,5 mm dengan Sialoendoskopi memungkinkan pemeriksa langsung. sekitar terapi digunakan dengan teknik diagnostik fragmentasi, maka diameter maksimal batu menjadi tindakan terapeutik seketika itu tidak boleh lebih dari 150% dari diameter juga.2,13,23 duktus anterior dan diameter absolutnya tidak melebihi 3-5 mm untuk duktus Sialoendoskopi terapeutik Sialoendoskopi berperan Stensen dan 4-7 mm untuk duktus dalam Wharton. Kemungkinan pengeluaran batu memutus siklus inflamasi dengan dua cara, yang melekat pada duktus akan lebih sulit yaitu melalui dilatasi duktus saat insersi daripada batu yang mobile. Aplikasi baru endoskop serta membersihkan debris di pada batu kelenjar saliva adalah dengan dalam duktus dengan irigasi. menentukan lokalisasi batu menggunakan skin transillumination.4 Fragmentasi dan ekstraksi batu Obstruksi kelenjar sering memerlukan perlengkapan seperti forsep, disebabkan oleh sialolitiasis. Tujuan dari grasper, suction, basket serta balon. terapi Fragmentasi pada saliva Endoskopi pada penanganan batu sialolitiasis adalah dapat dilakukan dengan pengambilan batu secara keseluruhan. menggunakan forsep, bor, serta laser. Teknik endoskopi merupakan salah satu Suction digunakan untuk mengeluaran cara penatalaksanannya. fragmen batu yang tipis. Balon juga Dimungkinkan juga untuk dilakukan terapi digunakan untuk mengeluarkan batu yang kombinasi (multimodal therapy). Perlu kecil informasi yang cukup dalam penegakan diletakkan di belakang batu kemudian diagnosis dikembangkan dan ditarik keluar bersama dalam untuk menentukan terapi. (berdiameter 2-3 mm). Balon Parameter yang sangat penting adalah 10 dengan batu yang ada di depannya.4- dikeluarkan. 8,13,16,22,23,25 dilatator ditempatkan melalui guidewire Selanjutnya balon atau dan prosedur dilatasi dilanjutkan di bawah kontrol Dilatasi stenosis dan striktur Striktur yang panjang memiliki ultrasonografi atau fluoroskopi.5,7,13, 22 prognosis yang lebih buruk daripada Pada penatalaksanaan striktur dapat stenosis yang pendek. Banyak pilihan digunakan balon, forsep, bor serta stent. teknik yang dapat digunakan untuk dilatasi Bor putar digunakan untuk membuka striktur atau stenosis. Prosedur endoskopi filiform akan instrumen sangat membantu untuk yang menyempit lainnya sehingga dapat masuk. penatalaksanaan stenosis yang pendek atau Penggunaan bor lebih baik daripada laser pada stenosis yang berada pada permulaan karena laser dapat menyebabkan jaringan cabang sekitar menjadi menyusut disebabkan oleh duktus. Untuk kondisi yang terakhir ini sulit diatasi dengan fluoroskopi koagulasi. Balon digunakan atau sonografi. mendilatasi bagian yang untuk menyempit. Balon didorong ke daerah yang menyempit kemudian dikembangkan. Terkadang perlu untuk mengembangkan dan mengempiskan kembali balon beberapa Gambar 2. Stenosis duktus kelenjar saliva6 Kerugian dari penggunaan dilatasi kali terbuka. sampai sriktur cukup 5,7,13,15,22,23 balon dengan endoskopi adalah pelebaran duktus yang dibuat dengan dilatasi balon dapat dilihat setelah balon dikempeskan tetapi terkadang mengalami kesulitan dalam menentukan posisi ujung balon.4 Gambar 3. Penggunaan balon untuk dilatasi13 Penatalaksanaan juga dapat berupa multimodal therapy, yang menggunakan Selain itu dapat pula digunakan forsep kombinasi dengan teknik imaging lain. sehingga proses Teknik endoskopi pada penatalaksanaan terkontrol dan kasus stenosis atau striktur yang sulit dapat digunakan kembali. Penggunaan stent menggunakan dapat guidewire. Guidewire digunakan dilatasi akan instrumennya sebagai salah lebih dapat satu ditinggalkan pada lokasi striktur atau stenosis, kemudian endoskopnya 11 alternatif. Stent juga berguna dalam mencegah kekambuhan.5,7,13,15,22,23 trauma. Namun penggunaannya relatif lebih sulit daripada endoskop kaku maupun semirigid. Pada