1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era persaingan bisnis saat ini, investor melakukan kegiatan jual-beli di pasar modal dalam menambah kekayaannya. Hal ini di karenakan adanya pengembalian (return) yang cukup menjanjikan bagi investor apabila dapat melihat peluang di pasar modal tersebut. Pasar modal sendiri adalah tempat dimana investor melakukan perdangangan dalam bentuk saham, dan return yang di dapatkan berasal dari selisih antara harga jual dan harga beli saham yang harganya dapat berubah-ubah (fluktiative) dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan penerbit saham pada pasar modal. Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak dikenal oleh masyarakat. Saham berupa surat bukti kepemilikan atas aset-aset yang menerbitkan saham tersebut. Perusahaan yang telah menerbitkan saham nya pada pasar modal dapat di katakan sebagai perusahaan yang Go Publik. Pasar modal yang ada di Indonesia, yaitu BEI (Bursa Efek Indonesia) bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan. Laporan Keuangan menjadi salah satu sumber informasi akuntansi yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi” 2 Laporan keuangan tersebut merupakan kumpulan data keuangan historis perusahaan yang dapat diolah untuk memprediksi kinerja dan kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini tercantum dalam PSAK No.1 pada paragraf 28 yang menyatakan bahwa “informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pengguna, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo”. Analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan sangat penting untuk dilakukan oleh para investor mengingat risiko dan jumlah dana yang akan diinvestasikan cukup signifikan bagi investor tersebut. Analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan menjadi suatu kewajiban bagi para investor sebelum mereka mengambil keputusan dalam berinvestasi, apakah saham akan dibeli, dijual atau tetap dipertahankan. Analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan informasi dari data keuangan yang ada dalam laporan keuangan. Minimnya informasi akuntansi bagi calon investor, tentu akan menghasilkan keputusan yang tidak tepat. Karena kemungkinan calon investor belum memahami pengaruh informasi akuntansi khususnya rasio-rasio keuangan dengan return yang diharapkan. Sehingga seorang investor harus mempertimbangkan lebih jauh dan memahami laporan keuangan terhadap kondisi perusahaan di masa datang. 3 Kinerja keuangan yang baik memiliki dampak pengaruh terhadap pertimbangan utama bagi investor. Apabila semakin baik peningkatan kinerja keuangan suatu perusahaan maka diharapkan harga saham juga akan mengalami peningkatan dan memberikan keuntungan (return) kepada investor. Return saham adalah suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan atas investasi yang dilakukan dalam saham atau beberapa kelompok saham melalui suatu portofolio. Kinerja keuangan yang baik dari sebuah perusahaan merupakan pertimbangan utama bagi investor. Semakin baik tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan maka diharapkan harga saham meningkat dan akan memberikan keuntungan (return) saham bagi investor, karena return saham merupakan selisih antara harga saham sekarang dan harga saham sebelumnya. Return saham yang tinggi merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan dananya di pasar modal. Dengan demikian kalau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat maka harga saham juga meningkat. Husnan (2005) semakin tinggi return atau keuntungan yang diperoleh, maka semakin baik posisi pemilik perusahaan. Return saham merupakan suatu faktor yang mempengaruhi minat investor untuk melakukan suatu investasi dalam suatu perusahaan, dengan tingginya tingkat pengembalian yang diberikan oleh perusahaan kepada investor, maka menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja perusahaan yang baik, sehingga investor yakin bahwa perusahaan tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap saham yang telah ditanamkan investor pada pasar modal. Keadaan tersebut menuntut kebutuhan dana yang cukup bagi perusahaan-perusahaan untuk bertahan dan 4 bersaing. Salah satu cara yang diambil perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana guna mengembangkan agar tetap dapat bersaing adalah penjualan saham perusahaan kepada masyarakat melalui pasar modal. Dengan semakin banyaknya investor yang menanamkan saham di pasar modal maka akan meningkatkan nilai perusahaan, karena dengan banyaknya investor yang percaya pada perusahaan tersebut, berarti perusahaan dapat menggunakan aset yang dimiliki secara efisien, sehingga harga saham perusahaan tersebut akan meningkat serta return saham perusahaan pun meningkat. Tabel 1. Perkembangan Indeks Saham Periode 2012-2014 No. 1. 2. 3. 4. 5. Nama Perusahaan Manufaktur Perkembangan Return Saham Periode 2012-2014 2012 2013 PT. Akasha Wira International Tbk 90% -14% PT. Delta Djakarta Tbk 129% 49% PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 27% 13% PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk 47% 3% PT. Mayora Indah Tbk 40% 30% Rata-rata per tahun 67% 16% Sumber : Hasil olah data ( www.sahamok.com ) 2014 -31% 3% 2% -23% -20% -14% Rata-rata 15% 60% 14% 9% 17% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa indeks harga saham pada perusahaan manufaktur mengalami penurunan yang disebabkan oleh berbagai aspek ekonomi. Faktor-faktor atas aspek yang mempengaruhi return berasal dari faktor internal dan eksternal perusahaan. Dalam faktor internal perusahaan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan, misal kinerja keuangan suatu perusahaan yang tercakup dalam laporan keuangan tahunan perusahaan (annual 5 report) dan manajemen perusahaan apakah bekerja secara optimal guna meningkatkan pendapatan perusahaan, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan seperti kondisi makro ekonomi, berita tentang perusahaan, kondisi politik suatu negara dan kondisi keberlanjutan usaha perusahaan. Aspek tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi investor yang ingin memasukkan modalnya dalam perusahaan yang akan di investasikan untuk memperoleh return. IG.K.A. Ulupui (2009) menyatakan rasio keuangan dapat mempengaruhi return saham, yang meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Dengan hasil bahwa hanya rasio aktivitas yang mempunyai pengaruh negatif dan rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek dengan dana lancar yang tersedia. Misalnya membayar gaji, membayar biaya operasional, membayar hutang jangka pendek, dan sebagainya yang membutuhkan pembayaran segera (Wiagustini, 2010: 76). