1 Yang terhormat, Bapak/Ibu Ketua dan Anggota Dewan Penyantun

advertisement
Bismillaahir-rohmaanir-rohim
Assalamu’alaikum warrohmatullohi wabarokaatuh
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua
Yang terhormat,
 Bapak/Ibu Ketua dan Anggota Dewan Penyantun Universitas Negeri Surabaya
 Bapak Rektor selaku Ketua Senat dan seluruh anggota Senat Universitas Negeri
Surabaya
 Bapak/Ibu Pimpinan Universitas Negeri Surabaya
 Bapak/Ibu Ketua dan Sekretaris Komisi Guru Besar Universitas Negeri Surabaya
 Bapak/Ibu Pimpinan Fakultas, Jurusan, dan Prodi di lingkungan Universitas Negeri
Surabaya
 Bapak/Ibu Dosen, karyawan, dan mahasiswa di lingkungan Universitas Negeri
Surabaya, dan
 Seluruh hadirin undangan yang berbahagia
Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini, perkenankan saya mengajak
hadirin semuanya untuk bersama-sama memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,
atas segala rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat berkumpul di
ruangan ini dalam keadaan sehat wal‘afiat tak kurang suatu apapun, dalam rangka
menghadiri pengukuhan saya sebagai Guru Besar dalam bidang Kimia Organik Bahan
Alam (Spesifikasi Non Herba). Setelah melalui perjalanan yang panjang mulai dari
proses pengusulan dan penilaian jabatan Guru Besar ditengah ketat dan banyaknya
peraturan dan persyaratan yang terus berubah dan bertambah, akhirnya saya
dipercaya dan ditetapkan untuk memperoleh jabatan Guru Besar dalam bidang
keilmuan di atas. Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan pidato atau
orasi ilmiah pengukuhan Guru Besar saya, dengan judul “Ilmu Kimia Tumbuhan
Meliaceae, Bioaktivitas, dan Prospeknya Sebagai Biopestisida”.
Hadirin yang berbahagia
Mengawali pidato ilmiah ini, pertama saya sampaikan tentang ilmu kimia
secara umum pada sejumlah tumbuhan Meliaceae. Berbicara ilmu kimia khususnya
pada bidang Kimia Bahan Alam, tentu tidak lepas dari kajian struktur kimia dan
melihat sisi manfaatnya (bioaktivitiasnya). Jika dipelajari, ditelusuri dan dicermati dari
banyaknya (ribuan) struktur senyawa yang telah berhasil ditemukan pada tumbuhan
Meliaceae, secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi senyawa: 1) jenis
golongan terpenoid/steroid. Untuk senyawa jenis golongan ini, sebaran dan
keragaman senyawa (chemo-diversity)nya dari sejumlah tumbuhan Meliaceae dapat
dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Sebaran dan keragaman senyawa terpenoid/steroid dan bioaktivitasnya pada
tumbuhan Meliaceae
Tumbuhan Meliaceae
Cedrela montana
Senyawa Terpenoid/Steroid dan
Bioaktivitasnya
β-sitosterol, stigmasterol, asam oleanoat,
fotogedunin, 3-okso-11α,12α-epoksi-olean28,13β-olida, dan 3-okso-olean-11-
Referensi
Castellanos et al.,
2002
1
Azadirachta indica
Aglaia basiphylla, A.
gracilis, A. vitiensis,
dan A. archboldiana)
Dyxoxylum
gaudichandianum
(kedoya), Aglaia
odorata, dan
Xylocarpus
moluccensis
en,28,13β-olida, dll.
meliantriol, azadirachtin, salanin,
areazadiron, azadiradion, 17epiazadiradion, nimbin, nimbinin, gedunin,
vepinin, meldenin, nimbolin, elemen,
kubeben, kopaen, kariofilen, humulen,
valencen, kadinen, dan fitol
Jacobson, 1995
Diterpene, norsesquiterpene, dan flavagline,
dll.  toksik terhadap Spodoptera litura
Greger et al., 2001
Kaemfesterol, β-sitosterol dan stigmasterol
 toksik terhadap larva Spodoptera litura
(ulat grayak)
Tukiran et al., 2009;
2013; dan 2014.
seskuiterpen, spathulenol, α-cadinal, dan
valerenal (ekstrak tumbuhan  toksik
terhadap ulat grayak)
dan lain-lain yang tidak cukup dimuat dalam paparan ini.
Lansium domesticum
Septyarini, 2009 dan
Tukiran, 2010
Yang kedua adalah kelompok senyawa dari jenis golongan fenolik. Adapun
distribusi dan keragaman senyawa dari beberapa tumbuhan Meliaceae dapat disimak
pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Sebaran dan keragaman senyawa fenolik dan bioaktivitasnya pada tumbuhan
Meliaceae
Tumbuhan Meliaceae
Aglaia basiphylla, A.
gracilis, A. vitiensis,
dan A. archboldiana)
Aglaia odorata (pacar
cina)
Aglaia gracilis
Aglaia basiphylla
Trichilia catigua
Senyawa Fenolik dan Bioaktivitasnya
Bisamide, cyclopenta[b]benzofuran,
cyclopenta[bc]benzopyran, dan flavonol 
toksik terhadap Spodoptera litura
tiga senyawa turunan benzofuran flavaglin,
yaitu marikarin, 3’-hidroksimarikarin, dan
desasetilaglain A  toksik terhadap
Spodoptera litura
aglafolin, aglaiastatin, dan tiga senyawa
turunan benzofuran flavaglin, yaitu
marikarin, 3’-hidroksimarikarin, dan
desasetilaglain A  insektisida yang kuat
terhadap larva Spodoptera litura
senyawa turunan flavaglin, rokaglamida,
desmetilrokaglamida, dan aglafolin (metil
rokaglamida)  insektisida yang kuat
terhadap larva Spodoptera litura
senyawa turunan flavalignan, sinkonain 1 dan
2
Referensi
Greger et al., 2001
Ikram et al., 1998
Greger et al., 2001
Greger et al., 2001
Pizzolatti et al., 2002
Dysoxylum
gaudichandianum
p-hidroksi asetofenon
Tukiran et al., 2009
Xylocarpus
moluccensis
2-etil heksil 4-metoksisinamat, scopoletin,
dan miristisin  toksik terhadap larva
Spodoptera litura
Tukiran et al., 2013
dan 2014
2
dan lain-lain yang tidak cukup dimuat dalam paparan ini.
Hadirin yang saya muliakan
Berikutnya, yang menarik untuk dikaji dan yang bersifat karakteristik dari
tumbuhan Meliaceae ini adalah kelompok senyawa yang ketiga, yaitu dari jenis
golongan tetranortriterpenoid (biasa disebut “limonoid”). Menarik dan bersifat
karakteristik disini artinya senyawa jenis golongan limonoid tidak pernah dijumpai
dan ditemukan pada tumbuhan famili lain, seperti Moraceae (ketika saya menempuh
program S-2), Dipterocarpaceae (ketika saya menempuh program S-3), Rubiaceae
(studi literatur di sela-sela program S-2 dan S-3), dan lain-lain. Dan tentu sebaliknya,
masing-masing famili memiliki kekhasan senyawa sendiri-sendiri yang tidak dimiliki
oleh famili lainnya. Berikut adalah sebaran senyawa-senyawa limonoid pada sejumlah
tumbuhan Meliaceae, seperti terlihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Sebaran dan keragaman senyawa limonoids dan bioaktivitasnya pada
tumbuhan Meliaceae
Tumbuhan Meliaceae
Senyawa Limonoids dan Bioaktivitasnya
Azadirachtin  sangat toksik terhadap
Azadirachta indica
pelbagai jenis serangga
Aphanamixis
aphanastatin, 12-hidroksiamoorastaton, dan
grandifolia
amoorastatin
Carapa procera
proceranon dan evodulon
Cedrela mexicana
Diasetoksidihidronomilin
ochinal, ochinin asetat, nimbolidin A dan B,
Melia azedarach
nimbolinin B, 1-deasetilnimbolinin, dan 1,3diasetilvilasinin
dan lain-lain yang tidak akan cukup dimuat dalam paparan ini.
Referensi
Mordeu and Nisbet,
2000
Das and Mahato,
1983
Sayangnya, kami belum pernah mampu berhasil mengisolasi dan sekaligus
mengelusidasi struktur suatu senyawa limonoids karena semata-mata proses ekstraksi
dan isolasinya membutuhkan peralatan dan bahan kimia yang relatif mahal dan tidak
ada di Indonesia, sekalipun kita berlimpah bahan sampelnya. Disamping tentu,
kesulitan dan kerumitan dalam mengelusidasi struktur limonoids karena begitu
kompleks dan beragam dengan memiliki kimiripan struktur dasar yang tidak jauh beda
dan tentu harus membutuhkan instrumentasi NMR baik 1D maupun 2D yang baik.
