TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Volume 30 (1) 2012 : 19-24 ISSN : 0125-9121 Studi Pemanfaatan Feses (Kotoran Manusia) sebagai Bahan Baku Alternatif Energi Terbarukan ERFIN Y FEBRIANTO DAN SLAMET PRIYONO Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Komp. Puspiptek Serpong Tangerang [email protected] Diterima : 7 Maret 2012 Revisi : 16 April 2012 Disetujui : 23 April 2012 ABSTRAK : Dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup dan peningkatan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) serta semakin berkurangnya sumber daya alam yang tidak terbarukan, maka perlu dicarikan suatu jalan alternatif guna mengganti sumber daya energi tersebut dengan sumber daya energi yang terbarukan. Kebutuhan energi tersebut sebenarnya tidak lain adalah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan mendistribusikan secara merata sarana-sarana pemenuhan kebutuhan pokok manusia. Berbagai macam bentuk energi telah digunakan manusia seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang merupakan bahan bakar yang tidak terbaharui. Selain itu, sumberdaya lainnya seperti kayu bakar saat ini masih digunakan, namun penggunaan kayu bakar tersebut mempunyai jumlah yang terbatas dengan semakin berkurangnya hutan sebagai sumber kayu. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, terutama yang tinggal di perdesaan, kebutuhan energi rumah tangga masih menjadi persoalan yang harus dicarikan jalan keluarnya. Permasalahan kebutuhan energi perdesaan dapat diatasi dengan menggunakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, murah, dan mudah diperoleh dari lingkungan sekitar dan bersifat dapat diperbaharui. Salah satu energi ramah lingkungan adalah gas bio yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik akibat aktivitas bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi gas bio didominasi gas metan (60% - 70%), karbondioksida (40% - 30%) dan beberapa gas lain dalam jumlah lebih kecil. Pada tulisan ini akan membahas tentang studi pemanfaatan feses(kotoran manusia) sebagai bahan baku alternatif energi terbarukan yang bersih lingkungan , dimana feses disamping menghasilkan energi alternatif berupa gas bio dan kalau diproses lebih lanjut dapat menghasilkan gas hidrogen sebagai bahan bakar gas dan bahan bakar cair berupa metanol ataupun etanol. Sementara sisa atau limbah yang dihasikannya masih dapat dimanfaatkan lagi sebagai bahan pupuk bagi pertanian. KATA KUNCI : Feses, gas bio, dan fermentasi. ABSTRACK : The increasing of human need and the rising prices of oil also the depletion of natural resources that are not renewable, it is necessary to find an alternative way to replace these energy sources with renewable energy resources. Energy needs is actually none other than the energy required to produce and distribute evenly means fulfillment of basic human needs. Many forms of energy have been used by humans such as coal, petroleum, and natural gas is not a renewable fuel. In addition, other resource, fuel wood, is still used, but the use of firewood has a limited amount with the reduction in forests as sources of timber. With the increasing of residents, especially those living in rural household energy needs is still an issue that must be addressed. The problems of energy needs in rural can be addressed by using alternative energy sources that are environmentally friendly, inexpensive, and easily obtained from the surrounding environment and can be renewed. One of the green energy bio-gas is produced from the fermentation