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba berdasarkan aktivanya maupun modal sendiri atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini, 2010: 75). Perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas tinggi menunjukkan semakin efisien perusahaan tersebut memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas rendah menunjukkan perusahaan tersebut tidak mampu mengelola aktivanya untuk menghasilkan laba 6 bersih setelah pajak (Wiagustini, 2010: 76). Pada perusahaan perbankan, proksi yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas bank adalah Net Profit Margin (NPM). Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokoknya (Kasmir, 2008: 280). Yuliza (2006) dalam Sri (2012), yang meneliti tentang Analisis Pengaruh Faktor-faktor fundamental terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya yaitu Deviden Per Share (DPS), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan Price to Book Value (PBV), Dividend Payout Ratio (DPR), Net Profit Margin (NPM) dan Debt To Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Nurjanti dan Hamidah (2011) dalam penelitiannya rasio keuangan dan pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index, mengemukakan bahwa NPM (Net Profit Margin), ROE (Return On Equity) dan EPS (Earning Per Sharei) berpengaruh positif terhadap harga saham, sedangkan QR (Quick Ratio) dan DER (Debt to Equity Ratio) berpengaruh negatif terhadap harga saham. Berdasarkan penelitian sebelumnya, rasio yang digunakan hanya memuat beberapa rasio yang menjadikan terbatasnya variabel dalam penelitian sebelumnya. Pengambilan sampling dalam jumlah kecil serta periode pengamatan yang relatif pendek juga menjadi keterbatasan penelitian sebelumnya. 7 Dari gambaran yang terpapar di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah perusahaan melalui kinerja keuangan mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham dengan judul “PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP TINGKAT RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2015-2017”. B. Masalah Pokok Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah Quick Ratio (QR) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI? 2. Apakah Debt Ratio (DR) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI? 3. Apakah Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI? 4. Apakah Inventory Turnover (ITO) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI? 5. Apakah price earning ratio (PER) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh quick ratio (QR), debt ratio (DR), Net Profit Margin (NPM), inventory turnover (ITO), dan price earning 8 ratio (PER) secara parsial terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi civitas akademika penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi untuk penelitian selanjutnya dan menjadi perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan QR, DR, NPM, ITO, dan PER terhadap return saham. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap tingkat return saham suatu perusahaan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis, yaitu sebagai gambaran tentang kemampuan rasio keuangan dalam memengaruhi return saham di perusahaan manufaktur. b. Bagi investor, dengan adanya penelitian ini diharapkan membantu para investor dalam memprediksi return saham agar dapat memperoleh hasil yang maksimal. c. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan masukan dalam membuat kebijakan yang bersifat fundamental, sehingga dapat menarik perhatian para investor. 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan Muflikhun (2010) menyatakan bahwa kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan tentu perlu menggunakan alat analisis keuangan yakni berupa rasio keuangan dalam hal untuk menentukan prestasi suatu ukuran kinerja perusahaan dalam menghasilkan perubahan kondisi keuangan dari perkembangan baik masa lampau maupun masa sekarang. IG.K.A. Ulupui (2009) menyatakan rasio keuangan dapat mempengaruhi return saham, yang meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Dengan hasil bahwa hanya rasio aktivitas yang mempunyai pengaruh negatif dan rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham. Jullimursyida Ganto (2008) menyatakan bahwa apabila kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat, atau dengan kata lain, profitabilitas mempengaruhi harga saham. Helfret (1999) dalam Muflikhun (2010) makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktik bisnis pada kenyataannya bersifat subyektif, bergantung pada untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut dipublikasikan. 10 Kinerja keuangan yang baik memiliki dampak pengaruh terhadap pertimbangan utama bagi investor. Apabila semakin baik peningkatan kinerja keuangan suatu perusahaan maka diharapkan harga saham juga akan mengalami peningkatan dan memberikan keuntungan (return) kepada investor. Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan maka seorang investor harus mengetahui lima faktor rasio keuangan (Mamduh, 2008), yaitu: a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang jangka pendeknya). Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid sedang bila tidak disebut ilikuid. Rasio likuiditas yang umum dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan. Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Quick ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu: kas, suratsurat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek (Martono, 2003:56). Jadi rumusnya: 11 Aktiva Lancar – Persediaan Quick Ratio = x 100% Hutang Lancar Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current ratio, dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti terjadi investasi yang besar pada persediaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002:302). b. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang mempunyai aktiva/kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut insolvable. Perusahaan yang solvabel belum tentu ilikuid, demikian juga sebaliknya yang insolvable belum tentu ilikuid. Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur persentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan 12 dananya menjadi semakin baik (Sutrisno, 2001:249). Untuk mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus: Total Hutang Debt Ratio = x 100 % Total Aktiva Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin kecil rasionya semakin aman (solvable). Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil (Harahap, 2002:304). c. Rasio Profitabilitas Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba . Perhatian ditekankan pada rasio ini karena hal ini berkaitan erat dengan kelangsungan hidup perusahaan. Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan untuk mengukur rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan mengukur seluruh efisien, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Tetapi jika rasionya rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Prastowo dan Juliaty, 2003:91). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: 13 Laba Bersih setelah Pajak Net Profit Margin = x 100% Penjualan Bersih Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Semakin tinggi rasionya semakin baik, karena menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. d. Rasio Aktivitas Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Rasio Inventory Turnover atau perputaran persediaan ini menggambarkan likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun. Hal ini menandakan efektivitas manajemen persediaaan. Sebaliknya, jika perputaran persediaan rendah menunjukkan pengendalian atas persediaan kurang efektif (Hanafi dan Halim, 2000:80). Rumus perhitungannya adalah: 14 Harga Pokok Penjualan Inventory Turnover = x 100% Rata-rata Persediaan Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif pengelolaan persediaanya (Sutrisno, 2001:251). e. Rasio Pasar Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:75). Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat (investor) atau para pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi disbanding dengan nilai buku saham (Sutrisno, 2003:256). Hanafi (2004:43) menyatakan bahwa rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relatif terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut pandang investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan rasio ini. Moeljadi (2006:75) Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan. Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilakan laba di masa yang akan 15 datang. Kesedian para investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER yang rendah pula (Prastowo 2005:96). Harga Saham Per Lembar Price Earning Ratio = Earning Per Lembar 2. Return Saham a. Pengertian Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (2000:107) return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi (realized return) merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula. Tetapi return yang tinggi 16 tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional. Return saham adalah suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan atas investasi yang dilakukan dalam saham atau beberapa kelompok saham melalui portofolio (Jullimursyida, 2008). Rumus sebagai berikut : Pt - Pt-1 Return Saham = Pt-1 Keterangan : Pt = closing price per tahun pada tahun penelitian yang dihitung setelah pengumuman laporan keuangan. Pt-1 = closing price per tahun pada tahun penelitian yang dihitung mulai pengumuman laporan keuangan. Return saham merupakan dokumen sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan. Jika perusahaan memperoleh keuntungan, maka setiap pemegang saham berhak atas bagian laba yang dibagikan atau dividen sesuai dengan proporsi kepemilikannya. Return saham terdiri dari capital gain (loss) dan dividend yield. Capital Gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Dimana Pt merupakan closing price per tahun pada tahun penelitian yang dihitung setelah pengumuman laporan keuangan, sedangkan Pt-1 merupakan closing price per tahun pada tahun penelitian yang dihitung mulai pengumuman laporan 17 keuangan. Dividend yield merupakan presentasi penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Dalam hal ini investor selaku pelaku pasar modal apabila memutuskan melakukan investasi dalam bentuk saham berarti para investor tersebut melakukan tindakan partisipasinya dalam menanamkan modal tersebut ke suatu perusahaan dan investor akan selalu berusaha agar investasinya mendapatkan tingkat pengembalian (return) saham atas modal yang ditempatkan. Pengertian Return Saham Menurut Para Ahli 1) Menurut Jogiyanto (2009: 199), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. 2) Menurut Samsul (2006: 291), return adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss. 3) Menurut Brigham dan Houston (2006: 215), return atau tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan. Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim menyatakan bahwa Return Saham disebut juga sebagai pendapatan saham dan merupakan perubahan nilai 18 harga saham periode t dengan t-ı. Dan berarti bahwa semakin tinggi perubahan harga saham maka semakin tinggi return saham yang dihasilkan. Tandellin menyatakan bahwa Return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas berinvestasi yang dilakukannya. Return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu: 1). Yield, komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodic dari suatu investasi. Yield hanya berupa angka nol (0) dan positif (+). 2). Capital gain (loss), komponen return yang merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu keuntungan (kerugian) bagi investor. Capital gain berupa angka minus (-), nol (0) dan positif (+). Secara sistematika return suatu investasi dapat ditulis sebagai berikut: Return total = yield + capital gain (loss) b. Jenis-Jenis Return Saham Menurut Jogiyanto Hartono ada dua jenis return yaitu: “Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return ini dihitung dengan menggunakan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi juga berguna dalam penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko yang akan datang.” 19 “Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh para investor di masa yang akan datang.” Dari teori definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jenis return terdiri dari: 1) Realisasi Return realisasi merupakan return yang telah terjadi, dan penghitungannya menggunakan data histori perusahaan yang berguna untuk mengukur kinerja perusahaan. Return realisasi atau disebut juga return historis berguna juga untuk menentukan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa yang akan datang. Beberapa pengukuran return realisasian yang banyak digunakan adalah return total (total return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative) dan return yang disesuaikan (adjusted return). Sedang rata-rata dari return dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika (arithmetic mean) dan rata-rata geometrik (geometric mean). Rata-rata geometrik banyak digunakan untuk menghitung rata-rata return beberapa periode, misalnya untuk menghitung return mingguan atau return bulanan yang dihitung berdasarkan rata-rata geometrik dari return-return harian. Untuk perhitungan retur seperti ini, rata-rata geometrik lebih tepat digunaka dibandingkan jika digunakn metode rata-rata aritmatika biasa. 