a KAPASITAS MAKSIMUM KEPADATAN TANAH

advertisement
a
KAPASITAS MAKSIMUM KEPADATAN TANAH PADA
BERBAGAI DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL DAN KADAR
BAHAN ORGANIK TANAH DALAM KONDISI KERING UDARA
DAN KAPASITAS LAPANG
SITI PUTRI CINTA AYU
A14062831
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
b
ABSTRAK
SITI PUTRI CINTA AYU. Kapasitas Maksimum Kepadatan Tanah pada
Berbagai Distribusi Ukuran Partikel dan Kadar Bahan Organik Tanah dalam
Kondisi Kering Udara dan Kapasitas Lapang. Dibimbing oleh OTENG
HARIDJAJA dan ENNI DWI WAHJUNIE.
Tanah terdiri dari bahan mineral dan bahan organik. Distribusi ukuran
partikel tanah mempengaruhi sifat fisik tanah sedangkan bahan organik tanah
berperan memperbaiki sifat tanah. Salah satu perubahan yang dapat terjadi pada
tanah adalah kepadatan tanah yang diakibatkan oleh reaksi tanah terhadap gaya
yang bekerja pada tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
tekstur dan bahan organik tanah serta pengaruh kadar air saat pemadatan terhadap
kepadatan tanah dan hubungannya dengan sifat-sifat fisik tanah.
Penelitian simulasi tekstur dan kadar bahan organik tanah dilakukan dengan
menggunakan bahan: tanah, pasir kuarsa, dan kompos. Tanah diambil dari daerah
Ciampea, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dua faktor dengan tiga
ulangan. Faktor A yaitu tekstur tanah, yang meliputi: liat berat, liat, lempung
berpasir, dan pasir. Faktor B yaitu kadar bahan organik tanah, yang meliputi: 0,5%;
2,5%; 5,0%; dan 7,5% bahan organik. Perbedaan perlakuan kadar air saat
pemadatan dianalisis menggunakan uji t-student untuk membandingkan pemadatan
kondisi kering udara dengan kapasitas lapang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekstur dan bahan organik dalam
pemadatan tanah memberikan pengaruh nyata terhadap kepadatan maksimum dan
sifat fisik tanah, yang meliputi: bobot isi, pori drainase total, pori air tersedia,
permeabilitas, ketahanan penetrasi, dan energi pemadatan tanah. Semakin halus
butir tanah, maka semakin kecil nilai bobot isi, permeabilitas tanah, dan pori
drainase total. Bahan organik berpengaruh menurunkan bobot isi, permeabilitas
tanah, dan meningkatkan pori air tersedia tanah. Kadar air tanah memberikan
pengaruh terhadap pemadatan tanah. Peningkatan kadar air pada saat pemadatan
menyebabkan energi yang dibutuhkan untuk pemadatan semakin kecil. Kepadatan
tanah dapat dilihat dari bobot isi dan ketahanan penetrasi tanah.
Kata Kunci : bahan organik, distribusi ukuran partikel tanah, kadar air,
kepadatan tanah.
c
ABSTRACT
SITI PUTRI CINTA AYU. The Maximum Capacity of Soil Density at Various
Particle Size Distribution and Organic Matter Content in Dry Air and Field
Capacity Condition. Supervised by OTENG HARIDJAJA and ENNI DWI
WAHJUNIE.
Soil consists of mineral and organic matter. The particle size distribution of
soil affects the physic characteristics, while soil organic matter is important to
improve the soil characteristics. One of the physical change that may occur in soil,
as a result of certain forces worked to it, is soil compaction. This research aimed to
determine the effect of soil particle size distribution and organic matter in soil
compaction, in relation with soil physic characteristics, also to determine the
influence of water content in soil compaction and its relation to soil physical
properties.
The simulation of soil particle size distribution and organic matter content
conducted using soil, quartz, and compose. Soils collected from Ciampea, Bogor.
The analysis carried out in Laboratory of Departement of Soil Science and Land
Resources, Faculty of Agricultural, IPB. The research was set up using randomized
design with two factors with three replications. Factor A, which consists: heavy
clay, clay, sandy loam, and sand. Factor B consist of: organic matter content 0,5%;
2,5%; 5,0%; and 7,5%. Water content treatments for compaction analyzed using tstudent test to compare between the dry air with field capacity compaction.
The result showed that the soil particle size distribution and organic matter
in soil compaction provide real effect on the maximum soil density and soil physic
characteristics, which include: bulk density, total drainage pore, available water
pore, permeability, penetration resistance, and compaction energy. The finer soil
texture, the smaller of soil bulk density, soil permeability, and soil drainage pore.
The organic matter content has an effect in decreasing bulk density, soil
permeability, and increasing the available water pore. Soil moisture content has
influence on soil compaction. The increase in water content during compaction
caused energy required to compaction decreased. The density of soil can be seen
from the soil bulk density and penetration resistance.
Keyword: organic matter, soil compaction, soil particle size distribution, water
content.
d
KAPASITAS MAKSIMUM KEPADATAN TANAH PADA
BERBAGAI DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL DAN KADAR
BAHAN ORGANIK TANAH DALAM KONDISI KERING UDARA
DAN KAPASITAS LAPANG
SITI PUTRI CINTA AYU
A14062831
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Judul skripsi
: Kapasitas Maksimum Kepadatan Tanah pada Berbagai
Distribusi Ukuran Partikel dan Kadar Bahan Organik Tanah
dalam Kondisi Kering Udara dan Kapasitas Lapang
Nama Mahasiswa : Siti Putri Cinta Ayu
NRP
: A14062831
Departemen
: Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1
Dosen Pembimbing 2
Dr. Ir. Oteng Haridjaja, M.Sc
NIP. 19490106 1974031 002
Dr. Ir. Enni Dwi Wahjunie, M.Si
NIP. 19600330 198601 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc
NIP. 19621113 198703 1 003
Tanggal Lulus:
52
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 27 Mei 1988. Penulis merupakan
putri dari ibu dr. Heni Herawati sebagai anak ke-empat dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Rawa Baru 45
Bekasi Timur pada tahun 2000, kemudian menyelesaikan pendidikan sekolah
menegah pertama di SLTP Negeri 2 Bogor pada tahun 2003. Penulis melanjutkan
sekolah menegah atas di SMA Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Setelah menjalankan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis diterima di
Program Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian. Penulis mengambil empat program
Supporting Course yaitu: Ekonomi Sumberdaya Lahan dari Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan; Manajemen Sumberdaya Manusia dari Departemen
Manajemen; Ilmu Tanaman Pangan, Ilmu Perkebunan, dan Tanaman Penyegar,
Obat, dan Aromatik dari Departemen Agronomi dan Hortikultura. Semasa masa
studi, penulis terlibat dalam kepanitiaan SOILIDARITY pada tahun 2008. Pada
tahun 2009 penulis juga tergabung dalam Tim Asisten Praktikum Mata Kuliah
Survei Tanah dan Evaluasi Lahan; dan Fisika Tanah di Departemen Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT, karena-Nya
penulis mendapatkan izin dan kemudahan untuk melaksanakan dan menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi, yang berjudul Kapasitas Maksimum Kepadatan
Tanah pada Berbagai Distribusi Ukuran Partikel dan Kadar Bahan Organik Tanah
dalam Kondisi Kering Udara dan Kapasitas Lapang. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Manajemen
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai April 2012.
Tujuan penelitian adalah melihat pengaruh tekstur dan bahan organik tanah serta
kadar air saat pemadatan terhadap kepadatan tanah maksimum dan hubungannya
dengan sifat fisik tanah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa interaksi tekstur
dan bahan organik tanah berpengaruh nyata terhadap sifat tanah (bobot isi, pori
drainase total, pori air tersedia, permeabilitas, ketahanan penetrasi, dan energi
pemadatan tanah). Kadar air tanah pada saat pemadatan memberikan pengaruh
nyata terhadap pemadatan tanah dan sifat fisik tanah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan dari
banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.
Oteng Haridjaja, M.Sc dan Dr. Ir. Enni Dwi Wahjunie, M.Si atas bimbingan, saran,
motivasi serta kesabaran yang diberikan selama proses penelitian dan penyusunan
skripsi; keluarga tercinta atas doa dan dukungannya; staf Laboratorium Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB; serta seluruh sahabat
MSL 43 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat berguna bagi semua
pihak yang membacanya baik dalam dunia ilmu tanah maupun bidang-bidang lain
yang terkait dengan penelitian.
Bogor, Maret 2013
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang............................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2
Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2
Hipotesis ..................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3
Tekstur Tanah ............................................................................................. 3
Pemadatan Tanah ........................................................................................ 3
Sifat Fisik Tanah dan Hubungannya dengan Kepadatan, Tekstur, dan Bahan
Organik Tanah ............................................................................................ 4
Bobot Isi (Bulk Density) dan Porositas Tanah .............................. 4
Ketahanan Penetrasi Tanah ......................................................... 5
Kemampuan Tanah Memegang Air ............................................. 5
Permeabilitas Tanah .................................................................... 5
Hubungan Kadar Air terhadap Pemadatan Tanah ........................................ 6
Hubungan Kepadatan Tanah dengan Tanaman ............................................ 6
METODOLOGI ................................................................................................. 8
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 8
Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 8
Metode Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 9
Pengumpulan Bahan Contoh Tanah ............................................................ 9
Persiapan Penetapan Contoh Tanah ........................................................... 10
Pemadatan Contoh Tanah ......................................................................... 12
Pengamatan Sifat - Sifat Tanah ................................................................. 12
Bobot Isi Tanah ........................................................................ 12
Permeabilitas Tanah .................................................................. 13
Kurva pF................................................................................... 13
Pori Drainase Total dan Pori Air Tersedia ................................. 13
v
Energi Pemadatan ..................................................................... 14
Bobot Jenis Partikel (BJP)......................................................... 14
Analisis Data ............................................................................ 14
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................... 16
Pengaruh Tekstur dan Bahan Organik Tanah terhadap Sifat-Sifat Tanah
dalam Proses Pemadatan Tanah ................................................................ 16
Bobot Jenis Partikel (BJP)......................................................... 16
Bobot Isi Tanah ........................................................................ 16
Pori Drainase Total ................................................................... 21
Pori Air Tersedia....................................................................... 23
Permeabilitas Tanah .................................................................. 25
Ketahanan Penetrasi Tanah ....................................................... 28
pH Tanah .................................................................................. 30
Pengaruh Kadar Air Tanah dalam Proses Pemadatan Tanah terhadap SifatSifat Tanah ............................................................................................... 31
Bobot Isi Tanah ........................................................................ 31
Kurva pF................................................................................... 32
Pori Drainase Total ................................................................... 33
Pori Air Tersedia....................................................................... 34
Permeabilitas Tanah .................................................................. 34
Ketahanan Penetrasi Tanah ....................................................... 36
Energi Pemadatan Tanah........................................................................... 37
Pengaruh Interaksi Tekstur dan Bahan Organik Tanah .............. 37
Pengaruh Kondisi Kadar Air Tanah dalam Proses Pemadatan ... 38
Aplikasi Tekstur, Kadar Bahan Organik, dan Kadar Air Tanah dalam
Proses Pemadatan Tanah ........................................................................... 40
KESIMPULAN ................................................................................................ 44
Kesimpulan............................................................................................... 44
Saran ........................................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 46
LAMPIRAN ..................................................................................................... 50
vi
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Halaman
Kelas permeabilitas tanah menurut USSCS ...........................................
Jenis, metode, dan alat yang digunakan dalam penelitian .......................
Formulasi contoh tanah untuk setiap perlakuan percobaan .....................
Perbandingan tanah, kuarsa, dan kompos pada contoh tanah..................
Pengaruh tekstur dan bahan organik tanah terhadap bobot jenis partikel
Pengaruh tekstur dan bahan organik tanah terhadap permeabilitas tanah
tanpa pemadatan........................................................................................
Pengaruh tekstur dan bahan organik tanah terhadap pH
tanah..........................................................................................................
Pengaruh tekstur tanah dan bahan organik tanah terhadap sifat fisik
tanah..........................................................................................................
6
8
11
11
16
26
30
42
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15
16
17
18
19.
20.
21.
Halaman
Segitiga tekstur tanah................................................................................
Efek pemadatan tanah pada ruang pori......................................................
Bagan alir metodologi penelitian...............................................................
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap bobot isi
tanah..........................................................................................................
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap kurva
pF..............................................................................................................
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap pori
drainase total.............................................................................................
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap pori air
tersedia......................................................................................................
Pengaruh tekstur tanah terhadap pori air tersedia pada tanah pemadatan
kering udara...............................................................................................
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap
permeabilitas tanah...................................................................................
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap ketahanan
penetrasi tanah...........................................................................................
Bobot isi tanah pemadatan kering udara dan kapasitas lapang...................
Bobot isi tanah tanpa pemadatan, pemadatan kering udara, dan kapasitas
lapang........................................................................................................
Pori drainase total pemadatan kering udara dan kapasitas lapang..............
Pori drainase total tanpa pemadatan, pemadatan kering udara, dan
kapasitas lapang........................................................................................
Permeabilitas tanah pemadatan kering udara dan kapasitas lapang...........
Permeabilitas tanah tanpa pemadatan, pemadatan kering udara dan
kapasitas lapang........................................................................................
Ketahanan penetrasi tanah pemadatan kering udara dan kapasitas lapang
Ketahanan penetrasi tanah pemadatan kering udara dan kapasitas
lapang........................................................................................................
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap energi
pemadatan tanah........................................................................................
Energi pemadatan tanah dalam kondisi kering udara dan kapasitas
lapang........................................................................................................
Energi pemadatan tanah dalam kondisi kering udara dan kapasitas
lapang........................................................................................................
3
4
9
18
21
22
24
25
27
29
31
32
33
33
35
35
36
36
38
39
39
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Halaman
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh tekstur dan bahan organik tanah serta
interaksinya terhadap karakteristik tanah pada tanah tanpa
pemadatan.................................................................................................
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh tekstur dan bahan organik tanah serta
interaksinya terhadap karakteristik tanah pada tanah pemadatan dalam
kondisi kering udara .................................................................................
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh tekstur dan bahan organik tanah serta
interaksinya terhadap karakteristik tanah pada tanah pemadatan dalam
kondisi kadar air kapasitas lapang.............................................................
Uji t-student pengaruh kondisi kadar air pada saat pemadatan terhadap
karakteristik tanah.....................................................................................
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap bobot isi
tanah..........................................................................................................
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap pori
drainase total.............................................................................................
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap pori air
tersedia......................................................................................................
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap
permeabilitas tanah...................................................................................
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap ketahanan
penetrasi....................................................................................................
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap energi
pemadatan.................................................................................................
Tekstur dan bahan organik tanah ...........................................................
Kadar abu dan kadar bahan organik kompos ..........................................
Kadar air dan bobot isi tanah .................................................................
Nilai kadar air kapasitas lapang Alhricks ...............................................
Kadar air berbagai pF pada tanah tanpa pemadatan ...............................
Kadar air berbagai pF pada tanah pemadatan dalam kondisi kering
udara..........................................................................................................
Kadar air berbagai pF pada tanah pemadatan dalam kondisi kapasitas
lapang........................................................................................................
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
56
57
58
59
60
ix
Gambar
Nomor
1.
2.
3.
Halaman
Contoh tanah pada berbagai tekstur dan bahan organik tanah ................
Pengamatan kadar air kapasitas lapang Alhricks ....................................
Alat pemadat tanah ................................................................................
61
61
62
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah merupakan suatu sistem dinamis dimana merupakan tempat
berlangsungnya kegiatan pertanian maupun non pertanian. Sebagai suatu sistem
yang dinamis, tanah dapat berubah keadaanya dari waktu ke waktu baik disebabkan
faktor alami maupun yang dilakukan manusia. Salah satu perubahan tersebut yaitu
kepadatan tanah yang diakibatkan oleh adanya reaksi tanah terhadap gaya-gaya
yang bekerja pada tanah.
Pemadatan tanah dapat berdampak buruk dan baik bagi kegiatan manusia
tergantung pada tujuan penggunaan lahannya. Umumnya pemadatan tanah
bermanfaat dalam kegiatan bidang civil engineering (bangunan, jalan raya, irigasi,
dan lain-lain). Manfaat pemadatan tanah dalam bidang civil engineering yaitu
memperbaiki kekuatan geser tanah, mengurangi kompresibilitas (penurunan oleh
beban), mengurangi permeabilitas, dan mengurangi sifat mengembang menyusut
tanah. Pemadatan tanah di bidang pertanian juga diperlukan yaitu untuk
memperkokoh tubuh tanaman dan pengaplikasian alat-alat mesin pertanian, namun
pemadatan tanah juga dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat.
Pemadatan tanah dicirikan dengan penyusutan volume tanah atau kenaikan
berat tanah pada suatu volume tertentu. Tingkat kepadatan tanah dapat ditentukan
dengan parameter-parameter seperti void ratio, porositas, bobot isi (bulk density),
dan ketahanan penetrasi tanah yang berkaitan erat dengan penurunan jumlah poripori makro. Penurunan jumlah pori makro dan peningkatan pori mikro
menyebabkan terjadinya penurunan permeabilitas dan konduktivitas hidrolik tanah.
Seperti kita ketahui bahwa tanah terdiri dari bahan mineral dan bahan
organik. Mineral tanah menurut ukuran partikel dikelompokkan menjadi pasir,
debu, dan liat. Komposisi distribusi partikel tanah mempengaruhi sifat fisik tanah.
Tanah
dengan komposisi distribusi partikel yang berbeda memiliki tingkat
kepadatan dan sifat fisik tanah yang berbeda juga. Bahan organik tanah berperan
memperbaiki sifat tanah. Pemberian bahan organik ke dalam tanah diharapkan
dapat memperbaiki sifat fisik tanah, salah satunya kepadatan tanah. Akibat peranan
tekstur dan bahan organik tanah terhadap kepadatan dan sifat tanah maka komposisi
2
tekstur dan bahan organik tanah perlu diketahui kaitannya terhadap kepadatan dan
sifat ciri tanah, oleh karena itu dalam penelitian ini dikaji untuk memperoleh
informasi tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui pengaruh tekstur dan bahan
organik tanah terhadap tingkat kepadatan dan hubungannya dengan sifat fisik tanah,
2) Mengetahui pengaruh kondisi kadar air saat pemadatan terhadap tingkat
kepadatan dan hubungannya dengan sifat fisik tanah, 3) Mengetahui tingkat
kepadatan tanah maksimum yang dapat dicapai pada tiap kelas tekstur dan kadar
bahan organik tanah dalam kondisi kering udara dan kadar air kapasitas lapang.
Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, terdapat beberapa hal yang ingin penulis sumbangkan
pada berbagai pihak, yaitu:
a.
Dapat menjadi bahan referensi bagi perencanaan dan pembangunan lahan
pertanian dan kegiatan bidang civil engineering untuk mengetahui peran
tekstur dan bahan organik tanah terhadap kepadatan maksimum tanah.
b.
Dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji permasalahan
terkait dengan isu-isu pemadatan tanah.
c.
Memberikan data mengenai kapasitas maksimal kepadatan tanah dan
pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik tanah.
Hipotesis
1.
Semakin halus tekstur tanah maka semakin besar kepadatan tanah yang
dapat dicapai.
2.
Semakin besar kadar bahan organik tanah maka semakin kecil nilai
kepadatan tanah yang dapat dicapai.
3.
Tanah yang dipadatkan dalam kondisi kapasitas lapang memiliki kepadatan
tanah lebih besar dibandingkan dengan tanah dalam kondisi kering udara.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Tekstur Tanah
Kelas ukuran butir tanah merupakan penyederhanaan dari tekstur tanah.
Berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat maka tanah
dikelompokkan ke dalam beberapa kelas tekstur. (Hardjowigeno, 2003). Menurut
Rowell (1994), Distribusi ukuran partikel tanah memberikan indikasi umum
terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Akan tetapi bentuk partikel dan sifat
permukaan terutama ukuran fraksi liat secara signifikan mengubah sifat tersebut.
Gambar 1. Segitiga tekstur tanah
(Sumber : http://gov.mb.ca/agriculture/soilwater/soilmgmt/fsm01s01.html. diakses tanggal
20 juni 2010)
Pemadatan Tanah
Pemadatan tanah adalah penyusutan volume tanah karena ada gaya tekan
pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit (Damanik, 2007).
Menurut Hughes et al,. (2001), pemadatan tanah terjadi ketika partikel tanah
ditekan bersama-sama sehingga mengurangi porositas tanah. Pemadatan tanah
dapat mengurangi kandungan aerasi tanah, mengurangi ketersediaan air bagi
tanaman, dan menghambat pertumbuhan akar tanaman (Damanik, 2007). Bobot isi
dan
resistensi penetrasi tanah
memberikan
precompacted pada profil tanah (Horn et al,. 2007).
informasi
tentang
keadaan
4
Gambar 2.
Efek pemadatan tanah pada ruang pori (Hughes et al,. 2001)
Sifat Fisik Tanah dan Hubungannya dengan Kepadatan, Tekstur, dan
Bahan Organik
Bobot Isi (Bulk Density) dan Porositas Tanah
Menurut Hardjowigeno (2003), bobot isi tanah menunjukkan perbandingan
antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori tanah. Bobot
isi merupakan penunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi
bobot isi. Nilai bobot isi tanah sangat bervariasi dikarenakan perbedaan kandungan
bahan organik, tekstur tanah, kedalaman tanah, jenis fauna tanah, dan kadar air
tanah (Agus et al., 2006). Bobot isi tanah paling rendah yaitu pada liat, diikuti oleh
liat berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir (Shao et
al., 2004). Bahan organik mempunyai massa lebih ringan dibandingkan dengan
partikel tanah, sehingga semakin besar kadar bahan organik tanah, nilai berat
volume tanah semakin kecil (Santosa, 2006). Tanah dengan bahan organik yang
tinggi mempunyai bobot isi relatif rendah.
Tanah dengan ruang pori total tinggi, seperti tanah liat, cenderung
mempunyai bobot isi lebih rendah. Sebaliknya tanah dengan tekstur kasar,
walaupun ukuran porinya lebih besar, namun total ruang porinya lebih kecil,
sehingga mempunyai bobot isi yang lebih besar. Tanah dengan komposisi mineral
yang bobot jenis partikelnya tinggi di dalam tanah, menyebabkan bobot isi tanah
menjadi lebih tinggi (Kurnia dkk, 2006). Tanah berpasir mempunyai pori kasar
lebih banyak dibandingkan tanah berliat (Hardjowigeno, 2003). Ruang pori total
pada tanah yang mengalami pengolahan lahan menurun dibandingkan dengan tanah
padang rumput (Lindstro et al., 2004). Menurut Mowidu (2001), pemberian 20-30
ton/ha bahan organik pada tanah berpengaruh nyata dalam meningkatkan porositas
total, jumlah pori berguna, dan jumlah pori penyimpan lengas.
5
Ketahanan Penetrasi
Metode yang paling umum untuk mengukur pemadatan tanah adalah
menentukan nilai indeks menggunakan penetrometer (Herrick dan Jones, 2002).
Penambahan bahan organik menyebabkan nilai ketahanan penetrasi lebih rendah
dibandingkan dengan tanah tanpa penambahan bahan organik. Hal ini dikarenakan,
bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, tanah menjadi porous sehingga
dapat menurunkan bobot isi tanah (Damanik, 2007).
Kemampuan Tanah Memegang Air
Dominasi partikel pasir
menyebabkan terbentuknya pori
makro,
sehingga luas permukaan yang disentuh menjadi sempit dan daya ikat terhadap air
menjadi lemah. Sedangkan partikel liat menyebabkan terbentuknya pori mikro,
sehingga luas permukaan sentuh menjadi luas dan daya ikat terhadap air kuat.
Bahan organik tanah mempunyai pori meso-mikro lebih banyak dibandingkan
bahan mineral tanah, yang berarti luas permukaan penjerap air lebih banyak,
sehingga makin tinggi kadar bahan organik maka semakin tinggi kadar dan
ketersediaan air tanah (Hanafiah, 2010). Tanah bertekstur kasar (pasir) mempunyai
kemampuan memegang air lebih rendah dibandingkan dengan tanah bertekstur
halus (liat). Demikian juga, tanah dengan kadar bahan organik yang rendah,
kemampuan memegang air lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang
mempunyai kadar bahan organik tinggi. (Kurnia et al., 2006).
Permeabilitas Tanah
Menurut Hopmans (2005), permeabilitas tanah adalah fungsi dari
karakteristik dari ruang pori tanah, yaitu porositas, distribusi ukuran pori,
konektivitas pori, dan tortuositas. Permeabilitas tanah pada tanah yang dipadatkan
lebih kecil dibandingkan dengan tanah kondisi lapang atau tanpa pemadatan. Selain
pengaruh bobot isi tanah, kadar liat juga mempengaruhi koefisien permeabilitas
tanah. (Herlina, 2003). Menurut Simanjuntak (2005), tanah yang terlalu padat,
pertukaran udaranya menjadi lambat, kadar oksigen dalam tanah menjadi rendah,
dan permeabilitas tanah terhambat, sehingga air akan tergenang dan menghambat
pertumbuhan tanaman. Pada tanah dengan bahan organik tinggi dapat memegang
6
air dalam jumlah yang lebih banyak dalam waktu lebih lama, sehingga laju
penurunan kadar air pun melambat. (Baskoro dan Tarigan, 2007).
Tabel 1. Kelas permeabilitas tanah menurut USSCS
Kelas
Permeabilitas (cm/jam)
Sangat lambat
<0,125
Lambat
0,125 – 0,5
Agak Lambat
0,5 – 1,6
Sedang
1,6 – 5,0
Agak Cepat
5,0 – 16
Cepat
16 – 25
Sangat Cepat
>25
Sumber: Kohke,1980 dalam Hanafiah, 2010
Hubungan Kadar Air terhadap Pemadatan Tanah
Pada kadar air yang rendah, sebagian besar tanah kaku dan sukar untuk
dipadatkan. Penambahan kadar air pada tanah menjadikan tanah lebih mudah
dipadatkan, sehingga dihasilkan bobot isi lebih tinggi, namun apabila kadar air
tanah terlalu tinggi, bobot isi tanah menjadi berkurang sejalan dengan
bertambahnya kadar air, dimana air mengisi ruang pori, sehingga volume tanah
bertambah (Craig, 1991). Menurut penelitian Herlina (2003), bertambahnya kadar
air maka bobot isi tanah semakin besar dan koefisien permeabilitas tanah semakin
kecil. Hal ini dikarenakan tanah semakin padat, sehingga tanah semakin sulit
meloloskan air tetapi apabila kadar air tanah sudah mulai jenuh, maka tanah
semakin sulit dipadatkan dan mudah meloloskan air. Bobot isi tanah semakin
meningkat akibat penambahan kadar air, maka kadar air pada berbagai pF semakin
menurun dan tidak mengalami kenaikan kembali setelah bobot isi maksimal. Daya
mengikat air pada tanah dengan pemadatan lebih kecil dibandingkan daya mengikat
air pada tanah tanpa pemadatan, karena pemadatan menurunkan pori makro dan
pori total sehingga ruang untuk memegang air lebih kecil.
Hubungan Kepadatan Tanah dengan Tanaman
Berdasarkan hasil penelitian Rahmawati (2002), tingkat kepadatan tanah
berpengaruh nyata menurunkan pertumbuhan tinggi tanaman, nisbah pucuk akar,
diameter batang, pertumbuhan berat kering total, dan kedalaman penetrasi akar
7
pada tanaman Acacia mangium dan Parasianthes falcataria. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa respons pertumbuhan tanaman yang paling peka terhadap tingkat
kepadatan tanah adalah kedalaman penetrasi akar, sedangkan respons pertumbuhan
tanaman yang kurang peka terhadap tingkat kepadatan tanah adalah diameter
batang tanaman. Pada kacang tanah, peningkatan kepadatan tanah (bobot isi)
berpengaruh nyata menurunkan tinggi tanaman dan panjang akar. Bobot isi tidak
berpengaruh nyata terhadap diameter batang, jumlah daun, dan biomassa baik tajuk
akar ataupun akar. Pada kedelai, pengaruh bobot isi berpengaruh menurunkan
diameter batang, jumlah daun, panjang akar ataupun biomassa akar serta tidak
berpengaruh nyata terhadap biomassa tajuk (Haridjaja, Hidayat, dan Maryamah.
2010). Menurut Damanik (2007), pemadatan tanah memberikan hambatan mekanik
bagi pertumbuhan tanaman sehingga dapat mengurangi perkecambahan, mencegah
sistem perakaran yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan
mengurangi hasil tanaman.
8
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian terdiri dari dua kegiatan yaitu pengambilan contoh tanah sebagai
bahan dasar dan analisis laboratorium. Pengambilan tanah dilakukan di Desa
Cicadas, Kabupaten Bogor (06034’25’’LS, 106041’26’’BT). Sementara itu, analisis
laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai bulan April 2012.
Alat dan Bahan Penelitian
Bahan simulasi kepadatan tanah dalam penelitian ini adalah tanah, pasir
kuarsa, dan kompos. Tanah yang digunakan yaitu contoh tanah terganggu. Bahanbahan kimia yang dibutuhkan terdiri dari: air bebas ion, FeSO4, NaOH, HCl, H2SO4
pekat, kalium dikromat, alkohol 96 %, indikator conway, parafin cair, dan indikator
ferroin. Alat yang digunakan menurut metode analisisnya pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis analisis, metode, dan alat yang digunakan dalam penelitian
No.
1.
2.
3.
Jenis analisis
Pengambilan tanah
Kadar air tanah
Tekstur tanah
Metode
Komposit
Gravimetrik
Pipet
4.
C-organik tanah
5.
7.
Kadar air kapasitas
lapang
Bobot isi tanpa
pemadatan
Pemadatan Tanah
Walkley dan
Black
Alhricks
8.
9.
Bobot isi
Permeabilitas
10.
Kurva pF
11.
Bobot jenis partikel
12.
pH
6.
Pengetukan 50
Permeameter
Lab
Pressure plate
apparatus
Metode
Piknometer
pH meter
Alat
Cangkul, GPS, karung, polybag
Cawan, oven, neraca
Gelas piala, gelas ukur 1000 ml, pipet
volumetrik, cawan porselen, saringan
2µm, pengaduk.
Buret, erlenmeyer, pipet volumetrik,
gelas piala
Gelas piala, cawan, oven, pasir karsa,
neraca
Gelas ukur, neraca, oven
Alat pemadat tanah, timbangan, ring
sample, mistar
Ring sample, timbangan, mistar
Set alat permeabilitas laboratorium,
gelas ukur, mistar, oven
Set alat penetapan kadar air berbagai pF,
plate apparatus membran, timbangan,
oven
Labu ukur 50 ml, penangas
Botol, shaker, pH meter
9
Metode Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari berbagai tahap yaitu: pengumpulan bahan dasar
simulasi tanah, pembuatan contoh tanah simulasi, proses pemadatan tanah, analisis
sifat - sifat fisik tanah, dan pengolahan data. Tahapan penelitian tersaji dalam bagan
alir pada Gambar 3.
Keterangan: KL = kapasitas lapang
Gambar 3. Bagan alir metodologi penelitian
Pengumpulan Bahan Contoh Tanah
Bahan dasar contoh tanah terdiri dari: tanah asal, pasir kuarsa, dan kompos.
Jenis tanah yang digunakan adalah Typic Dystrudept dari Desa Cicadas, Kabupaten
Bogor (06034’25’’LS, 106041’26’’BT). Tanah diambil di kedalaman 80 - 100 cm.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan tanah dengan kadar bahan organik yang
rendah. Berdasarkan Kasno (2009), tanah di daerah tersebut pada kedalaman 99 -
10
138 cm bertekstur liat berat dengan persentase liat sebesar 86%, debu 11%, pasir
3%, dan mengandung C-organik yang rendah yaitu sebesar 0,12%. Tanah
dikeringudarakan selama kurang lebih 24 jam, kemudian diukur kadar C-organik
dan tekstur tanah.
Pasir kuarsa yang digunakan pada penelitian berasal dari pasir kuarsa
komersial. Pada tahap ini pasir disaring dengan ayakan 2 mm untuk memisahkan
ukuran pasir yang terlalu besar. Setelah itu, dilanjutkan penyaringan dengan ayakan
2 µm sambil dialiri air. Hal ini bertujuan untuk meloloskan debu, liat, dan bahan
lainnya sehingga didapatkan pasir 100%. Untuk kompos pada penelitian ini
digunakan kompos komersial. Kompos disaring dengan menggunakan ayakan 2
mm, setelah itu dianalisis kandungan C-organik.
Persiapan Penetapan Contoh Tanah
Tahap ini mempersiapkan contoh tanah penelitian sehingga sesuai dengan
formulasi perlakuan. Berdasarkan hasil analisis tanah asal dan kompos yang sudah
dilakukan pada tahap sebelumnya, diketahui kandungan C-organik dan tekstur
tanah yang kemudian dijadikan pedoman dalam formulasi contoh tanah. Simulasi
contoh tanah dilakukan dengan mencampurkan bahan yang terdiri: tanah, pasir
kuarsa, dan kompos sesuai dengan formulasi penelitian.
Berdasarkan hasil analisis awal yang tersaji pada Tabel Lampiran 11 dan
12, tanah asal bertekstur liat berat dengan kadar pasir 4%; liat 84%; debu 12%, dan
kadar bahan organiknya sebesar 0,49%. Kompos yang digunakan dalam percobaan
memiliki kadar bahan organik sebesar 74%. Setelah tekstur tanah diketahui, tanah
asal dicampur dengan pasir kuarsa sampai sesuai dengan formulasi contoh tanah
yaitu: tekstur liat berat sebesar 83% liat, tekstur liat sebesar 50% liat, tekstur
lempung berpasir sebesar 30% liat, dan tekstur pasir sebesar 8% liat. Tiap kelas
tekstur tanah ditambahkan kompos untuk mencapai kadar bahan organik tanah
sesuai formulasi, yaitu: 0,5% (rendah), 2,5% (sedang), 5% (tinggi), dan 7,5%
(sangat tinggi). Formulasi contoh tanah dan perbandingannya ditampilkan pada
Tabel 3 dan Tabel 4.
Contoh tanah yang sudah sesuai dengan formulasi kemudian ditetapkan
bobot isi tanah awal (tanpa pemadatan). Penetapan bobot isi awal dilakukan dengan
mengetuk tanah yang berat kering udaranya sudah ditetapkan terlebih dahulu.
11
Tanah diketuk sebanyak 50 kali dalam gelas ukur sehingga didapatkan volume
tanah. Metode ini merupakan modifikasi 1,000 knocks method (de Boodt dan
Vandevelde, 1970 dalam Kurnia et al., 2006). Tanah kemudian ditetapkan kadar
airnya, sehingga dapat dihitung berat kering mutlak tanah. Nilai bobot isi
didapatkan dengan membagi berat kering mutlak tanah dengan volume tanah.
