(Kotoran Manusia) sebagai Bahan Baku Alternatif Energi Terbarukan

advertisement
TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Volume 30 (1) 2012 : 19-24
ISSN : 0125-9121
Studi Pemanfaatan Feses (Kotoran Manusia) sebagai Bahan Baku
Alternatif Energi Terbarukan
ERFIN Y FEBRIANTO DAN SLAMET PRIYONO
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Komp. Puspiptek Serpong Tangerang
[email protected]
Diterima : 7 Maret 2012
Revisi : 16 April 2012
Disetujui : 23 April 2012
ABSTRAK : Dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup dan peningkatan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) serta
semakin berkurangnya sumber daya alam yang tidak terbarukan, maka perlu dicarikan suatu jalan alternatif guna mengganti
sumber daya energi tersebut dengan sumber daya energi yang terbarukan. Kebutuhan energi tersebut sebenarnya tidak lain
adalah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan mendistribusikan secara merata sarana-sarana pemenuhan kebutuhan
pokok manusia. Berbagai macam bentuk energi telah digunakan manusia seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang
merupakan bahan bakar yang tidak terbaharui. Selain itu, sumberdaya lainnya seperti kayu bakar saat ini masih digunakan,
namun penggunaan kayu bakar tersebut mempunyai jumlah yang terbatas dengan semakin berkurangnya hutan sebagai
sumber kayu. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, terutama yang tinggal di perdesaan, kebutuhan energi rumah tangga
masih menjadi persoalan yang harus dicarikan jalan keluarnya. Permasalahan kebutuhan energi perdesaan dapat diatasi
dengan menggunakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, murah, dan mudah diperoleh dari lingkungan sekitar
dan bersifat dapat diperbaharui. Salah satu energi ramah lingkungan adalah gas bio yang dihasilkan dari proses fermentasi
bahan-bahan organik akibat aktivitas bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi gas bio didominasi gas
metan (60% - 70%), karbondioksida (40% - 30%) dan beberapa gas lain dalam jumlah lebih kecil. Pada tulisan ini akan
membahas tentang studi pemanfaatan feses(kotoran manusia) sebagai bahan baku alternatif energi terbarukan yang bersih
lingkungan , dimana feses disamping menghasilkan energi alternatif berupa gas bio dan kalau diproses lebih lanjut dapat
menghasilkan gas hidrogen sebagai bahan bakar gas dan bahan bakar cair berupa metanol ataupun etanol. Sementara sisa atau
limbah yang dihasikannya masih dapat dimanfaatkan lagi sebagai bahan pupuk bagi pertanian.
KATA KUNCI : Feses, gas bio, dan fermentasi.
ABSTRACK : The increasing of human need and the rising prices of oil also the depletion of natural resources that are not
renewable, it is necessary to find an alternative way to replace these energy sources with renewable energy resources. Energy
needs is actually none other than the energy required to produce and distribute evenly means fulfillment of basic human
needs. Many forms of energy have been used by humans such as coal, petroleum, and natural gas is not a renewable fuel. In
addition, other resource, fuel wood, is still used, but the use of firewood has a limited amount with the reduction in forests as
sources of timber. With the increasing of residents, especially those living in rural household energy needs is still an issue that
must be addressed. The problems of energy needs in rural can be addressed by using alternative energy sources that are
environmentally friendly, inexpensive, and easily obtained from the surrounding environment and can be renewed. One of the
green energy bio-gas is produced from the fermentation of organic material by the action of anaerobic bacteria in the
environment without free oxygen. Bio-gas energy consist methane (60% - 70%), carbon dioxide (40% - 30%) and some other
gases in smaller amounts. In this paper we will discuss the use of stool studies (human waste) as an alternative raw material
into clean renewable energy, where the stool next to produce alternative energy such as bio-gas and if further processed to
produce hydrogen gas as fuel gas and liquid fuels such as methanol or ethanol. While, the residual or waste can still be used
again as a fertilizer for agriculture.
KEYWORDS : feses, biogas, and fermentation.
