RINGKASAN HASIL PENELITIAN A. 1. Judul Penelitian 2. Nama Peneliti : Pawukon dalam Kancah Astrologi Kontemporer : Susilawati Endah Peni Adji 3. Tahun 2006, jumlah laporan penelitian 82 halaman B. Ringkasan Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan tradisi pawukon meliputi mitologi, tradisi pawukon dalam kalender dan pranata mangsa yang menunjukkan adanya penghayatan terhadap pawukon. Selain itu, penelitian ini bertujuan mendiskripsikan tajuk astrologi Jawa pada harian Suara Merdeka dan mingguan Jaya Baya; meliputi materi yang diungkapkan, serta (pada kolom tanya jawab pawukon) profil klien, permasalahan yang menjadi pertanyaan klien, dan jawaban pengasuh atas pertanyaan klien. Munculnya tradisi pawukon tidak lepas dengan adanya mitologi tentang Watugunung yang telah melakukan incest menikah dengan ibu kandungnya sendiri. Sehingga lahirlah nama-nama wuku dari Sinta hingga Watugunung. Tiap-tiap wuku tersebut memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh dewa pelindung dari tiap-tiap wuku. Karakteristik itu membentuk watak orang yang lahir pada wuku yang bersangkutan. Tradisi pawukon berkaitan erat dengan kalender Jawa. Oleh karena itulah, pengertian pawukon dapat dirumuskan sebagai pengaturan waktu menurut kesatuan waktu yang disebut wuku. Tiap wuku berumur tujuh hari, berlaku dari hari Minggu saat matahari terbit hingga hari Sabtu saat matahari terbenam. Karena jumlah wuku ada tiga puluh maka, satu putaran pawukon adalah 30 x 7 hari = 210 hari. Di dalam satu putaran 210 hari tersebut terdapat sistem penghitungan yang diklasifikasikan menjadi golongan penanggalan, golongan bicil, dan golongan waler sangker. Golongan penanggalan meliputi satuan hari pancawara, sadwara, saptawara, asthawara, dan sangawara. Tiap-tiap unsur dari satuan hari tersebut mempunyai arti sifat hari/orang dan nasib orang. Golongan bicil merupakan gabungan hari saptawara (7 hari) dan pancawara (5), sehingga terbentuklah satuan hari baru sebanyak (7x5) = 35 hari. Tiap-tiap hari itu mempunyai bobot atau neptu yang apabila dijumlahkan membentuk sejumlah angka, angka ini nantinya membentuk klasifikasi yang mengartikan watak dan nasib orang. 1 Golongan bicil meliputi klasifikasi paarasan, pancasuda, dan kamarrokam. Golongan waler sangker berkaitan klasifikasi hari buruk untuk kegiatan penting manusia. Klasifikasi ini meliputi samparwangke, taliwangke, dungulan, kaladite, sarik agung, dan tangise dewi sinta. Pranatamangsa merupakan pengaturan sistem waktu ke dalam 12 kategori mangsa. Penanamaan pranatamangsa yang kita kenal saat ini berasal dari nama Jawa dan Hindia. Nama Hindia muncul pada penamaan bulan kesebelas yang semula Hapit (lemah) menjadi Desta (dari kata jyestha) dan bulan keduabelas Hapit (kayu) menjadi Sadda (dari kata Hindia asadha). Pada zaman dahulu datangnya mangsa sering ditandai dengan munculnya rasi bintang di angkasa dari Sapigumarang pada mangsa Kaso hingga rasi Togih pada mangsa Sadda. Hal inilah yang menjadikan adanya dasar pemikiran orang Jawa bahwa mangsa sejajar dengan ilmu perbintangan atau astrologi. Tiap mangsa juga dilindungi oleh dewa/dewi yang dipercaya mempengaruhi alam semesta, nasib, serta karakter orang yang lahir pada mangsa tersebut. Selain