Ijinkan kami menyampaikan ilmu kimia (fitokimia) empat dari belasan
tumbuhan Meliaceae dan bioaktivitasnya dari hasil penelitian kami ditambah studi
literatur sejak tahun 2006 hingga sekarang (2014) baik yang didanai melalui dana
Hibah Fundamental (TA 2006 dan 2007), Dana DIPA/PNBP Riset Unggulan PR I Unesa
(TA 2007 dan 2008), Dana Hibah Strategi Nasional, DP2M, Dikti (TA 2009), dan Hibah
Bersaing Tahun (TA 2013). Dan, sebuah buku berbasis riset yang berjudul: “Mengenal
Fitokimia Tumbuhan Meliaceae dan Bioaktivitasnya”telah terbit tahun 2013. Buku ini
mengulas secara lengkap substansi dan isi pidato ilmiah ini dimana buku ini telah
dipakai sebagai rujukan (buku pegangan) mahasiswa yang memprogram mata kuliah
Kimia Bahan Alam. Beberapa eksemplar dari buku ini telah kami sebarkan (berikan)
secara “percuma” ke para kolega dari institusi lain, seperti UNAIR, ITS, UNY, dan
beberapa teman pemerhati Kimia Bahan Alam di Kalimantan Timur.
3
Pertama, Saya Sampaikan Sekilas Tentang Fitokimia Tumbuhan Langsat (Lansium
domesticum Corr.) dan Bioaktivitasnya
Hadirin yang saya hormati
Studi literatur melaporkan biji tumbuhan langsat (Lansium domesticum) secara
tradisional berkhasiat sebagai obat cacing, obat demam berdarah, dan obat mencret.
Sementara, kandungan kimia pada tumbahan langsat dan bioaktivitasnya dapat
dicermati pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Kandungan kimia dan bioaktivitasnya pada tumbuhan langsat
Tumbuhan
Langsat
(Lansium
domesticum)
Komponen Kimia dan Bioaktivitasnya
asam lansionat, 3-hidroksionocera8(26),14-dien-21-on, dan 21 hidroksionocera-8(26),14-dien-3-on (kulit
buah)  toksik terhadap benur udang
(Artemia salina)
terpenoid, fenol, dan alkaloid (Kulit buah)
 antimikroba penyebab diare (E. coli dan
S. Aureus)
senyawa limonoid: seco-dukunolidametil 2[4-(3-furil)-6b,10a-dihidroksi-3a,7,9,9tetrametil-6,10-diokso2,3,3a,6b,7,8,9,10,10a,11-decahidro1aH,4H,6H-benzo[h][1]benzoksireno[3,2,1ade]isochro]isochromen-8-il]asetat
(biji)  antimalaria terhadap Plasmodium
falciparum dengan nilai IC50 2,4 – 9,7
/ml
Senyawa limonoid: domesticulida A-E dan
11 senyawa triterpenoid (biji)
alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol
(buah)  obat cacing, obat demam
berdarah, dan obat mencret
Senyawa limonids: 4-(3-furil)1,4,4a,5,6,6a,7,8a,9,10,11a,12-dodeca-hidro4a,7,9,9-tetra-metil-2,10,13-triokso-7,11metano-2H-siklookta-(F)(2)-benzopiran-8hidroksiasetat asam metil ester (kulit batang)
Limonoid jenis onoceranoid: 8,14secogammacera-7,14-dien-3,21-dion, 8,14secogammacera-7-en-14-hidroksi-3,21-dion,
dan 8,14-secogammacera-7,14(27)-dien3,21-dion (kulit batang)  antimakan
terhadap Epilachna vigintiotopunctata Fab
seskuiterpen, spathulenol, α-cadinal, dan
valerenal (kulit batang)  toksik terhadap
ulat grayak
Referensi
Tanaka et al., 2002
Rosyidi, 2009
Cantrapromma et al.,
2006;
Saewan et al., 2006
Rahayu, 2009
Cantrapromma et al.,
2006
Mayanti et al., 2009
Septyarini, 2009;
Tukiran, 2010
Fokus penelitian kami pada uji bioinsektisida dari tumbuhan langsat ini, dapat
dilaporkan sebagai berikut. Hasil uji bioinsektisida menggunakan larva ulat grayak
4
terhadap isolat dan ekstrak heksana dari kulit batang tumbuhan langsat dan
membandingkannya dengan insektisida sintetik “MATADOR” sebagai kontrol positif,
menghasilkan nilai LC50 (mg/L) untuk ekstrak heksana, isolat dan insektisida sintetik
tersebut berturut-turut selama 72 jam setelah pemaparan (jsp) adalah 43,178; 3,336;
dan 10,730 mg/L (Septyarini, 2009). Sementara itu, uji bioinsektida selama 24, 48,
dan 72 jsp memberikan nilai LC50 berturut-turut untuk ekstrak kloroform adalah
339,0; 261,2; dan 234,8 mg/L; untuk fraksi adalah 17,3; 13,4; dan 11,1 mg/L; dan
untuk insektisida sintetik “MATADOR” adalah 22,8; 15,5; dan 13,1 mg/L (Wahyuni,
2009). Nampak bahwa baik isolat maupun fraksi dari ekstrak heksana dan ekstrak
kloroform lebih toksik terhadap ulat grayak jika dibandingkan insektisida sintetik
“MATADOR”.
Kedua, Uraian Sekilas Tentang Fitokimia Tumbuhan Genus Dysoxylum dan
Bioaktivitasnya
Tamu undangan yang saya hormati
Genus Dysoxylum terdiri dari 200 spesies yang tumbuh secara alami di India
dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Menurut literatur, ekstrak dari beberapa
spesies tumbuhan genus ini mempunyai sifat sitotoksik, anti-radang, dan antimalaria.
Hingga
ini
banyak
senyawa
seperti,
triterpena,
triterpen
glikosida,
tetranortriterpenoid (limonoid), diterpena, steroid, dan alkaloid telah berhasil diisolasi
dari tumbuhan genus ini. Karena keterbatasan tempat dalam memaparkan semua
informasi dan pengetahuan dari tumbuhan genus Dysoxylum, maka akan saya
sampaikan satu contoh tumbuhan dari genus Dysoxylum, yaitu tumbuhan Dysoxylum
gaudichandianum (kedoya).
Sejumlah senyawa telah berhasil diidentifikasi dari tumbuhan kedoya seperti
terlihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Kandungan kimia dan bioaktivitasnya pada tumbuhan kedoya
Tumbuhan
Kedoya
(Dysoxylum
gaudichandianum)
Komponen Kimia dan Bioaktivitasnya
lemak, asam lemak, tanin, triterpen,
alkaloid, sterol, maupun fenolik (buah) 
ekstrak metanol bersifat antibakteri
p-Hidroksiasetofenon (pertama kalinya
ditemukan dari ekstrak kloroform kulit
batang)
Steroid: β-sitosterol dan stigmasterol
(ekstrak heksana kulit batang)  toksik
terhadap ulat grayak
Dll.
Referensi
Praptiwi dan
Harapini, 2000
Hamdani, 2009;
Tukiran et al., 2009
Mahyudi, 2009;
Tukiran et al., 2009
Tidak cukup
disebutkan disini
Dari sisi uji bioinsektisida terhadap ulat grayak selama 24, 48, dan 72 JSP,
ekstrak kloroform dan isolat (p-hidroksiasetofenon) telah pula memberikan nilai LC50
berturut-turut sebesar 525,4; 358,0; dan 292,4 mg/L (ekstrak) dan 21,7; 16,4; dan
12,7 mg/L (isolat). Kedua bahan bioinsektisida ini kurang efektif dalam mematikan
ulat grayak dibandingkan dengan insektisida sintetik (MATADOR, yang menunjukan
nilai LC50 masing-masing adalah 19,0; 13,4; dan 10,7 mg/L (Hamdani, 2009).
5
Selanjutnya, kami juga mencoba ekstrak dan isolat lain, yaitu dari ekstrak kloroform
dan isolat hasil isolasi ekstrak tersebut masing-masing memberikan nilai LC50 sebesar
144,1; 105,2; dan 85,4 mg/L (ekstrak heksana) dan 8,6; 6,2; dan 6,1 mg/L (isolat).
Dapat dikatakan, ekstrak heksana kurang efektif dalam mematikan ulat grayak, jika
dibandingkan dengan insektisida sintetik (MANUVER, yang menunjukkan nilai LC50
masing-masing adalah 19,0; 13,4; dan 10,7 mg/). Namun, bioinsektisida isolatnya jauh
lebih efektif jika dibandingkan dengan insektisida sintetik tersebut (Mahyudi, 2009)
dan tentu juga berpeluang untuk dikembangkan sebagai biopestisida.