Tabel 3. Formulasi contoh tanah untuk setiap perlakuan percobaan
Contoh
tanah
LB1
LB2
LB3
LB4
L1
L2
L3
L4
Formulasi
Tekstur
BO (%)
Liat berat
0,5
Liat berat
2,5
Liat berat
5,0
Liat berat
7,5
Liat
0,5
Liat
2,5
Liat
5,0
Liat
7,5
Contoh
tanah
LP1
LP2
LP3
LP4
P1
P2
P3
P4
Formulasi
Tekstur
BO (%)
Lempung berpasir
0,5
Lempung berpasir
2,5
Lempung berpasir
5,0
Lempung berpasir
7,5
Pasir
0,5
Pasir
2,5
Pasir
5,0
Pasir
7,5
Tabel 4. Perbandingan tanah, kuarsa, dan kompos contoh tanah
Contoh
tanah
LB1
LB2
LB3
LB4
L1
L2
L3
L4
Formulasi (%)
Tanah Kuarsa Kompos
99,98
0,00
0,02
99,98
0,00
2,81
99,98
0,00
6,53
99,98
0,00
10,53
68,62
31,16
0,22
68,62
31,16
3,02
68,62
31,16
6,73
68,62
31,16
10,73
Contoh
tanah
LP1
LP2
LP3
LP4
P1
P2
P3
P4
Tanah
35,41
35,41
35,41
35,41
9,43
9,43
9,43
9,43
Formulasi (%)
Kuarsa
Kompos
64,14
0,44
64,14
3,23
64,14
6,95
64,14
10,95
89,96
0,61
89,96
3,40
89,96
7,12
89,96
11,12
Contoh tanah ditetapkan kadar air kapasitas lapang dengan menggunakan
metode Alhrick. Tahapan pengerjaannya yaitu gelas piala 500 ml diisi dengan pasir
kuarsa setinggi 1-2 cm, kemudian pipa diletakkan dalam gelas piala tegak lurus
dengan permukaan pasir. Contoh tanah diisi ke dalam gelas piala hingga 3,5 cm
dari tepi atas. Lapisan atas contoh tanah dibasahi air sampai jenuh tetapi tidak
membasahi pasir kuarsa, kemudian gelas piala berisi pasir dan contoh tanah yang
telah dibasahi tadi ditutup dengan plastik transparan yang sudah dilubangi pada
bagian pipa, lalu dibiarkan selama 24 jam (Gambar Lampiran 2). Setelah 24 jam
gelas piala tersebut dibuka perlahan dan contoh tanah diambil sebanyak tiga kali
12
ulangan, masing-masing diambil dari tempat yang berbeda dalam satu gelas piala,
kemudian contoh tanah yang diambil tersebut dimasukkan ke dalam oven selama
24 jam dengan suhu 1050C untuk dihitung kadar airnya. Kadar air contoh tanah
diukur kembali di hari berikutnya sampai didapatkan kadar air yang konstan. Data
kadar air ini digunakan untuk penetapan kadar air pemadatan tanah dalam kondisi
kapasitas lapang sehingga tiap contoh tanah dapat disesuaikan kadar airnya.
Pemadatan Contoh Tanah
Pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat pemadat tanah yang
memiliki beban sebesar 2,5 kg dan tinggi jatuh beban 11,1 cm. Beban dijatuhkan
ke contoh tanah dalam ring sampai didapatkan bobot isi maksimum yang dapat
dicapai. Pemadatan dilakukan dalam dua kondisi kadar air yaitu saat kondisi kering
udara (P1) dan kapasitas lapang (P2) di mana kondisi kapasitas lapang ini
didasarkan dari hasil kadar air lapang dengan metode Alhricks. Metode pemadatan
ini merupakan metode modifikasi dari Standard Compaction Test.
Pengamatan Sifat - Sifat Tanah
Pengamatan sifat-sifat tanah dilakukan pada contoh tanah tanpa pemadatan
(P0), pemadatan dalam kondisi kering udara (P1), dan pemadatan dalam kondisi
kadar air kapasitas lapang (P2). Parameter yang diamati antara lain: bobot isi tanah,
kadar air pada berbagai pF, dan permeabilitas. Analisis ketahanan penetrasi dan
energi pemadatan dilakukan pada tanah dengan pemadatan dalam kondisi kering
udara dan kapasitas lapang. Sementara analisis bobot jenis partikel dan pH
dilakukan pada tanah tanpa pemadatan.
Bobot Isi Tanah
Pengukuran dilakukan dengan menghitung berat kering udara tanah (BKU),
kemudian tanah dimasukkan ke dalam oven sehingga didapatkan kadar air untuk
perhitungan berat kering mutlak (BKM) tanah. Setelah itu bobot isi didapatkan
dengan membagi berat kering mutlak seluruh tanah dalam ring dengan volume ring
bagian dalam. Volume ring bagian dalam adalah luas lingkaran dalam dikalikan
dengan tinggi tabung.
13
Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah didapatkan dengan memasangkan tanah ke dalam set
alat permeabilitas yang dijenuhkan dan dialiri air sampai empat hari pengamatan.
Pengamatan dilakukan dengan pengukuran volume air yang keluar melalui tanah.
Perhitungan permeabilitas dilakukan dengan menggunakan hukum Darcy.
K=
𝑄 𝐿 1
+ +
𝑑 β„Ž 𝐴
Yang mana K adalah permeabilitas (cm/jam), t adalah waktu (jam), L adalah tebal
contoh tanah (cm), h tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah (cm), dan
A adalah luas permukaan contoh tanah (cm2).
Kurva pF
Penentuan kurva pF dilakukan dengan pengukuran kadar air tanah pada
berbagai pF. Penetapan kadar air berbagai pF menggunakan metode gravimetrik.
Contoh tanah dalam ring sample sesuai dengan bobot isi yang telah didapatkan dari
simulasi pemadatan, dijenuhkan selama kurang lebih 24 jam, kemudian dimasukkan ke
dalam pressure plate apparatus. Tekanan alat disesuaikan berdasarkan pF yang
diinginkan. Setelah proses dalam pressure plate apparatus selesai, tanah
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1050C selama 24 jam untuk mendapatkan
nilai kadar air. Besarnya kadar air dihitung dengan persamaan berikut :
KA =
BKU − BKM
x100
𝐡𝐾𝑀
Yang mana KA adalah kadar air (%), BKU adalah berat kering udara (g), dan BKM
adalah berat kering mutlak (g).
Pori Drainase Total dan Pori Air Tersedia
Pori drainase total adalah selisih antara porositas total dengan kadar air (%
volume) pada pF 2,54. Pori air tersedia adalah selisih antara kadar air pada pF 2,54
dengan kadar air pada pF 4,20.
14
Energi Pemadatan
Energi pemadatan merupakan salah satu hasil dari penetapan pemadatan
tanah menggunakan alat pemadat. Energi per satuan volume (E) didapatkan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝐸=
( 𝑁𝑏 . 𝑁1 . π‘Š. 𝐻 )
𝑉
Yang mana E adalah energi pemadatan (kJ/m3), Nb adalah jumlah pukulan per
lapisan, N1 adalah jumlah lapisan, W adalah berat pemukul, H tinggi jatuh pemukul,
dan V adalah volume cetakan m3.
Bobot Jenis Partikel (BJP)
Pengukuran BJP dilakukan dengan menimbang labu ukur berisi tanah dan
air bebas ion yang kemudian dididihkan. Besarnya BJP dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
πœŒπ‘  =
πœŒπ‘“ 𝑀2
𝑀1 + 𝑀2 − 𝑀3
Yang mana s adalah BJP (g/cm3), f adalah berat jenis air (1 g/cm3), M1 adalah
berat piknometer dan air (g), M2 adalah berat tanah kering udara (g), M3 adalah
berat piknometer + tanah + air (g).
Analisis Data
Data yang didapatkan dianalisis secara statistik menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor, yang terdiri dari faktor A yaitu
tekstur tanah dan faktor B yaitu kandungan bahan organik tanah dengan tiga
ulangan. Model matematika yang digunakan sebagai berikut :
π‘Œπ‘–π‘—π‘˜ = πœ‡ + ∝𝑖 + 𝛽𝑗 + (𝛼𝛽)𝑖𝑗 + πœ€π‘–π‘—π‘˜
Keterangan :
Yijk
μ
∝i
βj
(αβ)ij
Εijk
= Nilai Pengamatan perlakuan ke-i, perlakuan ke-j, dan ulangan ke-k
= Rataan umum
= Pengaruh tekstur tanah ke-i
= Pengaruh kandungan bahan organik ke -j
= Pengaruh interaksi perlakuan tekstur tanah ke-i dan perlakuan kandungan
bahan organik ke-j
= Komponen galat perlakuan ke-i, perlakuan ke-j, dan ulangan ke-k
15
Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan Sidik Ragam
(Analysis of Variance/ ANOVA) melalui software STATISTICA 10. Faktor yang
berpengaruh sangat nyata (p<0,01) dan nyata (P<0,05) diuji lanjut dengan uji jarak
berganda Duncan (Duncan's Multiple Range Test) pada taraf 5%.
Statistik uji t-student pada taraf 5% digunakan untuk membandingkan
pengaruh kadar air (kering udara dan kapasitas lapang) pada saat pemadatan
terhadap sifat fisik tanah. Rumus yang digunakan yaitu:
𝑑 − 𝑠𝑑𝑒𝑑𝑒𝑛𝑑 =
(π‘₯1 + π‘₯2 )
√𝑆𝑝 (
π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› 𝑆𝑃 = √
1
1
+ )
𝑛1 𝑛2
(𝑛1 − 1)𝑆12 + (𝑛2 − 1)𝑆22
𝑛1 + 𝑛2 − 2
Keterangan :
x1, x2 = rata-rata pengamatan pada kadar air kapasitas lapang dan kering udara
𝑆12 , 𝑆22 = ragam contoh pada kadar air kapasitas lapang dan kering udara
n1, n2 = jumlah pengamatan pada kadar air kapasitas lapang dan kering udara
Sp
= simpangan baku gabungan
Nilai berbeda nyata apabila t hitung>ttabel dan tidak berbeda nyata apabila t hitung<ttabel,
ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat bebas (n1+n2-2)
(Walpole, 1990).
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Tekstur dan Bahan Organik Tanah terhadap Sifat-Sifat Tanah
dalam Proses Pemadatan Tanah
Bobot Jenis Partikel (BJP)
Bobot jenis partikel adalah bobot massa partikel padat per satuan volume
tanah. Tekstur dan bahan organik tanah mempengaruhi sangat nyata terhadap bobot
jenis partikel tanah, namun tidak ada pengaruh interaksi dari kedua faktor tersebut
(Tabel Lampiran 1). Dari Tabel 5 terlihat bahwa semakin kasar tekstur tanah atau
semakin rendah kadar bahan organik tanah, maka semakin tinggi bobot jenis
partikel tanah.
Tabel 5. Pengaruh tekstur dan kadar bahan organik tanah terhadap bobot jenis
partikel
Faktor
Tekstur
Bahan Organik Tanah (%)
Perlakuan
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
Pasir
0,5
2,5
5,0
7,5
BJP (g/cm3)
2,10
2,12
2,27
2,45
2,34
2,25
2,25
2,10
a
a
b
c
k
j
j
i
Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Bobot jenis partikel tanah antara liat berat dan liat tidak berbeda nyata, tetapi
meningkat secara nyata pada tekstur lempung berpasir dan pasir. Peningkatan kadar
bahan organik dari 0,5% menjadi 2,5% nyata menurunkan bobot jenis partikel
tanah, tetapi bobot jenis partikel antara tanah berkadar bahan organik 2,5% dan
5,0% tidak berbeda nyata. Peningkatan kadar bahan organik menjadi 7,5%, nyata
menurunkan bobot jenis partikel tanah dibanding bobot jenis partikel tanah
berkadar bahan organik 5,0%.
Bobot Isi Tanah
Bobot isi tanah merupakan kerapatan tanah per satuan volume. Interaksi
tekstur dan bahan organik tanah tanpa pemadatan mempengaruhi secara sangat
nyata (p<0,01) terhadap bobot isi (Tabel Lampiran 1). Begitu juga pada tanah
17
dengan pemadatan dalam kondisi kering udara dan kapasitas lapang, interaksi
tekstur tanah dan bahan organik tanah mempengaruhi secara sangat nyata terhadap
bobot isi (Tabel Lampiran 2 dan 3).
Hasil pengamatan bobot isi tanah pada tanpa pemadatan dapat dilihat pada
tabel pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik terhadap bobot isi (Tabel
Lampiran 5) dan grafik yang tersaji pada Gambar 4a. Dari grafik tersebut
menghasilkan informasi bahwa bobot isi tanah tanpa pemadatan semakin menurun
secara nyata dengan semakin kecil ukuran butir tanah dan peningkatan kadar bahan
organik tanah. Pada tanah bertekstur liat, bobot isi tidak berbeda nyata dengan
adanya perubahan kadar bahan organik, sedangkan pada liat berat terjadi penurunan
bobot isi pada kadar 7,5%. Pada pasir dan lempung berpasir terjadi penurunan bobot
isi yang lebih tajam dengan adanya peningkatan kadar bahan organik dibandingkan
dengan liat berat dan liat. Pada pasir, peningkatan bahan organik menurunkan bobot
isi tanah, sedangkan pada lempung berpasir terjadi penurunan bobot isi pada kadar
bahan organik 2,5% dan 7,5%.
Penurunan bobot isi tanah seiring dengan peningkatan kadar bahan organik,
dikarenakan massa bahan organik itu sendiri. Bahan organik mempunyai berat yang
lebih ringan dibandingkan dengan bahan mineral tanah. Pada satuan volume yang
sama, berat bahan mineral tanah lebih besar dari berat bahan organik. Dalam tanah
yang sama, semakin tinggi kadar bahan organik, maka nilai berat volume tanah
semakin kecil (Santosa, 2006). Menurut Sutanto (2005), bahan organik merupakan
bahan yang sarang (porous) dan selalu meningkatkan total porositas. Hubungan
bobot isi dengan porositas yaitu tanah yang poros memiliki volume pori lebih besar
sehingga bobot isi tanah menjadi kecil. Hasil penelitian Agustina (2007)
menunjukkan bahwa pemberian dosis kompos berpengaruh sangat nyata terhadap
bobot isi tanah. Nilai bobot isi semakin rendah dengan semakin tingginya dosis
kompos. Hal ini sejalan juga dengan hasil penelitian Kalantari, Hatami, Ardalan,
Alikhani, dan Shorafa (2009) yang menunjukkan bahwa bobot isi tanah menurun
seiring peningkatan pemberian dosis kompos dengan dosis kompos sebesar 0, 1, 3, 6,
dan 9%.
Tanah bertekstur kasar memiliki bobot isi yang lebih besar dibandingkan
tanah bertekstur halus. Hal ini bukan berarti bahwa semakin kasar tekstur tanah
18
maka tanah lebih padat, dikarenakan bobot isi yang didapatkan merupakan tanah
dalam kondisi tanpa pemadatan. Bobot isi tanah bertekstur kasar lebih besar
dikarenakan memiliki bobot partikel yang lebih besar dibandingkan dengan tanah
bertekstur halus. Sejalan dengan Hanafiah (2010), bahwa tanah pasir memiliki
bobot isi lebih tinggi dibandingkan tanah berbutir halus (liat), yaitu tanah liat
memiliki bobot isi antara 1,3-1,8 g/cm2, sedangkan pasir memiliki bobot isi antara
Bobot isi (g/cm3)
1,3-1,8 g/cm3.
2,00
1,50
k
i
ef
cd
1,00
j
g
ebc
i
g
de
b
h
f
cd
a
0,50
0
2
4
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
Pasir
(a)
Bobot isi (g/cm3)
2,00
n
k
1,50
e
m
i
h
d
a
b
d
0,50
0
Liat berat
2,00
Bobot isi (g/cm3)
f
c
g
1,00
o
l
j
2
4
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
Liat
Lempung berpasir
Pasir (b)
h
1,50
gh
g
f
d
ab
f
d
ab
b
1,00
g
e
c
a
0,50
0
2
4
6
8
Kadar bahan organik (%)
Liat berat
Gambar 4.
Liat
Lempung berpasir
Pasir
(c)
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap bobot isi
tanah (a.Tanpa pemadatan, b.Pemadatan kering udara, c.Pemadatan
kapasitas lapang)
Hasil pengamatan bobot isi tanah dengan pemadatan dalam kondisi kering
udara dapat dilihat pada tabel pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah
terhadap bobot isi tanah (Tabel Lampiran 5) dan grafik pada Gambar 4b.
19
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum bobot isi tanah
dengan pemadatan dalam kondisi kering udara pada berbagai tekstur tanah
mengalami penurunan seiring dengan penurunan ukuran partikel tanah dan
peningkatan bahan organik yang berkisar 2,5 – 5,0%, kemudian bobot isi meningkat
pada kadar bahan organik 7,5%. Pada pasir, bobot isi tanah mengalami penurunan
pada kadar bahan organik 2,5%, kemudian meningkat pada kadar bahan organik
5,0%, dan menurun kembali pada kadar bahan organik 7,5%. Pada lempung
berpasir penurunan bobot isi terjadi pada kadar bahan organik 2,5-5,0%, kemudian
mengalami peningkatan pada kadar bahan organik 7,5%. Bobot isi pada liat
mengalami penurunan pada tiap peningkatan kadar bahan organik tanah, sedangkan
pada liat berat mengalami penurunan pada kadar bahan organik 2,5-5,0%,
kemudian meningkat pada kadar bahan organik 7,5%. Adanya peningkatan bobot
isi pada kadar bahan organik 5,0-7,5% dikarenakan bahan organik membuat tanah
lebih lembab sehingga tanah lebih mudah dipadatkan.
Hasil pengamatan bobot isi tanah dengan pemadatan dalam kondisi
kapasitas lapang dapat dilihat pada tabel pengaruh interaksi tekstur dan bahan
organik terhadap bobot isi (Tabel Lampiran 5) dan grafik pada Gambar 4c. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa bobot isi tanah dengan pemadatan dalam kondisi
kapasitas lapang semakin kecil dengan penurunan ukuran partikel tanah dan
peningkatan kadar bahan organik tanah. Bobot isi liat berat tidak berbeda nyata
dengan peningkatan kadar bahan organik, tetapi pada liat terjadi penurunan seiring
dengan peningkatan kadar bahan organik yaitu antara kadar 2,5% dan 7,5%. Pada
lempung berpasir, penurunan bobot isi terlihat cukup tajam pada peningkatan kadar
bahan organik antara 2,5% menjadi 7,5%. Pada pasir, penurunan bobot isi terjadi
secara nyata apabila terjadi peningkatan kadar bahan organik 0,5% menjadi 7,5%.
Dari Gambar 4 di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh tekstur tanah dan
bahan organik pada tanah tanpa pemadatan, pemadatan kering udara, dan
pemadatan kapasitas lapang menunjukkan bobot isi yang semakin kecil dengan
makin halus tekstur dan makin besar kadar bahan organik tanah. Penurunan bobot
isi pada setiap tekstur tanah pada tanpa pemadatan terjadi secara gradual/linier pada
setiap peningkatan kadar bahan organik. Pada tanah yang dipadatkan dalam kondisi
kering udara, perubahan nilai bobot isi pada setiap tekstur tanah terjadi secara
20
fluktuatif naik turun pada setiap peningkatan kadar bahan organik tanah. Namun
dengan peningkatan kadar bahan organik dari 0,5% menjadi 7,5%, terjadi
penurunan bobot isi secara nyata pada setiap tekstur tanah. Pada proses pemadatan
pada kondisi kapasitas lapang, perubahan dosis bahan organik nyata menurunkan
bobot isi tanah antara 0,5% ke 2,5-5% dan ke 7,5%. Seperti halnya pada tanpa
pemadatan dan dengan pemadatan kondisi kering udara, semakin kasar tekstur
tanah bobot isinya makin besar.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada setiap tekstur tanah
membutuhkan kadar bahan organik yang berbeda untuk menurunkan nilai bobot isi
tanah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sarjiyah (1999) yaitu, salah satu
upaya untuk memperbaiki kualitas tanah pasir yaitu dengan menggunakan pupuk
organik. Pupuk organik dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah.