20 2) Ekpektasi Return ini digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Return ini lebih penting dibandingkan return historis (realisasi)karena return ini yang diharapkan oleh semua investor di masa yang akan datang. Return ekspetasian (expected return) dapat dihitung berdasarkan beberapa cara sebagai berikut ini: a). Berdasarkan nilai ekspetasian masa depan. b). Berdasarkan nilai-nilai return historis. c). Berdasarkan model return ekspetasian yang ada. c. Komponen Pengembalian Return Saham Menurut Abdul Halim Return Saham terdiri dari dua komponen utama, yaitu: 1) Gain yaitu merupakan keuntungan bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual di atas harga beli yang keduanya terjadi di pasar sekunder. 2) Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima secara periodik. Misalnya berupa deviden atau bunga. Sedangkan menurut Tjiptono D. Dan Hendy M. Fakhrudin, pada dasrnya berpendapat dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham yaitu: 21 1) Deviden merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. 2) Capital Gain merupakan selisih antaa harga beli dan harga jual. Capital Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi return saham Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Return Saham itu sendiri, beberapa faktor yang mempengaruhi harga atau Return Saham baik yang bersifat makro maupun mikro. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah: 1) Faktor Makro yaitu faktor-faktor yang berada di luar perusahaan, antara lain: a). Faktor Makro Ekonomi (1). Inflasi (2) Suku Bunga (3) Kurs Valuta Asing (4) Tingkat pertumbuhan ekonomi (5) Harga bahan bakar minyak di pasar internasional (6) Indeks harga saham regional b). Faktor Makro Non Ekonomi (1). peristiwa politik domestik (2). Peristiwa social 22 (3). Peristiwa politik Internasional 2) Faktor Mikro Ekonomi Faktor Mikro yaitu faktor yang berasal dari dalam perusahaan. Informasi yang didapat dari kondisi intern perusahaan yang berupa informasi keuangan, informasi non keuangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi Return Saham menurut Resmi yang dikutip dari Bramantyo, menyatakan terdapat 2 (dua) macam analisis untuk menentukan Return Saham secara garis besar, yaitu informasi fundamental dan informasi teknikal. Informasi fundamental diperoleh dari intern perusahaan meliputi deviden dan tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan, karakteristik keuangan, ukuran perusahaan sedangkan informasi teknikal diperoleh di luar perusahaan seperti ekonomi, politik dan finansial. e. Penghitungan Return Saham 1) Return realisasi (actual return) Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Actual return digunakan dalam dalam menganalisis data adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham individual periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden, dapat ditulis dengan rumus: Pi,t – Pi,t-1 23 Ri,t =Pi,t-1 Keteranagan: Ri,t = Return Saham i pada waktu t Pi,t = Harga Saham i pada periode t Pit-1 = Harga Saham pada i periode t-1 2) Return ekspektasi (Expected return) Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Adapun perhitungan Expected return menurut Brown dan Waren dalam yaitu :7 E(Rit) = Rmt Keterangan: E(Rit) = Tingkat keuntungan saham yang diharapkan pada hari ke t Rmt 3. = Tingkat keuntungan pasar pada periode t Teori Signal Menurut teori sinyal kegiatan perusahaan memberikan informasi kepada investor tentang prospek return masa depan yang substansial. Informasi sebagai sinyal yang diumumkan pihak manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus dimasa depan (Yeye Susilowati, 2011). Brigham dan Hauston menyatakan bahwa isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi 24 investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan. Berikut ini adalah beberapa definisi Teori Sinyal menurut para ahli: 1) Graham, Scott B. Smart, dan William L. Megginson (2010 : 493) menyatakan model sinyal dividen membahas ketidaksempurnaan pasar yang membuat kebijakan pembayaran yang relevan: asymmetric information. Jika manajer mengetahui bahwa perusahaan mereka “kuat” sementara investor untuk beberapa alasan tidak mengetahui hal ini, maka manajer dapat membayar dividen (atau secara agresif membeli kembali saham) dengan harapan kualitas sinyal perusahaan mereka ke pasar. Sinyal secara efektif memisahkan perusahaan yang kuat dengan perusahaan-perusahaan yang lemah (sehingga perusahaan yang kuat dapat memberikan sinyal jenisnya ke pasar), itu menjadi mahal untuk sebuah perusahaan yang lemah untuk meniru tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang kuat. 25 2) T. C. Melewar (2008 : 100) menyatakan Teori Sinyal menunjukkan bahwa perusahaan akan memberikan sinyal melalui tindakan dan komunikasi. Perusahaan ini mengadopsi sinyal-sinyal ini untuk mengungkapkan atribut yang tersembunyi untuk para pemangku kepentingan. 3) Gallagher and Andrew (2007 : 469) menyatakan teori signaling dividen didasarkan pada premis bahwa manajemen tahu lebih banyak tentang keuangan masa depan perusahaan dibandingkan pemegang saham, sehingga dividen memberi sinyal prospek perusahaan di masa depan. Penurunan dividen merupakan sinyal yang diharapkan. Manajer yang percaya teori sinyal akan sadar keputusan dividen dapat mengirimkan pesan kepada investor. 4) Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2001) menyatakan bahwa teori sinyal adalah teori yang mengatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai sinyal dari perkiraan pendapatan manajemen. 