Ketiga, tentang Fitokimia Tumbuhan Genus Aglaia dan Bioaktivitasnya
Hadirin yang saya muliakan
Dari sekian banyak jumlah tumbuhan genus Aglaia (≥ 100 spesies) (Weber et
al., 2000), pada kesempatan ini hanya satu spesies Aglaia yaitu Aglaia odorata (local
name: pacar cina) yang saya sampaikan di forum ini. Nugroho et al. (1996a; 1996b)
melaporkan dari tumbuhan pacar cina ini telah berhasil diisolasi 10 jenis senyawa aktif
dan terbukti semuanya adalah senyawa turunan rokaglamida (1 – 10).
OCH3
7
R1
OH R1
H3CO
8a
5
1
8b
R2
O
3
17
10
R3
13
19
R2
1: OH
CON(CH 3)2
2: OCOCH3 CON(CH3)2
3: OH
CON(CH 3)2
4: OH
H
5: OH
CONHCH 3
6: OCOCH3 CONCH3
7: OH
CONH2
8: OH
COOCH3
9: OCOCH3 COOCH3
10: =NOH
COOCH3
R3
OH
OH
OCH 3
OCH3
OH
OH
OH
OH
OH
OCH 3
OCH3
Pada bagian tanaman pacar cina tidak selalu terdapat semua senyawa
rokaglamida tersebut. Dari ekstrak daun tumbuhan pacar cina ditemukan senyawa 1,
4, 7, dan 10, lalu aglaistatin B yang menghambat pertumbuhan gen kanker, disamping
mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin. Senyawa cyclopentabenzofuran
dan triterpen dari tumbuhan pacar cina berguna untuk menghambat pertumbuhan
serangga (Ishibashi et al., 1993), sedangkan ekstrak tumbuhan pacar cina juga dapat
menghambat pertumbuhan jamur Alternaria citri dan Fusarium arenaceum (Doris et
al., 2005). Sementara bunganya diketahui mengandung senyawa 1, 2, 4, 6, 7, dan 9,
dan ranting mengandung senyawa 1, 2, 3, 4, 5, dan 8. Selain itu, beberapa senyawa
lainnya seperti turunan benzopiran, aminopirolidin odorin, dan odorinol,
siringaresinol dan beberapa turunan flavonoid telah berhasil diisolasi dari tumbuhan
ini, namun senyawa-senyawa tersebut tidak aktif sebagai bioinsektisida.
Akhirnya, Nugroho et al. (1996a; 1996b) berhasil menguji senyawa
didehidrorokaglamida yang ternyata memiliki toksisitas serangga yang sebanding
dengan azadirachtin, yaitu LC50 = 0,9 ppm dan EC50 = 0,08 ppm. Kenapa ini bisa
terjadi? Hasil analisis menyebutkan bahwa keragaman bioaktivitas beberapa jenis
turunan rokaglamida ini sangat berhubungan dengan variasi gugus fungsi yang ada
pada R1, R2, R3, dan R4. Penggantian gugus pada posisi tersebut dapat menyebabkan
6
perbedaan bioaktivitas. Misalnya, pada R1 biasanya terdapat gugus fungsi hidroksil,
apabila gugus ini terganti oleh gugus asetil, maka toksisitasnya terhadap hama, misal
ulat grayak akan melemah sampai sepuluh kali lipat. Selain efektif sebagai racun perut,
senyawa rokaglamida juga memiliki sifat sebagai racun kontak dan dapat
menghambat proses makan serangga, namun tidak teramati adanya gangguan secara
hormonal. Sampai sekarang mekanisme fisiologi insektisida senyawa ini di dalam
tubuh serangga masih belum diketahui secara jelas dan pasti.
Sementara, kami juga telah berhasil mengisolasi dua senyawa sterol dan suatu
alkohol rantai panjang dari ekstrak heksana dan kloroform kulit batangnya (Tukiran
dkk., 2007, Tukiran, 2009; 2010). Berpijak pada data dan fakta bahwa senyawa
rokaglamida dan turunannya, yaitu didehidrorokaglamida memiliki toksisitas yang
sebanding dengan azadirachtin, yaitu LC50 = 0,9 ppm dan EC50 = 0,08 ppm, kami
berkeyakinan bahwa tumbuhan ini juga memberikan peluang untuk dikembangkan
sebagai biopestisida. Akhirnya, pada tahun 2007 kami mengembangkan dan
menyiapkan formula biopestisida dari tumbuhan tersebut yang diberi nama “UNESIN”
dan telah diaplikasikan pada sejumlah klaster dan UKM pelepah pisang dan eceng
gondok di daerah Beton dan Wringinanom, Gresik (Agustini dkk., 2008).
Yang Keempat, Tentang Fitokimia Tumbuhan Genus Xylocarpus dan Bioaktivitasnya
Hadirin yang berbahagia
Tumbuhan ini merupakan jenis mangrove sejati yang tumbuh di hutan pasang
surut, pematang sungai pasang surut, serta tampak tumbuh sepanjang pantai (Anonim,
2009). Tumbuhan mangrove merupakan salah satu hutan tropis yang mudah
berkembang dan belum banyak termanfaatkan akan potensinya. Aspek kimia
tumbuhan mangrove sangat penting karena potensinya untuk mengembangkan
agrokimia dan senyawa bernilai medis. Beberapa tumbuhan dari genus Xylocarpus ini
yang telah diketahui adalah Xylocarpus granatum, Xylocarpus mekongensis,
Xylocarpus moluccensis, dan Xylocarpus rumphii. Karena keterbatasan waktu
pemaparan, maka saya fokuskan pada hasil studi literatur dan hasil penelitian kami
pada tumbuhan Xyloacarpus moluccensis (local name: nyiri batu) sebagaimana
diringkas dalam tabel 6 berikut.
Tabel 6. Kandungan kimia dan bioaktivitasnya pada tumbuhan Nyiri Batu
Tumbuhan
Komponen Kimia dan Bioaktivitas
Limonoids: xylomollin dan xyloccensin
Xylocarpus
moluccensis
Limonoids: xyloccensins G, H, dan I (kayu)
Limonoids: xyloccensin I dan xyloccensin J (kayu)
acetonyldihydrochelerythrine, N-methylflindersine
dan N-norchelerythrine (batang)
Xylomollin (buah)
1-isobutyrate 3-acetoxypropan-2,3-diol, xyloccensin
I dan J, 7-oxogedunin, 2-hydroxyfissinolide, dan 2hydroxy-detigloyl-6-deoxyswietenin acetate (biji)
detigloyl-6-deoxyswietenin acetate,
angustidienolide, 7-oxogedunin, xyloccensin G, H,
dan I, detigloyl-6-deoxyswietenin acetate, 6β-
Referensi
Balasubramanian,
2004
Taylor, 1983
Alvi et al., 1991
Mulholland and
Taylor, 1992
7
hydroxystigmast-4-en-3-one, β-sitosterol, dan
stigmasterol (kayu)
angustidienolide, 2,3,30-triacetatephragmalin, dan
3,30-diacetatephragmalin angustidienolide, 2,3,30triacetatephragmalin, dan 3,30-diacetatephragmalin
(kayu)
β-sitosterol dan stigmasterol (ekstrak heksana kulit
batang  toksik terhadap ulat grayak
β-sitosterol dan stigmasterol (ekstrak kloroform kulit
batang  kurang toksik terhadap ulat grayak
2-etilheksil 4-metoksisinamat, scopoletin, dan
miristisin (ketiga senyawa fenolik ini untuk kali
pertama ditemukan)
Taufiqurrohman,
2010
Taufiqurrochman,
2010;
Taufiqurrochman dan
Tukiran, 2010
Tukiran et al., 2013;
2014
Tentang uji bioinsektisida terhadap ekstrak dan isolat dari tumbuhan tersebut
telah menghasilkan nilai LC50 berturut-turut sebesar 4734,4; 938,9; dan 237,6 mg/L
untuk ekstrak kloroform dan 133,3; 98,3; dan 68,1 mg/L untuk isolat selama 24, 48,
dan 72 JSP. Dilaporkan bahwa ekstrak tersebut kurang efektif dalam mematikan ulat
grayak dibandingkan dengan insektisida sintetik (ATABRON, yang menunjukkan nilai
LC50 masing-masing adalah 2262,4; 715,0; dan 194,4 mg/L, namun untuk isolat jauh
lebih efektif sebagai bioinsektisida jika dibandingkan insektisida sintetik
(Taufiqurrochman, 2010; Taufiqurrochman dan Tukiran, 2010). Kini, pengembangan
formula bioinsektisida dan aplikasinya menggunakan bahan tumbuhan nyiri batu
telah, sedang dan akan dilanjutkan.