itu, karakterisasi pranatamangsa juga menjelaskan tentang persahabatan dan jodoh, kesehatan, permata yang tepat, dan waktu yang baik untuk melaksanakan kegiatan penting. Berdasarkan deskripsi tentang pawukon dan pranatamangsa terungkaplah bahwa dua hal tersebut merupakan dasar dari astrologi Jawa. Hasil deskripsi tersebut selanjutnya akan dipakai sebagai dasar untuk mengkaji astrologi Jawa yang terdapat dalam media masa saat ini. Sampel penelitian diambil dari tajuk “Astrologi Jawa” dan “Konsultasi Kawruh Jawa” pada harian Suara Merdeka dan “Primbon Jaya Baya” pada mingguan Jaya Baya yang terbit pada bulan Maret hingga Mei 2006. Kajian terhadap tiga tajuk tersebut, menghasilkan garis besar penelitian sebagai berikut. 1. Tajuk “Astrologi Jawa” mengasumsikan bahwa 12 mangsa dari Kaso hingga Sadda sejajar dengan zodiak Barat dari Cancer hingga Taurus. Masing-masing mangsa akan mengalami perubahan nasib seiring dengan adanya pergeseran wuku. Unsur-unsur ramalan tiap mangsa adalah (a) prediksi bisnis, keuangan, dan asmara, (b) perjodohan, kesehatan, serta permata yang tepat untuk orang yang lahir pada mangsa tersebut, (c) 2 penjelasan spesifik mengenai watak dan nasib orang yang lahir pada hari-hari tertentu dalam satu periode tersebut, dan (d) penjelasan tentang hari baik untuk orang yang lahir pada mangsa tersebut. Terdapat empat kategori ramalan tentang elemen bisnis, keuangan, dan asmara untuk 10 mangsa selama 10 minggu dari 5-11 Maret hingga 7-13 Mei 2006. Kategori tersebut ketika ditabulasi akan bergerak satu kotak ke kanan atas dengan beberapa perkecualian. Empat kategori tersebut sebagai berikut: (a) Ada peluang lumayan di bidang bisnis. Ada transaksi, tetapi pemasukan tertunda. Keuangan: masih belum memggembirakan. Asmara: ada rindu menggebu, (b) Perlu kehati-hatian dalam berbisnis. Ada kemungkinan usaha penipuan . Jika waspada untung besar. Keuangan: banyak pengeluaran, pemasukan masih tanda tanya. Asmara: banyak keindahan dalam hubungan mesra, tetapi bisa tiba-tiba berubah, (c) Ada ketidakpastian di bidang bisnis. Ada transaksi, meski pemasukan agak sulit. Keuangan: lumayan. Asmara: ada ganjalan dan kecurigaan, dan (d) Agak terhambat dalam bisnis. Transaksi meningkat, meski pemasukan tertunda. Keuangan: agak rawan. Asmara: cukup mesra. Hal ini menunjukkan bahwa dalam astrologi Jawa tidak mudah menjelaskan elemen bisnis, keuangan, dan asmara untuk tiap-tiap mangsa seiring dengan adanya pergeseran wuku. Hal ini disebabkan perihal tersebut tidak terdapat dalam pustaka-pustaka di Jawa. Pada tiga periode berikutnya, yaitu 14 -20 Mei hingga 28 Mei – 3 Juni ramalan tidak mengikuti pola kategori. Ramalan sudah bervariasi, secara struktur kalimat tidak lagi menggunakan empat kategori tersebut. Namun demikian, secara substansi cenderung sama. 2. Kajian terhadap tajuk “Konsultasi Kawruh Jawa” di Suara Merdeka memperlihatkan bahwa sebagian besar klien adalah perempuan (82%), klien sebagian besar berusia 2130 tahun (65,8%), semua klien mereka berasal dari kota-kota di Jawa Tengah. Sebagian besar klien mempertanyakan masalah perjodohan (60,6%). Sementara jawaban pengasuh selalu diawali dengan penjelasan tentang pawukon yang berkisar tentang weton (saptawara pancawara), kecocokan weton dari masing-masing pasangan, serta karakterisasinya. Setelah itu berdasarkan pawukon barulah ditentukan solusi. 