of organic material by the action of anaerobic bacteria in the environment without free oxygen. Bio-gas energy consist methane (60% - 70%), carbon dioxide (40% - 30%) and some other gases in smaller amounts. In this paper we will discuss the use of stool studies (human waste) as an alternative raw material into clean renewable energy, where the stool next to produce alternative energy such as bio-gas and if further processed to produce hydrogen gas as fuel gas and liquid fuels such as methanol or ethanol. While, the residual or waste can still be used again as a fertilizer for agriculture. KEYWORDS : feses, biogas, and fermentation. 1. PENDAHULUAN. Minyak merupakan sumber energi utama di Indonesia. Pemakaiannya terus meningkat baik untuk komoditas ekspor yang menghasilkan devisa maupun untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Karena itu, ketergantungan akan minyak bumi untuk jangka panjang tidak dapat disangkal lagi. Sementara itu, seperti yang telah diketahui bahwa cadangan minyak terbatas sehingga pengelolaannya harus dilakukan seefisien mungkin.[12] Negara kita sudah hampir dua dekade terakhir ini mengalami krisis energi. Tingginya ketergantungan minyak impor merupakan bukti bahwa krisis energi tengah melanda negara ini. Padahal sebelum itu, Indonesia dikenal sebagai pengekspor minyak bahkan Indonesia pun menjadi anggota OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak). Sampai hari ini, Indonesia memang masih menjadi anggota OPEC. Tetapi, keadaannya kini sudah berbeda dengan era sebelum 80-an. Kini Indonesia sudah tidak mengekspor minyak lagi. Produksi minyak 19 Studi Pemanfaatan Feses…. Erfin Y Febrianto dalam negeri kita sudah tidak mampu memenuhi konsumsi minyak di dalam negeri. Akhirnya, kita pun harus tergantung pada minyak luar negeri. Impor minyak kita sangat besar. Jika hal ini dibiarkan tanpa solusi, beban negara untuk menyubsidi BBM (bahan bakar minyak) akan semakin berat. Saat ini saja, tingginya harga minyak dunia, yang mencapai 60 dolar AS per barel, sudah sangat menyulitkan perekonomian kita. Apalagi, baik dalam APBN maupun APBN-Perubahan kita, harga minyak dipatok di bawah harga minyak dunia yang ada saat ini, yakni sekira 25-35 dolar AS. [12] Kelangkaan bahan bakar minyak, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan, telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energi bersama-sama. Penghematan ini sebetulnya harus telah digerakkan sejak dahulu karena pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable). Salah satu jalan untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable) [11], khususnya dalam penyediaan energi bahan bakar untuk mesin kendaraan bermotor. Energi alternatif tersebut haruslah dapat menekan dan mengurangi pemakaian energi fosil khususnya minyak bumi, dapat memanfaatkan potensi energi dan sumber daya lingkungan yang tersedia serta ramah terhadap lingkungan. Energi baru dan terbarukan adalah energi yang pada umumnya sumber daya nonfosil yang dapat diperbaharui atau yang bila dikelola dengan baik, maka sumber dayanya tidak akan habis. Sumber energi yang termasuk dalam energi baru dan terbarukan antara lain energi panas bumi, energi air, energi surya, energi angin, energi biomassa/biogas, energi samudra, fuel cell (sel bahan bakar), dan energi nuklir. [27]. Pada tulisan ini akan ,membahas tentang studi pemanfaatan feses(kotoran manusia) sebagai bahan baku alternatif energi terbarukan yang bersih lingkungan khususnya energi hydrogen. Hidrogen adalah salah satu kandidat sumber energi yang