Para Akademisi yang Berbahagia
Dari uraian di atas yang sesungguhnya masih dapat diulas dan dielaborasi lebih
jauh dan lebih lengkap, namun dengan keterbatasan dan kemampuan yang ada, saya
berusaha menyarikan ilmu kimia dan beberapa catatan penting lainnya dengan
meyakini kemungkinan akan ada kesalahan adalah sebagai berikut:
1) Daun, biji, buah, kulit batang dan akar tumbuhan famili Meliaceae sebagaimana
disebutkan di atas telah digunakan secara luas dalam obat tradisional, disamping
pada akhirnya dapat dikembangkan prospeksnya sebagai biopestisida,
2) Dulu ekstrak kulit akar suatu tumbuhan Meliaceae (yaitu Entandrophrama
angolense), semula digunakan sebagai obat tradisional Africa untuk demam
berdarah (malarial fever), konon memperlihatkan bioaktivitas yang sangat kuat
terhadap serangga Spodotera. Inilah momentum awal mulanya sebuah investigasi
tumbuhan Meliaceae dilakukan berikutnya, yang akhirnya untuk pertama kalinya
tumbuhan ini berhasil diisolasi senyawa-senyawa limonoid yang sangat menarik
dan cantik, seperti metil angolensat bercincin B,D-seco (komponen utama) (Bevan
et al., 1967) dan gedunin (Akisanya et al., 1960). Menariknya, penemuan gedunin
di dalam tumbuhan ini memberikan informasi dan sejarah awal untuk
pengembangan kimia limonoids lebih lanjut (Taylor et al., 1984). Masih pada
tumbuhan yang sama, suatu protolimonoid yang diberi nama entandrolida telah
diisolasi dari tumbuhan tersebut (Okorie et al., 1977),
8
3) Secara struktur kimia (baca ilmu kimia), limonoid telah dikelompokkan berdasarkan
empat cincinnya (yang ditandai dengan A, B, C dan D dalam inti triterpene yang
utuh), yang telah mengalami reaksi oksidatif dan juga diikuti oleh banyak reaksi
penataan ulang struktur molekulnya. Protolimonoid nampaknya dipandang sebagai
precursor biokimia (biochemical precursors) dari limonoids dan mempunyai rantai
samping teroksidasi, baik dalam bentuk tersiklisasi atau pun belum. Senyawasenyawa bercincin D-seco (gedunin, III) umumnya ditemukan pada tumbuhan
mahogani African bersama dengan senyawa-senyawa bercincin B,D-seco. Senyawasenyawa bercincin B,D-seco dapat dibedakan kedalam 4 (empat) subkelompok
tergantung pada apakah bio-transformasi berikutnya telah terjadi. Subkelompok
pertama mempunyai cincin B yang terputus dan cincin D yang terbuka akibat
teroksidasi (andirobins, IVa). Subkelompok kedua berasal dari andirobin melalui
proses kontraksi cincin C (trijugin, IVb), sementara subkelompok ketiga, suatu
cincin baru telah dibentuk antara C-2 dan C-30 (mexicanolide, IVc). Subkelompok
keempat, berasal dari senyawa hasil modifikasi lebih lanjut dari mexicanolida
melalui jembatan cincin A (phragmalin, IVd). Secara lengkap tentang jenis-jenis
limonoids dan jalur biogenesisnya dapat disimak dan dipelajari dengan cermat
pada gambar 1 berikut (Mulholland et al., 2000 dalam Wu et al., 2). Kami sangat
yakin, proses penemuan limonoids dan kajian strukturnya hingga mampu
merumuskan pola-pola kimianya (chemical pattern) dan usulan biogenesisnya itu
membutuhkan proses pemikiran dan kemampuan pengetahuan dan pemahaman
yang rumit, panjang dan mendalam. Belum lagi berbicara peralatan dan bahan
kimia pendukung untuk mengantarkan kesuksesan dalam proses penemuan
senyawa limonoids yang mahal dan bertahun-tahun, dan
4) Senyawa jenis limonoid, contoh telah diyakini sebagai komponen aktif yang sangat
penting dan menjadi ciri pembeda pada tumbuhan Meliaceae. Hal ini didukung,
beberapa kajian yang telah menetapkan sejumlah besar bioaktivitas untuk senyawa
limonoid ini, termasuk antifedan dan sifat pengatur pertumbuhan serangga (Roy,
2006). Oleh karenanya, Biswas et al. (2002) menyebutnya tumbuhan Meliaceae
sebagai sumber bioinsektisidal (termasuk biopestisida).
azadirachtin
Prospek Tumbuhan Meliaceae Sebagai Bahan Biopestisida
Tamu Undangan yang Saya Hormati
Lebih dari 50% fauna yang menghuni permukaan bumi ini tidak lain adalah
serangga. Selama ini kehadiran beberapa jenis serangga telah mendatangkan manfaat
yang luar biasa bagi manusia, misalnya lebah madu, ulat sutera, dan serangga
9
penyerbuk. Namun, tidak sedikit serangga justru membawa petaka dan kerugian bagi
kehidupan manusia, misalnya serangga perusak tanaman (Mirnawaty, dkk., 2012).
Sebagaimana dilaporkan bahwa kerugian yang dialami sektor pertanian Indonesia,
akibat serangan hama dan penyakit telah mencapai miliaran rupiah dan telah
menurunkan produktivitas pertanian hingga sampai 20%. Oleh karena itu, sebagian
besar petani Indonesia berupaya menggunakan pestisida kimia (sintetik) untuk
mengatasi masalah tersebut. Kini, kebutuhan pestisida sintetik telah memperlihatkan
pertumbuhan yang pesat tiap tahun. Rata-rata peningkatan total konsumsi pestisida
sintetik per tahun tercatat mencapai 6,33%. Kenyataan di lapangan diperkirakan
penggunaan pestisida sintetik dapat mencapai lebih dari 10–20%.
Gambar 1. Jenis-jenis Limonoids yang diketahui (dikenal) dan Jalur Biogenesisnya (Mulholland
et al., 2000 (dalam Wu et al., 2005).
10
Namun, penggunaan pestisida sintetik yang berlebihan tentu dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia. Tidak mungkin tidak
dan hampir bisa dipastikan bahwa keseimbangan alam terganggu dan dapat
mengakibatkan timbulnya hama yang resisten, ancaman bagi predator, parasit, ikan,
burung, dan satwa lain. Salah satu dampak negatif pestisida sintetik terhadap
lingkungan adalah munculnya residu pestisida sintetik di dalam tanah sehingga dapat
meracuni organisme nontarget, terbawa sampai ke sumber-sumber air dan meracuni
lingkungan sekitar. Residu pestisida sintetik pada tanaman dapat terbawa melalui
mata rantai makanan, sehingga dapat meracuni konsumen, baik hewan maupun
manusia. Dilaporkan bahwa keracunan akibat kontak langsung dengan pestisida
sintetik dapat terjadi pada saat aplikasi. Dan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
sampai tahun 2000 mencatat sedikitnya terjadi 3.000.000 (tiga juta) kasus keracunan
pestisida sintetik setiap tahun dengan jumlah 220.000 korban jiwa (Nurhidayati, dkk.,
2008).
Hasil studi kasus pernah dilakukan di beberapa Negara Asia terhadap pekerja
wanita yang bekerja di perkebunan dan berhubungan langsung dengan pestisida
sintetik, contoh para pekerja di Malaysia (sangat mungkin bisa jadi saudara/i kita yang
jadi TKI disana). Hampir setiap hari mereka mengaplikasikan pestisida sintetik dengan
bahan aktif/bahan kimia berupa paraquat, methamidophos, dan monocrotophos di
lahan perkebunan. Akibatnya, para pekerja tersebut mengalami gangguan kesehatan
yang kronis dan akut, seperti gatal-gatal, sesak napas, sakit dada, nyeri otot, mata
rabun, pusing, mual, dan sakit kanker. Racun klorin yang terdapat pada bahan aktif
pestisida sintetik tersebut dapat menyebabkan penyakit kanker payudara. Zat kimia ini
juga mampu terakumulasi lama di dalam tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan,
sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak seimbang. Bahkan, Jepang
melalui Department of Agricultural Legislation, Ministry of Agriculture, Foresty and
Fisheries, telah melarang keras penggunaan pestisida sintetik dengan ketiga bahan aktif
tersebut (Aini, et al. dalam Meidiantie, dkk., 2010).
