Bismillaahir-rohmaanir-rohim Assalamu’alaikum warrohmatullohi wabarokaatuh Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua Yang terhormat, Bapak/Ibu Ketua dan Anggota Dewan Penyantun Universitas Negeri Surabaya Bapak Rektor selaku Ketua Senat dan seluruh anggota Senat Universitas Negeri Surabaya Bapak/Ibu Pimpinan Universitas Negeri Surabaya Bapak/Ibu Ketua dan Sekretaris Komisi Guru Besar Universitas Negeri Surabaya Bapak/Ibu Pimpinan Fakultas, Jurusan, dan Prodi di lingkungan Universitas Negeri Surabaya Bapak/Ibu Dosen, karyawan, dan mahasiswa di lingkungan Universitas Negeri Surabaya, dan Seluruh hadirin undangan yang berbahagia Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini, perkenankan saya mengajak hadirin semuanya untuk bersama-sama memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat berkumpul di ruangan ini dalam keadaan sehat wal‘afiat tak kurang suatu apapun, dalam rangka menghadiri pengukuhan saya sebagai Guru Besar dalam bidang Kimia Organik Bahan Alam (Spesifikasi Non Herba). Setelah melalui perjalanan yang panjang mulai dari proses pengusulan dan penilaian jabatan Guru Besar ditengah ketat dan banyaknya peraturan dan persyaratan yang terus berubah dan bertambah, akhirnya saya dipercaya dan ditetapkan untuk memperoleh jabatan Guru Besar dalam bidang keilmuan di atas. Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan pidato atau orasi ilmiah pengukuhan Guru Besar saya, dengan judul “Ilmu Kimia Tumbuhan Meliaceae, Bioaktivitas, dan Prospeknya Sebagai Biopestisida”. Hadirin yang berbahagia Mengawali pidato ilmiah ini, pertama saya sampaikan tentang ilmu kimia secara umum pada sejumlah tumbuhan Meliaceae. Berbicara ilmu kimia khususnya pada bidang Kimia Bahan Alam, tentu tidak lepas dari kajian struktur kimia dan melihat sisi manfaatnya (bioaktivitiasnya). Jika dipelajari, ditelusuri dan dicermati dari banyaknya (ribuan) struktur senyawa yang telah berhasil ditemukan pada tumbuhan Meliaceae, secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi senyawa: 1) jenis golongan terpenoid/steroid. Untuk senyawa jenis golongan ini, sebaran dan keragaman senyawa (chemo-diversity)nya dari sejumlah tumbuhan Meliaceae dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Sebaran dan keragaman senyawa terpenoid/steroid dan bioaktivitasnya pada tumbuhan Meliaceae Tumbuhan Meliaceae Cedrela montana Senyawa Terpenoid/Steroid dan Bioaktivitasnya β-sitosterol, stigmasterol, asam oleanoat, fotogedunin, 3-okso-11α,12α-epoksi-olean28,13β-olida, dan 3-okso-olean-11- Referensi Castellanos et al., 2002 1 Azadirachta indica Aglaia basiphylla, A. gracilis, A. vitiensis, dan A. archboldiana) Dyxoxylum gaudichandianum (kedoya), Aglaia odorata, dan Xylocarpus moluccensis en,28,13β-olida, dll. meliantriol, azadirachtin, salanin, areazadiron, azadiradion, 17epiazadiradion, nimbin, nimbinin, gedunin, vepinin, meldenin, nimbolin, elemen, kubeben, kopaen, kariofilen, humulen, valencen, kadinen, dan fitol Jacobson, 1995 Diterpene, norsesquiterpene, dan flavagline, dll. toksik terhadap Spodoptera litura Greger et al., 2001 Kaemfesterol, β-sitosterol dan stigmasterol toksik terhadap larva Spodoptera litura (ulat grayak) Tukiran et al., 2009; 2013; dan 2014. seskuiterpen, spathulenol, α-cadinal, dan valerenal (ekstrak tumbuhan toksik terhadap ulat grayak) dan lain-lain yang tidak cukup dimuat dalam paparan ini. Lansium domesticum Septyarini, 2009 dan Tukiran, 2010 Yang kedua adalah kelompok senyawa dari jenis golongan fenolik. Adapun distribusi dan keragaman senyawa dari beberapa tumbuhan Meliaceae dapat disimak pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Sebaran dan keragaman senyawa fenolik dan bioaktivitasnya pada tumbuhan Meliaceae Tumbuhan Meliaceae Aglaia basiphylla, A. gracilis, A. vitiensis, dan A. archboldiana) Aglaia odorata (pacar cina) Aglaia gracilis Aglaia basiphylla Trichilia catigua Senyawa Fenolik dan Bioaktivitasnya Bisamide, cyclopenta[b]benzofuran, cyclopenta[bc]benzopyran, dan flavonol toksik terhadap Spodoptera litura tiga senyawa turunan benzofuran flavaglin, yaitu marikarin, 3’-hidroksimarikarin, dan desasetilaglain A toksik terhadap Spodoptera litura aglafolin, aglaiastatin, dan tiga senyawa turunan benzofuran flavaglin, yaitu marikarin, 3’-hidroksimarikarin, dan desasetilaglain A insektisida yang kuat terhadap larva Spodoptera litura senyawa turunan flavaglin, rokaglamida, desmetilrokaglamida, dan aglafolin (metil rokaglamida) insektisida yang kuat terhadap larva Spodoptera litura senyawa turunan flavalignan, sinkonain 1 dan 2 Referensi Greger et al., 2001 Ikram et al., 1998 Greger et al., 2001 Greger et al., 2001 Pizzolatti et al., 2002 Dysoxylum gaudichandianum p-hidroksi asetofenon Tukiran et al., 2009 Xylocarpus moluccensis 2-etil heksil 4-metoksisinamat, scopoletin, dan miristisin toksik terhadap larva Spodoptera litura Tukiran et al., 2013 dan 2014 2 dan lain-lain yang tidak cukup dimuat dalam paparan ini. Hadirin yang saya muliakan Berikutnya, yang menarik untuk dikaji dan yang bersifat karakteristik dari tumbuhan Meliaceae ini adalah kelompok senyawa yang ketiga, yaitu dari jenis golongan tetranortriterpenoid (biasa disebut “limonoid”). Menarik dan bersifat karakteristik disini artinya senyawa jenis golongan limonoid tidak pernah dijumpai dan ditemukan pada tumbuhan famili lain, seperti Moraceae (ketika saya menempuh program S-2), Dipterocarpaceae (ketika saya menempuh program S-3), Rubiaceae (studi literatur di sela-sela program S-2 dan S-3), dan lain-lain. Dan tentu sebaliknya, masing-masing famili memiliki kekhasan senyawa sendiri-sendiri yang tidak dimiliki oleh famili lainnya. Berikut adalah sebaran senyawa-senyawa limonoid pada sejumlah tumbuhan Meliaceae, seperti terlihat pada tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Sebaran dan keragaman senyawa limonoids dan bioaktivitasnya pada tumbuhan Meliaceae Tumbuhan Meliaceae Senyawa Limonoids dan Bioaktivitasnya Azadirachtin sangat toksik terhadap Azadirachta indica pelbagai jenis serangga Aphanamixis aphanastatin, 12-hidroksiamoorastaton, dan grandifolia amoorastatin Carapa procera proceranon dan evodulon Cedrela mexicana Diasetoksidihidronomilin ochinal, ochinin asetat, nimbolidin A dan B, Melia azedarach nimbolinin B, 1-deasetilnimbolinin, dan 1,3diasetilvilasinin dan lain-lain yang tidak akan cukup dimuat dalam paparan ini. Referensi Mordeu and Nisbet, 2000 Das and Mahato, 1983 Sayangnya, kami belum pernah mampu berhasil mengisolasi dan sekaligus mengelusidasi struktur suatu senyawa limonoids karena semata-mata proses ekstraksi dan isolasinya membutuhkan peralatan dan bahan kimia yang relatif mahal dan tidak ada di Indonesia, sekalipun kita berlimpah bahan sampelnya. Disamping tentu, kesulitan dan kerumitan dalam mengelusidasi struktur limonoids karena begitu kompleks dan beragam dengan memiliki