G 621 05 046 - Repository | UNHAS

advertisement
STUDI KARAKTERISTIK FISIK LAHAN PADA KEBUN
PERCOBAAN (EXFERIMENTAL FARM) FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
OLEH
HASRULLAH BANDU
G 621 05 046
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
STUDI KARAKTERISTIK FISIK LAHAN PADA KEBUN
PERCOBAAN (EXFERIMENTAL FARM) FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Oleh
HASRULLAH BANDU
G 621 05 046
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada
Jurusan Teknologi Pertanian
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
:
Studi Karakteristik Fisik Lahan Pada Kebun Percobaan
(Exferimental Farm) Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
Nama
:
Hasrullah Bandu
Stambuk
:
G 621 05 046
Program Studi
:
Keteknikan Pertanian
Disetujui
1. Tim Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Munir, M.Eng
Pembimbing I
Dr. Ir. Daniel Useng, M.Eng. Sc
Pembimbing II
Mengetahui
2. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian
3. Ketua Panitia Ujian Sarjana
Prof. Dr. Ir. Hj.Mulyati M Tahir, MS
Nip. 19570923 198312 2 001
Dr. Ir. Sitti Nur Faridah, MP
Nip. 19681007 199303 2 002
Tanggal Lulus : …. Agustus 2012
iii
RIWAYAT HIDUP
Hasrullah Bandu, Lahir di Benteng sebuah desa kecil di
Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang pada
tanggal 11 Mei 1987, anak pertama sekaligus anak
terakhir dari pasangan La Bandu dan Hj Saleha. Jenjang
pendidikan yang pernah di lalui adalah:
1. Sekolah Dasar Negeri 12 Benteng,Kec. Baranti Kab. Sidrap. Tahun 1993 –
1999.
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Panca Rijang, Kab Sidrap. Tahun
1999 – 2002
3. Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Panca Rijang, Kab Sidrap. Tahun
2002 – 2005
4. Melanjutkan pendidikan di Universitas Hasanuddin, Fakultas Pertanian,
Jurusan Teknologi Pertanian, Program Studi Keteknikan Pertanian Pada tahun
2005 – 2012
Selama masa studi penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Ilmu
Ukur Wilayah, Perbengkalan Pertanian, dan mata kuliah Mekanisasi Pertanian.
Selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa
Taekwondo ( Red Hwarang) UNHAS dan Himpunan Mahasiswa Teknologi
Pertanian ( HIMATEPA ) Unhas.
iv
HASRULLAH BANDU (G62105046) Studi Karakteristik Fisik Lahan Pada
Kebun Percobaan (Exferimental Farm) Fakultas pertanian Universitas
Hasanuddin DI BAWAH BIMBINGAN AHMAD MUNIR DAN DANIEL
USENG
RINGKASAN
,
Lahan merupakan komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi,
tanah, hidrologi, dan vegetasi di atasnya di mana komponen tersebut
mempengaruhi potensi penggunaannya. Lahan dipandang sebagai suatu
system yang tersusun atas komponen struktural yang sering di sebut
karakteristik lahan. Untuk dapat memamfaatkan sumberdaya lahan secara
terarah dan efisien diperlukan data dan informasi yang lengkap mengenai
keadaan iklim tanah dan sifat fisik lainnya,serta persyaratan tumbuh
tanaman yang akan di usahakan, terutama tanaman – tanaman yang
mempunyai arti ekonomi cukup baik. Data mengenai sifat lingkungan fisik
dapat di peroleh melalui kegiatan survey dan pemetaan sumberdaya
lahan.metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
pada lahan untuk mendapatkan data primer berupa, jenis tanaman, tekstur
tanah, struktur tanah, kandungan bahan organik serta pengumpulan data
sekunder berupa iklim dan data curah hujan.hasil pengamatan menunjukkan
bahwa jenis tanah pada lokasi exfarm adalah tanah utisol, besdasarkan
segitiga tekstur tanah tersebut termasuk tanah liat. Adapun kandungan bahan
organiknya yang paling tinggi yaitu 1,60% dan yang rendah 0,26%.adapun
jenis tanaman yang bisa di tanam adalah seperti jagung dan tanaman
musiman lainnya.
Kata kunci ; Karakteristik lahan, tanaman, tekstur tanah, curah hujan
v
HASRULLAH BANDU (G62105046) Study Physical Characteristics of The Land in
The Exferimental Farm of Agricultural Faculty Hasanuddin University
SUPERVISED BY AHMAD MUNIR AND DANIEL USENG
ABSTRACT
The land consists of the physical components of the climate, topography,
soils, hydrology, and vegetation. On it in which these components influence the
potential for its use. Land is seen as a system composed of a structural component
that is often called the land characteristics. To be able to use land resources
efficiently directed and required data and complete information about the state of
soil climate and other physical properties, as well as plant growth requirements
which will, in trying, especially plants - plants that have a pretty good economic
sense. Data regarding the nature of the physical environment can be obtained
through the survey and mapping of land resources. The method used in this study
is on the land survey methods to obtain primary data in the form, type of crop, soil
texture, soil structure, organic matter content as well as the collection of
secondary data from the climate and rainfall data. Observations indicate that the
type of soil on the ground utisol exfarm location, based on soil texture triangle is
included in the texture of clay. The organic matter content is highest, namely
1.60% and 0.26% lower.
Keyword : Land characteristic, crop, soil texture,rain fall
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah sebagai ungkapan rasa syukur tiada lain yang patut penulis
puji selain Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayahNya telah memberikan
kekuatan, kesehatan dan keteguhan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan pada Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin Makassar.
Penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Prof.Dr.Ir.H.Ahmad Munir, M.Eng dan Dr.Ir.Daniel Useng, M.Eng.Sc selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, kritikan, saran dan
motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi. Tak lupa pula ucapan dan
terima kasih kepada Dr.Ir. Suhardi, STP,MP dan Diyah Yumeina, STP,M.Agr
selaku penguji yang telah meluangkan waktunya guna memberikan masukan dan
petunjuk menuju kesempurnaan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna, sama
halnya dengan skripsi ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
kesempurnaan lebih lanjut pada skripsi ini. Semoga segala kebaikan dan bantuan
yang telah diberikan mendapat imbalan dan limpahan rahmat dari Allah SWT.
Wassalam
Makassar, Agustus 2012
Penulis
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan kesehatan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun dengan segala
keterbatasan. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Kepada kedua orang tuaku dan seluruh keluargaku tercinta atas dukungan
moril dan materi serta memberi semangat kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Universitas Hasanuddin
2. Semua dosen dan staff yang ada di program Studi Keteknikan Pertanian yang
telah memberikan curahan ilmu, petunjuk dan memberikan motivasi sampai
selesainya skripsi ini.
3. Saudara se angkatan 2005 yang telah banyak memberikan motivasi dan
semangat selama ini khususnya Saudara Makmur, STP, Bayu Setiadi
Yamin, STP, Firdaus Abdul Muin, STP, Baso Sahrulyadi, STP, Ismail,
STP, Rahman Nurdin, STP, Hendrianto Guntur, STP, Hasniarti, STP,
Muh Arsyad, STP, dan seluruh saudara angkatan 2005 yang tidak di sebutkan
penulis tanpa kecuali. Semoga semangat kebersamaan yang pernah kita jalin
akan terus berlangsung sampai akhir hayat.
4. Teman – teman di TEKNOLOGI PERTANIAN yang telah mendukung dan
memberikan support dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
viii
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya yang telah
memberikan bantuan dan do’a kepada penulis hingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dan memperoleh gelar sarjana.
Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, sama halnya dengan skripsi ini yang
jauh dari kesempurnaan tetapi dengan adanya kesalahan maka akan membawa
kita menuju kesuksesan.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermaamfaat bagi diri
pribadi penulis, maupun kepada yang membacanya. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin….
Wassalam
Makassar, Agustus 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
iv
RINGKASAN .................................................................................................
v
ABSTRACT ....................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................................
1
1.2. Tujuan dan kegunaan penelitian.............................................................
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Jenis Lahan ..............................................................................................