1. PENDAHULUAN.
Minyak merupakan sumber energi utama di Indonesia. Pemakaiannya terus meningkat baik untuk
komoditas ekspor yang menghasilkan devisa maupun untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Karena
itu, ketergantungan akan minyak bumi untuk jangka panjang tidak dapat disangkal lagi. Sementara itu, seperti
yang telah diketahui bahwa cadangan minyak terbatas sehingga pengelolaannya harus dilakukan seefisien
mungkin.[12]
Negara kita sudah hampir dua dekade terakhir ini mengalami krisis energi. Tingginya ketergantungan
minyak impor merupakan bukti bahwa krisis energi tengah melanda negara ini. Padahal sebelum itu, Indonesia
dikenal sebagai pengekspor minyak bahkan Indonesia pun menjadi anggota OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak). Sampai hari ini, Indonesia memang masih menjadi anggota OPEC. Tetapi, keadaannya kini
sudah berbeda dengan era sebelum 80-an. Kini Indonesia sudah tidak mengekspor minyak lagi. Produksi minyak
19
Studi Pemanfaatan Feses….
Erfin Y Febrianto
dalam negeri kita sudah tidak mampu memenuhi konsumsi minyak di dalam negeri. Akhirnya, kita pun harus
tergantung pada minyak luar negeri. Impor minyak kita sangat besar. Jika hal ini dibiarkan tanpa solusi, beban
negara untuk menyubsidi BBM (bahan bakar minyak) akan semakin berat. Saat ini saja, tingginya harga minyak
dunia, yang mencapai 60 dolar AS per barel, sudah sangat menyulitkan perekonomian kita. Apalagi, baik dalam
APBN maupun APBN-Perubahan kita, harga minyak dipatok di bawah harga minyak dunia yang ada saat ini,
yakni sekira 25-35 dolar AS. [12]
Kelangkaan bahan bakar minyak, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan,
telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energi bersama-sama. Penghematan
ini sebetulnya harus telah digerakkan sejak dahulu karena pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi
adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable). Salah satu jalan untuk menghemat
bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable) [11],
khususnya dalam penyediaan energi bahan bakar untuk mesin kendaraan bermotor. Energi alternatif tersebut
haruslah dapat menekan dan mengurangi pemakaian energi fosil khususnya minyak bumi, dapat memanfaatkan
potensi energi dan sumber daya lingkungan yang tersedia serta ramah terhadap lingkungan.
Energi baru dan terbarukan adalah energi yang pada umumnya sumber daya nonfosil yang dapat
diperbaharui atau yang bila dikelola dengan baik, maka sumber dayanya tidak akan habis. Sumber energi yang
termasuk dalam energi baru dan terbarukan antara lain energi panas bumi, energi air, energi surya, energi angin,
energi biomassa/biogas, energi samudra, fuel cell (sel bahan bakar), dan energi nuklir. [27]. Pada tulisan ini akan
,membahas tentang studi pemanfaatan feses(kotoran manusia) sebagai bahan baku alternatif energi terbarukan
yang bersih lingkungan khususnya energi hydrogen.
Hidrogen adalah salah satu kandidat sumber energi yang berpotensi sebagai pengganti bahan bakar mesin
kendaraan bermotor. Hidrogen menghasilkan energi yang lebih besar daripada bahan bakar lainnya, dimana
dalam basis massa, energi yang dihasilkan hidrogen hampir mendekati tiga kali energi yang dihasilkan oleh
bensin (120 MJ/kg hidrogen sebanding dengan 44 MJ/kg bensin). Hidrogen tidak menghasilkan polusi udara saat
dibakar karena hasil reaksi kimia hidrogen dengan oksigen dari udara hanya menghasilkan uap air dan panas,
sehingga hidrogen merupakan teknologi yang ramah lingkungan[25]. Hidrogen berbeda dari sumber energi fosil.
Alasannya, hidrogen bisa dihasilkan dengan suatu siklus yang bersifat regeneratif dan natural, sedangkan minyak
hanya sekali pakai. Hidrogen dapat diproduksi dari berbagai sumber energi, termasuk dari bahan bakar fosil
seperti gas alam dan batubara. Hidrogen juga dapat diproduksi dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui
seperti dari radiasi matahari, air, tenaga angin, biomassa dan tenaga nuklir.