Kurva pF
Kurva pF digunakan untuk menunjukkan banyaknya air yang dapat ditahan
oleh tanah atau dapat disebut juga sebagai kemampuan tanah memegang air, selain
itu juga kurva pF berguna untuk menentukan jumlah air yang dilepaskan atau
dihisap oleh tanah tergantung dengan tegangannya. Hasil penetapan kurva pF pada
tanah tanpa pemadatan, tanah dengan pemadatan baik dalam kondisi kering udara
dan kadar air kapasitas lapang dapat dilihat pada Gambar 5. Kurva pF pada
penelitian ini menunjukkan bahwa kadar air pada berbagai pF semakin meningkat
dengan semakin halusnya tekstur tanah dan semakin besarnya kadar bahan organik
tanah.
Tanah dengan tekstur pasir berbahan organik rendah menunjukkan kurva pF
yang paling landai. Hal ini berarti penurunan kadar air seiring peningkatan pF pada
tanah bertekstur kasar lebih besar. Menurut Sutanto (2005), tanah bertekstur kasar
memiliki pori total lebih sedikit, tetapi memiliki banyak pori makro, sebaliknya
tanah bertekstur halus memiliki pori total lebih banyak dengan dominan pori mikro.
Semakin besar ukuran pori tanah, maka semakin mudah air dilepaskan oleh tanah
(Baskoro dan Tarigan, 2007). Tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti
kompos mempunyai pori tanah dengan daya rekat yang lebih baik, sehingga mampu
mengikat serta menahan air di dalam tanah (Yuwono, 2007), oleh karena itu tanah
dengan bahan organik tinggi memiliki kemampuan mengikat air yang lebih tinggi.
21
5
pF (log cm air)
pF (log cm air)
5
4
3
2
1
0
4
3
2
1
0
10
20 30 40 50
Kadar air (%v)
pF (log cm air)
0
60
70
0
(a)
5
4
3
2
1
0
0
Gambar 5.
10
20 30 40 50 60
Kadar air (%v)
(c)
10
20 30 40
Kadar air (%v)
LB1
LB3
L1
L3
LP1
LP3
P1
P3
50
60
(b)
LB2
LB4
L2
L4
LP2
LP4
P2
P4
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap kurva pF
(a.Tanpa pemadatan, b.Pemadatan kering udara, c.Pemadatan
kapasitas lapang)
Pori Drainase Total
Tanah mempunyai pori-pori, yaitu suatu bagian yang tidak terisi bahan
padat. Bagian yang tidak terisi padatan akan diisi oleh air dan udara. Pori tanah
dibedakan menjadi dua, yaitu pori mikro dan makro. Pori makro berisi air gravitasi
atau udara. Pori makro disebut juga sebagai pori drainase. Interaksi tekstur dan
bahan organik tanah tanpa pemadatan mempengaruhi secara sangat nyata (p<0,01)
terhadap pori drainase (Tabel Lampiran 1). Begitu juga pada tanah dengan
pemadatan dalam kondisi kering udara dan kapasitas lapang, interaksi tekstur dan
bahan organik tanah mempengaruhi sangat nyata terhadap pori drainase total.
Hasil pengamatan pori drainase total tanah tanpa pemadatan dapat dilihat
pada Tabel Lampiran 6 dan grafik pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik
tanah terhadap pori drainase total, tersaji pada Gambar 6a. Dari Gambar 6a
menunjukkan bahwa penurunan ukuran partikel tanah dan peningkatan kadar bahan
organik tanah pada tanah tanpa pemadatan mengakibatkan jumlah pori drainase
berbeda nyata secara beragam. Pada liat berat, peningkatan kadar bahan organik
tidak mempengaruhi jumlah pori drainase total, sedangkan pada liat, peningkatan
kadar bahan organik menurunkan pori drainase total. Pada lempung berpasir, pori
22
drainase total meningkat pada kadar bahan organik 5,0%. Pada pasir, peningkatan
bahan organik tidak mempengaruhi jumlah pori drainase total.
Pori drainase total
(%)
40
30
fg
e
20
ij
hi
j
gh
ij
j
fg
d
ab
bc
10
cd
bc
bc
a
0
0
2
4
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
Pori drainase total
(%)
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
(a)
Pasir
40
30
g
20
g
10
f
def
d
b
ef
de
de
d
b
ab
0
0
2
4
c
b
a
8
6
Kadar bahan organik tanah (%)
Pori drainase total
(%)
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
(b)
Pasir
40
30
j
i
20
h
g
f
10
e
bc
a
de
bc
0
0
2
bcd
a
4
6
cd
bc
ab
8
Kadar bahan organik tanah (%)
Liat berat
Gambar 6.
Liat
Lempung berpasir
Pasir
(c)
Pengaruh interaksi tekstur dan kadar bahan organik tanah terhadap
pori drainase total (a.Tanpa pemadatan, b.Pemadatan kering udara,
c.Pemadatan kapasitas lapang)
Hasil pengamatan pori drainase total tanah dengan pemadatan dalam
kondisi kering udara dapat dilihat pada tabel pengaruh interaksi tekstur dan bahan
organik tanah terhadap pori drainase total (Tabel Lampiran 6) dan grafik pada
Gambar 6b. Hasil pengamatan yang tersaji menunjukkan bahwa penurunan ukuran
partikel tanah dan peningkatan kadar bahan organik menurunkan pori drainase total
pada tanah dengan pemadatan dalam kondisi kering udara. Pori drainase total pada
liat berat mengalami penurunan pada kadar bahan organik 7,5%, begitu juga tanah
23
liat dan lempung berpasir. Pada pasir, pori drainase total mengalami penurunan
dengan meningkatnya kadar bahan organik sebesar 5,0% dan 7,5%.
Pori drainase tanah pada berbagai tekstur dan kadar bahan organik tanah
dengan pemadatan dalam kondisi kapasitas lapang ditampilkan pada Tabel
lampiran 6 dan Gambar 6c. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pori drainase
pada liat berat dan liat tidak berbeda nyata pada peningkatan kadar bahan organik
tanah. Pori drainase total pada lempung berpasir tertinggi pada kadar bahan organik
5,0%. Pada pasir, pori drainase total mengalami penurunan pada tiap peningkatan
kadar bahan organik tanah.
Dari ketiga grafik pori drainase total diketahui bahwa tanah bertekstur kasar
memiliki pori drainase yang lebih banyak dibandingkan dengan tanah bertekstur
halus. Menurut Yuwono (2007), pori drainase/makro sulit menahan air didalam
tanah sehingga air hanya merembes masuk dan lewat begitu saja. Terjadinya
penurunan jumlah pori drainase pada peningkatan kadar bahan organik tanah
dikarenakan bahan organik berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi
butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar
pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, dan aerasi tanah
(Simanungkalit,
Suriadikarta, Saraswati,
Setyorini,
dan Hartatik,
2006).
Penambahan bahan organik pada tanah berbutir kasar dapat meningkatkan pori
yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro (Stevenson, 1982), oleh
karena itu pasir memiliki grafik pori drainase total yang lebih curam seiring dengan
peningkatan kadar bahan organik dibandingkan dengan yang lain pada tanah
dengan pemadatan baik dalam kondisi kering udara maupun kapasitas lapang
(Gambar 6 b dan c).
Pori Air Tersedia
Pori air tersedia merupakan pori tempat dimana air ditahan oleh tanah pada
ondisi kapasitas lapang hingga titik layu atau dapat juga diartikan sebagai pori
tempat air dapat diserap langsung oleh tanaman. Pori air tersedia merupakan pori
meso. Interaksi tekstur dan bahan organik tanah pada tanah tanpa pemadatan dan
dengan pemadatan dalam kondisi kapasitas lapang mempengaruhi sangat nyata
terhadap pori air tersedia (Tabel Lampiran 1 dan 3), namun pada tanah dengan
pemadatan dalam kondisi kering udara (Tabel Lampiran 2), interaksinya tidak
24
mempengaruhi secara nyata. Pada tanah dengan pemadatan dalam kondisi kapasitas
Pori air tersedia (%)
lapang, tekstur tanah mempengaruhi pori air tersedia secara nyata.
16
f
12
ef
def
cde
8
4
0
abcd
bcde
abcd
a
ab
0
2
def
abcd
ab
a
4
abc
a
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
Pori air tersedia (%)
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
(a)
Pasir
16
12
8
cd
4
ab
a
0
0
bc
ab
ab
a
2
4
de
e
de
ab
ab
a
ab
a
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
Liat berat
Gambar 7.
Liat
Lempung berpasir
Pasir
(b)
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap pori air
tersedia (a.Tanpa pemadatan, b.Pemadatan kapasitas lapang)
Hasil pengamatan pori air tersedia tanah tanpa pemadatan dapat dilihat pada
Tabel Lampiran 7 dan grafik pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah
terhadap pori air tersedia pada Gambar 7a. Dari data yang tersaji menghasilkan
informasi bahwa jumlah pori air tersedia pada liat berat tidak berbeda nyata dengan
peningkatan kadar bahan organik tanah, begitu juga dengan pasir. Pada lempung
berpasir, pori air tersedia mengalami penurunan pada kadar bahan organik 5,0%,
kemudian meningkat kembali pada kadar bahan organik 7,5%. Pada liat, pori air
tersedia mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan kadar bahan organik
tanah.
Hasil pengamatan pori air tersedia tanah dengan pemadatan dalam kondisi
kering udara dapat dilihat pada Tabel Lampiran 7 dan grafik pengaruh tekstur tanah
terhadap pori air tersedia pada Gambar 8. Hasil pengamatan yang tersaji
menunjukkan bahwa pori air tersedia tanah bertekstur liat berat, lempung berpasir,
dan pasir tidak berbeda nyata, tetapi tanah bertekstur liat berbeda nyata, dimana
pori air tersedia pada liat lebih besar dibandingkan dengan tekstur yang lain.
Pori air tersedia (%)
25
9
6
3
0
Liat berat
Liat
Lempung
berpasir
Pasir
Tekstur tanah
Gambar 8.
Pengaruh tekstur tanah terhadap pori air tersedia pada tanah
pemadatan kering udara
Hasil pengamatan pori air tersedia tanah pemadatan kapasitas lapang dapat
dilihat pada tabel pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik terhadap pori air
tersedia (Tabel Lampiran 7) dan grafik pada Gambar 7b. Berdasarkan hasil
pengamatan yang tersaji, pori air tersedia pada liat dan lempung berpasir tidak
berbeda nyata dengan peningkatan kadar bahan organik. Pada pasir, pori air tersedia
meningkat pada kadar bahan organik 7,5%, sedangkan pada liat berat meningkat
pada kadar bahan organik 5,0%.
Dari hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan jumlah pori air
tersedia pada liat yang lebih banyak dibandingkan dengan liat berat. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Hakim et al (1986) bahwa, jumlah air tersedia tertinggi
justru dimiliki oleh tanah bertekstur sedang. Hal tersebut terjadi karena pada tanah
bertekstur halus, molekul air dijerap kuat oleh tanah pada pori mikro, sehingga
meskipun kemampuan tanah dalam memegang air tinggi, belum tentu air tersedia
bagi tanaman tinggi, sehingga air menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Pada tanah
bertekstur kasar, pori makro lebih dominan dibandingkan pori meso sehingga air
lebih mudah hilang merembes akibat pengaruh gravitasi. Peningkatan bahan
organik tanah menyebabkan peningkatan pori air tersedia atau pori meso. Pada
tanah bertekstur halus, bahan organik meningkatkan pori meso dan menurunkan
pori mikro, sedangkan pada tanah bertekstur kasar, bahan organik meningkatkan
pori meso dan menurunkan pori makro.
Permeabilitas Tanah
Pada tanah tanpa pemadatan (Tabel Lampiran 1), interaksi tekstur dan bahan
organik tanah tidak mempengaruhi secara nyata (p>0,01), namun tekstur tanah
26
mempengaruhi secara sangat nyata (p<0,01) dan bahan organik tanah
mempengaruhi secara nyata (p<0,05) terhadap permeabilitas tanah. Permeabilitas
tanah pada tanpa pemadatan meningkat dari tekstur liat hingga pasir, tetapi tidak
ada perbedaan secara statistik antara liat berat dan liat. Begitu juga pengaruh bahan
organik dapat meningkatkan permeabilitas tanah dari 0,5% ke 2,5%, sedangkan
peningkatan bahan organik dari 2,5% ke 7,5% tidak mempengaruhi permeabilitas
tanah.
Tabel 6. Pengaruh tekstur dan bahan organik tanah terhadap permeabilitas tanah
tanpa pemadatan
Faktor
Tekstur
Bahan Organik
(%)
Keterangan:
Perlakuan
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
Pasir
0,5
2,5
5,0
7,5
Permeabilitas (cm/jam)
P0
71,91 a
133,19 a
299,30 b
485,90 c
181,53 i
259,45 j
269,97 j
284,45 j
angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%
Tanah bertekstur kasar memiliki pori makro lebih banyak dibandingkan
dengan tanah bertekstur halus. Pori makro sulit menahan air di dalam tanah
sehingga air mudah merembes masuk dan lewat begitu saja (Yuwono, 2007), oleh
karena itu permeabilitas tanah pada tanah bertekstur kasar lebih besar dibandingkan
dengan tanah bertekstur halus. Tanah bertekstur halus memiliki pori mikro lebih
banyak. Pori mikro mampu menahan air dengan baik, sehingga air yang masuk ke
dalam tanah tidak mudah untuk diloloskan. Hal ini sejalan dengan hasil pengamatan
kurva pF, pori drainase total, dan pori air tersedia, yaitu semakin kasar tekstur tanah
maka pori drainase atau pori makro semakin banyak dan semakin halus tekstur
tanah maka pori mikro lebih banyak. Berdasarkan hasil pengamatan pori drainase
total dan pori air tersedia terlihat bahwa peningkatan kadar bahan organik tanah
mengakibatkan peningkatan pori meso yang kontinu, sehingga meningkatkan
permeabilitas tanah.
27
Permeabilitas
(cm/jam)
120
f
90
e
60
30
0
bcd
abc
ab
0
d
cd
abcd
2
cd
abcd
abc
a
8
abcd
4
6
Kadar bahan organik tanah (%)
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
(a)
Pasir
Permeabilitas
(cm/jam)
120
90
60
c
ab
30
b
ab
a
ab
ab
0
0
2
ab
ab
a
4
ab
ab
a
8
6
Kadar bahan organik tanah (%)
Liat berat
Gambar 9.
Liat
Lempung berpasir
Pasir
(b)
Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap
permeabilitas tanah (a.Pemadatan kering udara, b.Pemadatan
kapasitas lapang)
Pada tanah dengan pemadatan dalam kondisi kering udara, interaksi tekstur
dan bahan organik tanah mempengaruhi secara sangat nyata terhadap permeabilitas
tanah (Tabel Lampiran 2). Hasil pengamatan permeabilitas tanah dengan
pemadatan dalam kondisi kering udara dapat dilihat pada Tabel Lampiran 8 dan
grafik pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap permeabilitas
tanah yang tersaji pada Gambar 9a. Gambar 9a menunjukkan permeabilitas tanah
bertekstur pasir menurun terus dari kadar bahan organik 0,5% ke 5,0%. Setelah
mencapai kadar bahan organik 5,0%, permeabilitas tanah pasir tidak berbeda nyata
dengan kadar bahan organik 7,5% maupun tekstur lain di berbagai kadar bahan
organik.
Pada tanah dengan pemadatan dalam kondisi kapasitas lapang, interaksi
tekstur dan bahan organik tanah mempengaruhi secara sangat nyata terhadap
permeabilitas tanah (Tabel Lampiran 3). Permeabilitas tanah dengan pemadatan
dalam kondisi kapasitas lapang dapat dilihat pada Tabel Lampiran 8 dan grafik
pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap permeabilitas tanah
yang tersaji pada Gambar 9b. Seperti halnya pada pemadatan kering udara,
permeabilitas tanah pada pemadatan kapasitas lapang menunjukkan penurunan
28
hanya terjadi pada pasir dengan kadar bahan organik 0,5% ke 2,5% (Gambar9b).
Namun pada kadar bahan organik ≥ 2,5%, permeabilitas tanah pasir tidak berbeda
nyata dengan tanah tekstur liat berat, liat, dan lempung berpasir pada berbagai kadar
bahan organik tanah.
Ketahanan Penetrasi Tanah
Ketahanan penetrasi merupakan salah satu parameter sifat fisik tanah yang
menggambarkan kepadatan dan kekuatan tanah. Menurut Rachman (2002),
penggunaan cone penetrometer untuk mengukur kepadatan tanah pertanian masih
mendapat kritikan, namun penggunaannya masih dianggap relevan untuk
memberikan gambaran hambatan mekanik tanah. Interaksi tekstur dan bahan
organik tanah pada tanah dengan pemadatan dalam kondisi kering udara
mempengaruhi sangat nyata terhadap ketahanan penetrasi tanah (Tabel Lampiran
2). Begitu juga tanah dengan pemadatan dalam kondisi kapasitas lapang, interaksi
tekstur dan bahan organik tanah mempengaruhi sangat nyata terhadap ketahanan
penetrasi tanah (Tabel Lampiran 3).
Hasil pengamatan ketahanan penetrasi tanah dengan pemadatan dalam
kondisi kering udara dapat dilihat pada Tabel Lampiran 9 dan grafik pengaruh
interaksi dan bahan organik tanah terhadap ketahanan penetrasi tanah yang tersaji
pada Gambar 10a. Data yang tersaji menghasilkan informasi bahwa ketahanan
penetrasi tanah dengan pemadatan dalam kondisi kering udara mengalami
perubahan yang beragam pada tiap tekstur dan kadar bahan organik tanah. Pada
seluruh tekstur tanah, ketahanan penetrasi cenderung meningkat dengan
peningkatan kadar bahan organik tanah. Pada liat berat dan liat ketahanan penetrasi
mengalami peningkatan pada kadar bahan organik 7,5%. Pada lempung berpasir,
ketahanan penetrasi mengalami peningkatan pada kadar bahan organik 5,0%. Pada
pasir, ketahanan penetrasi mengalami kenaikan pada kadar bahan organik 2,5%.