Sejumlah dampak negatif penggunaan pestisida sintetik seperti disebutkan di
atas, mendorong disusunnya strategi dan metode lain yang dapat dilakukan untuk
mengurangi penggunaan pestisida sintetik dalam upaya pengendalian hama dan
penyakit tanaman. Harga pestisida sintetik cukup tinggi sehingga membebani biaya
produksi pertanian. Dalam hitungan petani, biaya komponen pestisida sintetik dapat
mencapai 25 – 40% dari total biaya produksi. Harga pestisida sintetik yang tinggi
disebabkan bahan aktif pestisida sintetik sebagian besar masih diimpor dan umumnya
menggunakan pelarut bahan bakar minyak.
Nurhidayati dkk. (2008), lebih lanjut menyebutkan bahwa tingkat
ketergantungan pertanian Indonesia terhadap pestisida kimia akan membawa dampak
negatif pada upaya ekspansi komoditas pertanian ke pasar bebas, yang seringkali
menghendaki produk lebih berkualitas dengan tingkat penggunaan pestisida yang
rendah. Dengan demikian, secara perlahan-lahan dan berangsur-angsur harus segera
diupayakan pengurangan penggunaan pestisida sintetik dan mulai beralih kepada
jenis-jenis pestisida nabati (biopestisida) yang murah, mudah, dan aman bagi
lingkungan.
Hadirin yang berbahagia
11
Kekayaan alam hayati yang dimiliki Indonesia sangat berlimpah dan beraneka
ragam, sehingga disebut sebagai negara mega-biodiversity. Pulau Sumatera saja
misalnya, dengan luas daratan 476.000 km2 diketahui memiliki lebih dari 10.000 jenis
tumbuhan tingkat tinggi. Kekayaan alam ini tentu sangat berpotensi bagi
kemaslahatan hidup manusia jika mampu dipelajari dan dimanfaatkan secara arif. Jika
tidak, hal ini tentu mengancam entitas dan kelestarian plasma nutfah botani
Indonesia, khususnya yang berpotensi besar sebagai penghasil pestisida nabati. Lebih
jauh, jika terjadi penurunan kearifan tradisional oleh masyarakat dalam pemanfaatan
tumbuhan dan masuknya teknologi pertanian non-organik (pestisida sintetik) sangat
mungkin mengancam keberadaan jenis-jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati
tersebut (Trihartono, dalam Asmaliyah dkk., 2010). Karena pemanfaatan tumbuhan
sebagai biopestisida dalam pengelolaan hama dan penyakit dapat memberikan hasil
yang optimal dan relatif aman bagi makhluk hidup dan lingkungan, maka dalam
perkembangannya, telah dilakukan kebijakan dalam pengurangan peredaran
beberapa jenis pestisida dengan bahan aktif yang dapat dianggap persisten, yang
antara
lain
dituangkan
melalui
Keputusan
Menteri
Pertanian
No.
473/Kpts/Tp.270/6/1996 (Asmaliyah, dkk. 2010).
Bapak dan Ibu yang berbahagia
Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan dan merekayasa komponen
kimia sebagai alat pertahanan diri secara alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan
mengandung banyak komponen kimia yang merupakan metabolit sekunder dan
digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme
pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif, walaupun hanya
sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi
sesungguhnya jumlah komponen kimia pada tumbuhan dapat melampui 400.000
jenis. Grainge et al., 1984 dalam Sastrosiswojo (2002), melaporkan ada 1800 jenis
tumbuhan yang mengandung pestisida nabati yang dapat digunakan untuk
pengendalian hama. Di Indonesia, diketahui sangat banyak jenis tumbuhan penghasil
pestisida nabati dan diperkirakan ada sekitar 2400 tanaman dari 235 famili (Kardinan,
1999). Menurut Morallo-Rijesus (1986) dalam Sastrosiswojo (2002), jenis tanaman
dari famili Asteraceae, Fabaceae dan Euphorbiaceae, dilaporkan paling banyak
mengandung bahan insektisida nabati (Asmaliyah, dkk., 2010), termasuk famili
Meliaceae (Biswas et al., 2002).
Dalam mendukung kebijakan tersebut di atas, penggunaan pestisida nabati
dalam kegiatan perlindungan tanaman perlu selalu dipromosikan dan
dimasyarakatkan. Salah satu upaya pemasyarakatan tersebut adalah dengan
penyebarluasan informasi jenis-jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai pestisida
nabati, yang dapat dimanfaatkan dalam pengendalian hama dan penyakit. Bahan
yang dapat dimanfaatkan untuk biopestisida antara lain adalah pohon neem
(Azadirachta indica) atau mindi. Pohon mindi termasuk tumbuhan Meliaceae yang
mengandung senyawa limonoid, yaitu suatu senyawa tetranortriterpenoid
azadirachtin, suatu bahan bioaktif pestisida yang ampuh melindungi tanaman
terhadap serangga perusak (Nurhidayati dkk. (2008).
Kegiatan terkait pengembangan formula pestisida nabati (biopestisida) telah
kami lakukan sejak tahun 2007 hingga sekarang dan telah menghasilkan sejumlah
biopestisida dengan penjelasan sebagai berikut. Diawali dari penyiapan biopestisida
12
yang diberi nama “ORGANEM” (diciptakan oleh teman sejawat peneliti dari Balittas,
Karangploso, Malang, Bapak Drs. Dwi Adi Sunarto, M.P.), lalu diikuti pemgembangan
formula EHPC 10 EC (ekstrak heksana tumbuhan pacar cina), EKPC 10 EC (ekstrak
kloroform pacar cina), dan EMPC 40 EC (ekstrak metanol pacar cina) ini dibuat
dengan cara menambahkan masing-masing ekstrak untuk masing-masing formula
tersebut dengan ekstrak biji mimba dalam perbandingan 2:1 persen berat (v/v). Hal
yang sama telah disiapkan untuk formulasi bioinsektisida dengan menggunakan bahan
dasar tumbuhan Meliaceae lainnya, yaitu tumbunan pancal kidang (EKPK 5 EC, EKPK
7 EC, dan EKPK 10 EC) (Qodriyah dan Tukiran, 2012) dan tumbuhan nyiri batu
(EKNB 6 EC) (Tukiran, 2010).
Dari formula-formula biopestisida yang kami hasilkan ini sebagian telah
diaplikasikan pada sejumlah UKM pelepah pisang dan eceng gondok dalam rangka
peningkatan kualitas bahan dasar meubel yang berbahan rotan dengan kombinasi
bahan dari pelepah pisang dan eceng gondok tersebut di daerah Beton dan
Wringinanom, Gresik yang didukung ole Program Hi-Link-JICA, Dikti (TA 2006,
2007, dan 2008) (Agustini, dkk., 2008). Juga pernah kami terapkan di perkebunan
tanaman sayur (sawi dan kentang) di daerah kecamatan Sukapura, NongkoJajar,
kabupaten Probolinggo melalui kegiatan PKM dana DIPA Unesa (TA 2010) dan
hasilnya cukup menggembirakan (Tukiran dkk., 2010). Pernah juga kami terapkan
pada tanaman hias baik yang dijual di stand bunga maupun rumah tangga, dan lainlain. Bahkan, diseminasi formula biopestisida telah kami lakukan pula melalui
matakuliah Sumber Daya di Prodi Pendidikan Sains, FMIPA Unesa dan belasan
biopestisida telah dibuat mereka (mahasiwa) secara tradisional dengan
mengoptimalkan penggunaan berbagai jenis tumbuhan Meliaceae sebagai bahan dasar
beserta aplikasinya. Dengan demikian, menyimak dan mencermati seluruh uraian dan
informasi di atas, dapat diyakini bahwa tumbuhan Meliaceae sangat potensial dan
tentu memberikan prospek positip dan menjanjikan untuk diteliti dan dikembangkan
sebagai biopestisida yang murah, aman, dan mudah disiapkan. Semoga, hal ini dapat
mendegradasi ketergantungan stakeholder dan khususnya petani pada pengadaan dan
pemakaian pestisida sintetik di masa mendatang.
Para akademisi yang berbahagia
Kini saatnya saya mengakhiri pidato pengukuhan ini, dengan memohon doa
dan restu dari para hadirin, agar senantiasa Allah SWT selalu menguatkan dan
memudahkan jalanNya kepada saya untuk dapat menjalankan amanah yang tidak
ringan sebagai Guru Besar, sehingga dapat menunaikan kewajiban, tugas dan
tanggung jawab saya seperti yang diharapkan demi kemajuan Unesa tercinta.
Sebagai penutup, perkenankan saya mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:
1. Semua pihak yang turut memikirkan, menimbang, mendukung, mengantarkan, dan
mengawal usulan saya hingga mencapai jenjang jabatan tertinggi dalam bidang
akademik.
2. Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang
telah mencermati, mempertimbangkan, memutuskan, dan akhirnya menerbitkan
Surat Keputusan Pengangkatan saya sebagai Guru Besar di bidang Kimia Organik
Bahan Alam (Spesifikasi Non Herba) sejak 1 Mei 2014.