kimiripan struktur dasar yang tidak jauh beda dan tentu harus membutuhkan instrumentasi NMR baik 1D maupun 2D yang baik. Ijinkan kami menyampaikan ilmu kimia (fitokimia) empat dari belasan tumbuhan Meliaceae dan bioaktivitasnya dari hasil penelitian kami ditambah studi literatur sejak tahun 2006 hingga sekarang (2014) baik yang didanai melalui dana Hibah Fundamental (TA 2006 dan 2007), Dana DIPA/PNBP Riset Unggulan PR I Unesa (TA 2007 dan 2008), Dana Hibah Strategi Nasional, DP2M, Dikti (TA 2009), dan Hibah Bersaing Tahun (TA 2013). Dan, sebuah buku berbasis riset yang berjudul: “Mengenal Fitokimia Tumbuhan Meliaceae dan Bioaktivitasnya”telah terbit tahun 2013. Buku ini mengulas secara lengkap substansi dan isi pidato ilmiah ini dimana buku ini telah dipakai sebagai rujukan (buku pegangan) mahasiswa yang memprogram mata kuliah Kimia Bahan Alam. Beberapa eksemplar dari buku ini telah kami sebarkan (berikan) secara “percuma” ke para kolega dari institusi lain, seperti UNAIR, ITS, UNY, dan beberapa teman pemerhati Kimia Bahan Alam di Kalimantan Timur. 3 Pertama, Saya Sampaikan Sekilas Tentang Fitokimia Tumbuhan Langsat (Lansium domesticum Corr.) dan Bioaktivitasnya Hadirin yang saya hormati Studi literatur melaporkan biji tumbuhan langsat (Lansium domesticum) secara tradisional berkhasiat sebagai obat cacing, obat demam berdarah, dan obat mencret. Sementara, kandungan kimia pada tumbahan langsat dan bioaktivitasnya dapat dicermati pada tabel 4 berikut. Tabel 4. Kandungan kimia dan bioaktivitasnya pada tumbuhan langsat Tumbuhan Langsat (Lansium domesticum) Komponen Kimia dan Bioaktivitasnya asam lansionat, 3-hidroksionocera8(26),14-dien-21-on, dan 21 hidroksionocera-8(26),14-dien-3-on (kulit buah) toksik terhadap benur udang (Artemia salina) terpenoid, fenol, dan alkaloid (Kulit buah) antimikroba penyebab diare (E. coli dan S. Aureus) senyawa limonoid: seco-dukunolidametil 2[4-(3-furil)-6b,10a-dihidroksi-3a,7,9,9tetrametil-6,10-diokso2,3,3a,6b,7,8,9,10,10a,11-decahidro1aH,4H,6H-benzo[h][1]benzoksireno[3,2,1ade]isochro]isochromen-8-il]asetat (biji) antimalaria terhadap Plasmodium falciparum dengan nilai IC50 2,4 – 9,7 /ml Senyawa limonoid: domesticulida A-E dan 11 senyawa triterpenoid (biji) alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol (buah) obat cacing, obat demam berdarah, dan obat mencret Senyawa limonids: 4-(3-furil)1,4,4a,5,6,6a,7,8a,9,10,11a,12-dodeca-hidro4a,7,9,9-tetra-metil-2,10,13-triokso-7,11metano-2H-siklookta-(F)(2)-benzopiran-8hidroksiasetat asam metil ester (kulit batang) Limonoid jenis onoceranoid: 8,14secogammacera-7,14-dien-3,21-dion, 8,14secogammacera-7-en-14-hidroksi-3,21-dion, dan 8,14-secogammacera-7,14(27)-dien3,21-dion (kulit batang) antimakan terhadap Epilachna vigintiotopunctata Fab seskuiterpen, spathulenol, α-cadinal, dan valerenal (kulit batang) toksik terhadap ulat grayak Referensi Tanaka et al., 2002 Rosyidi, 2009 Cantrapromma et al., 2006; Saewan et al., 2006 Rahayu, 2009 Cantrapromma et al., 2006 Mayanti et al., 2009 Septyarini, 2009; Tukiran, 2010 Fokus penelitian kami pada uji bioinsektisida dari tumbuhan langsat ini, dapat dilaporkan sebagai berikut. Hasil uji bioinsektisida menggunakan larva ulat grayak 4 terhadap isolat dan ekstrak heksana dari kulit batang tumbuhan langsat dan membandingkannya dengan insektisida sintetik “MATADOR” sebagai kontrol positif, menghasilkan nilai LC50 (mg/L) untuk ekstrak heksana, isolat dan insektisida sintetik tersebut berturut-turut selama 72 jam setelah pemaparan (jsp) adalah 43,178; 3,336; dan 10,730 mg/L (Septyarini, 2009). Sementara itu, uji bioinsektida selama 24, 48, dan 72 jsp memberikan nilai LC50 berturut-turut untuk ekstrak kloroform adalah 339,0; 261,2; dan 234,8 mg/L; untuk fraksi adalah 17,3; 13,4; dan 11,1 mg/L; dan untuk insektisida sintetik “MATADOR” adalah 22,8; 15,5; dan 13,1 mg/L (Wahyuni, 2009). Nampak bahwa baik isolat maupun fraksi dari ekstrak heksana dan ekstrak kloroform lebih toksik terhadap ulat grayak jika dibandingkan insektisida sintetik “MATADOR”. Kedua, Uraian Sekilas Tentang Fitokimia Tumbuhan Genus Dysoxylum dan Bioaktivitasnya Tamu undangan yang saya hormati Genus Dysoxylum terdiri dari 200 spesies yang tumbuh secara alami di India dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Menurut literatur, ekstrak dari beberapa spesies tumbuhan genus ini mempunyai sifat sitotoksik, anti-radang, dan antimalaria. Hingga ini banyak senyawa seperti, triterpena, triterpen glikosida, tetranortriterpenoid (limonoid), diterpena, steroid, dan alkaloid telah berhasil diisolasi dari tumbuhan genus ini. Karena keterbatasan tempat dalam memaparkan semua informasi dan pengetahuan dari tumbuhan genus Dysoxylum, maka akan saya sampaikan satu contoh tumbuhan dari genus Dysoxylum, yaitu tumbuhan Dysoxylum gaudichandianum (kedoya). Sejumlah senyawa telah berhasil diidentifikasi dari tumbuhan kedoya seperti terlihat pada tabel 5 berikut. Tabel 5. Kandungan kimia dan bioaktivitasnya pada tumbuhan kedoya Tumbuhan Kedoya (Dysoxylum gaudichandianum) Komponen Kimia dan Bioaktivitasnya lemak, asam lemak, tanin, triterpen, alkaloid, sterol, maupun fenolik (buah) ekstrak metanol bersifat antibakteri p-Hidroksiasetofenon (pertama kalinya ditemukan dari ekstrak kloroform kulit batang) Steroid: β-sitosterol dan stigmasterol (ekstrak heksana kulit batang) toksik terhadap ulat grayak Dll. Referensi Praptiwi dan Harapini, 2000 Hamdani, 2009; Tukiran et al., 2009 Mahyudi, 2009; Tukiran et al., 2009 Tidak cukup disebutkan disini Dari sisi uji bioinsektisida terhadap ulat grayak selama 24, 48, dan 72 JSP, ekstrak kloroform dan isolat (p-hidroksiasetofenon) telah pula memberikan nilai LC50 berturut-turut sebesar 525,4; 358,0; dan 292,4 mg/L (ekstrak) dan 21,7; 16,4; dan 12,7 mg/L (isolat). Kedua bahan bioinsektisida ini kurang efektif dalam mematikan ulat grayak dibandingkan dengan insektisida sintetik (MATADOR, yang menunjukan nilai LC50 masing-masing adalah 19,0; 13,4; dan 10,7 mg/L (Hamdani, 2009). 