5) Scott Besley dan Eugene F. Brigham (2008 : 517) menyatakan bahwa sinyal adalah sebuah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang 26 akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempuyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor). Kurangya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan mmberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi 27 tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Pengumuman informasi akuntasi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempuyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Pasar modal efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritassekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Secara garis besar signalling theory erat kaitanya dengan ketersediaan informasi. Laporan keuangan dapat digunakan untuk mengambil keputusan bagi para investor, laporan keuangan merupakan bagian terpenting dari analisis fundamental perusahaan. Pemeringkatan perusahaan yang telah gopublic lazimnya didasarkan pada analisis rasio keuangan ini. Analisis ini dilakukan untuk mempermudah interpretasi terhadap laporan keuangan yang telah disajikan oleh manajemen. 28 B. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu telah menguji bagaimana pengaruh kinerja terhadap return saham perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio-rasio tersebut diantaranya adalah rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio pasar. Tabel 2. Penelitian Terdahulu No Nama . Peneliti 1 Leonardus Susanto (2013) Judul Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Variabel yang Digunakan current ratio, debt to equity ratio, gross profit margin ratio, total asset turnover ratio, rasio keuangan, return saham. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui apakah perubahan current ratio, perubahan debt to equity ratio, perubahan gross profit margin ratio, dan perubahan total asset turnover ratio berpengaruh pada return saham. Hasil penelitian menunjukkan dua variabel memiliki nilai signifikan yaitu perubahan current ratio dan perubahan gross profit margin ratio. Sedangkan variabel perubahan debt to equity ratio dan perubahan total asset turnover ratio tidak berpengaruh signifikan pada return saham. 29 2 Cahyo Dwi Laksono (2017) Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia return saham, current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA), total assets turnover (TATO), dan price to book value (PBV). 1. Current Ratio berpengaruh positif terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015. 2. Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015. 3. Return on Asset tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015. 4. Total Assets Turnover berpengaruh positif terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015. 5. Price to Book Value tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015. 6.Hasil analisis Uji F dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 30 current ratio, debt to equity ratio, return on asset, total assets turnover dan price to book value berpengaruh secara simultan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015. 7.Hasil uji Adjusted R Square pada penelitian ini sebesar 0,322. Hal ini menunjukkan bahwa return saham dipengaruhi oleh current ratio, debt to equity ratio, return on asset, total assets turnover dan price to book value sebesar 32,2 % sedangkan sisanya 67,8 % dipengaruhi oleh faktor lain di 3 Doni Iman Pengaruh Kinerja Septiyandi Keuangan Perusahaan Terhadap Tingkat Return Saham Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013 luar penelitian ini. Berdasarkan analisis Financial Performance, diatas maka dapat disimpulkan bahwa Return, Return On Equity dan Current Price Earning Ratio Ratio, Debt to yang memiliki dampak terhadap Equity Ratio, pengaruh investor Return On keputusan dalam berinventasi Equity and untuk memperoleh Price Earning hasil return yang Ratio. diharapkan atas investasinya, sedangkan Current Ratio dan Debt to 31 Equity Ratio tidak memiliki pengaruh dalam keputusan investor dalam berinvestasi saham karena ada faktor investor fokus pada profitabilitas yang tinggi serta harga pasar saham yang rendah agar menghasilkan return yang tinggi. 4 Tiara Mega Pratiwi & Maswar Patuh Priyadi (2014) Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham 5 Chrismas Bisara & Lailatul Amanah (2015) Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Current ratio, return on asset, debt to equity ratio, earning per share, net profit margin Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Total Asset Turnover and Stock return Model empiris dari penelitian ini ternyata stabil. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa variabel Current Ratio, Return On Asset, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, dan Earning Per Share bersama-sama berpengaruh terhadap return saham. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja keuangan menjadi salah satu pertimbangan bagi calon investor untuk menginvestasikan modalnya. Simpulan hasil penelitian pengujian Goodness of fit (Uji Kelayakan Model) menunjukkan bahwa Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA), dan Total Asset Turnover (TATO) merupakan variabel penjelas dari Return 32 Saham dan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: (1) Current Ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return saham. (2) Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return saham. (3) Return on Asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap Return saham. (4)Total Asset Turnover (TATO) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return saham 6 Ni Luh Putu Dewi Sunari Setyarini & Henny Rahyuda (2017) Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Return saham, Kecukupan modal, Likuiditas, Profitabilitas Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh simpulan sebagai berikut. Kecukupan modal yang diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecukupan modal, maka bank semakin mampu untuk menanggung risiko 33 sehingga menyebabkan harga saham bank semakin tinggi dan return sahamnya juga akan meningkat. Likuiditas yang diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas, maka perusahaan perbankan dapat memperoleh laba yang semakin besar dari bunga kredit, namun tingginya tingkat likuiditas bank dapat meningkatkan risiko kredit macet sehingga membuat investor akan mempertimbangkan keputusannya untuk berinvestasi pada perusahaan perbankan. Profitabilitas yang diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas, maka 34 semakin tinggi keuntungan yang diperoleh perusahaan perbankan sehingga menyebabkan harga saham bank semakin tinggi dan return sahamnya juga meningkat. Sumber : Hasil olah data Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah sampel. Sampel penelitian sebelumnya adalah perusahaanperusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia dalam rentan waktu 4 tahun, sedangkan sampel dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia dalam rentan waktu 3 tahun. Perbedaan selanjutnya adalah terletak pada variabel yang diteliti. Pada penelitianpenelitian sebelumnya terdapat banyak variabel independen yang akan diuji pengaruhnya terhadap Return saham. Seperti yang terdapat pada penjelasan pada bagian tinjauan atas penelitian terdahulu, variabel independen pada penelitian sebelumnya terdiri dari current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), return on equity (ROE), total assets turnover (TATO) dan variable dependen adalah Return saham. Sedangkan variabel dalam penelitian ini terdiri dari 5 variabel independen yaitu quick ratio (QR), debt ratio (DR), Net Profit Margin (NPM), inventory turnover (ITO), dan price earning ratio (PER) dan variable dependen adalah Return saham. Pada penelitian ini juga menganalisis pengaruh oleh karena itu peneliti menguji hipotesis dengan menggunakan metode regresi linear berganda. 