13
3. Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Bapak Prof. Dr. Muchlas Samani,
M.Pd., selaku Ketua Senat Unesa yang telah menyetujui dan mengusulkan jabatan
Guru Besar saya serta kesediaannya dalam memimpin Sidang Senat Terbuka Unesa
untuk Pengukuhan Guru Besar pada hari ini.
4. Bapak Prof. Dr. Muhari, selaku mantan Ketua Komisi Guru Besar, Unesa, ibu Prof.
Dr. dr. Tjandrakirana, M.S., Sp.And. selaku Ketua Komisi Guru Besar, Unesa
sekaligus mantan Dekan FMIPA, Unesa, bapak Prof. Dr. Suyono, M.Pd. selaku
Dekan FMIPA dan seluruh Anggota Senat FMIPA, Unesa, bapak Drs. Achmad Lutfi,
MPd., selaku mantan Ketua Jurusan Kimia, dan bapak Prof. Dr. Suyatno, M.Si.
selaku Ketua Jurusan Kimia, FMIPA, Unesa serta semua dosen di Jurusan Kimia
yang telah mendukung dan memberi semangat selama proses pengusulan Guru
Besar saya.
5. Pemerintah Indonesia yang telah memberi kesempatan dan beasiswa kepada saya
selama studi S-1, S-2, dan S-3.
6. UNESCO, yang memberikan kesempatan dan beasiswa kepada saya dalam
mengikuti Sandwich Program, di Kyushu University, Fukuoka, Jepang.
7. DP2M, Dikti, LPM-LemLit, dan LPPM Unesa yang telah memberikan kesempatan
dan hibah penelitian dan PpM kepada saya selama ini.
Rentetan ucapan terimakasih yang tak terhingga juga saya sampaikan kepada
almarhum bapak Prof. A. Tresna Sastrawijaya, M.Sc., selaku dosen pembimbing S-1,
dan almarhumah Ibu Dra. Roosmaningsih Koesno, selaku DPA S-1, serta bapak/ibu
dosen senior jurusan kimia lainnya yang secara tulus dan ikhlas telah mendidik,
mengajarkan dan menanamkan motivasi yang tinggi dalam kehidupan saya hingga
turut mengantarkan saya jadi dosen hingga meraih jabatan Guru Besar di jurusan
kimia. Tidak lupa ucapan terimakasih saya kirimkan kepada seluruh teman sejawat
dosen dan karyawan di Jurusan Kimia FMIPA UNESA, yang telah memberikan
dukungan dan motivasi kepada saya.
Terimakasih selanjutnya disampaikan kepada bapak Prof. Dr. H. Sjamsul Arifin
Achmad, B.Sc.(Hons.I), jurusan kimia, ITB Bandung, yang oleh dosen dan
ilmuwan/peneliti Indonesia di bidang Kimia Organik Bahan Alam mereka
menyebutkannya sebagai Bapak/Suhu “Kimia Organik Bahan Alam” Indonesia, beserta
staf dosen dari kelompok penelitian Kimia Organik Bahan Alam ITB (Prof. Dr. Hj. Euis
Holisotan Hakim, M.Si., Prof. Dr. Yana Maolana Syah, M.Si., Drs. Lukman Makmur,
dan Dr. Lia Dewi Juliawaty, M.Si.) yang telah membimbing tesis dan disertasi saya
hingga saya mampu mengenal, mengerti, menekuni, dan mencintai Ilmu Kimia
Organik Bahan Alam. Dan, keberhasilan studi program doktor saya juga dibimbing,
didukung dan difasilitasi oleh Prof. Kokki Sakai, Ph.D., Prof. R. Kondo, Ph.D., dan
Associate Prof. Kuniyoshi Shimizu, Ph.D. Untuk mereka, kami sampaikan ucapan
terimakasih yang tak terhingga. Khususnya, Prof. Shimizu ini hingga kini masih terus
dapat membantu dalam pengukuran spektrokopi NMR (1 maupun 2D) serta diskusi
dalam penentuan struktur kimia senyawa hasil isolasi, dimana pengukuran
spektroskopi NMR ini kami tidak sama sekali dikenai “charge” alias GRATIS!
Ucapan terimakasih yang sangat mendalam saya haturkan kepada bapak Prof.
Dr. H. Taslim Ersam, M.S. dan Prof. Dr. H. R.Y. Perry Burhan, M.S. dari Jurusan Kimia
FMIPA ITS, Prof. Dr. Suyono, M.Pd., Prof. Dr. Leny Yuanita, M.Kes. dan Prof. Dr. Hj.
Rudiana Agustini, M.Pd. dari Jurusan Kimia FMIPA Unesa atas kesediaan dan
perkenannya dalam meluangkan waktu untuk menilai dengan cermat semua berkas
14
usulan guru besar saya. Juga kepada Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, Prof. Dr. Budi
Jatmiko, M.Pd., Prof. Dr. Hj. Sri Poedjiastoeti, M.Si., Prof. Dr. H. Madlazim, M.Si.,
dan Prof. Dr. Suyatno, M.Si., dan teman-teman rumpun Kimia Organik, Jurusan Kimia
yang terus memberi semangat dan motivasi serta kepada semua pihak dan panitia
yang telah bekerja keras untuk sukses dan lancarnya penyelenggaraan acara ini, saya
sampaikan banyak terimakasih pula.
Ijinkan pula serangkaian ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada
semua guru-guru saya di SDN Karangsono, SMPN 1 Karangmojo, Magetan, dan
SMAN 3 Madiun (eks RSBI), serta semua dosen saya pada jenjang Sarjana di IKIP
Surabaya (Unesa), Magister Kimia dan Doktor di Institut Teknologi Bandung, yang
secara tulus ikhlas telah mendidik dan memberikan bekal ilmu dan pengetahuan
kepada saya. Terimakasih juga saya sampaikan kepada seluruh pimpinan dan staf LPM
periode (2007-2012), dari bapak Prof. Dr. H. Supari Muslim, M.Pd., bapak Dr. Yusuf
Fuad, M.Appl.Sc., bapak Dr. Andun Sudjatmoko, M.Kes., Ibu Dr. Dewie Tri Jayati,
M.Si., dan seluruh staf/karyawan LPM Unesa periode itu. Dari beliau-beliaulah, saya
belajar dan memperoleh banyak pengalaman kemasyarakatan yang turut
mendewasakan pola dan jalan pikir serta keberanian saya untuk bersentuhan dan
berkomunikasi dengan masyarakat. Demikian juga terimakasih saya sampaikan kepada
pimpinan dan staf LPPM Unesa periode 2012-sekarang, mulai bapak Prof. Dr. Ir. I
Wayan Susila, M.Pd., bapak Dr. Suroto, M.A. dan seluruh staf LPPM Unesa serta
pimpinan fakultas, jurusan dan prodi dan teman sejawat dosen FE yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu, yang masih memberikan kepercayaan pada saya dalam
membantu peran dan tugas-tugas terkait dalam kegiatan Penelitian dan PPM.
Terimakasih banyak kepada kedua orang tua saya Bapak Partodikromo
Nyamun (Alm) dan Ibu Nyami tercinta yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu
memberikan doa yang senantiasa menyertai setiap langkah anakmu. Mungkin, sama
sekali tidak terpikirkan oleh bapak/ibu bahwa anakmu akan mencapai seperti
sekarang ini. Juga kepada saudara-saudaraku semua, baik yang masih diberi
kesempatan dan kesehatan maupun yang telah tiada, atas dukungan moral dan
material yang telah diberikan kepada saya. Semoga semua amal dan budi baik
bapak/ibu/saudara-saudaraku semua mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah
SWT. Amien.
Kepada istriku, Woro Setyarsih, S.Pd., M.Si. serta anak-anakku Tsabita Ariba
Firyaal Afaanin, Khosy Rafeda Rakha, Rafif Rafeda Ramma, dan Nurin Najwa Azra
Qorriaina, saya sampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga atas semua
pengertian, kesabaran, pengorbanan, dorongan, sumber inspirasi dan doa yang telah
diberikan selama ini hingga saya mampu memperoleh jabatan tertinggi dalam bidang
akademik. Mudah-mudahan mereka dapat mengambil momen ini untuk
menginspirasinya dalam melangkah dan menatap masa depan yang lebih baik.
Akhirnya, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua hadirin yang hadir ini
atas kesabaran dan perhatiannya untuk mengikuti seluruh rangkaian acara ini, dan
semoga dicatat oleh Allah SWT sebagai amal ibadah. Semoga Allah memberkati kita
semua. Amin Ya Rabbal Alamin. Dan, mohon dimaafkan atas segala kekurangan, salah
dan khilaf saya selama menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar saya. Matur
nuwun.