5 Selanjutnya, kami juga mencoba ekstrak dan isolat lain, yaitu dari ekstrak kloroform dan isolat hasil isolasi ekstrak tersebut masing-masing memberikan nilai LC50 sebesar 144,1; 105,2; dan 85,4 mg/L (ekstrak heksana) dan 8,6; 6,2; dan 6,1 mg/L (isolat). Dapat dikatakan, ekstrak heksana kurang efektif dalam mematikan ulat grayak, jika dibandingkan dengan insektisida sintetik (MANUVER, yang menunjukkan nilai LC50 masing-masing adalah 19,0; 13,4; dan 10,7 mg/). Namun, bioinsektisida isolatnya jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan insektisida sintetik tersebut (Mahyudi, 2009) dan tentu juga berpeluang untuk dikembangkan sebagai biopestisida. Ketiga, tentang Fitokimia Tumbuhan Genus Aglaia dan Bioaktivitasnya Hadirin yang saya muliakan Dari sekian banyak jumlah tumbuhan genus Aglaia (≥ 100 spesies) (Weber et al., 2000), pada kesempatan ini hanya satu spesies Aglaia yaitu Aglaia odorata (local name: pacar cina) yang saya sampaikan di forum ini. Nugroho et al. (1996a; 1996b) melaporkan dari tumbuhan pacar cina ini telah berhasil diisolasi 10 jenis senyawa aktif dan terbukti semuanya adalah senyawa turunan rokaglamida (1 – 10). OCH3 7 R1 OH R1 H3CO 8a 5 1 8b R2 O 3 17 10 R3 13 19 R2 1: OH CON(CH 3)2 2: OCOCH3 CON(CH3)2 3: OH CON(CH 3)2 4: OH H 5: OH CONHCH 3 6: OCOCH3 CONCH3 7: OH CONH2 8: OH COOCH3 9: OCOCH3 COOCH3 10: =NOH COOCH3 R3 OH OH OCH 3 OCH3 OH OH OH OH OH OCH 3 OCH3 Pada bagian tanaman pacar cina tidak selalu terdapat semua senyawa rokaglamida tersebut. Dari ekstrak daun tumbuhan pacar cina ditemukan senyawa 1, 4, 7, dan 10, lalu aglaistatin B yang menghambat pertumbuhan gen kanker, disamping mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin. Senyawa cyclopentabenzofuran dan triterpen dari tumbuhan pacar cina berguna untuk menghambat pertumbuhan serangga (Ishibashi et al., 1993), sedangkan ekstrak tumbuhan pacar cina juga dapat menghambat pertumbuhan jamur Alternaria citri dan Fusarium arenaceum (Doris et al., 2005). Sementara bunganya diketahui mengandung senyawa 1, 2, 4, 6, 7, dan 9, dan ranting mengandung senyawa 1, 2, 3, 4, 5, dan 8. Selain itu, beberapa senyawa lainnya seperti turunan benzopiran, aminopirolidin odorin, dan odorinol, siringaresinol dan beberapa turunan flavonoid telah berhasil diisolasi dari tumbuhan ini, namun senyawa-senyawa tersebut tidak aktif sebagai bioinsektisida. Akhirnya, Nugroho et al. (1996a; 1996b) berhasil menguji senyawa didehidrorokaglamida yang ternyata memiliki toksisitas serangga yang sebanding dengan azadirachtin, yaitu LC50 = 0,9 ppm dan EC50 = 0,08 ppm. Kenapa ini bisa terjadi? Hasil analisis menyebutkan bahwa keragaman bioaktivitas beberapa jenis turunan rokaglamida ini sangat berhubungan dengan variasi gugus fungsi yang ada pada R1, R2, R3, dan R4. Penggantian gugus pada posisi tersebut dapat menyebabkan 6 perbedaan bioaktivitas. Misalnya, pada R1 biasanya terdapat gugus fungsi hidroksil, apabila gugus ini terganti oleh gugus asetil, maka toksisitasnya terhadap hama, misal ulat grayak akan melemah sampai sepuluh kali lipat. Selain efektif sebagai racun perut, senyawa rokaglamida juga memiliki sifat sebagai racun kontak dan dapat menghambat proses makan serangga, namun tidak teramati adanya gangguan secara hormonal. Sampai sekarang mekanisme fisiologi insektisida senyawa ini di dalam tubuh serangga masih belum diketahui secara jelas dan pasti. Sementara, kami juga telah berhasil mengisolasi dua senyawa sterol dan suatu alkohol rantai panjang dari ekstrak heksana dan kloroform kulit batangnya (Tukiran dkk., 2007, Tukiran, 2009; 2010). Berpijak pada data dan fakta bahwa senyawa rokaglamida dan turunannya, yaitu didehidrorokaglamida memiliki toksisitas yang sebanding dengan azadirachtin, yaitu LC50 = 0,9 ppm dan EC50 = 0,08 ppm, kami berkeyakinan bahwa tumbuhan ini juga memberikan peluang untuk dikembangkan sebagai biopestisida. Akhirnya, pada tahun 2007 kami mengembangkan dan menyiapkan formula biopestisida dari tumbuhan tersebut yang diberi nama “UNESIN” dan telah diaplikasikan pada sejumlah klaster dan UKM pelepah pisang dan eceng gondok di daerah Beton dan Wringinanom, Gresik (Agustini dkk., 2008). Yang Keempat, Tentang Fitokimia Tumbuhan Genus Xylocarpus dan Bioaktivitasnya Hadirin yang berbahagia Tumbuhan ini merupakan jenis mangrove sejati yang tumbuh di hutan pasang surut, pematang sungai pasang surut, serta tampak tumbuh sepanjang pantai (Anonim, 2009). Tumbuhan mangrove merupakan salah satu hutan tropis yang mudah berkembang dan belum banyak termanfaatkan akan potensinya. Aspek kimia tumbuhan mangrove sangat penting karena potensinya untuk mengembangkan agrokimia dan senyawa bernilai medis. Beberapa tumbuhan dari genus Xylocarpus ini yang telah diketahui adalah Xylocarpus granatum, Xylocarpus mekongensis, Xylocarpus moluccensis, dan Xylocarpus rumphii. Karena keterbatasan waktu pemaparan, maka saya fokuskan pada hasil studi literatur dan hasil penelitian kami pada tumbuhan Xyloacarpus moluccensis (local name: nyiri batu) sebagaimana diringkas dalam tabel 6 berikut. Tabel 6. Kandungan kimia dan bioaktivitasnya pada tumbuhan Nyiri Batu Tumbuhan Komponen Kimia dan Bioaktivitas Limonoids: xylomollin dan xyloccensin Xylocarpus moluccensis Limonoids: xyloccensins G, H, dan I (kayu) Limonoids: xyloccensin I dan xyloccensin J (kayu) acetonyldihydrochelerythrine, N-methylflindersine dan N-norchelerythrine (batang) Xylomollin (buah) 1-isobutyrate 3-acetoxypropan-2,3-diol, xyloccensin I dan J, 7-oxogedunin, 2-hydroxyfissinolide, dan 2hydroxy-detigloyl-6-deoxyswietenin acetate (biji) detigloyl-6-deoxyswietenin acetate, angustidienolide, 7-oxogedunin, xyloccensin G, H, dan I, detigloyl-6-deoxyswietenin acetate, 6β- Referensi Balasubramanian, 2004 Taylor, 1983 Alvi et al., 1991 Mulholland and Taylor, 1992 7 hydroxystigmast-4-en-3-one, β-sitosterol, dan stigmasterol (kayu) angustidienolide, 2,3,30-triacetatephragmalin, dan 3,30-diacetatephragmalin angustidienolide, 2,3,30triacetatephragmalin, dan 3,30-diacetatephragmalin (kayu) β-sitosterol dan stigmasterol (ekstrak heksana kulit batang toksik terhadap ulat grayak β-sitosterol dan stigmasterol (ekstrak kloroform kulit batang kurang toksik terhadap ulat grayak 2-etilheksil 4-metoksisinamat, scopoletin, dan miristisin (ketiga senyawa fenolik ini untuk kali pertama ditemukan) Taufiqurrohman, 2010 Taufiqurrochman, 2010; Taufiqurrochman dan Tukiran, 2010 Tukiran et al., 2013; 2014 Tentang uji bioinsektisida terhadap ekstrak dan isolat dari tumbuhan tersebut telah menghasilkan nilai LC50 berturut-turut sebesar 4734,4; 938,9; dan 237,6 mg/L untuk ekstrak kloroform dan 133,3; 98,3; dan 68,1 mg/L untuk isolat selama 24, 48, dan 72 JSP. Dilaporkan bahwa ekstrak tersebut kurang efektif dalam mematikan ulat grayak dibandingkan dengan insektisida sintetik (ATABRON, yang menunjukkan nilai LC50 masing-masing adalah 2262,4; 715,0; dan 194,4 mg/L, namun untuk isolat jauh lebih efektif sebagai bioinsektisida jika dibandingkan insektisida sintetik (Taufiqurrochman, 2010; Taufiqurrochman dan Tukiran, 2010). Kini, pengembangan formula bioinsektisida dan aplikasinya menggunakan bahan tumbuhan nyiri batu telah, sedang dan akan dilanjutkan. Para Akademisi yang Berbahagia Dari uraian di atas yang sesungguhnya masih dapat diulas dan dielaborasi lebih jauh dan lebih lengkap, namun dengan keterbatasan dan kemampuan yang ada, saya berusaha menyarikan ilmu kimia dan beberapa catatan penting lainnya dengan meyakini kemungkinan akan ada kesalahan adalah sebagai berikut: 1) Daun, biji, buah, kulit batang dan akar tumbuhan famili Meliaceae sebagaimana disebutkan di atas telah digunakan secara luas dalam obat tradisional, disamping pada akhirnya dapat