Diketahui pemanfaatan limbah manusia ( feses ) sebagai sumber energi dalam bentuk biogas dapat
menghasilkan gas metana melalui proses fermentasi, dimana gas metana yang dihasilkan tersebut dapat dijadikan
sebagai bahan baku dalam memproduksi hidrogen dengan proses reforming, sehingga limbah manusia (feses)
tersebut yang tadinya merupakan suatu bahan yang tidak berharga dapat dijadikan sebagai bahan bakar yang
ramah lingkungan dan tentu saja penggunaannya akan mengurangi ketergantungan akan pemakaian minyak bumi.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa studi lapangan dan penelitian laboratorium.
Studi lapangan meliputi pengumpulan data tentang jumlah feses yang tersedia, yang dilanjutkan dengan analisis
kima di laboratorium yantu menganalisa kondisi dan komposisi kimia dari feses. Hasil dari analisis kimia ini,
dikaji untuk kemungkinan dilanjutkan yang pada akhirnya akan menghasilkan bakan bakar yang terbarukan yang
berasal dari limbah yang dapat menggantikan bahan bakar minyak
Dalam uraian proses pemanfaatan feses sebagai bahan baku pembuatan gas hydrogen ini, ada 4 tahapan
yang harus dilalui yaitu :
2.1. Unit persiapan bahan baku
Limbah manusia ( feses ) dari hasil pengambilan dikumpulkan dalam bak penampung bahan baku sebelum
memasuki tanki berpengaduk. Untuk mendapatkan rasio C/N yang optimum yaitu 25-30 : 1 (United Nation,
1996), maka ditambahkan jerami kedalam tangki berpengaduk.
Rasio C / N merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan untuk pertumbuhan
mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi. Selain jumlah nutrisi seperti unsur C, N, dan P
sebaiknya berada pada rasio atau perbandingan yang tepat. Apabila unsur N dan P terlalu sedikit dibandingkan
20
TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Volume 30 (1) 2012 : 19-24
ISSN : 0125-9121
dengan unsur C, maka konversi C menjadi CH4 menjadi tidak sempurna (Lane,1980). Selain itu apabila
kandungan nitrogen dalam umpan rendah, yaitu sekitar 0.4-0.6 %, pH tidak akan stabil dan penurunan pH mudah
terjadi (Malina dan Pohland, 1992). Sebaliknya, apabila unsur N berlebih, maka mikroorganisme akan
mengkonsumsi unsur N tersebut menjadi senyawa-senyawa yang dapat menginhibisi proses, seperti misalnya
NH3. Unsur C di butuhkan mikroorganisme sebagai sumber energi sedangkan Nitrogen dibutuhkan untuk
pembangunan struktur sel (United Nation, 1996). Feses memiliki rasio C/N sebesar 4:1 (United Nation, 1996),
sehingga untuk dapat memenuhi rasio C/N yang optimum yaitu 25-30 ditambahkan jerami yang memiliki rasio
C/N sebesar 87:1, sehingga didapat rasio C/N sebesar 28,9 :1.
Air dialirkan pada tangki berpengaduk dengan perbandingan 1 : 1 antara bahan baku (feses + jerami)
dengan air (United Nation, 1996). Pada tahap hidrolisis, penambahan air berfungsi untuk melarutkan bahan
organik dan komponen terlarut lainnya. Selain itu, penambahan air dilakukan untuk memudahkan didalam
pengaliran umpan. Pada tangki berpengaduk dilakukan pengadukkan dan pemanasan hingga bahan mencapai
suhu 35oC.
2.2. Unit fermentasi
Campuran yang dihasilkan dari tahap persiapan bahan baku dialirkan ke dalam digester Pencampuran
bahan baku dengan air mempunyai pH 4-5, sehingga perlu ditambahkan larutan Ca(OH)2 10% (Petrus, 1998),
untuk mendapatkan pH 7-8. pH sangat berpengaruh dalam fermentasi anaerobik terutama untuk menjamin
kecepatan produksi metan yang tinggi maka perlu ditambahkan Ca(OH)2 guna pencapaian kapasitas penyangga
untuk menanggulangi kenaikan asam volatil dengan penurunan pH minimal. Penambahan Ca(OH) 2 dilakukan
diawal fermentasi, karena pada saat proses berlangsung sebagian gas CO2 yang dihasilkan bereaksi dengan air
yang ada membentuk H2CO3 yang berfungsi sebagai sistem penyangga pH supaya konstan pada nilai yang
dikehendaki.