4
2.1.1 Lahan Kritis ..................................................................................
4
2.1.2 Lahan potensial ............................................................................
4
2.2. Konsep Evaluasi Dan Kesesuain Lahan ........................................
6
2.3. Klasifikasi kesesuain Lahan ..........................................................
8
2.4. Kualitas Dan Karakteristik Lahan .................................................
9
2.4.1. Topografi............................................................................. 11
2.4.2. Iklim .................................................................................... 12
x
2.4.3 Curah Hujan ......................................................................... 13
2.4.4. Suhu .................................................................................... 15
2.5. Sifat Fisik Tanah ........................................................................... 16
2.5.1. Kadar Air Tanah ................................................................. 16
2.4.3.2. Kedalaman Tanah............................................................ 18
2.4.3.3 Tekstur Tanah.................................................................. 18
2.4.3.4 Struktur tanah................................................................. . 21
2.4.3.5 Drainase Tanah................................................................ 22
2.4.3.6 Kandungan Bahan Organik............................................. 24
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................. 28
3.2. Alat Dan Bahan ...................................................................................... 28
3.3. Metode Penelitian................................................................................... 28
3.4. Bagan Alir Penelitian ............................................................................ 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 32
4.2. Data Hasil Pengamatan .......................................................................... 33
4.3. Karakteristik Fisik Lahan..................................................................... . 34
4.3.1. Tekstur Tanah ............................................................................. 34
4.3.2. Struktur Tanah.......................................................................... . 36
4.3.3. Kandungan Bahan Organik ........................................................ 37
4.3.4. pH Tanah.................................................................................. .. 38
xi
V. PENUTUP
5 .1. Kesimpulan ........................................................................................ 39
5. 2. Saran ................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 40
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Halaman
1. Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan .………………..
10
2.
Bentuk wilayah dan kelas lereng………………………………….
12
3. Tipe curah hujan berdasarkan Schmidt dan Ferguson…………….
15
4 Klasifikasi Ukuran Partikel ………………………………………
17
5 Klasifikasi tekstur tanah……………………………………………
20
6 Daya serap beberapa jenis tanah…………………………………...
20
7 Karakteristik kelas Drainase tanah untuk evaluasi lahan…………..
24
8 Hasil pengamatan profil tanah 1……………………………………
33
9 Hasil pengamatan profil tanah 2……………………………………
33
10 Hasil uji persentase tekstur tanah ………………………………….
34
11 Hasil pengamatan tekstur tanah dilapangan……………………….
36
12 Hasil pengamatan kandungan bahan organik………………………
37
xiii
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Halaman
1. Keadaan penampang tanah berdasarkan keadaan drainase. .............
22
2. Diagram Alir Penelitian ....................................................................
30
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul
Halaman
1. Data Klimatologi Rata Rata Bulanan ...............................................
42
2. Sifat Fisik Beberapa jenis Tanah ......................................................
43
3. Ukuran Tekstur Tanah Pada Exferimental Farm Universitas
Hasanuddin .......................................................................................
44
4. Data Lama Penyinaran Matahari ......................................................
45
5. Data Temperatur Udara Rata-Rata ...................................................
46
6. Data Kecepatan Angin Rata-Rata (knot) ..........................................
47
7. Data Curah hujan .............................................................................
48
8. Warna tanah berdasarkan Munshell color chart ..............................
49
9. Foto Pengamatan Profil Tanah ........................................................
50
10. Foto Tempat Pengambilan Sampel Tanah .......................................
51
11. Foto Tempat Penampungan Air, Semak, dan Danau Buatan ..........
52
12. Foto Citra Satelit Google Earth Exfarm Tahun 2001 dan 2003 ......
53
13. Foto Citra Satelit Google Earth Exfarm Tahun 2007 dan 2010 ......
54
14. Peta Exfarm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin ...............
55
15. Peta Pengambilan Sampel Tanah………………………………….
56
xv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bumi sebagai tempat kehidupan memiliki bentuk permukaan yang tidak sama
pada setiap tempat. Hal ini terjadi akibat pengaruh dari luar maupun pengaruh dari
dalam bumi.Bentuk permukaan bumi sangat tidak teratur. Ketidakteraturan ini
memerlukan
determinasi
untuk
merepresentasikan
ukuran
dan
bentuknya.Penggambaran bentuk dan ukuran permukaan bumi merupakan bagian dari
ilmu geodesi. Ada kalanya harus diketahui keadaan tinggi rendahnya suatu daerah
guna pelaksanaan pekerjaan misalnya merencanakan letak bangunan-bangunan.
Untuk mendapat bayangan yang terang tentang keadaan tinggi rendahnya suatu
daerah digunakan garis-garis tinggi.
Sebuah alasan penting mengapa sebidang tanah dihitung luasnya adalah
karena ukuran luas dalam are atau foot persegi dimasukkan dalam akta tentang hak
milik atas tanah. Tujuan lain untuk menentukan ukuran luas wilayah adalah seberapa
luas permukaan harus diratakan, diperkeras, ditebari biji tanaman atau ditanami
rumput. Dalam pengukuran tanah, ukuran luas dianggap sebagai proyeksi wilayah
pada bidang horizontal. Metode pengukuran lapangan termasuk pembagian bidang
menjadi bentuk-bentuk sederhana (segitiga, persegi panjang dan trapezium), (2)
simpangan-simpangan dan garis lurus, (3) jarak meridian ganda dan (4) koordinat.
Pada dasarnya tumbuhan yang tumbuh di atas lahan tergantung pada tanah
karena tanah merupakan tempat tersedianya air dan unsur-unsur hara. Di samping itu,
1
tanah harus menyediakan lingkungan supaya akar dapat berfungsi. Lingkungan ini
memerlukan ruangan pori untuk perluasan akar. Oksigen harus tersedia untuk
pernapasan akar dan karbondioksida yang dihasilkan harus didifusikan keluar dari
tanah agar tidak
terakumulasi. Tiadanya faktor penghambat, seperti konsentrasi
garam terlarut yang bersifat racun atau suhu yang ekstrem.
Kebanyakan hara terdapat dalam mineral dan bahan organik dan dalam
keadaan demikian tidak larut dan tidak tersedia bagi tumbuhan. Hara menjadi tersedia
melalui pelapukan mineral dan penguraian bahan organik. Memang jarang tanah yang
mampu menyediakan semua unsur penting selama jangka waktu yang panjang dalam
jumlah yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang tinggi.
Klasifikasi obyek-obyek alami merupakan pengorganisasian pengetahuan,
sehingga sifat-sifat dan hubungan obyek itu mungkin menjadi mudah untuk diingat
dan dimengerti untuk suatu maksud tertentu. Tujuan akhir klasifikasi tanah adalah
kepuasan maksimum dari keinginan manusia yang tergantung pada penggunaan
tanah. Hal ini memerlukan pengelompokan tanah dengan sifat-sifat yang sama
sehingga lahan dapat dikelola dengan efisien untuk produksi tanaman pertanian.
Lebih jauh, tanah yang cocok atau tidak cocok untuk pipa, jalan, rekreasi, kehutanan,
pertanian, marga satwa, tapak bangunan, dan sebagainya dapat diidentifikasi. Jenis
tanah yang ada pada suatu lahan merupakan salah satu faktor penentu peningkatan
produksi pertanian. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian
mempelajari karakteristik suatu lahan.
2
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik lahan pada kebun
percobaan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Kegunaan penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai karakteristik
lahan yang ada di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Jenis Lahan
2.1.1. Lahan kritis
Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia,
dan biologis atau lahan yang mempunyai nilai ekonomis rendah. Untuk menilai
kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan tersebut. Sedangkan
untuk mengetahui kemampuan suatu lahan dapat dilihat dari besarnya resiko ancaman
atau hambatan dalam pemanfaatan lahan tersebut (Alimin, 1994)
Adapun ciri ciri lahan kritis adalah sebagai berikut: 1) tidak subur yaitu lahan
yang sedikit mengandung mineral yang di butuhkan untuk pertumbuhan tanaman, 2)
miskin humus yaitu tanah yang kurang memiliki zat hara yang di butuhkan tanaman.
2.1.2. Lahan potensial
Lahan Potensial adalah lahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Dalam
arti sempit lahan potensial selalu dikaitkan dengan produksi pertanian, yaitu lahan
yang dapat memberikan hasil pertanian yang tinggi walaupun dengan biaya
pengelolaan yang rendah, tetapi dalam arti luas, lahan potensial dikaitkan dengan
fungsinya bagi kehidupan manusia, yaitu lahan yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga potensial tidaknya suatu
lahan diukur sampai sejauh mana lahan tersebut memberikan manfaat secara optimal
bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh, suatu lahan tidak potensial untuk lahan
4
pertanian tetapi potensial untuk permukiman, pariwisata, atau kegiatan lainnya
(Alimin, 1994).
Adapun ciri-ciri dari lahan potensial yaitu;
1) Tingkat Kesuburan Tinggi
Lahan yang subur adalah lahan dengan tanah yang banyak mengandung
mineral untuk kebutuhan hidup tanaman. Hal ini sangat tergantung pada jenis
tanaman yang diusahakan. Untuk tanaman biji-bijian banyak membutuhkan mineral
posfor, untuk tanaman sayuran membutuhkan mineral zat lemas (N2), dan tanaman
umbi-umbian membutuhkan mineral alkali, jadi agar lahan dapat berproduksi secara
optimal harus disesuaikan, antara jenis mineral yang dikandung lahan dengan jenis
tanaman yang akan diusahakan (Sumadi, 1999).
2) Memiliki Sifat Fisis yang Baik
Lahan yang memiliki sifat fisis baik adalah lahan yang daya serap air dan
sirkulasi udara di dalam tanahnya cukup baik. Sifat fisis ini ditunjukkan oleh tekstur
dan struktur tanahnya.
