TUGAS TAKE HOME KEPERAWATAN KRITIS II NAMA : ELAH HAYATI NIM : 1219139 SOAL TAKE HOME KEPERAWATAN KRITIS 2 1. Jelaskan tentang trias anestesi Jawab : Dalam Anestesiologi dikenal Trias Anestesi “The Triad of Anesthesia” yaitu sedasi (kehilangan kesadaran), Analgesia (mengurangi rasa sakit), dan Relaksasi otot (Kurnia dkk., 2010). Secara umum anestesi berarti kehilangan perasaan atau sensasi. 2. Jelaskan klasifikasi status fisik menurut ASA disertai gambar Jawab : Penilaian Status Fisik Menurut ASA Skala yang paling luas adalah digunakan untuk memperkirakan resiko yaitu klasifikasi status fisik menurut ASA. Tujuannya adalah suatu sistem untuk menilai kesehatan pasien sebelum operasi. Pada tahun 1963 American Society of Anesthesiologists (ASA) mengadopsi sistem klasifikasi status lima kategori fisik; sebuah kategori keenam kemudian ditambahkan. Kelas Status Fisik Seorang pasien yang normal dan sehat, selain penyakit yang akan ASA I dioperasi. ASA II Seorang pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang. Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang belum ASA III mengancam jiwa. Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam ASA IV jiwa. Penderita sekarat yang mungkin tidak bertahan dalam waktu 24 jam ASA V dengan atau tanpa pembedahan, kategori ini meliputi penderita yang sebelumnya sehat, disertai dengan perdarahan yang tidak terkontrol, begitu juga penderita usia lanjut dengan penyakit terminal. 3. Jelaskan tentang 3 jenis kriteria pasien pulih sadar dari anestesi, cantumkan/lampirkan form penilaiannya Jawab : KRITERIA PULIH SADAR DARI ANESTHESI SEBELUM PASIEN PINDAH DARI RUANG PEMULIHAN KE RUANGAN 4. Jelaskan cara pengukuran JVP sisertai gambar Jawab : Pengukuran. JVP diukur pada seseorang dengan posisi setengah duduk 45° dalam keadaan rileks. Pengukuran dilakukan berdasarkan tingkat pengisian vena jugularis dari titik nol atau dari sudut sternum. Pada orang sehat, JVP maksimum 3-4 cm di atas sudut sternum. Cara Mengukur Jugularis Vein Pressure (JVP) : Alat dan Bahan : • 2 buah mistar • Spidol/bolpoin • Penlight/senter Prosedur Pemeriksaan : 1. Persiapkan alat untuk pengukuran JVP 2. Lakukan cuci tangan. 3. Jaga privacy pasien. 4. Pemeriksa hendaknya berdiri di samping kanan bed pasien. 5. Jelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan, kemudian minta persetujuan pasien untuk dilaksanakan tindakan pemeriksaan. 6. Posisikan pasien senyaman mungkin. 7. Atur posisi tempat tidur/bed pasien pada posisi semifowler (antara 30-45 derajat). 8. Anjurkan pasien untuk menengok ke kiri. 9. Identifikasi vena jugularis. 10. Tentukan undulasi pada vena jugularis (titik teratas pada pulsasi vena jugularis). Caranya adalah bendung vena dengan cara mengurut vena kebawah lalu dilepas. 11. Tentukan titik angel of Louis pada sternum. Titik tersebut letaknya dekat dengan angulus Ludovici. 12. Dengan mistar pertama proyeksikan titik tertinggi pulsasi vena secara horizontal ke dada sampai titik manubrium sterni. 13. Kemudian mistar kedua letakkan vertikal dari angel of Louis pada sternum. 14. Lihatlah hasil pengukuran dengan melihat hasil angka pada mistar vertikal (pertemuan antara mistar horizontal dan vertical). Hasil pembacaan ditambahkan dengan angka 5 cm, karena diasumsikan jarak antara angel of Louis dengan atrium kanan adalah sekitar 5 cm. 15. Nilai normal dari pengukuran JVP adalah kurang dari 8 cmH2O. 16. Setelah selesai, dokumentasikan hasil, kemudian bereskan alat dan setelah itu lakukan cuci tangan. 17. Lakukan terminasi ke pasien. 