Pada kadar bahan organik 7,5%, liat berat lebih resisten dan sulit untuk ditembus
oleh akar. Hal ini dikarenakan ketahanan penetrasi liat berat berbahan organik 7,5%
yang telah dipadatkan dalam kondisi kering udara melebihi 1 MPa atau 10 kg/cm2.
Menurut Mazurak dan Polham dalam Rachman (2002), Akar tanaman jagung dan
kedelai terhambat pada ketahanan penetrasi 1MPa, lebih dari itu akar tanaman
jagung dan kedelai hampir tidak ditemukan. Selain liat berat berbahan organik
29
7,5%, tanah lempung berpasir berbahan organik 5,0%, dan 7,5% juga menghambat
Ketahanan penetrasi
(kg/cm2 )
pertumbuhan akar.
30
20
g
d
10
ab
0
0
bc
ab
a
2
4
f
de
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
Liat berat
Ketahanan penetrasi
(kg/cm2)
ef
de
c
bc
Liat
Lempung berpasir
(a)
Pasir
30
d
cd
20
c
10
b
ab
ab
2
ab
ab
a
0
0
d
d
4
a
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
Pasir
(b)
Gambar 10. Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap
ketahanan penetrasi tanah (a.Pemadatan kering udara, b.Pemadatan
kapasitas lapang)
Hasil pengamatan ketahanan penetrasi tanah dengan pemadatan dalam
kondisi kapasitas lapang dapat dilihat pada Tabel Lampiran 9 dan grafik pengaruh
interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap ketahanan penetrasi tanah tersaji
pada Gambar 10b. Data yang tersaji menginformasikan bahwa ketahanan penetrasi
tanah dengan pemadatan dalam kondisi kapasitas lapang mengalami perubahan
yang beragam pada tiap tekstur dan kadar bahan organik tanah. Ketahanan penetrasi
tanah liat berat tidak mengalami perubahan pada tiap peningkatan kadar bahan
organik. Pada liat, ketahanan penetrasi mengalami kenaikan pada kadar bahan
organik 2,5%, kemudian menurun kembali pada kadar bahan organik 5,0%. Pada
lempung berpasir, ketahanan penetrasi mengalami penurunan pada kadar bahan
organik ≥ 2,5%. Pada pasir, ketahanan penetrasi mengalami kenaikan yang tidak
terlalu mencolok, ketahanan penetrasi berbeda nyata pada kadar bahan organik
0,5% dengan ≥ 5,0%.
Ketahanan penetrasi tanah meningkat secara nyata dengan peningkatan
ukuran butir tanah dan kadar bahan organik tanah. Sama halnya dengan pada tanah
30
dengan pemadatan dalam kondisi kering udara, partikel kuarsa lebih keras
dibandingkan dengan partikel liat, sehingga tanahnya menjadi lebih keras. Bahan
organik pada tanah pemadatan dalam kondisi kapasitas lapang mengakibatkan
tanah menjadi mantap dengan peningkatan bahan organik sehingga ketahanan
penetrasi tanah lebih besar. Pada tanah dengan pemadatan dalam kondisi kapasitas
lapang, tanah liat berbahan organik 2,5%, lempung berpasir 0,5%, dan pasir
berbahan organik 0,5%, 2,5%, 5,0%, dan 7,5% termasuk susah untuk ditembus akar
tanaman.
pH Tanah
Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi tanah,
karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. Kebanyakan
tanaman tumbuh baik pada kisaran pH 7, karena pada pH 7 konsentrasi Ca, Mg,
dan P tersedia cukup untuk pertumbuhan tanaman, serta kadar hara unsur mikro
dalam larutan tanah juga mencukupi. Tekstur dan bahan organik tanah
mempengaruhi secara sangat nyata terhadap pH tanah, namun interaksi kedua
faktor tersebut tidak mempengaruhi secara nyata terhadap pH tanah (Tabel
Lampiran 1).
Tabel 7. Pengaruh tekstur dan bahan organik tanah terhadap pH tanah
Faktor
Tekstur
Bahan Organik Tanah (%)
Perlakuan
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
Pasir
0,5
2,5
5,0
7,5
pH
5,70
6,40
6,57
7,04
6,24
6,34
6,46
6,74
a
b
b
c
i
ij
j
k
Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan Tabel 7, pH tanah meningkat secara nyata seiring dengan
bertambah kasar tekstur tanah. Liat berat memiliki pH tanah tergolong asam sedang,
tanah liat dan lempung berpasir memiliki pH tergolong asam rendah, dan tanah
pasir memiliki pH tergolong netral. Reaksi tanah (pH) juga meningkat secara nyata
seiring peningkatan kadar bahan organik tanah. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Sudirja, Solihin, dan Rosniawaty (2005) yang menunjukkan bahwa setiap
31
kenaikan dosis kompos berpengaruh nyata terhadap peningkatan pH tanah dan
mendekati pH 7 (netral). Menurut Yuwono (2007), pemberian kompos ternyata
membantu meningkatkan pH tanah. Peningkatan pH tanah ini diduga disebabkan
adanya efek asam-asam organik dalam mengikat ion Al dan meningkatkan KTK
tanah. Semakin besar bahan organik yang diberikan pada tanah maka berpeluang
semakin besar asam organik yang akan disumbangkan tanah. Asam-asam organik
tersebut mengkhelat ion Al sehingga menghambat hidrolisis Al yang akan
menghasilkan ion H+, akibatnya pH tanah meningkat.
Pengaruh Kadar Air Tanah dalam Proses Pemadatan Tanah terhadap
Sifat-Sifat Tanah
Bobot Isi Tanah
Pengaruh kondisi kadar air tanah pada saat pemadatan yaitu kering udara
dan kapasitas lapang mempengaruhi secara nyata terhadap bobot isi tanah (Tabel
Lampiran 4). Bobot isi tanah dengan pemadatan dalam kondisi kapasitas lapang
lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi kering udara (Gambar 11). Menurut
Hardiyatmo (1992), pada kadar air yang rendah, untuk kebanyakan tanah
menyebabkan tanah cenderung bersifat kaku dan sulit dipadatkan. Setelah air
ditambahkan, tanah menjadi lebih lunak. Udara di dalam tanah dipaksa keluar pada
waktu pemadatan, sehingga kadar air tanah akan berada dalam kedudukan jenuh
Bobot isi (g/cm3)
dan nilai bobot isi akan menjadi maksimum.
1,5
1,4
1,40
1,3
1,27
1,2
kering udara
kapasitas lapang
Kondisi kadar air Tanah
Gambar 11. Bobot isi tanah pemadatan kering udara dan kapasitas lapang
Pada semua tekstur, bobot isi tanah pada tanpa pemadatan, pemadatan
kering udara, dan pemadatan kapasitas lapang semakin rendah nilainya seiring
dengan peningkatan kadar bahan organik (Gambar 12). Bobot isi tanah pemadatan
kapasitas lapang lebih besar dari bobot isi tanah pemadatan kering udara, dan bobot
32
isi tanah pemadatan kering udara lebih besar dibandingkan dengan bobot isi tanpa
pemadatan untuk semua jenis tekstur tanah. Laju penurunan bobot isi tanah seiring
peningkatan kadar bahan organik cukup tajam pada lempung berpasir, dan cukup
1,8
1,4
R² = 0,9985
1
R² = 0,1534
0,6
0
2
4
R² = 0,9507
6
8
Bobot isi (g/cm3)
Bobot isi (g/cm3)
landai pada liat berat dan pasir.
1,8
1,4
R² = 0,9033
1
R² = 0,9575
0
1,8
1,4
R² = 0,4954
1
R² = 0,9074
0,6
0
2
4
6
8
2
4
6
8
Kadar bahan organik tanah (%) (b)
Bobot isi (g/cm3)
Bobot isi (g/cm3)
Kadar bahan organik tanah (%) (a)
R² = 0,9811
R² = 0,9742
0,6
1,8
R² = 0,956
R² = 0,0392
1,4
R² = 0,9917
1
0,6
0
2
4
6
8
Kadar bahan organik tanah (%) (c)
Kadar bahan organik tanah (%) (d)
tanpa pemadatan
pemadatan kering udara
pemadatan kapasitas lapang
Gambar 12. Bobot isi tanah tanpa pemadatan, pemadatan kering udara, dan
kapasitas lapang (a. Liat berat, b. Liat, c. Lempung berpasir, d.Pasir)
Kurva pF
Pada grafik sebelumnya (Gambar 5), kurva pF pada tanah dengan
pemadatan dalam kondisi kapasitas lapang paling curam diikuti dengan pemadatan
dalam kondisi kering udara kemudian tanah tanpa pemadatan. Hal ini menunjukkan
bahwa pori air tersedia dan pori drainase pada tanah pemadatan dalam kondisi
kapasitas lapang lebih rendah dibandingkan dengan tanah pemadatan dalam kondisi
kering udara maupun tanpa pemadatan. Sejalan dengan hasil pengamatan bobot isi
bahwa bobot isi tanah dengan pemadatan dalam kapasitas lapang lebih besar
dibandingkan dalam kondisi kering udara, yang menunjukkan bahwa tanah dengan
pemadatan dalam kapasitas lapang lebih padat dibandingkan dengan kering udara,
yang menyebabkan ruang pori total tanah menjadi lebih rendah sehingga
kemampuan tanah mengikat air pada berbagai pF menjadi lebih rendah. Sesuai
dengan hasil penelitian Herlina (2003), bahwa pemadatan tanah menurunkan ruang
pori total sehingga kemampuan tanah mengikat air lebih rendah.
33
Pori Drainase Total
Kondisi kadar air pada saat pemadatan mempengaruhi secara nyata terhadap
jumlah pori drainase total (Tabel Lampiran 4). Diagram persentase pori drainase
total pada kondisi kering udara dan kapasitas lapang yang tersaji pada Gambar 13
menunjukkan bahwa peningkatan kadar air pada saat pemadatan menurunkan
jumlah pori drainase total. Hasil pengamatan bobot isi yang telah dibahas
sebelumnya menunjukkan bahwa bobot isi tanah dalam kondisi kapasitas lapang
lebih besar dibandingkan kering udara, menyebabkan pori mikro-meso lebih
terbentuk pada kondisi kapasitas lapang, sehingga pori drainase lebih banyak pada
Pori drainase total
(%)
tanah pemadatan dalam kondisi kering udara.
15
13,73
10
8,24
5
0
kering udara
kapasitas lapang
Kondisi kadar air tanah
40
30
20
R² = 0,03
10
R² = 0,38
0
0
2
4
R² = 0,09
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
Pori drainase total
(%)
Pori drainase total
(%)
Gambar 13. Pori drainase total tanah pemadatan kering udara dan kapasitas lapang
40
30
R² = 0,95
20
R² = 0,62
R² = 0,09
10
0
0
2
4
6
30
R² = 0,04
20
R² = 0,16
R² = 0,01
10
0
0
2
4
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
(b)
Pori drainase total
(%)
Pori drainase total
(%)
(a)
40
R² = 0,30
40
30
R² = 0,95
20
R² = 0,97
10
0
0
5
pemadatan kering udara
10
Kadar bahan organik tanah (%)
(c)
tanpa pemadatan
8
Kadar bahan organik tanah (%)
(d)
pemadatan kapasitas lapang
Gambar 14. Pori drainase total tanah tanpa pemadatan, pemadatan kering udara,
dan kapasitas lapang (a. Liat berat, b. Liat, c. Lempung berpasir,
d.Pasir)
34
Pada semua tekstur, pori drainase total tanah pada tanpa pemadatan,
pemadatan kering udara, dan pemadatan kapasitas lapang semakin rendah nilainya
seiring dengan peningkatan kadar bahan organik tanah (Gambar 14). Pori drainase
total pada pemadatan kapasitas lapang lebih rendah nilainya dari pori drainase total
tanah dengan pemadatan dalam kondisi kering udara, dan pori drainase total tanah
dengan pemadatan dalam kondisi kering udara lebih rendah nilainya dibandingkan
dengan pori drainase total tanah tanpa pemadatan untuk semua jenis tekstur tanah.
Laju penurunan pori drainase total seiring peningkatan kadar bahan organik cukup
tajam pada pasir, dan cukup landai pada liat berat dan lempung berpasir.
Pori Air Tersedia
Kondisi kadar air tanah pada saat pemadatan tidak mempengaruhi secara
nyata terhadap pori air tersedia (Tabel Lapiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa pori
air tersedia pada tanah dengan pemadatan dalam kondisi kering udara dan kapasitas
lapang tidak berbeda nyata.
Permeabilitas Tanah
Menurut klasifikasi permeabilitas tanah, secara keseluruhan permeabilitas
tanah tanpa pemadatan termasuk ke dalam kelas permeabilitas sangat cepat. Hal ini
dikarenakan contoh tanah yang dianalisis merupakan tanah simulasi sehingga butir
tanah belum terikat satu sama lain yang menyebabkan air dengan mudah lolos.
Kondisi kadar air pada saat pemadatan berpengaruh sangat nyata terhadap
permeabilitas (Tabel Lampiran 4). Gambar 15 menunjukkan bahwa permeabilitas
tanah dengan pemadatan dalam kondisi kapasitas lapang lebih kecil secara nyata
dibandingkan dengan permeabilitas tanah dengan pemadatan dalam kondisi kering
udara. Permeabilitas tanah berhubungan erat dengan pori drainase. Hasil
pengamatan sebelumnya menunjukkan pori drainase total pada tanah dengan
pemadatan dalam kondisi kapasitas lapang lebih kecil dibandingkan dengan tanah
dengan pemadatan dalam kondisi kering udara. Pori makro/drainase merupakan
tempat sirkulasi udara dan perkolasi air (Asmin dan Syamsiar. 2006), oleh karena
itu tanah dengan pemadatan dalam kondisi kering udara lebih mudah meloloskan
air dibandingkan tanah dengan pemadatan dalam kondisi kapasitas lapang.
Permeabilitas
(cm/jam)
35
30
20
26,83
10
6,82
0
kering udara
kapasitas lapang
R² = 0,99
0
2
4
R² = 0,55
R² = 0,11
6
8
650
520
390
260
130
0
R² = 0,99
0
2
4
R² = 0,04
R² = 0,86
6
8
kadar bahan organik tanah (%)
kadar bahan organik tanah (%)
(a)
(b)
650
520
390
260
130
0
R² = 0,93
R² = 0,00
0
Permeabilitas
(cm/jam)
650
520
390
260
130
0
Permeabilitas
(cm/jam)
Permeabilitas
(cm/jam)
Permeabilitas
(cm/jam)
Gambar 15. Permeabilitas tanah pemadatan kering udara dan kapasitas lapang
2
4
R² = 0,49
6
650
520
390
260
130
0
8
R² = 0,16
R² = 0,94
0
2
4
R² =60,56
8
kadar bahan organik tanah (%)
kadar bahan organik tanah (%)
(c)
(d)
tanpa pemadatan
pemadatan kering udara
pemadatan kapasitas lapang
Gambar 16. Permeabilitas tanah tanpa pemadatan, pemadatan kering udara dan
kapasitas lapang (a. Liat berat, b. Liat, c. Lempung berpasir, d. Pasir)
Gambar 16 menjelaskan bahwa permeabilitas tanah dengan pemadatan
dalam kondisi kapasitas lapang lebih rendah nilainya dari tanah dalam kondisi
kering udara, dan permeabilitas tanah dengan pemadatan dalam kondisi kering
udara lebih rendah nilainya dibandingkan dengan tanah tanpa pemadatan untuk
semua jenis tekstur tanah. Permeabilitas tanah liat berat, liat, dan lempung berpasir
pada tanpa pemadatan, pemadatan kering udara, dan pemadatan kapasitas lapang
semakin tinggi nilainya seiring dengan peningkatan kadar bahan organik,
sedangkan permeabilitas pasir semakin rendah nilainya dengan makin besarnya
kadar bahan organik tanah. Sejalan dengan data sebelumnya (Gambar 14d), laju
pori drainase pada pasir menurun tajam seiring peningkatan kadar bahan organik
dibandingkan dengan tekstur yang lain.
36
Ketahanan Penetrasi Tanah
Kondisi kadar air pada saat pemadatan mempengaruhi secara nyata terhadap
nilai ketahanan penetrasi tanah (Tabel Lampiran 4). Diagram ketahanan penetrasi
tanah pada kondisi kering udara dan kapasitas lapang yang tersaji pada Gambar 17,
menunjukkan bahwa peningkatan kadar air tanah pada saat pemadatan
meningkatkan secara nyata kepadatan tanah berdasarkan ketahanan penetrasi tanah.
Hal ini sejalan dengan hasil analisis pada bobot isi tanah, yaitu pemadatan saat
Ketahanan
penetrasi (kg/cm2)
kapasitas lapang lebih besar dibandingkan dengan kondisi kering udara.
15
10
10,25
5
5,59
0
kering udara
kapasitas lapang
Kondisi kadar air tanah
21
14
y = 1,99x - 1,08
R² = 0,71
7
y = -0,36x + 7,11
R² = 0,99
0
0
2
4
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
Ketahanan
penetrasi (kg/cm2)
Ketahanan
penetrasi (kg/cm2)
Gambar 17. Ketahanan penetrasi tanah pemadatan kering udara dan kapasitas
lapang
21
y = -0,86x + 11,77
R² = 0,15
14
7
0
0
2
y = 0,79x + 1,68
R² = 0,97
4
6
Kadar bahan organik tanah (%)
14 y = -0,96x + 12,96
R² = 0,85
7
y = 1,80x - 1,11
R² = 0,89
0
0
2
4
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
(b)
Ketahanan
penetrasi (kg/cm2)
Ketahanan
penetrasi (kg/cm2)
(a)
21
21
R² = 0,98
14
7
R² = 0,59
0
0
2
4
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
(c)
pemadatan kering udara
8
(d)
pemadatan kapasitas lapang
Gambar 18. Ketahanan penetrasi tanah pemadatan kering udara dan kapasitas
lapang (a. Liat berat, b. Liat, c. Lempung berpasir, d. Pasir)
37
Pada berbagai tekstur tanah dalam kondisi kering udara, semakin
meningkatnya kadar bahan organik maka semakin tinggi nilai ketahanan
penetrasinya. Hal ini berbeda dengan tanah dalam kondisi kapasitas lapang, dimana
ketahanan penetrasi semakin menurun seiring dengan peningkatan kadar bahan
organik, kecuali pada pasir. Dari Gambar 18 terlihat pada tanah liat berat, liat dan
lempung berpasir terdapat perpotongan garis antara ketahanan penetrasi tanah
kering udara dengan kapasitas lapang. Pada titik perpotongan tersebut,
menunjukkan bahwa pada kadar bahan organik tanah yang sama (pada titik
perpotongan), kadar air tanah tidak mempengaruhi ketahanan penetrasi tanah. Titik
perpotongan liat berat yaitu pada kadar bahan organik 3,49%; 6,12% pada liat; dan
5,10% pada lempung berpasir. Pada tanah pasir, peningkatan kadar air saat
pemadatan meningkatkan ketahanan penetrasi seiring peningkatan bahan organik
tanah.
