KODE ETIK PROFESI AKUNTAN MENUJU ERA GLOBAL DISUSUN OLEH : 1 142190095 M. Arfan Al Havid 142190132 Lilin Indah Khansa K. 2 3 142190172 Laily Azmi Adila 1 TANTANGAN PROFESI AKUNTAN GLOBAL Dua Persoalan Di Bidang Audit Dan Akuntansi Yang Belum Sepenuhnya Dapat Mendukung Ke Arah Kesatuan Ekonomi Global ■ Setiap negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standar, audit sendiri-sendiri, yang terkadang berbeda anatara negara satu dengan negara yang lainnya. Banyak negara yang mewajibkan agar setiap perusahaan yang beroperasi di wilayahnya menyusun laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di negara masing-masing. ■ Profesi akuntansi di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan standar perilaku etis profesi akuntansi. Pada abad ke-20, dapat dikatakan ada tiga aliran dan audit yang dominan diterapkan oleh perusahaan atau oraganisasi, yaitu : ■ Sistem Anglo-Saxon yang dimotori oleh AS ■ Sistem Kontinental yang berlaku di Belanda, Jerman, dan beberapa negara Eropa lainnya ■ Sistem yang berlaku di Inggris dan negara-negara persemakmuran. Pihak-pihak, Badan Atau Lembaga Yang Selama Ini Berkaitan Langsung Dengan Profesi Akuntansi, Antara Lain : ■ Pemerintah dan lembaga legislative melalui produk peraturan dan perundangundangan. ■ Badan pengatur/otoritas pasar modal (Bapepam LK, BEI, SEC, NYSE, dan lain-lain) ■ Organisasi profesi akuntan di masing-masing negara (IAI, IAPI, AICPA, AAA, CICA, IMA, dan lain-lain) ■ Badan/organisasi mandiri internasional (IFAC dan IASB) ■ Para pemakai/pengguna laporan keuangan dan sebagainya 2 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI AS Sebagaimana dikatakan oleh Duska dan Duska (2005), sedikitnya ada enam manfaat dari kode etik profesi, yaitu : 1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan sejawat (peer pressure) dengan memelihara seperangkat harapan perilaku yang diakui umum yang harus dipertimbangkan dalam proses keputusan. 4. Kode etik dapat merinci tanggung jawab social perusahaan itu sendiri. 2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau slah daripada mengandalkan kepribadian manusiawi atau keputusan yang selalu bersifat ad hoc. 5. Kode etik tidak saja dapat menentukan perilaku karyawan (employes), namun dapat juga mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers). 3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-abu (ambiguous situations). 6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau mengawasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak mengawasinya. 3 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI BEBERAPA NEGARA LUAR AS Ada banyak contoh kode etik profesi akuntan yang berlaku di banyak negara. Beberapa kode etik yang berlaku di beberapa negara, seperti AS, Inggris, Jerman, Kanada, dan Australia tidak banyak berbeda. SARBANES – OXLEY ACT Badai skandal keuangan yang mempertontonkan pelanggaran etika secara nyata yang dilakukan oleh para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan public multinasional yang berkantor pusat di AS yang juga melibatkan profesi akuntan public ternama, sempat menggoncang bursa saham dan perekonomian AS. Akibat berbagai skandal ini, pemerintah dan lembaga legislative AS segera mengeluarkan undang-undang yang sangat terkenal dengan nama Sarbanes-Oxley Act (SOX). 4 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN: INTERNATIONAL FEDERATION OF ACCOUNTANT (IFAC) INTERNATIONAL FEDERATION OF ACCOUNTANT (IFAC) Pada bulan Juni 2005, organisasi profesi IFAC telah menerbitkan kode etik secara lengkap dan sangat rinci. Pedoman kode etik ini tersiri atas tiga bagian: Bagian A berisi prinsipprinsip fundamental Etika Profesi yang berlaku untuk seluruh profesi akuntan dan juga berisi kerangka konsep untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut; Bagian B berisi penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk situasi-situasi khusus, terutama bagi mereka yang berpraktik sebagai akuntan publik; dan bagian C berisi penjelasan lebih lanjut mengenai kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk diterapkan pada situasi-situasi khusus, terutama bagi profesi akuntan bisnis (akuntan manajemen). Kerangka dasar kode etik IFAC dapat dijelaskan sebagai berikut : ■ Ciri yang membedakan profesi akuntan yaitu kesadaran bahwa kewajiban akuntan adalah untuk melayani kepentingan publik. ■ Harus dipahami bahwa tanggungjawab akuntan tidak secara eklusif hanya melayani klien (dari sudut pandang akuntan publik), atau hanya melayani atasan (dari sudut pandang akuntan bisnis), melainkan melayani kepentingan public dalam arti luas. ■ Tujuan (objective) dari profesi akuntan adalah memenuhi harapan profesionalisme, kinerja, dan kepentingan publik. ■ Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan empat kebutuhan dasar, yaitu kredibilitas, profesionalisme, kualitas jasa tertinggi, dan kerahasiaan. ■ Keseluruhan hal tersebut hanya dapat dicapai bila profesi akuntan dilandasi oleh prinsip-prinsip perilaku fundamental, yang terdiri atas: integritas, objektivitas, kompetensi professional dan kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis. ■ Namun, prinsip-prinsip fundamental pada butir (5) hanya dapat diterapkan jika akuntan mempunyai sikap independen, baik independensi dalam pikiran (independence in mind) maupun independen dalam penampilan (independence in appearance) Prinsip Fundamental Etika ■ Integritas. Seorang akuntan professional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua hubungan bisnis dan profesionalnya. ■ Objektivitas. Seorang akuntan professional seharusnya tidak boleh membiarkan terjadinya bias, konflik kepentingan atau di bawah pengaruh orang lain sehingga mengesampingkan pertimbangan bisnis dan professional. ■ Kompetensi profesional dan kehati-hatian. Seorang akuntan professional mempunya kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan keterampilan professional secara berkelanjutan pada tingkat yang diperlukan untuk menjamin seorang klien atau atasan menerima jasa professional yang kompeten yang didasarkan atas perkembangan praktik, legislasi dan teknik terkini. Seorang akuntan professional harus bekerja secara tekun serta mengikuti standar-standar professional dan teknik yang berlaku dalam memberikan jasa professional. Prinsip Fundamental Etika ■ Kerahasiaan. Seorang akuntan professional harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan professional dan bisnis serta tidak boleh mengungkapkan informasi apapun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau terdapat hak professional untuk mengungkapnya. Informasi rahasia yang diperoleh dari hasil hubungan bisnis dan professional tidak boleh digunakan untuk keuntungan pribadi akuntan professional atau pihak ketiga. ■ Perilaku profesional. Seorang akuntan professional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Independensi Ada dua jenis independensi yang dikenal, yaitu independensi dalam fakta dan independensi dalam penampilan. Untuk independensi dalam fakta, IFAC menggunakan istilah lain, yaitu independensi dalam pikiran. ■ Independensi dalam pikiran adalah suatu keadaan pikiran yang memungkinkan pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat mengkompromikan penilaian professional, memungkinkan seorang individu bertindak bedasarkan integritas, serta menerapkan objektivitas dan skeptisme professional. ■ Independensi dalam penampilan adalah penghindaran fakta dan kondisi yang sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berpikir rasional – dengan memiliki pengetahuan akan semua informasi yang relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan – akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa skeptisme professional, objektivitas dan itegritas anggota firma, atau tim penjaminan telah dikompromikan. Ancaman Terhadap Independensi Seperti telah diungkapkan sebelumnya, ancaman terhadap independensi dapat berbentuk : ○ Kepentingan diri (self-interest) ○ Review diri (self-review) ○ Advokasi (advocacy) ○ Kekerabatan (familiarity) ○ Intimidasi (intimidation). Pengamanan Terhadap Ancaman Independensi Ada dua kategori pokok pengamanan terhadap ancaman independensi, yaitu : ■ ■ Pengamanan melalui profesi, legislasi atau regulasi. Pengamanan lingkungan kerja (IFAC, 100.11). Pengamanan lingkungan ditempat kerja bisa sangat bervariasi dan sangat luas, bergantung pada keadaan di tempat kerja tersebut. 