5. Jelaskan cara Pengukuran CVP dan arteri line: disertai gambar a. Menentukan titik phlebostatic axis Pelaksanaan o Perawat mencuci tangan o Memakai sarung tangan disposable o Dekatkan alat yang digunakan o Posisi pasien supine (telentang) dengan kepala tempat tidur rata / ditinggikan 30˚ o Tandai lokasi sudut phlebostatic (axis mid – axillaris dengan ICS 4 ------ titik 0) untuk membaca hasil pengukuran. Lokasi ini sejajar dengan atrium kanan. Pengukuran harus dilakukan pada posisi yang sama, kalau perlu tandai permukaan kulit o Stopcock OFF ke manometer. Isi selang dengan cairan infus o Sambungkan selang manometer ke jalur vena sentral lalu dialirkan untuk cek kepatenan o Letakkan manometer air sejajar titik 0, yaitu ICS 4 linea midaxilaris o Stopcock OFF ke arah pasien. Isi manometer dengan cairan infus sampai dengan 25 cm. Hati – hati jangan sampai berlebihan karena akan mengkontaminasi manometer. o Stopcock OFF ke infus sehingga cairan akan turun fluktuasi sesuai dengan pernapasan o Ukur CVP saat cairan berhenti (stabil). Perhatikan cara melihat ukuran sejajar mata saat akhir ekspirasi. o Stopcock OFF ke manometer untuk mencegah aliran cairan manometer ke pasien. Alirkan infus kembali ke jalur vena sentral o Catat hasil dan posisi pasien b. Leveling F. Faktor‐faktor yang mempengaruhi pengukuran tekanan vena sentral : · Volume darah vena sentral o Venous return/cardiac output o Volume darah total o Tonus vaskuler regional · Pemenuhan kompartemen sentral o Tonus vaskuler o Pemenuhan ventrikel kanan · Penyakit myokard · Penyakit perikard · Tamponade · Penyakit katup tricuspid o Stenosis o Regurgitasi · Ritme jantung o Ritme junctional o Fibrilasi atrium o Disosiasi atrioventrikular · Level transducer o Posisi pasien · Tekanan intrathorakal o Respirasi o Intermittent positive‐presure ventilation o Positive end‐expiratory pressure o Tension pneumothorax c. Zero abalance Setelah Pemasangan · Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara: 1) melakukan Zero Balance: menentukan titik nol/letak atrium, yaitu pertemuan antara garis ICS IV dengan midaksila, 2) Zero balance: dilakukan pd setiap pergantian dinas , atau gelombang tidak sesuai dg kondisi klien 3) melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi monitor/transduser, setiap shift. · Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis klien. · Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik. · Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan. · Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi (spt. Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom, infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal). · Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien. · Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan pemeriksaan foto toraks (CVP, Swan gans). d. Menentukan hasil Peningkatan CVP menunjukkan peningkatan cardiac output, infark / gagal vntrikel kanan, meningkatnya volume vaskular, perikarditis, konstriktif dan hipertensi pulmonal. Hasil pengukuran CVP, menunjukkan peningkatan false (salah) jika pada kondisi COPD, tension pneumothoraks, ventilasi tekanan positif. 6. Jelaskan pengukuran PCWP disertai gambar PCWP (Pulmonary Capillary Wedge Pressure) Polonen 2000, menggunakan standar pemberian cairan dengan nilai PCWP 12-18 mmHg sehingga CI (Cardiac Index) menjadi lebih dari 2,5 L/menit/m2.8 PCWP mengukur tekanan pengisian ventrikel kiri. Pemasangan secara invasif dengan PAC (Pulmonary Artery Catheter). Bagaimana cara diukur? PCWP diukur dengan memasukkan kateter multi-lumen berujung balon ( Swan-Ganz kateter) ke dalam vena perifer (mis., vena jugularis atau femoralis), kemudian memajukan kateter ke atrium kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonalis, dan kemudian ke cabang arteri pulmonalis. Kateter memiliki lumen (port) yang terbuka di ujung kateter distal ke balon. Port ini terhubung ke transduser tekanan. Seperti diilustrasikan di bawah ini, lokasi kateter dapat ditentukan dengan melihat tekanan yang diukur dari ujung kateter. Di atrium kanan, tekanan biasanya ratarata <5 mmHg dan berfluktuasi beberapa mmHg. Ketika kateter naik ke ventrikel kanan, tekanan sistolik meningkat menjadi ~ 25 mmHg dan tekanan diastolik tetap sama dengan tekanan diastolik atrium kanan. Ketika kateter memasuki arteri pulmonalis,tekanan sistolik biasanya serupa dengan tekanan sistolik ventrikel kanan, tetapi tekanan diastolik meningkat sekitar 10 mmHg karena penutupan katup pulmonik pada awal