penatalaksanaan kasus sialolitiasis, keberhasilannya lebih Kontraindikasi Kontraindikasi absolut sialendoskopi adalah sialadenitis akut rendah daripada jika menggunakan karena dinding semikaku. Endoskopi serat optik lentur duktus yang membengkak menjadi lebih lebih rapuh dan lebih mudah rusak rapuh sehingga rawan terjadi perforasi bila daripada endoskop kaku, serta tidak dapat dilakukan disterilkan dengan autoklav.4,23 sialendoskopi. Selain itu, pemeriksaan sialadenitis pada fase akut juga akan lebih sulit karena terhalang oleh debris mukopurulen.2,23 Sialendoskop kaku Sialoendoskop jenis kaku menggunakan sistem lensa dengan kualitas superoptikal dan resolusinya lebih baik. Komplikasi Komplikasi penggunaan sialendoskopi Endoskop ini memiliki diameter yang sementara lebih besar sehingga lebih stabil dan dapat selama 2-3 hari akibat proses irigasi disterilkan dengan autoklav. Kameranya (100%), terhalangnya wire-basket (6%), terletak pada perlekatan okular dengan perforasi dinding kanal (0,3-6%), rekurensi endoskop sehingga penggunaannya agak gejala (1-6%), parestesia nervus lingualis kurang praktis.4,23 antara lain pembengkakan temporal (0,5%), ranula (1%), infeksi pascaoperasi (2%), serta striktur pada duktus (0,3-3,5%).9,13,23 Sialendoskop semikaku Merupakan gabungan antara serat optik lentur dan kaku. Bagian yang Jenis Sialoendoskop Pada pemeriksaan sialoendoskopi panjang merupakan fleksibel yang terdapat 3 jenis endoskop yaitu serat optik menggunakan serat optik untuk transmisi lentur, cahaya. Penggunaan endoskop semikaku kaku, serta sialendoskop semifleksibel (semikaku).4,23 akan memudahkan pergerakan dan membutuhkan kekuatan yang minimal Sialendoskop serat optik lentur Endoskop jenis serat optik lentur akan lebih mudah melewati lekukan pada untuk mengambil gambar dengan presisi yang tepat.4,23 Sialoendoskop semikaku compact duktus serta lebih sedikit menimbulkan 12 Sialoendoskop jenis ini merupakan sialoendoskop merupakan untuk kombinasi terapeutik, antara serat intervensi diperlukan anestesi. Anastesi biasanya cukup dengan melakukan irigasi pada duktus dengan menggunakan kanul transmisi cahaya, serat transmisi gambar, intravena atau working channel serta channel untuk working channel. Anestesi yang digunakan irigasi dalam sebuah instrumen yang padat dapat (compact).23 bupivacaine berupa xylometazolin 3%. 2% dan Kadang-kadang regional. Penggunaan anestesi umum dapat Serat optik yang digunakan untuk dilakukan pada kasus yang sulit (dengan transmisi cahaya dan gambar terdapat komplikasi) dalam anak.11,23,27 komponen memanfaatkan diperlukan juga anastesi lokal maupun Sialoendoskop semikaku modular satu dengan seperti probe dan pada pasien anak- tunggal. Endoskop jenis ini digunakan Kelenjar saliva manusia berperan untuk diagnostik. Jarak antara sistem optik untuk memproduksi saliva. Kelenjar ini dengan dinding selubung luar digunakan dapat mengalami gangguan baik karena sebagai channel irigasi. Jika dibandingkan infeksi maupun autoimun serta dengan tipe compact, perbandingan antara berhubungan dengan proses sekresi yang working dengan channel diameter terhambat. Sialoendoskopi dapat dapat endoskop secara keseluruhan lebih kecil digunakan sebagai alat diagnostik maupun pada terapi pada penyakit kelenjar saliva. jenis modular. Udara sering terperangkap pada selubung luar endoskop modular sehingga dapat menghalangi Sialoendoskopi memiliki keunggulan dalam mendiagnosis dan penatalaksanaan pandangan. Sistem modular ini memiliki penyakit beberapa keuntungan antara lain endoskop penggunaannya masih terbatas, karena jenis ini lebih ekonomis, karena hanya harganya yang mahal dan prosedurnya membutuhkan satu sistem optikal untuk harus dilakukan oleh tenaga yang sudah beberapa prosedur. 