berpotensi sebagai pengganti bahan bakar mesin kendaraan bermotor. Hidrogen menghasilkan energi yang lebih besar daripada bahan bakar lainnya, dimana dalam basis massa, energi yang dihasilkan hidrogen hampir mendekati tiga kali energi yang dihasilkan oleh bensin (120 MJ/kg hidrogen sebanding dengan 44 MJ/kg bensin). Hidrogen tidak menghasilkan polusi udara saat dibakar karena hasil reaksi kimia hidrogen dengan oksigen dari udara hanya menghasilkan uap air dan panas, sehingga hidrogen merupakan teknologi yang ramah lingkungan[25]. Hidrogen berbeda dari sumber energi fosil. Alasannya, hidrogen bisa dihasilkan dengan suatu siklus yang bersifat regeneratif dan natural, sedangkan minyak hanya sekali pakai. Hidrogen dapat diproduksi dari berbagai sumber energi, termasuk dari bahan bakar fosil seperti gas alam dan batubara. Hidrogen juga dapat diproduksi dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui seperti dari radiasi matahari, air, tenaga angin, biomassa dan tenaga nuklir. Diketahui pemanfaatan limbah manusia ( feses ) sebagai sumber energi dalam bentuk biogas dapat menghasilkan gas metana melalui proses fermentasi, dimana gas metana yang dihasilkan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam memproduksi hidrogen dengan proses reforming, sehingga limbah manusia (feses) tersebut yang tadinya merupakan suatu bahan yang tidak berharga dapat dijadikan sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan tentu saja penggunaannya akan mengurangi ketergantungan akan pemakaian minyak bumi. 2. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa studi lapangan dan penelitian laboratorium. Studi lapangan meliputi pengumpulan data tentang jumlah feses yang tersedia, yang dilanjutkan dengan analisis kima di laboratorium yantu menganalisa kondisi dan komposisi kimia dari feses. Hasil dari analisis kimia ini, dikaji untuk kemungkinan dilanjutkan yang pada akhirnya akan menghasilkan bakan bakar yang terbarukan yang berasal dari limbah yang dapat menggantikan bahan bakar minyak Dalam uraian proses pemanfaatan feses sebagai bahan baku pembuatan gas hydrogen ini, ada 4 tahapan yang harus dilalui yaitu : 2.1. Unit persiapan bahan baku Limbah manusia ( feses ) dari hasil pengambilan dikumpulkan dalam bak penampung bahan baku sebelum memasuki tanki berpengaduk. Untuk mendapatkan rasio C/N yang optimum yaitu 25-30 : 1 (United Nation, 1996), maka ditambahkan jerami kedalam tangki berpengaduk. Rasio C / N merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan untuk pertumbuhan mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi. Selain jumlah nutrisi seperti unsur C, N, dan P sebaiknya berada pada rasio atau perbandingan yang tepat. Apabila unsur N dan P terlalu sedikit dibandingkan 20 TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Volume 30 (1) 2012 : 19-24 ISSN : 0125-9121 dengan unsur C, maka konversi C menjadi CH4 menjadi tidak sempurna (Lane,1980). Selain itu apabila kandungan nitrogen dalam umpan rendah, yaitu sekitar 0.4-0.6 %, pH tidak akan stabil dan penurunan pH mudah terjadi (Malina dan Pohland, 1992). Sebaliknya, apabila unsur N berlebih, maka mikroorganisme akan mengkonsumsi unsur N tersebut menjadi senyawa-senyawa yang dapat menginhibisi proses, seperti misalnya NH3. Unsur C di butuhkan mikroorganisme sebagai sumber energi sedangkan Nitrogen dibutuhkan untuk pembangunan struktur sel (United Nation, 1996). Feses memiliki rasio C/N sebesar 4:1 (United Nation, 1996), sehingga untuk dapat memenuhi rasio C/N yang optimum yaitu 25-30 ditambahkan jerami