3) Belum Terjadi Erosi
Terjadinya erosi pada suatu lahan akan menyebabkan berubahnya lahan
potensial menjadi lahan kritis. Lahan yang telah mengalami erosi, tingkat
kesuburannya berkurang, sehingga kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Erosi
mengakibatkan lahan tanah yang paling atas terkelupas. Sisanya tinggal tanah yang
tandus, bahkan sering merupakan batuan yang keras (padas). Proses erosi yang kuat
5
sering dijumpai di daerah pantai, akibat abrasi (pengikisan oleh gelombang laut) dan
di daerah pegunungan dengan lereng terjal serta miskin tumbuhan. Erosi di
pegunungan akibat adanya longsor dan soil creep (tanah merayap).
2.2. Konsep Evaluasi Dan Kesesuaian Lahan
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan
tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Yang
meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi
iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat
perbandingan berbagai penggunaan lahan yang di kembangkan. Evaluasi lahan
merupakan penghubung antara berbagai aspek dan kualitas fisik, biologi, dan
teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya. Tergantung pada
tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa klasifikasi kemampuan lahan atau
klasifikasi kesesuaian lahan (Arsyad, 2000)
Salah satu cara evaluasi lahan adalah melakukan klasifikasi lahan untuk
penggunaan tertentu. Penggolongan kemampuan lahan didasari tingkat produksi
pertanian tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang sangat panjang.
Evaluasi lahan melibatkan pelaksanaan survei bentuk bentang alam, sifat dan
distribusi tanah, macam dan distribusi vegetasi, aspek-aspek lahan. Keseluruhan
evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membuat perbandingan dari
macam-macam penggunaan lahan yang memberikan harapan positif. Suatu survei
tanah baru memiliki kegunaan yang tinggi jika teliti dalam memetakannya. Untuk
mencapai kegunaan tersebut perlu untuk menetapkan pola penyebaran tanah yang di
6
bagi-bagi berdasarkan kesamaan sifat-sifatnya sehingga terbentuk soil mapping unit
atau satuan peta tanah (SPT). Dengan adanya pola penyebaran tanah ini maka di
mungkinkan untuk menduga sifat-sifat tanah yang di hubungkan dengan potensi
penggunaan lahan dan responnya terhadap perubahan pengelolaannya
(Kartasapoetra, 1989).
Untuk memperoleh lahan yang benar benar sesuai di perlukan suatu kriteria
lahan yang dapat di nilai secara objektif. Acuan penilaian kesesuaian lahan di
gunakan kriteria klasifikasi kesesuaian lahan yang sudah di kenal, baik yang bersifat
umum maupun yang khusus. Tetapi pada umumnya di susun berdasarkan pada sifatsifat yang di kandung lahan, artinya hanya sampai pada pembentukan kelas
kesesuaian lahan, sedangkan menyangkut produksi hanya berupa dugaan berdasarkan
potensi kelas kesesuaian lahan yang terbentuk (Suripin, 2002)
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat di nilai untuk kondisi saat ini (kesesuain
lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial)
.Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah
atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut di berikan masukan-masukan yang di
perlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah
dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang di evaluasi.
Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan di capai
apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang di evaluasi dapat berupa hutan
konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang
7
produktifitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat di
tingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.
2.3. Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat di
bedakan menurut tingkatannya yaitu tingkat ordo, kelas, Subkelas, dan unit. Ordo
adalah keadaan kesesuaian lahan secara global.pada tingkat ordo kesesuaian lahan di
bedakan antara lahan yang tergolong sesuai dan lahan yang tergolong tidak sesuai.
Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat
detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan
dibedakan menjadi:
(1). Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) Pada
tingkat kelas lahan yang tergolong ordo sesuai di bedakan ke dalam tiga kelas
yaitu:lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3).
Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak di bedakan ke dalam
kelas-kelas.
(2). Unuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat
kelas di bedakan atas kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).
Kelas S1 Sangat sesuai :Lahan yang tidak mempunyai faktor pembatas yang
berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas
bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktifitas lahan secara nyata.
8
Kelas S2 Cukup sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas dan faktor
pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya,memerlukan tambahan
masukan (input).
Kelas
berat,dan
S3
faktor
Sesuai marginal: Lahan mempunyai faktor pembatas yang
pembatas
ini
akan
sangat
berpengaruh
terhadap
produktivitasnya,memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan
yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal
tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah
atau pihak swasta.
Kelas N: Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai factor pembatas yang
sangat berat yang sulit diatasi.
2.4. Kualitas dan Karakteristik Lahan
Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang bersifat kompleks
dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh
terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau
lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan ada yang biasa diestimasi atau di ukur secara
langsung di lapangan,tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik
lahan (Bowles, J.E. 1999).
Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat sifat lahan dan
lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan
uraiannya, peta atau data iklim dan peta topografi / elevasi. Karakteristik lahan
diuraikan dari peta tanah meliputi drainase tanah, tekstur dan kedalaman tanah.
9
Tabel 1.
Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan
Kualitas lahan
Karakteristik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rata-rata (*C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm), Kelembaban (%),
lamanya bulan kering (bln)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Keadaan media perakaran (rc)
Tekstur, bahan kasar (%), kedalaman
tanah (cm)
Gambut
Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan
mineral/pengkayaan, kematangan
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%), Bahaya erosi
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%), Singkapan
batuan (%)
Sumber : Djaenuddin, 1997
Tanah merupakan komponen sumberdaya alam yang mencakup semua bagian
padat di atas permukaan bumi, termasuk semua yang ada di atas dan di dalamnya
yang terbentuk dari bahan induk yang di pengaruhi oleh kinerja iklim, jasad hidup,
dan relief setempat dalam waktu tertentu. Dalam satu topsekuen akan dijumpai
berbagai jenis tanah, sebagai akibat adanya perbedaan bahan induk, iklim, topografi
dan penggunaan lahan (Sosrodarsono, 1983)
Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat
di kelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim.
Karakteristik lahan tersebut (terutama tofografi dan tanah) merupakan unsur
pembentuk satuan peta tanah.
10
2.4.1. Topografi
Permukaan Topografi merupakan penampakan muka bumi. Permukaan
topografi memiliki ketinggian yang bervariasi dari satu tempat dengan tempat yang
lain. Untuk menggambarkan permukaan topografi harus dilakukan pengukuran
ketinggian dari daerah tersebut.
Posisi (Lintang-bujur) dan ketinggian dalam survei geofisika merupakan
komponen yang sangat penting. Setiap titik pengukuran harus memiliki posisi yang
jelas (ditunjukkan dalam Lintang dan bujur). Ketinggian suatu tempat didasarkan
pada bidang referensi yang mempunyai posisi pada titik koordinat. Survei topografi
merupakan suatu metode untuk menentukan posisi, tanda-tanda buatan manusia
maupun alamiah diatas permukaan tanah yang dapat digunakan untuk membuat peta
topografi.
Topografi yang di pertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah
(relief) atau lereng
dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat
hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor
ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Semakin
tinggi tempat di atas permukaan laut maka udaranya juga semakin dingin, jadi
tumbuhan yang memerlukan iklim dingin sebaiknya di tanam di daerah yang tinggi.
Relief dan kelas lereng di sajikan pada Tabel 2.
11
Tabel 2. Bentuk wilayah dan kelas lereng
NO
Relief
1
Datar
2
Berombak/agak landai
3
Bergelombang/melandai
4
Berbukit
5
Bergunung
6
Bergunung curam
7
Bergunung sangat curam
Sumber : Sosrodarsono, 1983
Lereng(%)
<3
3-8
8-15
15-30
30-40
40-60
>60
Ketinggian tempat di ukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam
kaitannya dengan tanaman secara umum sering di bedakan antara dataran rendah
(<700 m dpl.) dan datarn tinggi (>700 m dpl.). Namun dalam kesesuaian tanaman
terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari.
Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka temperatur semakin menurun.
Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi
dari permukaan laut. Ketinggian tempat dapat di kelaskan sesuai kebutuhan tanaman.
Misalnya tanaman teh dan kina lebih sesuai pada daerah dingin atau daerah dataran
tinggi. Sedangkan tanaman karet, sawit, dan kelapa lebih sesuai di daerah dataran
rendah.
2.4.2.Iklim
Iklim adalah hari dan bulan demi bulan) dalam jangka panjang di suatu tempat
atau pada suatu wilayah (Hardjowigeno, 1989). Untuk menentukan iklim suatu
12
wilayah,diperlukan data temperatur udara suatu wilayah dan data curah hujan bulanan
minimal data curah hujan 10 tahun.
Menurut Junghunh, di Indonesia terbagi atas 4 iklim yaitu:
1.
Zona iklim panas yaitu pada daerah ketinggian antara 0-650m dan temperatur
26,3 ℃-22 ℃
2.