Bakteri yang digunakan untuk proses fermentasi adalah bakteri Acidogenic dan bakteri Metanogenic.
Bakteri Acidogenic dimasukkan ke dalam digester dengan waktu tinggal 4 hari. Setelah 4 hari, selanjutnya bakteri
Metanogenic dialirkan kedalam digester. Bakteri Metanogenic tersebut berada didalam digester selama 6 hari,
sehingga total retention time dari proses fermentasi di dalam digester adalah 10 hari.
Bakteri Acidogenic merupakan mikroorganisme yang bersifat anaerobik fakultatif. Pemasukkannya
dilakukan diawal proses karena pada saat awal, kandungan oksigen dalam slurry masih sangat tinggi sehingga
aktifitas bakteri Acidogenic untuk menghidrolisis substrat komplek yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak
menjadi bahan organik lain yang lebih sederhana. Kerja dari bakteri Acidogenic merupakan pararel dari kerja
bakteri aerob yang sudah terdapat dalam slurry. Kelompok bakteri aerobik banyak terdapat di dalam umpan yang
bekerja untuk menghasilkan gas CO2 [Mc Donald,1978].
Pada keadaan setelah terjadi penurunan kadar oksigen sampai batas yang dapat diterima oleh bakteri
Methanogenic maka pada saat tersebut dimasukkan bakteri Methanogenic. Bakteri Methanogenic merupakan
organisme yang strict anaerobic yang mengubah asam organik rantai pendek menjadi gas metana (CH 4) dan
karbondioksida (CO2). Pada kadar oksigen yang sangat rendah (masih terdapat oksigen) bakteri Methanogenic
tidak mengalami kematian melainkan hanya terinaktifasi dan akan aktif kembali jika kadar oksigen telah habis
karena bakteri Methanogenic sangat sensitif terhadap oksigen (Lane, 1980). Sedangkan bakteri Acidogenic pada
kadar oksigen sangat rendah juga tidak mengalami kematian, hanya saja aktivitasnya tidak sebaik pada keadaan
aerob dan setelah kadar oksigen habis bakteri Acidogenic perlahan terinaktifasi dan kemudian mengalami fase
kematian.
Metana diproduksi melalui pemutusan ikatan langsung dari CH 3COOH, dengan gugus metil dikonversikan
menjadi metana dan gugus karbonil menjadi karbondioksida (Miller,1977).
Pada unit ini terjadi reaksi :
C 6 H 10 O5  N 2  CH 3 COOH  CO2  CH 4
(1)
Kondisi operasi digester didesain pada suhu 35 oC dan tekanan 1 atm.
Gas bio yang dihasilkan hasil pencernaan anaerobik adalah :
1. CH4 =
70 %
4. CO =
0,1 %
2. CO2 =
27 %
5. O2
=
0,1 %
3. N2
=
2,75 %
6. H2S =
0,05 %
21
Studi Pemanfaatan Feses….
Erfin Y Febrianto
Gas bio yang dihasilkan tersebut kemudian dialirkan ke system pemanas (Heater) dengan bantuan blower
menuju adsorber H2S.
Slurry yang merupakan produk bawah dari digester, dialirkan ke dalam bak penampung slurry untuk
selanjutnya dilakukan pengolahan.
2. 3. Unit produksi gas hidrogen
Gas H2S yang terdapat di dalam gas bio merupakan racun bagi katalis, sehingga perlu dilakukan
pengurangan kadar gas H2S. Adsorber H2S yang menggunakan Zinc Oxide (ZnO) sebagai adsorban dapat
mengurangi kadar sulfur hingga ± 0,2 ppm. H2S akan di adsorpsi melalui sebuah reaksi. Reaksi yang terjadi
adalah eksotermis, tetapi karena panas yang dihasilkan sedikit, sehingga panas tersebut dapat diabaikan.