35 Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar (Kerangka Konseptual) X1 X2 X3 X4 X5 Keterangan: X1 = Quick Ratio (QR) X2 = Debt Ratio (DR) X3 = Net Profit Margin (NPM) X4 = Inventory Turnover (ITO) X5 = Price Earning Ratio (PER) Y = Return Saham Y 36 = Pengaruh masing-masing variabel independen quick ratio (QR), debt ratio (DR), Net Profit Margin (NPM), inventory turnover (ITO), dan price earning ratio (PER) terhadap variabel dependen (Return Saham). = Pengaruh variabel independen quick ratio (QR), debt ratio (DR), Net Profit Margin (NPM), inventory turnover (ITO), dan price earning ratio (PER) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Return Saham). C. Hipotesis H1 : QR (Quick Ratio) berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan. Menurut van Horn (2013 : 168), rasio cepat berkonsentrasi terutama pada aset lancar yang lebih likuid (kas), sekuritas yang dapat diperjualbelikan dan piutang. Rasio cepat yang tinggi berarti perusahaan tersebut likuid, rasio cepat yang tinggi berarti perusahaan tersebut mampu menyediakan uang kas dengan cepat sehingga kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo dapat terpenuhi. Kondisi seperti ini akan menarik minat investor untuk membeli saham perusahaan, sehingga mempengaruhi kenaikan harga saham perusahaan. H2 : DR (Debt Ratio) berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan. Menurut penelitian yang dilakukan Tomi Sanjaya dkk. (2015) menarik beberapa kesimpulan yaitu : 1. Dari hasil uji penelitian menunjukan bahwa ROE, DR, DER, bernilai tinggi,dan EPS bernilai rendah. 2. Hasil tersebut mempunyai arti bahwa secara simultan ROE, DR, DER, EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham, namun secara parsial 37 hanya ROE yang berpengaruh signifikan, EPS, DR, DER berpengaruh tidak signifikan. 3. Return On Equity merupakan rasio yang terfavorit oleh para investor, hasil dari penelitian ini ROE bernilai tinggi dan ROE berpengaruh paling dominan. H3 : NPM (Net Profit Margin) berpengaruh positif terhadap return. Penelitan yang dilakukan Asbi (2008) tentang Analisis Faktor Fundamental dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di BEI periode 2002-2006. Dengan variabel yang digunakan adalah price to book value, debt to equity ratio, return on assets, net profit margin dan variabel kapitalisasi pasar menunjukkan hasil bahwa ROA, NPM, dan Variabel Kapitalisasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return saham, PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return saham, dan DER tidak berpengaruh secara signifikan. H4 : ITO (Inventory Turnover) berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2006: 97), rasio perputaran persediaan adalah rasio manajemen aktiva yang dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan. Sedangkan menurut Kasmir (2008: 180), inventory turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode. Rasio perputaran persediaan ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan mengatur persediaannya yaitu dengan menunjukkan berapa kali perputaran persediaan selama satu tahun (Ang, 38 1997:18). Perputaran persediaan yang rendah menunjukkan perusahaan terlalu banyak menyimpan persediaan. Terlalu banyak menyimpan persediaan adalah suatu hal yang tidak produktif dan mencerminkan suatu investasi dengan pengembalian yang rendah atau nihil (Brigham dan Houston, 2006: 97). Jika persediaan yang disimpan terlalu banyak, hal ini akan menyebabkan biaya perawatan dan kerusakan secara fisik menjadi tinggi sehingga mengurangi keuntungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan perputaran persediaan yang tinggi maka hal ini adalah indikasi yang baik karena semakin cepat perputaran persediaan mengindikasikan penjualan yang lancar sehingga meningkatkan keuntungan. Peningkatan keuntungan ini akan direspon positif oleh investor sehingga harga saham naik dan return saham menjadi meningkat. H5 : PER (Price Earning Ratio) berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan Yuliza (2006) dalam Sri (2012), yang meneliti tentang Analisis Pengaruh Faktor-faktor fundamental terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya yaitu Deviden Per Share (DPS), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan Price to Book Value (PBV), Dividend Payout Ratio (DPR), Net Profit Margin (NPM) dan Debt To Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. 39 BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Galeri Investasi Busa Efek Indonesia Universitas Muslim Indonesia Makassar maupun di internet. Waktu yang digunakan dalam penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai Mei 2019. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi menurut Sugiyono (2007) ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan, minuman dan rokok sebanyak 20 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Sampel Sampel adalah bagian yang diambil dari suatu populasi yang karakteristiknya diteliti dan dianggap dapat mewakili populasi secara keseluruhan (Sunyoto, 2011). Pengambilan sampel (sampling) dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Sugiyono (2012:85) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 40 1) Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan, minuman dan rokok yang listing di BEI selama periode 2015-2017. 2) Perusahaan manufaktur dengan sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan, minuman dan rokok yang listing di BEI yang menghasilkan laba selama periode 2015-2017. 3) Perusahaan manufaktur dengan sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan, minuman dan rokok yang listing di BEI yang menerbitkan laporan keuangan dan laporan profil perusahaan secara lengkap dan menghasilkan return saham selama periode 2015-2017. Tabel 3. Kriteria Pemilihan Sampel No Jumlah Kriteria Pemilihan Sampel . Perusahaan 1. Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan, 20 minuman dan rokok yang listing di BEI selama periode 2015-2017 2. Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan, (1) minuman dan rokok yang delisting di BEI selama periode 2015-2017 3. Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan, (4) minuman dan rokok yang listing di BEI yang mengalami kerugian selama periode 2015-2017 4. Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan sektor industri barang konsumsi sub sektor makanan, minuman dan rokok yang listing di BEI yang tidak (4) menerbitkan laporan keuangan dan laporan profil perusahaan secara lengkap dan menghasilkan return saham selama periode 2015-2017 5. Sampel Penelitian 11 Sumber : Hasil olah data ( www.idx.co.id ) 41 Dari hasil olah data diatas, maka yang menjadi sampel sebanyak 11 perusahaan manufaktur dalam periode waktu 3 tahun. C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa nilai atau skor atas penghitungan rasio keuangan terhadap laporan keuangan perusahaan manufaktur yang di teliti. 2 Sumber Data Data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan atau yang tidak dipublikasikan. Data sekunder ini diperoleh dengan menggunakan metode tinjauan kepustakaan (library research) dan mengakses website maupun situs-situs. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah: 1. Dokumentasi, Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. 42 Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. 2. Tinjauan kepustakaan (Library Research), metode ini dilakukan dengan mempelajari teori-teori dan konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah yang diteliti penulis pada buku-buku, makalah, dan jurnal guna memperoleh landasan teoritis yang memadai untuk melakukan pembahasan. 3. Mengakses Website dan situs-situs, metode ini digunakan untuk mencari website maupun situs-situs yang menyediakan informasi sehubungan dengan masalah dalam penelitian dan teori yang mendukung atas penelitian yang dilakukan. E. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias mengingat tidak pada semua data dapat diterapkan regresi. Pengujian yang dilakukan adalah uji normalitas, uji mutikolenieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji auto korelasi. 1) Uji Normalitas Ghozali (2012: 160) menyatakan bahwa uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi variabel dependen dan 43 variabel independen mempunyai kontribusi atau tidak. Model regresi yang baik adalah data distribusi normal atau mendekati normal. 2) Uji Multikolinearitas Ghozali (2012: 105) menyatakan bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Tolerance mengukur variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0,01 atau sama dengan nilai VIF < 10. 3) Uji Heteroskedastisitas Ghozali (2012: 139) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. 44 4) Uji Autokorelasi Ghozali (2012: 110) menyatakan bahwa uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode-t dengan kesalahan pengganggu pada pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian autokolerasi dilakukan dengan uji durbin watson dengan membandingkan nilai durbin watson hitung (d) dengan nilai durbin watson tabel, yaitu batas atas (du) dan batas bawah (dL). Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 1. Jika 0 < d < dL, maka terjadi autokorelasi positif. 2. Jika dL < d < du, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau tidak. 3. Jika d-dL < d < 4, maka terjadi autokorelasi negatife. 4. Jika 4 –du < d < 4 –dL, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau tidak. 5. Jika du < d < 4 –du, maka tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif. 2. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh Antara variable bebas terhadap variable terikat. Rumus: Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+e 45 Keterangan : Y = Return saham a = bilangan konstanta b1-b5 = koefisien regresi linear tiap variabel X1 = Quick Ratio (QR) X2 = Debt Ratio (DR) X3 = Net Profit Margin (NPM) X4 = Inventory Turnover (ITO) X5 = Price Earning Ratio (PER) e = error Sugiyono (2013:206) menyatakan bahwa statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas terhadap return saham. Sebelum menggunakan metode regresi berganda, perlu dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu agar dapat dilakukan uji kelayakan model pada tahap berikutnya. Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi. 46 1) Uji Koefisien Determinasi (R2) Ghozali (2012: 97) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R2) merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol atau satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Dan sebaliknya jika nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. 2) Uji F Analisis ini digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: a. Menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternative H1 : β1 = β2 = 0, artinya tidak ada signifikansi pengaruh antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat H2 : β1 ≠ β2 = 0, artinya ada signifikansi pengaruh antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. b. Menentukan level of significant (α = 0,05). Dengan derajat kebebasan (dk); k; (n -1 –k). Ftabel = α; k; (n – 1 k) atau 0,05; k; (n 1 – 1 k). 47 Dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel maka akan dapat diambil kesimpulan apakah H1 diterima atau H1 ditolak. 3) Uji t Analisis ini digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Langkah-langkah pengujian secara umum : a. Menentukan hipotesis nilai dan hipotesis alternatif H1 : β = 0, berarti tidak ada signifikansi pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. H2 : β ≠ 0, berarti ada signifikansi pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. b. Menentukan level of significant ( α = 0,05) t = (α/2: n-1-k). Dengan membandingkan t hitung dengan t total maka dapat diambil kesimpulan H1 diterima atau H2 ditolak. F. Defenisi Operasional Variabel Penelitian Definisi Variabel Penelitian ini menggunakan lima variabel independen yaitu (X1) quick ratio, (X2) debt ratio, (X3) Net Profit Margin, (X4) inventory turnover, dan (X5) price earning ratio dan satu variabel dependen yaitu Return saham (Y). 1. (X1) : Quick Ratio. 