diastol. Tepat di belakang ujung kateter adalah balon kecil yang dapat dipompa dengan udara (~ 1 cc). Ketika diposisikan dengan benar di cabang arteri pulmonalis, port distal mengukur tekanan arteri pulmonalis (~ 25/10 mmHg; tekanan sistolik / diastolik). Balon kemudian dipompa, yang menyumbat cabang arteri pulmonalis. Ketika ini terjadi, tekanan di port distal turun dengan cepat, dan setelah beberapa detik, mencapai nilai yang stabil lebih rendah yang sangat mirip dengan tekanan atrium kiri (tekanan rata-rata biasanya 8-10 mmHg). Tekanan berfluktuasi selama siklus jantung dan biasanya terlihattetapi tekanan diastolik meningkat menjadi sekitar 10 mmHg karena penutupan katup pulmonal di awal diastole. Tepat di belakang ujung kateter adalah balon kecil yang dapat dipompa dengan udara (~ 1 cc). Ketika diposisikan dengan benar di cabang arteri pulmonalis, port distal mengukur tekanan arteri pulmonalis (~ 25/10 mmHg; tekanan sistolik / diastolik). Balon kemudian dipompa, yang menyumbat cabang arteri pulmonalis. Ketika ini terjadi, tekanan di port distal turun dengan cepat, dan setelah beberapa detik, mencapai nilai yang stabil lebih rendah yang sangat mirip dengan tekanan atrium kiri (tekanan rata-rata biasanya 8-10 mmHg). Tekanan berfluktuasi selama siklus jantung dan biasanya terlihattetapi tekanan diastolik meningkat menjadi sekitar 10 mmHg karena penutupan katup pulmonal di awal diastole. Tepat di belakang ujung kateter adalah balon kecil yang dapat dipompa dengan udara (~ 1 cc). Ketika diposisikan dengan benar di cabang arteri pulmonalis, port distal mengukur tekanan arteri pulmonalis (~ 25/10 mmHg; tekanan sistolik / diastolik). Balon kemudian dipompa, yang menyumbat cabang arteri pulmonalis. Ketika ini terjadi, tekanan di port distal turun dengan cepat, dan setelah beberapa detik, mencapai nilai yang stabil lebih rendah yang sangat mirip dengan tekanan atrium kiri (tekanan rata-rata biasanya 8-10 mmHg). Tekanan berfluktuasi selama siklus jantung dan biasanya terlihatTepat di belakang ujung kateter adalah balon kecil yang dapat dipompa dengan udara (~ 1 cc). Ketika diposisikan dengan benar di cabang arteri pulmonalis, port distal mengukur tekanan arteri pulmonalis (~ 25/10 mmHg; tekanan sistolik / diastolik). Balon kemudian dipompa, yang menyumbat cabang arteri pulmonalis. Ketika ini terjadi, tekanan di port distal turun dengan cepat, dan setelah beberapa detik, mencapai nilai yang stabil lebih rendah yang sangat mirip dengan tekanan atrium kiri (tekanan rata-rata biasanya 8-10 mmHg). Tekanan berfluktuasi selama siklus jantung dan biasanya terlihatTepat di belakang ujung kateter adalah balon kecil yang dapat dipompa dengan udara (~ 1 cc). Ketika diposisikan dengan benar di cabang arteri pulmonalis, port distal mengukur tekanan arteri pulmonalis (~ 25/10 mmHg; tekanan sistolik / diastolik). Balon kemudian dipompa, yang menyumbat cabang arteri pulmonalis. Ketika ini terjadi, tekanan di port distal turun dengan cepat, dan setelah beberapa detik, mencapai nilai yang stabil lebih rendah yang sangat mirip dengan tekanan atrium kiri (tekanan rata-rata biasanya 8-10 mmHg). Tekanan berfluktuasi selama siklus jantung dan biasanya terlihatyang menyumbat cabang arteri pulmonalis. Ketika ini terjadi, tekanan di port distal turun dengan cepat, dan setelah beberapa detik, mencapai nilai yang stabil lebih rendah yang sangat mirip dengan tekanan atrium kiri (tekanan rata-rata biasanya 8-10 mmHg). Tekanan berfluktuasi selama siklus jantung dan biasanya terlihatyang menyumbat cabang arteri pulmonalis. Ketika ini terjadi, tekanan di port distal turun dengan cepat, dan setelah beberapa detik, mencapai nilai yang stabil lebih rendah yang sangat mirip dengan tekanan atrium kiri (tekanan rata-rata biasanya 8-10 mmHg). Tekanan berfluktuasi selama siklus jantung dan biasanya terlihatgelombang a, c dan v mirip dengan penelusuran tekanan atrium kanan. Balon kemudian dikempiskan. Kateter yang sama dapat digunakan untuk mengukur curah jantung dengan teknik termodilusi