Wabillahi taufiq wal hidayah war ridho wa inayah
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
15
Referensi:
Anonim, 2009. Xylocarpus moluccensis. http://images.google.co.id/imgres?imgurl
(diakses pada tanggal 16 Pebruari 2009).
Agustini Rudiana, Tukiran, Sari Edi Cahyaningrum, Purwohandoko, dan Agung P.,
2008. Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Produk Serat Tanaman
(Pelepah Pisang dan Enceng Gondok) Menggunakan Bioteknolgi Enzim dan
Teknologi Tepat Guna (TTG) di Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik,
Jawa Timur, Hi-Link, Dikti-JICA.
Akisanya, A., Bevan, C. W. L., Hirst, J., Halsall, T. G., and Taylor, D. A. H. 1960.
West African Timber. Part III: Petroleum Extracts from The Genus
Entandrophragman, J. Chem. Soc. pp.3827–3829.
Alam, M.A., M. Sarder, M. A. Awal, M. M. H. Sikder, and K. A. Daull, 2006.
“Antibacterial Activity of The Crude Ethanolic Extract Of Xylocarpus
Granatum Stem Barks)”, Bangl. J. Vet. Med., 4 (1), pp. 69–72.
Alvi, Khisal A., Crews Phil., Aalbersberg Bill, and Prasad Regina, 1991. Limonoids from
the fijian medicinal plant dabi (xylocarpus). Tetrahedron. 47(43), pp. 89438948.
Asmaliyah, Etik Erna Wati H., Sri Utami, Kusdi Mulyadi, Yudhistira, dan Fitri Windra
Sari, 2010. Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati dan
Pemanfaatannya Secara Tradisional, Kementerian Kehutanan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Produktivitas Hutan.
Balasubramanian, T. and S. Ajmal Khan, 2004. Chemotaxonomic Markers In
Mangroves.
Seshaiyana,
12(2),
http://www.casmbenvis.nic.in/
pdf/Seshaiyana12-2.pdf (diakses pada tanggal 16 Pebruari 2009).
Bevan, C. W. L., Powell, J. W., Taylor, D. A. H., Halsall, T. G., Toft, P., and Welford,
M., 1967. West African timbers. Part XIX. The structure of methyl
angolensate, a ring-B-seco tetranor-tetracyclic triterpene of the meliacin
family, Journal of the Chemical Society C: Organic Vol. 1967, pp. 163–170.
Biswas K., Chattophadhyay I., Banerjee R.K., Bandyophadayay U., 2002. Biological
Activities and Medicinal Properties of Neem (Azadirachta indica). Current
Science. 82 (11). pp. 1336-1345.
Chantrapromma, K., Boonnak, N., and Fun, H.K., 2006. Seco-Dukunolide F: A New
Tetranortriterpenoid
from
Lansium
domesticum
Corr.”,
Acta
Crystallographica Section E-Structure Reports Online, 62, pp. O3725 –
O3727.
Castellanos, L., Correa, R.S.D., Martinez, E. dan Calderon, J.S., 2002, “Oleanane
triterpenoids from Cedrela Montana (Meliaceae)”, Z. Naturforsch, 57c, pp.
575–578.
Das, M.C. dan Mahato, S.B., 1983, “The highly cytotoxic meliacin type triterpene
isolated from Aphanamixis grandifolia”, Phytochemistry, 3, pp. 67–70.
Doris, Benchawattan, Rachadaporn dan Hongthong, 2005. “The Effect Crude Extract
Chinese Rice Flower (Aglaia odorata Lour) on Growth Inhibition of Shyleaf
(Aeschymomene americana L)”, Journal Science and Technology of Thailand.
Greger, H., Pacher, T., Brem, B., Bacher, M., dan Hofer, O., 2001, “Insecticidal
flavaglines and other compounds from Fijian Agalia species”, Phytochemistry,
57, pp. 57–64.
16
Hamdani, Bayu Eka, 2009. “Identifikasi dan Uji Bioaktivitas Insektisida Senyawa
Fenolik Hasil Isolasi Ekstrak Kloroform Kulit Batang Tumbuhan Kedoya
(Dysoxylum Gaudichaudianum (A.Juss). Miq.) (Meliaceae)”, Skripsi Tidak
Dipublikasikan, Jurusan Kimia-FMIPA, Universitas Negeri Surabaya.
Ikram, M.S., laily, B.D., Samsudin, M.W., Yusoff, N.I., Latiff, A., Ali, R.M., dan Hadi,
A.H.A., 1998, “A phytochemical survey of Sayap-Kinabalu Park, Sabah”,
ARBEC, pp. 1–8.
Ishibashi, F., Satasook, C., Ismant, M.B., and Towers, G.H.N., 1993. “Insecticidal 1Hcyclopentatetrahydro[b]benzofurans fram Aglaia odorata”, Phytochemistry,
32 (2), pp. 307–310.
Jacobson, M., 1995, “Insecticides, insect repellants, and attractants from arid/semiaridland plants”, pp. 138–146.
Mordue, A. Jennifer (Luntz) and Alasdair J. Nisbet, 2000. Azadirachtin from the
Neem Tree Azadirachta indica: Its Action Against Insects, An. Soc. Entomol.
Bras. 29(4), pp.
Mahyudi, Rosyid, 2009. “Identifikasi dan Uji Bioaktivitas Insektisida Senyawa Steroid
Hasil Isolasi Ekstrak n-Heksana Kulit Batang Tumbuhan Kedoya (Dysoxylum
Gaudichaudianum (A.Juss.) Miq.) (Meliaceae)”, Skripsi Tidak Dipublikasikan,
Jurusan Kimia-FMIPA, Universitas Negeri Surabaya.
Mayanti, Tri, W. Drajat Natawigena, Unang Supratman, dan Roekmiati
Tjokronegoro, 2009. Triterpenoid yang Beraktivitas Antimakan dari Kulit
Batang Kokosan (Lansium domesticum Corr cv. Kokossan (Meliaceae),
Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Kimia Bahan Alam XVII
(SimNasKBA-2009) di UNDIP, 27 – 28 Oktober 2009, Semarang.
Meidiantie, Soenandar, Muanis Nur Aeni, dan Ari Raharjo, 2010, Petunjuk Praktis
Membuat Pestisida Organik, Jakarta Selatan: Penerbit: PT. AgroMedia
Pustaka.
Mirnawaty, Supriadi dan Budiman Jaya, 2012. Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Langsat
(Lansium Domesticum) Sebagai Anti Nyamuk Elektrik Terhadap Nyamuk
Aedes Aegypti, J. Akad. Kim. 1(4), pp. 147-152.
Mulholland DA, Parel B, Coombes PH. 2000. The Chemistry of the Meliaceae and
Ptaeroxylaceae of Southern and Eastern Africa and Madagascar, Current
Organic Chemistry, 4, pp. 1011–1054.
Mulholland, D.A. and Taylor D.A.H., 1992, Limonoids from Australian Members of
The Meliaceae, Phytochemistry, 31(12), p. 4163-4166.
Nugroho, B.W, Edrada, R.A., Gussregen, B., Wray, V., Witte, L., dan Proksch, P.,
1996a. “Insecticidal Rocaglamide Derivates from Aglaia
duppereana”,
Phytochemistry, pp. 1455 – 1461.
Nugroho, B.W, Edrada, R.A., Gussregen, B., Wray, V., Witte, L., and Proksch, P.,
1996b. “Insecticidal rocaglamide derivates from Aglaia elliptica and A.
harmsiana”, Phytochemistry, pp. 1579 – 1584.
Nurhidayati, Istirochah Pujiwati, Anis Solichah, Djuhari, dan Abd. Basit, 2008.
Pertanian Organik: Suatu Kajian Sistem Pertanian Terpadu Dan Berkelanjutan,
Program Studi Agroteknologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Islam Malang.
Okorie D.A. and Taylor D.A.H., 1977. Triterpenes From Seeds of Entandrophragma
Species. Phytochemistry, 16, pp. 2029-2030.
17
Pizzolatti, M.G., Venson, A.F., Smania Junior, A., Smania, E. de F.A., dan Filho, R.B.,
2002, “Two epimeric flavalignans from Trichilia catigua (Meliaceae) with
antimicrobial activity”, Z. Naturforsch, 57c, pp. 483 – 488.
Praptiwi dan Harapini, M., 2000. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Buah Mbosi
(Dysoxylum gaudichandianum A.Juss.( Miq.)) dan Penapisan Senyawa
Kimianya. (online). (http://jurnalhpt.fp.unila.ac.id/gdl). Diakses tanggal 15
Maret 2008.