Zona iklim sedang yaitu daerah ketinggian antara 650-1500 dan temperatur
antara 22 ℃-17,1 ℃
3.
Zona iklim sejuk yaitu daerah ketinggian antara 1500-2500m dan temperatur
antara 17,1 ℃-11,1 ℃
4.
Zona iklim dingin yaitu daerah ketinggian di atas 2500m dan temperatur kurang
dari 11,1 ℃
Sedangkan menurut Oldeman iklim itu di bagi menjadi 5 tipe yaitu:
1. Iklim A yaitu iklim yang memiliki bulan basah lebih dari 9 kali berturut turut
2. Iklim B yaitu iklim yang memiliki bulan basah 7-9 kali berturut turut
3. Iklim C yaitu iklim yang memiliki bulan basah 5-6 kali berturut turut
4. Iklim D yaitu iklim yang memiliki bulan basah 3-4 kali berturut turut
5. Iklim E yaitu iklim yang memiliki bulan basah kurang dari 3 bulan
2.4.2.1 Curah Hujan
Iklim sangat erat kaitannya dengan curah hujan, untuk mengetahui penentuan
beberapa tipe iklim di tentukan dengan beberapa cara, Adapun pembagian yang di
gunakan adalah tipe iklim berdasarkan curah hujan dapat ditentukan menggunakan
13
klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951) yang menggunakan banyaknya bulan basah
dan bulan kering sebagai dasar pengklasifikasian. Data curah hujan bulanan yang
diperlukan paling sedikit 10 tahun. Kriteria klasifikasi tersebut yaitu:
- bulan basah, apabila curah hujan > 100 mm setiap bulan
- bulan lembab, apabila curah hujan antara 60 – 100 mm setiap bulan, dan
- bulan kering, apabila curah hujan < 60 mm setiap bulan.
Jumlah bulan basah dan bulan kering diperoleh dengan cara menjumlahkan
bulan basah dengan bulan kering setiap tahunnya, kemudian dirata-ratakan selama10
tahun. Untuk menentukan tipe iklim berdasarkan nilai Q digunakan rumus nilai Q
sebagai berikut:
𝑀𝑑
Q = 𝑀𝑤 × 100% ……………………………..
(1)
Dimana :
Q
: Tipe Iklim
Md : Rata rata bulan kering
Mw : Rata rata bulan basah
Schmidt dan Ferguson (1951) menggunakan nilai perbandingan (Q) antara
rata-rata banyaknya bulan kering (Md) dan rata-rata banyaknya bulan basah (Mw)
dalam satu tahun. Berdasarkan penelitiannya Schmidt dan Ferguson menggolongkan
8 tipe iklim di Indonesia ke delapan tipe itu dapat di lihat pada tabel berikut ini :
14
Tabel 3 Tipe Curah Hujan Berdasarkan Schmidt dan Ferguson
Nilai Q %
Tipe curah hujan
Keterangan
0,000<Q<0,143
A
Sangat basah
0,143<Q<0,333
B
Basah
0,333<Q<0,666
C
Agak basah
0,666<Q<1,000
D
Sedang
1,000<Q<1,670
E
Agak kering
1,670<Q<3,000
F
Kering
3,000<Q<7,000
G
Sumber : Schmidt dan Ferguson
Sangat kering
Data curah hujan di peroleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang
di tempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu.
Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Secara manual
biasanya di catat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama 1 (satu) hari, yang
kemudian di jumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara
otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap
periode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya. Adapun jenis alat
yang di pakai untuk mengukur curah hujan diantaranya adalah penakar curah hujan
biasa atau tipe observatorium atau non recording dan penakar hujan otomatis atau self
recording. Curah hujan pada setiap daerah berbeda beda sesuai kondisi alam daerah
tersebut ada yang memiliki curah hujan tinggi dan ada pula daerah yang memiliki
curah hujan yang sangat rendah.
15
2.4.2.2. Suhu
Menurut Smith, (1964) rataan suhu udara tahunan diwilayah tropik hampir
sama dengan rataan suhu tanah tahunan. Pola suhu tanah dapat di taksir dari rataan
suhu tahunan dan data ketinggian.
Suhu tanah yang sangat tinggi pada permukaan tanah gundul dalam musim
kering bisa mencapai suhu 86 ℃. Pada kedalaman 10 cm, tanah gundul yang sama
mempunyai suhu tanah 30 ℃. Pada tempat yang sama suhu tanah permukaan dalam
tutupan padang rumput adalah 34 ℃, dan dalam tutupan hutan 25 ℃. Jika tidak dalam
keadaan terbuka suhu tanah itu tidaklah banyak melampaui suhu udara sekalipun
pada permukaan (Mohr, 1972).
Tanaman kina dan kopi, misalnya menyukai dataran tinggi atau suhu rendah,
sedangkan karet, kelapa sawit, dan kelapa sesuai untuk dataran rendah. Pada daerah
yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara di perkirakan berdasarkan
ketinggian tempat dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat, semakin rendah suhu
udara rata-ratanya.
2.4.3. Sifat Fisik Tanah
2.4.3.1 Kadar Air Tanah
Sebagian air yang diperlukan tumbuhan berasal dari tanah (disebut air tanah).
Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap
tumbuhan itu berbeda. Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan
biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi untuk
16
pembentukan karbohidrat, serta untuk menyangkut hasil-hasil fotosintesisnya. Air
tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Kadar dan komposisi udara
tanah sebagian besar ditentukan oleh hubungan air dan tanah. Udara tanah yang
terdiri dari campuran gas itu bergerak menuju ke pori-pori yang belum diduduki oleh
air.
Air mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting bagi tanaman dan tanah.
Bagi tanah, air mempengaruhi sifat sifat tanah seperti konsistensi kesesuaian lahan
dan daya dukung tanah, disamping itu juga berperan sebagai pelapukan mineral dan
bahan organik dimana terjadi reaksi untuk menyiapkan hara bagi tanaman. Sedangkan
bagi tumbuhan ada beberapa fungsi air yang sangat penting yaitu sebagai bagian dari
sel tumbuhan, sebagai pelarut berbagai unsur hara dalam tanah. Dan berbagai bahan
buku untuk fotosintesis.
Kadar air dapat dinyatakan dengan persentase volume yaitu persentase
volume air terhadap volume tanah. Cara ini memberi keuntungan karena dapat
memberikan gambaran terhadap ketersediaan air, bagi tumbuhan pada volume
tertentu.Air yang hilang karena proses pengeringan tersebut mempengaruhi jumlah
air yang terdapat dalam tanah basah (Pairunan, 1985).
Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi,
kohesi dan gravitasi. Dengan adanya gaya-gaya tersebut, maka air dalam tanah dapat
dibedakan menjadi dua yaitu air higroskopis dan air kapiler. Air Higroskopis yaitu air
yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman (adhesi
antara tanah dengan air). Air ini terikat kuat pada matriks tanah, ditahan dengan
17
tegangan 31 - 10.000 atm (pF 4,0 - 4,7) sedangkan air kapiler yaitu air dalam tanah
dimana daya kohesi (tarik menarik antara butir-butir air ) dan daya adhesi (antara air
dan tanah) lebih kuat dari gravitasi.air ini dapat bergerak ke samping atau keatas
karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar air dari air kapiler merupakan air yang
tersedia (dapat diserap) bagi tanaman. Air kapiler ini menempati pori mikro dan
dinding pori makro, ditahan antara tegangan 1/3 - 15 atm (pF 2,54 - 4,20).
2.4.3.2. Kedalaman Tanah
Kedalaman tanah atau solum tanah adalah tanah yang berkembang secara
genetis oleh gaya genesa tanah artinya lapisan tanah mineral dari atas sampai sedikit
dibawah batas horizon C.
Ketebalan tanah lapisan atas dan tanah bawah ini berkepentingan untuk usaha
pertanian jangka panjang yang berkesinambungan. Lapisan olah yaitu pada ketebalan
0-20cm mempunyai arti sangat penting, karena mengandung berbagai bahan bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti bahan-bahan organik (humus) dan
berbagai zat hara mineral. Selain itu pada lapisan tanah tersebut hidup mikro flora
dan mikro fauna atau jasad renik biologis (seperti bakteri, cacing tanah dan berbagai
serangga tanah) yang masing-masing dapat menguntungkan dan menyuburkan tanah
Adapun bagian paling atas tanah merupakan horizon O yang merupakan humus yang
banyak mengandung bahan organik baik masih hidup maupun yang sudah membusuk
terbentuk di bagian paling atas yang biasanya berwarna kelam (Kartasapoetra, 1989).
18
2.4.3.3 Tekstur tanah
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu
pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya tekstur adalah perbandingan
relative pasir, debu dan tanah liat. Laju berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia
penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini
menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi. Partikel tanah mineral di
bagi menjadi kelompok kelompok yang seluruhnya berdasakan ukuran, yaitu tanpa
memperhatikan komposisi kimia, warna, bobot, atau sifat-sifat lain. Kelompok
partikel ini diberi nama separate tanah (Foth, 1994).