Reaksi yang terjadi pada sulfur adsorber yaitu :
Zn  H 2 S  ZnS  H 2 O
(2)
Jika kemampuan mengadsorpsi telah berkurang, hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya kadar sulfur
dalam aliran keluar, sehingga adsorban tersebut harus diganti dengan adsorban yang baru.
Produk gas hasil reaksi didalam Adsorber kemudian dialirkan ke dalam Reformer , dimana jenis
Reformer yang digunakan pada proses ini adalah Fixed bed multi tube reactor. Di dalam Reformer, gas tersebut
dikontakkan dengan CeO2 yang merupakan autokatalis untuk mengkonversi CH4 menjadi H2 dan CO dengan rasio
2:1. Pada unit ini, reaksi yang terjadi adalah:
CeO2  nCH 4 CeO2 n  nCO  2NH 2
dengan nilai x dalam CeO2-x adalah ≤ 0,5
[8]
(3)
, maka nilai x diasumsikan 0,5 sehingga reaksi diatas menjadi :
CeO2  0.5CH 4  CeO1.5  0.5CO  H 2
(4)
2CeO2  CH 4  2CeO1.5  CO  2 H 2
(5)
Reaksi diatas berlangsung didalam reformer pada suhu 650oC dengan tekanan operasi 14 atm dan memiliki
konversi 95%.
Pada reformer tidak hanya terjadi reaksi pembentukan H2 tetapi juga terjadi regenerasi dari katalis CeO2
pada kondisi operasi yang sama. Reaksi yang terjadi,yaitu :
2CeO1.5  CO2  2CeO2  CO
(6)
CeO1,5 akan diregenerasi oleh CO2 yang telah terdapat pada gas bio, sedangkan kekurangannya akan di make up
dari gas CO2 hasil keluaran membran CO2. Kedua reaksi tersebut bersifat endotermis, karena itulah, untuk
menjaga kondisi operasi supaya konstan diperlukan pemanasan. Produk dari Reformer yang berupa gas H2, CO,
O2, N2, H2S dan CH4 sisa dimasukkan ke dalam membran CH4 yang sebelumnya didinginkan hingga mencapai
suhu 500 oC, dimana suhu ini merupakan suhu operasi dari membran CH4. Membran CH4 digunakan untuk
memisahkan gas CH4 dengan gas lainnya. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan gas CH 4 sebagai bahan bakar.
Untuk selanjutnya gas campuran (H2, CO, O2, N2, H2S danCH4 sisa) keluaran membran CH4 akan di campurkan
dengan steam di dalam reaktor HTM (Hydrogen Transport Membrane) untuk mereaksikan CO dengan H2O pada
suhu 400 oC dan tekanan 150 psi. Dengan reaksi sebagai berikut
CO  H 2 O  CO2  H 2
(7)
Didalam reaktor HTM terdapat membran hidrogen yang dapat langsung memisahkan produk H 2 yang
dihasilkan dari Reformer dan reaktor HTM. Hidrogen yang dihasilkan setelah didinginkan, sebagian di salurkan
ke pengguna (user) sedangkan sebagian lagi di kemas untuk dijual.