23 kelenjar saliva, namun terlatih mengingat duktus kelenjar saliva memiliki diameter yang sangat kecil Anestesia pada sialendoskopi sehingga risiko perforasi lebih besar jika Pada tindakan dilatasi papila dan endoskopi diagnostik terkadang tidak dilakukan secara hati-hati. tidak membutuhkan anestesi karena tindakan DAFTAR PUSTAKA tersebut tidak menimbulkan nyeri yang berat. Pada tindakan sialendoskopi 13 1. Kontis TC, Johns ME. Anatomy and 10. Jabbour N, Tibesar R, Lander T, Sidman physiology of the salivary gland. In: Baily J. Sialoendoscopy in children. J Ped BJ, torhinolryngol 2010; 7:347-50. ed. Head and neck surgery- otolaryngology. Philadelphia: Lippincott; 2001. p. 429-36. 11. Hasson O. Sialoendoscopy and sialography: strategies for assessment and 2. Al-Abri R, Marshal F. Sialoendoscopy in treatment of salivary gland obstructions. J the old patients: a new tool or revolution. Oral Maxillofac Surg 2007; 65(2):300-34. J Eurger 2010; 1:95-8. 12. Nakayama E, Yuasa K, Beppu M, 3. Mosier KM. Diagnostic radiographic imaging Otolaryngol for Clin salivary North endoscopy. Am 2009; 42:949-72. 4. Nahlieli O, Nakar LH, Nazarian Y, Turner MD. Sialoendoscopy: a new approach to salivary gland obstructive Kawazu T, Okamura K, Kanda S. Interventional sialoendoscopy: a new procedure for noninvasive insertion and a minimally invasive sialolithectomy. J Oral Maxillofac Surg 2003; 61(10):12336. 13. Walvekar RR, Carrau RL, Schaitin B. pathology. J Am Dent Assoc 2006; Sialoendoscopy: 137:1394-14900. approach to the salivary ductal system. 5. Turner MD. Sialoendoscopy and salivary gland sparing surgery. Oral Maxillofac Surg Clin North Am 2009; 21(3):323-9. 6. Yu C, Zheng L, Yang C, Shen N. c. Oral minimally invasive Op Tech Otolaryngol 2009; 20:131-5. 14. Su YX, Liao GQ, Kang Z, Zou Y. Application of magnetic resonance virtual endoscopy as a presurgical procedure Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol before Endod 2008; 105(3):365-70. 2006; 116:1899-906. sialoendoscopy. Laryngoscope 7. Serbetci E, Sengor GA. Sialoendosopy: 15. Ardekian L, Shamir D, Trabelsi, Peled M. experience, with first 60 glands in turkey Chronic obstructive parotitis, due to and literature review. Ann Otol Rhinol strictures of stenson’s duct-our trearment Laryngol 2010; 119(3):155-64. experience with sialoendoscopy. J Oral 8. Baurmash HD. Sialoendoscopy: three year experience as a diagnostic and Maxillofac Surg 2010; 68:83-7. 16. Su YX, Liao GQ, ZhengGS, Liu H, treatment modality. J Oral Maxillofac LiangY, Surg 1997; 55:919-20. assisted open sialolithectomy for removal 9. Babtista P, Gimeno CV, Salvinelli F, Ou D. Sialoendoscopically of large submandibular hilar calculi. J Rinaldi V, Casale M. Acute upper airway Oral Maxillofac Surg 2010; 68:68-73. obstruction caused by massive oedema of 17. Papadaki M, McCain JP, Kim K, Katz the tongue: unusual complication of RL, Kaban LB, rulis MJ. Interventional sialoendoscopy. J Laryngol Otol 2009; sialoendoscopy: early clinical result. J 123(12):1402-3. Oral Maxillofac Surg 2008; 66:954-62. 14 18. Iwai T, Matsui Y, Yumagishi M. Simple technique for dilatation of the papilla in sialoendoscopy. J Oral Maxillofac Surg 2009; 67:681-2. 19. Harrison JD. Causes, natural history and incidence of salivary stones and obstructions. Otolaryngol Clin North Am 2009; 42(6):927-47. 20. Geisthoff UW. Technology of sialoendoscopy. Otolaryngol Clin North Am 2009; 42:1001-28. 21. Fritsch MH. Sialoendoscopy and lithotripsy: literature review. Otolaryngol Clin North Am 2009; 42:915-26. 22. Fritsch MH. Sialoendoscopy strategies difficult cases. Otolaryngol Clin North Am 2009; 42:1093-113. 23. Luer JC, Damm M, Klussman JP, Beutner D. The learning curve of sialoendoscopy with modular sialoendoscoopes a single surgeon’s experience. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 2010; 136(8):762-5. 15 16