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan
organik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksi
tanah yaitu pasir, debu dan liat. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran sifat yang
berbeda-beda, luas permukaan fraksi liat > fraksi debu > fraksi pasir (Anonim,2009)
Tabel 4 Klasifikasi Ukuran Partikel
Sumber
Soil separates
Kerikil
pasir
Debu
Liat
USDA
> 2mm
2 mm–50 m
50 m-2 m
< 2m
ISSS
> 2mm
2 mm-20 m
20 m-2 m
< 2m
USPRA
> 2mm
2 mm-50 m
50 m-5 m
< 5m
BSI, MIT,
DIN
> 2mm
2 mm-60 m
60 m-2 m
< 2m
19
Tekstur tanah adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas
tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia
tanah lainnya. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah, berdasarkan atas
perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur ditentukan melalui
uji laboratorium dengan mempertimbangkan perbandingan fraksi-fraksi lempung
(clay), debu (salt), dan pasir (sand) (Kartasapoetra, 2005)
Tabel 5 Klasifikasi tekstur tanah
KELAS
TEKSTUR
Halus (h)
Agak halus (ah)
Liat berpasir,liat,liat berdebu
Lempung berliat,lempung liat
berpasir,lempung liat berdebu
Lempung berpasir sangat
halus,lempung,lempung berdebu,debu
Lempung berpasir
Pasir,pasir berlempung
Sedang (s)
Agak kasar (ak)
Kasar (k)
Sumber; Arsyad,1989
Tabel 6 Daya serap beberapa jenis tanah
Tekstur tanah
Daya serap (mm/jam)
Lempung berliat
< 7,5
Lempung berdebu
7,5 - 10,5
Lempung berpasir
10,5 - 12,5
Pasir halus
12,5 -19,0
Pasir kasar
19,0 – 25,5
Sumber : Hardjowigeno,1989
20
2.4.3.4 Struktur tanah
Struktur tanah merupakan konsep yang definisi serta besarannya dinyatakan
secara tidak memuaskan. Struktur tanah yaitu ukuran, bentuk, dan susunan
majemuk.apa yang dianggap struktur yang baik bergantung pada kecepatan yang
diinginkan yang dapat menyebabkan udara dan air bergerak melalui tanah. Untuk
tanaman tropika, struktur yang baik adalah struktur yang dapat mempertahankan
kemantapan agregat terhadap perubahan kelengasan yang mendadak dan curah hujan
yang kuat (Pereira, 1956).
Uji lapangan dengan menggunakan infiltrometer cincin ganda dua, jika
diturunkan secara memadai, mungkin merupakan sarana yang paling kena untuk
menilai struktur tanah. Pengukuran peresapan lapangan menyatukan banyak dari
perubah ragawinya dan menyediakan volume tanah yang cukup besar untuk
mengurangi keragaman yang berlebihan yang disebabkan oleh liang serangga dan
alur akar. Laju peresapan pertama bergantung pada kandungan kelengasan awal dari
tanah, setelah itu laju peresapan menjadi tetap. Laju peresapan yang tinggi untuk
oksisol, ultisol dan mollisol menunjukkan strukturnya yang baik, kisaran angka yang
rendah untuk vertisol menunjukkan kandungannya yang tinggi akan lempung
kembang 2:1 (Lugo-lopez, 1968).
Struktur tanah adalah sifat fisik tanah yang menyatakan cara terikat butir
tanah yang satu dengan yang lain. Pengklasifikasian dilakukan pada waktu
pengamatan morfologi tanah dengan membedakan bentuk dan susunan agregat tanah.
21
2.4.3.5. Drainase tanah
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau
keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Kelas drainase
tanah di sajikan pada tabel 3. Kelas drainase tanah yang sesuai untuk sebagian besar
tanaman, terutama tanaman tahunan atau perkebunan berada pada kelas 3 dan 4.
Drainase tanah kelas 1 dan 2 serta kelas 5 dan 6 kurang sesuai untuk tanaman
tahunan karena kelas 1 dan 2 sangat mudah meloloskan air, sedangkan kelas 5,dan 6
sering jenuh air dan kekurangan oksigen. Pada kelas drainase 3 dan 4 memiliki daya
menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah di dekat permukaan. Tanah yang
demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat di ketahui warnanya
homogen tanpa bercak serta warn agley (reduksi) pada lapisan 0 – 50 cm.
Keadaan penampang tanah pada tanah-tanah yang berdrainase baik, agak baik,
agak terhambat di sajikan pada gambar berikut :
Gambar 1. Keadaan penampang tanah berdasarkan keadaan drainase (Suripin 2002)
22
Drainase lahan pertanian adalah suatu usaha membuang “kelebihan air” secara
alamiah atau buatan dari permukaan tanah atau dari dalam tanah untuk menghindari
pengaruh yang merugikan terhadap pertumbuhan tanaman. Pada lahan bergelombang
drainase lebih berkaitan dengan pengendalian erosi, sedangkan pada lahan rendah
(datar) lebih berkaitan dengan pengendalian banjir (flood control). Adapun tujuan
drainase pertanian adalah reklamasi (pembukaan) lahan dan pengawetan tanah untuk
pertanian, menaikkan produktivitas tanaman dan produktivitas lahan. Pada beberapa
lahan yamg daya menahan airnya rendah biasanya tanah ini cocok untuk tanaman
tanpa irigasi dengan ciri ciri tanahnya berwarna homogen. Adapun tanah yang
mampu menahan air dalam jangka waktu yang lama biasanya cocok untuk tanaman
seperti padi dan tanaman jenis lainnya yang membutuhkan banyak air. Sedangkan
tanah yang tidak mampu menahan air cocok untuk jenis tanaman tropis seperti
tanaman kelapa.
Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah tergantung pada kondisi
biofisik permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir
masuk ke dalam tanah melalui pori- pori permukaan tanah. Proses mengalirnya air
hujan ke dalam tanah disebabkan oleh tarikan gaya grafitasi dan gaya kapiler tanah.
Oleh karena itu, tanah yang memiliki pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebuh
kecil di bandingkan tanah dalam keadaan kering. Tanah yang memiliki pori-pori kecil
akan lama menampung air karena kapasitasnya untuk melewatkan air tanah juga
kecil.
23
Tabel 7. Karakteristik Kelas Drainase Tanah untuk Evaluasi Lahan
NO
1
2
3
4
5
6
KELAS
URAIAN
DRAINASE
Cepat (excessively Tanah mempunyai konduktivitas tinggi sampai sangat tinggi
drined)
dan daya menahan air rendah.Tanah ini cocok untuk tanaman
tanpa irigasi.Ciri yang dapat diketahui yaitu tanah berwarna
homogen serta warn agley (reduksi)
Agak
cepat Tanah mempunyai konduktifitas hidrolik tinggi dan daya
(somewhat
menahan air rendah.Tanah ini cocok untuk sebagian tanaman
excessively)
tanpa irigasi.Ciri di lapangan yaitu tanah berwarna homogeny
tanpa bercak serta warn agley (reduksi)
Baik (well drained)
Tanah mempunyai konduktifitas hidrolik sedang sampai agak
rendah dan daya menahan air rendah,tanah basah dekat
permukaan.Tanah ini cocok untuk berbagai jenis tanaman.Ciri
di lapangan yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak serta
warn agley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 50 cm.
Agak
terhambat Tanah mempunyai konduktifitas hidrolik agak rendah dan daya
(somewhat poorly menahan air rendah sampai sangat rendah,tanah basah untuk
drained)
waktu yang cukup lama sampai ke permukaan.Tanah ini cocok
untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya.ciri di
lapangan yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak serta
warn agley pada lapisan 0 sampai 25 cm.
Terhambat (poorly Tanah mempunyai konduktifitas hidrolik rendah dan daya
drained)
menahan air rendah sampai sangat rendah,tanah basah untuk
waktu yang cukup lama sampai ke permukaan.Tanah ini cocok
untuk padi sawah dan sebagian kecil tanamn lainnya.Ciri
dilapangan yaitu tanah mempunyai warna gley pada lapisan
sampai permukaan.
Sangat
terhambat Tanah dengan konduktifitas hidrolik sangat rendah dan daya
(very
poorly menahan air sangat rendah,tanah basah secara permanen dan
drained)
tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke
permukaan.Tanah ini cocok untuk padi sawah dan sebagian
tanaman kecil lainnya.Ciri di lapangan yaitu tanah mempunyai
warna gley permanen sampai pada lapisan permukaan.