dikembangkan prospeksnya sebagai biopestisida, 2) Dulu ekstrak kulit akar suatu tumbuhan Meliaceae (yaitu Entandrophrama angolense), semula digunakan sebagai obat tradisional Africa untuk demam berdarah (malarial fever), konon memperlihatkan bioaktivitas yang sangat kuat terhadap serangga Spodotera. Inilah momentum awal mulanya sebuah investigasi tumbuhan Meliaceae dilakukan berikutnya, yang akhirnya untuk pertama kalinya tumbuhan ini berhasil diisolasi senyawa-senyawa limonoid yang sangat menarik dan cantik, seperti metil angolensat bercincin B,D-seco (komponen utama) (Bevan et al., 1967) dan gedunin (Akisanya et al., 1960). Menariknya, penemuan gedunin di dalam tumbuhan ini memberikan informasi dan sejarah awal untuk pengembangan kimia limonoids lebih lanjut (Taylor et al., 1984). Masih pada tumbuhan yang sama, suatu protolimonoid yang diberi nama entandrolida telah diisolasi dari tumbuhan tersebut (Okorie et al., 1977), 8 3) Secara struktur kimia (baca ilmu kimia), limonoid telah dikelompokkan berdasarkan empat cincinnya (yang ditandai dengan A, B, C dan D dalam inti triterpene yang utuh), yang telah mengalami reaksi oksidatif dan juga diikuti oleh banyak reaksi penataan ulang struktur molekulnya. Protolimonoid nampaknya dipandang sebagai precursor biokimia (biochemical precursors) dari limonoids dan mempunyai rantai samping teroksidasi, baik dalam bentuk tersiklisasi atau pun belum. Senyawasenyawa bercincin D-seco (gedunin, III) umumnya ditemukan pada tumbuhan mahogani African bersama dengan senyawa-senyawa bercincin B,D-seco. Senyawasenyawa bercincin B,D-seco dapat dibedakan kedalam 4 (empat) subkelompok tergantung pada apakah bio-transformasi berikutnya telah terjadi. Subkelompok pertama mempunyai cincin B yang terputus dan cincin D yang terbuka akibat teroksidasi (andirobins, IVa). Subkelompok kedua berasal dari andirobin melalui proses kontraksi cincin C (trijugin, IVb), sementara subkelompok ketiga, suatu cincin baru telah dibentuk antara C-2 dan C-30 (mexicanolide, IVc). Subkelompok keempat, berasal dari senyawa hasil modifikasi lebih lanjut dari mexicanolida melalui jembatan cincin A (phragmalin, IVd). Secara lengkap tentang jenis-jenis limonoids dan jalur biogenesisnya dapat disimak dan dipelajari dengan cermat pada gambar 1 berikut (Mulholland et al., 2000 dalam Wu et al., 2). Kami sangat yakin, proses penemuan limonoids dan kajian strukturnya hingga mampu merumuskan pola-pola kimianya (chemical pattern) dan usulan biogenesisnya itu membutuhkan proses pemikiran dan kemampuan pengetahuan dan pemahaman yang rumit, panjang dan mendalam. Belum lagi berbicara peralatan dan bahan kimia pendukung untuk mengantarkan kesuksesan dalam proses penemuan senyawa limonoids yang mahal dan bertahun-tahun, dan 4) Senyawa jenis limonoid, contoh telah diyakini sebagai komponen aktif yang sangat penting dan menjadi ciri pembeda pada tumbuhan Meliaceae. Hal ini didukung, beberapa kajian yang telah menetapkan sejumlah besar bioaktivitas untuk senyawa limonoid ini, termasuk antifedan dan sifat pengatur pertumbuhan serangga (Roy, 2006). Oleh karenanya, Biswas et al. (2002) menyebutnya tumbuhan Meliaceae sebagai sumber bioinsektisidal (termasuk biopestisida). azadirachtin Prospek Tumbuhan Meliaceae Sebagai Bahan Biopestisida Tamu Undangan yang Saya Hormati Lebih dari 50% fauna yang menghuni permukaan bumi ini tidak lain adalah serangga. Selama ini kehadiran beberapa jenis serangga telah mendatangkan manfaat yang luar biasa bagi manusia, misalnya lebah madu, ulat sutera, dan serangga 9 penyerbuk. Namun, tidak sedikit serangga justru membawa petaka dan kerugian bagi kehidupan manusia, misalnya serangga perusak tanaman (Mirnawaty, dkk., 2012). Sebagaimana dilaporkan bahwa kerugian yang dialami sektor pertanian Indonesia, akibat serangan hama dan penyakit telah mencapai miliaran rupiah dan telah menurunkan produktivitas pertanian hingga sampai 20%. Oleh karena itu, sebagian besar petani Indonesia berupaya menggunakan pestisida kimia (sintetik) untuk mengatasi masalah tersebut. Kini, kebutuhan pestisida sintetik telah memperlihatkan pertumbuhan yang pesat tiap tahun. Rata-rata peningkatan total konsumsi pestisida sintetik per tahun tercatat mencapai 6,33%. Kenyataan di lapangan diperkirakan penggunaan pestisida sintetik dapat mencapai lebih dari 10–20%. Gambar 1. Jenis-jenis Limonoids yang diketahui (dikenal) dan Jalur Biogenesisnya (Mulholland et al., 2000 (dalam Wu et al., 2005). 10 Namun, penggunaan pestisida sintetik yang berlebihan tentu dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia. Tidak mungkin tidak dan hampir bisa dipastikan bahwa keseimbangan alam terganggu dan dapat mengakibatkan timbulnya hama yang resisten, ancaman bagi predator, parasit, ikan, burung, dan satwa lain. Salah satu dampak negatif pestisida sintetik terhadap lingkungan adalah munculnya residu pestisida sintetik di dalam tanah sehingga dapat meracuni organisme nontarget, terbawa sampai ke sumber-sumber air dan meracuni lingkungan sekitar. Residu pestisida sintetik pada tanaman dapat terbawa melalui mata rantai makanan, sehingga dapat meracuni konsumen, baik hewan maupun manusia. Dilaporkan bahwa keracunan akibat kontak langsung dengan pestisida sintetik dapat terjadi pada saat aplikasi. Dan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai tahun 2000 mencatat sedikitnya terjadi 3.000.000 (tiga juta) kasus keracunan pestisida sintetik setiap tahun dengan jumlah 220.000 korban jiwa (Nurhidayati, dkk., 2008). Hasil studi kasus pernah dilakukan di beberapa Negara Asia terhadap pekerja wanita yang bekerja di perkebunan dan berhubungan langsung dengan pestisida sintetik, contoh para pekerja di Malaysia (sangat mungkin bisa jadi saudara/i kita yang jadi TKI disana). Hampir setiap hari mereka mengaplikasikan pestisida sintetik dengan bahan aktif/bahan kimia berupa paraquat, methamidophos, dan monocrotophos di lahan perkebunan. Akibatnya, para pekerja tersebut mengalami gangguan kesehatan yang kronis dan akut, seperti gatal-gatal, sesak napas, sakit dada, nyeri otot, mata rabun, pusing, mual, dan sakit kanker. Racun klorin yang terdapat pada bahan aktif pestisida sintetik tersebut dapat menyebabkan penyakit kanker payudara. Zat kimia ini juga mampu terakumulasi lama di dalam tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan, sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak seimbang. Bahkan, Jepang melalui Department of Agricultural Legislation, Ministry of Agriculture, Foresty and Fisheries, telah melarang keras penggunaan pestisida sintetik dengan ketiga bahan aktif tersebut (Aini, et al. dalam Meidiantie, dkk., 2010). Sejumlah dampak negatif penggunaan pestisida sintetik seperti disebutkan di atas, mendorong disusunnya strategi dan metode lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetik dalam upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman. Harga pestisida sintetik cukup tinggi sehingga membebani biaya produksi pertanian. Dalam hitungan petani, biaya komponen pestisida sintetik dapat mencapai 25 – 40% dari total biaya produksi. Harga pestisida sintetik yang tinggi disebabkan bahan aktif pestisida sintetik sebagian besar masih diimpor dan umumnya menggunakan pelarut bahan bakar minyak. Nurhidayati dkk. (2008), lebih lanjut menyebutkan bahwa tingkat ketergantungan pertanian Indonesia terhadap pestisida kimia akan membawa dampak negatif pada upaya ekspansi komoditas pertanian ke pasar bebas, yang seringkali menghendaki produk lebih berkualitas dengan tingkat penggunaan pestisida yang rendah. Dengan demikian, secara perlahan-lahan dan berangsur-angsur harus segera diupayakan pengurangan penggunaan pestisida sintetik dan mulai beralih kepada jenis-jenis pestisida nabati (biopestisida) yang murah, mudah, dan aman bagi lingkungan. Hadirin yang berbahagia 11 Kekayaan alam hayati yang dimiliki Indonesia sangat berlimpah dan beraneka ragam, sehingga disebut sebagai negara mega-biodiversity. Pulau Sumatera saja misalnya, dengan luas daratan 476.000 km2 diketahui memiliki lebih dari 10.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi. Kekayaan alam ini tentu sangat berpotensi bagi kemaslahatan hidup manusia jika mampu dipelajari dan dimanfaatkan secara arif. Jika tidak, hal ini tentu mengancam entitas dan kelestarian plasma nutfah botani Indonesia, khususnya yang berpotensi besar sebagai penghasil pestisida nabati. Lebih jauh, jika terjadi penurunan kearifan tradisional oleh masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan dan masuknya teknologi pertanian non-organik (pestisida sintetik) sangat mungkin mengancam keberadaan jenis-jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati tersebut (Trihartono, dalam Asmaliyah dkk., 2010). Karena pemanfaatan tumbuhan sebagai biopestisida dalam pengelolaan hama dan penyakit dapat memberikan hasil yang optimal dan relatif aman bagi makhluk hidup dan lingkungan, maka dalam perkembangannya, telah dilakukan kebijakan dalam pengurangan peredaran beberapa jenis pestisida dengan bahan aktif yang dapat dianggap persisten, yang antara lain dituangkan melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 473/Kpts/Tp.270/6/1996 (Asmaliyah, dkk. 2010). Bapak dan Ibu yang berbahagia Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan dan merekayasa komponen kimia sebagai alat pertahanan diri secara alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak komponen kimia yang merupakan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah komponen kimia pada tumbuhan dapat melampui 400.000 jenis. Grainge et al., 1984 dalam Sastrosiswojo (2002), melaporkan ada 1800 jenis tumbuhan yang mengandung pestisida nabati yang dapat digunakan untuk pengendalian hama. Di Indonesia, diketahui sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati dan diperkirakan ada sekitar 2400 tanaman dari 235 famili (Kardinan, 1999). Menurut Morallo-Rijesus (1986) dalam Sastrosiswojo (2002), jenis tanaman dari famili Asteraceae, Fabaceae dan Euphorbiaceae, dilaporkan paling banyak mengandung bahan insektisida nabati (Asmaliyah, dkk., 2010), termasuk famili Meliaceae (Biswas et al., 2002). Dalam mendukung kebijakan tersebut di atas, penggunaan pestisida nabati dalam kegiatan perlindungan tanaman perlu selalu dipromosikan dan dimasyarakatkan. Salah satu upaya pemasyarakatan tersebut adalah dengan penyebarluasan informasi jenis-jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai pestisida nabati, yang dapat dimanfaatkan dalam pengendalian hama dan penyakit. Bahan yang dapat dimanfaatkan untuk biopestisida antara lain adalah pohon neem (Azadirachta indica) atau mindi. Pohon mindi termasuk tumbuhan Meliaceae yang mengandung senyawa limonoid, yaitu suatu senyawa tetranortriterpenoid azadirachtin, suatu bahan bioaktif pestisida yang ampuh melindungi tanaman terhadap serangga perusak (Nurhidayati dkk. (2008). Kegiatan terkait pengembangan formula pestisida nabati (biopestisida) telah kami lakukan sejak tahun 2007 hingga sekarang dan telah menghasilkan sejumlah biopestisida dengan penjelasan sebagai berikut. Diawali dari penyiapan biopestisida 12 yang diberi nama “ORGANEM” (diciptakan oleh teman sejawat peneliti dari Balittas, Karangploso, Malang, Bapak Drs. Dwi Adi Sunarto, M.P.), lalu diikuti pemgembangan formula EHPC 10 EC (ekstrak heksana tumbuhan pacar cina), EKPC 10 EC (ekstrak kloroform pacar cina), dan EMPC 40 EC (ekstrak metanol pacar cina) ini dibuat dengan cara menambahkan masing-masing ekstrak untuk masing-masing formula tersebut dengan ekstrak biji mimba dalam perbandingan 2:1 persen berat (v/v). Hal yang sama telah disiapkan untuk formulasi bioinsektisida dengan menggunakan bahan dasar tumbuhan Meliaceae lainnya, yaitu tumbunan pancal kidang (EKPK 5 EC, EKPK 7 EC, dan EKPK 10 EC) (Qodriyah dan Tukiran, 2012) dan tumbuhan nyiri batu (EKNB 6 EC) (Tukiran, 2010). Dari formula-formula biopestisida yang kami hasilkan ini sebagian telah diaplikasikan pada sejumlah UKM pelepah pisang dan eceng gondok dalam rangka peningkatan kualitas bahan dasar meubel yang berbahan rotan dengan kombinasi bahan dari pelepah pisang dan eceng gondok tersebut di daerah Beton dan Wringinanom, Gresik yang didukung ole Program Hi-Link-JICA, Dikti (TA 2006, 2007, dan 2008) (Agustini, dkk., 2008). Juga pernah kami terapkan di perkebunan tanaman sayur (sawi dan kentang) di daerah kecamatan Sukapura, NongkoJajar, kabupaten Probolinggo melalui kegiatan PKM dana DIPA Unesa (TA 2010) dan hasilnya cukup menggembirakan (Tukiran dkk., 2010). Pernah juga kami terapkan pada tanaman hias baik yang dijual di stand bunga maupun rumah tangga, dan lainlain. Bahkan, diseminasi formula biopestisida telah kami lakukan pula melalui matakuliah Sumber Daya di Prodi Pendidikan Sains, FMIPA Unesa dan belasan biopestisida telah dibuat mereka (mahasiwa) secara tradisional dengan mengoptimalkan penggunaan berbagai jenis tumbuhan Meliaceae sebagai bahan dasar beserta aplikasinya. Dengan demikian, menyimak dan mencermati seluruh uraian dan informasi di atas, dapat diyakini bahwa tumbuhan Meliaceae sangat potensial dan tentu memberikan prospek positip dan menjanjikan untuk diteliti dan dikembangkan sebagai biopestisida yang murah, aman, dan mudah disiapkan. Semoga, hal ini dapat mendegradasi ketergantungan stakeholder dan khususnya petani pada pengadaan dan pemakaian pestisida sintetik di masa mendatang. Para akademisi yang berbahagia Kini saatnya saya mengakhiri pidato pengukuhan ini, dengan memohon doa dan restu dari para hadirin, agar senantiasa Allah SWT selalu menguatkan dan memudahkan jalanNya kepada saya untuk dapat menjalankan amanah yang tidak ringan sebagai Guru Besar, sehingga dapat menunaikan kewajiban, tugas dan tanggung jawab saya seperti yang diharapkan demi kemajuan Unesa tercinta. Sebagai penutup, perkenankan saya mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Semua pihak yang turut memikirkan, menimbang, mendukung, mengantarkan, dan mengawal usulan saya hingga mencapai jenjang jabatan tertinggi dalam bidang akademik. 2. Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mencermati, mempertimbangkan, memutuskan, dan akhirnya menerbitkan Surat Keputusan Pengangkatan saya sebagai Guru Besar di bidang Kimia Organik Bahan Alam (Spesifikasi Non Herba) sejak 1 Mei 2014. 13 3. Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Bapak Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd., selaku Ketua Senat Unesa yang telah menyetujui dan mengusulkan jabatan Guru Besar saya serta kesediaannya dalam memimpin Sidang Senat Terbuka Unesa untuk Pengukuhan Guru Besar pada hari ini. 4. Bapak Prof. Dr. Muhari, selaku mantan Ketua Komisi Guru Besar, Unesa, ibu Prof. Dr. dr. Tjandrakirana, M.S., Sp.And. selaku Ketua Komisi Guru Besar, Unesa sekaligus mantan Dekan FMIPA, Unesa, bapak Prof. Dr. Suyono, M.Pd. selaku Dekan FMIPA dan seluruh Anggota Senat FMIPA, Unesa, bapak Drs. Achmad Lutfi, MPd., selaku mantan Ketua Jurusan Kimia, dan bapak Prof. Dr. Suyatno, M.Si. selaku Ketua Jurusan Kimia, FMIPA, Unesa serta semua dosen di Jurusan Kimia yang telah mendukung dan memberi semangat selama proses pengusulan Guru Besar saya. 5. Pemerintah Indonesia yang telah memberi kesempatan dan beasiswa kepada saya selama studi S-1, S-2, dan S-3. 6. UNESCO, yang memberikan kesempatan dan beasiswa kepada saya dalam mengikuti Sandwich Program, di Kyushu University, Fukuoka, Jepang. 7. DP2M, Dikti, LPM-LemLit, dan LPPM Unesa yang telah memberikan kesempatan dan hibah penelitian dan PpM kepada saya selama ini. Rentetan ucapan terimakasih yang tak terhingga juga saya sampaikan kepada almarhum bapak Prof. A. Tresna Sastrawijaya, M.Sc., selaku dosen pembimbing S-1, dan almarhumah Ibu Dra. Roosmaningsih Koesno, selaku DPA S-1, serta bapak/ibu dosen senior jurusan kimia lainnya yang secara tulus dan ikhlas telah mendidik, mengajarkan dan menanamkan motivasi yang tinggi dalam kehidupan saya hingga turut mengantarkan saya jadi dosen hingga meraih jabatan Guru Besar di jurusan kimia. Tidak lupa ucapan terimakasih saya kirimkan kepada seluruh teman sejawat dosen dan karyawan di Jurusan Kimia FMIPA UNESA, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada saya. Terimakasih selanjutnya disampaikan kepada bapak Prof. Dr. H. Sjamsul Arifin Achmad, B.Sc.(Hons.I), jurusan kimia, ITB Bandung, yang oleh dosen dan ilmuwan/peneliti Indonesia di bidang Kimia Organik Bahan Alam mereka menyebutkannya sebagai Bapak/Suhu “Kimia Organik Bahan Alam” Indonesia, beserta staf dosen dari kelompok penelitian Kimia Organik Bahan Alam ITB (Prof. Dr. Hj. Euis Holisotan Hakim, M.Si., Prof. Dr. Yana Maolana Syah, M.Si., Drs. Lukman Makmur, dan Dr. Lia Dewi Juliawaty, M.Si.) yang telah membimbing tesis dan disertasi saya hingga saya mampu mengenal, mengerti, menekuni, dan mencintai Ilmu Kimia Organik Bahan Alam. Dan, keberhasilan studi program doktor saya juga dibimbing, didukung dan difasilitasi oleh Prof. Kokki Sakai, Ph.D., Prof. R. Kondo, Ph.D., dan Associate Prof. Kuniyoshi Shimizu, Ph.D. Untuk mereka, kami sampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga. Khususnya, Prof. Shimizu ini hingga kini masih terus dapat membantu dalam pengukuran spektrokopi NMR (1 maupun 2D) serta diskusi dalam penentuan struktur kimia senyawa hasil isolasi, dimana pengukuran spektroskopi NMR ini kami tidak sama sekali dikenai “charge” alias GRATIS! Ucapan terimakasih yang sangat mendalam saya haturkan kepada bapak Prof. Dr. H. Taslim Ersam, M.S. dan Prof. Dr. H. R.Y. Perry Burhan, M.S. dari Jurusan Kimia FMIPA ITS, Prof. Dr. Suyono, M.Pd., Prof. Dr. Leny Yuanita, M.Kes. dan Prof. Dr. Hj. Rudiana Agustini, M.Pd. dari Jurusan Kimia FMIPA Unesa atas kesediaan dan perkenannya dalam meluangkan waktu untuk menilai dengan cermat semua berkas 14 usulan guru besar saya. Juga kepada Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd., Prof. Dr. Hj. Sri Poedjiastoeti, M.Si., Prof. Dr. H. Madlazim, M.Si., dan Prof. Dr. Suyatno, M.Si., dan teman-teman rumpun Kimia Organik, Jurusan Kimia yang terus memberi semangat dan motivasi serta kepada semua pihak dan panitia yang telah bekerja keras untuk sukses dan lancarnya penyelenggaraan acara ini, saya sampaikan banyak terimakasih pula. Ijinkan pula serangkaian ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada semua guru-guru saya di SDN Karangsono, SMPN 1 Karangmojo, Magetan, dan SMAN 3 Madiun (eks RSBI), serta semua dosen saya pada jenjang Sarjana di IKIP Surabaya (Unesa), Magister Kimia dan Doktor di Institut Teknologi Bandung, yang secara tulus ikhlas telah mendidik dan memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada saya. Terimakasih juga saya sampaikan kepada seluruh pimpinan dan staf LPM periode (2007-2012), dari bapak Prof. Dr. H. Supari Muslim, M.Pd., bapak Dr. Yusuf Fuad, M.Appl.Sc., bapak Dr. Andun Sudjatmoko, M.Kes., Ibu Dr. Dewie Tri Jayati, M.Si., dan seluruh staf/karyawan LPM Unesa periode itu. Dari beliau-beliaulah, saya belajar dan memperoleh banyak pengalaman kemasyarakatan yang turut mendewasakan pola dan jalan pikir serta keberanian saya untuk bersentuhan dan berkomunikasi dengan masyarakat. Demikian juga terimakasih saya sampaikan kepada pimpinan dan staf LPPM Unesa periode 2012-sekarang, mulai bapak Prof. Dr. Ir. I Wayan Susila, M.Pd., bapak Dr. Suroto, M.A. dan seluruh staf LPPM Unesa serta pimpinan fakultas, jurusan dan prodi dan teman sejawat dosen FE yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang masih memberikan kepercayaan pada saya dalam membantu peran dan tugas-tugas terkait dalam kegiatan Penelitian dan PPM. Terimakasih banyak kepada kedua orang tua saya Bapak Partodikromo Nyamun (Alm) dan Ibu Nyami tercinta yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu memberikan doa yang senantiasa menyertai setiap langkah anakmu. Mungkin, sama sekali tidak terpikirkan oleh bapak/ibu bahwa anakmu akan mencapai seperti sekarang ini. Juga kepada saudara-saudaraku semua, baik yang masih diberi kesempatan dan kesehatan maupun yang telah tiada, atas dukungan moral dan material yang telah diberikan kepada saya. Semoga semua amal dan budi baik bapak/ibu/saudara-saudaraku semua mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT. Amien. Kepada istriku, Woro Setyarsih, S.Pd., M.Si. serta anak-anakku Tsabita Ariba Firyaal Afaanin, Khosy Rafeda Rakha, Rafif Rafeda Ramma, dan Nurin Najwa Azra Qorriaina, saya sampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga atas semua pengertian, kesabaran, pengorbanan, dorongan, sumber inspirasi dan doa yang telah diberikan selama ini hingga saya mampu memperoleh jabatan tertinggi dalam bidang akademik. Mudah-mudahan mereka dapat mengambil momen ini untuk menginspirasinya dalam melangkah dan menatap masa depan yang lebih baik. Akhirnya, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua hadirin yang hadir ini atas kesabaran dan perhatiannya untuk mengikuti seluruh rangkaian acara ini, dan semoga dicatat oleh Allah SWT sebagai amal ibadah. Semoga Allah memberkati kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin. Dan, mohon dimaafkan atas segala kekurangan, salah dan khilaf saya selama menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar saya. Matur nuwun. Wabillahi taufiq wal hidayah war ridho wa inayah Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh 15 Referensi: Anonim, 2009. Xylocarpus moluccensis. http://images.google.co.id/imgres?imgurl (diakses pada tanggal 16 Pebruari 2009). Agustini Rudiana, Tukiran, Sari Edi Cahyaningrum, Purwohandoko, dan Agung P., 2008. Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Produk Serat Tanaman (Pelepah Pisang dan Enceng Gondok) Menggunakan Bioteknolgi Enzim dan Teknologi Tepat Guna (TTG) di Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Hi-Link, Dikti-JICA. Akisanya, A., Bevan, C. W. L., Hirst, J., Halsall, T. G., and Taylor, D. A. H. 1960. West African Timber. Part III: Petroleum Extracts from The Genus Entandrophragman, J. Chem. Soc. pp.3827–3829. Alam, M.A., M. Sarder, M. A. Awal, M. M. H. Sikder, and K. A. Daull, 2006. “Antibacterial Activity of The Crude Ethanolic Extract Of Xylocarpus Granatum Stem Barks)”, Bangl. J. Vet. Med., 4 (1), pp. 69–72. Alvi, Khisal A., Crews Phil., Aalbersberg Bill, and Prasad Regina, 1991. Limonoids from the fijian medicinal plant dabi (xylocarpus). Tetrahedron. 47(43), pp. 89438948. Asmaliyah, Etik Erna Wati H., Sri Utami, Kusdi Mulyadi, Yudhistira, dan Fitri Windra Sari, 2010. Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati dan Pemanfaatannya Secara Tradisional, Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan. Balasubramanian, T. and S. Ajmal Khan, 2004. Chemotaxonomic Markers In Mangroves. Seshaiyana, 12(2), http://www.casmbenvis.nic.in/ pdf/Seshaiyana12-2.pdf (diakses pada tanggal 16 Pebruari 2009). Bevan, C. W. L., Powell, J. W., Taylor, D. A. H., Halsall, T. G., Toft, P., and Welford, M., 1967. West African timbers. Part XIX. The structure of methyl angolensate, a ring-B-seco tetranor-tetracyclic triterpene of the meliacin family, Journal of the Chemical Society C: Organic Vol. 1967, pp. 163–170. Biswas K., Chattophadhyay I., Banerjee R.K., Bandyophadayay U., 2002. Biological Activities and Medicinal Properties of Neem (Azadirachta indica). Current Science. 82 (11). pp. 1336-1345. Chantrapromma, K., Boonnak, N., and Fun, H.K., 2006. Seco-Dukunolide F: A New Tetranortriterpenoid from Lansium domesticum Corr.”, Acta Crystallographica Section E-Structure Reports Online, 62, pp. O3725 – O3727. Castellanos, L., Correa, R.S.D., Martinez, E. dan Calderon, J.S., 2002, “Oleanane triterpenoids from Cedrela Montana (Meliaceae)”, Z. Naturforsch, 57c, pp. 575–578. Das, M.C. dan Mahato, S.B., 1983, “The highly cytotoxic meliacin type triterpene isolated from Aphanamixis grandifolia”, Phytochemistry, 3, pp. 67–70. Doris, Benchawattan, Rachadaporn dan Hongthong, 2005. “The Effect Crude Extract Chinese Rice Flower (Aglaia odorata Lour) on Growth Inhibition of Shyleaf (Aeschymomene americana L)”, Journal Science and Technology of Thailand. Greger, H., Pacher, T., Brem, B., Bacher, M., dan Hofer, O., 2001, “Insecticidal flavaglines and other compounds from Fijian Agalia species”, Phytochemistry, 57, pp. 57–64. 16 Hamdani, Bayu Eka, 2009. “Identifikasi dan Uji Bioaktivitas Insektisida Senyawa Fenolik Hasil Isolasi Ekstrak Kloroform Kulit Batang Tumbuhan Kedoya (Dysoxylum Gaudichaudianum (A.Juss). Miq.) (Meliaceae)”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Jurusan Kimia-FMIPA, Universitas Negeri Surabaya. Ikram, M.S., laily, B.D., Samsudin, M.W., Yusoff, N.I., Latiff, A., Ali, R.M., dan Hadi, A.H.A., 1998, “A phytochemical survey of Sayap-Kinabalu Park, Sabah”, ARBEC, pp. 1–8. Ishibashi, F., Satasook, C., Ismant, M.B., and Towers, G.H.N., 1993. “Insecticidal 1Hcyclopentatetrahydro[b]benzofurans fram Aglaia odorata”, Phytochemistry, 32 (2), pp. 307–310. Jacobson, M., 1995, “Insecticides, insect repellants, and attractants from arid/semiaridland plants”, pp. 138–146. Mordue, A. Jennifer (Luntz) and Alasdair J. Nisbet, 2000. Azadirachtin from the Neem Tree Azadirachta indica: Its Action Against Insects, An. Soc. Entomol. Bras. 29(4), pp. Mahyudi, Rosyid, 2009. “Identifikasi dan Uji Bioaktivitas Insektisida Senyawa Steroid Hasil Isolasi Ekstrak n-Heksana Kulit Batang Tumbuhan Kedoya (Dysoxylum Gaudichaudianum (A.Juss.) Miq.) (Meliaceae)”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Jurusan Kimia-FMIPA, Universitas Negeri Surabaya. Mayanti, Tri, W. Drajat Natawigena, Unang Supratman, dan Roekmiati Tjokronegoro, 2009. Triterpenoid yang Beraktivitas Antimakan dari Kulit Batang Kokosan (Lansium domesticum Corr cv. Kokossan (Meliaceae), Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Kimia Bahan Alam XVII (SimNasKBA-2009) di UNDIP, 27 – 28 Oktober 2009, Semarang. Meidiantie, Soenandar, Muanis Nur Aeni, dan Ari Raharjo, 2010, Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik, Jakarta Selatan: Penerbit: PT. AgroMedia Pustaka. Mirnawaty, Supriadi dan Budiman Jaya, 2012. Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Langsat (Lansium Domesticum) Sebagai Anti Nyamuk Elektrik Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti, J. Akad. Kim. 1(4), pp. 147-152. Mulholland DA, Parel B, Coombes PH. 2000. The Chemistry of the Meliaceae and Ptaeroxylaceae of Southern and Eastern Africa and Madagascar, Current Organic Chemistry, 4, pp. 1011–1054. Mulholland, D.A. and Taylor D.A.H., 1992, Limonoids from Australian Members of The Meliaceae, Phytochemistry, 31(12), p. 4163-4166. Nugroho, B.W, Edrada, R.A., Gussregen, B., Wray, V., Witte, L., dan Proksch, P., 1996a. “Insecticidal Rocaglamide Derivates from Aglaia duppereana”, Phytochemistry, pp. 1455 – 1461. Nugroho, B.W, Edrada, R.A., Gussregen, B., Wray, V., Witte, L., and Proksch, P., 1996b. “Insecticidal rocaglamide derivates from Aglaia elliptica and A. harmsiana”, Phytochemistry, pp. 1579 – 1584. Nurhidayati, Istirochah Pujiwati, Anis Solichah, Djuhari, dan Abd. Basit, 2008. Pertanian Organik: Suatu Kajian Sistem Pertanian Terpadu Dan Berkelanjutan, Program Studi Agroteknologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang. Okorie D.A. and Taylor D.A.H., 1977. Triterpenes From Seeds of Entandrophragma Species. Phytochemistry, 16, pp. 2029-2030. 17 Pizzolatti, M.G., Venson, A.F., Smania Junior, A., Smania, E. de F.A., dan Filho, R.B., 2002, “Two epimeric flavalignans from Trichilia catigua (Meliaceae) with antimicrobial activity”, Z. Naturforsch, 57c, pp. 483 – 488. Praptiwi dan Harapini, M., 2000. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Buah Mbosi (Dysoxylum gaudichandianum A.Juss.( Miq.)) dan Penapisan Senyawa Kimianya. (online). (http://jurnalhpt.fp.unila.ac.id/gdl). Diakses tanggal 15 Maret 2008. Qodriyah, Lailiyatul dan Tukiran, 2012. Pengembangan Formula Insektisida Nabati Dari Bahan Aktif Ekstrak Kloroform Kulit Batang Tumbuhan Pancal Kidang (Aglaia odoratissima Blume), Unesa Journal of Chemistry, 1(1), pp. 52-28. Rahayu, Sri Hartin, dan Novik Nurhidayat, 2009. “Ekstrak Metanol Kulit Buah Duku (Lansium domesticum Corr.) terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aurens”, Abstrak, Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXXVII, 11 – 12 Nopember 2009, UNIB. Rosyidi, Muhammad Azhar, 2009. “Daya Antimikroba Ekstrak Kulit Buah Duku (Lansium domesticum) Terhadap Pertumbuhan Escherichia Coli dan Staphylococcus aureus in vitro”, diakses pada tanggal 10 Oktober 2009. Roy, Amit and Saraf, Shailendra. 2006. Limonoids: Overview of Significant Bioactive Triterpenes Distributed in Plants Kingdom, Biol. Pharm. Bull., 29(2), pp. 191—201. Saewan, Sutherland, J.D. and Chantrapromma, K., 2006. Antimalarial Tetranotriterpenoids From The Seeds of Lansium domesticum Corr. Phytochemistry. 67(20), pp. 2288 – 2293. Sastrosiswojo, S., 2002. Kajian Sosial Ekonomi dan Budaya Penggunaan Biopestisida di Indonesia, Lokakarya Keanekaragaman Hayati untuk Perlindungan Tanaman. Penyelenggara Kerjasama UGM, BPPT, Deptan, dan Dephut. Yogyakarta, 7 Agustus 2002. Septiyarini, Dwi, 2009. “Identifikasi Dan Uji Bioinsektisida Ekstrak Dan Senyawa Terpenoid Hasil Isolasi dari Ekstrak n-Heksana Kulit Batang Tumbuhan Langsat (Lansium domesticum Corr) (Meliaceae)’, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Jurusan Kimia-FMIPA, Universitas Negeri Surabaya. Shiengthong, D., Ungphakorn, A., Lewis, D.E., and Massy-Westropp, R.A., 1979. “Constituents of thai medicinal plants – IV, New Nitrogenous CompoundsOdorine And Odorinol”, Tetrahedron Letters, 20(24), pp. 2247-2250. Tanaka, Tadamitsu and Masami, Ishibashi, 2002. New Onoceranoid Triterpene Contituens from Lansium domesticum Corr. Journal of Natural Product, 65 (11), pp. 1709-1711. Taufiqurrochman, M., 2010. ”Isolasi, Identifikasi, Dan Uji Bioaktivitas Insektisida Isolat dari Ekstrak N-Heksana Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu (Xylocarpus Moluccensis (Lamk) M. Roem) (Meliaceae)”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya. Taufiqurrochman, M. dan Tukiran, 2010, “Uji Bioaktivitas Insektisida Senyawa Hasil Isolasi Dari Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu (Xylocarpus Moluccensis (Lamk) M. Roem) (Meliaceae)”, Presentasi Oral, Seminar Nasional Sains 2010 di Prodi Pendidikan Sains Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya, 16 Januari 2010. Taylor, David A. H. 1983. Limonoid Extractives From Xylocarpus moluccensis. Phytochemistry. 22(5), pp. 1297-1299. 18 Taylor, David A. H., 1984. Progress in the Chemistry of Organic Natural Products. 45, pp. 1-93. Tukiran, Prima Ardhiana, Suyatno, and Shimizu Kuniyoshi, 2007. Dua Senyawa Sterol dari Ekstrak Kloroform Kulit Batang Tumbuhan Pacar Cina (Aglaia odorata Lour) (Meliaceae), Prosiding pada Seminar Nasional Kimia, UNY, Yogyakarta, 17 Nopember 2007. Tukiran, Suyatno, and Shimizu Kuniyoshi, 2007. Suatu Senyawa Alkohol Rantai Panjang dan Dua Senyawa Sterol dari Ekstrak Heksana Kulit Batang Tumbuhan Pacar Cina (Aglaia odorata Lour) (Meliaceae), Prosiding pada Seminar Nasional Kimia, Unesa Surabaya, 5 Desember 2007. Tukiran, 2009. “Keragaman Molekul, Pola Kimia, Dan Hubungan Biogenesis Senyawa-Senyawa Dari Tumbuhan Aglaia Dan Dysoxylum (Meliaceae)”, Oral Presentation, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kimia, di Jurusan Kimia, Universitas Negeri Surabaya, 14 Februari 2009. Tukiran, Bayu Eka Hamdani, Rosyid Mahyudi, Sri Hidayati, dan Nurul Hidayati, 2009. “Beberapa Senyawa Hasil Isolasi dari Kulit Batang Tumbuhan Kedoya (Dysoxylum gaudichaudianum (A. Juss.) Miq.) (Meliaceae)”, Jurnal Ilmu Dasar, FMIPA, Universitas Jember (Terakreditasi), 10(2), pp. 236 – 244. Tukiran, 2010. Keragaman Molekul, Pola Kimia, Dan Hubungan Biogenesis SenyawaSenyawa Dari Tumbuhan Pacar Cina (Aglaia odorata Lour) (Meliaceae), Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sains 2010, Program Pendidikan Sains, di Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya, 16 Januari 2010. Tukiran, 2010. Tiga Senyawa Seskuiterpen dari Tumbuhan Langsat (Lansium domesticum Coor) Meliaceae”, Presentasi Oral”, Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, 20 Februari 2010. Tukiran, Nurul Hidayati, Suyatno, Woro Setyarsih, Dwi Adi Sunarto, dan Sujak, 2010, Pemanfaatan Ekstrak Biji Mimba (Azadirachta Indica A. Jussie) Untuk Mencegah Dan Mengatasi Hama Lalat Pengorok Daun Dan Penyakit Layu Bakteri Pada Tanaman Kentang Di Desa Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Laporan PKM tidak dipublikasikan, LPM, Universitas Negeri Surabaya. Tukiran, Septiani Setyo Cahyasari, and Kuniyoshi Shimizu, 2012. An Ester of 4Methoxycynnamic Acid Isolated From Xylocarpus moluccencis (Lamk) M. Roem (MELIACEAE), Indo. J. Chem., 12(2), pp. 184 – 188. Tukiran, Nurul Hidayati, and Dwi Adi Sunarto, 2013, Fitokimia Tumbuhan Nyiri Batu (Xylocarpus Moluccensis): Suatu Studi Awal, Prosiding Seminar Nasional Kimia 2013, Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, UNY, Yogyakarta, 16 Nopember 2013, pp. 139-145. Tukiran, Nurul Hidayati, Nurul Aini, and Yunita Dwi Setyorahayu, 2014. Phenolic Compounds From Chloroform Extract of Xylocarpus Moluccensis Stem Bark (Meliaceae), Proceeding of International Conference on Research, Implementation And Education of Mathematics and Sciences 2014 (ICRIEMS2014), Yogyakarta State University, 18-20 May 2014, pp. C. 251 – 258. Wahyuni, Laili Nur, 2009, ”Isolasi, Identifikasi, Dan Uji Bioaktivitas Insektisida Fraksi dari Ekstrak Kloroform Kulit Batang Tumbuhan Langsat (Lansium Domesticum Corr) (Meliaceae)”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Jurusan Kimia-FMIPA, Universitas Negeri Surabaya. 19 Weber, S., J. Puripattanavong, V. Brecht, and A. W. Frahm., 2000. Phytochemical Investigation of Aglaia rubiginosa, American Chemical Society and American Society of Pharmacognosy, pp. 1-7. Widyastuti, S.M., Sumardi, dan D. Puspitasari, 1998. “Uji Kemampuan Penghambatan Ekstrak Biji Nyiri Batu (Xylocarpus Granatum) Terhadap Jamur Benih Tanaman Hutan, Buletin Kehutanan No. 37/1998. Pp. 2–9. Wu, Jun, Qiang Xiao., Si Zhang., Xiang Li., Zhihui Xiao., Haixin Ding and Qingxin Li, 2005. Xyloccensins Q–V, six new 8,9,30-phragmalin ortho ester antifeedants from the Chinese mangrove Xylocarpus granatum. Tetrahedron. 61(35), pp. 8382-8389. 20