48 Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Quick ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu: kas, suratsurat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek (Martono, 2003:56). Jadi rumusnya: Aktiva Lancar – Persediaan Quick Ratio = x 100% Hutang Lancar Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current ratio, dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti terjadi investasi yang besar pada persediaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002:302). 2. (X2) : Debt Ratio. Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur persentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Kreditor 49 lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik (Sutrisno, 2001:249). Untuk mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus: Total Hutang Debt Ratio = x 100% Total Aktiva Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin kecil rasionya semakin aman (solvable). Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil (Harahap, 2002:304). 3. (X3) : Net Profit Margin. Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan untuk mengukur rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan mengukur seluruh efisien, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Tetapi jika rasionya rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Prastowo dan Juliaty, 2003:91). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: Laba Bersih setelah Pajak Net Profit Margin = x 100% Penjualan Bersih Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh 50 setiap satu rupiah penjualan. Semakin tinggi rasionya semakin baik, karena menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. 4. (X4) : Inventory Turnover. Rasio Inventory Turnover atau perputaran persediaan ini menggambarkan likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun. Hal ini menandakan efektivitas manajemen persediaaan. Sebaliknya, jika perputaran persediaan rendah menunjukkan pengendalian atas persediaan kurang efektif (Hanafi dan Halim, 2000:80). Rumus perhitungannya adalah: Harga Pokok Penjualan Inventory Turnover = x 100% Rata-rata Persediaan Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif pengelolaan persediaanya (Sutrisno, 2001:251). 5. (X5) : Price Earning Ratio. Menurut Moeljadi (2006:75) Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan. Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilakan laba di 51 masa yang akan datang. Kesedian para investor untuk menerima kenaikan (PER) sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, biasanya memiliki (PER) yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki (PER) yang rendah pula (Prastowo 2005:96). Harga Saham Per Lembar Price Earning Ratio = Earning Per Lembar 6. (Y) : Return saham. Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (2000:107) return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi (realized return) merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi 52 biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula. Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional. Return saham adalah suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan atas investasi yang dilakukan dalam saham atau beberapa kelompok saham melalui portofolio (Jullimursyida, 2008). Rumus sebagai berikut : Pt - Pt-1 Return Saham = Pt-1 Keterangan : Pt = closing price per tahun pada tahun penelitian yang dihitung setelah pengumuman laporan keuangan. Pt-1 = closing price per tahun pada tahun penelitian yang dihitung mulai pengumuman laporan keuangan. Return saham merupakan dokumen sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan. Jika perusahaan memperoleh keuntungan, maka setiap pemegang saham berhak atas bagian laba yang dibagikan atau dividen sesuai dengan proporsi kepemilikannya. Return saham terdiri dari capital gain (loss) dan dividend yield. Capital Gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Dimana Pt merupakan closing price per tahun pada tahun penelitian yang dihitung setelah pengumuman laporan 53 keuangan, sedangkan Pt-1 merupakan closing price per tahun pada tahun penelitian yang dihitung mulai pengumuman laporan keuangan. Dividend yield merupakan presentasi penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Dalam hal ini investor selaku pelaku pasar modal apabila memutuskan melakukan investasi dalam bentuk saham berarti para investor tersebut melakukan tindakan partisipasinya dalam menanamkan modal tersebut ke suatu perusahaan dan investor akan selalu berusaha agar investasinya mendapatkan tingkat pengembalian (return) saham atas modal yang ditempatkan. 54 IV. PELAKSANAAN PENELITIAN A. Rencana Pelaksanaan Penelitian Rencana pelaksanaan penelitian yaitu dari bulan Januari sampai Maret 2019. Tahapan pelaksanaan penelitian dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini : Kegiatan Penelitian Jan Feb Mar 2019 2019 2019 Penyusunan Proposal penelitian Seminar proposal penelitian Pengumpulan data penelitian Pengolahan data penelitian Penyusunan hasil penelitian Seminar hasil penelitian Perbaikan hasil penelitian Ujian Skripsi B. Rencana Biaya Penelitian Biaya penelitian dialokasikan pada pos-pos biaya berikut ini : 1. Biaya pengumpulan data . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 500.000,2. Biaya pengolahan data . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 500.000,3. Biaya seminar proposal penelitian. . . . . . . . . . . Rp. 650.000,4. Biaya ujian skripsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 2.150.000,5. Biaya lain-lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Jumlah Biaya Rp. 500.000,Rp. 4.300.000,- 55 C. Rencana Sistematika Agar penulisan mudah dipahami dan memenuhi persyaratan, maka dalam penulisan di bagi kedalam beberapa bab. Antara bab satu dengan bab yang lain merupakan suatu rangkaian yang saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Menjelesakan atau menguraikan tentang latar belakang, masalah pokok, tujuan dan manfaat penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka berisi landasan teori yang menjelaskan tentang variabel yang akan di teliti, review penelitian terdahulu dan hipótesis. BAB III METODE PENELITIAN Menguraiakan tentang sebagaian lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data jenis dan sumber data metode analisis dan defenisi opersional variabel penelitian. BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan yang akan di teliti. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan. 56 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan yang diambil dari hasil analisa dan pengujian yang dilakukan pada bab sebelumnya. Dan mungkin penulisan akan menambah beberapa saran untuk penelitian selanjutnya. 57 58