Qodriyah, Lailiyatul dan Tukiran, 2012. Pengembangan Formula Insektisida Nabati
Dari Bahan Aktif Ekstrak Kloroform Kulit Batang Tumbuhan Pancal Kidang
(Aglaia odoratissima Blume), Unesa Journal of Chemistry, 1(1), pp. 52-28.
Rahayu, Sri Hartin, dan Novik Nurhidayat, 2009. “Ekstrak Metanol Kulit Buah Duku
(Lansium domesticum Corr.) terhadap Pseudomonas aeruginosa dan
Staphylococcus aurens”, Abstrak, Seminar Nasional Tumbuhan Obat
Indonesia XXXVII, 11 – 12 Nopember 2009, UNIB.
Rosyidi, Muhammad Azhar, 2009. “Daya Antimikroba Ekstrak Kulit Buah Duku
(Lansium domesticum) Terhadap Pertumbuhan Escherichia Coli dan
Staphylococcus aureus in vitro”, diakses pada tanggal 10 Oktober 2009.
Roy, Amit and Saraf, Shailendra. 2006. Limonoids: Overview of Significant Bioactive
Triterpenes Distributed in Plants Kingdom, Biol. Pharm. Bull., 29(2), pp.
191—201.
Saewan, Sutherland,
J.D. and Chantrapromma, K., 2006. Antimalarial
Tetranotriterpenoids From The Seeds of Lansium domesticum Corr.
Phytochemistry. 67(20), pp. 2288 – 2293.
Sastrosiswojo, S., 2002. Kajian Sosial Ekonomi dan Budaya Penggunaan Biopestisida
di Indonesia, Lokakarya Keanekaragaman Hayati untuk Perlindungan
Tanaman. Penyelenggara Kerjasama UGM, BPPT, Deptan, dan Dephut.
Yogyakarta, 7 Agustus 2002.
Septiyarini, Dwi, 2009. “Identifikasi Dan Uji Bioinsektisida Ekstrak Dan Senyawa
Terpenoid Hasil Isolasi dari Ekstrak n-Heksana Kulit Batang Tumbuhan
Langsat (Lansium domesticum Corr) (Meliaceae)’, Skripsi Tidak
Dipublikasikan, Jurusan Kimia-FMIPA, Universitas Negeri Surabaya.
Shiengthong, D., Ungphakorn, A., Lewis, D.E., and Massy-Westropp, R.A., 1979.
“Constituents of thai medicinal plants – IV, New Nitrogenous CompoundsOdorine And Odorinol”, Tetrahedron Letters, 20(24), pp. 2247-2250.
Tanaka, Tadamitsu and Masami, Ishibashi, 2002. New Onoceranoid Triterpene
Contituens from Lansium domesticum Corr. Journal of Natural Product, 65
(11), pp. 1709-1711.
Taufiqurrochman, M., 2010. ”Isolasi, Identifikasi, Dan Uji Bioaktivitas Insektisida Isolat
dari Ekstrak N-Heksana Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu (Xylocarpus
Moluccensis (Lamk) M. Roem) (Meliaceae)”, Skripsi Tidak Dipublikasikan,
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya.
Taufiqurrochman, M. dan Tukiran, 2010, “Uji Bioaktivitas Insektisida Senyawa Hasil
Isolasi Dari Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu (Xylocarpus Moluccensis
(Lamk) M. Roem) (Meliaceae)”, Presentasi Oral, Seminar Nasional Sains 2010
di Prodi Pendidikan Sains Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya, 16
Januari 2010.
Taylor, David A. H. 1983. Limonoid Extractives From Xylocarpus moluccensis.
Phytochemistry. 22(5), pp. 1297-1299.
18
Taylor, David A. H., 1984. Progress in the Chemistry of Organic Natural Products. 45,
pp. 1-93.
Tukiran, Prima Ardhiana, Suyatno, and Shimizu Kuniyoshi, 2007. Dua Senyawa Sterol
dari Ekstrak Kloroform Kulit Batang Tumbuhan Pacar Cina (Aglaia odorata
Lour) (Meliaceae), Prosiding pada Seminar Nasional Kimia, UNY, Yogyakarta,
17 Nopember 2007.
Tukiran, Suyatno, and Shimizu Kuniyoshi, 2007. Suatu Senyawa Alkohol Rantai
Panjang dan Dua Senyawa Sterol dari Ekstrak Heksana Kulit Batang
Tumbuhan Pacar Cina (Aglaia odorata Lour) (Meliaceae), Prosiding pada
Seminar Nasional Kimia, Unesa Surabaya, 5 Desember 2007.
Tukiran, 2009. “Keragaman Molekul, Pola Kimia, Dan Hubungan Biogenesis
Senyawa-Senyawa Dari Tumbuhan Aglaia Dan Dysoxylum (Meliaceae)”, Oral
Presentation, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kimia, di Jurusan
Kimia, Universitas Negeri Surabaya, 14 Februari 2009.
Tukiran, Bayu Eka Hamdani, Rosyid Mahyudi, Sri Hidayati, dan Nurul Hidayati,
2009. “Beberapa Senyawa Hasil Isolasi dari Kulit Batang Tumbuhan Kedoya
(Dysoxylum gaudichaudianum (A. Juss.) Miq.) (Meliaceae)”, Jurnal Ilmu
Dasar, FMIPA, Universitas Jember (Terakreditasi), 10(2), pp. 236 – 244.
Tukiran, 2010. Keragaman Molekul, Pola Kimia, Dan Hubungan Biogenesis SenyawaSenyawa Dari Tumbuhan Pacar Cina (Aglaia odorata Lour) (Meliaceae),
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sains 2010, Program
Pendidikan Sains, di Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya, 16 Januari
2010.
Tukiran, 2010. Tiga Senyawa Seskuiterpen dari Tumbuhan Langsat (Lansium
domesticum Coor) Meliaceae”, Presentasi Oral”, Seminar Nasional Kimia,
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, 20 Februari 2010.
Tukiran, Nurul Hidayati, Suyatno, Woro Setyarsih, Dwi Adi Sunarto, dan Sujak, 2010,
Pemanfaatan Ekstrak Biji Mimba (Azadirachta Indica A. Jussie) Untuk
Mencegah Dan Mengatasi Hama Lalat Pengorok Daun Dan Penyakit Layu
Bakteri Pada Tanaman Kentang Di Desa Kecamatan Sukapura, Kabupaten
Probolinggo, Laporan PKM tidak dipublikasikan, LPM, Universitas Negeri
Surabaya.
Tukiran, Septiani Setyo Cahyasari, and Kuniyoshi Shimizu, 2012. An Ester of 4Methoxycynnamic Acid Isolated From Xylocarpus moluccencis (Lamk) M.
Roem (MELIACEAE), Indo. J. Chem., 12(2), pp. 184 – 188.
Tukiran, Nurul Hidayati, and Dwi Adi Sunarto, 2013, Fitokimia Tumbuhan Nyiri Batu
(Xylocarpus Moluccensis): Suatu Studi Awal, Prosiding Seminar Nasional
Kimia 2013, Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, UNY, Yogyakarta, 16
Nopember 2013, pp. 139-145.
Tukiran, Nurul Hidayati, Nurul Aini, and Yunita Dwi Setyorahayu, 2014. Phenolic
Compounds From Chloroform Extract of Xylocarpus Moluccensis Stem Bark
(Meliaceae), Proceeding of International Conference on Research,
Implementation And Education of Mathematics and Sciences 2014 (ICRIEMS2014), Yogyakarta State University, 18-20 May 2014, pp. C. 251 – 258.
Wahyuni, Laili Nur, 2009, ”Isolasi, Identifikasi, Dan Uji Bioaktivitas Insektisida Fraksi
dari Ekstrak Kloroform Kulit Batang Tumbuhan Langsat (Lansium Domesticum
Corr) (Meliaceae)”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Jurusan Kimia-FMIPA,
Universitas Negeri Surabaya.
19
Weber, S., J. Puripattanavong, V. Brecht, and A. W. Frahm., 2000. Phytochemical
Investigation of Aglaia rubiginosa, American Chemical Society and American
Society of Pharmacognosy, pp. 1-7.
Widyastuti, S.M., Sumardi, dan D. Puspitasari, 1998. “Uji Kemampuan Penghambatan
Ekstrak Biji Nyiri Batu (Xylocarpus Granatum) Terhadap Jamur Benih
Tanaman Hutan, Buletin Kehutanan No. 37/1998. Pp. 2–9.
Wu, Jun, Qiang Xiao., Si Zhang., Xiang Li., Zhihui Xiao., Haixin Ding and Qingxin Li,
2005. Xyloccensins Q–V, six new 8,9,30-phragmalin ortho ester antifeedants
from the Chinese mangrove Xylocarpus granatum. Tetrahedron. 61(35), pp.
8382-8389.
20
Download