Energi Pemadatan Tanah
Pengaruh Interaksi Tekstur dan Bahan Organik Tanah
Energi pemadatan merupakan nilai usaha yang dilakukan untuk
memadatkan tanah. Pada penelitian ini, energi pemadatan digunakan sebagai
indikator mudah tidaknya tanah dipadatkan. Pada pemadatan dalam kondisi kering
udara, interaksi tekstur dan kadar bahan organik tanah mempengaruhi secara nyata
terhadap energi pemadatan (Tabel Lampiran 2). Hasil pengamatan energi
pemadatan disajikan pada Tabel Lampiran 10 dan pengaruh interaksi tekstur tanah
dan kadar bahan organik terhadap energi pemadatan yang tersaji pada Gambar 19a.
Gambar 19a memberi informasi bahwa pada kondisi kering udara, interaksi
tekstur dan kadar bahan organik tanah mempengaruhi energi pemadatan dimana
nilainya bervariasi. Peningkatan bahan organik pada liat berat dan liat akan
meningkatkan energi pemadatan. Pada lempung berpasir, energi pemadatan
mengalami penurunan pada kadar bahan organik 5,0% kemudian meningkat
kembali, namun tidak berbeda nyata dengan energi pemadatan pada kadar bahan
organik 0,5% dan 2,5%. Peningkatan bahan organik pada pasir menurunkan energi
pemadatan. Perbedaan pengaruh kadar bahan organik tanah terhadap energi
pemadatan pada tiap tekstur dikarenakan bahan organik pada liat berat dan liat
38
menyebabkan tanah menjadi gembur, sehingga tanah sulit untuk dipadatkan,
sedangkan peningkatan bahan organik pada pasir menyebabkan kadar air dalam
Energi pemadatan
(kJ/m3)
tanah meningkat, sehingga tanah saling mengikat dan mudah dipadatkan.
230
160
ef
f
bcd
90
abc
ef
def
de
ef
de
ef
cd
ab
a
20
0
2
4
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
Energi pemadatan
(kJ/m3)
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
Pasir
230
160
g
f
de
cd
90
f
bc
abc
ab
20
0
2
4
g
f
e
abcd
a
6
abc
a
8
Kadar bahan organik tanah (%)
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
Pasir
(b)
Gambar 19. Pengaruh interaksi tekstur dan kadar bahan organik tanah terhadap
energi pemadatan tanah (a.Pemadatan kering udara, b.Pemadatan
kapasitas lapang)
Interaksi tekstur dan kadar bahan organik tanah pada kondisi kapasitas
lapang mempengaruhi secara nyata terhadap energi pemadatan (Tabel Lampiran 3).
Peningkatan bahan organik tanah pada liat berat dan liat dapat menurunkan energi
pemadatan. Pada lempung berpasir, energi pemadatan tidak mengalami perubahan
seiring peningkatan kadar bahan organik tanah, sedangkan peningkatan kadar
bahan organik pada pasir menurunkan energi pemadatan pada kadar bahan organik
2,5% dan menaikan pada kadar bahan organik 7,5%. Semakin tinggi energi
pemadatan, menunjukkan bahwa tanah makin sulit dipadatkan. Penurunan energi
pemadatan seiring peningkatan bahan organik pada liat berat dan liat dikarenakan
bahan organik berperan membuat tanah sulit untuk dipadatkan.
Pengaruh Kondisi Kadar Air Tanah dalam Proses Pemadatan
Energi pemadatan dipengaruhi secara sangat nyata oleh kadar air tanah pada
saat pemadatan (Tabel Lampiran 4). Energi pemadatan pada tanah dalam kondisi
39
kering udara lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi kapasitas lapang. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan kadar air menyebabkan kecilnya energi yang
dibutuhkan untuk memadatkan tanah yang berarti tanah lebih mudah dipadatkan,
dikarenakan air bersifat pelumas bagi tanah. Perbandingan energi pemadatan pada
Energi pemadatan
(kJ/m3)
tanah kondisi kering udara dan kapasitas lapang dapat dilihat pada Gambar 20.
200
150
165
100
50
73
0
kering udara
kapasitas lapang
Kondisi kadar air tanah
260
200
140
R² = 0,04
80
R² = 0,78
20
0
2
4
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
Energi pemadatan
(kJ/m3)
Energi pemadatan
(kJ/m3)
Gambar 20. Energi pemadatan tanah dalam kondisi kering udara dan kapasitas
lapang
260
R² = 0,92
200
140
80
R² = 0,33
20
0
2
4
6
Kadar bahan organik tanah (%)
200
R² = 0,27
140
80
R² = 0,77
20
0
2
4
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
(b)
Energi pemadatan
(kJ/m3)
Energi pemadatan
(kJ/m3)
(a)
260
260
200
R² = 0,57
140
80
20
0
2
4
Gambar 21.
R² = 0,0302
6
8
Kadar bahan organik tanah (%)
(c)
pemadatan kering udara
8
(d)
pemadatan kapasitas lapang
Energi pemadatan tanah dalam kondisi kering udara dan kapasitas
lapang (a. Liat berat, b. Liat, c. Lempung berpasir, d. Pasir)
Energi pemadatan pada berbagai tekstur dan kadar bahan organik tanah
dapat dilihat pada Gambar 21. Pada semua tekstur tanah, energi yang dibutuhkan
untuk pemadatan tanah pada kondisi kering udara lebih besar dibandingkan pada
kondisi kapasitas lapang. Energi yang dibutuhkan untuk pemadatan pada liat berat,
liat, dan lempung berpasir dalam kondisi kapasitas lapang semakin menurun seiring
40
dengan peningkatan kadar bahan organik, dengan demikian semakin tinggi kadar
bahan organik maka tanah lebih mudah dipadatkan. Berbeda halnya dengan pasir,
semakin tinggi kadar bahan organik maka tanah lebih sulit dipadatkan. Pada kondisi
kering udara, energi yang dibutuhkan untuk pemadatan tanah liat berat dan liat
semakin besar seiring peningkatan kadar bahan organik, sedangkan pada lempung
berpasir dan pasir semakin rendah.
Aplikasi Tekstur, Kadar Bahan Organik, dan Kadar Air Tanah dalam
Proses Pemadatan Tanah
Keseluruhan sifat fisik tanah yang dianalisis pada berbagai tekstur, kadar
bahan organik, dan kadar air tanah dalam proses pemadatan tanah menunjukkan
pengaplikasian tanah tersebut. Pada Tabel 8 dapat dilihat, tanah liat berat memiliki
nilai bobot isi paling rendah, pori drainase total paling rendah, pori air tersedia yang
tinggi, nilai permeabilitas yang rendah dibandingkan dengan tanah tekstur liat,
lempung berpasir, dan pasir. Berdasarkan energi pemadatan, liat berat paling mudah
untuk dipadatkan baik dalam kondisi kering udara maupun kapasitas lapang.
Namun berdasarkan tahanan penetrasi tanah, kepadatan maksimum pada liat berat
baik kondisi kapasitas lapang maupun kering udara tidak menghambat
pertumbuhan akar, kecuali pada kadar bahan organik 5,0% dalam kondisi kering
udara. Pada liat berat berbahan organik 5,0% dalam kondisi kering udara, tahanan
penetrasinya sudah termasuk menghambat pertumbuhan akar tanaman.
Dari keseluruhan hasil pengamatan sifat-sifat fisik liat berat, tanah berkadar
bahan organik 5,0% memiliki sifat-sifat fisik tanah terbaik (Tabel 8). Pada kadar
bahan organik tersebut energi yang diperlukan untuk mendapatkan kepadatan tanah
maksimum sebesar 75 kJ/m3 pada kondisi kering udara dan 37 kJ/m3 pada kondisi
kapasitas lapang (Gambar 21, Tabel 8). Menurut Adams dan Froehlich dalam
Matangaran (1992), energi pemadatan pada kondisi kering udara di tanah liat berat
berkadar bahan organik 5,0% tersebut setara dengan 14 kali injakan oleh manusia
dan 4 kali lintasan dengan traktor beroda karet, sedangkan pada kondisi kapasitas
lapang setara dengan 7 kali injakan oleh manusia dan 2 kali lintasan dengan traktor
beroda karet. Ditinjau dari ketahanan penetrasi tanah, tanah liat berat berkadar
bahan organik 5,0% tersebut tidak menghambat perakaran tanaman.
41
Tanah liat memiliki bobot isi yang rendah kedua setelah liat berat. Pori
drainasenya rendah terutama pada pemadatan kapasitas lapang, pori air tersedianya
pada semua pemadatan paling rendah, dan permeabilitas tanah tergolong sedang.
Tanah liat saat kondisi kering udara membutuhkan energi pemadatan yang besar,
tetapi pada kondisi kapasitas lapang membutuhkan energi pemadatan yang sedang.
Kepadatan maksimum tanah liat berdasarkan ketahanan penetrasi masih dapat
ditoleransi oleh akar tanaman baik akibat pemadatan dalam kondisi kering udara
maupun kapasitas lapang, namun kepadatan maksimum pada liat berbahan organik
2,5% dalam kondisi kapasitas lapang dapat menghambat pertumbuhan akar.
Dari keseluruhan sifat-sifat fisik tanah bertekstur liat, yang terbaik adalah
berkadar bahan organik 7,5% (Tabel 8). Pada kadar bahan organik tersebut energi
yang diperlukan untuk mendapatkan kepadatan maksimum tanah pada kondisi
kering udara sebesar 200 kJ/m3 dan pada kapasitas lapang sebesar 49 kJ/m3
(Gambar 21, Tabel 8). Menurut Adams dan Froehlich dalam Matangaran (1992),
energi pemadatan tersebut setara dengan 40 kali injakan oleh manusia dan 11 kali
lintasan dengan traktor beroda karet pada kondisi kering udara, 10 kali injakan oleh
manusia dan tiga kali lintasan dengan traktor beroda karet pada kondisi kapasitas
lapang. Pada kadar bahan organik tanah tersebut, kepadatan maksimum tanah tidak
menghambat perakaran tanaman.
Tanah lempung berpasir memiliki bobot isi yang cenderung tinggi dengan
penurunan pada tiap peningkatan kadar bahan organik dalam tanah. Pori drainase
total tanahnya cenderung tinggi, dan pori air tersedia cenderung rendah.
Permeabilitas tanah lempung berpasir tanpa pemadatan cenderung tinggi, namun
menurun pada tanah dengan pemadatan baik dalam kondisi kering udara maupun
kapasitas lapang (Tabel 8). Energi yang dibutuhkan untuk memadatkan tanah
lempung berpasir cenderung tinggi saat kondisi kering udara, sedangkan saat
kondisi kapasitas lapang lebih mudah dipadatkan. Energi pemadatannya menurun
seiring dengan peningkatan kadar bahan organik tanah. Kepadatan maksimum
tanah lempung berpasir dapat menghambat pertumbuhan akar apabila berbahan
organik ≥ 5,0% dalam kondisi kering udara, dan berbahan organik 0,5% dalam
kondisi kapasitas lapang.
42
Tabel 8. Pengaruh tekstur dan kadar bahan organik tanah terhadap sifat fisik tanah
Tanah
LB1
LB2
LB3
LB4
L1
L2
L3
L4
LP1
LP2
LP3
LP4
P1
P2
P3
P4
Bobot isi
(g/cm3)
P0
0,78
0,77
0,72
0,66
0,88
0,86
0,83
0,78
1,17
1,03
1,00
0,92
1,37
1,27
1,19
1,10
P1
1,02
0,99
0,91
1,00
1,07
1,04
1,00
0,99
1,59
1,40
1,28
1,39
1,69
1,62
1,72
1,67
P2
1,03
1,01
0,98
0,95
1,48
1,28
1,23
1,13
1,79
1,68
1,45
1,34
1,77
1,76
1,69
1,65
Pori drainase total
(%)
P0
16,66
14,42
15,68
15,73
23,43
20,19
18,49
12,55
29,72
32,26
35,07
27,29
37,19
38,41
37,49
38,42
P1
5,61
3,98
6,51
0,88
14,65
15,72
14,78
5,25
15,29
18,58
20,17
10,93
29,33
28,19
17,83
10,48
Pori air tersedia
(%)
P2
P0
P1
P2
2,66 1,16 0,94 8,82
2,87 1,88 1,51 5,45
3,46 2,27 2,04 10,88
2,77 2,86 0,68 11,25
3,00 8,36 8,74 0,39
0,26 10,40 6,54 0,57
0,29 12,01 7,67 0,79
1,80 14,84 12,61 0,81
4,94 5,30 2,04 0,88
5,67 7,10 4,70 1,61
12,23 1,15 3,53 1,64
3,82 9,36 4,03 2,24
25,98 5,09 0,61 3,41
23,70 5,39 1,66 3,86
20,75 4,87 2,49 3,97
15,28 1,33 4,31 13,45
Permeabilitas tanah
(cm/jam)
P0
P1
P2
9,67 18,04 8,29
33,51 12,58 0,53
95,66 15,16 3,58
187,24 11,25 4,20
74,89 18,59 2,53
116,67 31,12 3,69
150,94 24,88 9,16
176,00 18,50 9,06
199,62
5,79 6,73
263,33 27,66 13,60
358,52 33,21 4,10
375,72
3,33 0,29
441,92 104,79 28,28
624,30 67,69 10,83
474,78 29,14 0,71
402,60
5,06 2,00
Ketahanan
penetrasi
(kg/cm2)
P1
P2
2,28
7,00
3,10
6,17
3,80
5,17
17,30
4,50
2,35
6,60
3,53
18,33
5,07
3,33
7,96
5,50
0,33
13,67
1,43
9,33
10,33
7,33
11,42
6,67
0,02
13,33
7,57
16,33
8,10
18,33
7,97
20,33
Energi
pemadatan
(kJ/m3)
P1
P2
108
76
166
49
75
37
162
37
137
104
171
45
187
81
200
49
216
64
200
57
141
53
191
54
200
134
171
104
200
103
96
125
Keterangan: Simbol LB, L, LP, dan P berturut-turut merupakan tekstur tanah liat berat, liat, lempung berpasir, dan pasir; angka 1, 2, 3, dan 4 berturut-turut merupakan
kadar bahan organik 0, 5; 2,5; 5,0; dan 7,5 % (g/g). P0, P1, dan P2 merupakan tanpa pemadatan, pemadatan dalam kondisi kering udara, dan pemadatan
dalam kondisi kadar air kapasitas lapang.
42
43
Lempung berpasir memiliki sifat-sifat fisik terbaik pada kadar bahan
organik 7,5% (Tabel 8). Pada kadar bahan organik tersebut energi yang diperlukan
untuk mendapatkan nilai kapasitas maksimum kepadatan tanah sebesar 191 kJ/m3
pada kondisi kering udara dan 54 kJ/m3 (Gambar 21, Tabel 8). Menurut Adams dan
Froehlich dalam Matangaran (1992), nilai energi pemadatan tersebut setara dengan
40 kali injakan oleh manusia dan 11 kali lintasan dengan traktor beroda karet pada
kondisi kering udara, 11 kali injakan oleh manusia dan tiga kali dengan lintasan
traktor beroda karet pada kondisi kapasitas lapang. Pada kadar bahan organik
tersebut, pemadatan maksimum dapat menghambat perakaran tanaman jika tanah
dalam kondisi kering udara.
Tanah pasir memiliki bobot isi paling tinggi, pori drainase total paling
tinggi, dan pori air tersedia termasuk sedang (Tabel 8). Permeabilitas tanah pasir
tanpa pemadatan merupakan paling tinggi dibandingkan tanah tekstur lainnya.
Tanah pasir berbahan organik 7,5% yang dipadatkan memiliki nilai permeabilitas
yang rendah. Tanah pasir membutuhkan energi pemadatan yang besar. Berdasarkan
ketahanan penetrasi tanah, kepadatan tanah pasir dalam kondisi kering udara relatif
rendah, namun dalam kondisi kapasitas lapang sulit untuk ditembus oleh akar
sehingga dapat disimpulkan bahwa kepadatan tanah tidak hanya dipengaruhi oleh
tekstur tanah maupun bahan organik tanah tetapi kadar air juga merupakan faktor
yang menentukan.
Dari keseluruhan hasil pengamatan sifat tanah, pasir memiliki sifat-sifat
fisik tanah terbaik pada kadar bahan organik tanah 7,5%. Pada kadar bahan organik
tersebut energi yang diperlukan untuk mendapatkan kepadatan maksimum sebesar
96 kJ/m3 pada kondisi kering udara dan 125 kJ/m3 pada kondisi kapasitas lapang
(Gambar 21, Tabel 8). Menurut Adams dan Froehlich dalam Matangaran (1992),
energi pemadatan tersebut setara dengan 19 kali injakan oleh manusia dan lima kali
lintasan dengan traktor beroda karet pada kondisi kering udara, 25 kali injakan oleh
manusia dan tujuh kali lintasan dengan traktor beroda karet pada kondisi kapasitas
lapang. Pada kadar bahan organik tersebut, pemadatan maksimum akan
menghambat perakaran tanaman jika tanah dalam kondisi kapasitas lapang.
44
KESIMPULAN
Kesimpulan
1.
Interaksi tekstur dan kadar bahan organik tanah dalam proses pemadatan
berpengaruh nyata terhadap bobot isi, permeabilitas, pori drainase total, pori
air tersedia, dan ketahanan penetrasi tanah, namun tidak berpengaruh nyata
terhadap pori air tersedia pada tanah dengan pemadatan dalam kondisi kering
udara, bobot jenis partikel, dan pH tanah.