22
TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Volume 30 (1) 2012 : 19-24
ISSN : 0125-9121
3. HASIL DAN PEMBAHASAN.
Dari hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa setiap orang menghasilkan rata-rata 250 gram
feses per hari dan setiap kg feses akan menghasilkan 24 lt gas bio. Hasil analisis komposisi kimia dari feses
seperti diperlihatkan pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Hasil analisis kimia feses
No
1
2
3
4
5
6
7
Komponen
Preotein
Lemak
Serat
H3PO4
Kalium
Calsium
Magnesium
Kandungan (%)
1
20
75
1,32
0,68
1,16
0,84
Dari kandungan feses seperti terlihat pada table 1 diatas, dengan penambahan jerami dan setelah mengalami
proses fermentasi dapat menghasilkan gas bio. Table 2. memperlihatkan hasil analisis komposisi kimia dari gas
bio yang dihasilkan dari proses fermentasi feses. Dari hasil analisis dan uraian proses diatas dapat dilihat bahwa
feses dengan komosisi seperti terlihat pada table 1 diatas, dengan melalui proses fermentasi akan menghasilkan
gas bio dengan komposisi terbesar gas CH4. Gas bio yang dihasilkan ini dengan melakukan pembersihan terlebih
dahulu yaitu menghilangkan H2S nya , dapat digunakan langsung sebagai gas bakar untuk memasak pangganti
bahan bakar minyak. Dan apabila terhapap gas CH4 ini dilakukan proses lebih lanjut seperti proses reformasi dan
lain lain nya akan menghasilkan gas hydrogen yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar
minyak
Tabel 2. Hasil analisis komposisi kimia gas bio dari feses
No
1
2
3
4
5
6
Componen
CH4
CO2
N2
CO
O2
H 2S
Kandungan (%)
70
27
2,75
0,1
0,1
0,05
4. KESIMPULAN
Dari hasil analisa dan pengamatan yang telkah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpilan sebagai
berikut:
1. Feses dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan alternatif energi yang berkelanjutan.
2. Dari Feses dapat dihasilkan : gas CH4, H2, methanol dll
3. Komposisi terbesar dari hasil fermentasi feses adalah gas CH4
4. Dari gas CH4 dapat dilanjutkan proses nya untuk menghasilkan Hidrogen, Methanol dll
23
Studi Pemanfaatan Feses….
Erfin Y Febrianto
DAFTAR PUSTAKA
[1].
[2].
[3].
[4].
[5].
[6].
[7].
[8].
[9].
[10].
[11].
[12].
[13].
[14].
[15].
[16].
[17].
24
Austin,George T.Jasjfi,E. 1985. “Industri Proses Kimia”.Edisi ke-5.Jilid 1
Balachandran,U. Lee,T.H. Dorris,S.E. Production From Methane Using Mixed-Conducting Dense
Ceramic Membranes. Energy Technology Division. Argonne National Laboratory 9700 S. Cass Avenue.
Argonne.
Battacharya, B.C. 1976. ”Introduction to Chemical Equipment Design”. Edisi ke-1. Indian Institute of
Technology. Khragpur.
Brown,G.G.---------. “ Unit Operation”. Modern Asia Edition. Charles E. Tuttle Company. Tokyo.
Brownell, L.E & Young E.H. 1979. “Equipment Design”. John Wiley and Sons Inc. New York.
Darmawan,Petrus. 1998. Gasbio dari Kotoran Sapi dengan Proses Biokonversi. ITPS. Surabaya.
Kern, D.Q. 1983. “Process Heat Transfer”. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York.
Kompas. 8 Agustus 2005. “Biogas, Sumber Energi Alternatif”. Burhani Rahman.
Kompas. Senin, 24 Oktober 2005. “Energi Baru dan Terbarukan”. A Harsono Soepardjo.
Otsuka, Kiyoshi. 1998. “Direct Partial Oxidation of Methane to Synthesis Gas by Cerium Oxide”. Journal
of Catalysis 175, page 152-160.
Penelitian Ir. Erfin Yundra Febrianto, MT. APU.
Perry, R.H.“Perry’s Chemical Engineer Handbook”. Edisi ke- 5. McGraw-Hill Book Company, Inc.
Sohlberg, Karl. Sokrates T Pantelides. Stephen J Pennycook. 2001.
” Interactions of Hydrogen with
CeO2”. Department of Chemistry, Drexel University. Philadelphia, Pennsylvania.
United Nations. 1996. ”Guidebook On Biogas Development”. Economic and Social Commission for Asia
and The Pacific. Bangkok, Thailand.
US. Department of Energy. Januari 2006. “Hydrogen, Fuel Cells & Infrastructure Technologies Program”.
Energy Efficiency And Renewable Energy.
http://www.wartaekonomi.com. Senin, 13 Maret 2006. “Harga BBM : Serasa Bernafas dalam lumpur”.
Warta Ekonomi..
www.yahoo.com, Kandungan feses , 20 Maret 2006
Download