5 PROFESI AKUNTAN INDONESIA DAN IFAC Saat ini profesi akuntan di Indonesia, baik akuntan publik maupun akuntan manajemen, mengikuti standar kompetensi yang beralku di AS. Namun dengan kecenderungan terjadinya penyatuan sistem perekonomian dunia, mau tidak mau seluruh profesi akuntan di dunia juga harus mendukung ke arah penyatuan sistem ekonomi global tersebut. Saat ini, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kecenderungan timbulmya kesatuan sistem ekonomi global ini belum diikuti oleh keseragaman atau keharmonisan penerapan standar-standar teknis akuntansi, auditing, dan kode etik profesi akuntan di seluruh dunia. Menyadari hal tersebut, para pengurus dan anggota IAI telah berkali-kali mengadakan diskusi dan pembicaraan sekitar kesiapan IAI untuk mengadopsi standar-standar teknis dan kode etik internasional dengan memanfaatkan berbagai forum, seperti kongres, seminar, lokakarya, pelatihan, dan sejenisnya. Kabar terakhir, pengurus IAI bertekad untuk sesegera mungkin agar profesi akuntan Indonesia mengadopsi standar teknis dan perilaku yang dikeluarkan oleh International Federation of Accountans (IFAC). KASUS PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI AKUNTAN MENUJU ERA GLOBAL Arthur Anderson dengan Enron Arthur Anderson (AA) merupakan salah satu kantor akuntan publik elite dunia yang termasuk dalam kelompok big eight. Pada tahun 1985, AA bahkan masuk peringkat satu dalam kelompok big eight, bila dilihat dari pendapatan yang diperolehnya. Kasus KAP Anderson dan Enron terungkap saat enron mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Anderson mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan dengan memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya enron menyatakan bahwa periode pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $393 juta, padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian $644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan perusahaan yang didirikan oleh Enron. Arthur Anderson dengan Enron Komentar : Kecurangan yang dilakukan oleh Arthur Anderson telah banyak melanggar prinsip etika profesi akuntan diantaranya yaitu melanggar prinsip integritas dan perilaku profesional. KAP Arthur Anderson tidak dapat memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik sebagai KAP yang masuk kategori The Big Five dan tidak berperilaku profesional serta konsisten dengan reputasi profesi dalam mengaudit laporan keuangan dengan melakukan penyamaran data. Selain itu Arthur Anderson juga melanggar prinsip standar teknis karena tidak melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Kasus KPMG-Sidhdharta Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak. September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyuap aparat pajak di Indonesia sebesar US$75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York. Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula US$3,2 juta menjadi hanya US$270 ribu. Namun, Penasihat Anti suap Baker rupanya was-was dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung resiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya. Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission,menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker mohon ampun,kasus ini akhirnya diselesaikan luar pengadilan KPMG pun terselamatkan. Kasus KPMG-Sidhdharta Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak. Komentar : Pada kasus ini KPMG telah melanggar prinsip integritas karena tidak memenuhi tanggung jawab profesionalnya sebagai Kantor Akuntan Publik sehingga memungkinkan KPMG kehilangan kepercayaan publik. KPMG juga telah melanggar prinsip objektivitas karena telah memihak kepada kliennya dan melakukan kecurangan dengan menyogok aparat pajak di Indonesia. SEKIAN. TERIMAKASIH!