yang memiliki rasio C/N sebesar 87:1, sehingga didapat rasio C/N sebesar 28,9 :1. Air dialirkan pada tangki berpengaduk dengan perbandingan 1 : 1 antara bahan baku (feses + jerami) dengan air (United Nation, 1996). Pada tahap hidrolisis, penambahan air berfungsi untuk melarutkan bahan organik dan komponen terlarut lainnya. Selain itu, penambahan air dilakukan untuk memudahkan didalam pengaliran umpan. Pada tangki berpengaduk dilakukan pengadukkan dan pemanasan hingga bahan mencapai suhu 35oC. 2.2. Unit fermentasi Campuran yang dihasilkan dari tahap persiapan bahan baku dialirkan ke dalam digester Pencampuran bahan baku dengan air mempunyai pH 4-5, sehingga perlu ditambahkan larutan Ca(OH)2 10% (Petrus, 1998), untuk mendapatkan pH 7-8. pH sangat berpengaruh dalam fermentasi anaerobik terutama untuk menjamin kecepatan produksi metan yang tinggi maka perlu ditambahkan Ca(OH)2 guna pencapaian kapasitas penyangga untuk menanggulangi kenaikan asam volatil dengan penurunan pH minimal. Penambahan Ca(OH) 2 dilakukan diawal fermentasi, karena pada saat proses berlangsung sebagian gas CO2 yang dihasilkan bereaksi dengan air yang ada membentuk H2CO3 yang berfungsi sebagai sistem penyangga pH supaya konstan pada nilai yang dikehendaki. Bakteri yang digunakan untuk proses fermentasi adalah bakteri Acidogenic dan bakteri Metanogenic. Bakteri Acidogenic dimasukkan ke dalam digester dengan waktu tinggal 4 hari. Setelah 4 hari, selanjutnya bakteri Metanogenic dialirkan kedalam digester. Bakteri Metanogenic tersebut berada didalam digester selama 6 hari, sehingga total retention time dari proses fermentasi di dalam digester adalah 10 hari. Bakteri Acidogenic merupakan mikroorganisme yang bersifat anaerobik fakultatif. Pemasukkannya dilakukan diawal proses karena pada saat awal, kandungan oksigen dalam slurry masih sangat tinggi sehingga aktifitas bakteri Acidogenic untuk menghidrolisis substrat komplek yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak menjadi bahan organik lain yang lebih sederhana. Kerja dari bakteri Acidogenic merupakan pararel dari kerja bakteri aerob yang sudah terdapat dalam slurry. Kelompok bakteri aerobik banyak terdapat di dalam umpan yang bekerja untuk menghasilkan gas CO2 [Mc Donald,1978]. Pada keadaan setelah terjadi penurunan kadar oksigen sampai batas yang dapat diterima oleh bakteri Methanogenic maka pada saat tersebut dimasukkan bakteri Methanogenic. Bakteri Methanogenic merupakan organisme yang strict anaerobic yang mengubah asam organik rantai pendek menjadi gas metana (CH 4) dan karbondioksida (CO2). Pada kadar oksigen yang sangat rendah (masih terdapat oksigen) bakteri Methanogenic tidak mengalami kematian melainkan hanya terinaktifasi dan akan aktif kembali jika kadar oksigen telah habis karena bakteri Methanogenic sangat sensitif terhadap oksigen (Lane, 1980). Sedangkan bakteri Acidogenic pada kadar oksigen sangat rendah juga tidak mengalami kematian, hanya saja aktivitasnya tidak sebaik pada keadaan aerob dan setelah kadar oksigen habis bakteri Acidogenic perlahan terinaktifasi dan kemudian mengalami fase kematian. Metana diproduksi melalui pemutusan ikatan langsung dari CH 3COOH, dengan gugus metil dikonversikan menjadi metana dan gugus karbonil menjadi karbondioksida (Miller,1977). Pada unit ini terjadi reaksi : C 6 H 10 O5 N 2 CH 3 COOH CO2 CH 4 (1) Kondisi operasi digester didesain pada suhu 35 oC dan tekanan 1 atm. Gas bio yang dihasilkan hasil pencernaan anaerobik adalah : 1. CH4 = 70 % 4. CO = 0,1 % 2. CO2 = 27 % 5. O2 = 0,1 % 3. N2 = 2,75 % 6. H2S = 0,05 % 21 Studi Pemanfaatan Feses…. Erfin Y Febrianto Gas bio yang dihasilkan tersebut kemudian dialirkan ke system pemanas (Heater) dengan bantuan blower menuju adsorber H2S. Slurry yang merupakan produk bawah dari digester, dialirkan ke dalam bak penampung slurry untuk selanjutnya dilakukan pengolahan. 