Sumber : Djaenuddin, 1997
2.4.3.6. Kandungan bahan organik
Bahan organik memainkan banyak peran penting dalam tanah, karena bahan
organik tanah berasal dari sisa sisa tumbuhan. Bahan organik tanah pada mulanya
mengandung semua hara yang di perlukan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan
24
organik itu sendiri mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menaikkan
kondisi fisik yang dikehendaki. Hewan tanah tergantung pada bahan organik sebagai
makanannya dan menyumbang untuk keadaan fisik yang menguntungkan dengan
mencampurkan tanah dan membuat saluran. Banyak hal yang menarik dalam
mengelola bahan organik untuk membuat tanah menjadi lebih produktif (Foth, 1994)
Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga mempunyai
peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat
meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat
struktur tanah menjadi lebih lemah dan mudah diolah. Bahan organik tanah melalui
fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan pencucian hara.
Asam fulvat berkorelasi positif dan nyata dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci,
sedangkan asam humat berkorelasi negatif dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci
(Subowo, 1990).
Penambahan bahan organik dari pupuk kandang maupun sisa-sisa tanaman
atau hasil penanaman seperti Mucuna sp.dan F. congesta dapat memperbaiki sifat
fisik tanah seperti pori air tersedia, indeks stabilitas agregat, dan kepadatan tanah.
Pemberian bahan organik baik dari sisa sisa tanaman maupun yang sengaja ditanam
tidak menimbulkan masalah bagi petani. Pemberian berbagai jenis dan takaran pupuk
kandang (sapi, ayam, dan kambing) dapat memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu
menurunkan bobot isi serta meningkatkan porositas tanah dan laju permeabilitas
(Adimihardja, 2000)
25
Menurut (Lugo lopez , 1968)
kandungan bahan organik juga berkaitan
dengan kemantapan agregat, karena bahan organik bertindak sebagai perekat antara
zat mineral. Tanah lain yang tinggi kandungan lempung dan bahan organiknya
kurang memiliki sifat fisika yang sangat baik seperti itu. Apabila terdapat oksisol
dilakukan analisis besar butirnya tanpa dibubuhi natrium ditionat untuk
menghilangkan oksida besi bebas, maka kandungan pasirnya jauh lebih tinggi dari
pada kalau oksidasi besi dihilangkan (Buol, 1979)
Cara pengelolaan yang terbaik adalah mencegah pemadatan tanah dengan
melindungi permukaan tanah dengan mulsa atau sudur tanaman, yang mengurangi
pukulan butiran air hujan dan juga laju pereputan bahan organik. Pemberian mulsa
juga mencegah suhu tanah yang terlalu tinggi, meningkatkan persediaan air tanah,
mengurangi gangguan gulma, dan mencegah limpasan air dan pengikisan pada alfisol
bertekstur kasar, tanah dengan drainase yang terhambat biasanya banyak
mengandung bahan organik pada lapisan atas (top soil), sehingga berwarna gelap.
Tanah bagian bawah memiliki sedikit bahan organik sehingga berwarna kelabu
muda. Bila drainase agak baik, air dan suhu menguntungkan untuk peristiwa
kimia,besi dalam tanah teroksidasi sehingga warnanya jadi merah kuning ( foth,1998)
Menurut Greenland dan Dart (1972) beberapa keuntungan bahan organik
tanah bagi pertanian yaitu;
 Bahan organik membantu pengagregatan tanah,dengan demikian memperbaiki
sifat fisika tanah dan mengurangi kerentanan terhadap pengikisan tanah pasiran
 Bahan organik merubah sifat menambat air,terutama pada tanah pasiran.
26
 Bahan organik dapat membentuk gabungan dengan unsur
hara mikro yang
mencegah pencucian unsur tersebut.
 Bahan organik menyediakan sebagian besar daya tukar kation tanah sangat lapuk
yang asam.
Cara
untuk
meningkatkannya
haruslah
ditimbang-timbang
antara
melaksanakan pemupukan secara langsung dan pemulsaan. Lagi pula cara
pengelolaan yang baik memang dapat menaikkan bahan organik tanah (Greenland
dan Dart, 1972).
Kandungan bahan organik di dalam tanah berupa mineral-mineral yang
berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Kadar organik di dalam tanah,
khususnya di lapisan tanah atas, dipengaruhi oleh iklim, sifat-sifat tanah, vegetasi,
dan hubungan antara tanah dan air. Sumber bahan organik dalam tanah antara lain
berasal dari sisa-sisa tanaman yang telah mati, hewan dan jasad hidup tanah, kotoran
dan lendir jasad hidup dalam tanah serta pupuk kandang maupun pupuk hijau.
27
III.METODE PENELITIAN
3.1.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November – Desember tahun 2010 di
lahan percobaan Exfarm (Exferimental farm), Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat yang di gunakan untuk melakukan survei pada daerah penelitian antara
lain:
- Kertas lakmus / pH Indikator
- sekop
- mistar
- parang
- Munshel soil color chart
- GPS (Global Position System)
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah beberapa jenis
sampel tanah.
3.3.
Metode Penelitian
1. Pengumpulan data primer meliputi :
A.Tekstur tanah
Adapun cara pengambilan sampel tanah yaitu:
1. Menganbil tanah pada lokasi penelitian kemudian dimasukkan kedalam
kantong plastik
28
2. Menimbang tanah yang telah di ambil kemudian dikeringkan dengan
meggunakan oven
3. Menentukan besarrnya fraksi pasir,liat dan debu.
B.Struktur tanah
Adapun cara untuk menentukan struktur tanah yaitu:
1. Menggali tanah dengan menggunakan sekop sedalam 90 cm
2. Membagi tanah yang sudah digali menjadi tiga lapisan.
3. Meremas remas tanah pada setiap lapisan untuk mengetahui struktur tanah
apakah granuler (kersai), lempung, gumpal, tiang, remah, butir tunggal dan
masif.
C. Kandungan bahan organik
Adapun cara penganbilan sampelnya yaitu:
1. Menentukan posisi pengambilan sampel secara acak sebanyak 9 (Sembilan)
sampel.
2. Mengambil sampel tanah secukupnya pada tempat yang telah di tentukan
tadi kemudian di masukkan ke dalam kantong plastik
3. Menguji semua sampel yang telah diambil di laboratorium dengan
menggunakan pengujian Wakley and Black.
D. Warna tanah
Adapun cara pengujiannya yaitu :
1. Menentukan posisi pengambilan sampel sebanyak 9 (sembilan) sampel
29
2. Mengambil sampel tanah kemudian di gumpalkan sebesar kelereng pada
masing – masing titik sampel
3. Menetapkan warna segumpal tanah dengan cara membandingkan dengan
warna yang terdapat pada buku Munsell. Catat nilai hue, value, dan chroma.
E. pH Tanah
Adapun cara pengujiannya yaitu :
1. Menganmbil beberapa sampel tanah dan air aquadest kemudian dimasukkan
ke
dalam gelas plastik 220 ml
2. Mengaduk sampai benar – benar bercampur rata ( homogen) kemudian
membiarkan beberapa menit sampai campuran air dan tanah memisah
3. Setelah airnya jernih masukkan ujung kertas lakmus / pH indikator kedalam
campuran tadi sekitar satu menit lalu tunggu sampai ujung kertas lakmus
berubah warnanya lalu cocokkan pada bagan warna untuk tentukan Ph nya.
2.Pengumpulan data sekunder meliputi :
Data curah hujan dan data iklim
Adapun pengambilan data curah hujan dan iklim di ambil pada stasiun
klimatologi Maros.
30
3.4. Bagan alir penelitian
Survey
lokasi
Survey lokasi
Menentukan posisi / titik koordinat lahan
Pengambilan data primer meliputi :
 Tekstur tanah
 Struktur tanah
 Kandungan bahan organik
 Warna tanah
 pH Tanah
Pengambilan data sekunder :
 Curah hujan
 Iklim
Analisis data
31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kebun percobaan (experimental farm)
Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin terletak di daerah Keera-keera yang secara administratif berada dalam
wilayah kelurahan Tamalanrea indah kecamatan Tamalanrea kotamadya Makassar
dengan luas 6 ha. Adapun lokasinya sebelah utara berbatasan dengan danau buatan
UNHAS, sebelah timur berbatasan dengan laboratorium produksi ternak, sebelah
barat berbatasan dengan pemukiman penduduk Keera – Keera dan sebelah selatan
berbatasan dengan kampus Politeknik Negeri Ujung Pandang. Adapun ketinggian
wilayah ini berada pada ketinggian 16 meter dari permukaan laut (mdpl).
Adapun jenis tanah pada daerah penelitian yaitu termasuk tanah ultisol.
Berdasarkan segitiga tekstur, tanah tersebut termasuk tanah liat. Persentase liat yang
besar menunjukkan tanah mudah menyerap atau menahan air dan unsur hara, dengan
demikian termasuk tanah berliat. Menurut Arsyad (2000), kebutuhan airnya sangat
besar karena besarnya nilai porositas air yakni kemampuan tanah untuk meresap ke
dalam tanah sehingga tanahnya cepat mengering. Adapun jenis vegetasinya terdiri
dari semak belukar dan tanaman musiman seperti jagung, mangga, dan beberapa
tanaman lainnya. Adapun sumber air yang digunakan untuk mengairi tanaman adalah
menggunakan sumur bor.