3. Kajian terhadap tajuk “Primbon Jaya Baya” dalam mingguan Jaya Baya memperlihatkan bahwa klien perempuan dan laki-laki relatif berimbang meski tetap lebih 3 banyak perempuan (52,1%) klien sebagian besar berusia 26-40 tahun (69,6%), sebagian besar klien tinggal di Jawa Timur (89,4). Meskipun demikian, terdapat pula klien yang berasal dari luar Jawa Timur, seperti Bantul, Cirebon, Jakarta, Magelang, dan Makasar. Yang menarik tidak terdapat satu pun klien dari wilayah Surakarta. Hal ini disebabkan di wilayah ini masih banyak terdapat konsultan mengenai astrologi Jawa. Sebagian besar klien mempertanyakan tanggal yang tepat untuk selamatan orang meninggal (24,4%). Karena masalah tersebut tidak berkaitan dengan prediski nasib, maka pengasuh tidak menjawab berdasarkan pawukon. Dapatlah dikatakan masalah tersebut bukan termasuk masalah astrologi, meski termasuk dalam masalah kalender Jawa. Sementara jawaban yang berkaitan dengan weton (hari lahir) seseorang dan usaha yang tepat untuk mendapatkan jodoh selalu didasari dengan pawukon, yaitu hari saptawara dan pancawara, tanggal berdasarkan kalender Jawa, dan wuku Sementara jawaban tentang pertanyaan mengenai hari baik untuk menikah, hari baik untuk pindah rumah beserta syaratnya, hari baik untuk buka usaha dan syaratnya, rumah tangga tidak tenteram, usaha dan pekerjaan yang tepat, waktu yang baik untuk menikah, dan hari yang baik untuk sunat – memiliki struktur yang sama. Struktur tersebut adalah (a) pawukon yang meliputi hari saptawara dan pancawara, tanggal berdasarkan kalender Jawa, dan wuku, (b) prediksi watak dari waktu Jawa tersebut; (c) solusi , dan (d) cara ritual selamatan. Dari uraian mengenai astrologi Jawa dalam media massa di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur pawukon yang meliputi perhitungan tentang waktu di wilayah satu putaran wuku 30 x 7 hari yang berjumlah 210 hari – sangat penting. Dalam rangkaian satu putaran wuku tersebut, terdapat hari saptawara dan pancawara yang sangat penting untuk menjelaskan prediksi dan permasalahan orang (menikah, jodoh, rumah, dan sebagainya). Yang tidak kalah penting juga adanya prediksi yang langsung didasarkan pada perhitungan wuku. Pada tajuk “Astrologi Jawa” di Suara Merdeka, penjelasan seputar pawukon merupakan penjelasan yang terbaik dan tepat. Adanya usaha untuk mensejajarkan mangsa dengan dua belas bintang dalam astrologi Barat – yang akan berubah nasib seiring dengan bergesernya wuku atau minggu – merupakan penjelasan yang gagal. Hal ini terbukti dengan adanya penggunaan 4 kategori untuk menjelaskan 12 mangsa selama 10 -wuku/minggu. Padahal perhitungan berdasarkan wuku -- yang sifatnya hanya satu minggu, dan satu 4 putaran pawukon yang di dalamnya terdapat berbagai macam hari (sangawara hingga pancawara) -- merupakan perhitungan yang sangat mendetail dan teliti. Alangkah baiknya jika tajuk ini juga memuat prediksi yang didasarkan pada golongan bicil dan waler sangker. C. Jurusan Fakultas : Sastra Indonesia : Sastra Perguruan Tinggi : Universitas Sanata Dharma Nomor Kontrak : 150/SP3/PP/DP3M/II/2006 tanggal 01 Februari 2006. 5