2. 3. Unit produksi gas hidrogen Gas H2S yang terdapat di dalam gas bio merupakan racun bagi katalis, sehingga perlu dilakukan pengurangan kadar gas H2S. Adsorber H2S yang menggunakan Zinc Oxide (ZnO) sebagai adsorban dapat mengurangi kadar sulfur hingga ± 0,2 ppm. H2S akan di adsorpsi melalui sebuah reaksi. Reaksi yang terjadi adalah eksotermis, tetapi karena panas yang dihasilkan sedikit, sehingga panas tersebut dapat diabaikan. Reaksi yang terjadi pada sulfur adsorber yaitu : Zn H 2 S ZnS H 2 O (2) Jika kemampuan mengadsorpsi telah berkurang, hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya kadar sulfur dalam aliran keluar, sehingga adsorban tersebut harus diganti dengan adsorban yang baru. Produk gas hasil reaksi didalam Adsorber kemudian dialirkan ke dalam Reformer , dimana jenis Reformer yang digunakan pada proses ini adalah Fixed bed multi tube reactor. Di dalam Reformer, gas tersebut dikontakkan dengan CeO2 yang merupakan autokatalis untuk mengkonversi CH4 menjadi H2 dan CO dengan rasio 2:1. Pada unit ini, reaksi yang terjadi adalah: CeO2 nCH 4 CeO2 n nCO 2NH 2 dengan nilai x dalam CeO2-x adalah ≤ 0,5 [8] (3) , maka nilai x diasumsikan 0,5 sehingga reaksi diatas menjadi : CeO2 0.5CH 4 CeO1.5 0.5CO H 2 (4) 2CeO2 CH 4 2CeO1.5 CO 2 H 2 (5) Reaksi diatas berlangsung didalam reformer pada suhu 650oC dengan tekanan operasi 14 atm dan memiliki konversi 95%. Pada reformer tidak hanya terjadi reaksi pembentukan H2 tetapi juga terjadi regenerasi dari katalis CeO2 pada kondisi operasi yang sama. Reaksi yang terjadi,yaitu : 2CeO1.5 CO2 2CeO2 CO (6) CeO1,5 akan diregenerasi oleh CO2 yang telah terdapat pada gas bio, sedangkan kekurangannya akan di make up dari gas CO2 hasil keluaran membran CO2. Kedua reaksi tersebut bersifat endotermis, karena itulah, untuk menjaga kondisi operasi supaya konstan diperlukan pemanasan. Produk dari Reformer yang berupa gas H2, CO, O2, N2, H2S dan CH4 sisa dimasukkan ke dalam membran CH4 yang sebelumnya didinginkan hingga mencapai suhu 500 oC, dimana suhu ini merupakan suhu operasi dari membran CH4. Membran CH4 digunakan untuk memisahkan gas CH4 dengan gas lainnya. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan gas CH 4 sebagai bahan bakar. Untuk selanjutnya gas campuran (H2, CO, O2, N2, H2S danCH4 sisa) keluaran membran CH4 akan di campurkan dengan steam di dalam reaktor HTM (Hydrogen Transport Membrane) untuk mereaksikan CO dengan H2O pada suhu 400 oC dan tekanan 150 psi. Dengan reaksi sebagai berikut CO H 2 O CO2 H 2 (7) Didalam reaktor HTM terdapat membran hidrogen yang dapat langsung memisahkan produk H 2 yang dihasilkan dari Reformer dan reaktor HTM. Hidrogen yang dihasilkan setelah didinginkan, sebagian di salurkan ke pengguna (user) sedangkan sebagian lagi di kemas untuk dijual. 22 TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Volume 30 (1) 2012 : 19-24 ISSN : 0125-9121 3. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa setiap orang menghasilkan rata-rata 250 gram feses per hari dan setiap kg feses akan menghasilkan 24 lt gas bio. Hasil analisis komposisi kimia dari feses seperti diperlihatkan pada tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Hasil analisis kimia feses No 1 2 3 4 5 6 7 Komponen Preotein Lemak Serat H3PO4 Kalium Calsium Magnesium Kandungan (%) 1 20 75 1,32 0,68 1,16 0,84 Dari kandungan feses seperti terlihat pada table 1 diatas, dengan penambahan jerami dan setelah mengalami proses fermentasi dapat menghasilkan gas bio. Table 2. memperlihatkan hasil analisis komposisi kimia dari gas bio yang dihasilkan dari proses fermentasi feses. Dari hasil analisis dan uraian proses diatas dapat dilihat bahwa feses dengan komosisi seperti terlihat pada table 1 diatas, dengan melalui proses fermentasi akan menghasilkan gas bio dengan komposisi terbesar gas CH4. Gas bio yang dihasilkan ini dengan melakukan pembersihan terlebih dahulu yaitu menghilangkan H2S nya , dapat digunakan langsung sebagai gas bakar untuk memasak pangganti bahan bakar minyak. Dan apabila terhapap gas CH4 ini dilakukan proses lebih lanjut seperti proses reformasi dan lain lain nya akan menghasilkan gas hydrogen yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar minyak Tabel 2. Hasil analisis komposisi kimia gas bio dari feses No 1 2 3 4 5 6 Componen CH4 CO2 N2 CO O2 H 2S Kandungan (%) 70 27 2,75 0,1 0,1 0,05 4. KESIMPULAN Dari hasil analisa dan pengamatan yang telkah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpilan sebagai berikut: 1. Feses dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan alternatif energi yang berkelanjutan. 2. Dari Feses dapat dihasilkan : gas CH4, H2, methanol dll 3. Komposisi terbesar dari hasil fermentasi feses adalah gas CH4 4. Dari gas CH4 dapat dilanjutkan proses nya untuk menghasilkan Hidrogen, Methanol dll 23 Studi Pemanfaatan Feses…. Erfin Y Febrianto DAFTAR PUSTAKA [1]. [2]. [3]. [4]. [5]. [6]. [7]. [8]. [9]. [10]. [11]. [12]. [13]. [14]. [15]. [16]. [17]. 24 Austin,George T.Jasjfi,E. 1985. “Industri Proses Kimia”.Edisi ke-5.Jilid 1 Balachandran,U. Lee,T.H. Dorris,S.E. Production From Methane Using Mixed-Conducting Dense Ceramic Membranes. Energy Technology Division. Argonne National Laboratory 9700 S. Cass Avenue. Argonne. Battacharya, B.C. 1976. ”Introduction to Chemical Equipment Design”. Edisi ke-1. Indian Institute of Technology. Khragpur. Brown,G.G.---------. “ Unit Operation”. Modern Asia Edition. Charles E. Tuttle Company. Tokyo. Brownell, L.E & Young E.H. 1979. “Equipment Design”. John Wiley and Sons Inc. New York. Darmawan,Petrus. 1998. Gasbio dari Kotoran Sapi dengan Proses Biokonversi. ITPS. Surabaya. Kern, D.Q. 1983. “Process Heat Transfer”. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York. Kompas. 8 Agustus 2005. “Biogas, Sumber Energi Alternatif”. Burhani Rahman. Kompas. Senin, 24 Oktober 2005. “Energi Baru dan Terbarukan”. A Harsono Soepardjo. Otsuka, Kiyoshi. 1998. “Direct Partial Oxidation of Methane to Synthesis Gas by Cerium Oxide”. Journal of Catalysis 175, page 152-160. Penelitian Ir. Erfin Yundra Febrianto, MT. APU. Perry, R.H.“Perry’s Chemical Engineer Handbook”. Edisi ke- 5. McGraw-Hill Book Company, Inc. Sohlberg, Karl. Sokrates T Pantelides. Stephen J Pennycook. 2001. ” Interactions of Hydrogen with CeO2”. Department of Chemistry, Drexel University. Philadelphia, Pennsylvania. United Nations. 1996. ”Guidebook On Biogas Development”. Economic and Social Commission for Asia and The Pacific. Bangkok, Thailand. US. Department of Energy. Januari 2006. “Hydrogen, Fuel Cells & Infrastructure Technologies Program”. Energy Efficiency And Renewable Energy. http://www.wartaekonomi.com. Senin, 13 Maret 2006. “Harga BBM : Serasa Bernafas dalam lumpur”. Warta Ekonomi.. www.yahoo.com, Kandungan feses , 20 Maret 2006