2.
Kondisi kadar air tanah pada saat pemadatan mempengaruhi secara nyata
terhadap bobot isi, permeabilitas, ketahanan penetrasi, energi pemadatan, dan
pori drainase total tanah. Kondisi kadar air pada saat pemadatan tidak
berpengaruh terhadap pori air tersedia. Peningkatan kadar air pada saat
pemadatan meningkatkan secara nyata terhadap bobot isi dan ketahanan
penetrasi, namun menurunkan secara nyata permeabilitas, pori drainase total,
dan energi pemadatan tanah.
3.
Kepadatan tanah maksimum menurut bobot isi tanah pada tiap tekstur tanah
terjadi pada kadar bahan organik tanah 0,5% dalam kondisi kapasitas lapang,
sebagai berikut: liat berat = 1,03 g/cm3, liat = 1,48 g/cm3, lempung berpasir =
1,79 g/cm3, dan pasir = 1,77 g/cm3. Berdasarkan ketahanan penetrasi,
kepadatan maksimum pada berbagai tekstur tanah sebagai berikut: liat berat
berbahan organik 7,5% dengan pemadatan kondisi kering udara = 17,30
kg/cm2, liat berbahan organik 2,5% dengan pemadatan kondisi kapasitas
lapang = 18,3 kg/cm2, lempung berpasir berbahan organik 0,5% dengan
pemadatan kapasitas lapang = 13,67 kg/cm2, pasir berbahan organik 7,5%
dengan pemadatan kapasitas lapang = 20,33 kg/cm2.
45
Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mengurangi terjadinya
pemadatan tanah dan pengaruh buruk bagi pertanian maka tanah harus disesuaikan
kadar bahan organik tanahnya sebagai berikut: 5,0% pada liat berat, 7,5% pada liat,
lempung berpasir, dan pasir. Kepadatan maksimum pada lempung berpasir dan
pasir berbahan organik 7,5% menghambat penetrasi akar tanaman, oleh karena itu
harus dihindarkan dari energi yang bekerja pada tanah sebagai berikut: ≥191kJ/m3
pada lempung berpasir dalam kondisi kering udara dan ≥125 kJ/m3 pada pasir dalam
kondisi kapasitas lapang.
46
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F., R. D. Yustika, dan U. Haryati. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode
Analisisnya. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian.
Agustina, C. 2007. Pengaruh Pemberian Kompos Terhadap Beberapa Sifat Fisik
Entisol Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L). [Skripsi].
Malang: Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Asmin dan Syamsiar. 2006. Pengenalan Sifat Fisik Tanah Untuk Kesesuaian
Pengelolahan Lahan Tanpa Olah Pada Tanah Lahan Kering Di Sulawesi
Tenggara. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian.
Baskoro, D. P.T., S. D. Tarigan. 2007. Karakteristik kelembaban tanah pada
beberapa jenis tanah. Jurnal Tanah Lingkungan. 9(2) 77-81.
Craig, R. F, diterjemahkan oleh S. Soepardji. 1991. Mekanika Tanah. Edisi
keempat. Departemen of Civil Enginereing University of Dundee. Jakarta:
Erlangga
Damanik, P. 2007. Perubahan Kepadatan Tanah dan Produksi Tanaman Kacang
Tanah Akibat Intensitas Lintasan Traktor dan Dosis Bokasi. [Skripsi].
Bogor: Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
Evanylo, G. and R. McGuinn. 2009. Agricultural management practices and soil
quality. Virginia Cooperative Extension. http://www.pubs.ext.vt.edu /452/
452-400/452-400.html. diakses tanggal 20 Juni 2010.
Foth. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Editor S.A.Hudoyo. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Gunawan, B. 2003. Pemanfaatan Campuran Lempung dan Blotong dalam Upaya
Memperbaiki Sifat Tanah Pasir Pantai Selatan Yogyakarta. Jurnal Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian UMY. Hal 1-11
Hanafiah, K. A. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press.
Haridjaja, O., Yayat H., dan Lina S.M. 2010. Pengaruh bobot isi tanah terhadap
sifat fisik tanah dan perkecambahan benih kacang tanah dan kedelai. Jurnal
Ilmu Pertanian. Vol 15: 3.
Hardiyatmo, H. C. 1992. Mekanika Tanah 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Herlina, E. S. 2003. Hubungan antara Tingkat Kepadatan Tanah dengan pF dan
Permeabilitas pada Tanah Latosol, Dramaga Bogor. [Skripsi]. Bogor:
Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknik Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
47
Herrick, J. E. and Tim L. Jones. 2002. A dynamic cone penetrometer for measuring
soil penetration resistance. Soil Sci. Soc. Am. J. 66:1320–1324.
Hidayat, Y. 2000. Respon Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes
falcataria) terhadap Kepadatan dan Kandungan Air Tanah Podsolik Merah
Kuning. [Tesis]. Bogor: Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan. IPB.
Hopmans, J. W., A.Tuli, D. E. Rolston, and P. Moldrup. 2005. Comparison of air
and water permeability between disturbed and undisturbed soils. Soil Sci.
Soc. Am. J. 69:1361–1371
Horn, R., K. H. Hartge, J. Bachmann, and M. B. Kirkham. 2007. Mechanical
stresses in soils assessed from bulk-density and penetration-resistance data
sets. Soil Sci. Soc. Am. J. 71:1455–1459
Hughes, J. D, et al. 2001. Soil compaction: causes, effects, and control. University
of Minnesota. http://www.extension.umn.edu/distribution/cropsystems/
DC3115.html. diakses tanggal 20 Juni 2010.
Hughes, J. D. 2005. Soil compaction management at harvest. University of
Minnesota Extension Service. http://www.extension.umn.edu/cropEnews/
2005 /05MNCN50.htm. diakses tanggal 20 Juni 2010.
Kalantari, S., S. Hatami, M. M. Ardalan, H. A. Alikhani, dan M. Shorafa. 2009.
The Effect of Compost and Vermicompost of Yard Leaf Manure on Growth
of Corn. Tehran: Soil Science Department Faculty of Soil and Water Tehran
University.
Kasno, A. 2009. Respon tanaman jagung hibrida terhadap fosfat alam pada tanah
inceptisol. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Vol 28:2
Kurnia, U., F. Agus, A. Adimihardja, A. Dariah. 2006. Sifat Fisik Tanah dan
Metode Anlisisnya. Jakarta: Balai Besar Litbang Sumberdaya lahan
Pertanian Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian.
Manitoba. 2010. Gambar segitiga tekstur tanah. http://gov.mb.ca/agricul
ture/soilwater/soilmgmt/fsm01s01.html. diakses tanggal 20 Juni 2010.
Matangaran, J.R, 1992. Pengaruh Intensitas Penyaradan Kayu Oleh Traktor Berban
Ulat Terhadap Pemadatan Tanah Dan Pertumbuhan Kecambah Meranti
(Shorea selanica BL) Dan Jeunjing (Paraserianthes falcataria Nielson).
[Tesis]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Miller, R.W., and Gardiner, D.T. 2004. Soils in Our Environment, 10th edition.
Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Mowidu, 2001. Peranan Bahan Organik dan Lempung Terhadap Agregasi dan
Agihan Ukuran Pori pada Entisol. [Tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadja
Mada.
48
Nurida, N. L., dan Undang K. 2009. Perubahan agregat tanah pada Ultisols Jasinga
terdegradasi akibat pengolahan tanah dan pemberian bahan organik. Jurnal
Tanah dan Iklim. 30/2009.
Lindstrom, M. J., A. Eynard, T. E. Schumacher, and D. D. Malo. 2004. Porosity
and pore-size distribution in cultivated Ustolls and Usterts. Soil Sci. Soc.
Am. J. 68:1927–1934
Rachman, A, A. Dariah, dan E. Husen. 2004. Olah Tanah Konservasi. Hlm.189210 dalam Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang
Pertanian. Departemen Pertanian.
Rahmawati, I. 2002. Pengaruh Intensitas Penyadaran Kayu oleh Traktor terhadap
Kepadatan Tanah dan Pertumbuhan dan Pertumbuhan Acacia mangium dan
Paraserianthes falcataria. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Teknologi Hasil Hutan.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Rohi’ah. 2003. Uji Coba Metode Analisis Tekstur Tanah (metode pipet) dengan
Beberapa Kriteria Tingkat Kejernihan pada Penentuan Fraksi Pasir dan
Pengaruh Pupuk Phonska terhadap Sifat Kimia Tanah. [Karya Ilmiah].
Bogor: Manajemen Kehutanan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.
Rowell, D. L. 1994. Soil Science: Methods And Applications. New York: Longman
Scientific and Technical.
Sarjiyah. 1999. Kajian Jarak Tanam Cabai Merah dan Pola Tanam Kacang Tanah
pada Sistem Pertanian Tumpangsari di Lahan Pasir Pantai Bugel,
Kulonprogo. Agr UMY VII (2): 32-38.
Satosa, A. Z. P. B. 2006. Karakteristik lengas dan agihan pori tanah regosol yang
diberi pupuk kandang dengan inkubasi yang berbeda. Jurnal Tanah dan Air.
Vol 1:3.
Shao, M., D. Lu, R. Horton, and C. Liu. 2004. Effect of changing bulk density
during water desorption measurement on soil hydraullic properties. Soil Sci
J. 169(5):319-329.
Simanjuntak, R. H. 2005. Pengaruh Pemberian BO, Kapur, dan Belerang terhadap
Produksi Biomassa, Kadar Serapan Belerang pada Tanaman Jagung (zea
mays) di Tanah Podsolik, Jasinga. [Skripsi]. Bogor: Tanah. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Simanungkalit, R. D. M., D. A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W.
Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian.
Stevenson, F.T. (1982) Humus Chemistry. John Wiley and Sons, Newyork.
49
Sudirja, R., M. A. Solihin, S. Rosniawaty. 2005. Pengaruh Kompos Kulit Buah
Kakao dan Kascing Terhadap Perbaikan Beberapa Sifat Kimia Fluventic
Eutrudepts. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran.
Supardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sutanto, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta:
Kanisius.
Yuwono, D. 2007. Kompos: Dengan Cara Aerob Maupun Anaerob untuk
Menghasilkan Kompos Berkualitas. Jakarta: Penebar Swadaya.
50
LAMPIRAN
51
Tabel Lampiran 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh tekstur dan bahan organik
tanah serta interaksinya terhadap karakteristik tanah pada
tanah tanpa pemadatan
Karakteristik
Sumber sidik
fisik tanah
ragam
Bobot isi
Tesktur
BO
Tekstur x BO
Pori drainase Tesktur
total
BO
Tekstur x BO
Pori air
Tesktur
tersedia
BO
Tekstur x BO
Permeabilitas Tesktur
BO
Tekstur x BO
Bobot Jenis
Tesktur
Partikel
BO
Tekstur x BO
pH
Tesktur
BO
Tekstur x BO
Db
3
3
9
3
3
9
3
3
9
3
3
9
3
3
9
3
3
9
JT
KT
1,69
0,21
0,04
3840,66
83,21
216,71
581,69
35,17
180,33
1185059
76164
137474
0,94
0,36
0,13
9,59
1,50
0,77
0,56
0,07
0,00
1280,22
27,74
24,08
193,90
11,72
20,04
395020
25388
15275
0,31
0,12
0,01
3,20
0,50
0,09
F
hitung
580,59
71,86
4,46
435,84
9,44
8,20
22,913
1,385
2,368
47,31
3,04
1,83
30,66
11,78
1,38
65,55
10,22
1,74
Pr>f
0,00**
0,00**
0,00**
0,00**
0,00**
0,00**
0,00**
0,27tn
0,04*
0,00**
0,043*
0,10tn
0,00**
0,00**
0,24tn
0,00**
0,00**
0,12tn
Keterangan: **sangat nyata; *nyata; tn: tidak nyata
Tabel Lampiran 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh tekstur dan bahan organik
tanah serta interaksinya terhadap karakteristik tanah pada
tanah pemadatan dalam kondisi kering udara
Karakteristik
Sumber sidik
fisik tanah
ragam
Bobot isi
Tesktur
BO
Tekstur x BO
Pori drainase Tesktur
total
BO
Tekstur x BO
Pori air
Tesktur
tersedia
BO
Tekstur x BO
Permeabilitas Tesktur
BO
Tekstur x BO
Ketahanan
Tesktur
penetrasi
BO
Tekstur x BO
Energi
Tesktur
pemadatan
BO
Tekstur x BO
Db
Keterangan: **sangat nyata; *nyata; tn: tidak nyata
3
3
9
3
3
9
3
3
9
3
3
9
3
3
9
3
3
9
JT
KT
F hitung
Pr>f
3,87
0,08
3,88
1768,07
718,08
382,60
352,85
13,92
40,9924
10295,30
5344,50
14115,40
21,98
628,57
275,54
21565,00
4112,00
50377,00
1,29
0,03
1,29
589,36
239,36
42,51
117,62
4,64
4,5547
3431,80
1781,50
1568,40
7,33
209,52
30,62
7188,00
1371,00
5597,00
293773
6295
293773
168,91
68,60
12,18
14,48
0,57
0,56077
32,67
16,96
14,93
3,50
100,21
14,60
12,38
2,36
9,64
0,00**
0,00**
0,00**
0,00**
0,00**
0,00**
0,00**
0,64tn
0,81tn
0,00**
0,00**
0,00**
0,03*
0,00**
0,00**
0,00**
0,09tn
0,00**
52
Tabel Lampiran 3. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh tekstur dan bahan organik
tanah serta interaksinya terhadap karakteristik tanah pada tanah
pemadatan dalam kondisi kadar air kapasitas lapang
Karakteristik fisik
tanah
Bobot isi
Pori drainase total
Air tersedia
Permeabilitas
Ketahanan
penetrasi
Energi pemadatan
Sumber sidik
F
Db
JT
KT
Pr>f
ragam
hitung
Tesktur
3
3,49
1,16 877,44 0,00**
BO
3
0,42
0,14 106,53 0,00**
Tekstur x BO
9
0,18
0,02
15,29 0,00**
Tesktur
3 2530,54 843,51
85,27 0,00**
BO
3
67,29
22,43
2,27 0,10tn
Tekstur x BO
9 419,65
46,63
4,70 0,00**
Tesktur
3 492,45 164,148
39,46 0,00**
BO
3
62,45 20,818
5,01 0,01**
Tekstur x BO
9 285,82 31,758
7,64 0,00**
Tesktur
3 3024,85 1008,28 983,89 0,00**
BO
3
81,06
27,02
26,37 0,00**
Tekstur x BO
9 256,14
28,46
27,77 0,00**
Tesktur
3 834,20 278,05
50,97 0,00**
BO
3 108,80
36,27
6,65 0,00**
Tekstur x BO
9 483,00
53,67
9,84 0,00**
Tesktur
3 31568,0
10523 118,841 0,00**
BO
3 7405,2 2468,40 27,878 0,00**
Tekstur x BO
9 5293,0 588,10
6,642 0,00**
Keterangan: **sangat nyata; *nyata; tn: tidak nyata
Tabel Lampiran 4. Uji t-student pengaruh kondisi kadar air pada saat pemadatan
terhadap karakteristik tanah
Karakteristik
tanah
Bobot isi
Kadar air pf
2,54
Pori drainase
total
Air tersedia
Permeabilitas
Tahanan
penetrasi
Energi
pemadatan
Rataan
P1
1,27
Rataan
P2
1,40
28,43
31,19
-0,82 93 0,41tn
1,37
0,29
13,73
8,24
3,23 93 0,00**
1,12
0,70
4,01
26,83
4,48
6,82
-0,55 93 0,59tn
4,90 93 0,00**
1,45
9,53
0,21
0,00
5,59
10,25
-4,38 93 0,00**
1,77
0,05
164,56
73,20
11,27 93 0,00**
2,05
0,02
Keterangan: **sangat nyata; *nyata; tn: tidak nyata
Nilai t
dF
P
-2,01 93 0,05*
F
P
varian varian
1,04
0,90
53
Tabel Lampiran 5. Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap
bobot isi tanah
Tekstur
Tanah
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
Pasir
Keterangan:
Bahan organik tanah
(%)
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
P0
0,78
0,77
0,72
0,66
0,88
0,86
0,83
0,78
1,17
1,03
1,00
0,92
1,37
1,27
1,19
1,10
Bobot isi (g/cm3)
P1
P2
cd
1,02 e
1,03
bc
0,99 c
1,01
b
0,91 a
0,98
a
1,00 d
0,95
ef
1,07 g
1,48
e
1,04 f
1,28
de
1,00 d
1,23
cd
0,99 b
1,13
i
1,59 k
1,79
g
1,40 J
1,68
g
1,28 h
1,45
f
1,39 i
1,34
k
1,69 n
1,77
j
1,62 l
1,76
i
1,72 o
1,69
h
1,67 m
1,65
b
ab
ab
a
f
d
d
c
h
g
f
e
h
h
g
g
angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT pada taraf 5%. P0, P1, dan P2 merupakan tanpa pemadatan, pemadatan dalam kondisi kering
udara, dan pemadatan dalam kondisi kadar air kapasitas lapang
Tabel Lampiran 6. Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap
pori drainase total
Tekstur
tanah
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
Pasir
Keterangan:
Bahan organik tanah
(%)
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
P0
17
14
16
16
23
20
18
13
30
32
35
27
37
38
37
38
Pori drainase total (%)
P1
P2
bc
6 b
3 bc
ab
4 ab
3 bc
bc
7 b
3 bcd
bc
1 a
3 bc
e
15 d
3 bc
d
16 de
0 a
cd
15 d
0 a
a
5 b
2 ab
fg
15 de
5 de
gh
19 ef
6 e
hi
20 f
12 f
fg
11 c
4 cd
ij
29 g
26 j
j
28 g
24 i
ij
18 def
21 h
j
10 c
15 g
angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT pada taraf 5%. P0, P1, dan P2 merupakan tanpa pemadatan, pemadatan dalam kondisi kering
udara, dan pemadatan dalam kondisi kadar air kapasitas lapang
54
Tabel Lampiran 7. Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap
pori air tersedia
Tekstur
Tanah
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
Pasir
Keterangan:
Bahan organik tanah
(%)
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
Pori air tersedia (%)
P0
P1
1 a
2 ab
1
a
2 ab
3 abc
8 cde
10 def
8
b
12 ef
15 f
5 abcd
7 bcde
4
a
1 a
9 def
5 abcd
5 abcd
2
a
5 abcd
1 a
P2
9
5
11
11
0
1
1
1
1
2
2
2
3
4
4
13
cd
bc
de
de
a
a
a
a
a
ab
ab
ab
ab
ab
ab
e
angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT pada taraf 5%. P0, P1, dan P2 merupakan tanpa pemadatan, pemadatan dalam kondisi kering
udara, dan pemadatan dalam kondisi kadar air kapasitas lapang
Tabel Lampiran 8. Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap
permeabilitas tanah
Tekstur tanah
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
Pasir
Keterangan:
Bahan organik tanah
(%)
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
Permeabilitas tanah (cm/jam)
P1
P2
18,04 abcd
8,29 ab
12,58 abc
0,53 a
15,16 abcd
3,58 ab
11,25 abc
4,20 ab
18,59 abcd
2,53 ab
31,12 cd
3,69 ab
24,88 bcd
9,16 ab
18,50 abcd
9,06 ab
5,79 ab
6,73 ab
27,66 cd
13,60 b
33,21 d
4,10 ab
3,33 a
0,29 a
104,79 f
28,28 c
67,69 e
10,83 ab
29,14 cr
0,71 a
18,04 abcd
8,29 ab
angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT pada taraf 5%. P1 dan P2 merupakan pemadatan dalam kondisi kering udara dan pemadatan dalam
kondisi kadar air kapasitas lapang
55
Tabel Lampiran 9. Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap
ketahanan penetrasi tanah
Tekstur tanah
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
Pasir
Keterangan:
Bahan organik
tanah (%)
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
Ketahanan penetrasi (kg/cm2)
P1
P2
2,28 ab
7,00 ab
3,10 bc
6,17 ab
3,80 bc
5,17 ab
17,30 g
4,50 a
2,35 ab
6,60 ab
3,53 bc
18,33 d
5,07 c
3,33 a
7,96 de
5,50 ab
0,33 a
13,67 c
1,43 ab
9,33 b
10,33 ef
7,33 ab
11,42 f
6,67 ab
0,02 a
13,33 c
7,57 d
16,33 cd
8,10 de
18,33 d
7,97 de
20,33 d
angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT pada taraf 5%. P1, dan P2 merupakan pemadatan dalam kondisi kering udara, dan pemadatan
dalam kondisi kadar air kapasitas lapang
Tabel Lampiran 10. Pengaruh interaksi tekstur dan bahan organik tanah terhadap
energi pemadatan
Tekstur tanah
Liat berat
Liat
Lempung berpasir
Pasir
Keterangan:
Bahan organik
tanah (%)
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
Energi pemadatan (kJ/m3)
P1
P2
108 abc
76 de
166 de
49 abc
75 a
37 a
162 de
37 a
137 bcd
104 f
171 def
45 ab
187 ef
81 e
200 ef
49 abc
216 f
64 cd
200 ef
57 bc
141 cd
53 abc
191 ef
54 abc
200 ef
134 g
171 def
104 f
200 ef
103 f
96 ab
125 g
angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT pada taraf 5%. P1, dan P2 merupakan pemadatan dalam kondisi kering udara, dan pemadatan
dalam kondisi kadar air kapasitas lapang
56
Tabel Lampiran 11.