32
4.2. Data Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan profil tanah 1 dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Hasil Pengamatan Profil Tanah 1.
Lapisan
I
II
III
Kedalaman lapisan
(cm)
Topografi batas
lapisan
0 – 15
15 - 35
35 – 80
Berombak
Rata
Rata
Tekstur
Pasir
berlempung
Liat
Liat
Warna
Coklat gelap
Coklat
Merah
kuning
Gumpal
Remah
Remah
6
-
-
Struktur
skala pH tanah
Sumber : data primer hasil pengamatan di lapangan, 2012
Hasil pengamatan profil tanah 2 dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Hasil Pengamatan Profil Tanah 2.
Lapisan
I
II
III
Kedalaman lapisan
(cm)
Topografi batas
lapisan
0 – 15
15 – 45
45 – 90
Berombak
Rata
Tidak teratur
Tekstur
Pasir
berlempung
Liat
berlempung
Liat berdebu
Warna
coklat
Merah Coklat
Merah gelap
lempung
Gumpal
Remah
7
-
-
Struktur
Skala pH tanah
Sumber : data primer hasil pengamatan di lapangan, 2012
33
Berdasarkan hasil dari pengamatan profil di atas dapat di lihat bahwa warna
tanah pada kebun percobaan Universitas Hasanuddin adalah berbeda beda pada
lapisan pertama warnanya adalah coklat dan coklat gelap, itu menandakan bahwa
bagian atas tanah itu banyak mengandung bahan organik yang pada umumnya
berwarna hitam itu dapat di lihat pada lapisan 0-15. Adapun lapisan tanah yg bawah
adalah berwarna merah kuning dan merah gelap sehingga masuk dalam kategori
tanah mediteran merah kuning. Pairunan (1985) menyatakan bahwa tanah mediteran
merah kuning memiliki solum yang agak tebal.
4.3. Karakteristik Fisik Lahan
4.3.1. Tekstur Tanah
Adapun kondisi fisik tanah pada lokasi penelitian berdasarkan dengan segitiga
tekstur dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 10 Kondisi Fisik Tanah Berdasarkan Segitiga Tekstur
Sifat fisik tanah
Persentase(%)
Liat
65
Debu
28
Pasir
7
Sumber: Data primer 2011
Berdasarkan hasil analisis laboratorium komposisi antara fraksi pasir, debu
dan liat yang menyusun profil tanah pada daerah penelitian masing-masing sebesar 7
%, 28 %, dan 65 % jika mengacu pada USDA, tekstur tanah tersebut termasuk dalam
tekstur lempung liat berdebu. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas
permukaan yang kecil sehingga sulit menahan air dan unsur hara. Tanah yang
34
bertekstur liat lebih halus sehingga mempunyai luas permukaan yang lebih besar
sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi bagi tanaman
(Arsyad, 2000).
Tanaman mengisap air dari tanah hanya kapilerlah yang diisap lebih dahulu
sehingga lapisan air pada permukaan agregat sedikit demi sedikit berkurang dan lama
kelamaan akan mongering atau hanya tinggal sedikit sekali, tanaman akan menjadi
layu karena kekuatan tanah menahan air lebih kuat dari pada daya hisap tanaman.
Kekuatan menahan air dan permeabilitas tanah di sebut juga pengikatan air oleh tanah
dan daya meluluskan air. Hal ini tergantung dari tekstur tanah dan struktur tanah
Hardjowigeno (1989).
Menurut Hardjowigeno (1989) tekstur tanah,
pada titik lajur tanah pasir
hanya mengandung 4-5 gram air per 100 gram tanah kering, sedangkan tanah gembur
13-15 gram dan tanah humus sampai sekitar 59 gram, pada tanah endapan tanaman
telah layu pada waktu tanah masih tampak basah. Pada tanah yang banyak
mengandung pasir kemampuan untuk menahan air lebih kecil karena memiliki poripori yang besar untuk melewatkan air dari pada tanah yang memiliki pori-pori yang
kecil maka susah untuk melewatkan air.
35
Tabel 9 Hasil pengamatan tekstur tanah di lapangan
Sampel
Tekstur Tanah
1
Liat berpasir
2
Liat
3
Pasir berlempung
4
Liat berpasir
5
Liat berpasir
6
Liat berdebu
7
Pasir berlempung
8
Liat
9
Pasir berlempung
Sumber : Data primer tekstur tanah di lapangan, 2012
4.3.2. Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan salah satu sifat dasar tanah yang besar pengaruhnya
terhadap kemampuan tanah sebagai media pertanaman. Struktur tanah di gunakan
untuk mendeskripsikan agregasi secara umum susunan bagian padat tanah. Struktur
tanah pada lokasi penelitian yaitu pada lapisan I dan lapisan II tanahnya kasar dan
bentuknya menggumpal. Adapun pada lapisan III tanahnya lebih halus dan agak
sedikit remah. Adanya perbedaan dari struktur tanah ini di pengaruhi oleh aktifitas
organisme, bahan organik, kandungan liat, dan perakaran tanaman.
Struktur tanah berpengaruh dalam cara pengolahan di bidang pertanian. Tanah
yang memiliki struktur yang baik yaitu mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur
hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Apabila struktur tanah tersebut
konsistensinya besar maka pengolahannya membutuhkan banyak tenaga sebaliknya
apabila tanah tersebut berstruktur remah/kersai yang kecil daya konsistensinya maka
pengolahannya membutuhkan tenaga yang sedikit.
36
4.3.3 Kandungan Bahan Organik
Adapun kandungan bahan organik tanah pada daerah penelitian menggunakan
Wakley and Black C dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 11 Hasil pengamatan kandungan bahan organik
Sampel tanah
Wakley and Black C (%)
1
0,88
2
0,88
3
0,92
4
1,17
5
0,26
6
0,52
7
0,84
8
1,60
9
0,36
Rata2
Sumber : Data primer, 2011
0,82
Berdasarkan hasil uji kandungan bahan organik di atas dapat di ketahui bahwa
kadar bahan organik di lokasi penelitian berbeda beda.kandungan bahan organik
yang paling tinggi yaitu mencapai 1,60% sedangkan kandungan bahan organik yang
paling rendah yaitu 0,26%. Semakin tinggi kandungan bahan organik suatu lahan
maka lahan itu semakin subur sebaliknya tanah yang kurang kandungan bahan
organiknya maka tanah itu kurang subur. Bahan organik sangat besar peranannya
karena dapat menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur unsur hara dalam
arti kapasitas kation tanah menjadi lebih tinggi dan sebagai sumber energi bagi
kehidupan organisme. Bahan organik tanah juga mempengaruhi pertumbuhan suatu
37
tanaman, oleh karena itu kita perlu mengetahui kandungan bahan organik yang cocok
bagi kelangsungan pertumbuhan tanaman tertentu agar mencapai pertumbuhan yang
maksimum.
4.4. pH Tanah
Kemasaman tanah berakibat langsung terhadap tanaman karena meningkatnya
kadar ion – ion hidrogen bebas. Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik
pada pH optimum yang di kehendakinya. Apabila pH jenis tanaman itu tidak sesuai
dengan persyaratan fisiologinya pertumbuhan tanaman akan terhambat. Berdasarkan
dari pengamatan yang telah di lakukan menggunakan kertas lakmus maka besarnya
skala pH tanah adalah berkisar antara 6,0 – 7,0 dan bersifat masam itu di tandai
karena kertas lakmus yg di celupkan warnanya berubah menjadi ungu.
38
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang studi karakteristik lahan pada exfarm dapat di
simpulkan sebagai berikut :
1. Jenis tekstur tanah pada lokasi penelitian termasuk lempung liat berdebu.
2. Kandungan bahan organik pada lokasi penelitian berbeda beda, kadar bahan
organik yang tertinggi adalah 1,60% sedangkan yang terendah 0,26%.
3. Jenis tanah pada lokasi penelitian termasuk tanah mediteran merah kuning
dimana warna tanah pada umumnya berwarna merah kekuningan dan coklat.
5.2 Saran
Sebelum menanam suatu tanaman seharusnya kita mengetahui terlebih dahulu
keadaan karakteristik lahan itu seperti tekstur, struktur, kandungan bahan organik,
dan pH tanah agar tanaman yang kita tanam dapat berproduksi secara maksimum
39
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Hubungan iklim dan Tanah pusat penelitian Teh dan Kina:
Jakarta
Adimiharja, 2000. Pengaruh penggunaan beberapa jenis dan takaran pupuk
kandang terhadap produktifitas tanah ultisol. 303-320. Pusat penelitian
Tanah dan Agroklimat: Bogor
Alimin, S. M. 1994. Geografi SMU I. Armico: Bandung
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Pembrit. IPB/IPB Pros. Cetakan
ketiga. Darmaga : Bogor.