No
Tekstur dan bahan organik tanah
Pasir Liat
Debu
Tekstur C- organik Bahan organik
.............(%)............
.............(%)............
Liat
berat
4,32 83,96 11,73
0,26
0,45
4,26 83,95 11,79 Liat berat
0,30
0,52
3,91 85,11 10,98 Liat berat
1
2
3
Tabel Lampiran 12. Kadar abu dan kadar bahan organik kompos
No
BC I TL
TK I KA kompos
.............(g)............
(%)
5,46 15,04 10,06
108,44
5,58 18,04 11,53
109,52
5,01 17,31 10,87
109,77
1
2
3
BC II TK II T abu
.............(g)............
14,08 19,43 17,54
14,26 20,21 18,08
13,12 18,61 16,68
Kadar BO
(%)
73,92
74,91
73,56
Tabel Lampiran 13. Kadar air dan bobot isi tanah
Tekstur
tanah
Liat berat
Liat
Lempung
berpasir
Pasir
Keterangan:
Bahan
organik
tanah
(%)
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
0,5
2,5
5,0
7,5
P0
KA
P1
B1
(%) (g/cm3)
28,16
0,78
30,59
0,77
33,58
0,72
36,34
0,66
13,41
0,88
16,62
0,86
20,05
0,83
22,10
0,78
10,10
1,17
11,87
1,03
15,82
1,00
18,99
0,92
2,86
1,37
5,42
1,27
8,44
1,19
11,91
1,10
KA
P2
B1
(%) (g/cm3)
28,16
1,02
30,59
0,99
33,58
0,91
36,34
1,00
13,41
1,07
16,62
1,04
20,05
1,00
22,10
0,99
10,10
1,59
11,87
1,40
15,82
1,28
18,99
1,39
2,86
1,69
5,42
1,62
8,44
1,72
11,91
1,67
KA
B1
(%) (g/cm3)
68,21
1,03
73,42
1,01
74,93
0,98
77,82
0,95
55,56
1,48
63,96
1,28
67,17
1,23
71,90
1,13
38,29
1,79
41,51
1,68
44,02
1,45
46,92
1,34
21,73
1,77
25,89
1,76
30,61
1,69
37,37
1,65
P0, P1, dan P2 merupakan tanpa pemadatan, pemadatan dalam kondisi kering udara, dan pemadatan dalam
kondisi kadar air kapasitas lapang
57
Tabel Lampiran 14. Nilai kadar air kapasitas lapang Alhricks
Tekstur tanah
Liat berat
Liat
Lempung
berpasir
Pasir
Kadar air
KA kapasitas
Hari Hari Hari Hari
lapang
1
2
3
4
......................................(%v) ......................................
0,5
71,86 67,96 69,30 68,59
71,86
2,5
78,36 76,05 74,94 75,30
78,36
5,0
76,65 73,50 74,40 73,32
76,65
7,5
80,49 79,59 77,40 78,06
80,49
0,5
58,30 56,68 55,07 56,80
58,30
2,5
64,62 64,09 64,03 64,01
64,62
5,0
71,64 70,76 66,20 67,66
71,64
7,5
78,00 73,69 71,82 72,83
78,00
0,5
45,32 39,93 38,79 39,00
45,32
2,5
46,53 42,55 42,18 41,69
46,53
5,0
49,46 45,60 44,18 44,58
49,46
7,5
51,75 47,81 47,56 47,19
51,75
0,5
23,96 22,53 21,61 22,11
23,96
2,5
26,70 26,65 25,37 26,32
26,70
5,0
32,14 31,05 30,49 31,56
32,14
7,5
43,01 41,79 35,85 38,09
43,01
Bahan organik
tanah
58
Tabel Lampiran 15. Kadar air berbagai pF pada tanah tanpa pemadatan
BI
LB1
LB1
LB1
LB2
LB2
LB2
LB3
LB3
LB3
LB4
LB4
LB4
L1
L1
L1
L2
L2
L2
L3
L3
L3
L4
L4
L4
LP1
LP1
LP1
LP2
LP2
LP2
LP3
LP3
LP3
LP4
LP4
LP4
P1
P1
P1
P2
P2
P2
P3
P3
P3
P4
P4
P4
BJP
........g........
0,78 2,13
0,78 2,13
0,78 2,13
0,77 2,04
0,77 2,04
0,77 2,04
0,72 2,02
0,72 2,02
0,72 2,02
0,66 1,93
0,66 1,93
0,66 1,93
0,88 2,26
0,88 2,26
0,88 2,26
0,86 2,16
0,86 2,16
0,86 2,16
0,83 2,11
0,83 2,11
0,83 2,11
0,78 2,02
0,78 2,02
0,78 2,02
1,17 2,37
1,17 2,37
1,17 2,37
1,03 2,30
1,03 2,30
1,03 2,30
1,00 2,24
1,00 2,24
1,00 2,24
0,92 2,17
0,92 2,17
0,92 2,17
1,37 2,59
1,37 2,59
1,37 2,59
1,27 2,51
1,27 2,51
1,27 2,51
1,19 2,40
1,19 2,40
1,19 2,40
1,10 2,28
1,10 2,28
1,10 2,28
Keterangan:
pF
Pori
Pori air tersedia
4,2
drainase
............................................................%v............................................................
54
47
46
45
17
0,91
63
54
47
47
46
16
1,05
63
54
48
47
45
16
1,53
63
56
49
48
46
14
2,06
62
56
49
48
46
14
1,94
62
56
49
47
46
15
1,63
62
59
49
49
46
16
2,52
64
59
54
49
46
15
2,72
64
59
56
48
47
16
1,57
64
63
61
49
47
17
1,95
66
15
3,77
63
57
51
47
66
63
60
53
45
13
7,35
66
58
45
37
29
24
7,93
61
57
38
38
30
23
7,44
61
55
44
38
29
23
9,71
61
54
49
41
27
19
14,17
60
54
49
38
30
22
8,12
60
60
54
46
40
31
20
8,91
61
57
50
43
34
18
8,91
61
57
50
42
31
19
10,98
61
57
55
42
26
18
16,13
7
24,12
61
60
58
54
30
11
17,92
61
60
60
50
32
61
60
58
43
33
18
9,96
51
47
24
21
14
30
6,67
51
49
26
21
15
30
5,65
51
49
24
21
17
30
3,59
55
51
27
23
17
32
6,50
55
54
28
23
14
32
8,53
55
53
26
23
17
32
6,27
55
42
29
20
18
35
1,73
55
42
29
20
20
35
0,52
55
42
31
20
19
35
1,21
26
10,11
58
57
35
32
22
58
57
43
27
21
31
5,30
58
57
36
33
20
25
12,66
47
34
13
10
5
37
5,04
47
30
10
10
4
37
5,93
47
32
14
10
6
37
4,28
49
35
14
11
6
38
4,72
49
34
14
11
5
38
6,03
49
33
14
11
6
38
5,42
50
38
15
13
9
37
4,44
50
38
17
13
8
37
5,30
37
4,87
50
36
15
13
8
38
2,17
52
40
19
14
11
52
42
18
14
13
38
0,80
52
42
20
13
12
39
1,02
RPT
pF 1,00
pF 2,00
pF 2,54
LB, L, LP, dan P merupakan liat berat, liat, lempung berpasir, dan pasir. Angka 1,2,3,4 merupakan kadar
bahan organik tanah 0,5%, 2,5%, 5,0%, dan 7,5%
59
Tabel Lampiran 16. Kadar air berbagai pF pada tanah pemadatan dalam kondisi
kering udara
BI
BJP
........g........
LB1
LB1
LB1
LB2
LB2
LB2
LB3
LB3
LB3
LB4
LB4
LB4
L1
L1
L1
L2
L2
L2
L3
L3
L3
L4
L4
L4
LP1
LP1
LP1
LP2
LP2
LP2
LP3
LP3
LP3
LP4
LP4
LP4
P1
P1
P1
P2
P2
P2
P3
P3
P3
P4
P4
P4
1,02
1,02
1,02
0,99
0,99
0,99
0,91
0,91
0,91
1,00
1,00
1,00
1,07
1,07
1,07
1,04
1,04
1,04
1,00
1,00
1,00
0,99
0,99
0,99
1,59
1,59
1,59
1,40
1,40
1,40
1,28
1,28
1,28
1,39
1,39
1,39
1,69
1,69
1,69
1,62
1,62
1,62
1,72
1,72
1,72
1,67
1,67
1,67
Keterangan:
2,13
2,13
2,13
2,04
2,04
2,04
2,02
2,02
2,02
1,93
1,93
1,93
2,26
2,26
2,26
2,16
2,16
2,16
2,11
2,11
2,11
2,02
2,02
2,02
2,37
2,37
2,37
2,30
2,30
2,30
2,24
2,24
2,24
2,17
2,17
2,17
2,59
2,59
2,59
2,51
2,51
2,51
2,40
2,40
2,40
2,28
2,28
2,28
RPT
pF 1,00
pF 2,00
pF 2,54
pF
4,2
Pori
drainase
Pori air tersedia
............................................................%v............................................................
52
52
52
51
51
51
55
55
55
48
48
48
53
53
53
52
52
52
53
53
53
51
51
51
33
33
33
39
39
39
43
43
43
36
36
36
35
35
35
35
35
35
28
28
28
27
27
27
51
51
51
50
50
50
53
53
53
48
48
48
47
47
47
48
48
48
50
50
50
49
49
49
28
28
28
31
31
31
34
34
34
34
34
34
28
28
26
34
33
33
21
21
21
24
24
24
49
49
50
49
50
49
51
51
51
47
47
47
41
38
43
41
44
44
48
47
45
48
47
48
21
22
23
24
23
24
24
28
26
30
32
32
9
11
10
12
11
12
15
14
13
22
21
20
47
46
46
47
48
47
48
48
49
47
47
47
38
38
38
37
36
36
38
37
38
49
40
44
17
18
17
20
21
21
22
23
23
23
26
26
6
5
6
7
7
8
11
9
11
20
17
12
45
46
45
46
46
46
46
46
47
47
47
45
29
30
29
27
30
31
34
31
26
30
32
33
14
15
17
17
14
17
18
20
19
22
21
20
5
4
6
6
5
6
9
8
8
11
13
12
5
6
6
4
3
4
7
7
6
1
1
1
15
15
15
15
16
16
14
15
15
2
11
7
16
15
16
19
18
19
21
20
20
13
10
10
29
30
29
29
28
28
17
19
17
7
10
14
1,37
0,31
1,13
1,29
1,81
1,42
1,70
1,90
2,51
0,08
0,10
1,87
9,11
7,82
9,29
9,71
5,32
4,58
4,59
6,60
11,81
19,30
7,53
10,99
3,11
2,97
0,04
3,85
6,37
3,89
3,54
3,11
3,92
1,53
4,77
5,80
0,66
0,95
0,21
0,50
2,19
2,28
2,83
1,56
3,07
8,18
4,40
0,36
LB, L, LP, dan P merupakan liat berat, liat, lempung berpasir, dan pasir. Angka 1,2,3,4 merupakan kadar
bahan organik tanah 0,5%, 2,5%, 5,0%, dan 7,5%
60
Tabel Lampiran 17. Kadar air berbagai pF pada tanah pemadatan dalam kondisi
kapasitas lapang
BI
BJP
........g........
LB1
LB1
LB1
LB2
LB2
LB2
LB3
LB3
LB3
LB4
LB4
LB4
L1
L1
L1
L2
L2
L2
L3
L3
L3
L4
L4
L4
LP1
LP1
LP1
LP2
LP2
LP2
LP3
LP3
LP3
LP4
LP4
LP4
P1
P1
P1
P2
P2
P2
P3
P3
P3
P4
P4
P4
1,03
1,03
1,03
1,01
1,01
1,01
0,98
0,98
0,98
0,95
0,95
0,95
1,48
1,48
1,48
1,28
1,28
1,28
1,23
1,23
1,23
1,13
1,13
1,13
1,79
1,79
1,79
1,68
1,68
1,68
1,45
1,45
1,45
1,34
1,34
1,34
1,77
1,77
1,77
1,76
1,76
1,76
1,69
1,69
1,69
1,65
1,65
1,65
Keterangan:
2,13
2,13
2,13
2,04
2,04
2,04
2,02
2,02
2,02
1,93
1,93
1,93
2,26
2,26
2,26
2,16
2,16
2,16
2,11
2,11
2,11
2,02
2,02
2,02
2,37
2,37
2,37
2,30
2,30
2,30
2,24
2,24
2,24
2,17
2,17
2,17
2,59
2,59
2,59
2,51
2,51
2,51
2,40
2,40
2,40
2,28
2,28
2,28
RPT
pF 1,00
pF 2,00
pF 2,54
pF
4,2
Pori
drainase
Pori air tersedia
............................................................%v............................................................
52
52
52
50
50
50
51
51
51
51
51
51
35
35
35
41
41
41
42
42
42
44
44
44
25
25
25
27
27
27
35
35
35
38
38
38
32
32
32
30
30
30
30
30
30
28
28
28
51
51
51
49
49
49
50
50
50
50
50
50
34
34
34
41
41
41
42
42
42
44
44
44
23
23
23
25
25
25
33
33
33
37
37
37
23
25
24
30
30
30
24
24
24
23
23
23
50
50
50
48
48
48
49
49
49
49
49
49
32
32
32
41
41
41
42
42
42
44
44
44
23
20
22
23
24
24
29
31
29
36
37
36
8
10
9
15
15
13
19
20
12
16
17
21
49
49
49
48
48
48
48
48
48
48
48
48
32
32
32
41
40
40
41
41
41
43
43
43
20
19
20
20
22
22
22
23
23
36
36
30
5
5
6
6
6
6
9
9
9
12
13
12
45
46
45
46
46
46
46
46
47
47
47
45
29
30
29
27
30
31
34
31
26
30
32
33
14
15
17
17
14
17
18
20
19
22
21
20
5
4
6
6
5
6
9
8
8
11
13
12
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
0
0
1
0
0
0
1
1
1
5
6
5
7
5
5
13
12
12
2
2
8
26
26
26
23
24
24
21
21
21
16
15
15
3,51
2,81
3,91
1,81
1,34
1,76
1,70
1,75
1,39
0,78
0,80
2,57
2,61
1,32
2,79
13,92
9,92
8,79
7,58
10,91
15,25
12,57
10,52
9,60
5,74
3,62
2,55
3,59
7,58
5,18
3,71
3,47
4,41
14,85
15,19
10,32
1,04
1,33
0,28
0,12
1,17
0,42
0,44
1,13
0,87
0,80
0,19
0,18
LB, L, LP, dan P merupakan liat berat, liat, lempung berpasir, dan pasir. Angka 1,2,3,4 merupakan kadar
bahan organik tanah 0,5%, 2,5%, 5,0%, dan 7,5%
61
Gambar Lampiran 1. Contoh tanah pada berbagai tekstur dan bahan organik tanah
Gambar Lampiran 2. Pengamatan kadar air kapasitas lapang Alhricks
62
Gambar Lampiran 3. Alat pemadat tanah
Download