Bowles, J. E. 1993 .Sifat Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah),
Erlangga: Jakarta.
Buol, W. 1973. Soil genesis,morphology,and classification. 1-38, North Carolina
Agr,exp,statech.Bull.219
Djaenuddin. 1997. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Puslitnak,
Bogor
Foth, H. D. 1994. Dasar Dasar Ilmu Tanah.Terjemahan oleh Djaenuddin. Erlangga:
Jakarta.
Greenland dan Dart. 1972. Biological and organic aspect of plant nutritions in
relation to needed research in trofical soils Trofical soils Research Seminar
International Institute for Trofical Agriculture,Ibadan,Nigeria.
Hardjowigeno, S . 1989. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa: Bogor.
Kartasapoetra,A. G. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk
Merehabilitasinya. Bina Aksara: Jakarta.
Kartasapoetra, A. G. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta:
Jakarta.
Lal, R. 1975. Role of Mulching Techniques in Trofical Soil and Water
Management. IITA Tech,Bull 1.
Lopez, L . 1968. Relatitive Infiltration rates of Puerto Rico Soils. Agr. Univ
Puerto Rico 52;233-40.
40
Mohr. 1972. Trofical Soils. A Comprehensive Study of Their Genesis. Ichtiar BaruVan Hoeve,The Hague.
Pairunan, A. K. 1985. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Badan kerja sama Perguruan
Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur: Makassar.
Pereira, H. C. 1956. A rainfall Test For Structure of The Trofical Soils.
J.Soils,7;68-74
Saifuddin, S. 1986. Konservasi Tanah Dan Air Edisi Ke 2. Pustaka Buana:
Jakarta
Schmidt, F. H. and Ferguson, J. H. 1951. Rainfall Types Based on Wet and Dry
Period for Indonesian With Wester New Guinea. Kementerian
Perhubungan Djawatan Meteorologi and Geofisika. Versi 2. No. 42: Jakarta
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. ANDI: Yogyakarta.
Sosrodarsono, S. 1983. Pengukuran Tofografi Dan Teknik Pemetaan. PT.Pradnya
Paramita: Jakarta
Subowo. 1990. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Pencucian Hara Tanah
Ultisol Rangkas Bitung, Jawa Barat.Pemberitaan Penelitian Tanah dan
Pupuk 9;26-31
Sumadi, S. 1999. Geografi I. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
41
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Klimatologi Rata-Rata Bulanan
Bulan
Januari
February
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Suhu
Max
18
18
18
19
18
18
19
19
19
20
20
19
Suhu
Min
22
22
22
22
20
20
22
21
21
21
22
21
Kelembaban(%)
83
81
84
84
80
80
74
74
61
71
87
82
Kecepatan
angin
6
7
4
4
4
4
6
6
6
6
4
4
Rata-rata
18,8
21,3
78
5
Sumber : Sistem Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Maros
42
Lampiran 2. Sifat Fisik Beberapa Jenis Tanah
Tanah
Berpasir
Lempung
Berpasir
Persentase Kadar Air yang tersedia
Fc
9
(9-12)
wp
4
(2-6)
14
6
(10-18)
(4-8)
22
10
Lempung
(18-20)
(8-12)
Lempung
27
13
berliat
(25-31)
(11-15)
35
17
Liat
(31-39)
(15-19)
Sumber : Vermeiren dan Jobling (1980)
Available
5
(4-6)
8
(6-10)
12
(10-14)
14
(14-16)
18
(16-20)
Kapasitas tangkap dengan
volume
mm/m
In/if
85
1,02
(70-100)
(0.84-01.20)
120
(90-150)
170
(140-190)
190
(170-220)
230
(200-250)
1.44
(1.08-1.20)
2.04
(1.64-2.64)
2.28
(2.04-2.64)
2.76
(2.04-3.00)
43
Lampiran 3.
No.
1.
Ukuran Tekstur Tanah pada Eksperimental Farm Universitas
Hasanuddin
Sifat Tanah
Tekstur
Persentase Ukuran Partikel
a. Liat (%)
Hasil Pengujian
Lempung liat berdebu
65
b. Debu (%)
28
c. Pasir (%)
7
Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, 2011
44
Lampiran 4. Data Lama Penyinaran Matahari (%)
Tahun
No.
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
₋
51
49
49
63
66
69
90
92
70
₋
₋
33
45
61
63
95
53
85
₋
91
69
64
39
41
48
49
66
85
67
93
93
83
91
53
41
45
₋
60
73
₋
71
91
92
98
98
85
56
34
60
64
73
81
86
83
88
90
85
75
34
57
40
54
87
78
87
89
94
96
94
77
51
46
64
64
69
77
89
85
90
99
80
66
43
42
₋
55
63
₋
61
₋
98
97
98
89
65
47
37
47
69
76
56
82
86
92
81
66
35
49
30
60
73
76
71
₋
26
84
₋
58
32
Sumber : Sistem Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Maros
45
Lampiran 5. Data Temperatur Udara Rata-Rata (°C)
Tahun
No.
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Januari
Februari
Maret
26.4
27
26.9
26.5
26.5
26.9
26.5
26.5
26.9
26.7
27
27.5
27.2
26.5
27.3
27.2
27.5
27.7
27.6
27.3
27.3
27.8
26.8
27.7
27.1
26.6
27.3
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
27.2
27.5
27.3
26.8
27.2
27.3
27.8
26.8
26.9
27.8
28.3
27.3
27.1
26.7
27.8
27.8
27.2
27
28.1
28
27.7
26.8
27.4
28.4
28.1
27.2
26.9
25.9
27.8
28.5
28.1
27.5
27.7
27.6
28.2
27.1
27.3
27.2
27.9
28.4
27.7
27.4
27.4
27.8
28.1
27.5
27.2
27.5
September
Oktober
November
Desember
27.7
28
28.3
27.9
27.8
27.1
28.1
28.1
27.2
26.6
27.6
28.4
28.9
27.5
27.7
28.6
28.5
26.7
27.9
28.4
28.6
27.3
28.3
28.4
27.4
27.2
28
28.5
29.1
28.1
27.9
28.3
28
27.2
28.3
28.7
27.8
26.7
27.1
Sumber : Sistem Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Maros
46
Lampiran 6. Data Kecepatan Angin Rata-Rata (Knot)
Tahun
No.
Bulan
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
5
5
4
5
3
4
6
6
5
5
5
4
5
6
7
1
Januari
2
Februari
6
5
9
3
Maret
4
5
5
4
3
5
4
5
6
5
4
April
4
4
4
4
3
3
3
3
5
4
5
Mei
4
4
4
3
2
3
2
5
4
6
Juni
4
4
4
3
3
2
3
2
4
4
7
Juli
4
4
5
3
3
3
2
4
5
5
8
Agustus
4
5
3
3
4
3
5
5
5
9
September
4
5
4
3
3
4
3
4
6
5
10
Oktober
4
5
5
3
3
4
2
5
5
6
11
November
5
4
4
3
4
3
5
5
5
12
Desember
6
5
3
5
3
4
5
6
6
Sumber : Sistem Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Maros
47
Lampiran 7. Data Curah Hujan (mm)
Tahun
No.
Bulan
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008 2009
778
893
788
696
614
717
589
694
662
534
691
232
645
486
881
1
Januari
2
Februari
994
1034
813
3
Maret
433
338
687
617
156
623
199
351
283
315
4
April
580
58
163
139
108
54
142
265
197
77
5
Mei
140
37
11
147
59
6
24.9
36
61
6
Juni
76
180
92
31
5
32
2
136
130
35
7
Juli
31
67
0
2
15
0
34
1
4
58
8
Agustus
6
0
0
0
0
0
3
4
9
September
11
47
6
7
0
0
0
6
10
Oktober
284
84
20
2
21
24
164
16
74
11
November
303
550
47
102
129
225
17
215
409
12
Desember
479
1042
491
925
470
420
445
869
764
Sumber : Sistem Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Maros
48
Lampiran 8 Warna Tanah berdasarkan Munshel color chart
1
Nilai Hue , Value &
chroma
10 Yr 5/6
Yellow brown
2
7,5 Yr 4/6
Strong brown
3
5 Yr 4/4
Reddish brown
4
10 R 3/6
Dark red
5
7,5 Yr 5/6
Strong brown
6
10 Yr 5/6
Yellow brown
7
7,5 Yr 4/6
Strong brown
8
5 Yr 5/6
Yellow red
9
7,5 Yr 5/6
Strong brown
No
Warna tanah
49
Lampiran 9 : Dokumentasi di lapangan
Foto pengamatan profi tanah
Foto pengamatan profil tanah
50
Tempat Pengambilan sampel tanah
Tempat pengambilan sampel tanah
Tempat Pengambilan sampel tanah
51
Tempat penampungan air
Danau buatan
semak
52
Foto udara exfarm tahun 2001
Foto udara exfarm tahun 2003
53
Foto udara exfarm 2007
Foto udara exfarm 2010
54
55
Download